Pengaruh Good Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Dan Leverage Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Perkebunan Dan Pertambangan Yang Terdaftar Di BEI (2009-2011)
PEENGARUH PERUSAH TERHAD SOSI PE U
H GOOD CO HAAN, PR DAP PENG IAL PERU ERTAMBA D Es PROGRA DEPAR FAK UNIVERSI SKRIP ORPORATE ROFITABI GUNGKAP USAHAAN ANGAN YA DI BEI (200
OLEH ster Rezon 0905030 AM STUDI RTEMEN A KULTAS E ITAS SUM MEDA 2013 PSI TE GOVERN LITAS, DA AN TANG PERKEBU ANG TERD 09-2011) H a Purba 086 I AKUNTA AKUNTAN EKONOMI MATERA U AN 3 NANCE, U AN LEVER GGUNG JA UNAN DAN DAFTAR ANSI NSI UTARA UKURAN RAGE AWAB N
(2)
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya
bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Good Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, dan Leverage terhadap pengungkapan Tanggung Jawab Sosial pada Perusahaan Perkebunan dan Pertambangan yang
Terdaftar di BEI (2009-2011)” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang
disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga,
dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau
dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika
penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam
skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, Juni 2013 Yang membuat pernyataan
(Ester Rezona Purba) NIM. 090503086
(3)
KATA PENGANTAR
Segala puji, hormat serta syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yesus
Kristus atas berkatNYA kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini
tepat pada waktunya. Skripsi yang berjudul “Pengaruh Good Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, dan Leverage terhadap pengungkapan Tanggung Jawab Sosial pada Perusahaan Perkebunan dan
Pertambangan yang Terdaftar di BEI (2009-2011)” ini ditujukan sebagai salah
satu syarat dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Program S-1
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Sepanjang penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan dukungan
semangat, bantuan, serta doa dari berbagai pihak. Yang teristimewa kepada kedua
orangtua saya Ayahanda S.M. Purba dan Ibunda L. Br. Ginting, terima kasih
banyak untuk setiap hal yang boleh diberikan kepada penulis selama ini. Semoga
penulis boleh menjadi berkat bagi keluarga. Dalam kesempatan ini penulis juga
ingin mengucapkan terimakasih sebesar besarnya kepada pihak – pihak yang
telah membantu penulis selama penyusunan skripsi ini, yaitu kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, Ak selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak selaku ketua
Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan
Bapak Hotmal Ja’far, MM, Ak selaku sekretaris Departemen Akuntansi
(4)
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak selaku Ketua Program Studi S1
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Ibu Dra.
Mutia Ismail, MM, Ak selaku Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Rina Br. Bukit, S.E, M.Si, Ak. selaku Dosen Pembimbing Penulis
yang telah meluangkan banyak waktu, pikiran, dan tenaga dalam memberi
bimbingan dari awal hingga selesainya skripsi ini.
5. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak selaku dosen Pembaca Penilai yang
telah meluangkan waktu dalam memberikan masukan kepada saya.
6. Kepada adik saya Gelora Putra Purba, Oscar Aris Denata Purba dan Rani
Abigael Purba. Teman-teman saya di CC FE USU (Dewi, Jefri, Yudish,
Monang, dan Samuel), sahabat saya (Cronika, Heldinar, Sri Kurniati,
Demak Sri, Afri Marindah) dan bang Henry yang telah membantu saya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi
Pembaca.
Medan, Juni 2013 Penulis
Ester Rezona Purba NIM: 090503086
(5)
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel independen yaitu Good Corporate Governance, ukuran perusahaan, profitabilitas, dan leverage, terhadap variabel dependen pengungkapan tanggung jawab sosial. Dalam penelitian ini indikator Good Corporate Governance adalah Komite audit dan Proporsi dewan komisaris.
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan perkebunan dan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2009-2011 yang berjumlah 45 perusahaan. Pengujian data dilakukan dengan menggunakan analisis statistik yaitu analisis regresi linier berganda, uji t, dan uji F. Uji t digunakan untuk menguji variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Sedangkan uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen secara simultan atau bersama-sama terhadap variabel dependen.
Hasil penelitian uji F menunjukkan bahwa variabel komite audit, proporsi dewan komisaris, ukuran perusahaan, profitabilitas, dan leverage secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial. Hasil studi ini menunjukan bahwa komite audit, proporsi dewan komisaris dan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial. ukuran perusahaan memberikan pengaruh positif yang signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial dan leverage memberikan pengaruh negatif yang signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial.
Kata Kunci: Mekanisme Good Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, Pengungkapan Tanggung jawab Sosial.
(6)
ABSTRACT
The goals of this research is to know the influence of independent variables good corporate governance, company size, profitability, and leverage to corporate social responsibility disclosure. In this study an indicator of good corporate governance consists of: managerial audit committee and Proportion Board of Commissioners.
The population in this research is the plantation and mining companies listed on the Indonesia stock exchange during the period 2009-2011 amounts to 45 companies.The analysis method used statistical method which is double linier regression, t Test, and F Test. T Test is used to analyze the partial influence of independent variable to the dependent variable. F Test is used to analyze the simultaneous of independent variable to dependent variable.
The result of F-test of this research shows that managerial audit committee, Proportion Board of Commissioners, company size, profitability, and leverage have positive and significant influence to the social responsibility disclosure. independent variables have no simultaneous influence to the dependent variable, social responsibility disclosure. The results of this study show that managerial audit committee, Proportion Board of Commissioners and profitability are not affected to corporate social responsibility. Company size affected significantly positive to corporate social responsibility.
Keywords: Mechanism of Good Corporate Governance, Company Size, Profitability, Leverage, Social Responsibilit Disclosure
(7)
DAFTAR ISI
halaman
PERNYATAAN... i
KATA PENGANTAR ...ii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ...ix
DAFTAR GAMBAR ... x DAFTAR LAMPIRAN ...xi
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 8
1.3 Batasan Penelitian ... 8
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9
1.4.1 Tujuan Penelitian ... 9
1.4.2 Manfaat Penelitian ... 9
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis ... 11
2.1.1 Teori Agensi ... 11
2.1.2 Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 12
2.1.3 Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 14
2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial ... 17
2.1.4.1Good Corporate Governance ... 17
2.1.4.2Ukuran Perusahaan ... 20
2.1.4.3Profitabilitas ... 21
2.1.4.4Leverage ... 23
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 25
2.3 Kerangka Konseptual ... 28
(8)
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1Jenis Penelitian ... 33
3.2Populasi dan Sampel Penelitian ... 33
3.3Jenis Data dan Sumber Data ... 35
3.4Metode Pengumpulan Data ... 36
3.5Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian ... 36
3.5.1 Variabel Bebas (Independent Variable) ... 36
3.5.1.1Komite Audit ... 37
3.5.1.2Proporsi Dewan Komisaris ... 37
3.5.1.3Ukuran Perusahaan ... 37
3.5.1.4Profitabilitas ... 38
3.5.1.5Leverage ... 38
3.5.2 Variabel Terikat (Dependent Variable) ... 38
3.6Metode Analisis Data ... 41
3.6.1 Uji Asumsi Klasik ... 41
3.6.1.1Uji Normalitas ... 41
3.6.1.2Uji Multikoliniearitas ...42
3.6.1.3Uji Heterokedastisitas ... 42
3.6.1.4Uji Autokorelasi ... 42
3.6.2 Analisis Regresi Linear Berganda ... 43
3.6.3 Pengujian Hipotesis ... 44
3.6.3.1Uji Signifikan Simultan (F-Test) ... 44
3.6.3.2Uji Signifikan Parsial (T-Test) ... 45
BAB IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1Hasil Penelitian ... 47
4.1.1 Statistik Deskriptif ... 47
4.1.2 Pengujian Asumsi Klasik ... 49
a. Uji Normalitas Data ... 49
b. Uji Multikolinieritas ... 55
c. Uji Autokorelasi ... 56
d. Uji Heterokedastisitas ... 57
4.1.3 Pengujian Hipotesis ... 59
A. Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi (Goodness of Fit) ... 59
B. Analisis Regresi Berganda ... 60
C. Pengujian Hipotesis ... 64
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 69
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 74
5.2Keterbatasan Hasil Penelitian ... 75
(9)
DAFTAR PUSTAKA ... 78
(10)
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu... 27
Tabel 3.1 Daftar Populasi dan Perusahaan Sampel... 34
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif... 47
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas I... 50
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalis II... 52
Tabel 4.4 Uji Multikoliniearitas...55
Tabel 4.5 Uji Autokorelasi Durbin-Watson...56
Tabel 4.6 Uji Hipotesis Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi (Goodness of Fit)... 59
Tabel 4.7 Variable Entered/Removed... 61
Tabel 4.8 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda... 62
Tabel 4.9 Uji F (F-Test)... 65
(11)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual... 29
Gambar 4.1 Normal P-Plot... 53
Gambar 4.2 Histogram... 52
(12)
DAFTAR LAMPIRAN
Nama Judul Halaman
Lampiran i Daftar Nama Perusahaan, Pengungkapan
Tanggung Jawab Sosial, Komite Audit,
Proporsi Dewan Komisaris, Ukuran Perusahaan,
Profitabilitas, dan Leverage ... 80
Lampiran ii Sampel Perusahaan ... 81
Lampiran iii Item-item Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 82
Lampiran iv Descriptive Statistic ... 85
Lampiran v One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 88
Lampiran vi Normal P-Plot ... 89
Lampiran vii Histogram...90
Lampiran viii Uji Multikolinieritas……… 90
Lampiran ix Uji Autokorelasi Durbin-Watson... 91
Lampiran x Hasil Uji Heterokedastisitas ... 91
Lampiran xi Uji Hipotesis Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi……….. 92
Lampiran xii Variable Entered/Removed ... 93
Lampiran xii Uji-T ...94
Lampiran xiv Uji F (F-Test) ... 94
Lampiran xv Uji Hipotesis Signifikansi Parsial ... 95
(13)
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel independen yaitu Good Corporate Governance, ukuran perusahaan, profitabilitas, dan leverage, terhadap variabel dependen pengungkapan tanggung jawab sosial. Dalam penelitian ini indikator Good Corporate Governance adalah Komite audit dan Proporsi dewan komisaris.
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan perkebunan dan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2009-2011 yang berjumlah 45 perusahaan. Pengujian data dilakukan dengan menggunakan analisis statistik yaitu analisis regresi linier berganda, uji t, dan uji F. Uji t digunakan untuk menguji variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Sedangkan uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen secara simultan atau bersama-sama terhadap variabel dependen.
Hasil penelitian uji F menunjukkan bahwa variabel komite audit, proporsi dewan komisaris, ukuran perusahaan, profitabilitas, dan leverage secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial. Hasil studi ini menunjukan bahwa komite audit, proporsi dewan komisaris dan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial. ukuran perusahaan memberikan pengaruh positif yang signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial dan leverage memberikan pengaruh negatif yang signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial.
Kata Kunci: Mekanisme Good Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, Pengungkapan Tanggung jawab Sosial.
(14)
ABSTRACT
The goals of this research is to know the influence of independent variables good corporate governance, company size, profitability, and leverage to corporate social responsibility disclosure. In this study an indicator of good corporate governance consists of: managerial audit committee and Proportion Board of Commissioners.
The population in this research is the plantation and mining companies listed on the Indonesia stock exchange during the period 2009-2011 amounts to 45 companies.The analysis method used statistical method which is double linier regression, t Test, and F Test. T Test is used to analyze the partial influence of independent variable to the dependent variable. F Test is used to analyze the simultaneous of independent variable to dependent variable.
The result of F-test of this research shows that managerial audit committee, Proportion Board of Commissioners, company size, profitability, and leverage have positive and significant influence to the social responsibility disclosure. independent variables have no simultaneous influence to the dependent variable, social responsibility disclosure. The results of this study show that managerial audit committee, Proportion Board of Commissioners and profitability are not affected to corporate social responsibility. Company size affected significantly positive to corporate social responsibility.
Keywords: Mechanism of Good Corporate Governance, Company Size, Profitability, Leverage, Social Responsibilit Disclosure
(15)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan
CSR (Corporate Social Responsibility) merupakan hal yang ramai dibicarakan belakangan ini. CSR adalah suatu tindakan atau konsep dalam bentuk tanggung jawab yang dilakukan oleh perusahaan sesuai dengan
kemampuan perusahaan terhadap pihak yang terkena dampak dari setiap
aktivitas yang dilakukan. Bentuk tanggung jawab ini beragam, mulai dari
melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
pertanggungjawaban dan perbaikan lingkungan, pertanggungjawaban
terhadap produk yang dihasilkan, peningkatan SDM melalui pemberian
beasiswa untuk anak tidak mampu, pemberian dana untuk pembangunan
dan pemeliharaan fasilitas umum, sumbangan untuk masyarakat desa yang
bersifat sosial dimana berguna untuk masyarakat luas, khususnya
masyarakat yang berada di sekitar perusahaan tersebut, dan berbagai hal
lainnya yang dilakukan perusahaan dalam rangka tanggung jawabnya
terhadap pihak tersebut diatas.
Dalam konsep CSR, hal yang menjadi fokus adalah
pengungkapannya. Di satu sisi, Pengungkapan CSR yang lebih rinci dapat
memfasilitasi investor dan pemegang saham dalam menilai laporan
(16)
saham dapat menganalisis apakah kebijakan untuk CSR yang diambil oleh
perusahaan sejalan dengan kepentingan mereka. Namun disisi lain
masyarakat pada saat ini sudah memiliki tingkat kesadaran yang tinggi
terhadap kontrol sosial pada perusahaan.
Seperti yang terjadi pada kasus Lumpur Lapindo di Porong,
Sidoarjo, Jawa Timur pada tahun 2006. Hal ini dikarenakan PT Lapindo
Brantas tidak memenuhi standar operasional pengeboran yang dilakukan
oleh perusahaan. Dalam program tertulis dinding harus dipasang hingga
kedalaman 8.500 kaki, namun pada kenyataannya hal tersebut tidak
dikerjakan oleh perusahaan, bahkan pengeboran terus dilakukan hingga
kedalaman 9,297 kaki. Akibat dari dinding yang tidak dipasang hingga
kedalaman tersebut maka tekanan air dari dalam terus naik ke atas dan
mencari celah yang akhirnya menyembur tidak jauh dari sumur pengeboran.
Sumber bacaan:
(www.suarapembaruan.com/home/semburan-lumpur-lapindo-kesalahan-operasi-pengeboran/23227).
Akibat yang terjadi dari kasus diatas adalah kerugian yang
kemudian dialami oleh berbagai pihak. Protes warga datang terhadap
pengeboran minyak dan gas di sejumlah daerah di Jawa timur karena warga
mengalami ketakutan bencana lumpur lapindo akan terulang lagi. Akibat
nya banyak investor minyak dan gas yang mengalami kerugian karena
(17)
berdampak terhadap terganggunya iklim investasi di Jawa timur karena
investor menjadi enggan untuk berinvestasi.
PT Freeport Indonesia salah satu perusahaan tambang terbesar di
Indonesia yang berlokasi di Papua, yang memulai operasinya sejak tahun
1969, sampai dengan saat ini tidak lepas dari konflik yang berkepanjangan
dengan masyarakat lokal, baik terkait dengan tanah ulayat, pelanggaran
adat, maupun kesenjangan sosial dan ekonomi yang terjadi
(Wibisono,2007). Konflik akibat operasinal PT Caltex Pacific Indonesia
(CPI) di wilayah Provinsi Riau, akibat masalah pencemaran lingkungan,
dimana masyarakat menuntut kompensasi hingga tingkat DPR pusat terkait
dampak negatif operasional perusahaan tersebut terhadap kondisi ekonomi,
kesehatan dan lingkungan yang semakin memburuk (Mulyadi, 2003).
Dari permasalahan di atas dapat kita lihat CSR sangat penting untuk
diperhatikan dalam sebuah perusahaan. Pertumbuhan dan perkembangan
suatu usaha tidak lepas dari pihak pemangku kepentingan dalam perusahaan
tersebut, seperti: pelanggan/konsumen, pemasok/supplier, competitors, lembaga keuangan, tenaga kerja, dan masyarakat lainnya. Pihak pemangku
kepentingan ini seharusnya menjadi objek dari tanggung jawab sosial
perusahaan. Perusahaan di dalam menjalankan roda bisnisnya tidak hanya
fokus terhadap peningkatan laba tetapi juga harus memperhitungkan
(18)
Dengan adanya konsep CSR maka perusahaan seharusnya tidak lagi
berpijak hanya pada single bottom line, yaitu nilai dari perusahaan hanya direfleksikan pada kondisi keuangan saja. Namun lebih dari itu, perusahaan
seharusnya berpijak pada konsep triple bottom lines dimana perusahaan juga memperhatikan masalah sosial dan lingkungan. Karena seperti pada kasus
PT Lapindo Brantas, kondisi keuangan dai perusahaan tersebut tidak
menjamin keberlangsungan hidupnya. Global Compact Initiative (2002) menyebut pemahaman ini dengan 3P (Profit, People, Planet) yaitu tujuan bisnis tidak hanya mencari laba (profit), tetapi juga menyejahterakan orang
(people),dan menjamin keberlanjutan hidup planet Bumi (planet)
(Wibisono, 2007).
Di dalam perkembangan pengungkapan dan pelaporan CSR di
Indonesia, pemerintah mempunyai andil yang cukup besar yaitu dengan
dikeluarkannya regulasi yang mengatur tentang hal tersebut. Pemerintah
telah mengeluarkan suatu ketentuan yang tertuang dalam UU No.40 tahun
2007 pasal 74 ayat 3, yang berisi bahwa perusahaan yang tidak
melaksanakan program tanggung jawab sosial dalam laporan keuangan akan
dikenai sanksi sesuai dengan peraturan undang-undang. Dalam UU No.40
tahun 2007 pasal 66 ayat 2, dinyatakan bahwa setiap perusahaan perseroan
di Indonesia diwajibkan untuk memuat laporan pelaksanaan tanggung jawab
sosial dalam laporan tahunan.
Selain peraturan perundang-undangan yang berlaku tersebut, perihal
(19)
sosialnya dalam laporan tahunan juga didukung oleh Keputusan ketua
Bapepam dan LK No. Kep-134/BL/2006 tanggal 7 Desember 2006,
dinyatakan bahwa salah satu kewajiban bagi perusahaan dalam menyusun
laporan tahunan untuk melampirkan uraian mengenai aktivitas dan biaya
yang dikeluarkan berkaitan dengan tanggung jawab sosial perusahaan
terhadap masyarakat dan lingkungan.
Dengan adanya regulasi tersebut maka tentunya CSR menjadi hal
yang seharusnya wajib untuk dikerjakan oleh setiap perusahaan yang
bergerak di Indonesia. Oleh karena hal tersebut diataslah peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian mengenai pengungkapan tanggung jawab sosial
pada perusahaan perkebunan dan pertambangan di Indonesia. Peneliti ingin
melihat sudah sejauh mana perusahaan mengungkapkan tanggung jawab
sosialnya.
Sitepu (2009) di dalam penelitiannya memiliki temuan bahwa variabel
independennya yang adalah dewan komisaris dan profitabilitas memiliki
pengaruh signifikan terhadap jumlah informasi sosial yang diungkapkan
oleh perusahaan, sedangkan tingkat leverage dan ukuran perusahaan tidak
memiliki pengaruh signifikan terhadap jumlah informasi sosial yang
diungkapkan.
Silitonga (2011) yang meneliti tentang pengaruh ukuran perusahaan,
basis perusahaan, profitabilitas, leverage, dan likuiditas sebagai variabel
independen penelitian menemukan bahwa secara simultan variabel ukuran
(20)
berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial
dalam laporan tahunan.
Hartati (2012) dalam penelitiannya menggunakan variabel independen
yaitu good corporate governance, profitabilitas dan ukuran perusahaan menemukan bahwa kepemilikan institusional, dewan komisaris independen,
profitabilitas dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap
pengungkapan tanggung jawab sosial. Sedangkan kepemilikan manajerial
dan komite audit memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
pengungkapan tanggung jawab sosial.
Penelitian ini adalah penelitian lanjutan dari penelitian yang dilakukan
oleh Hartati (2012) yang berjudul Pengaruh Good Corporate Governance, Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung
Jawab Sosial Pada Perusahaan Perkebunan yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada periode 2007-2010.
Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah:
1. Penelitian ini menggunakan data dari perusahaan perkebunan dan
pertambangan yang terdaaftar di BEI pada tahun 2009-2011,
sedangkan penelitian terdahulu mengambil data dari perusahaan
perkebunan yang terdaftar di BEI pada periode 2007-2010
2. Penelitian ini hanya memakai 2 proksi GCG untuk variabel
independen yaitu komite audit dan proporsi dewan komisaris,
sedangkan peneliti terdahulu memakai 4 proksi yaitu kepemilikan
(21)
dewan komisaris. Peneliti hanya menggunakan 2 proksi GCG karena
peneliti tertarik untuk melihat sejauh mana pihak independensi
mempengaruhi kebijakan dalam suatu perusahaan dalam hal ini
mengenai pengungkapan tanggung jawab sosial. Di dalam menilai
GCG pada perusahaan, peneliti menggunakan skala nominal,
sedangkan peneliti terdahulu menggunakan penghitungan variabel
dummy.
3. Peneliti menambahkan leverage sebagai variabel independen.
4. Penelitian ini menggunakan enam variabel, dimana variabel
independen terdiri dari komite audit, proporsi dewan komisaris,
Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, dan Leverage serta Pengungkapan tanggung jawab sosial sebagai variabel dependen, sedangkan
penelitian terdahulu menggunakan 7 variabel.
Peneliti menggunakan data dari perusahaan perkebunan dan
pertambangan karena beberapa hal. Negara Indonesia adalah Negara yang
kaya dengan sumber daya alam yang ada. Perkebunan dan pertambangan
merupakan bidang usaha yang berkembang pesat saat ini. Namun disisi lain
kita dapat melihat masih banyaknya perusahaan perkebunan yang tidak
memperhatikan dampak lingkungan dari operasi bisnis yang dikerjakan.
Untuk memperoleh lahan sering sekali dilakukan penebangan dan
pembakaran hutan yang tentunya berpengaruh negatif terhadap lingkungan.
Sering juga terjadi konflik antara warga disekitar areal perkebunan dengan
(22)
memperhatikan lingkungan dengan melakukan pembuangan limbah
perusahaan sembarangan. Sering juga tidak mengerjakan kewajibannya di
dalam proses pengeboran sehingga dampak negatif terhadap alam yang
berimbas terhadap masyarakat pun terjadi.
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: Pengaruh good corporate governance, ukuran perusahaan, profitabilitas dan leverage terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial pada Perusahaan Perkebunan dan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka
perumusan masalah yang akan diteliti adalah apakah variabel good corporate governance yang diproksikan dalam komite audit dan proporsi dewan komisaris, ukuran perusahaan, profitabilitas dan leverage secara parsial maupun simultan berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung
jawab sosial pada perusahaan perkebunan dan pertambangan yang terdaftar
di BEI?
1.3 Batasan Penelitian
Agar penelitian ini lebih terfokus pada topik yang telah dipilih, maka
(23)
a. Objek penelitian adalah perusahaan perkebunandan pertambangan
yang terdaftar di BEI
b. Periode penelitian yang diamati adalah tahun 2009-2011
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian
Berkaitan dengan perumusan masalah maka tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah variabel good corporate governance yang diproksikan dalam komite audit dan proporsi dewan komisaris, ukuran perusahaan, profitabilitas dan
leverage secara parsial maupun simultan berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial.
1.4.2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
a. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah wawasan
dan pengetahuan peneliti mengenai tanggung jawab
sosial di dalam sebuah perusahaan dan bagaimana
pengaruh dari faktor-faktor yang diteliti terhadap
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan
tersebut.
b. Bagi pihak stakeholder perusahaan, diharapkan penelitian ini dapat menjadi sumber masukan dan
(24)
bahan pertimbangan di dalam pengambilan keputusan
terutama yang berhubungan dengan tanggung jawab
sosial perusahaan.
c. Bagi masyarakat, penelitian ini dapat menjadi sebuah
masukan atau informasi bagaimana kewajiban dari
sebuah perusahaan untuk menjalankan tanggung jawab
sosialnya bagi lingkungan dan juga masyarakat yang
adalah pasar dari output yang diproduksi oleh
perusahaan.
d. Bagi pihak akademisi penelitian ini dapat dijadikan
sebuah informasi yang menambah wawasan dan
menjadi sebuah referensi untuk melakukan penelitian
(25)
BAB II
TINJAUAN PUSAKA
2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Agensi
Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan teori keagenan
sebagai hubungan antara agen (manajemen suatu usaha) dan
principal (pemilik usaha). Di dalam hubungan keagenan terdapat suatu kontrak dimana satu orang atau lebih (principal) memerintah orang lain (agent) untuk melakukan suatu jasa atas nama principal
dan memberi wewenang kepada agen untuk membuat keputusan
yang terbaik bagi principal.
Hubungan keagenan timbul pada saat seseorang atau lebih
individu yang disebut sebagai principal : (1) menggaji individu lain yang disebut sebagai agent untuk memberikan jasa kepadanya, (2) kemudian mendelegasikan otoritas pengambilan keputusan kepada
agent tersebut.
Eisenhard (1989) dikutip dalam hartati (2012) menggunakan
tiga asumsi sifat dasar manusia guna menjelaskan tentang teori
agensi yaitu: (1) manusia pada umumnya mementingkan diri
sendiri (self interst), (2) manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality) , dan (3)
(26)
manusia selalu menghindari resiko (risk averse). Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut, manajer sebagai manusia
kemungkinan besar akan bertindak berdasarkan sifat opportunistic, yaitu mengutamakan kepentingan pribadinya.
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan permasalahan yang
timbul dari konflik kepentingan ini adalah (1) Moral hazard, yaitu permasalahan muncul jika agen tidak melaksanakan hal-hal yang
disepakati bersama dalam kontrak kerja. (2) Adverse selection, yaitu suatu keadaan di mana prinsipal tidak dapat mengetahui
apakah suatu keputusan yang diambil oleh agen benar-benar
didasarkan atas informasi yang telah diperolehnya, atau terjadi
sebagai sebuah kelalaian dalam tugas.
2.1.2 Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility)
Rudito dan Famiola (2007:207) dalam bukunya “etika bisnis
dan tanggung jawab sosial perusahaan di Indonesia” menuliskan
bahwa:
Keberlanjutan dalam bidang ekonomi, lingkungan dan sosial dapat dilakukan oleh korporasi yang mempunyai kebudayaan perusahaan sebagai suatu bentuk tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility). Corporate social responsibility
dapat dipahami sebagai komitmen usaha untuk bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya, komunitas lokal dan komunitas secara lebih luas (Sankat, Clement K, 2002). Pengertian ini sama dengan apa yang telah ditelorkan oleh The World Business Council for
(27)
Sustainable Development (WBCSD) yaitu komitmen bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan para karyawan perusahaan, keluarga karyawan tersebut, berikut komunitas-komunitas setempat (lokal) dan komunitas secara keseluruhan, dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan.
Secara umum Corporate Social Responsibility merupakan peningkatan kualitas kehidupan mempunyai arti adanya kemampuan manusia sebagai individu anggota komunitas untuk dapat menanggapi keadaan sosial yang ada, dan dapat menikmati serta memanfaatkan lingkungan hidup termasuk perubahan-perubahan yang ada sekaligus memelihara. Atau dengan kata lain merupakan cara perusahaan mengatur proses usaha untuk memproduksi dampak positif pada komunitas. Atau dapat dikatakan sebagai proses penting dalam pengaturan biaya yang dikeluarkan dan keuntungan kegiatan bisnis dari stakeholders baik secara internal (pekerja, shareholders, dan penanaman modal) maupun eksternal (kelembagaan pengaturan umum, anggota-anggota komunitas, kelompok komunitas sipil, dan perusahaan lain).
Tanggung jawab sosial memiliki arti bahwa perusahaan harus
bertanggungjawab atas tindakannya yang mempengaruhi
masyarakat, lingkungan, dan komunitasnya. Tanggung jawab sosial
tidak hanya meliputi tanggungjawab terhadap dirinya sendiri
dengan melindungi kepentingan-kepentingannya sendiri, tetapi
juga bertanggungjawab terhadap masyarakat atas akibat yang
ditimbulkan dari aktivitas-aktivitas yang ditimbulkan perusahaan.
Dari sini tersirat suatu pernyataan bahwa sasaran usaha adalah
komunitas secara lebih luas menjadi inti dari CSR, dijelaskan
bahwa anggota komunitas yang lebih luas termasuk di dalamnya
adalah karyawan perusahaan, anggota keluarga karyawan serta
(28)
Ketentuan mengenai kegiatan CSR di Indonesia diatur dalam
Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
dan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas yang mewajibkan perseroan atau penanam modal untuk
melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. Ketentuan ini
bertujuan untuk mendukung terjalinnya hubungan yang serasidan
seimbang antara perusahaan dengan lingkungan sesuai dengan nilai
norma, dan budaya masyarakat setempat. Pengaturan CSR juga
bertujuan untuk mewujudkan pembangunan ekonomi berkelanjutan
guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungannya
(Wahyudi dan Azheri, 2008).
2.1.3 Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Pengungkapan ada yang bersifat wajib (mandatory) yaitu pengungkapan informasi yang wajib dilakukan oleh perusahaan
yang didasarkan pada peraturan atau standart tertentu, dan ada
yangbersifat sukarela (voluntary) yaitu pengungkapan informasi melebihi persyaratan minimum dari peraturan yang berlaku.
Pengungkapan CSR pada laporan tahunan perusahaan sering kali
dilakukan secara sukarela oleh perusahaan (Indrawati, 2009).
Pengungkapan tanggungjawab sosial yang sering juga disebut
sebagai social disclosure, corporate social reporting, social accounting (mathews, 1995) atau corporate social responsibility disclosure (Hackston dan Milne, 1996) merupakan proses
(29)
pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan
ekonomi organisasi terhadap kelompok khusus yang
berkepentingan dan terhadap masyarakat secara keseluruhan
(Sembiring, 2005).
Menurut Gray et. al., (1995) dalam Sembiring (2005) ada dua pendekatan yang secara signifikan berbeda dalam melakukan
penelitian tentang pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan. Pertama, pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan mungkin diperlakukan sebagai suatu suplemen dari
aktivitas akuntansi konvensional. Pendekatan ini secara umum akan
menganggap masyarakat keuangan sebagai pemakai utama
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dan cenderung
membatasi persepsi tentang tanggung jawab sosial yang dilaporkan.
Pendekatan alternatif kedua dengan meletakkan
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan pada suatu
pengujian peran informasi dalam hubungan masyarakat dan
organisasi. Pandangan yang lebih luas ini telah menjadi sumber
utama kemajuan dalam pemahaman tentang pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan dan sekaligus merupakan
sumber kritik yang utama terhadap pengungkapan tanggung jawab
sosial perusahaan.
Belkaoui dalam hartati (2012) mengemukakan ada enam
(30)
1. untuk menjelaskan item-item yang diakui dan untuk
menyediakan ukuran yang relevan bagi item-item tersebut,
selain ukuran dalam laporan keuangan,
2. untuk menjelaskan item-item yang belum diakui dan untuk
menyediakan ukuran yang bermanfaat bagi item-item tersebut,
3. untuk menyediakan informasi untuk membantu investor
kreditor dalam menentukan resiko dan item-item yang
potensial untuk diakui dan yang belum diakui,
4. untuk menyediakan informasi yang penting yang dapat
digunakan oleh pengguna aporan keuangan
untukmembandingkan antar perusahaan dan antar tahun,
5. untuk menyediakan informasi mengenai aliran kas masuk dan
kas keluar dimasa mendatang,
6. untuk membantu investor dalam menetapkan return dan
investasinya.
2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial
2.1.4.1 Good Corporate Governance
Forum for Corporate Governance (FCGI) dalam publikasi yang pertamanya mempergunakan definisi
Cadbury Committee, yaitu: "seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus
(31)
(pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah,
karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan
ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan
kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem
yang mengatur dan mengendalikan perusahaan."
Wibisono (2007:10) dalam bukunya “Membedah Konsep dan Aplikasi CSR” menuliskan bahwa:
Good Corporate Governance (GCG) merupakan suatu sistem dan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan terutama dlam arti sempit hubungan antara pemegang saham dan dewan komisaris serta dewan direksi demi tercapainya tujuan korporasi. Dalam arti luas mengatur
hubungan seluruh kepentingan stakeholders dapat
dipenuhi secara proporsional. GCG dimaksud untuk mengatur hubungan-hubungan tersebut dan mencegah terjadinya kesaalahan-kesalahan signifikan dalam strategi korporasi. GCG juga untuk memastikan bahwa kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat diperbaiki dengan segera.
Dari defenisi yang telah dijabarkan di atas kita dapat mengambil sebuah kesimpulan bahwa Good corporate governance adalah suatu kerangka hubungan, struktur, pola, sistem yang berdasarkan pada prinsip-prinsip dasar
dan undang-undang yang berlaku dengan
mempertemukan, menjelaskan, mengarahkan dan
mengendalikan hubungan antara shareholders,
manajemen, kreditur, pemerintah dan stakeholders lainnya
(32)
yang tujuan akhirnya adalah untuk meningkatkan
nilai-nilai jangka panjang yang diinginkan oleh pemegang
saham. Penelitian ini menggunakan komite audit dan
proporsi dewan komisaris sebagai proksi mekanisme dari
Good Corporate Governance.
Komite audit adalah suatu komite yang dibentuk oleh
Dewan komisaris membantu pelaksanaan tugasnya. Surya
dan Yustiavandana (2008) menjelaskan bahwa komite
audit dituntut untuk dapat bertindak secara independen.
Independensi komite audit tidak dapat dipisahkan
moralitas yang melandasi integritasnya. Komite audit
merupakan pihak yang menjembatani antara eksternal
auditor dan perusahaan.
Dalam pedoman GCG Indonesia (KNKG, 2006)
dijelaskan bahwa, Komite Audit membantu Dewan
Komisaris untuk memastikan bahwa: (a) laporan keuangan
disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum, (b) struktur pengendalian internal
perusahaan dilaksanakan dengan baik, (c) pelaksanaan
audit internal maupun eksternal dilaksanakan sesuai
dengan standar audit yang berlaku, dan (d) tindak lanjut
(33)
Keberadaan komisaris independen telah diatur
dalam ketentuan Bapepam dan Peraturan Bursa Efek
Indonesia No. 1-A tanggal 14 Juli tahun 2004 dimana
jumlah komisaris independen sekurang – kurangnya 30%
dari jumlah seluruh anggota komisaris (Komite Nasional
Kebijakan Governance, 2006). Komisaris independen
adalah komisaris yang bukan merupakan anggota
manajemen, pemegang saham mayoritas, pejabat atau
dengan cara lain yang berhubungan langsung atau tidak
langsung dengan pemegang saham mayoritas dari suatu
perusahaan yang mengawasi pengelolaan perusahaan
(Surya dan Yustiavandana, 2008:135)
2.1.4.2 Ukuran Perusahaan
Menurut Meek, Robert, dan Gray (1995) perusahaan
besar mempunyai kemampuan untuk merekrut karyawan
yang ahli, serta adanya tuntutan dari pemegang saham dan
analis, sehingga perusahaan besar memiliki insentif untuk
melakukan pengungkapan yang lebih luas dari perusahaan
kecil. Semakin besar perusahaan maka semakin banyak
pula jumlah karyawan yang direkrut. Dengan jumlah
karyawan yang besar itu akan semakin besar pula
(34)
kepentingan tenaga kerja. Selain itu, perusahaan besar
merupakan emiten yang banyak disoroti.
Menurut Cowen et.al. (1987) dalam Hartati (2012), secara teoritis perusahaan besar tidak akan lepas dari
tekanan, dan perusahaan yang lebih besar dengan aktifitas
operasi dan pengaruh yang lebih besar terhadap
masyarakat mungkin akan memiliki pemegang saham
yang memperhatikan program-program sosial yang dibuat
perusahaan sehingga pengungkan tanggung jawab sosial
perusahaan akan semakin luas. Dari sisi tenaga kerja,
dengan semakin banyaknya jumlah tenaga kerja dalam
suatu perusahaan, maka tekanan pada pihak manajemen
untuk memperhatikan kepentingan tenaga kerja yang
merupakan bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan,
akan semakin banyak dilakukan oleh perusahaan.
2.1.4.3 Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio
ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen
suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang
(35)
Intinya adalah penggunaan rasio ini menunjukkan efisiensi
perusahaan. (Kasmir, 2008:196)
Profitabilitas merupakan suatu indikator yang menunjukkan tingkat kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan profit dalam suatu periode tertentu. Return On Equity sebagai proksi profitabilitas menunjukkan berapa persen laba diperoleh bila diukur dari modal
pemilik. Laba yang diperoleh perusahaan pertama akan
dipakai untuk membayar bunga hutang, lalu saham
preferen, baru kemudian (kalau ada sisa) diberikan ke
pemegang saham biasa (Hanafi dan Halim, 2007:179).
Menurut Walsh (2004:56)
Rasio ini bisa dikatakan sebagai rasio yang paling penting dalam keuangan perusahaan. ROE mengukur pengembalian absolut yang akan diberikan perusahaan kepada para pemegang saham. Suatu angka ROE yang bagus akan membawa keberhasilan bagi perusahaan yang mengakibatkan tingginya harga saham dan membuat perusahaan dapat dengan mudah menarik dana baru. Hal itu juga akan memungkinkan perusahaan untuk berkembang, menciptakan kondisi pasar yang sesuai, dan pada gilirannya akan memberikan laba yang lebih besar, dan seterusnya. Semua hal tersebut dapat menciptakan nilai yang tinggi dan pertumbuhan yang berkelanjutan atas kekayaan para pemiliknya.
Perusahaan yang memiliki tingkat rasio
pengembalian modal (ROE) tinggi sebagai pengukur
(36)
pertanggungjawaban sosialnya. Rasio ini merupakan
ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham.
(Hanafi dan Halim, 2008:179). Menurut Heal dan Garret
(2004) dalam Dahlia dan Siregar (2008:2) menunjukkan
bahwa aktivitas CSR dapat menjadi elemen yang
menguntungkan sebagai strategi perusahaan, memberikan
kontribusi kepada manajemen risiko dan memelihara
hubungan yang dapat memberikan keuntungan jangka
panjang bagi perusahaan. Perusahaan yang
mengungkapkan pertanggungjawaban sosialnya akan
mendapatkan keuntungan secara sosial dengan kemudahan
operasionalitas dengan lingkungan sekitar (stakeholder)
dan keuntungan ekonomi perusahaan secara jangka
panjang.
2.1.4.4 Leverage
Leverage merupakan pengukur besarnya aktiva yang dibiayai dengan hutang yang digunakan untuk membiayai
aktiva berasal dari pihak luar (kreditor) dengan
kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal
(Harahap, 2007:306). Rasio leverage menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi pembayaran
(37)
semua hutang, baik hutang jangka panjang maupun jangka
pendek, atau kenaikan bila mengalami likuidasi.
Semakin tinggi tingkat leverage perusahaan,maka akan semakin besar pula agency cost. Hal ini terkait dengan biaya-biaya yang dikeluarkan kreditur sebagai
pengawasan terhadap perusahaan. Dilakukan penilaian
oleh investor apakah perusahaan dengan tingkat utang
tinggi (leverage), mampu melunasi hutangnya. Hal ini mendorong kreditur meningkatkan biaya agensinya.
Manajer dalam hal ini kaitannya dengan
pengungkapan pertanggungjawaban sosial perusahaan
akan memilih metode akutansi, memaksimalkan laba
sekarang lebih tinggi daripada laba yang akan datang,
dengan melaporkan laba yang lebih tinggi maka
mengurangi perusahaan melanggar perjanjian hutang.
Kontrak hutang tersebut biasanya berisi tentang ketentuan
bahwa perusahaan akan menjaga tingkat leverage tertentu (rasio utang/ekuitas), modal kerja dan ekuitas pemegang
saham, Watt & Zimmerman (1990) dalam Anggraini
(2006:9) dengan pelaporan laba yang tinggi maka manajer
harus mengurangi biaya-biaya termasuk biaya untuk
pengungkapan pertanggungjawaban sosial. Berdasar
(38)
bahwa leverage berhubungan negatif dengan pertanggungjawaban sosial perusahaan.
Rasio “hutang terhadap ekuitas” merupakan salah
satu ukuran yang paling mendasar dalam keuangan
perusahaan. Rasio ini merupakan pengujian yang baik bagi
kekuatan keuangan perusahaan. Tujuan dari rasio ini
adalah untuk mengukur bauran dana dalam neraca dan
membuat perbandingan antara dana yang diberikan oleh
pemilik dan dana yang dipinjam. (Walsh, 2004:118).
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Silitonga (2011) melakukan penelitian mengenai Pengungkapan
Tanggung Jawab Sosial dalam laporan tahunan. Penelitian tersebut
mengambil sampel 10 perusahaan perkebunan dan pertambangan yang
terdaftar di BEI pada 2007 sampai 2009. Variabel independen yang diteliti
adalah Ukuran Perusahaan, Basis Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, dan Likuiditas. Variabel dependen adalah Pengungkapan tanggung jawab sosial.
Variabel ukuran perusahaan(SIZE), basis perusahaan(BASIS),
profitabilitas(PROFIT), leverage(LEV), dan likuiditas(LIKUID) tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial
dalam laporan tahunan.
Sitepu (2009) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang
(39)
pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ. Peneliti menggunakan
Variabel Independen: Ukuran dewan komisaris, Tingkat leverage, Ukuran
perusahaan, Profitabilitas. Variabel Dependen: Jumlah informasi sosial yang
diungkapkan. Hasil penelitian variabel ukuran dewan komisaris, dan
profitabilitas, memiliki pengaruh signifikan terhadap jumlah informasi
sosial yang diungkapkan oleh perusahaan, sedangkan tingkat leverage dan
ukuran perusahaan, tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap jumlah
informasi yang diungkapkan.
Hartati (2012) melakukan penelitian mengenai pengaruh Good Corporate Governance, Profitabilitas, dan Ukuran perusahaan terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial. Proksi dari GCG yang digunakan
pada penelitian tersebut adalah Kepemilikan institusional, Dewan komisaris
independen, Kepemilikan manajerial dan Komite audit. Peneliti meneliti
pada perusahaan-perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia selama periode 2007-2010, sampel perusahaan yang digunakan 32
perusahaan. Hasil penelitian yang diperoleh adalah variabel kepemilikan
institusional dan ukuran perusahaan memberikan pengaruh negatif yang
tidak signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial, dewan
komisaris independen dan profitabilitas memberikan pengaruh positif yang
tidak signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial, kepemilikan
manajerial dan komite audit memberikan pengaruh negatif yang signifikan
(40)
Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu
No Nama Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian
1 Silitonga (2011) Variabel Independen:
Ukuran perusahaan, Basis perusahaan, Profitabilitas,
Leverage, Likuiditas Variabel Dependen:
Pengungkapan tanggung jawab sosial.
Variabel ukuran perusahaan(SIZE), basis
perusahaan(BASIS), profitabilitas(PROFIT),
leverage(LEV), dan likuiditas(LIKUID) tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial dalam laporan tahunan 2 Sitepu (2009)
Variabel Independen:
Ukuran dewan komisaris, Tingkat leverage, Ukuran perusahaan, Profitabilitas
Variabel Dependen:
Jumlah informasi sosial yang diungkapkan.
Variabel ukuran dewan
komisaris, dan profitabilitas, memiliki
pengaruh signifikan terhadap jumlah informasi sosial yang diungkapkan
oleh perusahaan, sedangkan tingkat leverage dan ukuran perusahaan, tidak memiliki
pengaruh signifikan terhadap jumlah informasi yang diungkapkan.
3 Hartati (2012) Variabel Independen:
Good Corporate Governance, Profitabilitas, dan Ukuran perusahaan
Variabel dependen:
Pengungkapan tanggung jawab sosial
Indikator Good Corporate
Governance terdiri dari: kepemilikan institusional, dewan
komisaris independen, kepemilikan manajerial dan
komite audit.
Variabel kepemilikan institusional dan ukuran perusahaan memberikan pengaruh negatif yang tidak signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial, dewan komisaris independen dan profitabilitas memberikan pengaruh positif yang tidak signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial, kepemilikan manajerial dan komite audit memberikan
(41)
Penelitian terdahulu adalah penelitian yang berhubungan dengan
pengungkapan tanggung jawab sosial.
2.3 Kerangka Konseptual
Menurut Erlina (2008) ”kerangka teoritis adalah suatu model yang
menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor penting
yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu”. Kerangka konseptual
akan menghubungkan variabel independen dan variabel dependen. Begitu
juga apabila ada variabel lain yang menyertai, maka peran variabel tersebut
harus dijelaskan.
pengaruh negatif yang
signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial.
(42)
H1
H2
H3
H4
H5
H6
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Variabel independen pada penelitian ini adalah: komite audit, proporsi
dewan komisaris, ukuran perusahaan, profitabilitas, dan leverage. Variabel dependen penelitian ini adalah pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan.
Komite audit dibentuk oleh dewan komisaris untuk dapat mengawasi
perjalanan perusahaan. Komite audit memiliki kewenangan untuk dapat
mengakses data dari perusahaan. Dalam kehadiran komite audit sebagai
pengawas perjalanan perusahaan terutama dalam bidang keuangan, maka
pihak manajemen akan semakin terbeban untuk mengungkapkan berbagai
Good Corporate Governance
Komite Audit (X1)
Proporsi Dewan Komisaris (X2)
Ukuran Perusahaan (X3)
Profitabilitas (ROE) (X4)
Leverage (DER) (X5)
Pengungkapan Tanggung Jawab
Sosial (Y)
(43)
informasi alat yang efektif untuk melakukan mekanisme pengawasan,
sehingga dapat mengurangi biaya agensi dan meningkatkan kualitas
pengungkapan informasi perusahaan.
Komisaris independen dipersepsikan sebagai salah satu alat
monitoring yang efektif terhadap perilaku manajemen. Dengan demikian
akan berpengaruh pada pengendalian dan pengawasan terhadap pihak
manajemen dalam operasi perusahaan, salah satunya adalah pengungkapan
tanggung jawab sosial (CSR) perusahaan. Sehingga pada akhirnya tujuan
perusahaan untuk memperoleh legitimasi dari stakeholders melalui pengungkapan tanggungjawab sosial (CSR) perusahaan dapat diperoleh.
Ukuran perusahaan merupakan suatu variabel yang berpengaruh
terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial dalam perusahaan. Semakin
besar ukuran suatu perusahaan maka akan semakin banyak pihak yang
memiliki kepentingan terhadap perusahaan tersebut. Semakin banyak pihak
yang memiliki kepentingan terhadap perusahaan tersebut maka semakin
besar tanggung jawab perusahaan dan beban moral perusahaan untuk
mengungkapkan tanggung jawab sosialnya. Teori stakeholder dan teori legitimasi meramalkan bahwa perusahaan akan lebih banyak
mengungkapkan informasi tanggungjawab sosialnya ketika mereka sadar
bahwa mereka diawasi oleh pihak eksternal (stakeholder) dalam Silitonga (2011).
Dengan melihat rasio profitabilitas sebuah perusahaan kita dapat
(44)
menghasilkan keuntungan. Ketika laba yang ditargetkan oleh perusahaan
dapat tercapai maksimal maka perusahaan dapat melakukan banyak hal
untuk kesejahteraan para stakeholders. Dengan tercapainya profit yang memuaskan maka perusahaan akan semakin bebas untuk mengerjakan
tanggung jawabnya terhadap pihak yang berkepentingan dari dalam
perusahaan maupun pihak eksternal seperti masyarakat dan para konsumen.
Ketika suatu tanggung jawab sosial dikerjakan oleh perusahaan maka
pastinya akan diungkapkan pula oleh perusahaan tersebut.
Rasio leverage dalam suatu perusahaan merupakan hal yang penting. Di dalam nilai yang terkandung pada Debt to equity ratio kita dapat melihat bauran dana perusahaan, berapa besarnya dana yang diperoleh dari pemilik
(ekuitas) dan berapa besar yang diperoleh dari pinjaman (hutang). Semakin
tinggi nilai hutang di dalam sebuah perusahaan maka tanggung jawab
perusahaan untuk menyelesaikan kewajibannya semakin besar. Dengan
kewajiban besar yang dipikul oleh perusahaan maka perusahaan cenderung
tidak terlalu memperhatikan tanggung jawab sosialnya dan terfokus
terhadap kegiatan operasionalnya saja untuk kelangsungan hidup
perusahaan.
2.4 Hipotesis Penelitian
Menurut Erlina (2008) Hipotesis adalah preposisi yang dirumuskan
dengan maksud untuk diuji secara empiris. Preposisi merupakan ungkapan
(45)
mengenai konsep yang menjelaskan atau memprediksi norma-norma.
Berdasarkan uraian teoritis dan kerangka konseptual diatas, maka hipotesis
penelitian yang diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut:
H1: Komite Audit berpengaruh positif terhadap Pengungkapan
Tanggung Jawab Sosial
H2: Proporsi Dewan Komisaris berpengaruh positif terhadap
Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial
H3: Ukuran Perusahaan berpengaruh positif terhadap Pengungkapan
Tanggung Jawab Sosial
H4: Profitabilitas berpengaruh positif terhadap Pengungkapan
Tanggung Jawab Sosial
H5: Leverage berpengaruhnegatif terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial
H6: Komite Audit, Proporsi Dewan Komisaris, Ukuran Perusahaan,
Profitabilitas, dan Leverage berpengaruh secara simultan terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial
(46)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian sebab
akibat (causal research). Penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis dan merupakan penelitian yang menjelaskan fenomena dalam bentuk
hubungan antar variabel. Tujuan utama dari penelitan ini adalah
mengidentifikasikan hubungan sebab akibat antara berbagai variabel (Erlina,
2011:20).
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Menurut Erlina (2011:80) “populasi adalah sekelompok entitas yang
lengkap yang dapat berupa orang, kejadian, atau benda yang mempunyai
karakteristik tertentu, yang berada dalam suatu wilayah dan memenuhi
syarat-syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian. Populasi
pada penelitian ini adalah 29 perusahaan dari sektor perkebunan dan
pertambangan yang terdaftar di BEI pada tahun 2009 sampai dengan 2011.
Sampel adalah bagian populasi yang digunakan untuk memperkirakan
karakteristik populasi. Hasil penelitian yang menggunakan sampel, maka
kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi (Erlina, 2011:80). Dalam
penelitian ini metode yang digunakan untuk pengambilan sampel
(47)
Kriteria yang digunakan dapat berdasarkan perimbangan (judgement) atau berdasarkan kuota tertentu (Erlina, 2011:87). Adapun kriteria-kriteria
sampel yang ditentukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan perkebunan dan pertambangan yang terdaftar di BEI pada tahun 2009-2011.
2. Perusahaan-perusahaan tersebut telah mengeluarkan laporan tahunan secara lengkap untuk tahun 2009-2011, dan mempublikasikan laporan tahunan tersebut berturut-turut.
3. Dalam laporan tahunan tersebut, tercantum laporan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
Berdasarkan atas pertimbangan tersebut maka setelah proses
penyaringan dihasilkan 15 perusahaan yang memenuhi kriteria dan
penelitian menggunakan 3 tahun pengamatan sehingga diperoleh 45 sampel
penelitian.
Tabel 3.1
Daftar Populasi dan Perusahaan Sampel
No Nama Perusahaan
Kriteria Sampel 1 2 3
1 PT. Astra Agro Lestari, Tbk (AALI) √ √ √ Sampel 1
2 PT. Gozco Plantation, Tbk (GZCO) √ √ √ Sampel 2
3 PT. London Sumatera, Tbk (LSIP) √ √ √ Sampel 3
4 PT. Sampoerna Agro, Tbk (SGRO) √ √ √ Sampel 4
5 PT. SMART, Tbk (SMAR) √ − √
6 PT. Tunas Baru Lampung (TBLA) √ − √
7 PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk (UNSP) √ − −
8 PT. BW Plantation, Tbk (BWPT) − √ √
9 PT. Adaro Energy, Tbk (ADRO) − − √
(48)
11 PT. ATPK Resource, Tbk (ATKP) √ √ −
12 PT. Bumi Resources, Tbk (BUMI) √ √ √ Sampel 6
13 PT. Bayan Resources, Tbk (BYAN) − √ √
14 PT. Cita Mineral Investindo,Tbk (CITA) − − √
15 PT. Citatah, Tbk (CTTH) √ √ √ Sampel 7
16 PT. Darma Henwa (DEWA) √ √ √ Sampel 8
17 PT. Energi Mega Persada, Tbk (ENRG) √ √ √ Sampel 9
18 PT. Elnusa, Tbk (ELSA) √ √ √ Sampel 10
19 PT. INCO, Tbk (INCO) √ − √
20 PT. Indika Energy, Tbk (INDY) √ √ √ Sampel 11
21 PT. Indo Tambangraya Megah, Tbk (ITMG) √ √ √ Sampel 12
22 PT. Resource Alam Indonesia, Tbk (KKGI) √ − √
23 PT. Medco Energi Internasional, Tbk (MEDC) √ √ √ Sampel 13 24
PT. Perusahaan Gas Negara (Persero), Tbk (PGAS) √ √ √ Sampel 14 25 PT. Perdana Karya Perkasa, Tbk (PKPK) √ √ −
26 PT. Tambang Batubara Bukit Asam, Tbk (PTBA) √ − √
27 PT. Petrosea, Tbk (PTRO) √ − −
28 PT. Radiant Utama Interinsco, Tbk (RUIS) √ − √
29 PT. Timah, Tbk (TINS) √ √ √ Sampel 15
Sumber : Indonesia Stock Exchange (IDX), diolah peneliti (2013)
3.3 Jenis Data dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif yang diukur dalam skala numerik. Sumber data penelitian ini merupakan data sekunder, berupa laporan tahunan yang dipublikasikan di Pusat Referensi Pasar Modal Bursa Efek Indonesia. Data sekunder merupakan data yang telah diolah dan disajikan kembali. Data sekunder adalah data yang sudah tersedia oleh pihak lain sehingga tidak perlu lagi dikumpulkan secara langsung dari sumbernya oleh peneliti (Sinulingga, 2011:151)
(49)
3.4 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data untuk penelitian ini dilakukan dengan dua tahap.
Tahap pertama adalah melakukan studi pustaka dengan cara mengumpulkan
jurnal, buku-buku, skripsi terdahulu, serta bahan lain yang berhubungan
dengan judul yang sedang diteliti. Tahap kedua yang dilakukan peneliti
adalah mengumpulkan data sekunder yaitu laporan tahunan perusahaan yang
diperoleh dari situs www.idx.co.id.
3.5 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian 3.5.1 Variabel Bebas (Independent Variabel)
Variabel independen yang sering juga disebut sebagai
variabel prediktor (predictor variable) ialah variabel yang mempengaruhi variabel dependen baik secara positif maupun
secara negatif (Sinulingga, 2011:73). Variabel-variabel independen
yang termasuk dalam penelitian ini adalah:
3.5.1.1 Komite audit
Suatu komite yang terdiri dari tiga atau lebih anggota yang bukan merupakan bagian dari manajemen perusahaan untuk melakukan pengujian dan penilaian atas kewajaran laporan yang dibuat perusahaan. Variabel ini diukur dengan menggunakan perhitungan skala rasio dengan rumus:
Jumlah anggota komite audit independen Jumlah seluruh anggota komite audit
(50)
3.5.1.2 Proporsi Dewan Komisaris
Komisaris independen bukan merupakan anggota manajemen, pemegang saham mayoritas, pejabat atau
pihak yang berhubungan langsung atau tidak langsung
dengan pemegang saham mayoritas dari sebuah
perusahaan yang mengawasi pengelolaan perusahaan.
Variabel ini diukur dengan menggunakan perhitungan
skala rasio dengan rumus:
Jumlah anggota komisaris independen Jumlah seluruh anggota dewan komisaris
3.5.1.3 Ukuran Perusahaan
Dalam penelitian ini ukuran perusahaan dinilai dengan menggunakan proxy dari total aset perusahaan. Karena jumlah aset yang besar, maka disederhanakan dengan logaritma natural dari total asset.
Ukuran perusahaan = Log total asset
3.5.1.4 Profitabilitas
Profitabilitas perusahaan dinilai dengan
menggunakan ROE. ReturnOn Assets dihitung dengan menggunakan rumus:
Return On Equity (ROE)=
Net Income x 100% Total Equity
(51)
3.5.1.5 Leverage
Proksi dari leverage yang digunakan pada penelitian ini adalah rasio DER. Debt to equity ratio menghitung presentasi jumlah total utang terhadap jumlah ekuitas. Rumus yang digunakan adalah:
Total Utang Total Ekuitas
3.5.2 Variabel Terikat (Dependent Variabel)
Variabel terikat (Dependent variabel) adalah variabel yang besarnya tergantung dari variabel bebas dan diukur untuk
menetukan ada tidaknya pengaruh (kriteria) dari variabel bebas
terhadap variabel terikat. Variabel terikat dalam penelitian ini
adalah pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan
(Corporate Sosial Responsibility). Pengukuran ini dilakukan dengan melihat apakah item informasi pengungkapan tanggung
jawab sosial tersebut diungkapkan dalam laporan tahunan.
Kategori ini diadopsi dari penelitian yang dilakukan oleh
Hackston dan Milne (1996). Ketujuh kategori tersebut terbagi
dalam 90 item pengungkapan. Berdasarkan peraturan Bapepam No.
VIII.G.2 tentang laporan tahunan dan kesesuaian item tersebut
untuk diaplikasikan di Indonesia, maka penyesuaian kemudian
dilakukan. Dua belas item dihapuskan karena kurang sesuai untuk
diterapkan dengan kondisi di Indonesia sehingga secara total tersisa
(52)
Apabila item informasi tidak ada dalam laporan tahunan
perusahaan maka diberi skor 0, dan jika item informasi yang
ditentukan ada dalam laporan tahunan maka diberi skor 1. Skor
yang didapat dari setiap item dijumlahkan untuk memperoleh
keseluruhan skor dari setiap perusahaan. Setelah itu dilakukan
perhitungan untuk mendapatkan indeks pengungkapan tanggung
jawab sosial perusahaan sample. Rumus perhitungan Indeks
Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial(Corporate Social Responsibility index) adalah sebagai berikut:
CSRDIj = ΣXij 78 Keterangan:
CSRDIj : Corporate Social Responsibility Disclosure Index Perusahaan j,
Xij : dummy variable: 1= jika item i diungkapkan; 0 = jika item i tidak diungkapkan,
78 : jumlah keseluruhan item tanggung jawab sosial yang diungkapkan
Dengan demikian, 0≤CSRDIj≤1.
Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan
dilakukan dengan melihat kedalam tujuh kategori yaitu:
lingkungan, energi, kesehatan dan keselamatan tenaga kerja,
lain-lain tenaga kerja, produk, keterlibatan masyarakat, dan umum.
Kategori ini diadopsi dari penelitian yang dilakukan oleh Hackston
(53)
aspek dari item pengungkapan tanggung jawab sosial yang digunakan dalam penelitian:
Lingkungan, 13 item;
Energi, 7 item;
Kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, 8 item;
Lain-lain tenaga kerja, 29 item;
Produk, 10 item;
Keterlibatan masyarakat, 9 item, dan
Umum, 2 item.
3.6 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
model analisis regresi berganda dengan bantuan software SPSS 17 for Windows. Analisis data dilakukan dengan pengujian asumsi klasik dan pengujian hipotesis. Pengujian asumsi klasik meliputi uji normalitas, uji
multikolinieritas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi.
3.6.1 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel dalam data. Sebelum melakukan analisis regresi terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antar variabel penelitian.
(54)
3..6.1.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi, variable penggangu atau residual
memiliki distribusi normal. Kalau nilai residual tidak
mengikuti distribusi normal, uji statistic menjadi tidak
valid untuk jumlah sampel kecil (Ghozali, 2005:110).
Untuk menguji normalitas data akan digunakan
analisis grafik probability plot dan Kolmogorov-Smirnov test. Apabila probabilitas > 0,05 maka distribusi data normal dan bila probabilitas < 0,05 maka distribusi data
tidak normal.
3.6.1.2 Uji Multikolinearitas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji
apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar
variabel bebas atau independen. Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel
independen (Ghozali, 2005:91). Jika variabel independen
saling berkorelasi, maka variabel ini tidak orthogonal.
Variabel-variabel yang bersifat orthogonal adalah variabel
yang memiliki nilai korelasi diantaranya sama dengan nol.
3.6.1.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam
(55)
sutu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance
dari residual satu ke pengamatan yang lain tetap, maka
disebut Homokedastisitas dan jika berbeda disebut
Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang
homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.
3.6.1.4 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam
suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan
pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode
t-1 atau sebelumnya (Erlina, 2007:106).
Cara melakukakn uji ini adalah dengan
menggunakan uji Durbin-Watson dengan pedoman
sebagai berikut:
a. Angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif. b. Angka D-W di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi.
c. Angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif. 3.6.2 Analisis Regresi Linear Berganda
Untuk penelitian yang menggunakan lebih dari satu variabel independen, model regresi yang digunakan adalah regresi
berganda. Model regresi linear berganda dikatakan model yang
baik jika model tersebut memenuhi asumsi normalitas data dan
(56)
heteroskedastisitas dan autokorelasi. Persamaan regresi linear
berganda yaitu:
H
1 : Y = a + b1X1 + e
H
2 : Y = a + b2X2+ e
H
3 : Y = a + b3X3 + e
H
4 : Y = a + b4X4 + e
H
5 : Y = a + b5X5+ e
H
6 : Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5
Keterangan :
Y = Pengungkapan tanggung jawab sosial
A = Konstanta
X
1 = Komite audit
X
2 = Proporsi Dewan Komisaris
X
3 = Ukuran Perusahaan
X
4 = Return on Equity
X
5 = Debt to Equity Ratio
b
1,b2,b3, b4,b5, = Koefisien regresi variabel X1,X2, X3,X4,X5
(57)
3.6.3 Pengujian Hipotesis
3.6.3.1 Uji Signifikan Simultan (F-test)
Menurut Ghozali (2005) uji statistik F pada dasarnya
menunjukkan apakah semua variable bebas yang
dimaksudkan dalam model mempunyai pengaruh secara
simultan terhadap variable dependen. Pengujian dilakukan
dengan menggunakan significance level 0.05 (α = 5%).
Ketentuan penolakan atau penerimaan hipotesis adalah sebagai berikut:
a. Jika nilai signifikan > 0.05 maka hipotesis diterima(koefisien regresi tidak signifikan). Ini berarti bahwa secara simultan variable independen tersebut tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variable dependen.
b. Jika nilai signifikan < 0.05 maka hipotesis ditolak (koefisien regresi signifikan). Ini berarti secara simultan variable independen tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variable dependen.
3.6.3.2Uji Signifikan Parsial (T-test)
Uji-t dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh satu variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. Uji t dapat dilakukan dengan melihat nilai probabilitas signifikansi t masing-masing variabel yang
(58)
terdapat pada output hasil regresi menggunakan SPSS. Hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut:
H1 : Komite Audit berpengaruh secara parsial terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial.
H2 : Proporsi Dewan Komisaris berpengaruh secara parsial terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial.
H3: Ukuran Perusahaan berpengaruh secara parsial terhadap pengungkapan tanggumg jawab sosial.
H4: Profitabilitas berpengaruh secara parsial terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial.
H5: Leverage berpengaruh secara parsial terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial
Uji ini dilakukan dengan membandingkan t-hitung dengan t-tabel dengan ketentuan sebagai berikut:
Jika t-hitung < t-tabel pada α = 0,05, maka Hiditolak Jika t-hitung > t-tabel pada α = 0,05, maka Hi diterima.
(59)
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Statistik Deskriptif
Menurut Ghozali (2005), statistik deskriptif memberikan
gambaran atau deskripsi suatu data yang dapat dilihat dari
rata-rata(mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, dan kemenengan distribusi. Dalam penelitian ini penulis hanya
mendeskripsikan sampel.
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Corporate Social Responsibility 45 .08974 .57692 .3467189 .12202282
Komite Audit 45 .50 1.00 .9620 .11494 Proporsi Dewan Komisaris 45 .16 .60 .4022 .08746 Ukuran Perusahaan 45 11.27 13.90 12.8431 .57589 Profitabilitas 45 -81.40 70.30 24.7980 24.73193 Leverage 45 -1.83 1.66 -.3329 .95517 Valid N (listwise) 45
Sumber: Diolah Peneliti (2013)
Berikut ini rincian data deskriptif yang diolah:
1. Variabel pengungkapan tanggung jawab sosial (CSR) memiliki
(60)
0,08974, nilai maksimum 0,57692, mean 0,34672 dan standart deviation (simpangan baku) 0,122.
2. Variabel Komite Audit memiliki jumlah sampel (N) sebanyak
45, dengan nilai minimum 0.5, nilai maksimum 1.00, mean
0,962, dan standart deviation (simpangan baku) 0,1149.
3. Variabel Proporsi Dewan Komisaris memiliki jumlah sampel
(N) sebanyak 45, dengan nilai minimum 0,16, nilai maksimum
0,60, mean 0,4022, dan standart deviation (simpangan baku) 0,0874.
4. Variabel Ukuran Perusahaan memiliki jumlah sampel (N)
sebanyak 45, dengan nilai minimum 11,27, nilai maksimum
13,90, mean 12,8431, dan standart deviation (simpangan baku) 0,5758.
5. Variabel pengungkapan Profitabilitas memiliki jumlah sampel
(N) sebanyak 45, dengan nilai minimum -81,40, nilai
maksimum 70,30, mean24,7980, dan standart deviation
(simpangan baku) 24,7319.
6. Variabel Leverage memiliki jumlah sampel (N) sebanyak 45, dengan nilai minimum 1,83, nilai maksimum 1,66, mean
(61)
4.1.2 Pengujian Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik harus dilakukan peneliti sebelum
melakukan uji hipotesis Pengujian asumsi klasik ini perlu dilakukan
dengan tujuan untuk mengetahui apakah distribusi data yang
digunakan dalam penelitian sudah normal, serta bebas dari gejala
multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi. Hal ini
merupakan salah satu syarat yang mendasari model regresi berganda
dengan metode estimasi Ordinary Least Square (OLS).
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui varians
pengganggu atau residual berdistribusi secara normal serta
untuk menghindari adanya bias dalam model regresi. Pengujian
normalitas data dalam penelitian ini menggunakan uji statistik
non-parametrikKolmogorov-Smirnov(K-S), dengan membuat hipotesis:
H0 : Data residual berdistribusi normal
Ha : Data residual tidak berdistribusi normal
Apabila nilai signifikansi lebih besar dari 0.05 maka H0
diterima, sedangkan jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05
(62)
Table 4.2
Hasil Uji Normalitas I
Dari hasil pengolahan data tersebut, diperoleh bahwa data
dalam penelitian ini tidak terdistribusi secara normal, dimana
variabel Komite Audit dan Leverage memiliki nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0.05 (5%). Untuk itu, perlu dilakukan
tindakan perbaikan (treatment) agar model regresi memenuhi asumsi normalitas. Beberapa cara untuk mengubah model
regresi menjadi normal, menurut Jogiyanto (2004:172) terdapat
tiga cara untuk menormalkan distribusi data, yaitu:
1. Melakukantransformasi data kebentuklain, yaitu
logaritma natural, akar kuadrat, logaritma 10
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Corporate Social Responsibility Komite Audit Proporsi Dewan Komisaris Ukuran
Perusahaan Profitabilitas Leverage
N 45 45 45 45 45 45
Normal Parameter sa,b
Mean .3467189 .9620 .4022 12.8431 24.7980 1.1371 Std.
Deviation
.12202282 .11494 .08746 .57589 24.73193 1.23166
Most Extreme Differences
Absolute .162 .518 .179 .116 .117 .214 Positive .068 .370 .155 .062 .082 .203 Negative -.162 -.518 -.179 -.116 -.117 -.214 Kolmogorov-Smirnov Z 1.088 3.478 1.199 .775 .783 1.434 Asymp. Sig. (2-tailed) .187 .000 .113 .585 .572 .033
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
(63)
2. Trimming, yaitu memangkas (membuang) observasi yang bersifat outlier, yaitu nilainya lebih kecil dari μ - 2σ atau lebih besar dari μ + 2σ,
3. Winzorising, yaitu mengubah nilai-nilai outlier menjadi nilai-nilai minimum atau maksimum yang diizinkan
supaya distribusinya menjadi normal.
Memulihkan ketidaknormalan data diatas, untuk variabel
Komite Audit peneliti melakukan transformasi data ke model logaritma natural (k-x), dimana k adalah nilai tertinggi (maksimum) dari data mentah x hal ini dikarenakan histogramnya menunjukkan subtansial negative skewness (Ghozali, 2005:37). Untuk variabel Leverage peneliti melakukan transformasi data ke model logaritma natural (x) dikarenakan histogramnya menunjukkan sustansial positive skewness (Ghozali, 2005:37). Kemudian data diuji ulang berdasarkan asumsi normalitas. Berikut ini hasil pengujian dengan Kolmogorov-Smirnov .
(64)
Tabel 4.3
Hasil Uji Normalitas II
Dari hasil pengolahan data pada table 4.3 diatas kita dapat
melihat bahwa seluruh variabel telah terdistribusi secara normal
dimana semua variabel memiliki nilai signifikan yang lebih dari
0.05, dengan demikian kita dapat melanjutkan penelitian dengan
uji asumsi klasik lainnya. Untuk lebih jelas, berikut ini
dilampirkan grafik histogram dan P-P plot data yang
terdistribusi secara normal.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Corporate Social Responsibility
Komite Audit
Proporsi Dewan Komisaris
Ukuran
Perusahaan Profitabilitas Leverage
N 45 5 45 45 45 45
Normal Parametersa,b Mean .3467189 -1.1283 .4022 12.8431 24.7980 -.3329 Std.
Deviation
.12202282 .37704 .08746 .57589 24.73193 .95517
Most Extreme Differences Absolute .162 .175 .179 .116 .117 .143 Positive .068 .153 .155 .062 .082 .143 Negative -.162 -.175 -.179 -.116 -.117 -.080 Kolmogorov-Smirnov Z 1.088 .390 1.199 .775 .783 .957 Asymp. Sig. (2-tailed) .187 .998 .113 .585 .572 .318
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
(65)
Gambar 4.1 Normal P-Plot
Berdasarkan gambar 4.1 dapat dilihat bahwa penyebaran
data mendekati normal atau memenuhi asumsi normalitas,
dimana titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal dan
penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Hal tersebut juga
(66)
Gambar 4.2 Histogram
Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa distribusi data
mendekati normal, karena grafik histogram menunjukkan garis
diagonal yang tidak menceng (skewness) baik ke kanan maupun ke kiri.
b. Uji Multikolinearitas
Tujuan uji multikolinieritas adalah untuk menguji ada
tidaknya hubungan antar variabel independen dalam model
(67)
korelasi di antara varabel bebasnya. Deteksi yang dilakukan
dengan melihat nilai VIF (Variable Inflation Factor) dan toleransi. Pengujian dilakukan dengan menggunakan Software SPSS for Windows. Nilai VIF dan toleransi dapat dilihat dalam tabel 4.4 berikut ini.
Tabel 4.4
Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -1.046 .431 -2.428 .020
Komite Audit -.035 .140 -.033 -.249 .805 .897 1.115
Proporsi Dewan Komisaris
-.353 .216 -.253 -1.639 .109 .654 1.529
Ukuran Perusahaan .122 .030 .575 4.016 .000 .763 1.310
Profitabilitas -.001 .001 -.128 -.824 .415 .649 1.541
Leverage -.062 .020 -.485 -3.113 .003 .645 1.551
a. Dependent Variable: Corporate Social Responsibility
Berdasarkan tabel 4.4 dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadi korelasi di antara variabel independen, dengan kata lain
variabel-variabel independen dalam penelitian ini bebas dari
gejala multikolinearitas. Jika dilihat pada tabel semua variabel
independen memiliki VIF sekitar 1, atau VIF < 10. Selain itu
(68)
0,1 (tolerance > 0,1) dengan demikian dapat disimpulkan tidak ada multikolinearitas dalam model regresi ini.
c. Uji Autokorelasi
Untuk menguji ada tidaknya autokorelasi, peneliti menggunakan uji Durbin-Watson. Hasil pengujian autokorelasi adalah sebagai berikut:
Tabel 4.5
Uji Autokorelasi Durbin Watson
Kriteria untuk penilaian terjadinya autokorelasi yaitu:
1. nilai D-W lebih kecil dari -2 berarti ada korelasi positif,
2. nilai D-W di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada
autokorelasi,
3. nilai D-W lebih besar dari +2 berarti ada autokorelasi
negatif.
Dari tabel di atas diketahui bahwa nilai D-W yang didapat
sebesar 1,146 yang berarti termasuk pada kriteria kedua,
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .625a .391 .312 .10117808 1.146
a. Predictors: (Constant), Leverage, Profitabilitas, Komite Audit, Ukuran Perusahaan, Proporsi Dewan Komisaris
(69)
sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak terjadi
autokorelasi negatif.
d. Uji Heterokedastisitas
Dalam penelitian ini untuk melihat ada tidaknya gejala
heterokedastisitas adalah dengan melihat plot grafik yang
dihasilkan dari pengolahan data dengan menggunakan SPSS.
Dasar pengambilan keputusannya adalah:
Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang teratur, maka telah terjadi heterokedastisitas
Jika tidak ada pola tertentu, serta titik-titik yang menyebar tidak tertentu di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y,
maka tidak terjadi heterokedastisitas, atau terjadi
homokedastisitas.
Berikut ini adalah grafik scatterplot untuk menganalisis apakah terjadi heterokedastisitas atau terjadi homokedastisitas
(70)
Gambar 4.3
Hasil Uji Heterokedastisitas
Berdasarkan gambar 4.3 di atas dapat dilihat bahwa tidak ada membentuk pola yang jelas, dimana titik-titik menyebar di
atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka dapat
disimpulkan tidak terjadi heteroskedasititas pada model regresi
(1)
(2)
Lampiran viii
Uji
Multikolinearitas
Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -1.046 .431 -2.428 .020
Komite Audit -.035 .140 -.033 -.249 .805 .897 1.115
Proporsi Dewan Komisaris
-.353 .216 -.253 -1.639 .109 .654 1.529
Ukuran Perusahaan .122 .030 .575 4.016 .000 .763 1.310
Profitabilitas -.001 .001 -.128 -.824 .415 .649 1.541
Leverage -.062 .020 -.485 -3.113 .003 .645 1.551
Lampiran ix
Uji Autokorelasi Durbin Watson
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .625a .391 .312 .10117808 1.146
a. Predictors: (Constant), Leverage, Profitabilitas, Komite Audit, Ukuran Perusahaan, Proporsi Dewan Komisaris
b. Dependent Variable: Corporate Social Responsibility
(3)
(4)
Lampiran xi
Uji Hipotesis Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi
(Goodness of Fit)
Variabel Entered/Removed
Model SummaryModel R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .625a .391 .312 .10117808
Lampiran xii
Variables Entered/Removedb
Model Variables Entered Variables Removed Method
1 Leverage,
Profitabilitas, Komite Audit, Ukuran Perusahaan, Proporsi Dewan Komisaris
. Enter
a. All requested variables entered.
(5)
Lampiran xiii
Lampiran xiv
Uji F (F Test)
Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -1.046 .431 -2.428 .020
Komite Audit -.035 .140 -.033 -.249 .805 .897 1.115
Proporsi Dewan Komisaris
-.353 .216 -.253 -1.639 .109 .654 1.529
Ukuran Perusahaan
.122 .030 .575 4.016 .000 .763 1.310
Profitabilitas -.001 .001 -.128 -.824 .415 .649 1.541
Leverage -.062 .020 -.485 -3.113 .003 .645 1.551
a. Dependent Variable: Corporate Social Responsibility
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression .256 5 .051 4.999 .001a
Residual .399 39 .010
Total .655 44
a. Predictors: (Constant), Leverage, Profitabilitas, Komite Audit, Ukuran Perusahaan, Proporsi Dewan Komisaris
(6)
Lampiran xv
Uji Hipotesis Signifikansi Parsial
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) -1.046 .431 -2.428 .020
Komite Audit -.035 .140 -.033 -.249 .805
Proporsi Dewan Komisaris -.353 .216 -.253 -1.639 .109
Ukuran Perusahaan .122 .030 .575 4.016 .000
Profitabilitas -.001 .001 -.128 -.824 .415
Leverage -.062 .020 -.485 -3.113 .003