Hubungan Persepsi Pemustaka tentang Sistem Klasifikasi Dewey Decimal Classification (DDC) dengan Pemanfaatan Sistem telusur Elektronik pada Perpustakaan Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung.

(1)

HUBUNGAN PERSEPSI PEMUSTAKA TENTANG SISTEM KLASIFIKASI DEWEY DECIMAL CLASSIFICATION (DDC) DENGAN

PEMANFAATAN SISTEM TELUSUR ELEKTRONIK PADA PERPUSTAKAAN SEKOLAH TINGGI PARIWISATA BANDUNG

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan Program Studi Perpustakaan dan Sains Informasi

Oleh Nia Hastari NIM 1102882

PROGRAM STUDI PERPUSTAKAAN DAN SAINS INFORMASI DEPARTEMEN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2015


(2)

HUBUNGAN PERSEPSI PEMUSTAKA

TENTANG SISTEM KLASIFIKASI

DEWEY

DECIMAL CLASSIFICATION

(DDC) DENGAN

PEMANFAATAN SISTEM TELUSUR

ELEKTRONIK DI PERPUSTAKAAN SEKOLAH

TINGGI PARIWISATA BANDUNG

Oleh Nia Hastari

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Nia Hastari 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

ABSTRAK

Nia Hastari (1102882). Hubungan Persepsi Pemustaka tentang Sistem Klasifikasi Dewey Decimal Classification (DDC) dengan Pemanfaatan Sistem telusur Elektronik pada Perpustakaan Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung.

Skripsi Program Studi Perpustakaan dan Sains Informasi, Departemen Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia, Tahun 2015.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh situasi pemustaka perpustakaan perguruan tinggi yang kurang memanfaatkan sistem telusur elektronik (OPAC – Online Public Access Catalog) yang disediakan oleh perpustakaan untuk melakukan penelusuran koleksi perpustakaan dan kurangnya pemahaman sistem klasifikasi DDC yang telah diterapkan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan persepsi pemustaka tentang sistem klasifikasi DDC dengan pemanfaatan sistem telusur elektronik di perpustakaan perguruan tinggi. Penelitian ini menjawab permasalahan penelitian yang telah dirumuskan, yaitu “Bagaimana hubungan persepsi pemustaka tentang sistem klasifikasi DDC dengan pemanfaatan sistem telusur elektronik ?.” Secara khusus permasalahan dalam penelitian ini yaitu: (1) persepsi pemustaka tentang sistem klasifikasi DDC; (2) pemanfaatan sistem telusur elektronik. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Populasi dan sampel dari penelitian ini adalah anggota Perpustakaan STPB. Sampel yang digunakan sebanyak 94 pemustaka dengan menggunakan teknik sampling incidental. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara persepsi pemustaka tentang sistem klasifikasi DDC dengan pemanfaatan sistem telusur elektronik pada Perpustakaan STPB.

Kata Kunci: Persepsi, Sistem Klasifikasi DDC, Sistem Telusur Elektronik, OPAC, Perpustakaan STPB.


(5)

ABSTRACT

Nia Hastari (1102882). The relation between library users' perceptions about Dewey Decimal Classification (DDC) classification system with the use of electronic search system at Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung Library.

Essay of Major of Library and Information Science, Department of Curriculum and Educational Technology, Faculty of Science Education, Indonesian Educational University, year of 2015.

The research is based on the background of library users' in college libraries who lack in using electronic searching system (OPAC – Online Public Access Catalog) provided by the libraries to search the library collections, and the lack of understanding the applied DDC classification system. The research aims to examine the relation between library users' perception about DDC classification system with the use of electronic search system in college Library. The research attempted to answer the problems that have been formulated, i.e. "How is the relation between library users' perceptions about DDC classification system with the use of electronic search system?." Particularly, the problems in this research are: (1) library users' perceptions about DDC classification system; (2) the use of electronic search system. This research used correlational descriptive method with quantitative approach. Populations and samples of the research are members of STPB Library. Samples used are 94 library users' by using sampling incidental technique. The result of this research shows that there is a relation between library users' perceptions about DDC Classification system with the use of electronic system in STPB Library.

Key Words: Perception, DDC Classification System, Electronic Search System, OPAC, STPB Library.


(6)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perpustakaan perguruan tinggi merupakan salah satu unsur pendukung akademik penting yang tidak dapat terlepas dari kegiatan mahasiswa dalam melaksanakan kegiatan pendidikan, penelitian, dan pengabdian yang biasa disebut juga dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Seperti yang tercantum dalam surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.0103/o/1981 yang menyatakan bahwa “Perpustakaan Perguruan Tinggi (PTT) berfungsi sebagai pusat kegiatan belajar-mengajar, pusat penelitian, dan pusat informasi bagi pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi.”

Dalam rangka melaksanakan tugas pokok perguruan tinggi maka sangat penting peran perpustakaan sebagai pengelola dan penyedia informasi ilmiah seperti yang diamanatkan dalam UU No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan, sebagai berikut :

Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para pemustaka, dan perpustakaan bertujuan memberikan layanan kepada pemustaka, meningkatkan kegemaran membaca, serta memperluas wawasan dan pengetahuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

Amanat di atas menyiratkan bahwa komponen-komponen pokok yang harus tersedia yaitu bangunan perpustakaan, koleksi perpustakaan, pustakawan, dan pemustaka. Semua komponen tersebut haruslah dapat saling terkait dengan manajemen yang tepat sehingga tercipta suatu perpustakaan yang dapat melayani kebutuhan pemustaka sesuai dengan fungsi perpustakaan seperti yang tertera dalam fungsi perpustakaan di dalam UU No.43 Tahun 2007 bab I pasal 3 yaitu “Perpustakaan berfungsi sebagai wahana pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi untuk meningkatkan kecerdasan dan keberdayaan bangsa.”


(7)

2

dengan menggunakan OPAC (Online Public Access Catalog). OPAC merupakan katalog dalam bentuk online yang dimanfaatkan dengan alat berupa layar monitor untuk menelusur sumber-sumber informasi melalui kata kunci.

Kenyataannya, banyak pemustaka yang tidak mengoptimalkan OPAC dalam penelusuran informasi, hal ini disebabkan karena beberapa faktor seperti tidak memahami akan penomoran klasifikasi dengan sistem DDC dan tidak adanya user education dalam pemanfaatan perpustakaan, sehingga pemustaka tidak mengetahui bagaimana melakukan penelusuran informasi yang tepat.

Seharusnya semua pemustaka dapat memahami bagaimana sistem klasifikasi DDC dan dapat mengoptimalkan OPAC dalam penelusuran agar informasi yang diperoleh memiliki karakteristik BAL (Benar, Akurat, Lengkap). Jika tidak demikian maka akan sulit bagi pemustaka dalam menemukan konten yang benar, rujukan yang tepat, dan perolehan bahan yang lengkap bila tidak memanfaatkan OPAC dalam penelusuran.

Perpustakaan perguruan tinggi dalam melaksanakan fungsi perpustakaan dapat menyediakan koleksi perpustakaan yang sesuai dengan jenis perpustakaan dan pemustakanya. Di perpustakaan perguruan tinggi koleksi perpustakaan yang tersedia pada umumnya mencakup koleksi sirkulasi, koleksi referensi, jurnal (housed journals, e-Journals), koleksi hasil penelitian, serta koleksi lain dalam bentuk yang telah terautomasi. Kuantitas dan kualitas koleksi perpustakaan di perpustakaan perguruan tinggi juga harus dapat memfasilitasi semua jenis dan jenjang pemustakanya.

Penyusunan koleksi perpustakaan harus melalui beberapa tahapan sebelum dapat dimanfaatkan oleh pemustakanya, yang biasa disebut dengan pengolahan koleksi perpustakaan. Tahapan pengolahan koleksi perpustakaan yang harus dilakukan mencakup pemeriksaan koleksi perpustakaan baru, inventarisasi, klasifikasi, katalogisasi, dan proses lainnya hingga koleksi perpustakaan tersusun sistematis untuk dimanfaatkan oleh pemustaka secara maksimal dari berbagai kalangan.


(8)

Seluruh proses pengolahan koleksi perpustakaan mutlak dilakukan di perpustakaan agar koleksi perpustakaan dapat dimanfaatkan oleh semua pemustaka yang membutuhkan informasi. Rangkaian proses pengolahan koleksi perpustakaan selain berfungsi untuk kebutuhan pemustaka juga sangat diperlukan untuk menjadi pertimbangan awal pustakawan, karena dengan melewati proses pengolahan koleksi perpustakaan, maka pustakawan dapat mendata koleksi perpustakaan dalam bentuk apa saja yang telah tersedia, yang belum tersedia, dan yang memerlukan pengadaan di masa mendatang.

Mahasiswa membutuhkan informasi dan literatur di perpustakaan yang mendukung bidang ilmu yang ditempuhnya untuk menunjang materi mata kuliah serta untuk melakukan penelitian dan pengabdian sebagai seorang calon intelektual. Selain mahasiswa, dosen pun sangat membutuhkan koleksi perpustakaan sebagai referensi untuk mengajarkan ilmu pengetahuan kepada mahasiswanya dan juga untuk melakukan penelitian dan pengabdian. Bahkan koleksi perpustakaan perguruan tinggi dapat digunakan oleh peneliti lain dari luar perguruan tinggi tersebut untuk menambah referensinya dalam melakukan penelitian.

Keberadaan koleksi perpustakaan di perpustakaan perguruan tinggi berperan sangat penting karena perguruan tinggi merupakan wahana untuk menuntut ilmu dalam bidang-bidang tertentu dengan cara yang lebih mendalam. Karena pentingnya perpustakaan di perguruan tinggi untuk menunjuang kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi maka koleksi perpustakaan harus dapat ditemukan dengan mudah dan dalam waktu yang singkat.

Pemustaka di perpustakaan perguruan tinggi dapat dengan mudah menemukan informasi yang dibutuhkannya di perpustakaan karena adanya sistem penggolongan koleksi perpustakaan yaitu klasifikasi. Proses klasifikasi bertujuan untuk mempermudah pemustaka dalam proses penelusuran koleksi perpustakaan, karena buku akan digolongkan berdasarkan subjeknya. Sistem klasifikasi yang umumnya digunakan adalah sistem klasifikasi per sepuluhan dari Dewey, atau lebih dikenal dengan DDC (Dewey Decimal Classification).


(9)

4

Sistem klasifikasi ciptaan Melvil Dewey (1851-1931) telah mengalami penyempurnaan sebanyak 23 kali hingga saat ini. Versi terbaru dari sistem DDC adalah DDC edisi 23 yang telah terbit pada tahun 2011. Sistem klasifikasi DDC telah banyak diterjemahkan ke berbagai bahasa termasuk Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI). Selain itu sistem DDC edisi ringkas juga telah diterbitkan bahkan saat ini sistem DDC dalam bentuk aplikasi atau disebut dengan E-DDC (Electronic-Dewey Decimal Classification) edisi 23 sudah dapat digunakan dengan mudah karena aplikasi E-DDC ini dapat diunduh secara gratis.

Proses pengklasifikasian koleksi perpustakaan yang menggunakan sistem DDC memiliki tiga komponen penting, yaitu bagan, indeks relatif, dan tabel-tabel. Proses pengklasifikasian koleksi perpustakaan harus dilakukan oleh pustakawan yang menguasai penggunaan sistem klasifikai DDC. Banyak terjadi perbedaan dalam proses pencantuman nomor klasifikasi suatu koleksi perpustakaan di satu perpustakaan. Perbedaan pemberian nomor klasifikasi dikarenakan setiap pustakawan memiliki sudut pandang yang berbeda dalam menentukan subjek dari koleksi perpustakaan. Perbedaan tersebut biasa terjadi di perpustakaan manapun, karena setiap orang akan memiliki sudut pandang yang berbeda terhadap suatu hal.

Klasifikasi koleksi perpustakaan sangat berperan dalam proses penelusuran koleksi perpustakaan oleh pemustaka ketika melakukan pencarian sumber-sumber informasi (resources). Dengan adanya notasi DDC maka pemustaka akan mengetahui lokasi buku yang dibutuhkan sesuai dengan nomor klasifikasi yang tertera di dalam katalog perpustakaan. Penelusuran dilakukan dengan strategi yang benar agar koleksi perpustakaan yang dibutuhkan mudah ditemukan.

Ketika melakukan penelusuran koleksi perpustakaan, pemustaka perlu memahami terlebih dahulu bagaimana sistem notasi DDC dan maksud dari notasi tersebut sesuai dengan subjeknya. Jika pemustaka telah mengetahui sistem klasifikasi DDC dengan baik maka koleksi perpustakaan akan dapat


(10)

ditelusur secara cepat dengan akurasi waktu yang memadai. Oleh karena itu, peran pustakawan sangat penting dalam memberikan pengarahan kepada pemustakanya mengenai cara membaca nomor klasifikasi DDC, cara menelusur dengan katalog (manual maupun elektronik) dan strategi yang tepat digunakan dalam memperoleh koleksi perpustakaan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hendriyana (2012, hlm. 69) dikemukakan bahwa “sistem klasifikasi DDC merupakan sistem pengelompokkan koleksi berdasarkan subjek, yang berfungsi sebagai alat untuk mengelompokkan dan menyusun koleksi di rak dan menentukan lokasinya di r a k a t a u p u n d i s i t u s . ” D a r i h a s i l p e n e l i t i a n i n i d a p a t d i l i h a t b a h w a t e r d a p a t k e t e r k a i t a n a n t a r a s i s t e m k l a s i f i k a s i D D C y a n g d i g u n a k a n

d a l a m p e n g e l o m p o k a n k o l e k s i

p e r p u s t a k a a n d e n g a n s i s t e m

p e n e l u s u r a n k o l e k s i p e r p u s t a k a a n y a n g d i l a k u k a n o l e h p e m u s t a k a .

Menurut penelitian Ahmad (2012, hlm. 464) disarankan bahwa “perpustakaan hendaknya menyediakan alat telusur yang memadai untuk dapat lebih memudahkan dalam proses temu kembali bahan pustaka.” Dari hasil penelitian tersebut dapat dilihat bahwa sistem telusur atau alat telusur sangat penting perannya dalam proses temu kembali koleksi perpustakaan agar koleksi perpustakaan dapat dimanfaatkan secara maksimal.

Perpustakaan Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung (STPB) telah menggunakan sistem klasifikasi DDC dalam mengklasifikasi koleksi perpustakaannya dan juga telah menggunakan OPAC (Online Public Access Catalog) NCI Bookman 3.10 (Nuansa Cerah Informasi) dalam penelusuran koleksi perpustakaannya. Terdapat lima tahapan dalam pengolahan koleksi perpustakaan di perpustakaan STPB, yaitu :

1. mengentri data bibliografi koleksi perpustakaan ke buku besar; 2. melakukan klasifikasi dengan sistem DDC;


(11)

6

3. mengentri data ke NCI Bookman 3.10; 4. melakukan labelling, dan

5. mendisplai buku ke rak.

Koleksi perpustakaan di STPB cukup beragam, mulai dari koleksi sirkulasi, koleksi referensi, koleksi journal online berlangganan, terbitan berkala, dan juga koleksi hasil penelitian. Semua koleksi dikelola dan diolah sesuai dengan jenis koleksinya, dan didisplai di tempat yang berbeda sesuai dengan jenisnya.

Dalam pengklasifikasian koleksi Perpustakaan STPB menggunakan dua macam klasifikasi yaitu sistem klasifikasi DDC dan dengan pengklasifikasian warna menurut subjeknya. Tujuan dari pengklasifikasian warna adalah untuk lebih mempermudah mahasiswa dalam menemukan koleksi yang dibutuhkannya dan mempermudah pustakawan dalam menyusun kembali koleksi di rak. Fakta dilapangan terlihat beberapa pemustaka memang lebih memahami pengklasifikasian warna dibandingkan dengan sistem klasifikasi DDC, akan tetapi beberapa pemustaka juga dapat mengerti dan mencari koleksi yang dibutuhkannya dengan sistem klasifikasi DDC.

Berdasarkan hasil pengamatan di Perpustakaan STPB beberapa mahasiswa dapat mencari koleksi yang dibutuhkan dengan mencari data bibliografis terlebih dahulu di OPAC NCI Bookman setelah itu menelusur di rak. Tetapi beberapa mahasiswa lainnya tidak terbiasa untuk menggunakan OPAC untuk pencarian, mereka langsung menanyakan kepada pustakawan mengenai keberadaan koleksi yang dibutuhkannya atau mereka langsung saja mendapatkan bahan perpustakaan yang dicarinya di rak.

Berdasarkan latar belakang tersebut penelitian ini akan melihat apakah persepsi pemustaka tentang sistem klasifikasi DDC mempunyai keterkaitan dengan pemanfaatan sistem telusur koleksi perpustakaan pada perpustakaan STPB. Oleh karena itu, judul penelitian ini adalah “Hubungan Persepsi Pemustaka tentang Sistem Klasifikasi Dewey Decimal Classification (DDC) dengan Pemanfaatan Sistem Telusur Elektronik pada Perpustakaan Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung”.


(12)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka pertanyaan penelitian ini dapat dirumuskan kedalam rumusan masalah umum dan rumusan masalah khusus, yaitu sebagai berikut :

Rumusan masalah umum yaitu :

1. Bagaimana hubungan persepsi pemustaka tentang sistem klasifikasi DDC dengan pemanfaatan sistem telusur elektronik pada Perpustakaan STPB ?

Rumusan masalah khusus yaitu :

1. Bagaimana gambaran persepsi pemustaka Perpustakaan STPB tentang sistem klasifikasi DDC ?

2. Bagaimana gambaran pemanfaatan sistem telusur elektronik pada Perpustakaan STPB ?

C.Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan umum dan tujuan khusus, yaitu sebagai berikut :

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk :

1. Mengetahui hubungan persepsi pemustaka tentang sistem klasifikasi DDC dengan pemanfaatan sistem telusur elektronik pada Perpustakaan STPB.


(13)

8

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk :

1. Mengetahui gambaran persepsi pemustaka Perpustakaan STPB tentang sistem klasifikasi DDC

2. Mengetahui gambaran pemanfaatan sistem telusur elektronik pada Perpustakaan STPB

D.Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini mencakup dua hal, sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dalam penelitian ini adalah untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang perpustakaan bagi peneliti khususnya, dan berbagai pihak yang berkepentingan secara langsung maupun tidak langsung pada umumnya. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pemahaman mengenai sistem pengklasifikasian koleksi perpustakaan menggunakan DDC dan sistem telusur elektronik dalam penelusuran koleksi perpustakaan.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. dapat dijadikan masukan bagi perpustakaan perguruan tinggi dalam penerapan sistem klasifikasi DDC dan sistem telusur elektronik dalam penelusuran informasi koleksi perpustakaan ;

b. dapat menjadi alat telaah yang lebih mendalam mengenai pengklasifikasian dengan menggunakan sistem DDC serta sistem telusur elektronik dalam penelusuran koleksi perpustakaan.

E.Struktur Organisasi Penelitian


(14)

Bab I Pendahuluan. Membahas beberapa bagian yang dicantumkan dalam penelitian ini yaitu latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi penelitian mengenai persepsi pemustaka tentang sistem klasifikasi DDC dengan pemanfaatan sistem telusur elektronik pada Perpustakaan STPB.

Bab II Kajian Pustaka. Menganalisa kajian teori yang berkaitan dengan masalah yang diteliti yaitu mengenai perpustakaan perguruan tinggi, persepsi pemustaka tentang sistem klasifikasi DDC, pemanfaatan sistem telusur dan persepsi pemustaka tentang sistem klasifikasi DDC dengan pemanfaatan sistem telusur. Pada bab II ini juga dijelaskan kerangka pemikiran dari penelitian, asumsi serta hipotesis penelitian.

Bab III Metode Penelitian. Menentukan beberapa hal yaitu lokasi penelitian, partisipan, populasi dan sampel, desain penelitian, metode penelitian, definisi oprasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, analisis data, dan prosedur penelitian.

BAB IV Temuan dan Pembahasan. Mencantumkan dua hal, yaitu temuan penelitian berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data dengan berbagai kemungkinan bentuknya sesuai dengan urutan rumusan permasalahan penelitian dan pembahasan temuan penelitian untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya.

Bab V Simpulan dan Rekomendasi. Melaporkan hasil penelitian yang menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian sekaligus mengajukan hal-hal penting yang dapat dimanfaatkan dari hasil penelitian tersebut.


(15)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitan 1. Lokasi

Penelitian ini akan dilakukan di Perpustakaan STPB (Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung), yang beralamat di Jl. Dr. Setiabudhi No. 186 Bandung (40141). Perpustakaan STPB telah menerapkan sistem klasifikasi DDC dalam pengklasifikasian bahan pustaka dan telah menggunakan sistem telusur elektronik yaitu NCI Bookman untuk menelusur daftar bibliografi perpustakaan.

2. Populasi

Mahasiswa yang terdaftar menjadi anggota Perpustakaan STPB menjadi responden dalam penelitian ini. Menurut Sugiyono (2012, hlm. 215) “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Pendapat mengenai populasi tersebut sesuai dengan pendapat Arikunto (2010, hlm. 173) yang mengatakan bahwa populasi adalah “keseluruhan objek penelitian”.

Populasi bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi pemustaka tentang sistem klasifikasi DDC dengan pemanfaatan sistem telusur elektronik. Dengan demikian yang menjadi objek populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anggota Perpustakaan STPB pada tahun 2015 yang berjumlah 1374 pemustaka.

3. Sampel

Berdasarkan populasi dari suatu penelitian maka dapat ditarik sampel penelitian menggunakan rumus yang ada. Menurut Arikunto (2010, hlm. 174) “sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.”


(16)

Pendapat mengenai sampel tersebut sesuai dengan pendapat Sugiyono (2012, hlm. 81) yang mengatakan bahwa “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”.

Teknik sampling yang digunakan untuk mengambil sampel dalam penelitian ini adalah nonprobability sampling dengan teknik sampling incidental. Menurut Sugiyono (2012, hlm. 84) nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur atau populasi untuk dipilih menjadi sampel”. Teknik sampling incidental digunakan untuk pengambilan sampel. Menurut Sugiyono (2012, hlm. 82) “sampling incidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila pandangan orang yang kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data”. Sample yang diambil untuk penelitian ini adalah pemustaka yang merupakan anggota perpustakaan dari populasi yaitu anggota perpustakan yang berjumlah 1374 pemustaka. Untuk menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Yamane (Prasetyo dan Lina, 2010, hlm. 137), berikut adalah rumus Yamane yang digunakan :

n = N

Nd2 + 1 n : ukuran sampel

N : ukuran populasi

d : tingkat kesalahan sebesar 10% Perhitungan :

n = N

Nd2 + 1

n = 1374

1374 (0,1)2 + 1

n = 1374

1374 (0,01) + 1 n = 1374


(17)

38

n = 93,21 dibulatkan menjadi 94 pemustaka

Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa sampel dari semua anggota perpustakaan adalah berjumlah 94 pemustaka.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan pedoman bagi peneliti dalam melakukan suatu penelitian. Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu persepsi pemustaka tentang sistem klasifikasi DDC sebagai variabel bebas (X) dan pemanfaatan sistem telusur elektronik sebagai variabel terikat (Y). Berikut ini desain penelitian mengenai hubungan antar variabel yang digambarkan dalam bentuk tabel yang tertera dalam Tabel 3.1 sebagai berikut :

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Y

X

Pemanfaatan sistem telusur elektronik

(Y) Persepsi pemustaka tentang sistem

klasifikasi DDC (X)

XY

Desain penelitian di atas menjelaskan metode penelitian yang akan digunakan adalah metode deskriptif korelasional. Desain penelitian tersebut merupakan konsep dasar yang dapat menuntun dalam proses penelitian yang akan dilakukan dengan menggunakan teknik pengumpulan data berupa angket.

C. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Siregar (2013,


(18)

hlm. 8) “prosedur pemecahan masalah pada metode deskriptif adalah dengan

cara menggambarkan objek penelitian pada saat keadaan sekarang berdasarkan fakta-fakta sebagaimana adanya, kemudian dianalisis dan diinterpretasikan, bentuknya berupa survei dan studi perkembangan.” Menurut Sugiyono (2012, hlm. 7) “metode kuantitatif merupakan metode ilmiah/scientific karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional, dan sistematis”.

Metode ini dipilih karena sesuai dengan masalah yang akan diteliti yaitu untuk mendeskripsikan dan melihat bagaimana hubungan persepsi pemustaka tentang sistem klasifikasi DDC dengan pemanfaatan sistem telusur elektronik pada Perpustakaan STPB.

D. Definisi Oprasional

1. Persepsi pemustaka Sistem Klasifikasi DDC

Sistem klasifikasi DDC merupakan pengklasifikasian atau pengelompokkan bahan perpustakaan berdasarkan subjeknya yang disusun secara sistematis agar mudah ditemukan oleh pemustaka. Persepsi pemustaka tentang sistem klasifikasi DDC merupakan pandangan pemustaka tentang sistem klasifikasi DDC, yang diharapkan agar pemustaka dapat memberikan tanggapan mengenai apa yang diketahui tentang sistem klasifikasi DDC pada Perpustakaan STPB. Persepsi setiap pemustaka tentang sistem klasifikasi DDC pada Perpustakaan STPB berkemungkinan berbeda.

2. Pemanfaatan Sistem Telusur Elektronik

Sistem telusur elektronik merupakan katalog berbasis komputer yang digunakan untuk menelusur bahan perpustakaan. Pemanfaatan sistem telusur elektronik merupakan suatu upaya mengoptimalkan sistem telusur yang ada di Perpustakaan STPB oleh pemustaka. Cara mengoptimalkan sistem telusur ini adalah dengan memanfaatkannya dalam proses penelusuran informasi di Perpustakaan STPB.


(19)

40

E. Instrumen Penelitian

Meneliti merupakan aktifitas pengukuran, maka dari itu dalam melakukan penelitian diperlukan adanya alat ukur. Alat ukur tersebut dapat disebut juga dengan instrumen penelitian. Menurut Sugiyono (2012, hlm. 102) “instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur

fenomena alam maupun sosial yang diamati”.

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket dengan butir-butir pernyataan yang telah memiliki jawaban alternatif. Instrumen dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui persepsi pemustaka tentang sistem klasifikasi DDC dengan pemanfaatan sistem telusur elektronik menggunakan angket dengan skala Likert. Menurut Sugiyono

(2012, hlm. 93) “skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial”. Dalam penelitian ini digunakan skala Likert untuk mengukur persepsi.

Angket skala Likert yang digunakan adalah dengan mengaplikasikan skala sikap 5 jenjang dengan alternatif jawaban yang diberi skor sebagai berikut :

a. Sangat Setuju (SS) = 5

b. Setuju (S) = 4

c. Ragu-ragu (R) = 3

d. Tidak Setuju = 2

e. Sangat Tidak Setuju (STS) = 1

Skor tersebut diberikan dengan ketentuan butir pernyataan yang memiliki makna positif, sedangkan untuk butir pernyataan yang memiliki makna negatif diberi skor sebagai berikut :

a. Sangat Setuju (SS) = 1


(20)

c. Ragu-ragu (R) = 3

d. Tidak Setuju = 4

e. Sangat Tidak Setuju (STS) = 5

Kisi-kisi angket dalam penelitian ini tentang indikator-indikator yang berasal dari variabel X dan variabel Y, dilengkapi dengan nomor butir pernyataan dan jumlah butir pernyataan yang dibuat. Kisi-kisi tersebut tertera pada Tabel 3.2 dan Tabel 3.3 tentang kisi-kisi penelitian.

Tabel 3.2

Kisi-kisi penelitian sebelum uji validitas

No Variabel Indikator

No Butir Jumlah Butir (+) (-)

1 Persepsi pemustaka tentang sistem klasifikasi DDC (Variabel X) Pengelompokkan bahan perpustakaan berdasarkan isi/subyek.

1, 2 3 3

Pemberian identitas pada bahan perpustakaan dengan notasi berupa angka dan huruf.

4, 5, 6, 7, 8

9 6

Petunjuk untuk memudahkan pemustaka mencari subjek tertentu.

10, 12, 13, 14

11 5

Penyusunan bahan perpustakaan secara sistematis berdasarkan notasi sistem klasifikasi DDC.

15, 16, 17

3

2 Pemanfaatan sistem telusur elektronik (Variabel Y)

Software sistem telusur elektronik

18, 19, 20, 21

22 5

Hardware sistem telusur elektronik

23, 24 25, 26, 27

5

Pengetahuan praktis dalam memanfaatkan sistem telusur elektronik.

28, 30, 31

29, 32 5

Pencarian bahan perpustakaan dengan kata kunci judul, pengarang, ataupun subjek.

33, 34, 35, 36, 37, 38


(21)

42

Manfaat menggunakan sistem telusur elektronik.

40, 41, 42, 43

44 5

Kesesuaian hasil pencarian di sistem telusur dengan kenyataan di rak.

45, 46, 47

48, 49, 50

6

JUMLAH 50 Butir

Tabel 3.3

Kisi-kisi penelitian setelah uji validitas

No Variabel Indikator No Butir Jumlah

Butir (+) (-)

1 Persepsi pemustaka tentang sistem klasifikasi DDC (Variabel X) Pengelompokkan bahan perpustakaan berdasarkan isi/subyek.

1 2 2

Pemberian identitas pada bahan perpustakaan dengan notasi berupa angka dan huruf.

3, 4, 5, 6, 4

Petunjuk untuk memudahkan pemustaka mencari subjek tertentu.

7, 8, 9 3

Penyusunan bahan perpustakaan secara sistematis berdasarkan notasi sistem klasifikasi DDC.

10, 11 2

2 Pemanfaatan sistem telusur elektronik (Variabel Y)

Software sistem telusur elektronik

12, 13, 14

15 4

Hardware sistem telusur elektronik

16, 17 18, 19, 20

5

Pengetahuan praktis dalam memanfaatkan sistem telusur elektronik.

21, 22, 23

3

Pencarian bahan perpustakaan dengan kata kunci judul, pengarang, ataupun subjek.

24, 25, 26

27 4

Manfaat menggunakan sistem telusur elektronik.

28, 29, 30

31 4

Kesesuaian hasil pencarian di sistem telusur dengan kenyataan


(22)

di rak.

JUMLAH 35 Butir

F.Proses Pengembangan Instrumen 1. Uji Validitas

Uji validitas dalam suatu penelitian digunakan untuk mengetahui kelayakan dari alat ukur yang digunakan. Menurut Arikunto (2010, hlm. 211) validitas adalah “suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kesahihan suatu instrumen”. Uji validitas dalam penelitian ini akan menggunakan rumus korelasi yang dikemukakan oleh Pearson, yang dikenal dengan rumus Pearson product moment (Siregar, 2013, hlm. 48), yaitu sebagai berikut :

n(∑(xy) - (∑x) (∑Y) rxy =

[n(∑x2

) - (∑x)2][n∑y2 – (∑y)2 Keterangan :

r

xy = Koefisien korelasi antara variabel x dan y

∑x = Jumlah skor yang diperoleh dari responden yang di uji

∑ Y = Jumlah skor seluruh item dari keseluruhan responden yang diuji n = Jumlah responden

Uji validitas untuk penelitian menggunakan sample sebanyak 32 anggota Perpustakaan STPB. Setiap butir soal dalam instrumen dikatakan valid apabila rhitung lebih besar dari rtabel. Sedangkan butir soal dikatakan

tidak valid apabila rhitung lebih kecil dari rtabel. Besar rtabel dengan jumlah

responden 32 orang yaitu sebesar 0,349. Perhitungan uji validitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan Microsoft Office Excel 2013 dan IBM


(23)

44

SPSS Statistics 20. Berikut adalah hasil dari uji coba validitas dari variabel X dan variabel Y:

a. Hasil Uji Coba Validitas Variabel X (Persepsi Pemustaka tentang Sistem Klasifikasi DDC)

Berdasarkan perhitungan menggunakan IBM SPSS Statistics 20 pada variabel X (Persepsi Pemustaka tentang Sistem Klasifikasi DDC) yang berjumlah 17 butir pernyataan terdapat 6 butir pernyataan yang tidak valid, yaitu pernyataan nomor 2, 5, 9, 11, 14, dan 16. Berikut penjelasan lebih lanjut tertera pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4

Hasil uji coba validitas variabel X (Persepsi Pemustaka tentang Sistem Klasifikasi DDC)

Pernyataan Nilai r Hitung

Nilai r

Tabel Keterangan Pernyataan 1 0.645 0.349 Valid

Pernyataan 2 0.188 0.349 Tidak Valid Pernyataan 3 0.646 0.349 Valid Pernyataan 4 0.620 0.349 Valid Pernyataan 5 0.341 0.349 Tidak Valid Pernyataan 6 0.646 0.349 Valid Pernyataan 7 0.620 0.349 Valid Pernyataan 8 0.478 0.349 Valid Pernyataan 9 (0.193) 0.349 Tidak Valid Pernyataan 10 0.798 0.349 Valid Pernyataan 11 (0.023) 0.349 Tidak Valid


(24)

Pernyataan 12 0.532 0.349 Valid

Pernyataan 13 0.516 0.349 Valid

Pernyataan 14 0.331 0.349 Tidak Valid Pernyataan 15 0.693 0.349 Valid Pernyataan 16 0.306 0.349 Tidak Valid Pernyataan 17 0.860 0.349 Valid

Setiap butir pernyataan yang dinyatakan tidak valid akan dihapus dan tidak dipergunakan lagi dalam penelitian selanjutnya. Dengan demikian butir pernyataan yang digunakan untuk variabel X (Persepsi Pemustaka tentang Sistem Klasifikasi DDC) yaitu sebanyak 11 butir pernyataan.

b. Hasil Uji Coba Validitas Variabel Y (Pemanfaatan Sistem Telusur Elektronik)

Berdasarkan perhitungan menggunakan IBM SPSS Statistics 20 pada variabel Y (Pemanfaatan Sistem Telusur Elektronik) yang berjumlah 33 butir pernyataan terdapat 9 butir pernyataan yang tidak valid, yaitu pernyataan nomor 18, 29, 32, 36, 37, 38, 43, 46, 48. Berikut penjelasan lebih lanjut tertera pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5

Hasil uji coba validitas variabel Y (Pemanfaatan Sistem Telusur Elektronik)

Pernyataan Nilai r Hitung

Nilai r

Tabel Keterangan Pernyataan 18 0.203

0.349 Tidak Valid Pernyataan 19 0.716


(25)

46

Pernyataan 20 0.734

0.349 Valid Pernyataan 21 0.733

0.349 Valid Pernyataan 22 0.844

0.349 Valid Pernyataan 23 0.554

0.349 Valid Pernyataan 24 0.734

0.349 Valid Pernyataan 25 0.554

0.349 Valid Pernyataan 26 0.734

0.349 Valid Pernyataan 27 0.830

0.349 Valid Pernyataan 28 0.370

0.349 Valid Pernyataan 29 0.297

0.349 Tidak Valid Pernyataan 30 0.734

0.349 Valid Pernyataan 31 0.766

0.349 Valid Pernyataan 32 0.041

0.349 Tidak Valid Pernyataan 33 0.568

0.349 Valid Pernyataan 34 0.403

0.349 Valid Pernyataan 35 0.569

0.349 Valid Pernyataan 36 0.262

0.349 Tidak Valid Pernyataan 37 (0.028)

0.349 Tidak Valid Pernyataan 38 0.074

0.349 Tidak Valid Pernyataan 39 0.568

0.349 Valid Pernyataan 40 0.804

0.349 Valid Pernyataan 41 0.695


(26)

Pernyataan 42 0.788

0.349 Valid Pernyataan 43 (0.025)

0.349 Tidak Valid Pernyataan 44 0.569

0.349 Valid Pernyataan 45 0.393

0.349 Valid Pernyataan 46 0.240

0.349 Tidak Valid Pernyataan 47 0.526

0.349 Valid Pernyataan 48 (0.240)

0.349 Tidak Valid Pernyataan 49 0.730

0.349 Valid Pernyataan 50 0.568

0.349 V alid

Setiap butir pernyataan yang dinyatakan tidak valid akan dihapus dan tidak dipergunakan lagi dalam penelitian selanjutnya. Dengan demikian butir pernyataan yang digunakan untuk variabel Y (Pemanfaatan Sistem Telusur Elektronik) yaitu sebanyak 24 butir pernyataan.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengukur tingkat kesahihan suatu alat ukur yang digunakan dalam penelitian. Menurut Arikunto (2010, hlm. 221) reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa “suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik”. Uji reliabilitas untuk penelitian ini menggunakan rumus Alpha Cronbach (Siregar, 2013, hlm. 58) yaitu sebagai berikut :


(27)

48

Keterangan:

r11 = Reliabilitas instrumen

k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya butir soal Σσb2 = Jumlah varians butir

σ12 = Varians total

Rumus Alpha Cronbach digunakan dalam penelitian ini karena instrumen penelitian yang diterapkan adalah dengan skala Likert yaitu dengan skala bertingkat. Kriteria suatu instrumen penelitian dikatakan reliable dengan menggunakan teknik ini, bila koefisien reliabilitas (r11) >

0,6 (Siregar,2013, hlm. 57).

Untuk mengetahui apakah instrumen reliabel atau tidak maka nilai koefisien alpha dibandingkan dengan 0,6. Jika nilai Alpha lebih besar dari 0,6 maka instrumen penelitian dinyatakan reliabel. Tetapi jika kurang dari 0,6 maka instrumen penelitian dinyatakan tidak reliabel. Berikut adalah hasil uji coba reliabilitas pada variabel X (Persepsi Pemustaka tentang Sistem klasifikasi DDC) dan variabel Y (Pemanfaatan Sistem Telusur Elektronik) tertera pada Tabel 3.6 dan Tabel 3.7.

Tabel 3.6

Hasil uji reliabilitas variabel X (Persepsi Pemustaka tentang Sistem Klasifikasi DDC)

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items

.848 17

Hasil uji coba reliabilitas pada variabel X (Persepsi Pemustaka tentang Sistem Klasifikasi DDC) dengan jumlah butir sebanyak 17 butir menggunakan Cronbach’s Alpha sebesar 0,848. Dengan demikian nilai


(28)

Alpha untuk variabel X lebih besar dari 0,6 maka variabel X dinyatakan reliabel.

Tabel 3.7

Hasil uji reliabilitas variabel Y (Pemanfaatan Sistem Telusur Elektronik)

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items

.910 33

Hasil uji coba reliabilitas pada variabel Y (Pemanfaatan Sistem Telusur Elektronik) dengan jumlah butir sebanyak 33 butir pernyataan menggunakan Cronbach’s Alpha sebesar 0,910. Dengan demikian nilai Alpha untuk variabel X lebih besar dari 0,6 maka variabel X dinyatakan reliabel.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan dalam suatu penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan angket. Menurut Sugiyono (2012, hlm. 142) angket merupakan “teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya”. Angket dalam penelitian ini berupa seperangkat pernyataan yang akan dijawab oleh responden dengan skala sikap 5 jenjang dari Likert. Angket tersebut akan disebarkan kepada sampel yang akan diteliti yaitu pemustaka yang merupakan anggota di Perpustakaan STPB.


(29)

50

Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah teknik

analisis data statistik deskriptif. Menurut Sugiyono (2012, hlm. 147) “statistik

deskriptif dapat digunakan bila peneliti ingin mendeskripsikan hanya data sampel, dan tidak ingin mengambil simpulan yang berlaku untuk populasi

dimana sampel diambil”. Jadi peneliti bermaksud mendeskripsikan data yang

diperoleh apa adanya tanpa bermaksud menarik simpulan yang berlaku secara umum. Analisis data sendiri terdiri dari beberapa tahapan, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Tahap-Tahap Analisis Data

Data yang telah diperoleh dari hasil penyebaran angket selanjutnya diolah dalam beberapa tahapan pada prosedur pengolahan data. “Secara garis besar, pekerjaan analisis data meliputi 3 langkah yaitu: persiapan,

tabulasi, penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian” (Arikunto, 2010, hlm. 278). Penjelasan lebih lengkapnya adalah sebagai berikut:

a. Persiapan adalah kegiatan yang dilaksanakan setelah peneliti selesai menghimpun data di lapangan. Kegiatan tersebut mencakup:

1) Pemeriksaan identitas responden.

2) Pemeriksaan kelengkapan data, yaitu memeriksa isi instrumen, dan memeriksa kelengkapan lembar instrumen.

3) Memeriksa isi instrumen, jika terdapat isian yang tidak dikehendaki maka kemungkinan data tidak perlu untuk disimpan.

b. Tabulasi adalah kegiatan memasukkan data pada tabel dan mengatur angka-angka serta menghitungnya. Kegiatan tabulasi antara lain adalah:

1) memberikan skor terhadap item-item yang perlu diberi skor melalui tes;

2) memberi kode terhadap item yang tidak diberi skor;

3) mengubah jenis data, disesuaikan atau dimodifikasikan dengan analisis yang digunakan yaitu statistik deskriptif;


(30)

4) memberikan kode (Coding). Coding adalah pemberian kode atau skor untuk setiap option (pilihan) dari setiap item berdasarkan ketentuan yang ada yakni dengan menggunakan skala Likert.

c. Penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian dimana data yang telah diperoleh kemudian diolah dengan rumus-rumus atau aturan-aturan secara kuantitatif.

2. Teknik analisis data

Kegiatan selanjutnya setelah tahap pengolahan data selesai dilakukan adalah analisis data. Teknik analisis data bertujuan untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis. Analisis data dilakukan setelah data dari sumber data yaitu responden atau sumber lainnya terkumpul. Kegiatan teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan uji hipotesis/korelasi dan uji signifikasi. Berikut teknik analisis data yang dilakukan:

a. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis ini dilakukan untuk mengetahui besarnya hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Jadi pengujian hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan analisis korelasional, sehingga besarnya hubungan antara variabel akan dinyatakan dengan koefisien korelasi.

Teknik korelasi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan rumus Rank Spearman karena data yang digunakan berupa data ordinal yang diperoleh dari angket yang menggunakan


(31)

52

skala Likert. Berikut ini adalah rumus yang digunakan (Sugiyono, 2011, hlm. 245) :

ρ = 1 – 6 Σbi2 n (n2– 1) Keterangan:

ρ = Koefisien korelasi N = Banyaknya sampel

∑d2

= Jumlah kuadrat dari selisih rank variabel X dan rank variabel Y

Untuk mengetahui keberartian korelasi maka berikut ini adalah pedoman untuk menginterpretasi koefisien korelasi menurut (Sugiyono, 2014, hlm. 257) seperti tertera pada tabel 3.8.

Tabel 3.8 Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 – 0,199 Sangat rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat kuat

b. Hipotesis Penelitian Ho: ρ = 0

Tidak ada hubungan antara persepsi pemustaka tentang sistem klasifikasi DDC dengan pemanfaatan sistem telusur elektronik

Ha : ρ ≠ 0

Ada hubungan antara persepsi pemustaka tentang sistem klasifikasi DDC dengan pemanfaatan sistem telusur elektronik


(32)

t hitung > t tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima

t hitung < t tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak

c. Uji Signifikansi

Tahapan selanjutnya sebelum dibuat simpulan harus dilakukan pengujian atas tingkat keberartian (signifikansi) korelasi hasil perhitungan tersebut. Pengujian signifikansi ini dilakukan dengan menggunakan rumus uji t (Sugiyono, 2012, hlm. 184) yaitu:

t = r √ n – 2 1– r2

Keterangan:

t = distribusi dengan dk = n-2 r = koefisien korelasi

n = banyaknya data

Setelah mendapatkan koefisien thitung dari uji signifikansi

korelasi, kemudian hasil perhitungan tersebut dibandingkan dengan nilai ttabel. Setelah itu baru dilakukan uji hipotesis penelitian.

I. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian merupakan tahapan dalam penelitian mulai dari persiapan awal yaitu pembuatan rencana penelitian, pelaksanaan penelitian, hingga tahap akhir yaitu pembuatan laporan penelitian. Berikut merupakan penjelasan dari ketiga tahapan tersebut :

1. Pembuatan Rencana Penelitian

Langkah-langkah dalam tahapan pembuatan rencana penelitian ini adalah memilih masalah yang akan diteliti, studi pendahuluan, merumuskan masalah, merumuskan anggapan dasar, memilih


(33)

54

pendekatan, dan menentukan variabel serta sumber data untuk penelitian ini.

2. Pelaksanaan Penelitian

Langkah dalam tahapan pelaksanaan penelitian ini adalah menentukan dan menyusun instrumen, mengumpulkan data, menganalisis data dan kemudian menarik simpulan dari data yang telah didapat.

3. Pembuatan Laporan Penelitian

Pada tahapan pembuatan laporan penelitian ini peneliti menulis temuan sesuai dengan data yang telah didapatkan dan diolah menjadi informasi yang mendukung penelitian.


(34)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.Simpulan

Berdasarkan penelitian yang berjudul “Hubungan Persepsi Pemustaka tentang Sistem Klasifikasi DDC dengan Pemanfaatan Sistem Telusur Elektronik pada Perpustakaan STPB” maka dapat ditarik beberapa simpulan.

1. Simpulan umum

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui hubungan antara persepsi pemustaka tentang sistem klasifikasi DDC dengan pemanfaatan sistem telusur elektronik pada Perpustakaan STPB, maka dapat disimpulkan bahwa hubungan antara keduanya signifikan dan dengan tingkat hubungan pada kategori sedang. Sehingga hubungan keduanya bersifat positif. Dengan demikian pemustaka Perpustakaan STPB telah cukup memahami cara kerja sistem klasifikasi DDC sehingga sistem telusur elektronik dapat termanfaatkan untuk tujuan penelusuran informasi di perpustakaan.

2. Simpulan khusus

Simpulan khusus mengenai gambaran persepsi pemustaka tentang sistem klasifikasi DDC pada Perpustakaan STPB adalah bahwa sebagian besar pemustaka sudah memahami penggunaan dan maksud dari sistem klasifikasi DDC sebagai alat pengelompokan bahan perpustakaan sesuai subjek dan sebagai petunjuk dalam penelusuran. Pengelompokan bahan perpustakaan berdasarkan isi/ subjek membantu pemustaka menemukan bahan perpustakaan sesuai dengan yang dibutuhkannya. Pemberian identitas pada label penomoran klasifikasi sudah sesuai dengan identitas dari bahan perpustakaan tersebut. Sistem klasifikasi dapat menunjukkan kepada pemustaka letak informasi yang dibutuhkannya secara lebih mudah.


(35)

99

berkelompok sesuai subjeknya sehingga memudahkan pemustaka dalam pemerolehan bahan.

Simpulan khusus mengenai gambaran persepsi pemustaka tentang sistem klasifikasi DDC pada Perpustakaan STPB adalah pemustaka Perpustakaan STPB pada umumnya menggunakan kata kunci subjek dalam melakukan penelusuran bahan perpustakaan. Sebagian besar pemustaka telah memahami tata cara penggunaan software sistem telusur elektronik yaitu NCI Bookman dalam proses penelusuran dan menganggap tampilan software (interface) cukup menarik. Keberadaan alat telusur dapat diketahui oleh pemustaka karena letaknya yang strategis dengan pintu masuk. Akan tetapi, hardware dalam melakukan penelusuran yaitu mouse sering mengalami kerusakan hingga tidak dapat digunakan. Pemustaka pada umumnya menggunakan kata kunci subjek untuk melakukan penelusuran pada sistem telusur, akan tetapi sebagian besar pemustaka kurang mengerti cara menggunakan kata kunci dalam penelusuran. Sebagian besar pemustaka menemukan bahan perpustakaan yang dibutuhkan secara lebih akurat, cepat, dan mudah karena menelusur terlebih dahulu pada sistem telusur elektronik. Sebagian pemustaka lain beranggapan bahwa setelah menemukan data bahan perpustakaan pada sistem telusur, ternyata bahan perpustakaan tersebut tidak terdapat di rak. Hal ini menunjukkan ketidaksesuaian data yang ada dengan kenyataan rak.

B.Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah didapatkan di lapangan, maka peneliti memberikan beberapa rekomendasi yang diharapkan dapat dijadikan masukan dan bermanfaat bagi pihak-pihak terkait. Berikut adalah beberapa rekomendasi yang dapat disampaikan.

1. Bagi Perpustakaan STPB

a. Sebaiknya komputer untuk melakukan penelusuran ditambah jumlahnya karena dengan jumlah saat ini yaitu satu komputer untuk penelusuran dirasa kurang memadai untuk melayani kebutuhan pemustaka dan juga


(36)

komponen yang sering mengalami kerusakan membuat pemustaka sulit melakukan penelusuran.

b. Sebaiknya disamping komputer untuk melakukan penelusuran dibuat langkah-langkah singkat untuk melakukan penelusuran dengan benar sehingga pemustaka tidak perlu lagi bertanya kepada pustakawan.

2. Bagi Pustakawan dan Staf Perpustakaan STPB

a. Sebaiknya pustakawan beserta staf memberikan layanan user education secara berkala kepada pemustaka tentang cara membaca sistem klasifikasi DDC dan menggunakan sistem telusur elektronik, agar pemustaka mengetahui cara menelusur secara cepat dan tepat.

b. Sebaiknya pustakawan beserta staf melakukan shelving secara rutin agar bahan perpustakaan tetap tersusun berdasarkan sistem penomoran klasifikasinya.

3. Bagi Pemustaka

a. Sebaiknya pemustaka dapat menelusur bahan perpustakaan yang dibutuhkan secara mandiri dengan bantuan alat telusur tanpa bertanya lagi kepada pustakawan.

b. Sebaiknya pemustaka dapat menjaga kelestarian alat telusur agar alat ini dapat dimanfaatkan dalam jangka waktu panjang.

c. Sebaiknya pemustaka tidak mengembalikan bahan perpustakaan sendiri ke rak agar susunan buku di rak tidak berubah dan tetap sesuai dengan urutannya.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Diharapkan peneliti selanjutnya yang meneliti mengenai sistem klasifikasi DDC yang dihubungkan atau pengaruhnya terhadap pemanfaatan sistem telusur elektronik, karena peneliti hanya menggambarkan saja penelitian mengenai persepsi pemustaka tentang sistem klasifikasi DDC dengan pemanfaatan sistem telusur elektronik.


(37)

101

b. Diharapkan peneliti selanjutnya dapat menggunakan teknik pengumpulan data yang lebih beragam tidak hanya angket saja melainkan dapat juga menggunakan teknik wawancara untuk mendapatkan data yang lebih lengkap lagi.


(38)

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR BUKU DAN JURNAL

Ahmad, F. (2012). Temu kembali bahan pustaka di Perpustakaan STKIP PGRI Sumbar. Jurnal Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan, 1 (1), hlm. 459-465.

Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitian: suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Djatin, J. (1996). Penelusuran literatur. Jakarta: Universitas Terbuka.

Hamakonda, T. P. & Tairas, J.N.B. (2001). Pengantar klasifikasi persepuluhan Dewey. Jakarta: Gunung Mulia.

Hendriyana, R. (2012). Penggunaan sistem klasifikasi antara sistem klasifikasi the national technicalinformation service dan Dewey decimal classification. Visi Pustaka, 14 (3), hlm. 64-71.

Lasa, Hs. (2009). Kamus kepustakawanan Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher.

Kao, M. L. (1995). Cataloging and classification for library technicians. New York: The Haworth Press.

Mawati, Y. (2013). Pemanfaatan Online Public Access Catalog (OPAC) untuk meningkatkan kualitas layanan di Universitas Negeri Padang. Jurnal Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan, 2 (1), hlm. 435-442.

Nuansa Cerah Informasi. (n.d). Manual operasi NCI Bookman: manajemen administrasi perpustakaan. Bandung: PT. Nuansa Cerah Informasi.

Pendit, P.L. (2007). Perpustakaan digital. Jakarta : Toko Buku Sagung Seto.


(39)

Prastowo, A. (2013). Manajemen perpustakaan sekolah profesional. Yogyakarta: Diva Press.

Purwono. (2010). Dokumentasi. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Sinaga, D. (2011). Mengelola perpustakaan sekolah. Bandung: Bejana.

Siregar, S. (2013). Metode penelitian kuantitatif: dilengkapi dengan perbandingan manual & SPSS. Jakarta: Kencana.

Sobur, A. (2013). Psikologi umum: dalam lintasan sejarah. Bandung: Pustaka Setia.

Soeatminah. (1992). Perpustakaan kepustakawanan dan pustakawan. Yogyakarta: Kanasius.

Sugiyono. (2011). Statistika untuk penelitian. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. (2012). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2014). Metode penelitian pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sulistyo-Basuki. (1991). Pengantar ilmu perpustakaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Supriyanto, W. & Muhsin, A. (2008). Teknologi Informasi Perpustakaan. Yogyakarta: Kanisius.

Suwarno, W. (2009). Psikologi perpustakaan. Jakarta: Sagung Seto.

Suwarno, W. (2010). Dasar-dasar ilmu perpustakaan: sebuah pendekatan praktis. Yogyakarta: Ar-Ruzz.

Yusup, P. M. (2013). Ilmu informasi, komunikasi, dan kepustakaan. Jakarta: Bumi Aksara.

Yusup, P.M. & Subekti, P. (2010). Teori dan praktik penelusuran informasi (information retrival). Jakarta: Kencana.


(40)

DAFTAR PERUNDANG-UNDANGAN

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.0103/o/1981 tentang Pokok-pokok Kebijakan Pembinaan dan Pengembangan Perpustakaan di Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan.

DAFTAR ONLINE

Wikipedia. (2015). Jaringan Komputer. [Online]. Diakses dari

http://id.m.wikipedia.org/wiki/jaringan_komputer. [28 Juni 2015].

Wikipedia. (2015). Perangkat keras. [Online]. Diakses dari


(1)

99

berkelompok sesuai subjeknya sehingga memudahkan pemustaka dalam pemerolehan bahan.

Simpulan khusus mengenai gambaran persepsi pemustaka tentang sistem klasifikasi DDC pada Perpustakaan STPB adalah pemustaka Perpustakaan STPB pada umumnya menggunakan kata kunci subjek dalam melakukan penelusuran bahan perpustakaan. Sebagian besar pemustaka telah memahami tata cara penggunaan software sistem telusur elektronik yaitu NCI Bookman dalam proses penelusuran dan menganggap tampilan software (interface) cukup menarik. Keberadaan alat telusur dapat diketahui oleh pemustaka karena letaknya yang strategis dengan pintu masuk. Akan tetapi, hardware dalam melakukan penelusuran yaitu mouse sering mengalami kerusakan hingga tidak dapat digunakan. Pemustaka pada umumnya menggunakan kata kunci subjek untuk melakukan penelusuran pada sistem telusur, akan tetapi sebagian besar pemustaka kurang mengerti cara menggunakan kata kunci dalam penelusuran. Sebagian besar pemustaka menemukan bahan perpustakaan yang dibutuhkan secara lebih akurat, cepat, dan mudah karena menelusur terlebih dahulu pada sistem telusur elektronik. Sebagian pemustaka lain beranggapan bahwa setelah menemukan data bahan perpustakaan pada sistem telusur, ternyata bahan perpustakaan tersebut tidak terdapat di rak. Hal ini menunjukkan ketidaksesuaian data yang ada dengan kenyataan rak.

B.Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah didapatkan di lapangan, maka peneliti memberikan beberapa rekomendasi yang diharapkan dapat dijadikan masukan dan bermanfaat bagi pihak-pihak terkait. Berikut adalah beberapa rekomendasi yang dapat disampaikan.

1. Bagi Perpustakaan STPB

a. Sebaiknya komputer untuk melakukan penelusuran ditambah jumlahnya karena dengan jumlah saat ini yaitu satu komputer untuk penelusuran dirasa kurang memadai untuk melayani kebutuhan pemustaka dan juga


(2)

100

komponen yang sering mengalami kerusakan membuat pemustaka sulit melakukan penelusuran.

b. Sebaiknya disamping komputer untuk melakukan penelusuran dibuat langkah-langkah singkat untuk melakukan penelusuran dengan benar sehingga pemustaka tidak perlu lagi bertanya kepada pustakawan.

2. Bagi Pustakawan dan Staf Perpustakaan STPB

a. Sebaiknya pustakawan beserta staf memberikan layanan user education secara berkala kepada pemustaka tentang cara membaca sistem klasifikasi DDC dan menggunakan sistem telusur elektronik, agar pemustaka mengetahui cara menelusur secara cepat dan tepat.

b. Sebaiknya pustakawan beserta staf melakukan shelving secara rutin agar bahan perpustakaan tetap tersusun berdasarkan sistem penomoran klasifikasinya.

3. Bagi Pemustaka

a. Sebaiknya pemustaka dapat menelusur bahan perpustakaan yang dibutuhkan secara mandiri dengan bantuan alat telusur tanpa bertanya lagi kepada pustakawan.

b. Sebaiknya pemustaka dapat menjaga kelestarian alat telusur agar alat ini dapat dimanfaatkan dalam jangka waktu panjang.

c. Sebaiknya pemustaka tidak mengembalikan bahan perpustakaan sendiri ke rak agar susunan buku di rak tidak berubah dan tetap sesuai dengan urutannya.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Diharapkan peneliti selanjutnya yang meneliti mengenai sistem klasifikasi DDC yang dihubungkan atau pengaruhnya terhadap pemanfaatan sistem telusur elektronik, karena peneliti hanya menggambarkan saja penelitian mengenai persepsi pemustaka tentang sistem klasifikasi DDC dengan pemanfaatan sistem telusur elektronik.


(3)

101

b. Diharapkan peneliti selanjutnya dapat menggunakan teknik pengumpulan data yang lebih beragam tidak hanya angket saja melainkan dapat juga menggunakan teknik wawancara untuk mendapatkan data yang lebih lengkap lagi.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR BUKU DAN JURNAL

Ahmad, F. (2012). Temu kembali bahan pustaka di Perpustakaan STKIP PGRI Sumbar. Jurnal Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan, 1 (1), hlm. 459-465.

Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitian: suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Djatin, J. (1996). Penelusuran literatur. Jakarta: Universitas Terbuka.

Hamakonda, T. P. & Tairas, J.N.B. (2001). Pengantar klasifikasi persepuluhan Dewey. Jakarta: Gunung Mulia.

Hendriyana, R. (2012). Penggunaan sistem klasifikasi antara sistem klasifikasi the national technicalinformation service dan Dewey decimal classification. Visi Pustaka, 14 (3), hlm. 64-71.

Lasa, Hs. (2009). Kamus kepustakawanan Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher.

Kao, M. L. (1995). Cataloging and classification for library technicians. New York: The Haworth Press.

Mawati, Y. (2013). Pemanfaatan Online Public Access Catalog (OPAC) untuk meningkatkan kualitas layanan di Universitas Negeri Padang. Jurnal Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan, 2 (1), hlm. 435-442.

Nuansa Cerah Informasi. (n.d). Manual operasi NCI Bookman: manajemen administrasi perpustakaan. Bandung: PT. Nuansa Cerah Informasi.

Pendit, P.L. (2007). Perpustakaan digital. Jakarta : Toko Buku Sagung Seto.

Prasetyo, B. & Lina, M. J. (2010). Metode penelitian kuantitatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.


(5)

Prastowo, A. (2013). Manajemen perpustakaan sekolah profesional. Yogyakarta: Diva Press.

Purwono. (2010). Dokumentasi. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Sinaga, D. (2011). Mengelola perpustakaan sekolah. Bandung: Bejana.

Siregar, S. (2013). Metode penelitian kuantitatif: dilengkapi dengan perbandingan manual & SPSS. Jakarta: Kencana.

Sobur, A. (2013). Psikologi umum: dalam lintasan sejarah. Bandung: Pustaka Setia.

Soeatminah. (1992). Perpustakaan kepustakawanan dan pustakawan. Yogyakarta: Kanasius.

Sugiyono. (2011). Statistika untuk penelitian. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. (2012). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2014). Metode penelitian pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sulistyo-Basuki. (1991). Pengantar ilmu perpustakaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Supriyanto, W. & Muhsin, A. (2008). Teknologi Informasi Perpustakaan. Yogyakarta: Kanisius.

Suwarno, W. (2009). Psikologi perpustakaan. Jakarta: Sagung Seto.

Suwarno, W. (2010). Dasar-dasar ilmu perpustakaan: sebuah pendekatan praktis. Yogyakarta: Ar-Ruzz.

Yusup, P. M. (2013). Ilmu informasi, komunikasi, dan kepustakaan. Jakarta: Bumi Aksara.

Yusup, P.M. & Subekti, P. (2010). Teori dan praktik penelusuran informasi (information retrival). Jakarta: Kencana.


(6)

DAFTAR PERUNDANG-UNDANGAN

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.0103/o/1981 tentang Pokok-pokok Kebijakan Pembinaan dan Pengembangan Perpustakaan di Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan.

DAFTAR ONLINE

Wikipedia. (2015). Jaringan Komputer. [Online]. Diakses dari

http://id.m.wikipedia.org/wiki/jaringan_komputer. [28 Juni 2015].

Wikipedia. (2015). Perangkat keras. [Online]. Diakses dari