Penerapan Teknik Six Thinking Hats pada Isu – Isu Kontemporer dalam Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa: (Studi Kasus di SMA Negeri 1 Cikarang Utara).

(1)

Ade Maman Suryaman, 2015

Penerapan Teknik Six Thinking Hats pada Isu Isu Kontemporer dalam Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa: (Studi Kasus di SMA Negeri 1 Cikarang Utara)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

PENERAPAN TEKNIK SIX THINKING HATS PADA ISU-ISU KONTEMPORER DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH UNTUK

MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA (Studi Kasus di SMA Negeri 1 Cikarang Utara)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Sejarah

OLEH

ADE MAMAN SURYAMAN 1302412

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH SEKOLAH PASCASARJANA


(2)

Ade Maman Suryaman, 2015

Penerapan Teknik Six Thinking Hats pada Isu Isu Kontemporer dalam Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa: (Studi Kasus di SMA Negeri 1 Cikarang Utara)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu 2015

==========================================================

Penerapan Teknik Six Thinking Hats

pada Isu

Isu Kontemporer dalam

Pembelajaran Sejarah untuk

Meningkatkan Kreativitas Siswa

(Studi Kasus di SMA Negeri 1

Cikarang Utara)

Oleh

Ade Maman Suryaman S.Pd UPI Bandung, 2011

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

© Ade Maman Suryaman 2015 Universitas Pendidikan Indonesia


(3)

Ade Maman Suryaman, 2015

Penerapan Teknik Six Thinking Hats pada Isu Isu Kontemporer dalam Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa: (Studi Kasus di SMA Negeri 1 Cikarang Utara)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(4)

Ade Maman Suryaman, 2015

Penerapan Teknik Six Thinking Hats pada Isu Isu Kontemporer dalam Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa: (Studi Kasus di SMA Negeri 1 Cikarang Utara)


(5)

Ade Maman Suryaman, 2015

Penerapan Teknik Six Thinking Hats pada Isu Isu Kontemporer dalam Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa: (Studi Kasus di SMA Negeri 1 Cikarang Utara)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh penggunaan metode ceramah oleh guru pada pembelajaran sejarah di dalam kelas dan hanya pemahaman materi yang dikuasai oleh siswa. Permasalahan yang dikaji adalah bagaimana desain pembelajaran sejarah dengan menggunakan Teknik Six Thinking Hats melalui isu-isu kontemporer untuk meningkatkan kreativitas siswa? Penelitian ini berangkat dari suatu keresahan peneliti yang menunjukkan bahwa teknik pembelajaran di kelas didominasi oleh peran guru yang menjadi pusat pembelajaran. Penggunaan teknik ini lambat laun mengubah pembelajaran di kelas yang pada awalnya terpusat pada guru menjadi terpusat pada siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah Studi Kasus. Metode ini digunakan untuk melihat kegiatan – kegiatan siswa dalam pembelajaran sejarah di kelas yang kemudian diamati dan dicatat untuk kemudian diinterpretasikan secara mendalam. Teknik dalam penelitian ini menggunakan teknik Observasi, Catatan Lapangan, Wawancara, dan Dokumentasi. Pada saat observasi di dalam kelas, Pembelajaran sejarah dengan menggunakan teknik ini menunjukkan bahwa siswa lebih aktif dalam berbagai kegiatan pembelajaran, mulai dari bertanya, mencari informasi, mengolah informasi hingga mempresentasikannya. Selain itu, dengan menggunakan teknik pembelajaran Six Thinking Hats di dalam kelas, dapat teridentifikasi kemampuan – kemampuan berpikir siswa dari ingatan, pengetahuan, menerapkan, menganalisis, menyimpulkan, hingga mengevaluasi yang mengindikasikan karakteristik meningkatnya kreativitas siswa. Kemampuan berpikir yang teridentifikasi tersebut jika dianalisis secara mendalam akan memunculkan isu – isu kontemporer. Isu – isu kontemporer yang muncul berasal dari hasil mencari, mengolah hingga mempresentasikan informasi yang dilakukan oleh siswa. Selain itu, guru sebagai fasilitator juga melakukan klarifikasi terhadap informasi yang diperoleh siswa dan memberikan penjelasan yang menegaskan isu – isu kontemporer tersebut. Tidak semua warna topi dapat memunculkan isu – isu kontemporer. Kendala dalam penelitian ini berasal dari dua pihak: siswa dan guru. Siswa cenderung memanfaatkan waktu diskusi menjadi lebih lama dan membuat gaduh. Kendala dari guru dikarenakan jam belajar yang tidak efektif digunakan dan dipengaruhi faktor eksternal lainnya. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan adanya sebuah perubahan pandangan pembelajaran sejarah yang lebih mengasah kreativitas siswa. Selain itu, siswa tidak hanya memahami kognitif saja, tetapi juga kemampuan berpikir, maupun nilai – nilai kehidupan yang dapat dipetik dari suatu peristiwa sejarah. Teknik pembelajaran menjadi sebuah inovasi dalam pembelajaran sejarah di mana guru dapat menerapkannya di dalam kelas dan diadaptasi sesuai kondisi dan kebutuhan kelas.

Kata Kunci: Pembelajaran Sejarah, Isu – isu Kontemporer, Teknik Pembelajaran Six Thinking Hats, Kreativitas Siswa.


(6)

Ade Maman Suryaman, 2015

Penerapan Teknik Six Thinking Hats pada Isu Isu Kontemporer dalam Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa: (Studi Kasus di SMA Negeri 1 Cikarang Utara)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

This research is based on chalk and talk method delivered by teacher in history learning. It caused only student understanding and memorizing about material. The matter which was studied is how the design of history learning using Six Thinking Hats Technique through contemporary issues to enhance student’s creativity? It also comes from researcher’s thought about teacher’s domination in class. The use of the technique slowly can change the learning turns into student centered. The method that is used is Case Study. This method is used to describe student’s activities in history learning then observed, noted until interpreted deeply. The techniques in collecting the sources are: Observation, Field Notes, Interview, and Documentation. The history learning by using this technique shows that students are more active in each learning activity, start from asking, finding information, elaborating information until presenting the finding. Besides that, by using this technique, researcher identified student’s abilities from memorizing, knowledge, implementing, analyzing, and concluding, until evaluating that indicated characteristic enhances student’s creativity. Thinking abilities that is identified if we analyze deeply will show contemporary issues. It comes from student’s thinking, such as: finding, elaborating and presenting the information. Teacher also as facilitator did clarification to information student gathered and gave explanation to clarify those contemporary issues. Not all hats can show contemporary issues because the task of each hat is different and also shows different thinking abilities. The obstacles in this research came from two sides: students and teacher. The student inclined to make the duration of discussion exceed the proper time. They also made noisy. Teacher also made the learning happened not properly. It happened because ineffective learning hour and influenced by other factors. This research is expected to make a change in history learning view. The learning should more develop student’s creativity. This also hopes that students are not only understanding the knowledge, but also thinking abilities, living values that can be reached from a history event. The learning technique also becomes an innovation in history learning which teacher can implement it in the class and adapted based on class condition and need.

Keywords: History learning, Contemporary Issues, Six Thinking Hats Learning Technique, Student’s Creativity.


(7)

Ade Maman Suryaman, 2015

Penerapan Teknik Six Thinking Hats pada Isu Isu Kontemporer dalam Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa: (Studi Kasus di SMA Negeri 1 Cikarang Utara)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

ABSTRAK ………... i

KATA PENGANTAR ……….... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ………... iv

DAFTAR ISI ………... viii

DAFTAR TABEL ………... xi

DAFTAR GAMBAR ……….. xii

BAB I PENDAHULUAN ……….. 1

A. Latar Belakang Masalah ……….……… 1

B. Perumusan Masalah ……… 10

C. Klarifikasi Konsep ………..……… 11

1. Kreativitas ………. 11

2. Teori Lateral Thinking ………. 11

3. Pembelajaran Sejarah ………... 12

4. Teknik Six Thinking Hats ………... 12

5. Isu – isu Kontemporer ……….………. 13

D. Tujuan Penelitian ……….. 14

E. Manfaat Penelitian ……….. 14

1. Manfaat Teoretis ………... 14

2. Manfaat Praktis ………. 15

F. Sistematika Penulisan ………. 16

BAB II LANDASAN TEORI ……… 18

A. Kreativitas ………..……….. 18

B. Teori Lateral Thinking ………..………... 21

C. Pembelajaran Sejarah ………... 23

1. Proses Pembelajaran Sejarah ………. 24

2. Tujuan Pembelajaran Sejarah ……… 25

3. Karakteristik Pembelajaran Sejarah ………... 27

D. Teknik Six Thinking Hats ……… 28

1. Definisi Teknik Pembelajaran ………... 28

2. Teknik Pembelajaran Six Thinking Hats ………... 28

3. Desain Teknik Pembelajaran Six Thinking Hats ………... 29

4. Kelebihan dan Kelemahan Teknik Six Thinking Hats ……….. 30


(8)

Ade Maman Suryaman, 2015

Penerapan Teknik Six Thinking Hats pada Isu Isu Kontemporer dalam Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa: (Studi Kasus di SMA Negeri 1 Cikarang Utara)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

1. Pengertian ……….. 31

2. Isu – isu Kontemporer dalam Pembelajaran Sejarah ………. 32

F. Penelitian – Penelitian Terdahulu ……… 36

BAB III METODE PENELITIAN ………...………. 42

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ………... 42

1. Lokasi Penelitian ………42

2. Subjek Penelitian ………... 42

B. Desain Penelitian ………. 43

C. Metode Penelitian ……… 44

D. Instrumen Penelitian ……… 47

E. Teknik Pengumpulan Data ………...48

1. Observasi ………... 48

2. Catatan Lapangan ……….. 48

3. Dokumentasi ……….. 49

4. Wawancara ……….49

F. Prosedur Penelitian ……….. 50

1. Menentukan Pendekatan ……… 50

2. Identifikasi Kasus ……….. 50

3. Pengumpulan Data ………. 51

4. Analisis Data ……….. 51

5. Penafsiran Akhir ……… 52

G. Analisis Data ……… 52

1. Validasi Data ………..52

2. Analisis Data ……….. 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……….. 54

A. Profil Sekolah ……….. 54

1. Lokasi Sekolah ………...…… 54

2. Sejarah Sekolah ………..56

3. Visi dan Misi Sekolah ……… 56

4. Identitas Sekolah ……… 57

5. Tenaga Pengajar ………. 58

6. Sarana dan Prasarana Sekolah ………..………. 59

7. Keadaan Siswa ………... 62

B. Hasil Penelitian ……… 64

C. Pembahasan ………. 80

1. Desain Teknik Pembelajaran Six Thinking Hats ………... 80

2. Sintaks Teknik Pembelajaran Six Thinking Hats ………...……… 85

3. Kreativitas Siswa pada Penerapan Teknik - Pembelajaran Six Thinking Hats……… 89

4. Isu – isu Kontemporer dalam Penerapan Teknik - Pembelajaran Six Thinking Hats……… 97 5. Kendala – kendala dalam Penerapan Teknik -


(9)

Ade Maman Suryaman, 2015

Penerapan Teknik Six Thinking Hats pada Isu Isu Kontemporer dalam Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa: (Studi Kasus di SMA Negeri 1 Cikarang Utara)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Pembelajaran Six Thinking Hats……… 103

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ………. 106

A. Kesimpulan …..……….. 106

B. Rekomendasi ……….. 107

DAFTAR PUSTAKA ……… 109

DAFTAR NARASUMBER ……… 116 LAMPIRAN – LAMPIRAN


(10)

Ade Maman Suryaman, 2015

Penerapan Teknik Six Thinking Hats pada Isu Isu Kontemporer dalam Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa: (Studi Kasus di SMA Negeri 1 Cikarang Utara)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL

Tabel Hal.

2.1 Identifikasi Kreativitas dalam Aktivitas Pembelajaran ………. 20 2.2 Taksonomi Bloom dan Anderson ………. 36 2.3 Six Thinking Hats dalam -

Taksonomi Anderson dan penerapannya ………..……… 37 4.1 Jumlah Tenaga Pengajar Berdasarkan -

Kualifikasi Pendidikan ………..……… 58

4.2 Keadaan Bangunan di SMA Negeri 1 Cikarang Utara ………….……… 60 4.3 Jumlah Siswa Kelas Reguler dan Sebarannya pada bulan Juli 2014 ……….... 62 4.4 Jumlah Siswa Kelas Cerdas Istimewa dan –

Sebarannya pada Bulan Juli 2014 ………. 63 4.5 Jumlah Siswa Kelas Bakat Istimewa Bidang Olahraga dan –

Sebarannya pada Bulan Juli 2014 ………. 63 4.6 Perubahan Tugas masing –masing Topi ……….. 88


(11)

Ade Maman Suryaman, 2015

Penerapan Teknik Six Thinking Hats pada Isu Isu Kontemporer dalam Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa: (Studi Kasus di SMA Negeri 1 Cikarang Utara)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal.

2.1 Hubungan antara Kreativitas dan Berpikir Lateral ………... 22

4.1 Denah Ruangan SMA Negeri 1 Cikarang Utara …………..………. 55

4.2 Guru berkeliling dan membagikan topi kepada siswa ………..……...…. 65

4.3 Siswa mengenakan topi ……….66


(12)

Ade Maman Suryaman, 2015

Penerapan Teknik Six Thinking Hats pada Isu Isu Kontemporer dalam Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa: (Studi Kasus di SMA Negeri 1 Cikarang Utara)


(13)

Ade Maman Suryaman, 2015

Penerapan Teknik Six Thinking Hats pada Isu Isu Kontemporer dalam Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa: (Studi Kasus di SMA Negeri 1 Cikarang Utara)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di dalam kelas, sejarah merupakan mata pelajaran yang menggunakan peristiwa – peristiwa terpilih tertentu di masa lalu. Siswa pada umumnya mengalami kesulitan dalam pelajaran sejarah. Dari praobservasi yang telah dilakukan, diketahui bahwa siswa terbiasa dituntut untuk membaca materi dari Buku Paket hingga Lembar Kerja Siswa (LKS) dan guru memberikan penjelasan kemudian siswa mencatat. Siswa juga enggan belajar sejarah dikarenakan mata pelajaran ini dianggap tidak penting karena tidak mempengaruhi jurusan di perguruan tinggi yang akan mereka pilih. Selain itu, kemampuan guru yang hanya menggunakan metode ceramah juga mempengaruhi ketertarikan siswa dalam pelajaran sejarah, sehingga sejarah menjadi mata pelajaran yang dianggap sebelah mata.

Anggapan – anggapan yang salah tentang mata pelajaran sejarah seharusnya menjadi sebuah tantangan yang harus dihadapi oleh guru sejarah itu sendiri. Kemampuan guru dalam melakukan inovasi pembelajaran menjadi penting ketika sejarah tidak hanya menuntut siswa untuk belajar mengenai masa lalu bangsanya. Tetapi juga kegunaan sejarah bagi mereka kini maupun di masa yang akan datang. Sulit bagi siswa untuk memahami suatu peristiwa sejarah di masa lampau kemudian merefleksikan nilai – nilai kehidupan yang terkandung di dalam peristiwa tersebut untuk kepentingan masa kini maupun masa yang akan datang. Hal tersebut terjadi karena sejarah merupakan mata pelajaran yang bersifat abstrak


(14)

Ade Maman Suryaman, 2015

Penerapan Teknik Six Thinking Hats pada Isu Isu Kontemporer dalam Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa: (Studi Kasus di SMA Negeri 1 Cikarang Utara)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

(Hasan, 2012, hlm. 7). Siswa diminta untuk memahami masa lalu dengan membaca saja, tidak dengan mengimajinasikannya. Siswa membayangkan suatu peristiwa di masa lampau, kemudian mereka menulis kembali apa yang mereka imajinasikan tersebut. Sehingga, mereka dapat memahami peristiwa tersebut dengan penafsiran mereka sendiri dan dapat menemukan nilai – nilai kehidupan yang berguna bagi dirinya di masa kini, dan akan datang.

Dikarenakan sifatnya yang abstrak ini, siswa seharusnya merefleksikan peristiwa sejarah tersebut dengan menggunakan imajinasi mereka sendiri. Hal ini didasarkan bahwa kemampuan siswa dalam melihat peristiwa sejarah di masa lampau dan memaknainya berbeda – beda. Namun, banyak dari mereka hanya mendapat pengetahuan saja. Pengetahuan ini diperoleh dari membaca Buku Paket, Lembar Kerja Siswa (LKS) maupun mencatat dari penjelasan yang diberikan oleh guru mereka, sehingga kemampuan yang terasah hanya kognitif saja. Penguasaan materi pelajaran sejarah ini sebenarnya merupakan tujuan dari kompetensi – kompetensi dasar yang termaktub dalam kurikulum pendidikan sejarah itu sendiri, namum sebuah apresiasi yang baik jika nilai-nilai dari peristiwa di masa lampau dapat ditanamkan pada siswa.

Penguasaan materi sejarah yang terjadi di kelas – kelas hanya akan memperkuat satu bidang kemampuan saja, yakni pengetahuan atau kognisi siswa. Sehingga, nantinya proses yang terjadi hanyalah transfer pengetahuan atau Transfer of Knowledge. Kemampuan siswa memahami peristiwa sejarah yang masih terbatas transfer of knowledge dikarenakan oleh beberapa hal, yakni: guru, inovasi pembelajaran, maupun tuntutan kurikulum. Guru, dalam hal ini merupakan bagian yang penting dalam berlangsungnya pembelajaran sejarah yang berhasil di dalam kelas. Seorang guru mampu mengembangkan kemampuannya dalam mengajar di kelas, namun ada kendala-kendala yang terkadang membuat pembelajaran di kelas hanya Transfer of Knowledge dengan metode pengajaran


(15)

Ade Maman Suryaman, 2015

Penerapan Teknik Six Thinking Hats pada Isu Isu Kontemporer dalam Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa: (Studi Kasus di SMA Negeri 1 Cikarang Utara)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

yang tidak berganti yakni ceramah (Mulyana dan Gunawan, 2007, hlm. 1; Aman, 2011, hlm. 8).

Penguasaan siswa dalam hal kognisi yakni ingatan dan pemahaman siswa mengenai materi pembelajaran sejarah ini menjadi sebuah keprihatinan. Keprihatinan ini muncul dikarenakan pergeseran pandangan bahwa pembelajaran sejarah tidak hanya mengingat dan memahami peristiwa di masa lalu saja, tetapi juga siswa memaknai peristiwa tersebut. Mereka sepatutnya memahami peristiwa di masa lampau, tetapi juga mampu memaknai peristiwa itu. Hal ini nantinya diharapkan akan memiliki andil bagi siswa di lingkungan sosial di masa kini maupun masa yang akan datang.

Pembelajaran yang mendalam (deep learning) salahsatunya adalah ketika siswa tidak hanya mampu mengingat dan memahami suatu peristiwa dalam pembelajaran sejarah. Tetapi juga mereka dapat memaknai peristiwa tersebut dan merefleksikannya bagi dirinya sendiri maupun menjadi contoh bagi yang lain. Pemaknaan akan peristiwa sejarah oleh siswa ini akan membentuk deep learning atau pembelajaran yang mendalam. Siswa yang belajar dengan deep learning ini akan mampu menghubungkan konsep – konsep yang bertautan.

Kemampuan siswa dalam menghubungkan konsep – konsep yang bertautan merupakan ciri siswa yang kreatif. Hal ini muncul dari kreativitas mereka dalam mencari, mengolah informasi, mengkomunikasikan, kemudian membentuk suatu pemikiran baru hingga disampaikan ke muka kelas. Kreativitas siswa pun bermacam – macam, ini dikarenakan karakteristik berpikir mereka yang berbeda – beda. Perbedaan berpikir siswa jika dituangkan dalam kelas akan mewarnai pembelajaran sejarah yang aktif dan kreatif. Kreativitas siswa dapat dimunculkan, namun sayangnya dalam pembelajaran pada umumnya dan pembelajaran sejarah khususnya, guru seringkali mengabaikan pentingnya hal ini.


(16)

Ade Maman Suryaman, 2015

Penerapan Teknik Six Thinking Hats pada Isu Isu Kontemporer dalam Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa: (Studi Kasus di SMA Negeri 1 Cikarang Utara)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Ada dua faktor yang menjadi kendala seorang guru dalam mengajar, pertama faktor internal dan yang kedua adalah faktor eksternal. Ada beberapa hal yang menjadi kendala pembelajaran dalam faktor internal. Kendala tersebut adalah keinginan untuk melakukan inovasi pembelajaran, seperti yang dijumpai oleh peneliti pada Pra-observasi, biasanya seorang guru enggan melakukan inovasi pembelajara di kelas. Keengganan seorang guru melakukan inovasi pembelajaran dikarenakan: tidak adanya motivasi diri, kesibukan selain di sekolah, dan usia yang sudah tua dan menganggap tidak perlu untuk melakukan inovasi pembelajaran.

Faktor eksternal yang mempengaruhi guru tersebut adalah, kurangnya sosialisasi maupun seminar mengenai pembelajaran sejarah. Hal ini menjadi kendala karena ketika guru bersedia untuk mengikuti, terkadang pihak sekolah tidak mengizinkan, atau ada guru lain yang diberi surat tugas untuk mengikuti acara tersebut. Selain itu, dari pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, guru yang menjadi subjek berada di Sekolah di mana sebagian besar adalah guru-guru yang berusia di atas 50 tahun, sehingga membuat guru tersebut berpikir tidak perlu melakukan inovasi karena mengikuti guru-guru lainnya yang sebentar lagi akan pensiun (profil guru SMA Negeri 1 Cikarang Utara, 2014).

Pada penelitian ini, peneliti mengamati bahwa guru yang menjadi salahsatu subjek penelitian telah dengan baik dalam mengajar sejarah. Walau menggunakan metode ceramah, guru ini telah mampu memberikan sebuah pandangan kepada siswa bahwa sejarah dapat dikaitkan dengan pengalaman mereka dan juga isu-isu kontemporernya. Penggunaan metode ceramah yang dilakukan memiliki beberapa kelemahan, antara lain: guru menjadi pusat pembelajaran, sehingga yang terjadi adalah Transfer of Knowledge, padahal paradigma pembelajaran sejarah dewasa ini sudah bertambah yakni dengan adalah Transfer of Values yakni penanaman nilai-nilai dari yang mereka pahami dari peristiwa di masa lampau tersebut. Selain itu, siswa cenderung pasif, hanya mendengarkan dan mencatat. Ada siswa yang


(17)

Ade Maman Suryaman, 2015

Penerapan Teknik Six Thinking Hats pada Isu Isu Kontemporer dalam Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa: (Studi Kasus di SMA Negeri 1 Cikarang Utara)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

bertanya, hanya sekedar melakukan klarifikasi dan menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru.

Sebenarnya, guru yang diteliti telah menggunakan metode maupun teknik pembelajaran. Teknik pembelajaran yang digunakan adalah Six Thinking Hats. Teknik ini diciptakan oleh de Bono pada tahun 1995 (Utari, 2013, hlm. 6). Dia menganalogikan cara berpikir dengan topi karena mengidentifikasikan peran yang diembannya. Keenam topi tersebut adalah: topi putih yakni informasi; topi hitam adalah risiko atau dampak negatif;, topi hijau adalah dampak positif atau kreatifitas; topi merah adalah intuisi atau imajinasi; topi hijau adalah kreatifitas atau solusi/tindak lanjut, dan topi biru adalah pengendali/ ketua kelompok dan yang memberi kesimpulan (de Bono, 1995, hlm. 14-15). Teknik ini mencoba untuk melihat kemampuan berpikir siswa.

Dalam pembelajaran sejarah, teknik ini dapat dilakukan dalam kelompok. Tiap-tiap kelompok terdiri atas 6 orang siswa. Tahap-tahap dalam pembelajaran dengan menggunakan teknik ini adalah peserta didik diberi masing-masing topi yang berwarna berbeda, yakni: putih, merah, biru, hijau, kuning dan hitam, kemudian, mereka diminta untuk membentuk kelompok yang terdiri atas enam warna berbeda. Langkah pertama dalam teknik ini adalah peserta didik yang menggunakan topi merah untuk mengenali reaksi pertama anak apa, perasaan atau intuisi pada 2-3 detik pertama. Ini sering kali diabaikan, dan penting bagi anak untuk mengakses dan mengenali reaksi pertama mereka. Setelah itu mengumpulkan data, fakta, segala bentuk informasi dengan menggunakan topi putih. Setelah selesai, topi diganti dengan topi hitam, supaya anak mengetahui risiko yang akan dihadapi apa saja. kemudian menemukan risiko yang mungkin terjadi, berganti dengan topi kuning. Jangan sampai anak menjadi terlalu pesimis, topi kuning punya andil dalam menyeimbangkannya. Gunakan topi kuning untuk mengetahui manfaat, semua sisi positif. Setelah itu mulai berpikir kreatif dalam pemecahannya dengan menggunakan topi hijau. Setelah semuanya rampung


(18)

Ade Maman Suryaman, 2015

Penerapan Teknik Six Thinking Hats pada Isu Isu Kontemporer dalam Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa: (Studi Kasus di SMA Negeri 1 Cikarang Utara)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

gunakan topi biru dalam pengambilan keputusan (de Bono, 1995). Teknik yang dikembangkan oleh de Bono ini dilakukan modifikasi oleh guru yang diobservasi, sehingga akan nampak perbedaan dengan tidak meninggalkan dasar-dasar teknik pembelajaran ini.

Pada praobservasi kedua, peneliti melihat ketika menggunakan teknik Six Thinking Hats ini terjadi perubahan. Perubahan di sini sangat nampak berbeda, yakni siswa menjadi kreatif yakni, lebih aktif, berani mengemukakan temuan-temuannya, dan kondisi kelas yang lebih menyenangkan. Keaktifan ini menunjukkan kemampuan kecerdasan yang diminta pada topi – topi tersebut, sehingga memperlihatkan keragaman dalam informasi yang mereka sampaikan. Selain itu, guru menjadi fasilitator dalam mengatur jalannya diskusi dalam kelas dan melakukan klarifikasi atas temuan-temuan maupun pendapat yang disampaikan.

Penggunaan Teknik Six Thinking Hats dalam pembelajaran sejarah akan membantu kepada bentuk pembelajaran sejarah yang berlangsung dengan baik. Pembelajaran sejarah di dalam kelas yang berhasil akan terwujud ketika terjadi perubahan yang baik pada diri siswa. Perubahan ini terlihat dengan dikuasainya materi pelajaran sejarah maupun kompetensi-kompetensi yang diharapkan. Selain itu, proses penanaman nilai-nilai atau Transfer of Values menjadi hal yang penting bagi siswa. Penguasaan materi maupun pencapaian kompetensi serta proses penanaman nilai-nilai yang terjadi di dalam kelas ini merupakan perubahan yang hendak dicapai dalam suatu proses pembelajaran. Pencapaian ini nantinya akan berguna bagi mereka untuk menjadi generasi bangsa Indonesia yang cerdas, terampil, dan peduli akan lingkungan sosialnya.

Pembelajaran sejarah yang baik akan dicapai melalui proses belajar yang aktif, interaksi dua arah antara guru dan siswa, hingga keluaran yang dihasilkan yakni kemampuan siswa berpikir kreatif. Proses belajar mengajar yang baik dapat dicapai apabila memenuhi beberapa kriteria, yakni: proses interaksi belajar


(19)

Ade Maman Suryaman, 2015

Penerapan Teknik Six Thinking Hats pada Isu Isu Kontemporer dalam Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa: (Studi Kasus di SMA Negeri 1 Cikarang Utara)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

mengajar dua arah, suasana kelas yang menyenangkan, metode maupun teknik pembelajaran yang variatif, hingga kemampuan guru dalam mengajar. Proses interaksi dua arah dimaksudkan tidak hanya guru yang melakukan transfer pengetahuan atau transfer of knowledge dan cenderung terpusat pada guru saja, tetapi di sini memungkinkan siswa untuk memiliki kesempatan untuk menunjukkan kemampuannya dalam berpikir kreatif dalam rangka pencapaian kompetensi-kompetensi yang diharapkan. Jadi, paradigma tentang pembelajaran yang terpusat pada guru berubah menjadi pembelajaran yang terpusat pada siswa (Student Centered). Pembelajaran yang terpusat pada siswa akan membentuk kompetensi-kompetensi siswa seperti: percaya diri, bertanggung jawab, bekerja sama, jujur, berani, maupun kompetensi-kompetensi yang diharapkan dalam sebuah silabus pembelajaran. Hal ini menghindarkan sebuah pembelajaran yang cenderung membuat siswa menguasai materi tanpa menguasai kompetensi-kompetensi, maupun nilai-nilai diharapkan.

Suasana kelas yang menyenangkan juga mempengaruhi pembelajaran sejarah yang aktif di kelas. Siswa cenderung memahami dengan baik apabila suasana kelas yang menyenangkan. Suasana kelas menyenangkan dapat teridentifikasi mulai dari kondisi kelas yang rapi, bersih, dan tidak gaduh. Selain itu, suasana kelas yang menyenangkan dapat dilihat dari kesiapan mereka untuk belajar dan kemauan untuk belajar. Kondisi psikologis mereka pun dapat mempengaruhi suasana kelas. Guru yang siap untuk mengajar dengan segala persiapannya pun dapat mempengaruhi suasana kelas.

Metode maupun teknik pembelajaran merupakan komponen yang tidak bisa terlepas dalam pembelajaran sejarah yang menyenangkan bagi siswa. Penggunaan metode maupun teknik pembelajaran yang beragam akan membantu menstimulasi siswa untuk belajar sejarah yang lebih menyenangkan dan tidak terlalu berpedoman pada buku paket atau textbook. Metode yang beragam akan membantu pencapaian materi-materi maupun kompetensi yang hendak dicapai.


(20)

Ade Maman Suryaman, 2015

Penerapan Teknik Six Thinking Hats pada Isu Isu Kontemporer dalam Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa: (Studi Kasus di SMA Negeri 1 Cikarang Utara)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Selain itu, penggunaan metode maupun teknik ini juga dapat membentuk suasana kelas yang menyenangkan, yakni pembelajaran yang interaktif, terpusat pada siswa, dan proses penanaman nilai-nilai terjadi dalam diri mereka.

Penggunaan teknik pembelajaran Six Thinking Hats ini juga diiringi dengan pemanfaatan materi sejarah dengan isu-isu kontemporer. Menurut Seixas (2000: 20-21), pembelajaran sejarah terbagi atas tiga pendekatan: memori kolektif, disipliner dan postmodern. Pendekatan memori kolektif menyatukan identitas kelompok, mempromosikan pengalaman kolektif bersama dan membangun dasar berbagi dalam berpikir, mempercayai, dan bertindak. Pendekatan disipliner ialah pembelajaran sejarah dengan menggunakan berbagai versi, dengan menggunakan pendekatan ini, siswa akan mencapai suatu kesimpulan di mana mereka mengkonstruksi interpretasi sendiri dari yang telah dipaparkan. Terakhir, pendekatan postmodern, pendekatan ini menghubungkan kisah masa lalu untuk kegunaan politik dan sosial di masa kini.

Senada dengan yang diungkapkan Seixas pada pendekatan postmodern, pembelajaran sejarah dengan menggunakan teknik Six Thinking Hats ini dianggap mampu untuk membentuk siswa yang memahami dirinya sendiri, bangsanya pada umumnya dan dapat menghubungkan masa lalu dan masa kini maupun masa yang akan datang. Penggunaan teknik pembelajaran Six Thinking Hats di kelas membantu dalam aktivitas belajar peserta didik. Seperti yang diungkap oleh Saroja Dhanapal dan Khoo Tabitha Wern Ling yang berjudul A Study to Investigate How Six Thinking Hats Enhance the Learning of Environmental Studies. Dalam artikelnya ini adanya peningkatan kemampuan peserta didik di dalam kelas ketika menggunakan teknik ini. Mereka menemukan bahwa penggunaan Teknik Six Thinking Hats merupakan teknik yang tepat digunakan untuk mendorong cara berpikir tingkat tinggi. Kemudian, artikel karya Gary L. Geissler, Steve W. Edison, dan Jane P. Wayland yang berjudul Improving Students Critical Thinking, Creativity, and Communication Skills dalam Journal


(21)

Ade Maman Suryaman, 2015

Penerapan Teknik Six Thinking Hats pada Isu Isu Kontemporer dalam Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa: (Studi Kasus di SMA Negeri 1 Cikarang Utara)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

of Instructional Pedagogies. Hlm. 1-10. Mereka mengindikasikan hal serupa dengan artikel sebelumnya walau dengan subjek dan metode penelitian yang berbeda. Artikel ini mengidentifikasikan bahwa teknik Six Thinking Hats dapat memahami masing-masing perspektif dan mampu menyajikan fokus yang spesifik ketika menghadapi sebuah topik. Setelah menggunakan teknik ini, banyak dari responden menyatakan bahwa mereka dapat meningkatkan partisipasi kelas berikutnya.

Penguatan pembelajaran sejarah tidak hanya dilakukan dengan menggunakan teknik pembelajaran Six Thinking Hats, tetapi juga dengan mengangkat isu-isu kontemporer sejarah. Hal ini nantinya tidak hanya membentuk generasi yang tahu akan masa lalunya, tetapi juga memahami secara kritis dan mendalam kebenaran akan masa lalunya serta kegunaannya untuk masa yang akan datang. Materi pembelajaran sejarah yang dipadukan dengan isu-isu kontemporer sejarah digunakan untuk melihat konsep maupun peristiwa sejarah dilihat dari dua pandangan: sejarah resmi (official history) maupun sejarah pinggiran (peripherial history). Upaya untuk melihat suatu peristiwa sejarah dari dua pandangan dikarenakan sejarah mengalami perkembangan dalam penafsiran maupun sumber-sumbernya, sehingga sejarah resmi dapat dilihat juga melalui interpretasi yang berbeda maupun sumber-sumber yang berkembang (sejarah pinggiran).

Pemanfaatan isu-isu kontemporer yang digunakan dalam pembelajaran sejarah ini diangkat untuk membentuk suatu kesadaran sejarah. Hal ini senada dengan pendapat Kellner (dalam Segall, 2006, hlm. 129) this suggest that history is not about the past, but rather about our ways of creating meanings from and about it. Kesadaran sejarah merupakan salahsatu cara menciptakan makna dari peristiwa di masa lampau. Pemaknaan akan peristiwa sejarah pada materi sejarah cenderung berupaya membentuk nasionalisme siswa. Padahal, banyak nilai yang terkandung dalam suatu peristiwa sejarah itu sendiri. Hal ini dianggap sebagai sebuah pemahaman temporal dari sebuah pengalaman sejarah. Ini menyangkut


(22)

Ade Maman Suryaman, 2015

Penerapan Teknik Six Thinking Hats pada Isu Isu Kontemporer dalam Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa: (Studi Kasus di SMA Negeri 1 Cikarang Utara)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

bagaimana masa lalu dan masa yang akan datang dibentuk dan dihubungkan untuk kepentingan pembentukan masa lalu

Pada akhirnya, kesadaran sejarah tersebut akan membentuk kemampuan siswa yang lebih adaptif dan responsif memandang masalah-masalah sekitar lingkungan sosial yang dihadapinya melalui masa lalunya. Kemampuan kesadaran sejarah menuntut siswa untuk mendalami dirinya sendiri maupun lingkungan sekitar – serta menghubungkannya dengan konsep-konsep dalam pembelajaran sejarah. Siswa mampu menghubungkan masa lalu dengan isu – kontemporernya maupun masa kini terutama dengan menghubungkan pengalaman sendiri siswa tersebut. Keterhubungan tersebut akan membentuk pemahaman siswa bahwa belajar masa lalu juga memiliki manfaat yang besar, terutama bagi diri mereka sendiri.

Berangkat dari alasan-alasan maupun konsep-konsep yang disajikan, maka peneliti mencoba untuk melakukan penelitian. Penelitian ini berbentuk penelitian pendidikan. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan studi kasus (Case Study) sebagai metode penelitiannya. Penelitian dengan metode ini mencoba untuk melihat kegiatan-kegiatan siswa dalam pembelajaran sejarah yang diamati dan dicatat kemudian diinterpretasikan secara mendalam. Penelitian studi kasus adalah sebuah metode penelitian yang jika dengan pendekatan kualitatif didasarkan atas suatu kasus khusus dari sebuah generalisasi yang terjadi dalam latar alamiah yakni tanpa adanya pemberian perlakuan (treatment). Kasus khusus yang dimaksud adalah penerapan sebuah teknik pembelajaran yakni teknik Six Thinking Hats di beberapa kelas XI yang diteliti pada pembelajaran spesifik yakni pembelajaran pada mata pelajaran sejarah Indonesia. Kasus tersebut diteliti secara mendalam dan ekstensif melalui penelitian lapangan di mana peneliti terjun langsung ke lapangan, kemudian dilakukan analisis dengan berbagai cara. Sehingga, peneliti mencapai pada suatu topik penelitian yang berjudul Penerapan Teknik Six Thinking Hats pada Isu-isu Kontemporer dalam Pembelajaran


(23)

Ade Maman Suryaman, 2015

Penerapan Teknik Six Thinking Hats pada Isu Isu Kontemporer dalam Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa: (Studi Kasus di SMA Negeri 1 Cikarang Utara)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Sejarah untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa (Studi Kasus di SMA Negeri 1 Cikarang Utara).

B. Perumusan Masalah

Penelitian ini dibatasi pembahasannya melalui beberapa perumusan masalah yang berbentuk pertanyaan penelitian, yakni:

1. Bagaimana desain perencanaan penerapan Teknik Six Thinking Hats pada Isu-Isu Kontemporer dalam Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa?

2. Bagaimana Sintaks penerapan Teknik Six Thinking Hats pada Isu-Isu Kontemporer dalam Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa?

3. Bagaimana hasil – hasil peningkatan kreativitas pada penerapan Teknik Six Thinking Hats pada Isu-Isu Kontemporer dalam Pembelajaran Sejarah?

4. Bagaimana kendala – kendala serta solusi mengatasi penerapan Teknik Six Thinking Hats pada Isu-Isu Kontemporer dalam Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa?

C. Klarifikasi Konsep 1. Kreativitas

Kreativitas adalah kemampuan berpikir manusia untuk menciptakan. Menciptakan di sini diartikan secara luas, yakni kemampuan manusia dalam memandang suatu masalah, menganalisisnya, hingga mencari solusi untuk memecahkan masalah tersebut. Seorang siswa yang kreatif adalah siswa yang melakukan hal – hal yang telah dimaksudkan dengan tahap akhir adalah memecahkan atau memberikan solusi atas masalah tersebut. Masalah yang dimaksud adalah topik – topik, atau konsep – konsep dalam pembelajaran sejarah di kelas. Sebuah topik yang diangkat di dalam kelas oleh guru kemudian dibahas


(24)

Ade Maman Suryaman, 2015

Penerapan Teknik Six Thinking Hats pada Isu Isu Kontemporer dalam Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa: (Studi Kasus di SMA Negeri 1 Cikarang Utara)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

oleh siswa melalui proses kognitif. Proses kognitif ini antara lain melihat/merasakan, mengulang, berpikir, memecahkan masalah, mengingat, dan mencitrakan (Schunk, 2013, hlm. 230).

2. Teori Lateral Thinking

Teori Lateral Thinking pada dasarnya adalah memecahkan masalah dengan cara yang tidak biasa atau dengan metode di luar logika umumnya. Manusia seharusnya berpikir dengan cara berbeda maupun dengan pendekatan yang berbeda dalam melihat suatu permasalahan, kemudian mencari solusi yang mungkin digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Dalam teori ini, berbagai pandangan maupun solusi itu dianggap ada dan benar.

Logika manusia pada umumnya berhubungan dengan „kebenaran‟, sedangkan berpikir lateral mengacu kepada „kemungkinan‟ atau ‘apa yang mungkin‟ . kemungkinan adalah persepsi atau pandangan yang berbeda – beda yang berupaya untuk mencari solusi – solusi yang mungkin digunakan dalam memecahkan masalah.

3. Pembelajaran Sejarah

Pembelajaran sejarah berarti belajar tentang peristiwa di masa lampau. Peristiwa di masa lampau yang dipelajari tidak hanya rentetan peristiwa secara kronologis, namun harus mampu memaknai tiap-tiap peristiwa tersebut ke dalam bentuk nilai-nilai positif dan menerapkannya dalam kehidupan peserta didik. Sebuah pembelajaran sejarah yang baik bukan hanya mampu melakukan transfer pengetahuan atau transfer of knowledge, tetapi juga dapat menanamkan nilai-nilai kehidupan pada diri siswa melalui pemahamannya terhadap peristiwa sejarah.


(25)

Ade Maman Suryaman, 2015

Penerapan Teknik Six Thinking Hats pada Isu Isu Kontemporer dalam Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa: (Studi Kasus di SMA Negeri 1 Cikarang Utara)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Penanaman nilai-nilai pada diri siswa merupakan salahsatu tujuan dari mata pelajaran sejarah. Hal ini terutama berkaitan bagi pembentukan karakter bangsa. Penanaman nilai-nilai nantinya diharapkan dapat mengarahkan kepada diri siswa tentang siapa diri kita sebagai bangsa Indonesia. Selain itu, siswa akan mengenali lingkungannya dengan baik sehingga akan membentuk pribadi yang responsif maupun adaptif.

4. Teknik Six Thinking Hats

Teknik ini diciptakan oleh de Bono pada tahun 1985 (Utari, 2013, hlm. 6). Dia menganalogikan cara berpikir dengan topi karena mengidentifikasikan peran yang diembannya. Keenam topi tersebut adalah: topi putih yakni informasi; topi hitam adalah risiko atau dampak negatif;, topi hijau adalah dampak positif atau kreatifitas; topi merah adalah intuisi atau imajinasi; topi hijau adalah kreatifitas atau solusi/tindak lanjut, dan topi biru adalah pengendali/ ketua kelompok dan yang memberi kesimpulan (de Bono, 1995, hlm. 14-15).

Dalam pembelajaran, teknik ini dapat dilakukan dalam kelompok. Tiap-tiap kelompok terdiri atas 6 orang siswa. Tahap- dalam pembelajaran ini adalah langkah pertama adalah menggunakan topi merah untuk mengenali reaksi pertama anak apa, perasaan atau intuisi pada 2-3 detik pertama. Ini sering kali diabaikan, dan penting bagi anak untuk mengakses dan mengenali reaksi pertama mereka. Setelah itu mengumpulkan data, fakta, segala bentuk informasi dengan menggunakan topi putih. Setelah selesai, topi diganti dengan topi hitam, supaya anak mengetahui risiko yang akan dihadapi apa saja. Setelah selesai menemukan risiko yang mungkin terjadi, berganti dengan topi kuning. Jangan sampai anak menjadi terlalu pesimis, topi kuning punya andil dalam menyeimbangkannya. Gunakan topi kuning untuk mengetahui manfaat, semua sisi positif. Setelah itu mulai berpikir kreatif dalam pemecahannya dengan menggunakan topi hijau. Setelah semuanya rampung gunakan topi biru dalam pengambilan keputusan (de Bono, 1995).


(26)

Ade Maman Suryaman, 2015

Penerapan Teknik Six Thinking Hats pada Isu Isu Kontemporer dalam Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa: (Studi Kasus di SMA Negeri 1 Cikarang Utara)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu 5. Isu – isu Kontemporer

Menurut Kochhar, Semakin banyak kita menginterpretasikan masa sekarang dengan bantuan masa lalu, semakin besar pula kemungkinan kita menemukan isu-isu yang kontemporer (2008, hlm. 450). Dengan penggunaan interpretasi yang baru dan beragam, maka akan terbentuk pemahaman siswa dengan adanya isu-isu kontemporer. Isu-isu kontemporer muncul karena: Kontroversi mengenai fakta-fakta dapat terjadi karena kurangnya data atau tidak masuk akalnya suatu penemuan (Kochhar, 2008, hlm. 453). Selain itu, Kontroversi disebabkan interpretasi; sering terlihat bahwa pendekatan yang dilakukan sejarawan tidak ilmiah, bias, dan dipengaruhi prasangka (Kochhar, 2008, hlm. 453).

Isu – isu kontemporer sejarah menarik untuk dikaji dalam pembelajaran sejarah terutama dalam materi pelajaran sejarah kontemporer di Indonesia, maupun materi lainnya. Hal ini, sebagaimana nampak dalam buku-buku teks sejarah di sekolah yang banyak mengandung masalah. Permasalahan itu terletak tidak hanya sejak awal pilihan atas materi-materi sejarah itu penuh dengan nuansa kepentingan politik, tetapi juga acapkali proses eksplanasi sejarahnya terlalu sederhana, monolitik, dan tidak memadai. Memang sudah menjadi pengetahuan umum bahwa sejarah untuk kepentingan pendidikan di sekolah tidak bisa dilepaskan dari kebijakan politik pemerintah.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini antara lain:


(27)

Ade Maman Suryaman, 2015

Penerapan Teknik Six Thinking Hats pada Isu Isu Kontemporer dalam Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa: (Studi Kasus di SMA Negeri 1 Cikarang Utara)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

1. Mendeskripsikan desain perencanaan penerapan Teknik Six Thinking Hats pada Isu-Isu Kontemporer dalam Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa;

2. Mendeskripsikan Urutan Pembelajaran penerapan Teknik Six Thinking Hats pada Isu-Isu Kontemporer dalam Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa;

3. Mengidentifikasikan hasil – hasil peningkatan kreativitas pada penerapan Teknik Six Thinking Hats pada Isu-Isu Kontemporer dalam Pembelajaran Sejarah;

4. Menganalisis kendala – kendala serta solusi mengatasi penerapan Teknik Six Thinking Hats pada Isu-Isu Kontemporer dalam Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa.

E.Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis, penelitian ini diharapkan mampu menjadi sebuah kajian ilmiah mengenai pembelajaran sejarah dengan menggunakan Teknik Six Thinking Hats melalui Isu-isu Kontemporer untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif. Penggunaan teknik Six Thinking Hats walau sudah dikenal dalam dunia pendidikan, namun belum cukup kajian ilmiahnya dalam mata pelajaran sejarah. Selain itu, penggunaan teknik ini pada pembelajaran sejarah juga digunakan untuk mengidentifikasi kemampuan berpikir kreatif siswa. Penggunaan pembelajaran sejarah dengan isu-isu kontemporer yang juga diterapkan memiliki andil sehingga, siswa mampu melakukan komparasi sejarah besar dan pinggiran, kemudian menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari mereka.


(28)

Ade Maman Suryaman, 2015

Penerapan Teknik Six Thinking Hats pada Isu Isu Kontemporer dalam Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa: (Studi Kasus di SMA Negeri 1 Cikarang Utara)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Secara praktis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran mengenai pembelajaran sejarah kontekstual dengan menggunakan Teknik Six Thinking Hats melalui Isu-isu Kontemporer untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memiliki kontribusi dalam pembelajaran sejarah. Kontribusi tersebut berupa penggunaan teknik yang disesuaikan dengan kondisi kelas, hingga adanya inovasi – inovasi pembelajaran yang didasarkan atas penelitian ini. Hasil penelitian ini sangat bermanfaat karena secara tidak langsung akan membantu guru dan siswa dalam pembelajaran, yaitu dapat memupuk kemampuan mereka dalam menjawab permasalahan – permasalahan yang diajukan dalam pembelajaran, membantu keaktifan, dan meningkatkan antusias siswa dalam belajar sejarah hingga akhirnya meningkatkan kreativitas siswa.

Selain itu, Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu alternatif teknik pembelajaran sejarah, yang dapat membuat proses pembelajaran lebih menarik; meningkatkan pemahaman siswa, kemampuan analisis, identifikasi, hingga pemecahan masalah yang dibingkai dalam satu lingkup yakni kreativitas; dan mengurangi dominasi guru dalam pembelajaran. Bagi Pembelajaran Sejarah, sebagai sebuah bentuk dari pembelajaran sejarah, penelitian ini dapat menambah pustaka pelaksanaan pembelajaran sejarah sehingga dapat menjadi variasi pembelajaran yang dapat diterapkan di dalam kelas. Dengan menggunakan metode studi kasus, dapat diketahui mengapa teknik ini dapat membentuk kemampuan berpikir kontekstual siswa dan memahami secara mendalam keunikan penggunaan teknik ini pada kelas yang diteliti, mulai dari faktor pendukung hingga penghambat penerapan teknik pembelajaran ini.


(29)

Ade Maman Suryaman, 2015

Penerapan Teknik Six Thinking Hats pada Isu Isu Kontemporer dalam Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa: (Studi Kasus di SMA Negeri 1 Cikarang Utara)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu F. Sistematika Penulisan

Pembuatan Sistematika penulisan ini dimaksudkan agar dapat memberikan gambaran secara garis besar mengenai isi penulisan Tesis ini secara keseluruhan. Adapun penulisan Tesis ini terbagi menjadi 5 Bab yaitu:

Bab I adalah bagian Pendahuluan. Pada bagian Bab ini berisi uraian tentang pendahuluan dan merupakan bagian awal dari tesis. Pendahuluan berisi: Latar Belakang Masalah yang berisi alasan – alasan berupa keresahan antara kenyataan dan harapan dari penulisan tesis ini; Perumusan Masalah yang berupa pertanyaan – pertanyaan penelitian yang menjadi dasar bagi peneliti untuk membatasi fokus penelitian; Klarifikasi Konsep merupakan bagian di mana peneliti mendeskripsikan secara sederhana konsep – konsep yang digunakan dalam penelitian ini; Tujuan Penelitian berisi tujuan dari penelitian ini yang mencoba untuk menjawab pertanyaan – pertanyaan dalam perumusan masalah; Manfaat Penelitian berisi kontribusi yang nantinya disumbangkan dari penelitian ini; hingga Sistematika Penulisan yang mencoba mendeskripsikan secara singkat urutan penelitian ini.

Bab II adalah Landasan Teori. Dalam suatu karya ilmiah, Landasan Teori mempunyai peran yang sangat penting. Melalui Landasan Teori ditunjukkan “the state of the art” dari teori yang sedang dikaji dan kedudukan masalah penelitian dalam bidang ilmu yang diteliti. Bab ini mengemukakan masalah tentang apa itu Kreativitas, Teori Lateral Thinking, Pembelajaran Sejarah, Teknik Pembelajaran Six Thinking Hats, Isu-isu Kontemporer dalam pembelajaran sejarah, maupun kajian atas penelitian-penelitian yang serupa.

Bab III adalah Metode Penelitian. Bahasan mengenai metode penelitian memuat beberapa komponen yaitu: desain penelitian yang digunakan dalam penelitian, teknik pengumpulan data, subjek dan lokasi penelitian, hingga analisis data, serta alasan-alasan rasionalnya.

Bab IV berisi tentang Hasil Penelitian Dan Pembahasan. Bab ini merupakan pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan dan pembahasan atau


(30)

Ade Maman Suryaman, 2015

Penerapan Teknik Six Thinking Hats pada Isu Isu Kontemporer dalam Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa: (Studi Kasus di SMA Negeri 1 Cikarang Utara)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

analisis temuan. Pengolahan data dilakukan berdasarkan prosedur penelitian kualitatif sesuai dengan desain penelitian yang diuraikan dalam Bab III. Karena penelitian ini menggunakan penelitian dengan pendekatan kualitatif dengan desain Penelitian Studi Kasus, maka hasil pembahasan temuan merupakan bahasan yang terkait dengan pertanyaan-pertanyaan penelitian didasarkan atas Landasan Teori yang digunakan dalam Bab II.

Bab V yakni Kesimpulan dan Rekomendasi. Bab ini menyajikan tentang penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian, yang disajikan dalam bentuk kesimpulan penelitian. Bab ini juga memuat tentang implikasi atau rekomendasi yang ditunjukkan kepada para pembuat kebijakan, para pengguna penelitian, dan pada peneliti berikutnya yang berminat untuk melakukan penelitian selanjutnya.


(31)

Ade Maman Suryaman, 2015

Penerapan Teknik Six Thinking Hats pada Isu Isu Kontemporer dalam Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa: (Studi Kasus di SMA Negeri 1 Cikarang Utara)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A.Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil tempat di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi, dengan lima kelas XI (Sebelas) yang diteliti. Kelima kelas tersebut terdri atas: empat kelas XI program Matematika dan Ilmu-ilmu Alam (MIA) 3, 4, 6, 7 dan satu kelas program Ilmu-Ilmu-ilmu Sosial (IIS), yakni XI IIS 5. SMA ini terletak di Jalan Ki Hajar Dewantara Nomor. 91, Desa Karang Asih – Kecamatan Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi.

2. Subjek Penelitian

Subjek Penelitian ini adalah Siswa kelas XI Matematika dan Ilmu-ilmu Alam (MIA) 3, 4, 6, dan 7; XI Ilmu-ilmu Sosial (IIS) 5; dan Guru Mata Pelajaran Sejarah yakni Ibu Hj. Entin Dartini, S.Pd. Peneliti mengambil Subjek Siswa kelas XI MIA 3, 4, 6, 7 dan &; XI IIS 5 dikarenakan teknik pembelajaran Six Thinking Hats telah diterapkan di kelas tersebut pada Mata Pelajaran Sejarah Indonesia (Mata Pelajaran Wajib). Ibu Hj. Entin Dartini, S.Pd. merupakan guru mata pelajaran sejarah pada kelas XI MIA 1-7 juga menjadi subjek penelitian karena telah menggunakan teknik ini di kelas. Selain itu, keadaan siswa yang beragam latar belakangnya menjadi alasan penentuan subjek penelitian. Sehingga akan memperlihatkan keberagaman hasil penelitian. Hal tersebut menjadi acuan bagi peneliti untuk melakukan penelitian mengenai Teknik Six Thinking Hats pada Isu-isu Kontemporer dalam Pembelajaran Sejarah. Pembelajaran sejarah melalui Isu-


(32)

isu-Ade Maman Suryaman, 2015

Penerapan Teknik Six Thinking Hats pada Isu Isu Kontemporer dalam Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa: (Studi Kasus di SMA Negeri 1 Cikarang Utara)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

isu kontemporer yang telah diterapkan dengan menggunakan teknik pembelajaran Six Thinking Hats, namun belum dilakukan penelitian. Hal ini juga menjadi dasar penggunaan metode Studi Kasus pada penelitian ini.

B.Desain Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah menggunakan pendekatan kualitatif. Peneliti menggunakan pendekatan ini dikarenakan beberapa alasan. Alasan pertama, objek yang akan diteliti merupakan sebuah aktivitas manusia yakni pembelajaran sejarah dengan menggunakan Teknik pembelajaran Six Thinking Hats. Pembelajaran sejarah merupakan hal umum terjadi, namun pembelajaran sejarah yang menggunakan Teknik Six Thinking Hats jarang dilakukan dan berbeda dengan menggunakan metode konvensional yakni ceramah. Selanjutnya, peristiwa yakni proses pembelajaran sejarah di kelas. Kemudian, sekelompok individu, dalam hal ini adalah subjek yang diteliti adalah siswa kelas XI MIA 3, 4, 6, dan 7 serta XI IIS 5.

Berdasarkan alasan-alasan tersebut, peneliti merasa pendekatan kualitatif sesuai dengan alasan yang diajukan. Pendekatan kualitatif memiliki beberapa desain penelitian. Desain desain tersebut antara lain: Etnografi, Grounded Theory, Studi Kasus, Fenomenologi, dan Naratif (Creswell, 2012, hlm. 20-21). Kelima desain penelitian kualitatif ini memiliki ciri khas tertentu, misalnya Etnografi dengan memfokuskan kepada suatu kelompok kebudayaan berdasarkan pengamatam dam kehadiran peneliti di lapangan dalam waktu yang lama; Grounded Theory yakni melakukan upaya analisis abstrak terhadap suatu

fenomena; Studi Kasus menelaah sebuah „kasus‟ tertentu dalam konteks

kehidupan nyata kontemporer; Fenomenologi yang berusaha mencari esensi makna dari suatu fenomena yang dialami oleh beberapa individu; dan Naratif merupakan studi yang berfokus pada cerita, narasi, atau deskripsi tentang serangkaian peristiwa terkait dengan pengalaman manusia (Creswell, 2014, hlm. viii-x).


(33)

Ade Maman Suryaman, 2015

Penerapan Teknik Six Thinking Hats pada Isu Isu Kontemporer dalam Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa: (Studi Kasus di SMA Negeri 1 Cikarang Utara)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Lima metode penelitian kualitatif ini dapat digunakan dalam penelitian dengan pendekatan kualitatif. Metode dapat ditentukan jika peneliti telah menentukan fokus penelitian. Setelah fokus penelitian ditentukan, langkah selanjutnya adalah memilih metode yang tepat. Pemilihan metode didasarkan atas alasan-alasan yang diajukan oleh peneliti. Dari alasan-alasan inilah kemudian peneliti menentukan metode mana yang cocok digunakan.

C.Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Studi Kasus (Case Study). Seperti yang telah disinggung pada subbab sebelumnya. Penelitian ini merupakan suatu penelitian kasuistik yang dilaksanakan oleh peneliti dalam melihat fenomena, seperti program, peristiwa, proses, aktivitas maupun kelompok individu secara mendalam (Creswell, 2012: 20). Kegiatan pembelajaran sejarah dengan menggunakan Teknik Six Thinking Hats merupakan sebuah peristiwa, aktivitas kelompok yakni aktivitas belajar siswa dan guru di kelas pada mata pelajaran sejarah dengan menggunakan teknik Six Thinking Hats. Penelitian dengan metode studi kasus (Case Study) mencoba untuk mendeskripsikan Kegiatan-kegiatan peserta didik yang kemudian diamati dan dicatat kemudian diinterpretasikan secara mendalam melalui metode penelitian Studi Kasus (Case Study).

Studi kasus merupakan strategi penelitian di mana di dalamnya peneliti menyelidiki secara cermat suatu program, peristiwa, aktivitas, proses, atau sekelompok individu. Kasus-kasus dibatasi oleh waktu dan aktivitas, dan peneliti mengumpulkan informasi secara lengkap dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data berdasarkan waktu yang telah ditentukan (Stake dalam Creswell, 2012, hlm. 20).

Menurut Yin (2014, hlm. 1)

Secara umum, Studi Kasus merupakan strategi yang lebih cocok bila pokok pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan how atau why, bila peneliti hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol


(34)

Ade Maman Suryaman, 2015

Penerapan Teknik Six Thinking Hats pada Isu Isu Kontemporer dalam Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa: (Studi Kasus di SMA Negeri 1 Cikarang Utara)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

peristiwa-peristiwa yang akan diselidiki, dan bilamana fokus penelitiannya terletak pada fenomena kontemporer (masa kini) di dalam konteks kehidupan nyata.

Kemudian, Stake mengemukakan bahwa Sebagai sebuah penelitian, studi kasus ditentukan oleh minat pada kasus-kasus individual, bukan ditentukan oleh metode-metode penelitian yang digunakan (dalam Denzin dan Lincoln, 2009, hlm. 299).

Dari beberapa paparan pendapat ahli tentang metode penelitian Studi Kasus dengan pendekatan Kualitatif di atas, dapat dibuat sebuah sintesa mengenai definisi Studi Kasus itu sendiri. Studi Kasus adalah sebuah metode penelitian yang jika dengan pendekatan kualitatif penelitian ini didasarkan atas suatu kasus khusus dari sebuah generalisasi. Kasus tersebut diteliti secara mendalam dan ekstensif melalui penelitian lapangan di mana peneliti terjun langsung ke lapangan. Kemudian, dilakukan analisis dengan berbagai cara.

Peneliti memilih metode ini dikarenakan teknik pembelajaran Six Thinking Hats sudah pernah dilakukan oleh guru mata pelajaran sejarah, namun belum pernah diteliti. Selain itu, dalam penelitian ini akan dilihat sejauh mana kemampuan berpikir siswa muncul pada diri peserta didik ketika teknik pembelajaran Six Thinking Hats diterapkan pada isu-isu kontemporer pembelajaran sejarah.

Selain itu, ada beberapa alasan yang mendasari mengapa penelitian ini menggunakan metode studi kasus. Alasan-alasan tersebut didasarkan atas beberapa kriteria. Kriteria tersebut menurut Creswell (2014, hlm. 135, 137) antara lain:

Kasus dalam kehidupan nyata, dalam konteks atau setting kontemporer;


(35)

Ade Maman Suryaman, 2015

Penerapan Teknik Six Thinking Hats pada Isu Isu Kontemporer dalam Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa: (Studi Kasus di SMA Negeri 1 Cikarang Utara)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

 Kasus dimulai dengan mengidentifikasi satu kasus yang spesifik;

 Memiliki tujuan yang penting.

Keempat butir kriteria tersebut masuk ke dalam penelitian yang dilakukan. Teknik Six Thinking Hats dalam isu-isu kontemporer pada pembelajaran sejarah merupakan kasus yang berlatar kontemporer, yakni yang terjadi di masa kini, pada kehidupan nyata yakni kegiatan pembelajaran pada mata pelajaran sejarah di kelas XI MIA 3, 4, 6, 7 dan XI IIS 5. Kasus ini pun dibatasi hanya lima kelas dengan waktu penelitian dari pertengahan Maret hingga akhir Mei 2015. Pada desain studi kasus maupun penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif umumnya menggunakan satu kelas untuk diteliti, namun peneliti menggunakan lima kelas. Hal ini Menurut Stake (dalam Creswell, 2012, hlm. 465-466):

Case studies may also include multiple cases, called a collective case study; in which multiple cases are described and compared in provide insight to an issue. A case study researcher might examine several schools to illustrate alternative approaches to school choice for students.

Menurut Mc Millan (2012, hlm. 279)

The case study is an investigation of one entity, which is carefully defined and characterized by time and place. The single entity could b a single school, for example, which would be a within. Site study, or a number of schools (multisite). Also in a single study there may be one or multiple cases.

Kemudian, Donald Ary, et.al. (2006, hlm. 455) mengemukakan bahwa: Institutions as schools, churches, colleges, fraternal organizations, and businesses have been the focus of case studies. Case studies have been made of groups of individuals such as gays, drug addicts, delinquents, street gangs, migratory workers, CEOs, medical students, teachers, and many others. Members of religious groups such as the Amish, the Shakers, and various denominations have been studied. In her dissertation, Suzan Reiko Kobashigawa (2005) studied native Hawaiian literacy through a case study of three generations of one native Hawaiian family.


(36)

Ade Maman Suryaman, 2015

Penerapan Teknik Six Thinking Hats pada Isu Isu Kontemporer dalam Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa: (Studi Kasus di SMA Negeri 1 Cikarang Utara)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Dari kedua dasar inilah, peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian di lima kelas tersebut. Penelitian ini pun dimulai dari kasus yang spesifik, dan memiliki tujuan yang penting yakni mencoba mendeskripsikan dan menganalisis teknik pembelajaran dalam isu-isu kontemporer pada pembelajaran sejarah.

Dalam penelitian Studi Kasus, ada beberapa model penelitian. Menurut Yin (2014) ada tiga tipe penelitian studi kasus: 1) Studi Kasus intrinsik, menekankan pemahaman mendalam terhadap kasus tunggal yg disebabkan kasus tersebut menarik; 2) Studi Kasus Instrumental, menekankan pada kasus tunggal yang dimaksudkan untuk mendeskripsikan atau menguraikan secara detail sehingga dapat membentuk suatu konstruk ataupun memperbaiki teori; 3) Studi Kasus Kolektif, tipe ini hampir sama dengan Studi Kasus Instrumental, yang membedakannya adalah tipe ini lebih tertarik mempelajari beberapa kasus secara bersamaan, agar dpt meneliti fenomena, populasi, atau kondisi umum.

Tipe penelitian Studi Kasus yang akan dilakukan adalah Studi Kasus Kolektif. Tipe ini dipilih karena menggunakan beberapa kelas yakni pembelajaran sejarah di kelas XI MIA 3, 4, 6, 7; dan XI IIS 5 pada mata pelajaran sejarah Indonesia yang menggunakan teknik pembelajaran Six Thinking Hats pada isu-isu kontemporer dalam pembelajaran sejarah.

Studi Kasus sebenarnya tidak memiliki prosedur penelitian yang baku. Hal tersebut dikarenakan langkah-langkahnya tidak linier seperti dalam penelitian kuantitatif, melainkan sirkuler, sehingga dapat dimulai dari manapun (Usman dan Akbar, 2006, hlm. 82). Namun, peneliti mencoba untuk menggunakan prosedur yang berasal dari pendekatan Stakes dan Yin (Creswell, 2014, hlm. 140):

 Menentukan pendekatan;

 Identifikasi kasus;

 Pengumpulan data;


(37)

Ade Maman Suryaman, 2015

Penerapan Teknik Six Thinking Hats pada Isu Isu Kontemporer dalam Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa: (Studi Kasus di SMA Negeri 1 Cikarang Utara)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

 Penafsiran Akhir

D.Instrumen Penelitian

Salahsatu ciri utama penelitian kualitatif adalah orang atau peneliti sebagai alat atau instrumen utama pengumpul data (Moleong, 2014, hlm. 168). Dalam hal ini, maka yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti sendiri. Hal itu dilakukan dengan pengamatan berperan serta (observasi partisipatoris), wawancara mendalam (deep interview), pengumpulan dokumen, foto dan sebagainya. Keseluruhan metode itu pada dasarnya menyangkut hubungan peneliti dengan subjek penelitian.

E.Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi

Observasi diartikan sebagai pengamatan atau pencatatan. Moleong (2014, hlm. 174-175) mengemukakan alasan menggunakan teknik pengumpulan data dengan observasi atau pengamatan. Pertama, teknik didasarkan atas pengalaman secara langsung; kedua, teknik ini memungkinkan peneliti melihat, dan mengamati, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya; ketiga teknik ini memungkinkan peneliti mampu memahami situasi-situasi yang rumit.

Teknik ini digunakan oleh peneliti untuk menggali data tentang kenyataan-kenyataan yang berlangsung di lapangan atau lokasi penelitian, seperti melihat gambaran umum SMA Negeri 1 Cikarang Utara. Observasi pada penelitan ini juga menggunakan sarana pendukung, seperti lembar kegiatan observasi maupun alat-alat perekam.


(38)

Ade Maman Suryaman, 2015

Penerapan Teknik Six Thinking Hats pada Isu Isu Kontemporer dalam Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa: (Studi Kasus di SMA Negeri 1 Cikarang Utara)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Catatan lapangan merupakan catatan yang berupa coretan seperlunya yang sangat dipersingkat, memiliki kata-kata kunci, frasa, pokok-pokok isi pembicaraan atau pengamatan, mungkin gambar, sketsa, sosiogram, diagram dan lainnya. Kemudian catatan ini baru diubah ke dakam catatan yang lengkap dan dinamakan catatan lapangan setelah peneliti tiba di rumah (Moleong, 2014, hlm. 208). Dalam

penelitian kualitatif, “jantunnya” adalah catatan lapangan (Moleong, 2014, hlm.

209) hal ini dikarenakan catatan lapangan berfungsi untuk nantinya dianalisis. Selain itu, dari catatan lapangan ditemukan konsep, hipotesis kerja, hingga teori yang berasal dari data konkret dan bukan ditopang oleh yang berasal dari ingatan. Creswell (2012, hlm. 216) mengemukakan bahwa catatan lapangan atau Field Notes adalah data yang berupa kata-kata yang direkam oleh peneliti selama observasi dalam penelitian kualitatif. Dalam catatan lapangan, terdapat keterangan, mulai dari: jenis observasi, kapan observasi dilakukan, subjek yang diobservasi, tempat observasi, bagian deskriptif hingga bagian reflektif (Moleong, 2014, hlm. 210; Creswell, 2012, hlm. 216).

3. Dokumentasi

Cara lain untuk memperoleh data adalah dengan menggunakan teknik dokumentasi. Pada teknik ini, peneliti dimungkinkan untuk memperoleh informasi dari berbagai sumber tertulis atau dokumen. Dalam penelitian ini, dokumen yang digunakan adalah dokumen-dokumen resmi berupa: Administrasi Guru, Media, hasil belajar siswa.

4. Wawancara

Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara (Sukmadinata, 2010, hlm. 217). Menurut Moleong (2014, hlm. 186) Wawancara merupakan percakapan dengan maksud tertentu. Maksud tersebut adalah informasi yang diberikan oleh informan atau narasumber. Teknik ini digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data.


(39)

Ade Maman Suryaman, 2015

Penerapan Teknik Six Thinking Hats pada Isu Isu Kontemporer dalam Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa: (Studi Kasus di SMA Negeri 1 Cikarang Utara)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Adapun yang menjadi objeknya adalah guru Sejarah di SMA Negeri 1 Cikarang Utara, yakni Ibu Hj. Entin Dartini, S.Pd. Selain itu, peneliti juga mewawancarai siswa secara acak untuk mengetahui pembelajaran sejarah di dalam kelas dengan menggunakan teknik Six Thinking Hats melalui isu-isu kontemporer.

Wawancara dilakukan dengan face to face interview (wawancara berhadap-hadapan) dengan partisipan, dengan pertanyaan yang dirancang secara umum tidak terstruktur dan bersifat terbuka yang dirancang untuk memunculkan pandangan dan opini dari para partisipan (Creswell, 2012, hlm. 267).

F. Prosedur Penelitian

1. Menentukan Pendekatan

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan Studi Kasus (Case Study) sebagai metode penelitiannya. Metode ini digunakan karena lingkup penelitian ini yang masih kontemporer, yakni berada pada peristiwa kini dan latar kehidupan manusia yakni proses pembelajaran di kelas. Kasusnya spesifik karena mengangkat pembelajaran dengan teknik Six Thinking Hats dalam isu-isu kontemporer pada pembelajaran sejarah.

2. Identifikasi Kasus

Setelah menemukan metode studi kasus sebagai metode yang tepat digunakan dalam penelitian ini, selanjutnya peneliti mencoba untuk mengidentifikasi kasus. Kasus yang diteliti adalah teknik Six Thinking Hats dalam isu-isu kontemporer pada pembelajaran sejarah. Kasus ini telah spesifik karena pembelajaran sejarah ini menggunakan teknik pembelajaran Six Thinking Hats dengan menggunakan isu-isu kontemporer sejarah Indonesia di kelas XI SMA Negeri 1 Cikarang Utara. Walaupun ada yang menggunakan teknik yang sama dengan mata pelajaran yang sama, waktu dan kelas berbeda sehingga kasus ini spesifik.


(40)

Ade Maman Suryaman, 2015

Penerapan Teknik Six Thinking Hats pada Isu Isu Kontemporer dalam Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa: (Studi Kasus di SMA Negeri 1 Cikarang Utara)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Tipe penelitian Studi Kasus yang akan dilakukan adalah Studi Kasus Kolektif. Tipe ini dipilih karena menggunakan beberapa kelas yakni pembelajaran sejarah di kelas XI MIA 4, 5, 6, 7; dan XI IIS 5 pada mata pelajaran sejarah Indonesia yang menggunakan teknik pembelajaran Six Thinking Hats. Senada dengan Yin (2014, hlm. 46-49) peneliti akan mengemukakan bahwa ada tiga alasan mengapa mengambil tipe Studi Kasus Kolektif:

 Kasus yang diangkat memiliki kontribusi untuk menguji teori dan bahkan mengembangkannya;

 Kasus ekstrem atau unik, kasus ini memiliki keunikan tersendiri sehingga cukup berharga untuk didokumentasikan dan dianalisis;

 Kasus awalnya dianggap biasa, namun pada perkembangannya memiliki peranan penting dalam pembentukan teori.

3. Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, data dikumpulkan oleh peneliti sebagai instrumen penelitian. Data-data tersebut diperoleh dari pengamatan (observasi) yang menggunakan lembar observasi dan catatan lapangan. Selanjutnya wawancara, peneliti melakukan wawancara kepada subjek penelitian yakni siswa yang dipilih secara acak dan guru mata pelajaran sejarah Indonesia. Terakhir adalah dokumen, peneliti meminta kepada subjek yakni Guru mata pelajaran semua administrasi guru serta tugas-tugas siswa. Dokumen-dokumen tersebut selanjutnya digunakan kemudian dianalisis untuk melakukan suatu karya yang utuh dalam sebuah penelitian.

4. Analisis Data

Bogdan dan Biklen (dalam Moleong, 2014, hlm. 248) mengemukakan bahwa:


(41)

Ade Maman Suryaman, 2015

Penerapan Teknik Six Thinking Hats pada Isu Isu Kontemporer dalam Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa: (Studi Kasus di SMA Negeri 1 Cikarang Utara)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Pada tahap ini, peneliti melakukan upaya untuk bekerja dengan data, yakni melakukan proses penyeleksian, kemudian mensintesiskan hingga menemukan pola. Selain itu pada tahap analisis ini dilakukan pemberian makna akan

fakta-fakta yang terkumpul sehingga data tersebut dapat „bercerita‟.

5. Penafsiran Akhir

Pada tahap ini, peneliti akan melaporkan makna dari kasus tersebut. Makna tersebut bisa saja datang dari pembelajaran tentang persoalan dari kasus tersebut (Creswell, 2014, hlm. 141) atau mengenai situasi yang tidak biasa.

G.Analisis Data 1. Validasi Data

Validasi data adalah suatu kegiatan pengujian terhadap keobjektifan dan keabsahan data. Teknik validasi data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

1) Member Checking, narasumber atau informan akan mengecek seluruh

proses analisis data. Hal ini dimaksudkan agar hasil interpretasi dari realitas yang disampaikan informan dipastikan kebenarannya. Hal ini dilakukan dengan Ibu Hj. Entin Dartini, S.Pd. sebagai subjek penelitian, kemudian kepada beberapa siswa yang diwawancari yakni:

2) Peer debriefing, pemeriksaan oleh sesama peneliti maupun rekan program

S2 Pendidikan Sejarah UPI. Peneliti melakukan teknik validasi ini melalui diskusi dengan rekan sejawat, seperti dengan Haryyana Suhendar, S.Pd, Tedi Sutardi, S.Pd, Yasmin Nindya C, S.Pd, maupun Muhammad Ilham


(1)

Ade Maman Suryaman, 2015

Penerapan Teknik Six Thinking Hats pada Isu – Isu Kontemporer dalam Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa: (Studi Kasus di SMA Negeri 1 Cikarang Utara)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Joyce, B. et.al. (2009). Models of Teaching – Model-model Pengajaran. Alih Bahasa: Achmad Fawaid & Ateilla Mirza. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Kemendikbud. (2013). Kurikulum 2013. Tanpa tempat: Pdf file.

Kochhar, S.K. (2008). Pembelajaran sejarah – Teaching of History. Jakarta: Grasindo.

Komalasari, K. (2013). Pembelajaran Kontekstual – Konsep dan Aplikasi. Bandung: Refika Aditama.

Lickona, T. (2013). Pendidikan Karakter – Panduan lengkap mendidik siswa menjadi pintar dan baik. Penyunting: Irfan M. Zackie, Alih Bahasa: Lita S. Bandung: Nusa Media.

Mc Millan, J.H. (2012). Educational Research – Fundamentals for the Consumer, Sixth Edition. Boston: Pearson Education, Inc.

Moleong, L.J. (2014). Metode Penelitian Kualitatif – Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mulyana, A, dan Gunawan, R. (2007). Lingkungan Terdekat; Sumber Belajar Sejarah Lokal (Pengantar Penyunting). Dalam Sejarah Lokal - Penulisan dan Pembelajaran di Sekolah. Penyunting: Agus Mulyana dan Restu Gunawan. Bandung: Salamina Press.

Mulyana, A. (2015). Nasionalisme dan Militerisme: Ideologisasi Historiografi Buku Teks Pelajaran SMA. Dalam Jurnal Paramita. Vol. 23, No. 1. Hlm. 78-87.

Mulyana, A. [Ed.]. (2012). Pendidikan Sejarah Indonesia – Isu dalam Ide dan Pembelajaran. Bandung: Rizqi Press.


(2)

Ade Maman Suryaman, 2015

Penerapan Teknik Six Thinking Hats pada Isu – Isu Kontemporer dalam Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa: (Studi Kasus di SMA Negeri 1 Cikarang Utara)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Mulyasa, E. (2013). Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional mengenai Standar Proses Pendidikan. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013.

Profile KTSP 2014 - 2015 SMA Negeri 1 Cikarang Utara

Rosnawati, R. (2011). Berpikir Lateral dalam Pembelajaran Matematika. Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan, dan Penerapan MIPA. Hal. 139-144.

Rukaman, A dan Suryana, A. (2008). Manajemen Kelas. Dalam Pengelolaan Pendidikan. Bandung: Jurusan Administrasi Pendidikan FIP-UPI.

Rumi, M.A.Y. (2011). Penggunaan Materi Sejarah Lokal tentang Perlawanan terhadap Pendudukan Jepang di Toli-toli dalam Pembelajaran Sejarah untuk meningkatkan Kesadaran Kebangsaan (Studi Kasus di Madrasah Aliyah Toli-toli Sulawesi Tengah). Bandung: Tesis, tidak diterbitkan

Salton, G.J, dan Fuhrmann, C.E. (1999). Enhancing and Expanding Six Hat Thinking with Organizational Engineering. Dalam Journal of The Organization Development Network. Vol. 3 No. 3. Hlm. 1-12.

Santrock, J.W. (2009). Psikologi Pendidikan. Buku 1. Alih Bahasa: Diana Angelica. Jakarta: Salemba Humanika.

Schunk, D.H. (2012). Learning Theories: an Educational Perspective – Teori-teori Pembelajaran: Perspektif Pendidikan. Alih bahasa: Eva Hamdiah, Rahmat Fajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Segall, A. (2006). What’s the purpose of Teaching a Discipline, anyway? The case of Hitory. Dalam Social Studies – the next generation, Re-searching the


(3)

Ade Maman Suryaman, 2015

Penerapan Teknik Six Thinking Hats pada Isu – Isu Kontemporer dalam Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa: (Studi Kasus di SMA Negeri 1 Cikarang Utara)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

postmodern, penyunting: Avner Segall, Elizabeth E. Heilman, Cleo H. Cherryholmes. New York: Peter Lang.

Seixas, P. (2000). Schweigen! Die Kinder! or, Does Postmodern History Have a Place in the Schols?. Dalam Knowing, Teaching, and Learning History. Penyunting: Peter N. Sterns, Peter Seixas, dan Sam Wineburg. New York: New York University Press.

Sharan, S. (2014). Handbook of Cooperative Learning. Penyunting: Daru Wijayati; Alih Bahasa: Sigit Prawoko. Yogyakarta: Istana Media.

Siahaan, A. (2014). Pembelajaran Sejarah Berbasis Multikultural dalam mengembangkan Nilai-nilai Nasionalisme Siswa Etnik Tionghoa (Penelitian Studi Kasus di SMA Santa Angela Kota Bandung). Bandung: Tesis, tidak diterbitkan.

Slavin, R.E. (2011). Psikologi Pendidikan – Teori dan Praktik (Jilid 1). Alih Bahasa: Marianto Samosir. Jakarta: Jakarta.

SMAN 1 Cikarang Utara. (2014). Visi Misi SMAN 1 Cikarang Utara. Tersedia: [Online]. http://www.sman1cikarangutara.sch.id/index.php/profil/visi-misi. pada 1 Juli 2015.

Solso, R.L, Maclin, O.H, & Maclin, M.K. (2009). Psikologi Kognitif. Alih Bahasa: Mikael Rahardanto dan Kristianto Batuadji. Jakarta: Erlangga. Sterns, P.N, et.al. [Eds.]. (2000). Knowing, Teaching, and Learning History. New

York: New York University Press.

Sukmadinata, N.S. (2010). Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sung, F. (2012). Mengajarkan Metode Enam Topi Berpikir kepada Pelajar. Tersedia:[Online].http://edukasi.kompasiana.com/2012/05/10/mengajarkan–


(4)

Ade Maman Suryaman, 2015

Penerapan Teknik Six Thinking Hats pada Isu – Isu Kontemporer dalam Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa: (Studi Kasus di SMA Negeri 1 Cikarang Utara)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

metode–enam–topi–berpikir–kepada-pelajar-460981.html. Diunduh di Bandung, pada 24 November 2014.

Suprijono, A. (2009). Cooperative Learning - Teori dan Aplikasi PAIKEM. Surabaya: Pustaka Pelajar.

Susanto, H. (2014). Seputar Pembelajaran Sejarah – Isu, Gagasan dan Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

Suwirta, A. (2000). Masalah Sejarah Kontemporer di Indonesia: beberapa Isu Kontemporer. Dalam Jurnal Historia. Bandung: Historia Utama Press. Syatra, N.Y. (2013). Desain Relasi Efektif Guru dan Murid. Yogyakarta: Buku

Biru.

Upadana, I.G, et.al. (2013). Pengaruh Metode Pembelajaran Six Thinking Hats Terhadap Kreativitas dan Hasil Belajar IPS. Dalam Jurnal Pendidikan Dasar. Vol. 3.

Utari, R. (2013). The Six Thinking Hats – Proses cara Berpikir yang tidak biasa. Tersedia: [Online]. http://www.bppk.depkeu.go.id/webpkn/attachments/ article/767/2-Six%20Thinking%20Hat%20-%20RetnoUtari%20-%20ok-20maret2013+abstract.pdf. diunduh di Bekasi pada, Sabtu 15 Novermber 2014.

Wineburg, S. (2001). Historical Thinking Berpikir Historis. Alih bahasa: Masri Maris. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Woolfolk, A. (2009). Educational Psychology – Active Learning Edition. Bagian pertama. Alih Bahasa: Helly Prajitno Soetjipto dan Sri Mulyantini Soetjipto. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Yin, R.K. (2014). Studi Kasus – Desain dan Metode. Alih Bahasa: M. Djauzi Mudzakir. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.


(5)

Ade Maman Suryaman, 2015

Penerapan Teknik Six Thinking Hats pada Isu – Isu Kontemporer dalam Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa: (Studi Kasus di SMA Negeri 1 Cikarang Utara)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

DAFTAR NARASUMBER

No. Nama Usia

(tahun)

Pekerjaan (2015)

Alamat Tanggal

Wawancara

1. Hj. Entin Dartini, S.Pd.*

51 PNS Sukatani 31 Maret –

26 Mei 2015 2. Hj. Lilis Juariah,

S.Pd.

PNS Perum. BTN

Buni Asih

26 Mei 2015

3. Sofyan Suwito, S.Pd.

PNS Gang Garut, Desa Karang Asih

26 Mei 2015

4. Callista Azzahra A.H.P

16 Pelajar Jl. Gatot Subroto.


(6)

Ade Maman Suryaman, 2015

Penerapan Teknik Six Thinking Hats pada Isu – Isu Kontemporer dalam Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa: (Studi Kasus di SMA Negeri 1 Cikarang Utara)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

5. M. Izza Indika 16 Pelajar Bekasi 6 April 2015

6. Arco Aslam R 16 Jl. Kasuari,

Jababeka

6 April 2015

7. Eka Patma S 16 Pelajar Jati Baru 6 April 2015 8. Renaldy A 16 Pelajar Cikarang Jati 6 April 2015 9. Dimitri Lola L 16 Pelajar Cikarang Baru 6 April 2015

Ket: