PARTISIPASI RUMAH TANGGA SANGAT MISKIN (RTSM) DALAM PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) PENDIDIKAN DI KELURAHAN LATSARI KECAMATAN TUBAN KABUPATEN TUBAN.

PARTISIPASI RUMAH TANGGA SANGAT MISKIN (RTSM)DALAM
PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) PENDIDIKAN
DI KELURAHAN LATSARI KECAMATAN TUBAN
KABUPATEN TUBAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagai persyar atan memper oleh Gelar
Sar jana pada FISIP UPN “Veteran” Jawa Timur

Oleh :
CHRISTANTI DESI BINARIKA
NPM. 0641010064

YAYASAN KEJ UANGAN PANGLIMA BESAR SUDIRMAN UNIVERSITAS
PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
J URUSAN ADMINISTRASI NEGARA
SURABAYA
2012
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, berkat
rahmat dan hidayah-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan laporan proposal ini.
Penulisan laporan proposal ini merupakan salah satu kewajiban bagi
mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur khususnya
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dalam rangka memenuhi tugas akademik
guna melengkapi sebagai prasyarat untuk memenuhi ujian skripsi.
Laporan proposal yang dilaksanakan di Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur,
berjudul “PARTISIPASI RUMAH TANGGA SANGAT MISKIN (RTSM)
DALAM PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) PENDIDIKAN DI
KELURAHAN LATSARI KECAMATAN TUBAN KABUPATEN TUBAN”
Hasil penulisan ini bukanlah kemampuan dari penulis semata, namun
berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Pudjo Adi, MSi selaku dosen
pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dengan penuh
kesabaran.

Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dra. Hj. Suparwati, MSi, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Lukman Arif, MSi, selaku Ketua Program Studi Ilmu Administrasi
Negara Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

i

3. Ibu Dra. Susi Hardjati, MAP, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu
Administrasi Negara Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa
Timur.
4. Kedua

Orang

Tuaku


yang

banyak

memberikan

dukungan

selama

menyelesaiakan laporan proposal.
5. Semua teman-temanku yang juga telah banyak membantuku dalam
menyelesaikan laporan proposal ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih belum sempurna, sehingga
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sebagai acuan
pada penulisan yang akan datang. Harapan penulis semoga laporan proposal ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.

Surabaya, Juli 2012


Penulis

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................

i

DAFTAR ISI ...............................................................................................

iii

BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................

1


1.1

Latar Belakang .........................................................................

1

1.2

Perumusan masalah ..................................................................

8

1.3

Tujuan Penelitian ......................................................................

8

1.4


Kegunaan Penelitian .................................................................

9

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA .................................................................

10

2.1

Hasil Penelitian Terdahulu .......................................................

10

2.2

Landasan Teori .........................................................................

13


2.2.1

2.2.2

Konsep Partisipasi ......................................................

14

2.2.1.1. Pengertian Partisipasi .....................................

14

2.2.1.2. Pengelompokan Partisipasi ............................

15

2.2.1.3. Tingkatan Partisipasi .....................................

16


2.2.1.4. Bentuk Partisipasi...........................................

18

2.2.1.5. Tahap-tahap Partisipasi ..................................

19

2.2.1.7. Keberhasilan Partisipasi .................................

21

Konsep Pemberdayaan ...............................................

22

2.2.2.1 Pengertian Pemberdayaan ............................

22


2.2.2.2 Tingkatan Pemberdayaan ..............................

23

2.2.2.3 Langkah-langkah Pemberdayaan ....................

23

2.2.2.4 Tujuan Pemberdayaan ....................................... 24

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

iii

2.2.3

Konsep Kemiskinan ................................................... .


26

2.2.3.1. Pengertian Kemiskinan.....................................

26

2.2.3.2. Indikator Kemiskinan.......................................

28

2.2.3.3. Penyebab Kemiskinan.................................... .

30

2.2.3.4. Bentuk-bentuk Kemiskinan............................

33

2.2.3.5. Perangkap Kemiskinan ...................................


35

Konsep Pendidikan.......................................................

37

2.2.4.1. Pengertian Pendidikan ....................................

37

2.2.4.2. Tujuan Pendidikan ..........................................

38

2.2.5. Konsep Program Keluarga Harapan (PKH)..................

38

2.3. Kerangka Berpikir..........................................................................

42

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................

44

2.2.4

3.1

Jenis Penelitian ........................................................................

44

3.2

Fokus Penelitian .......................................................................

45

3.3

Lokasi Penelitian .....................................................................

47

3.4

Sumber Data .............................................................................

47

3.5

Pengumpulan Data ....................................................................

49

3.6

Analisis Data ............................................................................

51

3.7

Keabsahan Data .......................................................................

53

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... .
4.1

56

Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................

56

4.1.1. Gambaran Umum Kelurahan Latsari ...............................

56

4.1.2. Visi dan Misi Kelurahan Latsari ........................................ 56
4.1.3. Tugas dan Fungsi Pokok Kelurahan Latsari ........................ 58

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

iv

4.1.4. Kependudukan Kelurahan Latsari ................................... 59
4.1.4.1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 59
4.1.4.2.

Jumlah

Penduduk

Berdasarkan

Agama

dan

Kepercayaan ..................................................... 60
4.1.4.3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia ...................... 61
4.1.4.4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan ........... 62
4.1.4.5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian. 63
4.1.5. Struktur Organisasi Kantor Kelurahan Latsari ..................... 64
4.2. Hasil Penelitian ................................................................................ 74
4.2.1. Partisipasi Anak RTSM dalam Meningkatkan Rata-rata Lama
Sekolah ................................................................................ 75
4.2.2. Partisipasi Anak RTSM dalam Satuan Pendidikan ............... 79
4.2.3. Partisipasi Kehadiran Anak RTSM di Sekolah ..................... 83
4.3. Pembahasan ..................................................................................... 86
4.3.1. Partisipasi Anak RTSM dalam Meningkatkan Rata-rata Lama
Sekolah ................................................................................ 86
4.3.2. Partisipasi Anak RTSM dalam Satuan Pendidikan ............... 91
4.3.3. Partisipasi Kehadiran Anak RTSM di Sekolah ..................... 95
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 97
5.1. Kesimpulan ..................................................................................... 97
5.2. Saran ............................................................................................... 98
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

v

ABSTRAKSI

CHRISTANTI DESI BINARIKA. PARTISIPASI RUMAH TANGGA
SANGAT MISKIN (RTSM) DALAM PROGRAM KELUARGA HARAPAN
(PKH) PENDIDIKAN DI KELURAHAN LATSARI KECAMATAN TUBAN
KABUPATEN TUBAN.
Penelitian ini didasarkan pada fenomena diketahui bahwa Program
Keluarga Harapan (PKH) khususnya pada bidang pendidikan terlihat adanya
tingkat partisipasi pendidikan yang tinggi jika dibandingkan dengan Kelurahankelurahan lain yang ada di Kecamatan Tuban.
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif sebagai penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dan lisan dari orang-orang
dan prilaku yang dapat diamati, dengan maksud ingin memperoleh gambaran
yang komprehensif dan mendalam tentang Program KeluargaHarapan (PKH)
Pendidikan di Kelurahan Latsari Kecamatan Tuban Kebupaten Tuban. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam, dokumentasi,
dan pengamatan.
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana Partisipasi
Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) dalam Program Keluarga Harapan (PKH)
Pendidikan di Kelurahan Latsari Kecamatan Tuban Kabupaten Tuban. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisa bagaimana
Partisipasi Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) dalam Program Keluarga
Harapan (PKH) Pendidikan di Kelurahan Latsari Kecamatan Tuban Kabupaten
Tuban.
Informan dan responden dalam penelitian ini adalah pegawai Kelurahan
Latsari, pendamping PKH Kelurahan Latsari, dan RTSM PKH Pendidikan
Kelurahan Latsari.
Fokus dalam penelitian ini ada 3 yaitu: 1) partisipasi rata-rata lama
sekolah bagi anak RTSM, 2) partisipasianak RTSM dalam satuan pendidikan
(sekolah), dan 3) kehadiran anak RTSM di sekolah.
Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
anakanakpeserta PKH Pendidikan menyelesaikan pendidikannya sesuai dengan sistem
yang berlaku di sekolah, dan hamper seluruh anak melanjutkan pendidikannya
kejenjang berikutnya. Anak-anak peserta PKH yang telah terdaftar tetap
mengikuti program pendidikannya sampai selesai. Dan partisipasi kehadiran anak
RTSM peserta PKH Pendidikan di sekolah sudah sesuai dengan syarat kehadiran
yaitu minimal 85%.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Kemiskinan merupakan masalah sosial yang bersifat global.
Artinya, kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi dan menjadi
perhatian banyak orang di dunia ini. Meskipun dalam tingkatan yang berbeda,
tidak ada satupun Negara di jagat ini kebal dari kemiskinan. Semua Negara di
dunia ini sepakat bahwa kemiskinan merupakan problema kemanusiaan yang
menghambat kesejahteraan dan peradaban.
Persoalan kemiskinan merupakan permasalahan yang sering terjadi
di Negara-negara berkembang seperti Indonesia. Setiap Negara mempunyai
pandangan maupun persepsi yang berbeda dalam hal bentuk tolok ukur
kemiskinan maupun ukuran kemiskinan. Artinya, pengkategorian kemiskinan
antara suatu Negara dengan Negara lain bisa berbeda. (Edy Suharto, 2009:14)
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk
memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung,
pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat
pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan
pekerjaan.

Kemiskinan

merupakan

masalah

global.

Sebagian

orang

memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya
melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya
dari sudut ilmiah yang telah mapan.
Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup:

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

1

2

1. Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan
sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan
dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan
pelayanan dasar.
2. Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial,
ketergantungan,

dan

ketidakmampuan

untuk

berpartisipasi

dalam

masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan
sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup
masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang
ekonomi.
3. Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai.
Makna "memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian
politik dan ekonomi di seluruh dunia.
(sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Kemiskinan,2010)
Dalam tata ukuran, menurut persepsi beberapa pakar, kemiskinan
adalah bentuk kehidupan yang berada dibawah standart atau tingkat
kesejahteraan. Menurut Sajogyo dalam Mashoed (1987 ; 38), kemiskinan
adalah suatu tingkat kehidupan yang berada di bawah standart kebutuhan
hidup minimum yang ditetapkan berdasarkan kebutuhan pokok pangan, yang
membuat orang cukup bekerja dan hidup sehat berdasarkan kebutuhan beras
dan kebutuhan gizi.
Begitulah berbagai macam pendapat mengenai kemiskinan. Untuk
itu harus ada upaya solusi dalam persoalan kemiskinan. Upaya-upaya ataupun
kebijakan mengenai kemiskinan seringkali justru menjadikan bumerang.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

Artinya, kebijakan yang sasarannya untuk masyarakat miskin pada realitanya
justru menambah kemiskinan. Tentu saja hal ini perlu dicarikan upaya yang
lebih memberikan kesejukan pada program pengentasan kemiskinan.
Kemiskinan sebagai fenomena menghalangi orang-orang miskin
mengambil bagian dalam kesempatan yang sebenarnya ada, termasuk
kesempatan memperoleh pendidikan, disebabkan oleh ketimpangan struktur
institusional dalam masyarakat. Kenyataan saat ini menunjukkan bahwa
kualitas SDM di Indonesia lebih jauh tertinggal dibanding Negara-negara lain
di dunia. Upaya peningkatan kualitas pendidikan bukan masalah yang
sederhana tetapi memerlukan penanganan yang multidimensi dengan
melibatkan berbagai pihak yang terkait.
Disamping itu fakta empiris memperlihatkan kesenjangan dalam
bidang ekonomi menjadi pemicu bagi kesenjangan dalam partisipasi
pendidikan. Oleh karena itu, fakta ini menjadi dasar petunjuk yang jelas,
bahwa sasaran layanan pendidikan lebih diarahkan pada peningkatan akses
layanan pendidikan terutama bagi kelompok masyarakat kurang mampu. Hal
ini sejalan dengan semangat yang terkandung pada UU No 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 12 (1) huruf c menyatakan “Setiap
peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan biaya
pendidikan bagi mereka yang orang tuanya tidak mampu membiayai
pendidikannya” dan huruf d menyatakan “Setiap peserta didik pada setiap
satuan pendidikan berhak mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang
orang tuanya tidak mampu membiayai pendidikannya”. ( sumber: pedoman
operasional pelayanan pendidikan-PKH)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

Keikutsertaan dan kesadaran masyarakat untuk memikul tanggung
jawab pendidikan bukan sekedar harapan tetapi merupakan suatu tuntutan
yang mendesak yang harus diwujudkan. Melihat betapa pentingnya partisipasi
masyarakat dalam bidang pendidikan, maka perlu ditingkatkan lagi baik
kualitas dan intensitasnya, bentuk pelibatan maupun jangkauannya yang
kesemua itu hanya akan terwujud apabila terdapat saling pengertian antara
pihak-pihak yang terkait.
Masalah kemiskinan kemungkinan bisa sedikit diatasi dengan cara
pemerintah melakukan kebijakan yang serius yang memihak pada keluarga
miskin dan agar pemerintah melakukan pemberdayaan secara tepat untuk
memulihkan masyarakat miskin dan senantiasa melakukan bimbingan sosial,
pelatihan dan bimbingan keterampilan sehingga di dalam memberikan bantuan
terhadap masyarakat miskin tidak tertanam dalam pikiran mereka untuk
bergantung terhadap bantuan pemerintah sehingga menimbulkan rasa malas
untuk bekerja dan sebaliknya agar tertanam rasa ingin hidup sedikit lebih maju
dari sebelumnya dan sedikit termotivasi untuk hidup lebih baik dan
membenahi perekonomian keluarga dengan hasil atau untung dari modal
pemberian bantuan dari pemerintah.
Berdasarkan penghitungan BPS, jumlah penduduk miskin di
Indonesia pada bulan Maret 2008 sebesar 34,96 juta orang (15,42 %),
dibanding dengan jumlah penduduk miskin pada Maret 2009 yang berjumlah
32,53 juta (14,15%), berarti jumlah penduduk miskin turun sebesar 2,43 juta.
Angka tersebut menunjukkan

bahwa program-program penanggulangan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

kemiskinan selama ini sedikit berhasil mengatasi masalah kemiskinan di
Indonesia
Program bantuan tunai bersyarat atau Conditional Cash Transfers
(CCT) saat ini banyak diadopsi di berbagai Negara sebagai strategi program
bantuan sosial ( Rawlings dan Rubio, 2005). Karakteristik utama program
CCT adalah mensyaratkan perilaku yang harus dilakukan oleh penerima
program. Perilaku tersebut umumnya terkait dengan upaya investasi sumber
daya manusia (SDM), seperti pendidikan, kesehatan, dan perbaikan gizi anakanak.
Program CCT pada skala besar di sejumlah Negara berpenghasilan
menengah terbukti memenuhi tujuan dasar yaitu : (i) mengurangi kemiskinan,
(ii) meningkatkan prestasi pendidikan, (iii) meningkatkan kesehatan ibu dan
anak, (iv) mengurangi kekurangan gizi.
Pemerintah Indonesia juga menaruh perhatian terhadap program
CCT. Pada tahun 2007, Indonesia melaksanakan uji coba Program Keluarga
Harapan (PKH). PKH adalah pemberian bantuan tunai bersyarat (Conditional
Cash Transfers) bagi Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM). Persyaratan
yang ditetapkan dalam PKH terkait dengan upaya peningkatan kualitas SDM,
khususnya bidang pendidikan dan kesehatan. (BAPPENAS, 2009 ; 6)
Tujuan PKH Pendidikan adalah untuk meningkatkan angka
partisipasi sekolah, khususnya bagi anak-anak RTSM, serta untuk
mengurangi angka pekerja anak di Indonesia. Untuk mencapai tujuan ini,
PKH pendidikan berupaya memotivasi RTSM agar mendaftarkan anakanaknya ke sekolah dan mendorong mereka untuk memenuhi komitmen

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

kehadiran dalam proses belajar, minimal 85% dari hari efektif sekolah selama
sebulan, selama tahun ajaran berlangsung. Meskipun berbagai strategi
peningkatan akses sekolah kini telah tersedia, tetapi angka partisipasi sekolah
di Indonesia, khususnya bagi anak-anak RTSM masih belum optimal. Dengan
demikian, PKH Pendidikan menjanjikan peluang yang lebih baik bagi anakanak RTSM dalam mengakses pelayanan pendidikan (Buku pedoman
operasional PKH Pendidikan, 2010).
Di Jawa Timur Program Keluarga Harapan (PKH) telah
diselenggarakan di beberapa daerah Kabupaten dan Kota salah satunya adalah
di Tuban, Kabupaten Tuban yang menerima bantuan PKH pada tahun 2010
dilaksanakan di 11 Kecamatan, yaitu Kecamatan Kenduruan, Kecamatan
Bangilan, Kecamatan Singgahan, Kecamatan Parengan, Kecamatan Rengel,
Kecamatan Jenu, Kecamatan Kecamatan Tambakboyo, Kecamatan Grabagan,
Kecamatan Widang, Kecamatan Tuban, dan Kecamatan Jatirogo.
Tabel 1.1
Data jumlah anak RTSM PKH Pendidikan yang mener ima
bantuan di kecamatan Tuban
No
Kelur ahan
J umlah anak
RTSM
1 Kelurahan Sugiharjo
49
2 Kelurahan Sidorejo
43
3 Kelurahan Sumurgung
56
4 Kelurahan Kutorejo
47
5 Kelurahan Kingking
50
6 Kelurahan Perbon
47
7 Kelurahan Latsari
62
8 Kelurahan Doromukti
50
9 Kelurahan Ronggomulyo
58
10 Kelurahan Kebonsari
37
11 Kelurahan Sukolilo
46
12 Kelurahan Baturetno
56
13 Kelurahan Sendangharjo
42
14 Kelurahan Sidomulyo
45
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

15
16
17

Kelurahan Kembangbilo
Kelurahan Mondokan
Kelurahan Karangsari
Total
Sumber : UPPKH Tuban, 2011

55
49
53
845

Berdasarkan tabel diatas, jumlah penduduk Rumah Tangga Sangat
Miskin (RTSM) PKH bidang pendidikan, yang paling banyak menerima
bantuan bidang pendidikan adalah di Kelurahan Latsari yaitu sebesar 62
RTSM, sedangkan yang paling sedikit ditempati oleh Kelurahan Kebonsari
sebanyak 37 RTSM.
Terpilihnya Kelurahan Latsari sebagai lokasi penelitian adalah,
dikarenakan pada data sekunder program keluarga harapan (PKH) khususnya
pada bidang pendidikan terlihat adanya angka tingkat partisipasi pendidikan
yang tinggi jika dibandingkan dengan kelurahan-kelurahan lain yang ada di
kecamatan Tuban. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk mengetahui
bagaimana Partisipasi Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) Dalam Program
Keluarga Harapan (PKH) Pendidikan di Kelurahan Latsari Kecamatan Tuban
Kabupaten Tuban.
Dari fenomena-fenomena diatas, penulis tertarik untuk meneliti
tentang Program Keluarga Harapan (PKH) sebagai bahan menyusun skripsi
dengan judul :“PARTISIPASI RUMAH TANGGA SANGAT MISKIN
(RTSM)

DALAM

PROGRAM

KELUARGA

HARAPAN

(PKH)

PENDIDIKAN DI KELURAHAN LATSARI KECAMATAN TUBAN
KABUPATEN TUBAN”
I.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalah pada penelitian
ini adalah :
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

“Bagaimana Partisipasi Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM)
dalam Program Keluarga Harapan (PKH) Pendidikan di Kelurahan Latsari
Kecamatan Tuban Kabupaten Tuban ?”
I.3. Tujuan penelitian
Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah yang telah
diuraikan diatas maka tujuan dari penelitian adalah untuk mendeskripsikan
dan menganalisa Bagaimana Partisipasi Rumah Tangga Sangat Miskin
(RTSM) dalam Program Keluarga Harapan (PKH) Pendidikan di Kelurahan
Latsari Kecamatan Tuban Kabupaten Tuban
I.4.

Kegunaan penelitian
a. Bagi penulis
Dapat menambah pengetahuan dalam menganalisa sutu masyarakat
suatu masalah dengan menerapkan teori yang telah diperoleh dari
literature serta membandingkan denga keadaan yang nyata di lapangan
b. Bagi universitas
Untuk menambah perbendaharaan perpustakaan guna kepentingan
ilmiah serta menambah wawasan baru bagi mahasiswa fakultas ilmu
sosial dan ilmu politik
c. Bagi instansi
Sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam mengatasi
masalah yang terjadi dan juga untuk membantu memberikan pemahaman
lebih kepada dinas sosial propinsi jawa timur agar lebih sensitif dan
mampu berempati dalam proses penanggulangan masalah kemiskinan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

sekaligus

memberikan

dukungan

dalam

pembangunan

manusia

seutuhnya sesuai dengan pancasila dan UUD 1945 dan keadilan sosial.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

BAB II
KAJ IAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Ter dahulu
Kajian empirik maupun dalam pengentasan kemiskinan telah banyak
dilakukan. Berikut ini adalah beberapa hasil penelitian yang menganalisis
implementasi tentang kebijakan program pengentasan kemiskinan yang
dijadikan sebagai acuan peneliti dalam melakukan penelitian :
1. Penelitian oleh Endah Purtiningtyas Jurusan Administrasi Negara FISIP
Universitas

Airlangga

”IMPLEMENTASI
BIDANG

Surabaya

PROGRAM

KESEHATAN

DI

(2010)

dengan

tema

KELUARGA

HARAPAN

KECAMATAN

MEGALUH

KABUPATEN J OMBANG”. PKH adalah program yang dilaksanakan
untuk pengentasan kemiskinan dan diperuntukkan bagi RTSM yang
sedang hamil. Nifas atau memiliki anak balita. Tujuan dilaksanakan
program ini adalah untuk meningkatkan tingkat kunjungan peserta ke
fasilitas kesehatan terutama masalah kesehatan ibu dan anak yang
diharapkan status kesehatan keluarga tersebut meningkat sehingga
meningkat pula kualitas SDM dan memutus rantai kemiskinan. Namun
demikian ternyata setelah tiga tahun dilaksanakannya PKH tingkat
kunjungan ibu hamil dan balita ke fasilitas kesehatan kecamatan
Megaluh kabupaten Jombang tetap tidak ada peningkatan.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui lebih jauh Implementasi PKH di
kecamatan Megaluh Kabupaten Jombang dan mengidentifikasi faktor-

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

faktor penyebab gagalnya PKH meningkatkan tingkat cakupan program
kesehatan ibu dan anak di puskesmas Megaluh.
Sebagai landasan teori dari penelitian ini penulis menggunakan
teori kebijakan publik, implementasi dan penjelasan pelaksanaan PKH di
kecamatan Megaluh Kabupaten Jombang, program dan hubungan antara
kemiskinan dengan kesehatan sebagai kebutuhan dasar
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif eksplanasi
yang bertujuan untuk menggambarkan suatu keadaan atau fenomena dan
mencari faktor-faktor apa yang menyebabkan fenomena tersebut terjadi.
Pengambilan sample dengan menggunakan teknik purposive snow ball
sampling

dengan

populasi

dan

sample

penelitiannya

adalah

implementorPKH yaitu pendamping PKH sebagai informan kunci, bidan
desa dan kelompok sasaran PKH yang diwakili oleh ketua kelompok.
Dalam melakukan penelitian pengamatan dilakukan secara
langsung pada sasaran dan prasarana posyandu dengan bidan desa
sebagai penanggung jawab serta pasien PKH yang berkunjung ke
posyandu dan puskesmas juga kegiatan pendamping PKH dilakukan
wawancara yang berkaitan dengan implementasi kebijakan model
George Edward III dengan jenis pertanyaan terbuka.
Dari wawancara mendalam dengan responden didapatkan hasil bahwa
untuk mengakses layanan kesehatan di wilayah kecamatan Megaluh
peserta tidak mengalami kesulitan. Kebiasaan ke posyandu sudah
tertanam dari sebelum adanya PKH. Sedangkan untuk periksa ke
fasilitas kesehatan peserta lebih senang pakai kartu jamkesmas bukan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

kartu PKH bahkan ada sebagian peserta yang tidak tahu kalau kartunya
bisa digunakan untuk periksa kesehatan. Adanya PKH dalam
implementasinya memang masuk kategori cukup baik akan tetapi
peningkatan cakupan program kesehatan ibu dan anak masih belum
tampak. Untuk mengetahui kenapa tidak ada peningkatan cakupan
program KIA diperlukan penelitian lebiih jauh. Peneliti menduga
mungkin ini disebabkan oleh adanya ketidakcocokan antara target dan
data riel. PKH memang merupakan program yang memaksa seseorang
peserta untuk datang ke fasilitas kesehatan, akan tetapi kebiasaan untuk
imunisasi ke posyandu dari peserta sudah merupakan kebutuhan
sehingga ada dan tidak ada dana PKH mereka sudah aktif ke posyandu.
Bila kita menilai keberhasilan PKH hanya dengan melihat dari sisi
cakupan program KIA tampaknya memang kurang efektif akan tetapi
mungkin sangat bermanfaat di bidang kesehatan.
(sumber : http://www.adln.lib.unair.ac.id)
2. Penelitian oleh Dedy R Limbong Jurusan Administrasi Negara FISIP
Universitas Sumatera Utara (2010) dengan tema ”IMPLEMENTASI
PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) DI KECAMATAN
MEDAN BARU. Penelitian ini diarahkan pada untuk menggambarkan
bagaimana proses Implementasi Keluarga Harapan (PKH) di kecamatan
Medan Baru Kota Medan. Dan juga untuk mendeskripsikan kendalakendala dalam pelaksanaan PKH di Kecamatan ini.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
diskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

wawancara, penyebaran kuisioner dan studi kepustakaan. Yang menjadi
informan kunci dalam penelitian ini berjumlah tiga orang dan yang
menjadi informan utama berjumlah 20 orang.
Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum
proses Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) di Kecamatan
Medan Baru ini sudh cukup baik. Ini dapat dilihat dari setiap tahapan
proses implementasinya yang berjalan dengan lancar, dengan sedikit
kekurangan-kekurangan yang terjadi, dan tujuan serta sasaran PKH ini
pun sudh tercapai dengan baik.( http://repository.usu.ac.id/ )
2.2. Landasan Teori
Sebagai tolok ukur berpikir maupun bertindak maka teori sangat
dibutuhkan dalam berpikir secara ilmiah karena teori merupakan suatu
kebenaran yang sudah dibuktikan kebenarannya, walaupun mempunyai
keterbatasan waktu dan tempat. Adapun tujuan landasan teori ini adalah
untuk memberikan suatu landasan berpikir pada penulis dalam usahanya
untuk mencari kebenaran yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas.
2.2.1. Konsep Par tisipasi
2.2.1.1. Penger tian Par tisipasi
Pengertian partisipasi menurut Mikkelsen dalam Isbandi
Rukminto Adi (2008 ; 106), partisipasi adalah kontribusi sukarela
dari masyarakat dalam suatu proyek (pembangunan), tetapi tanpa
mereka

ikut

terlibat

dalam

proses

pengambilan

keputusan

(participation is the voluntary contribution by people in projects, but
without their taking part in decision making).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

Menurut Florin dan Wandersman dalam Randy R.
Wrihatnolo (2007 ; 181), partisipasi masyarakat adalah proses turut
berpartisipasinya para individu, dalam pengambilan keputusan
tentang institusi, program dan lingkungan yang mempengaruhi
mereka.
Sedangkan pengertian partisipasi menurut Mubyanto dalam
Abu Huraerah (2008 ; 96), pengertian dasar partisipasi adalah
tindakan mengambil bagian dalam kegiatan, sedangkan pengertian
partisipasi masyarakat adalah keterlibatan masyarakat dalam suatu
proses pembangunan dimana masyarakat ikut terlibat mulai dari
tahap penyusunan program, perencanaan dan pembangunan,
perumusan kebijakan, dan pengambilan keputusan.
Sementara itu, Sulaiman dalam Abu Huraerah (2008 ; 96),
mengungkapkan partisipasi sosial sebagai keterlibatan aktif warga
masyarakat secara perorangan, kelompok, atau dalam kesatuan
masyarakat

dalam

proses

pembuatan

keputusan

bersama,

perencanaan dan pelaksanaan program serta usaha pelayanan dan
pembangunan kesejahteraan sosial didalam dan atau di luar
lingkungan masyarakat atas dasar rasa kesadaran tanggung jawab
sosialnya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa partisipasi
adalah merupakan suatu proses berpartisipasinya atau suatu bentuk
kontribusi masyarakat dalam pembangunan guna meningkatkan
kualitas hidup mereka.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

2.2.1.2. Pengelompokan Partisipasi Masyar akat
Ada tiga tradisi konsep partisipasi terutama jika dikaitkan
dengan

praktik

pembangunan

masyarakat

yang

demokratis,

sebagaimana dikemukakan Gaventa dan Valderama dalam Abu
Huraerah (2008 ; 99), yaitu :
1. Partisipasi Politik
Representasi dalam demokrasi. Tujuannya untuk mempengaruhi
dan mendudukkan wakil rakyat dalam lembaga pemerintahan
daripada melibatkan langsung masyarakat dalam proses-proses
pemerintahan
2. Partisipasi Sosial
Keterlibatan masyarakat dalam proses pembangunan. Masyarakat
dipandang sebagai ”beneficari” pembangunan dalam konsultasi
atau pengambilan keputusan dalam semua tahapan siklus proyek
pembangunan

dari

penilaian

kebutuhan,

perencanaan,

pelaksanaan, sampai pemantauan evaluasi program.
3. Partisipasi Warga
Pengambilan keputusan langsung dalam kebijakan publik. Warga
berpartisipasi secara langsung dalam pengambilan keputusan
pada lembaga dan proses pemerintahan
Sementara menurut Najib dalam Abu Huraerah (2008 ;
100),

jika

dilihat

dari

penggunaannya

dikelompokkan menjadi :
1. Partisipasi sebagai alat

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

partisipasi

dapat

16

Melalui partisipasi, pemerintah diharapkan mampu menyusun
berbagai

kebijakan

yang

sesuai

dengan

kebutuhan

dan

kepentingan warga, serta mampu mendorong pengelolaan
pemerintahan yang transparan, efektif, bertanggung jawab, dan
efisien.
2. Partisipasi sebagai tujuan
Setiap warga negara memiliki hak untuk terlibat dalam
menyusun berbagai kebijakan yang diharapkan berdampak pada
kehidupannya.
2.2.1.3. Tingkatan Partisipasi Masyar akat
Karena

konsep

partisipasi

dalam

perkembangannya

memiliki makna yang luas dan memiliki arti yang berbeda-beda,
bahkan apapun yang disebut ”partisipasi” maka untuk memudahkan
memaknainya dapat digunakan tingkatan partisipasi. Menurut Asia
Development Bank (ABD) seperti dikutip Soegijoko dalam Abu
Huraerah (2008 ; 100), tingkatan partisipasi sebagai berikut :
1. Berbagi informasi bersama
Pemerintah hanya menyebarluaskan informasi tentang program
yang akan direncanakan atau sekedar memberi informasi
mengenai keputusan yang dibuat dan mengajak warga untuk
melaksanakan keputusan tersebut.
2. Konsultasi / mendapatkan umpan balik
Pemerintah meminta saran dan kritik dari masyarakat sebelum
suatu keputusan ditetapkan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

3. Kolaborasi / pembuatan keputusan bersama
Masyarakat

bukan

sebagai

masyarakat

dilibatkan

untuk

penggagas
merancang

kolaborasi,
dan

tetapi

mengambil

keputusan bersama, sehingga peran masyarakat secara signifikan
dapat mempengaruhi hasil / keputusan.
4. Pemberdayaan / kendali
Masyarakat memiliki kekuasaan dalam mengawasi secara
langsung keputusan yang telah diambil dan menolak pelaksanaan
keputusan yang bertentangan dengan tujuan yang telah
ditetapkan dengan menggunakan prosedur dan indikator kinerja
yang mereka tetapkan bersama.
2.2.1.4. Bentuk Partisipasi
Dalam hubungannya dengan pelaku-pelaku yang terlibat
dalam aktivitas pembangunan, Nelson dalam Tangkilisan (2005:323)
menyebutkan adanya dua macam bentuk partisipasi, yaitu:
1) Partisipasi horizontal
Yaitu partisipasi diantara sesama warga atau anggota masyarakat,
dimana masyarakat mempunyai kemampuan berprakarsa dalam
menyelesaikan secara bersama suatu kegiatan pembangunan
2) Partisipasi vertikal
Yaitu partisipasi antara masyarakat sebagai suatu keseluruhan
dengan pemerintah, dalam hubungan dimana masyarakat berada
pada posisi sebagai pengikut atau klien

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

Selanjutnya

Koentjaraningrat

(2005;324)

dalam

hubungannya dengan program pembangunan mengemukakan bahwa
partisipasi rakyat, terutama rakyat dalam pembangunan, menyangkut
dua tipe yang pada prinsipnya berbeda satu sama lain, yaitu:
1) Partisipasi dalam aktivitas bersama dalam proyek-proyek
pembangunan yang khusus
2) Partisipasi sebagai individu diluar aktivitas-aktivitas bersama
dalam pembangunan
Dalam tipe partisipasi yang pertama, rakyat diajak dan
dipersuasi untuk berpartisipasi dan menyumbangkan tenaga atau
hartanya pada proyek-proyek pembangunan yang khusus, yang
biasanya

bersifat

fisik.

Contoh partisipasi

tipe

ini adalah

mengeraskan atau melebarkan jalan desa, membuat irigasi, membuat
jembatan, dan proyek penghijauan
Dalam tipe partisipasi yang kedua, tidak ada proyek
aktivitas

bersama

yang

khusus,

tetapi

ada

proyek-proyek

pembangunan yang biasanya tidak bersifat fisik dan memerlukan
suatu partisipasi atas dasar kemauan sendiri.
Kedua tipe partisipasi diatas sangat diperlukan dalam usaha
mencapai keberhasilan pembangunan.
2.2.1.5. Tahap-tahap Par tisipasi
Menurut Cohen dan Uphoff dalam Tangkilisan (2005 ;
323), Partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan dapat
diklasifikasikan menjadi enam tahap berdasarkan bentuk aktivitas

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

yang dilaksanakannya, keenam bentuk tahapan partisipasi itu adalah
sebagai berikut :
1) Partisipasi dalam atau melalui kontak dengan pihak lain sebagai
titik awal pelaksanaan aktivitas tersebut
2) Partisipasi dalam memperlihatkan atau menyerap dan memberi
tanggapan terhadap informasi, baik dalam arti menerima,
mengiyakan, menerima dengan syarat, maupun dalam arti
menolaknya
3) Partisipasi

dalam

perencanaan

pembangunan,

termasuk

pengambilan keputusan, baik yang bersifat polotis yang
menyangkut kepentingan mereka maupun dalam hal yang
bersifat teknis
4) Partisipasi dalam hal pelaksanaan operasional pembangunan
5) Partisipasi dalam menerima, memelihara, dan mengembangkan
hasil pembangunan
6) Partisipasi dalam menilai pembangunan, yaitu keterlibatan
anggota masyarakat dalam menilai sejauh mana pelaksanaan
pembangunan sesuai dengan rencana dan sejauh mana hasilnya
dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.
2.2.1.6. Alasan utama pentingnya par tisipasi masyar akat
Menurut Diana Conyers dalam Abu Huraerah (2008 ; 104),
ada tiga alasan utama mengapa partisipasi masyarakat mempunyai
sifat sangat penting :

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

1. Partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh
informasi mengenai kondisi, kebutuhan, dan sikap masyarakat
setempat, yang tanpa kehadirannya program pembangunan serta
proyek-proyek akan gagal.
2. Masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program
pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan
perencanaannya, karena mereka akan lebih mengetahui selukbeluk proyek tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki
terhadap proyek tersebut.
3. Yang mendorong adanya partisipasi umum di banyak Negara,
karena timbul anggapan merupakan suatu hak demokrasi jika
masyarakat dilibatkan dalam pembangunan masyarakat mereka
sendiri.
2.2.1.7. Keber hasilan Partisipasi Masyarakat
Menurut Najib dalam Abu Huraerah (2008 ; 107),
keberhasilan partisipasi masyarakat dipengaruhi oleh :
1. Siapa penggagas partisipasi : apakah pemerintah pusat,
pemerintah daerah atau LSM. Non-government stakeholders
berpeluang untuk lebih lanjut
2. Untuk kepentingan siapa partisipasi itu dilaksanakan : apakah
untuk kepentingan pemerintah atau untuk masyarakat. Jika untuk
kepentingan

warga

maka

program

kemiskinan

pendekatan partisipasi masyarakat akan lebih berlanjut

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

dengan

21

3. Siapa yang memegang kendali : apakah pemerintah pusat,
pemerintah daerah, atau lembaga donor. Jika pemerintah daerah
atau LSM yang memegang kendali cenderung lebih berhasil,
karena cenderung lebih mengetahui permasalahan, kondisi dan
kebutuhan daerah atau masyarakatnya dibanding pihak luar
4. Hubungan pemerintah dengan masyarakat : apakah ada
kepercayaan dari masyarakat terhadap pemerintahnya, jika
hubungan ini baik, partisipasi akan mudah dilaksanakan
5. Kultural : daerah yang masyarakatnya memiliki tradisi dalam
berpartisipasi

(proses

pengambilan

keputusan

melalui

musyawarah) cenderung lebih mudah dan berlanjut.
2.2.2. Konsep Pember dayaan
2.2.2.1. Penger tian Pemberdayaan
Pemberdayaan menurut Kartasasmita dalam Mashoed
(1995 ; 46), menyatakan bahwa memberdayakan masyarakat
merupakan upaya untuk meningkatkan harkat martabat lapisan
masyarakat, yang dalam kondisi sekarang tidak mampu melepaskan
diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan
perkataan

lain,

memberdayakan

adalah

memampukan

dan

memandirikan masyarakat.
Menurut Rappaport dalam Randy R. Wrihatnolo (2007 ;
176),

pemberdayaan

diartikan

sebagai

suatu

proses,

suatu

mekanisme; dalam hal ini, individu, organisasi, dan masyarakatnya
menjadi ahli akan masalah yang mereka hadapi.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

Sedangkan pemberdayaan menurut Lyons, et al dalam
dalam Randy R. Wrihatnolo (2007 ; 180), pemberdayaan masyarakat
adalah proses yang dilalui agar masyarakat memperoleh kendali
lebih besar akan urusan atau masalah mereka dan meningkatkan
inisiatif yang berhubungan dengan nasib mereka sendiri.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan
masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan kedudukan harkat dan
martabat

masyarakat

menumbuhkembangkan

dari
segala

perangkap

kemiskinan

kemampuan

yang

dan

dimiliki

masyarakat untuk menjadi lebih baik dalam segala bidang
kehidupannya
2.2.2.2. Tingkatan Pember dayaan
Secara bertingkat, keberdayaan masyarakat menurut Susiladiharti
dalam Abu Huraerah (2008 ; 90) dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Terpenuhinya kebutuhan dasar
2. Penguasaan dan akses terhadap berbagai sistem dan sumber yang
diperlukan
3. Dimilikinya kesadaran penuh akan berbagai potensi, kekuatan
dan kelemahan diri dan lingkungannya
4. Kemampuan berpartisipasi secara aktif dalam berbagai kegiatan
yang bermanfaat bagi lingkungan yang lebih luas
5. Kemampuan untuk mengendalikan diri dan lingkungannya.
Tingkatan ini dapat dilihat dari keikutsertaan dan dinamika

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

masyarakat dalam mengevaluasi dan mengendalikan berbagai
program dan kebijakan institusi dan pemerintahan.
2.2.2.3. Langkah-langkah Pemberdayaan
Menurut Moeljarto (1993 ; 34) mengatakan bahwa ada
beberapa langkah dalam pemberdayaan lapisan masyarakat miskin :
1) Pemberdayaan masyarakat merupakan prasarat bagi upaya
penanggulangan

kemiskinan.

Langkah

konkritnya

adalah

meningkatkan kesadaran kritis masyarakat atas posisinya dalam
struktur tempat orang miskin tersebut tinggal.
2) Upaya memutuskan hubungan yang bersifat eksploitatif terhadap
lapisan orang miskin. Artinya, membiarkan kesadaran kritis
orang miskin muncul untuk melakukan reorganisasi dalam
rangka meningkatkan produktivitas kerja dan kualitas hidupnya.
3) Menanamkan rasa kebersamaan (egalitarian) dan memberikan
gambaran bahwa kemiskinan bukan merupakan takdir tetapi
sebagai penjelmaan konstruksi sosial.
4) Merealisasi

perumusan

pembangunan

dengan

melibatkan

masyarakat miskin secara penuh
5) Perlunya pembangunan sosial dan budaya bagi masyarakat
miskin
6) Perlunya retribusi prasarana pembangunan yang lebih merata.
Apabila langkah-langkah tersebut dilaksanakan secara
terpadu

maka

kemiskinan

dapat

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ditanggulangi.

Sebagai

24

konsekuensinya, manakala kemiskinan dapat ditanggulangi, dengan
demikian ketimpangan akan surut pula.
2.2.2.4. Tujuan Pember dayaan
Menurut Sumodiningrat dalam Mashoed (2004 ; 40)
pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat bertujuan mencapai
keberhasilan dalam:
1) Mengurangi jumlah penduduk miskin
2) Mengembangkan usaha peningkatan pendapatan yang dilakukan
oleh penduduk miskin dengan memanfaatkan sumber daya yang
tersedia
3) Meningkatkan

kepedulian

masyarakat

terhadap

upaya

penongkatan kesejahteraan keluarga miskin di lingkungannya
4) Meningkatkan kemandirian kelompok yang ditandai dengan
makin berkembangnya usaha produktif anggota dan kelompok,
makin rapinya sistem administrasi kelompok, serta makin
luasnya interaksi kelompok dengan kelompok lain di dalam
masyarakat
5) Meningkatkan kapasitas masyarakat dan pemerataan pendapatan
yang ditandai oleh peningkatan keluarga miskin yang mampu
memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan sosial dasarnya.
Sedangkan menurut Wrihatnolo (2007;284), secara umum
tujuan pemberdayaan masyarakat adalah :
1) Penanggulangan kemiskinan (sebagian untuk pemulihan dampak
krisis)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

25

2) Penyediaan sarana dan prasarana sesuai kebutuhan masyarakat
3) Pengembangan dan penguatan kapasitas individual dan institusi
masyarakat
4) Pengembangan ekonomi lokal
5) Peningkatan kapasitas kelembagaan dan regulasi di daerah.
2.2.3. Konsep Kemiskinan
2.2.3.1.Penger tian Kemiskinan
Kemiskinan merupakan masalah dalam pembangunan yang
ditandai dengan pengangguran dan keterbelakangan. Berikut ini akan
dijelaskan pengertian dan penyebab kemiskinan.
Menurut Sayogya yang dikutip oleh Mashoed (2004 : 38)
Kemiskinan adalah suatu tingkat kehidupan yang berada didalam
standart kebutuhan hidup minimum yang ditetapkan berdasarkan
kebutuhan pokok pangan yang membuat orang cukup bekerja dalam
hidup sehat berdasarkan kebutuhan beras dan kebutuhan Gizi.
Pengertian kemiskinan menurut Mubyarto dalam Mashoed
(1998 :4) adalah suatu kondisi serba kekurangan dari penduduk yang
disebabkan oleh rendahnya keterampilan, produktifitas, pendapatan,
lemahnya nilai tukar produksi dan terbatasnya kesempatan berperan
serta dalam pembangunan.
Sedangkan menurut Kartasasmita (1996 : 236) Kemiskinan
adalah keadaan yang membatasi untuk berusaha karena terbatasnya
akses kegiatan sehingga tertinggal jauh dari masyarakat lainnya yang
mempunyai potensi lebih tinggi.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

26

Dari pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
kemiskinan adalah kondisi dimana terbatasnya kemampuan yang
dimiliki untuk dapat di kembangkan kearah yang lebih baik yang
melibatkan faktor ekonomi, social, budaya dan politik.
Menurut Edi Suharto (2006 : 132), menunjukkan sembilan
kriteria yang menandai kemiskinan :
1. Ketidak mampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar
(pangan, sandang dan papan)
2. Ketiadaan akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya
(kesehatan, pendidikan, sanitasi, air bersih dan transportasi)
3. Ketiadaan jaminan masa depan (karma tiadanya investasi untuk
pendidikan dan keluarga).
4. Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun
missal.
5. Rendahnya kualitas sumber daya manusia dan keterbatasan
sumber daya alam.
6. Ketidak terlibatan dalam kegiatan sosial masyarakat.
7. Ketiadaan akses terhadap lapanagn kerja dan mata pencarian
yang berkesinambungan.
8. Ketidak mampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun
mental
9. Ketidak mampuan dan ketidak beruntungan sosial (anak
terlantar, wanita korban tindak kekerasan rumah tangga, janda
miskin, kelompok marginal dan terpencil )

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

27

Sedangkan David Cox (2004:16)

membagi kemiskinan

kedalam beberapa dimensi:
1. Kemiskinan

yang

di

akibatkan

globalisasi:

Globalisasi

menghasilkan pemenang dan yang kalah, pemenang umumnya
adalah

negara-negara

maju,

sedangkan

negara-negara

berkembang seringkali semakin terpinggirkan oleh persaingan
dan pasar bebas yang merupakan prasyarat globalisasi.
2. Kemiskinan yang berkaitan dengan pembangunan, kemiskinan
subsisten (Kemiskinan akibat dari rendahnya pembangunan)
kemiskinan pedesaan (Kemiskinan akibat peminggiran pedesaan
dalam proses pembangunan), kemiskinan perkotaan (Kemiskinan
yang disebabkan Oleh hakekat dan kecepatan pertumbuhan
perkotaan)
3. Kemiskinan sosial kemiskinan yang dialami oleh perempuan,
anak-anak dan kelompok minoritas.
4. Kemiskinan

konsekuensial.kemiskinan

yang

terjadi akibat

kejadian-kejadian lain atau factor-faktor eksternal diluar si
miskin, seperti konflik, bencana alam, kerusakan lingkungan dan
tingginya jumlah penduduk.
2.2.3.2.Indikator Kemiskinan
Indikator kemiskinan menurut Kuncoro (2004 : 142) adalah
sebagai berikut :
1. Garis Kemiskinsn Badan Pusat Statistik (BPS) batas garis
kemiskinan yang digunakan setiap Negara ternyata berbeda,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

28

misal disebabkan oleh adanya perbedaan lokasi dan standar
kebutuhan hidup. BPS menggunakan batas miskin dari besarnya
rupiah yang dibelanjakan perkapitasebulan untuk kebutuhan
minimum makanan digunakan patokan 2100 kalori perhari.
Sedangkan pengeluaran minimum bukan makanan meliputi
pengeluaran untuk perumahan, sandang, serta aneka barang dan
jasa dengan kata lain BPS menggunakan dua macam pendekatan
kebutuhan dasar (basic need approach) dan pendekatan heal
count indeks.
2. Garis kemiskinan Sayogyo adalah nilai rupiah yang setara
dengan 20 kg beras atau daerah perkotaan sebagai tingkat
konsunsi perkapita setahun.
3. Hendra Esmara menetapkan suatu garis kemiskinan pedesaan dan
perkotaan yang dipandang adri sudut pengeluaran actual pada
sekelompok mbarabg dan jasa esensial, seperti yang diungkap
secara berturut-turut dalam Susensus.
4. Indikator Kemiskinan menurut orang Jawa, menurut Soetrisno
(1997 : 40) antara lain :
a) Rumah reot
b) Tidak memiliki pakaia

Dokumen yang terkait

Efektifitas Pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) Di Kecamatan Medan Johor

20 128 113

PARTISIPASI RUMAH TANGGA SANGAT MISKIN (RTSM) DALAM MENINGKATKAN PENDIDIKAN ANAK (Studi Pada Masyarakat Penerima Bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) Di Desa Negararatu, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan)

0 8 86

Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) Dalam Peningkatan Pendidikan Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) di Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah

8 151 186

Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) Dalam Peningkatan Pendidikan Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) di Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah

0 0 12

Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) Dalam Peningkatan Pendidikan Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) di Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah

0 0 1

Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) Dalam Peningkatan Pendidikan Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) di Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah

0 0 64

Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) Dalam Peningkatan Pendidikan Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) di Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah

0 0 8

Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) Dalam Peningkatan Pendidikan Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) di Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah

0 0 3

Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) Dalam Peningkatan Pendidikan Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) di Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah

0 3 41

PARTISIPASI RUMAH TANGGA SANGAT MISKIN (RTSM) DALAM PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) PENDIDIKAN DI KELURAHAN LATSARI KECAMATAN TUBAN KABUPATEN TUBAN.

0 0 16