PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN: Studi Empiris pada Perusahaan Indeks LQ-45 Periode 2011-2013.

(1)

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN (Studi Empiris pada Perusahaan Indeks LQ-45 Periode 2011-2013)

SKRIPSI

Oleh :

Roy Dandy Sitompul 1006436

Program Studi Akuntansi

Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis (FPEB) UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

Oleh

Roy Dandy Sitompul

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Pendidikan Ekonomi

dan Bisnis

© Roy Dandy Sitompul 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,


(3)

(4)

ABSTRAK

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN

(Studi Empiris pada Perusahaan Indeks LQ-45 Periode 2011-2013) Oleh:

Roy Dandy Sitompul Pembimbing:

Drs. H. Tb. Aman F., Ak., MM., Ak., CPA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menguji pengaruh economic value added dan market value added terhadap dividend payout ratio pada perusahaan indeks LQ-45 periode 2011-2013. Penelitian ini merupakan penelitian eksplanatoris. Populasi penelitian ini adalah Perusahaan Indeks LQ-45 dan dipublikasikan pada Indonesian Capital Market Directory (ICMD), sebanyak 25 perusahaan. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan sampel yang representatif adalah purposive sampling. Kriteria yang digunakan dalam pengambilan sampel pada penelitian ini adalah perusahaan berada dalam indeks LQ-45 selama tiga tahun berturut-turut yakni dari tahun 2011-2013 tidak pernah melakukan delisting serta membagikan dividennya. Dipilih perusahaan yang membagikan dividen agar hasilnya sesuai dengan tujuan penelitian yaitu mengetahui pengaruh EVA dan MVA terhadap DPR. Metode analisis yang digunakan adalah Analisis Regresi Linier Berganda. Berdasarkan hasil penelitian, maka kesimpulan didalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a).Hasil pengujian hipotesis pertama yang menyatakan bahwa EVA (economic value added) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap DPR (Dividend Payout Ratio), diterima; b).Hasil pengujian hipotesis ke dua yang menyatakan bahwa MVA (market value added) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap DPR (Dividend Payout Ratio), ditolak; c) Hasil pengujian hipotesis ke tiga yang menyatakan bahwa EVA dan MVA berpengaruh secara simultan signifikan terhadap DPR (Dividend Payout Ratio), diterima.


(5)

ABSTRACT

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN

(Studi Empiris pada Perusahaan Indeks LQ-45 Periode 2011-2013) Oleh:

Roy Dandy Sitompul Pembimbing:

Drs. H. Tb. Aman F., Ak., MM., Ak., CPA

This study aims to identify and examine the effect of economic value added (EVA) and market value added (MVA) of dividend payout ratio (DPR) in companies listed in LQ-45 index 2011-2013. This research is explanatory research. The population was companies listed in LQ-45 2011-2013 and published in the Indonesian Capital Market Directory (ICMD), as many as 25 companies. The technique used in this study to obtain a representative sample is purposive sampling. Some of the criteria used in the sampling in this study was the company is in LQ-45 index for three consecutive years from 2011-2013 which never did delisting and pay dividends during the period of 2011-2013. Selected companies that pay dividends because that results in accordance with the purpose of the study is that the use of this dividend policy truly reflects the company measures taken. The analytical method used is the Multiple Linear Regression Analysis. Based on the research and discussion that has been outlined in front, then the conclusions in this study are as follows : a). Results of testing of the first hypothesis which states that the EVA (economic value added) negative and significant effect on the House of Representatives (Dividend Payout Ratio), is accepted; b). Results of testing hypothesis two which states that MVA (market value added) positive and an significant effect on the House of Representatives (Dividend Payout Ratio), is rejected; c). Results of testing hypothesis which states that the economic value added (EVA) and market value added (MVA) simultaneously significant effect on the House of Representatives (Dividend Payout Ratio), accepted.


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI ... 1 DAFTAR GAMBAR ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR TABEL ... Error! Bookmark not defined.

BAB I ... Error! Bookmark not defined.

PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.

1.1 Latar Belakang Masalah ... Error! Bookmark not defined.

1.2 Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined.

1.3 Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

1.4 Kegunaan Penelitian... Error! Bookmark not defined.

BAB II ... Error! Bookmark not defined.

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS ... Error! Bookmark not defined.

2.1 Kajian Pustaka ... Error! Bookmark not defined.

2.1.1 Kinerja keuangan ... Error! Bookmark not defined.

2.1.1.1 Pengertian Kinerja Keuangan ... Error! Bookmark not defined.

2.1.1.2 Manfaat Penilaian Kinerja... Error! Bookmark not defined.

2.1.1.3 Tujuan Penilaian Kinerja... Error! Bookmark not defined.

2.1.1.4 Pengukuran Kinerja Keuangan ... Error! Bookmark not defined.

2.1.2 Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) sebagai Pengukur Kinerja Keuangan Perusahaan. ... Error! Bookmark not defined.

2.1.2.1 Economic Value Added (EVA) ... Error! Bookmark not defined.

2.1.2.2 Market Value Added (MVA) ... Error! Bookmark not defined.

2.1.3 Kebijakan Dividend ... Error! Bookmark not defined.

2.1.3.1 Teori Kebijakan Deviden ... Error! Bookmark not defined.

2.1.3.2 Faktor- Faktor Yang Mempegaruhi Kebijakan Dividen ... Error! Bookmark not defined.


(7)

2.1.4 Indikator Kebijakan Dividen ... Error! Bookmark not defined.

2.1.5 Dividend Payout Ratio (DPR) ... Error! Bookmark not defined.

2.2 Hubungan antara economic value added dan dividen payout ratio... Error! Bookmark not defined.

2.3 Hubungan antara market value added dan dividen payout ratio ... Error! Bookmark not defined.

2.4 Penelitian Terdahulu ... Error! Bookmark not defined.

2.5 Kerangka Pemikiran ... Error! Bookmark not defined.

2.6 Hipotesis Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

BAB III ... Error! Bookmark not defined.

OBJEK DAN METODE PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.

3.1 Objek Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

3.2 Metode Penelitian... Error! Bookmark not defined.

3.2.1 Desain Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

3.2.2 Defenisi Dan Operasional Variabel ... Error! Bookmark not defined.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

3.4 Jenis dan Sumber Data ... Error! Bookmark not defined.

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined.

3.6 Teknik Analisis Data ... Error! Bookmark not defined.

3.6.1 Uji Asumsi Klasik ... Error! Bookmark not defined.

3.6.1.1 Uji Normalitas ... Error! Bookmark not defined.

3.6.1.2 Uji Multikolinearitas ... Error! Bookmark not defined.

3.6.1.3 Uji Autokorelasi ... Error! Bookmark not defined.

3.6.1.4 Uji Heteroskedastisitas ... Error! Bookmark not defined.

3.6.2 Pengujian Hipotesis ... Error! Bookmark not defined.

3.6.2.1 Uji t ... Error! Bookmark not defined.

3.6.2.2 Uji F ... Error! Bookmark not defined.

3.6.2.3 Uji R2 ... Error! Bookmark not defined.


(8)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined.

4.1 Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

4.1.1 Tinjauan Umum Tentang Subjek Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

4.1.1.1 Indeks LQ-45 ... Error! Bookmark not defined.

4.1.2 Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined.

4.1.3 Deskripsi Data Variabel Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

4.1.3.1 Gambaran Kinerja Keuangan ... Error! Bookmark not defined.

4.1.3.2 Gambaran Kebijakan Dividen ... Error! Bookmark not defined.

4.1.4 Pengujian Asumsi Klasik ... Error! Bookmark not defined.

4.1.4.1 Uji Normalitas ... Error! Bookmark not defined.

4.1.4.2 Uji Multikolonieritas ... Error! Bookmark not defined.

4.1.4.3 Uji Autokorelasi ... Error! Bookmark not defined.

4.1.4.4 Uji Heteroskedastisitas ... Error! Bookmark not defined.

4.1.5 Hasil Pengujian Regresi Berganda ... Error! Bookmark not defined.

4.1.6 Hasil Pengujian Koefisien Determinasi .... Error! Bookmark not defined.

4.1.7 Hasil Pengujian Hipotesis ... Error! Bookmark not defined.

4.1.7.1 Uji t ... Error! Bookmark not defined.

4.1.7.2 Uji F ... Error! Bookmark not defined.

4.2 Pembahasan ... Error! Bookmark not defined.

BAB V ... Error! Bookmark not defined.

KESIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined.

5.1 Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined.

5.2 Saran ... Error! Bookmark not defined.


(9)

BAB I

PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah

Keberadaan suatu badan usaha tidak lepas dari kebutuhan modal ditambah lagi perkembangan ekonomi dunia telah menumbuhkan persaingan pasar yang semakin ketat, sehingga perlu diambil langkah-langkah nyata untuk peningkatan produktivitas dan efisiensi nasional. Untuk menunjang segala kegiatan operasional serta dalam pengembangan usahanya maka suatu perusahaan memerlukan modal yang lebih besar. Sumber modal tersebut bisa berasal dari intern dan eksternal. Sumber intern berasal dari pihak dalam perusahaan yakni modal pemilik perusahaan sedangkan sumber eksternal berasal dari produk investasi yang diltawarkan oleh pihak perusahaan kepada masayarakat umum yang biasanya berupa saham dan satu lagi berasal dari peminjaman yang dilakukan perusahaan (hutang).

Dalam hubungan ini, peran serta perusahaan sebagai salah satu badan usaha tidak bisa terlepas dari keadaan yang dimaksudkan di atas. Dimana perusahaan dalam sistem sosial sangat penting guna menunjang berkembangnya suatu perusahaan untuk menjadi badan usaha yang maju dan bisa memberikan kontribusi yang besar bagi pertumbuhan perekonomian Negara. Keberadaan suatu perusahaan dalam masyarakat memiliki peran yang sangat strategis bagi kelangsungan hidup masyarakat itu sendiri, perusahaan memberi sumbangan besar terhadap kebutuhan hidup masyarakat, baik di daerah pedesaan maupun di daerah perkotaan. Sri Redjeki Sartono (2000: 38) mengemukakan, bahwa prilaku dan kegiatan perusahaan pada dasarnya sangat besar pengaruhnya bagi perekonomian lokal maupun nasional bahkan internasional, karena pada dasarnya perusahaan merupakan pelaku ekonomi yang aktif. Bergeraknya perusahaan menjadi maju dan berkembang, pasti akan dikuti oleh perkembangan masyarakat.


(10)

Hal ini menjadi dasar keberadaan pasar modal. Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuiti (saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi.

Pasar Modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu Negara. Jika pasar modal suatu Negara ramai peminat maka perekonomian suatu Negara itu memiliki ekonomi dan prospek ekonomi yang baik. Pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang diperoleh dari pasar modal daptsat digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain. Jika modal yang dibutuhkan oleh perusahaan ini dapat terpenuhi maka perusahaan akan dapat meningkatkan produktifitasnya dan akhirnya akan dapat meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan negara, kedua pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrument keuangan seperti saham, obligasi, reksa dana, dan lain-lain. Pada akhirnya mereka akan mendapatkan keuntungan dari investasi yang mereka buat, berupa dividen yang dibayarkan oleh perusahaan tempat mereka berinvestasi.

Pada statistik pasar modal yang yang dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) selama lima tahun belakangan ini khususnya buat perdagangan saham di pasar modal Indonesia nilai kapitalisasi pasarnya naik dari tahun ke tahun. Ringkasan statistik perdagangan saham Indonesia dari tahun 2010-2014 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:


(11)

Tabel 1.1

Ringkasan Statistik Perdagangan Saham Indonesia Tahun 2010-2014

Saham 2010 2011 2012 2013 2014

Kapitalisasi Pasar (Triliun Rupiah) 3.247,10 3.537,29 4.126,99 4,219,02 5.228,04 Indeks Harga Saham 3.703,51 3.821,99 4.316,69 4.274,18 5.226,95 Volume Transaksi (Milyar Saham) 1.330,87 1.203,55 1.053,76 1.342,66 1.327,02 Nilai Perdagangan (Triliun rupiah) 1.176,24 1.223,44 1,116,11 1.522,12 1.453,39 Frekuensi Transaksi (Ribu kali) 25.919,00 28.023,00 29.941,00 37.499.46 52.457,61

Perusahaan Tercatat 420 440 462 483 506

Jumlah Hari Bursa 245 247 246 244 242

Rata-Rata perdagangan Harian:

Volume (Juta Saham) 5.432,10 4.872,67 4,282,59 5.502,69 5.484,54 Nilai (Miliyar Rupiah) 4.046,20 4.800,97 4.953,20 6,238,21 6.005,75 Frekuensi 105.790,00 113,.454,00 121.712,00 153.686,32 212.634,75

Sumber: Statistik pasar modal (http://www.bps.go.id)

Naiknya nilai kapitalisasi saham tersebut seiring dengan pertumbuhan jumlah emiten yang tercatat di pasar modal Indonesia. Data menunjukkan dari tahun 2010 nilai kapitalisasi pasar saham di pasar modal dari 3.247,10 triliun rupiah naik terus sampai pada angka 5.228,04 triliun rupiah di tahun 2014 demikian juga jumlah emitennya dari 420 emiten bertambah menjadi 502 emiten atau bertambah 82 emiten baru. Pertambahan ini berarti bahwa pasar modal Indonesia mengalami perkembangan yang baik dan khususnya buat perdagangan saham. Terlihat juga dari rata-rata perdagangan hariannya. Walau sempat mengalami penurunan pada tahun 2011 dan 2012 dari tahun 2010 volume perdagangan hariannya kembali naik pada tahun 2013 dan sedikit turun dari tahun 2014 menjadi 5.484,54 juta saham per hari tetapi masih lebih baik dari tahun 2010 yang sebesar 5.432,10 juta saham. Nilai perdagangannya juga mengalami kenaikan dari 4,046,20 miliyar rupiah per hari pada tahun 2010 naik ke angka 6,238,2 miliyar rupiah pada tahun 2013 dan mengalami penurunan sedikit di tahun 2014 menjadi 6.005,75 miliyar rupiah. Kenikan ini juga dapat terlihat dari indeks harga sahamnya. Pada tahun 2010 bernilai 3.703,51 merangkak naik terus hingga 5.226,95 pada tahun 2014. Ini mengindikasikan bahwa


(12)

trend pasar modal Indonesia semakin baik dari waktu ke waktu berarti juga bahwa pasar modal Indonesia semakin diminati investor untuk berinvestasi.

Tidak dipungkiri bahwa investor dalam menanamkan dananya di pasar modal tentunya untuk mendapatkan pendapatan (keuntungan). Oleh karena itu keputusan untuk berisvestasi itu sangat dipengaruhi oleh tingkat pengembalian modalnya. Tidak hanya bertujuan dalam jangka pendek tetapi juga bertujuan untuk memperoleh pendapatan dalam jangka panjang. Dalam dunia pasar modal disediakan berbagai jenis penawaran, masyarakat dapat menempatkan dana yang dimilikinya sesuai dengan karakteristik keuntungan dan risiko masing-masing instrument. Pendapatan atau keuntungan yang diperoleh oleh para pemegang saham adalah pada umumnya berupa pendapatan deviden (dividen yield) dan capital gain. Semakin besar pendapatan dividennya, maka investor akan semakin tertarik untuk membeli saham tersebut.Namun, besar kecilnya deviden yang dibayarkan kepada pemegang saham tergantung pada kebijakan deviden masing-masing perusahaan dan dilakukan berdasarkan pertimbangan berbagai faktor. Berdasarkan faktor-faktor yang dipertimbangkan oleh manajemen dan keputusan investor yang didasarkan pada kinerja keuangan maka penelitian ini mengidentifikasi variabel-variabel yang diduga berpengaruh terhadap rasio pembayaran deviden. Akan tetapi pemegang saham selalu berharap untuk mendapat dividen dalam jumlah besar atau minimal relative stabil dari tahun ke tahun.

Kebijakan dividen rasio pembayaran dividen (Dividend Payout Ratio) merupakan penentu jumlah laba yang akan dapat ditahan dalam sebuah perusahaan sebagai sumber pendanaannya dan juga sebagai penentu berapa laba dividen yang akan dibagi kepada para investor. Van Horned and Wachowicz, (2010: 270) mengatakan bahwa aspek utama dari kebijakan dividen perusahaan adalah menentukan alokasi laba yang tepat antara pembayaran dividen dengan penambahan laba ditahan perusahaan. Kebijakan dividen merupakan kebijakan yang mempersoalkan sebaiknya kapan (artinya, dalam keadaaan seperti apa) dan berapa


(13)

bagian dari laba perusahaan yang dicapai dalam suatu periode, yang didistribusikan kepada para pemegang saham dan yang ditahan didalam perusahaan, dengan tetap memperhatikan tujuan perusahaan yaitu meningkatkan nilai perusahaan. Kebijakan dividen ini sangat penting artinya bagi manajer keuangan, karena seorang manajer harus memperhatikan kepentingan perusahaan, pemegang saham, masyarakat dan pemerintah.

Khususnya bagi investor atau pemegang saham Kebijakan tersebut akan menjadikan seorang investor akan membeli, mempertahankan atau memutuskan untuk tidak membeli atau menjual saham yang investor miliki. Apabila dividen yang dibagikan kepada pemegang saham telah maksimal, maka langkah yang sebaiknya diambil oleh para investor adalah mempertahankan saham perusahaan. Apabila pembagian dividen kepada para investor dinilai kurang cukup atau tidak maksimal maka yang dilakukan para investor yaitu menjual saham perusahaan dengan harapan masih memperoleh keuntungan dari capital gain pada pasar modal. Hal ini bisa menyebabkan turunnya nilai suatu perusahaan yang juga dapat berdampak pada turunnya harga saham perusahaan. Oleh karena itu, penentuan rasio pembayaran dividen merupakan keputusan penting yang nantinya akan menunjukkan presentase laba suatu perusahaan yang akan dibayarkan kepada pemegang saham. Data perkembangan DPR serta perkembangan perusahaan dilihat dari net income-nya dan harga sahamnya pada perusahaan Indeks LQ-45 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 1.2

Data DPR, Net Income Growth Periode 2011-2012 Dan Harga Saham Pada Periode 2012-2013 Pada Perusahaan Indeks LQ-45 Periode 2011-2013 No. Nama Emiten

DPR Net Income Harga Saham 2011

(%) 2012

(%)

Growth (%) 2012 (Rp)

2013 (Rp)

Growth (%) 2011 2012

1. Astra Agro lestari Tbk. 65,1 44,8 23,89 -1,80 19.700 25.100 27,41 2. Adaro Energy Tbk. 47,08 30,38 129,85 -34,95 1.590 1.090 -31,45 3. Astra Internasional Tbk. 45,1 45,0 48,60 5,21 7.600 6.800 -10,53


(14)

4. Bank Central Asia Tbk. 25,6 24,0 27,02 -23,79 9.100 9.600 5,49 5. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. 20 30 46,06 20,22 3.700 3.950 6,76 6. Bank Rakyak Indonesia (Persero) Tbk. 20 30 33,33 22,13 6.950 7.250 4,32 7. Bank Danamon Indonesia Tbk. 30 30 19,61 18,35 5.650 3.775 -33,19 8. Bank mandiri (Persero) 20 30 35,38 30,27 8.100 7.850 -3,09 9. Bumi Resources Tbk. 15,24 0 -30,18 -426,81 590 300 -49,15 10. Charoen pokphand Indonesia Tbk. 29,24 28,10 6,89 4,38 3.650 3.375 -7,53 11. Gudang garam Tbk. 38,81 50,57 19,58 -38,63 56.300 42.000 -25,40 12. Vale Indonesi Tbk. 55 74 -22,92 -90,83 2.350 2.650 12,77 13. Indofood Sukses Makmur Tbk. 50,0 50,0 69,92 -23,35 5.850 6.600 12,82 14. Indocement Tunggal Prakasa Tbk. 30,2 35,0 11,68 32,26 22.450 20.000 -10,91 15. Indo Tambangraya Megah Tbk. 52,80 45,63 172,75 -17,49 41.550 28.500 -31,41 16. Jasa Marga (Persero) 40 40 10,73 -4,56 5.450 4.725 -13,30 17. Kalbe Farma Tbk. 60 51 19,70 -17,73 1.060 1.250 17,92 18. Lippo karawaci Tbk. 25,0 25,47 10,39 218,75 1.000 910 -9,00 19. PP London Sumatra Indonesia Tbk. 32,64 40.00 102,31 46,30 2.300 1.930 -16,09 20. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. 52,95 55,58 -1,22 43,48 4.600 4.475 -2,72 21. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk. 60,03 55.0 53,61 -26,47 15.100 10.200 -32,45 22. Semen Gresik (Persero) Tbk. 50,0 45,0 9,01 24,34 15.850 14.150 -10,73 23. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. 65,0 65,0 34,19 18,78 1.810 2.150 18,78 24. United Tractors Tbk. 52,17 13,37 51,40 -0.06 19.700 19.000 -3,55 25. Unilever Indonesia Tbk. 100 62,65 22,95 -12,26 20.850 26.000 24,70 Rata-Rata 43,27 40,02 36,18 -9,37 11.314 10.145 -10,33

Sumber: data diolah dari berbagai sumber

Dari tabel 1.1 diketahui secara keseluruhan nilai rata-rata DPR dari tahun 2011 ke tahun 2012 mengalami penurunan yakni dari 43,27% menjadi 36,18% hal ini juga sebanding dengan penurunan rata-rata net income dari tahun 2011 ke tahun 2012 sebesar 9,37%. Pada perkembangan harga sahamnya yakni pada akhir tahun 2013 terlihat penurunan harga saham yakni dari rata-rata Rp 11.314 menjadi Rp10.145 atau turun sebesar 10,33%. Perusahaan yang membayarkan dividennya paling besar tercatat adalah Unilever Indonesia Tbk. Pada tahun buku 2011 perusahaan ini membayarkan dividennya sebesar 100% dari net incomenya dan 62,65% pada tahun buku 2012. Walaupun terjadi penurunan net income pada tahun 2012 sebesar 12,26% keyakinan berivestasi pada perusahaan ini telah menaikkan harga sahamnya pada tahun 2013 dari 20.850 menjadi 26.000 atau naik sebesar 24,70%. Sedangkan untuk


(15)

pemberian dividen terendah adalah terjadi pada perusahaan Bumi Resources Tbk. Tercatat pada tahun 2011 perusahaan ini hanya memberikan 15,24% dividen cash dari penurunan net income yang terjadi pada tahun buku 2011 sebesar 30,18% dari tahun sebelumnya. Bahkan pada tahun 2012 perusahaan ini tidak memberikan/ membayarkan dividen cashnya sama sekali kepada para investornya hal ini dikarenakan perusahaan mengalami kerugian yang cukup besar pada tahun tersebut. Perkembangan harga sahamnya juga mengalami penurunan yakni tercatat pada akhir tahun 2013 terjadi penurunan sebesar 45,19% dari tahun sebelumnya sebesar Rp590 menjadi Rp300.

Terdapat kelompok perusahaan yang memberikan nilai DPRnya yang tinggi ataupun relative sama untuk periode tersebut karna mengalami kenaikan net income serta telah mampu menaikkan harga sahamnya misalnya Kalbe Farma Tbk., Telekomunikasi Indonesia Tbk., Unilever Indonesia Tbk., perusahaan ini rata-rata memberikan 50% pendapatannya sebagai dividen cashnya kepada para pemengan sahamnya dan Bank Ngara Indonesia Tbk serta Bank Rakyak Indonesia Tbk merupakan perusahaan yang cenderung stabil memberikan rasio pembayaran dividennya. Manajemen kelompok ini dirasa yang paling efektif dalam pengelolaan perusahaan dan dalam penentuan kebijakan perusahaan. Disamping itu ada kelompok yang cenderung memberikan nilai DPRnya tinggi walau perusahaan mengalami penurunan pendapatan bersinya misalnya Astra Agro Lestari Tbk., Vale Indonesia Tbk., Indofood Sukses makmur Tbk., dan Perusahaan Gas Negara Tbk. Walau begitu kelompok ini mampu menaikkan Harga Sahamnya di akhir tahun 2013. Hanya Perusahaan Gas Negara yang mengalami sedikit sekali penurunan harga saham. Kelompok lainnya adalah DPR relative tinggi ataupun relative stabil, net incomenya naik tetapi harga sahamnya turun. Kelompok ini misalnya adalah Astra Internasional Tbk., Bank Danamon Indonesia Tbk., Chaeron Phokphand Indonesia Tbk., Indocement Tunggal prakasa Tbk., Lippo Karawaci Tbk., PP London Sumatra Indonesia Tbk., dan Semen gresik Tbk. Tercatat Lippo Karawaci Tbk mengalami


(16)

kenaikan persentasi pendapatan bersih terbesar. Kebijakan ini belum bisa memaksimalkan nilai harga sahamnya. Berikutnya adalah kelompok yang memberikan DPR ralatif tinggi atau relative stabil walau mengalami penurunan net income serta mengalami penurunan harga saham yakni Adaro Energy Tbk., Gudang Garam Tbk., Indo Tambang Raya Megah Tbk., Jasa Marga Tbk., Tambang Batu Bara Bukit Asam Tbk., serta United Traktor Tbk. United Traktor Tbk adalah perusahaan yang menurunkan DPRnya pada tahun 2012 karna ada penurunan pendapatan dan mampu mempertahankan harga sahamnya karna hanya mengalami sedikit sekali penurunan. Kelompok terakhir adalah DPR yang rendah, net income turun dan harga sahamnya juga Menurun. Kelompok ini hanya dialami oleh Bumi Resources Tbk. Keputusan untuk menurunkan DPR bahkan tidak memberikannya sama sekali adalah keputusan terbaik yang diambil oleh manajemen. Perusahaan ini masih mampu mempertahankan harga sahamnya tidak jatuh sangat dalam. Tercatat mereka masih mampu mempertahankan harga sahammnya pada akhir tahun 2013 lebih rendah 49,15% dari tahun sebelumnya. ini merupakan kebijakan yang berat tetapi harus dilakukan. Keberagaman nilai DPR tersebut tentunya telah diputuskan secara baik oleh masing-masing manajemen perusahaan.

Dari analisis data pada tabel 1.1 diatas, dari keseluruhan nilai DPR, net income dan harga sahamnya jika dirata-ratakan terlihat terjadi penurunan net income dan nilai rasio pembayaran dividen dari tahun sebelumnya. Hal ini dirasa telah mempengaruhi harga sahamnya. Terlihat nilai rata-rata harga saham pada akhir tahun 2013 telah terjadi penurunan dari tahun 2012. Biasanya jika net income suatu perusahaan menurun maka kemungkinan besar akan terjadi penurunan nilai dividen yang akan dibayarkan perusahaan kepada para pemengang sahamnya begitu juga sebaliknya jika net incomenya naik maka perusahaan akan cenderung menaikkan pebayaran dividenya atau relative sama dari tahun sebelumnya. Hal seperti ini merupakan kerawanan bagi perusahaan untuk kehilangan investor maupun calon investornya. Jika penurunan itu dinilai masih dibatas kewajaran atau tidak ada


(17)

penurunan atau bahkan ada kenaikan pembayaran maka para pemengang saham perusahaan tersebut maka kemungkinan besar akan mempertahankan investasinya bahkan akan menambah atau mendatangkan investor baru. Tetapi jika sebaliknya terjadi maka keputusan untuk melepas saham atau untuk calon investor akan membatalkan pembelian saham. Jika permintaan terhadap sahamnya rendah maka akan menurunkan harganya. Penurunan harga saham ini akan memberatkan perusahaan dalam pencarian modal guna pengembangan perusahaan dan pengoperasian perusahaan.

Pada tingkat kelompok dari keseluruhan kelompok tersebut pemberian tingkat DPR yang relative tinggi atau relative stabil pada setiap tahun merupakan kebijakan yang rata-rata diambil oleh emiten. Kebijakan ini dirasa sangat penting dilakukan untuk menjaga stabilitas investasi yang telah mereka dapatkan atau bahkan untuk menambahnya untuk menjaga eksistensi dan pengembangan perusahaan. Kebijakan ini dirasa telah memaksimalkan pendapatan para pemegang sahamnya tampa mengabaikan kebutuhan modal perusahaan. Hanya pada perusahaan United Traktor Tbk dan Bumi Resources Tbk yang mengalami penurunan DPR. Hal ini karna perusahaan mengalami penurunan pendapatan yang didasarkan juga pada pemenuhan kebutuhan dana perusahaan. Terkhusus pada perusahaan Bumi Resources Tbk pada tahun buku 2012 mereka menetapkan 0% DPR karna mereka mengalami kerugian usaha. Ini berarti untuk tahun buku 2012 pemengang saham Bumi Resources Tbk tidak mendapatkan pendapatan dividen dari laba usahanya.

Alasan inilah yang mendasari betapa pentingnya penentuan tingkat rasio pembayaran dividen tersebut. Kepentingan investor untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal dan pemenuhan kebutuhan modal perusahaan harus saling terpenuhi. Harus diputuskan pada tingkat keseimbangan yang yang paling pas. Sehingga diharapkan akan menghasilkan kesuksesan usaha dan kesejahteraan semua pihak. Untuk menganalisa devident payout ratio (DPR) tersebut dibutuhkan adanya suatu analisis informasi yang memberikan informasi yang baik dan relevan. Septi dan siti


(18)

(2014) menyatakan Pertimbangan besarnya suatu Dividen Payout Ratio (DPR) diduga berkaitan sangat erat dengan sebuah kinerja manajemen karena kinerja keuangan suatu perusahaan yang cukup bagus dan tentunya bisa diharapkan untuk menentukan besarnya DPR yang sesuai juga dengan harapan para pemegang saham yang telah berinvestasi pada perusahaan tersebut. Menurut Irhan Fahmi (2011:2) kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu. Hal ini sangat penting agar sumber daya digunakan secara optimal dalam menghadapi perubahan lingkungan.

Penilaian kinerja keuangan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen agar dapat memenuhi kewajibannya terhadap para penyandang dana dan juga untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Rasio profitabilitas, liquiditas, solvabilitas, dan aktivitas merupakan analisis rasio keuangan yang sering digunakan dalam analisis kinerja perusahaan khususnya dalam nilai saham perusahaan. Kelebihan dari pengukuran ini adalah kemudahan dalam perhitungannya selama adanya ketersediaan data historis dalam periode waktu tertentu. Sedangkan kelemahannya adalah tingkat akuarasi metode tersebut dalam menilai kinerja keuangan, karena metode ini menggunakan data akuntansi yang berkaitan dengan estimasi sehingga kinerja keuangan perusahaan tidak terukur secara tepat dan akurat. Iramanani dan febrian (2005) mengatakan bahwa kelemahan dari financial ratio (rasio profitabilitas, liquiditas, solvabilitas, dan aktivitas) adalah karena perhitungannya berdasarkan data akuntansi. Salah satu kelemahan dari pengukur alkuntansi adalah rasio-rasio tersebut dihasilkan dari nilai buku. Dengan demikian, nilainya tidak mencerminkan nilai yang ada di pasar.


(19)

Untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam mengelola modal yang disetor oleh para pemodal dalam meningkatkan nilai ekonomis perusahaan, perlu dilakukan pengukuran terhadap kinerja perusahaan. Berbagai aspek perlu dipertimbangkan dalam pengukuran kinerja ini, terutama harapan dari pihak-pihak yang menginvestasikan dananya. Disadari bahwa rasio keuangan sebagai alat pengukran kinerja mempunyai beberapa kelemahan antara lain mengabaikan adanya biaya modal dan nilai kapitalisasi pasar atas saham yang diterbitkan sehingga sulit untuk mengetahui apakah perusahaan telah menciptakan nilai atau tidak. Mengingat hal tersebut, adapaun pengukuran kinerja keuangan perusahaan dapat digunakan dengan metode yang berbasiskan nilai tambah (value added) yang merupakan hal realistis dan mendukung penyanjian laporan keuangan, sehingga para pemakai laporan keuangan seperti pimpinan perusahaan maupun investor dapat dengan mudah mengambil keputusan. Dengan pengukuran kinerja berbasis pada nilai tambah diharapkan didapat hasil pengukuran kinerja perusahaan yang realistis dan mendukung penyajian laporan keuangan, maka akan dapat diketahui bagaimana pengaruh kinerja keuangan yang membuat return saham yang tertuang dalam nilai dividend payout ratio perusahaan-perusahaan tersebut bergerak tidak stabil, bahkan sempat mengalami kerugian. Oleh karena itu penulis tertarik untuk memakai alat ukur nilai tambah (value added) yakni Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) sebagai alat ukur kinerja keuangan untuk menilai pengaruhnya terhadap perubahan nilai pengembalian atas invesatsi yang di lakukan para investor. Hal ini juga didorong oleh desakan para investor dan penyedia dana agar mempunyai acuan yang lebih dapat dipertanggungjawabkan keakuratannya dalam mengalokasikan dananya.

Konsultan Stern Steward Management Service di Amerika Serikat merupakan orang memperkenalkan konsep Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) sebagai alat ukur kinerja keuangan dan pasar untuk mengatasi kelemahan metode akuntansi tradisional (rasio keuangan). Economic Value


(20)

Added (EVA) atau lebih dikenal dengan nama konsep Nilai Tambah Ekonomis (NITAMI) didefinisikan secara umum sebagai laba yang tertinggal setelah dikurangi biaya modalnya (cost of capital). Stewart menyatakan:”Economic Value Added (EVA) is a residual income measure that substract the cost of capital from the operating profits generated in the business”. EVA adalah nilai tambah ekonomis yang diciptakan perusahaan dari kegiatan atau strateginya pada periode tertentu. Pengertian EVA menurut S.David Young & Stephen F. O’Byrne (2001:831) adalah tolok ukur kinerja keuangan dengan mengukur perbedaan antara pengembalian atas modal perusahaan dengan biaya modal. Penerapan konsep EVA dalam suatu perusahaan akan membuat perusahan lebih memfokuskan perhatian pada penciptaan nilai perusahaan, hal ini merupakan keunggulan EVA dibandingkan dengan metode perhitungan yang lain.

Menurut Marikova dan marik dalam konecny (2011) EVA mempunyai kelebihan dibandingkan dengan analisis rasio keuangan diantaranya: komponen EVA memiliki keterkaitan yang cukup besar dengan harga saham, komponen EVA dapat menjadi pertimbangan bagi para investor dalam memperhitungkan rasio atas dana yang ditanamkannya, yang diantaranya yang dicerminkan oleh biaya modal, komponen EVA dapat digunakan sebagai alat untuk mengevaluasi perusahaan dan kinerja top managenment, dan dengan perhitungan EVA dapat diperoleh banyak informasi mengenai keuangan perusahaan dan kegiatan operasional perusahaan. Dengan demikian EVA dianggap memiliki bentuk analisis yang sangat akurat dalam menilai kinerja perusahaan.

Young & O’Byrne (2001:26) menyatakan bahwa Market Value Added (MVA) adalah perbedaan antara nilai pasar perusahaan (termasuk ekuitas dan utang) dan modal keseluruhan yang diinvestasikan dalam perusahaan. MVA meningkat hanya jika modal yang diinvestasikan mendapatkan angka pengembalian lebih besar dari pada biaya modal. Semakin besar MVA, semakin baik. MVA yang negatif berarti nilai dari investasi yang dijalankan manajemen kurang dari modal yang diserahkan


(21)

kepada perusahaan oleh pasar modal, yang berarti bahwa kekayaan telah dimusnahkan (Young, 2001:27). MVA merupakan suatu ukuran yang digunakan untuk mengukur keberhasilan dalam memaksimalkan kekayaan pemegang saham dengan mengalokasikan sumber-sumber yang sesuai. MVA juga merupakan indikator yang dapat mengukur seberapa besar kekayaan perusahaan yang telah diciptakan untuk investornya atau MVA menyatakan seberapa besar kemakmuran yang telah dicapai.

Penilaian kinerja perusahaan berdasarkan EVA menurut beberapa peneliti mempunyai kemampuan yang lebih baik dari pada pengukur kinerja keuangan konvensional. Seperti Return on investment (ROI), return on equity (ROE), Earning per share (EPS), dan lainnya (Bacidore et al dalam subekti 2006) lebih lanjut Bacidoere et al mengungkapkan bahwa EVA berhubungan positif dengan abnormal return dengan signifikassi pada level 1 %. Hal ini dikarenakan EVA menilai kinerja perusahaan dengan memperhitungkan secara tepat semua faktor-faktor yang berhubungan dengan penciptaan nilai. Rasio keuangan hanya mengukur tingkat profitabilitas, likuiditas dan solvabilitas perusahaan (Sugiono, 2009). Konsep Economic Value Added (EVA) dapat melengkapi analisis rasio keuangan karena dapat mengukur kinerja secara tepat dengan memperhatikan sepenuhnya kepentingan dan harapan penyedia dana (kreditur dan pemegang saham). Dengan konsep ini dapat diketahui berapa sebenarnya biaya yang harus dikeluarkan sehubungan dengan penggunaan modal usaha perusahaan.

Penelitian O’Byrne dan Stewart menyatakan bahwa MVA dependen terhadap EVA. Hal ini berarti bahwa harga pasar saham mencerminkan seluruh informasi yang tersedia di pasar modal, atau MVA merupakan pencerminan dari EVA, atau harga pasar saham di pasar modal mencerminkan kinerja intern perusahaan. Hal ini menyatakan bahwa semua investor atau para pemegang saham mempunyai informasi yang sama untuk memperoleh keuntungan yang normal (normal return). Terdapat korelasiyang signifikan antara EVA dengan MVA. Ini berarti jika EVA (nilai tambah


(22)

yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dengan cara mengurangkan laba operasi bersih setelah pajak dengan biaya modal yang timbul sebagai akibat investasi yang dilakukan) naik akan diikuti dengan kenaikan MVA (nilai tambah yang berhasil dikapitalisasi dan memperbesar nilai kapital yang digunakan oleh perusahaan).

Seperti yang telah dijelaskan di atas, penciptaan suatu nilai bagi para pemegang saham sesuai dengan konsep MVA yaitu memaksimumkan kesejahteraan pemegang saham yang dilakukan dengan memaksimumkan selisih antara market value of equity dengan jumlah yang ditanamkan investor ke dalam perusahaan. MVA dipilih karena konsep ini merupakan ukuran kinerja keuangan secara eksternal, jadi bukan dari nilai pasar perusahaan yang merupakan hasil kali antara jumlah harga saham yang beredar dengan harga pasarnya. Karena nilai pasar perusahaan memiliki kelemahan yaitu untuk perusahaan yang telah go public, nilai pasarnya akan berubah ketika terjadi penjualan saham baru, padahal penambahan pasar dengan cara itu bukanlah merupakan usaha riil perusahaan, sehingga tidak dapat diakui sebagai prestasi kinerja keuangan perusahaan.

Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan dalam indeks LQ-45 selama tiga tahun berturut-turut yakni dari tahun 2011-2013. Data dari tahun ini dianggap relevan dan relative baru, selain itu pengambilan data selama tiga tahun berturut-turut ini agar hubungannya dapat terlihat dengan jelas dan akurat, serta tidak bias. Pemilihan objek ini dikarenakan saham-saham yang masuk dalam Indeks LQ 45 merupakan perusahaan yang memiliki likuiditas tinggi serta kapitalisasi pasar yang besar sehingga para investor percaya bahwa saham ini merupakan saham yang terbaik. Perusahaan dalam indeks LQ-45 merupakan perusahaan yang memiliki perdagangan terlikuid yakni 45 saham yang terpilih berdasarkan Likuiditas perdagangan saham. Indeks LQ-45 dianggap dapat mewakili populasi pasar secara keseluruhan karena Indeks ini terdiri dari saham-saham yang paling aktif diperdagangkan di pasar modal, serta merupakan saham-saham yang tergolong likuid. Menurut laporan di IDX Fact Book tahun 2013, Indeks LQ-45 memiliki kapitalisasi


(23)

pasar 70% lebih dari total kapitalisasi pasar modal Indonesia. Dengan kapitalisasi pasar sebesar ini, maka sampel Indeks LQ-45 dianggap dapat mewakili populasi pasar secara keseluruhan.

Pada konsep penelitian sebelumnya, penelitian mengenai kinerja keuangan terhadap kebijakan dividen (dividen payout ratio) pada umumnya memakai alat ukur tradisional yakni rasio keuangan. Misalnya penelitian Septi dan siti (2014), Rini (2008), jossie (2013), Kristanti (2011), dan Handayani (2010). Semua peneliti ini memakai analisis rasio keuangan sebagai variabel independennya. Sangat jarang memakai konsep nilai tambah. Konsep nilai tambah dianggap lebih efisien dalam menilai kinerja keuangan dibandingkan dengan konsep rasio keuangan. Untuk itu Penelitian ini memakai alat ukur baru untuk menilai hubungan kinerja keuangan dengan memakai konsep nilai tambah (value added) yakni memakai konsep economic value added dan market value added terhadap kebijakan dividen perusahaan sehingga penulis ingin meneliti tentang analisis dari kinerja keuangan (economic value added dan market value added) terhadap kebijakan dividen (dividen payout ratio) sehingga penulis meramukannya dengan judul: “Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap

Kebijakan Dividen (Studi Empiris pada Perusahaan Indeks LQ-45 Periode 2011-2013)”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan dalam penelitian ini adalah 1. Apakah kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan Economic

Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) secara simultan berpengaruh terhadap kebijakan dividen?

2. Apakah kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan Economic Value Added (EVA) berpengaruh terhadap kebijakan dividen?

3. Apakah kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan Market Value Added (MVA) berpengaruh terhadap kebijakan dividen?


(24)

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan permasalahan di atas tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui pengaruh kinerja keuangan perusahaan dengan

menggunakan Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) secara simultan berpengaruh terhadap kebijakan dividen.

2. Untuk mengetahui pengaruh kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan Economic Value Added (EVA) berpengaruh terhadap kebijakan dividen.

3. Untuk mengetahui pengaruh kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan Market Value Added (MVA) berpengaruh terhadap kebijakan dividen.

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan nantinya akan bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan baik secara pengembangan ilmu maupun penyelesaian masalah praktis.

1. Bagi pengembangan ilmu, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi ilmu pengetahuan dan mampu memberikan kontribusi pada pengembangan teori yang berkaitan dengan analisis fundamental yakni dapat memperkaya temuan-temuan analisis ragam rasio keuangan.

2. Bagi kepentingan praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai dasar dalam pengambilan keputusan oleh investor dalam melakukan investasi khususnya dalam dunia pasar modal sehingga mendapatkan keuntungan yang maksimal. Dan bagi perusahaan dapat digunakan sebagai dasar kebijakan financial guna meningkatkan nilai perusahaan sehingga dapat memobilisasi modal dari pihak eksternal (investor).


(25)

BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

1.1 Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan hal yang mendasari pemilihan, pengolahan dan penafsiran suatu data dan keterangan yang berkaitan dengan apa yang menjadi tujuan dari penelitian ini. Objek penelitian (variable penelitian) adalah suatu yang merupakan inti dari problema penelitian.

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) sebagai ukuran kinerja keuangan perusahaan terhadap besarnya dividen yang dibagikan perusahaan. Berdasarkan maksud tersebut, maka yang menjadi objek penelitian ini adalah Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) sebagai ukuran kinerja keuangan perusahaan serta dividend payout ratio (DPR) sebagai ukuran besarnya dividen yang dibagikan perusahaan. Penelitian dilakukan pada Perusahaan Indeks LQ-45 Periode 2011-2013.

1.2 Metode Penelitian 1.2.1 Desain Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian, yaitu ingin menguji pengaruh pengaruh Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) sebagai ukuran kinerja keuangan perusahaan terhadap besarnya dividen yang dibagikan perusahaan. Jenis dari penelitian ini dikategorikan penelitian penelitian deskriptif verifikatif dengan pendekatan kuantitatif. Metode deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi secara sistematis. Menurut Sugiyono (2008:2) : Statistik deskriptif adalah statistik yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagai mana adanya tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum. Menurut Umi Narimawati (2008:21): ” verifikatif adalah pengujian hipotetis penelitian melalui alat


(26)

analisis”. Menurut Sugiyono (2008:23) : “Kuantitatif adalah data yang berbentuk angka”. Jadi pendekatan kuantitatif adalah pendekatan yang menggunakan data yang berbentuk angka. Jadi Penelitian deskriptif verifikatif dengan pendekatan kuantitatif adalah menjelaskan,mendeskripsikan masing-masing variabel dengan menggunakan data berupa angka kemudian menjelaskan hubungan kedua variabel melalui uji hipotesis.

1.2.2 Defenisi Dan Operasional Variabel

Seorang peneliti akan selalu berhubungan dengan variable penelitian karena variabel inilah yang mengungkapkan penelitian tersebut. Menurut Sugiyono (2013:38) mengemukakan bahwa variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan.

Dalam penelitian ini ada dua variabel yang digunakan yaitu variable terikat (independen) dan variabel bebas (dependen).

Variabel dependen pada penelitian ini adalah kebijakan dividen perusahaan yang diukur dengan Dividend Payout Ratio (DPR) sedangkan Variabel independennya kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) sebagai ukuran kinerja keuangannya.

A. Variable Dependen

Variabel terikat atau variabel dependen sering disebut variabel output, kriteria, konsekuen. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.

Variable dependen (Y) dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen perusahaan yang diukur dengan Dividend Payout Ratio (DPR). Rasio ini menjelaskan tentang jumlah pembayaran dividen yang dapat diberikan oleh perusahaan kepada pemegang saham dari laba bersih yang dihasilkan.

Menurut Stice et al (2010:521), dividend payout ratio mendefinisikannya sebagai : “a measure of the percentage of earnings paid out in dividends;


(27)

computed by dividing cash dividends by net income”. Dividend payout ratio menyajikan kepada para investor mengenai jumlah porsi pendapatan yang dibayarkan perusahaan mengenai kewajibannya membayar dividen selama satu periode pembukuan perusahaan. Jika rasio yang ditunjukkan dalam dividend payout ratio cukup tinggi, terdapat indikasi bahwa perusahaan membayarkan dividen dalam jumlah besar namun jika hanya membayarkan sedikit bagian dari laba perusahaan untuk pembayaran dividen tunai, menandakan sisa pembayaran tersebut digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan yang kemudian akan sangat membantu perusahaan dalam menaikkan harga saham biasa perusahaan setelah tanggal pembagian dividen. Dividend payout ratio (DPR) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

B. Variable Independen

Merupakan variable yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variable yang dependen (terikat). Variable independen dalam penelitian ini adalah: Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) sebagai ukuran kinerja keuangan perusahaan. Variable-variabel ini diduga mempengaruhi besarnya dividen yang dibagikan perusahaan yang diukur dengan Dividend Payout Ratio (DPR) baik secara simultan dan parsial, antara lain:

1. Economic Value Added (EVA)

Dierks dan Patel dalam lilis (2011) menjabarkan EVA sebagai suatu bentuk pengukuran kinerja keuangan dengan mengkombinasikan antara konsep umum pendapatan bersih dengan prinsip-prinsip yang ada pada keuangan modern dimana secara khusus menyatakan bahwa seluruh modal


(28)

menghasilkan biaya dan pendapatan yang melebihi biaya modal (cost of capital) akan menciptakan nilai bagi para pemegang saham.

EVA merupakan estimasi laba ekonomi usaha yang sebenarnya untuk tahun tertentu yang didapatkan dari selisih perhitungan NOPAT terhadap biaya modal. (Brigham dan Houston, 2010 : 111)

Langkah-langkah memperoleh nilai EVA (Eko, Hery dan Pandji dalam rosy, 2009) dapat dilakukan dengan beberapa tahap perhitungan sebagai berikut: a) Menghitung NOPAT (Net Operating Profit After Tax)

Menurut pendekatan keuangan, NOPAT didapat dari laba bersih setelah pajak ditambah dengan beban bunga.

NOPAT = EAT + BEBAN BUNGA Keterangan:

EAT: Earning After Tax, merupakan pendapatan bersih setelah dikurangi pajak.

b) Menghitung Invested Capital (IC)

Invested capital adalah jumlah seluruh pembiayaan perusahaan, terlepas dari kewajiban jangka pendek. Pasiva yang tidak mengandung bunga ( Non interest - bearing liabilities), seperti hutang, upah yang jatuh tempo (accurad wages), dan pajak yang akan jatuh tempo (accured taxes). Invested capital dapat dihitung dengan rumus:

Invested Capital = Total Kewajiban + Ekuitas – Kewajiban Jangka Pendek. c) Menghitung Weighted Average Cost of Capital (WACC)

WACC adalah jumlah biaya dari masing-masing komponen modal, misalnya pinjaman jangka pendek dan panjang (Cost of debt) serta setoran modal saham (cost of equity) yang diberikan bobot sesuai dengan proporsinya dalam struktur modal perusahaan. Rumus WACC yaitu:


(29)

WACC = [(D x rd)(1-Tax)+(E x re)] Dimana:

 D (Tingkat Modal Hutang) =

Rd (Cost of Debt) =

Tingkat Pajak (Tax) =

 E (tingkat Modal Ekuitas) =

Re (Cost of Equity) = d) Menghitung Capital Charges

Capital charges/Capital cost adalah aliran kas yng dibutuhkan untuk mengganti para investor atas resiko usaha dari modal yang ditanamkan. Dengan kata lain capital charges merupakan biaya modal yang dibebankan atas modal yang dibebankan atas modal yang ditanamkan di perusahaan. Capital charges dapat diperoleh dengan rumus :

Capital Charges = WACC x Invested Capital e) Menghitung EVA

EVA = NOPAT – Capital Charges

2) Market Value Added (MVA)

Menurut Warsono (2003: 47) tujuan utama manajemen keuangan perusahaan adalah memaksimumkan kemakmuran bagi para pemegang sahamnya. Kemakmuran bagi para pemegang saham dapat dimaksimumkan dengan memaksimumkan perbedaan antara nilai pasar ekuitas dengan jumlah modal ekuitas yang dipasok oleh para investor kepada perusahaan. Perbedaan ini disebut sebagai nilai tambah pasar (Market Value Added/MVA).

MVA merupakan perbedaan antara nilai pasar saham dengan modal sendiri yang diserahkan pemilik saham ke perusahaan (Husnan dan Pujiastuti , 2006: 64)


(30)

Operasionalisasi variabel penelitian dalam penelitian ini, definisi operasional dan pengukuran untuk variabel-variabel tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel Penelitian

No Variabel Dimensi Indikator Skala

1. Kebijakan dividen

Dividend Payout Ratio (DPR)

= aba ber i er e bar a a Dividen er e bar a a Rasio

2.

.

Kinerja keuangan

1. Economic Value Added (EVA)

EVA = NOPAT - Capital Charges Atau

EVA = NOPAT – (WACC x Invested

Capital)

Rasio

2. Market Value Added (MVA)

MVA = Nilai Pasar – Modal Yang Diinvestasikan

Rasio

(Sumber: diolah dari berbagai sumber)

1.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan dalam indeks LQ-45 selama tiga tahun berturut-turut yakni dari tahun 2011-2013 yang tercantum dalam IDX. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling yaitu pengambilan sampel yang dilakukan sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditentukan. Beberapa kriteria pemilihan sampel Perusahaan berdasarkan purposive sampling adalah sebagai berikut:

MVA = (Jumlah saham x harga pasar) – (Jumlah saham x nilai buku) Atau


(31)

a. Perusahaan berada dalam indeks LQ-45 selama tiga tahun berturut-turut yakni dari tahun 2011-2013 tidak pernah melakukan delisting .

b. Perusahaan mempublikasikan laporan keuangan tahunan yang mengandung informasi EVA dan MVA yang berakhir 31 Desember.

c. Selalu membagikan dividen selama periode 2011-2013.

d. Dalam laporan keuangan tahunan perusahaan yang dipublikasikan tersebut terdapat informasi yang diperlukan sehingga dapat dilakukan pengambilan data untuk kebutuhan penelitian ini.

Berdasarkan uraian diatas Proses purposive sampling dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut ini:

Table 3.2

Proses Purposive Sampling Penelitian

N0 Purposive Sampling Jumlah

1. perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ-45 periode 2011-2013 69 2. Dikurangi perusahaan yang tidak konsisten tergabung dalam indeks LQ-45 44

3. Jumlah 25

Berdasarkan data kualifikasi di atas maka ada 25 perusahaan yang bisa dijadikan sampel dalam penelitian ini seperti ditampilkan pada Tabel 3.3 berikut ini:

Tabel 3.3 Sampel Penelitian

No. Nama Perusahaan Kode

1. Astra Agro lestari Tbk. AALI

2. Adaro Energy Tbk. ADRO

3. Astra Internasional Tbk. ASII

4. Bank Central Asia Tbk. BBCA

5. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. BBNI 6. Bank Rakyak Indonesia (Persero) Tbk. BBRI

7. Bank Danamon Indonesia Tbk. BDMN


(32)

9. Bumi Resources Tbk. BUMI

10. Charoen pokphand Indonesia Tbk. CPIN

11. Gudang garam Tbk. GGRM

12. Internasional Nickel Indonesia Tbk./ Vale Indonesia Tbk. INCO

13. Indofood Sukses Makmur Tbk. INDF

14. Indocement Tunggal Prakasa Tbk. INTP

15. Indo Tambangraya Megah Tbk. ITMG

16. Jasa Marga (Persero) JSMR

17. Kalbe Farma Tbk. KLBF

18. Lippo karawaci Tbk. LPKR

19. PP London Sumatra Indonesia Tbk. LSIP

20. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. PGAS 21. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk. PTBA

22. Semen Gresik (Persero) Tbk. SMGR

23. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. TLKM

24. United Tractors Tbk. UNTR

25. Unilever Indonesia Tbk. UNVR

1.4 Jenis dan Sumber Data

Menurut Sugiyono (2012:308) bahwa sumber data dibedakan ke dalam data primer dan data sekunder. Yang dimaksud dengan data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Sedangkan data sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat dokumen atau orang lain. Dalam penelitian ini digunakan data sekunder yang berupa adalah laporan keuangan perusahaan, laporan tahunan perusahaan, dan laporan-laporan yang berhubungan dengan kepentingan penelitian yang terdapat keterkaitan yang berasal dari Bursa Efek Indonesia melalui situs www.idx.co.id, Indonesian capital market directory (ICMD), bi.go.id, ojk.go.id, dan


(33)

pojok-pojok bursa yang dapat diakses oleh peneliti serta laporan-laporan informasi perusahaan yang dipublikasikan.

1.5 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan prosedur yang sistematik untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi yaitu dengan cara mencatat atau mendokumentasikan data yang tercantum pada Bursa Efek Indonesia melalui situs www.idx.co.id, Indonesian capital market directory (ICMD), bi.go.id, ojk.go.id, dan pojok-pojok bursa yang dapat diakses oleh peneliti serta laporan-laporan informasi perusahaan yang dipublikasikan. Penelitian ini juga menggunakan studi pustaka yaitu melakukan telaah, eksplorasi, dan mengkaji berbagai literatur pustaka yang relevan dalam penelitian.

1.6 Teknik Analisis Data

Metode analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah model regresi linear berganda dengan pengolahan data melalui perangkat lunak SPSS. Analisis regresi linear berganda adalah teknik statistik melalui koefisien parameter untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujian hipotesis baik secara parsial maupun secara bersama-sama, dilakukan setelah model regresi yang digunakan bebas dari pelanggaran asumsi klasik. Tujuannya adalah agar hasilpenelitian dapat diinterpretasikan secara tepat dan efisien. Dengan demikian model model analisis dapat dinyatakan sebagai berikut:

Dimana:

Y = Dividend Payout Ratio (DPR) α = intercept/ konstanta

b1,b2 = koefisien regresi I = 1, 2 e = disturbance error


(34)

X1 = economic value added (EVA) X2 = market value added (MVA)

1.6.1 Uji Asumsi Klasik

Dalam pengujian alat analisis regresi perlu dilakukan pengujian asumsi klasik agar hasil analisis regresi menunjukkan hubungan yang valid yaitu meliputi:

1.6.1.1Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel dependen dan variabel independen mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi data normal/mendekati normal.

Uji normalitas data tersebut dapat dilakukan melalui 3 cara yaitu menggunakan Uji Kolmogorof-Smirnov (Uji K-S), grafik histogram dan kurva penyebaran P-Plot. Untuk Uji K-S yakni jika nilai hasil Uji K-S > dibandingkan taraf signifikansi 0,05 maka sebaran data tidak menyimpang dari kurva normalnya itu uji normalitas. Sedangkan melalui pola penyebaran P Plot dan grafik histogram, yakni jika pola penyebaran memiliki garis normal maka dapat dikatakan data berdistribusi normal.

1.6.1.2Uji Multikolinearitas

Menurut Ghozali (2006) uji ini bertujuan menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Pada model regresi yang baik seharusnya antar variabel independen tidak terjadi kolerasi. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikoliniearitas dalam model regresi dapat dilihat dari tolerance value atau variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variable independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi. Nilai cutoff yang umum dipakai adalah :


(35)

1) Jika nilai tolerance > 10 persen dan nilai VIF < 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi.

2) Jika nilai tolerance < 10 persen dan nilai VIF > 10, maka dapat disimpulkan bahwa ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi.

1.6.1.3Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan kesalahan periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan adaproblem autokorelasi. Model regresi yang baik adalah yang bebas autokorelasi. Untuk mendeteksi autokorelasi, dapat dilakukan dengan :

1. Uji statistik melalui uji Run Test (Ghozali, 2006).

Dasar pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah: H0: residual (res_1) random (acak)

H1: residual (re_1) tidak random Dengan ketentuan sebagai berikut:

H0 diterima, bila probabilitas nilai test tidak signifikan statistik, berarti tidak ada autokorelasi.

H0 ditolak, bila probabilitas nilai test signifikan statistik, berarti ada autokorelasi.

2. Uji Durbin Watson (DW test)

Uji Durbin Watson hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (first order autocorrelation) dan mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam model regresi dan tidak ada variabel lag diantara variabel independen. Hipotesis yang akan diuji adalah :

H0 : tidak ada autokorelasi (r = 0) H1 : ada autokorelasi ( r ≠ 0)


(36)

1.6.1.4Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedasitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah yang terjadi homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi adanya heterokedastisitas dilakukan dengan:

1. Melihat Grafik Scatterplot antara nilai prediksi variabel dependen yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID, dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di-studentized. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan sebagai berikut (Ghozali, 2006):

2. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur, maka mengidentifikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. 3. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah

angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. 4. Uji Glejser

Uji Glejser meregres nilai absolut residual terhadap variabel independen (Gujarati, 2003) dengan persamaan regresi :

│Ut│= α + βXt + vt

Jika variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi terjadi heteroskedastisistas.

Hipotesis Nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada autokorelasi negatif Tidak ada autokorelasi negatif Tidak ada autokorelasi positif maupun negatif

Tolak No decision Tolak No Decision Tidak Ditolak

0<d<dl dl≤d≤du 4-dl<d<4 4-du≤d≤4-dl du<d<4-du


(37)

1.6.2 Pengujian Hipotesis

Untuk melakukan pengujian terhadap hipotesis-hipotesis yang diajukan, perlu digunakan analisi regresi melalui uji t maupun uji F. Tujuan digunakan analisi regresi adalah untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel dependen, baik secara parsial maupun secara simultan, serta mengetahui besarnya dominasi variabel-variabel independen terhadap variabel dependen. Metode pengujian terhadap hipotesa yang diajukan dilakukan dengan pengujian secara parsial dan pengujian secara simultan. Langkah-langkah untuk menguji hipotesis-hipotesis yang diajukan didalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.6.2.1Uji t

Pengujian secara parsial menggunakan uji t (pengujian signifikansi secara parsial). Langkah-langkah yang ditempuh dalam pengujian adalah (Ghozali, 2001)

a. Menyusun hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (H1)

Ho : β1 = β2 = 0, diduga variabel independen secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

H1 : βi ≠ 0, diduga variabel independen secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

b. Menentukan tingkat signifikansi (α) sebesar 0,05

c. Membandingkan i ng dengan ,. Jika i ng lebih besar dari maka H1 diterima.

Nilai i ng dapat dicari dengan rumus (Gujarati, 1999):

=

1. Bila – l < - i ng dan i ng < , variabel independen secara individu tak berpengaruh terhadap variabel dependen.

2. Bila i ng > l dan – i ng< - , variabel independen secara individu berpengaruh terhadap variabel dependen.


(38)

d. Berdasarkan probabilitas H1 akan diterima jika nilai probabilitasnya kurang dari 0,05 (α)

1.6.2.2Uji F

Pengujian secara simultan menggunakan uji F (pengujian signifikansi secara simultan). Langkah-langkah yang ditempuh dalam pengujian adalah (Ghozali, 2005) :

a. Menyusun hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (H1)

Ho : ρ = 0, diduga variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

H1 : ρ ≠ 0, diduga variabel independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

b. Menentukan tingkat signifikansi yaitu sebesar 0.05 (α=0,05) c. Membandingkan i ng dengan abe

Nilai i ng dapat dicari dengan rumus (Gujarati, 1999):

=

⁄ dimana:

= Koefisien Determinasi k = Banyaknya koefisien regresi N = Banyaknya Observasi

d. Bila i ng < abe , variabel independen secara bersamasama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

e. Bila i ng> abe , variabel independen secara bersamasama berpengaruh terhadap variabel dependen.

f. Berdasarkan Probabilitas Dengan menggunakan nilai probabilitas, Ha akan diterima jika probabilitas kurang dari 0,05.

1.6.2.3Uji R2

Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Koefisien determinasi dapat dicari dengan rumus (Gujarati, 1999):


(39)

=

=

Nilai koefisien determinansi adalah antara 0 dan 1. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas (Ghozali,2006). Nilai yang mendekati 1 (satu) berarti variabel–variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi veriabel dependen.


(40)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya maka, dapat di ambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Economic value added berpengaruh negative dan signifikan terhadap dividend payout ratio. Economic value added sebagai ukuran kinerja keuangan perusahaan mempunyai pengaruh yang besar terhadap besar kecilnya kebijakan dividen perusahaan. Dividend payout ratio yang merupakan persentasi dari laba usaha perusahaan yang akan dibagikan kepada pemegang saham maka besarnya economic value added yang merupakan estimasi laba ekonomi usaha tersebut akan mempengaruhi besar kecilnya dividend payout ratio yang akan dibagikan. Dividend payout ratio berpegaruh negative berarti bahwa EVA dan DPR memiliki arah yang berbalik, kenaikan EVA akan menyebabkan penurunan nilai DPR atau semakin tinggi EVA maka semakin rendah DPR. Penurunan nilai DPR dan kenaikan EVA berarti perusahaan belum mampu menciptakan tingkat pengembalian yang maksimal terhadap para pemegang sahamnya. Perusahaan menyisahkan laba usaha mereka yang lebih besar terhadap laba ditahan yang akan digunakan perusahaan untuk melakukan investasi yang menguntungkan ataupun untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan supaya badan usaha tersebut dapat terus mempertahankan, meneruskan serta meningkatkan nilai perusahaan tersebut yang nantinya akan lebih dapat mensejahterakan pemegang sahamnya.

2. market value added (MVA) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap dividend payout ratio. MVA yang positif menunjukkan kinerja keuangan perusahaan tersebut baik sehingga akan menjadi nilai tambah bagi perusahaan,


(41)

dan biasanya akan direspon oleh meningkatnya harga saham perusahaan sehingga tingkat pengembalian saham (dividend payout ratio) akan mengalami peningkatan atau perusahaan berhasil menciptakan nilai tambah perusahaan bagi investor. Market Value Added (MVA) sebagai ukuran yang paling tepat untuk menilai sukses tidaknya perusahaan dalam menciptakan kekayaan bagi permlik. Jadi, kekayaan atau kesejahteraan pemilik perusahaan (pemegang saham) akan bertambah bila Market Value Added (MVA) bertambah

3. Secara simultan Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen perusahaan (dividend payout ratio). EVA dan MVA sebagai ukuran kinerja keuangan perusahaan dapat digunakan sebagai dasar dalam memutuskan seberapa besar kebijakan dividen yang dapat dibagikan kepeda para pemegang sahamnya. Dividen payout ratio yang bernilai baik sebagai hasil dari kebijakan dividen perusahaan akan terlihat dari kinerja EVA dan MVAnya yang baik pula.

1.2 Saran

Sebagi implikasi dari penelitian ini, saran-saran yang dapat penulis rekomendasikan adalah sebagai berikut:

1. Bagi para emiten dan manajemen perusahaan sebaiknya mempertimbangkan posisi EVA dan MVA sebagai ukuran kinerja keuangan perusahaan dalam penentuan kebijakan dividen. Economic value added dan market value added sebagai ukuran kinerja keuangan perusahaan mampu digunakan sebagi analisa untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan mampu menciptakan nilai bagi perusahaan yang nantinya sebagi dasar pertimbangan kebijakan dividen oleh para manajemen. Terkuhusus bagi nilai EVA yang merupakan estimasi laba ekonomi usaha perusahaan yang merupakan kas yang akan dibagikan kepada pemegang sahamnya sebagai kompensasi atas investasi yang dilakukan serta sebagai laba ditahan perusahaan untuk pembiayaan operasional perusahaan ataupun investasi yang lebih baik.


(42)

2. Bagi para investor sebaiknya memperhatkan nilai EVA dan MVA sebagai dasar untuk mempertimbangkan penanaman modal yang akan dilakukan. EVA dan MVA secara bersama-sama akan mempengaruhi nilai dividen akan didapatkan oleh para investor. EVA dan MVA yang baik berarti perusahaan cukup baik mengelola perusahaannya.

3. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan untuk dapat mengembangkan penelitian ini, yaitu dengan menambah variabel-variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini, seperti rasio keuangan, kepemilikan perusahaan dan memperpanjang periode penelitiannya.


(43)

DAFTAR PUSTAKA

Arthur J. Keown. (2010). Basic Financial Management, Diterjemahkan oleh Chaerul D. Djakman, 2010, Edisi 10, Buku 2, Jakarta: Salemba Empat.

_______________. (2010). Dasar-dasar Manajemen Keuangan Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat.

Basten Janifairus, Jossie. (2013). Pengaruh Return On Assets, Debt to Equity Ratio, Assets Growth, dan Cash Ratio Terhadap Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Konsumsi Yang Listing Di BEI Tahun 2008-2010. Universitas Brawijaya, Malang: Tidak Dipublikasikan

Darsono dan Ashari. (2009). Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan. Yogyakarta: ANDI.

David Young, Stephen O’Byrne. (2001). EVA and Value-Based Management: A Practical Guide to Implementation, Diterjemahkan oleh Lusi Widjaja, 2001, Edisi 1, Jilid 1, Jakarta: Salemba Empat.

Ghozali, Imam. (2005). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: BP Undip.

Gujarati, Damodar. (2003). Ekonometrika Dasar. Jakarta: Erlangga.

Handayani, BS Diah. (2010). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dividen Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2007. Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang: dipublikasikan

Houston, Brigham. (2010). Dasar-dasar Manajemen Keuangan Edisi 1. Jakarta: Salemba Empat.

Kristanti. 2011. Pengaruh Rasio-rasio KeuanganTerhadap Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan BUMN Tahun 2007-2009. Universitas Brawijaya, Malang: Tidak Dipublikasikan

Mardiyanto, H. (2009). Inti Sari Manajemen Keuangan (Teori, Soal, dan jawapan). Jakarta: Grasindo


(44)

Rahayuningtyas S. S & Handayani S R. (2014). Pengaruh Rasio-Rasio Keuangan Terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) (Studi Pada Perusahaan Yang Listing Di BEI Tahun 2009 – 2011. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB). Universitas Brawijaya Malang.

Redjeki, Sri S. (2000) Kapita Selekta Hukum Perusahaan. Bandung: Mandar Maju Rousana, Mike. (1997). Memanfaatkan EVA Untuk Menilai Perusahaan di Pasar

Modal Indonesia. Majalah Usahawan No.4 TH XXVI (April): 18-20.

Sartono, Agus. (2001). Manajemen Keuangan dan Teori Aplikasi. Yogyakarta: BPFE Sugiono, Arief. (2009). Manajemen Keuangan Untuk Praktisi Keuangan. Jakarta:

Grasindo

Sugiyono. (2013). Metode penelitian pendidikan pendekatan kuatitatif, kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sutrisno. (2009). Manajemen Keuangan Teori, Konsep dan aplikasi. Jakarta: ekonosia

Stice, E.K., Stice, J.D., dan Skousen, K.F. (2005). .Intermediate Accounting, 15th Edition. Cincinati. Ohio: South-Western Publishing Co.

Tn. (2013). Pedoman penulisan karya ilmiah. Bandung: UPI

Utama, Sidartha. (1997). Economic Value Added, Pengukur Penciptaan Nilai Perusahaan. Majalah Usahawan no 04 th XXVI, April.

Van Horned and Wachowicz, JR. (2010). Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan. Jakarta: Salemba Empat

Warsono. (2003). Manajemen Keuangan Perusahaan, Jilid I, Edisi Kedua, Cetakan Pertama. Malang: UMM Press.

Warsono. (2003). Manajemen Keuangan Perusahaan, Jilid satu. Malang: Bayumedia. Widayanto, Gatot. (1993). Nitami / EVA, Suatu Terobosan Baru dalam Pengukuran

Kinerja Perusahaan. Majalah Usahawan No. 12 TH XXII: 5051. www.idx.co.id

www.sahamok.com www ecfin.co.id www ojk.go.id


(1)

70

=

=

Nilai koefisien determinansi adalah antara 0 dan 1. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas (Ghozali,2006). Nilai yang mendekati 1 (satu) berarti variabel–variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi veriabel dependen.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya maka, dapat di ambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Economic value added berpengaruh negative dan signifikan terhadap dividend payout ratio. Economic value added sebagai ukuran kinerja keuangan perusahaan mempunyai pengaruh yang besar terhadap besar kecilnya kebijakan dividen perusahaan. Dividend payout ratio yang merupakan persentasi dari laba usaha perusahaan yang akan dibagikan kepada pemegang saham maka besarnya economic value added yang merupakan estimasi laba ekonomi usaha tersebut akan mempengaruhi besar kecilnya dividend payout ratio yang akan dibagikan. Dividend payout ratio berpegaruh negative berarti bahwa EVA dan DPR memiliki arah yang berbalik, kenaikan EVA akan menyebabkan penurunan nilai DPR atau semakin tinggi EVA maka semakin rendah DPR. Penurunan nilai DPR dan kenaikan EVA berarti perusahaan belum mampu menciptakan tingkat pengembalian yang maksimal terhadap para pemegang sahamnya. Perusahaan menyisahkan laba usaha mereka yang lebih besar terhadap laba ditahan yang akan digunakan perusahaan untuk melakukan investasi yang menguntungkan ataupun untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan supaya badan usaha tersebut dapat terus mempertahankan, meneruskan serta meningkatkan nilai perusahaan tersebut yang nantinya akan lebih dapat mensejahterakan pemegang sahamnya.

2. market value added (MVA) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap dividend payout ratio. MVA yang positif menunjukkan kinerja keuangan perusahaan tersebut baik sehingga akan menjadi nilai tambah bagi perusahaan,


(3)

99

dan biasanya akan direspon oleh meningkatnya harga saham perusahaan sehingga tingkat pengembalian saham (dividend payout ratio) akan mengalami peningkatan atau perusahaan berhasil menciptakan nilai tambah perusahaan bagi investor. Market Value Added (MVA) sebagai ukuran yang paling tepat untuk menilai sukses tidaknya perusahaan dalam menciptakan kekayaan bagi permlik. Jadi, kekayaan atau kesejahteraan pemilik perusahaan (pemegang saham) akan bertambah bila Market Value Added (MVA) bertambah

3. Secara simultan Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen perusahaan (dividend payout ratio). EVA dan MVA sebagai ukuran kinerja keuangan perusahaan dapat digunakan sebagai dasar dalam memutuskan seberapa besar kebijakan dividen yang dapat dibagikan kepeda para pemegang sahamnya. Dividen payout ratio yang bernilai baik sebagai hasil dari kebijakan dividen perusahaan akan terlihat dari kinerja EVA dan MVAnya yang baik pula.

1.2 Saran

Sebagi implikasi dari penelitian ini, saran-saran yang dapat penulis rekomendasikan adalah sebagai berikut:

1. Bagi para emiten dan manajemen perusahaan sebaiknya mempertimbangkan posisi EVA dan MVA sebagai ukuran kinerja keuangan perusahaan dalam penentuan kebijakan dividen. Economic value added dan market value added sebagai ukuran kinerja keuangan perusahaan mampu digunakan sebagi analisa untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan mampu menciptakan nilai bagi perusahaan yang nantinya sebagi dasar pertimbangan kebijakan dividen oleh para manajemen. Terkuhusus bagi nilai EVA yang merupakan estimasi laba ekonomi usaha perusahaan yang merupakan kas yang akan dibagikan kepada pemegang sahamnya sebagai kompensasi atas investasi yang dilakukan serta sebagai laba ditahan perusahaan untuk pembiayaan operasional perusahaan ataupun investasi yang lebih baik.


(4)

2. Bagi para investor sebaiknya memperhatkan nilai EVA dan MVA sebagai dasar untuk mempertimbangkan penanaman modal yang akan dilakukan. EVA dan MVA secara bersama-sama akan mempengaruhi nilai dividen akan didapatkan oleh para investor. EVA dan MVA yang baik berarti perusahaan cukup baik mengelola perusahaannya.

3. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan untuk dapat mengembangkan penelitian ini, yaitu dengan menambah variabel-variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini, seperti rasio keuangan, kepemilikan perusahaan dan memperpanjang periode penelitiannya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arthur J. Keown. (2010). Basic Financial Management, Diterjemahkan oleh Chaerul D. Djakman, 2010, Edisi 10, Buku 2, Jakarta: Salemba Empat.

_______________. (2010). Dasar-dasar Manajemen Keuangan Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat.

Basten Janifairus, Jossie. (2013). Pengaruh Return On Assets, Debt to Equity Ratio, Assets Growth, dan Cash Ratio Terhadap Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Konsumsi Yang Listing Di BEI Tahun 2008-2010. Universitas Brawijaya, Malang: Tidak Dipublikasikan

Darsono dan Ashari. (2009). Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan. Yogyakarta: ANDI.

David Young, Stephen O’Byrne. (2001). EVA and Value-Based Management: A

Practical Guide to Implementation, Diterjemahkan oleh Lusi Widjaja, 2001, Edisi 1, Jilid 1, Jakarta: Salemba Empat.

Ghozali, Imam. (2005). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: BP Undip.

Gujarati, Damodar. (2003). Ekonometrika Dasar. Jakarta: Erlangga.

Handayani, BS Diah. (2010). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dividen Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2007. Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang: dipublikasikan

Houston, Brigham. (2010). Dasar-dasar Manajemen Keuangan Edisi 1. Jakarta: Salemba Empat.

Kristanti. 2011. Pengaruh Rasio-rasio KeuanganTerhadap Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan BUMN Tahun 2007-2009. Universitas Brawijaya, Malang: Tidak Dipublikasikan

Mardiyanto, H. (2009). Inti Sari Manajemen Keuangan (Teori, Soal, dan jawapan). Jakarta: Grasindo


(6)

Rahayuningtyas S. S & Handayani S R. (2014). Pengaruh Rasio-Rasio Keuangan Terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) (Studi Pada Perusahaan Yang Listing Di BEI Tahun 2009 – 2011. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB). Universitas Brawijaya Malang.

Redjeki, Sri S. (2000) Kapita Selekta Hukum Perusahaan. Bandung: Mandar Maju Rousana, Mike. (1997). Memanfaatkan EVA Untuk Menilai Perusahaan di Pasar

Modal Indonesia. Majalah Usahawan No.4 TH XXVI (April): 18-20.

Sartono, Agus. (2001). Manajemen Keuangan dan Teori Aplikasi. Yogyakarta: BPFE Sugiono, Arief. (2009). Manajemen Keuangan Untuk Praktisi Keuangan. Jakarta:

Grasindo

Sugiyono. (2013). Metode penelitian pendidikan pendekatan kuatitatif, kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sutrisno. (2009). Manajemen Keuangan Teori, Konsep dan aplikasi. Jakarta: ekonosia

Stice, E.K., Stice, J.D., dan Skousen, K.F. (2005). .Intermediate Accounting, 15th Edition. Cincinati. Ohio: South-Western Publishing Co.

Tn. (2013). Pedoman penulisan karya ilmiah. Bandung: UPI

Utama, Sidartha. (1997). Economic Value Added, Pengukur Penciptaan Nilai Perusahaan. Majalah Usahawan no 04 th XXVI, April.

Van Horned and Wachowicz, JR. (2010). Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan. Jakarta: Salemba Empat

Warsono. (2003). Manajemen Keuangan Perusahaan, Jilid I, Edisi Kedua, Cetakan Pertama. Malang: UMM Press.

Warsono. (2003). Manajemen Keuangan Perusahaan, Jilid satu. Malang: Bayumedia. Widayanto, Gatot. (1993). Nitami / EVA, Suatu Terobosan Baru dalam Pengukuran

Kinerja Perusahaan. Majalah Usahawan No. 12 TH XXII: 5051. www.idx.co.id

www.sahamok.com www ecfin.co.id www ojk.go.id


Dokumen yang terkait

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP PRICE EARNING RATIO (PER) (Studi Pada Perusahaan Yang Tercatat Dalam Indeks LQ 45)

0 7 47

ANALISIS PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN INDEKS LQ 45 YANG TERDAFTAR DI Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhdap Return Saham Pada Perusahaan Indeks Lq 45 Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014.

0 2 14

ANALISIS PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHDAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN INDEKS LQ 45 Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhdap Return Saham Pada Perusahaan Indeks Lq 45 Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014.

0 2 15

PENGARUH MODAL INTELEKTUAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN DAN KINERJA PASAR Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Kinerja Keuangan Dan Kinerja Pasar (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Terdaftar di Indeks LQ-45 Tahun 2012-2014).

0 2 14

PENDAHULUAN Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Kinerja Keuangan Dan Kinerja Pasar (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Terdaftar di Indeks LQ-45 Tahun 2012-2014).

0 4 10

Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan LQ 45 Periode 2011-2015.

0 0 4

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN: Studi Empiris pada Perusahaan Indeks LQ-45 Periode 2011-2013 - repository UPI S PEA 1006436 Title

0 0 3

PENGARUH DIVIDEN DAN RASIO PROFITABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM PERIODE 2011-2013 (Studi Empiris Pada Perusahaan LQ-45 dan Non LQ-45) - Perbanas Institutional Repository

0 0 15

PENGARUH DIVIDEN DAN RASIO PROFITABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM PERIODE 2011-2013 (Studi Empiris Pada Perusahaan LQ-45 dan Non LQ-45) - Perbanas Institutional Repository

0 0 17

PENGARUH DIVIDEN DAN RASIO PROFITABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM PERIODE 2011-2013 (Studi Empiris Pada Perusahaan LQ-45 dan Non LQ-45) - Perbanas Institutional Repository

0 0 20