Efektivitas Disrtibusi dalam Pelaksanaan Program Beras Miskin (RASKIN) di Kecamatan Bilah Barat Kabupaten Labuhan Batu

BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Latar Belakang
Setiap negara di dunia ini tentu melaksanakan pembangunan untuk
Negaranya.Pembangunan merupakan hal mendasar yang dilakukan setiap negara
untuk terus mensejahterakan dan memajukan kehidupan warga negaranya.Pada
hakekatnya

negara

melaksanakanpembangunan

untuk

meningkatkan

kesejahteraan bangsa secara utuh dan menyeluruh tanpa membedakan suku,
agama

dan


jenis

kelamin.Dalam

Undang-undang

Dasar

1945,

tujuan

pembangunan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat
Indonesia, karenanya seringkali terdengar istilah pembangunan oleh rakyat dan
untuk rakyat.
Menurut Wanggai (2012:15) mengemukakan bahwa salah satu paradigma
pembangunan Indonesia yang tertuang dalam skenario pembangunan nasional
Indonesia adalah pembangunan untuk semua (Development for All). Paradigma ini
menekankan pada pembangunan yang inklusif untuk segenap komponen
masyarakat, baik yang di kota maupun di desa. Hal ini tertuang dalam Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM) 2010-2014 dan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJP-N) Tahun 2005- 2025. Strategi ini
muncul karena Indonesia menyadari bahwa pembangunan diperuntukkan untuk
masyarakat. Masyarakat Indonesia sendiri sangat beraneka ragam terdiri dari
kelompok-kelompok yang berbeda, baik status sosial, pengetahuan, gender,
budaya dan sebagainya.

1
Universitas Sumatera Utara

Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan
sumberdaya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik
yang tangguh, mental yang kuatkesehatan yang prima, serta cerdas.Hasil
penelitian menunjukkan bahwa hal ini sangat ditentukan oleh status gizi yang
baik, dan status gizi yang baik ditentukan oleh jumlah asupan pangan yang
dikonsumsi.Apabila gizi kurang dan gizi buruk terus terjadi dapat menjadi faktor
penghambat dalam pembangunan nasional. Menurut Suryana (2004) dalam
Hendra (2008:78) ketahanan pangan dan gizi menghendaki pasokan dan harga
pangan yang stabil, merata dan berkelanjutan, serta kemampuan rumah tangga
untuk memperoleh pangan yang cukup, serta mengelolanya dengan baik agar

setiap anggotanya memperoleh gizi yang cukup dari hari ke hari.
Hermanto (2002) dalam Handewi (2008:123) juga menyatakan bahwa
gejolak harga pangan (beras) berdampak negatif terhadap daya beli konsumen
serta menghambat rumah tangga untuk mengakses pangan yang dibutuhkan.Di
tingkat produsen, gejolak harga dan penurunan harga gabah pada saat panen raya
berdampak pada menurunnya pendapatan dandaya beli petani.Dengan demikian,
ketidakstabilan harga beras berdampak pula terhadap daya beli dan akses petani
terhadap pangan khususnya yang berstatus netconsumer.Oleh karena itu,
kebijakan stabilisasi harga (beras) merupakan salah satu faktor penentu
tercapainya ketahanan pangan.
Undang-undang No. 7 tahun 1996 tentang pangan menyatakan bahwa
pangan sebagai kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya merupakan hak
asasi rakyat Indonesia harus senantiasa tersedia cukup setiap waktu, aman,
bermutu, bergizi dan beragam dengan harga yang terjangkau oleh daya beli

2
Universitas Sumatera Utara

masyarakat. Menurut Sastraatmadja (2006) dalam Muliati (2008), pangan
merupakan salah satu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia karena

berguna

dalam

mempertahankan

kehidupannya.Oleh

karena

itu

upaya

pemenuhannya merupakan salah satu upaya yang sangat fundamental.Pada
umumnya sebagian besar penduduk Indonesia mengkonsumsi beras. Dimana,
produksi beras Indonesia tidak akan mampu mengejar pertumbuhan penduduk dan
akibatnya terjadi kerawanan pangan dan gizi buruk pada anak dan balita yang
disebabkan karena rendahnya daya beli masyarakat. Oleh karena itu, untuk
mendorong daya beli masyarakat khususnya keluarga miskin maka lahirlah suatu

program subsidi pangan terarah yang kemudian disebut Program Raskin (beras
untuk keluarga miskin) (Bulog, 2010).
Tujuan program Raskin menurut Bulog (2010) adalah untuk memenuhi
sebagian kebutuhan pangan (beras) keluarga miskin dan sekaligus diharapkan
dapat mengurangi beban pengeluaran keluarga miskin, selain itu juga untuk
meningkatkan/membuka

akses

pangan

keluarga

miskin

dalam

rangka

meningkatan ketahanan pangan di tingkat keluarga melalui penjualan beras

kepada keluarga penerima manfaat pada tingkat harga bersubsidi dengan jumlah
yang telah ditentukan.
Lahirnya program raskin ini tidak terlepas dari krisis moneter yang terjadi
pada tahun 1997 yang menyebabkan nilai tukar Rupiah terhadap U$ Dollar
merosot tajam dan sulit dikontrol.Selanjutnya itu telah berimbas kesejumlah
sektor, terutama konstruksi dan manufaktur.Dalam situasi itulah, Pemerintah
melakukan

intervensi

pasar

beras

besar-besaran

untuk

menurunkan


harga.Awalnya pemerintah memperkenalkan program OPK (Operasi Pasar

3
Universitas Sumatera Utara

Khusus) beras.Tujuannya adalah beras dengan harga bersubsidi disalurkan ke
rumah tangga miskin sebagai sasarannya.Pada tahun 2002, program OPK
ditransform ke Program Beras untuk Keluarga Miskin (Raskin). Pergantian nama
program menjadi penting, dengan nama Raskin program menjadi yang jelas, maka
program itu dapat langsung terarah ke targetnya, yaitu keluarga miskin. Tujuan
kedua program tersebut tidak jauh berbeda, yaitu untuk meningkatkan daya beli
rumah tangga miskin dan rumah tangga rawan pangan (Sawit, 2002).
Program RASKIN adalah sebuah program yang dilaksanakan di bawah
tanggung jawab Departemen Dalam Negeri dan Perum Bulog sesuai dengan SKB
(Surat Keputusan Bersama) Menteri Dalam Negeri dengan Direktur Utama Perum
Bulog Nomor : 25 tahun 2003 dan Nomor: PKK-12/07/2003. Adapun program
RASKIN ini bertujuan sebagai bentuk upaya pemerintah dalam memenuhi
kebutuhan pangan pokok dan untuk mengurangi beban pengeluaran dari rumah
tangga miskin sebagai bentuk dukungan dalam meningkatkan ketahanan pangan
dengan memberikan perlindungan sosial beras murah dengan jumlah maksimal

15kg/Rumah Tangga Miskin/bulan dengan masing-masing seharga Rp1.600/kg
(netto) di titik distribusi.Program ini mencakup di seluruh provinsi, sementara
tanggung jawab distribusi beras dari gudang sampai ke titikdistribusi dipegang
oleh Perum Bulog (www.digilib.itb.ac.id).Program raskin memang bertujuan
baik.Namun, dalam pelaksanaannya masih kurang memberikan kontribusi positif
bagi masyarakat sehingga walaupun telah menjadi program tahunan pemerintah,
raskin ini sendiri masih belum mampu menjawab kebutuhan pemenuhan pangan
pokok masyarakat Indonesia (dalam hal ini beras).Banyak kekurangan/kelemahan
dalam program ini salah satunya ialah salah sasaran karena kurangnya koordinasi

4
Universitas Sumatera Utara

antara

pemerintah

provinsi

dengan


kota-kecamatan-desa/kelurahan

yang

menyebabkan keusangan data mengenai jumlah warga miskin.Kemudian persolan
tepat guna apakah program ini memang merupakan program yang tepat untuk
menjawab kebutuhan pangan pokok masyarakat miskin melihat jatah yang
ditetapkan pemerintah kepada tiap rumah tangga miskin yang maksimal
15kg/bulan.Dengan jatah ini, bagaimana kebutuhan pangan masyarakat miskin
dapat tercukupi mengingat semakin tingginya harga kebutuhan pangan pokok
dipasaran.Itupun jika jatah beras dapat diberikan maksimal, bagaimana jika
kurang dari jatah maksimal.Kemudian menyangkut kualitas beras.Hal ini
merupakan sesuatu yang penting untuk diperhatikan karena bagaimanapun
masyarakat merupakan insan manusia yang harusnya mendapatkan pangan yang
layak.Namun, dalam kenyataannya tidak jarang ditemukan kulitas beras yang
rendah bahkan ada beras yang berkutu yang diberikan kepada warga.Kemudian,
alokasi biaya. Dengan adanya program raskin ini seharusnya dapat membantu
masyarakat memenuhi kebutuhan lainnya dengan mengalokasikan dana yang
seharusnya untuk kebutuhan pangan menjadi dana untuk memenuhi kebutuhan

penting lain yang menyangkut hidupnya dan bukan sama sekali tidak ada
perbaikan kondisi hidup masyarakat seperti yang banyak terlihat sekarang ini.
Beberapa hal di atas dapat menggambarkan bagaimana kelemahan-kelemahan
yang terjadi dan masih banyak lagi kelemahan-kelemahan lainnya yang membuat
program ini masih perlu mendapatkan peninjauan guna perbaikan yang membawa
perubahan pada kualitas hidup masyarakat.
Fakta tentang masih banyaknya terdapat kekurangan/kelemahan dalam
kebijakan programRASKIN ini kepada masyarakat juga terjadi di Kecamatan

5
Universitas Sumatera Utara

Bilah Barat, seperti data yang peneliti dapatkan di lapangan bahwa di daerah
Kecamatan Bilah Barat ini bahwa jumlah penduduk miskin masih tergolong tinggi
yaitu sebanyak 1904 Kepala Keluarga. Kecamatan Bilah Barat termasuk daerah
yang menjadi target penyaluran Raskin dikarenakan masih adanya kelemahankelemahan seperti yang telah dijelaskan di atas, hal ini lah yang membuat penulis
merasa tertarik melakukan penelitian seputar Program RASKIN di Kecamatan
Bilah Barat.
Berdasarkan uraian diatas penulis merasa tertarik untuk membahas
permasalahan ini dan melalukan penelitian dengan judul “ Efektivitas Distribusi

Dalam Pelaksanaan Program Beras Miskin (RASKIN) di Kecamatan Bilah
Barat Kabupaten Labuhan Batu”.

1.3 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka yang
menjadi rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah
“Bagaimana Pendistribusian Dalam Pelaksanaan Program Beras Miskin
(RASKIN) di Kecamatan Bilah Barat?

1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang ada tersebut, maka tujuan dari penelitian
ini adalah:
1. Untuk mengetahui pendistribusian dalam pelaksanaan Program Raskin di
Kecamatan Bilah Barat.

6
Universitas Sumatera Utara

2. Untuk mengetahui tingkat efektivitas program distribusi beras miskin di
Kecamatan Bilah Barat.
3. Untuk mengetahui hambatan dalam pendistribusian beras miskin di
Kecamatan Bilah Barat.

1.5 Manfaat Penelitian
1. Bagi aparat Pemerintahan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi danmasukan bagi Pemerintah dalam menyususnrencana
pembangunan danprogram penanggulangan kemiskinan di masa yang
akandatang
2. Bagi Rumah Tangga Penerima Manfaat (RTS-PM), diharapkan penelitian
ini dapat memberikan gambaran mengenai keefektifitasan pelaksanaan
raskin dan manfaat yang dapat mereka terima dari program Raskin.
3. Mahasiswa dan atau peneliti selanjutnya, penulis juga berharap penelitian
ini dapat menambah bahan referensi dalam membahas lebih dalam tentang
efektifitas Program Raskin

1.9 Kerangka Teori
Kerangka teori diperlukan untuk memudahkan penelitian, sebab teori
merupakan pedoman berpikir bagi penelitian.Oleh karena itu, seorang peneliti
harus terlebih dahulu menyusun suatu kerangka teori sebagai landasan
berpikir untuk menggambarkan dari sudut mana peneliti tersebut menyoroti
masalah yang dipilihnya. Menurut Karlinger (1973: 9), teori adalah
serangkaian asumsi, konsep, konstruk, definisi, dan proporsi untuk

7
Universitas Sumatera Utara

menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara
merumuskan hubungan antar konsep.
Dalam penelitian, kerangka teori digunakan untuk memberikan
landasan dasar yang berguna untuk membantu penelitian dalam memecahkan
masalah. Kerangka teori dimaksudkan untuk memberi gambaran dan batasan
tentang teori-teori yang digunakan sebagai landasan penelitian yang akan
dilakukan, dengan demikian penulis dapat melaukan teori-teori yang relevan
dengan tujuan penelitian.
1.9.1 Kebijakan Publik
1.9.1.1 Pengertian Kebijakan Publik
Kebijakan merupakan terjemahan dari kata Policy yang berasal dari
bahasa Inggris.Kata Policy yang diartikan sebagai sebuah rencana kegiatan
atau pernyataan mengenai tujuan-tujuan, yang diajukan atau diadopsi oleh
suatu pemerintahan, partai politik, dan lain-lain.menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) kebijakan dapat diartikan sebgai rangkaian
konsep dan asa yang menjadi pedoman dan dasar rencana dalam pelaksaan
suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak. Sedangkan pengertian
public itu sendiri bisa diartikan sebagai umum, masyarakat ataupun
Negara.
Menurut Thomas R. Dye (1981) dalam Winarno (2002:51),
kebijakan publik adalah apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk
dilakukan dan tidak dilakukan.Namun para ahli menganggap pengertian
ini belum bisa mendefinisikan kebijakan publik dengan rinci.Banyak para
ahli yang mencoba untuk mendefinisikan pengertian kebijakan publik
8
Universitas Sumatera Utara

dengan lebih luas. Menurut Easton (1969) dalam Hessel N. Tangkilisan
(2003: 2) kebijakan publik adalah pengalokasian nilai-nilai kekuasaan
untuk seluruh masyarakat yang keberadaannya mengikat sehingga cukup
pemerintah yang dapat melakukan sesuatu tindakan kepada masyarakat
dan tindakan tersebut merupakan bentuk dari sesuatu yang dipilih oleh
pemerintah yang merupakan bentuk dari pengalokasian nilai-nilai kepada
masyarakat.
Berdasarkan pengertian para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
kebijakan publik adalah sejumlah aktivitas pemerintah yang dirumuskan
dan dilaksanakan untuk memecahkan masalah yang ada di masyarakat
baik secara langsung maupun melalui lembaga-lembaga lain yang mampu
mempengaruhi kehidupan masyarakat.Jadi pada dasarnya kebijakan publik
berorientasi pada pemecahan masalah riil yang terjadi di tengah
masyarakat. Kebijakan dalam konteks program biasanya mencakup
serangkaian

kegiatan

yang

menyangkut

pengesahan/legislasi,

pengorganisasian, daan pengerahan atau penyediaan sumber-sumber daya
yang diperlukan. Program itu sendiri memiliki ruang lingkup yang relative
khusus dan cukup jelas batas-batasnya.Program-program dipandang
sebagai sarana (instrument) untuk mewujudkan berbagai tujuan-tujuan
yang ingin dicapai oleh pemerintah.

1.9.1.2 Proses Kebijakan Publik
Adapun kebijakan publik memliki tahap-tahap yang cukup
kompleks karena memiliki banyak proses dan variabel yang harus dikaji.

9
Universitas Sumatera Utara

Menurut William N. Dunn (1994) tahap-tahap kebijakan publik adalah
sebagai berikut:

1. Penyusunan Agenda (Agenda Setting)
Agenda setting adalah sebuah fase dan proses yang sangat
strategis dalam realitas kebijakanq publik. Dalam proses inilah
memiliki ruang untuk memaknai apa yang disebut sebagai masalah
publik dan prioritas dalam agenda publik dipertarungkan. Jika sebuah
isu berhasil mendapatkan status sebagai masalah publik, dan
mendapatkan prioritas dalam agenda publik, maka isu tersebut berhak
mendapatkan alokasi sumber daya publik yang lebih daripada isu lain.
Dalam agenda setting juga sangat penting untuk menentukan suatu isu
publik yang akan diangkat dalam suatu agenda pemerintah. Issue
kebijakan (policy issues) sering disebut juga sebagai masalah kebijakan
(policy problem). Policy issues biasanya muncul karena telah terjadi
silang pendapat di antara para aktor mengenai arah tindakan yang telah
atau akan ditempuh, atau pertentangan pandangan mengenai karakter
permasalahan tersebut. Menurut Dunn, isu kebijakan merupakan
produk atau fungsi dari adanya perdebatan baik tentang rumusan,
rincian, penjelasan maupun penilaian atas suatu masalah tertentu.
Namun tidak semua isu bisa masuk menjadi suatu agenda kebijakan.
Ada beberapa Kriteria isu yang bisa dijadikan agenda kebijakan publik
(Kimber, 1974; Salesbury 1976; Sandbach, 1980; Hogwood dan Gunn,
1986) diantaranya:

10
Universitas Sumatera Utara

a.

Telah mencapai titik kritis tertentu jika diabaikan, akan menjadi
ancaman yang serius;

b.

Telah mencapai tingkat partikularitas tertentu berdampak
dramatis jika tidak dilakukan pemunculan kebijakan oleh pejabat
berwenang;

c.

Menjangkau dampak yang amat luas ;

d.

Mempermasalahkan kekuasaan dan keabsahan dalam masyarakat;

e.

Menyangkut suatu persoalan yang fasionable (sulit dijelaskan,
tetapi mudah dirasakan kehadirannya)

f.

karakteristik

:

para

pejabat

yang

dipilih

dan

diangkat

menempatkan masalah pada agenda publik. Banyak masalah tidak
disentuh sama sekali, sementara lainnya ditunda untuk waktu
lama.
Penyusunan

agenda

kebijakan

seyogianya

dilakukan

berdasarkan tingkat urgensi dan esensi kebijakan, juga keterlibatan
stakeholder.Sebuah kebijakan tidak boleh mengaburkan tingkat
urgensi, esensi, dan keterlibatan stakeholder.
2. Formulasi kebijakan (Policy Formulation)
Masalah yang sudah masuk dalam agenda kebijakan kemudian
dibahas oleh para pembuat kebijakan.Masalah-masalah tadi di
definisikan

untuk

kemudian

dicari

pemecahan

masalah

yang

terbaik.Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai alternatif
atau pilihan kebijakan yang ada.Sama halnya dengan perjuangan suatu
masalah untuk masuk dalam agenda kebijakan, dalam tahap perumusan

11
Universitas Sumatera Utara

kebijakan masing-masing alternatif bersaing untuk dapat dipilih
sebagai kebijakan yang diambil untuk memecahkan masalah.
3. Adopsi/ Legitimasi Kebijakan (Policy Adoption)
Tujuan legitimasi adalah untuk memberikan otorisasi pada
proses dasar pemerintahan. Jika tindakan legitimasi dalam suatu
masyarakat diatur oleh kedaulatan rakyat, warga negara akan
mengikuti arahan pemerintah. Namun warga negara harus percaya
bahwa tindakan pemerintah yang mendukung.Dukungan untuk rezim
cenderung berdifusi - cadangan dari sikap baik dan niat baik terhadap
tindakan pemerintah yang membantu anggota mentolerir pemerintahan
disonansi.Legitimasi dapat dikelola melalui manipulasi simbol-simbol
tertentu. Di mana melalui proses ini orang belajar untuk mendukung
pemerintah.
4. Implementasi Kebijakan (Policy Implementation)
Suatu Program kebijakan hanya akan menjadi catatan-catatan
elit, jika program tersebut tidak diimplementasikan. Oleh karena itu,
program kebijakan yang telah diambil sebagai alternative pemecahan
masalah harus diimplementasikan, yakni dilaksanakan oleh unit-unit
administrasi yang memobilisasikan sumber daya financial dan
manusia. Pada tahap implementasi ini berbagai kepentingan akan
saling bersaing. Beberapa implementasi mendapat dukungan para
pelaksana, namun, beberapa yang lain mungkin akan ditentang oleh
para pelaksana.
5. Penilaian/ Evaluasi Kebijakan (Policy Evaluation)

12
Universitas Sumatera Utara

Secara umum evaluasi kebijakan dapat dikatakan sebagai
kegiatan yang menyangkut estimasi atau penilaian kebijakan yang
mencakup substansi, implementasi dan dampak. Pada tahap ini
kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau dievaluasi untuk
melihat sejauh mana kebijakan yang dibuat untuk meraih dampak yang
dihadapi masyarakat. Oleh karena itu, ditentukanlah ukuran-ukuran
atau kriteria-kriteria yang menjadi dasar untuk menilai apakah
kebijakan publik telah meraih dampak yang diinginkan.
1.9.2 Efektivitas
1.9.2.1 Pengertian Efektivitas
Keberhasilan suatu organisasi dapat dilihat dari tata cara
pengelolaan organisasi yang efektif atau tidak. Kata efektivitas pada
dasarnya berasal dari kata “efek” dan digunakan dalam hubungan sebab
akibat. Efektivitas berarti bahwa tujuan yang telah direncanakan
sebelumnya dapat tercapai. Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia,
efektif didefinisikan sebagai berikut berhasil guna (tentang usaha
tindakan), dapat membawa hasil, manjur atau mujarab (tentang obat), ada
efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesan).
Menurut Tjatjuk Siswandoko (2011: 196) juga menjelaskan bahwa
efektivitas adalah konsep yang luas mencakup berbagai faktor didalam
maupun diluar organisasi, yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan
organisasi dalam usaha untuk mencapai tujuan atau sasaran organisasi.
Sedangkan menurut Sondang P Siagian (2011:24) mendefinisikan :
Efektivitas sebagai pemanfaatan sumber daya, sarana prasarana dalam

13
Universitas Sumatera Utara

jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk
menghasilkan sejumlah barang dan jasa atas kegiatan yang dijalankan.
Efektivitas dalam hal ini menunjukan keberhasilan dari segi tercapai
tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan semakin
mendekati sasaran, berarti makin tinggi efektivitasnya.
James L.Gibson (2000 : 3) mendefinisikan Efektivitas adalah
pencapaian tujuan sasaran dari upaya bersama. Derajat pencapaian sasaran
menunjukan derajat efektivitas. Sedangkan menurut Keban (2004 :140),
mengatakan bahwa suatu organisasi dapat dikatakan efektif apabila tujuan
organisasi atau nilai-nilai sebagaimana ditetapkan dalam visi tercapai.
Nilai- nilai yang disepakati bersama antara para stakeholders dari
organisasi yang bersangkutan.
Dari pengertian-pengertian efektivias yang dikemukakan diatas
dapat disimpulkan bahwa efektivitas berarti tercapainya sasaran, target,
tujuan dengan menggunakan waktu sesuai dengan apa yang telah
direncanakan sebelumnya. Efektivitas menjadi sebuah konsep yang
penting dalam suatu organisasi karena efektivitas memberikan gambaran
mengenai keberhasilan organisasi untuk mencapai tujuan.

1.9.2.2 Pendekatan Efektivitas
Tingkat efektivitas dalam suatu organisasi dapat diukur dengan
membandingkan antara rencana atau target yang telah ditentukan dengan
hasil yang dicapai, maka usaha atau hasil pekerjaan tersebut itulah yang
dikatakan efektif. Namun, jika usaha atau hasil pekerjaan yang dilakukan

14
Universitas Sumatera Utara

tidak tercapai sesuai dengan apa yang direncanakan maka hal itu yang
dikatakan tidak efektif.
Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk mengukur
tingkat efektivitas organisasi.lebih lanjut, Hari Lubis dan Martani Huseini
menyebutkan ada tiga pendekatan utama dalam pengukuran efektivitas,
yaitu :
1. Pendekatan sumber (resource approach)
Pendekatan sumber yaitu mengukur efektivitas dari input.
Pendekatan ini mengutamakan adanya keberhasilan organisasi untuk
memperoleh sumber daya baik fisik maupun non fisik yang sesuai
kebutuhan organisasi. Pendekatan ini didasarkan pada teori mengenai
keterbukaan sistem suatu lembaga terhadap lingkungannya karena
lembaga mempunyai hubungan yang merata dengan lingkungannya
dimana dari lingkungan diperoleh sumber-sumber yang merupakan
inputt lembaga tersebut dan output yang dihasilkan juga dilemparkan
pada lingkungannya. Sementara itu, sumber-sumber yang terdapat
pada lingkungan seringkali bersifat langka dan bernilai tinggi.
2. Pendekatan proses (proses approach)
Pendekatan proses adalah untuk melihat sejauh mana efektivitas
pelaksanaan program dari semua kegiatan proses internal atau
mekanisme organisasi. Pendekatan proses mengukur efektivitas
dengan efisiensi dan kodisi kesehatan dari suatu lembaga internal.
Pada lembaga yang efektif, proses internal berjalan dengan lancar
dimana kegiatan bagian-bagian yang ada berjalan secara terkoordinasi.

15
Universitas Sumatera Utara

Pendekatan

ini

tidak

memperhatikan

lingkungan

melainkan

memusatkan perhatian terhadap kegiatan yang dilakukan oleh
lembaga yang menggambarkan tingkat efisiensi serta kesehatan
lembaga atau organisasi dalam menjalankan tugas.
3. Pendekatan sasaran (goals approach)
Pada pendekatan sasaran dimana pusat perhatian pada output,
mengukur keberhasilan organisasi untuk mencapai hasil (output) yang
sesuai dengan rencana. Pendekatan ini mencoba mengukur sejauh
mana suatu lembaga berhasil merealisasikan sasaran yang hendak
dicapai. Sasaran yang penting diperhatikan dalam pengukuran
efektivitas dengan pendekatan ini adalah sasaran yang realistis untuk
memberikan hasil maksimal berdasarkan sasaran resmi offcial goal.
Sondang P Siagian mengemukakan bahwa efektivias suatu
organisasi dapat diukur dari berbagai hal, yaitu kejelasan tuj/uan, kejelasan
strategi, pencapaian tujuan, proses analisa dan perumusan kebijakan yang
mantap, tersedianya sarana dan prasarana yang efektif dan efisien, sistem
pengawasan dan pengendalian yang bersifat mendidik.
Ada beberapa faktor yang dapat digunakan untuk mengukur
efektivitas kerja dari organisasi dalam memberikan pelayanan, antara lain :
1. Faktor waktu
Ketepatan waktu dan kecepatan waktu dari pelayanan yang
diberikan oleh pemberikan layanan. Hanya saja penggunana
ukuran tentang tepat tidaknya atau cepat tidaknya pelayanan
yang diberikan berbeda dari satu orang ke orang lain.

16
Universitas Sumatera Utara

2. Faktor kecermatan
Faktor kecermatan disini adalah faktor ketelitian dari pemberi
pelayanan kepada pelanggan. Pelanggan akan cenderung
memberikan nilai yang tidak terlalu tinggi kepada pemberi
layanan apabila terjadi banyak kesalahan.
3. Faktor gaya pemberian layanan
Faktor ini melihat cara dan kebiasan pemberi layanan dalam
memberikan jasa kepada pelanggan.

1.9.3 Distribusi
1.9.3.1 Pengertian Distribusi
Distribusi merupakan penambahan kegunaan waktu, tempat dan
pemilikan barang yang mencakup juga pengangkutan barang-barang dari
tempat asal atau produksi lanjutan ke tempat penjualan. Dalam hal ini
ditribusi mencakup berbagai bidang manajemen khususnya seperti
penjualan, pengiklanan, keuangan, pengangkutan dan pergudangan (Taff,
1994:227).
Peranan saluran distribusi dalam pemasaran tercermin dari biaya
distribusi yang besarnya dapat melebihi biaya produksi, biaya promosi,
biaya administrasi pemasaran dan biaya pemasaran lain. Peranan yang
besar dapat ditunjukkan dengan kinerja yang baik terhadap fungsi-fungsi
pemasaran yang dilakukan di setiap saluran (Purwadi, 2000. 5:7).

17
Universitas Sumatera Utara

1.9.3.2 Fungsi Distribusi
Distribusi

sangat

dibutuhkan

oleh

konsumen

untuk

memperolehbarang-barang yang dihasilkan oleh produsen, apalagi bila
produksinya jauh.Ada pun kegiatan yang termasuk fungsi distribusi terbagi
secaragaris besar menjadi dua.
A. Fungsi Distribusi Pokok.
Yang dimaksud dengan fungsi pokok adalah tugas-tugas
yangmau tidak mau harus dilaksanakan. Dalam hal ini fungsi pokok
distribusi meliputi:
1. Pengangkutan(Transportation)Pada umumnya tempat kegiatan
produksi berbeda dengan tempattinggal konsumen, perbedaan
tempat ini harus diatasi dengankegiatan pengangkutan. Seiring
dengan bertambahnya jumlahpenduduk dan semakin majunya
teknologi,

kebutuhan

manusiasemakin

banyak.

Hal

ini

mengakibatkan barang yang disalurkan semakin besar, sehingga
membutuhkan alat transportasi(pengangkutan).
2. Penjualan (Selling)Di dalam pemasaran barang, selalu ada kegiatan
menjual yangdilakukan oleh produsen. Pengalihan hak dari tangan
produsenkepada konsumen dapat dilakukan dengan penjualan.
Denganadanyakegiatan ini maka konsumen dapat menggunakan
barangtersebut.
3. Pembelian (Buying)Setiap ada penjualan berarti ada pula kegiatan
pembelian. Jikapenjualan barang dilakukan oleh produsen, maka

18
Universitas Sumatera Utara

pembelian dilakukanoleh orang yang membutuhkan barang
tersebut.
4. Penyimpanan (Stooring)Sebelum barang-barang disalurkan pada
konsumen biasanyadisimpan terlebih dahulu. Dalam menjamin
kesinambungan,keselamatan dan keutuhan barang-barang, perlu
adanya penyimpanan(pergudangan).
5. Pembakuan Standar Kualitas Barang (Standarized)Dalam setiap
transaksi

jual-beli,

banyak

penjual

maupun

pembeliselalu

menghendaki adanya ketentuan mutu, jenis dan ukuran barangyang
akan

diperjualbelikan.

Oleh

karena

itu

perlu

adanya

pembakuanstandar baik jenis, ukuran, maupun kualitas barang
yang akan diperjualbelikan tersebut. Pembakuan (standardisasi)
barang inidimaksudkan agar barang yang akan dipasarkan atau
disalurkansesuai dengan harapan.

B. Fungsi Tambahan.
Distribusi

mempunyai

fungsi

tambahan

yang

hanya

diberlakukanpada distribusi barang-barang tertentu.Fungsi tambahan
tersebut diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Menyeleksi
Kegiatan ini biasanya diperlukan untuk distribusi hasil pertanian
danproduksi

yang

dikumpulkan

pengusaha.Misalnyaproduksi

tembakau

dari

beberapa

perlu

diseleksi

19
Universitas Sumatera Utara

berdasarkan mutu/standar yangbiasa berlaku, produksi buahbuahan diseleksi berdasarkan ukuranbesarnya.
2. Mengepak/Mengemas
Untuk

menghindari

adanya

kerusakan

atau

hilang

dalampendistribusian, maka barang harus dikemas dengan baik
3. Memberi Informasi
Untuk

memberi

kepuasan

yang

maksimal

kepada

konsumen,produsen perlu memberi informasi secukupnya
kepadaperwakilandaerah atau kepada konsumen yang dianggap
perlu informasi.Informasi yang paling tepat bisa melalui iklan.

1.9.3.3 Sistem Distribusi
Pengertian

sistem

distribusi

adalah

pengaturan

penyaluran

barangdan jasa dari produsen ke konsumen.
Nainggolan dalam bukunya yang berjudul “PeningkatanKetahanan
Pangan Masyarakat Dalam Rangka Revitalisasi Pertanian,Perikanan dan
Kehutanan” mengatakan bahwa :
“sistem distribusi yang efisien menjadi prasyarat untuk menjaminagar
seluruh rumah tangga dapat memperoleh pangan dalam jumlah
dankualitas yang cukup sepanjang waktu, dengan harga yang
terjangkau.Perdagangan pangan yang adil diantara berbagai pelaku
dengankekuatan yang berbeda akan menjamin return/keuntungan
yang efisiendan adil”. (Nainggolan,2005.4 :7)

20
Universitas Sumatera Utara

Pernyataan

diatas

diperkuat

oleh

Rahim

dan

Dwihastuti

yangmengatakan :
“efisiensi pemasaran dapat terjadi yaitu pertama, jika biayadistribusi
dapat ditekan sehngga keuntungan yang diperoleh dapat lebihtinggi,
kedua, persentase perbedaan harga yang dibayarkan konsumendan
produsen tidak terlalu tinggi, ketiga, tersedianya fasilitas fisik
yangmendukung
proses
pendistribusian”.(Rahim
dan
Dwihastuti,2007.(6 : 7)

Adapun

pernyataan

yang

seirama

dari

Downey

dan

Ericksonyangmengatakan :
“efisiensi pemasaran dinyatakan sebagai produk dasrti
produsenmenuju ke pasar sasaran melalui saluran distribusi yang
panjang dimanadistribusi produk berlangsung dengan tindakan
penghematan biaya danwaktu”.(Downey dan Erickson, 1992.(3 : 7)

Sistem distribusi dapat dibedakan menjadi:
a. Sistem distribusi jalan pendek atau langsung adalah sistem
distribusi yang tidak menggunakan saluran distribusi.
b. Sistem distribusi jalan panjang atau tidak langsung adalah
sistem distribusi yang menggunakan saluran distribusi dalam
kegiatan distribusinya biasanya melalui agen.

1.9.3.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kegiatan Distribusi
Pada bahasan terakhir ini akan dibahas mengenai faktor-faktor
yang

mempengaruhi

kegiatan

distribusi.

Faktor-faktor

yang

mempengaruhikegiatan distribusi meliputi:

21
Universitas Sumatera Utara

a. Faktor Pasar
Dalam lingkup faktor ini, saluran distribusi dipengaruhi oleh
polapembelian konsumen, yaitu jumlah konsumen, letak geografis
konsumen, jumlah pesanan dan kebiasaan dalam pembelian.
b. Faktor Barang.
Pertimbangan dari segi barang bersangkut-paut dengan nilai
unit,besar dan berat barang, mudah rusaknya barang, standar
barang danpengemasan.
c. Faktor Perusahaan.
Pertimbangan

yang

diperlukan

di

sini

adalah

sumber

dana,pengalaman dan kemampuan manajemen serta pengawasan
danpelayanan yang diberikan.
d. Faktor Kebiasaan dalam Pembelian.
Pertimbangan yang diperlukan dalam kebiasaan pembelianadalah
kegunaan

perantara,

sikap

perantara

terhadap

kebijaksanaanprodusen, volume penjualan dan ongkos penyaluran
barang.

1.9.4 Beras Miskin (Raskin)
1.9.4.1 Pengertian Beras Miskin (Raskin)
Program Raskin (Program Penyaluran Beras Untuk Keluarga
Miskin) adalah sebuah program dari pemerintah. Program tersebut adalah
sebuah upaya untuk mengurangi beban pengeluaran dari rumah tangga
miskin sebagai bentuk dukungan dalam meningkatkan ketahanan pangan

22
Universitas Sumatera Utara

dengan memberikan perlindungan sosial beras murah dengan jumlah
maksimal 15 kg/rumah tangga miskin/bulan dengan masing-masing
seharga Rp.1.600,00 per kg (netto) di titik distribusi.Program ini
mencakup di seluruh provinsi, sementara tanggung jawab dari distribusi
beras dari gudang sampai ke titik distribusi di kelurahan dipegang oleh
Perum Bulog.
Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia untuk dapat
mempertahankan hidup dan karenanya kecukupan pangan bagi setiap
orang setiap waktu merupakan hak azasi yang layak dipenuhi (Syafa’at
dan Simatupang, 2006 :15).
Selain itu Amang (1993:128) juga mengatakan bahwa pangan
merupakan

kebutuhan manusia yang dianggap strategis dan sering

mencakup hal-hal yang bersifat emosional bahkan politis. Terpenuhinya
kebutuhan pangan secara kuantitas dan kualitas merupakan hal yang
sangat penting sebagai landasan bagi pembangunan manusia Indonesia
seutuhnya dalam jangka panjang.
Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan
makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk
Indonesia.

Meskipun

bahan

makanan

pokok

padi

dapat

digantikan/disubtitusi oleh bahan makanan lainnya, namun padi memiliki
nilai tersendiri bagi orang yang biasa makan nasi dan tidak dapat dengan
mudah digantikan oleh bahan makanan lain.
Salah satu pihak yang perlu diperhatikan dalam penentuan
kebijakan pangan, terutama beras adalah konsumen. Beras masih menjadi

23
Universitas Sumatera Utara

sumber pangan pokok bagi sebagian terbesar penduduk Indonesia.
Partisipasi konsumsi beras di berbagai wilayah adalah di atas besaran 90
persen. Kepentingan konsumen perlu dipertimbangkan dalam merumuskan
kebijakan di bidang perberasan (Harianto, 2001).
Mekanisme pelaksanaan distribusi RASKIN yaitu :
1. Bupati/Walikota mengajukan Surat Permintaan Alokasi (SPA)
kepada Kadivre berdasarkan alokasi pagu RASKIN dan rumah
tangga miskin penerima manfaat RASKIN dimasing-masing
Kecamatan/Kelurahan/Desa.
2. SPA yang tidak dapat dilayani sebagian atau seluruhnya dalam
jangka waktu 3 (tiga) bulan, maka pagu dapat direlokasikan ke
daerah lain dengan menerbitkan SPA baru yang menunjuk pada
SPA yang tidak dapat dilayani.
3. Berdasarkan SPA, Kadivre menerbitkan SPPB (Surat Perintah
Pengiriman

Beras)

untuk

masing-masing

Kecamatan/Kelurahan/Desa kepada SATKER (Satuan Kerja)
RASKIN. Apabila terdapat tunggakan Harga Penjualan Beras
(HPB) pada periode sebelumnya maka penerbitan SPPB periode
berikutnya ditangguhkan sampai ada pelunasan.
4. Berdasarkan SPPB, SATKER RASKIN mengambil beras di
gudang

penyimpanan

Perum

BULOG,

mengangkut

dan

menyerahkan beras RASKIN kepada pelaksana distribusi di titik
distribusi. Kualitas beras yang diserahkan, harus sesuai dengan
standar kualitas Badan Usaha Logistik (BULOG). Apabila tidak

24
Universitas Sumatera Utara

memenuhi standar kualitas maka beras dikembalikan kepada
SATKER RAKIN untuk ditukar/diganti.
5. Serah terima beras RASKIN dari SATKER RASKIN kepada
pelaksana distribusi di titik distribusi dibuktikan dengan Berita
Acara Serah Terima (BAST) yang merupakan pengalihan
tanggungjawab.
6. Pelaksana Distribusi menyerahkan beras kepada rumah tangga
miskin penerima manfaat RASKIN.

Adapun Mekanisme Alur RASKIN dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
GUDANG
DIVRE

SATKER
RASKIN

PENERIMA
MANFAAT

PELAKSANA
DISTRIBUSI

Gambar 1.1 Mekanisme Alur Distribusi RASKIN

Keefektifan distribusi Raskin dapat dinilai melalui indikator
keberhasilan program Raskin yaitu :
1. Tepat Sasaran Penerima Manfaat Raskin hanya diberikan kepada
rumah tangga miskin penerima manfaat yang terdaftar dalam daftar
penerima manfaat (DPM).
2. Tepat Jumlah Jumlah beras Raskin yang merupakan hak penerima
manfaat adalah sebanyak 10-15 Kg/RTM/bulan selama 10 bulan.

25
Universitas Sumatera Utara

3. Tepat Harga Harga beras Raskin adalah sebesar Rp1.000/Kg netto
di titik distribusi.
4. Tepat Waktu Waktu pelaksanaan distribusi beras kepada RTM
penerima manfaat sesuai dengan rencana distribusi.
5. Tepat Administrasi Terpenuhinya persyaratan administrasi secara
benar dan tepat waktu. (BULOG, 2006).
6. Tepat Kualitas, Kualitas beras adalah beras medium kondisi
baik sesuai dengan persyaratan kualitas beras yang diatur dalam
Inpres Kebijakan Perberasan yang berlaku

Sistem distribusi yang efisien menjadi prasyarat untuk menjamin
agar seluruh rumah tangga dapat memperoleh pangan dalam jumlah dan
kualitas yang cukup sepanjang waktu, dengan harga yang terjangkau.
Perdagangan pangan yang adil diantara berbagai pelaku dengan kekuatan
yang berbeda akan menjamin return/keuntungan yang efisien dan adil.
(Nainggolan, 2005,4:7).
Semua proses dalam distribusi pemasaran, mulai dari penampungan
dari produsen sampai penyaluran barang ke konsumen membutuhkan
biaya yang masing-masing tidak sama. Bila jarak antara produsen dengan
konsumen pendek, maka biaya pengangkutan bisa diperkecil. Jika tidak
terjadi perubahan bentuk ataupun perubahan volume atau mutu maka
biaya pengolahan jadi tidak ada. Semakin panjang jarak dan semakin
banyak perantara yang terlibat dalam distribusi, maka biaya distribusi
semakin tinggi (Daniel, 2002).

26
Universitas Sumatera Utara

Istilah-istilah yang digunakan dalam petunjuk teknis antara lain
adalah:
1. Tim Koordinasi program Raskin tingkat Provinsi adalah tim
koordinasi yang ditetapkan berdasarkan keputusan Gubernur dan
terdiri dari unsur pemerintah daerah Provinsi (Biro Sarana
Perekonomian, Biro Bina Produksi, BPMD, Bappeda, BPS (Badan
Pusat Statistik), BKKBN, Perum Bulog, Divisi Regional,
Kepolisian, Kejaksaan serta stakeholders yang terkait.
2. Tim Koordinasi Divisi Regional (Divre) Provinsi adalah satuan
kerja Perum Bulog Divre Provinsi yang dibentuk Kadivre yang
bertugas

dan

bertanggung

jawab

mengkoordinasi

dalam

pelaksanaan Program Raskin di Sub Divre.
3. Satker Raskin adalah satuan kerja Perum Bulog Sub Divre yang
dibentuk Kasub Divre yang bertugas dan bertanggung jawab
mengangkut beras dari gudang Perum Bulog sampai dengan titik
distribusi dan menyerahkan kepada pelaksana distribusi.
4. Tim Koordinasi Raskin Kecamatan adalah tim yang dibentuk di
tingkat Kecamatan yang dipimpin oleh Camat sebagai ketua yang
beranggotakan unsur Kecamatan, Polsek, Pengelola Program KB
Kecamatan dan Koordinator Sensus Kecamatan (KSK) yang
bertugas

mengkoordinir

pelaksanaan

Program

Raskin

di

Kecamatan.
5. Pelaksana Distribusi adalah Kelompok Kerja (Pokja) di titik
distribusi yang dibentuk berdasarkan musyawarah Desa/Kelurahan

27
Universitas Sumatera Utara

yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa/Lurah, terdiri dari
Aparat Desa/ Kelurahan, Lembaga Masyarakat, dan unsur-unsur
masyarakat yang bertugas dan bertanggung jawab mendistribusikan
Raskin kepada penerima manfaat Raskin.
6. Titik Distribusi (TD) adalah tempat atau lokasi penyerahan beras
oleh Satuan Kerja (Satker) Raskin Sub Divre kepada pelaksana
distribusi di Desa.
7. Rumah Tangga Miskin (RTM) adalah penerima manfaat Program
Raskin di Desa/Kelurahan sesuai hasil pendataan Sosial Ekonomi
tahun 2005 BPS dengan kategori sangat miskin, miskin, dan
sebagian hampir miskin.
8. Musyawarah Desa/Kelurahan adalah forum komunikasi di tingkat
Desa/Kelurahan untuk menetapkan RTM yang berhak menerima
Raskin.
9. Beras Standar Kualitas Bulog adalah beras kualitas medium,
kondisi baik dan tidak berhama.
10. Unit Pengaduan Masyarakat (UPM) adalah lembaga yang
ditetapkan dengan Keputusan Gubernur di Provinsi dan Keputusan
Bupati/Walikota di Kabupaten/Kota yang berfungsi menerima dan
menindak lanjuti pengaduan masyarakat, baik langsung maupun
tidak langsung termasuk media cetak dan elektronik.

28
Universitas Sumatera Utara

1.5.4.2 Tujuan dan Sasaran Program RASKIN
1.5.4.2.1 Tujuan
Tujuan program RASKIN adalah untuk mengurangi beban
pengeluaran Rumah Tangga Miskin melalui pemenuhan sebagian
kebutuhan pangan pokok dalam bentuk beras.

1.5.4.2.2 Sasaran
Sasaran dari program RASKIN ini ialah Rumah tangga
yang dapat menerima beras Raskin, atau juga disebut Rumah
Tangga Sasaran Penerima Manfaat (RTS-PM) Program Raskin
yaitu rumah tangga yang terdapat dalam Daftar Nama dan Alamat
RTS-PM Program Raskin

1.5.4.3 Pengelolaan dan Pengorganisasian `
Pengelolaan Raskin memiliki prinsip nilai -nilai dasar yang
menjadi landasan atau acuan setiap pengambilan keputusan dalam
pelaksanaan rangkaian kegiatan, yang diyak ini mampu mendorong
terwujudnya tujuan program Raskin. Adapun prinsip-prinsip tersebut
adalah sebagai berikut :
a. Keberpihakan kepada RTS -PM Raskin, bermakna mengusahakan
RTS -PM Raskin dapat memperoleh beras kualitas baik, cukup
sesuai alokasi dan terjangkau.
b. Transparansi, bermakna membuka akses informasi kepada
pemangku kepentingan Raskin terutama RTS -PM Raskin, yang

29
Universitas Sumatera Utara

harus mengetahui dan memahami adanya kegiatan Raskin serta
dapatmelakukan pengawasan secara mandiri.
c. Partisipatif, bermakna mendorong masyarakat terutama RTS -PM
Raskin berperan secara aktif dalam setiap tahapan pelaksanaan
program Raskin, mulai dari tahap perencanaan, sosialisasi,
pelaksanaan dan pengendalian.
d. Akuntabilitas, bermakna bahwa setiap pengelolaan kegiatan Raskin
harus dapat dipertanggung-jawabkan kepada masyarakat setempat
maupun kepada semua pihak yang berkepentingan sesuai dengan
peraturan dan ketentuan yang berlaku atau yang telah disepakati.
Dalam pelaksanaan program Raskin dipandang perlu mengatur
organisasi dari pelaksana program Raskin itu. Untuk mengefektifkan
pelaksanaan

program

dan

pertanggungjawabannya,

dibentuk

Tim

Koordinasi Raskin di tingkat pusat sampai kecamatan dan Pelaksana
Distribusi Raskin di tingkat desa/kelurahan serta tim lainnya sesuai
kebutuhan yang diatur dan ditetapkan melalui keputusan pejabat yang
berwenang. Penanggung jawab pelaksanaan program Raskin di pusat
adalah Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, di provinsi
adalah gubernur, di kabupaten/kota adalah bupati/walikota, di kecamatan
adalah camat dan di desa/kelurahan adalah kepala desa/lurah.

1.5.4.4 Tim Koordinasi Raskin Kecamatan
Camat

sebagai

penanggung

jawab

di

tingkat

kecamatan

bertanggung jawab atas pelaksanaan distribusi Raskin, penyelesaian

30
Universitas Sumatera Utara

pembayaran HPB dan adminstrasi distribusi Raskin di wilayahnya. Untuk
penyelenggaraan program Raskin di wilayahnya, camat membentuk Tim
koordinasi Raskin sebagai berikut :
a. Kedudukan
Tim Koordinasi Raskin Kecamatan adalah pelaksana program
Raskin di kecamatan, yang berkedudukan di bawah dan
bertanggung jawab kepada camat.
b. Tugas
Tim

Koordinasi

merencanakan,

Raskin

Kecamatan

melaksanakan,

mempunyai

mengendalikan,

tugas

sosialisasi,

monitoring, dan evaluasi pelaksanaan program Raskin serta
melaporkan

hasilnya

kepada

Tim

Koordinasi

Raskin

Kabupaten/Kota.
c. Fungsi
Dalam melaksanakan tugas tersebut, Tim Koordinasi Raskin
Kecamatan mempunyai fungsi :
1. Perencanaan distribusi program Raskin di kecamatan.
2. Fasilitasi

lintas

pelaku,

komunikasi

interaktif,

dan

penyebarluasan informasi program Raskin di kecam atan.
3. Pembinaan terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi Pelaksana
Distribusi Desa/Kelurahan.
4. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program Raskin di
desa/kelurahan.

31
Universitas Sumatera Utara

Tim Koordinasi Raskin Kecamatan terdiri dari penanggung
jawabyaitu camat, ketua yaitu sekretaris kecamatan, sekretaris yaitu Kasi
Kesejahteraan Sosial, dan anggota terdiri dari aparat Kecamatan,
Koordinator Statistik Kecamatan (KSK), anggota Satker Raskin dan pihak
terkait yang dipandang perlu.
1.5.4.5 Satuan Kerja Beras Miskin (Satker Raskin)
1. Kedudukan
Satker Raskin berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab
kepada Kadivre/Kasubdivre/Kakansilog Perum BULOG sesuai
tingkatannya.
2. Organisasi
Satker Raskin terdiri dari :
a. Ketua
b. Anggota :
1. Pegawai Perum BULOG yang ditetapkan melalui Surat
Perintah (SP) Kadivre/Kasubdivre/Kakansilog Perum
BULOG.
2. Tenaga bantuan yang ditetapkan oleh ketua satker atas
sepengetahuan

Kadivre/Kasubdivre/Kakansilog

Perum

BULOG.
3. Tugas dan Kewenangan
Satker Raskin mempunyai tugas, kewenangan dan
tanggung jawab :
a) Ketua :

32
Universitas Sumatera Utara

1. Mempunyai

kewenangan

memberhentikan

tenaga

mengangkat
bantuan

di

dan

wilayah

kerjanyaatassepengetahuanKadivre/Kasubdivre/Kak
ansilog Perum BULOG
2. Mempunyai tugas dan bertanggung jawab atas
pelaksanaan distribusi, penyelesaian HPB, dan
administrasi Raskin.
b) Anggota mempunyai tugas membantu dan bersama
ketua sebagai berikut :
1. Mendistribusikan beras dari gudang Perum BULOG
sampai dengan TD dan menyerahkan kepada
Pelaksana Distribusi Raskin di TD.
2. Menerima uang HPB atau bukti setor bank dari
Pelaksana Distribusi Raskin dan menyetorkan ke
rekening HPB Bulog.
3. Menyelesaikan administrasi distribusi Raskin yaitu
Delivery Order dan pembayaran HPB (Tanda
Terima/kuitansi dan Bukti Setor Bank).
Melaporkan pelaksanaan tugas antara lain : realisasi jumlah
distribusi

beras,

setoran

HPB

di

wilayah

kerjanya

kepada

Kadivre/Kasubdivre/ Kakansilog Perum BULOG secara periodik setiap
bulan.

33
Universitas Sumatera Utara

1.6

Definisi Konsep
Menurut

Masri

Singarimbun

(1989:3)

bahwa

konsep

adalah

abstraksimengenai suatu fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari
sejumlah karakteristik kejadian, keadaan, kelompok, atau individu tertentu.
Peranan konsep dalam penelitian sangat besar karena dia adalah alamat yang
menghubungkan dunia teori dan dunia observasi., antara abstraksi dan realitas.
Untuk itu dalam penelitian ini, penelit menguraikan definisi konsep sebagai
berikut:
1. Kebijakan publik adalah sejumlah aktivitas pemerintah yang
dirumuskan dan dilaksanakan untuk memecahkan masalah yang ada di
masyarakat baik secara langsung maupun melalui lembaga-lembaga
lain yang mampu mempengaruhi kehidupan masyarakat
2. Efektivitas adalah tercapainya sasaran, target, tujuan dengan
menggunakan waktu sesuai dengan apa yang telah direncanakan
sebelumnya.
3. Distribusi merupakan penambahan kegunaan waktu, tempat dan
pemilikan barang yang mencakup juga pengangkutan barang-barang
dari tempat asal atau produksi lanjutan ke tempat penjualan. Dalam hal
ini ditribusi mencakup berbagai bidang manajemen khususnya seperti
penjualan, pengiklanan, keuangan, pengangkutan dan pergudangan.
4. Program Raskin (Program Penyaluran Beras Untuk Keluarga Miskin)
adalah sebuah program dari pemerintah. Program tersebut adalah
sebuah upaya untuk mengurangi beban pengeluaran dari rumah tangga
miskin sebagai bentuk dukungan dalam meningkatkan ketahanan

34
Universitas Sumatera Utara

pangan dengan memberikan perlindungan sosial beras murah dengan
jumlah maksimal 15 kg/rumah tangga miskin/bulan dengan masingmasing seharga Rp. 1.600,00 per kg (netto) di titik distribusi.Program
ini mencakup di seluruh provinsi, sementara tanggung jawab dari
distribusi beras dari gudang sampai ke titik distribusi di kelurahan
dipegang oleh Perum Bulog.

1.7

Definisi Operasional
Ditinjau dari proses atau langkah-langkah penelitian, dapat dikemukakan

bahwa perumusan definisi operasional adalah langkah lanjutan dari perumusan
definisi konsep. Definisi konsep ditujukan untuk mencapai pemahaman tentang
konsep-konsep, baik berupa obyek, peristiwa maupun fenomena yang diteliti,
maka perumusan operasional ditunjukan dalam upaya transformasi konsep kedua
nyata sehingga konsep-konsep penelitian dapat diobservasi (Siagian,2011: 141).
Definisi operasional dalam Efektivitas Distribusi Dalam Pelaksanaan
Program Beras Miskin (RASKIN) di Kecamatan Bilah Barat Kabupaten Labuhan
Batu dapat diukur melalui indicator sebagai berikut:
1. Standar dan sasaran kebijakan
a. Tepat sasaran penerima Raskin
Tingkat kesesuaian data Rumah Tangga Sasaran (RTS) penerima
raskin sesuai dengan daftar penerima manfaat yang dikeluarkan
BPS.
b. Tepat jumlah

35
Universitas Sumatera Utara

Tingkat kesesuaian jumlah raskin yang diterima RTS berdasarkan
pedoman umum raskin yakni sebesar 15Kg/RTS/Bulan 12 bulan.

c. Tepat harga
Tingkat kesesuaian harga tebus raskin oleh RTS berdasarkan standar
pedoman umum raskin yakni Rp.1.600,-.
d. Tepat waktu
Tingkat kesesuaian waktu pendistribusian Raskin dengan rencana
jadwal pendistribusian yaitu RTS menerima Raskin setiap bulan
selama 12 bulan.
e. Tepat kualitas
Tepatnya persyaratan kualitas beras sesuai dengan standar kualitas
beras bulog.
f. Tepat Administrasi
Terpenuhinya persyaratan administrasi secara benar dan lengkap
sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam pedoman Raskin.

1.8

Sistematika Penulisan
Sistematika yang disusun dalam rangka memaparkan secara keseluruhan

hasil penelitian ini dapat diketahui secara singkat, yakni sebagai berikut:
BAB 1

: PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan dan menjelaskan tentang latar belakang
masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
kerangka teori, dan sistematika penulisan.

36
Universitas Sumatera Utara

BAB II

: METODE PENELITIAN
Bab

ini

menguraikan

dan

menjelaskan

tentang

metode

penepenelitian yang dipakai dalam melakukan penelitian, lokasi
penelitian, informan penelitian, teknik pengumpulan data, dan
teknik analisis data.
BAB III

: DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini memaparkann tentang gambaran atau karakteristik lokasi
penelitian berupa sejarah singkat, visi dan misi, tugas dan fungsi,
serta struktur organisasi.

BAB IV

: PENYAJIAN DATA
Bab ini memuat hasil pengumpulan data dilapangan. Dalam bab ini
akan dicantumkan semua data yang diperoleh dari lapangan atau
lokasi penelitian selama proses penelitian.

BAB V

: ANALISIS DATA
Bab ini memuat hasil analisis data-data yang diperoleh saat
penelitian dilakukan dan memberikan interpretasi terhada masalah
yang diteliti.

BAB VI

: PENUTUP
Bab ini memuat kesimpulan dan saran atas hasil penelitian yang
dilakukan.

37
Universitas Sumatera Utara