MENINGKATKAN GERAK DASAR TOLAKAN SPIKE PADA PERMAINAN BOLA VOLI MELALUI PERMAINAN LONCAT LEMPAR SASARAN BERGANTIAN.

(1)

PERMAINAN BOLA VOLI MELALUI PERMAINAN LONCAT LEMPAR SASARAN BERGANTIAN

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV SDN 2 Bungko Kecamatan Kapetakan Kabupaten Cirebon)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh RUSLAN

0902768

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR PENJAS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KAMPUS SUMEDANG 2013


(2)

MENINGKATKAN GERAK DASAR TOLAKAN SPIKE PADA PERMAINAN BOLA VOLI MELALUI PERMAINAN

LONCAT LEMPAR SASARAN BERGANTIAN

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV SDN 2 Bungko Kecamatan Kapetakan Kabupaten Cirebon)

Oleh Ruslan

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

© Ruslan 2013

Universitas Pendidikan Indonesia Juni 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

Ruslan

MENINGKATKAN GERAK DASAR TOLAKAN SPIKE PADA PERMAINAN BOLA VOLI MELALUI PERMAINAN LONCAT LEMPAR

SASARAN BERGANTIAN

(PTK di Kelas IV SDN 2 Bungko Bungko Kecamatan Kapetakan Kabupaten Cirebon)

Oleh Ruslan NIM. 0902768

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH. Pembimbing I

Dr.H. Ayi Suherman, M.Pd. NIP. 19600215 198411 1 001

Pembimbing II

Drs. H. Encep Sudirjo, S.Pd, M.Pd. NIP. 196203171987031004

Mengetahui,

Ketua Program Studi PGSD Pendidikan Jasmani UPI Kampus Sumedang

Drs. Respati Mulyanto, M.Pd. NIP. 195905201988031002


(4)

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR DIAGRAM ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan dan Pemecahan Masalah ... 6

1. Perumusan Masalah ... 6

2. Pemecahan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Batasan Istilah ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12

A. Kajian Teoritis ... 12

1. Hakikat Pendidikan Jasmani ... 12

a. Pengertian Pendidikan Jasmani ... 12

b. Pembelajaran Pendidikan Jasmani di SD ... 13

c. Tujuan Pendidikan Jasmani di SD ... 14

d. Manfaat Pendidikan Jasmani di SD ... 15

e. Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani di SD ... 16


(5)

b. Teori Perkembangan ... 18

c. Karakteristik Siswa SD ... 20

3. Teori Pembelajaran Pendidikan Jasmani ... 21

4. Hakikat Permainan Bola Voli ... 22

a. Pengertian Permainan Bola Voli ... 23

b. Bentuk Lapangan dan Peraturan Permainan ... 23

c. Permainan Bola Voli Mini ... 26

d. Bentuk Lapangan Bola Voli Mini ... 26

e. Teknik Dasar Permainan Bola Voli... 28

f. Smash (Spike) ... 28

5.Pembalajaran Bola Voli Gerak Dasar Tolakan Spike menggunakan Permainan Loncat Lempar Sasaran Bergantian ... 31

a. Pengertian Permainan Loncat Bergantian ... 31

b. Langkah-langkah Permainan Loncat Bergantian ... 31

B. Kajian Praktis ... 35

C. Hipotesis Tindakan ... 39

BAB III METODE PENELITIAN ... 40

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 40

1. Lokasi Penelitian ... 40

a. Letak Geografis ... 40

b. Keadaan Guru ... 41

c. Keadaan Siswa ... 41

2. Waktu Penelitian ... 42

B. Subjek Penelitian ... 42

C. Metode dan Desain Penelitian ... 43

1. Metode Penelitian ... 43

2. Desain Penelitian ... 45

D. Prosedur Penelitian ... 46


(6)

E. Instrumen Penelitian ... 51

1. Lebar Observasi ... 51

a. Format Observasi Perencanaa Pembelajaran ... 52

b. Format Observasi Kinerja Guru ... 53

c. Format Observasi Aktivitas Siswa ... 54

d. Format Wawancara ... 54

e. Catatan Lapangan ... 56

f. Dokumentasi ... 57

g. Tes Hasil Belajar ... 57

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 59

1. Teknik Pengolahan Data ... 59

a. Pengolahan Data Proses ... 59

b. Pengolahan Data Hasil ... 59

2. Teknik Analisis Data ... 60

G. Validasi Data ... 62

1. Triangulasi ... 62

2. Member Chek ... 62

3. Expert Opinion ... 63

4. Audit Trail ... 63

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 64

A. Paparan Data Awal ... 64

1. Hasil Observasi Perencanaan Pembelajaran ... 64

2. Data Awal Hasil Observasi Kinerja Guru ... 66

3. Data Awal Hasil Aktivitas Siswa ... 67

4. Data Awal Tes Hasil Belajar Siswa ... 68

5. Paparan Rekapitulasi Data Awal ... 70


(7)

c. Analisis dan Refleksi Aktivitas Siswa ... 72

d. Analisis dan Refleksi Hasil Belajar... 74

B. Paparan Data Tindakan ... 75

1. Paparan Data Tindakan Siklus I ... 75

a. Perencanaan Tindakan Siklus I ... 75

b. Paparan Data Pelaksanaan Siklus I ... 76

c. Paparan Data Hasil Tindakan Siklus I ... 77

1). Paparan Data Perencanaan Siklus I... 78

2). Kinerja Guru Siklus I ... 79

3). Aktivitas Siswa Siklus I ... 81

4). Tes Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 83

d. Analisis dan Refleksi Siklus I ... 85

1). Analisis dan Refleksi Perencanaan Siklus I ... 85

2). Analisis dan Refleksi Kinerja Guru ... 87

3). Analisis dan Releksi Aktivitas Siklus I ... 88

4). Analisis dan Refleksi Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 89

2. Paparan Data Tindakan Siklus II ... 90

a. Paparan Data Perencanaan Siklus II ... 90

b. Paparan Data Pelaksanaan Siklus II ... 91

c. Paparan Data Hasil Observasi Siklus II ... 92

1). Perencanaan Siklus II ... 93

2). Kinerja Guru Siklus II ... 95

3). Aktivitas Siswa Siklus II ... 96

4). Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 98

d. Analisis dan Refleksi Siklus II ... 100

1). Analisis dan Refleksi Perencanaan Siklus II ... 100

2). Analisis dan Refleksi Kinerja Guru Siklus II ... 102

3). Analisis dan Refleksi Aktivitas Siswa Siklus II ... 103

4). Analisis dan Refleksi Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 104


(8)

1). Paparan Data Perencanaan Siklus III ... 108

2). Paparan Data Kinerja Guru Siklus III ... 110

3). Paparan Data Aktivitas Siswa Siklus III ... 111

4). Paparan Data Hasil Belajar Siswa Siklus III... 113

d. Analisis dan Refleksi Siklus III... 115

1). Analisis dan Refleksi Perencanaan Siklus III ... 115

2). Analisis dan Refleksi Kinerja Guru Siklus III ... 116

3). Analisis dan Refleksi Aktivitas Siswa Siklus III ... 117

3). Analisis dan Refleksi Hasil Belajar Siswa Siklus III ... 118

C. Pembahasan ... 119

1. Pembahasan Tahap Perencanaan... 120

2. Pembahasan Tahap Kinerja Guru... 123

3. Pembahasan Aktivitas Siswa ... 125

4. Pembahasan Hasil Belajar ... 126

5. pembahasan Keseluruhan ... 128

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 130

A. Kesimpulan ... 130

B. Saran ... 131

DAFTAR PUSTAKA ... 133

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 136


(9)

1

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya, pendidikan jasmani di Sekolah Dasar (SD) merupakan suatu proses pembelajaran yang melibatkan psikomotorik siswa. Pengembangan psikomotorik yang melibatkan siswa secara sederhana siswa bisa diajarkan dengan menggerakan tangan dan kaki. Melalui proses pembelajaran pendidikan jasmani dengan tujuan untuk mengembangkan potensi anak secara seimbang. Siswa SD pada usia 7-12 tahun cenderung aktif dengan psikomotoriknya. Oleh karena itu, perlu adanya arahan untuk mengoptimalkan perkembangan psikomotorik siswa sehingga seimbang lebih terarah dan bermakna. Yang menjadi sasaran dalam pembelajaran pendidikan jasmani perkembangan psikomotorik, kognitif dan afektif. ketiga aspek tersebut saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan dan harus seimbang satu sama lainnya.

Seperti yang dijelaskan dalam buku panduan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SD/MI (BNSP, 2006: 208), menjelaskan bahwa :

Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan merupakan media untuk mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan motorik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap-mental-emosional-spotivitas-spiritual-sosial), serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang.

Pendidikan jasmani sebagai media dan proses pendidikan melalui aktivitas jasmani atau olahraga yang mempunyai nilai-nilai pendidikan yang hakiki dan mempunyai tujuan. Dalam mencapai tujuan tersebut dalam pembelajaran harus mengoptimalkan aspek-aspek pembelajaran seperti penetapan tujuan pembelajaran, pengembangan materi, pemilihan strategi, pengefektifan waktu, media dan evaluasi supaya tercapai suatu tujuan dalam pembelajaran pendidikan jasmani yang maksimal.

Cabang olahraga permainan bola voli merupakan suatu cabang olahraga yang sangat memasyarakat, karena dalam permainan bola voli tidak banyak


(10)

memerlukan biaya yang terlalu mahal untuk bisa bermainnya, sehingga permainan ini sangat memasyarakat. Permainan bola voli juga tidak harus dimainkan oleh orang dewasa saja, anak–anak juga bisa bermain bola voli. Untuk itu peningkatan keterampilan gerak dasar bermain bola voli pada siswa sekolah merupakan suatu keharusan karena ada di dalam kurikulum KTSP SD/MI (BNSP, 2006: 208), yaitu:

1) Permainan dan olahraga meliputi: olahraga tradisional, permainan. Eksplorasi gerak, keterampilan lokomotor non-lokomotor, dan manipulatif, atletik, kasti, rounders, kippers, sepak bola, bola basket, bola voli, tenis meja, tenis lapang, bulu tangkis dan bela diri, serta aktifitas lainnya.

2) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh, komponen kebugaran jasmani, dan bentuk postur tubuh serta aktivitas lainnya. 3) Aktivitas senam meliputi: ketangkasan sederhana, ketangkasan tanpa

alat, ketangkasan dengan alat, dan senam lantai, serta aktivitas lainnya. 4) Aktivitas ritmik meliputi: gerak bebas, senam pagi, SKJ, dan senam

aerobik serta aktivitas lainnya.

5) Aktivitas air meliputi: permainan di air , keselamatan air, keterampilan bergerak di air, dan renang serta aktivitas lainnya.

6) Pendidikan luar kelas, meliputi: piknik/karyawisata, pengenalan lingkungan, berkemah, menjelajah dan mendaki gunung

7) Kesehatan, meliputi penanaman budaya hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari, khususnya yang terkait dengan perawatan tubuh agar tetap sehat, memilih makanan dan minuman yang sehat, mencegah dan merawat cedera, mengatur waktu istirahat yang tepat dan berperan aktif dalam kegiatan P3K dan UKS. Aspek kesehatan merupakan aspek tersendiri, dan secara implisit masuk ke dalam semua aspek.

Permainan bola voli merupakan cabang olahraga beregu yang melibatkan banyak orang. Teknik dasar dalam bermain bola voli yang sebaiknya dikuasai oleh setiap pemain yaitu servis, passing, umpan, spike dan block.

Pada permainan bola voli, sebaiknya setiap pemain bisa melakukan spike yang kegunaannya untuk menyerang lawan. Bentuk serangan yang lainnya dapat berupa servis, bola tipuan atau sontekan, dan bendungan/block juga diperlukan dalam permainan bola voli. Konsep dasarnya terbagi ke dalam empat tahapan yaitu; awalan, tolakan, gerakan memukul, dan mendarat.

Dalam pembelajaran pendidikan jasmani diajarkan berbagai keterampilan gerak dasar, teknik dan strategi, permainan dan olahraga, internalisasi nilai-nilai


(11)

(sportivitas, kerjasama, dan lain-lain), serta pembiasaan hidup sehat. Pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani diberikan dan dikemas melalui berbagai pendekatan, agar siswa termotivasi dan tertarik untuk mengikuti pembelajaran.

Pembelajaran pendidikan jasmani perlu unsur permainan supaya siswa tidak cepat merasa bosan, karena di dalamnya terdapat kesenangan dan kepuasan bagi siswa. Sehingga, proses kegiatan belajar mengajar menjadi lebih efektif dan menyenangkan bagi siswa. Permainan juga menunjang perkembangan fisik dan kepribadian siswa. Permainan juga dapat digunakan untuk tujuan pendidikan. Selain itu, permainan juga berfungsi sebagai sarana untuk rekreasi.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di kelas IV SD Negeri 2 Bungko Kecamatan Kapetakan Kabupaten Cirebon. Pada saat pembelajaran bola voli gerak dasar tolakan spike proses dan hasil belajar masih sangat rendah. Permasalahan yang muncul saat pembelajaran, yaitu siswa kesulitan saat melakukan awalan, tolakan, dan mendarat. Namun, siswa sangat kesulitan yaitu saat melakukan tolakan. ketika melakukan spike, kesalahan yang dilakukan siswa yaitu saat melangkahkan kaki untuk meloncat. Siswa hanya menolak dengan satu kaki mengakibatkan tolakannya tidak tinggi. Sehingga, saat melakukan spike bola tersangkut di net, dan mendarat dengan posisi tubuh tidak seimbang. Permasalahan tersebut terjadi karena ada beberapa faktor yang menghambat siswa SD Negeri 2 Bungko Kecamatan Kapetakan Kabupaten Cirebon dalam pembelajaran bola voli.

Guru dalam merencanakan pembelajaran masih kurang maksimal hanya 46%. Dikarenakan masih kurang jelasnya cakupan rumusan pembelajarandan dan kurang kretifnya guru dalam memilih metode pembelajaran. serta kurang mampu menentukan kegiatan pembelajaran dan tidak merencanakan prosedur dan tidak menyiapkan alat penilaian dalam pembelajaran.

Kinerja guru disaat proses pembelajaran masih kurang maksimal hanya 45%. Pada saat pembelajaran hanya memberikan penjelasan secara lisan tanpa menggunakan metode yang dapat memudahkan siswa dalam pembelajaran bola voli gerak dasar tolakan spike serta kurang mengefektifkan media dan pemilihan


(12)

strategi pembelajaran yang disesuaikan dengan karakter siswa. Hal tersebut dapat menghambat proses dan hasil dari tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

Aktivitas siswa masih kurang maksimal hanya 46% karena tolakan yang dilakukan tidak berhasil. Siswa cenderung cepat merasa bosan, kurang antusias dan semangat dalam mengikuti pembelajaran. Siswa kurang termotivasi, terlihat banyak siswa yang pada saat pembelajaran hanya duduk dan ngobrol dengan temannya.

Berdasarkan tabel 1.1 diperoleh data dari proses pembelajaran bola voli kelas IV SDN 2 Bungko Kecamatan Kapetakan Kabupaten Cirebon dengan jumlah 26 siswa, maka peneliti mendapatkan data awal dari hasil observasi tes gerak dasar tolakan spike bola voli sebagai berikut :

Tabel 1.1

Data Awal Hasil Observasi Pelaksanaan Tes Gerak Dasar Tolakan Spike Bola Voli Siswa Kelas IV SDN Bungko 2

No Nama L / P

Aspek yang dinilai

Jumlah skor

Nilai

Keterangan Awalan Tolakan Mendarat

T BT 3 2 1 3 2 1 3 2 1

1 Nurjana L √ √ √ 6 66,66 √

2 Alan N. L √ √ √ 6 66,66 √

3 Sudarsono L √ √ √ 7 77,77 √

4 Widianto L √ √ √ 5 55,55 √

5 Alik L √ √ √ 8 88,88 √

6 Andani P √ √ √ 5 44,44 √

7 Anjeli P √ √ √ 4 44,44 √

8 Aris L. L √ √ √ 5 55,55 √

9 Atin A. P √ √ √ 5 55,55 √

10 Catnia P √ √ √ 6 66,66 √

11 Dani A. L √ √ √ 8 88,88 √

12 Darkina L √ √ √ 7 77,77 √

13 Dea N. P √ √ √ 4 44,44

14 Dimas R. L √ √ √ 4 44,44 √

15 Eka Y. L √ √ √ 5 55,55 √

16 Gilang R. L √ √ √ 6 66,66 √

17 Idayat P. L √ √ √ 4 44,44 √

18 Ika P √ √ √ 4 44,44 √

19 Jedli L √ √ √ 8 88,88 √

20 Yulia w. P √ √ √ 3 33,33 √

21 Karlina P √ √ √ 5 55,55 √

22 Laelatin P √ √ √ 3 33,33 √

23 Mahesa L √ √ √ 6 66,66 √

24 Marisa H. P √ √ √ 4 44,44 √

25 Ayu R. P √ √ √ 4 44,44 √

26 Dani B. L √ √ √ 7 77,77 √

JUMLAH 1

5

/1

1

6 11 9 4 6 16 5 13 8 138 1455,41 6 20

RATA-RATA - - - - - - - - - 5,31 58,21 - - PERSENTASE (%) 2 3 ,0 8 4 2 ,3 1 3 4 ,6 1 1 5 ,3 8 2

3 61 19

,2

3

5

0 30

,7 7 2 3 ,0 8 7 6 ,9 2 Keterangan : T : Tuntas BT : Tidak Tuntas


(13)

Rumus Penilaian :

(Jumlah skor yang diperoleh) x 100 = Nilai Akhir Skor ideal

Skor Ideal = 12

Kriteria ketuntasan minimum (KKM) yaitu 70 Jika siswa mendapat nilai ≥ 70 dikatakan tuntas. Jika siswa mendapat nilai ≤ 70 dikatakan tidak tuntas.

Berdasarkan data pada tabel 1.1 mengenai data awal observasi pelaksanaan tes gerak dasar tolakan spike bola voli siswa kelas IV SDN 2 Bungko Kecamatan Kapetakan Kabupaten Cirebon yang berjumlah 26 siswa. Dapat dilihat yang tuntas sebanyak 6 (23,08%) siswa, sedangkan yang belum tuntas sebanyak 20 (76,92%) siswa.

Apabila dilihat dari aspek yang dinilai yaitu awalan, tolakan, dan mendarat pada aspek kemampuan siswa dalam melakukan awalan, terdapat 6 (23,08%) siswa yang mendapatkan skor 3 yaitu yang melakukan gerakan awalan spike dengan tepat dan pandangan ke depan. Dan sebanyak 11 (42,31%) siswa yang mendapatkan skor 2 yaitu yang melakukan gerakan awalan spike dan pandang tidak ke depan. Selanjutnya, terdapat 9 (34,61%) siswa yang mendapatkan skor 1 yaitu yang tidak dapat melakukan gerakan awalan spike dan pandangan tidak ke depan.

Aspek selanjutnya yaitu kemampuan melakukan tolakan spike sebanyak 4 (15,38%) siswa mendapat skor 3 yaitu yang berhasil melakukan tolakan spike dengan dua kaki dan meloncat dengan benar. Sebanyak 6 (23%) siswa yang mendapat skor 2 yang berhasil melakukan tolakan dengan satu kaki dan loncatan dengan benar. Sedangkan, sebanyak 16 (61%) siswa yang melakukan kesalahan saat melakukan tolakan spike.

Aspek yang ketiga, yaitu kemampuan mendarat. Pada kemampuan mendarat, siswa yang mendapatkan skor 3 sebanyak 5 (19,23%) yaitu siswa yang dapat melakukan pendaratan dengan posisi tubuh seimbang dan pandangan ke depan. Sebanyak 13 (50 %) mendapatkankan skor 2 yaitu siswa yang dapat


(14)

melakukan pendaratan dengan posisi tubuh seimbang dan pandang tidak ke depan. Sedangkan, siswa yang mendapat skor 1 sebanyak 8 (30,77%) yaitu siswa yang melakukan pendaratan dengan posisi tubuh jatuh ke tanah. Secara keseluruhan kemampuan siswa paling rendah (15,38%) terdapat pada aspek melakukan tolakan spike. Kemudian, terendah berikutnya terdapat pada aspek mendarat.

Permasalahan tersebut terjadi karena dalam melakukan awalan spike, siswa keliru saat melangkahkan kaki untuk meloncat. Dilihat dari gerak dasar tolakan

spike, siswa hanya menolak dengan satu kaki mengakibatkan tolakannya tidak

tinggi, sehingga pada saat melakukan spike bola tersangkut di net, serta saat mendarat posisi tubuh tidak seimbang. Dari permasalahan tersebut, maka akan diterapkan permainan loncat lempar sasaran bergantian ini untuk mengarahkan siswa untuk melakukan gerak dasar tolakan spike.

Berdasarkan uraian di atas, perlu dilakukan pengembangan lebih lanjut dalam bentuk penelitian dengan judul Meningkatkan Gerak Dasar Tolakan Spike pada Permainan Bola Voli melalui Permainan Loncat Lempar Sasaran Bergantian

B. Perumusan Masalah dan Pemecahan Masalah 1. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini sebagai berikut: “ Bagaimana pembelajaran gerak dasar tolakan spike bola voli melalui permainan loncat lempar sasaran bergantian”. Dari rumusan masalah tersebut maka dijabarkan ke dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1) Bagaimana perencanaan pembelajaran gerak dasar tolakan spike pada permainan bola voli melalui permainan loncat lempar sasaran bergantian bagi siswa kelas IV SDN 2 Bungko Kecamatan Kapetakan Kabupaten Cirebon? 2) Bagaimana pelaksanaan kinerja guru dalam pembelajaran gerak dasar tolakan


(15)

bergantian bagi siswa kelas IV SDN 2 Bungko Kecamatan Kapetakan Kabupaten Cirebon?

3) Bagaimana aktivitas siswa dalam pembelajaran gerak dasar tolakan spike pada permainan bola voli melalui permainan loncat lempar sasaran bergantian bagi siswa kelas IV SDN 2 Bungko Kecamatan Kapetakan Kabupaten Cirebon? 4) Bagaimana hasil pembelajaran gerak dasar tolakan spike pada permainan bola

voli melalui permainan loncat lempar sasaran bergantian bagi siswa kelas IV SDN 2 Bungko Kecamatan Kapetakan Kabupaten Cirebon?

2. Pemecahan Masalah

Untuk memecahkan permasalahan yang dirumuskan di atas, perlu dikembangkan model pembelajaran yang dapat memecahkan permasalahan yang dialami guru saat pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Permasalahan yang timbul berkaitan dengan rendahnya proses dan hasil belajar siswa dalam melakukan gerak dasar tolakan spike dalam pembelajaran bola voli.

Dari hasil observasi yang telah dilakukan saat pembelajaran pendidikan jasmani, maka perlu diterapkan pembelajaran yang menarik dalam bentuk permainan, yaitu permainan loncat lempar sasaran bergantian untuk meningkatkan proses dan hasil belajar gerak dasar tolakan spike. Dengan permainan dapat memudahkan siswa dalam melakukan gerak dasar tolakan spike dengan baik. Pemecahan masalah yang akan dilakukan untuk memecahkan permasalahan gerak dasar tolakan spike bola voli kelas IV SDN 2 Bungko Kecamatan Kapetakan Kabupaten Cirebon, yaitu sebagai berikut :

1) Perencanaan Pembelajaran Gerak Dasar Tolakan Spike melalui Permainan Loncat Lempar Sasaran Bergantian.

Perencanaan yang dilakukan guru yaitu mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), tempat yang digunakan dan mempersiapkan media dan alat yang akan digunakan. Media yang diperlukan dalam permainan loncat lempar sasaran bergantian yaitu kardus (bekas mie instan), bola kecil yang terbuat dari kain dan kaleng (bekas biskuit).

2) Pelaksanaan Pembelajaran Gerak Dasar Tolakan Spike Bola Voli melalui Permainan Loncat Lempar Sasaran Bergantian.


(16)

Pada pelaksanaan, guru memberikan pengarahan kepada siswa mengenai langkah-langkah pembelajaran gerak dasar tolakan spike pada permainan bola voli, melalui permainan loncat lempar sasaran bergantian. Pada siklus pertama, siswa meloncati atau melewati satu susunan atau satu tumpukan kardus (bekas mie instan. Setelah kardus tersebut selesai diloncati dan terakhir loncatan melemparkan bola kecil yang terbuat dari kain pada sasaran yang telah ditentukan yaitu sebuah kaleng (bekas biskuit). Pada siklus kedua, siswa meloncati atau melewati dua susunan atau dua tumpukan kardus (bekas mie instan). Setelah kardus tersebut selesai diloncati dan terakhir loncatan melemparkan bola kecil yang terbuat dari kain pada sasaran yang telah ditentukan yaitu sebuah kaleng (bekas biskuit). Pada siklus ketiga, siswa meloncati atau melewati tiga susunan atau tiga tumpukan kardus (bekas mie instan). Setelah kardus tersebut selesai diloncati dan terakhir loncatan melemparkan bola kecil yang terbuat dari kain pada sasaran yang telah ditentukan yaitu sebuah kaleng (bekas biskuit).

3) Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Gerak Dasar Tolakan Spike melalui Permainan Loncat Lempar Sasaran Bergantian.

Dengan menggunakan permainan loncat lempar sasaran bergantian maka aktivitas siswa diharapkan akan meningkat ketika melakukan pembelajaran gerak dasar tolakan spike bola voli bagi siswa kelas IV SDN 2 Bungko Kecamatan Kapetakan Kabupaten Cirebon.

4) Hasil Pembelajaran Gerak Dasar Tolakan Spike Bola Voli Kelas IV SDN 2 Bungko Kecamatan Kapetakan Kabupaten Cirebon.

Dengan menggunakan permainan loncat lempar sasaran bergantian maka hasil pembelajaran diharapkan akan meningkat ketika melakukan pembelajaran gerak dasar tolakan spike bola voli. Sehingga pembelajaran berhasil.

C.Tujuan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini yaitu meningkatkan proses dan hasil pembelajaran pendidikan jasmani di SD khususnya tentang gerak dasar tolakan spike pada siswa


(17)

kelas IV SDN 2 Bungko Kecamatan Kapetakan Kabupaten Cirebon. Maka tujuan penelitian ini adalah :

1) Untuk mengetahui perencanaan penerapan permainan loncat lempar sasaran bergantian sebagai pembelajaran gerak dasar tolakan spike bola voli di kelas IV SDN 2 Bungko Kecamatan Kapetakan Kabupaten Cirebon.

2) Untuk mengetahui pelaksanaan penerapan permainan loncat lempar sasaran bergantian terhadap keterampilan siswa dalam melakukan gerak dasar tolakan

spike bola voli di kelas IV SDN 2 Bungko Kecamatan Kapetakan Kabupaten

Cirebon.

3) Untuk mengetahui aktivitas siswa dalam penerapan permainan loncat lempar sasaran bergantian sebagai pembelajaran gerak dasar tolakan spike bola voli di kelas IV SDN 2 Bungko Kecamatan Kapetakan Kabupaten Cirebon.

4) Untuk mengetahui hasil pembelajaran permainan loncat lempar bergantian untuk meningkatkan hasil belajar gerak dasar tolakan spike bola voli di kelas IV SDN 2 Bungko Kecamatan Kapetakan Kabupaten Cirebon.

D.Manfaat Penelitian

Dengan diadakan PTK ini, diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut : a. Untuk Siswa

Dapat memberikan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi siswa. Sehingga tidak mudah bosan, serta dapat mempermudah dalam menerima pembelajaran yang diajarkan dalam bentuk permainan.

b. Untuk Guru

Meningkatkan dan memperbaiki proses dan hasil pembelajaran gerak dasar tolakan spike dalam bola voli. Dengan menciptakan pembelajaran yang dikemas dalam bentuk permainan.

c. Untuk Sekolah

Model pembelajaran melalui permainan dapat memberikan konstribusi dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran di SD. Khususnya gerak dasar tolakan spike pada bola voli yang dikemas dalam bentuk permainan.


(18)

d. Untuk UPI PGSD Kampus Sumedang.

Dapat meningkatkan mutu lulusan PGSD pendidikan jasmani. Serta dapat mengembangkan profesionalisme lulusan UPI Kampus Sumedang.

e. Manfaat Bagi Peneliti

Untuk memperoleh data dan informasi yang jelas tentang masalah proses dan hasil belajar siswa kelas IV saat mengikuti pelajaran pendidikan jasmani. Serta dapat memperoleh pengetahuan, pengalaman dan pemahaman tentang tata cara menyusun karya ilmiah. Selain itu, hasil penelitian ini sebagai bekal untuk lebih mampu mengembangkan kinerja pembelajaran pendidikan jasmani sekaligus salah satu upaya untuk terus meningkatkan kompetensi mengajar agar dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran selalu lebih efektif dan efisien sehingga target belajar setiap siswa akan selalu tercapai.

E. Batasan Istilah

Pembelajaran yaitu pemberian pelajaran yang kata dasarnya adalah belajar. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku dan perubahan ini akan terjadi apabila adanya interaksi antara siswa dengan lingkungannya (Husdarta dan Saputra, 2010: 20).

Gerak dasar merupakan pola dasar perilaku yang dapat diamati. Aktifitas lokomotor, seperti lari, lompat, dan aktivitas manipulatif seperti lempar tangkap, serta aktivitas non-lokomotor seperti meregang dan memutar merupakan tugas-tugas gerak untuk pegas. (Saputra 1999: 15).

Tolakan adalah perpindahan gerak dari satu titik ke titik lain. perpindahan gerakan dari gerakan horizontal ke arah vertikal yang yang dilakukan secara cepat (Muhtar dan Irawati, 2009: 88).

Spike adalah gerakan meloncat didepan net sambil memukul bola voli. Spike merupakan salah satu teknik serangan yang paling efektif selama permainan. Bola dipukul di atas depan dekat net yang mengakibatkan bola jatuh menukik tajam ke bidang lapangan lawan, sehingga lawan sulit mengembalikannya, bahkan sering mematikan. Yudiana dan Subroto (2010: 56).


(19)

Permainan bola voli adalah permainan beregu yang menggunakan bola untuk dipantulkan dengan tangan. Permaian memantul-mantulkan bola oleh tangan atau lengan dari dua regu yang bermain di atas lapangan yang mempunyai ukuran-ukuran tertentu (Subroto dan Yudiana, 2010: 42).

Permainan adalah aktivitas yang menyenangkan. Suatu kegiatan yang di dalamnya terdapat aturan-aturan yang merupakan kesepakatan dari komunitas tertentu. Dalam permainan unsur kesenangan dan kepuasan tetap ada (Kusmaedi, 2009: 4).

Permainan Loncat Lempar Sasaran Bergantian adalah permainan yang mengutamakan gerakan loncat dan melempar pada sasaran yang dilakukan dengan cara meloncati benda atau media yang ada didepan pada posisi tertentu dengan secepat mungkin setelah temannya selesai maka dilanjutkan secara bergantian.


(20)

12 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Kajian Teoritis

1. Hakikat Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani adalah suatu bidang kajian yang sangat luas. Pusat perhatiannya adalah peningkatan gerak manusia. Lebih khusus lagi, pendidikan jasmani berkaitan dengan hubungan antara gerak manusia dan wilayah pendidikan lainnya, hubungan dari perkembangan tubuh-fisik dengan pikiran dan jiwanya. Fokusnya pada pengaruh perkembangan fisik terhadap pertumbuhan dan perkembangan. Pendidikan jasmani pada bidang yang lebih luas, sebagai satu proses pembentukan kualitas pikiran dan juga tubuh.

a. Pengertian Pendidikan Jasmani

Banyak ungkapan pengertian tentang pendidikan jasmani namun esensinya sama, yang jika disimpulkan bermakna jelas, bahwa pendidikan jasmani memanfaatkan alat fisik untuk mengembangan keutuhan manusia. Dalam kaitan ini diartikan bahwa melalui fisik, aspek mental dan emosional pun turut terkembangkan, bahkan dengan penekanan yang cukup dalam. Berbeda dengan bidang lain, misalnya pendidikan moral, yang penekanannya benar-benar pada perkembangan moral, tetapi aspek fisik tidak turut terkembangkan, baik langsung maupun secara tidak langsung. Dalam pendidikan jasmani „pikiran dan tubuh‟ yang mempengaruhi seluruh aspek kehidupan harian seseorang. Penekanan pada ketiga domain kependidikan, kognitif, afektif, dan psikomotor.

Seperti yang tercantum dalam buku Panduan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SD/MI (BSNP, 2006: 208), menjelaskan bahwa :

Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan merupakan media untuk mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, ketrampilan motorik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap-mental-emosional-spotivitas-spiritual-sosial), serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara


(21)

untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang.

Menurut Lutan, dkk. (2009: 144) menyatakan bahwa: Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan media untuk meraih tujuan pendidikan sekaligus juga untuk meraih tujuan yang bersifat internal ke dalam aktifitas fisik itu sendiri. Sedangkan, menurut Susilawati (2010:3) menyatakan bahwa :

Pendidikan jasmani diartikan sebagai proses pendidikan melalui aktivitas jasmani atau olahraga. Inti pengertiannya adalah mendidik anak, yang membedakan dengan mata pelajaran lain adalah alat yang digunakan yaitu gerak insani manusia secara sadar. Gerak itu dirancang oleh gurunya dan diberikan dalam situasi yang tepat, agar dapat merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak didik.

Dari kurikulum dan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan jasmani sebagai proses dan media dalam pendidikan melalui aktivitas jasmani atau olahraga yang mempunyai tujuan yang internal pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang.

b. Pembelajaran Pendidikan Jasmani di SD

Pembelajaran mengandung pengertian bagaimana guru mengajarkan sesuatu kepada peserta didik. Seperti yang terdapat pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SD/MI (BSNP, 2006: 207), menjelaskan bahwa :

Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup, pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang diajarkan di sekolah memiliki peranan sangat penting, yaitu memberi kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan yang terpilih yang dilakukan secara sistematis.

Sedangkan pembelajaran pendidikan jasmani menurut Sukintaka (2004: 55) mengemukakan bahwa :

Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani untuk mencapai tujuan pendidikan. Melalui proses pembelajaran jasmani diharapkan akan terjadi perubahan pada peserta didik. Proses belajar tersebut terjadi karena ada rangsang yang dilakukan oleh guru. Guru memberikan rangsang dengan aneka pengalaman belajar gerak, disisi lain siswa akan membalas respon melalui


(22)

aktivitas fisik yang terbimbing. Melalui respons itulah akan terjadi perubahan perilaku.

Sedangkan menurut Suherman (2012: 34), pelaksanaan pembelajaran praktek pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan secara garis besar dilakukan dalam tiga tahapan yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatatan penutup.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran pendidikan jasmani di SD adalah proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup, pendidikan jasmani yang diajarkan di sekolah memiliki peranan sangat penting, yaitu memberi kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani. pelaksanaan pembelajaran praktek pendidikan jasmani secara garis besar dilakukan dalam tiga tahapan yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatatan penutup.

c. Tujuan Pendidikan Jasmani di SD

Tujuan pendidikan jasmani di SD berfokus pada perkembangan aspek nilai-nilai dalam pertumbuhan, perkembangan dan perilaku anak didik baik secara psikomotor, domain kognitif ataupun afektif. Seperti yang terdapat dalam buku panduan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SD/MI (BSNP, 2006: 208), bahwa Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

1) Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih.

2) Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik. 3) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar.

4) Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai yang terkandung di daam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan. 5) Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab, kerjasama,

percaya diri dan demokratis.

6) Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

7) Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, serta memiliki sikap positif.


(23)

Tujuan pendidikan jasmani di SD menurut Lutan (2001: 18), menjelaskan bahwa : Tujuan utama pendidikan jasmani di sekolah dasar adalah membantu peserta didik agar mampu meningkatkan kemampuan gerak mereka, disamping agar mereka merasa senang dan mau berpartisipasi dalam berbagai aktivitas.

Dari kurikulum dan pendapat dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan jasmani yaitu membantu peserta didik agar mampu meningkatkan kemampuan gerak mereka, disamping agar mereka merasa senang dan mau berpartisipasi dalam berbagai aktivitas serta mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih dan meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik serta meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar dan meletakkan landasan karakter moral yang kuat mengembangkan sikap dan mengembangkan keterampilan Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan.

d. Manfaat Pendidikan Jasmani di SD

Pendidikan jasmani adalah pendidikan melalui pendidikan aktivitas jasmani sangat bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan anak secara seimbang, manfaat pendidikan jasmani menurut Mahendra (2003: 17), yaitu :

1) Memenuhi kebutuhan anak akan bergerak pendidikan jasmani merupakan dunia anak-anak dan sesuai dengan kebutuhan anak-anak.

2) Mengenalkan anak pada lingkungannya dan potensi dirinnya. 3) Menanamkan dasar-dasar keterampilan yang berguna.

4) Menyalurkan energi yang berlebihan.

5) Merupakan proses pendidikan secara serempak baik fisik, mental maupun emosional.

Sedangkan manfaat pendidikan jasmani menurut Abduljabar (2010: 5), yaitu untuk:

1) Perkembangan fungsi-fungsi organ tubuh dalam upaya meningkatkan kesehatan dan kebugaran jasmani.

2) Perkembangan neuromusculer (keterampilan psikomotor). 3) Perkembangan inperativ (kognitif).


(24)

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan jasmani bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan anak akan bergerak, mengenal potensi diri, menyalurkan energi yang berlebihan, dan untuk perkembangan fungsi-fungsi organ tubuh dalam upaya meningkatkan kesehatan dan kebugaran jasmani, keterampilan psikomotor perkembangan kognitip dan perkembangan afektif.

e. Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani di SD.

Pendidikan jasmani di sekolah diberikan pada setiap semester mulai dari kelas satu sampai kelas enam. Pembelajarannya lebih ditekankan pada usaha untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan jasmani, mental, emosional dan sosial.

Beberapa macam ruang lingkup materi penjas yang diberikan di sekolah dasar meliputi kegiatan pokok yang ada dalam buku panduan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SD/MI (BSNP, 2006: 208), bahwa Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

1) Permainan dan Olahraga meliputi: olahraga tradisional, permainan. Eksplorasi gerak, keterampilan lokomotor non-lokomotor, dan manipulatif, atletik, kasti, rounders, kippers, sepak bola, bola basket, bola voli, tenis meja, tenis lapang, bulu tangkis dan bela diri, serta aktifitas lainnya.

2) Aktivitas Pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh, komponen kebugaran jasmani, dan bentuk postur tubuh serta aktivitas lainnya.

3) Aktivitas senam meliputi: ketangkasan sederhana, ketangkasan tanpa alat, ketangkasan dengan alat, dan senam lantai, serta aktivitas lainnya.

4) Aktivitas ritmik meliputi: gerak bebas, senam pagi, SKJ, dan senam aerobic serta aktivitas lainnya.

5) Aktivitas air meliputi: permainan di air , keselamatan air, keterampilan bergerak di air, dan renang serta aktivitas lainnya.

6) Pendidikan luar kelas, meliputi: piknik/karyawisata, pengenalan lingkungan, berkemah, menjelajah dan mendaki gunung.

7) Kesehatan, meliputi penanaman budaya hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari, khususnya yang terkait dengan perawatan tubuh agar tetap sehat, memilih makanan dan minuman yang sehat, mencegah dan merawat cederah, mengatur waktu istirahat yang tepat dan berperan aktif dalam kegiatan P3K dan UKS. Aspek kesehatan merupakan aspek tersendiri, dan secara implisit masuk ke dalam semua aspek.


(25)

Sedangkan ruang lingkup pendidikan jasmani menurut Husdarta dan Saputra (2000: 73), yaitu pengalaman belajar yang bersifat mendidik, khususnya melalui pendidikan jasmani dapat dibagi menjadi empat kelompok yaitu pembentukan gerak, pembentukan prestasi, pembentukan sosial dan pertumbuhan.

Dari pendapat di atas ruang lingkup pendidikan jasmani di SD adalah pengalaman belajar yang bersifat mendidik, khususnya melalui pendidikan jasmani dapat dibagi menjadi empat kelompok yaitu pembentukan gerak, pembentukan prestasi, pembentukan sosial dan pertumbuhan melalui Permainan dan Olahraga aktivitas pengembangan aktivitas senam dan aktivitas ritmik, aktivitas air, pendidikan luar kelas, dan kesehatan.

2. Perkembangan Keterampilan Gerak a. Pengertian Perkembangan

Pendidikan jasmani merupakan upaya memfasilitasi perkembangan individu. Perkembangan keterampilan gerak merupakan inti dari program pendidikan jasmani. perkembangan keterampilan gerak bagi anak-anak SD dari mulai umur 7-12 tahun, sedangkan pengertian perkembangan sendiri menurut Lutan (2001: 21), yaitu: Diartikan sebagai perkembangan dan penghalusan aneka keterampilan gerak, yang berkaitan dengan olahraga. Sedangkan menurut Husdarta dan Saputra (2000: 5), bahwa perkembangan yaitu perubahan yang dialami individu, atau organisme menuju tingkat kedewasaan (maturity), yang berlangsung secara sistematik, progresif, dan berkesinambungan, baik mengenai fisik maupun psikis. Sedangkan menurut Budiman (2006: 6), yaitu perkembangan mencakup seluruh periode perkembangan manusia, mulai dari masa konsepsi sampai akhir hayat.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan keterampilan gerak dapat dalam pendidikan jasmani diartikan sebagai perkembangan dan penghalusan aneka keterampilan gerak, yang berkaitan dengan olahraga, yang berlangsung secara sistematik, progresif, dan berkesinambungan, baik mengenai fisik maupun psikis perkembangan manusia, mulai dari masa konsepsi sampai akhir hayat.


(26)

b. Teori Perkembangan Gerak Siswa SD

Macam-macam perkembangan gerak siswa SD terbagi atas beberapa kelompok perkembangan seperti yang ada di bawah ini :

a) Perkembangan Kognitif.

Keberhasilan pendidikan jasmani akan tampak dari adanya perubahan hasil belajar yaitu pada ranah kognitif terkait dengan pengetahuan mengenai pendidikan jasmani dan materi yang diajarkan, afektif terkait dengan penerimaan dan pengakuan terhadap materi. Pendidikan jasmani Pengertian perkembangan ranah kognitif dalam Silabus Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SD/MI (BSNP, 2006: 136), yaitu aspek yang berkaitan dengan kemampuan berpikir; kemampuan memperoleh pengetahuan; kemampuan yang berkaitan dengan pemerolehan pengetahuan, pengenalan, pemahaman, konseptualisasi, penentuan, dan penalaran.

Perkembangan koginitif dalam pendidikan jasmani sangat penting untuk dikembangkan, karena aspek yang berkaitan dengan kemampuan berpikir;, kemampuan yang berkaitan dengan pemerolehan pengetahuan, pengenalan, pemahaman, konseptualisasi, penentuan, dan penalaran. Pada tahap perkembangan ini juga berkembang tujuh kecerdasan dalam Multiple Intelligences seperti yang dikemukakan oleh Gardner dalam Silabus Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SD/MI (BSNP, 2006: 122), yaitu:

1) Kecerdasan linguistik (kemampuan berbahasa yang fungsional). 2) Kecerdasan logis-matematis (kemampuan berfikir runtut).

3) Kecerdasan musikal (kemampuan menangkap dan menciptakan pola nada dan irama).

4) Kecerdasan spasial (kemampuan membentuk imajinasi mental tentang realitas).

5) Kecerdasan kinestetik-ragawi (kemampuan menghasilkan gerakan motorik yang halus).

6) Kecerdasan intra-pribadi (kemampuan untuk mengenal diri sendiri dan mengembangkan rasa jati diri).

7) Kecerdasan antar-pribadi (kemampuan memahami orang lain).

Ketujuh kecerdasan di atas kecerdasan linguistik, kecerdasan logis-matematis, kecerdasan musikal, kecerdasan spasial, kecerdasan kinestetik-ragawi, kecerdasan


(27)

intra-pribadi, dan kecerdasan antar-pribadi sangat penting dikembangkan karena berkaitan dengan kemampuan berpikir dan kemampuan memperoleh pengetahuan. b) Perkembangan Afektif.

Ranah afektif adalah aspek yang berkaitan dengan perasaan, emosi, sikap, derajat penerimaan atau penolakan terhadap suatu obyek. Perkembangan afektif dalam Silabus Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SD/MI (BSNP, 2006: 135), yaitu :

Ranah afektif di dalam pendidikan jasmani disampaikan pada saat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar, guru membimbing siswa untuk bersikap sportif. Karakter siwa yang diharapkan guru diantaranya Disiplin (discipline), tekun (diligence), tanggung jawab (responsibility), ketelitian (carefulness), kerja sama (cooperation), toleransi (tolerance), percaya diri (confidence), dan keberanian.

Ranah afektif tersebut mencakup berlangsungnya kegiatan belajar mengajar membimbing siswa untuk bersikap sportif, disiplin, tekun emosi, tanggung jawab, ketelitian, kerja sama, toleransi, percaya diri, dan keberanian perasaan yang dimiliki oleh setiap peserta didik. Bloom dalam Silabus Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SD/MI (BNSP, 2006: 123), yaitu :

1) Sadar akan situasi, fenomena, masyarakat, dan objek di sekitar. 2) Responsif terhadap stimulus-stimulus yang ada di lingkungan mereka. 3) Bisa menilai.

4) Sudah mulai bisa mengorganisir nilai-nilai dalam suatu sistem, dan menentukan hubungan di antara nilai-nilai yang ada.

5) Sudah mulai memiliki karakteristik dan mengetahui karakteristik tersebut dalam bentuk sistem nilai.

Perkembangan afektif yang mencakup sadar akan situasi, responsif, bisa menilai, bisa mengorganisir, memiliki karakteristik sangat berpengaruh bagi pertumbuhan dan perkembangan seorang anak usia dini. Dalam kegiatannya sangat bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan fisik dan psikis yang seimbang. c) Perkembangan Motorik.

Ranah psikomotor adalah aspek yang berkaitan dengan kemampuan melakukan pekerjaan dengan melibatkan anggota badan, kemampuan yang berkaitan dengan


(28)

gerak fisik dalam Silabus Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SD/MI (BSNP, 2006: 135), yaitu aspek psikomotor merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk diketahui oleh guru pendidikan jasmani. Hal ini dikarenakan aspek psikomotor sangat dominan dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani, siswa dilatih gerak lokomotor, nonlokomotor dan manipulatif yang berfungsi untuk menunjang gerak dasar peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.

Perkembangan aspek motorik juga melalui beberapa tahap. Tahap-tahap tersebut antara lain dalam silabus Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SD/MI (BSNP, 2006: 135), yaitu :

1) Tahap asosiatif. Pada tahap ini, seorang siswa membutuhkan waktu yang lebih pendek untuk memikirkan tentang gerakan-gerakannya. Dia mulai dapat mengasosiasikan gerakan yang sedang dipelajarinya dengan gerakan yang sudah dikenal. Tahap ini masih dalam tahap pertengahan dalam perkembangan psikomotor. Oleh karena itu, gerakan-gerakan pada tahap ini belum merupakan gerakan-gerakan yang sifatnya otomatis.

2) Tahap otonomi. Pada tahap ini, seorang siswa telah mencapai tingkat autonomi yang tinggi. Proses belajarnya sudah hampir lengkap meskipun dia tetap dapat memperbaiki gerakan-gerakan yang dipelajarinya. Tahap ini disebut tahap autonomi karena siswa sudah tidak memerlukan kehadiran instruktur untuk melakukan gerakan-gerakan.

Perkembangan aspek motorik melalui tahap asosiatif dan tahap otonomi akan berkembang dengan proses yang berlangsung secara sistematik, progresif, dan berkesinambungan, baik mengenai fisik maupun psikis dengan adanya pembelajaran dan aktifitas fisik.

c. Karakteristik Siswa SD

Karakteristik siswa SD umur 7-12 tahun dunia anak adalah dunia belajar dan bermain sebagai bekal menuju ke arah kedewasaan dan kematangan, hal ini penting sebab dalam melaksanakan proses pembelajaran harus mengikuti karakteristik dari siswa yang belajar agar anak usia sekolah dasar dapat tumbuh dan berkembang menuju ke arah kedewasaan secara sempurna. Berdasarkan karakteristik anak serta karakteristik pelajaran pendidikan jasmani maka pembelajaran dilakukan dengan lebih mudah serta cermat tujuan pembelajaran dapat dicapai. Pembelajaran dilakukan


(29)

berdasarkan beberapa pertimbangan baik tujuan, kemudahan, fasilitas, dan adanya aspek lain yang ingin diajarkan pada anak seperti permainan yang akan digunakan sebagai pembelajaran.

Pembelajaran pendidikan jasmani didasarkan pada karakteristik pelajaran yang menekankan pada karakteristik pelajaran yang menekankan pada kognitif, afektif, dan psikomotor. Pendekatan pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik peserta didik. Perkembangan kemampuan fisik pada siswa kelas IV SD menurut Husdarta (2004: 36), yaitu :

terdapat perbaikan koordinasi tubuh, ketahanan bertambah, anak pria suka/gemar aktivitas kontak fisik seperti berkelahi, bergulat koordinasi mata dan tangan lebih baik, bermain konskonstruktif, menjelajah, permainan, dan aktifitas fisik.

Berdasarkan karakteristik siswa kelas IV SD yang lebih cendrung bermain perbaikan koordinasi tubuh, ketahanan bertambah dan anak pria suka aktivitas kontak fisik seperti berkelahi, bergulat koordinasi mata dan tangan lebih baik, bermain konskonstruktif, menjelajah, permainan, dan aktifitas fisik, merupakan perkembangan anak menuju remaja sangat aktif untuk bergerak.

3. Teori Pembelajaran Pendidikan Jasmani

Teori pembelajaran pendidikan jasmani merupakan salah satu cara untuk menyampaikan sebuah materi yang akan disamapaikan kepada peserta dididk. Belajar sendiri menurut Hamalik (2008: 27), yaitu : merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Teori pembelajaran pendidikan jasmani menurut Berliana (2008: 6-11 ), yaitu terdapat beberapa teori tentang belajar yang menyangkut pendidikan jasmani, yaitu :

1) Teoribelajarbehavioristik. Menurut teori behavisioristik, belajar adalah perubahan tingka laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon.

2) Teori belajar kognitif. Teori belajar kognitif ini muncul karena ketidak puasan terhadap penemuan-penemuan tentang belajar sebagai proses hubungan stimulus-respon rainforcemen.


(30)

3) Teori belajar humanistik. Dalam konteks persekolahan aliran humanistic dalam menyusun dan menyajikan materi pelajaran haruslah sesuai dengan perasaan dan perhatian siswa.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Menurut teori behavisioristik, belajar adalah perubahan tingka laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Sedangkan menurut teori belajar kognitif muncul karena ketidak puasan terhadap penemuan-penemuan tentang belajar sebagai proses hubungan stimulus-respon rainforcemen. Teori belajar humanistik. Dalam konteks persekolahan aliran humanistic dalam menyusun dan menyajikan materi pelajaran haruslah sesuai dengan perasaan dan perhatian siswa.

4. Hakikat Permainan Bola Voli

Sejarah permainan bola voli diawali dari kota Holyoke Amerika Serikat pada tahun 1895 dengan nama semula, yaitu mintonette. Kemudian nama permainan ini diubah menjadi volley ball yang artinya memvoli bola dengan berganti-ganti. Perminan bola voli diciptakan oleh William G. Morgan pada tahun 1895 di kota Holioke Amerika Serikat (Yunus, 1992: 3). Permainan ini menggunakan bola untuk dipantulkan dengan tangan atau lengan, permainan bola voli sejak itu tidak hanya dimainkan di lapangan tertutup tetapi juga dimainkan di lapangan terbuka, di halaman-halaman sekolah, di tepi pantai dan ditempat-tempat terbuka lainnya, permainan ini pada saat itu cukup terkenal.

Permainan yang diciptakan William G. Morgan pada tahun 1895 di kota Holioke Amerika Serikat. Sejak itu, bola voli mulai berkembang bahkan sampai ke seruluh dunia. Permainan bola voli di Indonesia dikenal sejak jaman penjajahan tentara Jepang. Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia permainan ini mulai berkembang dan di populerkan oleh Tentara Nasional Indonesia sehingga permainan ini dikenal oleh masyarakat Indonesia.


(31)

a. Pengertian Permainan Bola Voli

Cabang olahraga permainan bola voli merupakan suatu cabang olahraga yang sangat memasyarakat, karena dalam bermain bola voli tidak banyak membutuhkan uang untuk bisa melakukan permaianannya, bola voli merupakan permainan yang menggunakan bola untuk di mainkan dengan tangan, sedangkan pengertian permainan bola voli menurut Yudiana dan Subroto (2010: 42), menyatakan bahwa permainan bola voli adalah permainan memantul-mantulkan bola oleh tangan atau lengan dari dua regu yang bermain di atas lapangan yang mempunyai ukuran-ukuran tertentu. Sedangkan pengertian bola voli menurut Munasifah (2008: 5), menyatakan : Bola voli adalah permainan yang dilakukan oleh dua regu yang masing-masing terdiri atas enam orang. Bola dimainkan di udara dengan melewati net, setiap regu hanya bisa memainkan bola tiga kali pukulan. Sedangan pengertian permainan bola voli menurut Somantri dan Sujana (2009: 5) permainan bola voli dimainkan dalam sebuah lapangan berbentuk persegi panjang, yang dimainkan oleh dua tim.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian permainan bola voli merupakan permainan yang dimainkan oleh dua tim dalam lapangan dipisahkan oleh sebuah net dengan ukuran lapangan tertentu dan cara bermainnya dengan memantul-mantulkan bola dengan tangan atau lengan pemain.

b. Bentuk Lapangan dan Peraturan Permainan Bola Voli

Ada perbedaan bentuk lapangan dan peraturan permainan bola voli Sistem Internasional dan Sistem Timur Jauh (Yudiana dan Subroto, 2010: 10), adalah sebagai berikut:

1) Bola Voli Sistem Internasional

Lapangan berbentuk persegi panjang dengan ukuran panjang 9 meter dan lebar lapangan 8 meter, sedangkan tinggi net putra 2,43 meter dan tinggi net wanita 2,24 meter, Bola yang di gunakan ukuran nomer 5, ada rotasi servis, servis hanya diperbolehkan satu kali, bola hanya boleh dimainkan sebanyak tiga kali oleh masing-masing regu. Adanya daerah servis dan daerah serang. pemain tidak boleh menginjak daerah lawan. Untuk memenangkan set, regu harus memperoleh angka 25 dan 15


(32)

pada set penentuan, angka diperoleh oleh regu yang memenangkan permainan atau

rally.

2) Bola Voli Sistem Timur Jauh

Lapangan berbentuk persegi panjang dengan panjang dan lebar lapangan 22x11 meter untuk pria dan 11x9 meter untuk wanita, sedangkan tinggi net pria 2,30 meter sedangkan tinggi net untuk wanita 2,10 meter, ukuran bola yang digunakan nomer 4, tidak ada rotasi giliran servis, servis ditentukan menurut urutan pemain yang didaftar sebelum pertandingan, Servis boleh dua kali. Bola boleh dimainkan empat kali oleh satu regu. Misalnya, apabila bola sudah dimainkan oleh satu regu tiga kali, kemudian bola yang ketiga menyentuh net,dan masih dapat dimainkan, maka bola masih boleh disentuh/dimainkan sekali lagi, tidak ada daerah servis dan daerah serang. asalkan masih ada di belakang garis akhir, pemain belakang boleh melakukan serangan/smash di net, Boleh menginjak daerah lawan, satu set terdiri atas 21 angka kemenangan. Bentuk lapangan dan peraturan permainan bola voli Sistem Internasional dan Sistem Timur Jauh ada perbedaan dalam ukuran lapangan, tinggi net, bola yang digunakan, dalam sistem rotasi, servis, aturan memainkan bola, daerah servis, dan hitungan nilai. Sedangkan bentuk lapangan menurut Somantri dan Sujana, (2009: 5), yaitu :

Permainan bola voli dimainkan dalam sebuah lapangan berbentuk persegi panjang, yang dimainkan oleh dua tim. Secara internasional, total ukuran lapangan bola voli adalah panjang 18 meter. pada bagian tengah yang panjangnya dibatasi oleh net, sehingga ukuran lapangan untuk tim satu adalah 9M x 9M. Demikian pula untuk tim yang lainnya.

Sedangkan menurut Munasifa, (2008: 11) bentuk lapangan dan peraturan permainan bola voli yaitu :

Bola voli dimainkan di atas lapangan dengan ukuran panjang 18 meter dan lebar 9 meter. Di tengah lapangan diberi net yang membagi dua panjang tersebut. Lebar jaring net 90 cm dengan ketinggian 2,4 meter bagi putra dan 2,2 meter bagi pemain putri. Masing masing bagian lapangan permainan itu dibagi menjadi dua daerah lagi, yaitu daera serang sebatas 3 meter dari net, dan selebihnya sebagai daerah pertahanan bagian belakang. Para pemain berputar menurut arah jarum jam setiap permulaan servis.


(33)

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bentuk lapangan dan peraturan permainan bola voli berbentuk persegi panjang yang dimainkan oleh dau tim dengan ukuran panjang 18 meter dan lebar 9 meter. Di tengah lapangan diberi net yang membagi dua panjang tersebut. Lebar jaring net 90 cm dengan ketinggian 2,4 meter bagi putra dan 2,2 meter bagi pemain putri. Masing masing bagian lapangan permainan itu dibagi menjadi dua daerah lagi, yaitu daera serang sebatas 3 meter dari net, dan selebihnya sebagai daerah pertahanan bagian belakang. Para pemain berputar menurut arah jarum jam setiap permulaan servis.

Gambar 2.1 Ukuran Net (Munasifah, 2008: 8)

Gambar 2.2 Lapangan Bola Voli (Munasifah, 2008: 9)


(34)

c. Permainan Bola Voli Mini

Pengajaran pendidikan jasmani di SD, khususnya cabang olahraga bola voli, masih sulit diajarkan dalam bentuk aturan cabang olahraga yang sesungguhnya, karena tingkat perkembangan fisik anak masih belum mampu mengatasi beban seberat itu. Oleh sebab itu, hampir semua cabang olahraga diberikan dalam bentuk disederhanakan atau diminikan yang sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangan anak. Menurut Suwarsono dan Sumarya (2010: 72), menyatakan bahwa :

Bola voli mini termasuk ke dalam cabang permainan yang sifatnya beregu. Jumlah pemain dalam setiap regunya adalah 4 orang. Permainan ini dimainkan oleh anak-anak, menggunakan bola berukuran sedang, serta lapangannya pun berukuran kecil. Ukuran lapangan bola voli mini adalah 6x12 meter, atau dapat menggunakan lapangan bulu tangkis.

Sedangkan menurut Persatuan Bola Voli Seluruh Indonesia (PBSI) (Suhadi, 2003: 7), yaitu :

Ukuran lapangan permainan bola voli mini 6x12 meter dan jumlah pemain 8 orang. Bola voli mini termasuk ke dalam cabang permainan yang sifatnya beregu. Jumlah pemain dalam setiap regunya adalah 4 orang. Permainan ini dimainkan oleh anak-anak. Sehingga memudahkan anak-anak untuk memainkan permainan bola voli.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa bola voli mini termasuk ke dalam cabang permainan yang sifatnya beregu. Jumlah pemain dalam setiap regunya adalah 4 orang. Permainan ini dimainkan oleh anak-anak, menggunakan bola berukuran sedang, serta lapangannya pun berukuran kecil. Ukuran lapangan bola voli mini adalah 6x12 meter, atau dapat menggunakan lapangan bulu tangkis.

d. Bentuk Lapangan Bola Voli Mini

Bentuk lapangan permainan bola voli mini menurut Horst Baacke dalam Coaches Manual I (Somantri dan Sujana, 2009: 54), yaitu jumlah anggota regu, ukuran lapangan dan ketinggian net untuk berbagai tingkat umur disesuiakan, dikemukakan seperti tabel berikut :


(35)

Tabel 2.1

Bentuk Lapangan dan Peraturan Permainan Bola Voli Mini Somantri dan Sujana, (2009: 54)

Umur 9-11 10-12 11-13

Regu 2 vs 2 3 vs 3 4 x 4

Lapangan 3 x 9 M

4.5 x 9 M

6 x 9 M 6 x 12 M

8 x 12 M 9 x 12 M

Net 210 + -5 Cm 210 + 5 Cm 220 + - 5 Cm

Sedangkan bentuk lapangan bola voli mini menurut Tim Abdi Guru (2006: 59), yaitu berbentuk persegi panjang dengan ukuran sebagai berikut :

1) Panjang lapangan 12 Meter. 2) Lebar lapangan 6 Meter. 3) Tinggi net putra 2,10 Meter. 4) Tinggi net putri 2 Meter.

5) Bola yang digunakan adalah nomer 4

6) Jumlah pemain dalam satu regu 4 orang dengan cadangan 2 orang.

Gambar 2.3 Bola Voli Mini

(Yudiana dan Subroto, 2010: 214)

Dari pendapat di atas bahwa panjang lapangan, lebar lapangan, tinggi net, bola yang digunakan disesuaikan dengan usia anak. Bahwa permainan bola voli mini merupakan modifikasi dari bola voli yang sesungguhnya dan disesuaikan dengan tingkat umur anak dengan Panjang lapangan 12 Meter, Lebar lapangan 6 Meter,


(36)

Tinggi net putra 2,10 Meter, Tinggi net putri 2 Meter, Bola yang digunakan adalah nomer 4, Jumlah pemain dalam satu regu 4 orang dengan cadangan 2 orang.

e. Teknik Dasar Permainan Bola Voli

Dasar dalam suatu permainan bola voli perlu suatu keterampilan yang baik untuk melakukan taktik dan teknik dalam permainan bola voli. Sedangkan menurut Somantri dan Sujana (2009: 23), macam-macam teknik dasar permainan bola voli yaitu :

1. Servis.

2. Passing.

3. Umpan.

4. Smash ( spike). 5. Bendungan (block).

Sedangkan menurut Yudiana dan Subroto (2010: 67 ), menyatakan macam-macam teknik dasar dalam permainan bola voli yaitu :

1. Passing bawah dan atas.

2. Umpan

3. Spike 4. Block 5. Servis

Dari pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa macam-macam teknik dasar dalam permainan bola voli yaitu , Passing bawah dan atas, umpan, servis, bendungan (block), smash(spike). Dari beberapa teknik dasar bola voli, yang menjadi objek penelitian adalah spike (smash), khususnya gerak dasar tolakan untuk meloncat pada saat melakukan spike.

f. Spike (smash)

Permainan bola voli merupakan cabang olahraga beregu yang melibatkan banyak orang yang sudah menguasai teknik permainan bola voli, baik individu maupun beregu. Teknik dasar bermain bola voli yang sebaiknya dikuasai yaitu servis,

Passing, umpan, dan block. Pengertian spike atau smash dalam permainan bola voli

adalah pukulan yang utama dalam penyerangan dalam usaha mencapai kemenangan. Untuk mencapai keberhasilan dalam melakukan spike atau smash ini diperlukan


(37)

raihan yang tinggi dan kemampuan meloncat yang tinggi. Pengertian spike menurut Yudiana dan Subroto (2010: 56), yaitu :

spike merupakan salah satu teknik serangan yang paling efektif selama

permainan. Bola dipukul di atas depan dekat net yang mengakibatkan bola jatuh menukik tajam ke bidang lapangan lawan, sehingga lawan sulit mengembalikannya, bahkan sering mematikan.

Sedangkan Ngatiyono dan Riswanty (2010: 21), menyatakan bahwa: “Smash merupakan serangan dalam permainan bola voli. Tujuan smash yaitu mematikan perlawanan lawan. Sedangkan spike (smash) menurut Surayin (2010: 8), yaitu cara termudah untuk mendapatkan angka. Seorang spiker harus memiliki kegesitan, pandai melompat dan mempunyai kemampuan memukul bola sekeras mungkin.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa spike adalah teknik serangan yang paling efektif selama permainan. Bola dipukul di atas depan dekat net yang mengakibatkan bola jatuh menukik tajam ke bidang lapangan lawan, sehingga lawan sulit mengembalikannya. Tujuan spike yaitu mematikan perlawanan lawan, seorang

spiker harus memiliki kegesitan, pandai melompat dan mempunyai kemampuan

memukul bola sekeras mungkin. Teknik inilah yang menjadi andalan dalam permainan bola voli. Bentuk serangan yang lainnya dapat berupa servis, bola sontekan, atau tipuan, dan bendungan yang aktif. Gerak dasarnya terbagi ke dalam empat tahapan yaitu awalan, tolakan untuk melompat, gerakan memukul, dan mendarat.

Spike merupakan suatu teknik yang mempunyai gerakan yang kompleks

(Yudiana dan Subroto 2010: 56-57), yaitu : 1) Langkah Persiapan atau Awalan

Berdiri serong menghadap ke umpan pada jarak 3-5 langkah di belakang net. Lari atau jalan mendekati bola dengan irama teratur, dapat dilakukan dengan gerak lurus, melingkar, atau menyilang net. Pada langkah ketiga dari langkah terakhir, ayunan kedua lengan ke depan dengan kedua sikut lurus. Langkah kedua dari langkah terakhir lebih lebar dan tempatkan kaki sejangkauan lengan di bawah arah jatuhnya


(38)

bola, langkah ini diiringi dengan mengayunkan kedua lengan ke belakang. Langkah terakhir adalah melangkahkan kaki yang berada di belakang ke samping kaki lainnya pada jarak kira-kira 10-30 cm, dan salah satu kaki jaraknya kira-kira 120 derajat. Segera kedua lengan diayunkan ke depan.

2) Tolakan untuk meloncat

Jarak tolakan dengan bola kira-kira sejangkauan lengan. Ayunkan kedua lengan ke atas sambil menolakkan kedua kaki sekuat-kuatnya ke lantai. Pada saat melayang kedua tungkai rileks, tangan pukul sejauh mungkin ke atas belakang kepala, pandangan mengawasi bola. Dan tangan lainnya menjaga keseimbangan. Sikap tubuh pada saat melayang menyerupai busur.

3) Memukul Bola saat melayang di Udara

Pada saat titik loncatan tertinggi, ayunkan tangan pukul ke arah bola, pukul bagian atas belakang bola dengan telapak tangan dengan dibantu dengan gerak pols pergelangan tangan sambil sedikit membungkukkan togok, sikut lurus. Gerak memukul diawali oleh gerak otot perut. Setelah mukul, tangan mengikuti arah bola lalu bergerak ke arah perut atau pinggang.

4) Mendarat

Saat mendarat kembali setelah memukul bola usahakan pada saat mendarat menjaga keseimbangan dengan kedua kaki mengeper, badan dalam posisi seimbang atau sikap normal, dan tidak menyentuh atau menabrak net, dan kaki tidak masuk ke bidang lapangan lawan.

Gambar 2.4

Rangkaian Gerakan Spike (Yudiana dan Subroto, 2010: 57)


(39)

5. Pembalajaran Bola Voli Gerak Dasar Tolakan Spike Menggunakan Permainan Loncat Lempar Sasaran Bergantian.

a. Pengertian Permainan Loncat Lempar Sasaran Bergantian.

Permainan loncat lempar sasaran bergantian adalah permainan yang mengutamakan gerakan loncat dan melempar pada sasaran. Dilakukan dengan cara meloncati benda atau media yang ada didepan pada posisi tertentu dengan secepat mungkin setelah temannya selesai maka dilanjutkan secara bergantian.

b. Langkah-langkah Pembelajaran Permainan Loncat Sasaran Bergantian. Siklus pertama, dikegiatan awal siswa di bariskan menjadi empat barisan. Setelah itu berdo‟a, mengecek kehadiran siswa, dan menegur siswa yang tidak berpakaian lengkap, melakukan gerakan pemanasan mengarah kepada kegiatan inti, menjelaskan dan mendemonstrasikan pembelajaran permainan loncat lempar sasaran bergantian.

Kegiatan inti, siswa ditugaskan untuk berbaris menurut kelompoknya sendiri dengan berbaris memanjang ke depan dan dibatasi oleh garis pembatas antara pemain dan sasaran. Permainannya tiap siswa memegang bola kecil yang terbuat dari kain dan setiap kelompok berusaha untuk saling mendahului dengan cara siswa yang pertama siap untuk meloncati atau melewati satu susunan atau satu tumpukan kardus (bekas mie instan) yang ada di depan mereka, seperti sedang melakukan gerak dasar tolakan bola voli, setelah kardus tersebut selesai diloncati dan terakhir loncatan melemparkan bola kecil yang terbuat dari kain pada sasaran yang telah ditentukan yaitu sebuah kaleng (bekas biskuit). Setelah melemparkan bola pada sasaran maka siswa tersebut langsung berbaris ke belakang. siswa yang kedua melakukan loncatan yang sama seperti siswa pertama dan dilanjutkan oleh siswa berikutnya dan seterusnya sampai selesai.

Kegiatan akhir siswa dikumpulkan, disuruh duduk sambil meluruskan kakinya dan mendengarkan penjelaskan dari guru tentang permainan yang telah dilakukan atau diajarkan untuk meningkatkan pembelajaran bola voli khususnya gerak dasar tolakan spike, dan bertanya jawab serta memperbaiki kesalahan-kesalahan gerakan


(40)

yang telah dilakukan dan menutup pembelajaran. Untuk formasi pelaksanaan pembelajaran permainan loncat lempar sasaran bergantian dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

--- --- 3M 3M 3M

--- 3M 3M 3M

Gambar 2.5

Permainan Loncat Lempar Sasaran Bergantian Keterangan :

= Siswa Berdiri = Sasaran = Selesai = Kardus 3M (meter) = Jarak

= Arah loncatan = Arah Pergantian

Siklus kedua, dikegiatan awal siswa di bariskan menjadi empat barisan. Setelah

itu berdo‟a, mengecek kehadiran siswa, menegur siswa yang tidak berpakaian

lengkap, melakukan gerakan pemanasan mengarah kepada kegiatan inti, menjelaskan dan mendemonstrasikan pembelajaran permainan loncat lempar sasaran bergantian.

Kegiatan inti, siswa ditugaskan guru untuk berbaris menurut kelompoknya sendiri dengan berbaris memanjang ke depan dan dibatasi oleh garis pembatas antara pemain dan sasaran. Permainannya tiap siswa memegang bola kecil yang terbuat dari kain dan setiap kelompok berusaha untuk saling mendahului dengan cara siswa yang pertama siap untuk meloncati atau melewati dua susunan atau dua tumpukan kardus (bekas mie instan) yang ada di depan mereka seperti sedang melakukan gerakan gerak dasar tolakan bola voli, setelah kardus tersebut selesai diloncati dan terakhir loncatan melemparkan bola kecil yang terbuat dari kain pada sasaran yang telah ditentukan yaitu sebuah kaleng (bekas biskuit). Setelah melemparkan bola pada sasaran maka siswa tersebut langsung berbaris ke belakang. siswa yang kedua


(41)

melakukan loncatan yang sama seperti siswa pertama dan dilanjutkan oleh siswa berikutnya dan seterusnya sampai selesai.

Kegiatan akhir siswa dikumpulkan, disuruh duduk sambil meluruskan kakinya dan mendengarkan penjelaskan dari guru tentang permainan yang telah dilakukan atau diajarkan untuk meningkatkan pembelajaran bola voli khususnya gerak dasar tolakan spike, dan bertanya jawab serta memperbaiki kesalahan-kesalahan gerakan yang telah dilakukan dan menutup pembelajaran. Untuk formasi pelaksanaan pembelajaran permainan loncat lempar sasaran bergantian dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

--- --- 3M 3M 3M

--- 3M 3M 3M

Gambar 2.6

Permainan Loncat Lempar Sasaran Bergantian

Keterangan :

= Siswa Berdiri = Sasaran = Selesai = kardus 3M (meter) = Jarak

= Arah loncatan = Arah Pergantian

Siklus ketiga, dikegiatan awal siswa di bariskan menjadi empat barisan. Setelah

itu berdo‟a, mengecek kehadiran siswa, menegur siswa yang tidak berpakaian

lengkap, melakukan gerakan pemanasan mengarah kepada kegiatan inti, menjelaskan dan mendemonstrasikan pembelajaran permainan loncat lempar sasaran bergantian.


(42)

Kegiatan inti, siswa ditugaskan guru untuk berbaris menurut kelompoknya sendiri dengan berbaris memanjang ke depan dan dibatasi oleh garis pembatas antara pemain dan sasaran. Permainannya tiap siswa memegang bola kecil yang terbuat dari kain dan setiap kelompok berusaha untuk saling mendahului dengan cara siswa yang pertama siap untuk meloncati atau melewati tiga susunan atau tiga tumpukan kardus (bekas mie instan) yang ada di depan mereka seperti sedang melakukan gerakan gerak dasar tolakan bola voli, setelah kardus tersebut selesai diloncati dan terakhir loncatan melemparkan bola kecil yang terbuat dari kain pada sasaran yang telah ditentukan yaitu sebuah kaleng (bekas biskuit). Setelah melemparkan bola pada sasaran maka siswa tersebut langsung berbaris ke belakang. siswa yang kedua melakukan loncatan yang sama seperti siswa pertama dan dilanjutkan oleh siswa berikutnya dan seterusnya sampai selesai.

Kegiatan akhir siswa dikumpulkan, disuruh duduk sambil meluruskan kakinya dan mendengarkan penjelaskan dari guru tentang permainan yang telah dilakukan atau diajarkan untuk meningkatkan pembelajaran bola voli khususnya gerak dasar tolakan spike, dan bertanya jawab serta memperbaiki kesalahan-kesalahan gerakan yang telah dilakukan dan menutup pembelajaran. Untuk formasi pelaksanaan pembelajaran permainan loncat lempar sasaran bergantian dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

--- --- 3M 3M 3M

--- --- --- 3M 3M 3M

Gambar 2.7


(43)

Keterangan :

= Siswa Berdiri = Sasaran = Selesai = Kardus 3M (meter) = Jarak

= Arah loncatan = Arah Pergantian

Dengan melakukan permainan loncat lempar sasaran bergantian secara berulang-ulang sampai akhirnya siswa dapat melakukan loncatan yang tinggi dan bisa melakukan gerak dasar tolakan spike dengan baik dan benar. Sehingga, pada akhirnya siswa bisa melakukan spike bola voli dengan baik dan benar, dan guru memberikan motivasi kepada siswa agar lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran bola voli.

B.Kajian Praktis

Hasil Penelitian yang Relevan :

1. Gin-gin Ginanjar (2010). Pembelajaran Bola Voli melalui Permainan Loncat Tali untuk Meningkatkan Tolakan Spike Siswa Kelas IV SDN Gunungsari 1 Kecamatan Kaso Kendal Kabupaten Majalengka.

Berdasarkan temuan dilapangan bahwa kemampuan siswa dalam keterampilan tolakan bola voli di SDN Gunungsari 1 Kecamatan Kaso Kendal Kabupaten Majalengka belum mencapai tingkat yang diharapkan. Berdasarkan penelitian awal diketahui adanya permasalahan, yakni sebagian besar siswa tidak mampu melakukan tolakan bola voli yang baik. Akhirnya mereka merasa bosan dalam pembelajaran gerak dasar tolakan bola voli. Hal ini disebabkan oleh metode pembelajaran yang digunakan langsung menerapkan teknik tolakan yang sebenarnya tidak melalui permainan.

Melalui penelitian tindakan kelas dengan desain yang digunakan model Kemmis & Taggart untuk mengetahui kesulitan yang dihadapi para siswa di atas, maka diterapakanlah permainan loncat tali pada pembelajaran bola voli untuk meningkatkan tolakan . Penelitian ini mendeskripsikan permainan loncat tali dalam


(44)

meningkatkan tolakan bola voli Siswa Kelas IV SDN Gunungsari 1 Kecamatan Kaso Kendal Kabupaten Majalengka, kinerja guru dan aktivitas siswa.

Penelitian dimulai dengan pemberian tes awal untuk mendapatkan gambaran awal yang dimiliki siswa. Penelitian ini dilakukan dalam tiga siklus yang setiap siklusnya terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Dari tiga siklus yang dilakukan menunjukan bahwa persentase jumlah siswa yang lulus meningkat pada setiap siklusnya. Pada tes awal siswa yang lulus sebanyak 8 orang atau 29% pada siklus I meningkat menjadi 13 orang atau 48%, pada siklus II meningkat menjadi 18 orang atau 66% dan pada siklus III meningkat mencapai 27 orang atau 100%.

Kesimpulan, permainan loncat tali pada proses belajar mengajar pendidikan jasmani dapat meningkat tolakan bola voli pada siswa kelas IV SDN Gunungsari 1 Kecamatan Kaso Kendal Kabupaten Majalengka.

Relevansi berdasarkan penelitian di atas pada pembelajaran bola voli melalui permainan loncat tali untuk meningkatkan tolakan spike siswa Kelas IV SDN Gunungsari 1 Kecamatan Kaso Kendal Kabupaten Majalengka. Loncat tali yaitu permainan yang di dalamnya ada aktifitas meloncat. Aktivitas tersebut terdapat juga ada pada permainan loncat lempar sasaran bergantian yang peneliti angkat untuk meningkatkan gerak dasar tolakan spike dan penelitian ini sama yaitu, pada siswa kelas IV SD. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh saudara Gin-gin Ginanjar, dimana hasil penelitian yang diperoleh ada peningkatan dari setiap siklusnya.

2. Ajat Sudraja (2011). Upaya Meningkatkan Gerak Dasar Tolakan Spike Dalam Bola Voli Melalui Loncat Ban Mobil Pada Siswa Kelas IV SDN Ungkal Kecamatan Conggeang Kabupaten Sumedang.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan tolakan spike dalam bola voli pada siswa kelas IV SDN Ungkul sebagai akibat kurangnya guru penjas melakukan modifikasi terhadap pembelajaran, khususnya pembelajaran gerak dasar tolakan spike dalam bola voli. Rendahnya keterlibatan siswa dalam kegiatan


(1)

130 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Penelitian tindakan kelas yang telah peneliti laksanakan mengenai meningkatkan gerak dasar tolakan spike pada permainan bola voli melalui permainan loncat lempar sasaran bergantian bagi siswa kelas IV SDN 2 Bungko Kecamatan Kapetakan Kabupaten Cirebon, penulis dapat mengambil kesimpulan dari data yang sudah diperoleh sebagai berikut :

1. Perencanaan pembelajaran pada pembelajaran bola voli gerak dasar tolakan spike melalui permainan loncat lempar sasaran bergantian, meliputi unsur yang dinilai yaitu, perumusan tujuan pembelajaran. Mengembangkan dan mengorganisasikan materi, media, dan metode pembelajaran. Merencanakan skenario kegiatan pembelajaran. Merencanakan prosedur, jenis dan menyiapkan alat penilaian, serta tampilan dokumen rencana pembelajaran. Berdasarkan dari hasil penelitian data awal perencanaan pembelajaran data awal hanya 46%, siklus I baru mencapai 67% belum mencapai target yang ditentukan, dan pada siklus II menjadi 88%, dalam siklus III target sudah tercapai yakni sampai 100%.

2. Kinerja guru pada pembelajaran bola voli gerak dasar tolakan spike melalui permainan loncat lempar sasaran bergantian, meliputi unsur yang dinilai yaitu pra pembelajaran. Membuka pembelajaran. Mengelola inti pembelajaran, dan mendemonstrasikan kemampuan khusus dalam pembelajaran. Melaksanakan evaluasi proses dan hasil belajar serta kesan umum kinerja guru. Berdasarkan dari hasil penelitian data awal kinerja guru 45%, siklus I meningkat menjadi 58%, siklus II menjadi 81%. Siklus III target sudah dapat tercapai dengan perolehan 99%, karena sudah mencapai atau melebihi target yang telah ditentukan, jadi peneliti cukup melakukan tindakan sampai siklus III.

3. Aktivitas siswa pada pembelajaran bola voli gerak dasar tolakan spike melalui permainan loncat lempar sasaran bergantian, meliputi aspek yang dinilai yaitu semangat, percaya diri dan disiplin. Berdasarkan dari hasil penelitian pada data


(2)

awal yang mendapat kriteria baik hanya 31% kriteria cukup 69%. Siklus I yang mendapat kriteria baik meningkat menjadi 46%,yang mendapat kriteria cukup 54%, siklus II yang mendapat kriteria baik meningkat menjadi 81%, yang mendapat kriteria cukup 19%. Pada siklus III yang mendapat kriteria baik meningkat menjadi 92%, kriteria cukup berkurang menjadi 8%. karena sudah mencapai atau melebihi target yang telah ditentukan, jadi peneliti cukup melakukan tindakan sampai siklus III

4. Hasil belajar siswa pada pembelajaran bola voli gerak dasar tolakan spike melalui permainan loncat lempar sasaran bergantian, meliputi aspek yang dinilai yaitu awalan, tolakan, dan mendarat setelah melakukan spike. Berdasarkan dari hasil penelitian pada data awal siswa yang tuntas 23%, yang belum tuntas 77%. Siklus I siswa yang tuntas 46%, yang belum tuntas 54%. Siklus II siswa yang tuntas 87%, yang belum tuntas 19%. Siklus III siswa yang tuntas 96%, yang belum tuntas 4%. karena sudah mencapai atau melebihi target yang telah ditentukan, jadi peneliti cukup melakukan tindakan sampai siklus III

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan, maka perlu kiranya peneliti mengajukan beberapa saran untuk perbaikan proses pembelajaran bola besar di SD, khususnya dalam pembelajaran bola voli gerak dasar tolakan spike yaitu sebagai berikut .

1. Bagi siswa, permainan loncat lempar sasaran bergantian ini baik digunakan untuk siswa kelas IV SD, karena akan membantu siswa melakukan gerak dasar tolakan spike .

2. Bagi guru, melalui permainan loncat lempar sasaran bergantian dapat membuat pembelajaran yang lebih aktif, sehingga dapat melaksanakan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Pemilihan materi pembelajaran hendaknya dilakukan dengan memperhatikan pengalaman belajar anak.

3. Bagi sekolah metode permainan dapat menambah pengetahuan guru dalam hal mengajar sehingga tujuan yang telah ditentukan oleh sekolah dapat tercapai dengan baik.


(3)

4. Bagi UPI Kampus Sumedang hasil penelitian model pembelajaran dengan menerapkan permainan loncat bergantian dapat dijadikan referensi dalam bahan penelitian.

5. Bagi peneliti berikutnya permainan loncat lempar sasaran bergantian dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif model pembelajaran namun harus disesuaikan dengan karakteristik siswa. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bandingan sekaligus landasan peneliti berikutnya yang berhubungan dengan penerapan permainan dalam pembelajaran bola voli gerak dasar tolakan spike.


(4)

12

DAFTAR PUSTAKA

Abduljabar, B. (2010). Landasan Ilmiah Pendidikan Intelektual dalam Pendidikan Jasmani. Bandung : Rizky.

Beutelstahl, D. (2007). Belajar Bermain Bola Voli. Bandung : Pionir Jaya.

BNSP. (2006). Buku Panduan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SD/MI. Jakarta : Dirjendikdas.

Ginanjar, G. (2010). Pembelajaran Bola Voli melalui Permainan Loncat Tali untuk Meningkatkan Tolakan Spike Siswa Kelas IV SDN Gunungsari 1 Kecamatan Kaso Kendal Kabupaten Majalengka. Skripsi jurusan PGSD Penjas UPI Kampus Sumedang : Tidak diterbitkan.

Hamalik, O. (2008). Proses Belajar Mengajar. Bandung : Bumi Aksara. Harjanto (2008). Perencanaan Pengajaran. Jakarta : Rineke Cipta.

Husdarta, H.J.S & Saputra, Y.M. (2000).Perkembangan Peserta Didik. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah.

Husdarta, H.J.S & Saputra, Y.M. (2010). Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Dewa Ruchi.

Kasbolah, K. (1999). Penelitian Tindakan Kelas. Malang : Dirjen Dikti Depdikbud. Kusmaedi, N. (2009). Permainan Tradisional. Bandung : Program Studi S1

Pendidikan Jasmani PGSD UPI Kampus Sumedang.

Lutan, R, dkk. (2009). Sejarah dan Falsafat Olahraga. Bandung : Prodi PGSD Penjas UPI Kampus Sumedang.

Lutan, R. (2001). Asas- asas Pendidikan Jasmani Pendekatan Gerak di SD. Jakarta : Direrjen Olahraga, Depdiknas.

Lutan, R. (2001). Strategi Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Universitas Terbuka.


(5)

Lutan, R. dan Cholik, T. (2004). Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.

Mahendra, A. (2003). Teori Belajar Mengajar. Bandung : FPOK UPI.

Moleong, L.J. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Rosda Karya. Muhtar, T. & Irawati, R. (2009). Atletik. Program studi- S1 Pendidikan Jasmani

PGSD UPI Kampus Sumedang.

Mulyasa, E. (2009). Praktik Penelitan Tindakan Kelas. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Munafsifah. (2008), Permainan Bola Voli. Semarang : Aneka Ilmu.

Ngatiyono dan Dyah P. R. (2010), Mari Sehat Bergembira PJOK Untuk SD/MI Kelas IV. Jakarta : Kementerian Pendidikan Nasional.

Purwanto, M. N. (2012). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Rakhmat, C. (1999). Evaluasi Pengajaran. Jakarta : Depdikbud.

Rodiana, Y.(2011). Meningkatkan Pembelajaran Gerak Dasar Bola Voli melalui Media Bola Bantung di kelas V SDN Sukadana II Kecamatan Malausma Kabupaten Majalengka. Skripsi jurusan PGSD Penjas UPI Kampus Sumedang : Tidak diterbitkan.

Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media.

Saputra, Y.M. (1999). Pembelajaran Atletik di Sekolah Dasar. FPOK : UPI.

Somantri, H. dan Sujana, A. (2009). Permainan Net. Program Studi-S1 Penjas PGSD UPI Sumedang.

Subroto, T. & Yudiana, Y. (2010). Modul Permainan Bola Voli. Bandung : UPI. Sudrajat, A. (2011). Upaya Meningkatkan Gerak Dasar Tolakan Spike dalam Bola

Voli melalui Loncat Ban Mobil pada Siswa Kelas IV SDN Ungkal Kecamatan Conggeang Kabupaten Sumedang. Skripsi jurusan PGSD Penjas UPI Kampus Sumedang : Tidak diterbitkan.


(6)

Sugiyono (2005). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta.

Suherman, A. (2012). Penelitian Pendidikan. Sumedang : Bintang Warli Artika. Suherman, A. (2012). Revitalisasi Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Jasmani

di Sekolah Dasar. Artikel Jurnal Mimbar Pendidikan Dasar. Sumedang : UPI Kampus Sumedang.

Sukintaka. (1992). Teori Bermain. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Tenaga Kependidikan.

Sumadayo, S. (2013) Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Graha Ilmu. Surayin. (2010). Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta : Yrama Widya.

Susilawati, D. (2010). Pendidikan Jasmani dan Olahraga Adaptif. Sumedang : Program Pendidikan Jasmani UPI Kampus Sumedang.

Susilawati, D. (2010). Tes dan Pengukuran Pendidikan Jasmani Olahraga Prestasi. Sumedang : Program Studi Pendidikan Jasmani PGSD UPI.

Suwarsono, E. dan Sumarya. (2010). Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Untuk SD/MI Kelas IV. Jakarta : Kementerian Pendidikan Nasional.

Syarifuddin, A. dan Muhadi. (1993). Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Tim Abdi Guru. (2006). Penjas Orkes. Jakarta : Erlangga.

Wiriaatmaja, R. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Yudiana, Y. dan Subroto, T. (2010). Modul Permainan Bola Voli. Bandung : FPOK UPI.

Yunus, M. (1992). Olahraga Pilihan Bola Voli. Padang : Departemen Pendidikan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.