USAHA TRANSFORMASI ANAK JALANAN KELUAR DARI POSISI ANAK JALANAN: Studi Perilaku Sosial Anak Jalanan Di Provinsi Banten.

(1)

TESIS

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Luar Sekolah Konsentrasi Pelatihan Pengembangan Sumber Daya Manusia

Oleh

Ahmad Fauzi NIM 1202035

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014


(2)

(Studi Perilaku Sosial Anak Jalanan di Provinsi Banten)

Oleh Ahmad Fauzi

S.Pd Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, 2011

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Sekolah Pascasarjana

© Ahmad Fauzi 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Desember 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.


(3)

(4)

(5)

(STUDI PERILAU SOSIAL ANAK JALANAN DI PROVINSI BANTEN)

Ahmad Fauzi

Universitas Pendidikan Indonesia Email: mumtaza_zie@yahoo.com

ABSTRAK

Hakikat penelitian ini yaitu pemecahan masalah keberadaan anak jalanan dalam usaha merumahkan anak jalanan melalui konsep edukatif Rumah Singgah di Provinsi Banten. Yaitu suatu proses penanganan anak jalanan yang dilakukan dengan cara menampung anak jalanan dan merumahkannya. Melalui usaha merumahkan anak jalanan melalui konsep edukatif Rumah Singgah ini anak jalanan diberikan bimbingan, pengarahan, pelatihan dan keterampilan.

Tujuan dilakukannya penelitian ini untuk mengetahui dan mendapatkan data secara langsung kondisi obkektif anak jalanan serta peran dari Dinas Sosial Provinsi Banten dalam mengatasi permasalahan anak jalanan di Provinsi Banten dalam usaha merumahkan anak jalanan melalui konsep edukatif Rumah Singgah serta manfaat yang dapat dirasakan anak jalanan melalui Rumah Singgah dan untuk mengetahui sistem yang dibangun Pemerintah Provinsi Banten dalam usaha transformasi anak jalanan keluar dari posisi anak jalanan.

Metode dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif dipilih sebagai upaya memperoleh gambaran hasil nyata mengenai usaha transformasi anak jalanan melalui studi perilaku sosial anak jalanan di Provinsi Banten. mendapatkan informasi atau data secara langsung dari latar alami yang dimilki subyek penelitian yang memiliki karakteristik yang berbeda (heterogen) dilihat dari sisi pengalaman, pengetahuan, sikap, perilaku, dan hasil yang diharapkan berupa rumusan atau gagasan yang memungkinkan aplikasinya mendapat dukungan alami dari kondisi empirik.

Hasil temuan dalam penelitian ini mengetahui kondisi objektif anak jalanan di Provinsi Banten, analisis lembaga sosial dalam menangani masalah keberadaan anak jalanan, upaya edukatif dalam merumahkan anak jalanan melalui rumah singgah, dan sistem yang dibangun oleh pemerintah Provinsi Banten dalam menangani masalah kesejahteraan sosial. dan Rekomendasi ditujukan kepada Dinas Sosial sebagai pelaksana dalam menyelesaikan permasalahan kesejahteraan sosial harus mampu mendorong keberlangsungan Rumah Singgah sebagai solusi konkrit menangani kasus keberadaan anak jalanan melalui upaya merumahkan anak jalanan di Provinsi Banten.


(6)

OF STREET CHILDREN POSITION

(SOCIAL BEHAVIOR STUDY OF STREET CHILDREN BANTEN PROVINCE)

Ahmad Fauzi

Indonesia University Of Education Email: mumtaza_zie@yahoo.com

ABSTRAK

The nature of this study is solving the existence of street children to place them in the houses street children through educational concepts Shelter in Banten Province. Namely the process for handling street children which conducted in a manner to accommodate street children and housing them. Through the efforts of houses street children through educational concepts Shelter is street children are given guidance, direction, training and skills.

The purpose of this study is to determine and obtain the data directly about objective conditions of street children and the role of Social Service Banten province in addressing the problems of street children in Banten province in an effort to lay off the street children through educational concepts Shelter and the benefits that can be felt through the street children shelter home and to find a system that built by Banten Province Government in an effort to transform street children out of position as a street children.

The method in this research is descriptive with qualitative approach. A qualitative approach is chosen in order to obtain a real picture of the results of the transformation efforts of street children through the study of the social behavior of street children in Banten province. Obtaining information or data directly from the natural background owned by subjects of this study which have different characteristics (heterogeneous) in terms of experience, knowledge, attitude, behavior, and the results are expected in the form of formula or the idea that its application might obtain natural support of empirical conditions.

The findings in this study, knowing the objective conditions of street children in Banten province, the analysis of social institutions in dealing with the existence of street children, educational efforts in housing the street children through shelters, and the system built by the government of Banten province in addressing social welfare issues. and Recommendation is addressed to the Department of Social Welfare as executor in solving problems of social welfare should be able to push sustainability Shelter as a concrete solution in handling the case of the existence of street children through the efforts of housing street children in Banten Province.


(7)

(8)

Ahmad Fauzi , 2014

Usaha Transformasi Anak Jalanan Keluar Dari Posisi Anak Jalanan

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian ... 1

2. Identifikasi Masalah Penelitian ... 9

3. Rumusan Masalah Penelitian ... 10

4. Tujuan Penelitian ... 10

5. Manfaat Penelitian... 11

6. Struktur Organisasi Tesis ... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Pendidikan Luar Sekolah Dalam Usaha Transformasi Anak Jalanan Keluar Dari Posisi Anak Jalanan ... 14

2. Transformasi Dalam Usaha Merumahkan Anak Jalanan ... 25

3. Kajian Literatur Perilaku Anak Jalanan ... 34

4. Konsep Edukatif Merumahkan Anak Jalanan ... 38


(9)

Ahmad Fauzi , 2014

Usaha Transformasi Anak Jalanan Keluar Dari Posisi Anak Jalanan

6. Konsep Motif ... 43

7. Teori-Teori Motif ... 46

8. Macam-Macam Motif ... 48

9. Perilaku Sosial Anak Jalanan dan Konsep Resiliensi ... 51

10. Beberapa Penelitian Yang Berkaitan ... 58

11. Kerangka Berpikir ... 62

BAB III METODE PENELITIAN 1. Lokasi Dan Subjek Penelitian ... 65

2. Desain Penelitian ... 66

3. Metode Penelitian ... 68

4. Defenisi Operasional . ... 70

5. Instrumen Penelitian ... 72

6. Proses Pengembangan Instrumen ... 74

7. Teknik Pengumpulan Data Dan Sumber Data ... 80

8. Analisis Data ... 81

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian... 85

2. Pembahasan ... 112

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan ... 135

2. Saran ... 136

DAFTAR PUSTAKA ... 137


(10)

Ahmad Fauzi , 2014


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penelitan

Pada dasarnya semua manusia cenderung mencari kepandaian dan menghindari kebodohan. Jika suatu hal dikaitkan dengan kebodohan, maka kita cenderung menghindarinya. Sebaliknya, jika suatu hal dikaitkan dengan kepandaian atau kecerdasan, maka kita akan cenderung mendekatinya. Pendidikan merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dengan pendidikan manusia dapat meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik. Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan hal yang penting bagi suatu negara untuk menjadi negara maju, kuat, makmur dan sejahtera. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia tidak bisa terpisah dengan masalah pendidikan bangsa. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003, bahwa Pengertian Pendidikan adalah : (dalam Pasal-1, ayat (1)), "usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara".

Pada hakekatnya yang disebut dengan pendidikan adalah pengaruh bimbingan, arahan dari orang dewasa kepada anak yang belum dewasa menjadi dewasa, mandiri dan memiliki kepribadian yang utuh dan matang. Kepribadian yang dimaksud adalah semua aspek yang meliputi cipta, rasa, karsa (Zainal Aqib, 2008:14). Pendidikan bermaksud mengembangkan segala potensi yang dimiliki individu yang secara alami sudah dimiliki. Potensi yang ada pada individu tersebut apabila tidak dikembangkan menjadi sumber daya yang terpendam tanpa dapat kita lihat dan rasakan hasilnya, untuk itu individu perlu diberi berbagai kemampuan dalam pengembangan berbagai hal antara lain: konsep, prinsip, kreativitas, tanggung jawab, dan ketrampilan. Individu juga makhluk yang ingin berinteraksi dengan lingkungannya. Objek sosial ini berpengaruh terhadap


(12)

perkembangan individu. Penjelasan tersebut dimaksudkan bahwa pendidikan merupakan salah satu upaya yang dengan sengaja diselenggarakan oleh masyarakat untuk tujuan membantu perkembangan kepribadian dan kemampuan setiap anak agar dapat meningkatkan kualitas kesejahteraan hidupnya di masa yang akan datang. Dengan demikian dari pernyataan tersebut berarti bahwa dengan pendidikan maka kesejahteraan dan kualitas kehidupan seorang anak akan dapat meningkat.

Dalam Konvensi Hak Anak PBB (KHA), yang telah diratifikasi oleh pemerintah Indonesia dan dengan dikeluarkannya Kepres 36 tahun 1990. Menurut KHA, anak adalah individu yang belum berusia 18 tahun. Pada pasal 28 KHA dinyatakan bahwa negara-negara peserta mengakui hak anak atas pendidikan, dan mewujudkan hak ini secara bertahap dan berdasarkan kesempatan yang sama, secara khusus negara-negara peserta akan membuat pendidikan menjadi suatu kewajiban dan tersedia secara cuma-cuma untuk semua anak. Dari penjelasan tersebut, ditunjukan bahwa pengakuan dan dukungan pemerintah Republik Indonesia terhadap arti penting pendidikan, khususnya pada anak, dan penyelenggaraan pendidikan dasar bagi semua anak tanpa terkecuali dan secara cuma-cuma mempunyai landasan hukum. Pernyataan di atas dapat dimaksudkan juga bahwa salah satu bentuk eksploitasi terburuk adalah memanfaatkan tubuh dan jiwa seseorang anak untuk mendapatkan keuntungan bagi orang dewasa, dan salah satu bentuk eksploitasi terhadap anak adalah mempekerjakan anak. Pasal 32 dari KHA, menyatakan bahwa negara harus mengakui hak anak untuk dilindungi dari eksploitasi ekonomi dan dari setiap pekerjaan yang mengganggu dan membahayakan diri anak.

Provinsi Banten, adalah wilayah yang dikenal Religius, dan merupakan salah satu daerah Provinsi yang masih tergolong muda, karena daerah ini ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahuin 2000, sehingga memasuki tahun 2014, Provinsi Banten memasuki usia nya yang ke 14 tahun, seiring dengan kemajuan daerah Banten, sering diiringi dengan kecenderungan adanya fenomena yang disebut dengan anak jalanan, dimana perkembangan pada aspek infrastruktur, perdagangan dan jasa menstimulasi meningkatnya jumlah anak


(13)

jalanan di Provinsi Banten. Persoalan anak jalanan sesungguhnya terkait erat dengan kerentanan keluarga akibat aspek sosial ekonomi. Berdasarkan faktor keluarga, kesulitan yang dihadapi adalah kesadaran orang tua yang menganggap anak sebagai asset yang dapat membantu keluarga dalam perolehan ekonomi keluarga, padahal secara yuridis terdapat dua landasan hukum yaitu Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Undang-Undang No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang mengharuskan pemerintah untuk terus berupaya memberikan pelayanan kepada semua anak.

Permasalahan anak jalanan merupakan fenomena gunung es yang dari tahun ke tahun terus meningkat baik dalam jumlah maupun wilayah penyebarannya. Pada tahun 2011 jumlah keberadaan anak jalanan di Provinsi Banten berjumlah 1.628 jiwa dan turun pada tahun 2012 menjadi 754 jiwa, dan meningkat kembali pada thun 2013 menjadi 1.076 jiwa atau bertambah sekitar 322 jiwa pada tahun 2013. Data tersebut merupakan data yang diperoleh melalui Dinas Sosial Provinsi Banten yang di ambil melalui peneyediaan data rekapitulasi Penyandang Maasalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) pada akhir tahun 2013.

Dari penyediaan data karakteristik anak/ketelantaran untuk wilayah Provinsi Banten tahun 2013, Kota Serang yang merupakan Ibu Kota Provinsi Banten adalah salah satu daerah dimana terdapat jumlah yang paling banyak terdapat keberadaan anak jalanan diantara kabupaten / kota di wilayah Banten, yaitu sekitar 393 jiwa dengan spesifikasi 378 untuk laki-laki, dan 15 untuk perempuan. Disisi lain, masalah anak jalanan merupakan patologi sosial yang mempengaruhi perilaku anak, dengan pola dan sub kultur yang berkembang di jalanan sebagai salah satu daya tarik bagi anak yang masih tinggal dirumah, akan tetapi rentan menjadi anak jalanan untuk terjun ke jalanan. Kecenderungan semakin bertambahnya anak jalanan seiring dengan kemajuan kota, dan distimulasi dengan dorongan yang dimiliki manusia berkaitan dengan kebutuhan fisiologinya. Maka dengan demikian dorongan inilah yang menggerakkan perilaku dan dinamakan daya atau kekuatan. Dan perilaku sosial dikembangkan juga melalui proses pembentukan dorongan tingkat kedua, yaitu dikarenakan tingkah laku muncul karena dipelajari.


(14)

Permasalahan tentang kesejahteraan dan perlindungan anak, tidak terlepas dari kenyataan adanya eksploitasi secara ekonomi dan hilangnya hak-hak anak mencakup pendidikan dan kesejahteraan anak. Masalah itu tidak semata-mata menyangkut aspek ekonomi semata, tetapi menyangkut dimensi lain seperti adat kebiasaan dan unsur budaya lainnya. Sorotan paling tajam datang dari berbagai kalangan seperti Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Lembaga Bantuan Hukum (LBH), dan pemerhati masalah anak seperti Komisi Nasional Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), terfokus pada pelanggaran dan perampasan terhadap hak-hak anak. Hak-hak anak yang menyangkut pendidikan, keamanan dan kenyamanan, serta pelayanan hukum yang sama hal nya dengan orang dewasa. Padahal sejatinya pemerintah dalam hal ini sesuai dengan Pasal 34:1

UUD 1945 berbunyi bahwa “fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh

Negara”, bukan melakukan pembiaran terhadap anak-anak yang bermasalah tersebut. Bukan masalah mungkin jika anak menjadi anak jalanan, tapi yang menjadi masalah sosial mengenai anak jalanan adalah perampasan hak asasi manusia di dalamnya, dimana sejati nya anak diperlakukan layaknya individu yang harus diberi kasih dan sayang, diperlakukan nyaman dengan keadaan harmonis dalam kekeluargaan, berhak bermain dan belajar layaknya anak pada umumnya, diberikan pembekalan keimanan dalam kekeluargaan sebagai bekal hidupnya kelak, karena ini menyangkut masa depan anak , maka ini menjadi hal yang penting, karena menyangkut masalah masa depan bangsa dan Negara. Karena bangsa yang kuat adalah bangsa yang memiliki generasi yang cerdas dibekali dengan keimanan dan ketaqwaan, dan itu dimulai dari anak-anak yang dilahirkan dari tiap-tiap ibu yang sehat, hebat dan tangguh, serta Negara menjamin keadaan tersebut di dalamnya.

KPAI melihat banyak fenomena yang terjadi seperti hal nya di Kota-Kota besar di Jakarta dimana banyak seorang ibu menggendong bayi yang terkulai lemas dan anak-anak jalanan yang mengemis di pinggir lampu merah (http//www.liputan6.com). Situasi ini menghiasi hampir sebagian besar lampu merah di daerah DKI Jakarta yang merupakan Ibu kota yang padat penduduk dan merupakan wilayah strategis. Padahal jelas telah dinyatakan dalam UU 23 Tahun


(15)

2002 tentang Perlindungan Anak secara tegas menyebutkan, negara wajib melindungi anak dalam situasi darurat. "Anak-anak di jalanan merupakan situasi darurat yang harus segera diselamatkan dari jalanan oleh pemerintah, Pembiaran oleh pemerintah termasuk pelanggaran dan pengingkaran terhadap Undang-Undang, "kata Komisioner KPAI M Ihsan dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu (13/7/2013). KPAI mencatat, Indonesia memiliki 230 ribu anak terlantar dari total 4,8 juta anak dan khusus di DKI Jakarta terdapat 13 ribu anak jalanan. "Bahkan, menjelang Lebaran, anak jalanan meningkat 60 hingga 80 persen, khususnya Jakarta," imbuhnya. Ada bahaya yang dapat diderita bagi anak-anak yang turun ke jalanan. Mereka bisa terkena gangguan pernapasan dan kesehatan, narkoba, menghisap lem, penyimpangan perilaku, kekerasan, perkosaan, sodomi, seks bebas, kriminal, dan berbagai permasalahan lainnya. Oleh karena itu, KPAI meminta pemerintah merespons fenomena anak jalanan. Setidaknya ada delapan langkah yang disampaikan KPAI dalam mengatasi atau menangani keberadaaan meningkatnya anak jalanan yang bisa dilakukan atau diupayakan oleh pemerintah (http//www.kompas.com).

(1) orang tua anak jalanan diberi pembinaan dan pekerjaan padat karya; (2) jika kembali ke jalan, diberi sanksi sesuai Perda, yaitu kurungan dan denda; (3) anak-anak ditempatkan di tempat perlindungan hingga orang tua dapat kembali mengasuh anaknya; (4) melakukan pencegahan turun ke jalan dengan pembinaan komunitas rentan; (5) Sindikat atau koordinator anak jalanan harus diberi sanksi pidana tegas; (6) menindak tegas pemberi uang di jalan; (7) sosialisasi tentang ancaman memberi dan mengemis di jalan; dan (8) menempatkan petugas di titik rawan.

Perlu usaha yang optimal, karena tidak mungkin begitu saja membuat segalanya menjadi lebih baik dengan cepat dan instan untuk membuat keadaan menjadi seperti yang kita harapkan. Karena masih banyak anak yang diperlakukan salah dan dirampas hak-hak nya, Seperti hal nya kasus pada anak yang terjadi di Tangerang tepat nya di Provinsi Banten, ketua KPAI Arist Merdeka Sirait bersama kepolisian mengevakuasi anak-anak dan balita di panti asuhan Samuel, gading serpong sector 6 Blok GC, Kabupaten Tangerang pada tanggal 24 Februari 2014. Sebanyak 12 dari 32 anak dan balita dievakuasi oleh KPAI karena adanya laporan dugaan penelantaran anak-anak di panti asuhan tersebut. Selang beberapa


(16)

hari setelah dilakukan penelusuran dan penyelidikan dari pihak berwenang, telah

terbukti bahwa “Panti Asuhan Samuel” telah melakukan kekerasan dan

penelantaran terhadap anak asuhannya, berdasarkan kesaksian mantan anak asuhannya yang telah meloloskan diri dari panti tersebut menyatakan bahwa orang tua asuh nya hanya memperkaya diri sendiri melalui kedok panti sosialnya, belum lagi ternyata panti yang berkedok panti asuhan tersebut belum resmi terdaftar di dinas sosial yang bersangkutan. Ini membuktikan masih banyak oknum-oknum yang memanfaatkan anak dan mengeksploitasi anak secara sengaja untuk kepentingan pribadi bukan untuk kepentingan anak (http//www.liputan6.com).

Munculnya masalah anak jalanan berkaitan dengan meningkatnya pertumbuhan kota yang dimana dalam hal ini merupakan suatu daya tarik yang mendorong anak-anak untuk mencari nafkah yang dilakukan dengan cara mengemis, mengamen, atau bahkan sampai memalak di jalanan. Bahkan tempat-tempat objek wisata seperti tempat-tempat penziarahan makam di Banten, dan kerajaan Banten lama menjadi salah satu lokasi anak jalanan untuk mengais rezeki dengan cara meninta minta sedekah kepada para pengunjung di dalamnya. Keadaan demikian merupakan kondisi yang tidak lepas dari adanya faktor yang mendorong anak untuk turun ke jalan-jalan mencari rezeki. Lingkungan memberikan pembelajaran tentang bagaimana anak bisa mendapatkan uang dengan cara yang beragam bahkan sampai meminta-minta kepada orang disekitar jalan. Ditempat penziarahan sekalipun mengemis, dan meminta sumbangan merupakan hal yang lumrah sehingga anak-anak dapat menirukan tindakan tersebut. Sementara pada tempat lain seperti di perempatan lampu merah, alun-alun kota, dan tempat-tempat strategis lainnya, anak jalanan mencari nafkah dengan cara mengamen atau mengerjakan sesuatu yang beragam untuk mendapatkan uang seadanya untuk dapat memberikan penghasilan yang dapat digunakan untuk kebutuhan dirinya. Kondisi demikian menggambarkan betapa kerasnya upaya yang dilakukan, harus kerja jika ingin makan, demikian prinsip hidup yang mereka pegang untuk memenuhi kebutuhan fisiologisnya.

Secara garis besar anak jalanan dibedakan dalam tiga kelompok (Surbakti dkk. eds : 1997) : Pertama, children on the street, yakni anak-anak yang


(17)

mempunyai kegiatan yang kuat dengan orang tua mereka. Sebagian penghasilan mereka dijalanan pada kategori ini adalah untuk membantu memperkuat penyangga ekonomi keluarganya karena beban atau tekanan kemiskinan yang mesti di tanggung tidak dapat diselesaikan oleh kedua orang tuanya. Kedua, children of the street, yakni anak-anak yang berpartisipasi penuh dijalanan, baik secara sosial maupun ekonomi. Beberapa diantara mereka masih mempunyai hubungan dengan orang tuanya, tetapi frekuensi petemuan mereka tidak menentu. Banyak diantara mereka adalah anak-anak yang karena suatu sebab, biasanya kekerasan lari atau pergi dari rumah. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa anak-anak pada kategori ini sangat rawan terhadap perlakuan salah, baik secara sosial, emosional, fisik maupun seksual (Irwanto, 1995). Ketiga, children from families of the street, yakni anak-anak yang berasal dari keluarga yang hidup di jalanan. Meskipun anak-anak ini mempunyai hubungan kekeluargaan yang cukup kuat, tetapi hidup mereka terombang-ambing dari satu tempat ke tempat yang lain dengan segala resikonya (Blanc & Associates, 1990 ; Irwanto dkk, 1995 ; Taylor & Veale, 1996). Salah satu ciri penting dari kategori ini adalah pemampangan kehidupan jalanan sejak anak masih bayi, bahkan sejak masih dalam kandungan.

Untuk menangani masalah mengenai anak jalanan butuh dukungan dan partisipasi dari seluruh komponen lapisan masyarakat. Serangkaian program yang dilakukan oleh pemerintah, LSM, dan komunitas bergulir dan berusaha supaya anak–anak keluar dari posisi anak jalanan. namun sayangnya banyak yang bekerja secara sendiri-sendiri atau masing–masing mengembangkan program sesuai dengan apa yang mereka pikir diperlukan di daerahnya. Menindak lanjuti hal demikian diperlukan penelusuran secara menyeluruh dan spesifik terhadap semua komponen penyelenggara program yang menangani masalah anak jalanan dengan cara melihat dan mengidentifikasi sejauh mana program yang digulirkan mampu membuat anak jalanan keluar dari posisi anak jalanan, dan tidak kembali lagi pada posisi anak jalanan.

Banten melalui Dinas Sosial setiap tahunnya melakukan upaya program pembinaan, pengembangan dan pelaksanaan kegiatan di bidang sosial perlindungan anak, yang bertujuan untuk melakukan perbaikan dan peningkatan


(18)

kesejahteraan anak maupun keluarga. Berkaitan dengan usaha tersebut di atas dalam upaya memperbaiki kondisi anak jalanan menjadi lebih baik di wilayah Banten, perlu setidaknya usaha transformasi untuk merumahkan anak jalanan melalui pembelajaran transformatif, dalam UU Nomor 20 Tahun 2003, Pasal 26 ayat dijelaskan bahwa Pendidikan Nonformal diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap Pendidikan Formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Pada ayat 2 dijelaskan Pendidikan Nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik (warga belajar) dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan. Keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian. Callaway dalam breemback (Marzuki,

2010:99) menjelaskan bahwa: ‘Pendidikan Luar Sekolah sebagai suatu bentuk

kegiatan belajar yang berlangsung di luar sekolah dan universitas’.

Jalur Pendidikan Luar Sekolah memberikan layanan pendidikan di luar pendidikan formal, tidak hanya sebagai pelengkap atau suplemen. PLS bisa menjadi alternatif pengganti masyarakat atau bagi anak jalanan yang tidak mengenyam pendidikan formal melalui pembelajaran program pendidikan dan pelatihan, dimana hal ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat atau anak jalanan melalui pemberdayaan dan partisipasi masyarakat melalui serangkaian program dalam ke PLS-an seperti program kecakapan hidup atau program keterampilan kerja. Berkaitan dengan hal tersebut dijelaskan oleh

Sudjana (2010:30) bahwa: “proses pembelajaran pada pendidikan luar sekolah

berkaitan dengan kehidupan peserta didik dan masyarakat”.

Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat secara spesifik tentang penanganan anak jalanan yang dilakukan oleh Pemerintah daerah Banten melalui Dinas Sosial dalam mengangani anak jalanan keluar dari posisi anak jalananan. Dan mencari tahu kondisi objektif, menganailisis program lembaga, sistem yang dibangun serta upaya edukatif dalam merumahkan anak jalanan, sehingga dimungkinkan menjadi rekomendasi untuk dapat menangani masalah kasus anak jalanan secara menyeluruh dan sinergis di Provinsi Banten, dalam “ Usaha


(19)

Transformasi Anak Jalanan Keluar Dari Posisi Anak Jalanan (studi perilaku sosial anak jalanan di Provinsi Banten).

B.Identifikasi Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah Penelitian di atas, hasil identifikasi masalah dalam penelitian ini antara lain:

1. Meningkatnya angka anak putus sekolah karena alasan ekonomi, telah mendorong sebagian anak untuk menjadi pencari kerja, jalanan mereka jadikan salah satu tempat untuk mendapatkan uang sehingga masih terdapat peningkatan angka jumlah anak jalanan di Provinsi Banten yang dibuktikan dengan data PMKS dari Dinas Sosial Provinsi Banten pada akhir tahun 2012 sebesar 754 dan meningkat pada akhir tahun 2013 sebesar 1.076 jiwa;

2. Adanya kesenjangan sistem Jaringan Pengaman Sosial sehingga Jaring Pengaman Sosial tidak ada ketika keluarga dan anak menghadapi kesulitan dan dalam hal ini perlu dilakukan upaya yang optimal dalam usaha merumahkan anak jalanan di Provinsi Banten sebagai solusi penanganan anak jalanan baik dari pemerintah ataupun masyarakat;

3. Pemerintah mempunyai tanggung jawab terhadap pemeliharaan dan

pembinaan anak-anak terlantar, termasuk anak jalanan, pada hakekatnya sama dengan hak-hak asasi manusia pada umumnya;

4. Pemerintah harus menjamin hak untuk tumbuh kembang, yaitu hak yang meliputi segala bentuk pendidikan (formal-informal) dan hak untuk mencapai standar hidup yang layak bagi perkembangan fisik, mental, spiritual, moral dan sosial anak.

Berdasarkan hasil identifikasi yang telah disebutkan di atas, selanjutnya batasan masalah penelitian dibatasi pada kajian berikut;

1. Penelitian ini dilakukan di Wilayah Provinsi Banten, bekerjasama dengan Dinas Sosial Provinsi Banten dan Rumah Singgah yang ada di Kota Cilegon serta Rumah Singgah Komunitas Pengamen Jalanan (KPJ);


(20)

2. Fokus utama dalam penelitian ini adalah proses penanganan anak jalanan yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam merumahkan anak jalanan sebagai solusi edukatif dalam menangani keberadaan anak jalanan.

C.Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah penelitian dan hasil identifikasi masalah penelitian, setidaknya perlu dilakukan usaha semaksimal mungkin dalam usaha merumahkan anak jalanan untuk menjamin kesejahteraan keberadaan anak jalanan di masa mendatang, Berdasarkan permasalahan anak jalanan tersebut di atas, Selanjutnya rumusan masalah di atas dijabarkan menjadi Pertanyaan Penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi objektif anak jalanan di Provinsi Banten?

2. Bagaimana Analisis Program Lembaga dalam proses penanganan anak

jalanan di Provinsi Banten?

3. Bagaimana upaya edukatif dalam merumahkan anak jalanan melalui Dinas

Sosial Provinsi Banten?

4. Bagaimana sistem yang dibangun oleh pemerintah daerah dalam “usaha transformasi anak jalanan keluar dari posisi anak jalanan?

D.Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah solusi dalam menangani masalah keberadaan anak jalanan, antara lain:

1. Mengetahui kondisi objektif anak jalanan di Provinsi Banten;

2. Mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, hambatan, dan tantangan kelembagaan dalam penanganan anak jalanan di Provinsi Banten;

3. Mengetahui gambaran hasil dari usaha merumahkan anak jalanan di Provinsi Banten;

4. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi anak menjadi anak jalanan


(21)

E.Manfaat Penelitian

Hasil dari Penelitian ini diharapkan dapat memiliki dua manfaat, yaitu manfaat secara teoritis, dan manfaat secara praktis;

Secara Teoritis

1. Memberikan gambaran dari usaha transformasi dalam merumahkan anak jalanan melalui pembelajaran transformatif berdasarkan teori dalam mengatasi permasalahan anak jalanan di wilayah Provinsi Banten;

2. Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai rekomendasi dan solusi penanganan anak jalanan dalam usaha transformasi anak jalanan keluar dari posisi anak jalanan melalui usaha transformasi dalam merumahkan anak jalanan;

3. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan dan

memperkaya pengembangan teori ilmu pendidikan, ilmu sosial dan ilmu pengetahuan sejenis dalam menambah cakrawala dan membuka wawasan keilmuan;

Secara Praktis

1. Bagi Peneliti diharapkan dapat memberikan kontribusi aktif kepada penyelanggara program penanganan anak jalanan dalam mengatasi keberadaan anak jalanan melalui usaha transformasi merumahkan anak jalanan di Provinsi Banten;

2. Bagi pemerintah dan instansi/lembaga, diharapkan dapat dijadikan bahan referensi dan memperkaya hasil penelitian sejenis dalam upaya mengatasi kasus penanganan anak jalanan di wilayah nya untuk meminimalisir keberadaan anak jalanan melalui usaha transformasi merumahkan anak jalanan dan Memberikan masukan pada pengambil kebijakan dalam menunjang pendidikan yang lebih baik untuk anak jalanan dan masa depan anak jalanan;

3. Bagi anak jalanan memberikan informasi dan gambaran dari hasil

penanganan anak jalanan oleh pemerintah daerah dalam upaya menjamin kesejahteraan anak jalanan yang dilindungi oleh UU No. 23 tahun 2002.


(22)

F.Struktur Organisasi Tesis

Penulisan tesis ini dibagi menjadi lima bagian utama yaitu Pendahuluan, Tinjauan Pustaka, Metodologi Penelitian, Hasil Penelitian dan Pembahasan Penelitian serta Kesimpulan dan Saran. Masing-masing bagian memiliki penjelasan yang berbeda. Perbedaan ini dilihat dari penekanan pada setiap penjelasan yang dilakukan saat persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian, sampai hasil penelitian.

Pada bagian Pendahuluan disajikan kerangka berfikir mengenai penelitian yang akan dilakukan. Kerangka berfikir ini dilengkapi dengan latar belakang pentingnya dilakukan penelitian tesis ini yang dilengkapi dengan beberapa hasil penelitian dan landasan teoretis yang mendukung pertanyaan penelitian yang diteliti pada tesis ini, rumusan masalah yang dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan penelitian, batasan–batasan masalah yang dikaji pada penelitian, tujuan dilakukannya penelitian, dan manfaat penelitian yang diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak seperti bermanfaat bagi instansi atau lembaga Dinas Sosial dalam memberikan alternatif pembelajaran dan usaha edukatif yang memanfaatkan potensi lokal dalam proses penanganan keberadaan anak jalanan, serta bagi peneliti lain yang ingin mengkaji permasalahan serupa dengan fokus penelitian yang berbeda.

Pada bagian Tinjauan Pustaka berisi tentang kajian–kajian materi dan landasan teoretis yang terkait dengan penelitian. Tinjauan Pustaka pada tesis ini terdapat Kajian Literatur yang terdiri dari Pendidikan Luar Sekolah sebagai dasar pembelajaran transformatif dari Grand Theory, serta Konsep yang digunakan dalam Penelitian, Teori-teori yang digunakan, Konsep Resiliensi, Pengelolaan Interfensi dalam penelitian, serta fokus penelitian sebagai state of the art tesis dalam memberikan jaminan keberlangsungan kehidupan anak jalanan melalui usaha transformasi merumahkan anak jalanan yang dilindungi oleh UU Nomor 23 tahun 2002 untuk menjamin masa depan anak jalanan oleh pemerintah daerah khususnya di Provinsi Banten.

Pada bagian Metodologi Penelitian berisi tentang metode penelitian yang digunakan dalam mengambil dan mengolah data. Pada tesis ini Metodologi


(23)

Penelitian berisi desain dan prosedur penelitian dari tahap perencanaan, tahap pelaksanaan hingga tahap akhir pelaksanaan, jenis instrumen yang digunakan dalam menjaring data, serta teknik analisis data.

Pada bagian Hasil Penelitian dan Pembahasan Penelitian berisi tentang penjabaran mengenai hasil temuan–temuan yang diperoleh selama penelitian. Hasil penelitian ini mengacu pada pertanyaan-pertanyaan penelitian yang telah dijabarkan dalam rumusan masalah pada bagian Pendahuluan. Hasil temuan dianalisis dan dibahas secara komprehensif dalam pembahasan untuk menjawab rumusan masalah utama. Pembahasan penelitian dilakukan dengan mengaitkan hasil temuan yang diperoleh dengan landasan teori dan beberapa hasil penelitian lain sejenis yang mendukung hasil temuan.

Pada bagian Kesimpulan berisi tentang inti dari hasil penelitian yang dirangkum secara sistematis untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Agar hasil penelitian berjalan dengan baik, peneliti dapat menyampaikannya dalam bentuk saran agar pada penelitian serupa selanjutnya tidak terdapat kekurangan dalam penelitian.


(24)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi Penelitian di tetapkan di Provinsi Banten, tepatnya di dua tempat berbeda, antara lain yang pertama bertempat di Dinas Sosial Provinsi Banten yang beralokasi di sekitar Jl. Ki Ajurum No. 3 Cipocok Jaya, Serang-Banten. Dan yang kedua tepatnya pada Rumah Singgah yang beralokasi di Kota Cilegon yang berada di dua lokasi berbeda, yang pertama lokasi rumah singgah KPJ di kelurahan Jombang Wetan kecamatan jombang kota cilegon, dan yang ke dua Rumah Singgah milik Pemerintah di kelurahan Bendungan Kota Cilegon. Lokasi pada Dinas Sosial Provinsi Banten di tetapkan sebagai penelusuran pertama peneliti untuk mendapatkan data dan kondisi objektif mengenai anak jalanan di Provinsi Banten pada tahun terakhir sebelumnya yaitu pada akhir tahun 2013. Dinas Sosial Provinsi Banten memiliki data keseluruhan wilayah diantaranya terdiri dari empat kabupaten (Serang, Pandeglang, Tangerang, Lebak) dan empat kota (Serang, Cilegon, Tangerang Selatan, tangerang), Sehingga memudahkan pendataan secara menyeluruh pada satu tempat iinstitusi pemerintahan di Provinsi Banten. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya pada latar belakang penelitian mengenai kondisi objektif anak jalanan di Provinsi Banten.

Sedangkan lokasi pada Rumah Singgah digunakan untuk mengetahui sejauh mana konsep edukatif merumahkan anak jalanan berhasil di terapkan pada kondisi nyata di lapangan, dan untuk membuktikan lebih dalam pembuktian dari konsep edukatif merumahkan anak jalanan sebagai usaha transformasi anak jalanan keluar dari posisi anak jalanan (studi perilaku sosial anak jalanan di Provinsi Banten), dilakukan observasi dan wawancara terhadap dua rumah singgah yang berbeda, satu rumah singgah milik KPJ, satu lagi milik pemerintah.

Untuk kepentingan analisis kualitatif subjek ditetapkan 5 (lima) orang perwakilan terdiri dari 1 (satu) orang dari Dinas Sosial Provinsi Banten sebagai narasumber dari pihak pemerintah, 1 (satu) orang anak jalanan dari rumah singgah KPJ, 1 (satu) orang anak jalanan dari Rumah Singgah Pemerintah, 1 (satu) orang


(25)

anak jalanan di lokasi terminal pakupatan Serang Banten, dan 1 (satu) orang mantan jalanan. Dengan demikian subjek yang akan diteliti adalah mereka yang terdiri unsur pemerintah yaitu Dinas Sosial Provinsi Banten, dan anak jalanan dari rumah singgah pemerintah, anak jalanan dari komunitas rumah singgah KPJ, anak jalanan di lokasi terminal, dan mantan anak jalanan dari rumah singgah. Subjek yang akan diteliti adalah orang yang berperan dan bertanggung jawab dalam bidangnya sehingga hal tersebut diharapkan dapat memenuhi persyaratan dari tujuan penelitian yang diharapkan dalam Usaha Transformasi Anak Jalanan Keluar Dari Posisi Anak Jalanan.

B.Desain Penelitian

Desain dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian studi kasus. Menurut Bogdan & Taylor (2006:4) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Sedangkan menurut David Williams dalam Moleong (2006:5) menyatakan penelitian kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar alamiah dengan menggunakan metode alamiah, dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang tertarik secara alamiah. Penelitian dengan jenis deskriptif berarti adalah data-data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberikan gambaran penyajian laporan tersebut. Kutipan dan data ini didapatkan melalui catatan di lapangan, foto, rekaman wawancara, dan dokumen resmi lainnya.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian studi kasus. Dengan menggunakan teori dari Yin (1997:1) metode studi kasus adalah strategi yang

lebih cocok bila pokok pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan “ how “dan

“why “, bila peneliti hanya sedikit memiliki peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan diselidiki, dan bilamana fokus penelitian terletak pada fenomena masa kini di dalam konteks kehidupan nyata. Dari pendapat diatas, penulis memahami bahwa desain penelitian studi kasus dibuat guna dapat


(26)

menjawab pertanyaan-pertanyaan awal yaitu pada pertanyaan seperti “mengapa“ atau “bagaimana“ pada fokus penelitian sehingga akan mempermudah peneliti ke tahap pengumpulan dan analisis data. Menurut Yin (1997:46) karakteristik umumdesain penelitian berperan sebagai latar untuk memikirkan desain yang spesifik bagi studi kasus. Strategi studi kasus memiliki empat desain, yaitu : (1) Desain Kasus Tunggal Holistik, (2) Desain Kasus Tunggal Terjalin, (3) Desain Multi Kasus Holistik, dan (4) Desain Multi Kasus Terjalin. Berdasarkan desain tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 3.1

Tipe-tipe Dasar Desain Studi Kasus Desain-desain kasus

tunggal

Desin-desain Multi Kasus Holistik

(analisis tunggal)

Tipe 1 Tipe 3

Terjalin (unit multi analisis)

Tipe 2 Tipe 4

Sumber : Yin, Studi Kasus Desain & Metode (2014:46) Keterangan gambar :

Tipe 1 : Desain kasus tunggal dan unit analisis tunggal Tipe 2 : Desain dengan kasus tunggal dan unit multi analisis Tipe 3 : Desain dengan multi kasus dan unit analisis tunggal Tipe 4 : Desain dengan multi kasus dan multi analisis

Kasus yang akan diteliti adalah usaha transformasi anak jalanan keluar dari posisi anak jalanan. Penelitian ini membahas bagaimana usaha dalam merumahkan anak jalanan serta bagaimana kondisi anak jalanan di Wilayah Provinsi Banten. sedangkan unit analisisnya adalah usaha dalam merumahkan anak jalanan melalui Rumah Singgah dengan program pemberdayaan anak jalanan di dalamnya melalui peran pemerintah ataupun swasta, sehingga unit analisisnya menggunakan multi analisis. Berdasarkan fokus penelitian yang telah ditetapkan oleh penulis, yaitu “usaha transformasi anak jalanan keluar dari posisi anak


(27)

jalanan“, maka desain penelitian yang cocok adalah tipe 4, yaitu desain dengan multi kasus dan unit multi analisis.

C.Metode Penelitian

Setiap penelitian baik penelitian kuantitatif maupun kualitatif selalu berangkat dari masalah. Namun terdapat perbedaan yang mendasar antara “masalah” dalam penelitian kuantitatif dan “masalah” dalam penelitian kualitatif. Kalau dalam penelitian kuantitatif, “masalah” yang akan dipecahkan dalam penelitian harus jelas, spesifik, dan dianggap tidak berubah, tetapi dalam penelitian kualitatif “masalah” yang dibawa oleh peneliti masih remang-remang, bahkan gelap, kompleks dan dinamis. Oleh karena itu, “masalah” dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara, tentatif dan akan berkembang atau berganti setelah peneliti berada di lapangan.

Metode dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif dipilih karena didasarkan pada tiga alasan utama, pertama, masalah dalam penelitian ini merupakan suatu upaya memperoleh gambaran hasil nyata mengenai usaha transformasi penanganan anak jalanan melalui pengelolaan intervensi pada studi perilaku sosial anak jalanan di Provinsi Banten. Kedua, tujuan penelitian ini tidak lain untuk mendapatkan informasi atau data secara langsung dari latar alami yang dimilki subyek penelitian yang memiliki karakteristik yang berbeda (heterogen) dilihat dari sisi pengalaman, pengetahuan, sikap, perilaku, dan lain sebagainya. Ketiga, hasil yang diharapkan berupa rumusan atau gagasan yang memungkinkan aplikasinya mendapat dukungan alami dari kondisi empirik.

Dalam pendekatan kualitatif, pendekatan yang digunakan bersifat alamiah, spontan, wajar, dan data dikumpulkan oleh peneliti sendiri dengan terjun langsung ke lapangan yang akan diteliti sesuai dengan tujuan yang diharapkan dalam penelitian, yaitu memperoleh gambaran berdasarkan data-data empiris tentang permasalahan aktual yang terjadi di lapangan, sehingga dimungkinkan perolehan data dapat dengan mudah menggambarkan situasi yang terjadi pada kondisi yang akan diteliti di lapangan dengan identifikasi yang sedalam – dalamnya. Menurut


(28)

Merriam yang dikutip oleh John W. Creswell (Creswell, 1994:136), ada enam asumsi dalam pendekatan kualittatif yang perlu diperhatikan oleh peneliti yaitu:

1. Peneliti Kualitatif lebih menekankan perhatian pada proses, bukan pada hasil

atau produk;

2. Peneliti kualitatif tertarik pada makna bagaimana orang membuat hidup, pengalaman, dan struktur kehidupannya masuk akal;

3. Peneliti kualitatif merupakan instrument pokok untuk pengumpulan dan

analisis data. Data di dekati melalui instrumen manusia, bukan melalui inventaris, daftar pertanyaan atau alat lain;

4. Peneliti kualitatif melibatkan kerja lapangan, peneliti secara fisik berhubungan dengan orang, latar belakang, lokasi atau institusi untuk mengamati atau mencatat perilaku dalam latar alamiahnya;

5. Peneliti kualitatif bersifat deskriptif dalam arti peneliti tertarik proses, makna, dan pemahaman yang didapat melalui kata atau gambar; dan

6. Proses penelitian kualitatif bersifat induktif, peneliti membangun abstrak, konsep, proposisi, dan teori.

Berkaitan dengan pemahaman tersebut di atas, peneliti perlu membahas mengapa permasalahan penelitiannya sangat cocok dengan desain kualitatif. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, pada penelitian tentang “Usaha Transformasi Anak Jalanan Keluar Dari Posisi Anak Jalanan (Studi Perilaku Sosial Anak Jalanan di Provinsi Banten)” alasan penggunaan pendekatan kualitatif adalah sebagai berikut: untuk memusatkan penelitian pada prinsip – prinsip umum yang mendasari wujud satuan gejala yang ada dalam kehidupan sosial manusia, maka peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Artinya dalam hal ini adalah penggunaan pendekatan kualitatif karena penelitian tersebut bertujuan memahami suatu situasi sosial, peristiwa, peran, interaksi dan kelompok. Menurut John Creswell, (Creswell, 1994:50) metode pendekatan kualitatif merupakan sebuah proses investigasi. Secara bertahap peneliti berusaha memahami fenomena sosial dengan membedakan, membandingkan, meniru, mengkatalogkan, dan mengelompokan objek studi. Peneliti memasuki dunia informan dan melakukan interaksi terus menerus dengan informan, dan mencari


(29)

sudut pandang informan. Sehingga peneliti merupakan instrument utama dalam pengumpulan data. Focus penelitiannya pun ada pada persepsi dan pengalaman informan dan cara mereka memandang kehidupannya. Sehingga tujuannya bukan untuk memahami realita tunggal melainkan realita majemuk. Penelitian kualitatif memusatkan perhatian pada proses yang berlangsung dan hasilnya. Objetivitas dan kejujuran merupakan hal penting bagi seorang peneliti untuk menjelaskan tujuan peneliti kepada informan. Identitas informan dirahasiakan sehingga tidak berdampak kepada informan yang telah memberikan informasi.

D.Definisi Operasional

Usaha: Pengertian usaha dalam penelitian ini menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah kegiatan dengan mengerahkan tenaga pikiran atau badan untuk mencapai suatu maksud tertentu. Dalam ruang lingkup lainnya, pengertian usaha bisa disama artikan dengan istilah suatu pekerjaan, perbuatan, prakarsa, ikhtiar, atau daya dan upaya untuk mencapai suatu maksud tertentu. Sama hal nya dengan pengertian yang telah disebutkan, usaha dalam penelitian ini dimaksudkan dengan maksud sejauh mana program atau kegiatan yang dilakukan atau di prakarsaicoleh pemerintah ataupun swasta dalam hal ini melalui Dinas Sosial Provinsi Banten dan Komunitas yang ada di masyarakat dalam menanggulangi keberadaan anak jalanan yang ada di Wilayah Provinsi Banten umumnya dan Cilegon khususnya untuk merubah posisi anak jalanan menjadi anak yang lebih baik dan tidak kembali pada posisi anak jalanan.

Tranformasi: Pengertian Transformasi dalam penelitian ini menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) adalah perubahan nilai (dari sikap negatif ke positif, dari tidak bisa menjadi bisa). Istilah transformasi dapat diartikan dari dua kata dasar (trans dan form). Trans berarti melintasi dari satu sisi ke sisi yang lainnya (across), atau melampaui (beyond); dan kata form berarti bentuk. Transformasi dapat mengandung makna perubahan bentuk yang lebih dari, atau melampaui perubahan bungkus luar saja, dan sering disebut perubahan atau perpindahan bentuk yang jelas. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan transformasi adalah Pembelajaran Transformatif yang merupakan bagian dari


(30)

pembelajaran transisi, dimana dalam hal ini kendali pembelajaran di arahkan untuk kepentingan peserta belajar dan segala sumber daya di maksimalkan dalam upaya mendukung pembelajaran transformatif itu sendiri. untuk mengembangkan struktur makna dalam proses pembelajaran melalui kemampuan refleksi dan keterlibatan pada pelatihan secara rasional dan mengambil tindakan secara berdasarkan hak (emancipatory). Transformasi dalam kajian penelitian ini merupakan suatu bentuk kegiatan yang mengerahkan tenaga, pikiran ataupun badan untuk mencapai suatu maksud tertentu dalam upaya melakukan perubahan sosial, baik dalam bentuk rupa, sifat, dan fungsinya menjadi lebih baik untuk mencapai kondisi akhir yang dicita-citakan sesuai dengan kajian teori yang telah diutarakan pada bab II.

Anak Jalanan : dalam penelitian ini yang dimaksud anak jalanan adalah identitas individu atau kelompok individu yang berusia 7-18 tahun dimana banyak menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bermain dan mencari nafkah dan berkeliaran di jalanan ataupun ditempat-tempat umum lainnya yang strategis. Sesuai dengan yang diungkapkan oleh Juwartini.W (2005) dalam profil kehidupan anak jalanan, adalah anak yang sebagian besar waktunya berada di jalanan atau di tempat-tempat umum. Anak jalanan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: berusia antara 5 sampai dengan 18 tahun, melakukan kegiatan atau berkeliaran dijalanan, penampilannya kusam dan pakaiannya tidak terurus tetapi mempunyai mobilitas yang tinggi. Sama hal nya dengan yang diungkapkan oleh UNICEP (1986) anak jalanan adalah anak yang berusia 16 tahun yang bekerja di jalan-jalan perkotaan, tanpa perlindungan dan mereka menghabiskan waktu di jalanan. Berkaitan dengan jalanan, umumnya mereka berasal dari keluarga yang pekerjaannya berat dan ekonominya lemah.

Keluar Dari Posisi Anak Jalanan : adalah serangkaian usaha yang dilakukan dalam proses menangani ataupun mengantisipasi agar anak tidak kembali pada posisi semula yaitu perannya sebagai anak yang banyak menghabiskan waktunya di jalanan tanpa adanya bimbingan edukasi. Proses yang dapat dilakukan untuk dapat keluar dari posisi anak jalanan adalah dengan usaha merumahkan anak jalanan. dengan demikian definisi yang dimaksud dalam


(31)

penelitian ini sama hal nya dengan melakukan proses pemberdayaan anak jalanan melalui rumah singgah baik dari pemerintah ataupun pihak swasta baik yang dilakukan oleh Dinas Sosial ataupun komunitas di sekitar lingkungan tempat tinggal masyarakat di dalamnya yang bisa dilakukan dengan cara intervensi berbasis komunitas dalam upaya melakukan rekonstruksi model penanganan anak jalanan melalui pendampingan sosial.

E.Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan instrumen wawancara, observasi, dan studi kasus / literatur. Ini merupakan alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. (Arikunto, 2002:136) Instrumen penelitian yang digunakan peneliti adalah :

1. Wawancara mendalam (indepth interview)

Yaitu sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk mendapatkan gambaran serta memperoleh data dari informan (terwawancara) guna mendukung data-data yang sudah didapat dari sumber-sumber pendukung lainnya. Yang peneliti jadikan dalam narasumber atau informan disini adalah anak jalanan dan mantan anak jalanan serta perwakilan lembaga atau institusi, ini dilakukan agar ada perbandingan hasil. Kartini Kartono dalam Yusuf (2002:57) mengemukakan bahwa wawancara adalah suatu percakapan, Tanya jawab, lisan antara dua orang atau lebih yang duduk berhadapan secara fisik dan diarahkan pada suatu masalah tertentu. Lebih lanjut dikemukakan oleh

koentjaraningrat dalam shantini (2002:64) bahwa: “interview atau wawancara

mencakup cara yang dipergunakan oleh seseorang untuk tujuan suatu tugas tertentu mencoba mendapat keterangan atau pendirian secara lisan ari seorang informan dengan bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut”. Kegiatan wawancara dilakukan untuk menggali data yang belum terungkap


(32)

dalam observasi, jadi dengan kata lain wawancara dilakukan untuk memperkaya dan memperjelas hasil dari Obsevasi.

2. Observasi

Yaitu suatu penelitian yang dilaksanakan dengan cara mengamati langsung dan pencatatan dengan sistematis terhadap poin-poin yang diselidiki sebagai pengumpul data dengan cara langsung menyelidiki mulai dari mengetahui kesekretariatan tempat dimana subjek atau objek penelitian berada, lalu mengunjungi atau mengecek tempat dimana kegiatan berlangsung sebagai gambaran utuh terjadinya pelaksanaan suatu kegiatan tertentu.. Observasi adalah studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala alam dengan jalan pengamatan (Kartini Kartono, 1990 dalam Suminar 2004: 87). Observasi dilakukan melalui pengamatan secara langsung tentang fakta atu kenyataan serta segala sesuatu yang terjadi dilapangan berkenaan dengan objek penelitian. Observasi yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengadakan pengamatan atau pencatatan secara langsung terhadap benda, latar penelitian tersebut termasuk di dalamnya situasi dan kondisi serta perilaku peserta pelatihan yang mendukung terhadap kelangsungan proses suatu kegiatan. Hal tersebut sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Guba dan Lincoln dalam Moleong (2006: 138) bahwa dalam penelitian kualitatif secara metodologis, penggunaan pengamatan dapat mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif, kepercayaan, perhatian, perilaku tak sadar, kebiasaan dan sebagainya. Pengamatan memungkinkan peneliti untuk melihat dunia sebagaimana yang dilihat oleh informan pada saat itu, menangkap arti fenomena dari segi pengertian informan, menangkap kehidupan budaya dari segi pandangan dan anutan para informan pada waktu itu, pengamatan memungkinkan peneliti merasakan apa yang dirasakan dan dihayati oleh informan sehingga memungkinkan pula peneliti sebagai sumber data.

3. Studi Dokumentasi

Yaitu sebuah teknik yang dilakukan untuk memperoleh data yang bersifat administrasi dan data kegiatan-kegiatan yang terdokumentasi. dimana dalam


(33)

hal ini dilakukan dengan menelusuri, mempelajari, dan mendalami berbagai dokumen yang bersifat permanen dan tercatat seperti hal nya gambaran umum dalam lokasi penelitian, meliputi jumlah atau luas wilayah, kondisi geografis , sosial ekonomi, kondisi objektif anak jalanan, foto-foto dan lain sebagainya yang berfungsi menambah atau memperkaya informasi dalam penelitian ini. Hal tersebut sejalan dengan Nasution (2003:85) yang mengemukakan bahwa dalam penelitian kualitatif, dokumen termasuk sumber non human resources yang dapat dimanfaatkan karena memberikan beberapa keuntungan yakni sebagai bahan yang telah tersedia, siap pakai, dan penggunaannya tidak memakan biaya yang besar.

4. Catatan Lapangan

Catatan lapangan dibuat dalam bentuk deskriptif tentang apa yang sesungguhnya diamati peneliti menurut apa yang dilihat dan di dengar, mendeskripsikan komentar, refleksi, pemikiran ataupun pandangan peneliti sendiri tentang catatan lapangan ini merupakan uraian obyektif tentang apa yang sebenarnya kita lihat dan kita dengar, namun dalam hal memberikan deskripsi sengaja dibatasi penafsiran, bahkan sedapat mungkin menjauhi unsur penafsiran.

F. Proses Pengembangan Instrumen

Pada prinsipnya kegiatan dalam penelitian ini dapat dikelompokkan menjadi tiga tahapan. Sebagaimana dikemukakan oleh Lexy J. Moleong (2006: 239) bahwa dalam penelitian kualitatif hendaknya dilakukan dalam tahap-tahap tertentu, yaitu : (1) Tahap orientasi, tujuan tahap ini ialah memperoleh informasi tentang latar yang nantinya diikuti dengan tahap merinci informasi yang diperoleh pada tahap berikutnya; (2) Tahap eksplorasi, pada tahap ini pengumpulan data dilaksanakan, kemudian diadakan analisis dan diikutu dengan laporan hasil analisis; dan (3) Tahap member check, tahap pengecekan dan pemeriksaan keabsahan data, terutama untuk mengadakan pengecekan anggota dan auditing.


(34)

1. Tahap Orientasi

Orientasi dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang lengkap dan jelas masalah yang akan diteliti. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap orientasi ini adalah :

a. Mengadakan studi pendahuluan pada calon informan, yaitu salah satu

perwakilan instansi pemerintah melalui Dinas Sosial Provinsi Banten, anak jalanan dan mantan anak jalanan dengan kategori yang sudah di tentukan; b. Mempersiapkan referensi yang berkaitan dengan literatur dan teori yang

berkaitan dengan kajian penelitian;

c. Melakukan studi pustaka yang berkaitan tentang anak jalanan dan model yang berkaitan dengan penanganan anak jalanan;

d. Menyusun desain penelitian.

e. Mengurus administrasi penelitian.

2. Tahap Eksplorasi

Tahap ini sudah mulai penelitian, yaitu mengeksplorasi atau menjelajahi focus penelitian, yaitu mengumplkan data sesuai dengan fokus dan tujuan yang telah ditetapkan. Pengumpulan data yang dilakukan melalui wawancara, observasi dan studi dokumentasi serta catatan lapangan. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah :

a. Mengadakan kegiatan pengumpulan data dengan melibatkan staff bagian

penanganan anak jalanan melalui kantor Dinas Sosial Provinsi Banten; b. Mengadakan kegiatan pengumpulan data berkaitan dengan kondisi peserta

sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan kepemimpinan;

c. Melaukan kegiatan pengumpulan data berkaitan dengan usaha transformasi anak jalanan;

d. Melakukan triangulasi data dari subyek penelitian;

e. Membuat catatan lapangan dari data kasar yang terkumpul.;

f. Memilih, menyusun, dan mengelompokkan data sejenis yang diperoleh dari

lapangan;

g. Membuat catatan, komentar dan pertanyaan yang berkembang selama


(35)

h. Membuat rangkuman dan merumuskan temuan-temuan sementara dilapangan.

3. Tahap Member Check

Member check dimaksudkan untuk mengecek kebenaran dari data dan informasi yang tekah dikumpulkan agar hasil penelitian dapat dipercaya dan selanjutnya ditulis dalam bentuk laporan penelitian. Pengecekan ini dilakukan dengan cara :

a. Mengkonfirmasi ulang hasil wawancara kepada beberapa subjek dalam

penelitian;

b. Meminta koreksi hasil yang telah dicatat dari observasi kepada

instansi/lembaga terkait yang berwenang dan bertanggung jawab.

Pada tahapan ini, laporan di cek pada informan apabila kurang sesuai akan diadakan perbaikan kembali Supaya data dan informasi dapat dipergunakan dalam penalaran, data dan informasi itu harus merupakan fakta. Dalam kedudukannya yang pasti sebagai fakta, bahan-bahan itu siap digunakan sebagai eviden dalam arti menurut Gorys Keraf ahli bahasa dari Universitas Pendidikan Indonesia (Keraf, 1983:9) adalah semua fakta yang ada, semua kesaksian, semua informasi, atau otoritas yang dihubung-hubungkan untuk membuktikan suatu kebenaran dari suatu objek yang diteliti. Pada penelitian tentang “Usaha Transformasi Anak Jalanan Keluar Dari Posisi Anak Jalanan (Studi Perilaku Sosial Anak Jalanan Di Provinsi Banten)”, yang menjadi kajian adalah bagaimana proses penanganan anak jalan di wilayah Provinsi Banten. Fakta dalam kedudukan sebagai eviden tidak boleh dicampur-adukan dengan apa yang dikenal sebagai pernyataan atau penegaasan. Pernyataan tidak mempengaruhi apa-apa terhadap sebuah eviden, ia hanya sekedar menegaskan apakah suatu fakta itu benar atau tidak. Dalam wujudnya yang paling rendah, eviden berbentuk data. Yang dimakasud dengan data menurut kamus hukum (Puspa, 1977;281) adalah segala keterangan yang disertai bukti atau fakta yang dirumuskan untuk menyusun perumusan, kesimpulan, atau kepastian sesuatu. Untuk pembuktian peneltian perlu pengkajian atas data, apakah semua bahan keterangan itu merupakan fakta. Fakta adalah sesuatu yang sungguh-sungguh terjadi, atau sesuatu yang ada secara nyata.


(36)

Rangkaian dari desain penelitian ini dapat disederhanakan melalui beberpa langkah yang dapat dilakukan melalui proses pengembangan instrumen diantaranya:

1. Persiapan Persiapan.

peneliti akan mencakup beberapa hal diantaranya: 1) mengidentifikasi jumlah dan keberadaan anak jalanan. 2) melakukan identifikasi terhadap penyelenggara program dalam kategori pada pengelolaan intervensi yang bergerak di bidang pengelolaan penanganan anak jalanan dan melakukan review atas program-program mereka. 3) membuat instrument wawancara dan observasi. Selama masa persiapan penelitian, peneliti akan melakukan persiapan-persiapan seperti review literatur umtuk mempelajari konsep-konsep yang dipakai dalam penelitian, mengosongkan pikiran atas konsep-konsepsi awal dan melakukan defocusing yang digunakan untuk memperhatikan keseluruhan situasi dan setting dalam latar penelitian.

2. Memilih site dan memperoleh akses.

Sebelum memulai penelitian, maka terlebih dahulu peneliti akan memilih site (field site) atau konteks tempat terjadinya suatu fenomena atau aktifitas keberadaan para informan. Dalam memilih site, peneliti harus memperhatikan site-site yang memiliki banyak hubungan sosial, keragaman aktivitas dan kejadian yang bisa menghasilkan data – data yang dapat memperkaya dan menarik. Pada penelitian ini peneliti akan memilih site tempat mangkal dimana anak-anak jalanan berada. Dari site ini peneliti akan melihat secara langsung aktivitas-aktivitas yang dilakukan anak jalanan. untuk dapat memasuki site tersebut tentunya diperlukan bantuan adanya “orang dalam” yang ada pada site tersebut, strategi untuk memperoleh akses pada site ini adalah dengan mengidentifikasi “gatekeepers”, yaitu orang yang dimaksud adalah yang memiliki otoritas formal atau informal yang mengontrol akses untuk memasuki site.

3. Memulai Penelitian.

Pada saat memulai penelitian, peneliti akan mencoba mencari data dan akses mengenai penyelenggara program penanganan anak jalanan sebelum masuk


(37)

dan berinteraksi dengan para anak jalanan. penyelenggara program yang dimaksud adalah dari kalangan pemerintah melalui dinas Sosial untuk pencarian data di awal, lembaga swadaya masyarakat, dan komunitas-komunitas, serta tidak menutup kemungkinan keluarga anak jalanan yang berada di wilayah Provinsi Banten. Hingga pada akhirnya peneliti akan mencoba melakukan interaksi kepada anak jalanan dengan melakukan percakapan-percakapan yang menyenangkan agar informan dalam hal ini anak jalanan tidak canggung.

4. Membangun hubungan.

Semaksimal mungkin peneliti akan mencoba membangun hubungan yang baik dengan pihak penyelenggra program penanganan anak jalanan, dan para tokoh formal maupun nonformal yang ada di lingkungan tempat beroperasi. Tentunya dalam membangun hubungan yang baik ini, peneliti sedapat mungkin akan mencoba terlibat dalam aktivitas di lapangan. kemudian diharapkan akan terbangun kepercayaan terhadap peneliti dan terhindar dari kecurigaan yang negatif.

5. Memilih Peran Sosial.

Dalam melakukan penelitian lapangan, disadari betul seorang peneliti harus mampu memainkan peran tertentu, baik itu peran baru ataupun memodifikasi peran-peran yang sudah ada. Dengan menggunakan peran yang sudah ada, peneliti mendapat kemudahan memasuki area penelitian. Namun dalam hal ini peneliti akan tetap menjadi “orang lain” dengan tidak memainkan peran sosial yang terjadi dilingkungan tempat penelitian.

6. Tingkat Keterlibatan Peneliti.

Dalam hal ini peneliti harus bisa memposisikan diri dalm hal penelitian di lapangan dan harus memutuskan sampai seberapa jauh keterlibatannya dengan masyarakat yang diteliti. Keterlibatan peneliti dalam hal ini sepenuhnya menjadi peneliti total, dimana peneliti memiliki keterikatan personal yang sangat kecil dengan subyek yang ditelitinya, dan tidak mempengaruhi jalannya aktivitas di site.


(38)

7. Pencatatan Lapangan, Field notes atau catatan lapangan merupakan alat untuk menyimpan data. Catatan lapangan yang berupa deskripsi kongkrit atas proses dan konteks sosial. Dalam penelitian ini, peneliti akan membuat catatan – catatan berdasarkan dari hasil pengamatan langsung (direct observation

notes) yang dilakukan peneliti. Catatan catatan akan dibuat langsung (jotted notes), pada saat terjadinya peristiwa berlangsung dengan mengandalkan apa yang peneiliti lihat, dengar, dan rasakan pada saat itu. Namun, peneliti menyadari bahwa kadangkala kegiatan menulis catatan lapangan dapat mengganggu kejadian yang sedang berlangsung dan menarik perhatian orang lain. Sehingga kadangkala peneliti membuat catatan lengkap setelah meninggalkan lapangan. Selain kedua jenis catatan yang dipakai dalam penelitian seperti yang telah diuraikan sebelumnya diatas, peneliti juga akan membuat catatan dan rekaman berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap informan.

8. Pada saat selesainya penelitian, peneliti akan meninggalkan lokasi penelitian, karena penelitian telah dianggap selesai dan data-data yang dibutuhkan telah terpenuhi, maka dalam hal ini peneliti meninggalkan lokasi penelitian sesuai dengan etika penelitian yang ada dengan cara berpamitan secara formal, juga berpamitan kepada gatekeepers yang telah banyak membantu peneliti, dan mengucapkan banyak terima kasih atas semua informasi yang diberikan. Selain daripada itu, peneliti juga akan berpamitan kepada beberapa informan kunci atas ketersediaannya menyediakan waktu untuk diwawancara oleh peneliti secara langsung.

G.Teknik Pengumpulan Data dan Sumber Data

Salah satu teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif ini menggunakan observasi, wawancara mendalam, studi dokumentasi dan Triangulasi/Gabungan, dalam Arikunto (2002:136), Observasi atau pengamatan digunakan untuk melihat dan mengamati sejauh mana aktivitas dan lingkungan dimana anak jalanan berada. Sedangkan teknik wawancara yang akan digunakan yaitu wawancara tidak terstruktur, dimana peneliti akan mempersiapkan panduan


(39)

wawancara, namun panduan ini tidak ketat, karena para informan akan diberikan kesempatan untuk memberikan informasi diluar pertanyaan yang telah disiapkan oleh peneliti. Dan peneliti dalam hal ini dapat membuat pertanyaan secara dadakan dalam menggali informasi lebih dalam lagi. Skema yang digunakan dengan menggunakan Triangulasi/gabungan dalam teknik pengumpula data dan sumber data pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 3.1 Triangulasi Data

Untuk menetapkan keabsahan (trustworthiness) data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas kriteria yang sesuai dengan metode penelitian inkuiri alamiah (naturalistic inquiri research), yaitu criteria derajat kepercayaan. Kriteria ini berfungsi untuk: pertama, melaksanakan inquiri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat tercapai; kedua, mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jelas pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti.

Dengan kata lain teknik yang dapat digunakan sebagaimana penjabaran tersebut, maka teknik pemeriksaan keabsahan data yang sesuai adalah dengan menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan, atau sebagai pembanding terhadap data. Penelitian ini akan menggunakan triangulasi yang berdasarkan sumber, yang artinya membandingkan atau mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif (Patton, 1987 dalam Moleong, 2006:330). Hal ini dapat tercapai dengan jelas melalui jalan: (1)

OBSERVASI

WAWANCARA DOKUMENTASI


(40)

pertama membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara; (2) kedua membandingkan apanyang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi; (3) membadingkan dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu; (4) membandingkan keadaan dengan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang; (5) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

H.Analisis Data

Analisa data dalam penelitian kualitatif dalam Moleong, (199:188) merupakan analisa naratif kualitatif, mencari kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan informasi, karena dalam penelitian kualitatif analisa data tidak selalu harus terkumpul semua, melainkan dapat dilakukan secara berangsur-angsur. Penafsiran yang diberikan diarahkan pada bagaimana menemukan esensial atau hal-hal yang mendasar dari sebuah kenyataan. Data maupun informasi yang diperoleh dari sumber data disusun menurut kategorinya. Dalam penelitian ini, data hasil wawancara dan pengamatan ditulis dalam suatu catatan lapangan yang terperinci dan terekam yang akan dapat dianalisa secara kualitatif, sedangkan untuk analisis data akan dilakukan melalui langkah-langkah analisis data kualitatif seperti skema di bawah ini,:

Gambar 3.2

Langkah – langkah Analisis Data Kualitatif

Sumber: Muhammad Idrus (2007:104) Pengumpulan Data

Penarikan Kesimpulan / Verifikasi Reduksi Data


(41)

Reduksi Data yang diperoleh akan di buatkan catatan anekdot dalam bentuk uraian yang sangat lengkap dan banyak. Data tersebut direduksi, dirangkum, dan dipilih hal yang bersifat pokok, difokuskan kepada hal yang penting dan berkaitan dengan masalah yang di teliti yang berkaitan erat dengan tema penelitian. data yang direduksi dapat memberikan suatu gambaran yang lebih mendalam (tajam dan akurat) tentang suatu hasil dari pengamatan dan dari hasil wawancara yang akan menjadi studi induktif yang akan dikembangkan menjadi simpulan sementara seperti skema di bawah ini.

Gambar 3.3.

Model induktif penelitian dalam penelitian kualitatif

Sumber: Creswell, 1994: 90

Display Data. Display data dapat dilakukan dengan mengelompokan sesuai pada sub tema penelitian yang akan dapat dijadikan bahan untuk diresumekan, mengingat data yang terkumpul demikian banyak, sehingga data yang terkumpul atau tertumpuk akan menimbulkan kesulitan dalam menggambarkan rincian keseluruhan. Sehingga keseluruhan data dapat dipetakan dengan jelas.

Kesimpulan dan Verifikasi. Penarikan kesimpulan berdasarkan reduksi dan penyajian data yang berdasar pada sub tema peneltian. Penarikan kesimpulan data berlangsung bertahap dari kesimpulan umum pada tahap reduksi data. Kemudian

Peneliti mengembangkan teori atau Membandingkan pola dengan teori lain

Peneliti mencari pola (teori)

Peneliti membentuk kategori

Peneliti mengajukan pertanyaan


(42)

menjadi lebih spesifik pada tahap penyajian data yang sudah dipolakan, difokuskan dan disusun secara sistematik, baik melalui penentuan tema maupun model dan paradigm penelitian. kemudian dapat disimpulkan, sehingga makna dari data tersebut dapat ditemukan dengan baik. Rangkaian proses ini menunjukan bahwa analisis data kualitatif dalam penelitian ini bersifat menggabungkan tahap reduksi data, penyajian data, dan pemikiran kesimpulan secara berulang dan bersiklus.

Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data. Untuk dapat menguji keabsahan data atau kesimpulan dan hasil verifikasi data diperlukan pemeriksaan ulang terhadap data yang telah terkumpul. Dalam penelitian kualitatif menggunakan kriteria derajat kepercayaan (kredibilitas), keteralihan, kebergantungan, dan kepastian. Sedangkan dalam penelitian ini, teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan adalah: teknik triangulasi data dan teknik lain seperti hal nya diskusi. Teknik triangulasi dilakukan dengan memanfaatkan dua cara, yaitu

triangulasi dengan sumber dan triangulasi dengan teori (Patton,

1987:331;Moleong, 1991:178;Robson,2005:174-176).

Pada analisis data kualitatif, yang dibangun adalah kata-kata dari hasil wawancara atau pengamatan terhadap data yang dibutuhkan untuk dideskripsikan dan dirangkum. Pertanyaan bisa dibuat oleh peneliti untuk melihat hubungan antara berbagai tema yang diidentifikasi, hubungan perilaku atau karakteristik individu seperti umur dan jenis kelamin. Akan tetapi analisis data kualittaif biasanya melalui tahapan-tahapan berikut: (1) Membiasakan diri dengan data melalui tinjauan pustaka, membaca, mendengar, dan lain-lain, (2) Transkrip wawancara dari alat perekam, (3) Pengaturan dan indeks data yang telah diidentifikasi, (4) Anonym dari data yang sensitive, (5) Koding, (6) Identifikasi tema, (7) Pengkodingan ulang, (8) Pengembangan kategori, (9) Eksplorasi hubungan antara kategori, (10) Pengulangan tema dan kategori, (11) Membangun teori dan menggabungkan pengetahuan yang sebelumnya, (12) Pengujian data dengan teori lain, (14) Penulisan laporan, termasuk dari data asli jika tepat (seperti kutipan dari wawancara


(43)

Pada penelitian kualitatif, peran peneliti cukup signifikan, karena apa yang terjadi selama penelitian harus diuraikan secara terperinci dalam laporan penelitian. Untuk dapat masuk ke dalam lingkungan anak jalanan, dan masuk ke dalam penyelenggara program penanganan anak jalanan, peneliti akan mengawali proses penelitian ini dengan mempersiapkan surat kerjasama penelitian formal leader dimana subyek penelitian berada.

Pada bagian verifikasi data dilakukan untuk menguji suatu kebenaran atau kepercayaan terhadap data yang telah diperoleh. Verifikasi dalam penelitian kualitatif dikenal juga dengan validitas dan teliabilitas, dan merupakan salah satu masalah penting dalam penelitian kualitatif. Untuk menghindari ketidakvalidan

dalam memverifikasi data, maka dalam hal ini peneliti akan melakukan hal – hal

sebagai berikut; (1) deskripsi data tetap yang didasarkan pada pengkategorisasi data; (2) penafsiran dan pengembangan abstraksi teoritis, dan tetap mengacu kepada kondisi – kondisi yang ada; (3) melakukan diskusi konfirmatif (members check) dengan cara para informan, yaitu para anak jalanan dan informan lainnya yang berkaitan erat dengan penelitian.


(44)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A.SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang usaha transformasi anak jalanan melalui usaha merumahkan anak jalanan baik yang dilakukan dapat disimpulkan: 1. Kondisi objektif anak jalanan di wilayah Provinsi Banten berjumlah 1.076

anak jalanan, yang diperoleh dari data Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) pada akhir tahun 2013. Kota Serang memilki jumlah yang cukup besar di bandingkan dengan wilayah lainnya, Kota Serang memiliki kondisi objektif anak jalanan berdasarkan data Dinas Sosial terdiri dari 378 laki-laki dan 15 perempuan, jumlah keseluruhan sebesar 393 anak jalanan di Kota Serang.

2. Hasil analisis pada program lembaga melalui Dinas Sosial Provinsi Banten terdapat upaya yang signifikan dalam usaha merumahkan anak jalanan melalui rumah singgah dan program lainnya yang terintegrasi dengan Dinas Sosial lintas kota dan kabupaten.

3. Upaya yang bersifat edukatif dalam usaha merumahkan anak jalanan melalui

rumah singgah yang berfungsi sebagai tempat singgah sementara dan tempat pemberian pelatihan serta keterampilan kepada anak jalanan, baik yang dilakukan oleh pemerintah ataupun pihak swasta. Kedua nya mengarahkan anak-anak jalanan, memberikan motivasi dan membekali dengan pelatihan keterampilan untuk bekal hidup anak-anak jalanan sehingga tidak kembali ke jalanan seperti sebelumnya atau kembali menjadi anak jalanan.

4. Sistem yang mengikat dalam proses usaha transformasi anak jalanan yang tertuang dalam Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 8 Tahun 2010. Kewenangan Provinsi Dalam Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial diartikan sebagai Tanggung jawab Provinsi dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial sesuai dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial. jadi jelas dalam hal ini Dinas Sosial Provinsi Banten terikat dengan aturan atau sistem dalam menyelesaikan masalah kesejateraan sosial.


(45)

B. SARAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang usaha transformasi anak jalanan keluar dari posisi anak jalanan terdapat hal-hal yang harus dapat diperhatikan oleh pemerintah selaku pemangku kepentingan dan pengemban amanah undang-undang. Pertama, keberadaan anak jalanan tidak bisa di diamkan begitu saja, jangan menunggu sampai akhirnya menumpuk baru di mulai usaha menanganinya. Dalam hal ini berapapun jumlah anak yang harus di tangani haruslah di tangani secara serius dan penuh kasih sayang dalam menanganinya, karena anak dalam hal ini harus diperlakukan baik dan sabar. Kedua, anak adalah asset bangsa yang amat penting, karena anak memiliki masa depan yang lebih baik tergantung bagaimana pola asuh, asih, dan asah dalam menanganinya. Peneliti merekomendasikan untuk menggunakan model penanganan anak jalanan melalui pendampingan psikologis dan menyarankan untuk melakukan gerakan nasional orang tua cerdas kepada mayoritas keluarga yang rentan mengalami krisis keluarga. Ketiga, Rumah Singgah merupakan tempat yang bisa direkomendasikan untuk menampung anak jalanan bagi anak yang mengalami krisis keluarga, tapi harus diimbangi dengan adanya gerakan dan tindakan yang positif dari perkerja sosial yang menjadi pendamping sosial di dalamnya. Setidaknya dinas sosial bisa merekomndasikan dan memberikan fasilitas bagi agent of change dari kalangan mahasiswa atau bagi kalangan masyarakat yang bersedia untuk menangani masalah anak jalanan dan bagi mereka yang mengalami kasus penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS).


(1)

84

Pada penelitian kualitatif, peran peneliti cukup signifikan, karena apa yang terjadi selama penelitian harus diuraikan secara terperinci dalam laporan penelitian. Untuk dapat masuk ke dalam lingkungan anak jalanan, dan masuk ke dalam penyelenggara program penanganan anak jalanan, peneliti akan mengawali proses penelitian ini dengan mempersiapkan surat kerjasama penelitian formal leader dimana subyek penelitian berada.

Pada bagian verifikasi data dilakukan untuk menguji suatu kebenaran atau kepercayaan terhadap data yang telah diperoleh. Verifikasi dalam penelitian kualitatif dikenal juga dengan validitas dan teliabilitas, dan merupakan salah satu masalah penting dalam penelitian kualitatif. Untuk menghindari ketidakvalidan dalam memverifikasi data, maka dalam hal ini peneliti akan melakukan hal – hal sebagai berikut; (1) deskripsi data tetap yang didasarkan pada pengkategorisasi data; (2) penafsiran dan pengembangan abstraksi teoritis, dan tetap mengacu kepada kondisi – kondisi yang ada; (3) melakukan diskusi konfirmatif (members check) dengan cara para informan, yaitu para anak jalanan dan informan lainnya yang berkaitan erat dengan penelitian.


(2)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A.SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang usaha transformasi anak jalanan melalui usaha merumahkan anak jalanan baik yang dilakukan dapat disimpulkan: 1. Kondisi objektif anak jalanan di wilayah Provinsi Banten berjumlah 1.076

anak jalanan, yang diperoleh dari data Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) pada akhir tahun 2013. Kota Serang memilki jumlah yang cukup besar di bandingkan dengan wilayah lainnya, Kota Serang memiliki kondisi objektif anak jalanan berdasarkan data Dinas Sosial terdiri dari 378 laki-laki dan 15 perempuan, jumlah keseluruhan sebesar 393 anak jalanan di Kota Serang.

2. Hasil analisis pada program lembaga melalui Dinas Sosial Provinsi Banten terdapat upaya yang signifikan dalam usaha merumahkan anak jalanan melalui rumah singgah dan program lainnya yang terintegrasi dengan Dinas Sosial lintas kota dan kabupaten.

3. Upaya yang bersifat edukatif dalam usaha merumahkan anak jalanan melalui rumah singgah yang berfungsi sebagai tempat singgah sementara dan tempat pemberian pelatihan serta keterampilan kepada anak jalanan, baik yang dilakukan oleh pemerintah ataupun pihak swasta. Kedua nya mengarahkan anak-anak jalanan, memberikan motivasi dan membekali dengan pelatihan keterampilan untuk bekal hidup anak-anak jalanan sehingga tidak kembali ke jalanan seperti sebelumnya atau kembali menjadi anak jalanan.

4. Sistem yang mengikat dalam proses usaha transformasi anak jalanan yang tertuang dalam Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 8 Tahun 2010. Kewenangan Provinsi Dalam Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial diartikan sebagai Tanggung jawab Provinsi dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial sesuai dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial. jadi jelas dalam hal ini Dinas Sosial Provinsi Banten terikat dengan


(3)

136

B. SARAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang usaha transformasi anak jalanan keluar dari posisi anak jalanan terdapat hal-hal yang harus dapat diperhatikan oleh pemerintah selaku pemangku kepentingan dan pengemban amanah undang-undang. Pertama, keberadaan anak jalanan tidak bisa di diamkan begitu saja, jangan menunggu sampai akhirnya menumpuk baru di mulai usaha menanganinya. Dalam hal ini berapapun jumlah anak yang harus di tangani haruslah di tangani secara serius dan penuh kasih sayang dalam menanganinya, karena anak dalam hal ini harus diperlakukan baik dan sabar. Kedua, anak adalah asset bangsa yang amat penting, karena anak memiliki masa depan yang lebih baik tergantung bagaimana pola asuh, asih, dan asah dalam menanganinya. Peneliti merekomendasikan untuk menggunakan model penanganan anak jalanan melalui pendampingan psikologis dan menyarankan untuk melakukan gerakan nasional orang tua cerdas kepada mayoritas keluarga yang rentan mengalami krisis keluarga. Ketiga, Rumah Singgah merupakan tempat yang bisa direkomendasikan untuk menampung anak jalanan bagi anak yang mengalami krisis keluarga, tapi harus diimbangi dengan adanya gerakan dan tindakan yang positif dari perkerja sosial yang menjadi pendamping sosial di dalamnya. Setidaknya dinas sosial bisa merekomndasikan dan memberikan fasilitas bagi agent of change dari kalangan mahasiswa atau bagi kalangan masyarakat yang bersedia untuk menangani masalah anak jalanan dan bagi mereka yang mengalami kasus penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS).


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Adham Nasution (1983), Sosiologi, Alumni, Bandung

Aitken, S. Estrada, S.L., Jennings, J. & Aguire, L.M. (2006). Reproducing life and labor. Global processes and working children in Tijuana, mexico. Childhood: A Journal of global child research. 13 (3), 365-388.

Arikunto, Suharsini, 2007, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT Bumi Aksara.

Bajari, Atwar, (2012) Anak Jalanan: Dinamika Komunikasi dan Perilaku Sosial Anaka menyimpang, Humaniora Bandung

Bandura, Albert, (1977). Aggression: A Social Learning Analysis, Englewood Cliffs, NJ : PrenticeHall

Ben-Arieh, A. & Frones, I. (2011). Taxonomy for child well-being indicators: A framework for the analysis of the well-being of children. Childhood. A Journal Of Global Child Research, 18 (4). Hal 460-477.

Creswell, Jhon W (2013). Research Design edisi ketiga, pustaka pelajar Yogyakarta

Desmita, (2009) Psikologi Perkembangan Remaja, Rosda Karya Bandung Emzir, ((2012) Metodologi Penelitian Kualitatif:Analisis Data, PT

RajaGrafindo Persada, Jakarta

Etling, Arlen. (1993). What is Nonformal Education? Journal of agricultural education

Gerungan (2009) Psikologi Sosial, Refika Aditama Bandung

Idi, A. (2011) Sosiologi Pendidikan: Individu, Masyarakat dan Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers

Idrus, M., 2007, Metodologi Penelitian (Kualitatif dan kuantitatif) , Yogyakarta: Penerbit Andi.

J. Moleong, Lexy, 2006, Metodologi penelitian kulaitatif, Bandung: PT Remaja RosdaKarya.

Juwartini.W (2005). Profil Kehidupan Anak Jalanan [Online]. Tersedia: http://www.lib.unnes.ac.id/3387cache/2005 / Juwartini.html [15


(5)

138

Kamil Mustofa. (2010). Model Pendidikan dan Pelatihan (Konsep dan Aplikasi). Bandung:Alfabeta

Komaruddin Hidayat, Agama dan Transformasi sosial, Jurnal Katalis Indonesia, Volume ke 1, 2000

Kuntowijoyo (1994). Paradigma Islam Interpretasi untuk Aksi, Bandung : Mizan

Yin, Robert K. (2014). Studi Kasus : Desain dan Metode, Jakarta : Rajawali Pers

Patilima, Hamid (2013) Metode Penelitian Kualitatif, Alfabeta, Bandung Patton, M.Q. (1987). Qualitative evaluation and research methods (3rd ed).

Thousand Oaks, perspective. Adult Education Quarterly. 56. 21-36. Retrieved September 24. 2006, polity press.

Robson, C. (2005). Real world research: A resource for social scientists and practitionerresearchers.

Saputra, H. (2007). Masalah Anak Jalanan. [Online].Tersedia:http:// www.wordpress.com/2007/Sapurta.html [09 April 2007].

Santrock, Jhon W (2007) Perkembangan anak Jilid 1, PT Gelora Aksara Pertama Erlangga Jakarta.

Santoso, Slamet (2010) Teori-teori Psikologi Sosial, Refika Aditama Bandung.

Saroni, Mohammad. (2013) Pendidikan Untuk Orang Miskin, Ar-ruzz Media, yogyakarta.

Sarwono, S.Wirawan (2005) Teori Psikologi Klasik, Jakarta : Rajawali Pers Soerjono Soekanto. (1981). Memperkenalkan sosiologi, Rajawali Press,

Jakarta.

Sudjana, D. (2010) Pendidikan Nonformal: Wawasan, Sejarah Perkembangan, Filsafat & Teori Pendukung, Serta Asas, Bandung: Falah Production Sudjana, D, (2006), Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah : untuk

pendidikan nonformal dan pengembangan sumber daya manusia , Bandung: Penerbit PT. Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Alfabeta Bandung.


(6)

Taylor, E. W. (2006). Making meaning of local non-formal education:

Practitioners’s

YIN, Robert K. (2014) Studi Kasus: Desain dan Metode, penerjemah: M: Djauzi Mudzakir, Rajawali Pers, Jakarta

http//www.humasprotokol.bantenprov.go.id

http//www.kemendagri.go.id/pages/profildaerah/provinsi/detail/36/ banten http//www.liputan6.com

http//www.kompas.com

http//www.paudni.kemdikbud.go.id/dirjen-paudni

Zainal Aqib. (2008) Standart Kualifikasi Kompetensi sertifikasi Guru Kepala Sekolah Pengawas. Bandung: Yrama Widya.