MENINGKATKAN GERAK DASAR BACKHAND SERVICE MELALUI TAHAPAN LAMBUNGAN BOLA PADA PERMAINAN TENIS MEJA.

(1)

PADA PERMAINAN TENIS MEJA

(PTK Pada Siswa Kelas V SDN 2 Gegesik Kidul Kecamatan Gegesik Kabupaten Cirebon)

Oleh : Riyah Komariyah

NIM. 0905388

PROGRAM S1 PGSD PENDIDIKAN JASMANI

KAMPUS SUMEDANG

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013


(2)

PADA PERMAINAN TENIS MEJA

Oleh Riyah Komariyah

0905388

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Pembimbing I,

Drs. Respaty Mulyanto, M.Pd. NIP. 19590520 198803 1 002

Pembimbing II

Indra Safari, M.Pd. NIP. 19770902 200801 1 016

Mengetahui,

Ketua Program Studi S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Penjas Universitas Pendidikan Indonesia

Kampus Sumedang

Drs. Respaty Mulyanto, M.Pd. NIP. 19590520 198803 1 002


(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Meningkatkan

Gerak Dasar Backhand Service Melalui Tahapan Lambungan Bola Pada Permainan Tenis Meja” kelas V SDN 2 Gegesik Kidul Kecamatan Gegesik Kabupaten Cirebon, ini beserta isinya adalah benar-benar karya sendiri, saya tidak melakukan penjiplakan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.

Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko /sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila ditemukan adanya pelangaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Cirebon, Mei 2013

Riyah Komariyah 0905388


(4)

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PERSEMBAHAN ... iii

PERNYATAAN . ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGATAR ... vi

UCAPAN TERIMA KASIH ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR GRAFIK ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan dan Pemecahan Masalah ... 7

1. Rumusan Masalah ... 7

2. Pemecahan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Batasan Istilah ... 9

BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kajian Pustaka ... 11

1. Hakekat Pendidikan Jasmani ... 11

a. Konsep Pendidikan Jasmani ... 12

b. Tujuan Pendidikan Jasmani ……….. ... 13

c. Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani . ... 14

d. Materi Pendidikan Jasmani ... 15

e. Pengenalan Gerak Tenis Meja . ... 17

2. Perkembangan Peserta Didik ... 25

a. Perkembangan Kognitif ……… . 25

b. Perkembangan Afektif ……….. ... 25

c. Perkembangan Motorik . ... 26

d. Karakteristik Anak Sekolah Dasar . ... 26

3. Pembelajaran Pendidikan Jasmani... 28

4. Pembelajaran Backhand service Melalui Tahapan Lambungan Bola ... 31

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 32

C. Hipotesis Tindakan………... 33 Halaman


(5)

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 34

1. Lokasi Penelitian ... 34

2. Waktu Penelitian ... 35

B. Subjek Penelitian ... 36

C. Metode dan Desain Penelitian ... 36

1. Metode Penelitian ... 36

2. Desain Penelitian ... 37

D. Prosedur Penelitian ... 38

1. Tahapan Perencanaan Tindakan ... 38

2. Tahapan Pelaksanaan Tindakan ... 38

3. Tahapan Observasi ... 39

4. Tahapan Refleksi ... 40

E. Instrumen Penelitian ... 41

1. Format Observasi ... 41

a. Format Observasi Perencanaan . ... 43

b. Format Observasi Kinerja Guru . ... 44

c. Format Observasi Aktivitas Siswa . ... 45

d. Format Observasi Hasil Belajar . ... 46

2. Lembar Pedoman Wawancara ... . 47

3. Catatan Lapangan ... 48

4. Hasil Tes Belajar . ... 48

5. Kamera . ... 48

F. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data ... 49

1. Teknik Pengumpulan Data ... 49

2. Analisis Data ... 51

G. Validasi Data ... . 52

BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN A. Paparan Data Awal ... 55

B. Paparan Data Tindakan ... 62

1. Paparan Data Tindakan Siklus I ... 62

a. Paparan Data Perencanaan Siklus I ... ... 62

b. Paparan Data Pelaksanaan Siklus I ... 65

c. Paparan Data Aktivitas Siklus I . ... 68

d. Paparan Data Hasil Siklus I ... 69

e. Analisis dan Refleksi Siklus I ... 70

2. Paparan Data Tindakan Siklus II ... 73

a. Paparan Data Perencanaan Siklus II ... 74

b. Paparan Data Pelaksanaan Siklus II ... 77

c. Paparan Data Aktivitas Siklus II . ... 80

d. Paparan Data Hasil Siklus II ... 81

e. Analisis dan Refleksi Siklus II ... 82

3. Paparan Data Tindakan Siklus III ... 85

a. Paparan Data Perencanaan Siklus III ... 86


(6)

d. Paparan Data Hasil Siklus III ... 92 e. Analisis dan Refleksi Siklus III ... 93 C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 97

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan ... 104 B.Saran ... 107

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP


(7)

Tabel 1.1 Data Awal Hasil Belajar Siswa ... 6

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian... 35

Tabel 3.2 Format Instrumen Perencanaan Kinerja Guru ... 43

Tabel 3.3 Format Instrumen Pelaksanaan Kinerja Guru ... 44

Tabel 3.4 Format Observasi Aktivitas Siswa ... 45

Tabel 3.5 Format Instrumen Hasil Belajar . ... 46

Tabel 3.6 Pedoman Wawancara Guru . ... 47

Tabel 3.7 Pedoman Wawancara Siswa . ... 48

Tabel 3.8 Lembar Penilaian Hasil Belajar . ... 50

Tabel 4.1 Data Awal Hasil Perencanaan ... 57

Tabel 4.2 Data Awal Observasi kinerja Guru ... 58

Tabel 4.3 Data Awal Observasi Aktivitas Siswa ... 59

Tabel 4.4 Data Awal Hasil Belajar Siswa ... 60

Tabel 4.5 Hasil Perencanaan Siklus I ... 64

Tabel 4.6 Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I ... 67

Tabel 4.7 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ... 68

Tabel 4.8 Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 69

Tabel 4.9 Hasil Persentase Perencanaan Siklus I ... 70

Tabel 4.10 Hasil Persentase Kinerja Guru Siklus I ... 71

Tabel 4.11 Hasil Persentase Aktivitas Siswa Siklus I ... 72

Tabel 4.12 Hasil Persentase Peningkatan Hasil Belajar Siklus I ... 73

Tabel 4.13 Hasil Perencanaan Siklus II ... 76

Tabel 4.14 Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus II ... 79

Tabel 4.15 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 80

Tabel 4.16 Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 81

Tabel 4.17 Hasil Persentase Perencanaan Siklus II ... 82

Tabel 4.18 Hasil Persentase Kinerja Guru Siklus II ... 83

Tabel 4.19 Hasil Persentase Aktivitas Siswa Siklus II ... 84

Tabel 4.20 Hasil Persentase Peningkatan Hasil Belajar Siklus II ... 85

Tabel 4.21 Hasil Perencanaan Siklus III ... 88

Tabel 4.22 Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus III ... 90

Tabel 4.23 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus III ... 91

Tabel 4.24 Hasil Belajar Siswa Siklus III ... 92

Tabel 4.25 Hasil Persentase Perencanaan Siklus III ... 93

Tabel 4.26 Hasil Persentase Kinerja Guru Siklus III ... 94

Tabel 4.27 Hasil Persentase Aktivitas Siswa Siklus III ... 95

Tabel 4.28 Hasil Persentase Peningkatan Hasil Belajar Siklus III... 96

Tabel 4.29 Data Hasil Pengamatan Perencanaan Guru ... 98

Tabel 4.30 Data Hasil Pengamatan Pelaksanaan Guru ... 100


(8)

(9)

Diagram 4.1 Peningkatan Perencanaan Kinerja Guru... 98

Diagram 4.2 Peningkatan Pelaksanaan Kinerja Guru ... 100

Diagram 4.3 Peningkatan Aktivitas Siswa ... 101

Diagram 4.4 Peningkatan Kelulusan Siswa ... 102

Diagram 4.5 Peningkatan Dari Data Awal Sampai Siklus III ... 103


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Denah sekolah ... 35

Gambar 3.2 Model Kemmis and Taggart ... 37 Halaman


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I ... 110

Lampiran 2 Lembar Hasil Perencanaan Siklus I ... 114

Lampiran 3 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I ... 115

Lampiran 4 Lembar Observasi Aktifitas Siswa Siklus I ... 116

Lampiran 5 Rekapitulasi Nilai Tes Hasil belajar Siswa Siklus I ... 117

Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II ... 118

Lampiran 7 Lembar Hasil Perencanaan Siklus II ... 122

Lampiran 8 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II ... 123

Lampiran 9 Lembar Observasi Aktifitas Siswa Siklus II ... 124

Lampiran 10 Rekapitulasi Nilai Tes Hasil belajar Siswa Siklus II ... 125

Lampiran 11 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus III ... 126

Lampiran 12 Lembar Hasil Perencanaan Siklus III ... 130

Lampiran 13 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus III ... 131

Lampiran 14 Lembar Observasi Aktifitas Siswa Siklus III ... 132

Lampiran 15 Rekapitulasi Nilai Tes Hasil belajar Siswa Siklus III ... 133

Lampiran 16 Hasil Wawancara dengan Guru ... 134

Lampiran 17 Hasil Wawancara dengan Siswa ... 136

Lampiran 18 Foto-foto ... 137


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam proses belajar mengajar pendidikan jasmani yang di utamakan siswa di tuntut harus banyak bergerak aktif. Pada dasarnya pendidikan jasmani adalah upaya untuk membina kemampuan fisik dan mental. Tujuan utama pendidikan jasmani menghasilkan manusia yang sehat, aktif, cerdas, disiplin, serta menjunjung nilai sportivitas dan kemandirian yang tinggi.

Pendidikan jasmani sering dihubungkan dengan konsep lain, dimana pendidikan jasmani disamakan dengan setiap usaha atau kegiatan yang mengarah pada bagian organ-organ tubuh, kesegaran jasmani, kegiatan fisik, dan pengembangan keterampilan gerak. Pengertian itu memberikan pandangan yang menyimpang dari arti yang sesungguhnya, walaupun memang mempunyai tujuan tertentu. Namun karena tidak dikaitkan dengan tujuan pendidikan, maka kegiatan itu tidak mengandung unsur-unsur pedagogi. (Dauer dan Pangraji 1989:1) mengemukakan bahwa.

Pendidikan jasmani adalah suatu fase dari pendidikan yang memberikan konstribusi, terutama melalui pengalaman gerak untuk pertumbuhan dan perkembangan secara utuh untuk setiap anak.pendidikan jasmani didefinisikan sebagai pendidikan dan melalui gerak harus dilaksanakan dengan cara-cara tetap agar memiliki makna bagi anak.pendidikan jasmani merupakan program pembelajaran yang memberikan perhatian yang proporsional dan memadai pada domain-domain pembelajaran yaitu afektif, kognitif, dan psikomotor.

Guru pendidikan jasmani mempunyai peranan yang sangat penting untuk membantu tercapainya kesegaran jasmani siswa, guru pendidikan jasmani harus mampu membawa siswa kearah situasi yang menyenangkan serta tidak membosankan dalam suatu pembelajaran. Maka dari itu pendidikan jasmani sangat berperan penting bagi bagi siswa untuk meningkatkan motivasi peserta didik maka bermain adalah cara


(13)

yang efektif agar siswa bisa melakukan aktivitas fisik walaupun bermain tidak selalu fisikal. Yang terpenting adalah bentuk-bentuk permainan itu sendiri, apakah menarik atau tidak. Permainan yang menarik akan meningkatkan motivasi siswa dalam melaksanakan pembelajaran pendidikan jasmani. tentunya didukung oleh kecakapan guru dalam memberikan materi pembelajaran serta fasilitas yang memadai.

Tenis meja adalah suatu cabang olah raga yang tidak mengenal batas umur, anak-anak maupun orang dewasa dapat bermain bersama. Dapat dianggap sebagai acara rekreasi, dapat juga dianggap sebagai olahraga atletik yang harus ditanggulangi dengan bersungguh-sungguh. Akan tetapi jikalau kita ingin menguasai tenis meja sebagai olahraga, maka mau tidak mau kita harus mempelajari dan memahami berbagai pukulan yang ada. Kita harus menguasai juga berbagai gaya permainan yang utama. Tidak mungkin bermain tenis meja dengan baik tanpa mengetahui dasar-dasar tersebut. Dalam bermain tenis meja kita akan unggul jika kita berhasil mengembangkan suatu pukulan yang khas milik kita sendiri yang tidak dimiliki oleh lawan manapun. Kelebihan yang khas tersebut dapat memberikan warna individual pada pukulan-pukulan kita. Untuk melatih berbagai macam pukulan, kita tidak boleh melupakan posisi tubuh(stance) yang sesuai, agar gerakan-gerakan pukulan dapat terkompensir. Karena semakin cepat gerakan, semakin hebat pukulan kita, dan semakin lebar pulalah posisi tubuh yang dibutuhkan. Hal ini diperlukan untuk memelihara kestabilan dan keseimbangan.

Untuk dapat mengembangkan pukulan yang merupakan ciri khas milik kita sendiri, kita harus berdidri di atas pondasi yang kuat, menggunakan semua teknik dasar pukulan seperti di atas. Hanya berdasarkan teknik-teknik dasar itulah kita dapat bermain menggunakan taktik dan menang. Latihan tehnis ini kemudian diikuti dengan latihan taktik. Hal ini harus dipersatukan setahap demi setahap sehinnga merupakan satu-kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Karena kedua faktor inilah yang merupakan faktor penentu, langsung mempengaruhi segala perkembangan, penampilan, dan kesuksesan mencapai prestasi.


(14)

Ada dua dasar pukulan dalam tenis meja yaitu pukulan driving (menyerang) dan pukulan pushing (mendorong). Dari nama yang digunakan sudah bisa ditebak bahwa pukulan driving digunakan untuk menyerang, dan pushing digunakan pada pertahanan. Kita dapat menggunakan teknik tersebut untuk melakukan kontrol bermain dan menghentikan lawan dari kemungkinan untuk mendapatkan keuntungan. Tidak membuat kesalahan dan mempunyai pikiran bahwa semua teknik ini hanya untuk pemain pemula. Kita dapat melihat bahwa dasar teknik pukulan sangat banyak dalam permainan tenis meja sekarang ini.

Dalam pukulan backhand, yang merupakan pukulan dengan menggunakan bagian belakang bat itu sendiri terdapat dua dasar teknik pukulan yaitu backhand

drive dan backhand service. Di bawah ini (Kusmaedi dkk 1992) menjelaskan aksi dan

teknik melakukan backhand drive dan backhand service.

1. Backhand Drive, teknik bermain backhand drive dikenal sebagai pukulan

dengan aksi mengayun, dimana bat bergerak ke depan dan atas posisi backhand. Dengan kaki dan pundak menghadap bagian dari meja dimana bola dapat dikembalikan. Menjaga kaki digaris dengan pundak, dan pegang bat di depan perut. Permukaan backhand ke depan, posisi tertutup ringan dan siku ada pada sudut sekitar 90 derajat. Teknik memainkan backhand

drive yaitu ketika bola sampai, ayunkan bat ke depan dengan menggunakan

siku, hindari pergunaan pergelangan atau pundak karena kekuatan tertumpu pada siku. Ketika memukul, biarkan siku berputar dan dekat pada bola sehingga dapat mengakhiri pukulan dengan sisi backhand dari bat yang menghadap ke bawah menuju meja.

2. Backhand service teknik pukulan ini merupakan pukulan awal permainan

tenis meja yang dilakukan dari sisi sebelah kiri, bola pertama memantul dilapangan sendiri dan kemudian memantul di lapangan lawan.

Dalam pembelajaran tenis meja dalam ruang lingkup pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan di sekolah dasar. Pembelajaran pukulan backhand dalam permainan tenis meja haruslah dikemas sedemikian rupa agar siswa tertarik untuk


(15)

lebih berperan aktif mengikuti pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai. Permasalahan yang sering muncul untuk tingkat siswa sekolah dasar dalam bermain tenis meja adalah tidak berjalannya permainan, dikarenakan siswa tidak mampu mengembalikan bola terhadap lawan mainnya. Hal ini merupakan akibat dari kurangnya keterampilan melakukan gerakan maupun teknik-teknik dasar dalam permainan tenis meja.

Untuk melatih teknik dasar melakukan pukulan backhand dalam permainan tenis meja, dalam berlatih kita tidak boleh melatih satu gerakan pukulan backhand saja, tetapi kita harus menguasai berbagai macam teknik pukulan, karena masing-masing pukulan memiliki sifat-sifat yang berlainan seperti kekuatan, panjang pukulan, serta sentuhan bat terhadap bola. Ketiga aspek ini berbeda-beda bagi setiap macam pukulan dengan kombinasi-kombinasi beraneka ragam. Kecuali setiap pukulan terdiri dari bermacam-macam gerakan yang terpadu menjadi satu dan dibagi menjadi tiga tipe yaitu pendek, sedang, dan panjang. Panjang pendeknya pukulan ini bergantung pada jenis pukulan itu sendiri, tujuan yang ingin dicapai dan daerah tempat kita bermain. Pukulan tidak dapat dikuasai sekaligus secara sempurna, tetapi harus melalui tahap-tahap tertentu, makin lama makin dikembangkan. Gerakan pukulan-pukulan itu harus terkoordinir mengikuti ritme tertentu, baik gerakan lengan,

tubuh ataupun kaki. Menurut (Peter Simpson:1984) dalam bukunya yang berjudul

How to Play Table Tennis “ untuk mempelajari teknik dasar bermain tenis meja kita harus mempunyai patokan sebagai berikut.

“Kita belajar teknik melakukan pukulan, belajar mengontrol semua gerakan tubuh dan bola itu sendiri, belajar untuk menggerakan tubuh dan memukul bola secara tepat dan konsisten”.

Kemudian Eri D. Nasution (1999:23), mengemukakan bahwa berlatih pukulan

backhand dapat dilakukan dengan cara.

"Gunakan sisi backhand bat anda, pantulkan bola ke dinding sebanyak yang anda mampu secara berurutan. Berdirilah kira-kira 2 hingga 5 kali jauhnya dari dinding dan jangan biarkan bola memantul di lantai, pukul bola dengan pukulan backhand, menghadap ke dinding pukul bola langsung di depan anda".


(16)

Eri D. Nasution (1999:2) menjelaskan : Terdapat 5 metode latihan dalam tenis meja.

1. Berlatih dengan teman 2. Berlatih dengan pelatih 3. Berlatih dengan multi ball 4. Berlatih dengan mesin 5. Berlatih sendiri

Dari beberapa kutipan di atas, jelas bahwa dengan latihan memukul bola dengan cara dipantulkan ke atas menggunakan bet mampu meningkatkan keterampilan memukul bola dengan menggunakan teknik backhand service.

Berdasarkan observasi dan tes yang telah dilaksanakan diperoleh data yang menggambarkan bahwa pembelajaran pukulan backhand service dalam permainan tenis meja, siswa banyak yang tidak menguasai keterampilan tersebut. Berikut rincian hasil tes tersebut :


(17)

DATA AWAL NILAI SISWA KELAS V SDN 2 GEGESIK KIDUL Tabel 1.1 Gerak Dasar Backhand service

N o

Nama Siswa Aspek yang dinilai

Skor Nilai Tafsiran Ketuntasan Sikap Awal Sikap Perkenaan Pandanga n Sikap Akhir

1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 B C K T BT

1 Angga √ √ √ √ 5 41 √ √

2 Alfianisa √ √ √ √ 6 50 √ √

3 Endang √ √ √ √ 4 33 √ √

4 Faisal √ √ √ √ 10 83 √ √

5 Mulana √ √ √ √ 10 83 √ √

6 Riska √ √ √ √ 4 33 √ √

7 Septi √ √ √ √ 10 83 √ √

8 Riskayani √ √ √ √ 5 41 √ √

9 Rizki √ √ √ √ 8 66 √ √

10 Amel √ √ √ √ 7 58 √ √

11 Puteri √ √ √ √ 7 58 √ √

12 Nida √ √ √ √ 6 50 √ √

13 Yadi √ √ √ √ 7 58 √ √

14 Wahyu √ √ √ √ 4 33 √ √

15 Taufik √ √ √ √ 6 50 √ √

16 Fina √ √ √ √ 6 50 √ √

17 Nida √ √ √ √ 10 83 √ √

18 Sulemi √ √ √ √ 7 58 √ √

19 Firly √ √ √ √ 7 58 √ √

20 Rodi √ √ √ √ 6 50 √ √

21 Teguh √ √ √ √ 8 66 √ √

22 Haryono √ √ √ √ 4 33 √ √

23 Somadi √ √ √ √ 7 58 √ √

24 Salma √ √ √ √ 6 50 √ √

25 Ivan √ √ √ √ 6 50 √ √

Jumlah 166 1376 6 15 4 6 19

Persentase 55% 55% 24

% 60 % 16 % 24 % 76 %

Rata-rata 6,6 55

Melihat dari hasil pada tabel data awal di atas keadaan pembelajaran permainan tenis meja tentang pukulan backhand service, dapat dikatakan kemampuan siswa dalam menguasai materi pembelajaran masih sangat rendah karena hanya 24% dari 25 siswa yang mampu mencapai ketuntasan nilai dan 76% yang tidak mampu


(18)

mencapai ketuntasan nilai. Maka dalam hal ini diperlukan sebuah penerapan pembelajaran yang kreatif, inovatif, dan efektif. Mampu mengaitkan pembelajaran serta melibatkan sumber belajar untuk menjembatani materi dalam pembelajaran. Untuk mengatasi permasalahan tersebut peniliti memilih untuk memodifikasi pembelajaran pukulan backhand service melalui tahapan lambungan bola yang diharapkan mampu meningkatkan keterampilan teknik dasar siswa dalam permainan tenis meja.

Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti melakukan penelitian tindakan kelas

yang dirumuskan kedalam judul “Meningkatkan Gerak Dasar Backhand service

dalam Permainan Tenis Meja melalui Tahapan lambungan bola pada Siswa Kelas V

SDN 2 Gegesik Kidul Kecamatan Gegesik Kabupaten Cirebon “

B. Perumusan Dan Pemecahan Masalah

1. Perumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan diatas mengenai kesulitan yang dialami siswa dalam melakukan permainan tenis meja maka peneliti merumuskan permasalahan dalam penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut :

a. Bagaimana perencanaan pembelajaran sebagai upaya meningkatkan

kemampuan pukulan backhand service dalam permainan tenis meja melalui tahapan lambungan bola pada siswa kelas V SDN 2 Gegesik Kidul

b. Bagaimana kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran pukulan

backhand service dalam permainan tenis meja melalui tahapan

lambungan bola pada siswa kelas V SDN 2 Gegesik Kidul

c. Bagaimana aktivitas siswa dalam pembelajaran pukulan backhand service

dalam permainan tenis meja melalui tahapan lambungan bola pada siswa kelas V SDN 2 Gegesik Kidul


(19)

d. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran pukulan

backhand service dalam permainan tenis meja melalui tahapan

lambungan bola pada siswa kelas V SDN 2 Gegesik Kidul 2. Pemecahan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang muncul maka penulis mengajukan pemecahan masalah dengan menggunakan pembelajaran pukulan backhand service dalam permainan tenis meja melalui tahapan lambungan bola untuk mengatasi masalah tersebut.

Penggunaaan tahapan lambungan bola dalam pembelajaran pukulan backhand

service itu sendiri diharapkan dapat menjadi alternatif bagi siswa dan guru untuk

dijadikan model pembelajaran yang tepat untuk mengatasi kesulitan siswa kelas V SDN 2 Gegesik Kidul dalam melaksanakan pembelajaran tenis meja. Dengan menggunakan Pembelajaran pukulan backhand service dalam permainan tenis meja melalui tahapan lambungan bola diupayakan dapat meningkatkan kemampuan siswa melakukan pukulan backhand service dalam permainan tenis meja. Karena tahapan lambungan bola dapat mengembalikan bola sesuai dengan kekuatan dan ketepatan pukulan selanjutnya, sehingga siswa mampu menjaga konsistensi pukulan, posisi tubuh, serta sikap lengan yang baik pada saat melakukan pukulan.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui perencanaan pembelajaran sebagai upaya meningkatkan

kemampuan pukulan backhand service dalam permainan tenis meja melalui tahapan lambungan bola pada siswa kelas V SDN 2 Gegesik Kidul

2. Untuk mengetahui kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran pukulan

backhand service dalam permainan tenis meja melalui tahapan lambungan


(20)

3. Untuk mengetahui aktivitas siswa dalam pembelajaran pukulan backhand

service dalam permainan tenis meja melalui tahapan lambungan bola pada

siswa kelas V SDN 2 Gegesik Kidul

4. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran

pukulan backhand service dalam permainan tenis meja melalui tahapan lambungan bola pada siswa kelas V SDN 2 Gegesik Kidul

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi siswa

a. Meningkatkan kemampuan teknik dasar pukulan dalam permainan tenis

meja.

b. Meningkatkan kebugaran siswa dengan melakukan olahraga tenis meja.

2. Manfaat bagi guru

a. Sebagai bahan pertimbangan dalam upaya meningkatkan kreatifitas belajar

pendidikan jasmani.

b. Meningkatkan kualitas mengajar.

3. Manfaat bagi sekolah

Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangsih yang baik pada sekolah dalam rangka memperbaiki pembelajaran pada khususnya dan sekolah pada umunnya.

4. Manfaat bagi peneliti yang lain

a. Dapat menambah wawasan tentang permainan tenis meja.

b. Dapat mengembangkan pembelajaran penjas melalui metode bermain.

c. Mengetahui tingkat keberhasilan pembelajaran tenis meja melalui modifikasi

dengan pembelajaran pukulan backhand service melalui tahapan lambungan bola.

E. Batasan Istilah

Adapun istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini akan diuraikan sebagai berikut :


(21)

Meningkatkan (Kamus Besar Bahasa Indonesia : 125) Kata “meningkatkan”

memiliki kata dasar “tingkat” yang berarti lapisan dari suatu yang bersusun dengan imbuhan me-kan kata tingkat menjadi meningkatkan yang diartikan mengusahakan dapat dinaikan ketingkat yang lebih baik, artinya ada kenaikan hasil belajar siswa dari yang tidak bisa menjadi bisa.

Pembelajaran (Knirk & Gustafson ; 2005) Menjelaskan bahwa pembelajaran

merupakan setiap kegiatan yang dirancang oleh guru untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru dalam suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam konteks kegiatan belajar mengajar.

Permainan (Suppandi,1992;45) Peramaian yang bisa membuat seseorang senang,

permainan dalam penelitian ini digunakan dalam pembelajaran pukulan backhand dalam tenis meja. Tenis meja merupakan salah satu cabang olahraga yang bersifat permainan. Dimana dalam permainannya menggunakan net dan meja, permainannya dapat dilakukan secara perorangan ataupun berpasangan.

Tenis Meja (Soetomo 1985:54) adalah suatu jenis permainan yang dipukul oleh

seorang pemain dan bola yang dipukul tersebut harus melewati net yang dipasang pada tengah-tengah meja. Bola yang dipukul dan melewati atas net ini harus memantul pada meja pihak lawan ke tempat semula dan juga harus melewati atas net yang dipukul seseorang silih berganti dan memukulnya sendiri setelah bola memantul pada permukaan meja jadi tidak langsung divoli.


(22)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di SD Negeri 2 Gegesik Kidul Kecamatan Gegesik. Pemilihan sekolah tempat penelitian di tetapkan dengan pertimbangan sebagai berikut.

a. SD Negeri 2 Gegesik Kidul merupakan SD yang cukup dekat dengan tempat

tinggal peneliti, hal ini memberikan kemudahan kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian, selain itu akan memudahkan peneliti mengumpulkan data-data dan melakukan konfirmasi bila menemukan masalah teknis yang perlu diperbaiki.

b. Masih adanya sejumlah masalah yang dihadapi oleh guru, khususnya dalam

pembelajaran gerak dasar backhand service melalui tahapan lambungan bola yaitu siswa sulit untuk melakukan koordinasi gerak.

c. Meskipun penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan intensif, tetapi

diusahakan tidak mengganggu proses pembelajaran, dan tidak mengganggu tugas utama peneliti sebagai guru yang bertugas sebagai guru di SD ini.

Adapun secara jelasnya terpaparkan lokasi sekolah melalui denah sekolah yang digambarkan dalam gambar 3.1 dibawah ini.


(23)

Gambar 3.1 Denah Sekolah

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan oleh peneliti dimulai dari bulan Februari sampai bulan Juni 2013. Dengan persetujuan kepala sekolah dan guru pendidikan jasmani kelas V SD Negeri 2 Gegesik Kidul.

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

No Kegiatan Waktu pelaksanaan Ket

1 Penyusunan Profosal September

2 Seminar Profosal Minggu ke-1 Februari

3 Perbaikan Profosal Minggu ke-2 s/d 3 Februari

4 Pelaksanaan Penelitian Minggu ke-4 Februari-4

April

5 Pengolahan dan analisis data Minggu ke-1 s/d 3 Mei

6 Penyusunan dan revisi Minggu ke 3 s/d 4 Mei

7 Sidang Skripsi Minggu ke 2 Juni

Jalan Utama (Gegesik)

kan tin

Ruang Guru

Kelas Kelas Wc

j a l a n

Lapangan Upacara dan Olahraga


(24)

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 2 Gegesik Kidul tahun ajaran 2012/2013 dengan jumlah murid 25 orang yang terdiri dari 14 orang siswa laki-laki dan 11 orang siswa perempuan.

Adapun alasan pemilihan subjek penelitian dikelas V SD Negeri 2 Gegesik Kidul berdasarkan pada pertimbangan hasil data awal yang diperoleh bahwa tingkatan pemahaman siswa dalam gerak dasar backhand service tenis meja masih kurang, sehingga siswa masih kurang mempunyai bekal kemampuan pemahamannya untuk tingkat pendidikan berikutnya.

C. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian

Berdasarkan masalah yang akan dibahas dan jenis data yang diinginkan, maka peneliti menggunakan penelitian kualitatif. Bodgan (Moleong, 2004: 3) mendefinisikan “Metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan berperilaku yang dapat diamati”.

Metodologi kualitatif yang digunakan dalam pembahasan penelitian bertujuan untuk mencari data secara holistic (utuh) dan komprenensif (menyeluruh) tentang pembahasan dalam pembelajaran pemahaman siswa pada gerak dasar lokomotor. Cresswell (Wiriaatmadja, 2008:8) menjabarkan “Penelitian kualitatif adalah sebuah proses inkuiri yang menyelidiki masalah

-masalah sosial dan kemanusiaan dengan tradisi metodologi yang berbeda”.

Peneliti membangun sebuah gambaran yang kompleks dan holistik, menganalisis kata-kata, melaporkan pandangan atau opini para informan, dan keseluruhan bidang studi berlangsung dalam latar situasi yang alamiah/wajar (natural setting).

Penelitian menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (classroom

action research). Penelitian tindakan kelas merupakan suatu bentuk penelitian

yang dilakukan dalam proses pembelajaran berlangsung yang bersifat reflektif dengan menggunakan tindakan-tindakan yang tepat dengan subyek yang diteliti


(25)

adalah siswa. Penelitian dilakukan dengan tujuan terjadinya perubahan, perbaikan, peningkatan kualitas belajar-mengajar di kelas.

2. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan berbentuk siklus yang mengacu pada model Spiral Kemmis dan Taggart yang dimulai dengan suatu perencanaan (plan), tindakan (act), observasi (observe), dan refleksi (reflect), kemudian mengadakan perencanaan kembali untuk siklus selanjutnya.

Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti menggunakan model Spiral Kemmis dan Taggart (Wiraatmaja, 2005:66), yaitu “ model siklus yang dilakukan secara berulang berkelanjutan, artinya semakin lama diharapkan semakin meningkat perubahan atau pencapaian hasilnya”.

Gambar 3.1

Desain Penelitian Model Spiral Kemmis dan Mc. Taggart (Wiriaatmadja, 2008 : 66)

Adapun dalam pengolahan analisis data yang dilakukan peneliti yaitu menggunakan mixed methods designs, metode ini merupakan metode gabungan

antara metode kualitatif dan metode kuantitatif, Creswell (2008 : 62) yaitu “like

mixed methods research, action research often utilizes both quantitative and qualitative data, but it focus more on procedures useful in addressing practical


(26)

problems in schools and the classrooms”. Adapun Howe dalam Denzin dan

Lincoln (2005:9) yaitu “employed either singly or in combination with

quantitative methods, including the use of randomized experimental designs”. Jadi dalam penelitian tindakan kelas tidak hanya menggunakan metode kualitatif saja, metode kuantitatif pun dipergunakan dalam mengolah data pada analisis data. Metode yang digunakan pun menjadi mixed methods yaitu gabungan antara metode kualitatif dan metode kuantitatif.

D. Prosedur Penelitian

1. Tahap Perencanaan Tindakan

a. Mengunjungi SD dan meminta inta izin kepada kepala sekolah mengenai

penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan.

b. Mewawancarai guru penjas mengenai apa saja yang menjadi kendala dalam

pembelajaran penjas di kelas IV.

c. Melakukan observasi dengan meminta kerjasama guru penjas.

d. Menentukan mitra peneliti.

e. Membuat rencana pembelajaran gerak dasar backhand service tenis meja

melalui tahapan lambungan bola.

f. Membuat lembar observasi, maupun catatan lapangan untuk mengamati dan

menilai kinerja guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap ini peneliti bertindak sebagai model atau guru yang mengajar, sedangkan guru SD Negeri 2 Gegesik Kidul menjadi observer. Adapun langkah-langkah pelaksanaan tindakan pembelajaran gerak dasar backhand service tenis meja melalui tahapan lambungan bola di kelas V SD Negeri 2 Gegesik Kidul sebagai berikut:


(27)

1. Guru mengkondisikan siswa ke arah pembelajaran yang kondusif sebelum pembelajaran dimulai.

2. Guru membuka kelas dengan berdo’a, mengecek kehadiran siswa, dan

menegur siswa yang tidak disiplin, seperti tidak memakai pakaian olahraga, mengecek kebersihan kuku tangan dan menegur siswa laki-laki yang rambutnya panjang dan tidak rapih.

3. Guru memberikan apersepsi dan penjelasan mengenai gerak dasar backhand

service tenis meja.

4. Siswa menyimak penjelasan guru.

5. Guru memberikan pemanasan kepada siswa berupa pemanasan statis dan

dinamis.

b. Kegiatan Inti

1. Pertama-tama siswa dibagi menjadi dua kelompok sama banyak atau

seimbang. Sebelum permainan dimulai kedua regu mendengarkan penjelasan guru mengenai cara-cara memantul bola dengan menggunakan bet.

2. Kedua kelompok tersebut saling berhadapan supaya tahu mana gerakan yang

salah dan mana gerakan yang benar.

3. Guru berada ditengah-tengah kelompok tersebut, supaya bisa mengamati

kelompok mana yang banyak melakukan kesalahan dan mana yang tidak

4. Apabila setelah dilakukan berulang dan ada kesalahan, guru langsung

melakukan perbaikan.

5. Lakukan tahapan lambungan bola secara bergantian dengan menggunakan

sisi pukulan backhand pada bet yang dipegang.

c. Kegiatan akhir

1. Siswa dikumpulkan sambil duduk dan kaki dilunjurkan.

2. Siswa menyimak evaluasi dari guru dan melakukan tanya jawab.

3. Setelah kegiatan selesai, siswa diperintahkan untuk berganti pakaian dan

mengikuti pelajaran selanjutnya.

3. Tahap Observasi

Pengamatan dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan, yaitu selama kegiatan pebelajaran berlangsung dan saat hasil akhir kerja siswa.


(28)

Dilakukan dengan mengisi lembar observasi untuk mengamati kinerja guru dan aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran.

4. Tahap Analisis dan Refleksi

Dalam refleksi siklus I ini dilakukan analisis terhadap semua informasi yang terekam selama proses pembelajaran melalui format observasi, wawancara, catatan lapangan dan hasil evaluasi yang telah dilakukan. Kemudian memperbaiki proses pembelajaran yang telah dilakukan dan menyusun tindakan yang akan dilakukan pada pembelajaran berikutnya secara berkelanjutan.

Tahap refleksi ini merupakan tahap kegiatan untuk menganalisis, interpretasi, dan penjelasan (explain) terhadap semua informasi yang diperoleh selama pelaksanaan tindakan (Kasbolah, 1998: 74). Informasi yang berhasil didokumentasikan selanjutnya perlu diurai, diuji, dan dibandingkan dengan pengalaman sebelumnya, kemudian dikaitkan dengan teori tertentu atau hasil penelitian yang relevan. Hasil informasi atau data yang sudah dianalisis, sintesis, kemudian proses refleksi akan ditarik kesimpulan.

Refleksi merupakan kegiatan akhir dari penelitian yakni peneliti mengkaji, melihat, serta mempertimbangkan hasil atau dampak dari pelaksanaan tindakan dari berbagai kriteria. Refleksi ini dilakukan untuk mengetahui segala hal yang terjadi dan diperoleh dalam proses dan hasil pembelajaran, yang dilakukan dengan cara :

a. Mengecek data yang diperoleh selama melakukan penelitian., yakni

berdasarkan hasil dalam format observasi kinerja guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran. Data yang telah terkumpul kemudian ditindaklanjuti dengan melakukan analisis dan interpretasi, sehingga akan diketahui hasil dari pelaksanaan tindakan yang dilakukan. Hasil analisis dan interpretasi tersebut sebagai dasar untuk melakukan evaluasi sehingga akan diketahui berhasil tidaknya tindakan yang telah dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang diharapkan, sekaligus memperoleh gambaran terhadap siklus pertama.

b. Mendiskusikan hasil yang diperoleh yang terkait dalam pelaksanaan


(29)

c. Menyusun rencana yang akan dilakukan pada siklus selanjutnya, untuk mengetahui hal-hal yang perlu diperbaiki dalam siklus selanjutnya.

Jadi, dari hasil refleksi ini peneliti bersama-sama guru sebagai praktisi dan guru lain dapat melakukan revisi perbaikan terhadap rencana awal pada tindakan selanjutnya. Dalam tahap refleksi ini berupa kegiatan analisis-analisis, interpretasi, dan penjelasan-penjelasan terhadap semua informasi yang diperoleh selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Hasil tahap refleksi ini kemudian dijadikan sumber dalam melakukan tindakan selanjutnya, yaitu sebagai perbaikan dan penyempurnaan dari tindakan sebelumnya.

E. Instrumen Penelitian

Pemilihan instrumen yang tepat diperlukan untuk memperoleh data dan informasi yang objektif. Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Lembar Observasi

Format observasi digunakan untuk mengumpulkan data. Format ini merupakan panduan yang berisi hal-hal pokok untuk dicermati pada saat pelaksanaan tindakan berlangsung.

Nurhaedi dkk., (2007), mengartikan “Observasi sebagai pemusatan perhatian

terhadap suatu objek dengan melibatkan seluruh indera untuk mengumpulkan data”. Jadi observasi merupakan pengamatan langsung dengan menggunakan penglihatan, pendengaran, perabaan, atau jika perlu menggunakan pengecapan. Instrumen yang digunakan dalam teknik ini dapat berupa pedoman pengamatan, tes, kuesioner, rekaman gambar, dan rekaman suara.

Observasi dalam sebuah penelitian diartikan sebagai pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan melibatkan seluruh indera untuk mendapatkan data. Jadi observasi merupakan pengamatan langsung dengan menggunakan penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan, atau kalau perlu dengan pengecapan. Instrumen observasi dapat berupa pedoman pengamatan, dalam pedoman pengamatan ini berisi daftar kegiatan yang mungkin terjadi selama proses pengamatan. Aspek yang diamati/diobservasi dalam penelitian ini adalah


(30)

kinerja guru, berdasarkan Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG). Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG) terdiri dari dua jenis yaitu Alat Penilaian Kemampuan Guru I (APKG I) tentang bagaimana guru merencanakan pembelajaran dan Alat Penilaian Kemampuan Guru II (APKG II) tentang pelaksanaan kinerja guru. Observasi adalah pengamatan langsung terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Alat yang digunakan berupa pedoman observasi. Tujuan diadakan observasi yaitu untuk memperoleh data perilaku sehingga didapatkan catatan lapangan tentang perilaku guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Pedoman observasi dalam penelitian ini terdapat pada lampiran. dan aktivitas siswa untuk melihat sejauh mana nilai-nilai antusias, kedisiplinan dan tanggung jawab anak selama proses pembelajaran.


(31)

a. Format Observasi Perencanaan Pembelajaran

Tabel 3.2

Format Instrumen Perencanaan Kinerja Guru (IPKG 1)

No Komponen Rencana Pembelajaran Aspek Yang di Amati Tefsiran

1 2 3 4 K C B

A PERUMUSAN TUJUAN PEMBELAJARAN

Rumusan tujuan pembelajaran Kejelasan Rumusan Kejelasan Cukupan Rumusan Kesesuaian dengan kompetensi dasar

Persentase

B MENGAMBANGKAN DAN MENGORGANISASIKAN MATERI

MEDIA SUMBER BELAJAR DAN METODE PEMBELAJARAN Mengembangakan dan mengorganisasikan materi pembelajaran Menentukan dan mengembangkan alat bantu pambelajaran Memilih sumber belajar

Memilih metode pembelajaran Persentase

C MERENCANAKAN SKENARIO KEGIATAN PEMBELAJARAN

Menentukan jenis kegiatan penbelajaran Menyusun langkah-langkah kegiatan penbelajaran Menentukan alokasi waktu pembelajaran

Kesesuaian media pembelajaran dengan tujuan pembelajaran Kesesuaian metode, materi, dan peserta didik

Persentase

D MERENCANAKAN PROSEDUR, JENIS DAN MENYIAPKAN ALAT

PENILAIAN

Menentukan proses dan jenis penilaian Membuat alat penilaian

Menentukan kriteria penilaian Persentase

E TAMPILAN DOKUMEN RENCANA PEMBELAJARAN

Kebersihan dan kerapian Penggunaan bahasa tulis

Persentase Persentase total

Keterangan :


(32)

b. Format Observasi Kinerja Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran Tabel 3.3

Format Instrumen Pelaksanaan Kinerja Guru (IPKG 2)

No Aspek Yang di Amati Penilaian Tafsiran

1 2 3 4 K C B

A PRA PEMBELAJARAN

1. Kesiapan ruang, alat, dan media pambelajaran 2. Memeriksa kesiapan siswa

Persentase

B MEMBUKA PEMBELAJARAN

1. Melakukan kegiatan apersepsi dan pemanasan 2. Menyiapkan komponen (tujuan) yang akan di capai

dan rencana kegiatan Persentase

C MENGELOLA INTI PEMBELAJARAN

1. Memberikan petunjuk dan contoh gerakan pukulan lob service forehand

2. Mengenal respon dan pertanyaan siswa

3. Melakukan komunikasi lisan, isyarat, dan gerakan badan

4. Memicu dan memelihara ketertiban siswa

5. Memantapkan penguasaan keterampilan gerak siswa dalam pembelajaran lob service forehand bulutangkis

Persentase

D MENDEMONSTRASIKAN KEMAMPUAN KHUSUS DALAM

PEMBELAJARAN PENJAS 1. Merangkai gerakan

2. Memberikan kesempatan secara leluasa kepada siswa melakukan aktifitas gerak

3. Membimbing siswa melakukan gerakan dan melakukan aktifitas gerak

4. Memberikan pertolongan kepada siswa yang mengalami kesulitan

5. Penggunaan media dan alat pembelajaran Persentase

E MELAKSANAKAN EVALUASI PROSES DAN HASIL BELAJAR

1. Melaksanakan penilaian selama proses dan akhir pembelajaran

2. Melaksanakan penilaian pada akhir pembelajaran Prosentase

F KESAN UMUM KINERJA GURU

1. Keefektifan proses pembelajaran 2. Penampilan guru dalam pembelajaran

Persentase Persentase total

Keterangan :


(33)

c. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Tabel 3.4

Lembar Observasi Aktivitas Siswa

No Nama

Aspek yang diamati

Jml Skor Nilai

Kriteria Motivasi Disiplin Sportivitas

1 2 3 1 2 3 1 2 3 B C K

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

Jumlah Skor Total Persentase

Keterangan :


(34)

d. Lembar Observasi Hasil Belajar Siswa Tabel 3.5

Format Instrumen Hasil Belajar NO

Nama Siswa

Aspek yang di nilai

Skor Nilai Ket Sikap awal perkenaan Gerak kaki

1 2 3 1 2 3 1 2 3 T TT

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

Jumlah Prosentase %

Keterangan :


(35)

2. Lembar Wawancara

Menurut Nurhaedi dkk., (2007: ) “Wawancara adalah suatu bentuk dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara”. Sedangkan menurut Kunandar (2008: ):

Wawancara yaitu pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal kepada orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasan hal-hal yang dipandang perlu dan memiliki relevansi dangan permasalahan penelitian tindakan kelas.

Wawancara yang dilakukan oleh peneliti bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai kondisi pembelajaran yang sebelumnya dilakukan oleh Guru Penjaskes pada saat pembelajaran. Selain itu, wawancara juga dilakukan pada saat dan setelah penelitian dilakukan.

Alat instrumen untuk wawancara berupa pedoman wawancara meliputi nama yang diwawancarai, waktu wawancara, tempat wawancara, masalah-masalah berupa pertanyaan yang diajukan disertai kesimpulan wawancara. Format yang digunakan adalah lembar wawancara guru dan lembar wawancara siswa. Terlampir.

Tabel 3.6

Pedoman Wawancara Guru

No Pertanyaan Deskripsi/Jawaban

1 Bagaimana pendapat bapak apabila pembelajaran

gerak dasar pukulan backhand service tenis meja dilakukan dengan tahapan lambungan bola ?

2 Kesulitan apa yang ditemui jika melaksanakan

pembelajaran gerak dasar pukulan backhand service tenis meja dilakukan dengan tahapan lambungan bola?

3 Kemudahan apa yang didapat jika melaksanakan

pembelajaran gerak dasar pukulan backhand service tenis meja dilakukan dengan tahapan lambungan bola?

4 Menurut pendapat bapak, apakah penggunaan

tahapan lambungan bola dapat mengatasi kesulitan siswa dalam pembelajaran gerak dasar pukulan backhand service ?

5 Menurut pemdapat bapak, hal-hal apa saja yang harus


(36)

backhand service tenis meja dilakukan dengan tahapan lambungan bola?

Tabel 3.7

Pedoman Wawancara Siswa

No Pertanyaan Jawaban

1.

2. 3.

4. 5.

Bagaimana Perasaanmu pada saat pembelajaran gerak dasar pukulan backhand service tadi ?

Apa yang diajarkan pada pelajaran tadi ?

Apakah kamu menemukan kesulitan pada saat pembelajaran tadi ?

Jika ada kesulitan, pada bagian mana ?

Bagaimana cara kamu untuk mengatasi kesulitan tadi ?

3. Catatan Lapangan

Catatan lapangan adalah catatan yang dibuat oleh peneliti atau mitra peneliti yang melakukan pengamatan atau observasi terhadap subjek atau objek penelitian tindakan kelas. Catatan lapangan digunakan untuk mencatat kejadian-kejadian yang terjadi dalam pembelajaran, suasana kelas, pengelolaan kelas, interaksi guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan beberapa aspek lainnya.

4. Tes Hasil Belajar

Tes merupakan alat pengukuran data yang berharga dalam penelitian. Tes adalah seperangkat rangsangan (stimulus) yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang dijadikan penetapan skor angka. Tes dilakukan untuk mengukur dan mengetahui kemampuan dan keberhasilan siswa setelah dilakukannya tindakan melalui alat pengumpulan data yang digunakan.


(37)

Dalam penelitian ini digunakan kamera foto sebagai alat untuk memotret situasi proses pembelajaran yang hasilnya berupa gambar atau foto yang dapat dilampirkan dalam penelitian ini sehingga dapat terlihat secara langsung gambaran aktifitas selama proses pembelajaran.

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 1. Teknik Pengolahan Data

Data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan tes hasil belajar yang dilakukan pada siswa kelas V SD Negeri 2 Gegesik Kidul Kecamatan Gegesik Kabupaten Cirebon. Adapun sumber dalam penelitian ini adalah seluruh pihak yang terkait dalam pelaksanaan penelitian.

a. Data Proses

Tujuan utama dalam pengolahan data proses yaitu mengetahui kinerja guru saat melaksanakan pengajaran serta mengetahui aktivitas siswa pada saat belajar. Adapun teknik yang digunakan dalam memperoleh data proses ini adalah dengan menggunakan instrumen penelitian yang di antaranya dengan pedoman observasi dan pedoman wawancara. Data yang diperoleh tersebut merupakan data mentah sehingga perlu diolah secara teknis.

Data yang terkumpul dalam pengolahan data proses ini berupa data kualitatif. Dalam hal ini disebut sebagai data kualitatif karena pada proses pembelajaran, tindakan praktikan pada saat mengajar dan tindakan siswa pada saat belajar lebih condong pada kualitasnya. Untuk data kualitatif ini digunakan pengolahan dengan teknik persentase (%) terhadap indikator yang dilaksanakan, yang kemudian diinterpretasikan dan dideskripsikan.

b. Data Hasil Pembelajaran

Teknik pengolahan data hasil pembelajaran menggunakan kriteria ”Tuntas”

atau ”Tidak Tuntas” atau yang disebut KKM yaitu Kriteria Ketuntasan minimal

dalam pembelajaran tenis meja adalah menganalisis proses yaitu sikap awal, sikap perkenaan, sikap akhir.

A. Sikap awal


(38)

2. Kedua tangan dibuka dan dibengkokan pada siku untuk menyeimbangkan posisi tubuh.

3. Sikap kedua kaki dibuka selebar bahu.

B. Perkenaan

1. Pandangan mengarah ke arah bola yang datang dari depan.

2. Bola menyentuh bet bagian karet bawah.

3. Perkenaan pada bet sebelah kiri.

C. Sikap akhir

1. Mata melihat kearah bola.

2. Posisi bet berada di depan dada.

3. Kedua kaki kembali ke sikap awal

Dalam pengolahan data hasil, hal yang dilakukan yaitu mengumpulkan data dari hasil pembelajaran, dan pengolahan data ini ditujukan untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa mengenai materi ajar serta peningkatan nilai hasil belajarnya. Data hasil lebih menitikberatkan pada data kuantitas, meskipun pada dasarnya data hasil ini ditujukan pada kualitas hasil pembelajaran. Untuk data kuantitatif berasal dari perolehan data melalui tes hasil belajar praktek dan kemampuan gerak berkesinambungan dengan tema pembelajaran, hal ini dapat dideskripsikan melalui kegiatan proses pembelajaran yakni dalam backhand

service melalui tahapan lambungan bola. Setelah data itu diberi nilai, kemudian dikelompokkan ke dalam rentang nilai yang termuat dalam tabel 3.5 berikut (Sudjana, 2008: 77)

Tabel 3.8

Rentang Nilai Hasil Belajar

Rentang Nilai Frekuensi Huruf Keterangan

81 – 100 A Baik Sekali

67 – 80 B Baik

56 – 66 C Cukup

40 – 55 D Kurang

0 – 39 E Kurang Sekali

Data dalam tabel di atas merupakan rentang nilai yang akan digunakan untuk mengukur peningkatan pemahaman siswa yang disesuaikan dengan Kriteria


(39)

Ketuntasan Minimal (KKM). Adapun bentuk perhitungan KKM adalah sebagai berikut (KKPS, 2008).

Kriteria penerapan ketuntasan:

1. KOMPLEKSITAS; merupakan tingkat kerumitan kompetensi dasar.

Apabila rumit diberi nilai 50 – 64, sedang diberi nilai 65 -80, dan mudah

diberi nilai 80 – 100.

2. DAYA DUKUNG; mencakup sarana dan prasarana, guru lingkungan dan

dana. Apabila daya dukung bagus diberi nilai 81 – 100, sedang diberi nilai

65 -80, dan sukar diberi nilai 50 – 64.

3. INTAKE SISWA; merupakan kondisi kompetensi siswa. Apabila kondisi

siswa bagus diberi nilai 81 – 100, sedang diberi nilai 65 -80, dan sukar

diberi nilai 50 – 64.

= KKM

Untuk pelajaran Penjas di SD Negeri 2 Gegesik Kidul Kecamatan Gegesik Kabupaten Cirebon, KKM yang digunakan adalah 70 dengan uraian sebagai berikut:

Kompleksitas = 85, Daya Dukung = 70, Intake siswa = 55

KKM = KKM = 70

Sesuai dengan tabel rentang nilai dan besarnya KKM yang telah ditentukan, maka jika siswa yang nilainya kurang dari 70, maka dikatakan belum tuntas. Demikian pula sebaliknya, jika nilai siswa lebih dari atau sama dengan 70 maka siswa dinyatakan tuntas dalam belajar mengenai gerak dasar backhand

service.

Siswa dinyatakan lulus dalam tes kemampuan gerakan backhand service apabila 70,00 dari sikap permulaan, sikap pelaksanaan backhand service, dan sikap akhir memiliki nilai minimal 70.

2. Analisis Data

Kompleksitas + daya dukung + intake siswa 3

85 + 70 + 55 3


(40)

Analisis Data menurut Patton (Moleong, 2004: 103) adalah “ Proses mengatur urutan data, mengorganisasi ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar.” Analisis data dalam pelaksanaannya dilakukan dalam suatu proses dan dikerjakan secara intensif. Analisis data dengan reduksi data, pemahaman, dan penyimpulan. Pada tahap reduksi data peneliti menyeleksi, memfokuskan, menyederhanakan, kemudian menginformasikan secara utuh. Kegiatan penyajian data adalah mengorganisasikan data hasil reduksi, hal ini dilakukan untuk menghasilkan sajian data yang utuh.

Proses analisis data dalam penelitian ini dimulai dengan menelaah dan mempelajari seluruh data yang terkumpul dari berbagai sumber, kemudian data tersebut direduksi dengan jalan membuat abstraksi yaitu dengan merangkumnya menjadi intisari yang terjaga kebenarannya. Selanjutnya data tersebut disusun dan dikategorisasikan, kemudian disajikan, dimaknai, disimpulkan, dan terakhir diperiksa keabsahannya. Kegiatan akhir yang dilakukan adalah dengan mengadakan pemeriksaan validasi data. Adapun teknik yang digunakan dalam pemeriksaan validasi data dalam penelitian ini adalah teknik member check,

triangulasi, dan expert opinion.

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah dengan cara menganalisis hasil observasi dan wawancara, kemudian direfleksi pada setiap tindakan, hasil tes dianalisis secara kualitatif dan direfleksi.

G. Validasi Data

Kegiatan validasi data yaitu menetapkan keabsahan (trustworthiness) data dengan teknik pemeriksaan untuk menghasilkan data yang valid (tepat) sehingga data yang dilaporkan peneliti sesuai dengan data yang sesungguhnya yang terjadi di lapangan. Validitas diperlukan dalam suatu penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, maka pengukuran validitas dan reabilitas tidak menggunakan perhitungan statistik.

Selanjutnya pengecekan validasi data dalam penelitian kualitatif menurut


(41)

keikutsertaan, ketekutan pengamatan, triangulasi, pengecekan sejawat melalui diskusi, kecukupan referensial, kajian kasus negatif, dan pengecekan anggota”.

Sedangkan validasi data dalam penelitian ini merujuk pendapat Hopkins (Wiriaatmaja, 2005:168-171), yaitu :

b. Triangulasi

Triangulasi digunakan untuk melakukan pengecekan terhadap validasi data yang diperoleh dengan cara mengkonfirmasikan data atau informasi dengan memanfaatkan sumber data, pendekatan pengumpulan data, penyelidikan lain, dan teori lain yang menunjang. Menurut Moleong (2004: 330) “Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar

data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu”.

Sedangkan menurut Wiriaatmadja (2008: 168):

Triangulasi dapat diartikan sebagai teknik validasi data yang dilakukan dengan memeriksa kebenaran hipotesis, konstruk atau hasil analisis dibandingkan dengan hasil orang lain sebagai mitra dalam penelitian yang turut menyaksikan situasi yang sama.

Kegiatan triangulasi dalam penelitian ini dilakukan melalui kegiatan reflektif kolaborasi (reflectif coolaboratif) antara guru, peneliti dan siswa. Tujuan dari

trianngulasi ini untuk memperoleh derajat kepercayaan data yang maksimal.

Triangulasi dilakukan ketika peneliti telah mengambil data dan menganalisisnya

c. Member Check

Member check diperlukan dalam penelitian agar informasi tentang seluruh

pelaksanaan tindakan yang diperoleh peneliti dan mitra dikonfirmasikan kebenarannya kepada guru kelas V SD Negeri 2 Gegesik Kidul. Menurut Wiriaatmadja (2008: 168)

Member check yaitu memeriksa kembali keterangan-keterangan atau

informasi yang diperoleh selama observasi atau wawancara dengan cara mengkonfirmasinya dengan nara sumber seperti guru dan siswa melalui kegiatan reflektif-kolaborasi pada setiap akhir kegiatan pembelajaran. Kegiatan tersebut dimaksudkan untuk mengetahui apakah keterangan, informasi atau penjelasan itu tetap sifatnya atau tidak berubah, sehingga dapat dipastikan keajegannya dan data itu terperiksa kebenarannya.


(42)

Dalam kegiatan member chek ini peneliti mengemukakan hasil temuan sementara untuk memperoleh tanggapan, sanggahan atau informasi baik dari guru maupun siswa, sehingga terjaring data yang benar dan memiliki derajat validitas yang tinggi.

d. Audit Trail

Yaitu mengecek kebenaran prosedur dan metode pengumpulan data dengan mendiskusikannya dengan guru, pembimbing, peneliti senior dan rekan-rekan peneliti. Kegiatan ini ditujukan untuk memperoleh data dengan validitas tinggi.

e. Expert Opinion

Yaitu pengecekan terakhir terhadap kesahihan temuan peneliti kepada pakar professional. Kegiatan ini dilakukan dengan cara mengkonsultasikan hasil temuan peneliti kepada para ahli. Dalam hal ini peneliti mengkonsultasikan kepada dosen pembimbing sehingga data temuan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Dalam hal ini penulis mengkonsultasikan temuan penelitian kepada pembimbing 1 dan Pembimbing 2 yaitu Bapak Drs. Respaty Mulyanto, M.Pd dan Bapak Indra Safari, M.Pd untuk memperoleh tanggapan dan arahan serta masukan sehingga validasi temuan penelitian dapat dipertanggung jawabkan. Dalam hal ini peneliti selalu mengkonsultasikan permasalahan-permasalahan bukan hanya pada bidang pembelajaran teknik tenis meja, tetapi segala hal yang berhubungan dengan penelitianpun selalu dikonsultasikan.


(43)

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Creswell W John. 2008. Educational Research. New Jersey: Pearson Education, Inc.

Denzin K Norman, Lincoln S Yvonna. 2005. The Sage Handbook Of

Qualitative Research Third Edition. California: Sage Publictions, Inc.

Kasbolah, Kasihani. (1999). Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta: Depdikbud. Kusnandar. 2008. Langkah Mudah PTK Sebagai Pengembang Profesi Guru.

Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Moleong. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya. Wiriaatmaja, Rochiati. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas untuk


(44)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan penelitian yang telah dilakukan mengenai peningkatan pembelajaran gerak dasar backhand service dalam permainan tenis meja melalui tahapan lambungan bola pada siswa kelas V SDN 2 Gegesik Kidul Kecamatan Gegesik Kabupaten Cirebon, peneliti menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Perencanaan

Pada bagian ini, peneliti akan menyimpulkan tahap perencanaan dalam pembelajaran. Yang pertama peneliti mempersiapkan materi yang akan disampaikan dalam pembelajaran permainan tenis meja, menentukan tujuan pembelajaran, metode pembelajaran, dan pembelajaran melalui tahapan lambungan bola untuk meningkatkan kemampuan gerak dasar backhand service pada pembelajaran tenis meja. Kemudian menentukan langkah-langkah pembelajaran dalam RPP, menentukan instrumen yang akan digunakan selama proses pembelajaran, dan menentukan teknik pengolahan data yang akan digunakan untuk mengetahui hasil setelah pembelajaran melalui tahapan lambungan bola. Hasil yang dicapai pada perencanaan pembelajaran pada data awal yaitu baru mencapai 60% dan belum mencapai target yang ditentukan yaitu 100%, sehingga diperlukan perbaikan pada siklus I, hasil yang dicapai pada perencanaan pembelajaran siklus I yaitu mencapai 71% dan belum mencapai target yang ditentukan yaitu 100%, sehingga diperlukan perbaikan pada siklus II. Dalam siklus II hasil persentasi perencanaan pembelajaran mengalami peningkatan yaitu 85% dan belum mencapai target yang ditentukan yaitu 100%, sehingga diperlukan perbaikan pada siklus III. Pada siklus III perencanaan pembelajaran target sudah dapat tercapai, dan dipertahankan pada siklus III.. Agar proses pembelajaran berjalan efektif, sistematika tahapan gerakan dimulai dengan gerakan yang mudah dan beban kerja yang ringan, kemudian berangsur-angsur dinaikan ke beban yang sulit.


(45)

2. Kinerja Guru

Proses pelaksanaan pembelajaran gerak dasar backhand service dalam permainan tenis meja melalui tahapan lambungan bola diikuti dengan kinerja guru yang maksimal dalam memotivasi aktivitas siswa dan bimbingan melalui petunjuk-petunjuk pelaksanaan yang jelas dan koreksi-koreksi yang tepat baik secara khusus maupun umum serta upaya pemanfaatan fasilitas belajar akan mampu mendapatkan hasil yang maksimal.

Pada tahap pelaksanaan, guru menyampaikan tujuan pembelajaran melalui tahapan lambungan bola dalam pembelajaran permainan tenis meja untuk meningkatkan kemampuan gerak dasar backhand service. Penilaian pada akhir pembelajaran dilakukan dengan melakukan tes akhir dan penilaian selama proses pembelajaran. Penilaian proses pembelajaran dilakukan dengan observasi, wawancara, dan aktivitas siswa yang meliputi aspek antusias, disiplin, dan kerja sama. Sedangkan tes akhir dilakukan dengan tes praktik melakukan gerakan

backhand service dalam pembelajaran permainan tenis meja.

Pelaksanaan kinerja guru mengalami peningkatan dari tindakan siklus I sampai dengan tindakan siklus III. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari persentase setiap siklusnya selama pembelajaran melalui tahapan lambungan bola pada pembelajaran permainan tenis meja untuk meningkatkan kemampuan gerakan backhand service. Dimulai dari data awal hasil kinerja guru yaitu baru mencapai 67%, diperbaiki pada siklus I menjadi 71%, diperbaiki pada siklus II menjadi 83%, diperbaiki dan mencapai target pada siklus III menjadi 100%.

3. Aktivitas Siswa

Dalam memaksimalkan aktivitas siswa saat berlangsungnya pembelajaran pemberian motivasi siswa harus diberikan saat pembelajaran berlangsung agar aktivitas siswa dapat meningkat disamping pengawasan dan peraturan yang ketat, jelas dan tidak berpihak sehingga pengelolaan proses belajar maksimal.

Berdasarkan hasil observasi mengenai aktivitas siswa pada pembelajaran siklus I, II, III terlihat adanya kenaikan persentase aktivitas siswa. Peningkatan persentase ssiswa siklus I, II, III. Dimulai dari data awal hasil aktivitas siswa yaitu baru mencapai 54,70%, diperbaiki pada siklus I menjadi 57%, diperbaiki pada


(46)

siklus II menjadi 64%, diperbaiki dan mencapai target pada siklus III menjadi 75,60%.

4. Hasil Pembelajaran

Dengan penerapan pembelajaran gerak dasar backhand service dalam permainan tenis meja melalui tahapan lambungan bola menunjukan adanya peningkatan yang signifikan. Dalam hal ini penulis telah menerapkan pembelajaran backhand service melalui tahapan lambungan bola. Dan hasilnya ternyata dapat meningkatkan pembelajaran backhand service pada tenis meja secara bertahap dari siklus I sampai siklus III. Melalui pembelajaran yang diterapkan penulis dalam tiga siklus tindakan, setelah dievaluasi pada akhir

masing-masing siklus ternyata mengalami peningkatan yang signifikan. Adanya

peningkatan hasil belajar siswa dari tindakan siklus I, tndakan siklus II, dan tindakan siklus III. Pada perolehan data awal, siswa yang mendapatkan kategori tuntas dalam tes gerakan backhand service sebanyak 6 siswa, sedangkan siswa yang mendapatkan kategori tidak tuntas pada perolehan data awal sebanyak 19 siswa. Hasil tes belajar siswa keseluruhan pada data awal yaitu baru mencapai 24%. Pada pembelajaran siklus I, siswa yang mendapatkan kategori tuntas dalam tes gerakan backhand service sebanyak 10 siswa, sedangkan siswa yang mendapatkan kategori tidak tuntas pada tindakan siklus I sebanyak 15 siswa. Hasil tes belajar siswa keseluruhan yang didapatkan pada tindakan siklus I yaitu mencapai 40%. Untuk pembelajaran siklus II, ada peningkatan dari siklus I, terlihat dari persentase kenaikan siswa yang mendapatkan kategori tuntas dalam tes gerakan backhand service sebanyak 17 siswa, sedangkan siswa yang mendapatkan kategori tidak tuntas pada tindakan siklus II sebanyak 8 siswa. Hasil tes belajar keseluruhan yang didapatkan pada tindakan siklus II yaitu mencapai 68%. Kemudian untuk siklus III juga terlihat adanya peningkatan hasil belajar siswa, terlihat dari persentase kenaikan siswa yang mendapatkan kategori tuntas dalam tes gerakan backhand service sebanyak 21 siswa, sedangkan siswa yang mendapatkan kategori tidak tuntas pada tindakan siklus III sebanyak 4 siswa. Hasil tes belajar keseluruhan yang didapatkan pada tindakan siklus III yaitu mencapai 84%. Dalam pembelajaran permainan tenis meja mengenai gerakan


(47)

backhand service. Hal ini dapat dilihat dari hasil tes pembelajaran yang dapat

mencapai target pada siklus III dengan persentase kelulusan 84%.

Berdasarkan data di atas penggunaan tahapan lambungan bola dalam pembelajaran permainan tenis meja sangat membantu siswa kelas V SDN 2 Gegesik Kidul Kecamatan Gegesik Kabupaten Cirebon dalam meningkatkan kemampuan gerakan backhand service pada pembelajaran permainan tenis meja sehingga penelitian dihentikan pada siklus yang ke III. Dengan demikian, hasil hipotesis tindakan diterima.

B. Saran

Berdasarkan hasil temuan yang diperoleh penulis selama peneliti ini diajukan saran-saran sebagai berikut :

1. Bagi Guru

Diharapkan para guru pendidikan jasmani mencoba berbagai macam teknik pendekatan yang sesuai dengan karakter materi ajar, agar wawasan metodologi pembelajaran pendidikan jasmani menjadi berkembang. Terutama pada pembelajaran penjas di SD sebaiknya menggunakan metode pembelajaran melalui modifikasi, karena pada masa anak SD cenderung masih ingin bermain serta menghindari cedera yang berakibat fatal.

2. Bagi Siswa

Diharapkan dengan menerapkan pembelajaran gerak dasar backhand service dalam permainan tenis meja melalui tahapan lambungan bola dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

3. Bagi Sekolah

Diharapkan dapat menambah referensi tentang metode pembelajaran khususnya untuk mata pelajaran pendidikan jasmani.

4. Bagi Lembaga

Mudah-mudahan pembelajaran ini dapat menjadi masukan sebagai pengembangan teknik meningkatkan pembelajaran gerak dasar backhand service pada permainan tenis meja.


(48)

5. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti yang berikutnya yang relevan dengan skripsi ini, diharapkan dalam penggunaan metode tidak hanya melalui pembelajaran tahapan lambungan bola saja tetapi mencari metode lain yang bisa meningkatkan kemampuan gerakan


(49)

Adang Suherman, (2011). “Evaluasi Pendidikan Jasmani”, Departemen

Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Olahraga Jakarta.

Aip, Syarifuddin, Muhadi (1993). “ Pendidikan Jasmani dan Kesehatan “,

Departemen Pendidikan dan Kebudayan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Cholik T. M. dan Gusril. (2002). Perkembangan Motorik pada Anak-anak. Jakarta: Depdiknas.

Creswell W John. 2008. Educational Research. New Jersey: Pearson Education, Inc.

Damiri, Kusmaedi. (1992). Olahraga Pilihan Tenis Meja Bandung: Depdikbud. Denzin K Norman, Lincoln S Yvonna. 2005. The Sage Handbook Of Qualitative

Research Third Edition. California: Sage Publictions, Inc.

Depdikbud. (2003). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Standar Isi Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.

Kasbolah, Kasihani. (1998). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Depdikbud. Kasbolah, Kasihani. (1998/1999). Penelitian Tindakan Kelas. Malang :

DEPDIKBUD.

Kusmaedi, Damiri (1992).”Olahraga Pilihan Tenis Meja:, Departemen

Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Bandung.

Kusnandar. 2008. Langkah Mudah PTK Sebagai Pengembang Profesi Guru. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Lutan, Rusli (1996/1997). Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Jakarta: Depdiknas

Lutan, Rusli (2001 : 18) Pembelajaran Penjas di Sekolah Dasar.

Moleong, J. Lexy. (2004). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Muhadi, Syarifuddin. (1992). Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta: Depdikbud.

Nasution, Eri D (1999). Tenis Meja Tingkat Pemula. Jakarta PT Raja Grafindo Suharsimi, Arikunto, www.scribd.com/dok/2473703/Penelitian.

Simpson, Peter. (1984) Teknik Bermain Pingpong, Pionir, Bandung.

Supandi. (1992) Strategi Mengajar Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta: Depdikbud.

Wiriaatmaja, Rochiati. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas untuk


(1)

104 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan penelitian yang telah dilakukan mengenai peningkatan pembelajaran gerak dasar backhand service dalam permainan tenis meja melalui tahapan lambungan bola pada siswa kelas V SDN 2 Gegesik Kidul Kecamatan Gegesik Kabupaten Cirebon, peneliti menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Perencanaan

Pada bagian ini, peneliti akan menyimpulkan tahap perencanaan dalam pembelajaran. Yang pertama peneliti mempersiapkan materi yang akan disampaikan dalam pembelajaran permainan tenis meja, menentukan tujuan pembelajaran, metode pembelajaran, dan pembelajaran melalui tahapan lambungan bola untuk meningkatkan kemampuan gerak dasar backhand service pada pembelajaran tenis meja. Kemudian menentukan langkah-langkah pembelajaran dalam RPP, menentukan instrumen yang akan digunakan selama proses pembelajaran, dan menentukan teknik pengolahan data yang akan digunakan untuk mengetahui hasil setelah pembelajaran melalui tahapan lambungan bola. Hasil yang dicapai pada perencanaan pembelajaran pada data awal yaitu baru mencapai 60% dan belum mencapai target yang ditentukan yaitu 100%, sehingga diperlukan perbaikan pada siklus I, hasil yang dicapai pada perencanaan pembelajaran siklus I yaitu mencapai 71% dan belum mencapai target yang ditentukan yaitu 100%, sehingga diperlukan perbaikan pada siklus II. Dalam siklus II hasil persentasi perencanaan pembelajaran mengalami peningkatan yaitu 85% dan belum mencapai target yang ditentukan yaitu 100%, sehingga diperlukan perbaikan pada siklus III. Pada siklus III perencanaan pembelajaran target sudah dapat tercapai, dan dipertahankan pada siklus III.. Agar proses pembelajaran berjalan efektif, sistematika tahapan gerakan dimulai dengan gerakan yang mudah dan beban kerja yang ringan, kemudian berangsur-angsur dinaikan ke beban yang sulit.


(2)

2. Kinerja Guru

Proses pelaksanaan pembelajaran gerak dasar backhand service dalam permainan tenis meja melalui tahapan lambungan bola diikuti dengan kinerja guru yang maksimal dalam memotivasi aktivitas siswa dan bimbingan melalui petunjuk-petunjuk pelaksanaan yang jelas dan koreksi-koreksi yang tepat baik secara khusus maupun umum serta upaya pemanfaatan fasilitas belajar akan mampu mendapatkan hasil yang maksimal.

Pada tahap pelaksanaan, guru menyampaikan tujuan pembelajaran melalui tahapan lambungan bola dalam pembelajaran permainan tenis meja untuk meningkatkan kemampuan gerak dasar backhand service. Penilaian pada akhir pembelajaran dilakukan dengan melakukan tes akhir dan penilaian selama proses pembelajaran. Penilaian proses pembelajaran dilakukan dengan observasi, wawancara, dan aktivitas siswa yang meliputi aspek antusias, disiplin, dan kerja sama. Sedangkan tes akhir dilakukan dengan tes praktik melakukan gerakan backhand service dalam pembelajaran permainan tenis meja.

Pelaksanaan kinerja guru mengalami peningkatan dari tindakan siklus I sampai dengan tindakan siklus III. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari persentase setiap siklusnya selama pembelajaran melalui tahapan lambungan bola pada pembelajaran permainan tenis meja untuk meningkatkan kemampuan gerakan backhand service. Dimulai dari data awal hasil kinerja guru yaitu baru mencapai 67%, diperbaiki pada siklus I menjadi 71%, diperbaiki pada siklus II menjadi 83%, diperbaiki dan mencapai target pada siklus III menjadi 100%. 3. Aktivitas Siswa

Dalam memaksimalkan aktivitas siswa saat berlangsungnya pembelajaran pemberian motivasi siswa harus diberikan saat pembelajaran berlangsung agar aktivitas siswa dapat meningkat disamping pengawasan dan peraturan yang ketat, jelas dan tidak berpihak sehingga pengelolaan proses belajar maksimal.

Berdasarkan hasil observasi mengenai aktivitas siswa pada pembelajaran siklus I, II, III terlihat adanya kenaikan persentase aktivitas siswa. Peningkatan persentase ssiswa siklus I, II, III. Dimulai dari data awal hasil aktivitas siswa yaitu baru mencapai 54,70%, diperbaiki pada siklus I menjadi 57%, diperbaiki pada


(3)

siklus II menjadi 64%, diperbaiki dan mencapai target pada siklus III menjadi 75,60%.

4. Hasil Pembelajaran

Dengan penerapan pembelajaran gerak dasar backhand service dalam permainan tenis meja melalui tahapan lambungan bola menunjukan adanya peningkatan yang signifikan. Dalam hal ini penulis telah menerapkan pembelajaran backhand service melalui tahapan lambungan bola. Dan hasilnya ternyata dapat meningkatkan pembelajaran backhand service pada tenis meja secara bertahap dari siklus I sampai siklus III. Melalui pembelajaran yang diterapkan penulis dalam tiga siklus tindakan, setelah dievaluasi pada akhir masing-masing siklus ternyata mengalami peningkatan yang signifikan. Adanya peningkatan hasil belajar siswa dari tindakan siklus I, tndakan siklus II, dan tindakan siklus III. Pada perolehan data awal, siswa yang mendapatkan kategori tuntas dalam tes gerakan backhand service sebanyak 6 siswa, sedangkan siswa yang mendapatkan kategori tidak tuntas pada perolehan data awal sebanyak 19 siswa. Hasil tes belajar siswa keseluruhan pada data awal yaitu baru mencapai 24%. Pada pembelajaran siklus I, siswa yang mendapatkan kategori tuntas dalam tes gerakan backhand service sebanyak 10 siswa, sedangkan siswa yang mendapatkan kategori tidak tuntas pada tindakan siklus I sebanyak 15 siswa. Hasil tes belajar siswa keseluruhan yang didapatkan pada tindakan siklus I yaitu mencapai 40%. Untuk pembelajaran siklus II, ada peningkatan dari siklus I, terlihat dari persentase kenaikan siswa yang mendapatkan kategori tuntas dalam tes gerakan backhand service sebanyak 17 siswa, sedangkan siswa yang mendapatkan kategori tidak tuntas pada tindakan siklus II sebanyak 8 siswa. Hasil tes belajar keseluruhan yang didapatkan pada tindakan siklus II yaitu mencapai 68%. Kemudian untuk siklus III juga terlihat adanya peningkatan hasil belajar siswa, terlihat dari persentase kenaikan siswa yang mendapatkan kategori tuntas dalam tes gerakan backhand service sebanyak 21 siswa, sedangkan siswa yang mendapatkan kategori tidak tuntas pada tindakan siklus III sebanyak 4 siswa. Hasil tes belajar keseluruhan yang didapatkan pada tindakan siklus III yaitu mencapai 84%. Dalam pembelajaran permainan tenis meja mengenai gerakan


(4)

backhand service. Hal ini dapat dilihat dari hasil tes pembelajaran yang dapat mencapai target pada siklus III dengan persentase kelulusan 84%.

Berdasarkan data di atas penggunaan tahapan lambungan bola dalam pembelajaran permainan tenis meja sangat membantu siswa kelas V SDN 2 Gegesik Kidul Kecamatan Gegesik Kabupaten Cirebon dalam meningkatkan kemampuan gerakan backhand service pada pembelajaran permainan tenis meja sehingga penelitian dihentikan pada siklus yang ke III. Dengan demikian, hasil hipotesis tindakan diterima.

B. Saran

Berdasarkan hasil temuan yang diperoleh penulis selama peneliti ini diajukan saran-saran sebagai berikut :

1. Bagi Guru

Diharapkan para guru pendidikan jasmani mencoba berbagai macam teknik pendekatan yang sesuai dengan karakter materi ajar, agar wawasan metodologi pembelajaran pendidikan jasmani menjadi berkembang. Terutama pada pembelajaran penjas di SD sebaiknya menggunakan metode pembelajaran melalui modifikasi, karena pada masa anak SD cenderung masih ingin bermain serta menghindari cedera yang berakibat fatal.

2. Bagi Siswa

Diharapkan dengan menerapkan pembelajaran gerak dasar backhand service dalam permainan tenis meja melalui tahapan lambungan bola dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

3. Bagi Sekolah

Diharapkan dapat menambah referensi tentang metode pembelajaran khususnya untuk mata pelajaran pendidikan jasmani.

4. Bagi Lembaga

Mudah-mudahan pembelajaran ini dapat menjadi masukan sebagai pengembangan teknik meningkatkan pembelajaran gerak dasar backhand service pada permainan tenis meja.


(5)

5. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti yang berikutnya yang relevan dengan skripsi ini, diharapkan dalam penggunaan metode tidak hanya melalui pembelajaran tahapan lambungan bola saja tetapi mencari metode lain yang bisa meningkatkan kemampuan gerakan backhand service dalam pembelajaran permainan tenis meja.


(6)

109

Adang Suherman, (2011). “Evaluasi Pendidikan Jasmani”, Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Olahraga Jakarta.

Aip, Syarifuddin, Muhadi (1993). “ Pendidikan Jasmani dan Kesehatan “, Departemen Pendidikan dan Kebudayan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Cholik T. M. dan Gusril. (2002). Perkembangan Motorik pada Anak-anak. Jakarta: Depdiknas.

Creswell W John. 2008. Educational Research. New Jersey: Pearson Education, Inc.

Damiri, Kusmaedi. (1992). Olahraga Pilihan Tenis Meja Bandung: Depdikbud. Denzin K Norman, Lincoln S Yvonna. 2005. The Sage Handbook Of Qualitative Research Third Edition. California: Sage Publictions, Inc.

Depdikbud. (2003). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Standar Isi Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.

Kasbolah, Kasihani. (1998). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Depdikbud. Kasbolah, Kasihani. (1998/1999). Penelitian Tindakan Kelas. Malang :

DEPDIKBUD.

Kusmaedi, Damiri (1992).”Olahraga Pilihan Tenis Meja:, Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Bandung.

Kusnandar. 2008. Langkah Mudah PTK Sebagai Pengembang Profesi Guru. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Lutan, Rusli (1996/1997). Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Jakarta: Depdiknas

Lutan, Rusli (2001 : 18) Pembelajaran Penjas di Sekolah Dasar.

Moleong, J. Lexy. (2004). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Muhadi, Syarifuddin. (1992). Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta: Depdikbud.

Nasution, Eri D (1999). Tenis Meja Tingkat Pemula. Jakarta PT Raja Grafindo Suharsimi, Arikunto, www.scribd.com/dok/2473703/Penelitian.

Simpson, Peter. (1984) Teknik Bermain Pingpong, Pionir, Bandung.

Supandi. (1992) Strategi Mengajar Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta: Depdikbud.

Wiriaatmaja, Rochiati. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: Rosda Karya.