NILAI MORAL DALAM NOVEL PESANTREN IMPIAN KARYA ASMA NADIA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN SASTRA DI SEKOLAH
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai
Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Widiyowati Tria Rani Astuti
1111013000077
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
(2)
PEMBELAJARAN SASTRA DI SEKOLAH
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh:
Widivowati Tria Rani Astuti
NIM. 1111013000077
NIP. 19841126 201503 2 007
JURUSAN
PENDIDIKA}I
BATIASA DAN SASTRA INDONBSIAFAKULTAS
ILMU
TARBIYAH
DAN KEGURUAN UNIVERSITASISLAM
NEGERI (UIN)SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
20Ls Mengetahui,
(3)
TRIA RANI ASTUTI Nomor Induk Mahasiswa 1111013000077, diajukan kepada
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 12 Oktober 2015 di hadapandewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) dalam bidang Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Jakarta, Oktober 2015 Panitia Uj ian Munaqasah
Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi)
Makyun Sutruki, M. Hum.
NrP. 19800305 200901 1 015 Sekretaris ( Sekretaris Jurusan/Prodi)
Dona Aii Kurnia Putra, M.A. NIP. 19840409 201101
I
015 Penguji IRosida Erowati. M. Hum. NIP. 19771030 200801 2 009 Penguji II
Ahmad Bahtiar. M. Hum. NrP. 19760118 200912 1 002
Tanggal
Tanda Tangan,1
ok\ow
aortar
O*okr
aou23
OFbber rDtZt
0h{ebotr^l il(: .t q
;
+. t-..h+. ]. I 1r-r rt' t&-:*\ fLit.'ff-' ic-l
[. .rru ] i--eir5 I I
I r.i,r
-</."
lE"
*
l-'1vt"
tr\
\\}:
(4)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama
Tempat/Tgl.Lahir NIM
Jurusan / Prodi Judul Skripsi
WIDIYOWATI TRIA RANI ASTUTI
Jakarta,09 Juli 1993
n1r0r3000077
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
NILAI MORAL DALAM NOVEL PESA]{TREN IMPIAN
KARYA ASMA NADIA DAN IMPLIKASINYA
TERHADAP PEMBELAJARAN SASTRA DI SEKOLAH
Dosen Pembimbing : 1. Novi Diah Haryanti, M.Hum.
dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.
Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.
Jakarta,06 Oktober 201 5
Mahasiswa Ybs.
Widi),owati Tria Rani. A NrM. 1111013000077 1
(5)
i
Novel Pesantren Impian Karya Asma Nadia dan Implikasinya Terhadap
Pembelajaran Sastra di Sekolah”, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dosen Pembimbing: Novi Diah Haryanti, M. Hum.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai moral yang terdapat dalam
novel Pesantren Impiankarya Asma Nadia yang diharapkan dapat dijadikan sebagai
bahan pembelajaran di sekolah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan objektif yang menitikberatkan kajiannya pada karya sastra dan pendekatan pragmatik untuk memahami nilai moral yang terdapat dalam novel. Berdasarkan temuan dan hasil analisis yang dilakukan terhadap novel
ini, diketahui bahwa novel Pesantren Impian memuat nilai moral melalui interaksi
maupun tingkah laku dari setiap tokoh yang ada. Nilai moral tersebut meliputi: sikap hormat, tanggung jawab, kejujuran, toleransi, disiplin diri, suka menolong, berbelas kasih, kerja sama, dan berani. Mengenai implikasinya terhadap pembelajaran sastra di sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dan menambah pengetahuan siswa tentang nilai moral untuk kehidupan sehari-hari mereka.
Kata kunci: Nilai Moral, Novel Pesantren Impian, Asma Nadia, Pembelajaran Sastra.
(6)
i
the Pesantren Impian Novel by Asma Nadia and Its Implications for Learning
Literature in school”, Departement of Education Indonesia Language, Faculty of Science dan Teaching Tarbiyah, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta. Supervisor: Novi Diah Haryanti, M. Hum.
The research aims to find out moral values in the Pesantren Impian Novel by
Asma Nadia which is expected to be used as lessons learned at school. The method used in this research is qualitative method through objective approach that focused on the literary work and pragmatic approach to understand of the moral value in the novel. Based on the findings and the result analysis done in the novel, it is known that
Pesantren Impian novel contains moral values through interaction and behavior of
every figures. Moral values included: respect gesture, responsibility, honesty, tolerance, self discipline, helpful, empathy, cooperation, and courage. Furthermore, for the implications to literature learning at school, the result of this research is
expected to provide benefits and increase students’ knowledge of moral values in
their daily life.
Key words: Moral Value, Pesantren Impian Novel, Asma Nadia, Literature Learning.
(7)
iii
Swt. atas rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Nilai Moral dalam Novel Pesantren Impian Karya Asma Nadia dan
Implikasinya Terhadap Pembelajaran Sastra di Sekolah”. Salawat dan salam
senantiasa tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad saw. semoga syafaatnya selalu menyertai kita semua hingga akhir zaman.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis tidak luput dari berbagai hambatan dan rintangan. Skripsi ini pun tidak lepas dari banyak kekurangan dan kekeliruan namun penulis berusaha untuk menyajikan skripsi yang terbaik. Tanpa bantuan dan peran berbagai pihak, skripsi ini tidak mungkin terwujud. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
2. Makyun Subuki, M. Hum. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dan dosen penasihat yang telah memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini,
3. Dona Aji Kurnia Putra, MA. selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini,
4. Novi Diah Haryanti, M. Hum. selaku dosen pembimbing skripsi yang sangat
membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih atas arahan, bimbingan, dan kesabaran serta waktu luang Ibu selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini,
5. Ayahanda Surani dan Ibunda Kartini tercinta yang selalu memberikan doa restu
(8)
iii
Aline Safitri, Cris Hartini, dan Rizky Bintang Saputri yang selalu memberikan doa dan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini,
7. Hardiyani Windari, Amanah Ari Rachmanita, Aminah Ratna Ningsih, Rifqi
Faizah, dan Silviani Marlinda. Mereka adalah sahabat seperjuangan penulis yang selalu memotivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini,
8. Teman-teman seperjuangan angkatan 2011 Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia, khususnya kelas C. Terima kasih atas pengalaman dan pembelajaran berharga yang penulis dapatkan selama ini.
9. Teman-teman PPKT SMP Negeri 10 Ciputat, angkatan Februari-Juni 2015, Dwi
Ratnasari, Tuti Annisa, Aristiana Indah Kumalasari, Tiara Ayu Hurul’Ain, dan
Ayatika Adawiyah.
10.Murid-murid SMP Negeri 10 Ciputat, khususnya kelas VII-2, VII-3, dan VII-4
yang telah memberikan doa, semangat, dan kenangan kepada penulis.
11.Serta berbagai pihak yang tidak dapat disebukan satu persatu.
Semoga semua bantuan, dukungan, dan partisipasi yang diberikan kepada penulis, mendapat pahala yang berlipat ganda dari Allah Swt. Amin.
Jakarta, September 2015
(9)
vi
LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
ABSTRAK . ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR LAMPIRAN ... vii
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1
B.Identifikasi Masalah ... 5
C.Pembatasan Masalah ... 5
D.Perumusan Masalah ... 6
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6
F. Manfaat Penulisan ... 6
G.Metode Penelitian ... 7
BAB II KAJIAN TEORETIS A.Hakikat Novel ... 10
1. Pengertian Novel ... 10
2. Unsur-Unsur Novel ... 10
B.Hakikat Nilai Moral ... 19
C.Penelitian Relevan ... 25
BAB III TINJAUAN NOVEL PESANTREN IMPIAN A.Profil Asma Nadia... 28
B.Gambaran Umum Novel ... 31
(10)
vi
2. Tokoh dan Penokohan ... 39
3. Plot ... 50
4. Latar ... 60
5. Sudut Pandang ... 69
6. Gaya Bahasa ... 70
7. Amanat ... 71
B.Analisis Nilai Moral dalam Novel Pesantren Impian... 72
C.Implikasi Terhadap Pembelajaran Sastra di Sekolah ... 87
BAB V PENUTUP A.Simpulan .. ... 90
B.Saran ... 91 DAFTAR PUSTAKA
(11)
vii
Lampiran 2 Transkip Wawancara Lampiran 3 Bukti Wawancara Lampiran 4 Surat Bimbingan Skripsi Lampiran 5 Daftar Uji Referensi
(12)
1
Karya sastra pada umumnya berisikan tentang permasalahan yang
melengkapi kehidupan manusia. Karya sastra memiliki dunia yang merupakan hasil dari pengamatan terhadap kehidupan yang diciptakan oleh pengarang baik berupa novel, puisi, maupun drama yang berguna untuk dinikmati, dipahami dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Oleh karena itu, dalam setiap karya sastra yang dibaca atau dilihat pasti mengandung nilai-nilai pendidikan yang dapat dijadikan pengetahuan dan pembelajaran.
Seorang pengarang dalam menciptakan sebuah karya sastra memadukan antara fiksi dan fakta dalam karyanya. Kata fiksi mempunyai makna khayalan, impian, jenis karya sastra yang tidak berdasarkan kenyataan. Pengarang menggunakan imajinasinya untuk mendapatkan ide atau gagasan sebagai bagian dari karya sastranya. Pengarang memperlakukan fakta atau kenyataan yang digunakan sebagai bahan mentah karya sastranya dengan cara meniru, memperbaiki, menambah atau menggabung-gabungkan kenyataan yang ada untuk dimasukkan ke dalam karya sastra.
Novel termasuk karya sastra yang banyak digemari masyarakat dan memiliki nilai pendidikan untuk kehidupan manusia dalam setiap ceritanya. Sebagai pembaca seseorang harus dapat memahami nilai yang sebenarnya ingin disampaikan dari novel tersebut kepada para pembaca dan bukan hanya sebagai bacaan yang menghibur semata. Dalam karya sastranya pengarang mencoba menggambarkan atau menceritakan peristiwa yang pernah terjadi melalui cerita yang dibuatnya ataupun ungkapan dari keadaan jiwa dan emosi pengarang, sehingga memiliki nilai dan isi tersendiri yang ingin disampaikan pada saat itu.
Novel merupakan bahasa komunikasi antara pengarang dan pembacanya, komunikasi akan berjalan dengan baik apabila pembaca dapat menentukan nilai-nilai pendidikan dalam novel tersebut. Selain menjadi bahasa komunikasi,
(13)
novel dapat dimanfaatkan sebagai media pendidikan yang dapat diterapkan di sekolah.
Novel Pesantren Impian karya Asma Nadia bercerita tentang remaja yang
memiliki riwayat kejahatan atau pengalaman kurang baik di masa lalu mereka, remaja tersebut menjalani rehabilitasi di sebuah pesantren yang dinamakan Pesantren Impian. Sebuah pesantren yang bisa menjadi pusat rehabilitasi bagi anak-anak muda yang bermasalah dan mendapatkan ketenangan dengan lebih
mendekatkan diri kepada sang Pencipta, selain itu novel Pesantren Impian juga
menggambarkan tekad tokoh dalam cerita untuk menjadi pribadi yang lebih
baik selama menjalani masa rehabilitasi. Cerita di dalam novel Pesantren
Impian memiliki pesan untuk pembaca dan menyimpan nilai-nilai pendidikan
yang bermanfaat bagi kehidupan. Nilai-nilai tersebut dapat berupa nilai moral, nilai agama, dan sebagainya.
Novel Pesantren Impian merupakan salah satu karya Asma Nadia yang
pertama kali terbit pada tahun 2000, lalu novel Pesantren Impian mengalami
pengeditan yang diterbitkan kembali pada Juli 2014. Novel Pesantren Impian
yang menjadi objek penelitian penulis adalah novel yang telah diedit dan
diterbitkan kembali pada tahun 2014. Novel Pesantren Impian memperlihatkan
permasalahan penyimpangan pergaulan remaja dan secara tersirat dari isi novel Asma Nadia ingin menyampaikan pesan kepada pembaca supaya tidak melakukan kesalahan atau pergaulan seperti cerita yang ia tuangkan dalam
novel Pesantren Impian. Selain itu, Asma Nadia memperlihatkan permasalahan
kehidupan manusia dengan Tuhan, selama dalam rehabilitasi para remaja diajarkan untuk melaksanakan kewajibannya dalam beragama. Novel
Pesantren Impian mengajarkan tentang pesan-pesan moral agama khususnya
agama Islam.
Dalam novel karya Asma Nadia yang berjudul Pesantren Impian penulis
ingin mencari nilai yang terkandung dalam novel tersebut, nilai yang akan
penulis kaji adalah nilai moral yang terdapat dalam novel Pesantren Impian
(14)
Dalam cerita nilai moral merupakan nilai yang berkaitan dengan akhlak/budi pekerti atau etika, karya sastra (novel) dapat menjadi suatu medium yang efektif dalam membina moral dan kepribadian pembaca. Dalam konteks pendidikan dapat diartikan terdapat hubungan yang erat antara pengajaran sastra dengan pembentukan moral. Melalui karya sastra siswa dapat melakukan olah rasa, batin dan budi pekerti sehingga secara tidak langsung memiliki perilaku dan kebiasaan yang positif melalui proses apresiasi karya sastra.
Apabila dikaitkan dengan pendidikan, nilai moral merupakan bagian dari pendidikan karakter yang sebaiknya diajarkan melalui berbagai tindakan praktik dalam proses pembelajaran karena dalam proses pembelajaran juga terdapat adanya proses mendidik. Mendidik dalam arti menanamkan kepribadian dan karakter yang bertujuan untuk menjadikan pribadi yang lebih baik karena moral yang baik akan menghasilkan kepribadian yang baik pula.
Pengarang dalam karyanya sudah pasti memiliki nilai yang ingin disampaikan kepada pembaca sebagai makna dalam sebuah karya sastra yang dapat dilakukan melalui pemaparan cerita, salah satunya adalah nilai moral.
Seperti novel Pesantren Impian Asma Nadia ingin menyampaikan pesan
kehidupan yang bermanfaat bagi pembacanya. Novel ini memiliki pesan yang sangat baik untuk para pembacanya karena di dalam cerita mengisahkan tentang tekad dan usaha tokoh dalam cerita untuk mengubah sikap diri dan tingkah laku untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Sebagai lembaga pendidikan, sekolah sudah seharusnya memberikan pembelajaran moral kepada para siswa yang menjadi bagian dari seluruh aktivitas sekolah terutama pembelajaran di kelas. Pembelajaran moral tersebut dapat dilakukan dengan memberikan pembinaan melalui pembelajaran karya sastra. Novel selain menjadi bahasa komunikasi antara pengarang dan pembaca, novel juga dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran yang diterapkan di sekolah.
Selama ini pembelajaran sastra di sekolah kebanyakan guru hanya memanfaatkan karya sastra yang terdapat di dalam buku pelajaran yang
(15)
digunakan sebagai panduan di kelas. Padahal dengan menggunakan karya sastra (novel) yang diketahui siswa atau novel terbaru yang sedang banyak dibicarakan masyarakat sebagai media pembelajaran di sekolah dapat meningkatkan minat membaca siswa karena siswa dapat merasa tertarik untuk mempelajarinya, tetapi hal yang terpenting adalah novel yang digunakan harus disesuaikan dengan usia siswa dan memiliki tema yang mendidik. Bukan suatu hal yang baru siswa terkadang merasa jenuh ketika pembelajaran membaca sastra, karena siswa diminta untuk banyak membaca. Hal tersebut dapat disebabkan karena rendahnya minat siswa dalam membaca terlebih dalam pembacaan novel. Oleh karena itu, guru harus berperan aktif untuk menarik perhatian dan minat membaca siswa, salah satunya guru harus pandai memilih bahan ajar yang digunakan untuk pembelajaran di kelas.
Pada hakikatnya pembelajaran sastra ialah dengan memperkenalkan kepada siswa nilai-nilai yang terkandung di dalam karya sastra dan mengajak siswa untuk memahami serta menghayati pengalaman yang terdapat di dalam cerita melalui penjelasan unsur instrinsik dan ekstrinsik dalam karya sastra. Secara khusus pembelajaran sastra bertujuan untuk mengembangkan minat baca dan kepekaan siswa terhadap nilai moral, nilai sosial, nilai keagamaan yang tercermin dalam karya sastra tersebut.
Karya sastra berupa novel memiliki nilai yang sangat strategis karena penuh dengan nilai-nilai kehidupan. Melalui konflik dan tokoh-tokohnya, siswa akan belajar tentang kehidupan dan belajar menyikapi setiap permasalahan dalam kehidupan. Selain itu, karya sastra dapat menumbuhkan imajinasi yang dapat menjadi instrumen hebat dalam menciptakan karakter pembacanya dan memperkaya kehidupan pembacanya melalui pencerahan pengalaman dan masalah pribadi. Imajinasi yang baik akan mendorong siswa untuk menyenangi dan membiasakan dirinya berprilaku baik.
Pada novel Pesantren Impian berisi cerita yang baik dan menarik yang
turut memberikan pengaruh dan peranan dalam pembentukan watak, prilaku,
dan kepribadian siswa. Isi cerita dalam novel Pesantren Impian diharapkan
(16)
kuat untuk mengubah diri menjadi pribadi yang lebih baik seperti tokoh dalam cerita tersebut. Sampai saat ini penulis belum menemukan skripsi atau
penelitian lainnya yang menjadikan novel Pesantren Impian sebagai objek
penelitian. Oleh karena itu, penulis ingin mengkaji novel Pesantren Impian
dengan tujuan untuk menganalisis nilai moral yang terdapat dalam novel tersebut.
Dari pemaparan di atas, diharapkan dengan adanya pembelajaran sastra di sekolah turut berpengaruh dalam pembentukan kepribadian siswa dan dapat meningkatkan minat membaca siswa. Sehingga secara tidak langsung melalui proses apresiasi sastra siswa memiliki perilaku dan kebiasaan yang positif. Selain itu, melalui proses apresiasi sastra dapat melatih keempat aspek keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis) dan menambah pengetahuan tentang pengalaman hidup manusia: adat istiadat, agama, dan kebudayaan.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis akan mengkaji aspek moral
yang terdapat di dalam novel Pesantren Impian karya Asma Nadia. Maka
penulis mengangkat judul skripsi: “Nilai Moral dalam Novel Pesantren
Impian karya Asma Nadia dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Sastra di Sekolah”
B.Identifikasi Masalah
1. Belum adanya analisis novel Pesantren Impian karya Asma Nadia terkait
nilai moral yang terkandung dalam novel tersebut.
2. Kurangnya bahan pembelajaran sastra Indonesia di sekolah.
3. Kurangnya minat siswa dalam membaca.
C.Pembatasan Masalah
Berdasarkan masalah yang teridentifikasi, maka permasalahan pada
penelitian ini akan dibatasi pada “Nilai Moral dalam Novel Pesantren Impian
karya Asma Nadia dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Sastra di
(17)
D.Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah seperti yang telah diuraikan, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut;
1. Bagaimana nilai moral yang tergambarkan dalam novel Pesantren Impian
karya Asma Nadia?
2. Bagaimana implikasi nilai moral dalam novel Pesantren Impian karya Asma
Nadia terhadap pembelajaran sastra di sekolah?
E.Tujuan Penulisan
Dengan adanya penelitian ini diharapkan;
1. Mendeskripsikan nilai moral yang terdapat dalam novel Pesantren Impian
karya Asma Nadia.
2. Mendeskripsikan implikasi nilai moral dalam novel Pesantren Impian karya
Asma Nadia terhadap pembelajaran sastra di sekolah.
F. Manfaat Penulisan
1. Manfaat secara teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengembangan ilmu pengetahuan studi sastra Indonesia mengenai analisis novel khususnya dalam pembelajaran sastra di sekolah.
2. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat membantu pembaca untuk lebih memahami isi cerita dan memberi gambaran mengenai nilai moral yang
terkandung dalam novel Pesantren Impian karya Asma Nadia serta
implikasi nilai moral yang terdapat dalam novel Pesantren Impian pada
(18)
G.Metode Penelitian
1. Objek dan Waktu Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah teks novel Pesantren Impian karya
Asma Nadia. Fokus dalam penelitian ini adalah nilai moral yang terkandung
dalam novel Pesantren Impian. Pada penelitian ini penulis menggunakan
novel cetakan pertama, Juli 2014 yang diterbitkan oleh Asma Nadia Publishing House, Jakarta. Waktu penelitian dimulai sejak Januari sampai dengan September 2015.
2. Metode Pembahasan
Ditinjau dari objek penelitian yang mengarah pada nilai moral yang
terkandung dalam novel Pesantren Impian penulis menggunakan metode
kualitatif.
“Metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang diamati.”1
Metode kualitatif sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya yang akan menghasilkan data deskriptif berupa tulisan yang diamati, data yang dideskripsikan terlebih dahulu dengan maksud untuk menemukan unsur-unsur instrinsik dan ekstrinsik dalam novel serta menemukan data-data yang
berkaitan dengan nilai moral dalam novel Pesantren Impian. Dalam
penelitian kualitatif dapat dilakukan melalui wawancara, pengamatan dan pemanfaat dokumen.
Sesuai dengan namanya, penelitian kualitatif mempertahankan hakikat nilai-nilai. Oleh karena itu, penelitian kualitatif dipertentangkan dengan penelitian kuantitaif yang bersifat bebas nilai. Dalam ilmu sosial sumber datanya adalah masyarakat, data penelitiannya adalah tindakan-tindakan, sedangkan ilmu sastra sumber datanya adalah karya, naskah, data penelitiannya sebagai data formal adalah kata-kata, kalimat, dan wacana.2
1
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 4.
2
Nyoman Kutha Ratna, Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 47.
(19)
Untuk menunjang penelitian ini, maka diperlukan teori ilmiah yang relevan dengan objek penelitian. Dalam hal ini, teori ilmiah tersebut digunakan sebagai pendekatan sekaligus sebagai model dalam penelitian novel.
Pendekatan merupakan alat untuk memahami realita atau fenomena sebelum dilakukan kegiatan analisis atas sebuah karya. Seorang analis atau pembaca kritis harus mampu menerjemahkan pengalaman atau realita yang ia dapatkan melalui kegiatan membaca sebuah karya ke dalam bedah
analisis yang rasional dengan merujuk kepada pendekatan tertentu.3
Pada penelitian ini penulis menggunakan pendekatan objektif dan pendekatan pragmatik. Wahyudi Siswanto mengemukakan bahwa pendekatan objektif adalah pendekatan yang menitikberatkan kajiannya
pada karya sastra.4 Mengkaji karya sastra dengan pendekatan objektif
memusatkan perhatian semata-mata pada unsur-unsur yang dikenal dengan unsur instrinsik, sedangkan pendekatan pragmatik adalah pendekatan kajian sastra yang menitikberatkan kajiannya terhadap peranan pembaca dalam
menerima, memahami, dan menghayati karya sastra.5
Pendekatan objektif dalam penelitian ini, misalnya yang dicari adalah unsur-unsur novel; tema, tokoh dan penokohan, plot, latar, sudut pandang, dan sebagainya. Melalui pendekatan objektif, unsur-unsur instrinsik karya akan dieksploitasi semaksimal mungkin, sedang pendekatan pragmatik dalam penelitian ini untuk mengkaji dan memahami nilai moral yang terdapat dalam novel.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik catat karena data-datanya berupa teks. Pada penelitian ini penulis
melakukan penelitian melalui pengamatan pada novel Pesantren Impian
3
Siswantoro, Metode Penelitian Sastra Analisis Struktur Puisi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 48.
4
Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra, (Jakarta: Grasindo, 2008), h. 181-183. 5
(20)
karya Asma Nadia untuk membuktikan adanya nilai moral yang terdapat di dalam novel tersebut.
Adapun langkah-langkah dalam pengumpulan data adalah sebagai
berikut: membaca novel Pesantren Impian karya Asma Nadia secara
berulang-ulang dari awal sampai akhir untuk memperoleh makna
keseluruhan, dan mencatat kalimat–kalimat atau bagian-bagian yang
termasuk ke dalam nilai moral. 4. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam kategori, dan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema tertentu yang menjadi bahan kajian penulis. Analisis novel merupakan suatu cara untuk memahami makna yang terkandung di dalam novel dengan menelaah dan menguraikan kutipan cerita dari novel, sehingga dapat diperoleh suatu pemahaman dan kesimpulan yang relevan.
Setelah pengumpulan data, langkah selanjutnya adalah menganalisis data dengan mengutip teks cerita yaitu mengklasifikasikan dan menginterpretasikan tema tertentu yang sudah penulis pilih pada bab-bab
yang mengandung nilai moral pada novel Pesantren Impian karya Asma
(21)
10
1. Pengertian Novel
Novel merupakan salah satu karya sastra imajinatif atau rekaan tetapi ada pula novel yang diciptakan berlatar dari realita atau pengalaman di masa lalu yang dituangkan oleh pengarang. Novel sebagai sebuah karya imajinatif atau menceritakan tentang fiksi menawarkan berbagai permasalahan manusia dan kehidupan. Fiksi juga menceritakan berbagai masalah kehidupan manusia dalam interaksinya dengan lingkungan dan sesama interaksinya dengan diri sendiri, serta interaksinya dengan Tuhan. Pengarang menghayati berbagai permasalahan tersebut dengan penuh kesungguhan yang kemudian diungkapkannya kembali melalui sarana fiksi yang sesuai dengan pandangannya.
Sastra yang dianggap fiksi pada hakikatnya adalah fakta, karya-karya itu lahir didasarkan atas keasadaran pengarang dalam melihat realitas masyarakatnya.
“Dengan munculnya karya-karya seperti itu, misal Laskar Pelangi
yang bercerita tentang realitas pendidikan di pulau terpencil, pemerintah ikut campur tangan dalam membenahi fasilitas pendidikan. Dari kesadaran sejarah ini, masyarakat disadarkan tehadap kondisi atau
realitas yang saat ini sedang berproses.”1
Ciri khas novel adalah kemampuannya menyampaikan permasalahan yang kompleks secara penuh, namun perlu diketahui bahwa dunia kesastraan terdapat suatu bentuk karya sastra yang mendasarakan diri pada fakta. Wellek & Warren dalam Nurgiyantoro mengemukakan, bahwa realitas dalam karya fiksi merupakan ilusi kenyataan dan kesan yang meyakinkan yang ditampilkan, namun tidak selalu merupakan kenyataan sehari-hari.2
1
Dwi Susanto S.S., M.Hum., Pengantar Teori Sastra, (Jakarta: CAPS, 2012), h. 45.
2
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1995), h. 6.
(22)
Kata novel berasal dari bahasa Latin novellus. Sebutan novel dalam bahasa Inggris dan inilah yang kemudian masuk ke Indonesia, sedangkan
dari bahasa Italia novella (yang dalam bahasa Jerman: novelle).3
Ensiklopedia Americana mendefinisikan novel sebagai cerita dalam bentuk
prosa yang agak panjang dan meninjau kehidupan sehari-hari.4 Berdasarkan
definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya novel adalah cerita dan aspek terpenting novel adalah menyampaikan cerita.
“A novel is „a fictitious prose narrative or tale of considerable length (now usually one long enough to fill one or more volumes) in which characters and action representative of the real life of past or
present times are portrayed in a plot of more or less complexity.”5
Dalam arti luas novel adalah cerita berbentuk prosa dalam ukuran yang luas. Ukuran yang luas di sini dapat berarti cerita dengan plot (alur) yang kompleks, karakter yang banyak, tema yang kompleks, suasana cerita yang
beragam, dan setting cerita yang beragam pula.6
2. Unsur-unsur Novel
Novel dibangun oleh unsur-unsur pembangun, yaitu unsur instrinsik dan ekstrinsik. Pada umumnya, para ahli membagi unsur instrinsik prosa
rekaan atas tema, tokoh, penokohan, alur (plot), latar cerita (setting), sudut
pandang, gaya bahasa, dan amanat.7
1. Tema
Tema adalah ide yang mendasari suatu cerita. Aminuddin dalam Wahyudi Siswanto mengemukakan bahwa tema merupakan kaitan hubungan antara makna dengan tujuan pemaparan prosa rekaan oleh
pengarangnya.8 Pengertian lainnya, dalam novel tema merupakan
3
Burhan Nurgiyantoro, op., cit., h. 9.
4
Endah Tri Priyatni, Membaca sastra Dengan Ancangan Literasi Kritis, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010), h. 124.
5
Jeremy Hawthorn, Studying the Novel An: Introduction, (USA: Great Britain, 1985), h. 1.
6
Jakob Sumardjo dan Saini K.M, Apresiasi Kesusastraan, (Jakarta: PT Gramedia, 1986), h. 29.
7
Wahyudi Siswanto, op. cit., h. 142.
8Ibid
(23)
gagasan utama yang dikembangkan dalam plot.9 Tema disaring dari motif-motif yang terdapat dalam karya yang bersangkutan dan menentukan hadirnya peristiwa-peristiwa, konflik, dan situasi tertentu.
Tema menjadi dasar pengembangan seluruh cerita, maka ia pun bersifat menjiwai seluruh bagian cerita itu. Oleh karena itu, untuk menentukan tema sebuah novel harus disimpulkan dari keseluruhan cerita tidak hanya berdasarkan bagian-bagian tertentu cerita. Novel yang kompleks akan dapat dianalisis dengan sejumlah besar tema yang berbeda atau bahkan saling terkait, tetapi pembaca harus menentukan kekuatan atau kepentingan utama yang ada dalam novel tersebut. Singkat kata, dari sekian tema yang dapat ditarik ia memiliki tema besar yang dikandungnya.
2. Tokoh dan Penokohan
Tokoh merupakan sosok atau pelaku yang berada di dalam cerita sehingga peristiwa itu menjalin suatu cerita. Abrams mengemukakan, tokoh adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya, yang oleh pembaca ditafsirkan memilik kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam
tindakan.10
Tokoh-tokoh dalam cerita dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis penamaan, berdasarkan peran dan pentingnya seorang tokoh dibedakan menjadi; tokoh utama dan tokoh tambahan, dilihat dari segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh dalam sebuah cerita ada tokoh yang tergolong penting dan ditampilkan terus-menerus sehingga terasa mendominasi sebagain besar cerita. Sebaliknya, ada tokoh yang hanya dimunculkan sekali atau beberapa kali dalam cerita dan itu pun mungkin dalam porsi penceritaan yang relatif pendek. Tokoh yang disebut pertama adalah
tokoh utama, sedang yang kedua adalah tokoh tambahan.11
9
Furqonul Aziez dan Abdul Hasim, Menganalisis Fiksi Sebuah Pengantar, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h. 75
10
Burhan Nurgiyantoro, op., cit., h. 165.
11Ibid.,
(24)
Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, ia sangat menentukan perkembangan plot cerita secara keseluruhan, karena tokoh utama paling banyak diceritakan dan selalu berhubungan dengan tokoh-tokoh lain, ia sangat menentukan perkembangan plot cerita secara keseluruhan. Tokoh utama dalam sebuah novel mungkin saja lebih dari seorang walau kadar keutamaannya belum tentu sama. Keutamaan mereka ditentukan oleh dominasi, banyaknya penceritaan dan pengaruhnya terhadap perkembangan plot secara keseluruhan. Tokoh utama senantiasa relevan dalam setiap peristiwa di
dalam suatu cerita.12 Selain tokoh utama terdapat tokoh utama tambahan
yang memiliki kadar keutamaan dibawah tokoh utama. Pada tokoh tambahan terdapat pembedaan berdasarkan gradasi karena kadar keutamaannya, yaitu tokoh tambahan utama dan tokoh tambahan (yang memang) tambahan.
Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Penokohan dapat juga disamakan artinya dengan karakter dan perwatakan menunjukan pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak tertentu dalam sebuah cerita. Dengan demikian, istilah penokohan lebih luas pengertiannya dibandingkan tokoh karena ia sekaligus mengartikan masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan dan bagaimana penempatan dan pelukisan dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca.
3. Plot
Stanton mengemukakan plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab
12
Wijaya Heru Santosa dan Sri Wahyuningtyas, Pengantar Apresiasi Prosa, (Surakarta: Yuma Pustaka, 2010), h. 7.
(25)
akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya
peristiwa yang lain.13
Pengarang menyusun cerita sehingga pembaca ingin selalu mengikuti apa yang terjadi setelah itu, ingin tahu mengapa hal itu terjadi. Akibat plot itu bagi pembaca ada dua macam: akan terus mengikuti apa yang terjadi berikutnya atau tidak mau lagi mengikuti apa yang terjadi
selanjutnya.14 Selain rincian mengenai pengertian plot sebagaimana yang
telah dikemukakan, terdapat tahapan plot yang dikemukakan lebih rinci. Rincian yang dimaksud oleh Tasrif dalam Nurgiyantoro adalah
membedakan tahap plot menjadi lima bagian, yaitu;15
a. Tahap situation: tahap penyituasian, tahap yang terutama berisi
pelukisan dan pengenalan situasi latar dan tokoh-tokoh cerita. Tahap ini merupakan tahap pembukaan cerita.
b. Tahap generating circumstances: tahap pemunculan konflik, Pada
tahap ini merupakan tahap awal munculnya konflik dan akan berkembang menjadi konflik-konflik pada tahap berikutnya.
c. Tahap rising action: tahap peningkatan konflik, konflik yang telah
dimunculkan pada tahap sebelumnya semakin berkembang. Peristiwa-peristiwa dramatik yang menjadi inti semakin menegangkan. Konflik-konflik yang terjadi internal dan eksternal, pertentangan, benturan-benturan antarkepentingan masalah dan tokoh yang mengarah ke klimaks semakin tidak dapat dihindari.
d. Tahap climax: tahap klimaks, konflik yang terjadi, yang dilakukan dan
atau ditimpakan kepada para tokoh cerita mencapai titik intesitas puncak. Klimaks sebuah cerita akan dialami oleh tokoh-tokoh utama yang berperan sebagai pelaku dan penderita terjadi konflik utama. Sebuah fiksi yang panjang mungkin saja memiliki lebih dari satu klimaks.
13
Burhan Nurgiyantoro, op. cit., h. 167.
14
Wijaya Heru Sentosa dan Sri Wahyuningtyas, Pengantar Apresiasi Prosa, (Surakarta: Yuma Pustaka, 2010), h. 55-56.
15
(26)
e. Tahap denouement: tahap penyelesaian, konflik yang telah mencapai klimaks diberi jalan keluar, cerita diakhiri. Tahap ini berkesesuaian dengan tahap akhir di atas.
Plot dapat dikategorikan ke dalam beberapa jenis berdasarkan kriteria urutan waktu. Urutan waktu yang dimaksud adalah waktu terjadinya urutan penceritaan peristiwa-peristiwa yang ditampilkan, yang
pertama disebut sebagai plot maju atau progresif, kedua plot sorot balik
atau regresif flash-back, dan plot campuran.16
Plot progresif bersifat kronologis, secara runtut cerita dimulai dari
tahap awal (penyituasian, pengenalan, pemunculan konflik), tengah
(konflik meningkat, klimaks), akhir (penyelesaian). Plot progresif
biasanya menunjukkan kesederhanaan cara penceritaan, tidak
berbelit-belit, dan mudah diikuti. Plot flash-back, cerita tidak dimulai dari tahap
awal melainkan mungkin dari tahap tengah atau bahkan tahap akhir baru kemudian tahap awal cerita dikisahkan. Teks yang berplot jenis ini, langsung menyuguhkan adegan-adegan konflik, bahkan konflik yang
meruncing. Selanjutnya, plot campuran atau progresif regresfif,
barangkali tidak ada novel yang secara mutlak berplot lurus-kronologis atau sebaliknya sorot balik. Secara garis besar plot sebuah novel mungkin
progresif, tetapi di dalamnya betapapun kadar kejadiannya sering
terdapat adegan-adegan sorot balik. Jadi, dapat dikatakan tidak mungkin
ada sebuah cerita yang mutlak flash-back. Pengategorian plot sebuah
novel ke dalam progresif atau flash-back, sebenarnya lebih didasarkan
pada mana yang lebih dominan. Hal tersebut disebabkan pada kenyataannya sebuah novel pada umumnya akan mengandung keduanya atau berplot campuran untuk mendukung tema dan penokohan dalam novel.
4. Latar (Setting)
Latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran
pada pengertian tempat dan hubungan waktu terjadinya
16
(27)
peristiwa yang diceritakan. Tahap awal suatu karya pada umumnya berupa pengenalan, pelukisan, atau penunjukan latar, namun hal tersebut tak berarti bahwa pelukisan dan penunjukan latar hanya dilakukan pada tahap awal cerita.
Latar memberikan pijakan cerita secara konkret dan jelas, hal ini penting untuk memberikan kesan realistis kepada pembaca, menciptakan suasana tertentu seolah-olah sungguh-sungguh ada dan terjadi. Dalam karya sastra, latar tidak mesti realitas objektif, tetapi bisa jadi realitas imajinatif. Artinya latar yang digunakan hanya ciptaan pengarang, yang kalau dilacak kebenarannya tidak akan bertemu sebagaimana
diceritakan.17
Abrams mengemukakan, latar cerita adalah tempat, waktu
kesejarahan, dan kebiasaan masyarakat.18 Latar tempat menyaran pada
lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya, latar
waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa -peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya. Kedua unsur tersebut dalam satu kepaduan yang jelas akan menyaran pada makna yang lebih khas dan meyakinkan. Ketepatan latar sebagai salah satu unsur fiksi pun tidak dilihat secara terpisah dari berbagai unsur yang lain, melainkan dari kepaduannya dengan keseluruhan.
Dalam Nurgiyantoro latar terbagi menjadi latar fisik dan latar spiritual, latar netral dan latar fungsional. Latar fisik adalah latar tempat secara jelas menunjuk pada lokasi tertentu, yang dapat dilihat dan dirasakan kehadirannya, sedang latar spiritual adalah latar yang berwujud tata cara, adat istiadat, kepercayaan, dan nilai-nilai yang berlaku di tempat yang bersangkutan. Latar netral adalah sebuah tempat hanya sekedar sebagai tempat terjadinya peristiwa yang diceritakan tidak lebih dari itu dan tidak akan mempengaruhi pemlotan dan penokohan, sedang latar fungsional adalah latar yang mampu mempengaruhi cerita dan
17
Atmazaki, Ilmu Sastra Teori dan Terapan, (Padang: Angkasa Raya Padang, 1990), h. 62.
18
(28)
bahkan ikut menentukan perkembangan plot dan pembentukan karakter tokoh, karena mempengaruhi perkembangan plot dalam sebuah cerita fiksi, latar fungsional tidak dapat digantikan dengan latar lain tanpa
mengganggu atau bahkan merusak cerita.19
5. Sudut Pandang Penceritaan
Sudut pandang merupakan tempat pengarang memandang cerita. Sudut pandang pada dasarnya merupakan strategi, teknik, siasat yang yang disengaja dipilih pengarang untuk mengungkapkan gagasan dan ceritanya untuk menampilkan pandangan hidup dan tafsirannya terhadap
kehidupan yang semua sudut pandang tokoh.20 Sudut pandang menyaran
pada cara atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya kepada pembaca.
Cuddon dalam Albertine Minderop mengemukakan bahwa sudut pandang terdapat beragam variasi dan kombinasi, namun ada tiga varian
mendasar yang berbeda, yaitu sudut pandang impersonal, orang ketiga
dan orang pertama.21 Sudut pandang impersonal adalah apabila pencerita
berdiri di luar cerita dan bergerak bebas dari satu tokoh ke tokoh lainnya, satu tempat ke tempat lainnya, satu episode ke episode lainnya yang dapat memberikan akses terhadap pikiran dan perasaan tokoh dengan
bebasnya. Jenis sudut pandang orang ketiga terbagi atas; pertama “dia”
mahatahu dan “dia” terbatas. “Dia” mahatahu yaitu pencerita yang
berada di luar cerita dan melaporkan peristiwa-peristiwa yang
menyangkut para tokoh dari sudut pandang “ia” atau “dia”. Pencerita
mengetahui berbagai hal tentang tokoh, peristiwa, dan tindakan, termasuk motivasi yang melatarbelakanginya. Ia bebas bergerak menceritakan apa saja dalam lingkup waktu dan tempat cerita, berpindah-pindah tokoh
“dia” yang satu ke tokoh “dia” yang lain, menceritakan ucapan, tindakan
19
Burhan Nurgiyantoro, op. cit., h. 304-308
20
Albertine Minderop, Metode Karakteristik Telaah Fiksi, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005), h. 88.
21Ibid.,
(29)
tokoh bahkan juga hanya berupa pikiran, perasaan, pandangan, dan
motivasi tokoh secara jelas. Kedua, “Dia” terbatas yaitu pencerita yang
berada di luar cerita yang mengetahui segala sesuatu tentang diri seorang tokoh saja baik tindakan maupun batin tokoh tersebut. Dalam percakapan
antar tokoh banyak penyebutan “aku” dan “engkau”, sebab tokoh-tokoh
“dia” sedang dibiarkan mengungkapkan diri mereka sendiri.
Jenis sudut pandang pertama “akuan” terdiri atas “aku” tokoh utama dan “aku” tokoh tambahan. Sudut pandang “Aku” tokoh utama yaitu
pencerita yang ikut berperan sebagai tokoh utama, melaporkan cerita dari
sudut pandang “aku” dan menjadi fokus atau pusat cerita. Sudut pandang “aku” tokoh tambahan, yaitu pencerita yang tidak ikut berperan dalam
cerita, hadir sebagai tokoh tambahan yang aktif sebagai pendengar atau penonton dan hanya melaporkan cerita kepada pembaca dari sudut
pandang “saya”.
6. Gaya Bahasa
Bahasa dapat menjadi sarana pengungkapan sastra. Dalam sastra,
gaya adalah cara pengarang dalam menggunakan bahasa.22 Gaya
berdasarkan pendapat Aminuddin adalah cara seorang pengarang menyampaikan gagasannya dengan menggunakan media bahasa yang indah dan harmonis serta mampu menuansakan makna dan suasana yang
dapat menyentuh daya intelektual dan emosi pembaca.23 Alat gaya dapat
melibatkan masalah kiasan dan majas: majas kata atau pun majas kalimat.
7. Amanat
Pamusuk Eneste mendefinisikan amanat adalah sesuatu yang menjadi pendirian, sikap atau pendapat pengarang mengenai
inti-persoalan yang digarapnya.24 Dengan kata lain, amanat adalah pesan
pengarang atas persoalan yang dikemukakan.
22
Robert Stanton, Teori Fiksi Robert Stanton, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 61.
23
Wahyudi Siswanto, op. cit., h. 158-159.
24
(30)
Nilai-nilai yang ada di dalam cerita rekaan bisa dilihat dari diri pengarang dan pembacanya. Dari sudut pengarang, nilai ini biasa disebut amanat. Wahyudi Siswanto mengemukakan, amanat adalah gagasan yang mendasari karya sastra; pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada
pembaca atau pendengar.25 Di dalam karya sastra modern amanat ini
biasanya tersirat; di dalam karya sastra lama pada umumnya amanat tersurat.
Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu; biografi pengarang, psikologi pengarang, keadaan lingkungan sosial dan
ekonomi pengarang, dan pandangan hidup suatu bangsa.26
B.Hakikat Nilai Moral 1. Pengertian Nilai Moral
Nilai atau value (bahasa Inggris) atau valere (bahasa Latin) berarti
berguna, berdaya, dan berlaku. Nilai itu lebih dari sekedar keyakinan, nilai
selalu menyangkut tindakan, nilai seseorang diukur melalui tindakan.27
Berdasarkan pemaparan Sutarjo dalam buku Pembelajaran Nilai
Karakter, nilai adalah sesuatu yang dijunjung tinggi, yang dapat mewarnai,
dan menjiwai tindakan seseorang.28 Istilah Moral berasal dari kata Latin mos
yang berarti (kebiasaan, adat istiadat, cara tingkah laku, kelakuan), mores
(adat istiadat, kelakuan, tabiat, watak, akhlak, cara hidup). Helden dan Richards dalam Sjarkawi mengatakan bahwa moral adalah suatu kepekaan dalam pikiran, perasaan, dan tindakan dibandingkan dengan tindakan lain yang tidak hanya berupa kepekaan terhadap prinsip dan aturan. Selanjutnya Atkinson mendefinisikan moral atau moralitas merupakan pandangan tentang baik dan buruk, benar dan salah, apa yang dapat dan tidak dapat
dilakukan.29
25
Wahyudi Siswanto, op.cit., h. 162.
26
Ibid., h. 23-24.
27
Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h. 64.
28
Sutarjo Adisusilo, Pembelajaran Nilai Karakter (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h. 56.
29
(31)
Moral tidak identik dengan ilmu, pangkat atau keturunan, artinya tidak setiap orang bodoh, orang rendah dan dari keturunan rakyat banyak akan bermoral rendah, kendatipun kemampuannya untuk berpikir itu terbatas. Betapa banyaknya kita melihat kejahatan, kemaksiatan, dan kemerosotan moral terjadi di kalangan orang pandai, berpangkat tinggi dan dari keturunan bangsawan. Moral menyangkut kebaikan, orang yang tidak baik juga disebut sebagai orang yang tidak bermoral, atau sekurang-kurangnya sebagai orang yang kurang bermoral. Maka, secara sederhana kita mungkin dapat menyamakan moral dengan kebaikan orang atau kebaikan
manusiawi.30
Aristoteles dalam H.Burhanuddin menjelaskan, nilai moral adalah manusia itu dalam semua perbuatannya, bagaimanapun juga mengejar
sesuatu yang baik.31 Nilai moral tidak boleh berlawanan atau bertentangan
dengan agama yang dianutnya, maka pendidikan moral tidak bisa dipisahkan dari pendidikan agama. Setiap agama mengandung suatu ajaran moral yang menjadi pegangan bagi perilaku para penganutnya. Sebagaimana yang dikatakan oleh seorang tokoh dalam novel yang ditulis
pengarang Rusia termasyhur, Dostoyevski: “Seandainya Allah tidak ada, semuanya diperbolehkan”.32
Oleh karena itu, karena hidup berpegang teguh pada ajaran agama yang berasal dari Allah maka setiap perilaku ada batasan yang dikatakan baik atau buruk yang sering disebut perilaku bermoral atau tidak bermoral.
Pengaruh agama dengan sendirinya membina budi pekerti dan membina otak, bagi orang yang sama sekali tidak pernah mendapatkan didikan dan ajaran agama (ataupun tidak pernah mempelajari agama itu sendiri), maka kebiasaan hidupnya dengan sendirinya tidak dilandasi oleh ajaran-ajaran
30
Al. Purwa Hadiwardoyo MSF, Moral dan Masalahnya (Yogyakarta: Kanisius, 1990), h.13.
31
Burhanuddin Salam, Etika Individual Pola Dasar Filsafat Moral (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000), h. 31.
32
(32)
agama. Beragama, berarti bersedia hidup sesuai dengan ajaran dan tuntunan dari agama itu.
Nilai moral selalu berkaitan dengan tindakan manusia yang dilakukan secara sengaja dan tindakan yang berkaitan dengan nilai baik-buruk yang berlaku di masyarakat. Tindakan yang bersifat moral adalah tindakan yang menjunjung nilai pribadi manusia dan masyarakat. Tindakan yang menjunjung nilai manusia adalah semua tindakan yang menjaga dan menjamin kelangsungan hidup manusia.
Moralitas adalah sistem nilai tentang bagaimana kita harus hidup secara baik sebagai manusia, sistem nilai ini terkandung dalam ajaran berbentuk petuah-petuah, nasihat, wejangan, peraturan, perintah dan semacamnya yang diwariskan secara turun-temurun melalui agama atau kebudayaan tertentu
tentang bagaimana manusia harus hidup secara baik.33
Nilai moral merupakan bagian dari pendidikan karakter, pendidikan karakter sebaiknya diajarkan melalui berbagai tindakan praktik dalam proses pembelajaran. Moral dalam karya sastra biasanya mencerminkan pandangan hidup pengarang yang bersangkutan, pandangannya tentang nilai-nilai kebenaran dan hal itulah yang ingin disampaikannya kepada pembaca. Kenny dalam Burhan Nurgiyantoro mengemukakan, moral dalam cerita biasanya dimaksudkan sebagai suatu saran yang berhubungan dengan ajaran moral tertentu yang bersifat praktis, yang dapat diambil (dan ditafsirkan)
lewat cerita yang bersangkutan oleh pembaca.34
Hal tersebut merupakan petunjuk yang sengaja diberikan oleh pengarang tentang berbagai hal yang berhubungan dengan masalah kehidupan, seperti sikap, tingkah laku, dan sopan santun pergaulan, ia bersifat praktis sebab petunjuk itu dapat ditampilkan atau ditemukan modelnya dalam kehidupan nyata, sebagaimana model yang ditampilkan dalam cerita melalui sikap atau tingkah laku tokoh-tokohnya.
33
H. Burhanuddin Salam, Etika Sosial (Asas Moral Dalam Kehidupan Manusia) (Jakarta: PT. Rineke Cipta, 2002), h. 3.
34
(33)
Melalui cerita, sikap, dan tingkah laku tokoh-tokoh itulah pembaca diharapkan dapat mengambil hikmah dari pesan-pesan moral yang disampaikan pengarang. Moral dalam karya sastra dapat dipandang sebagai amanat. Unsur amanat itu, sebenarnya merupakan gagasan yang mendasari penulisan karya, gagasan yang mendasari diciptakannya karya sastra sebagai pendukung pesan.
Sebuah novel tentu saja dapat mengandung dan menawarkan pesan moral yang menyangkut seluruh persoalan hidup dan kehidupan, seperti persoalan hubungan manusia dengan diri sendiri, hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkup sosial, termasuk hubungannya dengan lingkungan alam dan hubungan manusia dengan Tuhannya. Moral dalam karya sastra, atau hikmah yang diperoleh pembaca melalui karya sastra, selalu dalam pengertian baik. Dengan demikian, jika dalam sebuah karya ditampilkan sikap dan tingkah laku tokoh yang kurang terpuji, tidaklah berarti bahwa pengarang menyarankan kepada pembaca untuk bersikap dan bertindak seperti diceritakan dalam karya sastra.
Pada dasarnya misi nilai moral yang diterapkan di lingkungan sekolah, keluarga, dan lingkungan adalah mengajarkan nilai dasar hormat pada diri
sendiri dan orang lain. Dalam buku Pendidikan Karakter Panduan Lengkap:
Mendidik Siswa Menjadi Pintar dan Baik terdapat nilai-nilai moral yang
harus diajarkan di sekolah dan penulis rangkum menjadi sembilan nilai
dasar moral, yaitu;35
1. Sikap hormat
Sikap hormat berarti menunjukkan penghormatan dan bakti melalui sikap yang baik dari sudut pandang tata bahasa maupun tata perilaku. Nilai ini terbagi menjadi; sikap hormat terhadap diri sendiri, dan sikap hormat terhadap orang lain. Sikap hormat terhadap diri sendiri menuntut untuk memperlakukan kehidupan kita sendiri dan manusia lain sebagai sesuatu yang memiliki nilai yang baik. Sikap hormat pada orang lain
35
Thomas Lickona, Pendidikan Karakter Panduan Lengkap: Mendidik Siswa Menjadi Pintar dan Baik, (Bandung: Nusa Media, 2013), h. 64-66.
(34)
menuntut untuk memperlakukan semua manusia termasuk yang tidak disukai sebagai sosok yang memiliki harga diri dan hak-hak yang setara
dengan diri kita.36
2. Tanggung jawab
Tanggung jawab merupakan kemampuan untuk menanggung, menekankan kewajiban-kewajiban positif untuk saling peduli terhadap
satu sama lain.37 Selain itu, melaksanakan kewajiban yang seharusnya
dilakukan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, orang lain, dan lingkungan. Sikap tanggung jawab sangat penting di tanamkan pada diri seseorang, dengan adanya sikap tanggung jawab maka seseorang akan lebih berhati-hati dalam melakukan sesuatu karena segala sesuatu yang dilakukan pasti
memiliki konsekuensi.”38
3. Kejujuran
Kejujuran merupakan sikap yang berkaitan dengan hati nurani manusia, Heri Gunawan menjelaskan bahwa kejujuran merupakan perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang
yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan dan tindakan.39 Jadi,
kejujuran adalah suatu kata atau tindakan yang dilakukan sesuai dengan fakta dan kebenaran.
4. Toleransi
Toleransi merupakan sikap yang adil, obyektif, dan saling menghargai terhadap semua orang yang memliki perbedaan gagasan, ras atau keyakinan dengan kita. Toleransi adalah sesuatu yang membuat
dunia menjadi tempat yang aman bagi keberagaman.40
36
Ibid,. h. 62.
37
Ibid,. h. 63.
38
Nurla Isna Aunillah, Panduan menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah, (Jogjakarta: Laksana, 2011), h. 83.
39
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implemetasi, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 33.
40
(35)
5. Disiplin diri
Disipin merupakan suatu tindakan yang menunjukkan perilaku tertib
dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.41 Disiplin diri
mengajarkan untuk tidak memperturutkan kehendak hati yang cenderung melakukan perbuatan merendahkan diri atau kesenangan yang merusak
diri, disiplin diri menuntut kita untuk mengejar hal-hal yang baik.42
Berdasarkan pemaparan tersebut bahwa sikap disiplin pada diri seseorang akan membuat orang tersebut membatasi diri untuk tidak melakukan hal-hal yang tidak baik dan melanggar batas norma yang berlaku di masyarakat maupun agama.
6. Suka menolong
Senang memberikan pertolongan kepada orang lain secara ikhlas, semangat suka menolong akan menimbulkan kebahagiaan tersendiri di
saat kita bisa melakukan suatu kebaikan.43
7. Berbelas kasih
Berbelas kasih dalam arti ikut merasakan keadaan yang tengah
dialami orang lain.44 Berbelas kasih merupakan sisi empati karena peduli
dengan keadaan orang lain. Rasa empati juga merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam menjalin hubungan antarpribadi dengan memahami permasalahan dan perasaan orang lain.
8. Kerja sama
Kerja sama merupakan suatu usaha yang dikerjakan secara bersama-sama untuk mendapatkan tujuan yang telah direncakan. Tujuan kerja sama akan terjalin dengan adanya sikap saling menghargai. Kerja sama menunjukkan bahwa dalam dunia yang semakin saling tergantung ini harus bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, bahkan hal yang
paling mendasar seperti mempertahankan kelangsungan hidup manusia.45
41
Heri Gunawan, op., cit., h.33.
42
Thomas Lickona, op., cit., h. 65.
43
Ibid., h. 65.
44
Ibid., h. 65.
45
(36)
9. Berani
Merupakan sikap percaya diri yang besar dalam menghadapi kesulitan, bahaya dan sebagainya dengan rasa tidak takut.
Berdasarkan sembilan nilai dasar moral yang telah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa nilai moral dapat menjadi tatanan atau ukuran yang mengatur tingkah laku, perbuatan, dan kebiasaan manusia yang dianggap baik atau buruk oleh masyarakat ataupun di lingkungan sekolah. Adanya nilai moral tersebut berupaya untuk meningkatkan manusia menjadi makhluk yang berbudaya, berpikir, dan berakhlak.
C.Penelitian yang Relevan
Pada penelitian ini penulis menggunakan novel Pesantren Impian karya
Asma Nadia sebagai objek penelitian. Penulis mencari referensi yang bersumber dari skripsi dan internet, tetapi sampai saat ini penulis belum
menemukan skripsi, tesis atau disertasi yang menjadikan novel Pesantren
Impian sebagai objek penelitian. Namun, terdapat hasil penelitian yang
menjadikan nilai moral dan karya Asma Nadia lainnya sebagai objek penelitian dalam skripsi.
Penelitian yang sesuai dengan penelitian sebelumnya, dirumuskan melalui judul, penulis dan tahun penyusunan, yaitu :
“Nilai Moral dalam novel 5cm dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran
Sastra di Sekolah” 2012 oleh Silvia Ratna Juwita, mahasiswa UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Penulis menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan psikologi sosial yang membahas tentang hubungan antarindividu. Nilai-nilai moral yang tertulis diantaranya; Jujur, tanggung jawab, disiplin, visioner, adil, peduli, dan kerja sama.
“Nilai-Nilai Religius dalam Novel Cinta di Ujung Sajadah Karya Asma
Nadia dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Sastra di SMA” 2013 oleh
Anggi Mutiara Mardika, mahasiswa Universitas Pancasakti Tegal. Adapun objek kajian penelitian ini adalah nilai-nilai religius yang terkandung dalam
(37)
dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif, data dalam penelitian ini berupa data yang berwujud kata, kalimat, dan ungkapan yang terdapat di
dalam novel Cinta di Ujung Sajadah. Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan teknik observasi dan studi pustaka, nilai-nilai religius yang menajdi objek penelitian terdiri dari penyerahan diri dan taat terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kehidupan yang penuh kemuliaan, perasaan batin yang ada hubungannya dengan Tuhan, perasaan batin yang ada hubungannya dengan rasa berdoa, dan pengakuan akan kebesaran Tuhan.
“Aspek Kepribadian Tokoh Utama dalam Novel Cinta di Ujung Sajadah
karya Asma Nadia: Tinjauan Psikologi Sastra” 2013 oleh Ika Putri Adiyanti,
mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta. Metode penelitian yang
digunakan untuk mengkaji novel Cinta di Ujung Sajadah karya Asma Nadia
adalah metode deskriptif kualitatif dengan strategi kasus terperancang. Hasil analisis kepribadian tokoh utama dengan tinjauan psikologi sastra meliputi struktur kepribadian, dinamika kepribadian, serta kecemasan. Struktur
kepribadian dalam penelitian ini mencangkup das es (aspek biologis), das ich
(aspek psikologis), dan das ueber ich (aspek sosiologis). Dinamika kepribadian
dalam penelitian ini mencangkup instink hidup dan instink mati, sedangkan kecemasan mencangkup kecemasan moral dan kecemasan realistis.
“Analisis Struktural dan Kajian Religiutas Tokoh Dalam Novel Rumah
Tanpa Jendela karya Asma Nadia” 2013 oleh Kusumaning Dwi Susanti,
mahasiswa Universitas Diponegoro. Penelitian ini menggunakan metode deskripsi kualitatif, metode ini digunakan untuk memaparkan hasil dari penelitian, struktur novel mulai dari tokoh, penokohan, alur pengaluran dan latar. Mendeskripsikan unsur religiusitas yang terdiri dari dimensi kepercayaan, praktis, pengalaman, pengetahuan, dan etis.
Pada penelitian ini terdapat perbedaan dengan penelitian-penelitian
sebelumnya, dari segi objek penelitian penulis menggunakan novel Pesantren
Impian cetakan pertama Juli 2014 karya Asma Nadia. Penulis menggunakan
metode kualitatif untuk menemukan dan menganalisis data yang berkaitan
(38)
pada nilai moral berdasarkan pemaparan Thomas Lickona yang terbagi menjadi; sikap hormat, tanggung jawab, kejujuran, toleransi, disiplin diri, suka menolong, berbelas kasih, kerja sama dan berani. Adapun pada penelitian ini penulis menggunakan pendekatan objektif untuk menemukan unsur-unsur
(39)
28
BAB III
TINJAUAN NOVEL PESANTREN IMPIAN
A.Profil Asma Nadia
Asma Nadia adalah nama pena dari Asmarani Rosalba, lahir pada 26 Maret 1972 di Jakarta. Anak dari pasangan Amin Usman dan Maria Eri Susanti masuk ke dunia tulis menulis ketika menciptakan lagu di sekolah dasar. Asma Nadia aktif menulis dan mempublikasikan karyanya setelah ia lulus dari SMA 1 Budi Utomo Jakarta dan sasarannya adalah majalah keislaman, yaitu majalah
Annida. Setelah lulus dari SMA 1 Budi Utomo, lalu ia melanjutkan kuliah di
Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Asma Nadia menikah
dengan Isa Alamsyah seorang penulis buku motivasi yang berjudul No Excuse
dan dari pernikahannya Asma Nadia memiliki dua anak, yaitu Putri Salsabila
dan Adam Putra Firdaus. Saat ini Asma Nadia masuk dalam penulis „best
seller’ wanita Indonesia, Asma Nadia juga aktif menulis lirik lagu sebagian
lirik lagunya dapat ditemukan di album Bestari I (1996), Bestari II (1997), dan Bestari III (2003), Snada The Prestation, Air Mata Bosnia, Cinta Illahi, dan Kaca Diri. Selain itu, Asma Nadia dikenal sebagai ketua Forum Lingkar Pena yaitu sebuah forum kepenulisan dengan identitas Islam yang memiliki tujuan
mendidik dan memberikan pencerahan kepada pembaca melalui tulisan.1
Asma Nadia dikenal sebagai penulis yang peduli terhadap buku-buku yang dapat dimanfaatkan untuk anak-anak yang kurang mampu. Hal tersebut dibuktikan dengan menyumbangkan hasil royalti dari buku-buku yang telah ditulisnya untuk mengembangkan Rumah Baca Asma Nadia sebuah perpustakaan dan tempat mengasah kreativitas bagi anak dan remaja kurang mampu. Asma Nadia juga memanfaatkan kemajuan teknologi dalam upayanya menyemangati kaum perempuan untuk membaca melalui milisnya pembacaasmanadia@yahoogroups.com. Berawal dari milisnya tersebut lahirlah kelompok buku AsmaNadia (KBA) di berbagai kota di tanah air, sebagai
1
Fairuz Su’da. http://id.scribd.com/doc/34709803/Biografi-Asma-Nadia, (diunduh pada 11 September 2014, 09.40 WIB)
(40)
kegiatan alternatif yang setiap bulannya para anggota berkumpul dan
berdiskusi tentang buku yang telah mereka baca.2
Adik dari penulis Helvy Tiana Rosa ini menjadi satu dari 35 penulis dari 31 negara yang diundang untuk menjadi penulis tamu dalam International Writing Program di Lowa, ia sempat berbagi tentang Indonesia dan proses kreatifnya dalam menulis dengan pelajar dan mahasiswa serta senior citizen di Amerika. Beberapa kali diundang untuk menghadiri acara kepenulisan di Singapura, Malaysia, dan Brunei Darussalam. Di tahun 2006 ia didaulat menjadi salah satu dari dua sastrawan muda Indonesia yang diundang untuk tinggal oleh pemerintah Korea Selatan selama enam bulan. Asma Nadia juga pernah menjadi pembicara pada forum Seoul Young Writers Festival di Korea
Selatan, memberikan workshop kepenulisan kepada pelajar Indonesia di Mesir,
Swiss, Inggris, Jerman, Roma (Italia) dan Vatikan, buruh migran di Hongkong dan Malaysia. Di dalam negeri, ia sering diundang untuk menjadi pembicara di berbagai universitas ternama di Indonesia, seperti UI, ITB, UNPAD, UGM, IPB, Unsyiah, Universitas Brawijaya, dan perguruan tinggi ternama lainnya.
Asma Nadia memiliki keinginan yang kuat untuk tetap menulis dan berkarya, ia pun banyak mendapat berbagai penghargaan dan hadiah sastra
hasil dari karya-karyanya. Pada Maret 2010, Republika menobatkan Asma
Nadia sebagai salah satu tokoh Perubahan Republika yang menyuarakan semangat keislamannya melalui novel-novel karangannya. Sebuah cerpennya yang berjudul Ilmut dan Koran Gondrong pernah memenangi juara I Lomba Menulis Cerita Pendek Islami (LMCPI) tingkat nasional yang diadakan Majalah Annida 1994.
Penghargaan lainnya, seperti Rembulan di Mata Ibu meraih Adikarya
IKAPI untuk kategori Buku Remaja Terbaik I tahun 2001, 2002, dan 2005. Tahun 2003 Asma Nadia menjadi pengarang Fiksi Remaja Terbaik dari Mizan Award, dua cerpennya masuk dalam antologi kumpulan cerpen terbaik majalah
Annida; Merajut Cahaya (Pustaka Annida). Selain hadiah dan penghargaan
2
Sakti Mandraguna, http://www.tamanismailmarzuki.co.id/tokoh/asma.html, (diunduh pada 11 September 2014, 09.32 WIB)
(41)
sastra atas karya fiksinya Asma Nadia juga pernah mengikuti Pertemuan Sastrawan Nusantara XI di Brunei Darussalam, workshop kepenulisan novel yang diadakan Majelis Sastra Asia Tenggara (MASTERA), serta novelis IBF terbaik lewat novelnya Istana Kedua (2008).
Tahun 2011, salah satu karya Asma Nadia, Sakina Bersamamu terpilih
sebagai fiksi terfavorit oleh Anugerah Pembaca Indonesia, Goodreads
Indonesia. Pada tahun yang sama Tupperware She Can memberikan
penghargaan terhadap Asma Nadia sebagai salah satu perempuan Indonesia paling inspiratif. Harian Republika memberikan anugerah pada Asma Nadia sebagai Tokoh Perubahan 2010 kepada penulis produktif yang telah menulis 49 buku, Sementara IKAPI menyematkan penghargaan sebagai Tokoh Perbukuan Islam di tahun 2011. Asma Nadia juga masuk dalam daftar The 500 most Influential Muslim di dunia tahun 2012.
Beberapa karya Asma Nadia telah difilmkan, diantaranya Emak Ingin Naik
Haji yang telah difilmkan oleh Aditya Gumay (film ini meraih lima
penghargaan di Festival Bandung, salah satunya sebagai Film Terpuji), Rumah
Tanpa Jendela, dan 17 Catatan Hati Ummi (judul filmnya Ummi Aminah).
Selain itu Asma Nadia juga menulis skenario: Pintu Surga (seri Ramadhan di
Trans TV) dan Anak Matahari (SCTV). Sementara Catatan Hati Seorang Istri
telah di sinetronkan oleh RCTI dengan judul Catatan Hati Seorang Istri sejak
Juni 2014-dibintangi oleh Dewi Sandra.3
Karya-karya Asma Nadia; Aisyah Putri 1 : Operasi Milenia (2000),
Serenade Biru Dinda (2000), Hari-Hari Cinta Tiara (2000), Pesantren Impian
(2000), Ola si Koala 1: gara-gara hal yang sepele (2000), Ola si Koala 2:
Lomba Mengaji (2000), Kerlip Bintang Diandra (2000), Rembulan di Mata Ibu
(2000), Kepak Sayap Patah (2001), Aisyah Putri 2: Chat Online (2001),
Dialog 2 Layar (2001), Aisyah Putri 3: Mr. Penyair (2002), Derai Sunyi
(2002), Meminang Bidadari (2002) , Aisyah Putri 4: Teror Jelangkung Keren
(2003), Jai dan Jamilah 1: T-Two On Mission (2003), Aku Ingin menjadi
Istrimu (2004), Jadilah Istriku (2005), Jangan Jadi Muslimah Nyebelin (2005),
3
(42)
(43)
Walaupun judul novel tersebut adalah 10 Orang Negro tetapi tokoh-tokoh dalam novel tersebut bukanlah orang-orang negro, sepuluh orang negro adalah sebuah sajak kuno yang ditemukan di rumah mewah yang terletak di pulau Negro.
Kesepuluh orang tersebut diundang ke pulau Negro dengan maksud untuk menebus kesalahan mereka, sepuluh orang tersebut adalah orang-orang yang memiliki riwayat kejahatan pembunuhan di masa lalu. Penebusan dosa sepuluh orang tersebut yang diundang ke pulau Negro dibayar dengan nyawa mereka, dan satu persatu tewas secara misterius dengan cara pembunuhan yang berbeda-beda seperti yang tertuliskan dalam sajak sepuluh orang negro.
Setelah penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa terdapat sedikit
kemiripan pada penceritaan Asma Nadia dalam novel Pesantren Impian,
dengan mengundang para remaja yang memiliki riwayat kejahatan di masa lalu untuk menetap di sebuah pesantren yang berada di pulau Lhok Jeumpa, Aceh.
Dalam novel Pesantren Impian mengundang para remaja untuk menebus
kesalahan masa lalu mereka dengan cara yang berbeda dengan penceritaan
Agatha Christie dalam novel 10 Orang Negro, Asma Nadia memilih cerita
dengan cara merehabilitasi para tokoh yang memiliki riwayat kejahatan untuk menjadi seseorang yang lebih baik dengan meninggalkan masa lalu mereka.
Selain itu, Asma Nadia ingin menulis sebuah buku dengan setting
pesantren yang pada saat itu belum banyak yang menulis tentang pesantren.
Asma Nadia berharap novel Pesantren Impian bisa menginspirasi orang lain
yang mempunyai proyek atau yang sedang membangun pesantren untuk membuat pesantren yang mencangkup semua hal, artinya tingkat keimanannya
baik, teknologinya baik, dan perkembangan keilmuannya juga tercover dengan
baik.
Novel Pesantren Impian murni sebagai novel fiksi tetapi untuk berbagai
fenomena kejahatan yang terjadi di dalam cerita, seperti narkoba, seks bebas, kriminal Asma Nadia berusaha mengangkat fenomena penyimpangan pergaulan tersebut dari realitas yang banyak terjadi di kehidupan masyarakat.
(44)
Awal mulanya novel Pesantren Impian adalah sebuah cerita bersambung
yang Asma Nadia tulis disalah satu majalah Annida yang setiap sebulan sekali
ia kirim dan dimuat bersambung selama hampir dua tahun. Cerita novel
Pesantren Impian dimuat bersambung dan melalui tahap pengeditan, setelah
semua cerita terkumpul baru dilakukan proses penerbitan novel Pesantren
Impian dengan kurun waktu sekitar dua bulan.
Selain itu, berdasarkan hasil wawancara singkat yang dilakukan dengan
Asma Nadia melalui media sosial (WhatsApp), Asma Nadia mengemukakan
bahwa bagaimana pun naskah-naskah yang terbit pada tahun 2000 harus dilakukan pengeditan dan disesuaikan dengan kondisi perkembangan zaman dan teknologi saat ini, seperti yang Asma Nadia katakan bahwa tidak mungkin cerita yang ditulis saat ini tanpa membahas sosial media. Hal tersebut diupayakan untuk menyesuaikan cerita dengan kondisi saat ini.
Asma Nadia menjelaskan bahwa secara garis besar cerita dalam novel
Pesantren Impian yang terbit tahun 2000 dengan novel yang diterbitkan tahun
2014 masih memiliki kesamaan cerita, perubahan hanya terjadi pada penceritaannya, deksripsinya dan konflik batin yang terjadi di dalam cerita. Perubahan pada bagian tertentu supaya kekinian dalam cerita pun terlihat nyata sesuai dengan kehidupan saat ini.
Asma Nadia dalam novel Pesantren Impian mendeskripsikan makna
pesantren bukan hanya sebagai tempat mendapatkan pengetahuan agama, tetapi juga sebagai tempat yang bisa menjadi pusat rehabilitasi bagi para remaja yang bermasalah atau pun sedang mangalami permasalahan dalam hidupnya untuk mendapatkan ketenangan batin dengan lebih mendekatkan diri kepada Allah Swt. Tujuannya agar para remaja tersebut menjadi pribadi dengan keislaman
yang lebih baik. Seperti yang dituliskan Asma Nadia dalam novel Pesantren
Impian.
“Sejak itu, sudah tak terhitung jumlah mereka yang datang dan pergi.
Sebab pesantren, dengan cara yang khas, juga rutin mengundang pendatang. Mereka yang ingin mendapatkan ketenangan, membersihkan diri, belajar tentang Islam lebih dalam, atau sekedar mengubah cara hidup
(45)
agar lebih dekat ke alam-begitu kalimat yang tercantum dalam setiap
undangan-Pesantren Impian mungkin jawabannya.”4
Seperti yang dipaparkan Asma Nadia dalam wawancara singkatnya,
Pesantren Impian tidak hanya memberikan pembinaan keislaman tetapi mereka
pun menampung bahkan mengundang secara pribadi anak-anak muda yang
bermasalah yang terjerat drugs, seks di luar nikah, penjahat kriminal bahkan
yang telah melakukan pembunuhan meskipun tidak disengaja. Asma Nadia ingin Pesantren Impian menjadi pesantren yang keislamannya kuat tetapi juga
update terhadap perkembangan teknologi.
Untuk bisa menetap dan menjalani rehabilitasi di Pesantren Impian tidak semua orang dapat menjangkau pesantren tersebut yang lokasinya berada di Pulau Lhok Jeumpa, Aceh. Di dalam novel, pesantren tersebut digambarkan berada di lokasi yang sulit untuk ditemukan oleh orang lain karena pulau tersebut tidak tertera dalam denah peta. Salah satu cara Asma Nadia menggambarkan betapa rahasianya Pesantren Impian selain menceritakan lokasi pesantren yang tak tergambarkan dalam denah peta, yaitu dengan jalur undangan yang diberikan secara khusus kepada remaja yang akan menjalani rehabilitasi. Para remaja yang menerima undangan rahasia dari Pesantren Impian akan dijemput dan diantarkan sampai pesantren oleh pengurus yang bekerja di pesantren impian.
“Pesantren Impian dibangun sedemikian rupa, untuk memberi ketenangan dan kedamaian bagi penghuninya. Sebagai investasi akhirat jangka panjang, lelaki itu tak pernah merasa rugi, dengan besarnya dana yang dihabiskan untuk pembangunan pesantren. Kalau tempat ini sekaligus bisa menjadi pusat rehabilitasi bagi anak-anak muda yang bermasalah, maka kenyamanan merupakan upaya pertama untuk membuat
mereka betah. Tanpa itu, mustahil mereka bisa direhabilitasi.”5
Berupaya menciptakan tempat dan suasana yang menyenangkan untuk memberikan ketenangan pada para remaja yang menjalani rehabilitasi para pengurus pesantren selain mengisi waktu para remaja dengan kegiatan
4
Asma Nadia, NovelPesantren Impian (Jakarta: AsmaNadia Publishing House, 2014), h. 20.
5Ibid,
(46)
keagamaan seperti setiap hari Senin dan Kamis dijadwalkan berpuasa sunnah dan mengaji bersama. Pengurus pesantren pun juga menyediakan fasilitas untuk para remaja, seperti diadakannya lahan untuk menanam tumbuhan bagi yang senang bercocok tanam, ada pula binatang ternak dan sarana olah raga untuk para remaja supaya terbiasa melepaskan diri dari kebiasaan buruknya di masa lalu.
Asma Nadia dalam pembuatan novel Pesantren Impian menyiratkan
pesan-pesan moral dan religius dalam ceritanya. Sejak Asma Nadia lulus Sekolah Menengah Atas (SMA) 1 Budi Utomo ia aktif menulis dan
mempublikasikan karyanya di majalah Annida. Asma Nadia memang dikenal
sebagai penulis novel Islami.
Novel Pesantren Impian selain memiliki nilai agama, novel tersebut juga
memiliki nilai kehidupan yang bermanfaat untuk pembaca. Novel Pesantren
Impian selain menceritakan kisah para remaja yang terbelenggu dalam
pergaulan yang salah, novel tersebut juga mengisahkan sikap dermawan seorang laki-laki yang mendirikan pesantren yang menjadi tempat rehabilitasi para remaja. Asma Nadia juga dikenal sebagai sastrawan yang menyuarakan semangat keislaman melalui novel-novel karangannya.
Karya sastra merupakan bingkai dari realitas yang berlaku pada saat karya itu ditulis. Karya sastra bisa menjadi cerminan dari keadaan dan situasi kehidupan nyata yang dituangkan dalam bentuk fiksi atau rekaan. Asma Nadia
dalam novel Pesantren Impian mengangkat cerita mengenai peristiwa yang
banyak terjadi pada saat ini yaitu tentang akibat pergaulan bebas, pemerkosaan,
dan akibat perceraian orang tua. Oleh karena itu, sasaran novel Pesantren
Impian sangat baik untuk para remaja namun tidak menutup kemungkinan
bahwa kalangan orang dewasa atau orang tua juga banyak yang membaca
novel Pesantren Impian.
Asma Nadia sebagai seorang penulis novel yang dapat dikatakan sebagai
penulis Best Seller, memiliki amanat tersendiri untuk para pembacanya.
Melalui novel Pesantren Impian Asma Nadia berharap bisa membangun
(1)
KEMENTERIAN AGAMA UIN
JAKARTA
FITK
Jl. lr. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 lndonesia
FORM (FR)
No. Dokumen
:
FITK-FR-AKD-081 Tgl.Terbit :
1 Maret 2010No.
Revisi: :
01Hal 1tl
SURAT BIMBINGAN
SKRIPSI
Nomor : Un.01/F. 1/KM.01.3/..?.1.!.9 .12014Lamp.
:-Hal
:Bimbingan SkripsiNama
NIM
Jurusan Semester Judul Skripsi
Tembusan:
1.
Dekan FITK2.
Mahasiswa ybsJ akarta, 3 Desember 20 1 4
Kepada Yth.
Novi Diah Haryanti, M. Hum Pembimbing Skripsi
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UN
Syarif Hidayatullah Jakarta.As s al amu' al aikum wrw b.
Dengan
ini
diharapkan kesediaan Saudarauntuk
menjadi
pembimbingllll
(materi/teknis) penulisan skripsi mahasiswa:
Widiyowati Tria Rani Astuti 1 1 1 1013000077
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
VII
(Tujuh):
Nilai Moral
Dalam Novel Fesantren Impian karya Asma Nadiadan_ Rele-vansinya fe-rhadap Peun-belajsran Bahasa tlarrr Sastr6 Indonesia.
Judul tersebut telah disetujui oleh Jurusan yang bersangkutan pada tanggal 1 Desember
2014
,
abstraksi/outline terlampir. Saudara dapat melakukan perubahan redaksional pada judul tersebut. Apabila perubahan substansial dianggap perlu, mohon pembimbing menghubungiJurusan terlebih dahulu.
Bimbingan skripsi
ini
diharapkan selesai dalam waktu 6 (enam) bulan, dan dapat diperpanjangselama 6 (enam) bulan berikutnya tanpa surat perpanj angan.
Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu'alaihtm
wr.wb.
..."1, :i ..:Jurusan
:A., Ph.D. 199002 1 00 r
(2)
LEMBAR UJI
REFERENSI
Seluruh referensi
yang
digunakandalam penelitian
skripsi
berjudul
'Nilai
Moral
dalam
Novel
PesantrenImpian Karya Asma Nadia dan
Implikasinya
Terhadap Pembelajaran Sastradi
Sekolah"
yang disusunoleh
V/IDIYOWATI TRIA RANI
ASTUTI,
NIM
1111013000077, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra lndonesia,Fakultas
Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas IslamNegeri Syarif
Hidayatullah lakafia, telah disetujui kebenarannya oleh dosen pembimbing skripsi pada Selas4 06 Oktober 2A15.Jakarta, 06 Oktober 2015
(3)
Nama
NIM
Fakultas Judul SkripsiDosen Pembimbing
DAFTAI(
REIIERItrNSI Widiyowati Tria Rani Astuti1 I 1 1013000077
Ilmu Tarbiyah dan I(eguruan
Nilai
Moral dalam Novei Pesantren Impian I(arya AsmaNadia dan Implikasinl,a Terhadap I'embelajarau Sastra di
Sekolair.
Novi Diah Flaryanti, N4. I{um.
No Nama Buku
Halaman dalam
Buku
Paraf
I Adisusilo, Sutarjo, PembelajaranNilai
Karakter.Jakarta: Rajawali Pers, 2012. 56
\l
2.
Aunillah,
Nurla
Isna.
Panduan
meneraplconPenclidikcm
Karalrter
di
Sekolah.
Jogjakarla:Laksana,2011.
6J
r
J.
Atmazaki,
Ilmu
Sastra: Teori
dan
Terapan.Padang: Angkasa Raya Padang, 1990. 62
$
4. Aziez, Furqonul dan Abdul Hasim, Menganolisis Filrsi Sebuah Pengontctr. Bogor: Ghalia Indonesia, 2010.
75
th
5. Bertens,
I(.
Etilca" Jakarla: Gramedia PuslakaUtama, 1993. 38
tA
L
6. Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen
Agama
RI.
Undang-Undangdan
PeraturanP emerintah
N
tentang Pendidikan Jakarta,2006.8-9
\,h
7. Eneste, Pamusuk.
Novel
clanFilm. NTT:
NusaIndah,1991. 57
*
8" Gunawan, He,ri. PendidikanKarakter
:
Konsep(4)
9. Hadiwardoyo,
Al.
Purwa. Moral dan Masalahnya.Yogyakarta: I(anisius, 1 990. 13
lq-10.
Hawthom, Jeremy. Studying
the
Novel
AnIntroductiorz. USA; Great Britain, 1 985. 1
$
1l Lickona, Thomas. Penclidikan Karakter Puncluan
Lengkap
Mendidilc
SiswctMeniadi Pintor
clunBailc. Bandung: Nnsa Media, 2013. 62-66
$
12. Minderop, Albertine. Metode Karakteristik TelaahFiksi. lakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005, 88-90
w
13.
Moleong,
Lexy
J.
Metodologi
PenelitianKualitatif . Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009. 4
$
14. Nadia, Asma. Novel Assolanrualoiktutt, Beijing!.Jakarla: Noura Books, 2013. 2-289
\fl
15. Nadia, Asma. Novel Pesantren
Impion.
JakarlaAsmaNadia I'ublishing House. 2014. 340
r1
16. Nurgiyantoro,
Burhan.
Teori
Pengkajian Fiksi Yogyakarta: Gaj ahMada University Press, 1 995,6,9,99,
165,167,
209-2t6
\h
\7.
Oenrarjati,
Boen
S.
Mengakrablcon Sostru.Jakarta: UI-Press, 20 1 2. 1
\,\
18.
Priyatni,
EndahTri.
Merubucn Sostrrt DengunAncongan
Literosi
Krilis..Iakarta:
PT
BumiAksara,2010.
t24
r
t9.
Pur-wo, Bambang l(aswanti.Bulir-lJulir
Sastru&
B cth asa. Yogyakarla: I(anisius, I 99
l.
6i
Lh
20. Ratna, Nyoman I(utha. Teori, Metocle, don Teknik Penelitian Sostro. Yogyakarta: Pustaka Felajar,
)oo'1 47,74
F
2l
Rusyana,
Yus.
IJahaso
dan
Sostra
clalsntGompitan Pencliclikon. Bandung:C.V. I)ipnegoro,
(5)
22. Salam,
H.
Ilurhanuddin.Etika
Individual
PolcrDosar
Filsctfat
Moral.
.Iakarta:Rineke
Cipta,2000. 31
I
23. Salam, H. Burhanuddin. Etilca Sosial (Asos
Morol
Dalaru
l(ehiclupunMarusia).
Jakarta:
RinekeCipta,2002. J
tb
24. Sentosa.
Wijaya
IIem
clanSri
WahyLrningtyas.Pengantar Apresiasi Prosct.
Surakarta: Yuma Pr,rstaka,20107, 55-56
s
25.
Siswanto, Wahyudi. Penguntor
Teori
Sastra.Jakafia: Grasindo, 2008. 742,149,lBl-183
s
26. Siswantoro. Metode
Penelitian
Sastra AnalisisStruktur Puisi. Y ogyakarta: Pustaka Pelaj ar, 20 I 0. 48
\l
27.
Sjarkawi.
Pembentukan
Kepribadian
Anak.J akarta: Bumi Aksara, 2006. 29,64
I,F
28. Stanton, Robert . Teori Fiksi Robert Stanton,
Yogyakarta: Pustaka P elajar, 2007 .
61
rh
29.
Sumardjo,
Jakob
dan
Saini
I(.M,
ApresiasiKesusas traan. Jakarta: Gramedia, 1 986. 29
$
30. Susanto,
I)wt.
Pengantor Teori Sostrct. Jakarta:CAPS. 2012 45
\A
31
Widiastono,
Tonny D.
Pendiclikan Monusict Inclonesicr. Jakarta: PT I(ompas Media Nusantara,2004. 110
\l
)L. Mandraguna,Sakti.
hftp://
www.taqranisrqailfnarzuki
.co.id/tokoh/asma.html, (diunduhpada
l1September 2014, 09.32 WIB)
33. Su' da,Fairuz. http ://id. sqribd. com/doc/3 470 9 Q03./
Biografi-Asm.a-Nadia,(diunduh
pada
l1September 2014, 09.40 WIB)
F
(6)