Perancangan Interior Museum Astronomi.

(1)

vii

ABSTRACT

Astronomy is a part of science, and considered as the earliest of human civilization. The many benefits of astronomy to human life, makes astronomy as one of science mandatory for education and technology of a country. Lack of human resources who are experts in the field of astronomy, and institutions that provide an introduction to and education in astronomy, causing low astronomy activities in Indonesia than other developing countries. Therefore we need the institution that can facilitate, motivate, and explain the science of astronomy as more interesting and easily understood by the public, which is museums.

The presence of an astronomy museum as well as educational and recreational facilities aimed at enhancing public appreciation of museums. Explanation of the science of astronomy through the display of two-dimensional and three-dimensional arranged based on the scope of which will be explained, making it easier to understand. The use of outer space in the design concept as the visualization of astronomical science, able to create an atmosphere of space that is able to attract the attention of lovers of astronomy and the general public to know the science of astronomy without feeling bored.


(2)

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

LEMBAR PENGESAHAN ii

PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN iii PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN iv

KATA PENGANTAR v

ABSTRACT vii

DAFTAR ISI viii

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR TABEL xiv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Ide/Gagasan 3

1.3 Rumusan Masalah 4

1.4 Tujuan Perancangan 4

1.5 Sistematika Penulisan 5

BAB II KAJIAN TEORI

2.1 Museum 6

2.1.1 Pengertian Museum 6

2.1.2 Sejarah Museum 7

2.1.3 Fungsi Museum 9

2.1.4 Tipe Museum 10

2.1.5 Sistem Pameran 11

2.1.5.1 Bentuk Pameran 11

2.1.5.2 Teknik Penyajian Pameran 12

2.1.6 Prinsip Tata Pamer 12

2.1.6.1 Tata Ruang 13

2.1.6.2 Tata Peletakan 15

2.1.6.3 Sirkulasi Tata Pamer 18

2.1.7 Pencahayaan Museum 20


(3)

ix

2.1.9 Keamanan Museum 22

2.1.10 Lingkup Pengunjung 22

2.1.11 Akses Publik Museum 23

2.11.1.1 Akses Fisik 23

2.11.1.2 Akses Intelektual 24

2.2 Astronomi 25

2.2.1 Pengerian Astronomi 25

2.2.2 Sejarah Astronomi 25

2.2.3 Bintang 26

2.2.3.1 Klasifikasi Bintang 27

2.3 Planetarium 28

2.3.1 Sejarah Planetarium 29

2.3.2 Jenis-Jenis Planetarium 30

2.3.2.1 Jenis Planetarium berdasarkan ukuran dome 30 2.3.2.2 Jenis Planetarium berdasarkan sifatnya 31

BAB III DESKRIPSI OBJEK STUDI

3.1 Fungsi Objek Studi 32

3.2 Ide Implementasi Konsep pada Objek Studi 35

3.2.1 Penjelasan Konsep 35

3.2.2 Implementasi Konsep 38

3.3 Analisa Fisik 41

3.3.1 Analisa Site 42

3.3.2 Analisa Bangunan 43

3.4 Analisa Fungsional 45

3.4.1 User 45

3.4.2 Kebutuhan Ruang 45

3.4.3 Besaran Ruang 48

3.4.4 Flow of Activity User 51

3.4.5 Hubungan Kedekatan Ruang 52

3.4.6 Zoning Blocking 53


(4)

x

BAB IV ANALISA PERANCANGAN

4.1 Konsep Perancangan 58

4.2 Tema Perancangan 59

4.3 Perancangan Museum Astronomi 59

4.4 Story Line Area Pameran Museum Astronomi 64 4.5 Perancangan Area Pameran Museum Astronomi 65

4.5.1 Ruang Pamer Utama 65

4.5.2 Space Time Hole 72

4.5.3 Museum Hall 74

4.5.4 Astronomy Game Center 75

BAB V PENUTUP 77

5.1 Simpulan 77

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(5)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Adler Planetarium and Astonomy Museum 11

Gambar 2.2 Open Plan 13

Gambar 2.3 Linear 13

Gambar 2.4 Loop 14

Gambar 2.5 Complex 14

Gambar 2.6 Labyrinth 15

Gambar 2.7 Terpusat 15

Gambar 2.8 Linear 16

Gambar 2.9 Radial 16

Gambar 2.10 Cluster 17

Gambar 2.11 Grid 17

Gambar 2.12 Tata pamer terbuka 18

Gambar 2.13 Tata pamer terpisah 4 bagian 18

Gambar 2.14 Tata pamer terbuka kedua sisi 19

Gambar 2.15 Variasi sirkulasi terpotong 19

Gambar 2.16 Sirkulasi bercabang 20

Gambar 2.17 Pemasangan penerangan 21

Gambar 2.18 Pencahayaan pada ruangan 21

Gambar 2.19 Bintang Sirius-B 27

Gambar 2.20 Planetarium 29

Gambar 2.21 Universarium 30

Gambar 3.1 Denah site plan 33


(6)

xii

Gambar 3.3 Tampak depan tower A 34

Gambar 3.4 Denah Lantai LG2 35

Gambar 3.5 Denah Lantai LG1 35

Gambar 3.6 Denah Lantai GF 35

Gambar 3.7 Denah Lantai 1 36

Gambar 3.8 Denah Lantai 2 36

Gambar 3.9 Antariksa 37

Gambar 3.10 Studi Image Bentuk 38

Gambar 3.11 Studi Image Bentuk 39

Gambar 3.12 Studi Image Lighting 40

Gambar 3.13 Tampak depan Tower A 44

Gambar 3.14 Tampak samping Tower A 44

Gambar 3.15 Bubble Diagram 51

Gambar 3.16 Zoning Lantai GF 52

Gambar 3.17 Zoning Lantai LG1 52

Gambar 3.18 Zoning Lantai LG2 53

Gambar 3.19 Puspa Iptek Sundial 55

Gambar 3.20 Ruang Tiket Puspa Iptek 55

Gambar 3.21 Area pintu masuk Puspa Iptek 56

Gambar 3.22 Area Pameran Puspa Iptek 56

Gambar 3.23 Akses vertikal Puspa Iptek 56

Gambar 3.24 Pencahayaan alami 57

Gambar 3.25 Area Pamer Outdoor 57

Gambar 3.26 Toko Souvenir 57

Gambar 3.27 Laboratorium cilik 57


(7)

xiii

Gambar 4.2 Lobbi Museum Astronomi 60

Gambar 4.3 Denah Lantai 1 61

Gambar 4.4 Denah Lantai 2 61

Gambar 4.5 Denah Lantai LG1 62

Gambar 4.6 Denah Lantai LG2 63

Gambar 4.7 Potongan Bangunan 63

Gambar 4.8 Potongan Bangunan 63

Gambar 4.9 Perspektif Entrance to the hall 66

Gambar 4.10 Pola Lantai LG2 67

Gambar 4.11 Tampak Potongan Area Pameran 68

Gambar 4.12 Tampak Potongan Area Pameran 68

Gambar 4.13 Denah Ceiling 69

Gambar 4.14 Furniture 70

Gambar 4.15 Ruang Pamer Tata Surya 71

Gambar 4.16 Ruang Pamer Bintang 71

Gambar 4.17 Ruang Pamer Galaksi 72

Gambar 4.18 Sign Space Time Hole 72

Gambar 4.19 Space Time Hole 73

Gambar 4.20 Museum Hall LG2 75


(8)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tabel Klasifikasi Bintang 28

Tabel 3.1 Tabel Analisa Site 40

Tabel 3.2 Tabel Analisa Bangunan 42

Tabel 3.3 Tabel Pola Aktivitas 45

Tabel 3.4 Tabel Kebutuhan Ruang 46


(9)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan dalam segala bidang. Pesatnya laju pembangunan di Indonesia menyebabkan terjadinya peningkatan taraf hidup masyarakat, peningkatan taraf pendidikan, dan kemajuan di bidang teknologi. Hal ini menyebabkan ilmu pengetahuan sebagai salah satu pilar penting dalam menciptakan

Alam merupakan suatu objek yang menarik untuk dijadikan bahan penelitian. Penelitian tentang alam dan sekitarnya seperti daratan, lautan, ruang udara dan ruang angkasa beserta benda-benda langit lainnya sudah berlangsung sejak ribuan tahun


(10)

2 yang lalu. Pada waktu tertentu, benda-benda langit seperti planet, bintang, meteor, bulan, dan juga komet, dapat dilihat oleh manusia dengan mata telanjang. Pemunculan benda-benda langit dan fenomena alam lainnya terjadi secara berulang-ulang dan teratur atau berkala sehingga mengakibatkan manusia mengenal dimensi waktu. Dimensi waktu menjadi salah satu penting dalam proses pengamatan, sehingga mendorong lahirnya suatu ilmu pengetahuan yang sangat diperlukan dalam kehidupan manusia. Ilmu pengetahuan tersebut dikenal dengan ilmu astronomi.

Astronomi merupakan bagian dari sains, dan dianggap sebagai ilmu yang paling awal dalam peradaban manusia. Ilmu astronomi sudah dikenal sejak sekitar 3000 tahun sebelum jaman Babilonia kuno. Sejalan dengan kemajuan teknologi pengamatan, maka munculah pemikiran baru sehingga pemahaman tentang alam semesta semakin berkembang. Pemahaman ilmu astronomi modern diawali pada tahun 1543, saat meninggalnya Nicolaus Copernicus. Nicolaus Copernicus terkenal dengan teori Heliosentris-nya, dimana matahari sebagai pusat tata surya, merupakan sumbangan besar bagi ilmu pengetahuan. Teori Heliosentris ini juga didukung oleh Galileo yang untuk pertama kalinya melakukan penelitian terhadap keadaan langit dengan menggunakan teleskop pada tahun 1609. Sejak saat itu ilmu astronomi semakin berkembang sejalan dengan ditemukannya alat-alat dan teknologi yang membantu manusia dalam melakukan penelitian.

Berbagai pengetahuan astronomi yang telah diteliti dan diamati oleh manusia, telah menyumbangkan banyak manfaat terhadap kehidupan di bumi hingga saat ini. Bukti dari manfaat ilmu astronomi bagi kehidupan manusia antara lain matahari sebagai penunjuk waktu, menjadikan perputaran siang dan malam menjadi dasar dari perhitungan hari, pergantian bulan yang menjadi patokan dalam penanggalan dan menandai pergantian musim. Di masa silam nenek moyang kita mengarungi laut menggunakan peta bintang untuk mengetahui arah selama pelayaran. Seiring dengan berkembangnya teknologi, banyak terungkap pengetahuan ilmu astronomi yang berhubungan erat dengan antariksa. Banyaknya manfaat ilmu astronomi terhadap kehidupan manusia, menjadikan astronomi sebagai salah satu ilmu wajib bagi kemajuan bidang pendidikan dan teknologi suatu negara.

Memasuki abad 20, manusia menganggap langit dan semua unsur yang terdapat di dalamnya adalah objek untuk dieksplorasi, bahkan saat ini manusia memandang alam semesta ini sebagai suatu objek yang harus dikuasai. Hal ini terbukti dengan semakin banyaknya perjalanan ke luar angkasa, baik untuk penelitian


(11)

3 maupun rekreasi. Dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya, kegiatan astronomi di Indonesia masih tergolong rendah, karena masih kurang mendapatkan perhatian dari masyarakat dan pemerintah. Hal ini selain disebabkan kurangnya sumber daya manusia yang ahli dalam bidang astronomi dan lembaga yang memberikan pengenalan dan pendidikan di bidang astronomi. Walau sudah diperkenalkan sejak bangku sekolah dasar, pengetahuan tentang astronomi masih kurang diminati oleh masyarakat di Indonesia, karena tidak ada penjelasan tentang penerapan astronomi dalam kehidupan sehari-hari, sehingga pengetahuan tentang astronomi cenderung tidak dikuasai dan dikembangkan.

Proses untuk mengenal lebih dalam mengenai ilmu dan teknologi astronomi dapat dilakukan melalui pendidikan formal maupun informal. Bentuk pengenalan tersebut dapat dilakukan melalui pendidikan informal dengan dilengkapi sebuah wadah yang dapat memfasilitasi, memotivasi, dan memaparkan ilmu pengetahuan astronomi sehingga menjadi lebih menarik dan mudah dimengerti oleh masyarakat. Adanya fenomena tersebut menyebabkan diperlukannya sebuah sarana yang rekreatif dan edukatif untuk memperkenalkan ilmu tentang astronomi dan perkembangannya secara interaktif, menarik, dan memberikan kesan tersendiri, yang diharapkan dapat memotivasi berbagai generasi.

Maka dari itu, dibutuhkan sebuah wadah yang mampu menampung segala kebutuhan yang diperlukan dalam memperkenalkan ilmu astronomi, salah satunya adalah fasilitas museum. Museum Astronomi dianggap dapat menjadi wadah bagi masyarakat dan pencinta astronomi untuk mempelajari, mendalami, dan mengembangkan ilmu astonomi dengan fasilitas yang mendukung dan memadai sehingga mampu bersaing dengan negara lain.

1.2 Gagasan/Ide

Museum Astronomi ini bertujuan memberikan hiburan dan edukasi yang berkaitan dengan ilmu astronomi. Museum ini diperuntukan bagi masyarakat umum dan pecinta astronomi dari segala kalangan dan usia. Gedung museum astronomi ini terdiri dari ruang pameran utama, mini planetarium atau ruang audio visual, perpustakaan, ruang seminar, café dan toko souvenir.

Area pameran menjadi bagian utama dalam perancangan museum astronomi ini. Bentuk pameran menampilkan gambar atau foto yang berkaitan dengan


(12)

4 astronomi, alat peraga interaktif, miniatur dengan skala yang sesuai, juga secara audio-visual.

Perancangan interior museum astronomi ini menekankan ciri khas astronomi sebagai kajian ilmu yang menarik, jauh berpikir ke depan dan juga penuh dengan misteri. Menciptakan suasana ruang dengan fenomena-fenomena astronomi yang menarik sehingga mempermudah masyarakat awam maupun pecinta astronomi dalam memahami ilmu astronomi. Perancangan interior museum astonomi ini juga tetap memperhatikan sisi kenyamanan, nilai estetis dan fungsional.

Lokasi perancangan berada di kawasan Bogor Nirwana Residence, Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi di Bogor ini dikarenakan kota Bogor merupakan kota yang strategis, dikelilingi kota-kota seperti Jakarta, Depok, Tangerang, Bekasi, Karawang, Bandung. Selain itu akses menuju Bogor dari kota-kota tersebut tidak menimbulkan kemacetan, seperti menuju ke arah Jakarta. Sarana pendidikan melalui museum di Kota Bogor pun masih belum berkembang. Pertimbangan lainnya, Kota Bogor merupakan daerah yang cukup banyak dikunjungi wisatawan, diantaranya tempat wisata Taman Safari Indonesia, Kebun Raya Bogor, yang juga merupakan sarana pendidikan dan rekreasi. Dengan adanya museum astromi di Bogor diharapkan dapat menarik wisatawan untuk belajar dan berekreasi di museum ini.

1.3 Rumusan Masalah

1.3.1 Bagaimana merancang interior museum astronomi yang mampu mewadahi pecinta astronomi maupun masyarakat awam pada umumnya untuk mengerti dan tertarik terhadap astronomi?

1.3.2 Bagaimana merancang interior museum astronomi sebagai sarana pendidikan namun juga sekaligus menjadi sarana rekreatif?

1.4 Tujuan Perancangan

1.4.1 Meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap museum melalui perancangan interior.

1.4.2 Menciptakan suasana ruang yang mampu menarik perhatian pecinta astonomi maupun masyarakat awam untuk mengenal astronomi tanpa merasa jenuh.


(13)

5 1.4.3 Menciptakan perancangan ruang sebagai visualisasi dari ilmu astronomi itu

sendiri.

1.4.4 Sebagai sarana pendidikan yang berdaya guna.

1.5 Sistematika Penulisan

Dalam Bab I penulis memaparkan latar balakang masalah, gagasan/ide, rumusan masalah, tujuan perancangan dan sistematika penulisan.

Dalam Bab II penulis memaparkan tentang studi literatur mengenai museum dan astronomi.

Dalam Bab III penulis memaparkan fungsi objek studi, ide implementasi konsep pada objek studi, analisa fisik, analisa fungsional dan studi banding.

Dalam Bab IV, penulis memaparkan perancangan serta visualisasi desain museum astronomi.

Dalam Bab V, penulis memaparkan simpulan yang didapat selama proses perancangan museum astronomi.


(14)

77

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Perancangan museum astronomi sebagai suatu fasilitas publik perlu memperhatikan standar-standar perancangan sebuah museum yang tidak boleh diabaikan oleh perancang. Secara keseluruhan perancangan museum astronomi lebih ke arah pembangunan suasana ruang, sehingga dapat diterima baik oleh semua kalangan. Museum ini selain menjadi sarana pendidikan juga dapat menjadi sarana rekreatif.

Pada proses perancangan interior museum astronomi ini, konsep dan tema didasari kajian pustaka, landasan teori, dan tinjauan faktual. Konsep mempergunakan antariksa, hal ini untuk mendukung penjelasan teori


(15)

78 astronomi secara lebih mudah dan menarik untuk dimengerti oleh para pengunjung. Penggunaan tema misterius merupakan bagian dari sifat ilmu astronomi yang diadaptasi melalui kesan pada perancangan interior.

Perancangan museum juga harus memperhatikan fungsi ruang, kenyamanan, keamanan pengunjung maupun barang display, dan nilai estetisnya. Penggunaan sirkulasi jalan linear pada museum ini juga membantu pengunjung dalam mempermudah mengerti penjelasan yang akan dipaparkan, dan tidak perlunya museum guide. Maka dari itu history line dari sebuah museum harus dirancang dengan jelas pula, sehingga ada kesinambungan antara satu dengan lainnya.

Pada perancangan museum astronomi ini, penulis mencoba mengekspresikan sisi lain dari museum, sehingga pengunjung tidak merasa bosan, melainkan tertarik dalam mengunjugi museum. Maka dari itu perancangan museum ini memberikan suasana ruang yang menarik baik dari pemilihan material, furniture, dan pencahayaan.


(16)

DAFTAR PUSTAKA

BP Planetarium Jakarta. 1996. Planetarium Jakarta Tempat Wisata Ilmiah, Jakarta, Pemerintah DKI Jakarta

Christine M. Piotrowski, ASID, IIDA dan Elizabeth A. Rogers, IIDA. 2007. Designing Commercial Interiors, John Wiley & Sons, Inc , Hoboken, New Jersey

Deciara Joseph, Julius Panero, Martin Zelnik. Time Saver Standards For Interior Design And Space Planning Second Edition, Mc Graw-hill

DK Cing, Francis. 1999. Arsitektur Bentuk Ruang dan Tatanan edisi 2, Jakarta: Erlangga Hunter, Gemma. 1976. Museums and art galleries, London

Neufert, Ernst. 1990. Data Arsitek Edisi Kedua Jilid 1, Jakarta: Penerbit Erlangga. Neufert, Ernst. 1990. Data Arsitek Edisi Kedua Jilid 2, Jakarta: Penerbit Erlangga.

Mathews Geoff.1991. Museum and Art Galleries, a design and development guide. Butter worth Architecture.

UPT Observatorium Bosscha ITB. 1995. Perjalanan Mengenal Astronomi, Bandung: ITB Bandung

www.vendian.org/mncharity/dir3/starcolor/ 9 Oktober 2010

www.museum.upenn.edu/new/exhibits/online_exhibits 22 September 2010 www.dunia-astronomi.com 18 September 2010

www.museum.upenn.edu/new/exhibits/online_exhibit.html 16 Januari 2011


(1)

3 maupun rekreasi. Dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya, kegiatan astronomi di Indonesia masih tergolong rendah, karena masih kurang mendapatkan perhatian dari masyarakat dan pemerintah. Hal ini selain disebabkan kurangnya sumber daya manusia yang ahli dalam bidang astronomi dan lembaga yang memberikan pengenalan dan pendidikan di bidang astronomi. Walau sudah diperkenalkan sejak bangku sekolah dasar, pengetahuan tentang astronomi masih kurang diminati oleh masyarakat di Indonesia, karena tidak ada penjelasan tentang penerapan astronomi dalam kehidupan sehari-hari, sehingga pengetahuan tentang astronomi cenderung tidak dikuasai dan dikembangkan.

Proses untuk mengenal lebih dalam mengenai ilmu dan teknologi astronomi dapat dilakukan melalui pendidikan formal maupun informal. Bentuk pengenalan tersebut dapat dilakukan melalui pendidikan informal dengan dilengkapi sebuah wadah yang dapat memfasilitasi, memotivasi, dan memaparkan ilmu pengetahuan astronomi sehingga menjadi lebih menarik dan mudah dimengerti oleh masyarakat. Adanya fenomena tersebut menyebabkan diperlukannya sebuah sarana yang rekreatif dan edukatif untuk memperkenalkan ilmu tentang astronomi dan perkembangannya secara interaktif, menarik, dan memberikan kesan tersendiri, yang diharapkan dapat memotivasi berbagai generasi.

Maka dari itu, dibutuhkan sebuah wadah yang mampu menampung segala kebutuhan yang diperlukan dalam memperkenalkan ilmu astronomi, salah satunya adalah fasilitas museum. Museum Astronomi dianggap dapat menjadi wadah bagi masyarakat dan pencinta astronomi untuk mempelajari, mendalami, dan mengembangkan ilmu astonomi dengan fasilitas yang mendukung dan memadai sehingga mampu bersaing dengan negara lain.

1.2 Gagasan/Ide

Museum Astronomi ini bertujuan memberikan hiburan dan edukasi yang berkaitan dengan ilmu astronomi. Museum ini diperuntukan bagi masyarakat umum dan pecinta astronomi dari segala kalangan dan usia. Gedung museum astronomi ini terdiri dari ruang pameran utama, mini planetarium atau ruang audio visual, perpustakaan, ruang seminar, café dan toko souvenir.

Area pameran menjadi bagian utama dalam perancangan museum astronomi ini. Bentuk pameran menampilkan gambar atau foto yang berkaitan dengan


(2)

4 astronomi, alat peraga interaktif, miniatur dengan skala yang sesuai, juga secara audio-visual.

Perancangan interior museum astronomi ini menekankan ciri khas astronomi sebagai kajian ilmu yang menarik, jauh berpikir ke depan dan juga penuh dengan misteri. Menciptakan suasana ruang dengan fenomena-fenomena astronomi yang menarik sehingga mempermudah masyarakat awam maupun pecinta astronomi dalam memahami ilmu astronomi. Perancangan interior museum astonomi ini juga tetap memperhatikan sisi kenyamanan, nilai estetis dan fungsional.

Lokasi perancangan berada di kawasan Bogor Nirwana Residence, Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi di Bogor ini dikarenakan kota Bogor merupakan kota yang strategis, dikelilingi kota-kota seperti Jakarta, Depok, Tangerang, Bekasi, Karawang, Bandung. Selain itu akses menuju Bogor dari kota-kota tersebut tidak menimbulkan kemacetan, seperti menuju ke arah Jakarta. Sarana pendidikan melalui museum di Kota Bogor pun masih belum berkembang. Pertimbangan lainnya, Kota Bogor merupakan daerah yang cukup banyak dikunjungi wisatawan, diantaranya tempat wisata Taman Safari Indonesia, Kebun Raya Bogor, yang juga merupakan sarana pendidikan dan rekreasi. Dengan adanya museum astromi di Bogor diharapkan dapat menarik wisatawan untuk belajar dan berekreasi di museum ini.

1.3 Rumusan Masalah

1.3.1 Bagaimana merancang interior museum astronomi yang mampu mewadahi pecinta astronomi maupun masyarakat awam pada umumnya untuk mengerti dan tertarik terhadap astronomi?

1.3.2 Bagaimana merancang interior museum astronomi sebagai sarana pendidikan namun juga sekaligus menjadi sarana rekreatif?

1.4 Tujuan Perancangan

1.4.1 Meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap museum melalui perancangan interior.

1.4.2 Menciptakan suasana ruang yang mampu menarik perhatian pecinta astonomi maupun masyarakat awam untuk mengenal astronomi tanpa merasa jenuh.


(3)

5 1.4.3 Menciptakan perancangan ruang sebagai visualisasi dari ilmu astronomi itu

sendiri.

1.4.4 Sebagai sarana pendidikan yang berdaya guna.

1.5 Sistematika Penulisan

Dalam Bab I penulis memaparkan latar balakang masalah, gagasan/ide, rumusan masalah, tujuan perancangan dan sistematika penulisan.

Dalam Bab II penulis memaparkan tentang studi literatur mengenai museum dan astronomi.

Dalam Bab III penulis memaparkan fungsi objek studi, ide implementasi konsep pada objek studi, analisa fisik, analisa fungsional dan studi banding.

Dalam Bab IV, penulis memaparkan perancangan serta visualisasi desain museum astronomi.

Dalam Bab V, penulis memaparkan simpulan yang didapat selama proses perancangan museum astronomi.


(4)

77

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Perancangan museum astronomi sebagai suatu fasilitas publik perlu memperhatikan standar-standar perancangan sebuah museum yang tidak boleh diabaikan oleh perancang. Secara keseluruhan perancangan museum astronomi lebih ke arah pembangunan suasana ruang, sehingga dapat diterima baik oleh semua kalangan. Museum ini selain menjadi sarana pendidikan juga dapat menjadi sarana rekreatif.

Pada proses perancangan interior museum astronomi ini, konsep dan tema didasari kajian pustaka, landasan teori, dan tinjauan faktual. Konsep mempergunakan antariksa, hal ini untuk mendukung penjelasan teori


(5)

78 astronomi secara lebih mudah dan menarik untuk dimengerti oleh para pengunjung. Penggunaan tema misterius merupakan bagian dari sifat ilmu astronomi yang diadaptasi melalui kesan pada perancangan interior.

Perancangan museum juga harus memperhatikan fungsi ruang, kenyamanan, keamanan pengunjung maupun barang display, dan nilai estetisnya. Penggunaan sirkulasi jalan linear pada museum ini juga membantu pengunjung dalam mempermudah mengerti penjelasan yang akan dipaparkan, dan tidak perlunya museum guide. Maka dari itu history line dari sebuah museum harus dirancang dengan jelas pula, sehingga ada kesinambungan antara satu dengan lainnya.

Pada perancangan museum astronomi ini, penulis mencoba mengekspresikan sisi lain dari museum, sehingga pengunjung tidak merasa bosan, melainkan tertarik dalam mengunjugi museum. Maka dari itu perancangan museum ini memberikan suasana ruang yang menarik baik dari pemilihan material, furniture, dan pencahayaan.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

BP Planetarium Jakarta. 1996. Planetarium Jakarta Tempat Wisata Ilmiah, Jakarta, Pemerintah DKI Jakarta

Christine M. Piotrowski, ASID, IIDA dan Elizabeth A. Rogers, IIDA. 2007. Designing Commercial Interiors, John Wiley & Sons, Inc , Hoboken, New Jersey

Deciara Joseph, Julius Panero, Martin Zelnik. Time Saver Standards For Interior Design And Space Planning Second Edition, Mc Graw-hill

DK Cing, Francis. 1999. Arsitektur Bentuk Ruang dan Tatanan edisi 2, Jakarta: Erlangga Hunter, Gemma. 1976. Museums and art galleries, London

Neufert, Ernst. 1990. Data Arsitek Edisi Kedua Jilid 1, Jakarta: Penerbit Erlangga. Neufert, Ernst. 1990. Data Arsitek Edisi Kedua Jilid 2, Jakarta: Penerbit Erlangga.

Mathews Geoff.1991. Museum and Art Galleries, a design and development guide. Butter worth Architecture.

UPT Observatorium Bosscha ITB. 1995. Perjalanan Mengenal Astronomi, Bandung: ITB Bandung

www.vendian.org/mncharity/dir3/starcolor/ 9 Oktober 2010

www.museum.upenn.edu/new/exhibits/online_exhibits 22 September 2010 www.dunia-astronomi.com 18 September 2010

www.museum.upenn.edu/new/exhibits/online_exhibit.html 16 Januari 2011