Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) Dalam Peningkatan Pendidikan Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) di Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan salah satu negara dengan penduduk terbanyak keempat
setelah Amerika Serikat. Meningkatnya penduduk ini berdampak pada
meningkatnya permasalah-permasalah sosial, salah satunya adalah kemiskinan.
Problema kemiskinan terus menjadi masalah besar sepanjang sejarah negara
Indonesia. Menurut Bank Dunia dalam buku Analisis Data Kemiskinan
(Kementerian Sosial RI, 2011), kemiskinan adalah deprivasi dalam kesejahteraan.
Berdasarkan definisi tersebut kemiskinan dapat dipandang dari beberapa sisi. Dari
pandangan konvensional kemiskinan dipandang dari sisi moneter, dimana
kemiskinan diukur dengan membandingkan pendapatan atau konsumsi individu
dengan beberapa batasan tertentu, jika mereka berada di bawah batasan tersebut,
maka mereka dianggap miskin.
Pandangan mengenai kemiskinan berikutnya dalam buku Analisis Data
Kemiskinan (Kementerian Sosial RI, 2011) adalah bahwa kemiskinan tidak hanya
sebatas ukuran moneter, tetapi juga mencakup miskin nutrisi yang diukur dengan
memeriksa apakah pertumbuhan anak-anak terhambat. Selain itu, juga bisa dari
miskin pendidikan, misalnya dengan menggunakan indikator angka buta huruf.

Pandangan yang lebih luas mengenai kemiskinan adalah kemiskinan ada jika
masyarakat kekurangan kemampuan dasar, sehingga pendapatan dan pendidikan

Universitas Sumatera Utara

yang dimiliki tidak memadai, kesehatan yang buruk, ketidakamanan, kepercayaan
diri yang rendah, rasa ketidakberdayaan, atau tidak adanya hak bebas berpendapat.
Berdasarkan pandangan ini, kemiskinan adalah fenomena multi dimensi, dan
solusi untuk mengatasinya tidaklah sederhana. Penanggulangan kemiskinan secara
sinergis dan sistematis harus dilakukan agar seluruh warganegara mampu
menikmati kehidupan yang bermartabat. Oleh karena itu, sinergi seluruh
pemangku kepentingan sangat diperlukan.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik Indonesia, jumlah penduduk di
Indonesia yang ada di garis kemiskinan pada tahun 2013 per September 2013
adalah 28,55 juta. Jumlah ini berarti 11,47% dari keseluruhan penduduk di
Indonesia. Dan jumlah ini seringkali bertambah jika ternyata ada kebijakan
kenaikan BBM atau kenaikan bahan pokok makanan semacam beras. Begitu juga
dengan Provinsi Aceh yang merupakan salah satu bagian dari negara Indonesia
yang tidak luput dari masalah kemiskinan.
Tabel 1.1

Data Kemisikinan Aceh 2013-2014
2013
2014
Jumlah
Wilayah

Penduduk

Persentase

Indeks

Indeks

Garis

Miskin

Penduduk


Kedalaman

Keparahan

Kemiskinan

(Ribu

Miskin

Kemiskinan

Kemiskinan

(Rupiah)

Jiwa)

ACEH
SIMEULUE


856.89

17.72

3.2

0.83

348172.08

17.8

20.57

3.46

0.91

305600


Universitas Sumatera Utara

ACEH SINGKIL

20.72

18.73

2.77

0.66

316319

ACEH SELATAN

29.3

13.44


2.09

0.44

283446

27.78

14.39

1.78

0.37

206797

ACEH TIMUR

64.44


16.59

2.92

0.8

319392

ACEH TENGAH

33.61

17.76

2.21

0.39

370670


ACEH BARAT

44.32

23.7

3.68

0.85

413061

ACEH BESAR

63.89

16.88

2.89


0.76

352451

85.8

21.12

2.99

0.67

361707

73.94

17.65

2.8


0.67

292308

115.36

20.34

2.65

0.54

274799

25.74

18.92

2.64


0.63

283117

19

22.33

4.1

1.06

279420

ACEH TAMIANG

40.82

15.13

2.09

0.56

331218

NAGAN RAYA

32.66

21.75

3.34

0.87

353231

14.6

17.53

3.04

0.83

303209

BENER MERIAH

30.93

23.47

3.34

0.73

327652

PIDIE JAYA

32.59

22.7

3.34

0.83

373497

BANDA ACEH

19.43

8.03

1.41

0.35

493558

SABANG

5.92

18.31

4.06

1.2

451218

LANGSA

20.27

12.62

1.89

0.39

298749

LHOKSEUMAWE

22.98

12.47

2.05

0.49

293788

SUBULUSSALAM

15

20.69

2.39

0.42

241189

ACEH
TENGGARA

PIDIE
BIREUEN
ACEH UTARA
ACEH BARAT
DAYA
GAYO LUES

ACEH JAYA

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh

Universitas Sumatera Utara

Tabel 1.2
Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Aceh
Menurut Daerah, Maret 2014-Maret 2015

Sumber : Badan Pusat Statistika Aceh, 2015

Pemerintah saat ini memiliki berbagai program penanggulangan kemiskinan
yang terintegrasi mulai dari program penanggulangan kemiskinan berbasis
bantuan sosial, program penanggulangan kemiskinan yang berbasis pemberdayaan
masyarakat,

serta

program

penanggulangan

kemiskinan

yang

berbasis

pemberdayaan usaha kecil, yang dijalankan oleh berbagai elemen pemerintah baik
pusat maupun daerah. Untuk meningkatkan efektifitas upaya penanggulangan
kemiskinan, Presiden telah mengeluarkan Perpres No. 15 Tahun 2010 tentang
Percepatan Penanggulangan Kemiskinan yang bertujuan untuk mempercepat
penurunan angka kemiskinan hingga 8% sampai 10% pada akhir tahun 2014.

Universitas Sumatera Utara

Untuk memenuhi target angka kemiskinan tersebut, pemerintah Republik
Indonesia kemudian mengambil kebijakan untuk mendorong percepatan
penanggaulangan kemiskinan dengan berbagai pendekatan, mulai dari pendekatan
kelembagaaan dengan membentuk Tim Nasional Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan (TNP2K). Lembaga ini dibentuk sebagai wadah koordinasi lintas
sektor dan lintas pemangku kepentingan di tingkat pusat untuk melakukan
percepatan penanggulangan kemiskinan dengan tugas:
1. Menyusun kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan
2. Melakukan siergi melalui sinkronisasi, harmonisasi, dan integrasi
program-program penanggulangan kemiskinan di kementerian/lembaga.
3. Melakukan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan program dan
kegiatan penanggulan kemiskinan.
Terdapat empat strategi dasar yang telah ditetapkan dalam percepatan
penanggulangan kemisikinan, yaitu :
1. Menyempurnakan program perlindungan sosial.
2. Peningkatkan akses masyarakat miskin terhadap .
3. Pemberdayaan masyarakat.
4. Pembangunan yang inklusif.
Terkait dengan strategi tersebut, pemerintah telah menetapkan instrumen
penanggulangan kemiskinan yang dibagi berdasarkan beberapa klaster, yaitu:
1. Klaster I - Program bantuan sosial terpadu berbasis keluarga.
2. Klaster II – Program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan
masyarakat.

Universitas Sumatera Utara

3. Klaster III – Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Pemberdayaan Usaha
Ekonomi Mikro dan Kecil.
Program penanggulangan kemiskinan yang disusun yaitu Kartu Keluarga
Sejahtera (KKS), Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), Program
Keluarga Harapan (PKH), Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Beras
Untuk Keluarga Miskin (Raskin), Bantuan Siswa Miskin (BSM), Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri ((PNPM Mandiri), dan Kredit Usaha
Rakyat (KUR). Salah satu program bantuan sosial terpadu berbasis keluarga
adalah Program Keluarga Harapan (PKH). PKH merupakan program unggulan
kementerian sosial yang merupakan pemberian uang tunai bersyarat kepada
keluarga sangat miskin agar memeriksakan kesehatan dan menyekolahkan
anaknya. PKH merupakan salah satu program penanggulangan kemiskinan yang
cukup berhasil, sehingga pemerintah pusat melakukan penambahan penerima
PKH menjadi total 6 juta penerima dengan anggaran Rp 9,98 Triliun
(http://m.ttribunnews.com/bisnis/2016/04/17/anggaran-program-keluargaharapan-mencapai-rp-998-triliun di akses pada 24 April 2016)
Program Keluarga Harapan dijalankan atas pelaksanaan UU No. 40 Tahun
tentang jaminan sosial, UU No. 11 Tahun 2009 Tentang kesejahteraan sosial, UU
No. 13 Tahun 2011 Tentang Penanganan Fakir Miskin, Impres No. 3 Tahun 2010
Tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan poin lampiran ke 1 tentang
Penyempurnaan Pelaksanaan Program Keluarga Harapan, Perpres No. 15 Tahun
2010 Tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, dan Inpres nomor 1
Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi poin lampiran ke 46

Universitas Sumatera Utara

tentang Pelaksanaan Transparansi Penyaluran Bantuan Langsung Tunai Bersyarat
Bagi Keluarga Sangat Miskin (KSM) Sebagai Peserta Program Keluarga Harapan
(PKH). Merujuk pada sistem jaminan sosial nasional berdasarkan UU No. 40
Tahun 2004 tersebut, PKH menjadi model jaminan yang unik.. Di satu sisi, PKH
merupakan bantuan sosial yang dimaksudkan demi mempertahankan kehidupan
(life survival) dalam kebutuhan dasar terutama pendidikan dan kesehatan. Disisi
lain, PKH bernuansa pemberdayaan yakni menguatkan rumah tangga miskin agar
mampu keluar dari kemiskinannya melalui promosi kesehatan dan mendorong
anak bersekolah (Pedoman umum PKH, 2013)
PKH adalah program penanggulangan kemiskinan melalui peningkatan
kualitas sumber daya manusia dini dengan cara pemberian bantuan tunai kepada
Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) berdasarkan persyaratan dan ketentuan
yang telah ditetapkan. Untuk jangka pendek, program ini diharapkan dapat
mengurangi beban pengeluaran RTSM. Untuk jangka panjang, melalui
persyaratan yang ditentukan diharapkan akan terjadi perubahan pola pikir dan
perilaku yang mengarah pada perbaikan status kesehatan anak-anak dan ibu hamil,
serta perbaikan tingkat pendidikan anak-anak RTSM, sehingga secara berangsurangsur rantai kemiskinan dapat diputus.
Tujuan utama PKH adalah untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan
kualitas sumberdaya manusia terutama pada kelompok masyarakat miskin.Dalam
jangka pendek, bantuan ini membantu mengurangi beban pengeluaran RTSM,
sedangkan untuk jangka panjang, dengan mensyaratkan keluarga penerima untuk
menyekolahkan anaknya, melakukan imunisasi balita, memeriksakan kandungan

Universitas Sumatera Utara

bagi ibu hamil, dan perbaikan gizi, diharapkan akan memutus rantai kemiskinan
antargenerasi. PKH mulai dilaksanakan pemerintah di Indonesia pada bulan Maret
tahun 2007 dengan uji coba di tujuh provinsi (Sumatra Barat, DKI Jakarta, Jawa
Barat, Jawa Timur, NTT, Sulawesi Utara, dan Gorontalo). Tahun berikutnya
mencakup Aceh, Sumatera Utara, Banten, D.I. Yogyakarta, Kalimantan Selatan,
dan Nusa Tenggara Barat. Sampai dengan tahun 2013, PKH sudah dilaksanakan
diseluruh provinsi (33 Provinsi) dan mencakup 336 Kabupaten/Kota dan 3.429
Kecamatan dengan target peserta PKH sampai dengan 2013 mencapai 2,4 juta
RTSM/KSM (Pedoman Umum PKH,2013)
PKH mulai diberlakukan di Propinsi Aceh pada tahun 2008 dan sampai saat
ini Program Keluarga Harapan telah mencapai seluruh wilayah kabupaten/kota
yang ada di Aceh.

Tahun 2015 pemerintahan Aceh kembali memperoleh

penghargaan (Award) dari Menteri Sosial RI atas keberhasilan pelaksanaan
Program Keluarga Harapan (PKH) untuk kategori dana sharing tertinggi tingkat
provinsi. Namun, pada pelaksanaan program penerima bantuan sosial di Aceh
Selatan contohnya banyak yang tidak tepat sasaran, Halimuddin selaku Kepala
Dinas Sosial dan Transmigrasi Aceh Selatan mengakui bahwa persoalan itu kerap
timbul selama ini karena data penerima manfaat yang digunakan Kementerian
Sosial masih mengacu pada data Badan Pusat Statistik (BPS). Masalah pendataan
ini juga diakui oleh menteri sosial RI. Tidak meratanya program perlindungan
sosial ini, menurut Khofifah, karena proses pendataan yang masih dinilai kurang
baik. Hal ini tidak hanya terjadi di kabupaten Aceh Selatan saja melainkan di
beberapa kabupaten lain di Provinsi Aceh. Maka itu April nanti dia akan turun ke

Universitas Sumatera Utara

sejumlah daerah untik validasi data penerima program perlindungan sosial
(http://www.beritaatjeh.net/2015/03/mensos-pantau-penerima-program.html?m=1
di akses pada 9 November 2015 pukul 16.30 WIB )
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan mengangkat judul “Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH)
dalam Peningkatan Pedidikan Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) di
Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah”

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah disebutkan di atas, maka dapat
dirumuskan masalah penelitian dari proposal penelitian ini adalah :
1. Bagaimana Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) dalam
peningkatan Pendidikan di Kecamatan bebesen kabupaten Aceh Tengah.
2. Apa saja kendala dalam proses Implementasi Program Keluarga Harapan
(PKH) dalam peningkatan Pendidikan di Kecamatan bebesen kabupaten
Aceh Tengah.
3. Apa saja strategi dalam proses Implementasi Program Keluarga Harapan
(PKH) dalam Peningkatan Pendidikan di Kecamatan Bebesen Kabupaten
Aceh Tengah.

1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah menjawab perumusan masalah yang telah
dikemukakan sebelumnya, yakni :

Universitas Sumatera Utara

1. Mengetahui Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) dalam
peningkatan Pendidikan di Kecamatan bebesen kabupaten Aceh Tengah.
2. Mengetahui kendala dalam proses Implementasi Program Keluarga
Harapan (PKH) dalam peningkatan Pendidikan di Kecamatan bebesen
kabupaten Aceh Tengah.
3. Mengetahui strategi dalam proses Implementasi Program Keluarga
Harapan (PKH) dalam peningkatan Pendidikan di Kecamatan Bebesen
Kabupaten Aceh Tengah.

1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1. Secara subjektif, sebagai sarana untuk melatih dan mengembangkan
kemampuan berfikir dalam menulis karya ilmiah tentang implementasi
kebijakan.
2. Secara praktis, sebagai masukan pemikiran bagi Program Keluarga
Harapan di Kecamatan Bebesen Kabupten Aceh Tengah.
3. Secara akademis, sebagai bahan masukan bagi pelengkap referensi
maupun bahan perbandingan bagi mahasiswa yang ingin mengadakan
penelitian di bidang yang sama.
1.5 Kerangka Teori
Menurut Kerlinger (Singarimbun, 2008: 37), teori adalah serangkaian asumsi,
konsep, konstrak, defenisi, dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena
sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep. Untuk

Universitas Sumatera Utara

memudahkan penulis dalam rangka menyusun penelitian ini, maka dibutuhkan
teori- teori sebagai pedoman kerangka berpikir untuk menggambarkan dari sudut
mana peneliti menyoroti masalah yang dipilih. Pedoman tersebut disebut kerangka
teori. Kerangka teori merupakan landasan berpikir untuk melakukan penelitian
dan teori yang dipergunakan untuk menjelaskan fenomena sosial yang menjadi
objek penelitian. Kerangka teori diharapkan memberikan pemahaman yang jelas
dan tepat bagi peneliti dalam memahami masalah yang diteliti.
1.5.1

Landasan Teori
Untuk memudahkan penelitian maka terlebih dahulu penyampaian teori-

teori yang mendukung pelaksanaan penelitian tersebut yakni menjelaskan semua
hal terkit yang bisa memudahkan penulis, dari judul yang penulis ambil maka
dapat disampaikan teori-teori yang mendukung terhadap pelaksanaan Program
Keluarga Harapan (PKH) di Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah.

1.5.2

Kebijakan Publik
1.5.2.1 Pengertian Kebijakan Publik
Menurut Chandler dan Plano (Tangkilisan, 2003) kebijakan publik adalah

pemanfaatan yang strategis terhadap sumberdaya-sumberdaya yang ada untuk
memecahkan masalah-masalah publik atau pemerintah. Kebijakan publik
merupakan suatu bentuk intervensi yang dilakukan secara terus menerus oleh
pemerintah demi kepentingan kelompok yang kurang beruntung dalam
masyarakat agar mereka dapat hidup, dan ikut berpartisipasi dalam pembangunan
secara luas. Pengertian kebijakan publik menurut Chandler dan Plano dapat

Universitas Sumatera Utara

diklasifikasikan kebijakan sebagai intervensi pemerintah. Dalam hal ini
pemerintah mendayagunakan berbagai instrumen yang dimiliki untuk mengatasi
persoalan publik.
Menurut James E. Anderson, kebijakan publik adalah kebijakan-kebijakan
yang dibangun oleh badan-badan dan pejabat-pejabat pemerintah, dimana
implikasi dari kebijakan tersebut adalah:
1. Kebijakan publik selalu mempunyai tujuan tertentu atau mempunyai
tindakan-tindakan yang berorientasi pada tujuan.
2. Kebijakan publik berisi tindakan-tindakan pemerintah.
3. Kebijakan publik merupakan apa yang benar-benar dilakukan oleh
pemerintah jadi bukan merupakan apa yang masih dimaksudkan untuk
dilakukan.
4. Kebijakan publik yang diambil bisa bersifat dalam arti merupakan
tindakan pemerintah mengenai segala sesuatu masalah tertentu, atau
bersifat negatif dalam arti merupakan keputusan pemerintah untuk
tidak melakukan sesuatu.
5. Kebijakan pemerintah setidak-tidaknya dalam arti positif didasarkan
pada peraturan perundangan yang bersifat mengikat dan memaksa.
Kebijakan publik menurut Thomas Dye (Subarsono 2005 : 2) adalah
apapun pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan (public policy
is whatever governments choose to do or not to do). Definisi menurut Dye
mengandung makna bahwa (1) kebijakan publik dibuat oleh badan pemerintah

Universitas Sumatera Utara

bukan organisasi swasta; (2) kebijakan publik menyangkut pilihan yang harus
dilakukan atau tidak dilakukan oleh badan pemerintah.
Dari beberapa pengertian tersebut, maka diperoleh gambaran awal
mengenai konsep kebijakan publik yakni merupakan suatu bentuk intervensi yang
dilakukan oleh pemerintah untuk memecahkan suatu masalah yang terjadi
dimasyarakat dengan memanfaatkan sumber daya yang ada untuk mencapai
tujuan. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa kebijakan publik adalah setiap
keputusan yang dibuat oleh Negara, sebagai strategi untuk merealisasikan tujuan
dari negara. Kebijakan publik adalah strategi untuk mengantar masyarakat pada
masa awal, memasuki masyarakat pada masa transisi, untuk menuju masyarakat
yang dicita-citakan.
1.5.2.2 Mekanisme Kebijakan Publik
Gambar 1.1
Proses Kebijakan Publik

Perumusan Masalah
(penyusunan agenda)
Forecasting
(formulasi kebijakan)
Rekomendasi Kebijakan
(Adopsi Kebijakan)
Monitoring Kebijakan
(Implementasi Kebijakan)
Evaluasi Kebijakan
(Penilaian Kebijakan)
Sumber : William N. Dunn, 1994 : 7 dalam Subarsono, 2005 : 9

Universitas Sumatera Utara

Suatu kebijakan publik dibuat memlalui tahapan-tahapan tertentu sesuai
dengan peraturan yang telah ditetapkan. Tahapan kebijakana publik dimulai dari
penetapan isu atau masalah dalam agenda kebijakan yang kemudian dirumuskan
menjadi sebuah kebijakan dan ditetapkan untuk selanjutnya dilaksanakan. Setelah
kebijakan dilaksanakan maka tahapan terakhir dari sebuahkebijakan publik adalah
evaluasi kebijakan, dimana evaluasi ini bertujuan untuk melihat dampak dari
kebijakan itu sendiri.

Tabel 1.3
Tahap Analisis kebijakan
Tahap
Perumusan Masalah

Karakteristik
Memberikan informasi mengenai kondisi-kondisi yang
menimbulkan masalah

Forecasting

(formulasi

kebijakan )

Memberikan

ormasi

mengenai

konsekuesi

di

masa

mendatang dri diterapkannya alternatif kebijakan termasuk
apabila membuat kebijakan.

Rekomendasi kebijakan

Memberikan informasi mengenai mamfaat bersih dari setiap
alterative dan merekomendasikan alternatif kebijakan yang
memberikan manfaat bersuh paling tinggi.

Monitoring kebijakan

Memberikan informasi mengenai konsekuensi sekarang dan
maasa

lalu

dari

diterapkannya

alternative

kebijakan

termasuk kendala-kendalanya.

Evaluasi kebijakan

Memberikan informasi mengenai kinerja atau hasil dari
suatu kebijakan

Sumber : Subarsono, 2005 : 10

Universitas Sumatera Utara

Tabel diatas menunjukkan bahwa kebijakan publik memiliki dimensi yang
sangat luas dari mulai identifikasi masalah publik, desaim program atau
kebijakan, implementasi, monitoring, hingga proses evaluasi kebijakan. Sebuah
isu, baik berupa masalah bersama maupun tujuan bersama, ditetapkan sebagai
suatu isu kebijakan. Dengan isu kebijakan ini, dirumuskan dan ditetapkan
kebijakan publik. Kebijakan ini kemudian diimplementasikan atau implementasi
kebijakan. Pada saat implementasi, dilakukan pemantauan atau monitoring untuk
memastikan implementasi kebijakan konsisten dengan rumusan kebijakan. Hasil
implementasi kebijakan adalah kinerja kebijakan. Pada saat inilah diperlukan
evaluasi kebijakan. Evaluasi yang pertama berkenaan dengan kinerja kebijakan,
yaitu berkenaan dengan seberapa jauh kebijakan mencapai hasil yang diharapkan.
Selanjutnya dilakukan evaluasi secara pararel pada implementasi kebijakan,
rumusan

kebijakan,

dan

lingkungan

tempat

kebijakan

dirumuskan,

diimplementasikan, dan berkinerja. Hasil evaluasi menentukan apakah kebijakan
dilanjutkan ataukah membawa isu kebijakan yang baru, yang mengarah pada dua
pilihan: diperbaiki atau revisi kebijakan, ataukah dihentikan, penghentian
kebijakan.

1.5.3

Implementasi Kebijakan

1.5.3.1 Pengertian Implementasi

Kamus Webster dalam Wahab (1997:64), pengertian implementasi
dirumuskan secara pendek bahwa “to implement” (mengimplementasikan) berarti
“to provide means for carrying out; to give practical effect to” (menyajikan sarana

Universitas Sumatera Utara

untuk melaksanakan sesuatu; menimbulkan dampak/ berakibat sesuatu).
Implementasi kebijakan merupakan rangkaian kegiatan setelah suatu kebijakan
dirumuskan. Tanpa suatu implementasi maka suatu kebijakan yang telah
dirumuskan akan sia-sia belaka. Oleh karena itu implementasi kebijakan
mempunyai kedudukan yang penting di dalam kebijakan publik. Bahkan Udoji
dalam Wahab (1997:65) menyatakan bahwa pelaksanaan kebijakan adalah sesuatu
yang penting, bahkan mungkin jauh lebih penting dari pembuatan kebijakan.
Kebijakan-kebijakan hanya akan berupa impian atau rencana yang bagus, yang
tersimpan rapi dalam arsip kalau tidak diimplementasikan.
Menurut Nakamura dan Smallwood dalam Tangkilisan (2003:17), hal-hal
yang berhubungan dengan implementasi kebijakan adalah keberhasilan dalam
mengevaluasi masalah dan kemudian menerjemahkannya ke dalam keputusan
yang bersifat

khusus.

Sedangkan

Jones

dalam

Tangkilisan

(2003:18),

implementasi merupakan suatu proses yang dinamis yang melibatkan secara terus
menerus usaha-usaha untuk mencari apa yang akan dan dapat dilakukan. Dengan
demikian implementasi mengatur kegiatan-kegiatan yang mengarah pada
penempatan suatu program ke dalam tujuan kebijakan yang diinginkan. Tiga
kegiatan utama yang paling penting dalam proses implementasi, yaitu :
a. penafsiran, yaitu merupakan kegiatan yang menterjemahkan makna program
ke dalam pengaturan yng dapat diterima dan dapat dijalankan,
b. organisasi, yaitu merupakan unit atau wadah untuk menempatkan program ke
dalam tujuan kebijakan,

Universitas Sumatera Utara

c. penerapan yang berhubungan dengan perlengkapan rutin bagi pelayanan,
upah, dan lain-lainnya.

Proses implementasi kebijakan itu sesungguhnya tidak hanya menyangkut
perilaku badan administratif yang bertanggung jawab untuk melaksanakan
program dan menimbulkan ketaatan pada diri kelompok sasaran, melainkan pula
menyangkut jaringan kekuatan-kekuatan politik, ekonomi dan sosial yang
langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi perilaku darisemua pihak yang
terlibat dan yang pada akhirnyaberpengaruh terhadap tujuan kebijakan, baik yang
negatif maupun yang positif (Tangkilisan, 2003:19).

1.5.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi implemetasi kebijakan
Keberhasilan implementas kebijakan akan ditentukan oleh banyak variabel
atau faktor, dan masing-masing variabel tersebut saling berhubungan satu sama
lain.
1. Teori George C. Edward III (1980)
Dalam pandangan Edwards III, implementasi kebijakan dipengaruhi oleh
empat variabel yaitu :

a. Komunikasi
Keberhasilan

implemetasi

kebijakan

mensyaratkan

agar

implementasi mengetahui apa yang harus dilakukan. Apa yang menjadi
tujuan dan sasaran kebijakan harus di transmisikan kepada kelompok

Universitas Sumatera Utara

sasaran (target group) sehingga akan mengurangi distorsi implementasi.
Apabila tujuan dan sasaran suatu kebijakan tidak jelas atau bahkan tidak
diketahui sama sekali oleh kelompok sasaran, maka kemungkinan akan
terjadi resistensi dari kelompok sasaran.
Persyaratan pertama bagi implementaasi kebijakan adalah bahwa
mereka yang harus mengimplementasikan suatu keputusan mesti tahu apa
yang harus mereka kerjakan. Keputusan kebijakan dan peraturan
implementasi mesti ditransmisikan kepada personalia yang tepat sebelum
bisa diikuti. Secara alami, komunikasi ini membutuhkan keakuratan dan
komunikasi mesti secara akurat pula diterima oleh para implemantor.
Secara umum Edwards membahas tiga hal penting dalam proses
komunikasi kebijakan yakni transmisi, kejelasan dan konsistensi.
Transmisi artinya sebelum pejabat dapat mengimplementasikan suatu
keputusan ia harus menyadari bahwa suatu keputusan telah dibuat dan
suatu perintah untuk pelaksanaannya telah dikeluarkan. Konsistensi,
artinya bahwa jika implementasi kebijakan ingin berlangsung efektif,
maka perintah-perintah pelaksanaan harus konsisten dan jelas. Kejelasan;
jika kebijakan sebagaimana yang dinginkan, maka petunjuk pelaksana
tidak hanya harus diterima oleh para implementor, tetapi juga komunikasi
kebijakan harus jelas. Ketidakjelasan pesan komunikasi yang disampaikan
berkenaan dengan implementasi kebijakan akan mendorong terjadinya
interpretasi yang salah bahkan mungkin bertentangan dengan makna pesan
awal.

Universitas Sumatera Utara

b. Sumberdaya
Sumberdaya merupakan salah satu faktor penting dalam proses
implementasi suatu keputusan agar pelaksanaan keputusan tersebut dapat
berjalan efektif. Sumberdaya tersebut dapat berwujud sumberdaya
manusia, yakni kompetensi implementator dan sumberdaya financial.
Sumber daya manusia adalah kecukupan baik kualitas maupun kuantitas
implementator yang dapat melingkupi seluruh kelompok sasaran. Sumber
daya financial adalah kecukupan model investasi atas sebuah program atau
kebijakan. Keduanya harus diperhatikan dalam implementasi program atau
kebijakan pemerintah. Sebab tanpa kehandalan implementator, kebijakan
menjadi kurang energik dan berjalan lambat dan seadanya. Sedangkan
sumber daya financial yang memadai, program atau kebijakan. Tanpa ada
dukungan finansial yang memadai program tak dapat berjalan efektif dan
cepat dalam mencapai tujuan dan sasaran. Kewenangan merupakan
sumber penting lainnya untuk implementasi kebijakan. Kewenangan ada
dalam berbagai bentuk, dari pemberian bantuan hingga prilaku yang
menghalangi.

c. Disposisi
Disposisi

adalah

karakteristik

yang

menempel

erat

pada

implementator kebijakan atau program. Karakter penting dimiliki olem
implementator

adalah

kejujuran,

komitmen,

dan

demokratis.

Universitas Sumatera Utara

Implementator yang memiliki komitmen tinggi dan jujur akan senantiasa
bertahan diantara hambatan yang ditemui dalam program atau kebijakan
yang dilaksanakan. Komitmen dan kejujuran membawanya semakin
antusias dalam melaksanakan tahap-tahap program secara konsisten. Sikap
yang demokratis akan meningkatkan kesan baik implementator dan
kebijakan dihadapan anggota kelompok sasaran terhadap implementator
dan program atau kebijakan. Ketika implementator memiliki sikap atau
perspektif yang berbeda dengan pembuat kebijakan, maka proses
implementasi kebijakan juga menjadi tidak efektif.

d. Struktur birokrasi
Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan
memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap implementasi kebijakan.
Salah satu dari aspek struktur yang penting dari setiap organisasi adalah
adanya prosedur operasi yang standar (standard operating procdures atau
SOP) yang dicantumkan dalam guideline program atau kebijakan. SOP
yang baik mencantumkan kerangka kerja yang jelas, sistematis, tidak
berbelit dan mudah dipahami oleh siapapun karena SOP menjadi pedoman
bagi setiap implementator dalam melaksanakan program atau kebijakan
tersebut. Sedangkan struktur organisasi pelaksanan pun sejauh mungkin
menghindari hal yang berbelit, panjang dan kompleks, karena struktur
organisasi yang panjang akan cenderung melemahkan pengawasan dan

Universitas Sumatera Utara

menimbulkan red-tape, yakni prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks
sehingga menyebabkan aktivitas organisasi tidak fleksibel.

Gambar 1.2
Model Implementasi Edward III

Komunikasi

Sumberdaya
Implementasi
Disposisi

Struktur birokrasi
Sumber : Edwards III, 1980 : 148 dalam Subarsono, 2005 : 90

Berdasarkan gambar diatas, Edwards III menerangkan bahwa
dalam proses implementasi sebuah kebijakan atau program setiap faktorfaktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan tersebut saling
berkaitan satu sama lain, artinya bahwa suatu kebijakan dapat berhasil
dilaksanakan apabila keempat faktor tersebut sudah berjalan dengan baik
dan saling mendukung dalam keberhasilan pelaksanaan kebijakan atau
program tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 1.4
Aplikasi Konseptual Model Edward III Perspektif
Implementasi Kebijakan

Aspek
Komunikasi

Ruang Lingkup
a. Siapakah implementator dan sasaran dari
program atau kebijakan ?
b. Bagaimana

sosisalisasi

program

atau

kebijakan efektif dijalankan ?

Sumberdaya



Metode yang digunakan



Intensitas komunikasi

a. Kemampuan implementator


Tingkat pendidikan



Tingkat pemahaman terhadap tujuan dan
sasaran serta aplikasi detail program



Kemampuan menyampaikan program dan
mengarahkan

b. Ketersediaan dana


Berapa dana yang dialokasikan



Prediksi kekuatan dana dan besrn biaya
untuk

implementasi

program

atau

kebijakan.

Disposisi

Karakterisrtik pelaksana

Universitas Sumatera Utara



Tingkat komitmen dan kejujuran : dapat
diukur dengan tingkat konsistensi antara
peaksana kegiatan dengan guideline yang
telah ditetapkan. Semakin sesuai dengan
guideline semakin tinggi komitmennya



Tingkat demokrasi, dapat diukur dengan
intensitas pelaksana melakukan proses
sharing dengan kelompok sasaran, mencari
solusi dari masalah yang dihadapi dan
melakukan diskresi yang berbeda dengan
guideline

guna

mencapai

tujuan

dan

sasaran program
Struktur birokrasi

a. Ketersediaan SOP yang medah dipahami
b. Struktur organisasi


Seberapa jauh rentang kendali antara pucuk
pimpinan dan bawahan dalam struktur
organisasi pelaksana. Semakin jauh berarti
semakin rumit, birokratis dan lambat untuk
merespon perkembangan program.

Sumber : Indiahono, 2009 : 34
2. Teori Donald S. Van Meter dan Carl E. Van Horn (1975)

Universitas Sumatera Utara

Menurut Van Meter dan van Horn dalam Subarsono (2005:99)
menyatakan bahwa ada enam variabel yang mempengaruhi kinerja
implementasi yakni
1. Standar dan Sasaran Kebijakan
Standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan terukur sehingga dapat
direalisasikan. Apabila standard an sasaran kebijakan kabur, maka akan
terjadi multiinterpretasi dan mudah menimbulkan konflik diantara para
agen implementasi.
2. Sumber Daya
Implementasi kebijakan perlu dukungan sumber daya, baik sumber
daya manusia (human resource) maupun sumber daya non manusia (nonhuman resources).
3. Komunikasi antar Organisasi dan Penguatan Aktivitas
Dalam implementasi program perlu dukungan dan koordinasi dengan
instansi lain. Untuk itu diperlukan koordinasi dan kerja sama antar instansi
bagi keberhasilan suatu program.
4. Karakteristik agen pelaksana
Agar pelaksana mencakup struktur birokrasi, norma-norma, dan polapola hubungan yang terjadi dalam birokrasi, yang semuanya akan
mempengaruhi implementasi suatu program.
5. Kondisi sosial, ekonomi dan politik
Variabel ini mencakup sumber daya ekonomi, lingkungan yang dapat
mendukung keberhasilan implementasi kebijakan, sejauh mana kelompok-

Universitas Sumatera Utara

kelompok kepentingan dapat memberikan dukungan bagi implementasi
kebijakan, karakteristik para partisipan yakni mendukung atau menolak,
bagaimana sifat opini publik yang ada di lingkungan dan apakah elit politik
mendukung implementasi kebijakan.
6. Disposisi implementor
Disposisi implementor ini mencakup tiga hal, yakni (a) respon
implementor terhadap kebijakan, yang akan dipengaruhi kemauannya
untuk melaksanakan kebijakan, (b) kognisi, yakni pemahamannya
terhadap kebijakan, dan (c) intensitas disposisi implementor, yakni
preferensi nilai yang dimiliki oleh implementor.
Gambar 1.3
Model Implementasi kebijakan-Van Meter dan Van Horn
Komunikasi antar organisasi
Dan pelaksana kegiatan

.
Standar
Dan sasaran
Karakteristik
badan
pelaksana

Sumber
daya

Sikap
pelaksan
a

Kinerja
kebijakan

Lingkungan sosial,
ekonomi dan politik

Sumber : Indiahono, 2009

Universitas Sumatera Utara

1.5.4

Kemiskinan
Kemiskinan adalah suatu fakta dimana seseorang atau sekelompok orang

hidup dibawah atau lebih rendah dari kondisi hidup layak uyang disebabkan
ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Kemiskinan dapat
dimaknai sebagai ketidaksamaan untuk mengakumulasikan basis kekuasaan
sosial. basis keuasaan sosial meliputi: (a) Modal produktif atau aset (tabah,
perumahan, alat produksi, kesehatan); (b) Sumber keuangan (Pekerjaan, kredit);
(c) Organsiasi sosial dan politik yang dapat digunakan untuk encapai kepentingan
bersama (Koperasi, partai politik, orgaisasi sosial); (d) Jaringan sosial untuk
memperoleh pekerjaan brang, jasa; (e) Pengetahuan dan keterampilan, dan (f)
Informasi yang berguna untuk kemajuan hidup (Friedman, dalam Nainggolan,
dkk. 2012: 9).
Berbagai konsep kemiskinan telah dinyatakan dalam beberapa penelitian
kemiskinan, diantaranya adalah seperti yang dikemukakan oleh World Bank
(dalam Analisis Data Kemiskinan,2011 : 4). Menurut Bank Dunia, kemiskinan
adalah deprivasi dalam kesejahteraan. Berdasarkan definisi tersebut kemiskinan
dapat dipandang dari beberapa sisi. Dari pandangan konvensional kemiskinan
dipandang dari sisi moneter, dimana kemiskinan diukur dengan membandingkan
pendapatan/konsumsi individu dengan beberapa batasan tertentu, jika mereka
berada di bawah batasan tersebut, maka mereka dianggap miskin. Pandangan
mengenai kemiskinan berikutnya adalah bahwa kemiskinan tidak hanya sebatas
ukuran moneter, tetapi juga mencakup miskin nutrisi yang diukur dengan
memeriksa apakah pertumbuhan anak-anak terhambat. Selain itu, juga bisa dari

Universitas Sumatera Utara

miskin pendidikan, misalnya dengan menggunakan indikator angka buta huruf.
Selanjutnya pandangan yang lebih luas mengenai kemiskinan adalah kemiskinan
ada jika masyarakat kekurangan kemampuan dasar, sehingga pendapatan dan
pendidikan yang dimiliki tidak memadai atau kesehatan yang buruk, atau
ketidakamanan, atau kepercayaan diri yang rendah, atau rasa ketidakberdayaan,
atau tidak adanya hak bebas berpendapat. Berdasarkan pandangan ini, kemiskinan
adalah fenomena multi dimensi, dan solusi untuk mengatasinya tidaklah
sederhana.
Menurut World Bank (dalam Analisis Data Kemiskinan,2011 : 4) ada 4
alasan mengapa kemiskinan diukur. Pertama adalah untuk membuat orang miskin
terus berada dalam agenda; jika kemiskinan tidak diukur, maka orang miskin akan
mudah terlupakan. Kedua, orang harus mampu mengidentifikasi orang miskin jika
salah satu tujuannya adalah untuk keperluan intervensi dalam rangka
mengentaskan kemiskinan. Ketiga adalah untuk memantau dan mengevaluasi
proyek-proyek atau kebijakan intervensi yang diarahkan kepada orang miskin.
Dan terakhir adalah untuk mengevaluasi efektivitas lembaga-lembaga pemerintah
dalam mengentaskan kemiskinan.
Chambers (1983 : 112) mengemukan bahwa kemiskinan mengakibatkan
kelemahan fisik yang disebabkan oleh kekurangan makanan, tubuh kecil,
kekurangan gizi sehingga menyebabkan rendahnya respon imun yang rendah
terhadap infeksi. Kemiskinan dapat dilihat dari ketidakmampuan membayar
layanan kesehatan, membayar biaya pendidikan, membeli sepeda atau radio,

Universitas Sumatera Utara

untuk mampu melakukan perjalanan dalam mencari pekerjaan atau tinggal dipudat
kota.
Sedangkan Sherraden (2006 : 48) mengatakan bahwa dilihat dari teori
prilaku kemiskinan disebabkan oleh sikap individu yang tidak produktif. Disisi
lain, teori struktural sosial melihat bahwa kondisi miskinlah yang menyebabkan
perilaku tertentu pada setiap individu, yaitu munculnya sikap individu yang tidak
produktif merupakan akibat dari adaptasi dengan keadaan miskin.
Mencher (dalam Siagian 2012 : 5) mengemukakan, kemiskinan merupakan
proses menurunnya daya dukung terhadap hidup seseorang atau sekelompok
orang sehingga pada gilirannya ia atau kelompok tersebut tidak mampu memenuhi
kebutuhan hidupnya dan tidak pula mampu mencapai taraf kehidupan yang
dianggap layak sesuai degan harkat dan martabatnya sebagai manusia. Hal yang
cukup menarik dari apayang dikemukan Mencher adalah bahwa dalam upaya
mencapai taraf hidup yang layak, seseorang atau sekelompok orang membutuhkan
dukungan, baik dari diri sendiri maupun dari faktor eksternal.
Chambers (1983 : 109) mengemukakan lima karakteristik sebagai
ketidakberuntungan (disadventages) yang melingkupi orang miskin atau keluarga
miskin antara lain : (a) poverty; (b) physically weakness; (c) isolated; (d)
vulnerable; and (e) powerless.
Emil salim (dalam Siagian, 2012 : 23) menyatakan bahwa ada lima
karakteristik kemiskinan, yaitu; (1) penduduk miskin pada umumnya tidak
memiliki faktor-faktor produksi sendiri; (2) penduduk miskin pada umumnya juga
tidak mempunyai kemungkinan untuk memperoleh aset produksi jika dengn

Universitas Sumatera Utara

kekuatan sendiri; (3) penduduk miskin pada umumnya memilki tingkt pendidikan
rendah; (4) Banyak diantara penduduk miskin tidak mempunyai fasilitas sehingga
hidupnya tidak layak; dan (5) dintara penduduk miskin terdapat kelompok dengan
usia relatif muda dan tidak mempunyai keterampilan atau pendidikan yang
memadai.
Data kemiskinan dilakukan lewat tahapan keluraga sehajtera yang dibagi
menjadi lima tahap, yaitu: 1) keluarga Pra Sejahtera (sangat miskin); 2) Keluarga
Sejahtera I (miskin); 3) Keluarga Sejahtera II; 4) Keluarga Sejahtera III; 5)
Keluarga Sejahtera III plus (Nainggolan, dkk. 2012 : 15)
Dari beberapa pendapat para ahli mengenai kemiskinan diatas dapat
disimpulkan bahwa kemiskinan adalah keadaan seseorang yang tidak mampu
memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini dipengaruhi beberapa faktor baik faktor
internal yaitu sikap individu yang tidak produktif maupun faktor eksternal yaitu
lingkungan tempat tinggal yang terisolasi, tidak memiliki sumber pendapatan
yang jelas, tidak memiliki fasilitas hidup yang layak dan tidak mempunyai
kekuatan utuk memperoleh perlindungan hukum.

1.5.5

Program Keluarga Harapan (PKH)

1.5.5.1

Pengertian Program Keluarga Harapan (PKH)
Program keluarga harapan adalah merupakan suatu program

penanggulangan kemiskinan yang memberikan bantuan tunai kepada rumah
tangga sangat miskin (RTSM). Sebagai imbalannya RTSM diwajibkan

Universitas Sumatera Utara

memenuhi persyaratan yang terkait dengan upaya peningkatan kualitas
sumber dasya manusia (SDM), yaitu pendidikan dan kesehatan.
Program keluarga Harapan (PKH Program Keluarga Harapan
(PKH) diluncurkan Presiden SBY di Gorontalo Juli 2007. Pada tahap awal
dilaksanakan di tujuh provinsi melibatkan 500.000 kepada rumah tangga yang
sangat miskin (RTSM). Tujuh provinsi adalah: Gorontalo, Sumatera Barat,
DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Sulawesi Utara, dan Nusa Tenggara
Timur. Tahun 2007 merupakan tahap awal pengembangan program atau
tahap uji coba. Tujuan uji coba adalah untuk menguji berbagai instrumen
yang diperiukan dalam pelaksanaan PKH, seperti antara lain metode
penentuan sasaran, verifikasi persyaratan, mekanisme pembayaran, dan
pengaduan masyarakat.
Apabila tahap uji coba ini berhasil, maka PKH akan dilaksanakan
setidaknya sampai dengan tahun 2018. Hal ini sejalan dengan komitmen
pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015 yakni
pengentasan

kemiskinan,

perolehan

pendidikan

dasa

seluruhdunia,

mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, pengurangan
angka kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu, pemberantasan penyakit
malaria, HIV/AIDS dan penyakit lainnya, memastikan keberlangsungan
lingkungan hidup dan membangun kemitraan global untuk pembangunan.
Dari 8 item MDGs, PKH mencakup 5 item yaitu (1) pengurangan penduduk
miskin ektrim dan kelaparan, (2) perolehan pendidikan dasar, (3) kesetaraan

Universitas Sumatera Utara

gender, (4) pengurangan angka kematian bayi dan balita, (5) pengurangan
kematian ibu melahirkan.
Pada tahun 2008, ditambah lagi menjadi 13 provinsi. Enam
tambahan itu adalah: Nanggroe Aceh Darusalam, Sumatera Utara, Daerah
Istimewa Yogyakarta, Banten, Nusa Tenggara Barat, dan Kalimantan Selatan.
PKH sudah dilaksanakan di 72 kabupaten di 13 provinsi, dengan penerima
700 ribu RTSM pada tahun 2008.
Anggarannya berasal dari APBN dimana kedudukan PKH
merupakan bagian dari program-program penanggulangan kemiskinan
lainnya. PKH berada di bawah koordinasi Tim Koordinasi Penanggulangan
Kemiskinan (TKPK), baik di Pusat maupun di daerah. Oleh sebab itu akan
segera dibentuk Tim Pengendali PKH dalam TKPK agar terjadi koordinasi
dan sinergi yang baik.

1.5.5.2

Tujuan Program Keluarga Harapan (PKH)
Tujuan umum PKH adalah untuk meningkatkan kualitas sumber

daya manusia, serta merubah perilaku peserta PKH yang relatif kurang
mendukung peningkatan kesejahteraan. Tujuan tersebut sekaligus sebagai
upaya

mempercepa

pencapaian

target

Millennium

Development

Goals(MDGs). Secara khusus, tujuan PKH terdiri atas:
1. Meningkatkan status sosial ekonomi RTSM;

Universitas Sumatera Utara

2. Meningkatkan status kesehatan dan gizi ibu hamil, ibu nifas, anak
balita dan anak usia 5-7 tahun yang belum masuk sekolah dasar
dari RTSM;
3. Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan pendidikan dan
kesehatan, khususnya bagi anak-anak RTSM.
4. Meningkatkan taraf pendidikan anak-anak RTSM;

1.5.5.3

Pelaksanaan Program Keluarga Harapan
Program

Keluarga

Harapan

(PKH)

dilaksanakan

secara

berkelanjutan yang dimulai dengan ujicoba di 7 provinsi pada tahun 2007.
Ujicoba ini dimaksudkan untuk menguji berbagai instrumen yang terkait dan
diperlukan dalam pelaksanaan PKH, seperti antara lain metode penentuan
sasaran, validasi data, verifikasi persyaratan, mekanisme pembayaran,
pengaduan masyarakat, proses pendampingan, MIS, dan lain-lain. Sampai
dengan tahun 2013, PKH sudah dilaksanakan diseluruh provinsi (33 Provinsi)
dan mencakup 336 Kabupaten/Kota dan 3.429 Kecamatan dengan target
peserta PKH sampai dengan 2013 mencapai 2,4 juta RTSM/KSM. Sejak tahun
2012, PKH telah menjadi program nasional (Pedoman Umum PKH, 2013)
Ada dua pengertian program nasional, yaitu: (i) PKH telah
menjangkau seluruh provinsi di Indonesia, (ii) Pelaksanaan PKH dilakukan
secara bersama-sama oleh masing-masing Kementerian dan Lembaga (K/L)
sesuai dengan tugas dan fungsi (tupoksi) masing-masing Kementerian dan
Lembaga.

Universitas Sumatera Utara

PKH diharapkan dapat terus dilaksanakan yang semula hingga
tahun 2015 sesuai dengan target dan komitmen pencapaian MDGs.
Selanjutnya Penerima PKH akan ditingkatkan secara bertahap hingga
mencakup seluruh RSTM/KSM .
Tabel 1.5
Target Sasaran Penerima PKH hingga Tahun 2018
Tahun

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

2015

2016

2017

2018

Tahun 1

500,00

392,00

392,00

392,000

392,000

392,000

Transfor

Transfor

Transfor

Transfor

Transfor

Transfor

0

0

0

masi

masi

masi

masi

masi

masi

240,00

224,00

224,000

Transfor

Transfor

Transfor

Transfor

Transfor

0

0

masi

masi

masi

masi

masi

114,000

Transfor

Transfor

Transfor

Transfor

masi

masi

masi

masi

76,000

Transfor

Transfor

Transfor

masi

masi

masi

185,000

Transfor

Transfor

masi

masi

110,000

Transfor

Tahun 2

Tahun 3

120,00

224,000

114,000

224,000

224,000

114,000

114,000

114,000

0
Tahun 4

76,000

Tahun

76,000

76,000

190,000

185,000

76,000

185,000

76,000

185,000

185,000

5/1
Tahun

116000

110,000

110,000

110,000

110,000

110,000

5/2

masi

Tahun 6

400,000

Tahun 7

total

500,00

632,00

736,00

RTSM/K

0

0

0

1T

1,1T

1,1T

380,000

380,000

380,000

380,000

380,000

380,000

800,000

800,000

800,000

800,000

800,000

800,000

800,000

800,000

800,000

800,000

800,000

816,00

1,116,000

1,516,000

2,400,000

3,200,000

1,482,000

1,406,000

1,216,000

1,100,000

1,3T

1,6T

1,8Y

3,2T

4,2T

2,68T

2,53T

1,74T

0,95T

SM
total
biaya

Target
validasi awal
Transformasi

Keterangan:
฀ Data diolah dari berbagai sumber oleh UPPKH Pusat
฀ Target tahun berikutnya mempertimbangkan realisasi tahun berjalan (data cohort)

Sumber : Pedoman Umum PKH, 2013

Universitas Sumatera Utara

Pada rencana awal pelaksanaan PKH telah disusun tahapan cakupan
penerima termasuk pendanaannya yang dimulai sejak tahun 2007 hingga
setidaknya 2015. Dalam rangka memperluas cakupan sasaran, pengembangan
PKH tetap dilaksanakan untuk Kabupaten/Kota dan pengembangan
kecamatan pada Kabupaten/Kota yang telah melaksanakan PKH.
1.5.5.4

Ketentuan Peserta PKH
Sejak tahun 2007, basis kepesertaan bantuan PKH diarahkan

kepada RTSM. Mulai tahun 2012 basis bantuan PKH diarahkan pada
KSM(orang tua - ayah, ibu dan anak). Perubahan ini untuk mengakomodasi
prinsip bahwa keluarga adalah satu unit yang sangat relevan dengan
peningkatan kualitas sumber daya manusia. Orangtua mempunyai tanggung
jawab terhadap pendidikan, kesehatan, kesejahteraan, dan masa depan anak.
Karena itu keluarga adalah unit yang relevan dalam upaya memutus rantai
kemiskinan antar generasi. Peserta PKH adalah RTSM/KSM yang sesuai
dengan kriteria BPS dan memenuhi satu atau beberapa kriteria program,
yaitu:
1. Ibu hamil/ibu nifas/anak balita,
2. Anak usia 5-7 tahun yang belum masuk pendidikan dasar (anak pra
sekolah),
3. Anak SD/MI (usia 7-12 tahun),
4. Anak SLTP/ MTs (usia 12-15 tahun),
5. Anak usia 15-18 tahun yang belum menyelesaikan pendidikan
dasar.

Universitas Sumatera Utara

Setiap penerima PKH diberikan kartu peserta sebagai bukti
kepesertaan. Nama yang tercantum dalam kartu peserta PKH RTSM adalah
nama perempuan dewasa (ibu, nenek, bibi dan anak perempuan dewasa) yang
mengurus RTSM. Sedangkan nama yang tercantum dalam kartu peserta PKH
KSM adalah perempuan dewasa (ibu dan anak perempuan dewasa). Dalam
hal kondisi tertentu dapat digantikan oleh kepala keluarga. Kartu tersebut
digunakan untuk menerima bantuan PKH dan bantuan sosial lainnya. Peserta
PKH diikutsertakan pada program bantuan sosial lainnya, antara lain program
Jamkesmas, BSM, Raskin, KUBE, dan BLSM.
1. Kewajiban Peserta PKH
Ada beberapa kewajiban Peserta PKH yang harus dipenuhi yaitu:
a) Kewajiban Bidang Kesehatan.


Peserta PKH yang telah memiliki kartu PKH, wajib memenuhi
persyaratan kesehatan yang sudah ditetapkan dalam protokol
pelayanan kesehatan bagi peserta PKH sebagaimana



Peserta PKH yang dikenakan persyaratan kesehatan adalah peserta
yang memiliki ibu hamil/nifas, anak balita atau anak usia 5-7 tahun
yang belum masuk pendidikan SD.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 1.6
Protokol Pelayanan Kesehatan bagi Peserta PKH
Anak usia 0-6 tahun


Bayi Baru Lahir (BBL) harus mendapatkan IMD, pemeriksaan segera saatlahir, menjaga bayi tetap
hangat, Vit K, HB0, salepmata, konseling menyusui.



Anak usia 0-28 hari (neonatus) harus diperiksa kesehatannya sebanyak 3 kali : pemeriksaan
pertama pada 6-48 jam, kedua : 3-7 hari, ketiga: 8-28 hari.



Anak usia 0-6 bulan harus diberikan ASI ekslusif (ASI saja)



Anak usia 0-11 bulan harus diimunisasi lengkap (BCG, DPT, Polio, Campak, Hepatitis B),
ditimbang berat badannya secara rutin setiap bulan dan dideteksi perkembangan empat kali
setahun, dan mendapatkan Vitamin A satu kali (khusus untuk anak usia 6-11 bulan).



Anak usia 12-59 bulan harus mendapatkan Vitamin A, dua kali setahun pada bulan Februari dan
Agustus, ditimbang berat badannya secara rutin setiap bulan dan dideteksi perkembangan dua
kali setahun setiap enam bulan



Anak usia 5-6 tahun ditimbang berat badannya secara rutin setiap bulan dan dideteksi
perkembangan dua kali setahun setiap enam bulan.



Ikutkan anak pada kelompok pendidikan Anak Usia Dini (PAUD/Early Childhood Education)
apabila di lokasi/ posyandu terdekat terdapat fasilitas PAUD.

Ibu hamil dan ibu nifas:


Selama kehamilan, ibu hamil harus melakukan pemeriksaan kehamilan di fasilitas kesehatan
sebanyak empat kali yaitu satu kali pada usia kehamilan 3 bulan I, 1 kali pada usia kehamilan 3
bulan II, 2 kali pada 3 bulan terakhir, dan mendapatkan suplemen tablet Fe.



Ibu melahirkan harus ditolong oleh tenaga kesehatan/medis.



Ibu nifas harus melakukan pemeriksaan/diperiksa kesehatannya setidaknya tiga kali pada
minggu I, IV dan VI setelah melahirkan.

Sumber : Buku KIA Kementrian kesehatan dalam Pedoman umum PKH 2013

b) Kewajiban bidang Pendidikan
Peserta PKH yang memiliki anak usia 7-15 tahun diwajibkan untuk
didaftarkan/terdaftar pada

lembaga

pendidikan dasar

(SD/MI/SDLB/

Salafiyah Ula/ Paket A atau SMP/MTs/SMLB/ Salafiyah Wustha/ PaketB
termasuk SMP/MTsterbuka) dan mengikuti kehadiran di kelas minimal 85%

Universitas Sumatera Utara

dari hari efektif sekolah setiap bulan selama tahun ajaran berlangsung.
Apabila ada anak yang berusia 5-6 tahun yang sudah masuk sekolah dasar
dan sejenisnya, maka yang bersangkutan dikenakan verifikasi bidang
pendidikan.
Peserta PKH yang memiliki anak usia 15-18 tahun dan belum
menyelesaikan

pendidikan

dasar,

maka

diwajibkan

anak

tersebut

didaftarkan/terdaftar ke satuan pendidikan reguler atau non-reguler (SD/MI,
atau SMP/MTs, atau Paket A, atau Paket B). Anak peserta PKH yang bekerja
atau menjadi pekerja anak atau telah meninggalkan sekolah dalam waktu
yang cukup lama, maka anak tersebut harus mengikuti program remedial
yakni mempersiapkannya kembali ke satuan pendidikan. Program remedial
ini adalah layanan rumah singgah atau shelter yang dilaksanakan
Kementerian Sosial untuk anak jalanan dan Kemenakertrans untuk pekerja
anak.
2. Hak Peserta PKH
Hak peserta adalah mendapatkan layanan pendidikan dan kesehatan serta
mendapatkan bantuan tunai bersyarat. Besaran bantuan untuk setiap peserta
PKH mengikuti skenario bantuan seperti yang disajikan pada tabel 5 berikut:
Tabel 1.7
skenario jumlah bantuan PKH (perRTSM/KSM/Tahun)
Skenario Bantuan

Bantuan tetap

Jumlah Bantuan

Rp 300.000,-

Bantuan bagi RTSM/KSM yang memiliki Rp 1.000.000,-

Universitas Sumatera Utara

anak usia dibawah 6 tahun, ibu hamil/
menyusui
Anak setara peserta SD/MI

Rp 500.000,-

Anak setara peserta SMP/Mts

Rp 1.000.000,-

Bantuan maksimum perRTSM/KSM

Rp 2.800.000,-

Bantuan minimum perRTSM/KSM

Rp 800.000,-

Rata-rata bantuan perRTSM/KSM

Rp 1.000.000,-

Sumber : SK Dirjen Perlindungan dan Jaminan Sosial no.121/LJS/06/2013 dalam Pedoman Umum
PKH 2013

3. Sanksi
Peserta PKH yang tidak memenuhi komitmen kesehatan dan pendidikan,
akan dikenai sanksi berupa pengurangan bantuan sebesar 10% dari bantuan
yang diterima setiap tahapan dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Seluruh anggota keluarga Peserta PKH selama tiga bulan berturutturut tidak memenuhi komitmen maka peserta PKH tidak dapat
menerima bantuan pada tahapan bantuan tersebut.
b) Salahsatu dari anggota rumah tangga/keluarga tidak memenuhi
kewajiban di bidang kesehatan a