Komparasi Bagan Sistem Klasifikasi Dewey Decimal Classification (DDC) Dengan Universal Decimal Classification (UDC)

(1)

KOMPARASI BAGAN SISTEM KLASIFIKASI

DEWEY DECIMAL CLASSIFICATION (DDC) DENGAN

UNIVERSAL DECIMAL CLASSIFICATION (UDC)

Skripsi

Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan studi untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

dalam bidang studi Perpustakaan dan Informasi

Oleh:

MUSWITA WIDYA RAHMA

040709008

DEPARTEMEN STUDI PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Skripsi : Komparasi Bagan Sistem Klasifikasi Dewey Decimal Classification (DDC) dengan Universal Decimal Classification (UDC)

Oleh : Muswita Widya Rahma

N I M : 040709008

Pembimbing I : Drs. Jonner Hasugian, M.Si

Tanda Tangan :

Tanggal :

Pembimbing II : Drs. Syakirin Pangaribuan, S.H

Tanda Tangan :


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : Komparasi Bagan Sistem Klasifikasi Dewey Decimal Classification (DDC) dengan Universal Decimal Classification (UDC)

Oleh : Muswita Widya Rahma

N I M : 040709008

DEPARTEMEN STUDI PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI

Ketua : Drs. Jonner Hasugian, M.Si

Tanda Tangan :

Tanggal :

FAKULTAS SASTRA

Dekan : Drs. Syaifuddin, M.A., Ph.D

Tanda Tangan :


(4)

PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya ini adalah karya orisinil dan belum pernah disajikan sebagai suatu tulisan untuk memperoleh suatu kualifikasi tertentu atau dimuat pada media publikasi lain.

Penulis membedakan dengan jelas antara pendapat atau gagasan penulis dengan pendapat dan gagasan yang bukan berasal dari penulis dengan mencantumkan tanda kutip.

Medan, Juli 2008 Penulis

Muswita Widya Rahma NIM : 040709008


(5)

ABSTRAK

Rahma, Muswita Widya. 2008. Komparasi Bagan Sistem Klasifikasi Dewey Decimal Classification (DDC) dengan Universal Decimal Classification (UDC). Medan: Departemen Studi Perpustakaan dan Informasi Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

DDC dan UDC merupakan sistem klasifikasi yang mempunyai kedekatan namun tidak dapat dikatakan sama. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan kedua bagan sistem klasifikasi secara umum. Data yang dikumpulkan adalah data sekunder. Metode penelitian yang digunakan adalah metode content analysis. Datanya diolah dengan menggunakan teknik statistik deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan adanya persamaan dan perbedaan entri notasi DDC edisi ke-22 dengan UDC edisi tahun 2005. DDC memiliki 915 entri, sedangkan 85 entri merupakan unassigned dan optional number. UDC memiliki 426 entri yang digunakan dalam mewakili fenomena subjek dan sebanyak 574 entri tidak digunakan.

Perbandingan keseluruhan dari kedua bagan tersebut adalah persamaan notasi dengan fenomena subjeknya sebanyak 282 entri dan perbedaanya sebanyak 698 entri sedangkan sebanyak 20 entri lagi tidak dapat dibandingkan karena notasi tersebut tidak mempunyai fenomena apapun. Fenomena subjek yang paling berbeda yaitu subjek psychology, religion, language, management dan history & geography.

Catatan dan instruksi yang terdapat pada DDC adalah include, add to base number, optional note, centered headings, formerly, unassigned dan optional number sedangkan catatan dan instruksi yang terdapat pada UDC adalah scope, parallel division, combinations, include, reference, dan application note. Dari variasi catatan dan instruksi kedua bagan tersebut terdapat dua (2) catatan yang sama, yaitu include dan optional number.

Kata kunci: Klasifikasi, Dewey Decimal Classification (DDC), Universal Decimal Classification (UDC).


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Penulisan skripsi ini diajukan guna mencapai gelar Sarjana Sosial pada Departemen Studi Perpustakaan dan Informasi pada Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak luput dari kekurangan dan kelemahan dalam berbagai hal, baik dalam penyajian maupun penguraiannya. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Syaifuddin, M.A., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Bapak Drs. Jonner Hasugian, M.Si, selaku Pembimbing I dan Ketua Departemen Studi Perpustakaan dan Informasi.

3. Bapak Drs. Syakirin Pangaribuan, SH, selaku Pembimbing II. 4. Ibu Dra. Zaslina Zainuddin, selaku Dosen Wali penulis.

5. Bapak Drs. Belling Siregar, M.Lib, selaku Dosen Pengajar mata kuliah Klasifikasi, yang telah memberikan bantuan dan saran kepada penulis.

6. Seluruh staf pengajar yang telah memberikan ilmu kepada penulis dan pegawai administrasi (Bang Yudi) di Departemen Studi Perpustakaan dan Informasi.

7. Kedua orangtua penulis, Ayahanda Murwinto dan Ibunda Dra. Setiaty yang telah memberikan semangat, perhatian dan dukungan baik moril maupun materil dan yang selalu mendoakan penulis selama ini.

8. Kakak dan adik-adik yang penulis sayangi (Kak Sari, Indra, Fina dan Bowo) yang telah memberikan semangat, perhatian, bantuan dan dukungan kepada penulis serta mendoakan penulis selama ini.

9. Keluarga besar (Nenek, Pakde, Bukde, Om dan Tante) yang senantiasa membantu penulis baik moril maupun materil serta mendoakan penulis selama ini.


(7)

10. Sahabat-sahabat penulis Kak Guntari “Cici” Sawitri dan “Veny” Fitriyanti, atas semua dukungan, bantuan, doa dan hari-hari yang dilalui bersama selama empat tahun ini.

11. Teman-teman penulis, Mega, Wahyu, Bang Awi, Bang Zai, Bang Darwin, Bang Surya, Tirta, Jefri, Alex, Dewi, Anni, Siti, BeTaDin, Fitriyani dan teman-teman penulis lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas semua dukungan, bantuan serta doanya.

12. Senior (Bang Mas Irwansyah S.Sos) yang banyak memberikan saran serta Junior (Inggit, Dila dan Richard) yang telah memberikan dukungan, bantuan serta doa kepada penulis.

13. Semua pihak yang telah membantu penulis, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Juni 2008 Penulis,


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 3

1.3Tujuan Penelitian ... 3

1.4Manfaat Penelitian ... 4

1.5Ruang Lingkup Penelitian ... 4

BAB II KAJIAN TEORITIS ... 5

2.1 Konsep Dasar Klasifikasi ... 5

2.1.1 Pengertian Klasifikasi ... 5

2.1.2 Tujuan Klasifikasi ... 6

2.1.3 Manfaat Klasifikasi ... 6

2.1.4 Struktur Pengetahuan ... 7

2.1.5 Jenis Klasifikasi... 7

2.1.6 Sistem Klasifikasi ... 8

2.1.7 Ciri-ciri Sistem Klasifikasi yang baik ... 9

2.2 Dewey Decimal Classification (DDC) ... 10

2.2.1 Sejarah DDC ... 10

2.2.2 Unsur-unsur Pokok DDC ... 12

2.2.2.1 Bagan (schedule) ... 12

2.2.2.2 Indeks Relatif ... 14

2.2.2.3 Tabel Tambahan/Pembantu ... 15

2.2.3 Catatan dan Instruksi dalam DDC ... 15


(9)

2.3 Universal Decimal Classification (UDC) ... 18

2.3.1 Sejarah UDC ... 20

2.3.2 Unsur-unsur Pokok UDC ... 22

2.3.2.1 Bagan (schedule) ... 22

2.3.2.2 Indeks Relatif ... 23

2.3.2.3 Tabel Tambahan/Pembantu ... 23

2.3.3 Catatan dan Instruksi UDC ... 24

2.3.4 Keunggulan dan Kelemahan UDC ... 27

BAB III METODE PENELITIAN ... 31

3.1 Jenis Penelitian ... 31

3.2 Unit Analisis ... 31

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 32

3.4 Instrumen Penelitian ... 32

3.5 Analisis Data... 33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 34

4.1 Perbandingan Jumlah Entri Bagan DDC dengan UDC. 34 4.2 Perbandingan Umum Bagan DDC dan UDC ... 35

4.3 Perbandingan Variasi Catatan dan Instruksi DDC dengan UDC ... 41

BAB V KESIMPULAN dan SARAN... 43

5.1 Kesimpulan ... 43

5.2 Saran ... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 44


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel – 1: Formulir Isian Perbandingan Bagan DDC dengan UDC ... 33

Tabel – 2: Perbandingan Jumlah Notasi DDC dengan UDC ... 34

Tabel – 3: Perbandingan Umum Notasi Kelas 000 dan 0 ... 35

Tabel – 4: Perbandingan Umum Notasi Kelas 100 atau 1 ... 36

Tabel – 5: Perbandingan Umum Notasi Kelas 200 atau 2 ... 36

Tabel – 6: Perbandingan Umum Notasi Kelas 300 atau 3 ... 37

Tabel – 7: Perbandingan Umum Notasi Kelas 400 atau 4 ... 37

Tabel – 8: Perbandingan Umum Notasi Kelas 500 atau 5 ... 38

Tabel – 9: Perbandingan Umum Notasi Kelas 600 atau 6 ... 38

Tabel – 10: Perbandingan Umum Notasi Kelas 700 atau 7 ... 39

Tabel – 11: Perbandingan Umum Notasi Kelas 800 atau 8 ... 39

Tabel – 12: Perbandingan Umum Notasi Kelas 900 atau 9 ... 40

Tabel – 13: Perbandingan Keseluruhan Notasi Bagan DDC dan UDC ... 40


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran – 1: Formulir Isian Perbandingan Bagan DDC Dan UDC Tabel Perbandingan Notasi Kelas 000 dan 0

Tabel Perbandingan Notasi Kelas 100 dan 1 Tabel Perbandingan Notasi Kelas 200 dan 2 Tabel Perbandingan Notasi Kelas 300 dan 3 Tabel Perbandingan Notasi Kelas 400 dan 4 Tabel Perbandingan Notasi Kelas 500 dan 5 Tabel Perbandingan Notasi Kelas 600 dan 6 Tabel Perbandingan Notasi Kelas 700 dan 7 Tabel Perbandingan Notasi Kelas 800 dan 8 Tabel Perbandingan Notasi Kelas 900 dan 9 Lampiran – 2: Variasi Catatan Dan Instruksi Bagan DDC Lampiran – 3: Variasi Catatan Dan Instruksi Bagan UDC


(12)

ABSTRAK

Rahma, Muswita Widya. 2008. Komparasi Bagan Sistem Klasifikasi Dewey Decimal Classification (DDC) dengan Universal Decimal Classification (UDC). Medan: Departemen Studi Perpustakaan dan Informasi Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

DDC dan UDC merupakan sistem klasifikasi yang mempunyai kedekatan namun tidak dapat dikatakan sama. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan kedua bagan sistem klasifikasi secara umum. Data yang dikumpulkan adalah data sekunder. Metode penelitian yang digunakan adalah metode content analysis. Datanya diolah dengan menggunakan teknik statistik deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan adanya persamaan dan perbedaan entri notasi DDC edisi ke-22 dengan UDC edisi tahun 2005. DDC memiliki 915 entri, sedangkan 85 entri merupakan unassigned dan optional number. UDC memiliki 426 entri yang digunakan dalam mewakili fenomena subjek dan sebanyak 574 entri tidak digunakan.

Perbandingan keseluruhan dari kedua bagan tersebut adalah persamaan notasi dengan fenomena subjeknya sebanyak 282 entri dan perbedaanya sebanyak 698 entri sedangkan sebanyak 20 entri lagi tidak dapat dibandingkan karena notasi tersebut tidak mempunyai fenomena apapun. Fenomena subjek yang paling berbeda yaitu subjek psychology, religion, language, management dan history & geography.

Catatan dan instruksi yang terdapat pada DDC adalah include, add to base number, optional note, centered headings, formerly, unassigned dan optional number sedangkan catatan dan instruksi yang terdapat pada UDC adalah scope, parallel division, combinations, include, reference, dan application note. Dari variasi catatan dan instruksi kedua bagan tersebut terdapat dua (2) catatan yang sama, yaitu include dan optional number.

Kata kunci: Klasifikasi, Dewey Decimal Classification (DDC), Universal Decimal Classification (UDC).


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kegiatan klasifikasi merupakan bagian dari bidang pelayanan teknis pada perpustakaan yaitu pengolahan. Benda-benda yang diklasifikasikan adalah bahan perpustakaan yang merupakan koleksi perpustakaan. Koleksi tersebut harus dapat didayagunakan semaksimal mungkin agar perpustakaan dapat menjalankan peranannya dengan baik.

Perpustakaan yang memiliki koleksi yang bersifat heterogen, terutama yang jumlahnya cukup besar, dikelola berdasarkan sistem tertentu, yaitu sistem klasifikasi. Sistem klasifikasi yang digunakan perpustakaan sangat bermanfaat, diantaranya untuk penelusuran atau temu kembali informasi (information retrieval). Sistem klasifikasi memberikan kemudahan kepada pengguna dalam memilih dan mendapatkan informasi yang dibutuhkan secara cepat dan tepat.

Suatu sistem klasifikasi pada dasarnya menyediakan daftar notasi yang disertai subjeknya dan berbagai ketentuan yang menyangkut mekanisme pembentukan notasi dan penelusuranya. Daftar notasi dalam sistem klasifikasi disebut bagan klasifikasi (Eryono, 1993 : 143). Bagan tersebut dibuat dengan menyediakan ruang lingkup pengetahuan dan urutan subjek yang dicakupnya.

Sistem klasifikasi selalu berkembang. Hal ini dilihat dari sejarah klasifikasi yang berjalan sejajar dengan sejarah pemikiran manusia. Dahulu, para filsuf berusaha membuat peta pemikiran manusia, apa saja yang mereka bayangkan, mereka ketahui, mereka temukan serta apa yang mereka mimpikan, akan mereka tuangkan hasilnya dengan membuat suatu survey dan bagan. Mereka menciptakan suatu sistem pemikiran dimana dunia pengetahuan ditempatkan pada posisi yang saling berhubungan satu dengan lainnya.

Yusup (2002 : 3) menyatakan bahwa, “berbagai sistem klasifikasi yang kita kenal menurut sejarah, berasal dari pinakes, yaitu suatu katalog untuk menempatkan subjek umum. Ini ditemukan oleh Callimachus pada perpustakaan Alexandria (Iskandariyah, Mesir)”. Sistem klasifikasi ini berkembang dan telah banyak digunakan di perpustakaan-perpustakaan. Ada yang menggunakan sistem


(14)

nomor, sistem huruf dan simbol serta kombinasi ketiganya, nomor, huruf, dan simbol.

Dari banyaknya sistem klasifikasi yang ada, terdapat dua sistem klasifikasi yang berdekatan antara lain Dewey Decimal Classification (DDC) diciptakan oleh Melville Louis Kossuth Dewey yang telah dikembangkan sejak tahun 1873 dan Universal Decimal Classification (UDC) diperkenalkan oleh Paul Otlet dan Henri La Fontaine tahun 1895 pada konfrensi Internasional di Brussel. Kedua sistem klasifikasi ini sama-sama menggunakan sistem penomoran dengan menggunakan prinsip desimal yaitu menggunakan angka arab untuk mengembangkan notasinya dan membagi seluruh bidang pengetahuan ke dalam sepuluh bagian.

UDC sebenarnya merupakan adaptasi dari DDC (Sulistyo-Basuki, 1991 : 413). Dikatakan demikian karena menurut sejarah, UDC mengembangkan notasinya dengan menggunakan DDC sebagai acuan. Namun sebagai sarana pengindeksan, DDC masih memerlukan rincian lebih mendalam serta spesifikasi terinci. Untuk itu Institut International de Bibliographie (IIB) yang merupakan badan pengawas, yang kemudian berubah menjadi Federation International de Documentation (FID) meminta izin kepada Dewey untuk memperluas dan mengubah DDC demi keperluan penyusunan bibliografi universal.

DDC dan UDC terus berkembang seiring dengan perkembangan pemikiran manusia dan juga kebutuhan pengguna yang semakin lama semakin banyak, khususnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang berpengaruh kepada kedua sistem klasifikasi. Sehingga kedua sistem klasifikasi tersebut harus direvisi agar bidang pengetahuan yang ditambah dan dihilangkan dapat diketahui penggunaan notasinya untuk memudahkan penyusunan di rak.

Dari penjelasan di atas ada beberapa faktor yang menjadi penyebab penulis ingin melakukan penelitian kepada kedua sistem klasifikasi tersebut, yaitu:

(1) DDC dan UDC menggunakan prinsip yang sama yaitu prinsip desimal. (2) DDC dan UDC menggunakan notasi yang sama yaitu angka arab.

(3) DDC dan UDC sama-sama membagi seluruh bidang pengetahuan ke dalam sepuluh bagian.


(15)

Ketiga faktor di atas menunjukkan adanya kedekatan antara kedua sistem klasifikasi. Namun dengan adanya kedekatan tersebut, kedua sistem klasifikasi tidak dapat dikatakan sama, terutama pada notasi dan fenomena-fenomena subjek yang dicakup dalam setiap disiplin ilmu dari kedua bagan klasifikasi sehingga muncul keinginan penulis untuk mengetahui lebih jauh bagaimana perbandingan (persamaan dan perbedaan) kedua bagan sistem klasifikasi tersebut.

Hal inilah yang melatarbelakangi penulis menetapkan judul skripsi: “Komparasi Bagan Sistem Klasifikasi Dewey Decimal Classification (DDC) dengan Universal Desimal Classification (UDC)”.

1.2 Rumusan Masalah

Dari penjelasan di atas, maka yang menjadi pertanyaan penelitian adalah: (1). Berapakah perbandingan jumlah entri yang terdapat pada sistem klasifikasi

DDC dan UDC?

(2). Bagaimanakah gambaran umum perbandingan notasi dan fenomena bagan DDC dengan UDC?

(3). Bagaimanakah perbandingan variasi catatan dan instruksi yang terdapat pada bagan sistem klasifikasi DDC dan UDC?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka yang menjadi tujuan penelitian adalah:

(1). Untuk mengetahui perbandingan jumlah entri yang terdapat pada sistem klasifikasi DDC dan UDC.

(2). Untuk mengetahui gambaran umum perbandingan notasi dan fenomena bagan DDC dengan UDC.

(3). Untuk mengetahui perbandingan variasi catatan dan instruksi yang terdapat pada sistem klasifikasi DDC dan UDC?


(16)

1.4 Manfaat penelitian

Penelitian ini bermanfaat bagi:

(1) Pustakawan, khususnya pada bidang pengolahan.

(2) Pengembangan ilmu, sebagai bahan masukan informasi yaitu membandingkan bagan klasifikasi DDC dengan UDC.

(3) Penulis, untuk menambah wawasan tentang ilmu klasifikasi yang selalu berkembang.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mengkaji komparasi sistem klasifikasi perpustakaan. Sistem klasifikasi yang diteliti adalah Dewey Decimal Classification (DDC) dan Universal Decimal Classification (UDC). Ruang lingkup penelitian ini adalah bagan DDC edisi ke-22 dengan bagan UDC edisi tahun 2005. Batasan penelitian yang dibandingkan adalah kelas utama, subkelas (divisi) dan seksi (subdivisi) serta catatan dan instruksi dalam bagan tersebut.


(17)

BAB II

KAJIAN TEORITIS

2.1 Konsep Umum Klasifikasi 2.1.1 Pengertian Klasifikasi

Kata klasifikasi berasal dari bahasa Latin yaitu “classis”. Mudyana (1987 : 11) menyatakan bahwa “Klasifikasi ialah suatu proses mental yang terjadi dalam pikiran kita pada waktu mengelompokkan sesuatu obyek dan membedakan satu obyek lainnya”. Proses berpikir ini dilakukan oleh seorang classifier yang bertugas untuk mengelompokkan objek yang sama dan membedakan objek yang tidak sama tersebut.

Menurut Sulistyo-Basuki (1991 : 95), “Klasifikasi adalah proses pengelompokan artinya mengumpulkan benda/entitas yang sama serta memisahkan benda/entitas yang tidak sama”. Pengelompokan benda/entitas ini adalah pengelompokan yang terjadi karena adanya perbedaan dan persamaan ciri, yaitu ciri fisik dan ciri subjek bahan perpustakaan.

Kamus Besar Bahasa Indonesia yang ditulis oleh Chulsum (2006 : 383) memaparkan bahwa “Klasifikasi adalah penyusunan bersistem dalam kelompok menurut kaidah yang ditetapkan”. Penyusunan bersistem maksudnya penyusunan bahan perpustakaan berdasarkan golongannya menurut sistem klasifikasi yang digunakan.

Dari ketiga pendapat di atas dapat diketahui bahwa klasifikasi merupakan proses berpikir seorang pengklasifikasi (classifier) untuk mengelompokan bahan perpustakaan berdasarkan ciri fisik dan subjeknya secara sistematis menurut sistem klasifikasi yang digunakan perpustakaan.

Menurut Yusup (2002 : 4) bagan atau skema klasifikasi didefinisikan sebagai “suatu susunan kelompok kelas yang kemudian dibagi ke dalam golongan-golongan yang mempunyai sifat dan ciri yang sama”. Ciri atau karekteristik di sini maksudnya adalah sifat pengelompokan konsep-konsep atau subjek yang terbagi-bagi sesuai dengan ciri yang dimilikinya baik dari pengarang, warna, bentuk fisik atau isi.


(18)

2.1.2Tujuan Klasifikasi

Menurut Sundari (2001 : 5) klasifikasi mempunyai lima tujuan yaitu: 1. Untuk menetapkan dan menunjukkan isi pokok yang dibahas dalam suatu

bahan pustaka.

2. Untuk mengumpulkan bahan pustaka yang bidang kajian atau subjeknya sama ke dalam suatu kelompok subjek tertentu.

3. Untuk memudahkan dan memandu pengguna atau pustakawan dalam mencari dan menemukan kembali koleksi atau sekumpulan koleksi pustaka bilamana diperlukan.

4. Untuk menentukan letak dan susunan koleksi pustaka dalam rak dan kartu katalog subjek dalam laci katalog.

5. Memandu pengguna menemukan sekumpulan dokumen dalam subjek yang berkaitan (relevan) satu sama lain sewaktu mereka melakukan pencarian sendiri ke koleksi (browsing).

Sulistyo-Basuki (1991 : 397) memaparkan “tujuan klasifikasi perpustakaan ialah:

1. Menghasilkan urutan yang bermanfaat 2. Penempatan yang tepat

3. Penyusunan mekanis

4. Tambahan dokumen baru, sehingga klasifikasi perpustakaan harus mampu menentukan lokasi yang paling bermanfaat bagi dokumen baru di antara dokumen lama.

5. Penarikan dokumen dari rak.

Dari kedua pendapat di atas dapat dilihat bahwa tujuan akhir klasifikasi adalah untuk menemukan kembali bahan pustaka yang dimiliki perpustakaan dengan tidak memandang besar kecilnya koleksi perpustakaan

2.1.3Manfaat Klasifikasi

Klasifikasi yang digunakan perpustakaan tentunya mempunyai manfaat. Menurut Eryono (1993 : 127), Manfaat klasifikasi dapat dilihat sebagai berikut: 1. Buku-buku yang sama atau mirip isinya akan terletak berdekatan;

2. Memudahkan dalam mengadakan perimbangan koleksi yang dimiliki;

3. Memudahkan dalam mengadakan penelusuran terhadap bahan pustaka menurut subjek;

4. Memudahkan dalam pembuatan bibliografi menurut pokok masalah.

Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa klasifikasi perpustakaan banyak memberikan kemudahan baik bagi pustakawan maupun pengguna perpustakaan.


(19)

2.1.4Struktur Pengetahuan

Menurut S.R Ranganathan dalam karyanya “Prolegomena to Library Classification” yang dikutip oleh Khanna (1996 : 16) menyatakan bahwa struktur pengetahuan terdiri dari lima kategori, yaitu:

1. Dichotomy

Merupakan pembagian divisi kedalam dua kelompok. Disebut juga “Binary Classification” yang artinya klasifikasi yang berpasangan.

2. Decachotomy

Merupakan pembagian divisi kedalam sepuluh kelompok. Pembagian pengetahuan ini dapat dilihat dari sistem klasifikasi DDC dan UDC.

3. Polychotomy

Merupakan pembagian divisi kedalam banyak kelompok. Klasifikasi Ekspansif (Expansive Classification) yang dikenalkan oleh Charles A. Cutter merupakan contoh dari Polychotomy.

4. Proliferation

S.R. Ranganathan menyatakan dalam Khanna (1996: 19) bahwa “various are the ways in which the Universe of Subjects going with a Basic Subject can get proliferad”. Pernyataan ini dapat diartikan bahwa subjek dasar dapat dikembangbiakkan, sehingga Proliferation merupakan pembiakan kelompok. 5. Unlimited Proliferation

Merupakan pembiakan kelompok tanpa batas, maksudnya cabang kelompok pengetahuan yang ada tidak terbatas.

Struktur pengetahuan ini dijadikan sebagai dasar dalam membuat sistem klasifikasi sehingga pada saat sekarang ini telah ada beberapa jenis klasifikasi yang dipergunakan dalam mengelola bahan perpustakaan sebagai standar yang ditetapkan suatu perpustakaan.

2.1.5Jenis Klasifikasi

Dilihat dari sejarahnya, ada sepuluh jenis sistem klasifikasi yang pernah digunakan dalam klasifikasi bahan perpustakaan. Menurut Khanna (1996 : 65), sepuluh jenis sistem klasifikasi tersebut adalah:

1. Dewey Decimal Classification (DDC), dibuat oleh Melvil Dewey tahun 1876 di USA. Klasifikasi ini merupakan klasifikasi yang paling banyak dan paling terkenal di mancanegara.

2. Expansive Classification (EC), dikenalkan oleh C.A. Cutter tahun 1893 di USA.

3. Universal Decimal Classification (UDC), dikenalkan oleh Paul Otlet dan Henri La Fontaine pada tahun 1896 di Belgia. Klasifikasi ini juga digunakan di Indoensia terutama pada perpustakaan-perpustakaan khusus.


(20)

4. Library of Congress Classification (LCC), dibuat tahun 1902 dan digunakan di Library of Congress Amerika Serikat. Sistem ini menggunakan huruf dan angka sebagai notasinya , namun masih lebih dominan pemakaian huruf.

5. Subject Classification (SC), dibuat oleh J.D Brown pada tahun 1906 di Britain (Inggris).

6. Colon Classification (CC), dibuat pada tahun 1933 oleh S.R. Ranganathan dari India. Klasifikasi ini menggunakan sistem huruf tanpa angka.

7. Bibliographic Classification (BC), dikenalkan oleh H.E. Bliss di USA pada tahun 1935.

8. Readers International Classification (RIC),dibuat oleh F. Ridy tahun 1961 di USA.

9. Telescopic Classification (TC), dibuat oleh Issaic tahun 1970 di USA.

10.Broad System of Ordering (BSO), dibuat oleh UNESCO pada tahun 1978 di USA.

2.1.6Sistem Klasifikasi

Ada beberapa sistem klasifikasi yang telah digunakan untuk menyusun bahan pustaka di perpustakaan. Menurut Mudyana (1987:13) sistem Klasifikasi tersebut antara lain:

1. Klasifikasi Artifisial ialah suatu klasifikasi dimana sifat-sifat yang kebetulan ada pada benda yang diklasir, dipakai sebagai dasar penyusunannya.

2 Klasifikasi Alam ialah suatu klasifikasi dimana sifat-sifat yang melekat, yang tidak bisa dipisah-pisahkan dari buku yang diklasir, dijadikan dasar penyusunan. Penyusunan buku-buku berdasarkan isinya, pokok soalnya, subyeknya, yang juga disebut klasifikasi fundamental.

3 Klasifikasi Hirarsikal yang mana konsepnya dimulai dari kelas-kelas yang sangat luas (eksentif) dan kurang intensif, kepada kelas-kelas yang kurang luas tetapi sangat intensif. Susunan subyek hendaknya dimulai dari karya-karya umum, diikuti oleh karya-karya umum yang dibahas secara khusus, dan akhirnya kepada karya-karya khusus yang dibahas secara khusus pula. Contohnya DDC.

4 Klasifikasi Referensial, sistem yang bersifat pragmatis dan empiris dimana unsur elemennya berkaitan dengan sifat tunggal yang berdiri sendiri, milik atau pemakaian, tanpa melihat pada karakteristik lainnya. Contohnya UDC dan CC.


(21)

5 Klasifikasi Bibliotekal yaitu klasifikasi buku yang dipakai untuk menyusun buku-buku dalam rak di perpustakan. Klasifikasi ini juga disebut klasifikasi rak atau klasifikasi perpustakaan.

6 Klasifikasi Katalog yaitu suatu sistem klasifikasi yang dipergunakan untuk menyusun kartu-kartu katalog yang juga disebut juga dengan klasifikasi bibliografis atau tepatnya klasifikasi katalog. Klasifikasi ini menyangkut pekerjaan-pekerjaan:

a. Menetapkan subyek b. Memberi notasi

c. Menempatkan buku dalam kelas sesuai klasifikasi.

Secara umum Masyud (2006) memaparkan bahwa aneka sistem klasifikasi tersebut bisa digolongkan ke dalam 3 tipe sistem, yaitu:

1.Enumerative, yaitu yang menyediakan sebuah daftar kode alfabetik yang

diasoisiasikan dengan daftar tema.

2.Hierarchical, yaitu yang membagi aneka tema secara hirarkis dari yang paling umum ke yang paling spesifik, dan

3.Faceted atau analytico-synthetic, yaitu yang membagi aneka tema ke dalam aspek-aspek terpisah yang dipadukan.

Dari pemaparan di atas, dapat diberikan penjelasan bahwa DDC merupakan sistem klasifikasi enumeratif yang bersifat hierarki, sedangkan UDC mencakup ketiga sistem tersebut.

2.1.7Ciri-ciri Sistem Klasifikasi yang Baik

Menurut buku An Introduction to Library Classification karya Berwick Sayers dalam Eryono (1993 : 143), “Suatu sistem klasifikasi yang baik jika memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Bersifat Universal, artinya meliputi seluruh bidang pengetahuan.

2. Terinci, maksudnya bagan klasifikasi tersebut rinci dalam membagi-bagi bidang ilmu pengetahuan.

3. Sistematis, maksudnya susunan bagan klasifikasi yang baik menggunakan sistem tertentu agar memudahkan bagi para pemakainya.

4. Fleksibel (luwes), karena ilmu pengetahuan itu senantiasa berkembang maka susunan bagan hendaknya fleksibel.

5. Mempunyai notasi yang sederhana agar mudah diingat.

6. Mempunyai indeks yang merupakan sarana dalam penelusuran notasi pada waktu melakukan proses klasifikasi.


(22)

7. Mempunyai badan pengawas yang bertugas memantau dan mengawasi perkembangan bagan klasifikasi sesuai perkembangan ilmu pengetahuan sehingga bagan klasifikasi tersebut selalu mutakhir.

2.2Dewey Decimal Classification (DDC)

DDC merupakan bagan klasifikasi sistem hirarsikal yang menganut prinsip “desimal” dalam membagi cabang ilmu pengetahuan. DDC membagi semua ilmu pengetahuan ke dalam 10 kelas utama (main classes) yang diberi notasi berupa angka Arab 000-900. Setiap kelas utama dibagi secara desimal menjadi 10 subkelas (division). Kemudian subkelas dibagi lagi menjadi 10 seksi (section), dan seterusnya. Pembagian 10 kelas utama merupakan perbaikan dari sistem klasifikasi yang dikembangkan oleh W.T. Harris tahun 1870.

DDC merevisi bagan dan tabelnya dalam waktu tujuh tahun sekali dan yang bertanggung jawab atas revisi tersebut adalah Decimal Classification Editorial Policy Committee.

2.2.1Sejarah DDC

Bagan klasifikasi ini merupakan bagan klasifikasi yang paling populer yang paling banyak digunakan, termasuk di Indonesia. Bagan ini diciptakan oleh Melville Louis Kossuth Dewey yang lahir pada 10 Desember 1851. DDC dibuat berdasarkan kajiannya terhadap puluhan buku, pamflet, dan kunjungannya ke berbagai perpustakan. Maka DDC dapat dikatakan sebagai klasifikasi pengetahuan untuk keperluan menyusun buku di perpustakaan. Jadi, DDC bukanlah klasifikasi ilmu pengetahuan seperti banyak diduga orang.

Edisi pertama berupa pamflet setebal 44 halaman, berisi kata pendahuluan, bagan untuk 10 kelas utama yang dibagi secara desimal menjadi 1000 kategori, serta indeks subjek menurut abjad. Terbit tahun 1876 dengan judul “A Classification and subject Index for Cataloguing And Arranging the Books and Pamphlets of a Library”.

Edisi ke-2 diterbitkan tahun 1885 dengan judul Decimal Classification and Relative Index. Pada edisi ini terjadi relokasi artinya penggeseran sebuah subjek dari sebuah nomor ke nomor yang lain. Edisi ini merupakan basis pola notasi edisi selanjutnya karena pertama kalinya Dewey mengemukakan prinsip


(23)

integritasangka artinya nomor dalam bagan Dewey dianggap sudah “mapan” walaupun mungkin terjadi relokasi bahkan reklasifikasi. Hal ini dipertahankan hingga edisi ke-13.

Edisi ke-14 terbit pada tahun 1942, pada edisi ini terjadi sedikit perubahan dalam struktur dasar yaitu adanya perluasan hingga terdapat sekitar 31.000 entri. Namun perluasan yang terjadi tidak seimbang karena masih banyak bidang yang belum dikembangkan dan edisi ini dipergunakan sebagai edisi terstandard untuk beberapa tahun lamanya karena indeks yang tidak berhasil pada edisi ke-15 yang terbit tahun 1951.

Edisi ke-15 ini tidak sesuai dengan laju perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya sains dan teknologi. Ini terjadi mungkin karena kebijakan integritas nomor yang dipangkas sehingga menghasilkan 4700 entri. Pada edisi ke-15 ini diputuskan untuk relokasi sejumlah besar subjek. Indeks juga diperbaiki dan diringkas sedangkan ejaan yang disederhanakan yang digunakan pada edisi sebelumnya kini ditinggalkan. Hal ini dianggap terlalu berat bagi pustakwan sehingga banyak pustakawan yang tetap menggunakan edisi ke-14.

Edisi ke-16 terbit tahun 1958 memulai tradisi baru dengan kebijakan siklus revisi tujuh tahunan artinya bagan Dewey akan keluar dalam edisi baru setiap tujuh tahun. Pada edisi ini diputuskan untuk kembali kepada kebijakan lama mempertahankan enumerasi terinci sambil mengambil butir inovastif dari edisi 15 seperti ejaan baku, peristilahan yang mutakhir, serta penyajian tipografi yang menarik. Tahun 1965 terbit edisi ke-17 dan edisi ke-18 yang terdiri dari 3 jilid terbit tahun 1971, serta edisi 19 terbit pada tahun 1979. Edisi ke-17 sampai edisi ke-19 masih berpegang pada kebijakan diatas.

Edisi ke-20 terbit tahun 1989 dengan beberapa perubahan. Warna edisi menjadi coklat muda dan dibagi menjadi 4 jilid. Jilid 1 merupakan tabel subdivisi standar, jilid 2 bagan dari 000-500, jilid 3 bagan 600-900, dan jilid 4 merupakan indeks. Walaupun masih mempertahankan prinsip integritas nomor, namun prinsip tersebut sedikit dilanggar hal ini dilihat dengan terjadinya relokasi misalnya kini menempati 001 yang semula merupakan bagian elektronika.

Pada tahun 1996 terbitlah edisi 21. Edisi ini muncul dengan warna biru tua. Selanjutnya pada tahun 2003 terbit edisi 22. Edisi ini adalah edisi mutakhir


(24)

berwarna hijau bagian atas serta hitam pada bagian bawahnya. Di samping format tercetak, muncul juga format elektronik dalam bentuk CD ROM (Compact Disc Read Only Memory).

Selain edisi lengkap juga terbit edisi ringkas (abridgment edition) yang terbit sejak tahun 1894. Sulistyo-Basuki (1991 : 405) memaparkan, “Edisi ringkas ini memuat kira-kira 2/5 dari edisi lengkap. Edisi ini digunakan oleh perpustakaan sekolah serta perpustakaan umum yang kecil dengan koleksi tidak lebih dari 20.000 judul”. Pada awal mulanya, edisi ringkas direvisi bila dianggap perlu. Ketentuan ini kemudian diubah, setiap ringkas diterbitkan mengikuti pola edisi lengkap. Untuk edisi lengkap 19 diterbitkan edisi ringkas ke-11. Dengan terbitnya edisi lengkap 20, diharapkan terbit edisi ringkas ke-12 sekitar tahun 1991. Dan berlanjut seterusnya sehingga pada saat terbit edisi lengkap 22, maka terbit edisi ringkas ke-14 sekitar tahun 2004.

2.2.2Unsur-Unsur Pokok DDC

Sistem klasifikasi yang baik harus mempunyai unsur-unsur tertentu yang dijadikan sebagai persyaratan bagi sistem klasifikasi yang baik. Unsur-unsur pokok tersebut dinamai sistematika. Sistematika dalam hal ini adalah pembagian ilmu pengetahuan yang dituangkan ke dalam suatu bagan yang lengkap dan dilandaskan pada beberapa prinsip dasar tertentu antara lain adalah notasi bagan, indeks relatif, serta tabel pembantu.

2.2.2.1Bagan (schedule)

Sistem klasifikasi Dewey disebut persepuluhan karena Dewey membuat sistem pengelompokkan bidang-bidang pengetahuan manusia dengan pola sepuluh kelompok, baik untuk kelompok yang paling global maupun dalam mengembangkan masing-masing kelompok selanjutnya.

Bagan atau schedule pada DDC terdiri dari serangkaian notasi bilangan untuk kelas utama dan semua perincian lanjutannya. Notasi terdiri dari serangkaian simbol berupa angka, yang mewakili serangkaian istilah (yang mencerminkan subjek tertentu) yang terdapat dalam bagan yang disebut nomor kelas. Notasi DDC sekurang-kurangnya terdiri atas tiga angka Arab, sehingga


(25)

terbentuklah notasi 000-900. Kesepuluh kelompok ini merupakan kelas utama (main classes) sehingga menghasilkan kelas sebagai berikut:

000 Computer science, information & general works 100 Philosophy & Psychology

200 Religion

300 Social Sciences 400 Language 500 Science 600 Technology 700 Art & recreation 800 Literature

900 History & Geography (DDC and Relative Index Edition 22, 2003 : v)

Selanjutnya setiap kelas utama dibagi menjadi 10 divisi yang merupakan subordinasi dari padanya. Contoh pada kelas 300 dapat dirinci sebagai berikut:

300 Social sciences

310 Collections of general statistics 320 Political science

330 Economic 340 Law

350 Public administration & military science 360 Social problem & services; association 370 Education

380 Commerce, communication & transportation

390 Customs, etiquette & folklore DDC and Relative Index Edition 22, 2003 : 312)

Selanjutnya setiap divisi dapat dirinci menjadi 10 seksi yang merupakan subordinasi daripadanya. Contoh pada kelas 330 dapat dilihat rinciannya menjadi:

330 Economics 331 Labor economics 332 Financial economics

333 Economics of land and energy 334 Cooperative

335 Socialsm and related systems 336 Public Finance

337 International economics 338 Production

339 Macroeconomics and relative topics (DDC and Relative Index, 2003 : 313)

Selanjutnya setiap seksi dapat dirinci lagi menjadi sub seksi. Masing-masing subseksi ini dapat dirinci lagi menjadi 10 kelas yang merupakan


(26)

subordinasi daripadanya. Dan demikian seterusnya, sehingga satu kelas utama ada yang mempunyai perincian terkecil atas 11 digit (Eryono, 1993 : 165).

Menurut Eryono (1993 : 165), “Notasi DDC mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. Notasi murni (pure notation) yang terdiri dari tiga angka Arab.

2. Mnemonik, yaitu penggunaan angka yang sama pada kelas yang berbeda tetapi mempunyai kesamaan pengertian. Notasi mnemonik dapat dijumpai pada kelas-kelas 400, 800, 900 dan notasi subdivisi standar”.

2.2.2.2Indeks Relatif

Indeks relatif terdiri dari sejumlah tajuk dengan perincian aspek-aspeknya yang disusun secara alfabetis, dan memberikan petunjuk berupa nomor kelas, yang memungkinkan orang mencari tajuk yang tercantum dalam indeks pada bagandan tabel-tabel.

Eryono menyatakan dalam bukunya “Pengolahan Bahan Pustaka” (1993:166), sejak terbitan edisi ke-16 DDC, indeks dipisahkan dan dijilid tersendiri yang memuat lebih dari 80.000 istilah. Sebagai indeks yang baik indeks DDC berfungsi:

a. menunjukkan semua aspek topik-topik yang tersusun secara sistematik dalam bagan klasifikasi.

b. Menunjukkan semua aspek yang berhubungan dari satu subjek yang tersebar dalam bagan klasifikasi.

Pada bagan, berbagai aspek dari suatu subjek terpisah-pisah letaknya dalam berbagai disiplin, sedangkan dalam indeks, aspek-aspek suatu subjek dikumpulkan bersama-sama di bawah tajuk subjeknya, dan disertai indikator letaknya (nomor kelas) di dalam bagan. Oleh karena penempatan aspek-aspek subjek yang tidak tetap inilah maka indeks DDC disebut indeks relatif. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa tajuk dalam bagan disusun secara sistematis dan tajuk dalam indeks secara alfabetis.

Contoh:

Academic custume 378.28

Academic degrees 378.2

Academic dissertations 378.242 Specific places 015

Babies 305.232

Health T1 – 083.2


(27)

Psychology 618.920 2 (DDC and Relative Index Edition 22, 2003 : 64)

Perlu diperhatikan bahwa kelas yang dicantumkan di belakang tajuk atau aspek-aspeknya di dalam indeks benar-benar hanya merupakan indikator saja, sehingga orang harus membandingkannya dengan nomor kelas pada bagan untuk mendapatkan yang paling tepat.

2.2.2.3Tabel Pembantu/Tambahan

Tabel pembantu berbentuk serangkaian notasi khusus, yang dipakai untuk menyatakan aspek-aspek tertentu yang selalu terdapat dalam beberapa subjek yang berbeda. Di dalam DDC edisi ke-22 terdapat 6 tabel pembantu yaitu:

(1) Tabel 1 : Tabel Standar Subdivision (2) Tabel 2 : Tabel Area/Wilayah

(3) Tabel 3 : Tabel Subdivisi Kesusastraan (4) Tabel 4 : Tabel Subdivisi Bahasa

(5) Tabel 5 : Tabel Subdivisi Ras, etnik dan kebangsaan (6) Tabel 6 : Tabel Bahasa

2.2.3Catatan dan Instruksi dalam DDC

Di dalam bagan DDC terdapat beberapa catatan dan instruksi penting yang perlu diketahui. Menurut buku kerja Dewey Decimal Classification Edisi ke-19 yang ditulis oleh Zulfikar (1990:47), beberapa istilah penting tersebut antara lain: 1. Summary, yaitu tajuk yang agak terbatas pembagiannya.

Contoh: Dalam subjek insekta (insects) 595.7 terdapat ‘summary’

2. [Formerly Also], arti dari istilah ini adalah menunjukkan bahwa subjek tersebut notasinya dulu pada...

Contoh : Water pollution mendapat notasi 352.942 325

[Formerly also 352.911 5] ini berarti bahwa dulu notasinya pada 352.911 5 tetapi sekarang pada 352.942 325.

Istilah [Formerly] pada prinsipnya sama dengan istilah [Formerly also] ini. Contoh: Untuk subjek ‘sewege districts’ terdapat dalam bagan sebagai berikut:

‘Class sewege districts [Formerly 352.009 3] in 352.62. Ini berarti terdapat pemindahan lokasi notasi untuk subjek tersebut.

Formerly (dahulu)

Karena DDC selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, maka kemungkinan terdapat perubahan-perubahan dalam menempatkan notasi untuk


(28)

suatu subjek sangat besar sekali. Relokasi ini dinyatakan dengan [Formerly] dan [Formerly also] yang notasinya ditempatkan dalam tanda kurung siku. Unassigned

Disamping itu juga ada istilah Unassigned yaitu notasi yang tidak dipergunakan lagi pada edisi baru tetapi digunakan pada edisi sebelumnya. Contoh: [007] [Unassigned]

Most recently used in edition 16 (DDC and Relative Index Edition 22, 2003 : 39). Akibat relocation.

3. Include (defenisi)

Adakalanya pada subjek tertentu terdapat ‘defenisi’ yang memberikan batasan atau ruang lingkup suatu subjek. Bagi subjek yang memerlukannya, dan yang bermanfaat untuk membedakannya dengan tajuk lain yang mungkin membahas hal yang sama dari disiplin lain. Defenisi ini sangat membantu untuk menempatkan suatu subjek, apakah cocok atau tidak pada notasi tersebut.

4. Class Here, merupakan instruksi yang berarti ‘tempatkan disini’ ini sebagai penuntun untuk menenyukan notasi subjek yang mungkin tidak diduga di bawah tajuk tersebut.

Contoh: ‘Christmas carols’ mendapat notasi 783.65 di bawahnya diikuti dengan istilah ‘class here comprehensive works on christmas music’, ini beararti karya-karya umum tentang ‘Christmas music’ ditempatkan sama pada subjek ‘Christmas carols’.

5. Centered heading, adakalanya suatu konsep tidak bisa dinyatakan dalam satu notasi, maka dinyatakan dalam sederetan notasi.

Contoh: untuk menyatakan subjek ‘Biography of specific classes of persos’ dalam bagan akan dinyatakan pada notasi 950.1-928.9. Pada kasus seperti ini akan terdapat tanda’segi tiga hitam’ mendahului notasi tersebut.

6. Optional Prefer, merupakan pilihan atau alternatif yang dikehendaki oleh

DDC.

Contoh: untuk konsep ‘riwayat hidup para ahli dalam disiplin ilmu tertentu”, DDC menyarankan agar ditempatkan pada subjeknya dengan menambah notasi ‘subdivisi standard’ -092 dari tabel 1.

7. If Prefered, istilah ini merupakan penuntun bagi pemakai DDC bila

menghendaki dapat memiliki salah satu alternatif.

Contoh: untuk konsep ‘bibliografi subjek’ 016. Bila pemakai DDC menghendaki, ia dapat menempatkan bibliografi suatu subjek pada subjeknya.Misalnya ‘bibliografi kedokteran’ pada notasi 016.61, tetapi pemakai DDC dapat juga menempatkannya pada notasi 610.16.

8. Acuan ‘see’, merupakan penunutun untuk mempertimbangkan notasi lain. Contoh: subjek ‘Library cooperation’ akan dapat notasi 021.64, sedangkan untuk subjek ‘Library networks’ see 021.65.

9. Instruksi ‘Add to’

Instruksi ini menyuruh untuk memperluas notasi suatu subjek dengan mengambil pembagian dari subjek lain. Instruksi ‘Add to’ sering terlihat pada DDC edisi ke-22 berupa ‘Add to base number’ yaitu penambahan ke notasi dasar. Perintah ini ada karena sebuah subjek yang bisa bervariasi sampai tak terhingga akibatnya tidak mungkin notasinya disusun dalam bagan, yang dapat disusun hanya notasi dasarnya saja sedangkan variasi tak terhingga dibuat


(29)

dalam suatu tabel khusus di dalam bagan itu sendiri. Pada DDC edisi sebelum edisi ke-18, instruksi ‘Add to’ ini menggunakan istilah ‘divide like’.

2.2.4Keunggulan dan Kelemahan DDC

Sebagai sistem klasifikasi perpustakaan, DDC juga mempunyai keunggulan dan kelemahan. Sulistyo-Basuki (1991: 410) memaparkan keunggulan dan kelemahan tersebut, antara lain:

2.2.4.1Keunggulan

(1). DDC merupakan sistem yang praktis. DDC merupakan bagan klasifikasi yang paling banyak digunakan di dunia, termasuk Indonesia. Hal ini membuktikan kehandalannya sebagai sistem klasifikasi.

(2) DDC menggunakan lokasi relatif untuk pertama kalinya. Lokasi relatif adalah sistem penempatan yang memungkinkan perubahan letak selama bahan pustaka tetap berkaitan subjeknya.

(3) Indeks relatif menyatukan subjek yang sama dengan aspek berlainan yang tersebar dalam berbagai disiplin ilmu.

(4) Notasi murni dengan angka Arab dikenal secara universa, sehingga dapat dengan mudah menyesuaikan sistem tersebut.

(5) Urutan numerik kasat mata memudahkan penjajaran dan penempatan bahan pustaka dirak.

(6) Sifat hirarkis notasi DDC mencerminkan hubungan antara nomor kelas. (7) Penggunaan notasi desimal memungkinkan perluasan dan pembagian

subdivisi tanpa batas.

(8) Sifat mnemonics notasi membantu pemakai mengingat dan mengenali nomor kelas.

(9) Revisi berkala dengan interval teratur menjamin kemutakhiran bagan klasifikasi Dewey.

2.2.4.2Kelemahan

(1) Klasifikasi Dewey terlalu berorientasi pada sifat Anglo-Saxon serta Kristiani. Hal ini terlihat pada notasi 900 Geografi, 800 Kesusastraan, serta bias pada Protestanisme Amerika pada notasi 200 agama.

(2) Disiplin ilmu yang berkaitan acapkali terpencar, misalnya 300 Ilmu-ilmu Sosial terpisah dari 900 Geografi dan Sejarah. Pada bidang lain, Kelas 400 Bahasa terpisah dari 800 Kesusastraan.

(3) Penempatan beberapa subjek tertentu dipermasalahkan, misalnya Ilmu Perpustakaan pada kelas karya umum (000-an), Psychology sebagai subdivisi dari Filsafat (100-an) dan Olahraga serta hiburan dalam kesenian (700-an).

(4) Pada kelas 800, karya literer oleh pengarang yang sama ditebarkan berdasarkan bentuk literer padahal para pandit (scholar) menginginkannya terkumpul menjadi satu.

(5) Basis sepuluh dalam DDC membatasi kemampuan perluasan sistem notasi karena dari sepuluh divisi, hanya sembilan yang dapat diperluas untuk memberi tempat subjek yang bertingkat sama dalam hirarki. Bila sebuah


(30)

subjek dibagi dalam 10 subdivisi terpaksa “mengalah” turun lebih rendah menjadi subdivisi-subdivisi.

(6) Laju pertumbuhan ilmu pengetahuan tidak sama sehingga membuat struktur ilmu pengetahuan tidak seimbang. Ada kelas yang dianggap statis seperti Agama dan Filsafat, ada pula yang tumbuh cepat seperti kelas 300 Ilmu-ilmu Sosial, 500 Sains, dan 600 Teknologi. Pada kelas 300, 500, dan 600 ada kesan terlalu padat.

(7) Perluasan sebuah subjek dapat dilakukan dengan sistem desimal, tetapi anehnya angka baru untuk subjek baru tidak dobel disisipkan antara nomor koordinat (yaitu nomor antara divisi, misalnya 610 dan 620) walaupun memang tempat yang layak ada di antara nomor koordinat. DDC melakukan penambahan subjek baru dengan memasukannya pada subdivisi dari subjek yang telah ada.

(8) Karena kemampuan perluasan tidak terbatas berkat sistem desimal, hasilnya ialah angka yang cukup panjang untuk beberapa subjek. Angka yang panjang menyulitkan penempatan buku di rak.

(9) Relokasi dan “phoenix schedule” sering menimbulkan masalah bagi pustakawan karena setiap kali terjadi relokasi dan “phoenix schedule” maka pustakawan harus melakukan klasifikasi ulang.

2.3Universal Decimal Classification (UDC)

UDC dikenal dengan berbagai nama seperti Classification Internationale Decimale, International Decimal Classification, Expanded Dewey dan Brussel Expansion of Dewey. Namum sampai sekarang yang paling populer tetap Universal Decimal Classification (UDC).

UDC merupakan bagan klasifikasi seluruh ilmu pengetahuan manusia. Ia dapat digunakan untuk mengelompokkan ilmu pengetahuan terekam, katalog, indeks, dan karya lain yang berwujud literatur, baik yang tercetak maupun yang bukan tercetak. Ia memungkinkan menyusun dengan cara tertentu subjek khusus secara bersama-sama serta semua informasi dengan cepat dapat ditempatkan secara tepat dan cepat, termasuk juga dalam penelusurannya.

UDC merupakan adaptasi dari DDC. UDC didesain untuk menyusun indeks berkelas dari bibliografi universal; bibliografi ini mencakup semua publikasi termasuk buku dan artikel majalah. Perintis pengembangan UDC ialah Paul Otlet dan Henri La Fontaine dari Belgia. Mereka memutuskan menggunakan basis DDC karena DDC sudah lama dikenal serta merupakan sistem klasifikasi paling umum pada akhir abad ke-19.

Karena merupakan adaptasi dari DDC, pembagian kelas utama UDC tidak jauh berbeda dengan DDC. UDC merupakan skema klasifikasi umum mencakup


(31)

semua cabang ilmu pengetahuan. Dalam subdivisi subjek, perincian dimulai dari umum ke khusus dan notasi dasarnya terdiri dari angka Arab yang digunakan secara desimal. Divisi dalam UDC dibuat berdasarkan prinsip kelas ekslusif timbal balik. UDC juga berusaha menyusun dan mengumpulkan semua kelas terkait.

Karena konsep tujuan semula serta tuntutan pemakai dan perkembangan lain, maka UDC berbeda sama sekali dengan DDC dalam beberapa aspek. Walaupun demikian masih juga nampak biasnya ke dunia barat. Sebagai sarana pengindeksan, UDC memiliki banyak kelebihan daripada sekedar skema untuk menyimpan buku di rak. Pada UDC rincian yang mengarah ke pembagian subjek jauh lebih banyak daripada DDC.

Selama puluhan tahun, UDC menggunakan teori klasifikasi modern yang jauh lebih padat daripada DDC. Kini UDC merupakan klasifikasi berfaset sehingga mampu mengkombinasi berbagai subjek dan melakukan sintesis dan konsep dengan berbagai tanda tambahan.

Sejak kehadirannya, UDC selalu dikembangkan dan diubah seperlunya untuk menjawab tantangan dalam perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya bidang pengetahuan dan teknologi. Ia kini telah berkembang sangat luas dan telah diterima juga di dunia internasional sebagai suatu sistem yang standar. Sekarang bahkan telah digunakan oleh ribuan perpustakan dan pusat-pusat layanan informasi. Bagi katalog subjek dan indeks, yang penting adalah penempatan dan penyusunannya. Sedangkan untuk penerbitan berkala, yang penting adalah untuk penggolongan artikel dan abstrak, juga untuk penggolongan bibliografi dan item-item perorangan yang berdasarkan subjek.

UDC terutama berguna dalam pertukaran referrensi, penerbitan bersama abstrak atau bulletin informasi oleh kelompok organisasi teknis, atau juga untuk penyebaran kartu-kartu katalog indeks terklasifikasi melalui pusat-pusat spesialisasi internasional.

UDC merupakan model klasifikasi khusus yang sangat cocok untuk digunakan oleh para ahli di bidang-bidang tertentu secara lebih mendalam. Hubungan-hubungan antar subjek yang khusus dimungkinkan juga dikembangkan melalui penerapan sistem klasifikasi UDC ini, sehingga dengan demikian


(32)

penerapannya diharapkan menjadi semakin berkembang, meluas sesuai dengan beragamnya bidang minat para ahli.

2.3.1Sejarah UDC

Gagasan untuk membuat bagan klasifikasi dengan memperluas Dewey Decimal Classification (DDC) karya Melvil Dewey yang terbit pada tahun 1876, timbul pada tahun 1889. Pada waktu itu Paul Otlet dan Henri La Fontaine, dua orang Belgia, memerlukan suatu bagan klasifikasi untuk menyusun bibliografi internasional yang meliputi karya ilmiah seluruh dunia. Perluasan didasarkan pada DDC edisi ke-5 dan pada tahun 1895 untuk pertama kalinya UDC diperkenalkan pada konfrensi Internasional mengenai bibliografi di Brussel.

Bibliografi internasional susunan Otlet tidak dapat terus dikerjakan, tetapi bagan klasifikasi yang direncanakan untuk bibliografi tersebut, yakni UDC, berkembang terus sampai sekarang. Pada tahun 1905 edisi lengkap pertama terbit dalam bahasa Perancis dengan judul Manuel de Reprtoire bibliographique universel. UDC digunakan di berbagai tempat, terutama di Eropa Barat, khususnya oleh perpustakaan khusus. Malahan di Eropa Timur penggunaan UDC di perpustakaan khusus diwajibkan oleh Undang-undang.

Edisi lengkap kedua yang merupakan edisi revisi terbit antara tahun 1927 – 1933 dengan menggunakan bahasa Perancis juga. Edisi ketiga terbit dalam bahasa Jerman antara tahun 1934 – 1952. Sejak tahun 1940 dikerjakan revisi ke-4 dalam bahasa Inggris. Edisi lengkap juga diterbitkan dalam bahasa Jepang, Portugis dan Spanyol.

Disamping edisi lengkap juga diterbitkan edisi medium dan edisi ringkas dalam 30 macam bahasa. Edisi ringkas bahasa Inggris terbit pertama kali tahun 1948, edisi kedua tahun 1957 sedangkan edisi ringkas ke-3 terbit tahun1961. Mulai tahun 1958, UDC juga terdapat dalam edisi tiga bahasa, Jerman-Perancis-Inggris. Untuk edisi medium pertama kali terbit pada tahun 1967 dalam bahasa Jerman, yang kemudian disusul terbitannya dalam bahasa Perancis. Hingga sekarang tidak pernah ada edisi yang direvisi. Edisi ringkas berisi kira-kira 10 % dari edisi lengkap. Sedangkan edisi medium berisi kira-kira 30 % dari edisi lengkap. Edisi medium ini tidak pernah terbit dalam bahasa Inggris.


(33)

Menurut Brought (2006 : 208), sekarang UDC mempunyai format yang berbeda yang dibangun dengan suatu database. Format ini dikenal dengan sebutan Master Reference File (MRF) yang terdiri dari 65.000 kelas.

Sebagai sistem klasifikasi internasional revisi UDC dikerjakan di bawah pengawasan FID, yakni Federasi Internasional untuk Dokumentasi yang terpusat di Den Haag, Belanda. Revisi UDC pada dasarnya dikerjakan melelui badan-badan nasional yang langsung menerima konsep usul perubahan atau penembahan dari para pemakai UDC di negara masing-masing. Dari badan nasional usul diteruskan kepada Komisi Subjek Internasional. Oleh “FID-Central Classification Committee” usul-usul perubahan dan penambahan disebarkan dalam bentuk “P-Notes” untuk dibahas. Jika setelah 4 bulan tidak ada sanggahan maka “P-“P-Notes” tersebut dicantumkan dalam “Extensions and Corrections to the UDC” yang terbit 6 bulan sekali. Oleh karena itu supaya bagan yang dipakai tetap mutakhir catatan-catatan dalam Extensions and Corrections to the UDC tersebut perlu diikuti.

Proses revisi ini memakan waktu, sebagai contoh untuk membuat bagan “Space Science and Aeronautics” diperlukan waktu 10 tahun. Berbagai komisi hanya bertemu setahun sekali sehingga hasilnya dapat dibayangkan, lebih-lebih lagi semuanya ini dikerjakan secara sukarela. Proses revisi ini memang berkaitan dengan permintaan pemakai namun pelaksanaannya lambat.

Perkembangan ilmu pengetahuan membawa berbagai kendala terhadap berbagai bagan klasifikasi yang dikembangkan pada abad 19, termasuk juga pada UDC. Pengetahuan baru selalu muncul sementara pengetahuan lama perlu dirinci dan ditinjau kembali. Kini kelas bahasa dipindahkan ke kelas sastra sehingga ada notasi kosong. Notasi kosong di kelas 4 digunakan untuk perluasan dimasa mendatang. Di Indonesia Pusat Dokumentasi Ilmiah Nasional (PDIN) adalah anggota FID, sehingga dijadikan sebagai badan pengawas UDC layaknya FID.

UDC dikenal dengan berbagai nama seperti Classification Internationale Decimale, International Decimal Classification, Expanded Dewey dan Brussel Expansion of Dewey. Namum sampai sekarang yang paling populer tetap Universal Decimal Classification (UDC).


(34)

2.3.2Unsur-unsur Pokok UDC

Tidak berbeda dengan DDC, UDC juga mempunyai unsur-unsur pokok (sistematika) yang dijadikan sebagai syarat sistem klasifikasi yang baik. Unsur-unsur pokok tersebut terdiri dari bagan (schedule), indeks relatif dan juga tabel pembantu.

2.3.2.1 Bagan (Schedule)

UDC menggunakan notasi angka Arab sehingga bersifat sederhana, namun mampu diperluas tanpa batas berkat prinsip desimalnya. UDC hanya menggunakan satu angka saja untuk subjek utama (kelas utama) tanpa tambahan 0 seperti halnya DDC. Bagan UDC dapat dilihat sebagai berikut:

0. Generalities

1. Philosophy. Psychology 2. Religion. Theology 3. Social sciences 4. (Under development)

5. Mathematics and natural sciences

6. Applied sciences. Medicine. Technology 7. The arts. Recreation. Entertainment. Sport 8. Language. Linguistics. Literature

9. Geography. Biography. History (British Standard Institution : 2005) Tiap kelas dibagi menjadi 10 subkelas, tiap subkelas dibagi lagi menjadi 10 dan seterusnya. Notasi kelas yang terdaftar dalam bagan disebut notasi pokok atau notasi terdaftar. UDC lebih mampu memberi hubungan subjek daripada DDC. Kemampuan ini diperoleh dari penggunaan indikator faset atau simbol yang menandai bagian komponen sebuah nomor kelas. Faset ini berupa tanda numerik atau nonverbal dan nonnumerik.

Menurut Sutono (1979 : 8), Secara umum UDC menggunakan dua cara untuk menunjukkan faset, yaitu:

1. Dengan memberi langsung suatu kelas dengan notasi pokok, seperti contoh: - dalam dalam 633 Fieldcrops, Industrial crops, faset “benda” hasil

pertanian ditunjukkan oleh notasi 633.1/.9. Di dalam faset inipun satu macam hasil dapat dibagi lagi menjadi jenis-jenisnya, seperti:


(35)

.51 Cotton and hair (seed) crops .52 Flax, haemp, jute, bast fibre crops

2. Dengan menggunakan notasi tambahan dari tabel pembantu/tambahan. Istilah tambahan mengandung arti bahwa faset-faset yang dinyatakan dengan notasi tambahan selalu terdapat setelah faset yang terdaftar. Faset-faset tambahan ini dapat dikenali oleh adanya lambang khusus yang berfungsi sebagai indikator faset.

2.3.2.2 Indeks Relatif

Seperti halnya DDC, indeks relatif UDC juga terdiri dari subjek-subjek verbal disertai notasi kelasnya, disusun berdasarkan abjad dan mengacu kepada nomor kelas pada bagan utama. Fungsi Indeks relatif ini adalah untuk menunjukkan notasi kelas dari suatu subjek dalam tabel utama (bagan) UDC.

2.3.2.3 Tabel Pembantu/Tambahan

Merupakan tabel-tabel yang mendaftar notasi tambahan umum dan khusus serta tanda penghubung/perluasan yang dapat ditambahkan pada setiap notasi utama sesuai keperluan. Notasi dan tanda dalam tabel ini tidak dapat berdiri sendiri, tetapi harus selalu dicantumkan/ditambahkan pada notasi pokok yang terdaftar pada tabel utama (kelas utama). Berdasarkan UDC online dari British Standard Institution tahun 2005, tanda tambahan (simbol) tersebut terdiri antara lain:

No. Simbol Makna

1 + dan / Auxiliary tables. Section i: common auxiliary signs and subdivisions

Table 1a. Coordination. Extension

2 :, [ ], :: Table 1b. Relation. Subgrouping. Order-fixing 3 = Table 1c. Common auxiliaries of language 4 (0...) Table 1d. Common auxiliaries of form 5 (1/9) Table 1e. Common auxiliaries of place

6 (=...) Table 1f. Common auxiliaries of race, ethnic grouping and nationality

7 "..." Table 1g. Common auxiliaries of time "+" CE (Common era) (AD)

"-" BCE (Before Common era) (BC)

8 *, A/Z Table 1h. Subject specification by notations from non-udc sources


(36)

9 -0 Table 1k. Common auxiliaries of general characteristics

10 -1/-9,.01/.09, '0/'9

Auxiliary tables. Section ii: special auxiliary subdivisions

Sutono (1979 : 9) memaparkan bahwa ada dua jenis notasi tambahan, yakni:

1. Notasi tambahan khusus (notus), yang hanya dapat digunakan untuk kelas tertentu, dan didaftarkan pada awal kelas tersebut. Simbol yang digunakan ialah “ – “ (tanda hubung), atau .0 (titik nol).

2. Notasi tambahan umum (notum) yang terdaftar dalam tabel tambahan (auxiliary tables) dan dapat ditambahkan pada tiap notasi utama yang memerlukannya.

2.3.3Catatan dan Petunjuk dalam UDC

Menurut Sutono (1979 : 19) beberapa petunjuk dan catatan yang dapat digunakan untuk membentuk notasi yang tepat, antara lain:

1. Petunjuk “As...”, “Divide As...” dan “”Develop At...”

Petunjuk As... berarti agar membentuk notasi menurut pembagian seperti pada notasi yang ditunjuk. Petunjuk ini digunakan untuk menggabungkan dua notasi kelas atau lebih dan membentuk notasi baru yang mencakup pengertian yang saling berhubungan atau saling menjelaskan. Penggabungannya dengan cara terlebih dahulu menetapkan notasi dari isi pokok utama dokumen yang diklasifikasi, kemudian menambahkan sebagian dari notasi lain yang pengertiannya berhubungan/berkaitan.

Jika membentuk notasi kelas pemuliaan tanaman jagung.

633 Field crops. Industrial crops (Tanaman ladang. Tanaman

Industri). Di bawahnya terdapat perintah: -1 Farming and landwork, growing etc. As 631 -2 Damage, injury, diseases. As 632

Pada tabel utama notasi jagung adalah 633.15, dan notasi pemuliaan adalah 631.521

631.521 Selection, Breeding, Aclimatization etc.

Maka pembentukan notasi kelas pemuliaan tanaman jagung adalah sebagai berikut:


(37)

Notasi kelas jagung sebagai isi pokok dokumen/pembahasan tetap dipakai utuh, notasi kelas pemuliaan diambil sebagian dari notasi 631.521 dengan menanggalkan nomor yang sama pada notasi jagung, yaitu angka 63. Angka yang tidak ditanggalkan yaitu 1.521 digabungkan dengan notasi utama jagung, dipisahkan dengan tanda sambung (-), sehingga terbentuk notasi 633.15-1.521. Sesuai dengan kaidah UDC maka notasi untuk pemuliaan tanaman jagung menjadi 633.15 – 1.521

Petunjuk yang serupa dengan petunjuk As... ialah petunjuk Broadly as..., hanya di sini diberi pembagian secara garis besarnya saja. Petunjuk Divide...as... juga serupa dengan petunjuk As.... Misalnya untuk notasi 636.39 Goats. Divide .392/.398 as 636.32/.38, artinya untuk berbagai jenis kambing (goats) dapat kita gunakan pembagian notasi seperti pembagian notasi 636.32/636.38.

Petunjuk lain yang serupa dengan petunjuk atau instruksi yang telah dibahas ialah petunjuk Develop at... yang berarti ‘notasi ini harus dikembangkan di bawah notasi...’. Contohnya pada notasi 629.10 Parts, equipment of vihicles or craft, terdapat notasi:

629.1.011/.012 Develop at 629.11; 629.12

Artinya ialah agar pustakawan mengembangkan notasi ini pada notasi-notasi lain yang sesuai, yaitu menurut jenis kendaraan. Misalnya 629.11.012.1 poros roda truk. Notasi 629.11 merupakan notasi untuk kendaraan darat dan .012.1 untuk poros roda. Dengan adanya instruksi “Develop at...” tersebut, maka praktis notasi 629.1.011/.012 jadi tidak berlaku.

2. Petunjuk “by”...

Petunjuk ini digunakan untuk membentuk notasi gabungan dengan mengkombinasikan dua notasi atau lebih, caranya dengan menggunakan alat penghubung berupa titik dua (colon) “ : ” yang diletakkan di antara notasi-notasi tersebut. Sebaiknya digunakan jika sudah tidak ada kemungkinan untuk menggunakan alat atau petunjuk lain. Fungsinya menunjukkan subjek-subjek yang berhubungan, saling melengkapi atau memperluas arti.


(38)

Contoh dapat dilihat pada notasi 016 special subject bibliographies.. by : .., artinya notasi 016 dapat digabungkan dengan tanda kolon diikuti dengan notasi subjek lain. Seperti:

016 : 37 Bibliografi khusus pendidikan 016 : 61 Bibliografi khusus kedokteran 016 : 63 Bibliografi khusus pertanian

3. Petunjuk “Cf”

Seperti halnya dalam indeks, petunjuk Cf dalam tabel tidak berbeda dengan arti petunjuk Cf yang terdapat dalam indeks, yaitu membandingkan satu notasi dengan notasi lain untuk memperoleh notasi yang tepat, karena suatu aspek atau sudut pandangan, sangat menentukan letak kelas dari subjek yang dihadapai. Contoh pada notasi untuk subjek Dinas Pos ialah 383, sedang kalau aspek teknis yang dibahas, notasinya ialah 656.8.

Pada kelas 383/383 COMMUNICATION. TRANSPORT, terdapat catatan berikut: “Only economic aspects here. For technical aspects see 625; 626; 627; 629.1; 654; 656 Cf. Pustakawan harus menentukan dahulu aspeknya. Bila aspeknya ekonomis yang ditekankan, maka kita harus menggunakan notasi 383 Postel services. Mail. Cf. 656.8. Petunjuk Cf. 656.8, ini berarti menganjurkan agar pustakawan membandingkan dengan notasi 656.8, yaitu aspek teknis dari Dinas Pos. Bila membandingkan dengan notasi 656.8 dalam tabel, maka terdapat entri berikut:

656.8 Mail. Post. Cf. 383 ; 654.

Di sisi ada pula acuan dari notasi 656.8 ke notasi 383, jadi ada acuan silang (cross reference) antara aspek ekonomis dengan aspek teknis dari Dinas Pos. Di atas, membantu pustakawan dalam menentukan notasi yang tepat yaitu sesuai dengan aspek dari dokumen yang sedang diklasifikasikan.

4. Petunjuk “Classed preferably at”

Petunjuk ini bersifat anjuran. Maksudnya untuk menggunakan notasi kelas yang ditunju di belakang kata-kata tersebut.


(39)

639.27/.29 Shell fish and other marine creatures. Classed preferably at 639.4/.6

Artinya notasi kelas untuk jenis ikan yang bertubuh keras, kerang-kerangan dan makhluk laut lain harusnya diklasifikasi pada notasi 639.4/.6, tetapi dengan pecahan notasi yang sama jika dikehendaki dapat saja diklasifikasikan pada notasi 639.27/.29 dengan syarat harus konsisten untuk semua dokumen, ditetapkan dipakai hanya salah satu saja.

5. Petunjuk “Use”

Petunjuk ini merupakan perintah untuk tidak memakai notasi yang tercantum, tetapi harus memilih dan menggunakan notasi lain yang berlaku sebagaimana yang tertera setelah kata “Use”. Seperti yang terdapat pada notasi 639.95 Aviaries, etc (sangkar burung hias, dan lain-lain). Use 636.68.083. Jadi berdasarkan perintah Use, pustakawan harus menggunakan notasi 636.68.083 untuk pengganti notasi 639.95.

Jika diuraikan, notasi 636.68.083 terdiri atas dua notasi yang dipadu menjadi satu notasi majemuk. Kedua notasi yang merupakan unsur notasi majemuk tersebut ialah:

636.68 Ornamental birds. Aviaries, dan 636.83 Shelter, cara dan perlinungan.

Notasi 636.083 ini sendiri adalah sebuah notasi majemuk yang merupakan panduan dari notasi pokok 636 dengan notasi tambahan khusus (notus) .083. Notus yang terdiri atas kode.08/.09 ini hanya berlaku di deretan notasi-notasi yang termasuk dalam kelas 636.

2.3.4Keunggulan dan Kelemahan UDC 2.3.4.1 Keunggulan

Menurut Lalleman (2005 : 57) UDC mempunyai keunggulan antara lain: 1. Vast support: The UDC is an international classification system. Therefore the

UDC has a vast support and a lot of documentation for guidance.

2. Flexibility: The UDC is very flexible. Due to this, it can cover all the different categories that can cover all the information needs.

3. Specificity: The UDC makes it possible, through symbols, to keep the semantic and syntactical relations. This leads to high qualified and accurate subject retrieval.


(40)

4. Complexity: When implementing metadata to the web-based information resource too, the UDC code can be formulated less complicated.

5. Different options: The UDC has the option to implement it as a simple UDC, or as a synthetic (structured) index.

Dari pendapat di atas diambil pengertiannya sebagai berikut:

1. Dukungan luas. UDC merupakan sebuah sistem klasifikasi internasional yang dapat digunakan oleh siapa saja untuk dijadikan sebagai petunjuk.

2. Fleksibel. Maksudnya UDC terdiri dari semua kategori disiplin ilmu yang berbeda yang dapat mencakup semua kebutuhan informasi.

3. Kekhususan. UDC membuat kekhususan tersebut yaitu dengan menggunakan simbol-simbol yang ada untuk menjaga hubungan semantik dan sintaksis. Hal ini penting untuk hasil yang baik dan penemuan kembali subjek yang akurat. 4. Mengurangi kerumitan. Ketika memasukkan metadata ke dalam sumber

informasi berbasis web, kode UDC dapat di formulasikan menjadi tidak rumit.

5. Pilihan yang berbeda. UDC mempunyai pilihan dalam

pengimplementasiannya yaitu sebagai UDC yang sederhana, atau sebagai sebuah indeks yang berstruktur.

UDC mempunyai tingkat fleksibilitas yang luas karena dari dalamnya tersedia alat-alat (notasi) tambahan yang bisa dikelompokkan ke dalam dua bagian. Pertama, berupa tambahan umum (common auxiliaries) yang bisa diterapkan pada semua kelas, dan yang kedua adalah tambahan khusus (special auxiliaries) yang mempunyai makna berbeda dengan yang pertama, dan hanya bisa diterapkan pada bidang-bidang tertentu pada bagan UDC.

UDC mempunyai sifat hospitalitas (kesediaan menerima tamu) secara baik. Hal ini tampak dengan adanya tanda hubungan berkaitan, perluasan, dan tanda perluasan berangkai, yakni + (tambah), / (garis miring), : (titik ganda atau colon), = (sama dengan), (1/9) untuk tanda-tanda tempat, [ ] (kurung besar) dan masih banyak lagi notasi-notasi tambahan umum yang lain.

UDC memiliki lebih dari seratus ribu divisi pada tabel utama (bagan utama), terutama jika dibandingkan dengan DDC yang memiliki sekitar sebelas ribu divisi. Melihat jumlah itu saja bisa dibayangkan bahwa jenis klasifikasi UDC lebih memungkinkan untuk mengklasifikasikan dokumen dengan sangat rinci (Yusup, 2002 : 37).


(41)

Kelemahan

Menurut Lalleman (2005 : 57), UDC juga mempunyai kelemahan, antara lain:

1. Complexity: The different categories are growing enormously. Due to this, the classification system is unclear for web site developers, who are indexing the codes in the web-based information resources.

2. Revising: In the past, the UDC was not updated frequently enough to redefine the system based on new knowledge.

3. Maintenance: When implementing the UDC, because of its aim to describe the content of web-based information resources to the highest level of specificity, it can produce unmanageable and undesirable results. This is a result of the enormous amount of categories in an analyticosyntactical classification [Slavic, 2003].

4. Implementation: When using the synthetics (structured) way of the UDC, a lot of discussion will arise on issues like ‘what is the main subject, and what are the determinations’. This leads to different code combinations for the same subject.

Dari pendapat di atas diambil pengertiannya sebagai berikut:

1. Kerumitan. Kategori-kategori pengetahuan yang berbeda berkembang sangat pesat sehingga sistem klasifikasi menjadi tidak jelas dalam membangun website yang mengindeks kode-kode ke dalam sumber informasi berbasis web.

2. Revisi. Dahulu, UDC tidak diupdate secara teratur untuk menetapkan kembali sistem didasarkan ilmu pengetahuan baru sehingga notasi yang seharusnya bertambah tidak tampak.

3. Pemeliharaan. UDC digunakan karena tujuannya untuk mendeskripsikan isi dari sumber informasi berbasis web menuju level tertinggi dari kekhususan, itu dapat menghasilkan permintaan yang tidak diinginkan dan tidak termanajemen.

4. Pelaksanaan. Ketika menggunakan struktur UDC, banyak diskusi yang terjadi dalam menentukan hal seperti ‘apa yang menjadi subjek utama’ dan ‘apakah ketetapannya’.

Selain itu, UDC tidak mengulang notasinya secara lengkap, maka untuk melengkapinya diberikan petunjuk-petunjuk untuk ditambahkan kepada notasi utama melalui tabel tambahan/pembantu.


(42)

Sejak edisi tahun 1961, khususnya edisi ringkas dalam bahasa Inggris, Kelas utama 4 UDC untuk bahasa tidak digunakan lagi secara berdiri sendiri, melainkan digabungkan dengan kelas 8. Oleh karena itu, pembagian pada kelas 4 hanya dipakai untuk membentuk notasi gabungan yang kepalanya diambil dari notasi lain, sehingga ada penambahan subdivisi khusus yaitu .07.


(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian yang bersifat komparasi. Menurut Nazir (2003:58) “Penelitian komparatif adalah sejenis penelitian deskriptif yang ingin mencari jawab secara mendasar tentang sebab-akibat, dengan menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya ataupun munculnya suatu fenomena tertentu”.

Aswarni Sudjud dalam Arikunto (2002: 236) menyatakan bahwa :

“Penelitian komparatif akan dapat menemukan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan tentang benda-benda, tentang orang, tentang prosedur, kerja, tentang ide-ide, kritik terhadap orang, kelompok terhadap suatu ide atau suatu prosedur kerja. Dapat juga membandingkan kesamaan pandangan dan perubahan-perubahan pandangan orang, grup atau negara, terhadap kasus, terhadap orang, peristiwa atau terhadap ide-ide”.

Sedangkan menurut pendapat Sugiyono (1998 : 6), “Penelitian komparatif adalah suatu penelitian yang bersifat membandingkan”. Dari ketiga pendapat di atas maka dapat diketahui bahwa penelitian komparatif adalah penelitian yang membandingkan tentang orang, benda dan hal lainnya dengan cara menganalisis persamaan dan perbedaan yang ada dari objek/subjek yang diteliti. Penelitian ini menggunakan proses kuantitatif sehingga untuk menganalisis datanya dilakukan dengan instrumen penelitian.

3.2 Unit Analisis

Pada umumnya setiap peneliti selalu berhubungan dengan masalah populasi dan sampel. Di samping itu masih ada unit analisis sebagai bagian dari populasi dan sampel. Arikunto (2002 : 121) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan unit analisis dalam penelitian adalah “satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek penelitian”. Lebih lanjut beliau menyatakan bahwa “yang dapat diklasifikasikan sebagai subjek penelitian adalah benda atau manusia”. Berawal dari pendapat tersebut maka penulis mengambil subjek penelitian atau unit analisis dalam penelitian ini adalah bagan DDC edisi ke-22 dan bagan UDC edisi


(44)

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting, karena pada umumnya data yang dikumpulkan tersebut digunakan untuk keperluan penelitian. Dalam penelitian ini sumber data yang dikumpulkan berupa data sekunder yaitu kumpulan buku, dan literatur lainnya yang berhubungan dengan penelitian.

Metode pengumpulan data penelitian yang digunakan adalah metode content analysis (kajian isi). Menurut Weber dalam Soejono (1999 : 13), “Kajian isi adalah metodologi penelitian yang memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik kesimpulan yang sahih dari sebuah buku atau dokumen”. Selanjutnya Nawawi dalam Soejono (1999 : 14) menyatakan bahwa “Dengan cara ini dapat dibandingkan antara satu buku dengan buku yang lain dalam bidang yang sama”. Dari pendapat di atas maka data dapat diperoleh dengan mengumpulkan bagan DDC edisi ke-22 dan UDC edisi tahun 2005 kemudian dibandingkan dengan menganalisa notasi, fenomena serta variasi catatan dan instruksinya.

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian menurut Arikunto (2002 : 136) adalah “alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga mudah diolah”. Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur variabel yang diteliti. Untuk menganalisa data, penulis menjadikan formulir isian sebagai instrumen dalam penelitian ini.

3.4.1Formulir Isian

Formulir isian dibutuhkan pada saat melakukan analisis perbandingan notasi dan fenomena bagan DDC dan UDC, karena notasi yang diteliti hanya kelas utama (base number), subkelas (divisi) dan seksi (subdivisi). Hal ini bertujuan untuk mempermudah penelitian. Sedangkan untuk mengetahui jumlah entri dan variasi catatan tidak menggunakan formulir isian, karena tidak terlalu sulit untuk menganalisisnya.

Formulir isian untuk melakukan perbandingan notasi dan fenomena bagan DDC danUDC dapat dilihat sebagai berikut:


(45)

Tabel - 1. Formulir Isian Perbandingan Bagan DDC dengan UDC No. Perbandingan Notasi DDC UDC

1 Kelas 000 dan 0 2 Kelas 100 dan 1 3 Kelas 200 dan 2 4 Kelas 300 dan 3 5 Kelas 400 dan 4 6 Kelas 500 dan 5 7 Kelas 600 dan 6 8 Kelas 700 dan 7 9 Kelas 800 dan 8 10 Kelas 900 dan 9

3.5 Analisis Data

Setelah data yang diperlukan terkumpul, selanjutnya dilakukan pengolahan data. Untuk mengolah data digunakan statistik deskriptif. Menurut Sugiyono (1998 : 112), “Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi”.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan analisis data adalah sebagai berikut:

1. Membandingkan jumlah tajuk dan fenomena disetiap notasi kelas bagan DDC dan UDC, dengan cara membuat tabulasi persamaan dan perbedaan yang ada. 2. Menghitung perbandingan jumlah tajuk keseluruhan.

3. Menganalisis persamaan dan perbedaan variasi catatan dan instruksi bagan DDC dengan UDC.


(46)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Untuk membandingkan kedua bagan ditempuh prosedur yaitu mengumpulkan dua bagan sistem klasifikasi DDC dan UDC serta menetapkan aspek-aspek yang akan dibandingkan. Aspek-aspek yang dibandingkan adalah jumlah notasi bagan, notasi beserta fenomena subjek dan variasi catatan (instruksi).

4.1 Perbandingan Jumlah Entri Bagan DDC dengan UDC

Untuk mengetahui perbandingan notasi kelas bagan DDC dengan UDC, penulis melakukan pemeriksaan pada masing-masing bagan. Hasil pemerikasaan yang dilakukan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel - 2: Perbandingan Jumlah Notasi DDC dengan UDC

No. Aspek yang diamati DDC UDC

DDC UDC

1 Kelas 000 Kelas 0 94 51

2 Kelas 100 Kelas 1 90 39

3 Kelas 200 Kelas 2 88 54

4 Kelas 300 Kelas 3 90 63

5 Kelas 400 Kelas 4 85 -

6 Kelas 500 Kelas 5 93 63

7 Kelas 600 Kelas 6 93 81

8 Kelas 700 Kelas 7 94 56

9 Kelas 800 Kelas 8 98 7

10 Kelas 900 Kelas 9 90 12

Total 915 426

Dilihat dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah notasi pada DDC edisi ke-22 secara umum adalah 915 entri, selebihnya terdapat istilah unassigned yang berarti notasi tersebut hanya digunakan pada DDC tertentu (sesuai


(47)

keterangan) dan tidak digunakan lagi pada DDC sekarang dan istilah optional number merupakan notasi pilihan yang selamanya tidak digunakan lagi, namun untuk mengetahui letak bidang ilmu tersebut dapat dilihat dari keterangan yang diberikan. Optional number disebut juga dengan permanent unassigned. Sedangkan UDC edisi tahun 2005 secara umum berjumlah 426 entri, selebihnya tidak digunakan.

DDC banyak menggunakan notasi dalam mencakup bidang ilmu pengetahuan. Hal ini tidak tampak pada UDC. UDC tidak banyak menggunakan notasi dasar dalam mencakup bidang ilmu pengetahuan. UDC hanya memperdalam ilmu ke divisi dan subdivinya. Bahkan kelas 4 pada UDC pada saat ini masih dalam pengembangan yang semula adalah kelas bahasa sehingga sekarang kelas bahasa berada pada notasi kelas 8 bergabung dengan kelas kesusastraan.

4.2 Perbandingan Umum Bagan DDC dan UDC

Gambaran umum perbandingan entri bagan DDC dengan bagan UDC dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel - 3. Perbandingan Umum Notasi Kelas 000 dan 0

Perbandingan Jumlah

Persamaan 44

Perbedaan 56

Pada notasi kelas 000 (DDC) dan 0 (UDC) terdapat 44 entri notasi beserta fenomena subjek yang sama dan 56 entri notasi beserta fenomena yang berbeda dari 100 jumlah entri yang dibandingkan.

Fenomena subjek yang sama yaitu generalities, knowledge, books, library, organizations, museum science dan manuscript and rare books. Fenomena subjek yang berbeda banyak terdapat pada subjek computer pada DDC sedangkan pada UDC management, encyclopedias, serials, organization, newspapers dan general


(48)

yang tidak digunakan pada UDC sebanyak 49 entri. Hal ini dapat dilihat pada lampiran.

Tabel - 4: Perbandingan Umum Notasi Kelas 100 dan 1

Perbandingan Jumlah

Persamaan 34

Perbedaan 66

Pada notasi kelas 100 dan 1 terdapat 34 entri notasi beserta fenomenanya sama sedangkan 66 entri notasi beserta fenomena berbeda dari 100 jumlah entri yang dibandingkan.

Fenomena subjek yang sama antara lain metaphysic, causation, determinism & indeterminism, teleology, humankind and individual soul, occult,

logic dan ethics seddangkan fenomena subjek yang berbeda terdapat pada

philosophy & psychology, philosophical, psychology, logic, ancient, medieval & Eastern philosophy dan modern western philosophy. Pada DDC unassigned terdapat sebanyak 10 entri sedangkan pada UDC sebanyak 61 entri yang tidak digunakan.

Tabel - 5: Perbandingan Umum Notasi Kelas 200 dan 2

Perbandingan Jumlah

Persamaan 2

Perbedaan 90

Pada notasi kelas 200 dan 2 terdapat sebanyak 2 entri notasi beserta fenomena yang sama dan terdapat 8 entri yang notasinya sama-sama tidak digunakan lagi yaitu terdapat catatan dan instruksi berupa unassigned dan optional number, sehingga 8 entri tersebut tidak dapat dikatakan sama karena tidak ada fenomena yang dapat dibandingkan. Untuk entri yang berbeda terdapat 90 entri dari 100 jumlah entri yang dibandingkan.

Fenomena subjek yang sama terdapat pada subjek Christian churches sedangkan fenomena subjek yang berbeda terdapat pada subjek religion, DDC


(49)

menggunakan banyak notasi kelas utama, divisi dan subdivisi dalam membahas mengenai Crhistian theology sedangkan Agama lain diberikan notasi yang sedikit, yaitu berada pada subdivisi. Untuk UDC setiap agama diberikan notasi kelas utama sehingga hal-hal yang lebih mendalam dibahas pada divisi dan subdivisinya. Pada DDC terdapat istilah unassigned sebanyak 11 entri dan 1 entri merupakan optional number sedangkan UDC notasi yang tidak digunakan sebanyak 46 entri.

Tabel - 6: Perbandingan Umum Notasi Kelas 300 dan 3

Perbandingan Jumlah

Persamaan 41

Perbedaan 59

Pada notasi kelas 300 dan 3 terdapat 41 entri notasi dengan fenomenanya sama sedangkan yang berbeda terdapat sebanyak 59 entri dari 100 jumlah entri yang dibandingkan.

Fenomena subjek yang sama terdapat pada statistic, political science, dan custom, etiquette & folklore sedangkan fenomena subjek yang berbeda banyak ditemui pada subjek economy, public administration, military science, education dan commerce. Pada UDC terdapat istilah unassigned sebanyak 10 entri sedangkan UDC notasi yang tidak digunakan adalah sebanyak 36 entri.

Tabel - 7: Perbandingan Umum Notasi Kelas 400 dan 4

Perbandingan Jumlah

Persamaan 0

Perbedaan 100

Pada notasi kelas 400 dan 4 terdapat 100 entri yang berbeda atau 100% dari jumlah entri yang dibandingkan. Hal ini dikarenakan kelas 4 pada UDC masih dalam pengembangan, dan bukan menjadi kelas bahasa lagi. Kelas bahasa pada UDC ditempatkan pada kelas 81. Pada kelas 400 DDC ini terdapat istilah unassigned sebanyak 15 entri.


(50)

Tabel - 8: Perbandingan Umum Notasi Kelas 500 dan 5

Perbandingan Jumlah

Persamaan 43

Perbedaan 57

Pada notasi 500 dan 5 terdapat sebanyak 43 entri notasi beserta fenomenanya sama dan 57 entri yang berbeda dari 100 jumlah entri yang dibandingkan.

Fenomena subjek sama terdapat pada physics, chemistry, paleontology sedangkan fenomena subjek yang berbeda terdapat pada subjek natural sciences secara umum, celestial mechanics, geology, hydrology & meteorology, physiology & related subjects, plants (botany) dan sedikit pada subjek animals (zoology). Pada DDC unassigned terdapat sebanyak 7 entri sedangkan pada UDC notasi yang tidak digunakan lagi sebanyak 36 entri.

Tabel - 9: Perbandingan Umum Notasi Kelas 600 dan 6

Perbandingan Jumlah

Persamaan 75

Perbedaan 25

Pada notasi kelas 600 dan 6 ini terdapat persamaan notasi dengan fenomena subjek sebanyak 75 entri dan perbedaan notasi dengan fenomena subjek yaitu sebanyak 25 entri yang berbeda dari 100 jumlah entri yang dibandingkan.

Fenomena subjek yang sama terdapat pada medicine & health, agriculture, tentang home family management, chemical engineering, manufacturing, manufacture for specific uses, buildings. Fenomena subjek yang berbeda terdapat pada subjek technology secara umum, management, dan beberapa subjek yang berbeda letak notasi antara DDC dengan UDC. Pada DDC terdapat istilah unassigned sebanyak 7 entri sedangkan notasi yang tidak digunakan lagi pada UDC terdapat sebanyak 19 entri.


(1)

Tabel Variasi Catatan dan Instruksi Bagan DDC

No Catatan dan Instruksi DDC

Keterangan

1 Include Maksudnya adalah pendefinisian.

Dikatakan include karena ada istilah/alasan yang berdekatan tetapi makna berbeda dan memiliki jangkauan yang luas maka harus dibuat pendefinisian. Include bertujuan memberikan penunjuk kepada klasifier untuk memahami konsep subjek/notasi yang sesuai.

Contoh:361.8 Community action

Including community chests, united charities

Community action in 361.9; class private community action in 361.7 (DDC and Relative Index Edition 22, 2003 : 703)

2 Add to base number Maksudnya adalah penambahan ke notasi dasar. Add to base number ada karena sebuah subjek yang bisa bervariasi sampai tak terhingga akibatnya tidak mungkin notasinya disusun dalam bagan, yang dapat disusun hanya notasi dasarnya saja sedangkan variasi tak terhingga dibuat dalam suatu tabel khusus di dalam bagan itu sendiri.

Contoh:324.18 Internasional organizations of parties.

Add to base number 324.18 the number following 08 in notation


(2)

082-087 from table under 324.24-324.29, e.g. international organizations of religious parties 324.182 (DDC and Relative Index Edition 22, 2003 : 375)

3 Optional note Maksudnya adalah catatan pilihan. DDC memberi pilihan bagi pengklasir untuk memilih salah satu nomor kelas sesuai dengan kebutuhan perpustakaan. Biasanya “optional note” itu terdapat pada karya-karya referensi atau dokumen yang berhubungan dengan referensi.

Contoh: 016 Bibliografi khusus

4 Centered headings Maksudnya adalah tajuk terpusat yaitu mencakup suatu konsep subjek yang tidak memiliki nomor kelas khusus artinya dalam satu urutan notasi hanya menyatakan rentangan nomor kelasnya. Contoh:017-019 general catalogs (DDC

and Relative Index Edition 22, 2003).

5 Formerly Maksudnya adalah dahulu artinya

Formerly adalah pergeseran sebuah notasi dari edisi sebelumnya bergeser ke notasi lain.

Contoh:324.243 04 Conservative parties 324.243 04 [formerly 324.243 082](DDC and Relative Index Edition 22, 2003 : 24).

6 Unassigned Maksudnya adalah notasi yang tidak digunakan lagi untuk edisi yang baru tetapi digunakan pada edisi sebelumnya.


(3)

Contoh: [007] [Unassigned]

Most recently used in edition 16 (DDC and Relative Index Edition 22, 2003 : 39).

7 Optional Number Istilah ini hampir sama dengan unassigned, namun disebut sebagai permanently unassigned. Catatan (instruksi) ini bermaksud untuk memberitahukan kepada klasifier bahwa notasi kelas (notasi pilihan) yang dimaksud tidak digunakan selamanya, sehingga untuk mengetahui dimana letak yang seharusnya dapat dilihat keterangan yang diberikan.

Contoh:298 (Optional number)

(Optional number used to provide local emphasis and a shorter number for a specific religion other than Christianity; prefer the number for the spesific religion elsewhere in 292-299; or optional number used for Christianity if option A under 290 is chosen. Other options are described at 290)

(DDC and Relative Index Edition 22, 2003 : 39).


(4)

LAMPIRAN – 3

VARIASI CATATAN DAN INSTRUKSI

BAGAN UDC


(5)

Tabel Variasi Catatan dan Instruksi Bagan UDC

No Catatan dan Instruksi UDC

Keterangan

1 Scope Maksudnya adalah ruang lingkup.

Biasanya menginformasikan notasi tersebut digunakan untuk bidang ilmu apa saja.

Contoh:304 Social questions. Social practice. Cultural practice. Way of life (Lebensweise)

Scope For special questions use the relevant classes, e.g. 001.18, 308, 316, 33, 36 (UDC Online, 2005)

2 Parallel Division Maksudnya adalah mnemonics.

Contoh:611.1 Angiology. Cardiovascular system. Blood vessels

Parallel division

divided as 616.11/.14 (UDC Online, 2005)

3 Combinations Maksudnya adalah menggabungkan dua notasi atau mengabungkan notasi dengan tabel pembantu dengan memberikan simbol yang sesuai.

Contoh:303.643.3 Form of medium

303.643.3:070 Newspapers as a medium

Combination 303.643.3(044.4) Business letters, office correspondence as a medium (UDC Online, 2005)


(6)

4 Include Maksudnya adalah pendefinisian.

Contoh:343.349 Offences against printing, press, publishing laws.

Includes Offences against regulations on distribution of printed matter, book-peddling, colportage, bill-posting. Offences committed by means of the press or publication (UDC Online, 2005)

5 Reference Maksudnya adalah rujukan. Reference memberikan informasi rujukan kepada notasi kelas yang berhubungan.

Contoh:343.343.5 Refusal of military service, conscription. Draft-dodging.Desertion.Conscientious objection

Reference

(UDC

Online, 2005)

6 Application note Maksudnya adalah catatan yang harus diterapkan (digunakan).

Contoh:314.08 Demographic personnel Application note Auxiliaries 3.08...(as at35.08...) (UDC Online, 2005)


Dokumen yang terkait

Studi Komperatif Bagan Klasifikasi Dewey Decimal Classification (DDC) Edisi 21 Dan Edisi 22 : studi kasus notasi pada kelas 400 dan kelas 800.

0 41 105

Perbandingan sistem klasifikasi Islam adaptasi dan perluasan Dewey Decimal Classification (DDC): antara Depertemen Agama dan Perpustakaan Nasional RI

0 4 79

Sistem Informasi Perpustakaan IPDN Jatinangor Menggunkan Metode Dewey Decimal Classification

0 5 181

Hubungan Persepsi Pemustaka tentang Sistem Klasifikasi Dewey Decimal Classification (DDC) dengan Pemanfaatan Sistem telusur Elektronik pada Perpustakaan Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung.

0 6 40

PENERAPAN SISTEM DDC (DWEY DECIMAL CLASSIFICATION) PADA PERPUSTAKAAN POLITEKNIK ATMI SURAKARTA.

0 0 1

Implementasi universal decimal classification (udc) di Upt Perpustakaan Universitas Negeri Yogyakarta COVER

0 0 16

KOMPARASI BAGAN SISTEM KLASIFIKASI DEWEY (1)

0 0 11

PERSEPSI PUSTAKAWAN TERHADAP SISTEM KLASIFIKASI DEWEY DECIMAL CLASSIFICATION DI BADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN, PERPUSTAKAAN DAN ARSIP DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

0 1 82

Keterampilan Pustakawan dalam Mengklasifikasi Bahan Pustaka dengan Menggunakan Dewey Decimal Classification (DDC) di Perpustakaan SDN 168 Kessing Kecamatan Donri-Donri Kabupaten Soppeng - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 84

Analisis Klasifikasi Bahan Pustaka di Perpustakaan Berdasarkan Dewey Decimal Classification di Perpustakaan Universitas Hasanuddin Makassar - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 1 94