TINGKAT KETERBACAAN MODUL BAHASA INDONESIA SMP TERBUKA MELALUI TES PILIHAN GANDA : STUDI DESKRIPTIF ANALITIS TERHADAP MODUL BAHASA INDONESIA SMP TERBUKA INDUK SMP NEGERI 27 BANDUNG.

(1)

vii DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... v

UCAPAN TERIMAKASIH ... vi

DAFTAR ISI ... vii - xii DAFTAR TABEL ... xiii

LAMPIRAN BAB I DAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Mfanfaat Penelitian ... 9

1.5 Asumsi ... 9


(2)

viii

1.7 Definisi Oprasional ... 11

1.8 Metode Penelitian ... 14

1.9 Populasi dan Sampel ... 16

1.10 Instrumen Penelitian ... 16

BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1 Pengantar ... 18

2.2 Keterbacaan Modul ... 18

2.2.1 Pengertian Keterbacaan Modul ... 18

2.2.2 Keterbacaan Sebuah Teks Wacana ... 21

2.3 Modul Sebagai Bahan Ajar SMP Terbuka ... 23

2.3.1 Modul Sebagai Bahan Ajar ... 23

2.3.2 Pengertian Modul ... 25

2.3.3 Perbedaan Modul dengan Buku Teks ... 27

2.3.4 Bagaimana Merencanakan Penulisan Modul? ... 29

2.4 Bahasa Modul 2.4.1 Bahasa Baku ... 34


(3)

ix

2.4.3 Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) ... 48

2.5 Wacana ... 66

2.5.1 Apakah Wacana Itu ? ... 66

2.5.2 Ciri dan Sifat Wacana ... 68

2.5.3 Wujud dan Jenis Wacana ... 68

2.5.4 Analisi Wacana ... 71

2.6 Tata Letak dan Perwajahan Modul ... ... 74

2.6.1 Peran Penulis Dalam Perancangan Tata Letak dan Perwajahan ... 75

2.6.2 Format Perwajahan ... 76

2.6.3 Tifografi ... 78

2.7 Menentukan Tingkat Keterbacaan Modul dengan Tes Pilihan G a n d a ... 79

2.8 Tes Esai Kemampuan Membaca Modul ... 86

2.9 Komponen-komponen Dasar dalam Pengembangan Sebuah Gaya Keterbacaan Modul ... 91


(4)

x

2.9.2 Tulisan yang Sederhana ... 93

2.10 Menilai Modul ... 103

2.10.1 Mengapa Modul ... 103

2.10.2 Siapakah yang Melakan Penilaian ... 103

2.10.3 Metode Uji Coba ... 104

2.10.4 Bagaima Kita Menyiapkan Penilaian Modul Itu? ... 104

2.10.5 Menganalisis Hasil dan Melakukan Perbaikan ... 105

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 106

3.2 Alur Penelitian ... 109

3.3 Populasi dan Sampel ... 114

3.4 Instrumen Penelitian ... 114

3.5 Sumber Data ... 124

BAB IV HASIL ANALISIS PEMBAHASAN, DAN INTERPRETASI 4.1 Deskripsi Data ... 125


(5)

xi

4.1.1 Deskripsi Data Analisis Kebahasaan ... 125

4.1.2 Deskripsi Data Analisis Wacana ... 137

4.1.3 Deskripsi Data Materi Tes Pilihan Ganda ... 137

4.1.4 Deskripsi Data Materi Tes Esai Kemampuan Membaca Modul Bahasa Indonesia SMP Terbuka Kelas 8 Semester 1 dan 2 ... 144

4.1.5 Deskripsi Data Justipikasi Siswa SMP Terbuka Kelas 8 ... 146

4.2 Analisis Data ... 148

4.2.1 Analisis Kebahasaan ... 148

4.2.2 Analisis Wacana ... 169

4.2.3 Analisis Wacana Berdasarkan Sistem Kaitan Antaralinea ... 179

4.2.4 Penelitian Pilihan Ganda ... 185

4.2.5 Penelitian Tes Esai Kemampuan Membaca Materi Modul Bahasa Indonesia ... 187


(6)

xii

4.3 Hasil Analisis, Pembahasan, dan Interpretasi Penelitian Tingkat

Keterbacaan Modul Bahasa Indonesia SMP Terbuka Kelas 8 ... 189

4.3.1 Hasil Analisis, Pembahasan, dan Interpretasi

Aspek Kebahasaan ... 189

4.3.2 Hasil Analisis, Pembahasan, dan Interpretasi Wacana Sampel

A,B,C, dan D Modul Bahasa Indonesia SMP

Terbuka Induk SMPN 27 Bandung kelas 8

Semester 1 dan 2 ... 203

4.3.3 Hasil Analisis Daya Tarik Modul ... 208

4.3.4 Hasil Penelitian, Pembahasan dan Interpretasi

Tes Pilihan Ganda Wacana Sampel A,B,C, D ... 209

V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ... 238


(7)

(8)

1

BAB I

TINGKAT KETERBACAAN MODUL BAHASA INDONESIA SMP TERBUKA MELALUI TES PILIHAN GANDA

(Studi Deskriptif Analitis Terhadap Modul Bahasa Indonesia SMP Terbuka Induk SMP Negeri 27 Bandung)

1.1 Latar Belakang Masalah

Modul sebagai sumber belajar utama dalam proses pembelajaran bagi siswa SMP Terbuka. Dalam pembelajaran jarak jauh dengan sistem belajar mandiri, dan menjadikan modul sebagai bahan belajarnya. Dalam sistempembelajaran jarak jauh, modul merupakan komponen utama dan strategis, oleh karena itu penyelenggaraan pembelajaran SMP Terbuka harus dapat menyediakan bahan belajar (modul) yang dirancang secara khusus untuk dapat dipelajari secara mandiri dan memenuhi unsur keterbacaan.

Jenkins (dalam Haryono, 1987:36) menjelaskan bahwa modul yang bersifat self-intstrucsional dan self explanatory power itu harus bersifat lengkap / utuh (self contained), tidak tergantung dan mengacu kepada bahan belajar lainnya. Bahasa dalam modul hendaknya mempertemukan tingkat keterbacaan (kemudahan suatu bahan bacaan untuk dipahami seluruh isinya oleh siswa) modul dengan kemampuan daya serap pembacanya

Modul sebagai bahan belajar sebelum disebarkan ke siswa sebaiknya memenuhi aspek-aspek keterbacaan (readability) atau bahkan telah diukur tingkat


(9)

2

keterbacaannya. Hal ini penting, karena siswa lebih dituntut untuk memahami materi-materi yang terdapat di dalam modul dengan jalan belajar mandiri

Siswa yang belajar secara mandiri mempunyai kebebasan untuk belajar tanpa harus menghadiri pelajaran yang diberikan oleh guru pamong atau guru bina. Siswa dapat mempelajari pokok bahasan atau topik tertentu dengan membaca bahan ajar berupa modul dengan bantuan terbatas dari orang lain. Dalam arti, siswa mempunyai otonomi dalam belajarnya. Otonomi tersebut terwujud dalam kebebasan untuk belajar sesuai dengan kecepatan sendiri dan menyelesaikan tugas-tugas secara mandiri.

Belajar mandiri bukan berarti belajar sendiri (Panen dan Sekarwinahyu, 1997). Belajar mandiri bukan merupakan usaha untuk mengasingkan siswa dari temannya atau dari guru pamong/guru bina. Hal yang terpenting dalam proses belajar mandiri ialah peningkatan kemampuan dan keterampilan siswa dalam proses belajar tanpa bantuan orang lain. Kalau siswa menemui kesulitan, siswa baru berdiskusi dengan teman atau guru pamong. Jadi, tugas guru pamong/guru bina hanyalah sebagai fasilitator.

Melihat sistem pendidikan yang dilakukan secara jarak jauh dengan cara belajar mandiri ini betapa keberadaan modul sebagai bahan belajar sangat dituntut untuk menampilkan diri sebagai sumber belajar yang memenuhi faktor-faktor keterpahaman (understandability), dapat dipakai (usability), dan ketertarikan (interestability). Teks bacaan modul dapat dipahami dengan baik oleh siswa, terpakai, koheren, menyatu, dan cukup terstruktur supaya dapat digunakan.


(10)

3

Bentuk teks bacaan modul itu juga mempunyai daya tarik sehingga siswa berkeinginan untuk membacanya. Oleh karena itu Penelitian Tingkat Keterbacaan

Modul Bahasa Indonesia SMP Terbuka perlu segera dilakukan untuk kepentingan

peningkatan kualitas modul.

Modul harus memenuhi aspek-aspek keterbacaan. Hal ini perlu diperhatikan karena pandidikan jarak jauh adalah percakapan didaktik antara siswa dan guru pamong/ guru bina secara tidak langsung.

Komunikasi antara siswa dengan bahan ajar akan tercapai apabila bahasa yang digunakan dalam modul tersebut bersifat komunikatif. Tarigan (1999:7) menjelaskan bahwa bahasa komunikatif adalah bahasa yang sesuai dengan taraf kemampuan siswa, bahasa yang mudah ditangkap, mudah dicerna, mudah dipahami siswa. Jadi, aspek kebahasaan juga sangat menunjang keterbacaan modul itu.

Kemampuan para siswa untuk memahami suatu bacaan berbeda-beda. Mereka yang tergolong tingkat lanjut (advance) dalam belajar biasanya dapat memahami makna naskah bacaan sulit, mereka yang pengalaman belajarnya sedikit, mungkin hanya memiliki perbendaharaan kata terbatas dan kurang terampil dalam memahami sintaksis yang rumit.

Kita harus dapat mempertemukan tingkat kesulitan naskah bacaan dengan kemampuan membaca siswa. Untuk hal tersebut kita melakukan cara dengan pengklasifikasian tingkat keterbacaan keterbacaan naskah bacaan dan tingkat kemampuan membaca siswa, dengan menggunakan jenis soal pilihan ganda


(11)

4

dilengkapi dengan tes esai Tes esai berguna untuk mengetahui kemampuan berfikir dalam tingkatan kognitif yang tinggi dalam bentuk ekspresi tulis

Damaianti (1995) dalam tesisnya yang berjudul Kecenderungan Pola

Sintaksis dan Semantik Wacana Ilmiah dan Wacana Sastra Dilihat dari Segi

Keterpahaman. Penelitian ini berusaha mengkonstruksi pola-pola sintaksis dan

semantis wacana sastra dan wacana ilmiah yang telah mendapat penghargaan. Hasil penelitiannya bahwa , ciri utama wacana sastra dan karya ilmiah yang bermutu adalah adanya kebakuan struktur sintaksis dan semantis. Ciri wacana ilmiah adalah rumit, unsur frase lebih banyak, denotatif, baku, dan umumnya menggunakan pola pasif. Wacana sastra lebih sederhana dilihat dari struktur sintaksis, konotatif, dan menggunakan pola aktif

Suhadi (1996) dalam desertasinya yang berjudul Analisis Bahasa Baku

Paket SMA dari Segi Keterbacaan (Suatu Pendekatan Anlisis Kalimat dan Uji

Rumpang yang Dilakukan oleh Pembelajar Jurusan Fisika di SMAN Kotamadya

Bandung) meneliti aspek keterbacaan dan kebahasaan buku paket yang berjudul

Energi Gelombang dan Medan serta buku paket Sejarah Nasional Indonesia

untuk SMA

Simpulannya adalah keterbacaan EGM sebesar 57% dan keterbacaan SNI sebesar 45%. Untuk kebahasaan EGM dan SNI beraspek kebakuan yang cukup tetapi keefektifan, keilmiahan, dan penerapan EYD yang sedang. Dan secara kualitatif ditemukan bahwa buku paket EGM dan SNI itu perlu mendapat penyempurnaan lebih lanjut


(12)

5

Salem (19990 menulis tesis yang berjudul Tingkat Keterbacaan Bahan

Muatan Lokal Bagi Murid SD Berdasarkan Pertimbangan Pakar dan Hasil

Tes(Studi Kasus di Kecamatan Simpang Hulu, kabupaten Ketapang, Kalimantan

Barat) meneliti tingkat keterbacaan bahan muatan lokal menurut pertimbangan

para ahli, impresi murid, dengan menggunakan tes klose bagi murid SD kecamatan Simpang kabupaten Ketapang Kalimantan Barat. Simpulan penelitiannya, hasil tes klose menunjukkan level instruksional yang menguatkan pendapat guru bahwa tingkat keterbacaan bahan tinggi. Murid menguasai bahan dengan mudah merupakan indikator bacaan lebih meyakinkan untuk murid SD

Tarigan (1999) dalam tesisnya yang berjudul Kajian Keterbacaan Buku

Paket Pintar Berbahasa Indonesia I Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama

Kurikulum 1994. Meneliti dari tiga sudut pandang yang berbeda yaitu: pertama,

segi kebahasaan buku paket, kedua keterbacaan buku paket, dan ketiga penggolongan buku paket dan penggolongan pembaca. Simpulannya, masih banyak kesalahan berbahasa yang terjadi dalam wacana buku paket. Tingkat keterbacaan buku paket Pintar Berbahasa Indonesia I tidak sesuai bagi siswa kelas I SLTP dan sukar untuk dipahami.

Penelitian yang akan dilakukan penulis mempunyai perbedaan-perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Penelitian Tingkat Keterbacaan Modul Bahasa

Indonesia SMP Terbuka Kelas 8 (Studi Deskriptif Analitis terhadap Modul SMP

Terbuka) sampai sat ini belum ada yang meneliti. Penelitian-penelitian

keterbacaan seperti yang disebutkan di atas dilakukan terhadap buku teks bahasa Indonesia di SD, SLTP, dan SMA, dengan melibatkan siswa-siswanya, sedangkan


(13)

6

penelitian ini dilakukan terhadap Modul Bahasa Indonesia SMP Terbuka Kelas 8. Modul berbeda dengan buku teks, baik dalam segi komunikasi penulis dan pembaca, metode penulisannya, penggunaan bahasanya, struktur penulisannya, sistem belajar si pembacanya, latihan, tugas, maupun umpan balik yang diberikan. Penelitian ini berusaha untuk mendeskripsikan dan menganalisis aspek kebahasaan, wacana, serta format perwajahan dan tipografi yang terdapat dalam modul tersebut. Tes pilihan ganda dan tes esai dipergunakan untuk mendeteksi tingkat keterbacaan modul. Tes pilihan ganda, tes klose dipergunakan untuk mengetahui penggolongan wacana modul dan tingkat pemahaman pembaca terhadap teks tersebut (Jenkins dalam Haryono, 1987:97). Tes esai dipergunakan untuk mengetahui tingkat keterbacaan pembaca dengan cara mengemukakan kemampuan berpikirnya dalam tingkatan kognitif yang tinggi dalam bentuk ekspresi tulis (Nurgiyantoro, 1995: 71). Penelitian ini juga dilengkapi dengan justifikasi siswa terhadap muatan konsep materi Modul Bahasa Indonesia SMP Terbuka kelas 8.

Penelitian ini timbul karena adanya data di lapangan bahwa tes formatif, tes sumatif dan ujian akhir (UN) hasilnya kurang memenuhi target yang diharapkan.sehingga, penulis mempunyai motivasi yang tinggi untuk meneliti tingkat keterbacaan Modul Bahasa Indonesia SMP Terbuka yang sudah tersebar di lapangan.

Penelitian di lapangan secara praktis dilaksanakan setelah berahirnya tahun ajaran 2008. logikanya, siswa telah mempelajari Modul Bahasa Indonesia kelas 8, tersebut secara keseluruhan. Sejauh manakah ketepatan penggunaan bahasanya?


(14)

7

Bagaimanakah analisis wacananya? Bagaimanakah daya tarik modul tersebut? Sejauh manakah tingkat keterbacaannya? Sejauhmanakah tingkat keterpahaman siswa terhadap modul tersebut? Bagaimanakah justifikasi siswa terhadap konsep materi Modul Bahasa Indonesia kelas 8? Semua permasalahan di atas memerlukan penelitian ilmiah.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan permasalahan Penelitian Tingkat Keterbacaan Modul Bahasa Indonesia SMP Terbuka kelas 8 seperti di bawah ini.

(1) Sejauh manakah ketepatan penggunaan bahasa dalam Modul Bahasa Indonesia kelas 8, dilihat dari aspek kebakuan, keefektifan, dan penerapan, dan penerapan Ejaan Yang Disempurnakan ?

(2) Bagaimanakah analisis wacana Modul Bahasa Indonesia kelas 8, dilihat dari aspek cara pemaparan, rangkaian antarkalimat dan sistem kaitan antar alinea?

(3) Bagaimanakah daya tarik Modul Bahasa Indonesia kelas 8 SMP Terbuka kelas 8, dilihat dari aspek format perwajahan dan tipografi?

(4) Sejauh manakah tingkat keterbacaan tingkat keterbacaan Modul Bahasa Indonesia kelas 8 itu mudah, sedang, sukar?

(5) Sejauh manakah kemampuan pemahaman siswa terhadap Modul Bahasa Indonesia kelas 8?


(15)

8

(6) Bagaimanakah justifikasi siswa SMP Terbuka terhadap muatan konsep materi Modul Bahasa Indonesia kelas 8?

1.3. Tujuan Penelitian

Ada beberapa tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian Tingkat Keterbacaan Modul Bahasa Indonesia SMP Terbuka kelas8 ini. Tujuan-tujuan tersebut dirumuskan sebagai berikut.

(1) Mengetahui aspek kebahasaan Modul Bahasa Indonesia SMP Terbuka kelas 8 dalam kaitannya dengan tingkat keterbacaan, yang meliputi aspek kebakuan bahasa, keefektifan bahasa, dan Ejaan Yang Disempurnakan. (2) Mengetahui analisis wacana Modul Bahasa Indonesia SMP Terbuka kelas

8 dilihat dari aspek cara pemaparannya, rangkaian antarkalimat dan sistem kaitan antaralinea.

(3) Memperoleh gambaran daya tarik Modul Bahasa Indonesia SMP Terbukakelas 8, dilihat dari aspek format perwajahan dan tipografi.

(4) Memperoleh gambaran tingkat keterbacaan Modul Bahasa Indonesia SMP Terbuka kelas 8.

(5) Mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap Modul Bahasa Indonesia SMP Terbuka kelas 8.

(6) Memperoleh gambaran tentang justifikasi siswa SMP Terbuka kelas 8 terhadap kepadatan informasi, kejelasan konsep, dan stimulus tambahan yang terdapat dalam Modul Bahasa Indonesia SMP Terbuka kelas 8.


(16)

9

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mempunyai nilai manfaat yang tinggi baik bagi penulis sendiri, Departemen Pendidikan Nasional, siswa, maupun bagi pengembangan teori bahasa Indonesia sendiri.di bawah ini manfaat penelitian. (1) Manfaat bagi penulis, dapat mengetahui aspek kebahasaan, analisis wacana, formatperwajahan dan tifografi, tingkat keterbacaan Modul Bahasa Indonesia, sesuai tidaknya modul tersebut untuk siswa, dan justifikasi siswa terhadap modul tersebut. Hal ini berguna untuk perbaikan penulisan modul pada waktu yang akan datang.

(2) Manfaat bagi Departemen Pendidikan Nasional, bisa digunakan sebagai bahan masukan untuk menyelenggarakan persiapan, penyusunan, dan pendistribusian modul secara lebih baik.

(3) Manfaat bagi siswa, mereka memperoleh bahan bacaan yang berkualitas dan sesuai dengan jenjang pendidikannya. Sehingga menimbulkan minat baca yang tinggi.

(4) Manfaat bagi pengembangan teori bahasa yaitu untuk memperkaya teori keterbacaan khususnya bidang modul.

1.5Asumsi

Modul merupakan bahan ajar tertulis yang digunakan sebagai buku sumber dan sarana komunikasi tertulis antara siswa dengan guru pamong atau guru bina. Modul harus memiliki unsur keterbacaan supaya siswa mampu memahami isi materi yang disajikan dalam modul tersebut. Pemahaman itu akan


(17)

10

tercapai, bila tingkat keterbacaan modul itu sesuai dengan tingkat kemampuan membaca siswa.

Di bawah ini beberapa asumsi yang melandasi penelitian ini.

(1) Modul merupakan bahan ajar tertulis yang dijadikan rujukan utama dalam proses pembelajaran sistem SMP Terbuka kelas 8

(2) Aspek kebahasaan modul memegang peranan penting dalam menentukan tingkat keterbacaan modul.

(3) Format perwajahan dan tifografi akan mempengaruhi keterbacaan modul. (4) Tes pilihan ganda dapat digunakan untuk mendeteksi tingkat keterbacaan

wacana modul, sekaligus mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap modul.

(5) Tes esai bisa digunakan untuk memberanikan siswa mengemukakan kemampuan berfikir dalam tingkatan kognitif yang tinggi dalam bentuk ekspresi tulis.

(6) Hasil analisis kebahasaan, tes pilihan ganda, tes esai, dan justifikasi siswa dapat menggambarkan persesuaian antara tingkat keterbacaan Modul Bahasa Indonesia SMP Terbuka kelas 8 sebagai pengguna modul tersebut. (7) Semakin rendah tingkat keterbacaan suatu wacana semakin sukar wacana

itu untuk dipahami.

(8) Semakin tinggi tingkat keterbacaan suatu wacana semakin mudah wacana tersebut untuk dipahami.


(18)

11

1.6Hipotesis

Modul Bahasa Indonesia SMP Terbuka kelas 8 ditulis oleh orang- orang yang telah lama berpengalaman menulis bahan belajar dalam bentuk modul. Berdasarkan kenyataan di atas dan masalah-masalah penelitian penulis mengajukan hipotesis penelitian seperti tertulis di bawah ini.

(1) Aspek kebahasaan modul Bahasa Indonesia SMP Terbuka kelas 8 sudah

benar dilihat dari aspek kebakuannya, keefektifannya, maupun penerapan

EYD-nya.

(2) Penggolongan tingkat keterbacaan wacana Modul Bahasa Indonesia SMP Terbuka sedang.

(3) Penggolongan kemampuan pemahaman siswa Modul Bahasa Indonesia berada pada tingkat indevenden.

1.7Definisi Operasional

(1) keterbacaan

keterbacaan mempersoalkan tingkat kemudahan dan kesulitan suatu bahan bacaan bagi peringkat pembaca tertentu. Keterbacaan adalah ihwal terbaca tidaknya suatu bahan bacaan oleh pembacanya.

(2) analisis kebahasaan

analisis kebahasaan adalah pengkajian bahasa yang digunakan dalam suatu konsep secara utuh (self contained), sehingga dapat dipelajari secara terpisah dari bagian lain tanpa mengurangi maknanya.


(19)

12 (3) Modul

Modul merupakan unit terkecil dari pelajaran yang memuat suatu konsep secara utuh (self contained), sehingga dapat dipelajari secara terpisah dari bagian laintanpa mengurangi maknanya.

(4) Pendidikan jarak jauh

Pendidikan jarak jauh adalah sistem pendidikan yang dirancang secara khusus dengan sasaran peserta didik yang terpencil dan tidak terjangkau oleh sistempendidikan tatap muka untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. (5) Sistem Belajar Mandiri

Sistem belajar mandiri adalah peningkatan kemampuan dan keterampilan siswa dalam proses pembelajaran tanpa bantuan orang lain, sehingga pada akhirnya siswa tidak tergantung pada guru pamong atau guru bina, teman, atau orang lain dalam belajar. Siswa akan belajar sendiri dahulu untuk memahami isi materi pembelajaran, kalau mendapat kesulitan baru berdiskusi dengan teman.

(6) Tes Pilihan Ganda dan Tes Esai

Tes pilihan ganda dan tes esai adalah formula untuk mendeteksi tingkat keterbacaan wacana modul dan kemampuan siswa untuk memahami teks bacaan itu. Prosedur pelaksanaannya, dibuat 10 soal pilihan ganda dengan empat option dan 5 soal esai.

Tes pilihan ganda dinyatakan dengan persentasi skor yang diperoleh dengan rumus:


(20)

13

Hasil Tes Pilihan Ganda X 100% ---

Jumlah Soal Tes (7) Wacana

Wacana adalah rangkaian ujar atau rangkaian tindak tutur yang mengungkapkan suatu hal (subjek) yang disajikan secara teratur, sistematis, dalam satu kesatuan yang koheren, dibentuk oleh unsur segmental maupun non segmental bahasa.

(8) Tulisan Gaya Readable

Tulisan gaya readable adalah tulisan yang mengandung sekurang-kurangnya dua komponen dasar, yaitu tulisan dengan gaya percakapan dan tulisan yang bersifat sederhana.

(9) Justifikasi Siswa

Justifikasi siswa adalah pertimbangan / penilaian siswa terhadap muatan konsep materi yang meliputi: kepadatan informasi, kejelasan konsep, dan stimulus tambahan yang disajikan dalam modul.

(10) Sekolah Menengah Pertama Terbuka

Sekolah Menengah Pertama Terbuka merupakan sistem pendidikan jarak jauh dengan cara belajar mandiri dengan sumber belajar Modul, seiring dengan dinamika penyempurnaan tersebut ditetapkanlah Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006 tentang standar Isi dan Peraturan Menteri nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk


(21)

14

Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Sebagai pedoman dalam Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

1.8Metode Penelitian

Metode penelitian ini adalah deskriptif analitis kualitatif. Penelitian Tingkat Keterbacaan Modul Bahasa Indonesia SMP Terbuka kelas 8 dilakukan melalui enam sudut pandang yang berbeda. Pertama, analisis aspek kebahasaan yang digunakan dalam wacana modul. Kedua, analisis wacana modul. Ketiga, analisis format perwajahan dan tipografi. Keempat , penggolongan wacana dan penggolongan siswa yang diperoleh melalui tes pilihan ganda. Kelima, ekspresi tulisan siswa yang melibatkan aktivitas kognitif yang tinggi dengan cara tes esai.

Keenam, justifikasi siswa terhadap modul tersebut.

Penelitian ini lebih condong bersifat “book survey” yakni saat pelaksanaan analisis kebahasaan, wacana, serta format perwajahan dan tipografi modul. Ditambah dengan penelitian lapangan yakni saat pelaksanaan tes pilihan ganda, tes esai, dan justifikasi siswa.

Teknik pengumpulan data menggunakan tes dan kuesioner. Tes terbagi menjadi tes pilihan ganda dan tes esai.

Pembuatan tes esai dan kuesioner mengacu pada kisi-kisi. Dari kisi-kisi inilah tes esai dan kuesioner dapat dikembangkan.


(22)

15

1.9Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah Modul Bidang Studi Bahasa Indonesia SMP Terbuka Kelas 8 tahun ajaran 2007-2008 yang meliputi dua buah yaitu:

a. Modul Bahasa Indonesia SMP Terbuka kelas 8 semester 1 ditulis oleh Drs. Slamet Samsoerizal dengan Pengkaji Materi oleh Dra. Liliana Muliastuti, M. Pd

b. Modul Bahasa Indonesia SMP Terbuka kelas 8 semester 2 ditulis oleh Drs Slamet Samsoerizal dengan Pengkaji Materi oleh Drs. H. Nasrudin, M.Pd Modul Bahasa Indonesia SMP Terbuka kelas 8 semester 1 terdiri dari sembilan kegiatan pembelajaran. Modul Bahasa Indonesia SMP Terbuka kelas 8 semester 2 terdiri dari sepuluh kegiatan pembelajaran.

Arikunto (1989) menyatakan bahwa sampel untuk penelitian untuk penelitian sosial berkisar antara 12,5% sampai 25% dari populasi penelitian. Jumlah kegiatan pembelajaran kelas 8 semester 1 dan semester 2 adalah 19 kegiatan pembelajaran. 25% dari 19 kegiatan pembelajaran jumlahnya sekitar empat kegiatan pembelajaran. Sampel penelitian diambil dari dua kegiatan pembelajaran modul semester1 dan dua kegiatan pembelajaran modul semester 2. Sampel modul kegiatan pembelajaran semester 1 terdiri dari sampel A dan sampel B. Sampel modul kegiatan pembelajaran semester 2 terdiri dari sampel C dan sampel D.

Sampel A, kegiatan 1 Membaca Cepat dengan wacana berjudul Barito,

Oasis di Kebayoran. Sampel B, kegiatan 2 Bermain Peran dengan wacana


(23)

16

Sampel C, kegiatan 1 Berita tentang Peristiwa dengan wacana berjudul

Banjir Di Sambas Meluas Korban Mulai Mengungsi. Sampel D,kegiatan 3

Rumusan Masalah untuk Bahan Diskusi dengan wacana berjudul Alfi Dan

Kompor Biji Jarak.

Wacana yang dipilih dari kedua buku modul tersebut yang memenuhi kriteria panjangnya berkisar antara 4 sampai dengan 8 paragraf agar memudahkan untuk mengukur keterbacaan modul tersebut.

Wacana tersebut di atas dijadikan sebagai materi analisis kebahasaan, analisis wacana, materi tingkat keterbacaan dengan menggunakan alat ukur tes pilihan ganda dan tes esai.

1.10 Instrumen Penelitian

Enam sudut pandang yang dilakukan dalam penelitian Tingkat Keterbacaan Modul Bahasa Indonesia SMP Terbuka kelas 8 menggunakan berbagai macam instrumen.

Instrumen teks wacana modul dan pedoman analisis kebahasaan wacana dipergunakan untuk meneliti penggunaan bahasa modul. Pedoman analisis kebahasaan wacana berisi butir-butir kebakuan bahasa, keefektifan bahasa, dan penerapan EYD.

Instrumen teks wacana modul yang dijadikan sampel dipergunakan untuk analisis wacana modul.


(24)

17

Instrumen naskah Modul Bahasa Indonesia SMP Terbuka kelas 8 semester 1 dan semester 2, secara utuh dipergunakan untuk analisis format perwajahan dan tipografi modul.

Instrumen lembar soal, lembar jawaban, dan kunci jawaban dipergunakan untuk meneliti penggolongan keterbacaan wacana dan penggolongan pembaca berdasarkan tes pilihan ganda.

Instrumen kisi-kisi, lembar soal, dan lembar jawaban digunakan untuk meneliti alur berfikir siswa dalam bahasa yang runtut yang melibatkan aktifitas kognitif tingkat tinggi melalui tes esai.

Instrumen kisi-kisi dan kuesioner digunakan untuk meneliti justifikasi siswa terhadap muatan konsep materi modul di lapangan.


(25)

106

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian Tingkat Keterbacaan

Modul Bahasa Indonesia SMP Terbuka kelas 8, maka metode penelitian

menggunakan metode deskriptif analitis dengan pendekatan kualitatif.

Selinger and Shohamy dalam Second Language Research Methods (1989:117) menyatakan bahwa

“descriptive research as a type or category of research refers to investigation

which utilizes already existing data or nonexperimental research with a preconcieved hypothesis”.

Penelitian deskriptif adalah suatu tipe penelitian yang menghubungkan penelitian dengan menggunakan keberadaan data-data yang ada atau penelitian non-eksperimen dengan suatu hipotesis pendahuluan. Masih dalam Selinger and Shohamy (1989:124) menyebutkan, penelitian deskriptif tidak memanipulasi fenomena yang ada. Penelitian deskriptif dalam pembelajaran bahasa kedua terdiri dari studi kasus dan belajar kelompok.

Pendekatan kualitatif lebih tertarik dan percaya kepada deskripsi prilaku secara menyeluruh (holistik) yang terjadi pada situasi alamiah (natural) (Furqon, 2000:4) dalam Metodologi Penelitian menggambarkan lima ciri umum penelitian kualitatif sebagai berikut:

a. The natural setting is the direct source of data, and the reseascher is the key instrument in qualitative research


(26)

107

b. Qualitative data are collected in the form of word or pictures rather than numbers

c. Qualitative researchers are concerned with process as well as products. d. Qualitative researchers tend to analyze their data i

e. How people make sense out of their lives is a major concern to qualitative researchers

Dalam penelitian kualitatif, data dikumpulkan dengan menggunakan beberapa teknik yang relevan dengan peneliti sebagai instrumen utamanya. Data yang dihasilkan umum berupa deskripsi tentang fenomena dan prilaku yang diteliti. Buku catatan, tape recorder, dan kamera sering digunakan sebagai alat bantu. Analisis data dilakukan dengan cara mensintesiskan informasi (data) yang diperoleh dari beberapa sumber dan dengan menggunakan berbagai teknik. Data kuantitatif (jika ada) dianalisis dengan teknik statistik deskriptif seperti persentase, ukuran gejala pusat, ukuran variasi, dan lain-lain.

Metode penelitian deskriptif analitis kualitatif, digunakan untuk:

a. mendeskripsikan dan menganalisis aspek-aspek kebahasaan yang meliputi kebakuan bahasa, keefektifan bahasa, dan EYD, yang terdapat dalam wacana modul bahasa Indonesia yang dijadikan sampel;

b. mendeskripsikan dan menganalisis wacana modul;

c. mendeskripsikan an menganalisis format perwajahan dan tipografi;

d. mendeskripsikan dan menganalisis hasil tes pilihan ganda dan hasil tes esai terhadap teks wacana modul yang dijadikan sampel; dan

e. mendeskripsikan dan menganalisis hasil justifikasi siswa terhadap muatan konsep materi yang terdapat dalam wacana modul tersebut.


(27)

(28)

109 3.2 Alur Penelitian

Penentuan wacana Sampel penelitian Deskripsi Data Tes Pilihan Ganda Deskripsi Data Wacana Deskripsi Data Tes Esai Deskripsi Data Kebahasaan Analisis Wacana Temuan Tes Esai Temuan Tes Pilihan Ganda Temuan Analisis Wacana Temuan Analisis Kebahasaan

Modul Bahasa

Indonesia

Kesimpulan Hasil Penelitian Tingkat Keterbacaan Modul Bahasa Indonesia SLTP Terbuka Induk SLTPN 27 Bandung

Kelas VIII

Analisis Kebahasaan Penelitian Tes Pilihan Ganda Penelitian Tes Esai Analisis Daya Tarik Temuan Analisis Daya Tarik


(29)

110

Berdasarkan bagan alur penelitian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa penelitian Tingkat Keterbacaan Modul Bahasa Indonesia SMP Terbuka kelas 8 dilakukan dalam tahap-tahap seperti di bawah ini.

Tahap pertama, pemilihan wacana modul yang akan dijadikan sampel

penelitian. Dari 19 populasi, maka ada 4 wacana modul yang akan dijadikan sampel penelitian yang mewakili semester 1 dan semester 2. wacana sampel 1 dan 2 disebut sampel A dan sampel B diambil dari modul kelas 8 semester1 berjudul “

Barito, Oasis di Kebayoran” pada halaman 101, dan kegiatan bermain peran

dengan “ Penentuan Karakter Tokoh” pada halaman 145. sampel penelitian dari modul Bahasa Indonesia kelas 8 semester 2, wacana sampel 3 dan 4 disebut wacana sampel C dan wacana sampel D berjudul “ Banjir di Sambas Meluas,

Korban Mulai Mengungsi”, halaman 5 dan “ Alfy Dan Kompor Biji Jarak” pada

halaman 133. Mengapa penulis memilih wacana-wacana di atas yang mewakili? Karena penulis telah memahami bahwa wacana-wacana di atas memiliki paragraf yang panjang antara 3 sampai 8 paragraf sehingga akan lebih mudah menganalisis keterbacaan modul dan membuat soal pilihan ganda dan esai akan lebih bervariasi.

Tahap kedua, deskripsi data kebahasaan, wacana, tes pilihan ganda, tes

esai, dan justifikasi siswa di lapangan.

Tahap ketiga, pelaksanaan analisis aspek-aspek kebahasaan, wacana, daya

tarik, tes pilihan ganda, tes esai, dan justifikasi siswa di lapangan terhadap modul Bahasa Indonesia SMP Terbuka kelas 8.


(30)

111

Pelaksanaan penelitian aspek kebahasaan wacana modul yang mencakup kebakuan bahasa, keefektifan bahasa, dan penerapan EYD. Analisis kebahasaan yang mencakup ketiga aspek tersebut diperlukan untuk mengetahui apakah bahasa yang digunakan dalam Modul Bahasa Indonesia kelas 8 itu benar atau belum. Hasil analisis di atas akan menentukan tingkat keterbacaan suatu bahan bacaan.

Pelaksanaan analisis wacana modul dilakukan terbatas pada hal-hal yang berhubungan dengan cara pemaparan, rangkaian antarkalimat, dan sistem kaitan antaralinea (cohensions and coherents).

Pelaksanaan analisis daya tarik modul dilihat dari aspek format perwajahan dan tipografi.

Pelaksanaan tes pilihan ganda terhadap sampel wacana modul dilakukan melalui beberapa langkah antara lain seperti tulisan di bawah ini.

- Memilih uraian yang berisikan kurang lebih 3 sampai 8 paragraf. Uraian yang dipilih dapat berdiri sendiri, dikenal, dan menarik bagi siswa.

- Membuat soal pilihan ganda dengan empat pilihan (a,b,c,d) jawaban. - Siswa ditugaskan untuk memilih jawaban yang benar.

- Membuat kunci jawaban.

- Mengevaluasi hasil kerja siswa dengan kunci jawaban.

Pelaksanaan penelitian tes esai dilakukan untuk mengetahui alur berpikir aktivitas kognitif dalam tingkat tinggi, dan daya nalar siswa terhadap wacana modul dalam wacana dalam bentuk ekspresi tulisan. Hal ini sangat berguna terhadap tingkat keterbacaan suatu wacana.


(31)

112

Pelaksanaan perekrutan data tentang justifikasi atau pertimbangan siswa terhadap muatan konsep materi Modul Bahasa Indonesia SMP Terbuka kelas 8, di lapangan diisi oleh siswa sebagai user dari modul tersebut. Justifikasi siswa terhadap muatan konsep materi wacana modul tersebut meliputi: kepadatan informasi, kejelasan konsep, dan stimulus tambahan.

Untuk mengukur justifikasi siswa terhadap wacana modul yang dijadikan sampel menggunakan skala bertingkat. Hal ini dilakukan untuk mengukur kelayakan atau kecenderungan tertentu dari siswa yang berkaitan dengan sikap, keyakinan pandangan, atau nilai-nilai yang bersifat kualitatif untuk kemudian dikuantitatifkan dan ditafsirkan.

Skala bertingkat mempergunakan sistem angka yang disusun dengan mengikuti urutan bertingkat dari yang paling positif (besar) hingga yang negatif (kecil) atau sebaliknya. Skala yang umumnya dikenal adalah skala likert yang disederhanakan seperti di bawah ini.

1 2 3 4

Sangat setuju setuju kurang setuju tidak setuju

Tahap keempat, mendapatkan hasil temuan analisis aspek kebahasaan,

wacana modul, daya tarik, tes pilihan ganda, tes esai, dan justifikasi siswa terhadap muatan konsep materi Modul Bahasa Indonesia SMP Terbuka kelas 8.

Tahap kelima, kesimpulan akhir penelitian Tingkat Keterbacaan Modul


(32)

113 3.2 SUDUT PANDANG PENELITIAN

Analisis Wacana

Penggolongan Wacana Format

Perwajahan

1 2 3 4

Daya Tarik

5

Cara Pemaparan

Keterpahaman

Tipografi Daya

Tarik Tes

Klose Tingkat Keterbacaan Modul Bahasa

Indonesia SLTP Terbuka Induk SLTPN 27 Bandung

Analisis Kebahasaan

Tes Esai

Kebakuan

Keefektifan Rangkaian Antarkalimat

EYD Sistem Kaitan

Antaralinea

Penggolongan Siswa


(33)

114

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah Modul Bahasa Indonesia kelas SMP Terbuka kelas 8 Induk SMP Negeri 27 Bandung tahun ajaran 2008-2009 yang terdiri dari 19 kegiatan pembelajaran.

Arikunto (1989) menyatakan bahwa sampel penelitian untuk penelitian sosial berkisar antara 12,5 % sampai 25% dari populasi penelitian 25 % dari 19 kegiatan penelitian yaitu 4 wacana. Dua wacana dari modul bahasa Indonesia semester1 disebut wacana sampel A dan B, dua wacana dari semester 2 disebut wacana sampel C dan D

Wacana di atas dijadikan sebagai materi analisis kebahasaan, wacana, dan materi tes keterbacaan dengan alat ukur tes pilihan ganda dan tes esai.

Jumlah siswa yang dijadikan sampel penelitian sebanyak 20 siswa, yaitu 15% dari anggota populasi (Winarno Surakhmad, 1980:100) dengan ketentuan kelas 8A SMP Terbuka induk SMPN 27 Bandung 10 siswa, kelas 8 B SMP Terbuka induk SMP Negeri 27 Bandung 10 siswa.

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen teks wacana yang dijadikan sampel dan pedoman penggunaan bahasa modul digunakan untuk meneliti aspek kebahasaan yang meliputi kebakuan, keefektifan, dan EYD.


(34)

115 Tabel 3.1

Pedoman Penggunaan Bahasa Modul

No Aspek kebahasaan

1. 1.1. Aspek Kebakuan Bahasa 1.1.1 Segi ucapan dan tulisan

Bahasa Indonesia baku memiliki ciri sama antara ucapan dengan tulisan dan demikian pula sebaliknya.

1.1.2. Segi fungsi pemakaiannya

Bahasa Indonesia baku ialah ragam nahasa yang dipergunakan dalam: a. komunikasi resmi

b. wacana teknis

c. pembicaraan di depan umum

d. pembicaraan dengan orang yang dihormati 1.1.3. Segi struktur unsur kebahasaan

a. pemakaian awalan me- dan ber-….bila ada…..secara eks- plisit dan konsisten

b. bebas pengaruh unsur leksikal dan gramatikal dan dialek

bahasa daerah dan asing yang belum dianggap unsur bahasa Indonesia. c. bebas pengaruh bahasa tutur.

d. Pemakaian fungsi gramatikal subjek dan predikat secara eksplisit dan konsisten.

e. Pemakaian konjungsi bahwa dan karena secara eksplisit dan konsisten (pemakaian kata penghubung dengan tepat dan ajeg).

f. Pemakaian pola frase verbal: aspek+agen+verba secara konsisten (pemakaian urutan kata yang tepat)

g. Pemakaian konstruksi sintetis (lawan analitis).

h. Pemakaian partikel kah, lah, dan pun secara konsisten. i. Pemakaian kata depan (preposisi) yang tepat.

j. Pemakaian kata ulang yang tepat menurut fungsi dan tempatnya. k. Pemakaian istilah resmi.

l. Pemakaian ejaan resmi. 2 2.1 Aspek Keefektifan Bahasa

a. Struktur kalimat sederhana dan bersifat runtun.

b. Tiap kalimat hanya mengandung satu ide pokok gagasan. c. Hemat menggunsksn istilah.

d. Hemat menggunakan kata depan. e. Hemat menggunakan akhiran-nya.

f. Kata keterangan ditempatkan setepat-tepatnya dalam g. kalimat sehingga tidak mengganggu pemahaman siswa.

h. Kata yang mengandung makna yang sama dipakai salah satu saja. i. Kalimat harus bebas dari unsur pleonasme.


(35)

116

3 3.1 Pedoman Ejaan Yang Disempurnakan a. Penggunaan huruf

b. Pemakaian huruf kapital dan huruf miring. c. Penulisan kata.

d. Penulisan unsur serapan. e. Pemakaian tanda baca.

Instrumen teks wacana yang dijadikan sampel penelitian digunakan untuk analisis wacana monolog dilihat dari segi pemaparan, rangkaian dan kaitan tuturan (cohesion and coherents)

Instrumen modul bahasa Indonesia kelas 8 semester 1 dan 2 seutuhnya digunakan untuk menganalisis daya tarik modul.

Instrumen lembar soal, lembar jawaban, dan kunci jawaban digunakan untuk meneliti penggolongan wacana dan penggolongan siswa yang menggunakan tes pilihan ganda.

Instrumen lembar soal, lembar jawaban dan kisi-kisi digunakan untuk meneliti tingkat keterpahaman modul dengan tes esai.

Kisi-kisi tes esai untuk mendeteksi tingkat keterpahaman modul tersebut mengandung tiga buah indikator antara lain: keterpahaman wacana, keterpakaian wacana dan daya tarik wacana.

Dari ketiga indikator di atas dijabarkan kembali ke dalam sub-sub indikator yang meliputi memahami fakta, menganalisis kesalahan, mempertimbangkan teks wacana berdasarkan faktor internal, dan menggunakan konsep. Dari sub indikator tersebut dijabarkan lagi ke dalam sejumlah Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) yang akan melahirkan sejumlah item pertanyaan.


(36)

117

Pertanyaan-pertanyaan dalam item tes esai mengandung aspek kognitif, sehingga memerlukan pemikiran yang bersifat komprehensif dari siswa. Di bawah ini disajikan kisi-kisi tes esai.


(37)

118

TABEL 3.2 KISI-KISI TES ESAI

UNTUK MENILAI TINGKAT KETERPAHAMAN WACANA SAMPEL MODUL BAHASA INDONESIA KELAS 8

No ASPEK JML SOAL

INDIKATOR SUB

INDIKATOR

ITEM SOAL NO SOAL

SKOR ASPEK

INTELEKTUAL TINGKAT

KESUKARAN

MD SD SK

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1. Menilai tingkat keterbacaan wacana sampel Modul Bahasa Indonesia SMP Terbuka kelas VIII

5 1. Keterpahaman

wacana (understandabilit y)

1.1 memahami fakta 1.1.1Menyimpulkan teks wacana A.

1 Tepat = 3 C5 v

1.2 Menganalisa kesalahan

1.1.2 Menguraikan secara singkat bahasa dilihatdari aspek kebakuannya, keefektifanna,

dan EYD

yang terdapat pada teks C

3 Kurang

tepat = 1

C4 v

1.3 Mempertimbangkan

tek wacana

berdasarkan faktor internal

5 C6 v

2. Keterpakaian wacana (usability) 2.1 Menggunakan konsep 2.1.1Menunjukan nilai guna untuk wacana B

2 C3 v

3. Daya tarik wacana (interrestability)

3.1 menyusun skema 3.1.1menyimpulkan daya tarik wacana A


(38)

119

Instrumen kisi-kisi dan kuesioner digunakan untuk penelitian justifikasi siswa di Lapangan. Kuesioner tersebut berisi pernyataan-pernyataan tentang muatan konsep materi dalam Modul Bahasa Indonesia SMP Terbuka kelas 8. muatan konsep materi dijabarkan ke dalam indikator-indikator yang meliputi sub-sub indikator, yaitu: kepadatan iformasi, kejelasan konsep materi, dan stimulus tambahan. Dari ketiga sub indikator tersebut dijabarkan kembali ke dalam sejumlah item-item pernyataan positif dan negatif. Antara item positif dan negatif terdapat keseimbangan, maksudnya adalah untuk menjaga kekonsistenan (keajegan) jawaban dari responden, sehingga didapatkan data yang valid dan reliabel.

Untuk lebih jelasnya, di bawah ini ditulis kisi-kisi kuesioner untuk justifikasi siswa Jurusan Bahasa Indonesia terhadap Tingkat Keterbacaan Modul Bahasa Indonesia SMP Terbuka kelas 8.


(39)

120 Tabel 3.3 Kisi-Kisi Kuesioner

Untuk Justifikasi Siswa SMP Terbuka Kelas 8 Terhadap Tingkat Keterbacaan Modul Bahasa Indonesia

Tahun 2008-2009

ASPEK INDIKATOR SUB INDIKATOR NO. ITEM

1 2 3 4

Muatan Konsep 1. Kepadataan Informasi

1.1 Presentase tingkat pengenalan materi modul oleh siswa

1+ 1.2 pengulangan materi yang lalu 4- 1.3 Kepadatan ide pokok dalam

suatu paragraf

6- 1.4 Kepadatan ide pokok dalam

suatu kalimat

8+ 1.5 pembatasan Jumlah klausa

dalam suatu kalimat

2- 1.6 Penggunaan kata-kata pendek 3+ 1.7 Penggunaan kata-kata pendek 5+ 1.8 Penggunaan kata-kata yang

panjang

12- 1.9 Penggunaan kata-kata sulit 20- 1.10 Penggunaan kata-kata

sambung

9+ 1.11 Penggunaan kata-kata depan 7+ 1.12 Penggunaan kata-kata

keterangan

11- Muatan Konsep 2. Penyajian

Konsep Materi

2.1 Penyajian konsep materi yang diserai contoh

13+ 2.2 konsep materi tidak ngawur 16+ 2.3 Keteraturan susunan konsep

materi

19- 2.4 Konsep materi baru selalu 23-


(40)

121

disertai contoh-contoh

2.5 Tata letak pokok pikiran utama pada paragraf

21- 2.6 Cara-cara penulisan kata-kata

sulit

15+ 2.7 Cara-cara penulisan kata-kata

baru

18- 2.8 Pencantuman daftar isi 24+ 2.9 Pencantuman daftar kaata-kata

sulit

22- 2.10 Cara-cara penulisan teks

materi yang mengacu pada tabel

20+

2.11Cara-cara penulisan teks materi yang mengacu pada grafik

17-

2.12 Cara-cara penulisan teks materi yang mengacu pada diagram

14+

Muatan Konsep 3. Stimulus Tambahan

3.1 Modul dilengkepi dengan tes objektif

25+ 3.2 Modul dilengkapi dengan

latihan-latihan berapa tes esai

28- 3.3 Modul dilengkapi rangkuman 30- 3.4 Modul dilengkapi tugas-tugas 27+ 3.5 Modul berisi ajakan aau

dorongan untuk belajar lebih rajin

29-

3.6 Modul memberi gambaran tentang materi berikutnya

26+


(41)

122 3.3 INSTRUMEN PENELITIAN

1. Tes Wacana Modul dan Pedoman analisis kebahasaan

4. Lembar soal, lembar jawaban, dan kunci jawaban

6. Kisi-kisi dan Kuesionar 2. Tes Wacana yang dijadikan sampel

5. Kisi-kisi, lembar soal dan lembar jawaban

3. Naskah MBI 1,2.3 secara utuh

Meneliti penggunaan bahasa modul

Analisis wacana modul

Analisis format perwajahan Dan tipografi

Meneliti penggolongan keterbacaan wacana & pembaca berdasarkan tes klose

Meneliti alur berpikir pembaca melalui tes esai

Meneliti justifikasi pembaca terhadap muatan konsep materi modul


(42)

123

Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Data penelitian ini dihasilkan melalui langkah-langkah penelitian secara sistematis.

Langkah-langkah itu berupa persiapan pengumpulan data, dan analisis data.

Persiapan Pengumpulan Data

Tahapan yang dilalui dalam persiapan pengumpulan data terdiri atas tiga tahap seperti berikut ini.

(1) Penyusunan alat pengumpul data. Pada tahapan ini peneliti menyusun alat pengumpul data untuk semua variabel. Alat pengumpul data ini berupa beberapa instrumen sesuai dengan yang telah diuraikan pada bagian terdahulu.

(2) Pengajuan permohonan izin penelitian untuk mengumpulkan data. Surat izin diperoleh dari Direktur PPS UPI Bandung, dan ditembuskan kepada Kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat dan Kantor Departemen Pendidikan Kodya Bandung.

(3) Studi pendahuluan. Peneliti melakukan studi pendahuluan. Hal ini dilakukan untuk memperoleh pengalaman penelitian sehingga pada saat penelitian yang sesungguhnya diharapkan pengetesan berjalan l

a. Analisis Tingkat Keterpahaman Wacana

Untuk mengetahui tingkat keterpahaman siswa terhadap wacana bahan ajar dilakukan dengan menggunakan teknik statistis yaitu menggunakan teknik presentase dan rata-rata.


(43)

124

3.5 Sumber Data

Data penelitian bersumber dari Modul Bahasa Indonesia kelas 8 semester 1 dan 2 SMP Terbuka Induk SMPN 27 Bandung Tahun 2008-2009, hasil skor tes pilihan ganda, hasil tes esai, SMP Terbuka sebagai pengguna modul


(44)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Pada bagian yang disajikan simpulan penelitian dan saran yang diangkat berdasarkan hasil penelitian.

Simpulan

Simpulan berdasarkan analisis semantis dan struktur sintaktis serta tingkat keterpahaman yang diperoleh melalui tes klose, ternyata bahwa wacana modul SMP terbuka mempunyai struktur sintaktis dan semantis yang selaras dengan penguasaan struktur sintaktis dan semantis yang dimiliki siswa. Hal tersebut sangat mendukung paradigma penelitian yang tertera pada bagian awal BAB I. Dengan demikian, mudah dipahami mengapa wacana modul dijadikan objek penelitian itu wacana yang terpilih.

Berdasarkan hal-hal yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa syarat utama yang harus dimiliki oleh modul yang baik ialah kebakuan struktur sintaktis dan kebakuan struktur semantisnya. Secara rinci simpulan di atas dijelaskan sebagai berikut.

Pola sintaktis yang digunakan di dalam wacana modul terpilih ialah A FB FK + (KBT III) sebesar 45%. Artinya sebagian besar pola sintaktis yang digunakan dalam wacana modul terpilih yaitu sebanyak 45% adalah kalimat yang telah mengalami alih bangun dan terdiri atas dua klausa atau lebih.

Pola semantis yang digunakan dalam wacana ilmiah terpilih ialah entitas-statif-ekuivalen sebesar 16%. Artinya sebagian besar pola semantis yang


(45)

cenderung dalam wacana ilmiah yaitu sebesar 16%. Adalah entitas statif (menunjukan kata kerja pengantar) – ekuivalen (menunjukan kesamaan makna dari makna yang diterangkannya).

Tingkat keterpahaman wacana ilmiah terpilih termasuk kedalam tingkat keterpahaman yang tinggi yaitu 75%. Artinya sebagian besar wacana modul terpilih yakni sebesar 75% dapat dipahami dengan baik oleh siswa.

Wacana ilmiah terpilih mempunyai pola-pola kalimat yang rumit. Hal ini jelas terlihat dari bangun frasanya. Bangun frasa wacana ilmiah mempunyai tingkat frasa terbanyak sebesar 19 tingkat.

Saran Umum

Saran yang dapat diajukan pada akhir laporan penelitian ini pada dasarnya anak harus sejak dini diperkenalkan pada bahasa Indonesia yang baku. Hal ini tentu menimbulkan masalah baru sebab tidak banyak orang tua yang bisa berbahasa yang baik dan benar. Jangankan orang tua, guru bahasa Indonesia pun tidak dijamin semuanya dapat menggunakan bahasa Indonesia yang baik dengan benar.

Selain itu perlu ditekankan bahwa pengajaran pola kalimat bahasa Indonesia penting dilaksanakan secara terpisah, dengan alasan bahwa orang-orang yang pernah mengikuti pengajaran bahasa Indonesia yang memberikan tekanan pada pengajaran tata bahasa itu ternyata, pada umumnya, memiliki kemampuan bahasa yang lebih teratur. Syarat yang harus dipenuhi dalam pengajaran seperti ini adalah bahwa pengajaran tata bahasa itu harus tetap merupakan hal yang menarik.


(46)

Sehubungan dengan pengajaran tata bahasa yang harus menarik itu, disarankan bahwa pelajaran tata bahasa, khusus tentang pola kalimat, disajikan dengan menggunakan gambar-gambar, sepeti analisis pola kalimat dalam penelitian ini.

Supaya bahasa Indonesia yang baik dan benar mampu mencapai anggota masyarakat yang lebih luas, dapat disarankan agar media masa seperti urat kabar, radio, dan televisi selalu meningkatkan peranannya masing-masing. Buku-buku bahan ajar seyogyanya diperiksa dulu ketepatan penggunaan bahasanya dan diukur serta disesuaikan pula tingakt keterpahamannya agar selaras dengan tingkat kemampuan pemahaman pembacanya.

Pembenahan bahasa yang digunakan dalam buku ajar merupakan upaya yang harus didahulukan jika para pelajar diharapkan mempunyai kebiasaan untuk menggunakan bahasa yang baik dan benar. Di samping materi yang menarik keterampilan guru untuk mengajar bahasa itu dengan cara menarik pun harus diupayakan dengan sebaik-baiknya. Guru diharapkan menjadi model penggunaan bahasa yang baik dan benar

Penghargaan terhadap pelajaran bahasa Indonesia harus dipertahankan bahkan ditingkatkan agar siswa dapat menghargainya dan meyadari manfaatnya. Di samping itu, masyarakat Indonesia harus disadrkan terhadap betapa pentingnya mempertahankan jati diri bahasa Indonesia. Masuknya unsur-unsur bahasa asing harus sangat dibatasi agar perkembangan bahasa Indonesia tidak terlambat karenanya. Banyak unsur asing yang masuk menimbulkan masalah bagi pertumbuhan bahsa Indonesia.


(47)

Berdasarkan hasil penelitian, berikut ini dikemukakan beberapa saran khusus.

1. Wacana modul hendaknya menggunakan pola-pola kalimat yang lazim yaitu A FB FK (bangun turunan), agar selaras dengan pola kalimat yang dikuasai oleh para pembacanya, sehingga memenuhi isi paradigma penelitian.

2. Jumlah kata dalam sebuah kalimat hendaknya tidak terlampau banyak. Untuk buku ajar jumlah kata dalam kalimat tidak melebihi 29 kata. Wacana untuk siswa kelas SMP Terbuka memiliki rata-rata jumlah kata dalam setiap kalimat 17 buah.

3. Kalimat dalam sebuah wacana hendaknya menggunakan susunan ruas pendek mendahului ruas panjang, agar maksudnya mudah ditangkap. 4. Kalimat dalam sebuah wacana hendaknya mengandung informasi dengan

susunan informasi lama mendahului informasi baru, sehingga maksudnya mudah diikuti.

5. Pengajaran tata kalimat akan dirasakan lebi mudah apabila disajikan melalui pengenalan jenis-jenis kata dan diagram pola kalimat seperti yang tampak pada analisis bangun pola kalimat.

6. Pola sintaktis dan semantis wacana ilmiah terpilih dilihat dari segi keterpahamannya akan lebih berarti apabila kajian ini ditindak lanjuti dengan cara menghubungkan antara variabel pola sintaktis dengan pola semantis dengan variabel tingkat keterpahamannya, sehingga terlihat variabel yang paling berpengaruh.


(48)

7. Pola sintaktis yang diisi oleh frase benda dan frase kerja harus selalu dikenalkan pada setiap pembelajaran struktur kalimat.

8. Kalimat baku dasar lebih mudah dipahami dibandingkan dengan kalimat baku turunan. Oleh karena itu klaimat baku turunan diperkenalkan setelah dipahami kalimat baku dasar.


(49)

246

DAFTAR PUSTAKA

Adjat S., (1993). Bangun Kalimat. Bandung: ITB

Adjat S., (1993). Daftar Kata Bahasa Indonesia. Bandung: ITB. Adler, M.J. (1940). How to Read a Book. New York: A Clarion Book.

Almunawar, Machdum. (200). Belajar Mandiri. Bandung: Kerjasama PPPG tertulis Bandung dengan Pustekom Depdiknas.

Almunawar, Machdum. (2000). Sistematika Penulisan Modul. Bandung: Kerjasama PPPG Tertulis Bandung dengan Pustekom Depdiknas.

Alwan, T., (1991), Lukisan Dinding, Jakarta: P3B.

Aminudin, (1987), Kapita Selekta Kajian bahasa, Sastra, dan Pengajarannya. Malang: IKIP Malang.

Andamsari (2000). Aktivitas Belajar dalam Modul. Bandung: Kerjasama PPPG Tertulis Bandung dengan Pustekom Depdiknas

Arifin, Rusjdy.S. (2000). Penilaian Hasil Belajar. Bandung: kerjasama PPPG Tertulis Bandung dengan Pustekom Depdiknas

Alwi, H., dkk. (1993). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud. Abdilah, I. Dan Fuad, M., (1995). Pendidikan dan Kewarganegaraan Sekolah

Lanjutan Tingkat Atas Untuk Siswa Kelas 2. Jakarta: Balai pustaka

Amin, M., dkk, (1994). Biologi 2 untuk SMU Kelas 2. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Ahmadi, M., (1990). Dasar-dasar Komposisi Bahasa Indonesia. Malang: YA3. Badudu, J.S., (1990). Buku Panduan tata Bahasa Indonesia. Bandung: P3B.

Blake, N.F. (1990). An Introduction to the Language of Literature. London: Macmillan.


(50)

247

Bloomfield. L., (1966). Linguistic Aspect of Science. USA: The University of Chicago Press.

Brotowidjojo, M.D., (1993). Penulisan Karangan Ilmiah. Jakarta: Akademika Pressindo.

Cohen, Andrew D. (1994). Assesing Language Ability in the Classroom, USA: University of Minnesota.

Daniel, J., Martha A. Stround, John R. Thompson. (1982). Learning at A Distance A World Perspective. Athabasca University/ International Council for Corresponden Education.

Danielson, W.A., (1989). “A New Readability Formula Based on The Stylistic Age of Novels”. Journal of Reading 33, (3), 194.

Dahlan, E., (1995), Pendidikan Agama Islam SMU 1 SMK Kelas 2. Bandung: Alfabeta.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, (1995). Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas untuk Siswa Kelas 2. Jakarta: balai Pustaka.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, (1994), Kimia 2 untuk Sekolah Menengah Umum kelas 2. Jakarta: Departemen pendidikan dan Kebudayaan.

Dymock, S., (1993). “Reading But Not Undeerstanding”. Journal of Reading 37, (2), 86.

Fry, E., (1990). “A Readibility Formula for Short Passages”. Journal of Reading 33, (8), 594.

Farr, R & Roser, N. (1979). Teaching A Child to Read. New York: Harcourt Barce Jovanovich.

Faisal, Sanafiah dan Mulyadi Guntur Waseso. (1982). Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya Indonesia: Usaha Nasional.


(51)

248

Fraenkel, Jack R. And norman E. Wallen. (1993). How To Design and Evaluate Research In Education. San Fransisco: State University.

Furqon (1997). Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Furqon (2000). “ Metodologi Pendidikan”. Makalah pada Penataran Calon Tutor Universitas Terbuka. Bandung: BPG Cimareme.

Harris, T.L., (1981). A Dictionary of Reading. Newark: International Reading Assotiation.

Haryono, Anung. (2000). Tujuan pembelajaran. Bandung: Kerjasama PPPG Tertulis Bandung dengan Pustekom Depdiknas.

Heidinger, Virginia A. (1984). Analyzing Syntax and Semantic A Self Introductional Approach for Teacher and Clinicians. Washington: Gallaudet College Press.

Hittleman (1977). Principles and Practices of Teaching Reading. Ohio: Merill. Hittleman (1978). Development Reading a Psycholinguistics Perspective.

Deleware: International Reading Assotiation.

Huppe, B.F & Kaminsky, J. (1957). Logic and Language. New York: Alfred A. Knopf.

Inten, Wayan. (2000). Bahasa Modul. Bandung: Kerjasama PPPG Tertulis Bandung dengan Pustekom Depdiknas.

Jenkins, Janet. (1987). Course Development A Manual for Editors of Distance Teaching Materials. (second ed.). London: International Extention College. Diterjemahkan oleh Anaung Haryono. Jakarta: Depdiknas Pustekom.

Kridalaksana, H., (1984). Kamus Linguistik. Jakarta: Gramesia.

Kinneacy, J.L., (1971). A Theory of Discourse. New York: W.W. Norton & Company.

Krestschmer, R.R. & Krestschmer, L.W. (1978). Language Development and Intervention With The Hearing-impared. Baltimore: University Park Press.


(52)

249

Labbo, L.D., (1990). “Cross-Age Reading: A Strategy for Helping Poor Readers”. Journal of the International Reading Assotiation 43, (6), 362.

Leo, F., (1980). The Statues Of Reading Achievement: is there a halo around the past? Newark, Deleware: International Reading Assotiation.

May, Frank B., (1982). Reading as Communication (An Interactive Approach). Ohio: Merill.

Misdan & Harjasujana. (1987). Proses Belajar Mengajar Membca. Bandung: ITB Moeliono, A., (1993). Bahasa yang efisien dan efektif dalam Bidang IPTEK.

Jakarta: P3B.

Purwanto (2000). Penilaian Bahan Belajar Mandiri. Bandung: Kerjasama PPPG Tertulis Bandung dengan Pustekom Depdiknas

Purwanto (2000). Penilaian bahan Belajar mandiri. Bandung: Kerjasama PPPG Tertulis bandung dengan pustekom Depdiknas.

Ransom, M.A., (1993). Gatra bahasa Tekas dalam Pengembangan Ilmu dan Teknologi. Jakarta: Depdikbud.

Rojak, A., (1986). Kalimat Efektif Struktur Gaya dan Variasi. Jakarta: PT. Gramedia.

Robbins, R.H., (1992). Linguistik Umum Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Kanisius.

Robinson, H.A., (1979). Teaching Reading and Study Strategis The Conten Areas. Massachusetts: Allyn & Bacon.

Rusyana, Y., (1984). Bahasa dan Sastra Indonesia dalam Gamitan Pendidikan. Bandung: Diponegoro.

Rowntree, Derek. (1995). Teaching throught Self-Instruction How to Develop open Learing materials. (revisi ed.). New York: Kogan Page London / Nicholas Publishing.

Syamsudin, A.R. (1992). Studi Wacana Teori – Analisis – Pengajaran. Bandung: Mimbar pendidikan bahasa dan Seni.


(53)

250

Syamsudin, A.R. (1997). “Bahasa Indonesia Normatif”. Bandung: FPBS IKIP Samsoelrizal, Slamet., (2008). “Modul SMP Terbuka Kelas 1, 2. Jakata:

Departemen pendidikan Nasional.

Sarumpaet, R.K.T., (1988). Aku Cinta Bahasa Indonesia Tidak Sama Dengan Aku Cinta Bahasa Indonesia: Karya Sastra Dalam Pengajaran Bahasa. Jakarta: Depdikbud.

Savage, J.F., (1979). Lingustics For Teacher Selected Reading. Chicago: Science Research Associates.

Soejoko. (1987). Budaya Baca. Pikiran Rakyat, (Januari, 1987).

Tarigan, Djago. (1999). Kajian Tingkat Keterbacaan buku Paket Pintar Berbahasa indonesia 1 Sekolah Lanjutan tingkat Pertama Keurikulum 1994/ Tesis Magister pada FPS IKIP Bandung: tidak diterbitkan.


(1)

7. Pola sintaktis yang diisi oleh frase benda dan frase kerja harus selalu dikenalkan pada setiap pembelajaran struktur kalimat.

8. Kalimat baku dasar lebih mudah dipahami dibandingkan dengan kalimat baku turunan. Oleh karena itu klaimat baku turunan diperkenalkan setelah dipahami kalimat baku dasar.


(2)

246

DAFTAR PUSTAKA

Adjat S., (1993). Bangun Kalimat. Bandung: ITB

Adjat S., (1993). Daftar Kata Bahasa Indonesia. Bandung: ITB. Adler, M.J. (1940). How to Read a Book. New York: A Clarion Book.

Almunawar, Machdum. (200). Belajar Mandiri. Bandung: Kerjasama PPPG tertulis Bandung dengan Pustekom Depdiknas.

Almunawar, Machdum. (2000). Sistematika Penulisan Modul. Bandung: Kerjasama PPPG Tertulis Bandung dengan Pustekom Depdiknas.

Alwan, T., (1991), Lukisan Dinding, Jakarta: P3B.

Aminudin, (1987), Kapita Selekta Kajian bahasa, Sastra, dan Pengajarannya. Malang: IKIP Malang.

Andamsari (2000). Aktivitas Belajar dalam Modul. Bandung: Kerjasama PPPG Tertulis Bandung dengan Pustekom Depdiknas

Arifin, Rusjdy.S. (2000). Penilaian Hasil Belajar. Bandung: kerjasama PPPG Tertulis Bandung dengan Pustekom Depdiknas

Alwi, H., dkk. (1993). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud. Abdilah, I. Dan Fuad, M., (1995). Pendidikan dan Kewarganegaraan Sekolah

Lanjutan Tingkat Atas Untuk Siswa Kelas 2. Jakarta: Balai pustaka

Amin, M., dkk, (1994). Biologi 2 untuk SMU Kelas 2. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Ahmadi, M., (1990). Dasar-dasar Komposisi Bahasa Indonesia. Malang: YA3. Badudu, J.S., (1990). Buku Panduan tata Bahasa Indonesia. Bandung: P3B.

Blake, N.F. (1990). An Introduction to the Language of Literature. London: Macmillan.


(3)

247

Bloomfield. L., (1966). Linguistic Aspect of Science. USA: The University of Chicago Press.

Brotowidjojo, M.D., (1993). Penulisan Karangan Ilmiah. Jakarta: Akademika Pressindo.

Cohen, Andrew D. (1994). Assesing Language Ability in the Classroom, USA: University of Minnesota.

Daniel, J., Martha A. Stround, John R. Thompson. (1982). Learning at A Distance A World Perspective. Athabasca University/ International Council for Corresponden Education.

Danielson, W.A., (1989). “A New Readability Formula Based on The Stylistic Age of Novels”. Journal of Reading 33, (3), 194.

Dahlan, E., (1995), Pendidikan Agama Islam SMU 1 SMK Kelas 2. Bandung: Alfabeta.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, (1995). Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas untuk Siswa Kelas 2. Jakarta: balai Pustaka.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, (1994), Kimia 2 untuk Sekolah Menengah Umum kelas 2. Jakarta: Departemen pendidikan dan Kebudayaan.

Dymock, S., (1993). “Reading But Not Undeerstanding”. Journal of Reading 37, (2), 86.

Fry, E., (1990). “A Readibility Formula for Short Passages”. Journal of Reading 33, (8), 594.

Farr, R & Roser, N. (1979). Teaching A Child to Read. New York: Harcourt Barce Jovanovich.

Faisal, Sanafiah dan Mulyadi Guntur Waseso. (1982). Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya Indonesia: Usaha Nasional.


(4)

248

Fraenkel, Jack R. And norman E. Wallen. (1993). How To Design and Evaluate Research In Education. San Fransisco: State University.

Furqon (1997). Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Furqon (2000). “ Metodologi Pendidikan”. Makalah pada Penataran Calon Tutor Universitas Terbuka. Bandung: BPG Cimareme.

Harris, T.L., (1981). A Dictionary of Reading. Newark: International Reading Assotiation.

Haryono, Anung. (2000). Tujuan pembelajaran. Bandung: Kerjasama PPPG Tertulis Bandung dengan Pustekom Depdiknas.

Heidinger, Virginia A. (1984). Analyzing Syntax and Semantic A Self Introductional Approach for Teacher and Clinicians. Washington: Gallaudet College Press.

Hittleman (1977). Principles and Practices of Teaching Reading. Ohio: Merill. Hittleman (1978). Development Reading a Psycholinguistics Perspective.

Deleware: International Reading Assotiation.

Huppe, B.F & Kaminsky, J. (1957). Logic and Language. New York: Alfred A. Knopf.

Inten, Wayan. (2000). Bahasa Modul. Bandung: Kerjasama PPPG Tertulis Bandung dengan Pustekom Depdiknas.

Jenkins, Janet. (1987). Course Development A Manual for Editors of Distance Teaching Materials. (second ed.). London: International Extention College. Diterjemahkan oleh Anaung Haryono. Jakarta: Depdiknas Pustekom.

Kridalaksana, H., (1984). Kamus Linguistik. Jakarta: Gramesia.

Kinneacy, J.L., (1971). A Theory of Discourse. New York: W.W. Norton & Company.

Krestschmer, R.R. & Krestschmer, L.W. (1978). Language Development and Intervention With The Hearing-impared. Baltimore: University Park Press.


(5)

249

Labbo, L.D., (1990). “Cross-Age Reading: A Strategy for Helping Poor Readers”. Journal of the International Reading Assotiation 43, (6), 362.

Leo, F., (1980). The Statues Of Reading Achievement: is there a halo around the past? Newark, Deleware: International Reading Assotiation.

May, Frank B., (1982). Reading as Communication (An Interactive Approach). Ohio: Merill.

Misdan & Harjasujana. (1987). Proses Belajar Mengajar Membca. Bandung: ITB Moeliono, A., (1993). Bahasa yang efisien dan efektif dalam Bidang IPTEK.

Jakarta: P3B.

Purwanto (2000). Penilaian Bahan Belajar Mandiri. Bandung: Kerjasama PPPG Tertulis Bandung dengan Pustekom Depdiknas

Purwanto (2000). Penilaian bahan Belajar mandiri. Bandung: Kerjasama PPPG Tertulis bandung dengan pustekom Depdiknas.

Ransom, M.A., (1993). Gatra bahasa Tekas dalam Pengembangan Ilmu dan Teknologi. Jakarta: Depdikbud.

Rojak, A., (1986). Kalimat Efektif Struktur Gaya dan Variasi. Jakarta: PT. Gramedia.

Robbins, R.H., (1992). Linguistik Umum Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Kanisius.

Robinson, H.A., (1979). Teaching Reading and Study Strategis The Conten Areas. Massachusetts: Allyn & Bacon.

Rusyana, Y., (1984). Bahasa dan Sastra Indonesia dalam Gamitan Pendidikan. Bandung: Diponegoro.

Rowntree, Derek. (1995). Teaching throught Self-Instruction How to Develop open Learing materials. (revisi ed.). New York: Kogan Page London / Nicholas Publishing.

Syamsudin, A.R. (1992). Studi Wacana Teori – Analisis – Pengajaran. Bandung: Mimbar pendidikan bahasa dan Seni.


(6)

250

Syamsudin, A.R. (1997). “Bahasa Indonesia Normatif”. Bandung: FPBS IKIP Samsoelrizal, Slamet., (2008). “Modul SMP Terbuka Kelas 1, 2. Jakata:

Departemen pendidikan Nasional.

Sarumpaet, R.K.T., (1988). Aku Cinta Bahasa Indonesia Tidak Sama Dengan Aku Cinta Bahasa Indonesia: Karya Sastra Dalam Pengajaran Bahasa. Jakarta: Depdikbud.

Savage, J.F., (1979). Lingustics For Teacher Selected Reading. Chicago: Science Research Associates.

Soejoko. (1987). Budaya Baca. Pikiran Rakyat, (Januari, 1987).

Tarigan, Djago. (1999). Kajian Tingkat Keterbacaan buku Paket Pintar Berbahasa indonesia 1 Sekolah Lanjutan tingkat Pertama Keurikulum 1994/ Tesis Magister pada FPS IKIP Bandung: tidak diterbitkan.