Pengukuran dan Peningkatan Performansi Supply Chain Dengan Pendekatan Supply Chain Operation Reference (SCOR) Pada PT. Indah Kiat Pulp and Paper

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Konsep Supply Chain

Supply chainadalah jaringan instansi-instansi yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir (end user). Instansi-instansi tersebut biasanya termasuk supplier, instansi, distributor, toko atau ritel, serta instansi-instansi pendukung seperti instansi jasa logistik. ( Pujawan, 2005).

Pada suatu supply chain ada 3 macam aliran yang harus dikelola. Pertama adalah aliran barang yang mengalir dari hulu (upstream) ke hilir (downstream). kedua adalah aliran uang dan sejenisnya yang mengalir dari hilir ke hulu. ketigaadalah aliran informasi yang bisa terjadi dari hulu ke hilir ataupun sebaliknya. Informasi tentang persediaan produk yang masih ada di masing-masing divisi sering dibutuhkan oleh distributor maupun oleh instansi. Informasi tentang ketersediaan kapasitas produksi yang dimiliki oleh supplier juga sering dibutuhkan oleh instansi. Informasi tentang status pengiriman bahan baku sering dibutuhkan oleh instansi yang mengirim maupun yang menerima. Instansi pengapalan harus membagi informasi seperti ini supaya pihak-pihak berkepentingan bisa memonitor untuk kepentingan perencanaan yang lebih akurat. Gambar 2.1 memberikan ilustrasi konseptual sebuah supply chain.


(13)

supplier manufacturer distributor Ritel/toko consumer

Finansial : invoice, term pembayaran Material : bahan baku, komponen, produk jadi

Informasi : kapasitas, status pengiriman, quotation

Finansial : pembayaran Material : retur, recycle,repair

Informasi : order, ramalan

Gambar 3.1. Simplifikasi Model Supply Chain dan 3 Macam Aliran yang Dikelola

3.1.1. Supply Chain Management (SCM)

Istilah SCM pertama kali dikemukakan oleh Oliver & Weber pada tahun 1982 (cf. Oliver & Weber, 1982; Lambert et al. 1998). Filosofi SCM menekankan perlu adanya koordinasi dan kalaborasi yang baik antar fungsi organisasi pada suatu supply chain. Hal ini memperlihatkan pentingnya sistem pengukuran kinerja yang terintegrasi, bukan hanya pengukuran kinerja didalam suatu organisasi tetapi juga antar pelaku sepanjang supply chain.

3.1.2. Pengukuran Performansi Supply Chain

Pengertian performansi menurut Venkatraman (1986) adalah refleksi dari pencapaian kuantitas dan kualitas pekerjaan yang dihasilkan individu, kelompok, atau organisai dimana pencapaian ini berupa sesuatu yang bisa diukur. Gaspersz (2005) menyatakan bahwa pengukuran kinerja memainkan peran yang sangat penting bagi peningkatan perusahaan ke arah yang lebih baik.


(14)

Berdasarkan kedua pengertian diatas, didapatkan bahwa performansi menggambarkan segala pencapaian perusahaan organisasi dikarenakan performansi memiliki peranan yang sangat penting, maka pengukuran performansi merupakan hal mutlak yang dibutuhkan perusahaan dimana hasil pengukuran performansi ini dapat dijadikan tolak ukur penilaian keberhasilan suatu perusahaan/organisasi.

Pengukuran kinerja atau performansi sangat penting bagi manajeman rantai pasok. Pengukuran yang tidak efektif tidak akan pernah mengungkapkan penyesuaian apa yang diperlukan dalam rantai pasok. kerja sama yang efektif antara pemasok dan pelanggan untuk melancarkan rantai pasok adalah proses interaktif. Hal ini berarti bahwa bagaimana pengukuran kinerja dilakukan sangat penting dan merupakan proses yang berkelanjutan. (Dornier, 1998)

3.2. Supply Chain Operations Reference (SCOR)

3.2.1. Pengertian Supply Chain Operations Reference (SCOR)

Menurut Poluha (2003) Supply Chain Operations Reference (SCOR)adalah model proses referensi yang sudahdikembangkan dan didukung Supply Chain Council (SCC) sebagaistandar de fakto alat diagnostik lintas industri bagi manajemen rantaipasokan. SCOR memungkinkan pemakai untuk mengerjakan,memajukan, dan memberitahukan kenyataan dalam manajemen rantaipasokan dan diantara semua pihak yang berkepentingan.


(15)

1. Semua interaksi dengan pelanggan sejak pamasukan pesanan (order entry) sampai pembayaran.

2. Semua transaksi produk (bahan baku, barang jadi dan/atau jasa), termasuk peralatan, suku cadang software dan lain-lain.

3. Semua interaksi dengan pasar sejak memahami permintaan agregat sampai pemenuhan pesanan.

3.2.2. Cakupan Proses pada Model SCOR

SCOR adalah suatu model acuan dari operasi supply chain. SCOR pada dasarnya juga merupakan model yang berdasarkan proses. Model ini mengintegrasikan tiga elemen utama dalam manajemen yaitu business process reengineering, benchmarking, dan process measurement kedalam kerangka lintas fungsi dalam supply chain. Ketiga elemen tersebut memiliki fungsi sebagai berikut:

a. Business process reengineering pada hakekatnya menangkap proses kompleks yang terjadi saat ini (as is) dan mendefinisikan proses yang diinginkan (to be). b. Benchmarking adalah kegiatan untuk mendapatkan data kinerja operasional dari

perusahaan sejenis. Target internal kemudian ditentukan berdasarkan kinerja best in class yang diperoleh.

c. Process measurement berfungsi untuk mengukur, mengendalikan, dan memperbaiki proses-proses supply chain.


(16)

Sumber : Supply Chain Council

Gambar 3.2. Lima Proses Inti Pada Model SCOR

Seperti yang terlihat pada gambar 3.2. SCOR membagi proses-proses supply chain menjadi lima proses inti yaitu plan, source, make, deliver, dan return. Kelima proses berfungsi sebagai yang diuraikan berikut :

a. Plan, yaitu proses yang menyeimbangkan permintaan dan pasokan untuk menentukan tindakan terbaik dalam memenuhi kebutuhan pengadaan, produksi, dan pengiriman. Plan mencakup proses menaksir kebutuhan distribusi, perencanaan dan pengendalian persediaan, perencanaan produksi, perencanaan material, perencanaan kapasitas, dan melakukan penyesuaian (alignment) supply chainplan dengan financial plan.

b. Source, yaitu proses pengadaan barang maupun jasa untuk memenuhi permintaan. Proses yang dicakup termasuk penjadwalan pengiriman dari supplier, menerima, mengecek, dan memberikan otorisasi pembayaran untuk barang yang dikirim supplier, memilih supplier, mengevaluasi kinerja supplier, dan sebagainya. Jenis proses bisa berbeda tergantung apakah barang yang dibeli termasuk stocked, make to order, atau engineering to order products.


(17)

c. Make, yaitu proses untuk mentransformasi bahan baku/komponen menjadi prosuk yang diinginkan pelanggan. Kegiatan make atau produksi bisa dilakukan atas dasar ramalan untuk memenuhi target stok (make to stock), atas dasar pesanan (make to order), atau engineer to order. Proses yang terlibat disini antara lain penjadwalan produksi, melakukan kegiatan produksi dan melakukan pengetesan kualitas, mengelola barang setengah jadi (work in process), memelihara fasilitas produksi , dan sebagainya.

d. Deliver, merupakan proses memenuhi permintaan terhadap barang maupun jasa. Biasanya meliputi order management, transfortasi, dan distribusi. Proses yang terlibat diantaranya adalah menangani pesanan dari pelanggan, memilih perusahaan jasa pengiriman, menangani kegiatan pergudangan produk jadi, dan mengirim tagihan ke pelanggan.

e. Return, yaitu proses pengembalian atau menerima pengembalian produk karena berbagai alasan. Kegiatan yang terlibat anatara lain identifikasi kondisi produk, meminta otorisasi pengembalian cacat, penjadwalan pengembalian, dan melakukan pengembalian. Post-delivery custumer support juga merupakan bagian dari proses return.

Model SCOR meliputi tiga level proses. Ketiga level tersebut menunjukkan bahwa SCOR melakukan penguraian atau dekomposisi proses dari yang umum ke yang detail. Model penguraian proses dikembangkan untuk mengarahkan pada satu bentuk khusus dari elemen-elemen proses. Pada level 1 dinamakan dengan Top level (tipe proses) mendefinisikan cakupan untuk lima proses manajemen inti model SCOR, yaitu plan, source, make, deliver, dan return dalam supply chain


(18)

perusahaan, dan bagaimana kinerja mereka terukur. Pada kelima proses tersebut dimunculkan setiap aspek yang akan diukur, yaitu reliability, responsiveness, flexibility, cost, dan assets. Dari masing-masing aspek terdapat matriks-matriks pengukuran yang akan diukur. Contoh matriks tersebut adalah sebagai berikut: 1. Aspek Reliability

a. Delivery performance, yaitu jumlah produk yang diterima tepat waktu. b. Inventory inaccurancy, yaitu besarnya penyimpangan antara jumlah fisik

persediaan yang ada di gudang dengan catatan atau dokumentasi yang ada. c. Defect rate, yaitu tingkat pengembalian material cacat yang dikembalikan

ke supplier.

2. Aspek Responsiveness

a. Planning cycle time, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk menyusun jadwal produksi.

b. Source item responsiveness, yaitu waktu yang dibutuhkan supplier untuk memenuhi kebutuhan perusahaan apabila terjadi peningkatan jumlah jenis material tertentu dari permintaan awal suatu order.

3. Aspek Agility

a. Minimum order quantity, yaitu unit minimum yang bisa dipenuhi supplier dalam setiap kali order.

b. Make volume flexibility, yaitu persentase peningkatan yang dapat dipenuhi oleh produksi dalam kurun waktu tertentu.

4. Aspek Cost


(19)

b. Machine maintenance cost, yaitu biaya perawatan mesin-mesin industri. 5. Aspek Assets

a. Payment term, yaitu rata-rata selisih waktu antara permintaan material dengan waktu pembayaran ke supplier.

b. Cash-to-cash time, yaitu waktu dari perusahaan mengeluarkan uang untuk pembelian material sampai dengan perusahaan menerima uang pembayaran dari konsumen.

3.3. Teknik Sampling

Untuk tahap pengumpulan data suatu penelitian, diperlukan proses sampling terhadap data yang dibutuhkan. Terdapat dua metode teknik sampling yang umum digunakan dalam suatu penelitian yaitu: metode probabilistik dan metode non probabilistic (Sinulingga,2013)

3.3.1. Probability Sampling

Dalam probabilitysampling, setiap elemen dari populasi diberi kesempatan untuk ditarik menjadi anggota dari sampel. Probabilitysampling terdiri dari: 1. Simple Random Sampling

Dalam simplerandomsampling yang sering juga disebut unrestricted probability sampling, setiap elemen dari populasi mempunyai kesempatan atau peluang yang sama untuk terpilih menjadi anggota sampel.


(20)

2. Systematic Sampling

Systematicsampling adalah suatu metode pengambilan sampel dari populasi dengan cara menarik elemen setiap kelipatan ke n dari populasi tersebut mulai dari urutan yang dipilih secara random diantara nomor 1 hingga n.

3. Stratified Random Sampling

Penarikan sampel menurut metode stratified random sampling merupakan perluasan sekaligus mengatasi kelemahan dari metode simplerandomsampling. Pada metode stratified random sampling, strata elemen dalam populasi mendapat perhatian sehingga populasi dibagi sesuai dengan strata yang ada. 4. Cluster Sampling

Prosedur penarikan sampel dengan metode clustersampling terdiri dari dua tahap. Tahap pertama, pemilihan cluster dilakukan secara random. Tahap kedua, terhadap setiap cluster yang terpilih dilakukan penarikan elemen untuk menjadi anggota sampel.

5. Area Sampling

Areasampling sangat mirip bahkan sering digabung dalam cluster sampling. Dalam areasampling, cluster dari populasi adalah perbedaan lokasi geografis (geographycal areas) dari populasi.


(21)

3.3.2. Nonprobability Sampling

Berbeda halnya dengan probability sampling, pada non-probability sampling, setiap elemen populasi yang akan ditarik menjadi anggota sampel tidak berdasarkan probabilitas yang melekat pada setiap elemen tetapi berdasarkan karakteristik khusus masing-masing elemen.Beberapa model dari metode sampling yang non-probabilistik ini antara lain:

1. Convenience Sampling

Seperti disebutkan oleh namanya, convenience sampling adalah suatu metode sampling dimana para respondennya adalah orang-orang yang secara suka rela menawarkan diri (conveniencely available) dengan alasan masing-masing. 2. Purposive Sampling

Purposive sampling adalah metode samplingnon-probability yang menggunakan orang-orang tertentu sebagai sumber data/informasi. Orang-orang tertentu yang dimaksud di sini adalah individu atau kelompok yang karena pengetahuan, pengalaman, jabatan, dan lain-lain yang dimilkinya menjadikan individu atau kelompok tersebut perlu dijadikan sumber informasi. Individu atau kelompok khusus ini langsung dicatat namanya sebagai responden tapa melalui proses seleksi secara random. Biasanya jumlah responden dalam purposive sampling sangat terbatas. Purposive sampling dapat dibedakan dalam dua bentuk yaitu judgement sampling dan quotasampling. Judgement sampling adalah suatu tipe pertama purposivesampling dimana responden terlebih dahulu dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu karena kemampuannya atau kelebihannya diantara


(22)

orang-orang lain dalam memberikan data dan informasi yang bersifat khusus yang dibutuhkan peneliti. Quotasampling adalah tipe kedua purposive sampling, dimana kelompok-kelompok tertentu dijadikan responden (sumber data/informasi) untuk memenuhi kuota yang telah ditetapkan. Pada umumnya, sejak awal penelitian kuota telah ditetapkan untuk masing-masing kelompok berdasarkan gambaran (persentase/proporsi kelompok) dalam populasi.

3.4. AHP (Analytical Hierarchy Process)

Dalam memecahkan persoalan dengan analisis logika eksplisit ada tiga prinsip: prinsip menyusun hirarki, prinsip menetapkan prioritas, dan prinsip konsistensi logis. Dari berbagai pertimbangan tersebut kemudian dilakukan sintesa untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas tentinggi dan berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut.

Manfaat dari penggunaan Analytical Hierarchy Process (AHP) antara lain yaitu:

1. Memadukan intuisi pemikiran, perasaan dan penginderaan dalam menganalisis pengambilan keputusan.

2. Memperhitungkan konsistensi dari penilaian yang telah dilakukan dalam membandingkan faktor-faktor yang ada.

3. Memudahkan pengukuran dalam elemen. 4. Memungkinkan perencanaan ke depan.

Tahapan-tahapan pengambilan keputusan dalam metode AHP pada dasarnya adalah sebagai berikut :


(23)

1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan

2. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan kriteria-kriteria dan alternaif-alternatif pilihan yang ingin di ranking. 3. Membentuk matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan

kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing—masing tujuan atau kriteria yang setingkat diatasnya. Perbandingan dilakukan berdasarkan pilihan atau judgement dari pembuat keputusan dengan menilai tingkat tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya.

4. Menormalkan data yaitu dengan membagi nilai dari setiap elemen di dalam matriks yang berpasangan dengan nilai total dari setiap kolom.

5. Menghitung nilai eigen vector dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten maka pengambilan data (preferensi) perlu diulangi. Nilai eigen vector yang dimaksud adalah nilai eigen vector maximum yang diperoleh dengan menggunakan matlab maupun dengan manual.

6. Mengulangi langkah 3, 4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki.

7. Menghitung eigen vector dari setiap matriks perbandingan berpasangan. Nilai eigen vector merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini untuk mensintesis pilihan dalam penentuan prioritas elemen-elemen pada tingkat hirarki terendah sampai pencapaian tujuan.

8. Menguji konsistensi hirarki. Jika tidak memenuhi dengan CR < 0, 100 maka penilaian harus diulang kembali.


(24)

Pada AHP, ditetapkan skala kuantitatif 1 sampai 9 untuk menilai perbandingan tingkat kepentingan suatu elemen terhadap elemen lainnya. Skala penilaian tersebut akan dijelaskan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan Intensitas

kepeningan Keterangan Penjelasan

1 Kedua elemen sama penting Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama besar terhadap tujuan

3 Elemen yang satu sedikit lebih penting

Pengalaman dan penilaian sedikit menyokong satu elemen disbanding elemen lainnya

5 Elemen yang satu lebih penting

Pengalaman dan penilaian sangat kuat menyokong satu elemen dibandingkan elemen lainnya

7 Elemen yang satu jelas lebih penting

Satu elemen kuat disokong dan dominan terlihat dalam praktek

9 Elemen yang satu mutlak lebih penting

Bukti yangmendukung elemen yang satu terhadap elemen yang lainnya memiliki tingkat penegasan tertinggi yang

mungkin menguatkan 2,4,6,8 Nilai antara dua nilai

pertimbangan yang berdekatan

Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi diantara dua pilihan Kebalikan

(1/3,1/5,..)

Jika untuk aktivitas I mendapat satu angka disbanding dengan aktivitas j, maka aktivitas j mempunyai nilai kebalikan

Sumber: Marimin, 2010 (dalam Fitrianto, 2013)

Pengukuran konsistensi AHP dilakukan dengan dua cara, yaitu: 1. Tahap pengukuran konsistensi setiap matriks perbandingan

Pengukuran ini didasarkan pada eigen value maksimum, dengan persamaan 2-1 dan 2-2.

Consistency Index (CI) = (λmax – n ) / ( n – 1) (2-1) dimana:

λmax : Nilai rata-rata consistency vector


(25)

matriks tersebut konsisten

Consistency Ratio (CR) = CI / RI (2-2)

dimana:

RI : random index

Tabel 3.2 Random Index untuk Beberapa Ukuran Matriks Ukuran

matriks 1,2 3 4 5 6 7 8 9 10

RI 0,0 0,58 0,9 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49

Sumber: Marimin, 2010 (dalam Fitrianto, 2013)

Batasan diterimanya konsistensi sebenarnya tidak baku, hanya menurut beberapa eksperimen, inkonsistensi 10% ke bawah adalah tingkat inkonsistensi yang bisa diterima.

2. Tahap mengukur konsistensi seluruh hierarki, pada persamaan 2-3.

CRH = CIH / RIH (2-3)

dimana:

CRH: consistency ratio hierarchy CIH : consistency index hierarchy RIH : random ratio hierarchy

3.5. Objective Matrix (OMAX)

OMAX menggabungkan kriteria-kriteria produktivitas ke dalam suatu bentuk yang terpadu dan berhubungan satu sama lain. Model ini melibatkan seluruh jajaran di perusahaan, mulai dari bawahan sampai atasan. Kebaikan model OMAX dalam pengukuran produktivitas perusahaan antara lain (Riggs, 1986): 1. Relatif sederhana dan mudah dipahami.


(26)

2. Mudah dilaksanakan dan tak memerlukan keahlian khusus. 3. Datanya mudah diperoleh.

4. Lebih fleksibel, tergantung pada masalah yang dihadapi

5. Kemampuan untuk menormalisasi satuan-satuan dari spesifikasi pengukuran yang berbeda.

6. Orientasi keluaran dibandingkan secara sederhana dengan aktivitas pengukuran.

Adapun skema penilaian berdasarkan model OMAX dapat ditunjukkan pada Gambar 3.4. Berdasarkan Gambar 3.4, terdapat tiga bagian pada skema penilaian dengan model OMAX yaitu Defining, Quantifying, dan Monitoring.

Gambar 3.3 Skema Penilaian Berdasarkan Model OMAX

Sumber: Rigss (1986)

1. Bagian A, merupakan bagian Defining atau menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan. Baris kedua, yaitu Performance,


(27)

merupakan hasil pencapaian kinerja perusahaan pada masing-masing KPI tersebut.

2. Bagian B, merupakan bagian Quantifying. Pada tahap pengukuran ini ditentukan pembagian level dari pencapaian kinerja.

3. Bagian C, merupakan bagian Monitoring sebagai analisis terhadap level, weight, dan value untuk masing-masing KPI. Baris level atau score diisikan sesuai denganposisi level pencapaian KPI yang telah ditentukan pada bagian B. Baris weight diisisesuai dengan bobot masing-masing KPI. Sedangkan baris value merupakan hasilpenilaian atau pengalian antara baris level dengan baris bobot masing-masing KPI.

Index merupakan hasil penjumlahan seluruh nilai value dari setiap kriteria yang menyatakan indikator pencapaian kinerja perusahaan. Peningkatan kinerja dapat ditentukan dari besarnya kenaikan indikator pencapaian bila dibandingkan dengan pengukuran periode sebelumnya.

Menurut Christopher dan Thor (2003), langkah-langkah untuk menyusun model OMAX adalah sebagai berikut (dalam Hanungrani, 2013):

1. Identifikasi kriteria-kriteria mayor dan model atau rumusan pengukuran yangsesuai untuk kriteria tersebut.

2. Bila target dirasa sulit untuk dicapai damn merupakan nilai optimis diletakkan pada level 10 dan realisasi tahun sebelumnya diletakkan di level 3, nilai pesimis diletakkan pada level 0.


(28)

4. Menggunakan skala linear, jenjang pencapaian tujuan yang akan ditentukan dan diisikan dalam tingkatan antara tiga sampai dengan sepuluh. Adapun perhitungan skala linear dapat ditunjukkan pada persamaan 2-4.

∆XL-H = YH−YL

XH−XL

(2-4) dengan:

∆XL-H = interval antara level high dengan low XH = level high

XL = level low

YH = angka pada level high YL = angka pada level low

5. Dikarenakan beberapa kriteria lebih penting dibandingkan dengan kriteria lainnya, pembobotan dilakukan untuk tiap parameter kinerja yang jumlahnya secara keseluruhan adalah 1.

6. Pada setiap penutupan periode pengukuran, hasil aktual untuk setiap kriteria atau parameter kinerja dihitung dan ditempatkan pada baris “performance”. 7. Pada baris level diisi dengan hasil asosiasi “performance” dengan tingkat atau

level dari nol hingga 10.

8. Setiap level dikalikan dengan bobot setiap kriteria untuk mendapatkan nilai “value”.

9. Penjumlahan dari seluruh “value” adalah indeks kinerja. Pergerakan dari indeks tersebut merupakan total pergerakan pencapaian kinerja unit bisnis perusahaan.


(29)

3.6. Traffic Light System

Menurut Kardi (1999), Traffic Light System berhubungan erat dengan scoring system. Traffic Light System berfungsi sebagai tanda apakah score KPI memerlukansuatu perbaikan atau tidak. Indikator dari Traffic Light System ini direpesentasikandengan beberapa warna berikut (dalam Hanungrani, 2013): 1. Warna hijau, achievement dari suatu indikator kinerja sudah tercapai. 2. Warna kuning, achievement dari suatu indikator kinerja belum tercapai

meskipun nilai sudah mendekati target. Jadi pihak manajemen harus berhati-hati dengan adanya berbagai macam kemungkinan.

3. Warna merah, achievement dari suatu indikator kinerja benar-benar di bawah target yang telah ditetapkan dan memerlukan perbaikan dengan segera.

3.7. Key Performance Indicators (KPI)

Key Performance Indicators (KPI) dapat diartikan sebagai indikator yang akan memberikan informasi sejauh mana kita telah berhasil mewujudkan sasara strategis yang telah ditetapkan. Dalam menyusun KPI sebeaiknya menetapkan indikator kinerja yang jelas, spesifik dan terukur (measurable). KPI sering digunakan untuk menilai aktivitas-aktivitas seperti keuntungan pengembangan kepemimpinan, perjanjian, layanan, kepuasan (Drucker, 2002)

KPI juga sebaiknya harus dinyatakan secara eksplisit dan rinci sehingga menjadi jelas apa ayang diukur. Pada sisi lain, biaya yang mengidentifikasi dan memonitor KPI sebaiknya tidak melebihi nilai yang akan diketahui dari


(30)

pengukuran tersebut. Hindari pengukuran yang berlebihan tanf tidak banyak memberikan nilai tambah.

KPI umumnya dikaitkan dengan strategi organisasi yang contohnya diterapkan oleh teknik-teknik SCOR dan Balance Scorecard. KPI bebrebda tergantung sifat dan strategi organisasi. KPI merupakan bagian kunci suatu sasaran terukr yang terdiri dari arahan, KPI, tolak ukur, target, serta kerangka waktu.

3.8. Klasifikasi Karakteristik Pencapaian Kualitas

Karakteristik kualitas (variable respons) adalah suatu obyek yang menarik dari suatu produk atau proses. Secara umum setiap karakteristik kualitas memiliki suatu target. Ada lima karakteristik kualitas yang dikelompokkan berdasarkan nilai targetnya yaitu (Belavendram, 1995):

1. Nominal-the-best

Karakteristik nominal-the-best adalah pengukuran karakteristik dengan nilai target yang spesifik yang ditentukan oleh pengguna (user-defined).

2. Smaller-the-best

Karakteistik smaller-the-better adalah pengukuran karakteristik yang non-negative dimana target idealnya adalah nol.

3. Larger-the-best

Karakteristik larger-the-better adalah pengukuran karakteristik yang non-negative dimana target idealnya adalah tak terbatas atau ∞.


(31)

Karakteristik signed-target adalah pengukuran karakteristik dimana target idealnya adalah nol. Signed target berbeda dengan smalle-the-bettersebab pada signed target dipebolehnya memiliki nilai yang negatif.

5. Classified attribute

Pada classified attribute variabelnya tidak kontinu tetapi dapat diklasifikasikan pada skala dengan tingkat yang berbeda-beda.


(32)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan diPT. Indah Kiat Pulp and Paper – Perawang yang bergerak dalam bidang produksi pulp dan kertas. Perusahaan ini berlokasi di Jl. Raya Minas – Perawang KM. 26 Desa Pinang Sebatang, Kecamatan Tualang Kabupaten Siak, Pekanbaru, Riau, Indonesia Waktu penelitian dilakukan pada bulan Januari - Maret 2016.

4.2. Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematik, faktual, dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat suatu objek atau populasi tertentu (Sinulingga, 2011). Penelitian ini dilakukan dalam rangka mencari dan mengumpulkan sejumlah data untuk memperoleh gambaran fakta-fakta yang jelas tentang berbagai keadaan dan situasi yang ada dalam perusahaan.

4.3. Objek Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada pengukuran kinerja rantai pasokan berdasarkan atribut kinerja yang terdapat dalam pendekatan SCOR.


(33)

4.4. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2001). Populasi dalam penelitian ini yang akan menjadi responden dalam pengumpulan adalah General Managerserta staf-staf perusahaan yang memahami tentang kondisi supply chain perusahaan sesuai dengan pendekatan model SCOR yaitu plan, source, make, deliver dan return.Pengelompokan responden dapat dilihat pada Tabel 4.1. berikut.

Tebel 4.1. Pengelompokan Responden Berdasarkan Jabatan

NO Responden Jumlah

(Orang)

1. Manager PPIC 1

2. Managerpurchasing 1

3. Manager produksi 1

4. Manager technical marketing & sales 1

Total 4

Teknik penentuan responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah judgement sampling.Responden dipilih berdasarkan pertimbangan karena kemampuan atau kelebihannya antara orang-orang lain dalam memberikan data dan informasi yang bersifat khusus yang dibutuhkan peneliti.

4.5. Variabel Penelitian


(34)

1. Variabel Independen

Variabel Independenmerupakan variabel yang perubahannya tidak tergantung pada variabel lain. Adapun variabel bebas pada penelitian ini yaitu lima proses inti model SCOR yaitu plan, source, make, deliver dan return

2. Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah ukuran kinerja supply chain perusahaan

3. Variabel Penghubung

variabel pengubung adalah variabel yang menjembatani pengaruh suatu variabel independen dengan variabel dependen. Variabel penghubung pada penelitian ini adalah penentuan key performance indicator yang sesuai.

4.6. Kerangka Berpikir Penelitian

Penelitian dapat dilaksanakan apabila tersedia sebuah perancangan kerangka berpikir yang baik sehingga langkah-langkah penelitian lebih sistematis. Kerangka berpikir inilah yang merupakan landasan awal dalam melaksanakan penelitian. Kerangka berfikir dimulai dari pendekatan model SCOR dengan lima perspektif yaitu plan, source, make, deliver dan return. Dari kelima perspektif ditentukan masing-masing key performance indicator(KPI). Selanjutnya setiap KPI akan dilakukan pembobotan dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process(AHP) dan scoring system dengan metode Objective Matrix (OMAX) untuk mengetahui performansi supply chain perusahaan.


(35)

Lima proses inti model SCOR yaitu plan, source, make deliver dan return

Penentuan key performance indicator yang sesuai

Performansi supply chain

Gambar 4.1. Kerangka Berpikir Penelitian

4.7. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan ada dua jenis yaitu: 1. Data primer

Data primer adalah secara langsung diambil dari objek penelitian oleh peneliti peerorangan maupun organisasi diantaranya adalah hasil pengamatan, hasil pengukuran, dan hasil wawancara terhadap pihak terkait. Adapun data primer yang dibutuhkan adalah data supply chain perusahaan.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang didapat tidak langsung dari objek penelitian. Biasanya data sekunder berupa dokumen, file, arsip, atau catatan-catatan perusahaan. Adapun data sekunder yang dibutuhkan adalah:

a. Data profil perusahaan b. Data peramalan permintaan

c. Data permintaan aktual

d. Data persediaan bahan baku di gudang e. Data pengiriman produk ke costumer f. Data produksi bulanan


(36)

4.8. Langkah-Langkah Penelitian

Langkah-langkah penelitian yang dilakukan terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu tahap pendahuluan, tahap pengumpulan dan pengolahan data, dan tahap analisis pemecahan masalah dan kesimpulan dan saran.

4.8.1. Tahap Pendahuluan

Pada tahap pendahuluan, langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Studi lapangan

Langkah awal yang perlu dilakukan adalah melakukan pengamatan awal untukmendapatkan gambaran dari kondisi sebenarnya obyek yang akan diteliti. Hal iniakan sangat bermanfaat bagi peneliti karena dapat memberikan gambaran yang jelas tentang obyek penelitiannya. Dari hasil studi lapangan ini peneliti dapat mengetahui permasalahan yang terjadi pada perusahaan tersebut. 2. Studi literatur

Studi literatur digunakan untuk mempelajari teori dan ilmu pengetahuan yangberhubungan dengan permasalahan yang akan diteliti. Sumber literatur berasal daribuku, jurnal, serta studi terhadap penelitian terdahulu dengan topik utama dalam penelitian ini yakni pengukuran kinerja supply chain. Sumber literatur diperoleh dari perpustakaan, perusahaan, dan internet.

3. Identifikasi masalah

Identifikasi masalah yaitu mengidentifikasi secara detail ruang lingkuppermasalahan pada sistem yang akan diteliti. Identifikasi masalah


(37)

dilakukan dengantujuan untuk mencari penyebab timbulnya masalah dan kemudian mencari permasalahan yang terjadi.

4. Perumusan masalah

Setelah mengidentifikasi masalah, tahap selanjutnya adalah merumuskan masalahsesuai dengan kenyataan di lapangan. Perumusan masalah merupakan rincian dari permasalahan yang dikaji dan nantinya akan menunjukkan tujuan dari penelitian.

5. Penentuan tujuan penelitian

Tujuan penelitian ditentukan berdasarkan perumusan masalah yang telah dijabarkansebelumnya. Hal ini ditujukan untuk menentukan batasan-batasan dalam pengolahan dan analisis hasil pengukuran selanjutnya.

4.8.2. Tahap Pengumpulan dan Pengolahan Data

Pada tahap pengumpulan dan pengolahan data langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data diartikan sebagai proses atau kegiatan yang dilakukan dalam penelitian untuk mengungkap atau menjaring informasi kondisi lokasi penelitian sesuai dengan lingkup penelitian dan seluruh elemen populasi yang dapat mendukung kegiatan penelitian. Data ini akan menjadi input pada tahap pengolahan data. Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah observasi pada proses produksi, wawancara mengenai sistem supply chain perusahaan, dokumentasi perusahaan, serta kuesioner untuk validasi dan pembobotan KPI.


(38)

2. Pengolahan Data

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengolahan data adalah sebagai berikut:

a. Dekomposisi proses SCOR.

SCOR meliputi tiga level proses, dimana ketiga level tersebut menunjukkanbahwa SCOR melakukan penguraian atau dekomposisi proses dari yang umumke yang detail sehingga mendapatkan KPI perusahaan yang akan diukur kinerjanya. KPI yang dirancang dengan pendekatan SCOR adalah berdasarkan perspektif utama supply chain yakni plan, source, make, delivery, dan return. KPI inilah yang akan menjadi indikator keberhasilan performansi supply chainperusahaan.

b. Validasi KPI (Key Perormance Indicator)

Setelah KPI ditentukan kemudian dilakuakan validasi terhadap KPI tersebut apakah benar-benar mempresentasikan performansi supply chain perusahaan.

c. Membuat dan memberikan pembobotan terhadap hirarki KPI level 1, 2, dan 3 dengan metode AHP.

KPI yang sudah divalidasi kemudian dirancang hirarki dari KPI-KPI tersebut berdasarkan klasifikasinya dari level 1, 2, dan 3 dan dilakukan pembobotan terhadap masing-masing KPI tersebut dengan metode AHP. AHP digunakan untuk menentukan prioritas atau bobot untuk alternatif-alternatif solusi dan kriteria-kriteria yang digunakan untuk menilai alternatif tersebut. Nilai pencapaian performansi masing-masing KPI


(39)

didapat dari kondisi atau data real perusahaan yang disesuaikan dengan masing-masing KPI. Hasil pencapaian perusahaan tersebut kemudian dibandingkan dengan target perusahaan.

d. Scoring system dengan metode OMAX.

Perhitungan skor pencapaian performansi perusahaan dengan menggunakan metode OMAX. OMAX berfungsi untuk menyamakan skala nilai dari masing-masing indikator KPI.

e. Evaluasi kinerja supply chain perusahaan dengan traffic light system. Dari scoring system yang dilakukan dengan metode OMAX lalu dilakukan evaluasi terhadap hasil pencapaian perusahaan apakah sudah mencapai target perusahaan dari masing-masing KPI. Daritraffic light system ini dapat diketahui apakah nilai skor dari KPI tersebut perlu diperbaiki atau tidak.

f. Rekomendasi perbaikan.

Rekomendasi perbaikan dilakukan terhadap indikator yang masih memerlukan perbaikan. Rekomendasi ini dilakukan berdasarkan analisa dari hasil KPI berupa tindakan perbaikan yang dapat diimplementasikan pada perusahaan.

4.8.3 Analisis Pemecahan Masalah dan Kesimpulan dan Saran

Pada tahap analisa dan kesimpulan, langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:


(40)

1. Analisis Pemecahan Masalah

Hasil dan pembahasan yang dilakukan terhadap hasil pengolahan data adalah menganalisa hasil dari penerapan lima proses inti pada supply chain dengan menganalisa hasil dari scoring system yang menggunakan metode OMAX. Untuk pembobotan indikator performansi akan dilakukan dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Hasil tersebut menunjukkan rekapan nilai pencapaian kinerja pada masing-masing KPI, dimana pencapaian kinerja tersebutakan masuk dalam tiga kategori warna traffic light system. Untuk kategori warna hijau menunjukkan bahwa indikator kinerja sudah memenuhi target. Sedangkan kategori warna kuning menunjukkan bahwa indikator kinerja belum tercapai tetapi sudah mendekati target dan sudah mencapai target minimum. Akan tetapi, indikator tersebut tetap harus mendapatkan perhatian dari pihak manajemen untuk mengantisipasi agar kinerjanya tidak menurun. Dan untuk KPI berkategori warna merah adalah KPI yang jauh dari pencapaian target, sehingga KPI-KPI ini memerlukan perhatian dan penanganan serius dari pihak manajemen.

2. Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data, ditarik kesimpulan yang dapat memberikan gambaran secara umum dari penelitian yang dilakukan. Kesimpulan merupakan rangkuman hasil penelitian. Saran-saran yang diberikan berguna untuk tindak lanjut penelitian dan pemberian saran kepada pihak perusahaan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan penelitian.


(41)

4.9. Block Diagram Metode Penelitian

Block diagrampenelitian yang dapat dilihat pada Gambar 4.2.

MULAI

Studi Pendahuluan

1. Kondisi Perusahaan 2. Mekanisme distribusi 3. Informasi pendukung 4. Masalah-masalah

Studi Literatur

1. Teori Buku

2. Referensi Jurnal Penelitian 3. Langkah-langkah

penyelesaian

Identifikasi Masalah

Bagaimana meningkatkan performansi supply chain di PT. IKPP

Pengolahan Data

1. Melakukan dekomposisi model SCOR 2. Validasi dan verifikasi KPI (Key

Performance Indicator)

4. Perhitungan bobot kriteria dengan AHP

5. Perhitungan score kinerja dengan OMAX dan Traffic Light System

Analisis Pemecahan Masalah

Analisis penyebab rendahnya performansi supply chain perusahaan

Kesimpulan dan Saran

SELESAI

Data Primer Data Sekunder

Pengumpulan Data


(42)

BAB V

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1 Pengumpulan Data

5.1.1 Klasifikasi Aktivitas Supply Chain

Klasifikasi aktivitas supply chain dilakukan berdasarkan pendekatan model Supply Chain Operation Reference (SCOR) dengan melibatkan lima perspektif supply chain yaitu plan, source, make, deliver, dan return yang akan digunakan untuk mengidentifikasi key performansi indikatoryang ada pada masing-masing perspektif.

Aktivitas supply chain pada kelima perspektif diatas dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Plan

Perspektif plan mencakup proses perencanaan sebelum proses produksi berlangsung yaitu kebutuhan bahan baku yang dibutuhkan untuk memproduksi produk sesuai dengan permintaan, perencanaan dan pengendalian persediaaan, perencanaan material, perencanaan kapasitas serta melakukan penyesuaian (alignment) supply chain plan dengan financial plan. Hal ini bertujuan untuk mencapai hasil yang maksimal, meminamilisir costserta menjalankan proses produksi yang efektif dan efesien.

2. Source

Proses pengadaan barang maupun jasa untuk memenuhi permintaan. Mencakup pihak-pihak yang memberikan bahan baku untuk aktivitas produksi PT. IKPP


(43)

mengecek, dan memberikan otorisasi pembayaran yang dikirim supplier serta melakukan evaluasi kinerja supplier.

3. Make

Seluruh aktivitas yang dilakukan PT. Indah Kiat Pulp and Paper untuk memproduksi pulp dan paper dari bahan baku yang diperoleh dari supplier, melakukan penjagaan kualitas produk, serta memelihara fasilitas produksi. 4. Deliver

Aktivitas yang berhubungan dengan pengiriman produk kepada pelanggan dan kepada supplier apabila terjadi return. Proses yang terlibat diantaranya menangani pesanan pelanggan, memilih perusahaan jasa pengiriman, dan mengirim tagihan ke pelanggan.

5. Return

Kegiatan yang terlibat antara lain identifikasi kondisiproduk, penjadwalan pengembalian,dan melakukan pengembalian. Post-delivery customer support jugamerupakan bagian dari proses return.

Klasifikasi aktivitas supply chain PT. Indah Kiat Pulp and Paper dapat dilihat pada Gambar 5.1.


(44)

Gambar 5.1. Klasifikasi Aktivitas Supply Chain PT. Indah Kiat Pulp and Paper

Central Warehouse

PT. Indah Kiat Pulp and Paper

Supplier 2 Supplier 1

Supplier 3

Supplier n

Manufacturing Plant

PT. Indah Kiat Pulp and Paper Finished Goods Warehouse PT. Indah Kiat Pulp and Paper

Return

Deliver Source

Make

Return

Deliver

R

e

tu

rn

D

e

li

v

e

r

P

lan

R

e

tu

rn

D

e

li

v

e

r

End Customer Retail Product


(45)

5.1.2 Tahap Awal Penentuan Key Performansi Indikator(KPI)

Penentuan key performansi indikator dilakukan dengan wawancara dan berdiskusi dengan pihak perusahaan dengan menggunakan referensi dari studi literatur. Key performansi indikator diklasifikasikan berdasarkan aktivitas supply chain pada model SCOR dengan 5 perspektif yakni perspektif plan, source, make, deliver,dan return. Pada masing-masing perspektif terdapat 3 ukuran utama yang akan dipertimbangkan yaitu reliability, responsiveness, dan flexibility yang dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1Tahap Awal Penentuan Key Performansi Indikator

No. Perspektif Dimensi Indikator Performansi Pengertian 1.

Plan

Reliability

Percentage of adjusted production quality

Persentase

perubahan/penyimpangan jumlah unit yang diproduksi dengan rencana produksi

2. Forecast accuracy

Persentase penyimpangan permintaan awal dengan permintaan hasil peramalan

3. Inventory accuracy

Persentase penyimpangan persediaan yang ada digudang (secara fisik) dengan catatan (dokumentasi) persediaan yang ada.

4. Planning employee

reliability

Kehandalan tenaga kerja yang terkait dengan proses

perencanaan

5. Internal relationship

Hubungan antara bagian dalam perusahaan secara internal yang dapat mempengaruhi perusahaan

6.

Responsiveness

Time to produce a production schedule

Kecepatan dalam melakukan proses perencanaan misalnya perencanaan dalam jadwal waktu produksi, waktu pengiriman maupun waktu pembelian material

7.

Planning respons & flexibility

Kecepatan dalam membuat perubahan atau perencanaan ulang


(46)

Tabel 5.1 Tahap Awal Penentuan Key Performansi Indikator(Lanjutan)

No. Perspektif Dimensi Indikator Performansi Pengertian

8.

Source

Reliability

Ontime Delivery Persentase order yang terkirim tepat waktu

9. Source fill rate

Persentase jumlah pengiriman yang dapat dipenuhi oleh supplier

10. Source disspesification

Jumlah bahan baku yang tidak sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan

11. Percentage of correct

delivery quantity

Tingkat ketepatan kuantitas pengiriman dari supplier

12. Supplier relationship

Kualitas hubungan dengan supplier dilihat dari bagaimana kerjasama dalam pemecahan masalah, kunjungan dari ke supplier

13. Supplier reliability

Keandalan dari supplier dilihat dari sistem kualitas, tingkat srabilitas yang diberikan. 14.

Responsiveness

Source lead time

Waktu sejak pemesanan material dilakukan sampai diterima dari supplier

15. Source volume

responsiveness

Waktu yang dibutuhkan supplier untuk memenuhi permintaan apabila terjadi perubahan jumlah permintaan material

16. Source item

responsiveness

Waktu yang dibutuhkan supplier untuk memenuhi permintaan apabila terjadi perubahan jenis permintaan material

17. Purchase order cycle

time

Waktu yang dibutuhkan untuk menerbitkan purchase order 18.

Flexibility

Source volume flexibility

waktu yang dibutuhkan untuk memilih supplier pada kurun waktu tertentu secara mendadak

19. Source item flexibility

Banyaknya perubahan jenis material yang diminta yang dapat dipenuhi dalam kurun waktu tertentu

20.

Make Reliability

In process failure rates Persentase produk yang gagal dalam proses

21. Percentage trouble of

machine

Persentase masalah yang terjadi pada mesin


(47)

Tabel 5.1 Tahap Awal Penentuan Key Performansi Indikator(Lanjutan)

No. Perspektif Dimensi Indikator Performansi Pengertian

22.

Make

Reliability

Manufacturing employee reliability

Kehandalan tenaga kerja bagian produksi dilihat dari jumlah training pertahun, jumlah karyawan yang mendapat training serta kecocokan latar belakang pendidikan karyawan

23. Company quality system

Sistem kualitas perusahaan dilihat dari quality assurance, continuous improvement yang dilakukan

24.

Responsiveness

Make volume responsiveness

Waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk memenuhi permintaan konsumen apabila terjadi peningkatan permintaan

25. Make item

responsiveness

Waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk memenuhi permintaan konsumen apabila terjadi perubahan jenis produksi

26. Change over time

Waktu persiapan mesin yang diperlukan apabila terjadi penggantian jenis produk yang akan diproduksi

27.

Deliver Reliability

Delivery fill rate

Persentase jumlah permintaan yang bisa dipenuhi dari total penerimaan

28. Percentage of order

delivered ontime

Persentase order yang terkirim tepat waktu

29. Number of order ready

to be taken by costumer

Jumlah order yang siap diambil oleh konsumen

30. Costumer relationship

Kualitas hubungan dengan customer dilihat dari kunjungan dari ke customer, ada tidaknya tim yang menangani masalah custumer service

31. Marketing employee

reliability

Kehandalan tenaga kerja bagian marketing dilihat dari jumlah training pertahun, jumlah karyawan yang mendapat training dan kecocokan latar belakang pendidikan karyawan


(48)

Tabel 5.1 Tahap Awal Penentuan Key Performansi Indikator(Lanjutan)

No. Perspektif Dimensi Indikator Performansi Pengertian

32.

Deliver

Responsiveness Delivery leadtime

Waktu sejak distributor industri kemasan barang sampai barang diambil

33. Flexibility Deliverchange over

flexibility

Lama waktu pemilihan jasa pengiriman untuk

pendistribusian produk yang mendadak

34.

Return

Reliability

Reject rate Persentase produk cacat yang dikembalikan oleh konsumen

35. Number of costumer

complaint

Jumlah komplain dari customer

36. Percentage of accurate

product replacement

Persentase penggantian produk cacat dengan kuantitas dan jenis yang tepat

37.

Responsiveness

Costumer repair time

Waktu yang dibutukan oleh konsumen untuk mengganti produk yang di klaim setiap kali terjadi klaim

38. Time to solve a

complaint

Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan, mengatasi complain konsumen

Sumber : Hasil Pengumpulan Data

Berdasarkan hasil pengumpulan data key performansi indikator awal dengan pihak perusahaan diperoleh sebanyak 38KPI. Selanjutnya akan dilakukan validasi yang dilakukan oleh manajemen perusahaan yang paling mengetahui kondisi perusahaan yaitu General Manager.

5.1.3 Validasi Key Performansi Indikator(KPI)

Tahap validasi dilakukan dengan cara pengisian kuesioner semi terbuka dan diskusi langsung kepada General Manager perusahaan yang paling


(49)

mangetahui tentang kondisi perusahaan. Dari proses ini diperoleh key performansi indikator yang ditunjukkan oleh Tabel 5.2.

Tabel 5.2. Validasi Key Performansi Indikator(KPI)

No. Perspektif Dimensi Indikator Performansi Kode KPI 1.

Plan

Reliability

Forecast accuracy P1 01

2. Inventory accuracy P1 02

3. Planning employee

reliability P1 03

4. Internal relationship P1 04

5.

Responsiveness

Time to produce a

production schedule P2 01

6. Planning respons &

flexibility P2 02

7.

Source

Reliability

Ontime Delivery S1 01

8. Source fill rate S1 02

9. Source disspesification S1 03

10. Supplier relationship S1 04

11.

Responsiveness

Source lead time S2 01

12. Source volume

responsiveness S2 02

13. Purchase order cycle

time S2 03

14. Flexibility Source volume flexibility S3 01 15.

Make

Reliability

In process failure rates M1 01

16. Percentage trouble of

machine M1 02

17.

Manufacturing

employee reliability M1 03

18. Responsiveness Make volume

responsiveness M2 01

19.

Deliver

Reliability

Delivery fill rate D1 01

20. Percentage of order

delivered complete D1 02

21. Costumer relationship D1 03

22. Marketing employee

reliability D1 04

23. Responsiveness Delivery leadtime D2 01

24. Flexibility Deliverchange over

flexibility D3 01


(50)

Tabel 5.2. Validasi Key Performansi Indikator(KPI) (Lanjutan)

26.

Return

Number of costumer

complaint R1 02

27. Percentage of accurate

product replacement R1 03 28. Responsiveness Time to solve a

complaint R1 01

Sumber : Hasil Pengumpulan Data

Keterangan:

P1 01 : Perspektif plan dengan dimensi reliability pada KPI Pertama P2 01 : Perspketif plan dengan dimensi responsiveness pada KPI Pertama S1 01 : Perspektif source dengan dimensi reliability pada KPI pertama S2 01 :Perspektif source dengan dimensi responsiveness pada KPI pertama S3 01 :Perspektif source dengan dimensi flexibility pada KPI pertama M1 01 : Perspektif make dengan dimensi reliability pada KPI pertama M2 01 : Perspektif make dengan dimensi responsivenss pada KPI pertama D1 01 : Perspektif deliver dengan dimensi reliability pada KPI pertama D2 01 : Perspektif deliver dengan dimensi responsiveness pada KPI pertama D3 01 : Perspektif deliver dengan dimensi flexibility pada KPI pertama R1 01 : Perspektif return dengan dimensi reliability pada KPI pertama R2 01 : Perspektif return dengan dimensi responsiveness pada KPI pertama

Dari proses validasi diperoleh KPI yang valid sejumlah 28 KPI yang terdiri dari 6 KPI perspektif plan, 8 KPI perspektif source, 4 KPI perspektif make, 6 KPI perspektif deliver, 4 KPI perspektif return.


(51)

1. Perspektif Plan a. KPI P1 01

KPI P1 01 adalah persentase perubahan/penyimpangan jumlah unit yang diproduksi dengan rencana produksi. Teknik peramalan yang dilakukan oleh bagian perencanaan dan pengendalian produksi sering tidak sesuai dengan jumlah permintaan aktual dari bagian marketing. Penyimpangan tersebut tidak dapat dihindari karena jumlah permintaan yang berfluktuatif. b. KPI P1 02

KPI P1 02 adalah persentase penyimpangan persediaan yang ada digudang (secara fisik) dengan catatan (dokumentasi) persediaan yang ada. Penyimpangan ini akan berpengaruh pada proses produksi perusahaan. c. KPI P1 03

KPI P1 03 adalah kehandalan tenaga kerja yang terkait dengan proses perencanaan. Kehandalan tenaga kerja dapat dilihat dari setiap karyawan yang mengikuti pelatihan yang diadakan oleh perusahaan terkait perencanaan dan pengendalian produksi. Seluruh karyawan mengikuti pelatihan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan bagi karyawan dengan bidang masing-masing.

d. KPI P1 04

KPI P1 04 adalah hubungan antara bagian dalam perusahaan secara internal yang dapat mempengaruhi perusahaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan diantaranya tekanan dalam pekerjaan, penghasilan, fasilitas, bonus serta lingkungan kerja itu sendiri.


(52)

e. KPI P2 01

KPI P2 01 adalah kecepatan dalam melakukan proses perencanaan misalnya perencanaan dalam jadwal waktu produksi, waktu pengiriman maupun waktu pembelian material.

f. KPI P2 02

KPI P2 02 adalah kecepatan dalam membuat perubahan atau perencanaan ulang. Proses ini tentunya membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Pengukuran dapat dilihat dari waktu yang digunakan menyusun ulang dengan target waktu perusahaan.

2. Perspektif Source a. KPI S1 01

KPI S1 01 adalah persentase order yang terkirim tepat waktu. Ketepatan pengiriman bahan baku merupakan salah satu proses yang sangat penting dalam proses produksi. Kecepatan dalam pengiriman bahan baku dapat menimbulkan biaya untuk penyimpanan bahan baku sedangkan keterlambatan pengiriman dapat menimbulkan terhentinya proses produksi.

b. KPI S1 02

KPI S2 01 adalah persentase jumlah pengiriman yang dapat dipenuhi oleh supplier. Data jumlah pemenuhan bahan baku didapatkan dari bagian purchasing. Supplier diharapkan mampu memenuhi keseluruhan pasokan bahan baku yang dibutuhkan oleh perusahaan. Apabila bahan baku yang


(53)

diterima kurang dari jumlah yang dipesan, maka dapat menghambat kegiatan produksi.

c. KPI S1 03

KPI S1 03 adalah jumlah bahan baku yang tidak sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan. Spesifikasi tersebut ditetapkan oleh bagian Quality Assurance (QA). Apabila bahan baku tidak sesuai dengan spesifikasi maka bahan baku tersebut akan dikembalikan pada supplier karena tidak memenuhi syarat untuk diolah pada proses produksi.

d. KPI S1 04

KPI S1 04 adalah kualitas hubungan dengan supplier dilihat dari bagaimana kerjasama dalam pemecahan masalah, kunjungan dari ke supplier. Hubungan tersebut dapat dilihat dari tanggapan supplier kepada perusahaan terhadap komplain serta pemecahan masalahnya.

e. KPI S2 01

KPI S2 01 adalah waktu sejak pemesanan material dilakukan sampai diterima dari suppliersering disebut waktu tunggu. Waktu tunggu yang dimaksud adalah keterlambatan sampainya bahan baku ke perusahaan dari waktu yang telah ditentukan. Waktu tunggu ini sudah ada perjanjian pembelian yang dilakukan oleh perusahaan dan supplier.

f. KPI S2 02

KPI S2 02 adalah waktu tunggu yang dibutuhkan supplier untuk memenuhi permintaan apabila terjadi perubahan jumlah permintaan material. Perubahan bisa berupa penambahan material, bahan baku


(54)

tambahan dibutuhkan perusahaan apabila dalam pengiriman yang pertama, supplier tidak dapat memenuhi jumlah bahan baku yang telah dipesan atau perusahaan membutuhkan bahan baku tambahan karena bahan baku yang ada dirasa masih kurang.

g. KPI S2 03

KPI S2 03 adalah waktu yang dibutuhkan untuk membuat surat pembelian (Purchase order). Pembuatan purchase order adalah langkah awal untuk melakukan pemesanan bahan baku pada supplier. Tahap pembuatan purchase order adalah mulai dari menyusun surat pembelian, menerbitkan surat, dan memberikan pada supplier. Pengukuran dapat dilakukan dengan melihat waktu yang digunakan untuk menyusun purchase order apakah sesuai dengan target waktu yang telah ditetapkan.

h. KPI S3 01

KPI S2 04 adalah waktu yang dibutuhkan untuk memilih supplier untuk melakukan negosiasi pada kurun waktu yang ditetapkan secara mendadak. Perusahaan dituntut cepat dalam mengambil keputusan mengenai pemilihan supplier dengan mempertimbangkan kualitas supplier dan harga bahan baku yang ditawarkan. Negosisasi juga harus dilakukan bersamaan dengan terpilihnya supplier tersebut.

3. Perspektif Make a. KPI M1 01

KPI M1 01 adalah persentase produk yang gagal dalam proses. Pada tahap akhir proses produksi, produk yang sudah jadi tidak langsung dikemas,


(55)

melainkan di uji kualitas terlebih dahulu oleh bagian quality control (QC). Apabila lolos uji, maka produk tersebut dapat dimasukkan kedalam kemasan. Namun jika tidak lolos uji, maka produk tersebut akan dilakukan daur ulang.

b. KPI M1 02

KPI M1 02 adalah persentase kerusakan mesin produksi pada saat proses produksi. Perusahaan mempunyai jadwal pengecekan mesin secara berkala. namun pada perusahaan tidak terdapat mesin cadangan, apabila mesin rusak maka produksi harus terhenti.

c. KPI M1 03

KPI M1 03 adalah kehandalan tenaga kerja bagian produksi dilihat dari jumlah training pertahun, jumlah karyawan yang mendapat training serta kecocokan latar belakang pendidikan karyawan. Data didapat dari bagian HRD berupa banyaknya pelatihan yang diberikan pada karyawan bagian produksi.

d. KPI M2 01

KPI M2 01 adalah persentase kesesuian waktu produksi dengan jumlah produk per hari atau per bulan dalam segala kendala pada aktivitas produksi. Perusahaan mempunyai target untuk jumlah produk yang dapat diproduksi per hari atau per bulannya. Target tersebut disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan karyawan yang bekerja dan mesin yang beroperasi.


(56)

4. Perspektif Deliver a. KPI D1 01

KPI D1 01 adalah persentase jumlah permintaan yang bisa dipenuhi dari total penerimaan pesanan. Ketepatan kuantitas pengiriman sangat perlu diperhatikan untuk menghindari terjadinya komplain pada perusahaan dan juga pengiriman ulang produk karena dapat mengeluarkan biaya tambahan untuk pendistribusian.

b. KPI D1 02

KPI D1 02 adalah persentase ketepatan waktu pengiriman produk. Data didapatkan dari bagian marketing. Pengiriman produk oleh perusahaan ke konsumen yang tersebar dibeberapa wilayah Indonesia dan beberapa di luar negeri.

c. KPI D1 03

KPI D1 03 adalah hubungan antara bagian pengiriman dengan konsumen. Bagian pengiriman harus mampu menjalin hubungan baik dengan pihak konsumen yang dapat dilihat dari tanggapan konsumen terhadap kinerja bagian pengiriman.

d. KPI D1 04

KPI D1 04 adalah kehandalan tenaga kerja bagian marketing dilihat dari jumlah training pertahun, jumlah karyawan yang mendapat training dan kecocokan latar belakang pendidikan karyawan.


(57)

e. KPI D2 01

KPI D2 01 adalah waktu tunggu pengiriman produk ke konsumen. Waktu tunggu yang dimaksud adalah keterlambatan sampainya produk jadi ke konsumen dari waktu yang telah ditentukan. Waktu tunggu ini sudah ada perjanjian pembelian yang dilakukan oleh perusahaan dan pihak konsumen.

f. KPI D3 01

KPI D3 01 adalah lama waktu pemilihan jasa pengiriman untuk pendistribusian produk yang mendadak. Untuk memilih jasa pengiriman, perusahaan tidak harus membutukan waktu yang lama. Jasa pengiriman dibutuhkan untuk mendistribusian semua jenis produk yang telah dihasilkan ke konsumen diberbagai wilayah dalam dan luar negeri.

5. Perspektif Return a. KPI R1 01

KPI R1 01 adalah persentase produk cacat yang dikembalikan oleh konsumen. Pihak perusahaan menerima pengembalian produk cacat dengan jumlah yang tepat untuk diganti dengan produk baru, sejenis dan sesuai jumlah produk cacat yang dikembalikan.

b. KPI R1 02

KPI R1 02 adalah jumlah komplain dari konsumen. Data pencapaian KPI ini didapat dari bagian marketing pada tahun 2015. Konsumen yang melakukan complain datanya akan dicatat pada bagian marketing. Perusahaan tidak mengharapkan adanya komplain dari konsumen. Karena


(58)

dengan adanya komplain menunjukkan bahwa konsumen tidak puas dengan produk yang telah dikirimkan.

c. KPI R1 03

KPI R1 03 adalah persentase keterlambatan penggantian produk cacat kepada konsumen. Produk yang cacat harus segera diganti kepada konsumen dengan waktu yang cepat dan jumlah yang tepat.

d. KPI R2 01

KPI R2 01 adalah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan dan mengatasi komplain dari konsumen. Data pencapaian KPI ini didapatkan dari hasil interview dengan bagian marketing yang menangani komplain konsumen. Perusahaan harus mampu mengatasi segala macam bentuk komplain konsemen karena hal ini berkaitan dengan kepuasan konsumen.

5.1.4. Pengumpulan Data AHP

Data yang digunakan untuk analisisperformansi supply chain, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh dengan cara mencari/menggali secara langsung dari sumbernya oleh peneliti bersangkutan(Sinulingga, 2011). Instrumen yang digunakan dalam analisis performansi supply chaindi PT. Indah Kiat Pulp and Paper adalah kuesioner AHP. Kuesioner AHP disebarkan kepada manager PPIC, managerpurchasing,manager produksi, managertechnical marketing & sales. Pengelompokan responden dapat dilihat pada Tabel 5.3. berikut.


(59)

Tebel 5.3. Pengelompokan Responden Berdasarkan Jabatan

NO Responden Jumlah

(Orang)

1. Manager PPIC 1

2. Managerpurchasing 1

3. Manager produksi 1

4. Manager technical marketing & sales 1

Total 4

Sumber: Pengumpulan Data

Berdasarkan pendekatan model SCOR terdapat 5 perspektif yang menjadi kriteria yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu plan, source, make, deliver dan return. Sedangkan key performance indicator diperoleh dari hasil wawancara dan diskusi oleh pihak perusahaan yang terdapat pada Tabel 5.2.

5.1.5 Struktur Hierarki Performansi Supply Chain

Struktur hierarki bertujuan untuk mengetahui level dan kriteria pengukuran performansi supply chainyang akan digunakan. Kriteria-kriteria yang didapatkan berdasarkan pendekatan model SCOR yang telah disusun kedalam bentuk hierarki seperti Gambar 5.2.


(60)

Gambar 5.2. Hierarki Pengukuran Performansi Supply Chain

Performansi

Supply chain

Plan

Source

Deliver

Make

Return

Reliability

Responsiveness

Reliability

Responsiveness

Flexibilty

Reliability

Responsiveness

Reliability

Responsiveness

Flexibilty

Reliability

Responsiveness

P1 02 P1 03 P1 04 P1 02

P1 01 P2 02 S1 01 S1 02 S1 03 S1 04 S2 01 S2 02 S2 03 S3 01 M1 01 M1 02 M1 03 M2 01 D1 01 D1 02 D1 03 D1 04 D2 01 D3 01 R1 01 R1 02 R1 03 R1 01

Level 0

Level 1

Level 2


(61)

5.1.6. Matriks Perbandingan Berpasangan (Pairwise Comparison) 5.1.6.1. Antar Perspektif KPI (Level 1)

Langkah pertama menghitung tingkat kepentingan perbandinganberpasangan antar perspektif KPI. Adapun data kepentingan perbandinganberpasangan antar perspektif dapat dilihat pada Tabel 5.4.

Tabel 5.4. Matriks Perbandingan Berpasangan Antar Perspektif Responden 1

Plan Source Make Deliver Return

Plan 1 2 1/3 4 3

Source 1/2 1 1/4 4 3

Make 3 4 1 4 3

Deliver 1/4 1/4 1/4 1 2

Return 1/3 1/3 1/3 1/2 1

Responden 2

Plan Source Make Deliver Return

Plan 1 4 1/3 3 2

Source 1/4 1 1/2 2 5

Make 3 2 1 2 3

Deliver 1/3 1/2 1/2 1 1/4

Return 1/2 1/5 1/3 4 1

Responden 3

Plan Source Make Deliver Return

Plan 1 3 1/5 4 3

Source 1/3 1 1/2 1/2 1/5

Make 5 2 1 3 3

Deliver 1/4 2 1/3 1 4

Return 1/3 5 1/3 1/4 1

Responden 4

Plan Source Make Deliver Return

Plan 1 2 1/2 3 4

Source 1/2 1 2 1/4 1/2

Make 2 1/2 1 3 3

Deliver 1/3 4 1/3 1 4


(62)

5.1.6.2. Antar Dimensi KPI (Level 2)

Matriks perbandingan berpasangan dimensi KPI atau level 2yang ditinjau dari kelima perspektif yaitu plan, source, make, deliver dan returnadalah sebagai berikut:

1. Alternatif Terhadap Perspektif Plan

Matriks perbandingannya dapat dilihat pada Tabel 5.5.

Tabel 5.5 Matriks Perbandingan Berpasangan Setiap Dimensi pada Perspektif Plan

Responden 1

Reliability Responsiveness

Reliability 1 3

Responsiveness 1/3 1

Responden 2

Reliability Responsiveness

Reliability 1 2

Responsiveness ½ 1

Responden 3

Reliability Responsiveness

Reliability 1 4

Responsiveness ¼ 1

Responden 4

Reliability Responsiveness

Reliability 1 2

Responsiveness ½ 1

2. Alternatif Terhadap PerspektifSource


(63)

Tabel 5.6 Matriks Perbandingan Berpasangan Setiap Dimensi pada Perspektif Source

Responden 1

Reliability Responsiveness Flexibility

Reliability 1 1/5 2

Responsiveness 5 1 1/2

Flexibility ½ 2 1

`Responden 2

Reliability Responsiveness Flexibility

Reliability 1 5 3

Responsiveness 1/5 1 3

Flexibility 1/3 1/3 1

Responden 3

Reliability Responsiveness Flexibility

Reliability 1 3 4

Responsiveness 1/3 1 2

Flexibility 1/4 1/2 1

Responden 4

Reliability Responsiveness Flexibility

Reliability 1 3 1/4

Responsiveness 1/3 1 1/2

Flexibility 4 2 1

3. Alternatif Terhadap Perspektif Make

Matriks perbandingannya dapat dilihat pada Tabel 5.7.

Tabel 5.7 Matriks Perbandingan Berpasangan Setiap Dimensi pada Perspektif Make

Responden 1

Reliability Responsiveness

Reliability 1 1/2


(64)

Tabel 5.7 Matriks Perbandingan Berpasangan Setiap Dimensi pada Perspektif Make(Lanjutan)

Responden 2

Reliability Responsiveness

Reliability 1 5

Responsiveness 1/5 1

Responden 3

Reliability Responsiveness

Reliability 1 2

Responsiveness ½ 1

Responden 4

Reliability Responsiveness

Reliability 1 1/2

Responsiveness 2 1

4. Alternatif Terhadap Perspektif Deliver

Matriks perbandingannya dapat dilihat pada Tabel 5.8.

Tabel 5.8 Matriks Perbandingan Berpasangan Setiap Dimensi pada Perspektif Deliver

Responden 1

Reliability Responsiveness Flexibility

Reliability 1 1/5 1/3

Responsiveness 5 1 2

Flexibility 3 1/2 1

Responden 2

Reliability Responsiveness Flexibility

Reliability 1 3 4

Responsiveness 1/3 1 1/3

Flexibility 1/4 3 1

Responden 3

Reliability Responsiveness Flexibility

Reliability 1 2 4

Responsiveness 1/2 1 2


(65)

Tabel 5.8 Matriks Perbandingan Berpasangan Setiap Dimensi pada Perspektif Deliver(Lanjutan)

Responden 4

Reliability Responsiveness Flexibility

Reliability 1 3 1/4

Responsiveness 1/3 1 1/3

Flexibility 4 3 1

5. Alternatif Terhadap Perspektif Return

Matriks perbandingannya dapat dilihat pada Tabel 5.9.

Tabel 5.9 Matriks Perbandingan Berpasangan Setiap Dimensi pada Perspektif Return

Responden 1

Reliability Responsiveness

Reliability 1 1/4

Responsiveness 4 1

Responden 2

Reliability Responsiveness

Reliability 1 3

Responsiveness 1/3 1

Responden 3

Reliability Responsiveness

Reliability 1 3

Responsiveness 1/3 1

Responden 4

Reliability Responsiveness

Reliability 1 4

Responsiveness ¼ 1

5.1.6.3. Antar KPI (Level 3)

Matriks perbandingan berpasangan antar KPI atau level 3yang ditinjau dari kelima perspektif pengukuran yaitu plan, source, make, deliver dan return


(66)

dengan mempertimbangkan beberapa dimensi yaitu reliability, responsiveness, dan flexibilityadalah sebagai berikut:

1. Alternatif terhadap perspektif plandan dimensi reliability Matriks perbandingannya dapat dilihat pada Tabel 5.10.

Tabel 5.10 Matriks Perbandingan Berpasangan KPI Perspektif Plan

Reliability

Responden 1

P1 01 P1 02 P1 03 P1 04

P1 01 1 3 1/3 4

P1 02 1/3 1 1/4 4

P1 03 3 4 1 4

P1 04 1/4 ¼ 1/4 1

Responden 1

P1 01 P1 02 P1 03 P1 04

P1 01 1 2 4 1/3

P1 02 1/2 1 2 1/2

P1 03 1/4 ½ 1 2

P1 04 3 2 1/2 1

Responden 1

P1 01 P1 02 P1 03 P1 04

P1 01 1 5 4 2

P1 02 1/5 1 1/4 1/2

P1 03 1/4 4 1 2

P1 04 1/2 2 1/2 1

Responden 1

P1 01 P1 02 P1 03 P1 04

P1 01 1 3 4 2

P1 02 1/3 1 1/2 1/2

P1 03 1/4 2 1 2

P1 04 1/2 2 1/2 1

2. Alternatif terhadap perspektif plandan dimensi responsiveness Matriks perbandingannya dapat dilihat pada Tabel 5.11.


(67)

Tabel 5.11 Matriks Perbandingan Berpasangan KPI Perspektif Plan

Responsiveness

Responden 1

P2 01 P2 02

P2 01 1 4

P2 02 1/4 1

Responden 2

P2 01 P2 02

P2 01 1 1/2

P2 02 2 1

Responden 3

P2 01 P2 02

P2 01 1 1/3

P2 02 3 1

Responden 4

P2 01 P2 02

P2 01 1 2

P2 02 1/2 1

3. Alternatif Terhadap Perspektif Sourcedan dimensi reliability Matriks perbandingannya dapat dilihat pada Tabel 5.12.

Tabel 5.12 Matriks Perbandingan Berpasangan KPI Perspektif

SourceReliability

Responden 1

S1 01 S1 02 S1 03 S1 04

S1 01 1 3 4 4

S1 02 1/3 1 1/4 4

S1 03 1/4 4 1 1/4

S1 04 1/4 1/4 4 1

Responden 2

S1 01 S1 02 S1 03 S1 04

S1 01 1 2 3 2

S1 02 1/2 1 2 4


(68)

Tabel 5.12 Matriks Perbandingan Berpasangan KPI Perspektif

SourceReliability (Lanjutan)

Responden 2

S1 04 1/2 1/4 2 1

Responden 3

S1 01 S1 02 S1 03 S1 04

S1 01 1 5 3 2

S1 02 1/5 1 3 4

S1 03 1/3 1/3 1 1/4

S1 04 1/2 1/4 2 1

Responden 4

S1 01 S1 02 S1 03 S1 04

S1 01 1 3 2 2

S1 02 1/3 1 1/4 1/2

S1 03 1/2 4 1 4

S1 04 1/2 2 1/4 1

4. Alternatif Terhadap Perspektif Sourcedan dimensiresponsiveness Matriks perbandingannya dapat dilihat pada Tabel 5.13.

Tabel 5.13 Matriks Perbandingan Berpasangan KPI Perspektif

SourceResponsiveness

Responden 1

S2 01 S2 02 S2 03

S2 01 1 1/2 1/2

S2 02 2 1 1/4

S203 2 4 1

Responden 2

S2 01 S2 02 S2 03

S2 01 1 2 1/3

S2 02 1/2 1 2


(69)

Tabel 5.13 Matriks Perbandingan Berpasangan KPI Perspektif

SourceResponsiveness (Lanjutan)

Responden 3

S2 01 S2 02 S2 03

S2 01 1 1/4 1/3

S2 02 4 1 2

S203 3 1/2 1

Responden 4

S2 01 S2 02 S2 03

S2 01 1 1/2 4

S2 02 2 1 1/2

S203 1/4 2 1

5. Alternatif Terhadap Perspektif Makedan Dimensi Reliability Matriks perbandingannya dapat dilihat pada Tabel 5.14.

Tabel 5.14 Matriks Perbandingan Berpasangan KPI Perspektif Make

Reliability

Responden 1

M1 01 M102 M1 03

M1 01 1 1/4 1/2 M1 02 4 1 2

M103 2 1/2 1 Responden 2

M1 01 M102 M1 03

M1 01 1 2 1/3 M1 02 1/2 1 1/4 M103 3 4 1

Responden 3

M1 01 M102 M1 03

M1 01 1 3 1/2 M1 02 1/3 1 2


(70)

Tabel 5.14 Matriks Perbandingan Berpasangan Perspektif KPI Make

Reliability(Lanjutan)

Responden 4

M1 01 M102 M1 03

M1 01 1 1/2 1/3 M1 02 2 1 1/2

M103 3 2 1

6. Alternatif Terhadap Perspektif Deliverdan Dimensi Reliability Matriks perbandingannya dapat dilihat pada Tabel 5.15.

Tabel 5.15 Matriks Perbandingan Berpasangan KPI Perspektif Deliver

Reliability

Responden 1

D1 01 D1 02 D1 03 D1 04 D1 01 1 1/3 3 2 D1 02 3 1 1/4 4 D1 03 1/3 4 1 4 D1 04 1/4 1/4 1/4 1

Responden 2

D1 01 D1 02 D1 03 D1 04 D1 01 1 1/4 4 1/2 D1 02 4 1 2 1/2 D1 03 1/4 1/2 1 2 D1 04 2 2 1/2 1

Responden 3

D1 01 D1 02 D1 03 D1 04 D1 01 1 1/2 4 2 D1 02 2 1 1/4 1/2 D1 03 1/4 4 1 1/2 D1 04 1/2 2 2 1


(71)

Tabel 5.15 Matriks Perbandingan Berpasangan Setiap Dimensi pada Perspektif Deliver Reliability (Lanjutan)

Responden 4

D1 01 D1 02 D1 03 D1 04 D1 01 1 3 4 1/2 D1 02 1/3 1 1/2 1/2 D1 03 1/4 2 1 1/3

D1 04 1/2 2 3 1

7. Alternatif Terhadap Perspektif Return dan Dimensi Reliability Matriks perbandingannya dapat dilihat pada Tabel 5.16.

Tabel 5.16 Matriks Perbandingan Berpasangan Setiap Dimensi pada Perspektif Return Reliability

Responden 1

R1 01 R1 02 R1 03

R1 01 1 2 3

R1 02 1/2 1 1/4

R1 03 1/3 4 1 Responden 2

R1 01 R1 02 R1 03

R1 01 1 2 1/3

R1 02 1/2 1 1/4

R1 03 3 4 1 Responden 3

R1 01 R1 02 R1 03

R1 01 1 3 1/3

R1 02 1/3 1 1/2

R1 03 3 2 1 Responden 4

R1 01 R1 02 R1 03

R1 01 1 1/2 1/3

R1 02 2 1 2


(72)

5.2. Pengolahan Data

5.2.1. Perhitungan Rata-rata Pembobotan untuk Setiap Level

Dalam AHP, perhitungan rata-rata pembobotan dilakukan dengan menggunakan rata-rata geometrik. Nilai rata-rata geometrik dianggap sebagai hasil penilaian kelompok dari nilai-nilai yang diberikan oleh responden. Berikut ini adalah contoh perhitungan rata-rata geometrik untuk elemen level 1 antara perspektif plan dengan source dapat dilihat pada Tabel 5.17. Nilai perbandingan diambil dari hasil pengolahan data pada Tabel 5.4.

Tabel 5.17. Rekapitulasi Perbandingan Antara Perspektif Plan dengan

Source

Responden Nilai Perbandingan

1 2

2 4

3 3

4 2

Maka rata-rata geometriknya :

2,1689 2 3 4 2

4

=

= x x x

Dengan cara yang sama rata-rata pembobotan untuk setiap perspektif dicari dan hasil rekapitulasinya dapat dilihat pada Tabel. 5.18.

Tabel 5.18 Perhitungan Rata-rata Pembobotan Setiap Perspektif

Plan Sorce Make Deliver Return

Plan 1.0000 2.1689 0.4066 2.7019 2.3522

Source 0.4611 1.0000 0.6598 1.0000 1.0845

Make 2.4595 1.5157 1.0000 2.3522 2.4082

Deliver 0.3701 1.0000 0.4251 1.0000 1.5157

Return 0.4251 0.9221 0.4152 0.6598 1.0000


(73)

Setelah dilakukan pembobotan rata-rata kemudian dilakukan perhitungan bobot parsial dan konsistensi matriks dengan menggunakan rumus berikut ini (Saaty:1994):

1. Perhitungan Rasio Konsistensi

= (Matriks Perhitungan Rata-Rata Pembobotan) x (Vektor Bobot tiap baris) 2. Perhitungan Konsistensi Vektor

= (Rasio Konsistensi / Bobot Parsial tiap baris) 3. Rata-rata Entri (Zmaks)

maks

Z

=

n

iVektor Konsistens

n

1 i

=

4. Consistency Index (CI)

1 −− =

n n Z

CI maks

5. Consistency Ratio (CR)

Index y Consistenc Random

CI CR =

Jawaban responden dianggap konsisten bila nilai CR < 0,1

Tahap awal melakukan perhitungan bobot parsial dan konsistensi matriks adalah mencari jumlah rata-rata pembobotan untuk setiap perspektif. Perhitungan jumlah rata-rata diambil dari Tabel 5.18. Perhitungan jumlah rata-rata pembobotan untuk perspektif plan adalah:

Jumlah rata-rata pembobotan Plan = 1,0000 + 0,4611+ 2,4598 + 0,3701+ 0,4521


(74)

= 4,7158

Hasil perhitungan jumlah rata-rata pembobotan disajikan pada Tabel 5.19. Tabel 5.19 Penjumlahan Rata-rata Pembobotan Setiap Perspektif

Perspektif Nilai Perbandingan

Plan 4,7158

Source 6,6068

Make 2,9067

Deliver 7,7138

Return 8,3606

Sumber: pengolahan data

Selanjutnya, nilai di setiap sel dibagi dengan hasil penjumlahan yang ada di kolom masing-masing. Hasil pembagian ini disebut dengan matriks normalisasi dimana hasil penjumlahan angka yang terdapat di setiap kolom akan menghasilkan angka 1. Perhitungan matriks normalisasi ini mengambil data dari Tabel 5.18 dan Tabel 5.19. Sebagai contoh maka dilakukan perhitungan terhadap sel pertama kolom plan pada Tabel 5.18.

Nilai matriks sel pertama kolom plan = nilai sel/jumlah rata-rata plan = 1,0000/4,7158

= 0,2121

Setiap sel diolah dengan cara yang sama dengan contoh diatas. kemudian untuk mencari bobot parsial dilakukan dengan mencari rata-rata dari matriks normalisasi hasilnya dapat dilihat pada Tabel 5.20.


(1)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB

HALAMAN

6.2. Analisis Pengukuran Kinerja Supply Chain ... VI-4 6.3. Usulan Perbaikan ... VI-6 6.3.1. Usulan Perbaikan KPI Kategori Merah... VI-7 6.3.2. Usulan Perbaikan KPI Kategori Kuning ... VI-8

VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan ... VII-1 7.2. Saran ... VII-2

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(2)

1.1.Data Pengiriman Supplier ... I-2 1.2. Data Pemenuhan Order Kepada Pelanggan ... I-3 3.1. Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan ... III-13 3.2. Random Index untuk Beberapa Ukuran Matriks ... III-14

4.1. Pengelompokan Responden Berdasarkan Jabatan ... IV-2

5.1. Tahap Awal Penentuan Key Performansi Indicator ... V-4

5.2. Validasi Key Performansi Indicator(KPI) ... V-8

5.3. Pengelompokan Responden Berdasarkan Jabatan ... V-18

5.4. Matriks Perbandingan Berpasangan Antar Perspektif ... V-20

5.5. Matriks Perbandingan Berpasangan Setiap Dimensi pada

Perspektif Plan ... V-21

5.6. Matriks Perbandingan Berpasangan Setiap Dimensi pada

Perspektif Source ... V-22

5.7. Matriks Perbandingan Berpasangan Setiap Dimensi pada

Perspektif Make ... V-22

5.8. Matriks Perbandingan Berpasangan Setiap Dimensi pada

Perspektif Deliver... V-23

5.9. Matriks Perbandingan Berpasangan Setiap Dimensi pada


(3)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.10. Matriks Perbandingan Berpasangan KPI Perspektif Plan

Reliability ... V-25 5.11. Matriks Perbandingan Berpasangan KPI Perspektif Plan

Responsiveness ... V-26 5.12. Matriks Perbandingan Berpasangan KPI Perspektif Source

Reliability ... V-26 5.13. Matriks Perbandingan Berpasangan KPI Perspektif Source

Responsiveness ... V-27 5.14. Matriks Perbandingan Berpasangan KPI Perspektif Make

Reliability ... V-28 5.15. Matriks Perbandingan Berpasangan KPI Perspektif Deliver

Reliability ... V-29 5.16. Matriks Perbandingan Berpasangan KPI Perspektif Return

Reliability ... V-30 5.17. Rekapitulasi Perbandingan Antara Perspektif Plan dengan

Source ... V-31 5.18. Perhitungan Rata-rata Pembobotan Setiap Perspektif ... V-31 5.19. Penjumlahan Rata-rata Pembobotan setiap Perspektif ... V-33


(4)

5.22. Hasil Pembobotan Dimensi Masing-masing Perspektif

Pada Level 2 ... V-36 5.23. Hasil Pembobotan KPI Masimg-masing Dimensi pada

Level 3 ... V-38 5.24. Nilai Bobot Total Masing-masing KPI ... V-40 5.25. Data Target dan Realisasi KPI Perusahaan ... V-41 5.26. Data Nilai Optimis dan Nilai Pesimis Setiap Key

Performance Indicator (KPI) ... V-43 5.27. Skema Pengukuran Kinerja Supply Chain Perspektif

Plan ... V-47 5.28. Skema Pengukuran Kinerja Supply Chain Perspektif

Source ... V-47 5.29. Skema Pengukuran Kinerja Supply Chain Perspektif

Make ... V-48 5.30. Skema Pengukuran Kinerja Supply Chain Perspektif

Deliver ... V-48 5.31. Skema Pengukuran Kinerja Supply Chain Perspektif

Return ... V-49


(5)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

6.1. Pembobotan Perspektif Pada Level 1 ... VI-1

6.2. Pembobotan Dimensi Masing-masing Perspektif pada

Level 2 ... VI-2 6.3. Hasil Pembobotan KPI Masing-masing Dimensi

(Level 3) ... VI-3 6.4. KPI dengan Kategori Hijau ... VI-4 6.5. KPI dengan kategori Kuning ... VI-5 6.6. KPI dengan kategori Merah ... VI-6 6.4. Usulan Perbaikan Indikator Kinerja Supply Chain

Kategori Merah ... VI-7 6.5. Usulan Perbaikan Indikator Kinerja Supply Chain


(6)

2.1. StrukturOrganisasi PT Indah KiatPulp & Paper

Perawang ... II-9

3.1. Simplifikasi Model Supply Chain dan 3 Macam Aliran

yang dikelola ... III-2 3.2. Lima Proses Inti Pada Model SCOR ... III-5 3.3. Skema Penilaian Berdasarkan Model OMAX ... III-15 4.1. Kerangka Konseptual Penelitian ... IV-3 4.2. Langkah-langkah Metode Penelitian... IV-5 5.1. Klasifikasi Aktivitas Supply Chain PT. Indah Kiat Pulp

and Paper ... V-3 5.2. Hierarki Pengukuran Performansi Supply Chain ... V-19