Pengaruh Minyak Buah Merah (Pandanus conoideus Lam.)Terhadap Berat dan Gambaran Histopatologis Limpa Pada Mencit Defisiensi Plaque Peyeri Diinduksi Kolitis Dengan DSS.

(1)

ABSTRAK

PE GARUH MI YAK BUAH MERAH (

Pandanus cdndideus

Lam.) TERHADAP BERAT LIMPA DA GAMBARA

HISTOPATOLOGIS LIMPA PADA ME CIT DEFISIE SI

PLAQUE PEYERI YA G DII DUKSI KOLITIS DE GA DSS

! " # $#%

$& % ' ! ( ) ( " ( !

! ( (" (" " ( ( (" " * ( "

) ( ( ) ( " ' ! ( &

+ ) $ % ! ( (" , ((

' "' " " ' ! '

- , ' ( ' ! (

' "' " " ' ' + ) !

( ("

( . + / 0 , 1

2 3 ! . ( " '"( ( " '"( (" "

) $#4% + , " ' ' 356 ( " '"(

(" " '" ) $# % + , ( 356 ( " '"(

) $# % + , ) ( 35 '

' ! ( 6 ( " '"( ' ( $# % + ,

) ( 35 ! ( 70

! ' 8" '

9 ' , (( ' # $ .3 %

) ( # $:3 % 7 8" # $ : %

) ( # $ 13 %

' ' ' ( ' ! (

' ( ' '

8" ' ' + ) ! ( ("


(2)

I DUCED#COLITIS MICE WITH DSS

! " # $#%

! " ##

$ %

& ##

' ( ") * ! ' $

##

*+ $ ## *+

! $

## *+ , -) ! $ "

.

$ & '* !

/* ! 0 .

& , / !

, 1* !

2 "

. ##


(3)

DAFTAR ISI

(Judul Dalam (i))

Lembar Persetujuan (ii)

Surat Pernyataan (iii)

Abstrak (iv)

Abstract (v)

Kata Pengantar (vi)

Daftar Isi (ix)

Daftar Gambar (xii)

Daftar Tabel (xiii)

Daftar Lampiran (xiv)

BAB I PE DAHULUA

7 / (

) (

: ( - , :

. ) :

3 # ( ( :

; 9 '" ;

< " " " ;

BAB II TI JAUA PUSTAKA

" 7 ' <

9 " " 7 ' =

: * " " 7 '

. 7 )" " $ % .

3 #" & 3

; " 9 ) #" 1


(4)

= : # # / ;

BAB III BAHA DA METODE PE ELITIA

: , ( / 1

: , ( 1

: / 1

: : - ' ( :

: " :

: - ' :

: :

: : ? :

: : ) #" ' " ? :

: : ) @' " ? :

: . ' :

: : " # , :

: : ' / :

: : ' / &, ::

: : : ' 9 " ::

: : . :.

: . ( :.

: . ' 9 "' " " :3

: . ( :<

: . : " :<

: . . 9 '" ( :1

: . 3 # &, :1


(5)

BAB IV HASIL DA PEMBAHASA

. 9 :=

. , ( ! ( / ' /

7 ' B 9 "' " " 7 ' :=

. , ( ' / 7 ' .

. , ( ' B 9 "' " "

7 ' .

. .3

. : &, 9 '" .;

. : &, 9 '" / 7 ' .;

. : &, 9 '" 7 C" D 7 ' .<

BAB V SIMPULA DA SARA

3 ' .=

3 .=

DAFTAR PUSTAKA 50

LAMPIRA 53


(6)

E

B : ? 7 =

B . 9 " " 7 ' B 3 9 " " 7 '

B ; 3

B < <

B 1 " 1

B = ( ( "( :

B ! ( / .

B / 3

B / / , / ;

B . B ) ( > A) ( ! ( / '

/ 7 ' .

B . B ) ( > A) ( ! ( / '


(7)

E

DAFTAR TABEL

- # / ;

- . > / 7 C" D 7 ' '

' # " '"( ( :=

- . 9 &, 4@? ! ( / '

/ D 7 ' .

- . : 9 &, / > " - ( !27 / 7 ' .

- . . 9 &, 4@? ! ( / '

7 C" D 7 ' .:

- . 3 9 &, / > " - ( !29 7 C"


(8)

E

7 ' : , ( ! ( / - '

/ 7 ' 33

7 ' . , ( ! ( / - '

7 C" 7 ' 3<

7 ' 3 " 3=

7 ' ; B ;

7 ' < B ' ' "' " " ;


(9)

53

LAMPIRAN

LAMPIRAN 1

Data Berat Limpa pada Setiap Kelompok Perlakuan

Berat Limpa (mg)

No

Mencit

KN

KDSS

KDPP

KP

Rerata

114

200

352

145,33

1

110

260

230

130

2

100

260

330

150

3

120

170

530

160

4

110

150

260

146,67

5

130

160

410

140

6

114

200

352

145,33


(10)

LAMPIRAN 2

Data Luas zona marginalis pada Setiap Kelompok Perlakuan

Luas Zona Marginalis (mm

2

)

No Mencit

KN

KDSS

KDPP

KP

Rerata

0,1925

0,5718

0,8497

0,3066

1

0,205

0,652

0,823

0,308

2

0,239

0,505

0,836

0,312

3

0,128

0,560

0,907

0,316

4

0,191

0,572

0,805

0,301

5

0,199

0,570

0,878

0,298

6

0,193

0,571

0,849

0,307


(11)

55

LAMPIRAN 3

Pengujian Statistik Pengaruh Minyak Buah Merah Terhadap Berat Limpa

Oneway

Descriptives Hasil

N Mean

Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower

Bound

Upper Bound

KN 6 114,0000 10,19804 4,16333 103,2978 124,7022 100,00 130,00 KDSS 6 200,0000 49,39636 20,16598 148,1617 251,8383 150,00 260,00 KDPP 6 352,0000 108,51728 44,30199 238,1181 465,8819 230,00 530,00 KP 6 145,3333 10,02229 4,09158 134,8156 155,8511 130,00 160,00 Total 24 202,8333 108,91565 22,23231 156,8423 248,8244 100,00 530,00

ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 200738,000 3 66912,667 18,560 0,000 Within Groups 72102,231 20 3605,112

Total 272840,231 23

Test of Homogeneity of Variances Hasil

Levene Statistic df1 df2 Sig.


(12)

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons Dependent Variable:Hasil (I) Perlakuan (J) Perlakuan Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound Tukey LSD

KN KDSS -86,00000 34,66560 0,022 -158,3112 -13,6888 KDPP -238,00000* 34,66560 0,000 -310,3112 -165,6888 KP -31,33333 34,66560 0,377 -103,6445 40,9778 KDSS KN 86,00000 34,66560 0,022 13,6888 158,3112 KDPP -152,00000* 34,66560 0,000 -224,3112 -79,6888 KP 54,66667 34,66560 0,130 -17,6445 126,9778 KDPP KN 238,00000* 34,66560 0,000 165,6888 310,3112 KDSS 152,00000* 34,66560 0,000 79,6888 224,3112 KP 206,66667* 34,66560 0,000 134,3555 278,9778 KP KN 31,33333 34,66560 0,377 -40,9778 103,6445 KDSS -54,66667 34,66560 0,130 -126,9778 17,6445 KP -206,66667* 34,66560 0,000 -278,9778 -134,3555 *. The mean difference is significant at the 0,05 level.

Homogenous Subsets

Hasil

Perlakuan N

Subset for alpha = 0,05

1 2

Tukey HSDa KN 6 114,0000

KP 6 145,3333

KDSS 6 200,0000

KDPP 6 352,0000

Sig. 0,094 1,000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6,000.


(13)

57

LAMPIRAN 4

Pengujian Statistik Pengaruh Minyak Buah Merah Terhadap Luas Zona

Marginalis Limpa

Descriptives Hasil

N Mean

Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower

Bound

Upper Bound

KN 6 0.1925 0,03625 0,01480 0,1544 0,2305 0,13 0,24 KDSS 6 0,5718 0,04687 0,01914 0,5226 0,6210 0,50 0,65 KDPP 6 0,8497 0,03759 0,01535 0,8102 0,8891 0,80 0,91 KP 6 0,3066 0,00671 0,00274 0,2996 0,3137 0,30 0,32 Total 24 0,4802 0,26142 0,05336 0,3698 0,5905 0,13 0,91

Test of Homogeneity of Variances Hasil

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1,099 3 20 0,373

ANOVA Hasil

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 1,547 3 0,516 415,033 0,000

Within Groups 0,025 20 0,001


(14)

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons Dependent Variable:Hasil (I) Perlakuan (J) Perlakuan Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound Tukey HSD

KN KDSS -0,37934* 0,02035 0,000 -0,4363 -0,3224 KDPP -0,65720* 0,02035 0,000 -0,7142 -0,6002 KP -0,11413* 0,02035 0,000 -0,1711 -0,0572 KDSS KN 0,37934* 0,02035 0,000 0,3224 0,4363 KDPP -0,27786* 0,02035 0,000 -0,3348 -0,2209 KP 0,26521* 0,02035 0,000 0,2082 0,3222 KDPP KN 0,65720* 0,02035 0,000 0,6002 0,7142 KDSS 0,27786* 0,02035 0,000 0,2209 0,3348 KP 0,54306* 0,02035 0,000 0,4861 0,6000

KP KN 0,11413* 0,02035 0,000 0,0572 0,1711

KDSS -0,26521* 0,02035 0,000 -0,3222 -0,2082 KDPP -0,54306* 0,02035 0,000 -0,6000 -0,4861 *. The mean difference is significant at the 0,05 level.

Homogenous Subsets

Hasil

Perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4

Tukey HSDa KN 6 0,1925

KP 6 0,3066

KDSS 6 0,5718

KDPP 6 0,8497

Sig. 1,000 1,000 1,000 1,000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6,000.


(15)

59

LAMPIRAN 5

Perhitungan dosis

1. Anti IL-

7Rα

Anti IL-

7Rα yang dipakai adalah 1 μg dilarutkan dalam 99 μl PBS

1x sehingga

didapatkan larutan anti IL-

7 Rα 1%. Larutan ini diberikan pada mencit secara

intravena.

2. Dextran Sulfate Sodium (DSS)

DSS yang dipakai adalah 2,5 g dilarutkan dalam aquadest 100 mL sehingga

didapatkan larutan DSS 2,5 % (w/v). Larutan ini diberikan pada mencit melalui

air minum.

3. Dosis Buah Merah

Dosis manusia 70 kg = 2x 15 mL (1 sendok makan) = 30 mL

Dosis mencit 20 g

= 30 mL x 0,0026 = 0,078 mL


(16)

LAMPIRAN 6


(17)

61

LAMPIRAN 7

Kontrol Negatif


(18)

Kelompok defisiensi plaque peyeri tanpa pemberian minyak buah merah.


(19)

1

BABBIB

PE DAHULUA B

B

1.1 LatarBBelakangB

B

Ulcerative Colitis (UC) dan Crohn’s Disease (CD) merupakan penyakit yang

termasuk dalam Inflammatory BoCel Disease (mBD) dengan awal mula penyebab

yang tidak diketahui dengan pasti. Kedua penyakit ini dihubungkan dengan adanya faktor genetik, perubahan fungsi barrier sel epitel, reaksi imun terhadap bakteri intestinal, dan reaksi sel!T yang abnormal (Mc Cance and Huether, 2006). UC adalah suatu penyakit inflamasi kronik yang menyebabkan ulserasi pada mukosa kolon dan berkembang ke arah proksimal, mulai dari rektum ke kolon. Lesi ini dapat terjadi pada individu dengan rentang usia antara 20!40 tahun. UC menyerang lebih dari 2 juta penduduk di Amerika Serikat. Penyebab UC belum diketahui secara pasti. Faktor diet, infeksi, genetik, dan faktor imun diduga berhubungan dengan penyakit UC (Mc Cance and Huether, 2006).

Plaque Peyeri (Peyer’s Patches/PP), komponen mayor pada gut associated lymphoreticular tissue (GALT), merupakan lokasi mayor penyerapan antigen untuk menginduksi respon sekresi antibodi imunoglobulin A (mgA). Selain PP,

juga ditemukan mesenteric lymph nodes (MLN) pada GALT. Gangguan toleransi

mukosa usus terhadap mikroflora normal dan aktivasi respon imun pada GALT menyebabkan terjadinya mBD (Mc Ghee, 2005; Spahn et al., 2002).

Pada individu dengan UC, selain mengalami gangguan pada intestinal juga ditemukan kelainan pada limpa. Limpa merupakan organ yang memiliki fungsi untuk hematopoiesis pada masa fetus, destruksi eritrosit yang telah tua, dan sebagai mekanisme pertahanan tubuh dengan membentuk limfosit!limfosit yang kemudian akan beredar dalam pembuluh darah. Apabila terdapat gangguan pada limpa baik yang disebabkan oleh inflamasi maupun zat karsinogen, maka limpa tidak bekerja dengan baik (Suttie, 2006).


(20)

UC merupakan penyakit yang ditandai dengan adanya reaksi inflamasi. Proses inflamasi merupakan produk dari radikal bebas yang menimbulkan stres oksidatif dan dapat memperburuk reaksi inflamasi tersebut sehingga mengakibatkan penyakit berkembang ke arah keganasan. Senyawa antioksidan dapat menangkal radikal bebas yang berada di dalam tubuh. Secara alamiah, tubuh sebenarnya dapat memproduksi antioksidan endogen. Namun, dikarenakan jumlahnya yang terbatas maka dibutuhkan bantuan antioksidan yang berasal dari luar tubuh (Droge, 2002).

Buah merah (Pandanus conoideus Lam.) merupakan salah satu bahan makanan

yang memiliki kandungan antioksidan yang sangat tinggi yaitu tokoferol dan karotenoid. Buah merah sangat populer bagi masyarakat Papua dan termasuk tanaman endemik yang tumbuh di hutan!hutan. Secara turun!temurun buah merah menjadi makanan tradisional masyarakat Papua dan sering digunakan dalam acara adat (m Made Budi dan Fandy R.Paimin, 2004). Agar khasiat dan manfaatnya dapat dirasakan oleh masyarakat di luar Papua, dan keawetannya terjaga dalam waktu yang lama, maka Buah merah diolah menjadi minyak buah merah (H.Machmud Yahya dan Bernard T.Wahyu Wiryanta, 2005).

Berdasarkan hal!hal di atas, penelitian dilakukan sebagai upaya untuk mengetahui bagaimana peranan buah merah dalam memodulasi respon imun pada mencit defisiensi plaque peyeri (PP) yang diinduksi kolitis dengan DSS dengan menilai berat dan gambaran histopatologis limpa mencit.

1.2 IdentifikasiBMasalahB B

Apakah minyak buah merah menghambat peningkatan berat limpa pada mencit defisiensi PP yang diinduksi kolitis dengan DSS.

Apakah minyak buah merah menghambat pembesaran luas zona marginalis limpa pada mencit defisiensi PP yang diinduksi kolitis dengan DSS.


(21)

3

1.3 MaksudBdanBTujuanB B

BBBBBMaksud penelitian adalah untuk melihat peranan minyak buah merah pada mencit defisiensi PP yang diinduksi kolitis dengan DSS.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh minyak buah merah terhadap berat limpa dan gambaran histopatologis limpa pada mencit defisiensi PP yang diinduksi kolitis dengan DSS.

1.4 ManfaatBPenelitianB B

BBBBBManfaat akademis adalah untuk menambah pengetahuan pembaca mengenai pengaruh minyak buah merah pada mencit defisiensi PP yang diinduksi kolitis dengan DSS.

Manfaat praktis adalah untuk mengeksplorasi potensi minyak buah merah terhadap berat limpa dan gambaran histopatologis pada limpa mencit defisiensi PP yang diinduksi kolitis dengan DSS.

1.5 KerangkaBPemikiranB BBBBBB

BBBBBCrohn’s Disease (CD) dan Ulcerative Colitis (UC) yang termasuk dalam penyakit Inflammatory BoCel Disease (mBD) merupakan suatu kelainan inflamasi kronik pada traktus gastrointestinalis. Penyebab penyakit mBD yang spesifik belum diketahui secara pasti, namun diduga berhubungan dengan gangguan fungsi imun, faktor genetik, dan abnormalitas mikroflora intestinal (Abdelbaqi et al.,

2006).

BBBBBPada individu dengan UC ditemukan mgG dan sejumlah sel plasma pada kolon yang mengalami inflamasi. Limfosit (sel T) pada UC memiliki efek sitotoksik pada sel epitel kolon serupa dengan kerusakan yang disebabkan oleh mediator inflamasi seperti interleukin (mL!1, mL!2, mL!6, mL!8) dan Tumor !ecrosis Factor#α

(TNF!α), toxic oxygen radicals, interferon gamma (mFN!γ), dan mL!10 (Mc Cance and Huether, 2006).


(22)

Dextran Sulfate Sodium (DSS) yang diberikan secara per oral diketahui dapat menginduksi terjadinya kolitis akut dan kronik (Dieleman et al., 1998), sehingga untuk menginduksi kolitis akut diberikan DSS secara per oral selama 7 hari sedangkan kolitis kronik dilakukan 4 siklus, setiap siklus diberikan DSS per oral selama 7 hari dan diikuti dengan pemberian air distilasi selama 7!10 hari

(Obermeier et al., 1999). Pemberian Azoxymethane (AOM) yang dikombinasikan

dengan DSS diduga dapat menginduksi kolitis menuju ke arah keganasan (Popivanova et al., 2008).

Limpa merupakan organ limfoid sekunder tubuh yang terbesar. Organ ini berfungsi untuk hematopoiesis pada saat fetus, destruksi eritrosit yang telah tua serta sebagai mekanisme pertahanan tubuh dengan membentuk limfosit yang kemudian diedarkan pada aliran pembuluh darah (Mc Cance and Huether, 2006). Histologi limpa, dapat ditemukan adanya pulpa alba dan pulpa rubra, yang memiliki fungsinya masing!masing. Pulpa alba merupakan lokasi utama yang berfungsi sebagai respon imunologi dan fagositik. Bila di dalam darah terjadi interaksi antara antigen dengan limfosit, maka akan merangsang timbulnya respon imunologi. Pulpa rubra dapat ditemukan adanya makrofag yang berfungsi dalam fagositosis sel darah merah yang telah tua, rusak, dan mati, mikroorganisme, dan partikel!partikel debris (Mc Cance and Huether, 2006).

Gangguan pada limpa, baik yang disebabkan oleh atrofi, trauma, dan inflamasi, dapat mengakibatkan penurunan fungsi limpa itu sendiri, sehingga fungsi limpa sebagai pendestruksi sel darah merah yang telah tua dan rusak menjadi terganggu. Hal ini ditandai dengan adanya kelainan morfologi sel darah merah daripada yang normal (Mc Cance and Huether, 2006).

Dengan adanya inflamasi kronik, akan mengaktifkan sitokin pro inflamasi seperti TNF, interleukin, dan mFN. Mediator inflamasi yang berperan dalam

induksi organ limpa adalah Lymphotoxin#α (LTα) dan LTβ. LTα dan LTβ

merupakan anggota dari sitokin TNF. LTαβ berperan dalam induksi organ limfoid sekunder dan perkembangan limpa. Apabila tidak memiliki LTα maka tidak akan terjadi perkembangan dari PP dan MLN disertai adanya gangguan pada struktur limpa. LTβ dibutuhkan untuk perkembangan PP tapi tidak untuk MLN, sehingga


(23)

5

apabila tidak memiliki LTβ, hanya akan terjadi kekurangan PP sedangkan MLN masih ditemukan (Spahn et al., 2002).

Pada UC timbul suatu reaksi inflamasi yang apabila terjadi terus!menerus akan menuju ke arah keganasan. Reaksi inflamasi ini akan menghasilkan radikal bebas yang bila terdapat dalam jumlah berlebih akan membahayakan bagi tubuh.

Stres oksidatif (oxidative stress) adalah suatu proses dimana tingkat reactive oxygen species (ROS) yang toksik melebihi pertahanan antioksidan endogen. Keadaan ini mengakibatkan kelebihan radikal bebas, yang akan bereaksi dengan lemak, protein, asam nukleat seluler, sehingga terjadi kerusakan lokal dan disfungsi organ tertentu (Droge, 2002). Oleh karena itu, dibutuhkan suatu senyawa antioksidan yang berasal dari luar tubuh untuk mengatasi radikal bebas yang berlebih di dalam tubuh. Salah satu contoh adalah buah merah (Pandanus conoideus Lam.), yang telah digunakan oleh masyarakat Papua dalam kehidupan sehari!hari.

Buah merah dapat tumbuh baik di dataran rendah 40 m dari permukaan laut (dpl) sampai dataran tinggi 2.000 m dpl. Populasi terbanyak terdapat di dataran dengan ketinggian 1.200!2.000 m dpl. Tanaman ini tumbuh di dataran terbuka dan terkena sinar matahari langsung tanpa terhalang tanaman lain. Buah merah memiliki banyak kandungan gizi yang berfungsi meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Dari kandungan gizi yang ada membuktikan bahwa penduduk Papua yang mengonsumsinya menjadi sehat dan memiliki stamina yang prima. Kuncinya terdapat pada kandungan energi, protein, lemak, kalsium, dan besi (H.Machmud Yahya dan Bernard T.Wahyu Wiryanta, 2005).

Sementara itu, kandungan senyawa aktif di dalam minyak buah merah berfungsi dalam membantu pengobatan berbagai macam penyakit. Dari beberapa senyawa aktif tersebut, yang paling berperan adalah tokoferol atau vitamin E yang mencapai 11.000 ppm. Tokoferol memiliki peran yang ampuh sebagai antioksidan yang membantu penyembuhan beberapa jenis penyakit. Fungsinya adalah memperkuat sistem kekebalan tubuh dan menangkal radikal bebas. Sehingga wajar apabila penyakit!penyakit berbahaya seperti kanker, tumor, dan HmV/AmDS


(24)

bisa dilawan dengan minyak buah merah (H.Machmud Yahya dan Bernard T.Wahyu Wiryanta, 2005).

Zat lainnya yang terdapat dalam minyak buah merah adalah beta karoten, yang berfungsi sebagai pemasok vitamin A sehingga beberapa pasien dengan keluhan gangguan pada mata banyak yang mengalami kesembuhan setelah mengonsumsi buah merah (H.Machmud Yahya dan Bernard T.Wahyu Wiryanta, 2005).

Berdasarkan hal!hal tersebut, peneliti melakukan penelitian sebagai upaya untuk mengetahui peranan buah merah dalam memodulasi respon imun pada mencit defisiensi PP yang diinduksi kolitis dengan DSS dengan melihat adanya perbaikkan pada berat limpa dan gambaran histopatologis dari limpa mencit.

B

1.6 HipotesisB B

• Minyak buah merah memiliki efek menghambat peningkatan berat limpa pada mencit defisiensi PP yang diinduksi kolitis dengan DSS.

• Minyak buah merah memiliki efek menghambat pembesaran luas zona marginalis limpa pada mencit defisiensi PP yang diinduksi kolitis dengan DSS.

1.7 MetodologiBPenelitianB B

BBBBBData yang diamati pada penelitian ini adalah berat limpa dan gambaran histopatologis dari limpa mencit galur Balb/C jantan. Kemudian, dilakukan analisis secara statistik dengan menggunakan One Way Uji Analisis Varian (ANOVA), dilanjutkan dengan Uji Tukey HSD.

B B B


(25)

1

BABBIB

PE DAHULUA B

B

1.1 LatarBBelakangB

B

Ulcerative Colitis (UC) dan Crohn’s Disease (CD) merupakan penyakit yang

termasuk dalam Inflammatory BoCel Disease (mBD) dengan awal mula penyebab

yang tidak diketahui dengan pasti. Kedua penyakit ini dihubungkan dengan adanya faktor genetik, perubahan fungsi barrier sel epitel, reaksi imun terhadap bakteri intestinal, dan reaksi sel!T yang abnormal (Mc Cance and Huether, 2006). UC adalah suatu penyakit inflamasi kronik yang menyebabkan ulserasi pada mukosa kolon dan berkembang ke arah proksimal, mulai dari rektum ke kolon. Lesi ini dapat terjadi pada individu dengan rentang usia antara 20!40 tahun. UC menyerang lebih dari 2 juta penduduk di Amerika Serikat. Penyebab UC belum diketahui secara pasti. Faktor diet, infeksi, genetik, dan faktor imun diduga berhubungan dengan penyakit UC (Mc Cance and Huether, 2006).

Plaque Peyeri (Peyer’s Patches/PP), komponen mayor pada gut associated lymphoreticular tissue (GALT), merupakan lokasi mayor penyerapan antigen untuk menginduksi respon sekresi antibodi imunoglobulin A (mgA). Selain PP,

juga ditemukan mesenteric lymph nodes (MLN) pada GALT. Gangguan toleransi

mukosa usus terhadap mikroflora normal dan aktivasi respon imun pada GALT menyebabkan terjadinya mBD (Mc Ghee, 2005; Spahn et al., 2002).

Pada individu dengan UC, selain mengalami gangguan pada intestinal juga ditemukan kelainan pada limpa. Limpa merupakan organ yang memiliki fungsi untuk hematopoiesis pada masa fetus, destruksi eritrosit yang telah tua, dan sebagai mekanisme pertahanan tubuh dengan membentuk limfosit!limfosit yang kemudian akan beredar dalam pembuluh darah. Apabila terdapat gangguan pada limpa baik yang disebabkan oleh inflamasi maupun zat karsinogen, maka limpa tidak bekerja dengan baik (Suttie, 2006).


(26)

UC merupakan penyakit yang ditandai dengan adanya reaksi inflamasi. Proses inflamasi merupakan produk dari radikal bebas yang menimbulkan stres oksidatif dan dapat memperburuk reaksi inflamasi tersebut sehingga mengakibatkan penyakit berkembang ke arah keganasan. Senyawa antioksidan dapat menangkal radikal bebas yang berada di dalam tubuh. Secara alamiah, tubuh sebenarnya dapat memproduksi antioksidan endogen. Namun, dikarenakan jumlahnya yang terbatas maka dibutuhkan bantuan antioksidan yang berasal dari luar tubuh (Droge, 2002).

Buah merah (Pandanus conoideus Lam.) merupakan salah satu bahan makanan

yang memiliki kandungan antioksidan yang sangat tinggi yaitu tokoferol dan karotenoid. Buah merah sangat populer bagi masyarakat Papua dan termasuk tanaman endemik yang tumbuh di hutan!hutan. Secara turun!temurun buah merah menjadi makanan tradisional masyarakat Papua dan sering digunakan dalam acara adat (m Made Budi dan Fandy R.Paimin, 2004). Agar khasiat dan manfaatnya dapat dirasakan oleh masyarakat di luar Papua, dan keawetannya terjaga dalam waktu yang lama, maka Buah merah diolah menjadi minyak buah merah (H.Machmud Yahya dan Bernard T.Wahyu Wiryanta, 2005).

Berdasarkan hal!hal di atas, penelitian dilakukan sebagai upaya untuk mengetahui bagaimana peranan buah merah dalam memodulasi respon imun pada mencit defisiensi plaque peyeri (PP) yang diinduksi kolitis dengan DSS dengan menilai berat dan gambaran histopatologis limpa mencit.

1.2 IdentifikasiBMasalahB B

Apakah minyak buah merah menghambat peningkatan berat limpa pada mencit defisiensi PP yang diinduksi kolitis dengan DSS.

Apakah minyak buah merah menghambat pembesaran luas zona marginalis limpa pada mencit defisiensi PP yang diinduksi kolitis dengan DSS.


(27)

3

1.3 MaksudBdanBTujuanB B

BBBBBMaksud penelitian adalah untuk melihat peranan minyak buah merah pada mencit defisiensi PP yang diinduksi kolitis dengan DSS.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh minyak buah merah terhadap berat limpa dan gambaran histopatologis limpa pada mencit defisiensi PP yang diinduksi kolitis dengan DSS.

1.4 ManfaatBPenelitianB B

BBBBBManfaat akademis adalah untuk menambah pengetahuan pembaca mengenai pengaruh minyak buah merah pada mencit defisiensi PP yang diinduksi kolitis dengan DSS.

Manfaat praktis adalah untuk mengeksplorasi potensi minyak buah merah terhadap berat limpa dan gambaran histopatologis pada limpa mencit defisiensi PP yang diinduksi kolitis dengan DSS.

1.5 KerangkaBPemikiranB BBBBBB

BBBBBCrohn’s Disease (CD) dan Ulcerative Colitis (UC) yang termasuk dalam penyakit Inflammatory BoCel Disease (mBD) merupakan suatu kelainan inflamasi kronik pada traktus gastrointestinalis. Penyebab penyakit mBD yang spesifik belum diketahui secara pasti, namun diduga berhubungan dengan gangguan fungsi imun, faktor genetik, dan abnormalitas mikroflora intestinal (Abdelbaqi et al.,

2006).

BBBBBPada individu dengan UC ditemukan mgG dan sejumlah sel plasma pada kolon yang mengalami inflamasi. Limfosit (sel T) pada UC memiliki efek sitotoksik pada sel epitel kolon serupa dengan kerusakan yang disebabkan oleh mediator inflamasi seperti interleukin (mL!1, mL!2, mL!6, mL!8) dan Tumor !ecrosis Factor#α

(TNF!α), toxic oxygen radicals, interferon gamma (mFN!γ), dan mL!10 (Mc Cance and Huether, 2006).


(28)

Dextran Sulfate Sodium (DSS) yang diberikan secara per oral diketahui dapat menginduksi terjadinya kolitis akut dan kronik (Dieleman et al., 1998), sehingga untuk menginduksi kolitis akut diberikan DSS secara per oral selama 7 hari sedangkan kolitis kronik dilakukan 4 siklus, setiap siklus diberikan DSS per oral selama 7 hari dan diikuti dengan pemberian air distilasi selama 7!10 hari

(Obermeier et al., 1999). Pemberian Azoxymethane (AOM) yang dikombinasikan

dengan DSS diduga dapat menginduksi kolitis menuju ke arah keganasan (Popivanova et al., 2008).

Limpa merupakan organ limfoid sekunder tubuh yang terbesar. Organ ini berfungsi untuk hematopoiesis pada saat fetus, destruksi eritrosit yang telah tua serta sebagai mekanisme pertahanan tubuh dengan membentuk limfosit yang kemudian diedarkan pada aliran pembuluh darah (Mc Cance and Huether, 2006). Histologi limpa, dapat ditemukan adanya pulpa alba dan pulpa rubra, yang memiliki fungsinya masing!masing. Pulpa alba merupakan lokasi utama yang berfungsi sebagai respon imunologi dan fagositik. Bila di dalam darah terjadi interaksi antara antigen dengan limfosit, maka akan merangsang timbulnya respon imunologi. Pulpa rubra dapat ditemukan adanya makrofag yang berfungsi dalam fagositosis sel darah merah yang telah tua, rusak, dan mati, mikroorganisme, dan partikel!partikel debris (Mc Cance and Huether, 2006).

Gangguan pada limpa, baik yang disebabkan oleh atrofi, trauma, dan inflamasi, dapat mengakibatkan penurunan fungsi limpa itu sendiri, sehingga fungsi limpa sebagai pendestruksi sel darah merah yang telah tua dan rusak menjadi terganggu. Hal ini ditandai dengan adanya kelainan morfologi sel darah merah daripada yang normal (Mc Cance and Huether, 2006).

Dengan adanya inflamasi kronik, akan mengaktifkan sitokin pro inflamasi seperti TNF, interleukin, dan mFN. Mediator inflamasi yang berperan dalam

induksi organ limpa adalah Lymphotoxin#α (LTα) dan LTβ. LTα dan LTβ

merupakan anggota dari sitokin TNF. LTαβ berperan dalam induksi organ limfoid sekunder dan perkembangan limpa. Apabila tidak memiliki LTα maka tidak akan terjadi perkembangan dari PP dan MLN disertai adanya gangguan pada struktur limpa. LTβ dibutuhkan untuk perkembangan PP tapi tidak untuk MLN, sehingga


(29)

5

apabila tidak memiliki LTβ, hanya akan terjadi kekurangan PP sedangkan MLN masih ditemukan (Spahn et al., 2002).

Pada UC timbul suatu reaksi inflamasi yang apabila terjadi terus!menerus akan menuju ke arah keganasan. Reaksi inflamasi ini akan menghasilkan radikal bebas yang bila terdapat dalam jumlah berlebih akan membahayakan bagi tubuh.

Stres oksidatif (oxidative stress) adalah suatu proses dimana tingkat reactive oxygen species (ROS) yang toksik melebihi pertahanan antioksidan endogen. Keadaan ini mengakibatkan kelebihan radikal bebas, yang akan bereaksi dengan lemak, protein, asam nukleat seluler, sehingga terjadi kerusakan lokal dan disfungsi organ tertentu (Droge, 2002). Oleh karena itu, dibutuhkan suatu senyawa antioksidan yang berasal dari luar tubuh untuk mengatasi radikal bebas yang berlebih di dalam tubuh. Salah satu contoh adalah buah merah (Pandanus conoideus Lam.), yang telah digunakan oleh masyarakat Papua dalam kehidupan sehari!hari.

Buah merah dapat tumbuh baik di dataran rendah 40 m dari permukaan laut (dpl) sampai dataran tinggi 2.000 m dpl. Populasi terbanyak terdapat di dataran dengan ketinggian 1.200!2.000 m dpl. Tanaman ini tumbuh di dataran terbuka dan terkena sinar matahari langsung tanpa terhalang tanaman lain. Buah merah memiliki banyak kandungan gizi yang berfungsi meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Dari kandungan gizi yang ada membuktikan bahwa penduduk Papua yang mengonsumsinya menjadi sehat dan memiliki stamina yang prima. Kuncinya terdapat pada kandungan energi, protein, lemak, kalsium, dan besi (H.Machmud Yahya dan Bernard T.Wahyu Wiryanta, 2005).

Sementara itu, kandungan senyawa aktif di dalam minyak buah merah berfungsi dalam membantu pengobatan berbagai macam penyakit. Dari beberapa senyawa aktif tersebut, yang paling berperan adalah tokoferol atau vitamin E yang mencapai 11.000 ppm. Tokoferol memiliki peran yang ampuh sebagai antioksidan yang membantu penyembuhan beberapa jenis penyakit. Fungsinya adalah memperkuat sistem kekebalan tubuh dan menangkal radikal bebas. Sehingga wajar apabila penyakit!penyakit berbahaya seperti kanker, tumor, dan HmV/AmDS


(30)

bisa dilawan dengan minyak buah merah (H.Machmud Yahya dan Bernard T.Wahyu Wiryanta, 2005).

Zat lainnya yang terdapat dalam minyak buah merah adalah beta karoten, yang berfungsi sebagai pemasok vitamin A sehingga beberapa pasien dengan keluhan gangguan pada mata banyak yang mengalami kesembuhan setelah mengonsumsi buah merah (H.Machmud Yahya dan Bernard T.Wahyu Wiryanta, 2005).

Berdasarkan hal!hal tersebut, peneliti melakukan penelitian sebagai upaya untuk mengetahui peranan buah merah dalam memodulasi respon imun pada mencit defisiensi PP yang diinduksi kolitis dengan DSS dengan melihat adanya perbaikkan pada berat limpa dan gambaran histopatologis dari limpa mencit.

B

1.6 HipotesisB B

• Minyak buah merah memiliki efek menghambat peningkatan berat limpa pada mencit defisiensi PP yang diinduksi kolitis dengan DSS.

• Minyak buah merah memiliki efek menghambat pembesaran luas zona marginalis limpa pada mencit defisiensi PP yang diinduksi kolitis dengan DSS.

1.7 MetodologiBPenelitianB B

BBBBBData yang diamati pada penelitian ini adalah berat limpa dan gambaran histopatologis dari limpa mencit galur Balb/C jantan. Kemudian, dilakukan analisis secara statistik dengan menggunakan One Way Uji Analisis Varian (ANOVA), dilanjutkan dengan Uji Tukey HSD.

B B B


(31)

1

BABBIB

PE DAHULUA B

B

1.1 LatarBBelakangB

B

Ulcerative Colitis (UC) dan Crohn’s Disease (CD) merupakan penyakit yang

termasuk dalam Inflammatory BoCel Disease (mBD) dengan awal mula penyebab

yang tidak diketahui dengan pasti. Kedua penyakit ini dihubungkan dengan adanya faktor genetik, perubahan fungsi barrier sel epitel, reaksi imun terhadap bakteri intestinal, dan reaksi sel!T yang abnormal (Mc Cance and Huether, 2006). UC adalah suatu penyakit inflamasi kronik yang menyebabkan ulserasi pada mukosa kolon dan berkembang ke arah proksimal, mulai dari rektum ke kolon. Lesi ini dapat terjadi pada individu dengan rentang usia antara 20!40 tahun. UC menyerang lebih dari 2 juta penduduk di Amerika Serikat. Penyebab UC belum diketahui secara pasti. Faktor diet, infeksi, genetik, dan faktor imun diduga berhubungan dengan penyakit UC (Mc Cance and Huether, 2006).

Plaque Peyeri (Peyer’s Patches/PP), komponen mayor pada gut associated lymphoreticular tissue (GALT), merupakan lokasi mayor penyerapan antigen untuk menginduksi respon sekresi antibodi imunoglobulin A (mgA). Selain PP,

juga ditemukan mesenteric lymph nodes (MLN) pada GALT. Gangguan toleransi

mukosa usus terhadap mikroflora normal dan aktivasi respon imun pada GALT menyebabkan terjadinya mBD (Mc Ghee, 2005; Spahn et al., 2002).

Pada individu dengan UC, selain mengalami gangguan pada intestinal juga ditemukan kelainan pada limpa. Limpa merupakan organ yang memiliki fungsi untuk hematopoiesis pada masa fetus, destruksi eritrosit yang telah tua, dan sebagai mekanisme pertahanan tubuh dengan membentuk limfosit!limfosit yang kemudian akan beredar dalam pembuluh darah. Apabila terdapat gangguan pada limpa baik yang disebabkan oleh inflamasi maupun zat karsinogen, maka limpa tidak bekerja dengan baik (Suttie, 2006).


(32)

UC merupakan penyakit yang ditandai dengan adanya reaksi inflamasi. Proses inflamasi merupakan produk dari radikal bebas yang menimbulkan stres oksidatif dan dapat memperburuk reaksi inflamasi tersebut sehingga mengakibatkan penyakit berkembang ke arah keganasan. Senyawa antioksidan dapat menangkal radikal bebas yang berada di dalam tubuh. Secara alamiah, tubuh sebenarnya dapat memproduksi antioksidan endogen. Namun, dikarenakan jumlahnya yang terbatas maka dibutuhkan bantuan antioksidan yang berasal dari luar tubuh (Droge, 2002).

Buah merah (Pandanus conoideus Lam.) merupakan salah satu bahan makanan

yang memiliki kandungan antioksidan yang sangat tinggi yaitu tokoferol dan karotenoid. Buah merah sangat populer bagi masyarakat Papua dan termasuk tanaman endemik yang tumbuh di hutan!hutan. Secara turun!temurun buah merah menjadi makanan tradisional masyarakat Papua dan sering digunakan dalam acara adat (m Made Budi dan Fandy R.Paimin, 2004). Agar khasiat dan manfaatnya dapat dirasakan oleh masyarakat di luar Papua, dan keawetannya terjaga dalam waktu yang lama, maka Buah merah diolah menjadi minyak buah merah (H.Machmud Yahya dan Bernard T.Wahyu Wiryanta, 2005).

Berdasarkan hal!hal di atas, penelitian dilakukan sebagai upaya untuk mengetahui bagaimana peranan buah merah dalam memodulasi respon imun pada mencit defisiensi plaque peyeri (PP) yang diinduksi kolitis dengan DSS dengan menilai berat dan gambaran histopatologis limpa mencit.

1.2 IdentifikasiBMasalahB B

Apakah minyak buah merah menghambat peningkatan berat limpa pada mencit defisiensi PP yang diinduksi kolitis dengan DSS.

Apakah minyak buah merah menghambat pembesaran luas zona marginalis limpa pada mencit defisiensi PP yang diinduksi kolitis dengan DSS.


(33)

3

1.3 MaksudBdanBTujuanB B

BBBBBMaksud penelitian adalah untuk melihat peranan minyak buah merah pada mencit defisiensi PP yang diinduksi kolitis dengan DSS.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh minyak buah merah terhadap berat limpa dan gambaran histopatologis limpa pada mencit defisiensi PP yang diinduksi kolitis dengan DSS.

1.4 ManfaatBPenelitianB B

BBBBBManfaat akademis adalah untuk menambah pengetahuan pembaca mengenai pengaruh minyak buah merah pada mencit defisiensi PP yang diinduksi kolitis dengan DSS.

Manfaat praktis adalah untuk mengeksplorasi potensi minyak buah merah terhadap berat limpa dan gambaran histopatologis pada limpa mencit defisiensi PP yang diinduksi kolitis dengan DSS.

1.5 KerangkaBPemikiranB BBBBBB

BBBBBCrohn’s Disease (CD) dan Ulcerative Colitis (UC) yang termasuk dalam penyakit Inflammatory BoCel Disease (mBD) merupakan suatu kelainan inflamasi kronik pada traktus gastrointestinalis. Penyebab penyakit mBD yang spesifik belum diketahui secara pasti, namun diduga berhubungan dengan gangguan fungsi imun, faktor genetik, dan abnormalitas mikroflora intestinal (Abdelbaqi et al.,

2006).

BBBBBPada individu dengan UC ditemukan mgG dan sejumlah sel plasma pada kolon yang mengalami inflamasi. Limfosit (sel T) pada UC memiliki efek sitotoksik pada sel epitel kolon serupa dengan kerusakan yang disebabkan oleh mediator inflamasi seperti interleukin (mL!1, mL!2, mL!6, mL!8) dan Tumor !ecrosis Factor#α

(TNF!α), toxic oxygen radicals, interferon gamma (mFN!γ), dan mL!10 (Mc Cance and Huether, 2006).


(34)

Dextran Sulfate Sodium (DSS) yang diberikan secara per oral diketahui dapat menginduksi terjadinya kolitis akut dan kronik (Dieleman et al., 1998), sehingga untuk menginduksi kolitis akut diberikan DSS secara per oral selama 7 hari sedangkan kolitis kronik dilakukan 4 siklus, setiap siklus diberikan DSS per oral selama 7 hari dan diikuti dengan pemberian air distilasi selama 7!10 hari

(Obermeier et al., 1999). Pemberian Azoxymethane (AOM) yang dikombinasikan

dengan DSS diduga dapat menginduksi kolitis menuju ke arah keganasan (Popivanova et al., 2008).

Limpa merupakan organ limfoid sekunder tubuh yang terbesar. Organ ini berfungsi untuk hematopoiesis pada saat fetus, destruksi eritrosit yang telah tua serta sebagai mekanisme pertahanan tubuh dengan membentuk limfosit yang kemudian diedarkan pada aliran pembuluh darah (Mc Cance and Huether, 2006). Histologi limpa, dapat ditemukan adanya pulpa alba dan pulpa rubra, yang memiliki fungsinya masing!masing. Pulpa alba merupakan lokasi utama yang berfungsi sebagai respon imunologi dan fagositik. Bila di dalam darah terjadi interaksi antara antigen dengan limfosit, maka akan merangsang timbulnya respon imunologi. Pulpa rubra dapat ditemukan adanya makrofag yang berfungsi dalam fagositosis sel darah merah yang telah tua, rusak, dan mati, mikroorganisme, dan partikel!partikel debris (Mc Cance and Huether, 2006).

Gangguan pada limpa, baik yang disebabkan oleh atrofi, trauma, dan inflamasi, dapat mengakibatkan penurunan fungsi limpa itu sendiri, sehingga fungsi limpa sebagai pendestruksi sel darah merah yang telah tua dan rusak menjadi terganggu. Hal ini ditandai dengan adanya kelainan morfologi sel darah merah daripada yang normal (Mc Cance and Huether, 2006).

Dengan adanya inflamasi kronik, akan mengaktifkan sitokin pro inflamasi seperti TNF, interleukin, dan mFN. Mediator inflamasi yang berperan dalam

induksi organ limpa adalah Lymphotoxin#α (LTα) dan LTβ. LTα dan LTβ

merupakan anggota dari sitokin TNF. LTαβ berperan dalam induksi organ limfoid sekunder dan perkembangan limpa. Apabila tidak memiliki LTα maka tidak akan terjadi perkembangan dari PP dan MLN disertai adanya gangguan pada struktur limpa. LTβ dibutuhkan untuk perkembangan PP tapi tidak untuk MLN, sehingga


(35)

5

apabila tidak memiliki LTβ, hanya akan terjadi kekurangan PP sedangkan MLN masih ditemukan (Spahn et al., 2002).

Pada UC timbul suatu reaksi inflamasi yang apabila terjadi terus!menerus akan menuju ke arah keganasan. Reaksi inflamasi ini akan menghasilkan radikal bebas yang bila terdapat dalam jumlah berlebih akan membahayakan bagi tubuh.

Stres oksidatif (oxidative stress) adalah suatu proses dimana tingkat reactive oxygen species (ROS) yang toksik melebihi pertahanan antioksidan endogen. Keadaan ini mengakibatkan kelebihan radikal bebas, yang akan bereaksi dengan lemak, protein, asam nukleat seluler, sehingga terjadi kerusakan lokal dan disfungsi organ tertentu (Droge, 2002). Oleh karena itu, dibutuhkan suatu senyawa antioksidan yang berasal dari luar tubuh untuk mengatasi radikal bebas yang berlebih di dalam tubuh. Salah satu contoh adalah buah merah (Pandanus conoideus Lam.), yang telah digunakan oleh masyarakat Papua dalam kehidupan sehari!hari.

Buah merah dapat tumbuh baik di dataran rendah 40 m dari permukaan laut (dpl) sampai dataran tinggi 2.000 m dpl. Populasi terbanyak terdapat di dataran dengan ketinggian 1.200!2.000 m dpl. Tanaman ini tumbuh di dataran terbuka dan terkena sinar matahari langsung tanpa terhalang tanaman lain. Buah merah memiliki banyak kandungan gizi yang berfungsi meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Dari kandungan gizi yang ada membuktikan bahwa penduduk Papua yang mengonsumsinya menjadi sehat dan memiliki stamina yang prima. Kuncinya terdapat pada kandungan energi, protein, lemak, kalsium, dan besi (H.Machmud Yahya dan Bernard T.Wahyu Wiryanta, 2005).

Sementara itu, kandungan senyawa aktif di dalam minyak buah merah berfungsi dalam membantu pengobatan berbagai macam penyakit. Dari beberapa senyawa aktif tersebut, yang paling berperan adalah tokoferol atau vitamin E yang mencapai 11.000 ppm. Tokoferol memiliki peran yang ampuh sebagai antioksidan yang membantu penyembuhan beberapa jenis penyakit. Fungsinya adalah memperkuat sistem kekebalan tubuh dan menangkal radikal bebas. Sehingga wajar apabila penyakit!penyakit berbahaya seperti kanker, tumor, dan HmV/AmDS


(36)

bisa dilawan dengan minyak buah merah (H.Machmud Yahya dan Bernard T.Wahyu Wiryanta, 2005).

Zat lainnya yang terdapat dalam minyak buah merah adalah beta karoten, yang berfungsi sebagai pemasok vitamin A sehingga beberapa pasien dengan keluhan gangguan pada mata banyak yang mengalami kesembuhan setelah mengonsumsi buah merah (H.Machmud Yahya dan Bernard T.Wahyu Wiryanta, 2005).

Berdasarkan hal!hal tersebut, peneliti melakukan penelitian sebagai upaya untuk mengetahui peranan buah merah dalam memodulasi respon imun pada mencit defisiensi PP yang diinduksi kolitis dengan DSS dengan melihat adanya perbaikkan pada berat limpa dan gambaran histopatologis dari limpa mencit.

B

1.6 HipotesisB B

• Minyak buah merah memiliki efek menghambat peningkatan berat limpa pada mencit defisiensi PP yang diinduksi kolitis dengan DSS.

• Minyak buah merah memiliki efek menghambat pembesaran luas zona marginalis limpa pada mencit defisiensi PP yang diinduksi kolitis dengan DSS.

1.7 MetodologiBPenelitianB B

BBBBBData yang diamati pada penelitian ini adalah berat limpa dan gambaran histopatologis dari limpa mencit galur Balb/C jantan. Kemudian, dilakukan analisis secara statistik dengan menggunakan One Way Uji Analisis Varian (ANOVA), dilanjutkan dengan Uji Tukey HSD.

B B B


(37)

1

BABBIB

PE DAHULUA B

B

1.1 LatarBBelakangB

B

Ulcerative Colitis (UC) dan Crohn’s Disease (CD) merupakan penyakit yang

termasuk dalam Inflammatory BoCel Disease (mBD) dengan awal mula penyebab

yang tidak diketahui dengan pasti. Kedua penyakit ini dihubungkan dengan adanya faktor genetik, perubahan fungsi barrier sel epitel, reaksi imun terhadap bakteri intestinal, dan reaksi sel!T yang abnormal (Mc Cance and Huether, 2006). UC adalah suatu penyakit inflamasi kronik yang menyebabkan ulserasi pada mukosa kolon dan berkembang ke arah proksimal, mulai dari rektum ke kolon. Lesi ini dapat terjadi pada individu dengan rentang usia antara 20!40 tahun. UC menyerang lebih dari 2 juta penduduk di Amerika Serikat. Penyebab UC belum diketahui secara pasti. Faktor diet, infeksi, genetik, dan faktor imun diduga berhubungan dengan penyakit UC (Mc Cance and Huether, 2006).

Plaque Peyeri (Peyer’s Patches/PP), komponen mayor pada gut associated lymphoreticular tissue (GALT), merupakan lokasi mayor penyerapan antigen untuk menginduksi respon sekresi antibodi imunoglobulin A (mgA). Selain PP,

juga ditemukan mesenteric lymph nodes (MLN) pada GALT. Gangguan toleransi

mukosa usus terhadap mikroflora normal dan aktivasi respon imun pada GALT menyebabkan terjadinya mBD (Mc Ghee, 2005; Spahn et al., 2002).

Pada individu dengan UC, selain mengalami gangguan pada intestinal juga ditemukan kelainan pada limpa. Limpa merupakan organ yang memiliki fungsi untuk hematopoiesis pada masa fetus, destruksi eritrosit yang telah tua, dan sebagai mekanisme pertahanan tubuh dengan membentuk limfosit!limfosit yang kemudian akan beredar dalam pembuluh darah. Apabila terdapat gangguan pada limpa baik yang disebabkan oleh inflamasi maupun zat karsinogen, maka limpa tidak bekerja dengan baik (Suttie, 2006).


(38)

UC merupakan penyakit yang ditandai dengan adanya reaksi inflamasi. Proses inflamasi merupakan produk dari radikal bebas yang menimbulkan stres oksidatif dan dapat memperburuk reaksi inflamasi tersebut sehingga mengakibatkan penyakit berkembang ke arah keganasan. Senyawa antioksidan dapat menangkal radikal bebas yang berada di dalam tubuh. Secara alamiah, tubuh sebenarnya dapat memproduksi antioksidan endogen. Namun, dikarenakan jumlahnya yang terbatas maka dibutuhkan bantuan antioksidan yang berasal dari luar tubuh (Droge, 2002).

Buah merah (Pandanus conoideus Lam.) merupakan salah satu bahan makanan

yang memiliki kandungan antioksidan yang sangat tinggi yaitu tokoferol dan karotenoid. Buah merah sangat populer bagi masyarakat Papua dan termasuk tanaman endemik yang tumbuh di hutan!hutan. Secara turun!temurun buah merah menjadi makanan tradisional masyarakat Papua dan sering digunakan dalam acara adat (m Made Budi dan Fandy R.Paimin, 2004). Agar khasiat dan manfaatnya dapat dirasakan oleh masyarakat di luar Papua, dan keawetannya terjaga dalam waktu yang lama, maka Buah merah diolah menjadi minyak buah merah (H.Machmud Yahya dan Bernard T.Wahyu Wiryanta, 2005).

Berdasarkan hal!hal di atas, penelitian dilakukan sebagai upaya untuk mengetahui bagaimana peranan buah merah dalam memodulasi respon imun pada mencit defisiensi plaque peyeri (PP) yang diinduksi kolitis dengan DSS dengan menilai berat dan gambaran histopatologis limpa mencit.

1.2 IdentifikasiBMasalahB B

Apakah minyak buah merah menghambat peningkatan berat limpa pada mencit defisiensi PP yang diinduksi kolitis dengan DSS.

Apakah minyak buah merah menghambat pembesaran luas zona marginalis limpa pada mencit defisiensi PP yang diinduksi kolitis dengan DSS.


(39)

3

1.3 MaksudBdanBTujuanB B

BBBBBMaksud penelitian adalah untuk melihat peranan minyak buah merah pada mencit defisiensi PP yang diinduksi kolitis dengan DSS.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh minyak buah merah terhadap berat limpa dan gambaran histopatologis limpa pada mencit defisiensi PP yang diinduksi kolitis dengan DSS.

1.4 ManfaatBPenelitianB B

BBBBBManfaat akademis adalah untuk menambah pengetahuan pembaca mengenai pengaruh minyak buah merah pada mencit defisiensi PP yang diinduksi kolitis dengan DSS.

Manfaat praktis adalah untuk mengeksplorasi potensi minyak buah merah terhadap berat limpa dan gambaran histopatologis pada limpa mencit defisiensi PP yang diinduksi kolitis dengan DSS.

1.5 KerangkaBPemikiranB BBBBBB

BBBBBCrohn’s Disease (CD) dan Ulcerative Colitis (UC) yang termasuk dalam penyakit Inflammatory BoCel Disease (mBD) merupakan suatu kelainan inflamasi kronik pada traktus gastrointestinalis. Penyebab penyakit mBD yang spesifik belum diketahui secara pasti, namun diduga berhubungan dengan gangguan fungsi imun, faktor genetik, dan abnormalitas mikroflora intestinal (Abdelbaqi et al.,

2006).

BBBBBPada individu dengan UC ditemukan mgG dan sejumlah sel plasma pada kolon yang mengalami inflamasi. Limfosit (sel T) pada UC memiliki efek sitotoksik pada sel epitel kolon serupa dengan kerusakan yang disebabkan oleh mediator inflamasi seperti interleukin (mL!1, mL!2, mL!6, mL!8) dan Tumor !ecrosis Factor#α

(TNF!α), toxic oxygen radicals, interferon gamma (mFN!γ), dan mL!10 (Mc Cance and Huether, 2006).


(40)

Dextran Sulfate Sodium (DSS) yang diberikan secara per oral diketahui dapat menginduksi terjadinya kolitis akut dan kronik (Dieleman et al., 1998), sehingga untuk menginduksi kolitis akut diberikan DSS secara per oral selama 7 hari sedangkan kolitis kronik dilakukan 4 siklus, setiap siklus diberikan DSS per oral selama 7 hari dan diikuti dengan pemberian air distilasi selama 7!10 hari

(Obermeier et al., 1999). Pemberian Azoxymethane (AOM) yang dikombinasikan

dengan DSS diduga dapat menginduksi kolitis menuju ke arah keganasan (Popivanova et al., 2008).

Limpa merupakan organ limfoid sekunder tubuh yang terbesar. Organ ini berfungsi untuk hematopoiesis pada saat fetus, destruksi eritrosit yang telah tua serta sebagai mekanisme pertahanan tubuh dengan membentuk limfosit yang kemudian diedarkan pada aliran pembuluh darah (Mc Cance and Huether, 2006). Histologi limpa, dapat ditemukan adanya pulpa alba dan pulpa rubra, yang memiliki fungsinya masing!masing. Pulpa alba merupakan lokasi utama yang berfungsi sebagai respon imunologi dan fagositik. Bila di dalam darah terjadi interaksi antara antigen dengan limfosit, maka akan merangsang timbulnya respon imunologi. Pulpa rubra dapat ditemukan adanya makrofag yang berfungsi dalam fagositosis sel darah merah yang telah tua, rusak, dan mati, mikroorganisme, dan partikel!partikel debris (Mc Cance and Huether, 2006).

Gangguan pada limpa, baik yang disebabkan oleh atrofi, trauma, dan inflamasi, dapat mengakibatkan penurunan fungsi limpa itu sendiri, sehingga fungsi limpa sebagai pendestruksi sel darah merah yang telah tua dan rusak menjadi terganggu. Hal ini ditandai dengan adanya kelainan morfologi sel darah merah daripada yang normal (Mc Cance and Huether, 2006).

Dengan adanya inflamasi kronik, akan mengaktifkan sitokin pro inflamasi seperti TNF, interleukin, dan mFN. Mediator inflamasi yang berperan dalam

induksi organ limpa adalah Lymphotoxin#α (LTα) dan LTβ. LTα dan LTβ

merupakan anggota dari sitokin TNF. LTαβ berperan dalam induksi organ limfoid sekunder dan perkembangan limpa. Apabila tidak memiliki LTα maka tidak akan terjadi perkembangan dari PP dan MLN disertai adanya gangguan pada struktur limpa. LTβ dibutuhkan untuk perkembangan PP tapi tidak untuk MLN, sehingga


(41)

5

apabila tidak memiliki LTβ, hanya akan terjadi kekurangan PP sedangkan MLN masih ditemukan (Spahn et al., 2002).

Pada UC timbul suatu reaksi inflamasi yang apabila terjadi terus!menerus akan menuju ke arah keganasan. Reaksi inflamasi ini akan menghasilkan radikal bebas yang bila terdapat dalam jumlah berlebih akan membahayakan bagi tubuh.

Stres oksidatif (oxidative stress) adalah suatu proses dimana tingkat reactive oxygen species (ROS) yang toksik melebihi pertahanan antioksidan endogen. Keadaan ini mengakibatkan kelebihan radikal bebas, yang akan bereaksi dengan lemak, protein, asam nukleat seluler, sehingga terjadi kerusakan lokal dan disfungsi organ tertentu (Droge, 2002). Oleh karena itu, dibutuhkan suatu senyawa antioksidan yang berasal dari luar tubuh untuk mengatasi radikal bebas yang berlebih di dalam tubuh. Salah satu contoh adalah buah merah (Pandanus conoideus Lam.), yang telah digunakan oleh masyarakat Papua dalam kehidupan sehari!hari.

Buah merah dapat tumbuh baik di dataran rendah 40 m dari permukaan laut (dpl) sampai dataran tinggi 2.000 m dpl. Populasi terbanyak terdapat di dataran dengan ketinggian 1.200!2.000 m dpl. Tanaman ini tumbuh di dataran terbuka dan terkena sinar matahari langsung tanpa terhalang tanaman lain. Buah merah memiliki banyak kandungan gizi yang berfungsi meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Dari kandungan gizi yang ada membuktikan bahwa penduduk Papua yang mengonsumsinya menjadi sehat dan memiliki stamina yang prima. Kuncinya terdapat pada kandungan energi, protein, lemak, kalsium, dan besi (H.Machmud Yahya dan Bernard T.Wahyu Wiryanta, 2005).

Sementara itu, kandungan senyawa aktif di dalam minyak buah merah berfungsi dalam membantu pengobatan berbagai macam penyakit. Dari beberapa senyawa aktif tersebut, yang paling berperan adalah tokoferol atau vitamin E yang mencapai 11.000 ppm. Tokoferol memiliki peran yang ampuh sebagai antioksidan yang membantu penyembuhan beberapa jenis penyakit. Fungsinya adalah memperkuat sistem kekebalan tubuh dan menangkal radikal bebas. Sehingga wajar apabila penyakit!penyakit berbahaya seperti kanker, tumor, dan HmV/AmDS


(42)

bisa dilawan dengan minyak buah merah (H.Machmud Yahya dan Bernard T.Wahyu Wiryanta, 2005).

Zat lainnya yang terdapat dalam minyak buah merah adalah beta karoten, yang berfungsi sebagai pemasok vitamin A sehingga beberapa pasien dengan keluhan gangguan pada mata banyak yang mengalami kesembuhan setelah mengonsumsi buah merah (H.Machmud Yahya dan Bernard T.Wahyu Wiryanta, 2005).

Berdasarkan hal!hal tersebut, peneliti melakukan penelitian sebagai upaya untuk mengetahui peranan buah merah dalam memodulasi respon imun pada mencit defisiensi PP yang diinduksi kolitis dengan DSS dengan melihat adanya perbaikkan pada berat limpa dan gambaran histopatologis dari limpa mencit.

B

1.6 HipotesisB B

• Minyak buah merah memiliki efek menghambat peningkatan berat limpa pada mencit defisiensi PP yang diinduksi kolitis dengan DSS.

• Minyak buah merah memiliki efek menghambat pembesaran luas zona marginalis limpa pada mencit defisiensi PP yang diinduksi kolitis dengan DSS.

1.7 MetodologiBPenelitianB B

BBBBBData yang diamati pada penelitian ini adalah berat limpa dan gambaran histopatologis dari limpa mencit galur Balb/C jantan. Kemudian, dilakukan analisis secara statistik dengan menggunakan One Way Uji Analisis Varian (ANOVA), dilanjutkan dengan Uji Tukey HSD.

B B B


(43)

1

BABBIB

PE DAHULUA B

B

1.1 LatarBBelakangB

B

Ulcerative Colitis (UC) dan Crohn’s Disease (CD) merupakan penyakit yang

termasuk dalam Inflammatory BoCel Disease (mBD) dengan awal mula penyebab

yang tidak diketahui dengan pasti. Kedua penyakit ini dihubungkan dengan adanya faktor genetik, perubahan fungsi barrier sel epitel, reaksi imun terhadap bakteri intestinal, dan reaksi sel!T yang abnormal (Mc Cance and Huether, 2006). UC adalah suatu penyakit inflamasi kronik yang menyebabkan ulserasi pada mukosa kolon dan berkembang ke arah proksimal, mulai dari rektum ke kolon. Lesi ini dapat terjadi pada individu dengan rentang usia antara 20!40 tahun. UC menyerang lebih dari 2 juta penduduk di Amerika Serikat. Penyebab UC belum diketahui secara pasti. Faktor diet, infeksi, genetik, dan faktor imun diduga berhubungan dengan penyakit UC (Mc Cance and Huether, 2006).

Plaque Peyeri (Peyer’s Patches/PP), komponen mayor pada gut associated lymphoreticular tissue (GALT), merupakan lokasi mayor penyerapan antigen untuk menginduksi respon sekresi antibodi imunoglobulin A (mgA). Selain PP,

juga ditemukan mesenteric lymph nodes (MLN) pada GALT. Gangguan toleransi

mukosa usus terhadap mikroflora normal dan aktivasi respon imun pada GALT menyebabkan terjadinya mBD (Mc Ghee, 2005; Spahn et al., 2002).

Pada individu dengan UC, selain mengalami gangguan pada intestinal juga ditemukan kelainan pada limpa. Limpa merupakan organ yang memiliki fungsi untuk hematopoiesis pada masa fetus, destruksi eritrosit yang telah tua, dan sebagai mekanisme pertahanan tubuh dengan membentuk limfosit!limfosit yang kemudian akan beredar dalam pembuluh darah. Apabila terdapat gangguan pada limpa baik yang disebabkan oleh inflamasi maupun zat karsinogen, maka limpa tidak bekerja dengan baik (Suttie, 2006).


(44)

UC merupakan penyakit yang ditandai dengan adanya reaksi inflamasi. Proses inflamasi merupakan produk dari radikal bebas yang menimbulkan stres oksidatif dan dapat memperburuk reaksi inflamasi tersebut sehingga mengakibatkan penyakit berkembang ke arah keganasan. Senyawa antioksidan dapat menangkal radikal bebas yang berada di dalam tubuh. Secara alamiah, tubuh sebenarnya dapat memproduksi antioksidan endogen. Namun, dikarenakan jumlahnya yang terbatas maka dibutuhkan bantuan antioksidan yang berasal dari luar tubuh (Droge, 2002).

Buah merah (Pandanus conoideus Lam.) merupakan salah satu bahan makanan

yang memiliki kandungan antioksidan yang sangat tinggi yaitu tokoferol dan karotenoid. Buah merah sangat populer bagi masyarakat Papua dan termasuk tanaman endemik yang tumbuh di hutan!hutan. Secara turun!temurun buah merah menjadi makanan tradisional masyarakat Papua dan sering digunakan dalam acara adat (m Made Budi dan Fandy R.Paimin, 2004). Agar khasiat dan manfaatnya dapat dirasakan oleh masyarakat di luar Papua, dan keawetannya terjaga dalam waktu yang lama, maka Buah merah diolah menjadi minyak buah merah (H.Machmud Yahya dan Bernard T.Wahyu Wiryanta, 2005).

Berdasarkan hal!hal di atas, penelitian dilakukan sebagai upaya untuk mengetahui bagaimana peranan buah merah dalam memodulasi respon imun pada mencit defisiensi plaque peyeri (PP) yang diinduksi kolitis dengan DSS dengan menilai berat dan gambaran histopatologis limpa mencit.

1.2 IdentifikasiBMasalahB B

Apakah minyak buah merah menghambat peningkatan berat limpa pada mencit defisiensi PP yang diinduksi kolitis dengan DSS.

Apakah minyak buah merah menghambat pembesaran luas zona marginalis limpa pada mencit defisiensi PP yang diinduksi kolitis dengan DSS.


(45)

3

1.3 MaksudBdanBTujuanB B

BBBBBMaksud penelitian adalah untuk melihat peranan minyak buah merah pada mencit defisiensi PP yang diinduksi kolitis dengan DSS.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh minyak buah merah terhadap berat limpa dan gambaran histopatologis limpa pada mencit defisiensi PP yang diinduksi kolitis dengan DSS.

1.4 ManfaatBPenelitianB B

BBBBBManfaat akademis adalah untuk menambah pengetahuan pembaca mengenai pengaruh minyak buah merah pada mencit defisiensi PP yang diinduksi kolitis dengan DSS.

Manfaat praktis adalah untuk mengeksplorasi potensi minyak buah merah terhadap berat limpa dan gambaran histopatologis pada limpa mencit defisiensi PP yang diinduksi kolitis dengan DSS.

1.5 KerangkaBPemikiranB BBBBBB

BBBBBCrohn’s Disease (CD) dan Ulcerative Colitis (UC) yang termasuk dalam penyakit Inflammatory BoCel Disease (mBD) merupakan suatu kelainan inflamasi kronik pada traktus gastrointestinalis. Penyebab penyakit mBD yang spesifik belum diketahui secara pasti, namun diduga berhubungan dengan gangguan fungsi imun, faktor genetik, dan abnormalitas mikroflora intestinal (Abdelbaqi et al.,

2006).

BBBBBPada individu dengan UC ditemukan mgG dan sejumlah sel plasma pada kolon yang mengalami inflamasi. Limfosit (sel T) pada UC memiliki efek sitotoksik pada sel epitel kolon serupa dengan kerusakan yang disebabkan oleh mediator inflamasi seperti interleukin (mL!1, mL!2, mL!6, mL!8) dan Tumor !ecrosis Factor#α

(TNF!α), toxic oxygen radicals, interferon gamma (mFN!γ), dan mL!10 (Mc Cance and Huether, 2006).


(46)

Dextran Sulfate Sodium (DSS) yang diberikan secara per oral diketahui dapat menginduksi terjadinya kolitis akut dan kronik (Dieleman et al., 1998), sehingga untuk menginduksi kolitis akut diberikan DSS secara per oral selama 7 hari sedangkan kolitis kronik dilakukan 4 siklus, setiap siklus diberikan DSS per oral selama 7 hari dan diikuti dengan pemberian air distilasi selama 7!10 hari

(Obermeier et al., 1999). Pemberian Azoxymethane (AOM) yang dikombinasikan

dengan DSS diduga dapat menginduksi kolitis menuju ke arah keganasan (Popivanova et al., 2008).

Limpa merupakan organ limfoid sekunder tubuh yang terbesar. Organ ini berfungsi untuk hematopoiesis pada saat fetus, destruksi eritrosit yang telah tua serta sebagai mekanisme pertahanan tubuh dengan membentuk limfosit yang kemudian diedarkan pada aliran pembuluh darah (Mc Cance and Huether, 2006). Histologi limpa, dapat ditemukan adanya pulpa alba dan pulpa rubra, yang memiliki fungsinya masing!masing. Pulpa alba merupakan lokasi utama yang berfungsi sebagai respon imunologi dan fagositik. Bila di dalam darah terjadi interaksi antara antigen dengan limfosit, maka akan merangsang timbulnya respon imunologi. Pulpa rubra dapat ditemukan adanya makrofag yang berfungsi dalam fagositosis sel darah merah yang telah tua, rusak, dan mati, mikroorganisme, dan partikel!partikel debris (Mc Cance and Huether, 2006).

Gangguan pada limpa, baik yang disebabkan oleh atrofi, trauma, dan inflamasi, dapat mengakibatkan penurunan fungsi limpa itu sendiri, sehingga fungsi limpa sebagai pendestruksi sel darah merah yang telah tua dan rusak menjadi terganggu. Hal ini ditandai dengan adanya kelainan morfologi sel darah merah daripada yang normal (Mc Cance and Huether, 2006).

Dengan adanya inflamasi kronik, akan mengaktifkan sitokin pro inflamasi seperti TNF, interleukin, dan mFN. Mediator inflamasi yang berperan dalam

induksi organ limpa adalah Lymphotoxin#α (LTα) dan LTβ. LTα dan LTβ

merupakan anggota dari sitokin TNF. LTαβ berperan dalam induksi organ limfoid sekunder dan perkembangan limpa. Apabila tidak memiliki LTα maka tidak akan terjadi perkembangan dari PP dan MLN disertai adanya gangguan pada struktur limpa. LTβ dibutuhkan untuk perkembangan PP tapi tidak untuk MLN, sehingga


(47)

5

apabila tidak memiliki LTβ, hanya akan terjadi kekurangan PP sedangkan MLN masih ditemukan (Spahn et al., 2002).

Pada UC timbul suatu reaksi inflamasi yang apabila terjadi terus!menerus akan menuju ke arah keganasan. Reaksi inflamasi ini akan menghasilkan radikal bebas yang bila terdapat dalam jumlah berlebih akan membahayakan bagi tubuh.

Stres oksidatif (oxidative stress) adalah suatu proses dimana tingkat reactive oxygen species (ROS) yang toksik melebihi pertahanan antioksidan endogen. Keadaan ini mengakibatkan kelebihan radikal bebas, yang akan bereaksi dengan lemak, protein, asam nukleat seluler, sehingga terjadi kerusakan lokal dan disfungsi organ tertentu (Droge, 2002). Oleh karena itu, dibutuhkan suatu senyawa antioksidan yang berasal dari luar tubuh untuk mengatasi radikal bebas yang berlebih di dalam tubuh. Salah satu contoh adalah buah merah (Pandanus conoideus Lam.), yang telah digunakan oleh masyarakat Papua dalam kehidupan sehari!hari.

Buah merah dapat tumbuh baik di dataran rendah 40 m dari permukaan laut (dpl) sampai dataran tinggi 2.000 m dpl. Populasi terbanyak terdapat di dataran dengan ketinggian 1.200!2.000 m dpl. Tanaman ini tumbuh di dataran terbuka dan terkena sinar matahari langsung tanpa terhalang tanaman lain. Buah merah memiliki banyak kandungan gizi yang berfungsi meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Dari kandungan gizi yang ada membuktikan bahwa penduduk Papua yang mengonsumsinya menjadi sehat dan memiliki stamina yang prima. Kuncinya terdapat pada kandungan energi, protein, lemak, kalsium, dan besi (H.Machmud Yahya dan Bernard T.Wahyu Wiryanta, 2005).

Sementara itu, kandungan senyawa aktif di dalam minyak buah merah berfungsi dalam membantu pengobatan berbagai macam penyakit. Dari beberapa senyawa aktif tersebut, yang paling berperan adalah tokoferol atau vitamin E yang mencapai 11.000 ppm. Tokoferol memiliki peran yang ampuh sebagai antioksidan yang membantu penyembuhan beberapa jenis penyakit. Fungsinya adalah memperkuat sistem kekebalan tubuh dan menangkal radikal bebas. Sehingga wajar apabila penyakit!penyakit berbahaya seperti kanker, tumor, dan HmV/AmDS


(48)

bisa dilawan dengan minyak buah merah (H.Machmud Yahya dan Bernard T.Wahyu Wiryanta, 2005).

Zat lainnya yang terdapat dalam minyak buah merah adalah beta karoten, yang berfungsi sebagai pemasok vitamin A sehingga beberapa pasien dengan keluhan gangguan pada mata banyak yang mengalami kesembuhan setelah mengonsumsi buah merah (H.Machmud Yahya dan Bernard T.Wahyu Wiryanta, 2005).

Berdasarkan hal!hal tersebut, peneliti melakukan penelitian sebagai upaya untuk mengetahui peranan buah merah dalam memodulasi respon imun pada mencit defisiensi PP yang diinduksi kolitis dengan DSS dengan melihat adanya perbaikkan pada berat limpa dan gambaran histopatologis dari limpa mencit.

B

1.6 HipotesisB B

• Minyak buah merah memiliki efek menghambat peningkatan berat limpa pada mencit defisiensi PP yang diinduksi kolitis dengan DSS.

• Minyak buah merah memiliki efek menghambat pembesaran luas zona marginalis limpa pada mencit defisiensi PP yang diinduksi kolitis dengan DSS.

1.7 MetodologiBPenelitianB B

BBBBBData yang diamati pada penelitian ini adalah berat limpa dan gambaran histopatologis dari limpa mencit galur Balb/C jantan. Kemudian, dilakukan analisis secara statistik dengan menggunakan One Way Uji Analisis Varian (ANOVA), dilanjutkan dengan Uji Tukey HSD.

B B B


(49)

1

BABBIB

PE DAHULUA B

B

1.1 LatarBBelakangB

B

Ulcerative Colitis (UC) dan Crohn’s Disease (CD) merupakan penyakit yang

termasuk dalam Inflammatory BoCel Disease (mBD) dengan awal mula penyebab

yang tidak diketahui dengan pasti. Kedua penyakit ini dihubungkan dengan adanya faktor genetik, perubahan fungsi barrier sel epitel, reaksi imun terhadap bakteri intestinal, dan reaksi sel!T yang abnormal (Mc Cance and Huether, 2006). UC adalah suatu penyakit inflamasi kronik yang menyebabkan ulserasi pada mukosa kolon dan berkembang ke arah proksimal, mulai dari rektum ke kolon. Lesi ini dapat terjadi pada individu dengan rentang usia antara 20!40 tahun. UC menyerang lebih dari 2 juta penduduk di Amerika Serikat. Penyebab UC belum diketahui secara pasti. Faktor diet, infeksi, genetik, dan faktor imun diduga berhubungan dengan penyakit UC (Mc Cance and Huether, 2006).

Plaque Peyeri (Peyer’s Patches/PP), komponen mayor pada gut associated lymphoreticular tissue (GALT), merupakan lokasi mayor penyerapan antigen untuk menginduksi respon sekresi antibodi imunoglobulin A (mgA). Selain PP,

juga ditemukan mesenteric lymph nodes (MLN) pada GALT. Gangguan toleransi

mukosa usus terhadap mikroflora normal dan aktivasi respon imun pada GALT menyebabkan terjadinya mBD (Mc Ghee, 2005; Spahn et al., 2002).

Pada individu dengan UC, selain mengalami gangguan pada intestinal juga ditemukan kelainan pada limpa. Limpa merupakan organ yang memiliki fungsi untuk hematopoiesis pada masa fetus, destruksi eritrosit yang telah tua, dan sebagai mekanisme pertahanan tubuh dengan membentuk limfosit!limfosit yang kemudian akan beredar dalam pembuluh darah. Apabila terdapat gangguan pada limpa baik yang disebabkan oleh inflamasi maupun zat karsinogen, maka limpa tidak bekerja dengan baik (Suttie, 2006).


(50)

UC merupakan penyakit yang ditandai dengan adanya reaksi inflamasi. Proses inflamasi merupakan produk dari radikal bebas yang menimbulkan stres oksidatif dan dapat memperburuk reaksi inflamasi tersebut sehingga mengakibatkan penyakit berkembang ke arah keganasan. Senyawa antioksidan dapat menangkal radikal bebas yang berada di dalam tubuh. Secara alamiah, tubuh sebenarnya dapat memproduksi antioksidan endogen. Namun, dikarenakan jumlahnya yang terbatas maka dibutuhkan bantuan antioksidan yang berasal dari luar tubuh (Droge, 2002).

Buah merah (Pandanus conoideus Lam.) merupakan salah satu bahan makanan

yang memiliki kandungan antioksidan yang sangat tinggi yaitu tokoferol dan karotenoid. Buah merah sangat populer bagi masyarakat Papua dan termasuk tanaman endemik yang tumbuh di hutan!hutan. Secara turun!temurun buah merah menjadi makanan tradisional masyarakat Papua dan sering digunakan dalam acara adat (m Made Budi dan Fandy R.Paimin, 2004). Agar khasiat dan manfaatnya dapat dirasakan oleh masyarakat di luar Papua, dan keawetannya terjaga dalam waktu yang lama, maka Buah merah diolah menjadi minyak buah merah (H.Machmud Yahya dan Bernard T.Wahyu Wiryanta, 2005).

Berdasarkan hal!hal di atas, penelitian dilakukan sebagai upaya untuk mengetahui bagaimana peranan buah merah dalam memodulasi respon imun pada mencit defisiensi plaque peyeri (PP) yang diinduksi kolitis dengan DSS dengan menilai berat dan gambaran histopatologis limpa mencit.

1.2 IdentifikasiBMasalahB B

Apakah minyak buah merah menghambat peningkatan berat limpa pada mencit defisiensi PP yang diinduksi kolitis dengan DSS.

Apakah minyak buah merah menghambat pembesaran luas zona marginalis limpa pada mencit defisiensi PP yang diinduksi kolitis dengan DSS.


(51)

3

1.3 MaksudBdanBTujuanB B

BBBBBMaksud penelitian adalah untuk melihat peranan minyak buah merah pada mencit defisiensi PP yang diinduksi kolitis dengan DSS.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh minyak buah merah terhadap berat limpa dan gambaran histopatologis limpa pada mencit defisiensi PP yang diinduksi kolitis dengan DSS.

1.4 ManfaatBPenelitianB B

BBBBBManfaat akademis adalah untuk menambah pengetahuan pembaca mengenai pengaruh minyak buah merah pada mencit defisiensi PP yang diinduksi kolitis dengan DSS.

Manfaat praktis adalah untuk mengeksplorasi potensi minyak buah merah terhadap berat limpa dan gambaran histopatologis pada limpa mencit defisiensi PP yang diinduksi kolitis dengan DSS.

1.5 KerangkaBPemikiranB BBBBBB

BBBBBCrohn’s Disease (CD) dan Ulcerative Colitis (UC) yang termasuk dalam penyakit Inflammatory BoCel Disease (mBD) merupakan suatu kelainan inflamasi kronik pada traktus gastrointestinalis. Penyebab penyakit mBD yang spesifik belum diketahui secara pasti, namun diduga berhubungan dengan gangguan fungsi imun, faktor genetik, dan abnormalitas mikroflora intestinal (Abdelbaqi et al.,

2006).

BBBBBPada individu dengan UC ditemukan mgG dan sejumlah sel plasma pada kolon yang mengalami inflamasi. Limfosit (sel T) pada UC memiliki efek sitotoksik pada sel epitel kolon serupa dengan kerusakan yang disebabkan oleh mediator inflamasi seperti interleukin (mL!1, mL!2, mL!6, mL!8) dan Tumor !ecrosis Factor#α

(TNF!α), toxic oxygen radicals, interferon gamma (mFN!γ), dan mL!10 (Mc Cance and Huether, 2006).


(1)

4

Dextran Sulfate Sodium (DSS) yang diberikan secara per oral diketahui dapat menginduksi terjadinya kolitis akut dan kronik (Dieleman et al., 1998), sehingga untuk menginduksi kolitis akut diberikan DSS secara per oral selama 7 hari sedangkan kolitis kronik dilakukan 4 siklus, setiap siklus diberikan DSS per oral selama 7 hari dan diikuti dengan pemberian air distilasi selama 7!10 hari (Obermeier et al., 1999). Pemberian Azoxymethane (AOM) yang dikombinasikan dengan DSS diduga dapat menginduksi kolitis menuju ke arah keganasan (Popivanova et al., 2008).

Limpa merupakan organ limfoid sekunder tubuh yang terbesar. Organ ini berfungsi untuk hematopoiesis pada saat fetus, destruksi eritrosit yang telah tua serta sebagai mekanisme pertahanan tubuh dengan membentuk limfosit yang kemudian diedarkan pada aliran pembuluh darah (Mc Cance and Huether, 2006). Histologi limpa, dapat ditemukan adanya pulpa alba dan pulpa rubra, yang memiliki fungsinya masing!masing. Pulpa alba merupakan lokasi utama yang berfungsi sebagai respon imunologi dan fagositik. Bila di dalam darah terjadi interaksi antara antigen dengan limfosit, maka akan merangsang timbulnya respon imunologi. Pulpa rubra dapat ditemukan adanya makrofag yang berfungsi dalam fagositosis sel darah merah yang telah tua, rusak, dan mati, mikroorganisme, dan partikel!partikel debris (Mc Cance and Huether, 2006).

Gangguan pada limpa, baik yang disebabkan oleh atrofi, trauma, dan inflamasi, dapat mengakibatkan penurunan fungsi limpa itu sendiri, sehingga fungsi limpa sebagai pendestruksi sel darah merah yang telah tua dan rusak menjadi terganggu. Hal ini ditandai dengan adanya kelainan morfologi sel darah merah daripada yang normal (Mc Cance and Huether, 2006).

Dengan adanya inflamasi kronik, akan mengaktifkan sitokin pro inflamasi seperti TNF, interleukin, dan mFN. Mediator inflamasi yang berperan dalam induksi organ limpa adalah Lymphotoxin#α (LTα) dan LTβ. LTα dan LTβ merupakan anggota dari sitokin TNF. LTαβ berperan dalam induksi organ limfoid sekunder dan perkembangan limpa. Apabila tidak memiliki LTα maka tidak akan terjadi perkembangan dari PP dan MLN disertai adanya gangguan pada struktur limpa. LTβ dibutuhkan untuk perkembangan PP tapi tidak untuk MLN, sehingga


(2)

apabila tidak memiliki LTβ, hanya akan terjadi kekurangan PP sedangkan MLN masih ditemukan (Spahn et al., 2002).

Pada UC timbul suatu reaksi inflamasi yang apabila terjadi terus!menerus akan menuju ke arah keganasan. Reaksi inflamasi ini akan menghasilkan radikal bebas yang bila terdapat dalam jumlah berlebih akan membahayakan bagi tubuh.

Stres oksidatif (oxidative stress) adalah suatu proses dimana tingkat reactive oxygen species (ROS) yang toksik melebihi pertahanan antioksidan endogen. Keadaan ini mengakibatkan kelebihan radikal bebas, yang akan bereaksi dengan lemak, protein, asam nukleat seluler, sehingga terjadi kerusakan lokal dan disfungsi organ tertentu (Droge, 2002). Oleh karena itu, dibutuhkan suatu senyawa antioksidan yang berasal dari luar tubuh untuk mengatasi radikal bebas yang berlebih di dalam tubuh. Salah satu contoh adalah buah merah (Pandanus conoideus Lam.), yang telah digunakan oleh masyarakat Papua dalam kehidupan sehari!hari.

Buah merah dapat tumbuh baik di dataran rendah 40 m dari permukaan laut (dpl) sampai dataran tinggi 2.000 m dpl. Populasi terbanyak terdapat di dataran dengan ketinggian 1.200!2.000 m dpl. Tanaman ini tumbuh di dataran terbuka dan terkena sinar matahari langsung tanpa terhalang tanaman lain. Buah merah memiliki banyak kandungan gizi yang berfungsi meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Dari kandungan gizi yang ada membuktikan bahwa penduduk Papua yang mengonsumsinya menjadi sehat dan memiliki stamina yang prima. Kuncinya terdapat pada kandungan energi, protein, lemak, kalsium, dan besi (H.Machmud Yahya dan Bernard T.Wahyu Wiryanta, 2005).

Sementara itu, kandungan senyawa aktif di dalam minyak buah merah berfungsi dalam membantu pengobatan berbagai macam penyakit. Dari beberapa senyawa aktif tersebut, yang paling berperan adalah tokoferol atau vitamin E yang mencapai 11.000 ppm. Tokoferol memiliki peran yang ampuh sebagai antioksidan yang membantu penyembuhan beberapa jenis penyakit. Fungsinya adalah memperkuat sistem kekebalan tubuh dan menangkal radikal bebas. Sehingga wajar apabila penyakit!penyakit berbahaya seperti kanker, tumor, dan HmV/AmDS


(3)

6

bisa dilawan dengan minyak buah merah (H.Machmud Yahya dan Bernard T.Wahyu Wiryanta, 2005).

Zat lainnya yang terdapat dalam minyak buah merah adalah beta karoten, yang berfungsi sebagai pemasok vitamin A sehingga beberapa pasien dengan keluhan gangguan pada mata banyak yang mengalami kesembuhan setelah mengonsumsi buah merah (H.Machmud Yahya dan Bernard T.Wahyu Wiryanta, 2005).

Berdasarkan hal!hal tersebut, peneliti melakukan penelitian sebagai upaya untuk mengetahui peranan buah merah dalam memodulasi respon imun pada mencit defisiensi PP yang diinduksi kolitis dengan DSS dengan melihat adanya perbaikkan pada berat limpa dan gambaran histopatologis dari limpa mencit. B

1.6 HipotesisB B

• Minyak buah merah memiliki efek menghambat peningkatan berat limpa pada mencit defisiensi PP yang diinduksi kolitis dengan DSS.

• Minyak buah merah memiliki efek menghambat pembesaran luas zona marginalis limpa pada mencit defisiensi PP yang diinduksi kolitis dengan DSS.

1.7 MetodologiBPenelitianB B

BBBBBData yang diamati pada penelitian ini adalah berat limpa dan gambaran histopatologis dari limpa mencit galur Balb/C jantan. Kemudian, dilakukan analisis secara statistik dengan menggunakan One Way Uji Analisis Varian (ANOVA), dilanjutkan dengan Uji Tukey HSD.

B B B


(4)

50 2010; 1-36.

Blumberg R.S., Strober W. 2001. Prospects for Research in Inflammatory Bowel Disease. JAMA. 285: 643-647.

CCAC guidelines on euthanasia of animals used in science. 2010; 1-32.

Dharmika Djojoningrat. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Ed.IV.

Drake R.L., Vogl W., Mitchell A.W.M. 2007. Gray’s anatomy for student, 2nd ed. Elsevier. Amerika. 291-303.

Droge W. 2002. Free Radicals in the Physiological Control of Cell Function.

Physiol Rev. 82: 47-95.

Eroschenko V.P. 2003. Atlas Histologi di Fiore dengan Korelasi Fungsional. Ed.9. Jakarta: EGC. 128-9; 200-1.

Friedman S., Blumberg R.S. 2008. Inflammatory Bowel Disease. In: Harrison’s Principle of Internal Medicine, 17th ed. Vol.II. 1887-8.

Guyton A.C., Hall J.E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed.11. Jakarta: EGC. 187.

H. Machmud Yahya dan Bernard T. Wahyu Wiryanta. 2005. Khasiat dan manfaat buah merah: si emas merah dari Papua. Jakarta: Agromedia Pustaka.

I Made Budi dan Fendy R.Paimin. 2004. Seri Agrisehat Buah Merah. Jakarta: Penebar Swadaya. 17-23.

Kemas Ali Hanafiah. 2000. Rancangan Percobaan. Teori dan Aplikasi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 6-7.


(5)

51

Kim T.W., Seo J.N., Suh Y.H., Park H.J., Kim J.H., et al. 2006. Involvement of lymphocytes in dextran sulfate sodium-induced experimental colitis. World J. Gastroenterol. 2006; 12(2): 302-5.

Khiong K, Murakami M, Kitabayashi C, Ueda N, Sawa S, Sakamoto A, et al.

Homeostatically proliferating CD4 T cells are involved in the pathogenesis of an omenn syndrome murine model. JCI. 2007; 117(5): 1270-81.

Larsson M.H., Rapp L., Lindstrӧm. 2006. effect of dss-induced colitis on visceral sensivity to colorectal distention in mice. eurogastroenterol Motul. 18(2): 144-52.

Liu C., Crawford J.M. Cellular Adaptations, Cell Injury, and Cell Death. In: Kumar V, Abbas AK, Fausto N, eds. 2005. Robins and Cotran Pathologic Basis of Disease, 7th ed. Philadelphia, USA: Elsevier Inc. 14-20; 846-51.

Macmud Yahya H, Bernard T Wahyu Wiryanta. 2005. Khasiat dan manfaat buah merah, si emas merah dari Papua. PT. AgroMedia Pustaka. Jakarta. 13-34.

Martins N.B., Pepppecorn M.A. 2007. Inflammatory Bowel Disease. Am J Manag Care. 10:544-52.

Mc Cance K.L., Huether S. 2006. Pathophysiology: The Biologic Basic for Disease in Adults and Children. 5th ed. Missouri, USA : Elsevier Mosby.p.898-9.

McGhee J.R. 2005. Peyer’s Patch Germinal Centers : The Elusive Switch Site for IgA. J. Immunol. 175: 1361-2.

Obermeier F., Kojouharoff.G., Hans W., Schӧlmerich J., Gross V., Falk W. 1999. Interferon-gamma (IFN-gamma) - and tumor necrosis factor (TNF)-induced nitric oxide as toxic effector molecule in chronic dextran sulphate sodium (DSS)-induced colitis in mice. Clin Exp Immunol. 116(2):238-45.

Percival M., 1998. Antioxidants. Clinical utrition Insights. p.1-4.

Popivanova B.K., Kitamura K., Wu Y., Kondo T., Kagaya T., Kaneko K., et al. 2008. Blocking TNF-α in Mice Reduces Colorectal Carcinogenesis Associated with Chronic Colitis. JCI. 118 (2): 560-70.


(6)

Prof. DR. Dr. Tanwir Y. Mukawi, 1989. Tekhnik pengelolaan sediaan histopatologi dan sitologi. Bandung : Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran.

Spahn T.W., Herbst H., Rennert P.D., Lügering N., Maaser C., Kraft M., et al. 2002. Induction of Colitis in Mice Deficient of Peyer’s Patches and Mesenteric Lymph Nodes Is Associated with Increased Disease Severity and Formation of Colonic Lymphoid Patches. AJP. 6 (161): 2273-82.

Steiniger B., Timphus E.M., Jacob R., Barth P.J. 2005. CD27+ B cells in human lymphatic organs: re-evaluating the splenic marginal zone. Immunology, 116, 429-42.

Surono I., Nishigaki T., Anang E., Priyo W. 2008. Indonesian Biodiversities, from Microbes to Herbal Plants as Potential Functional Foods. Shinshu Daigaku

ogakubu Kiyo. 44(1-2): 23-27.

Suttie A.W. 2006. Histopathology of the Spleen. Toxicologic Pathology. 34: 466-503.

http://www.histol.chuvashia.com.

http://www.anatomyatlases.org.


Dokumen yang terkait

Efek Minyak Buah Merah (Pandanus conoideus Lam.) terhadap Ekspresi Gen Siklooksigenase-2 (Cox-2) pada Mencit Model Kolitis Ulserativa.

0 6 23

Pengaruh Minyak Buah Merah (Pandanus conoideus Lam.) Terhadap Gambaran Histopatologis Kolon Mencit Defisiensi Plaque Peyeri Yang Diinduksi Kolitis Dengan DSS.

0 0 44

Gambaran Histopatologis Limpa Mencit Galur Swiss Webster Jantan Pasca Pemberian Minyak Buah Merah (Pandanus conoideus Lam.).

0 2 28

Efek Kuratif Minyak Buah Merah (Pandanus conoideus Lam.) Terhadap Berat Limpa dan Gambaran Histopatologis Limpa Pada Mencit Model Kolitis Ulserativa.

1 1 35

Efek Kuratif Minyak Buah Merah (Pandanus conoideus Lam.) Terhadap Gambaran Histopatologis Kolon Pada Mencit Model Kolitis Ulserativa.

0 1 29

Pengaruh Minyak Buah Merah (Pandanus conoideus Lam.) Terhadap Clinical Score Kolitis Mencit Yang Defisiensi Plaque Peyeri dan Diinduksi Kolitis Dengan DSS.

0 0 70

Efek Kuratif Minyak Buah Merah (Pandanus conoideus Lam.) Terhadap Clinical Score Pada Mencit Model Kolitis Ulserativa.

0 0 20

Pengaruh Sari Buah Merah (Pandanus conoideus Lam.) Terhadap Berat Limpa dan Gambaran Histopatologik Limpa Pada Mencit Model Kanker Kolorektal.

0 3 30

Efek Buah Merah (Pandanus conoideus Lam.), Air Biodic dan Kombinasinya Terhadap Gambaran Histopatologik Kolitis Ulseratif Mencit Galur Swiss Webster Yang Diinduksi Dextran Sulfate Sodium (DSS).

0 0 28

Pengaruh Ekstrak Buah Merah (Pandanus conoideus Lam.) Terhadap Jaringan Usus Mencit Jantan Galur DDY Yang Diinduksi Colitis Dengan DSS.

0 0 36