PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KECERDASAN INTERPERSONAL TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SD NEGERI JALAN KAKAP MEDAN.

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KECERDASAN INTERPERSONAL TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SD NEGERI JALAN

KAKAP MEDAN TAHUN AJARAN 2013/2014

TESIS

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Progran Studi Teknologi Pendidikan

Oleh :

NURMASDALIFAH

NIM.8126121034

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2014


(2)

(3)

(4)

(5)

i ABSTRACT

NURMASDALIFAH. Registration Number: 8126121034. The Effect of Cooperative Instructional Model and Interpersonal Intelligence Towards Learning Result to The Mathematics Education of SD at Kakap Medan Street School Year 2013/2014. A Thesis. Educational Technology Study Program Post Graduate Program of State University of Medan. 2014

The objectives of the research are to find out the effect of: (1) The difference of student’s learning result on Mathematics studies that taught by using number head together learning model and two stay two stray learning model, (2) The difference of Mathematics education learning result between who have high interpersonal intelligence and low interpersonal intelligence, (3) The interaction between learning model and interpersonal intelligence in influencing the learning result of student’s Mathematics education.

The methods of the research are quasy experiment. The population consist of 120 (one hundred and twenty) students from SD at Kakap Medan Street that have four classes. Meanwhile cluster random sampling is used for sixty students from two classes as the samples. Before giving observing, first observing samples given interpersonal intelligence test to differ the kinds of interpersonal intelligence of the students. The result learning test is used first to be tested to know the validity of the test and reliability test. The result from thirty six question tested, andd thirthy six questions that’s answered correctly. Statistic descriptive is used in this statistic observin showing data and statistic inferential to test observing hypothesis. Observing hypothesis is tested by using two Anova lines after analysist data test. Normality test Lilliefors test and homogeneity varians test and also Fisher test and Bartlett test.

The hypothesis testing result showed that: (1) Learning result of student’s Mathematics education that learned by two stay two stray learning model is better than number head together learning model. It’s shown by Fc = 32.15 > Ftable = 4.02 at significant level α = 0.05; (2) the students who have high interpersonal intelligence acquired Mathematics education learning result higher than low interpersonal intelligence. This can be indicated by Fc = 11.67 > Ftable = 4.02 at

significant level α = 0.05, (3) there is an interaction between cooperative learning

model and interpersonal intelligence in influencing the student’s Mathematics

educational learning result. It’s shown by Fc = 4.77> Ftable = 4.02 at significant

level level α = 0.05.

Therefore, the result of experiment been hoped that it can used for teachers to apply the right instructional model in accordance with the learning objective. It is suggested that teachers should be trained to apply different instructional models and give more attention of the learning materials and student’s interpersonal intelligence because they both effect the learning achievement.


(6)

ii ABSTRAK

NURMASDALIFAH. Nomor registrasi: 8126121034. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif dan Kecerdasan Interpersonal Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SD Negeri Jalan Kakap Medan Tahun Pelajaran 2013/2014. Tesis. Pascasarjana Program Studi Teknologi Pendidikan. Universitas Negeri Medan. 2014.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif number head together dan model pembelajaran kooperatif two stay twoo stray, (2) perbedaan hasil belajar matematika siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal tinggi dan siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal rendah, (3) interaksi antara model pembelajaran kooperatif dan kecerdasan interpersonal dalam mempengaruhi hasil belajar matematika siswa.

Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 120 orang yang berasa dari kelas IV SD Negeri Jalan Kakap Medan. Sedangkan sampel berjumlah 60 orang yang diambil dari 2 kelas dengan menggunakan Cluster Random Sampling. Sebelum perlakuan diberikan terlebih dahulu sampel penelitian diberikan tes kecerdasan interpersonal untuk membedakan jenis kecerdasan interpersonal yang dimiliki oleh siswa. Tes hasil belajar yang digunakan terlebih dahulu diujicobakan untuk mengetahui tingkat validitas tes dan reliabiitas tes. Hasil yang diperoleh dari 36 soal yang diujikan, sebanyak 36 soal yang memenuhi persyaratan. Statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif untuk menyajikan data dan statistik inferensial. Hipotesis penelitian diuji dengan menggunakan Anava 2 jalur yang sebelumnya terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis data yaitu uji normalitas dengan uji Lilliforss dan uji homogenitas varians dengan uji F dan uji Barltlett.

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa: (1) hasil belajar matematika siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif two stay two stray lebih baik dengan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif numbered head together. Hal ini ditunjukkan oleh Fhitung = 32,15 > Ftabel = 4,02 pada taraf signifikan α = 0,05; (2) siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal tinggi memperoleh hasil belajar matematika lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal dalam mempengaruhi hasil belajar matematika siswa. Hal ini ditunjukkan oleh Fhitung = 11,67 > Ftabel = 4,02 pada taraf signifikan α = 0,05; (3) adanya interaksi antara model pembelajaran kooperatif dan kecerdasan interpersonal siswa terhadap hasil belajar matematika. Hal ini ditunjukkan oleh Fhitung = 4,77 > Ftabel = 4,02 pada taraf signifikan α = 0,05.

Hasil penelitian ini diharapkan ini diharapkan dapat bermanfaat untuk guru dalam mengaplikasikan model pembelajaran kooperatif yang tepat sesuai dengan tujuan pembelajaran. Disarankan agar guru mempergunakan model pembelajaran bervariasi dan memberikan perhatian kepada bahan belajar dan kecerdasan interpersonal siswa sebab kedua-duanya mempengaruhi hasil belajar.


(7)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga melalui proses cukup panjang akhirnya tesis “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif dan Kecerdasan Interpersonal Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SD Negeri Jalan Kakap Medan Tahun Pelajaran 2013/2014” ini bisa diselesaikan dengan baik.

Pertama, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Pd sebagai Rektor Universitas Negeri Medan, Bapak Prof. Dr. Abdul Muin Sibuea, M.Pd sebagai Direktur Program Studi Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Medan, dan Bapak Dr. Arif Rahman, M.Pd sebagai Asisten Direktur I Program Studi Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Medan.

Kedua, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd sebagai Pembimbing I dan Bapak Prof. Dr. Sahat Siagian sebagai Pembimbing II sekaligus sebagai Asisten Direktur II Program Pascasarjana Unimed, yang telah banyak membimbing dan memberikan pengarahan, terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Harun Sitompul, M.Pd sebagai Narasumber sekaligus sebagai Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan, Bapak Prof. Dr. H. Abdul Hamid K, M.Pd sebagai Narasumber, Bapak Dr. Edi Syahputra M.Pd sebagai Narasumber, Bapak Dr. R. Mursid, M.Pd sebagai Notulen sekaligus sebagai Sekretaris Program Studi Teknologi Pendidikan, beserta Seluruh Dosen dan Staf Program Studi Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Medan.


(8)

iv

Ketiga, penulis menyampaikan terima kasih kepada Ibu Ria Armaya, Ama. sebagai Kepala Sekolah SD Negeri Jalan Kakap Medan yang memberikan izin dan kesempatan untuk melakukan penelitian di sekolah yang dipimpin, termasuk pemanfaatan sarana prasarana sekolah, Ibu Lilis Andriyani Situmeang, S.Pd dan Ibu Yuni Harahap, S.Pd sebagai Guru Matematika SD Jalan Kakap Medan, beserta Seluruh Guru, Staf dan Siswa/i SD Negeri Jalan Kakap Medan.

Secara khusus penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ayahanda H. Chairuddin B.A dan Ibunda Hasanah yang memotivasi serta mendukung baik moril dan materil selama proses penyusunan tesis ini. Terima kasih kepada rekan-rekan kuliah khususnya kelas A-2 Reguler Program Studi Teknologi Pendidikan Angkatan XXII Universitas Negeri Medan serta semua pihak yang telah membantu semoga Tuhan Yang Maha Esa mencatatnya sebagai amal baik.

Tiada gading yang tak retak, tiada hal sempurna di dunia ini karena kesempurnaan hanya milikNya. Penulis menyadari proses penyusunan tesis ini merupakan pekerjaan yang tidak ringan sehingga memungkinkan adanya kekurangan maupun kesalahan baik dalam teknik penulisan, tata bahasa, maupun isinya. Oleh karena itu guna penyempurnaan berikutnya penulis sangat mengharapkan saran, kritik, maupun masukan dari pembaca.

Medan, Desember 2014 Penulis

Nurmasdalifah NIM.8126121034


(9)

v DAFTAR ISI

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 11

C. Batasan Masalah ... 12

D. Rumusan Masalah ... 13

E. Tujuan Penelitian ... 13

F. Manfaat Penelitian ... 14

BAB II KAJIAN TEORETIS, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 15

A. Kajian Teoretis ... 15

1. Hakikat Hasil Belajar Matematika ... 15

2. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif ... 23

2.1Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray (TS-TS) ... 31

2.2Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Numbered Head Together (NHT) ... 35

3. Hakikat Kecerdasan Interpersonal ... 40

B. Penelitian Relevan ... 51

C. Kerangka Berfikir ... 52

1. Perbedaan Hasil Belajar Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray (TS-TS) dengan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Numbered Head Together (NHT) ... 52


(10)

vi

2. Perbedaan Hasil Belajar Kecerdasan Interpersonal Tinggi

dan Kecerdasan Interpersonal Rendah ... 53

3. Interaksi Model Pembelajaran Kooperatif dengan Kecerdasan Interpersonal ... 55

D. Hipotesis Penelitian ... 56

BAB III METODE PENELITIAN ... 57

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 57

B. Populasi dan Sampel Penelitian... 57

C. Metode dan Rancangan Penelitian ... 59

D. Definisi Operasional Variabel ... 60

E. Prosedur Pelaksanaan Perlakuan ... 62

F. Pengontrolan Perlakuan ... 67

G. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 68

H. Teknik Analisis Data ... 75

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ... A. Deskripsi Data Penelitian ... 78

1. Hasil Belajar Matematika Siswa Yang Diajar dengan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray (TS-TS) ... 78

2. Hasil Belajar Matematika Siswa Yang Diajar dengan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Number Head Together (NHT) ... 80

3. Hasil Belajar Matematika Siswa Yang Memiliki Kecerdasan Interpersonal Tinggi ... 81

4. Hasil Belajar Matematika Siswa Yang Memiliki Kecerdasan Interpersonal Rendah ... 82

5. Hasil Belajar Matematika Siswa Yang Diajar dengan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray (TS-TS) dan Memiliki Kecerdasan Interpersonal Tinggi ... 84

6. Hasil Belajar Matematika Siswa Yang Diajar dengan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray (TS-TS) dan Memiliki Kecerdasan Interpersonal Rendah ... 85

7. Hasil Belajar Matematika Siswa Yang Diajar dengan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Number Head Together (NHT) dan Memiliki Kecerdasan Interpersonal Tinggi ... 86


(11)

vii

8. Hasil Belajar Matematika Siswa Yang Diajar dengan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Number Head Together (NHT) dan Memiliki Kecerdasan

Interpersonal Rendah ... 88

B. Pengujian Persyaratan Analisis ... 89

1. Uji Normalitas Data ... 89

2. Uji Homogenitas Data ... 90

C. Pengujian Hipotesis ... 92

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 99

E. Keterbatasan Penelitian ... 110

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 112

A. Simpulan ... 112

B. Implikasi ... 113

C. Saran ... 117

DAFTAR PUSTAKA ... 119


(12)

viii

DAFTAR TABEL 1.1

1.2 Hasil Ujian Akhir Semester Mata Pelajaran Matematika Kelas IV

SD Negeri Jalan Kakap Medan Tahun Pelajaran 2007 s/d 2013....

2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif ... 29

2.2 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik TS-TS ... 34

2.3 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik NHT ... 39

3.1 Rancangan Eksperimental Factorial 2x2 ... 59

3.2 Tahapan Perlakuan Model Pembeajaran Kooperatif TS-TS ... 63

3.3 Tahapan Perlakuan Model Pembelajaran Kooperatif NHT ... 65

3.4 Kisi-kisi Tes Hasil Belajar Siswa Materi Bangun Ruang ... 73

3.5 Kisi-kisi Angket Kecerdasan Interpersonal Siswa ... 75

4.1 Perbandingan Data Hasil Belajar Matematika Siswa berdasarkan Model Pembelajaran Kooperatif dan Kecedasan Interpersonal Siswa ... 78

4.2 Daftar Frekuensi Hasil Belajar Matematika Siswa Yang diajarkan dengan Model Pembelajaran Kooperatif TS-TS (A1) ... 79

4.3 Daftar Frekuensi Hasil Belajar Matematika Siswa Yang diajarkan dengan Model Pembelajaran Kooperatif NHT (A2)... 80

4.4 Daftar Frekuensi Hasil Belajar Matematika Siswa Yang memiliki Kecerdasan Interpersonal Tinggi (B1) ... 81

4.5 Daftar Frekuensi Hasil Belajar Matematika Siswa Yang memiliki Kecerdasan Interpersonal Rendah (B2) ... 83

4.6 Daftar Frekuensi Hasil Belajar Matematika Siswa Yang diajarkan dengan Model Pembelajaran Kooperatif TS-TS memiliki Kecerdasan Interpersonal Tinggi (A1B1) ... 84

4.7 Daftar Frekuensi Hasil Belajar Matematika Siswa Yang diajarkan dengan Model Pembelajaran Kooperatif TS-TS memiliki Kecerdasan Interpersonal Rendah (A1B2)... 85

4.8 Daftar Frekuensi Hasil Belajar Matematika Siswa Yang diajarkan dengan Model Pembelajaran Kooperatif NHT memiliki Kecerdasan Interpersonal Tinggi (A2B1) ... 87

4.9 Daftar Frekuensi Hasil Belajar Matematika Siswa Yang diajarkan dengan Model Pembelajaran Kooperatif TS-TS memiliki Kecerdasan Interpersonal Rendah (A2B2)... 88

4.10 Hasil Uji Normalitas Data berdasarkan Model Pembelajaran Kooperatif ... 89

4.11 Hasil Uji Normalitas Data berdasarkan Kecerdasan Interpersonal ... 90

4.12 Hasil Uji Normalitas Data berdasarkan Interaksi Model Pembelajaran Kooperatif dan Kecerdasan Interpersonal Siswa ... 90

4.13 Hasil Uji Homogenitas Varians Data antara Kelompok Sampel A1 dan A2 dengan Uji F ... 91

4.14 Hasil Uji Homogenitas Varians Data antara Kelompok Sampel B1 dan B2 dengan Uji F ... 91

4.15 Hasil Uji Homogenitas Varians Data antara Kelompok berdasarkan Interaksi Model Pembelajaran Kooperatif dan Kecerdasan Interpersonal Siswa berdasarkan Uji Barlett ... 91

4.16 Rangkuman Hasil Pengujian Analisis Varians Dua Jalur ... 92

4.17 Rangkuman Hasil Uji Schef ... 95 Halaman Tabel


(13)

ix

DAFTAR GAMBAR

4.1 Histogram Hasil Belajar Matematika Siswa Yang diajarkan dengan

Model Pembelajaran Kooperatif TS-TS (A1) ... 79 4.2 Histogram Hasil Belajar Matematika Siswa Yang diajarkan dengan

Model Pembelajaran Kooperatif NHT (A2) ... 81 4.3 Histogram Hasil Belajar Matematika Siswa Yang memiliki

Kecerdasan Interpersonal Tinggi (B1) ... 82 4.4 Histogram Hasil Belajar Matematika Siswa Yang memiliki

Kecerdasan Interpersonal Rendah (B2) ... 83 4.5 Histogram Hasil Belajar Matematika Siswa Yang diajarkan dengan

Model Pembelajaran Kooperatif TS-TS memiliki Kecerdasan

Interpersonal Tinggi (A1B1) ... 85 4.6 Histogram Hasil Belajar Matematika Siswa Yang diajarkan dengan

Model Pembelajaran Kooperatif TS-TS memiliki Kecerdasan

Interpersonal Rendah (A1B2)... 86 4.7 Histogram Hasil Belajar Matematika Siswa Yang diajarkan dengan

Model Pembelajaran Kooperatif NHT memiliki Kecerdasan

Interpersonal Tinggi (A2B1) ... 88 4.8 Histogram Hasil Belajar Matematika Siswa Yang diajarkan dengan

Model Pembelajaran Kooperatif NHT memiliki Kecerdasan

Interpersonal Rendah (A2B2)... 89 4.9 Pola Interaksi Antara Model Pembelajaran Kooperatif dan

Kecerdasan Interpersonal Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa 99 Halaman Gambar


(14)

x

DAFTAR LAMPIRAN

1 Silabus Pembelajaran Matematika Kelas IV SD ... 122

2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Model Pembelajaran Kooperatif Teknik TS-TS ... 125

3 Lembar Kerja Siswa (LKS) Model Pembelajaran ... 138

4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Model Pembelajaran Kooperatif Teknik NHT ... 143

5 Instrumen Tes Hasil Belajar Matematika dan Kunci Jawaban ... 154

6 Instrumen Angket Kecerdasan Interpersonal Siswa ... 161

7 Data Perhitungan Berdasarkan Absensi Siswa ... 167

Data Perhitungan Validitas Butir Soal Tes Hasil Belajar ... 168

Data Perhitungan Reliabilitas Butir Soal Tes Hasil Belajar ... 169

Data Perhitungan Daya Pembeda dan Indeks Kesukaran Butir Soal Tes Hasil Belajar ... 170

Data Perhitungan Distraktor Butir Soal Tes Hasil Belajar... 171

Data Perhitungan Validitas Butir Soal Tes Hasil Belajar ... 172

Data Perhitungan Reliabilitas Butir Soal Tes Hasil Belajar ... 17

8 Perhitungan Validitas,Reliabilitas,Daya Pembeda,Indeks Kesukaran Butir Tes, Validitas Nontes dan Reliabilitas Butir NonTes ... 174

9 Data Nontes SD 05 Berdasarkan Absensi Siswa ... 177

Data Nontes SD 05 Berdasarkan Peringkat ... 178

Data Nontes SD 06 Berdasarkan Absensi Siswa ... 179

Data Nontes SD 06 Berdasarkan Peringkat ... 180

Data Pretes SD 05 Berdasarkan Peringkat ... 181

Data Posttes SD 05 Berdasarkan Peringkat ... 182

Data Pretes SD 06 Berdasarkan Peringkat ... 183

Data Postes SD 06 Berdasarkan Peringkat... 184

10 Pengujian Homogenitas Varians Data ... 185

11 Analisis Varians Data Dua Jalur ... 197

12 Tabel Statistik ... 207 Halaman Lampiran


(15)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu tujuan nasional yang berhubungan dengan pendidikan tercantum pada pembukaan UUD 1945 alinea 4 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini juga sesuai dengan UU RI No.2 tahun 1989, sistem pendidikan nasional pasal 4 tentang tujuan pendidikan nasional yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa yang berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Kita sering menjumpai hal-hal yang berhubungan dengan matematika. Mulai dari bentuk bangunan di sekitar kita, kegiatan jual beli di pasar, pada saat menabung uang di bank, pada tabel, grafik, diagram, persamaan dan lain-lain. Tampaknya kita tidak bisa memungkiri sebuah ungkapan matematika merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan seseorang.

Pelajaran matematika adalah salah satu pelajaran yang dipelajari siswa mulai dari jenjang SD sampai perguruan tinggi. Banyak di antara para siswa SD ini yang menganggap pelajaran matematika sebagai pelajaran yang menakutkan, tidak menarik, membosankan, dan sulit. Tentu saja hal ini sangat memprihatinkan karena jenjang SD merupakan tingkat dasar dari seluruh proses pendidikan yang akan dijalani anak.


(16)

2

Supatmono (2009:5) menyatakan bahwa: secara etimologi, matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathemata yang berarti „belajar atau hal

yang dipelajari‟ (“thinks that are learned”). Dalam bahasa Belanda disebut

wiskunde atau ilmu pasti, yang kesemuana berkaitan dengan penalaran. Matematika dapat dipandang sebagai pelayan (servant) dan sekaligus ratu (queen) dari ilmu-ilmu yang lain. Sebagai pelayan, matematika adalah ilmu dasar yang mendasari dan melayani berbagai ilmu pengetahuan yang lain. Tidak mengherankan apabila dalam fungsinya sebagai pelayan ilmu yang lain, matematika muncul di ilmu kimia, fisika, biologi, astronomi, psikologi dan masih banyak yang lain. Sebagai ratu, perkembangan matematika tidak tergantung pada ilmu-ilmu lain. Banyak cabang matematika yang dulu biasa disebut matematika murni, dikembangkan menjadi kalkulus, geometri, aritmatika, aljabar, dan cabang matematika lainnya.

Untuk membedakan antara banyak sedikit, lebih dengan kurang, orang perlu berhitung. Misalnya seorang gembala akan menghitung apakah kambing yang masuk ke kandang pada sore hari sudah lengkap atau belum, gembala tersebut menggunakan tumpukan batu yang jumlahnya sama dengan jumlah kambing. Setiap kambing masuk satu maka tumpukan dipindahkan satu. Apabila ada tumpukan batu yang tersisa berarti ada kambing yang belum masuk kandang dan dengan demikian jumlah kambing yang masuk kandang kurang dari jumlah semula. Praktik seperti ini adalah permulaan orang berhitung, yang kelak kemudian hari akan menjadi tumbuhnya cabang baru dalam matematika.


(17)

3

Riedesel, dkk. (1996:10-11), merangkum pandangan matematika: (1) setiap soal matematika mempunyai tepat sebuah jawaban yang benar, (2) matematika adalah kumpulan kebenaran dan aturan. Tugas siswa adalah mengikuti aturan itu untuk menemukan jawaban yang benar. Biasanya aturan yang harus dipakai adalah yang diajarkan guru, (3) siswa tidak perlu mengerti mengapa suatu aturan berlaku, tetapi cukup menghafalkan saja, (4) jika dalam tempo lima menit suatu soal tidak dapat dipecahkan, berarti tidak dapat memecahkannya. Lebih baik berhenti saja, (5) hanya para jenius sajalah yang dapat menemukan atau dapat menciptakan matematika. Siswa tidak dapat memikirkan matematika menurut pikirannya sendiri, dan (6) soal matematika hampir tidak ada hubungannya dengan dunia nyata. Dalam dunia nyata, kita mengerjakan apa yang bermakna, sedangkan dalam matematika kita tinggal menuruti aturan-aturan.

Tidak jauh berbeda dengan yang disampaikan Riedesel, dkk., Prof. Dr. Andi Hakim Nasution, pakar Matematika Institut Pertanian Bogor menyebutkan bahwa matematika merupakan: “ ilmu struktur, urutan (order), dan hubungan yang meliputi dasar-dasar perhitungan, pengukuran, dan penggambaran bentuk objek. Ilmu ini melibatkan logika dan kalkulasi kuantitatif, dan pengembangannya telah meningkatkan derajat idealisasi dan abstraksi subjeknya. Semakin orang banyak ditanya apa itu matematika, semakin banyak pula pengertian tentang matematika.

Begitu banyak syarat yang harus dimiliki siswa diantaranya adalah persiapan kesiapan belajar dan fasilitas. Sebab banyak kesulitan belajar


(18)

4

matematika sehingga membutuhkan upaya dan sikap inovasi yang maksimal dari siswa maupun guru. Proses pembelajaran yang terjadi sering menjadikan siswa lebih menerima apa adanya semua penjelasan dari guru tanpa dimengerti sama sekali, yang akibatnya siswa menjadi tidak aktif . Oleh karena itu, diperlukan keaktifan untuk bisa mempelajari dan memahami matematika. Pelajaran matematika adalah salah satu pelajaran yang dipelajari siswa mulai dari jenjang pendidikan terendah sampai perguruan tinggi. Matematika memegang peranan penting karena belajar matematika harus secara benar. Meski tidak semua, banyak di antara siswa sekolah yang mengeluhkan pelajaran matematika. Tentu saja hal ini sangat mempengaruhi pada hasil belajar siswa pada matematika. Ada kemungkinan dari penyebab rendahnya hasil belajar siswa pada matematika disebabkan beberapa faktor seperti minat, motivasi siswa yang kurang, penyampaian konsep dan materi yang kurang jelas ataupun pendekatan, strategi, model pembelajaran maupun metode yang kurang tepat. Memang kita tidak bisa menyalahkan siapa-siapa dalam hal ini. Seharusnya sistem pendidikan di Indonesia seperti layaknya kereta api. Sekolah haruslah menjadi gerbong, dengan dinas pendidikan sebagai lokomotifnya. Keuntungannya, setiap tingkatan pendidikan memiliki akses yang luas sehingga tidak ada batasan untuk saling menunjang, baik dari segi sarana maupun prasarana pendidikan. Pembelajaran yang berhasil dapat ditunjukkan oleh penguasaan materi yang cukup baik oleh siswa, dan dapat dibuktikan dengan perolehan nilai yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal dari hasil evaluasi di akhir pembelajaran dari materi yang disajikan.


(19)

5

SD Negeri Jalan Kakap adalah salah satu sekolah di kota Medan didirikan tanggal 27 April 1968 yang terdiri dari SD Negeri 060805 dan SD Negeri 060806 Medan. Penelitian dilaksanakan di kelas IV yang seluruhnya ada empat kelas dengan jumlah 120 orang, dimana dalam satu kelas terdapat 30 siswa dan sampelnya hanya dua kelas saja. Berdasarkan wawancara penulis dengan guru mata pelajaran matematika di SD Negeri 060805 dan SD Negeri 060806 Medan, masalah yang dihadapi siswa dalam pembelajaran matematika adalah kurangnya antusias siswa selama pembelajaran. Siswa lebih cenderung menerima apa saja yang disampaikan guru, diam dan enggan dalam mengungkapkan pertanyaan maupun pendapat. Data hasil belajar matematika siswa selama ini belum menunjukkan hasil optimal dengan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) matematika 65 (enam puluh lima). Hal ini dapat dilihat pada hasil belajar Ujian Akhir Semester mata pelajaran matematika kelas IV SD Negeri Jalan Kakap Medan Tahun Pelajaran 2007 s/d 2013 pada Tabel 1.1:

Tabel 1.1 Hasil Ujian Akhir Semester Mata Pelajaran Matematika Kelas IV SD Negeri Jalan Kakap Medan TP 2007 s/d 2013 Tahun

Pelajaran

Nillai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Nilai Terendah Nilai Tertinggi Nilai Rata-rata

2007-2008 65 50 83 62

2008-2009 65 51 84 63

2009-2010 65 54 86 63

2010-2011 65 55 87 64

2011-2012 65 57 88 64

2012-2013 65 59 89 64

(Sumber : Tata Usaha SD Negeri Jalan Kakap Medan)

Dari Tabel 1.1 diatas dapat dilihat bahwa siswa kelas IV memiliki nilai yang belum optimal. Rendahnya rata-rata perolehan nilai tersebut diduga disebabkan rendahnya penguasaan materi oleh siswa.


(20)

6

Disamping itu kegiatan pembelajaran matematika di SD Negeri Jalan Kakap Medan masih berjalan secara konvensional, dimana masih didominasi kegiatan ceramah dan berpusat pada guru. Proses pembelajaran yang terjadi sering menjadikan siswa lebih menerima apa adanya semua penjelasan dari guru tanpa dimengerti sama sekali, yang akibatnya siswa menjadi tidak aktif. Siswa lebih cenderung menerima apa saja yang disampaikan guru, diam dan enggan dalam mengungkapkan pertanyaan maupun pendapat. Untuk mengatasi masalah tersebut, guru harus bisa memilih metode atau model pembelajaran yang dapat membuat pelajaran matematika menjadi lebih menyenangkan dan dapat memancing siswa untuk mempelajari matematika. Guru dituntut untuk berusaha mengaktifkan siswa selama proses pembelajaran matematika sehingga matematika dapat dipahami dengan baik dan diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Mata pelajaran matematika di SD merupakan kumpulan pengetahuan tentang perhitungan, pengukuran dan penggambaran objek. Salah satu materi dalam matematika di kelas IV adalah bangun ruang. Bangun ruang yang dibahas di kelas IV adalah kubus dan balok. Kubus adalah sebuah benda ruang yang ditutup oleh enam buah persegi yang berukuran sama dan mempunyai panjang rusuk sama. Bangun ruang kubus terbentuk dari bangun datar persegi. Gabungan dari beberapa persegi yang membentuk kubus dinamakan jaring-jaring kubus. Sifat-sifat kubus berkaitan dengan sisi, rusuk, dan titik sudut. Sisi adalah bidang atau permukaan yang membatasi bangun ruang. Rusuk adalah garis yang merupakan pertemuan dari dua sisi bangun ruang. Titik sudut adalah titik pertemuan dari tiga buah rusuk pada bangun ruang. Sisi-sisi kubus berbentuk


(21)

7

persegi yang berukuran sama yang berjumlah 6 buah, rusuk kubus mempunyai panjang yang sama yang berjumlah 12 buah, dan titik sudut kubus ada 8 buah. Balok adalah bangun ruang yang ditutup oleh enam buah persegi yang berhadapan, yang panjang rusuk tiap pasangan berbeda dengan pasangan lainnya. Gabungan dari beberapa persegi panjang yang membentuk balok dinamakan jaring-jaring balok. Terkadang siswa sulit untuk memahami perbedaan kubus dan balok hanya dari penyampaian guru saja. Sebagai makhluk sosial, seseorang harus berinteraksi sosial dengan manusia lainnya. Oleh sebab itu siswa perlu berinteraksi dengan siswa lain agar tercipta pembelajaran lebih efektif dalam menciptakan komunikasi yang multi arah, sehingga diharapkan juga menimbulkan dan meningkatkan interaksi yang proaktif dalam pembelajaran. Untuk itu, guru diharapkan mampu membentuk kelompok-kelompok dengan berhati-hati agar semua anggotanya dapat bekerja bersama-sama untuk memaksimalkan pembelajarannya sendiri dan pembelajaran teman-teman satu kelompoknya. Masing-masing anggota kelompok bertanggung jawab mempelajari apa yang disajikan dan membantu teman-teman anggota untuk mempelajarinya juga.

Salah satu usaha yang dapat dilakukan guru agar siswa aktif, antusias, dan mampu bekerja sama dalam belajar matematika adalah melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif merupakan bentuk kegiatan pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang memilki struktur kelompok-kelompok yang heterogen dengan mempertimbangkan keragaman karakteristik siswa misalnya kecerdasan.


(22)

8

Kecerdasan merupakan salah satu faktor internal dan sebagai faktor utama yang menentukan sukses gagalnya siswa belajar. Gardner mempunyai pandangan bahwa kecerdasan bukanlah sesuatu yang bersifat tetap. Kecerdasan bersifat laten, ada pada setiap manusia dengan kadar pengembangan yang berbeda pula. Pembelajaran kooperatif berbeda dengan pembelajaran yang lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih menyangkut pada unsur kecerdasan interpersonal para siswa. Kecerdasan interpersonal menunjukkan kemampuan siswa dalam menjalin komunikasi secara efektif, mampu berempati secara baik, dan kemampuan mengembangkan hubungan yang harmonis dengan orang lain (Gardner:1999). Misalnya model pembelajaran kooperatif dalam memahami materi bangun ruang kubus dan balok. Disini setiap siswa menunjukkan bagaimana siswa saling percaya, menghargai perbedaan, mendorong anggotanya mengemukakan pendapat, menjadi pendengar dan penanya yang baik, menanggapi kebutuhan orang lain, dan pengendalian diri dengan tidak mudah menyalahkan orang lain. Sehingga setiap anggota kelompok dapat memahami matematika materi bangun ruang kubus dan balok.

Model pembelajaran kooperatif belum banyak diterapkan dalam pendidikan walaupun orang Indonesia sangat membanggakan sifat gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat. Sebenarnya, pembagian kerja kelompok jika pengajar benar-benar menerapkan prosedur model pembelajaran kooperatif. Banyak pengajar hanya membagi siswa dalam kelompok, lalu memberi tugas kemunian ditinggal sendiri dan karena mereka belum berpengalaman, merasa


(23)

9

bingung dan tidak tahu bagaimana harus bekerja sama menyelesaikan tugas tersebut. Kekacauan dan kegaduhanlah yang terjadi.

Model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif.

Dalam penerapannya model pembelajaran kooperatif dapat mengubah peran guru dari peran terpusat pada guru ke peran pengelola kegiatan kelompok-kecil. Dengan demikian, model pembelajaran kooperatif bergantung pada efektivitas kelompok-kelompok siswa tersebut. Singkatnya, model pembelajaran kooperatif mengacu pada kegiatan pembelajaran di mana siswa bekerja sama dalam kelompok kecil dan saling membantu dalam belajar dengan kecerdasan interpersonal. Model pembelajaran kooperatif umumnya melibatkan kelompok yang terdiri dari 4 siswa dengan kemampuan yang berbeda dan ada pula yang menggunakan kelompok dengan ukuran yang berbeda-beda.

Model pembelajaran kooperatif biasanya menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil. Sebelumnya, kelompok-kelompok siswa ini diberi penjelasan/pelatihan tentang: bagaimana menjadi pendengar yang baik, bagaimana memberi penjelasan dengan baik, bagaimana mengajukan pertanyaan yang baik, dan bagaimana saling membantu dan menghargai satu sama lain dengan cara-cara yang baik pula.

Konsekuensi positif dari model pembelajaran ini adalah siswa diberi kebebasan untuk terlibat secara aktif dalam kelompok mereka. Dalam lingkungan


(24)

10

model pembelajaran kooperatif, siswa harus menjadi partisipan aktif dan melalui kelompoknya, dapat membangun komunitas pembelajaran (learning community) yang saling membantu antarsatu sama lain.

Sebagian besar penelitian tentang model pembelajaran kooperatif mulai berkembang pada tiga dekade terakhir abad kedua puluh. Setidak-tidaknya, ada empat persfektif teoritis yang mendasari pembelajaran kooperatif ini; persfektif motivasional (motivational perspective), persfektif kohesi sosial (sosial cohesion perspektive), persfektif kognitif (cognitive perspective), dan persfektif perkembangan (developmental persfektive). (Miftahul Huda: 33: 2011).

Menyusun model pembelajaran kooperatif melibatkan lebih dari sekedar menempatkan beberapa orang siswa duduk bersama dan menyuruh mereka untuk saling membantu satu sama lain. Kondisi-kondisi ini adalah komponen-komponen esensial yang membuat kegiatan kooperatif dan individualistik. Komponen-komponen esesnsial ini adalah: melihat secara jelas, interdepensi positif, interaksi mendukung (tatap muka) yang cukup besar, melihat secara jelas tanggung jawab individual dan tanggung jawab personal untuk mencapai tujuan-tujuan kelompok, sering menggunakan skil-skil kelompok kecil atau kecerdasan interpersonal yang relevan, dan pemrosesan kelompok yang cukup sering dan teratur terhadap pemungsian saat ini untuk mengembangkan keefektifan di waktu berikutnya.

Salah satu aspek terpenting model pembelajaran kooperatif adalah kecerdasan interpersonal. Peran memonitor seorang guru menitikberatkan pada siswa ketika mereka sedang bekerja sama mengumpulkan informasi dan menyampaikan informasi sehingga standar kompetensi yang diharapkan tercapai.


(25)

11

Ada beberapa variasi jenis model dalam pembelajaran kooperatif. Beberapa diantaranya adalah Jigsaw, Group Investigation (GI), Team Accelerated Instruction (TAI), Think Pair Share (TPS), Student Team Achievement Divisions (STAD),Team Games Tournament (TGT), Two Stay Two Stray (TS-TS), dan Numbered Head Together (NHT). Penulis mencoba melihat hasil belajar siswa melalui dua model kooperatif saja yang sesuai dengan materi bangun ruang yaitu Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray (TS-TS) dengan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Numbered Head Together (NHT).

Teknik TS-TS membagi siswa dalam kelompok yang terdiri dari empat orang. Dua orang sebagai tamu dan dua orang yang lain tetap tinggal di kelompok untuk membagi hasil diskusi ke tamu. Teknik NHT merupakan teknik belajar mengajar kepala bernomor. Teknik ini membagi siswa dalam kelompok yang terdiri dari empat sampai enam orang dimana setiap masing-masing siswa mendapat nomor, dan nomor yang dipanggil harus melaporkan hasil kerja. Kecerdasan interpersonal tinggi menunjukkan kemampuan siswa dalam menjalin komunikasi secara efektif, mampu berempati secara baik, dan kemampuan mengembangkan hubungan yang harmonis dengan orang lain, maka diduga lebih tepat dipadukan dengan Model Pembelajaran Kooperatif TS-TS, karena siswa harus menanya dan menjawab pertanyaan sehingga perlu kecerdasan interpersonal tinggi. Sedangkan siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal rendah diduga lebih tepat dipadukan dengan Model Pembelajaran Kooperatif NHT karena fokus hanya pada individual nomor yang akan dipanggil maju ke depan.


(26)

12

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis akan meneliti “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif dan Kecerdasan Interpersonal terhadap Hasil Belajar Matematika siswa pada Pokok Bahasan Bangun Ruang di kelas IV SD Negeri Jalan Kakap Medan Tahun Pelajaran 2013/2014”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, dapat diidentifikasi beberapa masalah yang berhubungan dengan hasil belajar siswa, antara lain: (1) adakah guru telah merencanakan pembelajaran dengan baik? (2) apakah model pembelajaran yang dilakukan di SD Negeri Jalan Kakap Medan sudah tepat? (3) bagaimanakah hasil belajar yang dicapai dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik TS-TS? (4) bagaimanakah hasil belajar yang dicapai dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik NHT? (5) dengan model pembelajaran yang berbeda dan kecerdasan yang berbeda, apakah hasil belajar juga akan berbeda? (6) apakah hasil belajar matematika yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif teknik NHT berbeda dengan hasil belajar matematika yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif teknik TS-TS? (7) adakah interaksi antara model pembelajaran dengan kecerdasan interpersonal terhadap hasil belajar siswa?


(27)

13

C. Batasan Masalah

Dengan mengingat betapa luasnya permasalahan yang mungkin muncul sesuai dengan identifikasi masalah di atas dan agar penelitian bisa terfokus sehingga tujuan penelitian ini dapat tercapai, maka penelitian ini akan dibatasi pada pengaruh model pembelajaran kooperatif teknik TS-TS dan teknik NHT serta kecerdasan interpersonal dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri Jalan Kakap Medan Tahun Pelajaran 2013/2014 materi ajar bangun ruang.

Berkaitan dengan lokasi penelitian, penelitian ini terbatas pada SD Negeri Jalan Kakap Medan yang melibatkan siswa kelas IV (empat) dan dilakukan pada bulan 30 Mei 2014 sampai 05 Juni 2014. Standar kompetensi yang diharapkan adalah memahami kubus dan balok. Dengan kompetensi dasar memahami pengertian kubus, sifat-sifat kubus, jaring-jaring kubus, menentukan luas kubus dan volume kubus, memahami pengertian balok, sifat-sifat balok, jaring-jaring balok, serta menentukan luas balok dan volume balok dengan aspek kognitif pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi.


(28)

14

D. Rumusan Maasalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan batasan masalah diatas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Apakah hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik TS-TS lebih tinggi dari pada hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif teknik NHT?

2. Apakah hasil belajar matematika siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal tinggi lebih tinggi dari hasil belajar matematika siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal rendah?

3. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran kooperatif dan kecerdasan interpersonal terhadap hasil belajar matematika siswa?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik TS-TS dan hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif teknik NHT.

2. Hasil belajar matematika pada siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal tinggi dan hasil belajar matematika pada siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal rendah.

3. Interaksi antara model pembelajaran kooperatif dan kecerdasan interpersonal terhadap hasil belajar matematika siswa.


(29)

15

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah :

1. Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap landasan konsep, prinsip, dan prosedur penelitian model pembelajaran kooperatif.

2. Manfaat penelitian bagi sekolah, guru, dan siswa adalah :

a) Bagi sekolah, memberikan kontribusi dengan adanya model pembelajaran kooperatif.

b) Bagi guru, berguna untuk membantu memecahkan masalah belajar mengajar dengan model pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa dan meningkatkan pemanfaatan sumber belajar dan media pembelajaran yang ada.

c) Bagi siswa, dengan model pembelajaran yang baru berguna untuk membantu siswa dalam proses pembelajaran dan pembelajaran dapat dilakukan di mana dan kapan saja

d) Bagi peneliti, diharapakan dapat mengimplementasikan model pembelajaran kooperatif yang mampu meningkatkan hasil belajar matematika.


(30)

112

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil pengelolahan dan analisis data serta pengujian hipotesis maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Hasil belajar matematika yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif TS-TS lebih tinggi atau lebih baik dibandingkan hasil belajar matematika yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif NHT pada siswa SD Negeri Jalan Kakap Medan.

2. Hasil belajar matematika yang memiliki kecerdasan interpersonal tinggi lebih tinggi atau lebih baik dibandingkan hasil belajar matematika yang memiliki kecerdasan interpersonal rendah.

3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif dan kecerdasan interpersonal siswa dalam mempengaruhi hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri Jalan Kakap Medan. Untuk siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal tinggi akan lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa jika diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif TS-TS, sedangkan untuk siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal rendah, ternyata model pembelajaran kooperatif NHT lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa dibandingkan jika menggunakan model pembelajaran kooperatif TS-TS.


(31)

113

B. Implikasi

1. Hasil Belajar Matematika Siswa diajarkan dengan Model Pembelajaran Kooperatif TS-TS Lebih Baik Dibandingkan Hasil Belajar Matematika diajarkan dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif NHT Siswa Kelas IV SD Jalan Kakap Medan

Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif TS-TS memiliki hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif NHT.

Kesiapan guru dalam mengelola pembelajaran dengan kedua model pembelajaran kooperati tersebut tidaklah kalah penting dalam mempengaruhi hasil belajar siswa, karena setiap guru memiliki gaya mengajar yang berbeda. Idealnya, setiap guru memiliki kompetensi untuk membawakan pembelajaran dengan berbagai model. Namun kenyataannya, masih banyak guru memiliki kesiapan yang kurang memadai untuk membawakan setiap model pembelajaran. Guru lebih membawakan pembelajaran berdasarkan kecenderungan dirinya, sehingga hasil pembelajaran yang diharapkan tidak tercapai secara maksimal.

Dalam model pembelajaran kooperatif TS-TS, dibutuhkan keterampilan lebih tinggi dalam mengelolanya, misalnya agar siswa dapat menampilkan kegiatan memberikan informasi dan mendapatkan informasi dengan baik, guru harus membimbing secara aktif dan tidak dapat menyerahkan seluruh persiapan kepada siswa karena bagi siswa, kegiatan memberikan informasi dan mendapatkan informasi bukanlah sesuatu yang mudah dilakukan karena harus memiliki kesiapan terlebih dahulu. Pengelolaan model pembelajaran kooperatif NHT tidak serumit pengelolaan pada model pembelajaran kooperatif TS-TS.


(32)

114

Kegiatan berdiskusi hanya dilakukan di satu kelompok tidak berpindah-pindah kelompok.

2. Hasil Belajar Matematika Siswa Yang Memiliki Kecerdasan Interpersonal Tinggi Lebih Tinggi dari Hasil Belajar Matematika Siswa Yang Memiliki Kecerdasan Interpersonal Rendah

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kecerdasan interpersonal siswa berpengaruh terhadap hasil belajar matematika. Siswa dengan kecerdasan interpersonal tinggi secara rata-rata mempunyai hasil belajar matematika lebih baik atau lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal rendah. Hal ini memberikan penjelasan dan penegasan bahwa kecerdasan interpersonal signifikan memberikan pengaruh dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal tinggi lebih memiliki keinginan dan kemampuan dalam berkomunikasi dengan teman-temannya untuk menemukan solusi ataupun penyelesaian masalah yang berkaitan dengan pelajaran, sehingga pada hakekatnya, siswa akan terbiasa dan terlatih untuk memecahkan masalah-masalah sehingga siswa dengan kecerdasan interpersonal tinggi cenderung lebih tinggi tingkat pencapaian hasil belajarnya.

Konsekuensi logis dari pengaruh kecerdasan interpersonal terhadap hasil belajar matematika berimplikasi kepada guru pengampu mata pelajaran matematika untuk melakukan identifikasi dan prediksi di dalam menentukan kecerdasan interpersonal yang dimiliki siswa. Apabila kecerdasan interpersonal siswa dapat dikelompokkan maka guru dapat menerapkan rencana-rencana dan model-model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan karakteristik siswa, di


(33)

115

samping itu juga guru dapat melakukan tindakan-tindakan lain misalnya siswa dengan kecerdasan interpersonal tinggi diberikan tugas atau latihan dengan tingkat kesukaran yang lebih tinggi sedangkan untuk siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal rendah diberikan materi-materi remedial yang bertujuan memberikan pemahaman dan penguasaan kepada siswa terhadap materi pelajaran. Dengan demikian, siswa diharapkan mampu membangun dan menemukan sendiri pengetaghuan dan keterampilan yang dibutuhkannya dalam menyelesaikan persoalan belajar untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Di samping itu, siswa diharapkan mampu untuk meningkatkan retensinya dengan cara menemukan materi-materi penting bukan karena diberitahukan orang lain (guru).

Implikasi dari perbedaan karakteristik siswa dari segi kecerdasan interpersonal mengisyaratkan kepada guru dalam memilih model pembelajaran haruslah mempertimbangkan kecerdasan interpersonal siswa. Dengan adanya kecerdasan interpersonal dalam diri siswa akan berperan terhadap reaksi positif atau negatif yang akan dilakukannya dalam merespon ide, gagasan, atau situasi tertentu dalam pembelajaran yang berlangsung. Oleh karena itu, model pembelajaran yang diterapkan guru akan efektif atau tidak tergantung dari karakteristik siswa. Adanya perbedaan kecerdasan interpersonal ini juga berimplikasi kepada guru dalam memberikan motivasi dan meningkatkan minat belajar siswa. Bagi siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal tinggi tentulah guru cenderung tidak mengalami kesulitan dalam memotivasi siswa, tetapi bagi siswa dengan kecerdasan interpersonal rendah maka guru perlu memberikan


(34)

116

perhatian yang lebih dan kontinu dalam memberikan motivasi dan meningkatkan minat belajar siswa.

3. Interaksi Antara Model Pembelajaran Kooperatif dan Kecerdasan Interpersonal Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa

Pada hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan kecerdasan interpersonal siswa. Bagi siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal tinggi lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif TS-TS, dan juga bagi siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal rendah lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif NHT. Karena dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif TS-TS, guru dapat menentukan tingkah laku yang bagaimana yang akan diperankan dalam merancang suatu pembelajaran sehingga dapat membentuk karakter siswa yang memberikan dampak positif bagi dirinya dalam menjalankan nilai-nilai sosial dalam kehidupan sehari-hari.

Penerapan model pembelajaran kooperatif TS-TS pada siswa dengan kecerdasan interpersonal tinggi akan lebih efektif sebab partisipasi siswa dalam bekerja sama akan memperoleh hasil belajar yang baik. Guru harus berperan aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran, terutama dalam mempersiapkan media pembelajaran yang dapat memberi dukungan penuh dalam penerapan pembelajaran tersebut. Oleh karena itu, perlu adanya kesesuaian antara model pembelajaran yang akan diterapkan dengan karakteristi siswa khususnya kecerdasan interpersonal siswa. Penggunaan model pembelajaran yang sesuai


(35)

117

dengan karakteristik siswa, maka kegiatan pembelajaran akan lebih bermakna sehingga pembelajaran dapat dilakukan dengan lebih efektif, efisien, dan memiliki daya tarik. Meskipun demikian, perlu disadari tidak ada satupun model pembelajaran yang benar-benar sesuai untuk setiap karakteristik siswa maupun karakteristik materi pembelajaran. Namun hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi guru mata pelajaran matematika untuk memilih model pembelajaran yang sesuai dan disesuaikan dengan alokasi waktu dalam mengajarkan materi pelajaran sehingga materi yang disampaikan dapat diterima siswa dengan baik dan optimal dalam tujuan meningkatkan hasil belajarnya.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan beserta implikasinya, maka ada beberapa hal yang perlu disarankan, yaitu:

1. Guru matematika diharapkan untuk lebih kreatif dan inovatif dalam memilih maupun menentukan model pembelajaran yang akan digunakan dalam menyampaikan materi yang harus disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran dan karakteristik siswa.

2. Agar penerapan model pembelajaran yang dilakukan berjalan dengan efektif dan efisien sebaiknya guru terlebih dahulu melakukan identifikasi terhadap karakteristik, kebutuhan terutama kemampuan kecerdasan interpersonal siswa, hasil penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan interpersonal sangat mempengaruhi hasil belajar siswa, guru diharapkan bukan sekedar meletakkan penyebab kegagalan pembelajaran pada model


(36)

118

pembelajaran semata, tetapi guru perlu lebih memberi perhatian penuh untuk meningkatkan kecerdasan interpersonal siswa.

3. Hendaknya seorang guru selalu berusaha secara aktif menciptakan model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa, dan mengadakan evaluasi terhadap keefektifan model pembelajaran tersebut. Dengan dilakukannya evaluasi tersebut, maka guru lebih mudah untuk mendesain pembelajaran yang lebih efektif dan efisien.

4. Pelajaran matematika merupakan pelajaran yang tak terlepas dari rumus dan perhitungan, maka disarankan bagi guru matematika lebih menguasai terlebih dahulu inti dari pelajaran tersebut dengan membuat desain yang menggugah keaktifan siswa dalam memahami pembelajaran matematika sehingga matematika dapat diaplikasikan dalam kesehariannya baik di sekolah maupun di luar sekolah.

5. Penelitian ini sangat perlu ditindaklanjuti untuk setiap jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan pada sampel yang lebih luas serta variabel penelitian yang berbeda.


(37)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nurmasdalifah, suku Melayu, lahir tanggal 04 Desember 1989 di Desa Beringin Sakti, Pagar Alam, Palembang-Sumatera Selatan. Anak tunggal dari pasangan H.Khairuddin, B.A. dan ibu Hasanah. Pendidikan formal yang ditempuh dimulai di tingkat Sekolah Dasar Negeri 067945 Medan, selesai pada tahun 1999. Melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 3 Medan, selesai pada tahun 2004. Melanjutkan pendidikan di SMU Swasta Islam An-Nizam Medan, selesai pada tahun 2007. Kemudian melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi Swasta Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Matematika Program S1, selesai pada tahun 2011. Pada tahun 2012 melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi Universitas Negeri Medan Program Studi Teknologi Pendidikan Program Pasca Sarjana (S2), selesai pada tahun 2014, dengan tulisan ilmiah “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif dan Kecerdasan Interpersonal terhadap Hasil belajar Matematika Siswa SD Negeri Jalan Kakap Medan Tahun Pelajaran 2013/2014”.


(1)

Kegiatan berdiskusi hanya dilakukan di satu kelompok tidak berpindah-pindah kelompok.

2. Hasil Belajar Matematika Siswa Yang Memiliki Kecerdasan Interpersonal Tinggi Lebih Tinggi dari Hasil Belajar Matematika Siswa Yang Memiliki Kecerdasan Interpersonal Rendah

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kecerdasan interpersonal siswa berpengaruh terhadap hasil belajar matematika. Siswa dengan kecerdasan interpersonal tinggi secara rata-rata mempunyai hasil belajar matematika lebih baik atau lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal rendah. Hal ini memberikan penjelasan dan penegasan bahwa kecerdasan interpersonal signifikan memberikan pengaruh dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal tinggi lebih memiliki keinginan dan kemampuan dalam berkomunikasi dengan teman-temannya untuk menemukan solusi ataupun penyelesaian masalah yang berkaitan dengan pelajaran, sehingga pada hakekatnya, siswa akan terbiasa dan terlatih untuk memecahkan masalah-masalah sehingga siswa dengan kecerdasan interpersonal tinggi cenderung lebih tinggi tingkat pencapaian hasil belajarnya.

Konsekuensi logis dari pengaruh kecerdasan interpersonal terhadap hasil belajar matematika berimplikasi kepada guru pengampu mata pelajaran matematika untuk melakukan identifikasi dan prediksi di dalam menentukan kecerdasan interpersonal yang dimiliki siswa. Apabila kecerdasan interpersonal siswa dapat dikelompokkan maka guru dapat menerapkan rencana-rencana dan model-model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan karakteristik siswa, di


(2)

samping itu juga guru dapat melakukan tindakan-tindakan lain misalnya siswa dengan kecerdasan interpersonal tinggi diberikan tugas atau latihan dengan tingkat kesukaran yang lebih tinggi sedangkan untuk siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal rendah diberikan materi-materi remedial yang bertujuan memberikan pemahaman dan penguasaan kepada siswa terhadap materi pelajaran. Dengan demikian, siswa diharapkan mampu membangun dan menemukan sendiri pengetaghuan dan keterampilan yang dibutuhkannya dalam menyelesaikan persoalan belajar untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Di samping itu, siswa diharapkan mampu untuk meningkatkan retensinya dengan cara menemukan materi-materi penting bukan karena diberitahukan orang lain (guru).

Implikasi dari perbedaan karakteristik siswa dari segi kecerdasan interpersonal mengisyaratkan kepada guru dalam memilih model pembelajaran haruslah mempertimbangkan kecerdasan interpersonal siswa. Dengan adanya kecerdasan interpersonal dalam diri siswa akan berperan terhadap reaksi positif atau negatif yang akan dilakukannya dalam merespon ide, gagasan, atau situasi tertentu dalam pembelajaran yang berlangsung. Oleh karena itu, model pembelajaran yang diterapkan guru akan efektif atau tidak tergantung dari karakteristik siswa. Adanya perbedaan kecerdasan interpersonal ini juga berimplikasi kepada guru dalam memberikan motivasi dan meningkatkan minat belajar siswa. Bagi siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal tinggi tentulah guru cenderung tidak mengalami kesulitan dalam memotivasi siswa, tetapi bagi siswa dengan kecerdasan interpersonal rendah maka guru perlu memberikan


(3)

perhatian yang lebih dan kontinu dalam memberikan motivasi dan meningkatkan minat belajar siswa.

3. Interaksi Antara Model Pembelajaran Kooperatif dan Kecerdasan Interpersonal Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa

Pada hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan kecerdasan interpersonal siswa. Bagi siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal tinggi lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif TS-TS, dan juga bagi siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal rendah lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif NHT. Karena dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif TS-TS, guru dapat menentukan tingkah laku yang bagaimana yang akan diperankan dalam merancang suatu pembelajaran sehingga dapat membentuk karakter siswa yang memberikan dampak positif bagi dirinya dalam menjalankan nilai-nilai sosial dalam kehidupan sehari-hari.

Penerapan model pembelajaran kooperatif TS-TS pada siswa dengan kecerdasan interpersonal tinggi akan lebih efektif sebab partisipasi siswa dalam bekerja sama akan memperoleh hasil belajar yang baik. Guru harus berperan aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran, terutama dalam mempersiapkan media pembelajaran yang dapat memberi dukungan penuh dalam penerapan pembelajaran tersebut. Oleh karena itu, perlu adanya kesesuaian antara model pembelajaran yang akan diterapkan dengan karakteristi siswa khususnya kecerdasan interpersonal siswa. Penggunaan model pembelajaran yang sesuai


(4)

dengan karakteristik siswa, maka kegiatan pembelajaran akan lebih bermakna sehingga pembelajaran dapat dilakukan dengan lebih efektif, efisien, dan memiliki daya tarik. Meskipun demikian, perlu disadari tidak ada satupun model pembelajaran yang benar-benar sesuai untuk setiap karakteristik siswa maupun karakteristik materi pembelajaran. Namun hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi guru mata pelajaran matematika untuk memilih model pembelajaran yang sesuai dan disesuaikan dengan alokasi waktu dalam mengajarkan materi pelajaran sehingga materi yang disampaikan dapat diterima siswa dengan baik dan optimal dalam tujuan meningkatkan hasil belajarnya.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan beserta implikasinya, maka ada beberapa hal yang perlu disarankan, yaitu:

1. Guru matematika diharapkan untuk lebih kreatif dan inovatif dalam memilih maupun menentukan model pembelajaran yang akan digunakan dalam menyampaikan materi yang harus disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran dan karakteristik siswa.

2. Agar penerapan model pembelajaran yang dilakukan berjalan dengan efektif dan efisien sebaiknya guru terlebih dahulu melakukan identifikasi terhadap karakteristik, kebutuhan terutama kemampuan kecerdasan interpersonal siswa, hasil penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan interpersonal sangat mempengaruhi hasil belajar siswa, guru diharapkan bukan sekedar meletakkan penyebab kegagalan pembelajaran pada model


(5)

pembelajaran semata, tetapi guru perlu lebih memberi perhatian penuh untuk meningkatkan kecerdasan interpersonal siswa.

3. Hendaknya seorang guru selalu berusaha secara aktif menciptakan model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa, dan mengadakan evaluasi terhadap keefektifan model pembelajaran tersebut. Dengan dilakukannya evaluasi tersebut, maka guru lebih mudah untuk mendesain pembelajaran yang lebih efektif dan efisien.

4. Pelajaran matematika merupakan pelajaran yang tak terlepas dari rumus dan perhitungan, maka disarankan bagi guru matematika lebih menguasai terlebih dahulu inti dari pelajaran tersebut dengan membuat desain yang menggugah keaktifan siswa dalam memahami pembelajaran matematika sehingga matematika dapat diaplikasikan dalam kesehariannya baik di sekolah maupun di luar sekolah.

5. Penelitian ini sangat perlu ditindaklanjuti untuk setiap jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan pada sampel yang lebih luas serta variabel penelitian yang berbeda.


(6)

Nurmasdalifah, suku Melayu, lahir tanggal 04 Desember 1989 di Desa Beringin Sakti, Pagar Alam, Palembang-Sumatera Selatan. Anak tunggal dari pasangan H.Khairuddin, B.A. dan ibu Hasanah. Pendidikan formal yang ditempuh dimulai di tingkat Sekolah Dasar Negeri 067945 Medan, selesai pada tahun 1999. Melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 3 Medan, selesai pada tahun 2004. Melanjutkan pendidikan di SMU Swasta Islam An-Nizam Medan, selesai pada tahun 2007. Kemudian melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi Swasta Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Matematika Program S1, selesai pada tahun 2011. Pada tahun 2012 melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi Universitas Negeri Medan Program Studi Teknologi Pendidikan Program Pasca Sarjana (S2), selesai pada tahun 2014, dengan tulisan ilmiah “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif dan Kecerdasan Interpersonal terhadap Hasil belajar Matematika Siswa SD Negeri Jalan Kakap Medan Tahun Pelajaran 2013/2014”.