PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH ATAS PRAKTIK WINDOW DRESSING YANG DILAKUKAN OLEH BANK DIKAITKAN DENGAN PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE DITINJAU DARI PERATURAN PERBANKAN.
PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH ATAS PRAKTIK WINDOW
DRESSING YANG DILAKUKAN OLEH BANK DIKAITKAN DENGAN
PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE DITINJAUH DARI
PERATURAN PERBANKAN
De Rizky Kurniawan
ABSTRAK
Dalam jangka pendek praktik Window Dressing bermanfaat untuk
menampilkan tingginya tingkat kesehatan bank secara semu, namun dalam jangka
panjang akan mengakibatkan bank tersebut collapse dan menimbulkan banyak
korban terutama nasabahnya sendiri. Secara praktis Window Dressing adalah
”polesan” untuk mempercantik kinerja perusahaan dengan tujuan dan kepentingan
tertentu, dalam hal ini adalah kepentingan manajemen, kreditur, pajak, ataupun
publik dan pribadi. Salah satu penyebab rentannya bank-bank di Indonesia
terhadap praktik Window Dressing adalah lemahnya penerapan prinsip Good
Corporate Governance. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan menganalisis
bagaimana akibat hukum bank yang melakukan praktik Window Dressing serta
bagaimana perlindungan hukum nasabah atas praktik Window Dressing yang
dilakukan oleh bank dikaitkan dengan prinsip Good Corporate Gvernance.
Penellitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif dan metode
analisis deskriptif analitis dengan data utama berupa data sekunder yang diperoleh
studi kepustakaan, sedangkan data primer hanya sebagai pelengkap atau data
pendukung.
Akibat hukum yang terjadi dari praktik Window Dressing yang dilakukan
oleh bank antara lain penjatuhan denda, penjatuhan sanksi administratif seperti
penurunan tingkat kesehatan bank, pencantuman pihak yang bertanggungjawab
daftar orang-orang yang dilarang menjadi pemilik serta pengurus bank dan
pembekuan kegiatan usaha tertentu, dan penjatuhan sanksi pidana,. Perlindungan
hukum yang diberikan kepada nasabah atas praktik Window Dressing yang
dilakukan oleh Bank adalah perlindungan secara tidak langsung dan perlindungan
secara langsung. Peraturan perundang-undangan perbankan hanya dapat
mengakomodir perlindungan secara tidak langsung. Seharusnya dalam UU
Perbankan diatur mengenai bagaimana bank melindungi secara langsung kepada
nasabahnya yang telah dilanggar atau dirugikan kepentingannya atas praktik
Window Dressing yang dilakukan oleh bank yang bersangkutan.
iv
DRESSING YANG DILAKUKAN OLEH BANK DIKAITKAN DENGAN
PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE DITINJAUH DARI
PERATURAN PERBANKAN
De Rizky Kurniawan
ABSTRAK
Dalam jangka pendek praktik Window Dressing bermanfaat untuk
menampilkan tingginya tingkat kesehatan bank secara semu, namun dalam jangka
panjang akan mengakibatkan bank tersebut collapse dan menimbulkan banyak
korban terutama nasabahnya sendiri. Secara praktis Window Dressing adalah
”polesan” untuk mempercantik kinerja perusahaan dengan tujuan dan kepentingan
tertentu, dalam hal ini adalah kepentingan manajemen, kreditur, pajak, ataupun
publik dan pribadi. Salah satu penyebab rentannya bank-bank di Indonesia
terhadap praktik Window Dressing adalah lemahnya penerapan prinsip Good
Corporate Governance. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan menganalisis
bagaimana akibat hukum bank yang melakukan praktik Window Dressing serta
bagaimana perlindungan hukum nasabah atas praktik Window Dressing yang
dilakukan oleh bank dikaitkan dengan prinsip Good Corporate Gvernance.
Penellitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif dan metode
analisis deskriptif analitis dengan data utama berupa data sekunder yang diperoleh
studi kepustakaan, sedangkan data primer hanya sebagai pelengkap atau data
pendukung.
Akibat hukum yang terjadi dari praktik Window Dressing yang dilakukan
oleh bank antara lain penjatuhan denda, penjatuhan sanksi administratif seperti
penurunan tingkat kesehatan bank, pencantuman pihak yang bertanggungjawab
daftar orang-orang yang dilarang menjadi pemilik serta pengurus bank dan
pembekuan kegiatan usaha tertentu, dan penjatuhan sanksi pidana,. Perlindungan
hukum yang diberikan kepada nasabah atas praktik Window Dressing yang
dilakukan oleh Bank adalah perlindungan secara tidak langsung dan perlindungan
secara langsung. Peraturan perundang-undangan perbankan hanya dapat
mengakomodir perlindungan secara tidak langsung. Seharusnya dalam UU
Perbankan diatur mengenai bagaimana bank melindungi secara langsung kepada
nasabahnya yang telah dilanggar atau dirugikan kepentingannya atas praktik
Window Dressing yang dilakukan oleh bank yang bersangkutan.
iv