Perancangan Interior Madame Tussauds Wax Museum.

(1)

i

ABSTRACTION

Indonesia has many tourism assets which can be processed, one of which is in the field of arts and culture. Indonesian arts itself is very diverse, ranging from dance, music, painting, or sculpture. Art that can be processed into one tourism asset of which is the wax sculpture. From this, arose an idea how to preserve the wax sculpture which at once can be an asset of Indonesian tourism. One way that can be done is to create a wax museum, whose contents exhibit the works of wax figure of the character in the domestic and foreign affairs are .important for the world. Therefore, interior design of Madame Tussauds Wax Museum, museum that showcased figure of famous people, can be a way out for the development of Indonesian tourism, and the preservation an development of wax sculpture that has not been widely known to the public. Theme ” Inform Indonesia to the world and introducing the world to Indonesia” is expected to be a bridge for Indonesia to get to know the world more

broadly. Development and growth of museum in modern times has been very fast, both in terms of facilities and building form. A good museum is the museum that adjust the design of the form, color, material selection, and good lighting settings to create a comfortable atmosphere for visitors as well as informative and educative. By using the concept ”walk in time”, Madame Tussauds Wax Museum can deliver the visitors to the various times, be it past, present, and future, also meet directly with famous figure, and finally get valuable experiences which unforgettable.


(2)

ii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI

ABSTRACTION i

PRAKATA ii

DAFTAR ISI iii

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR TABEL ix

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Ide Gagasan Proyek 4

1.3 Identifikasi Masalah 6

1.4 Tujuan Perancangan 6

1.5 Sistematika Penulisan 6

BAB II MUSEUM PATUNG LILIN DAN FASILITASNYA 8

2.1 Deskripsi Umum Museum 8

2.1.1 Pengertian Museum 8

2.1.2 Fungsi dan Peranan Museum 10

2.1.3 Dasar Pendirian Museum 11

2.1.4 Klasifikasi Museum 11

2.1.5 Syarat Pendirian Museum 12

2.1.6 Perencanaan Pendirian Museum 22

2.1.7 Pelaksanaan Pendirian Museum 23

2.1.8 Permohonan Pendirian Museum 24

2.1.9 Program Kegiatan Museum 25

2.1.10 Standar Ergonomi Museum 26

2.1.11 Sistem Keamanan Museum 29

2.2 Madame Tussauds 33

2.2.1 Sejarah Museum Madame Tussauds 34


(3)

iii

2.2.3 Perawatan (Maintenance) 43

BAB III MADAME TUSSAUDS WAX MUSEUM 45

3.1 Deskripsi Project 45

3.1.1 Deskripsi Fungsi 47

3.1.2 Deskripsi User 49

3.1.3 Deskripsi Site 49

3.2 Visi dan Misi 53

3.3 Tema dan Konsep 54

3.3.1 Tema 54

3.3.2 Konsep 56

3.3.3 Program Kebutuhan Ruang 69

3.3.4 User Activity 72

3.3.5 Matrix Kedekatan Ruang 73

3.3.6 Bubble Diagram 74

3.3.7 Zoning & Blocking 75

3.4 Site & Building Analysis 77

3.4.1 Site Analysis 77

3.4.2 Building Analysis 73

3.5 Survey Fungsi Sejenis 80

3.5.1 Madame Tussauds London 80

3.5.2 Madame Tussauds Hong Kong 82

3.5.3 Museum PETA (Bogor) 85

BAB 1V APLIKASI KONSEP ”WALK IN TIME” PADA 88

PERANCANGAN INTERIOR MUSEUM

4.1 Dasar Pemikiran 88

4.2 Site Plan 89

4.3 General Layout 89

4.4 General Section 91

4.5 Special Plan 92

4.5.1 Lobby 92

4.5.2 Exhibition 1st Floor (Past & Present) 96


(4)

iv

4.6 Interior Detail 107

4.6.1 Esthetical Element 107

4.6.2 Metal Partition 108

4.6.3 Display Tube 109

4.7 Furniture Detail 110

4.7.1 Receptionist Table 111

4.7.2 Display Table 112

BAB V SIMPULAN 113

5.1 Kesimpulan 113


(5)

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Organisasi Museum 21

Gambar 2.2 Circulation Diagram 27

Gambar 2.3 Human Normal Vision 27

Gambar 2.4 Install Lighting 28

Gambar 2.5 Side Lighting 28

Gambar 2.6 Ideal Vision at Museum 29

Gambar 2.7 Thermal Detector 31

Gambar 2.8 Smoke Detector 32

Gambar 2.9 Sprinkle 32

Gambar 2.10 Gas System 32

Gambar 2.11 Portable Fire Extinguisher 33

Gambar 2.12 Madame Tussauds London 33

Gambar 2.13 Marie Tussaud 34

Gambar 2.14 Voltaire, Tussaud’s First Figure 35

Gambar 2.15 Barrack and Michelle Obama’s Figure 36

Gambar 2.16 Madame Tussaud’s Studio 39

Gambar 2.17 Kim Kardashian and Her Figure 40

Gambar 2.18 Modelling Process 41

Gambar 2.19 Colouring Process 41

Gambar 2.20 Haircut 42

Gambar 2.21 Paris Hilton and Her Figure 42

Gambar 2.22 Maintenance 43

Gambar 2.23 Touch-up 44

Gambar 3.1 Madame Tussaud’s Logo 46

Gambar 3.2 Struktur Organisasi 47

Gambar 3.3 View Dago Pakar 49

Gambar 3.4 Map 50

Gambar 3.5 Site Existing Lt. 01 50

Gambar 3.6 Site Existing Lt. 02 51

Gambar 3.7 Potongan Existing A-A’ 51


(6)

vi

Gambar 3.9 Utara 52

Gambar 3.10 Selatan 52

Gambar 3.11 Barat 52

Gambar 3.12 Timur 53

Gambar 3.13 Visit Indonesia 54

Gambar 3.14 Cintai Indonesia 55

Gambar 3.15 Time 56

Gambar 3.16 Einstein 57

Gambar 3.17 Time Machine Process 58

Gambar 3.18 Kerangka Pemikiran 59

Gambar 3.19 Integration of Telecom 61

Gambar 3.20 Teori Maxwell 64

Gambar 3.21 Eksperimen Hertz 65

Gambar 3.22 Matrix Kedekatan Ruang 73

Gambar 3.23 Bubble Diagram 74

Gambar 3.24 Zoning Lantai 1 75

Gambar 3.25 Zoning Lantai 2 75

Gambar 3.26 Blocking Lantai 1 76

Gambar 3.27 Blocking Lantai 2 76

Gambar 3.28 Site Analysis 77

Gambar 3.29 Tussauds London 80

Gambar 3.30 The Beatles 81

Gambar 3.31 Grand Hall 82

Gambar 3.32 Madame Tussauds Hong Kong 83

Gambar 3.33 Andy Lau 83

Gambar 3.34 Marilyn Monroe 84

Gambar 3.35 Teressa Teng 84

Gambar 3.36 Mao Zedong 85

Gambar 3.37 Pintu Masuk PETA 86

Gambar 3.38 Patung Jendral Sudirman 86

Gambar 3.39 Museum PETA 87

Gambar 4.1 Site Plan 89

Gambar 4.2 General Layout 1st Floor 89

Gambar 4.3 General Layout 2nd Floor 90


(7)

vii

Gambar 4.5 General Section Plan B-B’ 91

Gambar 4.6 Special Plan Lobby 92

Gambar 4.7 Special Section Plan Lobby 92

Gambar 4.8 Special Floor Plan Lobby 93

Gambar 4.9 Special Ceiling Plan Lobby 94

Gambar 4.10 Main Lobby 95

Gambar 4.11 Ticket Counter 95

Gambar 4.12 Temporary Exhibition 95

Gambar 4.13 Special Plan Lobby 96

Gambar 4.14 Special Section Past 96

Gambar 4.15 Special Plan Present 97

Gambar 4.16 Special Section Present 97

Gambar 4.17 Special Floor Plan Past 98

Gambar 4.18 Special Floor Plan Present 99

Gambar 4.19 Special Ceiling Plan Past 100

Gambar 4.20 Special Ceiling Plan Present 100

Gambar 4.21 Black & White Exhibition 101

Gambar 4.22 Black & White Eisntein 101

Gambar 4.23 Sephia Exhibition 101

Gambar 4.24 President Room 102

Gambar 4.25 Preseident Room 2 102

Gambar 4.26 Present Exhibition 102

Gambar 4.27 Sport Exhibition 103

Gambar 4.28 Special Plan Future 103

Gambar 4.29 Special Section Future 104

Gambar 4.30 Special Floor Plan Future 104

Gambar 4.31 Special Ceiling Plan Future 105

Gambar 4.32 Future Exhibition 106

Gambar 4.33 Futuristic 107

Gambar 4.34 Interior Detail Esthetical Element 108

Gambar 4.35 Interior Detail Esthetical Element 2 108

Gambar 4.36 Interior Detail Metal Partition 109

Gambar 4.37 Interior Detail Metal Partition 2 109

Gambar 4.38 Interior Detail Display Tube 110


(8)

viii

Gambar 4.40 Receptionist Table Detail 111

Gambar 4.41 Receptionist Table Detail 2 111

Gambar 4.42 Display Table Detail 112


(9)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Tabel Perkembangan Kunjungan Mancanegara 2004-2010 2

Tabel 3.1 Tabel Pembagian Desain 62

Tabel 3.2 Tabel Tokoh Masa Lalu 63

Tabel 3.3 Tabel Tokoh Masa Kini 64

Tabel 3.4 Tabel Konsep Bentuk 66

Tabel 3.5 Tabel Konsep Warna & Pencahayaan 66

Tabel 3.6 Tabel Konsep Material & Tekstur 67

Tabel 3.7 Tabel Konsep Pola 68

Tabel 3.8 Tabel Konsep Skala 68

Tabel 3.9 Tabel Kebutuhan Ruang dan Furniture 71


(10)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pariwisata merupakan ujung tombak bagi kemajuan perekonomian negara. Pariwisata juga bertanggung jawab untuk membawa citra bangsa ke dunia Internasional. Semakin tinggi kualitas pariwisata di suatu Negara, maka semakin kuat tingkat perkembangan Negara tersebut. Diawali dari kegiatan yang semula hanya dinikmati oleh segelintir orang yang relatif kaya pada awal abad ke-20, pariwisata kini telah menjadi bagian dari hak azazi manusia, sebagaimana dinyatakan oleh John Naisbitt dalam bukunya Global Paradox, where once travel was considered a privilege of the moneyed elite, now it is considered a basic human right”. Hal ini terjadi tidak hanya di negara maju tetapi mulai dirasakan pula di negara berkembang seperti Indonesia.

Indonesia dalam kurun waktu 1 dasa warsa ini memang mengalami banyak perubahan terutama di bidang politik, sosial, hukum, dan ekonomi. Perkembangan ini membawa Indonesia lebih dekat ke mata dunia. Dengan demikian, perlu adanya


(11)

2 pendekatan serta pemikiran lebih terbuka terhadap dunia internasional. Dewasa ini semakin banyak pengaruh budaya asing yang masuk ke Indonesia, hal ini dapat menjadi hal positif bagi perkembangan Indonesia. Indonesia tidak perlu menutup diri terhadap dunia internasional, tetapi harus tetap selektif terhadap penerimaan budaya asing tersebut.

Seiring perkembangannya di berbagai bidang, seperti politik, sosial, dan budaya, pariwisata telah menjadi salah satu faktor penting bagi perkembangan perekonomian Indonesia. Menurut data sementara yang didapat dari Ditjen Imigrasi dan BPS, total kunjungan wisatawan mancanegara melalui seluruh pintu masuk (udara, laut, dan darat) dapat dilihat dari tabel berikut.

PERKEMBANGAN PENGUNJUNG MANCANEGARA TAHUN 2004-2010

TAHUN JUMLAH PENGUNJUNG MANCANEGARA RATA-RATA PENGELUARAN (USD) RATA-RATA LAMA TINGGAL (HARI) PENERIMAAN DEVISA

Kunjungan Pertumbuhan (%)

PER KUNJUNGAN

PER HARI

Juta (USD) Pertumbuhan (%)

2004 5.321.165 19,12 901,66 95,17 9,47 4.797,70 18,85

2005 2.002.101 -6,00 904,00 99,86 9,05 4.521,90 -5,75

2006 4.871.351 -2,61 913,09 100,48 9,09 4.447,98 -1,63

2007 5.505.759 13,02 970,98 107,70 9,02 5.345,98 20,19

2008 6.429.027*) 16,77*) 1,178,54 137,38 8,58 7.337,39*) 38,00*)

2009 6.452.259**) 0,36**) 995,93 129,57 7,69 6.302,50**) -14,57**)

2010***) 4.039.020 13,49 N.A. N.A. N.A. N.A. N.A.

Tabel 1.1Tabel Perkembangan Kunjungan Mancanegara 2004-2010

Sumber : Ditjen Imigrasi dan BPS [www.budpar.go.id/filedata/5427_1852-wisnasjuli10.pdf, diakses 5 Oktober 2010]

Keterangan :

*) Termasuk 194.530 penumpang transit internasional **) Termasuk 128.529 penumpang transit internasional

***) Data sementara wisman Jan – Juli 2010 (angka pertumbuhan wisman Jan – Juli 2010 vs Jan – Juli 2009) N.A. Data belum tersedia

Dilihat dari statisik tabel di atas, jumlah wisatawan mancanegara tahun 2009 adalah 6.323.730 orang, dan telah mengalami pertumbuhan sebesar 1,43% dari jumlah wisatawan mancanegara tahun 2008 yang berjumlah 6.234.497 orang. Tetapi


(12)

3 sebaliknya, penerimaan devisa Negara mengalami penurunan sebesar 14,29%, dari jumlah 7.347,60 juta USD di tahun 2008 menjadi 6.297,99 juta USD di tahun 2009. Dengan demikian, perlu dilakukan pengembangan yang signifikan pada sektor pariwisata Indonesia, demi menunjang perekonomian negara.

Usaha mengembangkan pariwisata Indonesia didukung oleh UU No 10 Tahun 2009, disebutkan bahwa keberadaan obyek wisata pada suatu daerah akan sangat menguntungkan, antara lain meningkatnya Pendapatan Asli Daerah (PAD), meningkatnya taraf hidup masyarakat dan memperluas kesempatan kerja mengingat semakin banyaknya pengangguran saat ini, meningkatkan rasa cinta lingkungan serta melestarikan alam dan budaya setempat.

Indonesia memiliki banyak potensi dan sumber daya, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia, yang belum dikembangkan secara optimal. Perlu diketahui bahwa perkembangan pariwisata Indonesia bukan hanya terletak pada sumber daya alamnya saja, tetapi juga terletak pada sumber daya manusianya, maka berbagai langkah besar harus difokuskan pada sumber daya manusianya. Sumber daya manusia merupakan potensi yang harus terus digali di semua aspek kehidupan, termasuk di bidang seni dan budaya.

Seni merangkumi semua aktivitas dan hasil karya manusia yang indah dan berseni (kreatif) bagi semua kaum dan bangsa di dunia. Pada masa kini, seni merupakan luahan kreativitas manusia yang paling dikenali dan dianggap sebagai keunggulan daya cipta manusia. Seni adalah salah satu aset penting bagi citra pariwisata. Banyak kesenian yang dimiliki Indonesia, mulai dari tari, lukis, musik, teater, patung, serta pahat. Dari banyak kesenian di Indonesia, seni yang belum banyak mendapat perhatian adalah seni mematung dan memahat, Di antara seni mematung dan memahat sendiri, seni memahat lilin mempunyai potensi yang sangat besar untuk dikembangkan.

Teknik memahat lilin saat ini cukup diminati, terutama sejak berdirinya Museum Patung Lilin Madame Tussauds, museum lilin di London, Inggris, yang mengabadikan diorama para tokoh terkenal dunia, baik dari kalangan selebritis, politik, olahragawan, seniman, maupun tokoh-tokoh besar lainnya, Kini Madame

Tussauds sudah membuka banyak cabang yang tersebar di berbagai negara besar dan

menjadi trend pariwisata internasional. Dibuatnya Museum Madame Tussauds sebagai salah satu objek pariwisata, diharapkan dapat dapat menjadi “wadah” untuk menampung inspirasi, imajinatif , serta karya seni dari para seniman berbakat Indonesia yang tersebar di berbagai provinsi dan daerah, salah satunya Jawa Barat.


(13)

4 Jawa Barat terkenal dengan berbagai kesenian dan kebudayaan, hal ini mengakibatkan banyak seniman berbakat yang dilahirkan oleh provinsi tersebut. Jawa Barat yang beribukotakan Bandung. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan tingkat aktivitas serta kepadatan penduduk yang tinggi. Seiring perkembangannya, Bandung, sebagai Ibukota Jawa Barat, kini menjadi sebuah kota wisata yang menjadi tujuan rekreasi para wisatawan domestik dan mancanegara. Banyaknya tempat-tempat bersejarah dan pemandangan yang masih asri menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan untuk berkunjung ke Bandung. Oleh sebab itu, tidak berlebihan kiranya apabila Bandung banyak menyandang berbagai predikat, baik itu sebagai kota budaya, kota fashion, kota kuliner, sekaligus sebagai kota tujuan wisatawan sesudah Bali. Di Bandung sendiri masih kurang sarana rekreasi atau objek wisata selain distro, outlet, dan tempat-tempat kuliner. Dengan demikian, dibuatnya Museum Madame Tussauds diharapkan dapat memenuhi kebutuhan rekreasi dan objek wisata di Bandung, sekaligus sebagai tempat untuk memamerkan karya-karya para pematung dan pemahat lilin berbakat Indonesia.

Perancangan interior Museum Patung Lilin Madame Tussauds di Bandung, Jawa Barat diharapkan dapat menjadi aset pariwisata yang yang menyokong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Museum ini pun dapat membantu upaya pengenalan dunia internasional terhadap Indonesia dan keterbukaan Indonesia terhadap dunia internasional.

1.2 Ide dan Gagasan Proyek

Secara umum apresiasi masyarakat tehadap museum sampai sekarang ini masih sangat kurang. Museum masih dianggap sebagai tempat penyimpanan barang-barang kuno yang tidak memiliki nilai bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Sebaliknya dengan sarana rekreasi, masyarakat akan cenderung menikmati suasana di tempat rekreasi dibandingkan berada di sebuah museum. Melihat dari aspek tersebut, maka perlu adanya penggabungan fungsi antara museum dan sarana rekreasi yang dituangkan menjadi sebuah desain Museum Madame Tussauds.

Desain yang dibuat mengikuti perkembangan desain di dunia Internasional, juga disesuaikan dengan perkembangan desain di Indonesia. Hal ini dapat menarik wisatawan mancanegara pada khususnya dan wisatawan domestik pada umumnya. Dengan demikian, Indonesia dapat lebih leluasa untuk mengenal dunia internasional, sebaliknya, wisatawan asing pun dapat mempelajari budaya Indonesia.


(14)

5 Desain ruangan, baik Internasional maupun Indonesia, melalui proses dan tahapan yang semakin berkembang. Pola desain masa kini berhubungan erat dengan pola desain masa lalu. Desain akan terus berkembang ke depan, tetapi juga terkadang kita perlu kembali ke masa lalu untuk menghubungkannya dengan masa kini. Proses desain diatur sedemikian rupa seperti menggunakan sebuah mesin waktu.

Desain di dalam Museum Madame Tussauds sendiri disesuaikan dengan konsep mesin waktu, di mana zona-zona di dalam museum akan dibagi-bagi menjadi zona, dari masa lalu, hingga masa kini, dan terakhir adalah prediksi desain di masa depan. Pembagian zona disesuaikan dengan perkembangan teknologi komunikasi, mengingat hal ini berkaitan erat dengan cara untuk mengenal dunia dan memperkenalkan Indonesia pada dunia. Zona masa lalu dimulai dari tahun-tahun saat radio digunakan sebagai media komunikasi massa hingga awal ditemukannya televisi monokrom dan berwarna. Zona masa kini dimulai adalah masa yang sekarang kita alami, saat televisi semakin berkembang secara modern hingga penemuan internet sebagai sumber berita dan sumber komunikasi yang canggih. Zona masa depan merupakan zona bayangan kecanggihan komunikasi massa depan.

Setiap zona didesain sesuai masanya, membuat para pengunjung museum melakukan perjalanan waktu dan betemu langsung dengan berbagai tokoh dunia dari berbagai bidang, baik politik, entertainment, olahraga, maupun science, dari mancanegara dan Indonesia, yang pernah berjaya pada masanya. Peralihan masa diaplikasikan seperti menaiki mesin waktu yang membawa para pengunjung dari satu zona ke zona lain.

Mengingat Museum Madame Tussauds diperuntukkan bagi semua kalangan dan usia, maka desain ruangan cenderung lebih universal dengan sistem open-plan. Desain yang kontemporer dan telah berkembang pesat di dunia namun tetap sesuaikan dengan perkembangan desain Indonesia. Hal terpenting dalam perancangan proyek ini adalah menciptakan suasana yang rekreatif sekaligus edukatif.

Site yang dipilih adalah di Bukit Dago Pakar. Daerah Utara Kota Bandung ini merupakan salah satu kawasan elite. Kawasan Dago Pakar, Bandung dikenal sebagai kawasan yang strategis dan prestisus, terlebih dengan pemandangan alam berupa bukit-bukit yang asri di sekelilingnya, hal ini menimbulkan iklim sejuk di kawasan tersebut. Iklim seperti ini mendukung maintenance patung lilin yang memerlukan penghawaan sejuk dan tidak lembab. Terlebih dengan banyaknya café di sekeliling Dago Pakar, membuat kawasan ini menjadi sangat strategis bagi pembuatan sebuah objek rekreasi seperti Madame Tussauds.


(15)

6

1.3Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, berikut beberapa identifikasi masalah yang ditemukan :

1. Bagaimana membuat kesinambungan yang baik dari masa lalu, masa kini, hingga masa depan agar sesuai dengan konsep desain mesin waktu ?

2. Bagaimana perencanaan konsep ruang dan penghawaan yang baik untuk setiap

display patung lilin ?

3. Fasilitas apa saja yang dapat menunjang fungsi Museum Madame Tussauds sebagai museum rekreasi sekaligus museum edukasi ?

1.4Tujuan Perancangan

Adapun tujuan perancangan adalah sebagai berikut :

1. Membuat kesinambungan yang baik dari masa lalu, masa kini, hingga masa depan agar sesuai dengan konsep desain mesin waktu.

2. Merencanakan konsep ruang dan penghawaan yang baik untuk setiap display patung lilin.

3. Menentukan fasilitas-fasilitas yang dapat menunjang fungsi Museum Madame

Tussauds sebagai museum rekreasi sekaligus museum edukasi.

1.5Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan laporan ini terdiri dari beberapa bagian yaitu :

Bab I merupakan Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, ide dan gagasan proyek mengenai desain serta konsep-konsep yang akan diterapkan pada desain, identifikasi masalah yang timbul dari latar belakang masalah, tujuan perancangan sebagai jawaban dari identifikasi masalah, dan sistematika penulisan dalam penyusunan laporan Tugas Akhir ini.

Bab II merupakan Teori-teori dan literatur penunjang museum, mulai dari definisi museum, fungsi dan peranan museum, klasifikasi museum, syarat-syarat pendirian museum, standar pendirian museum, hingga standar sistem pengamanan museum. Dilanjutkan dengan pendefinisian Museum Madame Tussauds yang


(16)

7 berkaitan dengan standar desain museum, standar ergonomi serta keamanannya. Bab II ini berisi teori dan ilmu yang relevan sesuai literatur.

Bab III merupakan penjabaran proyek yang berisi identifikasi objek tentang fasilitas, fungsi, serta user. Bab III juga berisi uraian tema dan konsep desain museum yang akan dijelaskan secara terperinci. Selain itu terdapat site dan building analisi serta survey fungsi sejenis.

Bab IV merupakan Perancangan Desain Interior yang berisi tentang aplikasi konsep pada desain perancangan, pertimbangan dan keputusan desain guna menjawab identifikasi masalah, gambar kerja, serta gambar presentasi.

Bab V merupakan Simpulan yang berisi tentang kesimpulan terhadap proses perancangan yang telah dilakukan.


(17)

113

BAB V

SIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari hasil perancangan interior Museum patung Lilin Madame Tussauds ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk menerapkan tema ”Inform Indonesia to the world and introducing the world to Indonesia”, yang berarti adanya kedinamisan timbal balik informasi dari Indonesia ke

dunia dan sebaliknya, maka bentuk dan pola yang diterapkan pada museum adalah aplikasi dari bentuk gelombang. Sesuai dengan Hukum fisika yang dikemukakan Maxwell, gelombang sendiri merupakan media perambatan informasi. Jenis gelombang yang digunakan untuk perambatan informasi elektronik adalah gelombang elektromagnetik yang merupakan gelombang transversal, gelombang inilah yang digunakan sebagai inspirasi bentuk desain.


(18)

114 2. Tema ”Inform Indonesia to the world and introducing the world to Indonesia” juga

tercermin dari display figur patung lilin yang merupakan tokoh terkenal dan berpengaruh bagi Indonesia dan dunia, tidak hanya figur dari Indonesia, tetapi adanya figur internasional juga. Dengan demikian, wisatawan domestik dapat bertemu langsung dengan figur internasional, begitupun sebaliknya, wisatawan mancanegara dapat bertemu langsung dengan figur Indonesia.

3. Konsep yang diterapkan pada Museum Madame Tussauds ini adalah “walk in time”,

yang berarti perjalanan waktu dari masa lalu, ke masa kini, hingga ke masa depan. Maka dari itu, desain area pameran utama pun mengalami gradasi desain, mulai dari masa lalu yang berkesan simple, fungsional, dengan lighting dan warna hitam-putih-serta sephia, ke masa kini yang identik dengan kebebasan berkarya dan berekspresi, sehingga lighting dan warna serta material yang digunakan pun bermacam-macam, hingga masa depan yang identik dengan kesan futuristik, virtual, dan hologram, baik pada penggunaan bentuk, warna, lighting, maupun material.

4. Konsep walk in time sangat sesuai dengna konsep sebuah museum. Karena walaupun museum cenderung bersifat statis, namun benda di dalam museum sebenarnya bersifat dinamis, mempunyai cerita historikal dari masa lalu, masa kini, hingga masa depan. 5. Perkembangan teknologi informasi yang merupakan intisari dari tema museum sesuai

dengan konsep perjalanan waktu, karena perkembangan itu sendiri mengalami proses mulai dari masa di mana teknologi informasi masih menggunakan audio dan beberapa visual monocrom dan sephia, ke masa kini, di mana teknologi audiovisual sudah semakin canggih, hingga masa depan di mana teknologi virtual akan mulai dikembangkan.

6. Ciri khas Madame Tussauds, adanya suasana red carpet tempat penyambutan para tokoh dunia, diaplikasikan pada desain lobby utama dan area penjualan tiket.

7. Ergonomi dan ligthing serta penghawaan disesuaikan dengan kebutuhan museum seni, sepeti adanya pencahayaan khusus yang menyorot setiap figur patung lilin dan menjaga suhu ruangan sekitar 27 derajat celcius untuk mencegah kerusakan patng lilin dengan cara memberikan AC central

8. Dengan adanya Museum Madame Tussuds ini diharapkan pengunjung mendapat pengalaman menarik dengan bertemu figur-figur terkenal di dunia dan Indonesia, serta melihat perkembangan desain dari masa lalu yang mungkin mereka tidak alami ataupun yang pernah mereka alami, ke masa kini yang sedang mereka alami, hingga masa depan yang akan mereka alami. Dengan mempelajari kejadian di masa lalu, diharapkan kita dapat memperbaiki diri kita di masa depan.


(19)

115 9. Dengan adanya Museum Madame Tussauds ini diharapkan dapat mengembangkan pariwisata Indonesia, mengingat Museum Madame Tussauds sudah dikenla di seluruh dunia, dan diharapkan juga dapat mengembangkan seni pahat lilin yang belum populer di Indonesia. Sehingga dengan demikian Indonesia dapat disejajarkan dengan negara-negara besar dunia.


(20)

x

DAFTAR PUSTAKA

Jones, Lewis. 1980. The Story of Madame Tussaud’s. London : Collins.

Leslie, Anita & Chapman, Pauline.1978. Madame Tussaud Waxworker Extraordinary. London : Hutchinson & Co. Ltd.

Neufert, Ernst and Peter. 2000. Neufert Architect’s Data Third Edition. USA : Blackwell Science Ltd.

Ching, Francis. D. K. 1996. Arsiektur, bentuk, ruang, dan susunannya. Jakarta : Erlangga. Direktorat Permuseuman. 1986. Pedoman Standarisasi Pengadaan Sarana Peralatan Pokok

Museum Umum Tingkat Propinsi. Jakarta: Proyek Pengembangan Permuseuman Jakarta,

Ditjenbud, Depdikbud.

Direktorat Permuseuman. 1985/1986. Buku Bidang Permuseuman Pinter. Jakarta : Proyek Pengembangan Permuseuman Jakarta, Ditjenbud, Depdikbud.

Direktorat Permuseuman. 1999/2000. Kecil Tetapi Indah : Pedoman Pendirian Museum.. Jakarta : Proyek Pembinaan Permuseuman Jakarta, Ditjenbud, Depdikbud.

Sutaarga, Moh. Amir. 1969. Museografi dan Museologi; Capita Selecta. Jakarta : Direktorat Museum, Ditjen Kebudayaan, Depatemen P & K.

Sutaarga, Moh. Amir. 1996/1997. Studi Museologia. Jakarta : Proyek Pembinaan Permuseuman Jakarta, Direktorat Jendral Kebudayaan, Depdikbud.

Sutaarga, Moh. Amir. 1997/1998. Pedoman Penyelenggaraan dan Pengelolaan Museum. Jakarta : Proyek Pembinaan Permuseuman Jakarta, Direktorat Jendral Kebudayaan, Depdikbud.

Suyati, Tatik. 2000. Metode Pengadaan dan Pengelolaan Koleksi. Jakarta : Proyek Pembinaan Permuseuman Jakarta, Dit. Sejarah dan Museum, Ditjenbud, Depdiknas. Tedjo, Drs, Susilo, Lukman Purakusumah, 1992/1993. Pedoman Pendirian Museum. Jakarta :

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Hansen, Tage Hayer. 1982. Museums and Education. Denmark : Danish-ICOM/CECA Graham, Hele,. 1998. Discover Color Therapy. England, Ulyses Press

Griffith, David. 1999. Introduction to Electrodynamics (3rd Edition). ISBN : Prentice

http:// katalog.pdii.lipi.go.id/index.php/searchkatalog/.../6146/6147.pdf, diakses 5 Oktober 2010


(21)

xi http://madame-tussauds.visit-london-england.com/, diakses 9 Oktober 2010

http://www.madametussauds.com/ , diakses 9 Oktober 2010

http://www.madametussauds.com/london/, diakses 9 Oktober 2010

http://www.madametussauds.com/hongkong/, diakses 9 Oktober 2010

http://nobelprize.org/nobel_prizes/physics/laureates/1921/einstein-bio.html, diakses 9 Oktober 2010

http://www.zamandayolculuk.com/cetinbal/mallettimemachine.htm, diakses 9 Oktober 2010

http://sainspop.blogspot.com/2010/07/mesin-waktu-kuantum.html, diakses 9 Oktober 2010

http://www.harunyahya.com/indo/buku/semesta003.htm, diakses 9 Oktober 2010

http://id.wikipedia.org/wiki/Waktu, diakses 9 Oktober 2010


(1)

berkaitan dengan standar desain museum, standar ergonomi serta keamanannya. Bab II ini berisi teori dan ilmu yang relevan sesuai literatur.

Bab III merupakan penjabaran proyek yang berisi identifikasi objek tentang fasilitas, fungsi, serta user. Bab III juga berisi uraian tema dan konsep desain museum yang akan dijelaskan secara terperinci. Selain itu terdapat site dan building analisi serta survey fungsi sejenis.

Bab IV merupakan Perancangan Desain Interior yang berisi tentang aplikasi konsep pada desain perancangan, pertimbangan dan keputusan desain guna menjawab identifikasi masalah, gambar kerja, serta gambar presentasi.

Bab V merupakan Simpulan yang berisi tentang kesimpulan terhadap proses perancangan yang telah dilakukan.


(2)

113 BAB V

SIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari hasil perancangan interior Museum patung Lilin Madame Tussauds ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk menerapkan tema ”Inform Indonesia to the world and introducing the world to Indonesia”, yang berarti adanya kedinamisan timbal balik informasi dari Indonesia ke dunia dan sebaliknya, maka bentuk dan pola yang diterapkan pada museum adalah aplikasi dari bentuk gelombang. Sesuai dengan Hukum fisika yang dikemukakan Maxwell, gelombang sendiri merupakan media perambatan informasi. Jenis gelombang yang digunakan untuk perambatan informasi elektronik adalah gelombang elektromagnetik yang merupakan gelombang transversal, gelombang inilah yang digunakan sebagai inspirasi bentuk desain.


(3)

2. Tema ”Inform Indonesia to the world and introducing the world to Indonesia” juga tercermin dari display figur patung lilin yang merupakan tokoh terkenal dan berpengaruh bagi Indonesia dan dunia, tidak hanya figur dari Indonesia, tetapi adanya figur internasional juga. Dengan demikian, wisatawan domestik dapat bertemu langsung dengan figur internasional, begitupun sebaliknya, wisatawan mancanegara dapat bertemu langsung dengan figur Indonesia.

3. Konsep yang diterapkan pada Museum Madame Tussauds ini adalah “walk in time”, yang berarti perjalanan waktu dari masa lalu, ke masa kini, hingga ke masa depan. Maka dari itu, desain area pameran utama pun mengalami gradasi desain, mulai dari masa lalu yang berkesan simple, fungsional, dengan lighting dan warna hitam-putih-serta sephia, ke masa kini yang identik dengan kebebasan berkarya dan berekspresi, sehingga lighting dan warna serta material yang digunakan pun bermacam-macam, hingga masa depan yang identik dengan kesan futuristik, virtual, dan hologram, baik pada penggunaan bentuk, warna, lighting, maupun material.

4. Konsep walk in time sangat sesuai dengna konsep sebuah museum. Karena walaupun museum cenderung bersifat statis, namun benda di dalam museum sebenarnya bersifat dinamis, mempunyai cerita historikal dari masa lalu, masa kini, hingga masa depan. 5. Perkembangan teknologi informasi yang merupakan intisari dari tema museum sesuai

dengan konsep perjalanan waktu, karena perkembangan itu sendiri mengalami proses mulai dari masa di mana teknologi informasi masih menggunakan audio dan beberapa visual monocrom dan sephia, ke masa kini, di mana teknologi audiovisual sudah semakin canggih, hingga masa depan di mana teknologi virtual akan mulai dikembangkan.

6. Ciri khas Madame Tussauds, adanya suasana red carpet tempat penyambutan para tokoh dunia, diaplikasikan pada desain lobby utama dan area penjualan tiket.

7. Ergonomi dan ligthing serta penghawaan disesuaikan dengan kebutuhan museum seni, sepeti adanya pencahayaan khusus yang menyorot setiap figur patung lilin dan menjaga suhu ruangan sekitar 27 derajat celcius untuk mencegah kerusakan patng lilin dengan cara memberikan AC central

8. Dengan adanya Museum Madame Tussuds ini diharapkan pengunjung mendapat pengalaman menarik dengan bertemu figur-figur terkenal di dunia dan Indonesia, serta melihat perkembangan desain dari masa lalu yang mungkin mereka tidak alami ataupun yang pernah mereka alami, ke masa kini yang sedang mereka alami, hingga masa depan yang akan mereka alami. Dengan mempelajari kejadian di masa lalu, diharapkan kita dapat memperbaiki diri kita di masa depan.


(4)

115 9. Dengan adanya Museum Madame Tussauds ini diharapkan dapat mengembangkan pariwisata Indonesia, mengingat Museum Madame Tussauds sudah dikenla di seluruh dunia, dan diharapkan juga dapat mengembangkan seni pahat lilin yang belum populer di Indonesia. Sehingga dengan demikian Indonesia dapat disejajarkan dengan negara-negara besar dunia.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Jones, Lewis. 1980. The Story of Madame Tussaud’s. London : Collins.

Leslie, Anita & Chapman, Pauline.1978. Madame Tussaud Waxworker Extraordinary. London : Hutchinson & Co. Ltd.

Neufert, Ernst and Peter. 2000. Neufert Architect’s Data Third Edition. USA : Blackwell Science Ltd.

Ching, Francis. D. K. 1996. Arsiektur, bentuk, ruang, dan susunannya. Jakarta : Erlangga. Direktorat Permuseuman. 1986. Pedoman Standarisasi Pengadaan Sarana Peralatan Pokok

Museum Umum Tingkat Propinsi. Jakarta: Proyek Pengembangan Permuseuman Jakarta, Ditjenbud, Depdikbud.

Direktorat Permuseuman. 1985/1986. Buku Bidang Permuseuman Pinter. Jakarta : Proyek Pengembangan Permuseuman Jakarta, Ditjenbud, Depdikbud.

Direktorat Permuseuman. 1999/2000. Kecil Tetapi Indah : Pedoman Pendirian Museum.. Jakarta : Proyek Pembinaan Permuseuman Jakarta, Ditjenbud, Depdikbud.

Sutaarga, Moh. Amir. 1969. Museografi dan Museologi; Capita Selecta. Jakarta : Direktorat Museum, Ditjen Kebudayaan, Depatemen P & K.

Sutaarga, Moh. Amir. 1996/1997. Studi Museologia. Jakarta : Proyek Pembinaan Permuseuman Jakarta, Direktorat Jendral Kebudayaan, Depdikbud.

Sutaarga, Moh. Amir. 1997/1998. Pedoman Penyelenggaraan dan Pengelolaan Museum. Jakarta : Proyek Pembinaan Permuseuman Jakarta, Direktorat Jendral Kebudayaan, Depdikbud.

Suyati, Tatik. 2000. Metode Pengadaan dan Pengelolaan Koleksi. Jakarta : Proyek Pembinaan Permuseuman Jakarta, Dit. Sejarah dan Museum, Ditjenbud, Depdiknas. Tedjo, Drs, Susilo, Lukman Purakusumah, 1992/1993. Pedoman Pendirian Museum. Jakarta :

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Hansen, Tage Hayer. 1982. Museums and Education. Denmark : Danish-ICOM/CECA Graham, Hele,. 1998. Discover Color Therapy. England, Ulyses Press

Griffith, David. 1999. Introduction to Electrodynamics (3rd Edition). ISBN : Prentice

http:// katalog.pdii.lipi.go.id/index.php/searchkatalog/.../6146/6147.pdf, diakses 5 Oktober 2010


(6)

xi http://madame-tussauds.visit-london-england.com/, diakses 9 Oktober 2010

http://www.madametussauds.com/ , diakses 9 Oktober 2010

http://www.madametussauds.com/london/, diakses 9 Oktober 2010

http://www.madametussauds.com/hongkong/, diakses 9 Oktober 2010

http://nobelprize.org/nobel_prizes/physics/laureates/1921/einstein-bio.html, diakses 9 Oktober 2010

http://www.zamandayolculuk.com/cetinbal/mallettimemachine.htm, diakses 9 Oktober 2010

http://sainspop.blogspot.com/2010/07/mesin-waktu-kuantum.html, diakses 9 Oktober 2010

http://www.harunyahya.com/indo/buku/semesta003.htm, diakses 9 Oktober 2010

http://id.wikipedia.org/wiki/Waktu, diakses 9 Oktober 2010