INTERVENSI DYNAMIC REVERSALS LEBIH BAIK DARIPADA RHYTHMIC STABILIZATION DALAM MENINGKATKAN FLEKSIBILITAS OTOT UPPER TRAPEZIUS PADA PEGAWAI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA.

INTERVENSI DYNAMIC REVERSALS LEBIH BAIK DARIPADA
RHYTHMIC STABILIZATION DALAM MENINGKATKAN

FLEKSIBILITAS OTOT UPPER TRAPEZIUS PADA PEGAWAI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

I PUTU YUDI PRAMANA PUTRA
ARI WIBAWA
I NYOMANADIPUTRA

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2015

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN ....................................................... Error! Bookmark not defined.
METODE PENELITIAN...............................................................................................3
HASIL PENELITIAN ...................................................................................................4

PEMBAHASAN ............................................................................................................6
SIMPULAN DAN SARAN .........................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA

PENDAHULUAN
Fleksibilitas adalah kemampuan dari sendi tubuh untuk bergerak melalui luas gerak sendi
mereka secara penuh tanpa disertai rasa nyeri. Fleksibilitas pada seseorang dapat dipengaruhi
oleh kurangnya mobilitas pada otot dalam jangka waktu yang lama sehingga akan terjadi
pemendekan pada otot. Dengan fleksibiltas yang memadai seseorang dapat melaksanakan suatu
tugas dengan kemampuan (performa) yang maksimal yang dalam hal ini adalah bebas melakukan
segala aktivitas bekerja tanpa hambatan dari sistem musculosceletal.
Penurunan fleksibilitas merupakan kondisi yang umum terjadi dimana sekitar 60% orang
pegawai di dunia dapat mengalami pada setiap waktu kehidupannya. Dalam penelitian
epidemiologi, insiden dari penurunan fleksibilitas paling banyak dialami populasi pegawai usia
27 -50 tahun. Penurunan dari fleksibilitas merupakan problem klinis yang signifikan dengan
prevalensi yang sama tinggi dengan prevalensi LBP. Suatu evidence di AS menunjukan bahwa
penderita penurunan fleksibilitas yang melapor sendiri pada populasi umum berkisar antara 146
dan 213 per 1000 pasien per tahun. Hasil penelitian multisenter berbasis rumah sakit pada 5
rumah sakit di Indonesia diperoleh prevalensi gangguan


fleksibilitas disertai dengan nyeri

16

sebesar 24% dari populasi umum .
Pada regio cervical ditemukan beberapa otot yang berperan saat mobilisasi dan stabilisasi
postur kepala, salah satunya yaitu otot upper trapezius yang perlekatannya tepat berada di
punggung bagian atas. Otot upper trapezius berfungsi untuk melakukan gerakan elevasi bahu,
dan berperan sebagai prime muscle dalam gerakan ekstensi dan lateral fleksi cervical

11

.

Kontraksi otot yang terjadi pada kondisi statis atau diam, postur yang buruk dan dilakukan secara
repetitive sering menyebabkan otot ini mengalami kekakuan (stiffness) ataupun tightness yang

pada akhirnya akan mengurangi fleksibilitas dari otot upper trapezius 7.
Penurunan
memberikan


dari fleksibilitas pada otot upper trapezius dapat dikurangi dengan

intervensi streching pada grup otot yang mengalami penurunan fleksibilitas2.

Terdapat beberapa metode dari streching yang dapat diaplikasikan untuk meningkatkan
fleksibilitas jaringan yaitu dynamic stretching, static stretching, proprioceptive neuromuscular
facilitation stretching procedure (PNF Stretching ), pasif stretching dan aktif stretching 9. PNF

(proprioceptive neuromuscular facilitation)

adalah

salah satu bentuk stretching yang

memfasilitasi system neuromuskuler dengan merangsang propioseptif. Prinsip dasar metode PNF
adalah distal ke proksimal, dengan fasilitasi-fasilitasi gerakan dengan pola memutar dan

diagonal, pemberian tahanan maksimal, grasping technique, serta pemberian stretch reflex yang
mampu merangsang spindle otot untuk menimbulkan reflek penguluran pada otot yang

mengalami tightness 10.
Teknik intervensi dynamic reversals dan rhythmic stabilitation merupakan salah satu
teknik dalam intervensi PNF reversal antagonist. Pada teknik dynamic reversals dilakukan
kontraksi isotonik dengan memberikan penahanan kontraksi pada otot yang lebih kuat kemudian
setelah mencapai ROM yang diinginkan terapis memberikan instruksi untuk bergerak ke arah
sebaliknya (reverse) tanpa adanya relaksasi otot sambil diberikan tahanan. Rhythmic stabilitation
merupakan teknik yang menggunakan kontraksi isometrik, pada teknik ini tidak diperbolehkan
adanya gerakan1.
Pada penanganan kasus pemendekan otot upper trapezius, penggunaan intervensi
dynamic reversals lebih sering digunakan dibandingkan dengan rhythmic stabilization. Hal

tersebut terjadi karena intervensi dynamic reversals menggunakan kontraksi isotonik dan
gerakan yang dinamis

dibandingkan intervensi rhythmic stabilization yang menggunakan

kontraksi isometrik secara statik pada otot yang mengalami penurunan fleksibilitas. Namun
secara umum kedua metode reversals antagonist tersebut sama-sama dapat mengurangi spasme
dan meningkatkan fleksibilitas otot upper trapezius. Berdasarkan latar belakang tersebut dan
karena penelitian tentang kedua intervensi PNF ini masih sedikit maka peneliti berkeinginan

untuk dapat membuktikan bahwa intervensi dynamic reversals lebih baik dalam meningkatkan
fleksibilitas otot upper trapezius dibandingkan dengan intervensi rhythmic stabilization.

METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah eksperimental dengan rancangan pre dan
post test control group design . Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan perbedaan antara

intervensi dynamic reversals dengan rhythmic stabilization terhadap peningkatan fleksibilitas
otot upper trapezius. Alat ukur peningkatan fleksibilitas yang digunakan untuk semua kelompok
adalah goniometer, dan di ukur sebelum dan sesudah perlakuan diberikan.

Populasi dan Sampel
Popolasi target pada penelitian ini adalah pegawai Fakutas Kedokteran Universitas
Udayana yang terindikasi mengalami penurunan fleksibilitas otot upper trapezius. Populasi
terjangkau dalam penelitian ini adalah

seluruh pegawai Fakultas Kedokteran Universitas

Udayana bagian kesekretariatan dan administrasi yang terindikasi mengalami penurunan

fleksibilitas otot upper trapezius berdasarkan hasil assessment yang dilakukan. Besar sampel
dalam penelitian ini berjumlah 22 orang yang dibagi ke dalam dua kelompok perlakuan. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik purposive sampling.

Instrumen Penelitian
Pengukuran dari fleksibilitas dapat diukur dengan menggunakan alat berupa goniometer
dengan cara meletakan axis (fulcrum) di posisi ataupun di suatu titik pengukuran kemudian
lengan proksimal (stationary arm) posisi diam dan lengan distal (moving arm) bergerak
mengikuti gerakan sendi. Sudut yang ditunjukan pada goniometer diinterpretasikan sebagai
ROM dari fleksibilitas otot sendi tersebut.
Analisis data dilakukan dengan software komputer dengan beberapa uji statistik yaitu:
Uji Statistik Deskriptif, Uji Normalitas dengan Saphiro Wilk Test, Uji Homogenitas dengan
Levene’s test, dan Uji hipotesis menggunakan uji parametrik yaitu paired sample t-test dan
independent sample t-test.

HASIL PENELITIAN

Berikut adalah uji statistik deskriptif untuk mendapatkan data karakteristik sampel yang
terdiri dari jenis kelamin dan usia.
Tabel 1. Distribusi Jenis Kelamin

Jenis

Kelompok 1 Kelompok 2

Kelamin

Jumlah

Jumlah

Laki-Laki

3

27,3%

1

27,3%


Perempuan

8

72,7%

9

72,7%

Usia (Th)

44,7±5,06

43,3±5,10

Data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa pada kelompok 1 dan kelompok 2 terdapat
kesamaan pada jenis kelamin. Sampel dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 3 orang (27,3%)
dan perempuan sebanyak 8 orang (72,7%). Rerata umur pada kelompok 1 adalah (44,7±5,06)
tahun dan pada kelompok 2 adalah (43,3±5,10) tahun.


Tabel 2. Uji Normalitas dan Homogenitas
Uji Normalitas
dengan

Uji

Kelompok

Shapiro Wilk

Homogenitas

Data

Test

(Levene’s

Sebelum

Intervensi
Sesudah
Intervensi

Test)

Klp. 1

Klp. 2

p

p

0,422

0,548

0,813


0,823

0,650

0,206

Hasil uji normalitas dengan Shapiro Wilk test dan uji homogenitas dengan Levene’s test
pada Tabel 2, menunjukkan data berdistribusi dengan normal dan homogen sehingga pengujian
hipotesis menggunakan uji statistik parametrik

Tabel 3. Uji Paired Sample t-test
Beda Rerata

p

Kelompok 1

13,9±1,517

0,000

Kelompok 2

10,8±2,27

0,000

Hasil uji paired sample t-test pada Tabel 3, didapatkan nilai p= 0,000 (p