PENGUKURAN PERFORMANSI SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE (SCOR) DI PT. SURABAYA PERDANA ROTOPACK- SIDOARJO.

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan kasih sayangNya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “
PENGUKURAN PERFORMANSI SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE
(SCOR) DI PT. SURABAYA PERDANA ROTOPACK- SIDOARJ O “ . Tak ada
kata yang pantas untuk diucapkan selain rasa syukur atas nikmat yang diberikan
olehNya.
Maksud penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi persyaratan dalam
memperoleh gelar sarjana Teknik Industri pada Fakultas Teknologi Industri Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Dalam kesempatan ini pula dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan
rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan dalam
penyelesaian skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP. Selaku Rektor Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Ir. Sutiyono, MT. Selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
3. Bapak Dr. Ir. Minto Waluyo, MM. Selaku ketua jurusan Teknik Industri
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Bapak Ir. Rusindiyanto, MT. Selaku Dosen Pembimbing 1
5. Bapak Drs. Pailan, M.Pd. Selaku Dosen Pembimbing II

6. Ibu Ir. Yustina Ngatilah, MT dan Ibu Ir. Endang Pudji W, MT selaku penguji
seminar I

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7. Ibu Ir. Yustina Ngatilah, MT dan bapak Dr. Ir. Hari Purwoadi, MM selaku penguji
seminar II
8. Seluruh bapak dan Ibu Dosen jurusan Teknik Industri UPN “Veteran” Jawa Timur
9. Bapak Nanang Prasetyo, ST selaku pembimbing lapangan di PT. Surabaya Perdana
Rotopack- Sidoarjo dan seluruh karyawan PT Surabaya Perdana Rotopack.
10. Ibu ku yang tercinta, Alm. Ayahanda dan seluruh keluarga besar yang selalu
menjadi tempat keluh kesah dan pemberi semangat
11. Teman-Teman TI semua angkatan terutama (Rido Hakiky, Riduwan Arif, Teddy
Gunarso, Ririn, Geraldy, dan semua anak paralel B) Ass.Lab Ergonomi yang sudah
memberikan semangat dan dorongan buatku, dan teman main dotaku Arief Eko
Yulianto.
12. Terima kasih banyak kepada Pakpo Zen yang sudah mengkuliahkanku sampai saat
ini dan hanya dengan skripsi ini aku hanya bisa membalas kebaikan beliau.
13. Semua pihak yang telah mendukung dan membantuku yang tidak dapat disebutkan

satu per satu sehingga terwujudlah laporan ini
Tentunya dalam penyusunan tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan, baik
isi maupun penyajian. Untuk itu sebagai penulis, saya mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun guna kesempurnaan tugas akhir ini.
Akhir kata semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi semua
pihak dan semoga Allah SWT memberikan balasan kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan kepada penulis, Amin.
Surabaya, Juni 2012

Penulis

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………. i
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………..

iii


DAFTAR TABEL ………………………………………………………………

vii

DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………..

xii

DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................... xiii
ABSTRAKSI……………………………………………………………………… xiv
BAB I

PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang…………………….……………………………….. 1
1.2.Perumusan Masalah……………………………………...………… 2
1.3.Batasan Masalah………………………...……………....….…..…... 2
1.4.Asumsi …………………………………….…………….....…......... 3
1.5.Tujuan Penelitian ………………………………….……………..... 3
1.6.Manfaat Penelitian…………………………………………………. 3

1.7.Sistematika Penulisan ……………………………………………… 4

BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA
2.1. Pengukuran Kinerja Perusahaan ……….…...………...................... 6
2.2. Supply Chain Management…..………..…………….…................ 8
2.3. Prinsip Pengukuran Performansi Supply Chain………………....... 10
2.4. Perancangan Hierarki Awal Sistem Pengukuran Performansi
Supply Chain.................................................................................... 14
2.5. Pengujian Data…………………....................................................

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

2.5.1 Uji Validitas……….……………….................................... 16

BAB III


2.5.2 Uji Reabilitas…………………………………………….

17

2.6. Supply Chain Operation Reference (SCOR) Model…………….

18

2.7. Analythical Hierarchy Process (AHP)………………………….

26

2.8. Penelitian Terdahulu…………………………………………….

36

METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian…………………………………..….


39

3.2 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel………………..….. 39
3.2.1 Identifikasi Variabel ………………………………..….…..

39

3.2.2 Definisi Operasional Variabel ………………………….….. 39

BAB IV

3.3 Sampling dan Teknik Pengambilan Sampling…………….………

41

3.4 Metode Pengumpulan Data…………………………………..……

41

3.5 Metode Pengolahan Data…………………………………….……


42

3.6 Langkah- Langkah dan Pemecahan Masalah…….……….…..…..

45

PELAKSANAAN DAN ANALISIS HASIL
4.1 Perancangan

Hierarki

Awal

Pengukuran

Kinerja

Supply


Chain……………………………………………...……………..

52

4.2 Proses Mapping Supply Chain Operation di PT. Surabaya
Perdana Rotopack………………………………………………….. 56
4.3 Identifikasi Indikator Kinerja ……………………………………..

58

4.4 Pembuatan Kuisioner……………………………………………...

59

4.5 Penentuan Sampel Kuisioner ……………………………………..

60

4.6 Penyebaran Kuisioner …………………………………………….


60

4.7 Pengumpulan Data ……………………………………………….

61

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4.8 Pengujian Data ……………………………………………………

61

4.8.1 Uji Validitas……… ………………………………..………

61

4.8.2 Uji Reliabilitas ……………………………………………..

67


4.9 Perhitungan Nilai Absolut/ Aktual ………………………………..

69

4.9.1 Plan…………………………...……………………………..

70

4.9.2 Source………………………...……………………………..

70

4.9.3 Make…………………………...……………………………

71

4.9.4 Deliver ……………………………………………………...

71


4.9.5 Return ……………………………………………………...

72

4.10 Perhitungan Dengan Menggunakan AHP (Analytic Hierarchy
Process ……………………………………………………………..

73

4.10.1 Membuat Kuisioner AHP…………………………...…….

73

4.10.2 Pembobotan KPI dengan AHP …………………………...

73

4.10.2.1

Pembobotan Level Satu……………………

73
71

4.10.2.2

Pembobotan Level Dua……………………

77
75

4.10.2.3

Pembobotan Level Tiga ………………….

84
82

4.11 Penyamaan Skala dengan Proses Normalisasi ……………………

100
99

4.11.1

Plan……………………………..………………….

101
61

4.11.2

Source……………………………..……………….

101

4.11.3

Make……………………………………………….

102

4.11.4

Deliver …………………………………………….

103

4.11.5

Return ……………………………………………..

104

4.12 Perhitungan

Nilai

Akhir

Performansi

Supply

Chain………………………………………………………………

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

105

4.12.1 Plan……………………………..…………………………...

105

4.12.2 Source……………………………..………………..............

105

4.12.3 Make…………………………………………..…………….

106

4.12.4 Deliver ……………………………………………...............

106

4.12.5 Return……………………………………………................

107

4.13 Implementasi Sistem Pengukuran Kinerja Supply Chain Sesuai
Kondisi Perusahaan…………………………...……………………
4.14 Analisa dan Pembahasan …………………………………………
BAB V

109
110

KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan………………………………………...……………..

115

5.2 Saran……………………………………………………………...

113
116

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A (Pembuatan Kusioner)….......................................................................
Lampiran B (Mapping Supply Chain PT. Surabaya Perdana Rotopack)…………...
Lampiran C (Rekap Kuisioner Tingkat Kepentingan)……………………………...
Lampiran D (Lampiran Data Kuantitatif)…………………………………………..
Lampiran E (Perhitungan Pembobotan dengan Program Expert Choice)…………
Lampiran F (Profil Perusahaan)……………………………………………………
Lampiran G (Kinerja Perusahaan Mulai Bulan Oktober s/d Februari)……………..

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ABSTRACT
PT. Surabaya Perdana Rotopack is a company that produces a variety of
variants of products such as plastic packaging and paper packaging for meat and
cheese products, frozen food, coffee, snacks and candy, dried beans, soap, detergent,
instant noodles, and others.
Problems that occur in the PT. Surabaya Perdana Rotopack is instability in
the supply chain activities are activities ranging from purchase of material goods
from the supplier until the goods are shipped to the customer at the company. It can
be detected in the products that do not correspond to the initial plan of production.
Of instability that we need to hold firm supply chain performance measurement and
indicators of what caused the instability of performance.
With the problem, then in this study developed a framework for measuring
supply chain performance by using indicators of supply chain performance
measurement is more appropriate to the condition of the company.
From the results of data processing has been done, then the value obtained
from the Supply Chain performance PT. Surabaya Perdana Rotopack in October
2011 amounted to 58.62. In the month of November 2011 amounted to 57.10. In
December 2011 amounted to 60.50. In January 2012 amounted to 57.73. In February
amounted to 59.11. In March amounted to 61.23. This value indicates the
performance of supply chain can be said to be in average condition (medium).
Factors that affect the performance so that the performance did not reach the
maximum value because there are indicators that have less value. Among others, the
adjusted percentage of quantity production in November of 39, percentage of trouble
printing machine in January of 49, percentage of trouble lamination machine in
October 2011 and January 2011 by 43 and 37.
Keywords: Supply Chain, Performance Value, Supply Chain Operation Reference
(SCOR).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ABSTRAK
PT. Surabaya Perdana Rotopack merupakan suatu perusahaan yang
menghasilkan berbagai variant produk kemasan plastik dan kertas seperti kemasan
untuk produk daging dan keju, makan beku, kopi, snack dan permen, kacang kering,
sabun, deterjen, mie instan, dan lain-lain.
Masalah yang terjadi di PT. Surabaya Perdana Rotopack ini adalah ketidak
stabilan dalam kegiatan supply chain yaitu kegiatan barang mulai dari pembelian
material dari supplier sampai barang dikirim ke customer pada perusahaan. Hal
tersebut dapat diketahui pada hasil produksi yang tidak sesuai dengan rencana awal
produksi. Dari ketidak stabilan itu maka perlu diadakan pengukuran kinerja supply
chain perusahaan dan indikator apa yang menjadi penyebab ketidak stabilan kinerja.
Dengan masalah tersebut, maka dipenelitian ini dikembangkan suatu kerangka
kerja pengukuran kinerja supply chain dengan menggunakan indikator pengukuran
kinerja supply chain yang lebih sesuai dengan kondisi perusahaan.
Dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan, maka didapatkan nilai kinerja
dari Supply Chain PT. Surabaya Perdana Rotopack pada bulan Oktober 2011 adalah
sebesar 58,62. Pada bulan November 2011 adalah sebesar 57,10. Pada bulan
Desember 2011 adalah sebesar 60,50. Pada bulan Januari 2012 adalah sebesar 57,73.
Pada bulan Februari adalah sebesar 59,11. Pada bulan Maret adalah sebesar 61,23.
Nilai ini menunjukkan kinerja supply chain dapat dikatakan dalam kondisi average
(sedang).
Faktor- faktor yang mempengaruhi nilai performansi sehingga nilai
performansi tidak mencapai nilai maksimal karena ada indikator yang mempunyai
nilai kurang. Antara lain percentage of adjusted production quantity pada bulan
November sebesar 39, percentage of trouble machine printing bulan Januari sebesar
49, percentage of trouble machine lamination pada bulan Oktober 2011 dan Januari
2011 sebesar 43 dan 37.

Kata Kunci: Supply Chain, Nilai Performansi, Supply Chain Operation Reference
(SCOR).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Pada era sekarang ini untuk dapat bersaing, hal yang perlu diperhatikan oleh
perusahaan tidak hanya pada pencapaian profit yang sebesar-besarnya. Namun,
kepuasan yang tinggi pada kepuasan customer berdasarkan kualitas suatu produk
dan ketepatan dalam pengiriman produk. Pada era globalisasi saat ini persaingan
antar perusahaan begitu ketat terutana untuk memenuhi permintaan.
PT. Surabaya Perdana Rotopack merupakan suatu perusahaan yang
menghasilkan berbagai variant produk kemasan plastik dan kertas seperti kemasan
untuk produk daging dan keju, makan beku, kopi, snack dan permen, kacang
kering, sabun, deterjen, mie instan, dan lain-lain.
Masalah yang terjadi di PT. Surabaya Perdana Rotopack ini adalah ketidak
stabilan dalam kegiatan supply chain yaitu kegiatan barang mulai dari pembelian
material dari supplier sampai barang dikirim ke customer pada perusahaan. Hal
tersebut dapat diketahui pada hasil produksi yang tidak sesuai dengan rencana
awal produksi. Dari ketidak stabilan itu maka perlu diadakan pengukuran kinerja
supply chain perusahaan dan indikator apa yang menjadi penyebab ketidak
stabilan kinerja.
Dengan masalah tersebut, maka dipenelitian ini dikembangkan suatu
kerangka kerja pengukuran kinerja supply chain dengan menggunakan indikator
pengukuran kinerja supply chain yang lebih sesuai dengan kondisi perusahaan.
Untuk mengetahui performansi Supply Chain diperlukan suatu pengukuran

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

melalui pendekatan Supply Chain Operations Reference (SCOR). Supply Chain
Operations Reference (SCOR) merupakan konsep untuk mendapatkan suatu
kerangka (framework) pengukuran yang terintegrasi dan untuk mendeskripsikan
aktivitas bisnis yang diasosiasikan dengan fase yang terlibat untuk memenuhi
permintaan customer dengan menggunakan indikator pengukuran kinerja Supply
Chain yang lebih sesuai dengan kondisi perusahaan. Indikator-indikator tersebut
antara lain Plan, Source, Make, Delivery dan Return.
Dengan metode ini dapat secara langsung menunjuk pada pengukuran
seimbang Supply chain Management. Sehingga dari pengukuran tersebut
diperoleh hasil performansi Supply Chain yang akan memberikan keuntungan,
baik itu untuk perusahaan itu sendiri, supplier maupun konsumen.

1.2. Perumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah diatas maka permasalahan yang akan
dibahas dalam Penelitian ini adalah:
”Berapa nilai performansi Supply Chain di PT. Surabaya Perdana
Rotopack dengan Supply Chain Operation Reference (SCOR)?”

1.3

Batasan Masalah
Batasan masalah yang digunakan dalam penulisan ini adalah :

1. Pengambilan data dilakukan di PT Surabaya Perdana Rotopack, pada bulan
April 2012 sampai dengan selesai.
2. Data yang didapat dari data hasil kuisioner dan data sekunder perusahaan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

1.4. Asumsi
Berdasarkan pada batasan masalah, maka asumsi–asumsi yang digunakan
antara lain :
1. Data sekunder yang didapat dari perusahaan dianggap benar.
2. Kebijakan perusahaan selama penelitian ini tidak mengalami perubahan secara
signifikan.
3. Perusahaan yang diteliti dianggap berjalan dalam keadaan normal/baik.
4. Indikator-indikator kinerja Supply Chain yang disusun dapat mewakili kinerja
Supply Chain yang ada di perusahaan.
5. Responden mengerti betul kondisi real perusahaan.

1.5. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui nilai performansi Supply Chain di PT. Surabaya Perdana
Rotopack.
2. Mengetahui prioritas perbaikan dan memberikan usulan perbaikan dari
indikator kinerja Supply Chain Perusahaan.

1.6. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Bagi Perusahaan :
a.

Perusahaan dapat melakukan pengawasan dan pengendalian kinerja Supply
Chain dimana pada saat ini belum dilakukan oleh perusahaan.

b.

Perusahaan dapat melakukan perbaikan berkelanjutan berdasarkan hasil
kontrol kinerja Supply Chain yang dilakukan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

c.

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan bagi perusahaan
dalam mengembangkan suatu kerangka pengukuran kinerja Supply Chain
yang sesuai dengan kondisi dan tujuan strategis perusahaan.

2. Bagi perpustakaan UPN “Veteran” Jawa Timur :
a.

Untuk menambah perbendaharaan perpustakaan yang berguna dalam
pengembangan ilmu pengetahuan dan sebagai perbandingan bagi
mahasiswa di masa yang akan datang khususnya yang berhubungan
dengan pengukuran kinerja Supply Chain khususnya SCOR.

3. Bagi Mahasiswa :
a. Menambah wawasan, kemampuan dan memperoleh pengalaman praktis
dalam mempraktekkan teori-teori yang pernah didapat, baik dalam
perkuliahan maupun dalam literatur-literatur yang telah ada mengenai
Supply Chain pada perusahaan.

1.7. Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penulisan Penelitian ini dapat dijelaskan sebagai
berikut:
BAB I.

PENDAHULUAN
Bagian ini berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, batasan
masalah, asumsi yang digunakan dalam penelitian, tujuan penelitian,
manfaat penelitian serta sistematika penulisan Penelitian.

BAB II.

TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menguraikan tentang teori, pendapat pakar, tulisan ilmiah, dan
sejenisnya yang dibutuhkan untuk mendukung dan memberikan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

landasan/kerangka konsep berpikir yang kuat dan relevan dalam
penelitian ini yaitu mengenai konsep model–model pendekatan
pengukuran dan pengendalian kinerja Supply Chain dan hasil
penelitian sebelumnya yang dijadikan acuan dan landasan penelitian
ini.
BAB III.

METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan langkah–langkah penelitian secara keseluruhan
sampai perancangan mekanisme kontrol kinerja Supply Chain yang
diusulkan.

BAB IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini dijelaskan indikator kinerja Supply Chain yang dijadikan
mekanisme kontrolnya berikut pula definisi, ukuran kinerja Supply
Chain dan periodisasi pengukuran masing–masing indikator kinerja
Supply Chain dan pada akhirnya dilakukan perancangan pengukuran
kinerja Supply Chain untuk masing-masing indikator.

BAB V.

KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini berisikan kesimpulan dari penulisan ini dan saran sesuai
dengan penelitian yang dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA

2.1. Pengukuran Kiner ja Per usahaan
Pengukuran kinerja merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan.
Dengan pengukuran kinerja suatu perusahaan dapat memanfaatkan untuk
meningkatkan efektifitas dan efisiensi pengelolaan operasional, sebagai dasar
pendistribusian penghargaan, membantu dalam upaya pertimbangan dan
pengambilan keputusan serta mengidentifikasikan berbagai kebutuhan pelatihan
dan pengembangan sumber daya personel. Hal ini berguna bagi perusahaan untuk
memenangkan persaingan domestik dan global yang semakin kompetitif, sehingga
pengukuran kinerja berperan sebagai alat komunikasi dan alat manajemen untuk
memperbaiki kinerja organisasi.
Pengukuran kinerja (performasi) merupakan salah satu proses dalam
manajemen dengan membandingkan dan mengevaluasi antara rencana yang
dibuat dan hasil yang dicapai, menganalisa penyimpangan yang terjadi dan
melakukan perbaikan. (Patrick L. Romano, 1989).
Penentuan secara periodik efektivitas operasional dan suatu organisasi
sebagai bagian organisasi dan karyawannya, berdasarkan sasaran, standar dan
kriteria yang telah diharapkan sebelumnya. (Mulyadi, 1993).
Suatu ukuran seberapa efisien dan efektif individu atau organisasi dalam
tujuan yang memadai. (Stoner et. Al, 1996).
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengukuran kinerja adalah
tindakan pengukuran yang dilakukan terhadap berbagai aktivitas dalam rantai nilai

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

yang ada dalam perusahaan. Hasil pengukuran tersebut kemudian digunakan
sebagai umpan balik yang akan memberikan informasi tentang prestasi
pelaksanaan suatu rencana dan titik dimana perusahaan memerlukan penyesuaianpenyesuaian atas aktifitas perencanaan dan pengendalian.
Menurut Mulyadi (1993) tujuan pengukuran kinerja adalah :
1. Untuk menentukan kontribusi suatu bagian dalam perusahaan terhadap
organisasi secara keseluruhan.
2. Untuk memberikan dasar bagi penilaian suatu prestasi dalam berorganisasi.
3. Untuk memberikan motivasi bagi manajer bagian dalam (internal) menjalankan
bagiannya seirama dengan tujuan pokok perusahaan secara keseluruhan.
Menurut Lynch dan Cross (1993), manfaat dari sistem pengukuran kinerja
yang baik adalah :
a. Menelusuri manfaat kinerja terhadap harapan pelanggan sehingga akan
membawa perusahaan menjadi lebih dekat pada pelanggannya dan membuat
seluruh orang dalam organisasi terlibat dalam upaya memberi kepuasan kepada
pelanggan.
b. Memotivasi pegawai untuk melakukan pelayanan kepada pelanggan sebagai
bahan dari mata rantai pelanggan dan pemasok internal.
c. Mengidentifikasi berbagai pemborosan sekaligus mendorong upaya-upaya
pengurangan terhadap pemborosan tersebut (reduction of waste)
d. Membuat suatu tujuan strategis yang biasanya masih kabur menjadi lebih
konkret sehingga mempercepat proses pembelajaran organisasi.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

e. Membangun konsensus untuk melakukan suatu perubahan dengan memberi
“reward” atau perilaku yang diharapkan tersebut.
(supply-chain-management)

2.2. Supply Chain Management
Konsep Supply Chain merupakan konsep baru dalam melihat persoalan
logistik. Konsep lama melihat logistik lebih sebagai persoalan intern masingmasing perusahaan, dan pemecahannya dititikberatkan pada pemecahan secara
intern di perusahaan masing-masing. Dalam konsep baru ini, masalah logistik
dilihat sebagai masalah yang lebih luas yang terbentang sangat panjang sejak
bahan dasar sampai barang jadi yang dipakai konsumen akhir, yang merupakan
mata rantai persediaan. (Indrajit dan Djokopranoto, 2002)
Supply Chain Management melibatkan banyak pihak didalamnya, baik
secara langsung maupun tidak langsung dalam usaha untuk memenuhi permintaan
konsumen. Di sini supply Chain tidak hanya melibatkan manufaktur dan supplier,
tetapi juga melibatkan banyak hal antara lain transportasi, gudang dan juga
konsumen itu sendiri. (Chopra, 2001)
Pengertian Supply Chain Management menurut Martin (1998) adalah
jaringan organisasi yang melibatkan hubungan upstream dan downstream dalam
proses dan aktivitas yang berbeda yang memberi nilai dalam bentuk produk dan
jasa pada pelanggan. (www.tips-indonesia.com/supply-chain-management).
Supply Chain Management terdiri atas 3 elemen yang saling berhubungan
satu sama lain, yaitu :

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

1. Struktur jaringan Supply Chain
Jaringan kerja anggota dan hubungan dengan anggota Supply Chain lainnya.
2. Proses bisnis Supply Chain
Aktivitas-aktivitas yang menghasilkan nilai keluaran tertentu bagi pelanggan.
3. Komponen manajemen Supply Chain
Variabel-variabel manajerial dimana proses bisnis disatukan dan disusun
sepanjang Supply Chain.
(Miranda dan Amin Widjaja Tunggal, 2001)
Adapun tujuan dari ataupun proses Supply Chain ini adalah :
1. Mengembangkan team yang berfokus pada pelanggan sehingga dapat
memberikan persetujuan produk dan jasa menguntungkan kedua belah pihak
pada pelanggan secara strategik.
2. Membuat kontak hubungan yang secara efisien menangani pertanyaanpertanyaan dari semua pelanggan.
3. Secara terus-menerus mengumpulkan, menyusun dan meng-update permintaan
pelanggan untuk menyesuaikan demand dengan supply.
4. Mengembangkan sistem produksi fleksibel yang tanggap secara cepat pada
perubahan kondisi pasar.
5. Mengatur hubungan supplier sehingga quick response dan perbaikan
berkesinambungan dapat berjalan lancar.
6. Pengiriman pesanan tepat waktu dan benar 100%.
7. Meminimasi waktu siklus ketersediaan (return to available).
(Miranda dan Amin Widjaja Tunggal, 2001)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.3. Pr insip Pengukuran Per for mansi Supply Chain
Secara historis, pengukuran performansi berkembang di perusahaan
seringkali bersifat fungsional – based yaitu pengukuran dilakukan untuk
menampilkan performansi dari masing-masing departemen. Pengukuran tersebut
dirasakan kurang efektif karena adanya kecenderungan bahwa masing-masing
departemen hanya berusaha untuk meningkatkan performansinya sendirisendiri dan bukan performansi perusahaan secara keseluruhan, akibatnya akan
menimbulkan peluang terjadinya konflik kepentingan diantara masing-masing
departemen.
Pengukuran performansi adalah suatu proses untuk mengukur efektivitas
dan efisiensi dari suatu aktivitas. Dalam sistem manajemen bisnis modern,
pengukuran performansi bukan hanya sekedar sistem pengukuran dan perhitungan
saja, melainkan juga dapat memberikan kontribusi pada peningkatan performansi.
Ide pengukuran performansi ini pertama kali diawali dari pengukuran
operasi manufaktur yang dilakukan oleh F.W. Taylor (father of scientific methods)
pada awal abad ke-20. Beliau melakukan penelitian mengenai studi gerak dan
waktu. Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data-data yang ada
dianalisa untuk membuat standar kerja dari pekerja yang ada serta membuat
kriteria yang obyektif untuk mengukur dan menetapkan performansi dan efisiensi
pekerja tersebut.
Lama kelamaan, pandangan pengukuran kinerja tidak lagi difokuskan pada
penelitian

performansi

individu

melainkan

mengarah

pada

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

pengukuran

performansi bisnis perusahaan dan perilakunya. Pengukuran dalam Supply Chain
sangatlah penting karena berdampak pada bagaimana suatu perusahaan dapat
menilai apakah rantai persediaannya telah meningkat atau bahkan mengalami
penurunan. Ataupun juga dapat menentukan jalan atau cara ke arah pemeliharaan
menuju keberhasilan sasaran hasil peningkatan rantai persediaannya.
Dalam pengukurannya, ada beberapa pertimbangan yang harus dilihat antara
lain :
1. Ukuran tidak diorientasikan dan dipusatkan atas menyediakan suatu perspektif
memandang ke depan.
2. Ukuran tidak selalu dihubungkan dengan pentingnya masalah keuangan,
namun seperti pelayanan pelanggan/loyalty dan mutu produk.
3. Ukuran tidak secara langsung ada keterkaitan dengan efisiensi dan efektivitas
operasional.
(Lapide, 2000)
Pengukuran performansi terhadap Supply Chain harus mengandung
indikator-indikator. Indikator-indikator tersebut sebaiknya harus berkaitan dengan
pertanyaan-pertanyaan seperti berikut :
1. Aspek-aspek apa saja yang harus diukur ?
2. Bagaimana mengukur aspek-aspek tersebut ?
3. Bagaimana

menggunakan

hasil

pengukuran

itu

untuk

menganalisa,

memperbaiki dan mengontrol kualitas rantai produktivitas ?
Di dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, bukanlah merupakan tugas
yang mudah. Banyak indikator-indikator yang harus disiapkan dan perlu
penggunaan ukuran-ukuran yang disesuaikan dengan kondisi perusahaan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Ada beberapa sifat yang harus dipenuhi oleh indikator, yaitu :
1. Universality (bersifat umum dan mudah diukur).
2. Measurability (menjamin bahwa data-data yang diperlukan memang dapat
diukur).
3. Consistency (menjamin kekonsistenan pengukuran).
(Lapide, 2000)
Sejalan dengan filosofi Supply Chain Management yang mendorong terjadinya
integrasi antar fungsi, pendekatan berdasarkan proses (procees based approach
banyak digunakan untuk merancang system pengukuran kinerja Supply Chain.
Chan & Qi (2003) mengusulkan apa yang mereka namakan performance of
activity (POA). Pada prinsipnya, POA adalah model yang digunakan untuk
mengukur kinerja aktivitas yang menjadi bagian dari proses dalam Supply Chain.
Kinerja aktivitas diukur dalam bebrbagai dimensi yaitu:
1. Ongkos yang terlibat dalam eksekusi suatu aktivitas. Ongkos muncul
karena dalam pelaksaan suatu aktivitas ada sumber daya yang digunakan.
Ongkos ini bisa berasosiasi dengan tenaga kerja, material, peralatan, dan
sebagainya.
2. Waktu diperlukan untuk mengerjakan suatu aktivitas. Ukuran ini tentu
saja sangat penting dalam konteks Supply Chain Management terutama
untuk Supply Chain yang berkompetisi atas dasar kecepatan respon.
3. Kapasitas. Kapasitas adalah ukuran seberapa banyak volume pekerjaan
yang bisa dilakukan oleh suatu sistem atau bagian dari Supply Chain pada
suatu periode tertentu.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4. Kapabilitas. Kapabilitas mengacu pada kemampuan agregat suatu Supply
Chain untuk melakukan suatu aktivitas. Ada beberapa subdimensi yang
membentuk kapabilitas Supply Chain. Beberapa subdimensi kapabilitas
yang sering digunakan dalam mengukur kinerja Supply Chain adalah:
• Reliabilitas (kehandalan) mengukur kemampuan Supply Chain
untuk

secara

konsisten

memenuhi

janji.

Sebagai

contoh,

pengiriman dari supplier dikatakan handal apabila deviasi waktu
pengiriman relatif kecil relatif terhadap waktu yang dijanjikan atau
diharapkan.
• Keter sediaan

mengukur kesiapan, yakni kemampuan Supply

Chain untuk menyediakan produk atau jasa pada waktu yang
diperlukan
• Fleksibilitas adalah kemampuan Supply Chain untuk cepat
berubah sesuai dengan kebutuhan output atau pekerjaan yang harus
dilakukan. Tingkat fleksibilitas yang dibutuhkan setiap Supply
Chain tentu berbeda dan sangat bergantung dari strategi mereka
bersaing dipasar.
5. Pr oduktivitas yang mengukur sejauh mana sumber daya pada Supply
Chain digunakan secara efektif dalam mengubah input menjadi output.
Secara mekanis produktivitas merupakan rasio antara keluaran yang
efektif dalam mengubah input menjadi output.
6. Utilisasi yang mengukur tingkat pemakaian sumber daya dalam kegiatan
supply chain.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7. Outcome yang merupakan hasil dari suatu proses atau aktivitas. Pada
proses produksi outcome bisa berupa nilai tambah yang diberikan pada
produk- produk yang dihasilkan.
SCOR adalah suatu model acuan dari operasi Supply Chain yang dasarnya juga
merupakan suatu model yang berdasarkan proses. Alasan untuk memilih SCOR
karena pada model ini mengintegrasikan tiga elemen utama dalam manajemen
yaitu business process reengineerin, benchmarking, dan process measurement
kedalam kerangka lintas fungsi Supply Chain. ketiga elemen tersebut memiliki
fungsi sebagai berikut:


Business Process Reengineering pada hakekatnya menangkap proses
kompleks yang terjadi saat ini (as is) dan mendefinisikan proses yang
diinginkan (to be).



Benchmarking adalah kegiatan untuk mendapatkan data target internal
kemudian ditentukan berdasarkan kinerja best in class yang diperoleh.



Process Measurement berfungsi untuk mengukur, mengendalikan, dan
memperbaiki proses- proses Supply Chain.

SCOR membagi proses- proses Supply Chain menjadi 5 proses inti yaitu plan,
source, make, deliver, return.

2.4 Per ancangan Hierarkhi Awal Sistem Pengukur an Per for mansi Supply
Chain.
Pengukuran performansi supply chain, dapat digambarkan dengan suatu
model hierarkhi yang hampir menyerupai piramid. Hierarkhi tersebut mempunyai

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

tujuan utama yaitu memperoleh nilai performansi dimana semakin levelnya ke
bawah maka semakin detail yang diamati.
Dalam penulisan skripsi ini akan dikembangkan suatu hierarkhi awal
pengukuran performansi supply chain yang menfokuskan pada pengembangan
indikator performansi didasarkan atas 5 ruang lingkup proses utama supply chain
yang ada pada model Supply Chain Operation Reference (SCOR), yaitu Plan,
Source, Make, Deliver, dan Return. Proses-proses tersebut merupakan proses yang
terintegrasi dan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Masing-masing
proses utama juga akan memiliki tiga aspek, antara lain : kehandalan (reliability),
kecepatan merespon (responsiveness) dan fleksibilitas (flexibility). Dari perspektif
Plan, Source, Make, Deliver, dan Return akan dikembangkan indikator-indikator
performansi Supply Chain dan masing-masing akan diklasifikasikan ke dalam
obyektivitas performansi reliability, responsiveness dan flexibility. Rancangan
hierarkhi awal dapat digambarkan seperti gambar 2.1

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Performansi
Supply Chain

Plan

Reliability

Source

Make

Responsiveness

Flexibility

Deliver

Return

Cost

Assets

Indikator-indikator
Performansi Supply Chain
Gambar 2.1 Rancangan hierarkhi awal Supply Chain

2.5. Pengujian data
2.5.1. Uji Validitas
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu
tes instrument pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila
alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur, yang
sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Untuk menghitung validitas, maka harus menghitung korelasi antara
masing-masing pernyataan dengan skor total dengan menggunakan rumus korelasi
product moment sebagai berikut :
r =

N ∑ ( X )(Y ) − (∑ X )(∑ Y )

[(N ∑ X

2

)(∑ X ) ][(N ∑Y )(∑Y ) ]
2

2

2

……..…………..(2.1)

dimana :
r = Koefisien korelasi yang dicari
N = Jumlah responden
X = Skor tiap-tiap variabel
Y = Skor total tiap responden
Secara statistik, angka korelasi yang diperoleh harus dibandingkan dengan
angka kritik tabel korelasi nilai r. (Sudjana, 1992)
2.5.2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas merupakan terjemahan dari kata reliability yang mempunyai
asal kata rely dan ability. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi disebut
sebagai pengukuran yang reliabel. Walaupun reliabilitas mempunyai berbagai
nama lain seperti kepercayaan, keandalan, keajegan, konsistensi dan sebagainya.
Namun ide pokok yang terkandung dalam konsep reliabilitas adalah sejauh mana
hasil suatu pengukuran dapat dipercaya.
Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa dalam
beberapa kali pengukuran terhadap sekelompok subyek yang sama diperoleh hasil
yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subyek memang belum
berubah.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Salah satu cara untuk menghitung reliabilitas adalah dengan rumus Alpha.
Rumus Alpha digunakan untuk mencari reliabilitas instrument yang skornya
bukan 1 dan 0, misalnya kuesioner atau soal bentuk uraian.
Rumus Alpha :
2
 k  ∑σ b 
r11 = 

 1 −
σ 1 2 
 (k − 1)  

……..…………..(2.2)

dimana :
r11

= Reliabilitas instrumen

k

= Banyaknya butir pertanyaan atau banyak soal

Σσb2 = Jumlah varians butir
σ12

= Varians total
Program komputer SPSS 17.0 (Statistical Package for The Social Science)

dapat melakukan perhitungan koefisien alpha dengan mudah. (Sudjana, 1992).

2.6. Supply Chain Operations Reference (SCOR) Model
Ada metode pengukuran performansi Supply Chain yang lain, yaitu salah
satunya adalah model Supply Chain Operations Reference (SCOR) dikembangkan
oleh suatu lembaga professional, yaitu Supply Chain Council (SCC). Supply
Chain Council diorganisasikan tahun 1996 oleh Pittiglio Rabin Todd & McGrath
(PRTM) dan AMR Research. Process Reference Model merupakan konsep untuk
mendapatkan suatu kerangka (framework) pengukuran yang terintegrasi dan untuk
mendeskripsikan aktivitas bisnis yang diasosiasikan dengan fase yang terlibat
untuk memenuhi permintaan customer.
Kelebihan daripada Supply Chain Operations Reference (SCOR) model
dibandingkan dengan pendekatan akan Supply Chain adalah :

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

1. Balanced Scorecard dipusatkan dengan pengukuran level atas eksekutif,
sedangkan SCOR Model secara langsung menunjuk pada pengukuran
seimbang Supply chain Management .
2. The Logistic Scoreboard ini hanya terbatas atau difokuskan pada aktivitas
pengadaan dan produksi dalam Supply Chain.
3. Activity Based Costing, lebih mendekatkan pada tenaga kerja, material, dan
pemakaian peralatan.
4. Economic Value-Added, pengukurannya berdasarkan atas pengoperasian laba
dari modal usaha sampai dengan modal dari penjualan saham dan hutang.
(Supply Chain Council, 2004)
Adapun bentuk dari Supply Chain yang digambarkan oleh SCOR model
adalah :

Gambar 2.2 Supply Chain Model (http://www.supply-chain, org)
Ada 5 ruang lingkup dari proses SCOR, yaitu :
1. Plan, yaitu proses-proses yang berkaitan dengan keseimbangan antara
permintaan aktual dengan apa yang telah direncanakan atau proses
perencanaan untuk menyeimbangkan permintaan dan persediaan untuk

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

mengembangkan tindakan yang memenuhi penggunaan source, produksi dan
pengiriman terbaik.
2. Source, yaitu proses-proses yang berkaitan dengan pembelian material / bahan
baku untuk memenuhi permintaan yang ada dan hubungan perusahaan dengan
supplier.
3. Make, yaitu proses-proses yang berkaitan dengan proses transformasi bahan
baku menjadi produk setengah jadi maupun produk jadi untuk memenuhi
permintaan yang ada.
4. Deliver, yaitu proses-proses yang berkaitan dengan persediaan barang jadi,
termasuk di dalamnya mengenai manajemen transportasi, warehouse, yang
semuanya itu untuk memenuhi permintaan konsumen.
5. Return, yaitu proses-proses yang berkaitan dengan proses pengembalian
produk karena alasan tertentu, misalnya karena produk tidak sesuai dengan
permintaan konsumen dan lain sebagainya.
(I Nyoman Pujawan, 2002)
Tabel 2.1. Metrik Model SCOR
Performance Attribute
Delivery performance
Fill rate
Perfect order fulfillment
Order fulfillment leadtime
Supply-chain response time
Production flexibility
Supply-chain management cost
Cost of goods sold
Value-added productivity
Warranty cost or returns
processing cost
Cash-to-cash cycle time
Inventory days of supply
Assets turns

Reliability




Responsiveness



Flexibility




Sumber : I Nyoman Pujawan, 2005

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Cost

Assets









Tabel 2.2. Beberapa Penjelasan Metrik Model SCOR.
Metrik

Penjelasan

Delivery Performance

Presentase order terkirim sesuai jadwal.

Fill Rate by Line Item

Presentase jumlah permintaan dipenuhi tanpa menunggu, diukur tiap
jenis produk (line item).

Perfect Order Fulfillment

Presentase order yang terkirim komplit dan tepat waktu.

Order Fulfillment Lead

Waktu antara pelanggan memesan sampai pesanan tersebut mereka

Time

diterima.

Supply Chain Response

Waktu yang diperlukan untuk mengerjakan suatu aktivitas maupun

Time

proses dalam system Supply Chain.

Production Flexibility

Kemampuan produksi untuk cepat berubah sesuai dengan kebutuhan
output atau pekerjaan yang harus dilakukan.

Supply Chain

Biaya/ ongkos yang muncul karena dalam pelaksanaan suatu aktivitas

Management Cost

ada sumber daya yang digunakan.

Cost of Goods Sold

Biaya/ Ongkos barang yang diukur dalam satuan nilai rupiah pertahun
atau diukur relative terhadap nilai penjualan dalam setahun.

Value added Productivity

Hasil dari suatu proses atau aktivitas pada proses produksi yang berupa
nilai tambah yang diberikan pada produk- produk yang dihasilkan.

Waranty Cost as % of

Presentase pengeluaran untuk warranty terhadap nilai penjualan.

Revenue
Inventory Days of

Lamanya persediaan cukup untuk memenuhi kebutuhan kalau tidak ada

Supply

pasokan lebih lanjut.

Cash to Cash Cycle Time

Waktu qantara perusahaan membayar material ke supplier dan menerima
pembayaran dari pelanggan untuk produk yang dibuat dari material
tersebut.

Asset Turn

Berapa kali suatu asset bisa digunakan untuk memperoleh revenue dan
profit.

Sumber : I Nyoman Pujawan (2005).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Model SCOR (Supply Chain Operations Reference) diorganisasikan dalam
5 (lima) proses Supply Chain utama yaitu : Plan, Source, Make, Deliver, dan
Return dimana ini pada level pertama. Kemudian SCOR dibagi lagi menjadi levellevel untuk pengukuran performansinya. Didalam level 2 SCOR, dimunculkan
setiap

aspek

yang

akan

diukur.

Misalnya

saja

mengenai

reliability,

responsiveness, flexibility, costs, dan assets. Dari masing-masing aspek itu, di
dalamnya terdapat metriks-metriks pengukuran yang akan diukur sehingga dapat
dilakukan penilaian. Level dua dari SCOR, digambarkan mengenai mapping
supply chain perusahaan yang akan diukur performansinya. Sedangkan untuk
level tiganya, setiap komponen yang ada di mapping level dua, di breakdown
sehingga mendapatkan sesuatu yang detail dari komponen-komponen tersebut.
Pada level tiga juga sudah mulai dilakukan penentuan parameter dari setiap
metriks dan komponen yang akan diukur. Adapun contoh-contoh metriks yang
ada di dalam metode SCOR, adalah sebagai berikut :
A. Aspek reliability
1. Inventory inaccuracy, yaitu besarnya penyimpangan antara jumlah fisik
persediaan yang ada di gudang dengan catatan / dokumentasi yag ada.
2. Defect rate, yaitu tingkat pegembalian material cacat yang dikembalikan ke
supplier.
3. Stockout Probability, probabilitas atau kemungkinan terjadinya kehabisan
persediaan.
B. Aspek Responsiveness
1. Planning cycle time, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk menyusun jadwal
produksi.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2. Source item responsiveness, yaitu waktu yang dibutuhkan supplier untuk
memenuhi kebutuhan perusahaan apabila terjadi peningkatan jumlah jenis
material tertentu dari permintaan awal suatu order.
C. Aspek Flexibility
1. Minimum order quantity, yaitu jumlah unit minimum yang bisa dipenuhi
supplier dalam setiap kali order.
2. Make volume flexibility, yaitu prosentase penongkatan yang dapat dipenuhi
oleh produksi dalam kurun waktu tertentu.
D. Aspek Cost
1. Defect cost, yaitu biaya-biaya yang digunakan untuk penggantian produk
cacat.
2. Machine maintenance, yaitu biaya-biaya yang digunakan untuk perawatan
mesin produksi.
E. Aspek Assets
1. Payment term, yaitu rata-rata selisih waktu antara permintaan material
dengan waktu pembayaran ke supplier.
2. Cash to cash cycle time, yaitu waktu dari perusahaan mengeluarkan uang
untuk pembelian material sampai dengan perusahaan menerima uang
pembayaran dari konsumen.
(Supply Chain Council,2004).
Ada berbagai macam cara pengukuran performansi yang pernah dilakukan
perusahaan-perusahaan dunia. Salah satunya adalah cara pengukuran yang
dilakukan oleh sebuah supermarket. Pertama menentukan obyektif performansi
yang dibutuhkan di dalam pengukuran tersebut, seperti quality, speed, reliability,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

flexibility, dan sebagainya. Obyektif tersebut diberi skor dan bobot. Tingkat
pemenuhan performansi didefinisikan oleh normalisasi dari indikator performansi
tersebut. Untuk strategi Supply Chain yang pasti, berlaku hubungan sebagai
berikut :
n

Pi =

∑S
j =i

ij

Wj

…………………(2.8)

Dimana :
Pi = Total performansi supply chain varian i
n = Jumlah obyektif performansi
Sij = Skor supply chain ke i didalam obyektif performansi ke j
Wj = Bobot dari obyektif performansi
Di dalam pengukuran ini, langkah pertama adalah melakukan pembobotan.
Pembobotan dilakukan dengan cara Analytic Hierarchy Process (AHP), dimana
setiap obyektif performansi dipasangkan dan dilakukan perbandingan tingkat
kepentingannya. Langkah kedua adalah pendefinisian dari indikator performansi
dan melakukan pengukuran. Skor di dalam obyektif pengukuran yang berbedabeda didefinisikan dengan bantuan 6 langkah, yaitu :
1. Pendefinisian setiap indikator
2. Pendefinisian normalisasi
3. Pendefinisian interval skor untuk setiap indikator
4. Pendefinisian skor dari indikator
5. Penjumlahan skor
6. Normalisasi dari skor

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Setiap indikator memiliki bobot yang berbeda-beda dengan skala ukuran
yang berbeda-beda pula. Oleh karena itu, diperlukan proses penyamaan
parameter, yaitu dengan cara normalisasi tersebut. Di sini normalisasi memegang
peranan cukup penting demi tercapainya nilai akhir dari pengukuran performansi.
Proses normalisasi dilakukan dengan rumus normalisasi Snorm dr De boer,
yaitu :
Snorm =

Si − S min
x100
(S max − S min )

……..…………..(2.9)

Keterangan :
Si

= Nilai indikator aktual yang berhasil dicapai

Smin

= Nilai pencapaian performansi terburuk dari indikator performansi

Smax

= Nilai pencapaian performansi terbaik dari indikator performansi
Pada pengukuran ini, setiap bobot indikator dikonversikan ke dalam interval

nilai tertentu yaitu 0 sampai 100. Nol (0) diartikan paling jelek dan seratus (100)
diartikan paling baik. Dengan demikian parameter dari setiap indikator adalah
sama, setelah itu didapatkan suatu hasil yang dapat dianalisa.
Untuk memantau nilai pencapaian performansi terhadap nilai pencapaian
terbaik atau target yang ingin dicapai oleh perusahaan maka dibutuhkan sistem
monitoring indikator performansi. Jika nilai kinerja < 40 maka pencapaian
performansinya dapat dikategorikan kedalam kondisi yang sangat rendah (poor)
sedangkan jika skor normalisasi mencapai nilai diatas 90 maka dapat
dikategorikan sangat baik sekali (excellent).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Tabel 2.3. Sistem Monitoring I