Perbandingan Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Penerapan Good Corporate Governance di Perusahaan Perbankan yang Telah Go Public.

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

SKRIPSI

PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN SEBELUM DAN SESUDAH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE DI PERUSAHAAN

PERBANKAN YANG TELAH GO PUBLIC

Oleh

NAMA : JEMMIMA VINISEA P.S.

NIM : 040503009

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Srjana Ekonomi


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:

Perbandingan Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Penerapan

Good Corporate Governance di Perusahaan Perbankan yang telah Go Public

adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasi, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi level Program S-1 Reguler Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Semua sumber data dan informasi yang diperoleh, telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya dan apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas.

Medan, 25 Juni 2008 Yang membuat pernyataan,

JEMMIMA VINISEA P.S. NIM 04050303009


(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya bagiMu Yesus Kristus atas segala berkat yang luar biasa yang telah Engkau berikan kepadaku dalam menyelesaikan skripsi ini. KasihMu sungguh luar biasa dalam setiap langkah kehidupanku. Hanya dengan campur tangan kuasaMU aku dapat melalui segala rintangan dan hambatan dalam kehidupan ini khususnya masa perkuliahanku.

Skripsi ini berjudul Perbandingan Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Penerapan Good Corporate Governance di Perusahaan Perbankan

yang Telah Go Public, disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas Ekonomi Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara.

Selama proses penyusunan skripsi ini penulis banyak memperoleh bimbingan, dorongan semangat, nasehat, dan bantuan lain baik secara moril maupun materiil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, Mec., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Arifin Akhmad, M.Si., Ak. selaku Ketua Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Fahmi Natigor Nasution S.E, M.Acc., Ak. selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara.


(4)

4. Bapak Firman Syarif, SE, M.Si, Ak selaku Dosen Pembimbing yang sangat sabar membimbing dan telah banyak membantu dan memberikan pengarahan kepada penulis selama proses penyusunan hingga penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM., Ak. selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan pengarahan selama penulisan skripsi.

6. Ibu Risanty, SE, M.Si, Ak. selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan pengarahan selama penulisan skripsi.

7. Ibu Dra. Salbiah, Ak. selaku dosen wali yang telah membantu penulis dalam konsultasi akademik selama perkuliahan.

8. Ibu Dr. Erlina, M.Si, Ak selaku dosen metode penelitian yang banyak membantu penulis dalam penyusunan skripsi

9. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik penulis selama penulis menyelesaikan perkuliahan.

10. Para pegawai Departemen Akuntansi, Bang Hairil, Kak Dame dan Bang Oyong yang telah banyak membantu penulis dalam administrasi di Departemen Akuntansi, serta para pegawai PPAK, Bang Kartun dan Kak Vida, terima kasih banyak buat semua bantuan kalian.

11. Papa dan Mama, Terima kasih banyak buat segenap cinta, kasih sayang, didikan, bimbingan, semangat dan dukungan berupa nasehat, doa dan materil yang terus mengalir kepada Vini.


(5)

12. Adik-adikku, Josephine Hanesia dan Jasmine Bestri Silalahi, Terima kasih atas dukungan berupa semangat dan doa kalian. Tetap semangat dan bekerja keras hingga menjadi kebanggaan keluarga.

13. Sahabatku dalam suka dan duka, Sri, Maria, Sylvina, Fricillia, Anggih, Fernandez, Titin, Ronald, Terima kasih buat dukungan Doa dan semangat juga canda tawa dan waktu yang telah kita lewati bersama selama ini. Semoga persahabatan kita tetap terjalin dalam suka dan duka.

14. Saudara-saudari penulis yang bersama-sama dalam perjuangan selama bimbingan skripsi, Fatma, Juventus, Ari, Kak Bebeth, Kak Junis, Kak Fitri, Terima kasih banyak buat dukungan dan semangat juga rasa solidaritas yang tinggi. Sukses buat kita semua yah.

15. Teman-teman di Departemen Akuntansi angkatan 2004, Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang juga turut membantu penulis : Irene Panggabean, Irene Voucher, Minarti, Monika, Evelyn, Candra, Rangga, Jaka, Okta, Johanes, Martinus, Endry, Zulfauzi, Marcell, Marsaulina, Septin, Cece, Dewi Anggra, Rika, Wati, Kidona. Kidaulay, Kimut dan semuanya yang terlalu panjang untuk disebutkan satu-persatu. Terima kasih atas segala bantuan, cerita, canda tawa , dan waktu yang dilewati bersama yang telah menambah pelangi pertemanan selama masa perkuliahan. Urutan nama bukan berarti prioritas.

16. Para Senior di Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(6)

17. Adik-adik junior di Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, khususnya adikku, Jeffry Panjaitan atas bantuannya selama ini.

Akhir kata, penulis tetap menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini bisa bermanfaat bagi semua pihak. Semoga Tuhan senantiasa melimpahkan berkat dan karunia-Nya. Amin.

Medan, 22 Juni 2008 Penulis

JEMMIMA VINISEA NIM 040503009


(7)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 1.1 Indikator Kinerja Perbankan . . . 2

Tabel 1.2 10 Perusahaan Publik Terbaik Dalam Penerapan GCG. . . 7

Tabel 2.1 Ringkasan Tinjauan Peneliti Terdahulu . .. . . . . . 13

Tabel 3.1 Daftar Sampel Bank . . . 43

Tabel 4.1 Daftar Sampel Bank Umum Nasional. . . 16

Tabel 4.2 Rasio Keuangan CAR tahun 2001-2003 . . . . . 18

Tabel 4.3 Rasio Keuangan CAR tahun 2004-2006. . . 24

Tabel 4.4 Rata-rata CAR Sebelum dan Sesudah Penerapan GCG . . . 52

Tabel 4.5 Descriptive Statistic . . . 56

Tabel 4.6 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test . . . . 57

Tabel 4.7 Hasil Uji Hipotesis Metode Paired Samples Test . .. . . 58


(8)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.01 Kerangka Konseptual . . . 14 Gambar 4.01 Grafik Histogram Sebelum Logaritma Natural . . . 30 Gambar 4.02 Grafik Histogram Setelah Logaritma Natural . . . 31 Gambar 4.03 Grafik Normal Probability Plot Sebelum Logaritma Natural . . 32 Gambar 4.04 Grafik Normal Probability Plot Setelah Logaritma Natural . . . 33 Gambar 4.05 Durbin-Watson d Statistic . . . 39 Gambar 4.06 Grafik Scatterplot . . . 41


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

Lampiran 1 Daftar Perbankan yang Dijadikan Populasi Penelitian Tahun 2001-2006


(10)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN...

KATA PENGANTAR ...

ABSTRAK ...

ABSTRACT ...

DAFTAR ISI ...

DAFTAR TABEL ...

DAFTAR LAMPIRAN ...

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah... B. Batasan Masalah ... C. Perumusan Masalah ... D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PEMBENTUKAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Teoritis ... 1. Kinerja Keuangan Perbankan... 2. Good Corporate Governance... ... 3. Rasio Kecukupan Modal.... ... 4. Kelembagaan Perbankan... 5. Pasar Modal... B. Tinjauan Penelitian Terdahulu... C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian ...

i ii vi vii vii i x xi 1 11 11 12 13 24 30 33 35 37


(11)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian... B. Jenis dan Sumber Data... ... C. Teknik Penentuan Sampel... D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian... E. Model Analisis Data ... F. Teknik Analisis Data ... BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian... 1. Data Penelitian ... 2. Statistik Deskriptif ... 3. Uji Normalitas Data... 4. Pengujian Hipotesis ... B. Pembahasan Hasil Penelitian ... BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... B. Keterbatasan ... C. Saran ... DAFTAR PUSTAKA ...

LAMPIRAN 40 41 41 41 43 43 45 45 47 48 55 56 57 58 61 61 62 63


(12)

ABSTRACT

The purpose of this research is to know how the comparison between the financial performance before and after the implementation of Good Corporate Governance in Indonesia banking corporate. The measurement of financial performance is set with one of financial ratio, Capital Adequacy Ratio (CAR)

This research focus on banking corporate which is listed in Indonesia Stock Exchange for period 2001-2006. The method which used is purposive random sampling and get 10 banking corporate suit to the criteria, for period 2001-2006. The statistical method used in this research is normality test-kolmogorov-smirnov and hypotheses test, paired samples test.

The result of this research shows that there is no significant difference between financial performance before and after the implementation good corporate governance in Indonesia go public banking corporate.


(13)

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana perbandingan antara kinerja keuangan sebelum dan sesudah penerapan GCG pada perusahaan perbankan yang go public. Pengukuran kinerja keuangan dilakukan dengan salah satu rasio keuangan, Rasio Kecukupan Modal.

Penelitian ini memfokuskan pada perusahaan perbankan yang listing di bursa efek Indonesia selama periode 2001-2006. Metode yang digunakan adalah Metode yang digunakan adalah purposive random sampling dan mendapatkan 10 perusahaan perbankan sesuai dengan kriteria selama periode tiga tahun sebelum dan tiga tahun sesudah penerapan Good Corporate Governance. Penelitian ini menggunakan metode analisis statistik uji normalitas kolmogorov-smirnov dan uji hipotesis dua sample berpasangan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kinerja keuangan yang signifikan sebelum dan sesudah penerapan Good Corporate Governance di perusahaan perbankan yang telah go public.


(14)

ABSTRACT

The purpose of this research is to know how the comparison between the financial performance before and after the implementation of Good Corporate Governance in Indonesia banking corporate. The measurement of financial performance is set with one of financial ratio, Capital Adequacy Ratio (CAR)

This research focus on banking corporate which is listed in Indonesia Stock Exchange for period 2001-2006. The method which used is purposive random sampling and get 10 banking corporate suit to the criteria, for period 2001-2006. The statistical method used in this research is normality test-kolmogorov-smirnov and hypotheses test, paired samples test.

The result of this research shows that there is no significant difference between financial performance before and after the implementation good corporate governance in Indonesia go public banking corporate.


(15)

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana perbandingan antara kinerja keuangan sebelum dan sesudah penerapan GCG pada perusahaan perbankan yang go public. Pengukuran kinerja keuangan dilakukan dengan salah satu rasio keuangan, Rasio Kecukupan Modal.

Penelitian ini memfokuskan pada perusahaan perbankan yang listing di bursa efek Indonesia selama periode 2001-2006. Metode yang digunakan adalah Metode yang digunakan adalah purposive random sampling dan mendapatkan 10 perusahaan perbankan sesuai dengan kriteria selama periode tiga tahun sebelum dan tiga tahun sesudah penerapan Good Corporate Governance. Penelitian ini menggunakan metode analisis statistik uji normalitas kolmogorov-smirnov dan uji hipotesis dua sample berpasangan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kinerja keuangan yang signifikan sebelum dan sesudah penerapan Good Corporate Governance di perusahaan perbankan yang telah go public.


(16)

BAB I

LATAR BELAKANG

A. Latar Belakang Masalah

Restukturisasi dan rekapitalisasi perbankan serta perusahaan sudah berjalan dalam kurun waktu yang lama terhitung dari tahun 2003, tetapi fungsi perbankan sebagai intermediasi keuangan dirasakan belum begitu normal. Krisis ekonomi dan perbankan yang terjadi di Indonesia telah mengakibatkan adanya distorsi pada intermediasi perbankan. Maka yang menjadi pertanyaan, apakah kebijakan perbankan yang dilaksanakan sudah memadai, atau perlu penyesuaian, sehingga kebijakan di sektor tersebut, secara khusus mampu mendukung terciptanya sektor perbankan yang sehat, dan secara umum dapar mewujudkan

Good Corporate Governance yang konsisten.

Proses pemulihan intermediasi perbankan yang belum berjalan normal ditandai oleh masih rendahnya pertumbuhan kredit. Hal ini disebabkan oleh : (1) terbatasnya debitur potensial, sehingga sebagian penyaluran kredit baru hanya diberikan dalam bentuk kredit menengah dan kecil untuk tujuan konsumsi ; (2) perbankan menilai risiko usaha masih tinggi dan komitmen kredit belum disalurkan secara optimal, lantaran belum didukung iklim usaha yang kondusif; (3) beberapa bank rekapitalisasi yang masih mengalami masalah likuiditas menghadapi kesulitan menjual obligasi rekap, sebab pasar sekunder obligasi pemerintah belum berkembang; (4) beberapa bank masih menghadapi kesulitan


(17)

memenuhi ketentuan Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Batas Maksimum Pemberian Kredit.

Walaupun secara perlahan, namun pergerakan kinerja perbankan yang cukup lambat mengalami perkembangkan yang cukup baik. Hal ini dilihat dari secara umum, sektor perbankan dapat dikatakan mengalami perbaikkan kinerja dari waktu ke waktu. Hal ini tercermin dalam indikator kinerja perbankan tahun 2002-2005 seperti terlihat pada tabel 1 di bawah ini :

Tabel 1.1

Indikator Kinerja Perbankan

Indikator Utama Des-2002 Des-2003 Mar-04 Jun-04 Des-2004 Jan-05 Mar-05 Total Aset (Trilyun Rp.) 1112.2 1196.2 1150 1185.7 1272.3 1258.4 1280.6 DPK (Trilyun Rp.) 835.8 888.6 875.1 912.8 963.1 950.1 959.3 Kredit (Trilyun Rp.) 371.06 440.51 449.38 491.39 559.47 555.6 582.51 Aktiva Produktif (Trilyun

Rp.)

1055.15 1084.95 1085.23 1129.06 1182.9 1178.75 1193.38

LDR (%) 38.2 43.2 43.7 46.4 50 49.5 51.22

ROA (%) 1.9 2.5 2.7 2.7 3.5 3.4 3.4

Rasio NPL (%) 7.5 6.78 6.25 6.19 4.5 4.67 4.37 CAR (%) 22.5 19.4 23.5 20.9 19.4 22.3 21.75 Kredit/AP (%) 35.17 40.60 41.41 43.52 47.30 47.13 48.81 Sumber : Statistik Perbankan Indonesia,http://www.bi.go.id

Capital Adequacy Ratio (CAR) sebagai indikator permodalan, CAR perbankan menunjukkan angka yang jauh melebihi persyaratan minimumnya yang hanya sebesar 8 persen. Angka Dana pihak ketiga (DPK) juga terus mengami peningkatan yang mengindikasikan meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap perbankan.Begitupula dengan angka Non-Performing Loan (NPL) yang cenderung membaik.

Namun demikian, membaiknya kinerja perbankan tersebut belum dapat memberikan dukungan secara penuh untuk mempercepat pemulihan di sektor riil.


(18)

Ini terlihat dari masih belum mantapnya fungsi intermediasi perbankan. Tabel 1.1 diatas menunjukkan pertumbuhan kredit pada sektor riil yang diindikasikan oleh besaran angka Loan to Deposit Ratio (LDR) yang bergerak naik namun dengan laju yang sangat lambat. Sampai dengan bulan bulan Januari 2005 lalu, LDR masih berada pada kisaran 49,5 persen, yang bahkan mengalami penurunan dibanding tahun lalu sebesar 50 persen. Angka ini masih lebih rendah relatif kondisi sebelum krisis yang mencapai 70-80 persen.

Lemahnya institusi pemerintah dan belum adanya clean government di sektor publik serta belum diterapkannya GCG secara konsisten di dunia usaha khususnya perbankan menjadi faktor utama berkepanjangannya krisis yang terjadi di Indonesia. Dalam kaitannya dengan masalah perbankan nasional terdapat suatu realita bahwa sistem perbankan nasional mengalami kehancuran, yang ditunjukkan antara lain ketidakberhasilan peran perbankan mengantisipasi dampak krisis ekonomi. Peran perbankan nasional di masa menjelang krisis sesungguhnya telah banyak mengalami distorsi. Perbankan nasional dianggap dan dinilai tidak mampu menjalankan fungsinya secara benar, sesuai dengan standar prosedur operasinya.

Kegiatan operasional dapat berjalan lancar apabila bank tersebut memiliki modal yang cukup sehingga pada keadaan kritis bank tetap dalam posisi yang aman. Salah satu antisipasi bank untuk dapat memenuhi kecukupan modal atau mencapai standar rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio) yang berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No.5/12/PBI/2003 tentang kewajiban penyediaan modal minimum bank umum dengan memperhitungkan risiko pasar


(19)

adalah di atas 8%, maka bank harus bisa memperoleh laba yang nantinya akan menambah modal bank. Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh Siamat (2004 : 103), “Dalam menentukan jumlah modal, manajemen bank harus memutuskan seberapa besar tingkat keuntungan yang dapat diperoleh dengan kenaikan jumlah modal.” Kemampuan bank dalam memperoleh laba disebut dengan profitabilitas atau rentabilitas. Profitabilitas juga merupakan indikator dari kemampuan bank untuk mempertahankan kecukupan modalnya.

Evaluasi kinerja perusahaan pada umumnya dilakukan dalam jangka pendek, misalnya dalam jangka waktu satu tahun, kuartalan, bulanan atau mungkin jangka waktu yang lebih pendek lagi. Tetapi evaluasi kinerja perusahaan untuk jangka waktu yang lebih panjang, seperti dalam jangka waktu lima tahunan, bukanlah tidak penting. Evaluasi ini dilakukan misalnya untuk menilai implementasi strategi perusahaan. dalam hal ini, GCG merupakan salah satu strategi untuk menilai kinerja perusahaan (Umar, 2002).

Awal mula penerapan GCG di Indonesia sendiri ditetapkan melalui edaran surat keputusan menteri BUMN No.Kep-117/M-MBU/2002 pada tanggal 1 Agustus 2002 tentang penetapan praktek GCG pada setiap Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yaitu, menekankan kewajiban bagi BUMN untuk menerapkan GCG secara konsisten dan atau menjadikan prinsip-prinsip GCG sebagai landasan operasionalnya, yang pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntanbilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders


(20)

Bank Indonesia sendiri baru mengeluarkan peraturan tentang pelaksanaan GCG bagi bank umum yang ditetapkan dalam peraturan Bank Indonesia nomor 8/4/PBI/2006 yang salah satunya berisikan pelaksanaan GCG diperlukan dalam rangka meningkatkan kinerja bank, melindungi kepentingan stakeholders dan meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku serta nilai-nilai etika yang berlaku umum pada industri perbankan. Selain itu, keluarnya Peraturan BI Nomor 8/4/PBI/2006 menunjukkan tingkat kesadaran yang tinggi dari Bank Indonesia akan kian pentingnya perbankan nasional menerapkan GCG. Hal yang juga diharapkan dengan adanya penilaian pelaksanaan GCG ini, masyarakat akan dapat menilai dan menjatuhkan kepercayaannya kepada bank yang benar-benar telah menerapkan tata kelola perusahaan dengan baik, sehingga masyarakat pun akan merasa aman menyimpankan dananya di bank tersebut.

Pelaksanaan tata kelola (good governance) yang baik dalam sistem perbankan sampai saat ini masih sulit diterapkan oleh bank-bank. Salah satu penyebabnya adalah bank tersebut dikelola langsung oleh pemiliknya dan bukan oleh profesional yang independen. Sementara itu, berdasarkan penelitian The Indonesian Institute for Corporate Governance mengenai Corporate Governance Perception Index 2003, penerapan tata kelola yang baik pada korporasi masih merupakan kepatuhan terhadap regulasi dan bukan atas kesadaran sendiri.

Pada masa yang akan datang, implementasi GCG diharapkan akan membawa dampak positif terhadap kinerja perbankan, baik itu kinerja keuangan maupun kinerja non-keuangan. Selain menunjang tujuan operasional bank itu


(21)

sendiri, tetapi juga dalam pencapaian tujuan eksternal khususnya kepercayaan dari investor dan calon investor maupun kepercayaan dari nasabah dan calon nasabah dari entitas/perbankan yang bersangkutan. Implementasi GCG oleh bank diharapkan bermanfaat untuk menambah dan memaksimalkan nilai perusahaan. Survei yang dilakukan oleh Bank Dunia, mengindikasikan bahwa investor asing (Asia, Eropa, Amerika Serikat) bersedia memberikan premium sebesar 26% - 28% bagi perusahaan Indonesia yang secara efektif telah mengimplementasikan praktik GCG. Sehingga, jelas terlihat, implementasi GCG dari sebuah entitas menjadi salah satu faktor pendukung ketika seorang investor hendak membuat sebuah keputusan yang berkaitan dengan investasi.

Penelitian mengenai efektivitas Corporate Governance dalam melindungi investor Indonesia telah banyak dilakukan, antara lain : Febianti (2007), Asih (2004), akan tetapi penelitian ini mencakup perusahaan yang listing di BEI kecuali perusahaan perbankan. Jikalau ada peneliti yang melakukan penelitian terhadap perbankan dan GCG, seperti Nasution dan Setiawan (2007), namun, penelitian tersebut lebih melihat pengaruh GCG terhadap manajemen laba pada industri perbankan. Selebihnya hanya terdapat beberapa karya tulis ilmiah berupa jurnal tentang GCG dan perbankan. Hal inilah yang menjadi sebab, mengapa peneliti tertarik untuk melakukan penelitian seperti ini, yaitu untuk melihat bagaimana perbandingan kinerja keuangan perbankan sebelum dan sesudah penerapan GCG, karena karakteristik industri perbankan yang berbeda dengan industri lainnya. Industri perbankan mempunyai regulasi yang lebih ketat


(22)

dibandingkan dengan industri lain, misalnya suatu bank harus memenuhi kriteria

Capital Adequacy Ratio (CAR) minimum.

Hal yang turut juga menjadi alasan ketertarikan bagi peneliti untuk mengambil perbankan sebagai suatu titik yang dinilai bagaimana tingkat kinerjanya didasarkan atas temuan dibawah ini. Berikut ini merupakan peringkat 10 besar hasil riset dan pemeringkatan yang dilakukan oleh Corporate Governance Perception Index (CGPI) pada tahun 2006, yang dikutip dari majalah SWA No.01/XXIV/9-23 Januari 2008.

Tabel 1.2

10 Peringkat Perusahaan Publik Terbaik Dalam Penerapan GCG

No. Perusahaan Total Keterangan

1 PT Bank Mandiri Tbk 88,66 Sangat Terpercaya 2 PT Bank Niaga Tbk 87.90 Sangat Terpercaya 3 PT Aneka Tambang Tbk 82,07 Terpercaya

4 PT Adhi Karya Tbk 81,79 Terpercaya

5 PT United Tractors Tbk 81,53 Terpercaya 6 PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk 80,87 Terpercaya 7 PT Astra Graphia Tbk 80,30 Terpercaya

8 PT Kalbe Farma Tbk 79,70 Terpercaya

9 PT Bank Negara Indonesia Tbk 79,46 Terpercaya 10 PT Bank Permata Tbk 78,85 Terpercaya Sumber : majalah SWA No.01/XXIV/9-23 Januari 2008

Jika melihat pada peringkat 10 perusahaan publik terbaik dalam penerapan GCG versi investor, terlihat bahwa perbankan sangat mendominasi. Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian komparatif terhadap perbankan yang sudah go public. Vives (2001) sebagaimana dikutip dalam Asih (2004), mengatakan bahwa menurutnya, perbankan saat ini mengalami perubahan baik pada sisi kompetisi maupun regulasi yang memaksanya untuk beradaptasi terhadap lingkungan baru tersebut.


(23)

Di Indonesia, lembaga keuangan yang paling berperan dalam proses pembangunan tersebut dari waktu ke waktu ialah perbankan. Sehingga tidak heran, ledakan krisis pada sektor perbankan membawa dampak yang begitu terasa bagi perekonomian Indonesia. Berdasarkan fakta tersebut, perbankan harus melakukan berbagai perubahan agar tetap kompetitif dan tidak ditinggalkan nasabahnya. Salah satu alternatif solusinya adalah dengan penerapan Good Corporate Governance yang konsisten.

Bank merupakan lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas,1

Dewasa ini, para investor tidak hanya mempertimbangkan faktor-faktor fundamental dalam menetapkan keputusan investasi, tetapi juga turut memperhitungkan keberadaan faktor pendukung yang lain yaitu baik atau tidaknya implementasi Good corporate governance pada emiten yang tentunya akan menjadi sasaran investasi. Hal ini disebabkan faktor fundamental dan faktor

1)

oleh karena itu bank mempunyai ruang lingkup usaha yang sangat luas. Selain usaha pokoknya tersebut, bank harus mampu untuk menanamkan dana dalam dengan cara yang menguntungkan. Penanaman dana tersebut biasanya dalam bentuk perkreditan, namun tidak kalah pentingnya investasi (penggunaan dana bank) untuk pengadaan peralatan-peralatan kerja, gedung, maupun untuk pengadaan cash on hand (Muljono, 2002). Investor melihat hal tersebut sebagai suatu kesempatan untuk berinvestasi. Sehingga, tidaklah mengherankan jika perbankan menjadi sasaran investasi yang empuk saat ini.

11)

Bank Indonesia – Ikhtisar Ketentuan Perbankan Indonesia “Bank Indonesia”, Jakarta, 1982, hal I. A-1.


(24)

pendukung investasi lainnya lebih mengarah kepada sasaran jangka pendek. Sebaliknya, Good corporate governance merupakan faktor penunjang yang dampaknya lebih mengarah ke jangka panjang.

Setiap bank tentu saja belum tentu merupakan sasaran investasi yang baik. Situasi perbankan di Indonesia pada saat ini sudah jauh berubah bila dibandingkan dengan situasi perbankan pada masa 1970-an, situasi di mana para nasabah yang mencari bank (bank oriented) maka pada situasi sekarang ini, bank lebih dekat dengan pencarian nasabah (customer oriented). Hal ini terlihat dengan menjamur lahirnya bank di Indonesia. Investor harus lebih jeli untuk membuat keputusan investasi yang baik serta menguntungkan.

Perlombaan antar bank dalam menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya dalam bentuk kredit oleh bank-bank komersil, dalam prakteknya banyak yang kurang berhati-hati ataupun menyimpang dari aturan-aturan yang berlaku dalam dunia bisnis perbankan seperti tidak mengindahkan prinsip kehati-hatian bank (prudential banking) dengan memberikan kredit tanpa batas pada nasabah satu grup dengan perbankan tersebut, sehingga seringkali merugikan para deposan dan investor serta berdampak pada perekonomian negara, yang diakibatkan kecenderungan meningkatnya kredit bermasalah/macet. Akibatnya pada pertengahan 2001-2002 industri perbankan akhirnya terpuruk sebagai imbas dari terjadinya krisis ekonomi yang melanda Indonesia. Bagi bank, untuk berkembang dan maju, implementasi GCG secara serius dan efektif merupakan tuntutan yang makin tidak dapat ditawar lagi. Untuk tujuan penerapan GCG itu, iklim yang kondusif perlu diciptakan dan perlu terus-menerus dipelihara.


(25)

Titik masalah pada penelitian ini adalah sampai sejauh mana implementasi GCG menjadi jaminan terhadap baiknya kinerja perbankan. Kinerja keuangan bank merupakan bagian dari kinerja bank secara keseluruhan. Kinerja keuangan suatu bank sangat tergantung pada keberhasilan ataupun kegagalan dari kegiatan operasionalnya.

Peneliti juga ingin melihat bagaimana perbandingan kinerja untuk masing-masing bank yang diambil sebagai sampel dalam penelitian ini. Sebagai sampel yang cukup menarik perhatian, yang dikutip dari majalah SWA No.01/XXIV/9-23 Januari 2008 ialah PT. Mandiri Tbk, sebelum penerapan GCG, bank ini dirundung banyak masalah, salah satunya ialah kredit macet yang sempat mencapai sekitar 25% sehingga membuat citra bank hasil merger empat bank pemerintah ini hancur. Namun, setelah penerapan GCG, terjadi tingkat penurunan kredit macet dan peningkatan pendapatan jasa yang menjadi salah satu indikator keberhasilan GCG.

Pada sisi lain, hal yang menjadi tanda tanya besar mengapa setelah penerapan GCG dan dinyatakan berhasil menduduki posisi 10 besar bahkan pernah mencapai posisi 5 besar, namun, masih terjerat pada kemunduran, dimana PT. Bank Negara Indonesia, Tbk mengalami stagnasi internal dan pergantian direksi karena adanya penyelewengan sejumlah besar dana. Hal tersebut tentu saja sangat disayangkan melihat bank tersebut dinyatakan telah menerapkan GCG dengan baik oleh tim badan penilai, Corporate Governance Perception Index


(26)

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengangkat masalah tersebut dalam sebuah karya tulis ilmiah berbentuk skripsi dengan judul

“Perbandingan Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Penerapan Good

Corporate Governance di Perusahaan Perbankan yang telah Go Public”.

B. Batasan Masalah

Penulis menetapkan batasan masalah terhadap penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1. Objek penelitian adalah perusahaan perbankan yang sudah go public di BEI pada tahun 2001 dan atau sesudahnya.

2. Kinerja keuangan perbankan diukur dengan alat ukur analisis rasio keuangan, dalam hal ini yaitu, menilai salah satu rasio permodalan,

Capital Adequacy Ratio (CAR).

3. Periode penelitian yang diamati adalah tahun 2001 sampai dengan tahun 2006.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka peneliti merumuskan masalahnya sebagai berikut:

“ Bagaimanakah kinerja keuangan perbankan sebelum penerapan Good Corporate Governance dan sesudah penerapan Good Corporate Governance?”


(27)

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana perbandingan kinerja perbankan sebelum dan sesudah penerapan GCG dan sejauh mana GCG efektif untuk perbaikan kinerja keuangan perbankan.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan pemahaman mendalam tentang penerapan Good Corporate Governance

dan pengaruhnya terhadap kinerja perbankan yang telah go public di Indonesia.

2. Bagi akademisi, sebagai bahan referensi dan sumber informasi untuk melakukan penelitian selanjutnya.


(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Kinerja Keuangan Perbankan

a. Pengertian Kinerja Keuangan Perbankan

Indra Bastian (2001: 329) mendefinisikan kinerja sebagai suatu gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan skema strategis (strategic planning) suatu organisasi. Secara umum,

dapat juga dikatakan bahwa kinerja merupakan prestasi yang dapat dicapai oleh organisasi dalm periode tertentu. Kinerja merupakan faktor penting yang digunakan untuk mengukur efektivitas dan efisiensi organisasi.

Mahsun (2006: 226) menyatakan bahwa kinerja organisasi merupakan hal yang penting untuk mengukur keberhasilan suatu organisasi dalm mencapai tujuannya. Menurut Rosenweight (1982) menyatakan bahwa kinerja menyangkut sejauhmana hasil dapat dicapai. Namun, Kast dan Rosenzweigh selanjutnya menambahkan bahwa “Effectiveness is concerned with the accomplishment of

explicit goals. What is the degree of accomplishment of objectives in key result

area?” Dengan demikian, kinerja juga menyangkut efektivitas, yaitu sejauh mana


(29)

Berdasarkan uraian di atas, maka, peneliti memberikan sebuah kesimpulan bahwa performance atau kinerja merupakan suatu pola tindakan yang

dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang diukur dengan mendasarkan pada suatu perbandingan dengan berbagai standar. Kinerja adalah pencapaian suatu tujuan dari suatu kegiatan atau pekerjaan tertentu untuk mencapai tujuan perusahaan yang diukur dengan standar.

Secara umum kinerja dibagi menjadi dua yaitu kinerja keuangan dan kinerja non keuangan. Kinerja non keuangan adalah faktor kualitatif yang

mendukung kinerja keuangan yang bersifat kuantitatif (Soegiharto, 2007;10). Pengukuran kinerja keuangan mengarah kepada perbaikan, perencanaan, implementasi, dan pelaksanaan strategis.

Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI, 1996), kinerja perusahaan dapat diukur dengan menganalisa dan mengevaluasi laporan keuangan. Informasi yang digunakan dalam mengukur kinerja keuangan adalah informasi keuangan (financial information), yaitu informasi akuntansi manajemen dan informasi

akuntansi keuangan. Informasi posisi keuangan dan kinerja keuangan di masa lalu seringkali digunakan sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja keuangan di masa depan dan hal-hal lain yang langsung menarik perhatian pemakai seperti pembayaran dividen, upah, pergerakan harga sekuritas dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi komitmennya ketika jatuh tempo.

Kinerja keuangan bank merupakan bagian dari kinerja bank secara keseluruhan. Kinerja (Performance) bank secara keseluruhan merupakan


(30)

aspek keuangan, pemasaran, penghimpunan dan penyaluran dana, teknologi maupun sumber daya manusia.

Berdasarkan uraian di atas, kinerja keuangan bank merupakan gambaran kondisi keuangan bank pada suatu periode tertentu baik menyangkut aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dana yang biasanya diukur dengan indikator kecukupan modal, likuiditas dan profitabilitas bank.

Penilaian aspek penghimpunan dana dan penyaluran dana merupakan kinerja keuangan yang berkaitan dengan peran bank sebagai lembaga intermediasi. Sedangkan penilaian kondisi likuiditas bank guna mengetahui seberapa besar kemampuan bank dalam memenuhi kewajibannya kepada para deposan.

Penilaian aspek profitabilitas guna mengetahui kemampuan menciptakan profit, yang sudah barang tentu penting bagi para pemilik bank. Diharapkan dengan adanya kinerja bank yang baik pada akhirnya akan berdampak baik pada pihak intern maupun bagi pihak ekstern bank.

b. Evaluasi Kinerja Keuangan Perbankan

Tingkat keberhasilan sebuah kinerja perusahaan dapat diketahui dari

evaluasi atau penilaian kinerja. Menurut Anwar (2006:47) ”Pengukuran kinerja adalah tindakan pengukuran yang dilakukan terhadap berbagai aktivitas dalam rantai nilai yang ada dalam perusahaan”. Umar (2003:36) menyatakan bahwa ”Evaluasi adalah suatu proses untuk menyediakan informasi tentang sejauh mana suatu kegiatan tertentu telah dicapai, bagaimana perbedaan pencapaian itu dengan


(31)

suatu standar tertentu untuk mengetahui apakah ada selisih diantara keduanya, serta bagaimana manfaat yang telah dikerjakan itu bila dibandingkan dengan harapan-harapan yang ingin diperoleh”.

Menurut Mulyadi (2001), Penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan personelnya, berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya oleh karena organisasi pada dasarnya dioperasikan oleh sumber daya manusia, maka penilaian kinerja sesungguhnya merupakan penilaian atas perilaku manusia dalam melaksanakan peran yang mereka mainkan di dalam organisasi.

Evaluasi bank umum ada kaitannya dengan risiko usaha yang dihadapi oleh perbankan. Risiko-risiko usaha tersebut dapat dikelola dengan baik, dengan mengevaluasi kinerja perbankan. Berdasarkan ketetapan dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor:5/8/PBI/2003 tahun 2003 tentang Penerapan Manjemen Risiko bagi bank umum, maka risiko-risiko yang potensial dihadapi bank dalam menjalankan aktivitas usahanya adalah sebagai berikut :

a. Risiko kredit

merupakan risiko yang timbul sebagai akibat kegagalan counterparty memenuhi kewajibannya.

b. Risiko pasar

merupakan risiko yang timbul karena adanya pergerakan variabel pasar (adverse movement) dari portofolio yang dimiliki oleh bank, yang dapat merugikan bank. Variabel pasar antara lain suku bunga dan nilai tukar. c. Risiko likuiditas

merupakan risiko yang disebabkan karena bank tidak mampu memenuhi kewajiban yang jatuh tempo.

d. Risiko operasional

merupakan risiko yang disebabkan adanya ketidakcukupan dannatau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, atau adanya problem eksternal yang mempengaruhi operasional bank.


(32)

merupakan risiko yang disebabkan oleh adanya kelemahan aspek hukum (yuridis). Kelemahan aspek yuridis antara lain disebabkan adanya tuntutan hukum, ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendukung atau kelemahan perikatan seperti tidak dipenuhinya syarat sah kontrak yang dilakukan pihak bank dengan pihak lain.

f. Risiko reputasi

merupakan risiko yang disebabkan adanya publikasi negatif yang reaktif dengan kegiatan usaha bank atau persepsi negatif terhadap bank.

g. Risiko strategik

merupakan risiko yang disebabkan adanya penetapan dan pelaksanaan srategi bank yang tidak tepat atau kurang responsifnya bank terhadap terhadap perubahan eksternal

h. Risiko strategik

merupakan risiko yang disebabkan adanya bank yang tidak mematuhi atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Ketentuan penerapan manajemen risiko untuk semua jenis risiko tidak semua berlaku bagi setiap bank. Bank yang memiliki ukuran dan kompleksitas usaha yang tinggi wajib menerapkan manajemen risiko untuk seluruh jenis risiko yang disebutkan di atas. Hal yang dapat dilakukan untuk mengetahui apakah kondisi suatu bank memiliki kinerja yang baik atau tidak, serta masalah-masalah apa yang akan diperkirakan akan dihadapi, maka evaluasi kinerja bank umum dilakukan dengan menghitung rasio-rasio finansial. Sebenarnya rasio-rasio finansial yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja perbankan sangat banyak dan bervariasi.

Menurut Warsono (2003:24), “ada lima macam alat ukur atau metode yang bisa digunakan untuk mengukur kinerja keuangan sebuah perusahaan, yaitu analisis rasio keuangan, analisis rasio keuangan yang dimodifikasi, Analisis Economic Value Added, Analisis Capital, Asset, Management risk, Earning and

Lliquidity (CAMEL), dan Analisis Balance Scorecard”. Analisis rasio sangat


(33)

kinerja (performance) perusahaannya bila dibandingkan dengan rata-rata industri,

sedangkan bagi para kreditor dapat digunakan untuk memperkirakan potensi risiko yang akan dihadapi dikaitkan dengan adanya jaminan kelangsungan pembayaran bunga dan pengembalian pokok pinjamannya.

Wild, Subramanyam dan Hasley (2005:16) menyatakan bahwa analisis keuangan (financial analysist) merupakan penggunaan laporan keuangan untuk

menganalisis posisi dan kinerja keuangan perusahaan dan untuk menilai kinerja keuangan di masa depan.

Menurut Munawir, 2002, teknik analisis rasio keuangan yang biasa digunakan, yaitu: (1) teknik analisis cross sectional, adalah analisis rasio dengan

membandingkan antar informasi atau data untuk satu periode, kemudian hasilnya dibandingkan dengan rasio pembanding antara lain rasio pada perusahaan sejenis atau rata-rata industri, (2) teknik analisis time series atau trend, adalah analisis

rasio keuangan untuk beberapa periode sehingga akan terlihat prestasi perusahaan tersebut cenderung meningkat, menurun atau cenderung konstan dalam beberapa periode tersebut.

Seperti yang telah dipaparkan pada bagian sebelumnya, maka pengukuran rasio keuangan dapat digunakan untuk mengetahui kinerja suatu bank. Pengukuran kinerja bank digunakan untuk mengetahui tentang baik-buruknya operasional bank serta seberapa sehatkah bank yang bersangkutan untuk dapat menjalankan fungsi-fungsi perbankan.

Menurut Djarwanto (2004 : 143), yang dimaksud dengan ‘rasio’ dalam analisis laporan keuangan adalah “suatu angka yang menunjukkan hubungan


(34)

antara suatu unsur dengan unsur lainnya dalam laporan keuangan. Hubungan antara unsur-unsur laporan keuangan tersebut dinyatakan dalam bentuk matematis sederhana.”. Umumnya berbagai rasio yang dihitung untuk menilai kinerja suatu bank dikelompokkan ke dalam tiga (3) tipe dasar :

1. Rasio Likuiditas, yang mengukur kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendeknya atau kewajiban yang telah jatuh tempo. Beberapa rasio likuiditas yang sering digunakan dalam menilai kinerja suatu bank antara lain sebagai berikut :

a. Cash Asset Ratio, yaitu likuiditas minimum yang harus dipelihara

oleh bank dalam membayar kembali pinjaman jangka pendek bank. Semakin tinggi tingkat rasio ini semakin tinggi juga kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan, namun dalam prakteknya akan dapat mempengaruhi profitabilitas. Rasio ini merupakan perbandingan antara jumlah alat liquid yang dimiliki bank dengan pinjaman yang harus segera dibayar.

b. Reserve Requirement (RR), yaitu likuditas wajib minimum yang

wajib dipelihara dalam bentuk giro pada BI. Reserve requirement

merupakan ketentuan bagi masing-masing bank untuk menyisihkan sebagian dari dana pihak ketiga yang berhasil dihimpunnya dalam bentuk giro wajib minimum yang berupa rekening bank yang bersangkutan pada bank Indonesia.

c. Loan to Deposit Ratio (LDR) yaitu rasio antara jumlah seluruh


(35)

LDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank untuk membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit semakin besar.

d. Loan to Asset Ratio (LAR) yaitu rasio yang digunakan untuk

mengukur tingkat likuiditas bank yang menunjukkan kemampuan bank untuk memenuhi permintaan kredit dengan menggunakan total asset yang dimiliki bank. Semakin tinggi tingkat rasio ini, tingkat likuiditasnya semakin kecil karena jumlah asset yang diperlukan untuk membiayai kreditnya menjadi semakin besar. 2. Rasio Rentabilitas, yaitu alat untuk menganalisa atau mengukur tingkat

efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Rasio-rasio dalam kategori ini dapat pula dipakai untuk mengukur tingkat kesehatan bank.

a. Return On Asset (ROA), yaitu rasio yang digunakan untuk

mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, maka semakin besar juga tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dalam penggunaan asset.


(36)

b. Return On Equity (ROE), yaitu perbandingan antara laba bersih

bank dengan modal sendiri. Kenaikan dalam rasio ini, berarti terjadi kenaikan laba bersih dari bank yang bersangkutan.

c. Rasio Beban Operasional (BOPO), yaitu perbandingan antara beban operasional dengan pendapatan operasional. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi bank dalam melakukan kegiatan operasinya.

d. Net Profit Margin (NPM), adalah rasio yang menggambarkan

tingkat keuntungan bank, dibandingkan dengan pendapatan yang diterima dari kegiatan operasionalnya.

3. Analisis Solvabilitas. Analisis ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya, atau kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya, atau kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya jika terjadi likuiditasi bank. Rasio ini digunakan untuk mengetahui perbandingan antara volume (jumlah) dana yang diperoleh dari berbagai hutang (jangka pendek dan jangka panjang) serta sumber-sumber lain diluar modal bank sendiri dengan volume penanaman dana tersebut pada berbagai jenis aktiva yang dimiliki bank. Rasio solvabilitas itu terdiri atas :

a. Capital adequacy ratio (CAR), adalah rasio yang memperlihatkan

sejumlah jauh aktiva bank yang mengandung risiko ikut dibiayai dari dana modal bank sendiri disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank, seperti dana masyarakat,


(37)

pinjaman (hutang), dll. Dengan kata lain, CAR adalah rasio untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan. CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva berisiko. Berdasarkan Deregulasi BI tertanggal 29 Februari 1993, bank yang dinyatakan termasuk bank sehat (berkinerja baik) apabila memiliki CAR paling sedikit sebesar 8% sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank for International Settlements (BIS).

b. Debt to Equity Ratio (DER), yaitu rasio yang digunakan untuk

mengukur kemampuan bank dalam menutup sebagian atau seluruh hutang-hutangnya, baik jangka panjang maupun jangka pendek, dengan dana yang berasal dari dana bank sendiri. Dengan kata lain, rasio ini mengukur seberapa besar total pasiva yang terdiri atas persentase modal bank sendiri dibandingkan dengan besarnya hutang.

Penggunaan analisis rasio dimungkinkan untuk dapat menentukan tingkat kinerja suatu bank. Perhitungan rasio untuk menilai posisi kinerja suatu bank, akan memberikan gambaran yang jelas tentang baik atau tidaknya operasional suatu bank, yang dilihat dari posisi keuangannya salam neraca dan laba-rugi.


(38)

c. Tujuan Evaluasi Kinerja Keuangan Perbankan

Evaluasi kinerja atau kesehatan perbankan bertujuan mengetahui kesehatan dan masa depan perbankan secara keseluruhan. Evaluasi tersebut dibutuhkan karena mempertimbangkan pihak-pihak yang terkait, yaitu pemilik bank itu sendiri, para pengelola, masyarakat pengguna jasa bank, dan pemerintah, khususnya bank sentral. Perbankan yang sehat atau memiliki kinerja yang baik merupakan tiang utama penopang daya tahan perekonomian nasional. Bila sistem perbankan suatu negara dalam kondisi baik/sehat, maka pemerintah maupun bank sentral memiliki mitra yang dapat diandalkan dalam pelaksanaan kebijakan ekonomi, khususnya kebijakan moneter. Masyarakat pengguna jasa bank dapat meningkatkan efisiensi alokasi sumber daya keuangan tanpa harus khawatir kehilangan uangnya. Bagi para pemilik bank yang berkinerja baik atau sehat merupakan salah satu bukti bahwa investasinya tidak sia-sia.

Secara khusus, tujuan evaluasi kinerja keuangan bank mengandung beberapa tujuan, antara lain sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan pengelolaan keuangan bank terutama ditinjau dari kondisi likuditas, kecukupan modal dan profitabilitas yang dicapai selama tahun berjalan maupun tahun sebelumnya.

2. Untuk mengetahui tingkat kemampuan bank dalam mendayagunakan asset yang dimiliki dalam profit secara efisien.

3. Untuk mengetahui apakah bentuk strategi implementasi peningkatan kinerja yang dipakai sudah cukup efektif dan efisien.


(39)

2. Good Corporate Governance

Istilah corporate governance untuk pertama kali diperkenalkan oleh

Cadburry Committee pada tahun 1992. Istilah tersebut dicantumkan dalam laporan

mereka yang kemudian dikenal sebagai Cadburry Report. Laporan ini dipandang

sebagai titik balik (turning point) yang sangat menentukan bagi praktik corporate

governance di seluruh dunia. Cadbury Report mendefinisikan corporate

governance sebagai berikut :

...the system by which organizations are directed and controlled.1

Istilah Good Corporate Governance merupakan sebuah sistem

pengendalian dan pengaturan perusahaan yang dapat dilihat dari mekanisme hubungan antara berbagai pihak yang mengurus perusahaan (hard definition),

maupun ditinjau dari “nilai-nilai” yang terkandung dari mekanisme pengelolaan itu sendiri (soft definition)

(Suatu sistem yang berfungsi untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi.)

Definisi lain dari Cadburry Committee memandang corporate

governance sebagai :

A set of rules that define the relationship between shareholders, managers, creditors, the government, employees and other internal and external stakeholders in respect to their rights and responsibilities.

Seperangkat aturan yang merumuskan hubungan antara para pemegang saham, manager, kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya baik internal maupun eksternal sehubungan dengan hak-hak dan tanggung jawab mereka.

1


(40)

Menurut Mardiasmo (2002:17), pengertian governance dapat diartikan

sebagai cara mengelola urusan-urusan publik. World Bank memberikan definisi

governance sebagai “the way state power is used in managing economic and

social resources for development of society”. Sementara itu United Nation

Development Program (UNDP) mendefinisikan governance sebagai “the exercise

of political, economic, and administrative authorithy to manage a nation’s affair

at all levels”.

Corporate Governance merupakan konsep yang diajukan demi

peningkatan kinerja perusahaan melalui pengawasan kinerja manajemen dan menjamin akuntanbilitas manajemen terhadap stakeholder dengan mendasarkan

pada kerangka peraturan. Konsep Corporate Governance diajukan demi

tercapainya pengelolaan perusahaan yang lebih transparan bagi semua pengguna laporan keuangan (FCGI : 2003). Istilah GCG tentunya bukan istilah yang asing lagi di telinga, karena awal mula penerapan GCG di Indonesia sendiri ditetapkan melalui edaran surat keputusan menteri BUMN No.Kep-117/M-MBU/2002 pada tanggal 1 Agustus 2002 tentang penetapan praktek GCG pada setiap Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yaing berisi sebagai berikut :

BUMN memiliki kewajiban untuk menerapkan Good Corporate Governance secara konsisten dan atau menjadikan prinsip-prinsip Good Gorporate Governance sebagai landasan operasionalnya, yang pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntanbilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya, dan berlandaskan peraturan perundang-undangan dan nilai-nilai etika.


(41)

Tjager et. all (2003: 25-26) sebagaimana dikutip dalam FCGI (Forum for

Corporate Governance in Indonesia) mendefinisikan tata kelola korporat

(Corporate Governance) sebagai berikut :

“...Seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengendalikan perusahaan. Tujuan tata kelola korporat ialah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders).”

Bank Dunia memberikan definisi GCG sebagai kumpulan hukum, peraturan, kaidah yang wajib dipenuhi yang dapat mendorong kinerja sumber-sumber perusahaan bekerja secara efisien, menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun masyarakat sekitar secara keseluruhan.

Dalam Pedoman GCG Perbankan Indonesia dinyatakan, untuk terciptanya

kondisi yang mendukung implementasi GCG yang efektif, salah satu tugas yang menjadi tanggung jawab pemerintah dan otoritas terkait adalah penerbitan peraturan perundang-undangan yang memungkinkan dilaksanakannya GCG secara efektif. Selain itu, pemerintah dan otoritas terkait harus mampu menjamin dan membuktikan bahwa penegakan hukum (law enforcement) dilakukan secara

serius.

Di sisi lain, sebagai subjek GCG, bank perlu menerapkan standar akuntasi dan standar audit yang sama dengan standar yang berlaku umum serta melibatkan auditor eksternal dalam proses audit. Tujuannya supaya diperoleh ukuran yang sama dengan ukuran yang berlaku di tempat lain. Dengan demikian, stakeholders


(42)

boleh berharap akan interpretasi yang sama atas fenomena-fenomena yang sejenis. Sebab, pada dasarnya, persoalan GCG adalah persoalan tanggung jawab perusahaan kepada stakeholders.

Agar sistematis dan kontinu, pelaksanaan GCG oleh perbankan dapat dilakukan melalui lima tindakan, yakni penetapan visi, misi, dan corporate values

yang sesuai dengan prinsip GCG; penyusunan corporate governance structure;

pembangunan corporate culture yang sesuai dengan prinsip GCG; penetapan

sasaran public disclosures yang sesuai dengan prinsip GCG; serta penyempurnaan

kebijakan-kebijakan bank agar dapat memenuhi prinsip GCG. Penetapan visi, misi, dan corporate values merupakan langkah awal yang harus dilakukan. Lewat

infrastruktur itu, stakeholders bisa menilai jati diri bank yang bersangkutan.

Untuk pembentukan corporate governance structure, bank dapat

menempuh empat tahapan. Satu, kebijakan corporate governance yang

dirumuskan, selain memuat visi dan misi bank, juga harus memuat tekad untuk melaksanakan GCG serta memuat pedoman pokok penerapan prinsip GCG yang terdiri atas transparrency, accountability, resposibility, independency, dan

fairness. Dua, merumuskan code of conduct yang memuat pedoman perilaku yang

wajar bagi pimpinan dan karyawan bank. Tiga, merumuskan tata tertib kerja dewan komisaris dan direksi yang memuat hak dan kewajiban serta akuntabilitas dewan komisaris dan direksi serta masing-masing para anggotanya. Organisasi yang ada di dalamnya juga harus mencerminkan adanya risk management,

internal control, dan compliance. Empat, merumuskan kebijakan risk


(43)

resources policy yang jelas serta corporate plan yang menggambarkan arah

jangka panjang yang jelas.

Sementara itu, corporate culture dibentuk melalui penetapan prinsip dasar

(guiding principles), nilai-nilai (values), dan norma-norma (norms) yang

disepakati serta dilaksanakan secara konsisten dengan contoh konkret dari pimpinan bank. Serangkaian diskusi yang intensif dan panjang serta program-program komunikasi sosial diperlukan untuk pembentukan budaya perusahaan ini. Karena GCG adalah cerminan tanggung jawab bank kepada stakeholder-nya,

maka sasaran-sasaran public disclosures serta penyempurnaan berbagai kebijakan

bank perlu dilakukan. Tujuannya adalah agar masyarakat menerima informasi-informasi yang seharusnya mereka peroleh untuk bekal pengambilan keputusan yang intinya adalah keputusan untuk percaya atau tidak percaya kepada bank yang bersangkutan.

Penerapan Corporate Governance memberikan empat manfaat (FCGI :

2001), yaitu :

Penerapan Corporate Governance memberikan empat manfaat (FCGI, 2001), yaitu: (1) meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi perusahaan, serta lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholders, (2) mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah dan tidak rigit (karena faktor kepercayaan) yang pada akhirnya akan meningkatkan corporate value, (3) mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia, dan (4) pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena sekaligus akan meningkatkan shareholders’s values dan dividen.

Berdasarkan uraian mengenai Corporate Governance tersebut, dapat

dirumuskan suatu kesimpulan bahwa Good Corporate Governance adalah suatu


(44)

menaikkan nilai saham sekaligus sebagai bentuk perhatian kepada stakeholders, karyawan, kreditor, dan masyarakat sekitar. GCG berusaha menjaga keseimbangan di antara pencapaian tujuan ekonomi dan tujuan masyarakat. Tantangan dalam Corporate Governance adalah mencari cara untuk

memaksimumkan penciptaan kesejahteraan sedemikian rupa sehingga tidak membebankan ongkos yang tidak patut kepada pihak ketiga atau masyarakat luas. Dan khusus bagi penerapan GCG di dunia perbankan, maka tiga prinsip utama yang harus dipegang yaitu kemandirian, integritas dan transparansi merupakan modal dasar menyelenggarakan bisnis perbankan secara efektif dan berkesinambungan (sustainable).

Dalam buku Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia

(2006:2) menyatakan bahwa tujuan penerapan GCG yaitu :

1. Mendorong tercapainya kesinambungan perusahaan melalui pengelolaan yang didasarkan pada asas transparansi, akuntanbilitas, responsibilitas, independensi serta kewajaran dan kesetaraan.

2. Mendorong pemberdayaan fungsi dan kemandirian masing-masing organ perusahaan, yaitu Dewan Komisaris, Direksi dan Rapat Umum Pemegang Saham.

3. Mendorong pemegang saham, anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi agar dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakannya dilandasi oleh nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.

4. Mendorong timbulnya kesadaran dan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar perusahaan. Mengoptimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham dengan tetap memperhatikan pemangku kepentingan lainnya.

5. Meningkatkan daya saing perusahaan secara nasional maupun internasional, sehingga meningkatkan kepercayaan pasar yang dapat mendorong arus investasi dan pertumbuhan ekonomi nasional yang berkesinambungan.


(45)

b. Prinsip-Prinsip Dasar Good Corporate governance

Dalam keputusan Menteri BUMN No. Kep-117/M-MBU/2002 tentang

penerapan GCG juga dijabarkan tentang prinsip-prinsip yang dirumuskan oleh OECD sebagai berikut :

1. Transparansi, yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenail perusahaan.

2. Kemandirian, yaitu suatu keadaan di mana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh atau tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.

3. Akuntanbilitas, yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggung jawaban organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif 4. Pertanggungjawaban, yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan

terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan prinsip-prinsip korporat.

5. Kewajaran, yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. Rasio Kecukupan Modal (Capital Adequacy Ratio = CAR)

Rasio permodalan sering disebut juga rasio-rasio solvabilitas atau Capital

Adequacy Ratio. Analisis solvabilitas digunakan untuk: 1) ukuran kemampuan

bank tersebut untuk menyerap kerugian-kerugian yang tidak dapat dihindarkan, 2) sumber dana yang diperlukan untuk membiayai kegiatan usahanya sampai batas tertentu, karena sumber-sumber dana dapat juga berasal dari hutang penjualan aset yang tidak dipakai dan lain-lain, 3) alat pengukuran besar kecilnya kekayaan bank tersebut yang dimiliki oleh para pemegang sahamnya, dan 4) dengan modal yang mencukupi, memungkinkan manajemen bank yang bersangkutan untuk bekerja dengan efisiensi yang tinggi, seperti yang dikehendaki oleh para pemilik modal pada bank tersebut. Pada rasio permodalan, dapat diukur antara lain: capital adequacy


(46)

ratio yang merupakan indikator utama pengukuran kesehatan bank untuk melihat kinerja keuangan bank secara keseluruhan. .

Seperti yang telah diuraikan pada paragraf di atas, penggunaan modal bank dimaksudkan untuk memenuhi segala kebutuhan guna menunjang kegiatan operasi bank. Jumlah modal bank dianggap tidak mencukupi apabila tidak memenuhi maksud-maksud tersebut. Namun, dalam praktiknya, menetapkan berapa besarnya jumlah wajar kebutuhan modal suatu bank adalah tugas yang cukup kompleks. Modal merupakan faktor penting dalam upaya mengembangkan usaha bank. Hal ini mengingat bahwa modal juga dibutuhkan dalam rangka pengembangan usaha yang sehat dan dapat menampung risiko kerugian.

Menurut Muljono (2002 : 236), “Secara populer modal dapatlah didefinisikan sebagai sejumlah dana yang ditanamkan ke dalam suatu perusahaan oleh para pemiliknya untuk pembentukan suatu badan usaha dan dalam perkembangannya modal tersebut dapat susut karena kerugian ataupun berkembang karena keuntungan-keuntungan yang diperolehnya.” Sedangkan fungsi modal menurutnya adalah:

a. Sebagai ukuran kemampuan bank tersebut untuk menyerap kerugian-kerugian yang tidak dapat dihindarkan,

b. Sebagai sumber dana yang diperlukan untuk membiayai kegiatan usahanya sampai batas-batas tertentu, karena sumber-sumber dana dapat juga berasal dari utang penjualan aset yang tidak terpakai dan lain-lain,

c. Sebagai alat pengukur besar kecilnya kekayaan yang dimiliki oleh para pemegang saham, dan

d. Dengan modal yang mencukupi memungkinkan bagi manajemen bank yang bersangkutan untuk bekerja dengan efisiensi yang tinggi, seperti yang dikehendaki oleh para pemilik modal pada bank tersebut


(47)

1. Modal inti, yang terdiri dari modal disetor, modal sumbangan, cadangan-cadangan yang dibentuk dari laba setelah pajak, dan laba yang diperoleh setelah diperhitungkan pajak, dan

2. Modal pelengkap, yang terdiri dari cadangan-cadangan yang dibentuk tidak berasal dari laba, modal pinjaman, dan pinjaman subordinasi.

Besar kecilnya kecukupan modal sebuah bank menurut Abdullah (2005 : 67) dipengaruhi oleh:

1. Tingkat kualitas manajemen bank, 2. Tingkat likuiditas yang dimilikinya, 3. Tingkat kualitas dari aset,

4. Struktur deposito,

5. Tingkat kualitas dari sistem dan prosedurnya, 6. Tingkat kualitas dan karakter para pemilik saham,

7. Kapasitas untuk memenuhi kebutuhan keuangan jangka pendek maupun jangka panjang, dan

8. Riwayat pemupukan modal dan peraturan pembagian laba yang diperolehnya.

Menurut Abdullah (2005 : 60), Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan

rasio yang membandingkan antara jumlah modal bank dengan seluruh aktiva yang dimiliki. Melalui rasio ini akan diketahui kemampuan menyanggah aktiva bank terutama kredit yang disalurkan dengan sejumlah modal bank. Semakin tinggi rasio ini semakin besar daya tahan bank dalam menghadapi penyusutan nilai harta bank yang timbul karena adanya harta yang bermasalah.

Bank Indonesia sebagai otoritas moneter menetapkan ketentuan mengenai kewajiban penyediaan modal minimum yang harus selalu dipertahankan setiap bank. Ketentuan pemenuhan permodalan minimum bank yang disebut juga Capital Adequacy Ratio (CAR). Bank dapat mengetahui berapa modal minimal


(48)

yang harus dicapai bank bila bank memiliki sejumlah aktiva tertimbang menurut risiko (Risk Weighted Assets) melalui tingkat CAR. Namun sebenarnya penurunan

angka CAR bank bukanlah suatu masalah sepanjang masih memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank of Internasional Settlements (BIS), yakni minimal

sebesar delapan persen dan berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No.5/12/PBI/2003 tentang kewajiban penyediaan modal minimum bank umum dengan memperhitungkan risiko pasar, bank harus menyediakan modal minimum sebesar 8% dari aktiva tertimbang menurut risiko.

4. Kelembagaan Perbankan

Menurut Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 pengertian bank adalah sebagai berikut : “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak”.

Pengertian di atas memiliki kandungan filosofis yang tinggi. Pengertian yang lebih teknis dapat ditemukan pada Pedoman Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Pengertian bank menurut PSAK Nomor 31 dalam Standar Akuntansi Keuangan, (IAI, 1999 : 31.1) adalah : “Bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran.


(49)

Menurut Surat Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 792 Tahun 1990 pengertian bank adalah : “Bank merupakan suatu badan yang kegiatannya di bidang keuangan melakukan penghimpunan dan penyaluran dana kepada masyarakat terutama guna membiayai investasi perusahaan”.

Irmayanto (2004 : 53) mendefinisikan bank sebagai “lembaga keuangan yang menawarkan jasa keuangan seperti kredit, tabungan, pembayaran jasa, dan melakukan fungsi-fungsi keuangan lainnya secara profesional.”

Menurut UU No.10 Tahun 1998 tentang perbankan, terdapat dua jenis bank, yaitu :

a. Bank Umum, yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran, dan b. Bank Perkreditan Rakyat, yaitu bank yang melaksanakan

kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Berdasarkan pengertian tersebut di atas, jelaslah bahwa bank berfungsi sebagai “financial intermediary” dengan usaha utama menghimpun dan

menyalurkan dana masyarakat serta memberikan jasa-jasa lainnya dalam lalu-lintas pembayaran. Dua fungsi tersebut tidak dapat dipisahkan. Sebagai badan usaha, bank akan selalu berusaha mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dari usaha yang dijalankannya. Sebaliknya, sebagai lembaga keuangan, bank mempunyai kewajiban pokok untuk menjaga kestabilan nilai uang, mendorong kegiatan ekonomi, dan perluasan kesempatan kerja.

Selanjutnya pasal 3 dan pasal 4 Undang-Undang Perbankan yang diubah menyebutkan fungsi dan tujuan Perbankan Indonesia, yaitu :


(50)

1. Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat.

2. Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesehjateraan rakyat banyak. Pengertian kedua pasal tersebut, jika dihubungkan dengan Penjelasan Umum Undang-Undang Perbankan yang diubah, adalah bahwa perbankan nasional kita mempunyai ciri khas tersendiri jika dibandingkan dengan perbankan umumnya, yang mempunyai karakter perbankan nasional kita.

5. Pasar Modal

Tandelilin (2001 : 13) memberikan pengertian pasar modal yaitu sebagai

berikut :

Pada dasarnya, pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri. Kalau pasar modal merupakan pasar untuk surat berharga jangka panjang, maka pasar uang (money market) pada sisi yang lain merupakan pasar berharga jangka pendek. Baik pasar modal maupun pasar uang merupakan bagian dari pasar keuangan (financial market).

Undang-Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 memberikan pengertian pasar modal yang lebih spesifik yaitu kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.

Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus, fungsi ekonomi, dan fungsi keuangan. Pasar modal dikatakan memiliki fasilitas atau wahana yang


(51)

mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana (issuer). Dengan adanya pasar modal

maka pihak yang memiliki kelebihan dana dapat menginvestasikan dana tersebut dengan harapan memperoleh imbalan (return) sedangkan pihak issuer (dalam hal

ini perusahaan) dapat memanfaatkan dana tersebut untuk kepentingan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari operasi perusahaan.

Manfaat dari keberadaan pasar modal adalah sebagai berikut :

a. Menyediakan sumber pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia usaha sekaligus memungkinkan alokasi sumber dana secara optimal.

b. Memberikan wahana investasi bagi investor sekaligus memungkinkan upaya diversifikasi.

c. Menyediakan leading indicator bagi trend ekonomi negara.

d. Penyebaran kepemilikan perusahaan sampai lapisan masyarakat menengah.

e. Penyebaran kepemilikan, keterbukaan dan profesionalisme, menciptakan iklim berusaha yang sehat.

f. Menciptakan lapangan kerja.profesi yang menarik.

g. Memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dan mempunyai prospek.

h. Alternatif investasi yang memberikan potensi keuntungan dengan risiko yang bisa diperhitungkan melalui keterbukaan, likuiditas, dan diversifikasi investasi.


(52)

i. Membina iklim keterbukaan bagi dunia usaha, memberikan akses kontrol sosial.

j. Pengelolaan perusahaan dengan iklim keterbukaan, mendorong pemanfaatan manajemen profesional.

k. Sumber pembiayaan dana jangka panjang bagi emiten.

Bursa efek merupakan bentuk konkrit dari pasar modal. Dalam bursa efek pemodal besar maupun pemodal kecil, baik perseorangan atau lembaga dapat membeli dan menjual saham atau efek lainnya. Ada beberapa pengertian dari bursa efek, antara lain sebagai berikut : Bursa efek adalah suatu tempat yang menjual dan membeli surat-surat berharga atau efek serta sistem menjalankannya (E.A. Koetin, 1994 : 90). Bursa efek adalah merupakan perusahaan yang jasa utamanya adalah menyelenggarakan kegiatan perdagangan sekuritas di pasar sekunder (Suad Husnan, 1993 : 30).

Berdasarkan dua definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa Bursa efek adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli efek untuk transaksi perdagangan efek.

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Nasution dan Setiawan dalam Simposium Nasional Akuntansi X

Universitas Hassanuddin 26-28 Juli 2007 melakukan penelitian yang melihat bagaimana pengaruh Good Corporate Governance terhadap manajemen laba di

industri perbankan. Data yang diperoleh adalah data keuangan untuk melihat bagaimana pengaruh Good Corporate Governance terhadap manajemen laba di


(53)

industri perbankan. Parameter yang dipakai adalah penghitungan dan analisis kinerja perbankan. Penelitian ini membuktikan bahwa terdapat adanya pengaruh Good Corporate Governance terhadap manajemen laba pada industri perbankan.

Akhmad Syakhroza pada tahun 2003 juga melakukan penelitian terhadap praktik Good Corporate Governance pada kondisi lokal perbankan di Indonesia.

Sedangkan Febianti pada tahun 2007 melakukan penelitian dengan melihat CR (Current Ratio), ROE (Return on Equity) dan DAR (Debt Acid Ratio) pada emiten

di Bursa Efek Jakarta (saat ini disebut dengan Bursa Efek Indonesia) sebelum dan sesudah penegakan tata kelola perusahaan di Indonesia. Hasil penelitiannya membuktikan bahwa semakin wajar dan semakin akuntanbilitas kinerja dalam hal current ratio perusahaan, maka semakin menggambarkan bahwa perusahaan

tersebut semakin tertata dengan baik dalam hal kinerja likuiditasnya. Namun, pengukuran kinerja keuangan yang dipakai ialah CR, ROE, dan DAR.

Berikut ini merupakan ringkasan tinjauan penelitian terdahulu yang menjadi panduan sekaligus referensi bagi peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1

Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu

Tahun Judul Penelitian Peneliti Variabel

Penelitian Hasil Penelitian

Simpulan Penelitian 2007 Pengaruh Good

Corporate governance terhadap manajemen

laba di industri perbankan di Indonesia Marihot Nasution dan Doddy Setiawan Variabel penelitian=kompo sisi dewan komisaris,ukuran dewan komisaris,keberad aan komite audit,ukuran perusahaan, dan manajemen laba. Mekanisme corporate governance telah efektif mengurangi manajemen laba perusahaan perbankan.


(54)

2007 CR, ROE, dan DAR Emiten di BEJ Sebelum dan Sesudah Penegakan Tata Kelola

Perusahaaan di Indonesia

Triana Febianti Dengan

adanya penegakan tata kelola perusahaaan di Indonesia,di harapkan dapat memperbaik i kinerja keuangan 2003 Best Practices

Corporate governance dalam Konteks Kondisi Lokal Perbankan di Indonesia (Artikel) Akhmad Syakhroza Model corporate governance yang diadopsi di Indonesia perlu diadakan penyesuaian penyesuaian berdasarkan kondisi lokal perusahaan

C. KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

1. Kerangka Konseptual

Berdasarkan latar belakang masalah dan tinjauan pustaka maka dirumuskan kerangka konseptual penelitian ini sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Sebelum Implementasi Good Corporate Governance Kinerja Keuangan Perbankan Sesudah Implementasi Good Corporate Governance


(55)

2. Hipotesis Penelitian

Hipotesis menurut Sugiyono (2004:51) merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut :

Ha : Ada perbedaan kinerja keuangan perbankan sebelum dan sesudah penerapan Good Corporate governance.


(56)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian komparatif. Penelitian

komparatif adalah yaitu suatu penelitian yang bersifat membandingkan (Sugiyono, 2004:15). Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbandingan kinerja perbankan yang telah go public di Indonesia sebelum dan sesudah implementasi Good

Corporate Governance.

B. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif,

yaitu data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan (Sugiyono, 2004:13). Data ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan tahunan dari seluruh bank di indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2001 sampai dengan tahun 2006.

Data yang digunakan dalam penelitian ini juga dapat dilihat dari Direktori Perbankan Indonesia dari tahun 2001-2006, situs Bank Indonesia (www.bi.go.id) maupun dari situs masing-masing perusahaan sampel.

C. Teknik Penentuan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2006:72). Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan di Indonesia dan telah


(57)

menerbitkan laporan publikasi tahun 2001 sampai dengan dengan 2003 dan tahun 2004 sampai dengan tahun 2006. Pengambilan rentang tahun tersebut dimaksudkan 3 (tiga) tahun sebelum diberlakukannya GCG dan 3 (tiga) tahun sesudah dilakukan GCG.

Teknik sampling (teknik pengambilan sampling) adalah suatu teknik dengan mana setiap unsur (anggota) dari populasi diberikan peluang yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel, (sugiyono, 2006:74). Teknik pengambilan sampel yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah Sampling Purposive,

yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Beberapa kriteria atau pertimbangan sebagai sampel adalah sebagai berikut :

1. Bank-bank tersebut terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2001 sampai dengan tahun 2006.

2. Bank-bank tersebut tidak didelisting pada tahun 2001 sampai dengan

tahun 2006.

3. Bank-bank tersebut memiliki laporan keuangan yang lengkap dan audited

pada tahun 2001 sampai dengan tahun 2006.

4. Bank-bank tersebut merupakan bank konvensional yang telah menerapkan GCG secara konsisten.

Setelah dipilih dengan kriteria yang sudah ditetapkan di atas didapatlah 10 bank sebagai sampel. Daftar bank yang menjadi sampel penelitian adalah:


(58)

Tabel 3.1 Daftar Sampel Bank No. Nama Emiten

1. PT. Bank Mandiri Tbk 2. PT. Bank Niaga Tbk

3. PT. Bank Negara Indonesia Tbk 4. PT. Bank Permata Tbk

5. PT. Bank Central Asia Tbk 6. PT. Bank Mega Tbk 7. PT. Bank NISP Tbk

8. PT. Bank Danamon Indonesia Tbk 9. PT. Bank Internasional Indonesia Tbk 10. PT. Bank Lippo Tbk

D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian tentang kinerja perbankan adalah kinerja keuangan, yaitu suatu prestasi atau hasil yang telah dicapai oleh manajemen perusahaan dalam menjalankan fungsinya. Indikator pengukuran yang digunakan ialah Capital Adequacy Ratio (CAR), yaitu merupakan rasio keuangan

yang membandingkan antara jumlah modal bank dengan sejumlah aktiva yang dimiliki. Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan salah satu rasio perbankan

yang digunakan untuk mengukur kemampuan permodalan yang ada di suatu bank untuk menutup kemungkinan kerugian di dalam perkreditan dan perdagangan surat-surat berharga.

E. Model Analisis Data

1. Uji Normalitas Data

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, maka data yang diperoleh dalam penelitian ini akan diuji terlebih dahulu untuk memenuhi asumsi dasar, dan pengujian


(59)

yang dilakukan dengan menguji normalitas data dengan melakukan uji normalitas one sample Kolmogorov Smirnov.

Uji Normalitas data bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model

regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2005 : 110). Uji ini ditujukan untuk mendapatkan kepastian terpenuhinya syarat normalitas yang akan menjamin dapat dipertanggungjawabkannya langkah-langkah analisis statistik sehingga kesimpulan yang diambil dapat dipertanggungjawabkan. Pedoman tentang data tersebut mendekati atau merupakan distribusi normal dapat didasarkan pada analisis grafik dan analisis statistik. Selain itu, uji normalitas digunakan sebagai prasyarat dari uji beda untuk

dua sampel yang berpasangan.

Uji parametrik digunakan untuk mendeteksi data pada penelitian ini. Apabila hasil pengujian normalitas data menghasilkan suatu penyebaran yang tidak normal dari rasio-rasio keuangan, maka terhadap rasio-rasio tersebut digunakan uji beda berperingkat Wilcoxon. Sebaliknya, ketika uji normalitas data

menunjukkan distribusi normal, dilihat dari one sample komolgorov smirnov,

dilakukan uji t untuk dua sampel yang berpasangan yaitu sampel rasio CAR sebelum dan setelah penerapan Good Corporate Governance, apakah

menunjukkan adanya perbedaan kinerja keuangan perbankan yang signifikan sebelum dan sesudah penerapan GCG.

Pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak Ha dilihat dari nilai t hitung dengan t tabel. Jika t hitung > t tabel, maka Ha diterima, sebaliknya, jika t hitung < t tabel, maka, Ha ditolak.


(60)

Uji Kolmogorov Smirnov (K-S) dilakukan dengan membuat hipotesis: H0 : data residual berdistribusi normal (sig. > 0,05)

Ha : data residual tidak berdistribusi normal (sig. < 0,05) 2. Uji Dua Sampel Berpasangan (Paired Samples test)

Uji ini digunakan untuk menentukan apakah dua sampel yang tidak berhubungan memiliki nilai rata-rata yang berbeda antara dua nilai rata-rata dengan standar eror dari perbedaan rata-rata dua sample atau secara rumus dapat ditulis sebagai berikut :

kedua rata rata perbedaan error dar s kedua sample rata rata pertama sample rata rata t − − − − = tan

Standar error perbedaan dalam nilai rata-rata terdistribusi secara normal.

Jadi, tujuan uji dua sampel berpasangan adalah membandingkan rata-rata dua grup yang tidak berhubungan satu dengan yang lain. Apakah kedua grup tersebut mempunyai nilai rata-rata yang sama ataukah tidak sama secara signifikan.

Pertimbangan penggunaan model analisis ini adalah karena data yang dianalisis untuk sampel yang sama merupakan data berpasangan dalam kurun waktu yang berbeda yaitu tiga tahun sebelum dan tiga tahun sesudah GCG.

F. Teknik Analisis Data

1. Uji yang dipakai untuk menganalisa perbedaan CAR sebelum dan sesudah penerapan GCG digunakan uji dua sampel berpasangan (Paired Samples t


(1)

bank yang memiliki GCG baik saja yang diperbandingkan dengan rentang

tahun, tiga tahun sebelum penerapan (2001-2003) dan tiga tahun sesudah

penerapan (2004-2006) GCG.

C. Saran

Beberapa saran yang bisa diberikan berkaitan dengan hasil penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Penelitian selanjutnya sebaiknya menambah atau mengganti dengan konstruk

lainnya yang juga mempengaruhi kinerja keuangan perbankan seperti Analisis

Capital, Asset, Management risk, Earning and Lliquidity.

2. Penelitian selanjutnya sebaiknya menambah atau mengganti dengan proksi

lainnya seperti Return on Assets, Net Interest Margin, Loan to Deposit Ratio,

Cash Assets Ratio, Ratio, danDebt to Equity Ratio.

3. Periode penelitian yang digunakan oleh penelitian selanjutnya sebaiknya

menggunakan periode yang lebih lama dari tahun 2001 dan batasan tahun

terbaru daripada tahun 2006 seperti tahun 2007.

4. Sampel yang diteliti oleh penelitian selanjutnya sebaiknya tidak hanya

mengunakan 10 Bank Umum Nasional yang terdaftar di BEI dan dinyatakan

menerapkan GCG secara konsisten tetapi juga menggunakan Bank-bank lain

baik yang terdaftar maupun tidak terdaftar di BEI dan atau Bank-bank lain

yang tidak begitu menerapkan GCG secara konsisten dari tahun penerapan


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Faisal, M. 2005. Manajemen Perbankan (Teknik Analisis Kinerja Keuangan Bank). Edisi Pertama, cetakan kelima. Penerbitan Universitas Muhammadiyah. Malang.

Bank Indonesia, 2003. Peraturan Bank Indonesia No.5/12/PBI/2003 tanggal 17 Juli 2003, Jakarta.

____________, 2006. Peraturan Bank Indonesia nomor 8/4/PBI/2006. Jakarta

Bastian, Indra, 2001. Akuntansi Sektor Publik di Indonesia. BPFE Yogyakarta. Yogyakarta.

Darsono, 2005. Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan. Penerbit Andi Yogyakarta. Yogyakarta.

Dendawijaya, Lukman, 2005. Manajemen Perbankan, Edisi kedua, Ghalia Indonesia, Bogor.

Djarwanto, 2004. Pokok-pokok Analisis Laporan Keuangan, Edisi Kedua, BPFE Yogyakarta. Yogyakarta.

Erlina, Sri Mulyani. 2007. Metodologi Penelitian Bisnis, Terbitan pertama, USU Press, Medan.

Ikatan Akuntan Indonesia, 2004. Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta.

Irmayanto, Juli dkk., 2004. Bank dan Lembaga Keuangan, Edisi Kedua, Universitas Trisakti, Jakarta.

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, 2004. Buku Petunjuk Teknis Penulisan Proposal Penelitian dan Penulisan Skripsi Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi USU, Medan.

Febianti, Triana. 2007. CR, ROE, dan DAR Emiten di BEJ Sebelum dan Sesudah Penegakan Tata Kelola Perusahaaan di Indonesia. Proceeding PESAT, volume 2, Universitas Gunadarma. Jakarta.

Ghozali, Imam, 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Mahsun, Mohamad, 2006. Pengukuran Kinerja Sektor Publik, Edisi Pertama, BPFE Yogyakarta. Yogyakarta.

Mardiasmo, 2002. Akuntansi Sektor Publik, Penerbit Andi Yogyakarta. Yogyakarta. Marihot Nasution dan Deddy Setiawan. 2007. Pengaruh Good Corporate Governance

Terhadap Manajemen Laba di Industri Perbankan. Artikel yang

dipresentasikan pada Simposium Nasional Akuntansi X UNHAS Makassar tanggal 26-28 Juli.

Mulyadi, 2001. Balance Scorecard: Alat Manajemen Kontemporer untuk Pelipatganda Kinerja Keuangan Perusahaan. Salemba Empat, Jakarta.

Muljono, Teguh Pudjo. 2002. Aplikasi Akuntansi Manajemen dalam Praktik Perbankan. Edisi ketiga, cetakan kedua. BPFE. Yogyakarta.

Munawir, 2002. Akuntansi Keuangan dan Manajemen, BPFE Yogyakarta. Yogyakarta.

Sinungan, Muchdarsyah. 1997. Manajemen Dana Bank, Edisi Kedua. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta.

Slamat, Dahlan. 2005. Manajemen Lembaga Keuangan, Edisi Kelima. Lembaga Penerbit fakultas Ekonomi Indonesia. Jakarta.


(3)

Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor Kep-117/M-MBU/2002 tanggal 1 Agustus 2002 tentang penerapan Good Corporate Governance.

Syakhroza, Akhmad. 2003. Best Practices Corporate Governance dalam konteks Kondisi Lokal Perbankan Indonesia. Usahawan NO.06 TH XXXII JUNI 2003.

Tjager et all. 2003. Corporate Governance dalam Forum Corporate Governance in Indonesia ( FCGI ) ; 25-26

Umar, Husein. 2003. Evaluasi Kinerja Perusahaan. Gramedia, Jakarta.

Vives.2001 dalam Dwi Asih, 2000, Analisis Kinerja Keuangan PT. Unilever, Tbk sebelum dan sesudah corporate governance.

Warsono, 2003. Manajemen Keuangan Perusahaan, Edisi 3. Banyumedia Publishing, Malang.

Whittaker, B.James. 1993. Government Performance and Result Act, A mandate for Strategic Planning and Performance Measurement

Wild, John J.K.R. Subramanyam dan Robert F. halsey. 2005. Financial Statement Analysis. Edisi 8. Salemba Empat. Jakarta.

Majalah SWA No.01/XXIV/9-23 Januari 2008

Bank Indonesia. 2006. Peraturan Bank Indonesia tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance No.8/4/PBI/2006.

Bursa Efek Indonesia. 2008. laporan keuangan/detail/soft copy laporan keuangan.


(4)

Lampiran 2

k-s

NPAR TESTS

/K-S(NORMAL)= CAR0 CAR1 /MISSING ANALYSIS.

NPar Tests

[DataSet0]

One-S ample Kolm ogorov-Sm irnov Test

30 30

.171333 .192087 .1461242 .0499603 .233 .130 .111 .073 -.233 -.130 1.274 .713 .078 .689 N

Mean

St d. Deviat ion Normal Parametersa,b

Absolute Positive Negative Most E xtreme

Differences

Kolmogorov-Smirnov Z As ymp. Sig. (2-tailed)

CA R0 CA R1

Test distribution is Normal. a.

Calculated from data. b.

Kolmogorov Smirnov (KS) :

Rule Of Thumb (ROT) :

Normal jika Sig (2-tailed) > 0,05 (Ghozali 2005:31 dan 115)

CAR0 (0.078) > 0.05 : Normal CAR1 (0.689) > 0.05 : Normal


(5)

DESCRIPTIVES

VARIABLES=CAR0 CAR1

/STATISTICS=MEAN STDDEV MIN MAX KURTOSIS SKEWNESS .

Descriptives

[DataSet0]

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean

Std.

Deviation Skewness Kurtosis

Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic

Std.

Error Statistic Std. Error

CAR0 30 -.4700 .3500 .171333 .1461242 -2.895 .427 12.730 .833

CAR1 30 .0990 .2700 .192087 .0499603 -.306 .427 -.928 .833


(6)

Pa ired Sa mpl es Test

-.0207533 .1351816 .0246807 -.0712310 .0297243 -.841 29 .407

CAR0 - CAR1 Pair 1

Mean Std. Deviation

Std. Error

Mean Lower Upper

95% Confidenc e Interval of the

Difference Paired Differenc es

t df Sig. (2-tailed)

GET

FILE='C:\Program Files\SPSS Evaluation\JEMMIMA DATA TURUN2.sav'. DATASET NAME DataSet1 WINDOW=FRONT.

T-TEST

PAIRS = CAR0 WITH CAR1 (PAIRED) /CRITERIA = CI(.95)

/MISSING = ANALYSIS.

T-Test

[DataSet1] C:\Program Files\SPSS Evaluation\JEMMIMA DATA TURUN2.sav

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation

Std. Error Mean

Pair 1 CAR0 .171333 30 .1461242 .0266785

CAR1 .192087 30 .0499603 .0091215

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 CAR0 & CAR1 30 .382 .037

Rule of Thumb (ROT)

Ha : ada perbedaan CAR0 dan CAR1 Jika : t hitung > t tabel (2.262)

Maka, berdasarkan tabel di atas t hitung < t tabel -0.841< 2.262 Keputusan : Tolak Ha


Dokumen yang terkait

Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Property dan Real Estaate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2010 - 2013

1 70 119

Penerapan Prinsip-Pprinsip Good Corporate Governance, Khususnya Prinsip Keterbukaan Dalam Proses Pengadaan Barang Dan/Atau Jasa Di Lingkungan Bumn Perkebunan (Studi Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero))

2 74 145

Pengaruh Penerapan Prinsip – Prinsip Good Corporate Governance terhadap Kinerja Sumber Daya Manusia (SDM) (Studi Pada Kantor PTPN III (Persero) Tanjung Morawa)

10 50 131

Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI

3 47 93

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE, KINERJA KEUANGAN, DAN KEBIJAKAN KEUANGAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN Pengaruh Good Corporate Governance, Kinerja Keuangan, Dan Kebijakan Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan (Pada Perusahaan Go Public Yang Masuk Dala

0 2 20

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE, KINERJA KEUANGAN, DAN KEBIJAKAN KEUANGAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN Pengaruh Good Corporate Governance, Kinerja Keuangan, Dan Kebijakan Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan (Pada Perusahaan Go Public Yang Masuk Dala

0 5 15

PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Studi Empiris Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar Di BEI Tahun 2010-2014).

0 2 14

“PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia 2010-2012.

1 8 16

EVALUASI KINERJA PERUSAHAAN PERBANKAN GO PUBLIC SEBELUM DAN SESUDAH KRISIS DI INDONESIA EVALUASI KINERJA PERUSAHAAN PERBANKAN GO PUBLIC SEBELUM DAN SESUDAH KRISIS DI INDONESIA (Studi Kasus di Bursa Efek Jakarta).

0 1 14

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN SEBELUM DAN SESUDAH PROSES REKAPITALISASI PERBANKAN NASIONAL PADA PERUSAEAAN PERBANKAN YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK JAKARTA.

0 1 5