STUDI KOMPARASI KINERJA KOMITE SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR NEGERI WILAYAH KOTA DAN DESA STUDI PADA SDN SE-KECAMATAN COBLONG KOTA BANDUNG DAN SDN SE-KECAMATAN RANCABALI KABUPATEN BANDUNG.
Muhamad Sanjaya, 2012
Studi Komparasi Kinerja Komite Sekolah Di Sekolah Dasar Negeri Wilayah Kota Dan Desa (Studi Pada SDN Se-kecamatan Coblong Kota Bandung dan SDN Se-kecamata Rancabali Kabupaten Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia I Repository.upi.edu DAFTAR ISI
ABSTRAK ……… i
KATA PENGANTAR ………. ii
UCAPAN TERIMAKASIH ……… iii
DAFTAR ISI ……… v
DAFTAR TABEL ……… ix
DAFTAR GAMBAR ……… xi
DAFTAR LAMPIRAN….……… xii
BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah……… 1
B Rumusan Masalah………. 10
C Tujuan Penelitian……….. 11
D Manfaat Penelitian……… 12
E Anggapan Dasar……… 13
F Hipotesis Penelitian……….. 14
G Struktur Organisasi Skripsi ………. 15
BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR PENELITIAN A Konsep Manajemen Berbasis Sekolah………. 17
1 Pengertian MBS……… 17
2 Tujuan MBS………. 19
3 Manfaat MBS……….. 20
4 Prinsip MBS……… 21
(2)
C Konsep Dasar Komite Sekolah……….. 26
1 Pengertian Komite Sekolah………... 27
2 Tujuan Komite Sekolah………. 30
3 Peran dan Fungsi Komite Sekolah……… 32
4 Wewenang Komite Sekolah……….. 35
5 Struktur keroganisasian Komite Sekolah………... 36
6 Indikator Kinerja Komite Sekolah………. 40
D Konsep Dasar Kota dan Desa………. 51
1 Kota……… 52
2 Desa……… 58
E Kerangka Pikir Penelitian………... 63
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A Lokasi Populasi dan Sampel Penelitian………. 66
1 Lokasi………. 66
2 Populasi……….. 67
3 Sample……… 70
B Definisi Oprasional………. 70
C Metode dan Teknik Pengumpulan Data………. 74
1 Metode……… 74
2 Teknik Pengumpulan Data………. 77
D Prosedur Pelaksanaan Pengumpulan Data……….. 90
E Teknik Pengolahan Data……….. 92
(3)
Muhamad Sanjaya, 2012
Studi Komparasi Kinerja Komite Sekolah Di Sekolah Dasar Negeri Wilayah Kota Dan Desa (Studi Pada SDN Se-kecamatan Coblong Kota Bandung dan SDN Se-kecamata Rancabali Kabupaten Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia I Repository.upi.edu
2 Klasifikasi data………. 95
3 Uji Kecenderungan Umum……….. 96
4 Mengubah Skor mentah menjadi Skor Baku………... 97
5 Uji Normalitas Distribusi Data……… 99
6 Uji Hipotesis Komparasi………. 101
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A Prosedur Pengolahan Data……… 104
B Penyajian Hasil Penelitian……… 105
1 Hasil Perhitungan Kecenderungan Umum Skor Responden……... 105
2 Mengubah Skor Mentah Menjadi Skor Baku……… 114
3 Uji Normalitas……….. 115
4 Uji Hipotesis Komparasi……….. 117
C Pembahasan……….. 119
1 Kinerja komite sekolah pada sekolah dasar negeri wilayah kota (SDN se-Kecamatan Coblong, Kota Bandung). 2 Kinerja komite sekolah pada sekolah dasar negeri wilayah desa (SDN se-Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung). 3 Tingkat perbedaan kinerja komite sekolah dasar negeri kota dan desa (Studi pada SDN se-Kecamatan Coblong dan SDN se-Kecamatan Rancabali) 119 ………….. 125 ………. ……… ………. 130
(4)
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A Kesimpulan………. 135
B Saran………... 137
DAFTAR PUSTAKA ……… 140
LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran 1 Kisi-kisi dan Angket Penelitian ……… 143
Lampiran 2 Hasil Perhitungan Data Statistik ……….. 152
Lampiran 3 Perizinan…..……….. 181
Lampiran 4 Analisis Profil Wilayah dan Komite Sekolah……… 202
Lampiran 5 Tabel Statistik...……….. 209
(5)
Muhamad Sanjaya, 2012
Studi Komparasi Kinerja Komite Sekolah Di Sekolah Dasar Negeri Wilayah Kota Dan Desa (Studi Pada SDN Se-kecamatan Coblong Kota Bandung dan SDN Se-kecamata Rancabali Kabupaten Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia I Repository.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Pendidikan menjadi bagian yang mendapat sorotan besar dalam
pembangunan bangsa, hal tersebut disebabkan karena pendidikan berperan
dalam pembentukan insan atau masyarakat yang kuat dari segi ilmu
pengetahuan, sikap ataupun kepribadian. Pendidikan mampu berperan dalam
penguatan kualitas manusia yang ada pada suatu Negara. Sayangnya, hal
tersebut berbanding terbalik dengan kondisi yang ada, bahwasanya pendidikan
yang ada di Indonesia belum bisa tercermin dengan baik, hal tersebut dapat
terlihat dari penurunan peringkat IPM (index pembangunan manusia) yang
dirilis UNDP, Indonesia berada pada peringkat 108 pada tahun 2010 dan 111
pada tahun 2011 dari 169 negara hal tersebut menunjukan bahwa masih belum
berkembangnya mutu pendidikan secara nasional, karena salah satu indikator
dalam penentuan IPM adalah pendidikan.
Terlepas dari persoalan tersebut, pemerintah selaku penyelenggara
pendidikan tidak tinggal diam. Berbagai terobosan dikeluarkan guna
menciptakan pendidikan yang bermutu untuk masyarakat. Upaya-upaya
tersebut diantaranya dengan memberikan bentukan pelatihan dan
pengembangan kepada guru guna peningkatan kompetensinya dalam
pelaksanaan proses belajar mengajar. Selain itu ada pula dalam bentuk
(6)
bemutu yang juga menjadi salah satu bentuk perhatian pemerintah terhadap
peningkatan mutu pendidikan yang ada di Indonesia. Sayangnya berbagai
terobosan dalam pencapaian mutu yang digulirkan pemerintah tersebut belum
mencerminkan hasil yang signifikan. Untuk beberapa sekolah mungkin terjadi
peningkatan, namun jika ditinjau secara nasional kurang begitu terlihat. Hal
tersebut menandakan bahwasanya terobosan yang dilakukan oleh pemerintah
baru sebatas implikasi secara fisik atau secara terlihat, Namun jika ditinjau
secara kasat mata, masih terdapat hal-hal yang kurang terpantau efektif seperti
halnya mekanisme yang bekerja atau sistem yang menjalankanya.
Mekanisme yang dimaksud adalah sistem koordinasi yang masih secara
birokratik-sentralistik, dimana proses pembuatan keputusan dan seluruh
pengembangan mengenai pendidikan masih diserahkan pada pemerintah pusat,
sehingga mengakibatkan ketergantungan pihak sekolah pada
keputusan-keputusan birokratik dari pemerintah. Keputusan dan bentuk pengelolaan yang
dilakukan oleh pemerintah pusat terkadang kurang sesuai dengan kondisi dan
keadaan yang ada pada satuan persekolahan, sehingga menyebabkan sekolah
kehilangan kemandirian, motifasi, inisiatif dan kreatifitas untuk
menyelenggarakan pendidikan yang bermutu disekolahnya. Maka dari itu,
munculah suatu paradigma baru dalam dunia pendidikan dalam bentuk
kebijakan desentralisasi yang tertuang dalam kebijakan MBS atau Manajemen
Berbasis Sekolah. Kebijakan tersebut tercantum dalam Undang-undang No 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 51 yang
(7)
Muhamad Sanjaya, 2012
Studi Komparasi Kinerja Komite Sekolah Di Sekolah Dasar Negeri Wilayah Kota Dan Desa (Studi Pada SDN Se-kecamatan Coblong Kota Bandung dan SDN Se-kecamata Rancabali Kabupaten Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia I Repository.upi.edu
dan pendidikan menengah didasarkan pada standar pelayanan minimum
dengan prinsip Manajemen Berbasis Sekolah”.
MBS merupakan bentuk kebijakan pendidikan yang memandang sekolah
secara individual. Artinya pemerintah memberikan kewenangan yang
seluas-luasnya kepada sekolah dalam pengelolaan bidang manajemen sekolah. MBS
merupakan bentukan realisasi dari kebijakan otonomi daerah yang sebelumnya
dikeluarkan pada Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 yang selanjutnya diganti
dengan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004. Dengan adanya MBS sekolah
dapat leluasa mengelola sumberdaya yang ada dengan mengalokasikannya
sesuai dengan prioritas kebutuhan pada satuan persekolahan. Selain itu
otonomi yang diberikan berfungsi sebagai bentuk dorongan agar tercipatanya
suatu pengambilan keputusan secara partisipatif yang melibatkan secara
langsung semua warga sekolah sesuai dengan standar pelayanan yang
ditetapkan oleh pemerintah.
Menurut Nanang Fatah (2004:4) dalam bukunya Manajemen Berbasis
Sekolah menjelaskan bahwa :
Manajemen berbasis sekolah sebagai terjelamahan dari School Based Manajemen adalah suatu pendekatan politik yang bertujuan memberikan kekuasaan dan meningkatkan partisipasi sekolah dalam upaya perbaikan kinerjanya yang mencakup guru, siswa, orangtua, dan masyarakat. MBS memodifikasi struktur pemerintah dengan memindahkan otoritas dalam pengambilan keputusan ke setiap yang berkepentingan ditingkat lokal.
Dari definisi yang diungkapkan diatas dapat terlihat bahwasanya bentuk
implementasi dari MBS memiliki misi yang salah satunya adalah untuk
(8)
lainya yang memiliki kepentingan baik secara langsung ataupun tidak. Misi
tersebut merupakan ide utama dari bentuk kebijakan otonomi daerah dalam
MBS, yaitu agar tumbuhnya partisipasi masyarakat secara aktif untuk
membangun dirinya sendiri. Sedangkan pemerintah berperan untuk
memfasilitasi dan menjadi mitra kerja masyarakat. Masyarakat berperan
penting dalam keberhasilan pendidikan seperti tercantum dalam
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 pasal 8 yang
menyebutkan bahwa “Masyarakat berhak berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan.” serta pada pasal 9 yang menyebutkan “Masyarakat berkewajiban memberikan dukungan sumberdaya dalam penyelenggaraan pendidikan”.
Selain itu Ace Suryadi (2003) mengungkapkan pentingnya masyarakat
dalam pengelolaan pendidikan yang dapat terlihat dari berbagai sisi,
diantaranya :
1. Masyarakat adalah Stackholder pendidikan,
2. Masyarakat sebagai pihak yang menyediakan raw input (siswa), menjadi bagian dalam keberhasilan proses pendidikan, dan pihak yang akan menerima lulusan pendidikan,
3. Masyarakat sebagai pihak yang ikut membiayai pendidikan, baik melalui pajak ataupun secara langsung melalui biaya pendidikan putra/putrinya.
Mengingat pentingnya partisipasi seluruh warga sekolah dan masyarakat
sekitar untuk memajukan pendidikan baik dalam bentuk aspirasi, harapan
ataupun kebutuhan, maka diperlukan suatu sarana aspirasi dalam bentukan
organisasi atau lembaga yang fungsinya adalah untuk menampung dan
(9)
Muhamad Sanjaya, 2012
Studi Komparasi Kinerja Komite Sekolah Di Sekolah Dasar Negeri Wilayah Kota Dan Desa (Studi Pada SDN Se-kecamatan Coblong Kota Bandung dan SDN Se-kecamata Rancabali Kabupaten Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia I Repository.upi.edu
Dalam MBS sarana yang dimaksud adalah organsiasi komite sekolah, dimana
komite sekolah memiliki peran yang amat penting, terutama dalam
pengembangan dan peningkatan peran serta masyarakat dalam upayanya untuk
peningkatan kualitas pendidikan pada tingkat satuan pendidikan.
Secara yuridis keberadaan komite sekolah tertuang dalam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, yang menjelaskan bahwa “Komite sekolah/madrasah adalah lembaga mandiri yang beranggotakan orang tua/wali peserta didik, komunitas sekolah,
serta tokoh masyarakat yang peduli terhadap pendidikan.” Berdasarkan pengertian tersebut terlihat bahwasanya sebagai lembaga mandiri yang
mewakili aspirasi masyarakat, komite sekolah terdiri atas unsur orang tua
siswa, wakil tokoh masyarakat (bisa ulama/rohaniwan, budayawan, pemuka
adat, pakar atau pemerhati pendidikan, wakil organisasi masyarakat, wakil
dunia usaha dan industri, bahkan jika perlu perwakilan dari siswa, wakil
guru-guru, dan kepala sekolah).
Komite sekolah mempunyai tugas dan wewenang yang telah diatur dalam
Kepmendiknas No. 044/U/2002 tentang dewan pendidikan dan komite sekolah,
dimana tugas utama komite sekolah ialah membantu penyelanggaraan
pendidikan di sekolah dalam kapasitasnya sebagai pemberi pertimbangan,
pendukung program, pengontrol, dan sebagai mediator. Untuk memajukan
pendidikan di sekolah, komite sekolahpun membantu pihak sekolah dalam
penyelenggaraan proses belajar mengajar, manajemen sekolah, kelembagaan
(10)
mengkoordinasikan peran serta seluruh lapisan masyarakat. Pada dasarnya
peran serta komite dalam pembangunan satuan pendidikan penting, hal ini
sehubungan dengan pentingnya peran serta masyarakat dalam efektifitas
kegiatan manajemen sekolah, namun pada kenyataanya belum terlaksana
dengan optimal.
Sepertihalnya dalam penelitian mengenai kinerja komite sekolah pada
lingkup Kecamatan Dayeuh Kolot yang dilakukan oleh Irviantri Hervininda
S.Pd. dimana memberikan hasil bahwasanya kinerja komite masih tergolong
rendah terutama kinerja komite sebagai badan pendukung. Kondisi tersebut
salah satunya dipengaruhi oleh faktor budaya dan kebiasaan masyarakat sekitar
atau lingkungan dimana sekolah tersebut berada. Komite merupakan organisasi
mandiri yang terdiri dari orangtua/wali peserta didik, komunitas sekolah serta
tokoh masyarakat yang ada pada lingkungan dimana sekolah tersebut berada,
dengan kata lain factor-faktor seperti kebudayaan dan pola hidup dari
masyarakat yang ada berpengaruh terhadap kinerja para anggota komite yang
bersangkutan. seperti contoh ketika ketika keorganisasian komite terbentuk
pada corak kemasyarakatan yang cenderung heterogen dan individualis serta
memiliki tingkat kesibukan yang tinggi, maka dengan kata lain hal-hal
semacam mengadakan rapat dengan dengan orang tua siswa atau dukungan
lainya akan sulit untuk dilakukan, dan imbasnya tentu akan berpengaruh
terhadap kinerja dari komite yang ada. Dengan adanya hal tersebut tentu
(11)
Muhamad Sanjaya, 2012
Studi Komparasi Kinerja Komite Sekolah Di Sekolah Dasar Negeri Wilayah Kota Dan Desa (Studi Pada SDN Se-kecamatan Coblong Kota Bandung dan SDN Se-kecamata Rancabali Kabupaten Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia I Repository.upi.edu
Dalam penelitian skripsi lain yang dilakukan oleh Asep Iryanto S.Pd.,
didapat hasil bahwasanya untuk implementasi MBS terutama yang berada pada
lingkup pedesaan terlihat bahwa kemandirian sekolah dan partisipasi
masyarakat serta warga sekolah tergolong masih rendah, hal tersebut
mengidentifikasikan bahwa peran serta komite sekolah dalam upayanya untuk
menjadikan sekolah mandiri masih kurang, hal tersebut dapat disebabkan
karena kinerja komite sekolah yang belum optimal. Maka dari itu dampak yang
nyata terlihat sangat berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan dari kebijakan
MBS yang dikeluarkan oleh pemerintah. Dalam penelitian yang sama pun
dijelaskan bahwa tingkat keberhasilan MBS pada lingkup desa dan kota masih
terdapat perbedaan yang signifikan, dan indikator untuk partisipasi masyarakat
dan warga sekolah serta kemandirian sekolah menjadi indikator yang memiliki
tingkat perbedaan yang tinggi.
Kondisi kewilayahan memiliki andil penting terhadap pencapaian kinerja
komite sekolah, selain persoalan mengenai jarak dan koordinasi yang menjadi
penghambat, sosial dan ekonomi serta psikologi sosial masyarakatpun menjadi
salah satu hal yang tidak dapat dipungkiri, misalkan saja jika sekolah dekat
dengan pusat pemerintahan tentu untuk implementasi keorganisasian komite
bisa berjalan sesuai dengan prosedur yang ada dan optimal hal tersebut
dikarenakan koordinasi dan pengawasan yang kemungkinan akan lebih baik
dari Dinas pendidikan setempat, selain itu dengan kondisi masyarakat yang
memiliki tingkat ekonomi tinggi, dan mayoritas pendidikan untuk masyarakat
(12)
komite yang efektif dengan keanggotaan yang secara pendidikan dan kultur
sosial terpenuhi serta kemampuan sumberdaya financial yang baik maka jika
secara logis tentunya akan sangat berpengaruh, selain itu dalam kondisi sarana
dan prasarana yang adapun akan menunjang. Kondisi tersebut biasanya ada
pada kewilayah kota, dimana dalam peraturan Mentri Dalam Negerti Nomor 2
Tahun 1987, pasal 1 dijelaskan bahwa “kota adalah pusat permukiman dan kegiatan penduduk yang mempunyai batasan administrasi yang diatur dalam
perundang-undangan serta pemukiman yang telah memperlihatkan watak dan
ciri kehidupan perkotaan”.
Pengertian kota sebagaimana yang diterapkan di Indonesia mencakup
pengertian town dan city dalam bahasa Inggris. Selain itu, terdapat pula
kapitonim kota yang merupakan satuan administrasi negara di bawah provinsi.
Soerjono Soekanto (1982:149-150) menyebutkan ada beberapa cirri yang
paling menonjol dari masyarakat kota, diantarnaya :
a. Kehidupan keagaman kurang jika dibandingkan dengan kehidupan desa. b. Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa
bergantung pada orang lain.
c. Pembagian kerja jauh lebih tegas dan mempunyai batasan-batasan yang nyata
d. Kemungkinan-kemungkinan memperoleh pekerjaan jauh lebih banyak diperoleh warga kota daripada warga desa, karena pembagian kerja yang tegas.
e. Jalan pikiran yang rasional
f. Jalan kehidupan yang cepat mengakibatkan waktu adalah segalanya. g. Perubahan-perubahan social tampak nyata diperkotaan.
Dengan dukungan kondisi sosial ekonomi dan konstruk kewilayahan
yang baik memang sangat mendukung dalam pencapaian kinerja yang positif
(13)
Muhamad Sanjaya, 2012
Studi Komparasi Kinerja Komite Sekolah Di Sekolah Dasar Negeri Wilayah Kota Dan Desa (Studi Pada SDN Se-kecamatan Coblong Kota Bandung dan SDN Se-kecamata Rancabali Kabupaten Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia I Repository.upi.edu
hal tersebut dikarenakan tipe dan pola kemasyarakatan yang ada dikota,
dimana tingkat kepedulian dan bentuk sosial sistem yang ada kurang begitu
mendukung untuk peran serta masyarakat dalam pengembangan mutu sekolah.
Berbedahalnya dengan kondisi sekolah yang berada pada lingkup desa,
kondisi yang muncul berbanding terbalik dengan lingkup kota dimana untuk
jarak pada pusat pemerintahan saja cukup jauh, seperti halnya pada wilayah
Kabupaten Bandung, masih terdapat wilayah-wilayah yang jauh dari jangkauan
kendaraan umum. Kondisi tersebut diperparah dengan keadaan sarana
prasarana penunjang kegiatan seperti halnya internet dan sarana lainya yang
belum memadai, hal tersebut dapat mengidentifikasikan bahwa kinerja komite
yang berada pada lingkup desa akan tersendat oleh kondisi kewilayahan.
Namun dari sisi kemasyarakatan wilayah desa mendapat dukungan positif dari
sistem dan pola masyarakat yang berkembang, dimana unsur-unsur seperti
gotong royong dengan sistem kekerabatan membantu menjadi salah satu factor
positif yang menjadi pembeda.
Menurut Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 “Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat yang
diakui dalam sistem pemerintahan nasional serta berada di daerah kabupaten”. Adapun unsur-unsur desa yang dikemukakan oleh Hartono dan Arnicun (1990 :
241), diantaranya :
1. Daerah, dalam arti tanah-tanah yang produktif dan yang tidak, beserta penggunaanya, termasuk juga unsure lokasi luas dan batas yang merupakan lingkungan geografis setempat.
(14)
2. Penduduk, adalah hal yang meliputi jumlah, pertambahan, kepadatan, persebaran, dan mata pencaharian penduduk desa setempat.
3. Tata kehidupan, dalam hal ini pola tata pergaulan dan ikatan-ikatan pergaulan warga desa. Jadi menyangkut seluk-beluk kehidupan masyarakat desa (rural society).
Jika membandingkan antara konsep desa dan kota yang dijabarkan diatas,
tentu saja ada perbedaan yang nyata terutama dari sisi kebiasaan dan budaya
masyarkat, selain itu ada perbedaan pula dari sisi geografis dan social
masyarakat diwilayahnya masing-masing, dengan kata lain jika dalam konteks
kinerja komite yang tidak lain adalah bentuk kontribusi masyarakat terhadap
sekolah berarti ada perbedaan antara komite-komite yang berada pada wilayah
pedesaan dengan perkotaan dengan asumsi yang telah dijelaskan diatas.
Dengan dilatarbelakangi permaslahan diatas, peneliti merasa tertarik untuk
megetahui sejauh mana perbedaan kinerja komite sekolah pada sekolah yang
berada pada lingkup desa dan kota. Oleh karena itu, penelitian yang dilakukan
berjudul :
Studi komparasi kinerja komite sekolah di Sekolah Dasar Negeri wilayah
Kota dan Desa (Studi pada SDN se-Kecamatan Coblong Kota Bandung dan
SDN se-Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung).
B.RUMUSAN MASALAH
Penelitian ini merupakan penelitian yang ingin mengungkapkan tingkat
perbedaan mengenai konsep kinerja komite yang ada dilingkup kota dan desa.
Adapun bentuk rumusan masalah yang diusung adalah rumusan masalah
(15)
Muhamad Sanjaya, 2012
Studi Komparasi Kinerja Komite Sekolah Di Sekolah Dasar Negeri Wilayah Kota Dan Desa (Studi Pada SDN Se-kecamatan Coblong Kota Bandung dan SDN Se-kecamata Rancabali Kabupaten Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia I Repository.upi.edu
masalah komparatif adalah rumusan masalah penelitian yang membandingkan
keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda”. Berdasarkan pemaparan diatas, maka rumusan masalah pada penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana kinerja komite sekolah pada SDN wilayah kota (SDN
se-Kecamatan Coblong Kota Bandung) ?
2. Bagaimana kinerja komite sekolah pada SDN wilayah desa (SDN
se-Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung) ?
3. Bagaimana perbedaan antara kinerja komite sekolah pada SDN diwilayah
kota dan SDN di wilayah desa (Studi pada SDN se-Kecamatan Coblong
Kota Bandung dan SDN se-Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung) ?
C.TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan Umum
Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi
perbedaan kinerja Komite Sekolah Dasar Negeri, di SDN wilayah Kota dan
SDN wilayah Desa.
2. Tujuan Khusus
Sedangkan secara khusus, tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui :
a. Kinerja komite sekolah di SDN wilayah kota (studi pada SDN
(16)
b. Kinerja komite sekolah di SDN wilayah desa (studi pada SDN
se-Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung) dan,
c. perbedaan kinerja komite sekolah di SDN wilayah kota dan SDN
wilayah desa (studi pada SDN se-kecamatan Coblong Kota Bandung
dan SDN se-Kecamatan Rancabali Kabupeten Bandung).
D.MANFAAT PENELITIAN
Ada beberapa manfaat yang dapat penulis kemukakan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1. Segi Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran secara umum
mengenai perbandingan antara kinerja komite SDN yang ada pada
wilayah Kota dan Desa.
b. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
pembaca pada umunya dan penulis pada khususnya mengenai kajian
disiplin ilmu khususnya mengenai komite sekolah dan Administrasi
Pendidikan secara umum.
2. Segi Praktis
a. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
mengenai kinerja komite SDN yang ada pada lingkup kewilayahan kota
yaitu pada kecamatan Coblong kota Bandung.
b. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
mengenai kinerja komite SDN yang ada pada lingkup kewilayahan desa
(17)
Muhamad Sanjaya, 2012
Studi Komparasi Kinerja Komite Sekolah Di Sekolah Dasar Negeri Wilayah Kota Dan Desa (Studi Pada SDN Se-kecamatan Coblong Kota Bandung dan SDN Se-kecamata Rancabali Kabupaten Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia I Repository.upi.edu
c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
perbedaan antara kinerja komite sekolah yang ada pada sekolah dasar
kota yaitu SDN kecamatan Coblong di Kota Bandung dan SDN
se-Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung yang merupakan wilayah
desa.
d. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan yang baik
dan membangun mengenai kinerja komite sekolah baik yang ada pada
SDN wilayah kota ataupun desa.
e. Diharapkan hasil dari penelitian ini mampu menambah wawasan
mengenai kinerja komite sekolah SDN kota dan SDN desa bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca pada umunya.
E.ANGGAPAN DASAR
Dalam beberapa penelitian perlu ditunjang oleh beberapa asumsi atau
anggapan dasar agar penelitian tersebut memiliki landasan yang kuat dengan
pokok-pokok penelitian yang jelas dan aspek-aspek yang tegas. Anggapan
dasar tersebut merupakan titik tolak pemikiran dalam suatu penelitian yang
kebenaranya tidak diragukan lagi oleh peneliti. Sebagaimana yang
dikemukakan oleh Arikunto (2002:49) bahwa :
Anggapan dasar adalah suatu hal yang diyakini kebenaranya oleh peneliti yang harus dirumuskan secara jeals untuk memperkuat permasalahan dan membantu penelitian dalam menetapkan objek penelitian diwilayah pengambilan data instrument dan pengumpulan data.
Untuk memperkuat penelitian ini maka penulis mengemukakan beberapa
(18)
1. Komite sekolah berperan sebagai badan mandiri yang mewadahi peran
serta masyarakat dalam rangka peningkatan mutu, pemerataan, dan
efisiensi pengelolaan pendidikan disatuan pendidikan baik pendidikan
prasekolah, jalur pendidikan sekolah, maupun jalur pendidikan luar
sekolah.
2. Komite sekolah merupakan suatu badan atau lembaga non-politis dan
non-profit, dibentuk berdasarkan musyawarah yang demokratis oleh para
stakeholder pendidikan di tingkat sekolah sebagai representasi dari berbagai unsur yang bertanggungjawab terhadap peningaktan kualitas
proses dan hasil pendidikan.
3. Efektifitas kinerja komite sekolah sangat mendukung dalam keberhasilan
implementasi MBS.
4. MBS yang merupakan bentuk desentralisasi pendidikan yang
mensyaratkan sekolah harus memiliki kemandirian dalam pengelolaan
pendidikannya, maka dari itu dibutuhkan kolaborasi yang positif antara
sekolah dan masyarakat untuk mengelola pendidikan.
F. HIPOTESIS PENELITIAN
Berdasarkan pendapat Nasution (2003:39). ”Yang dimaksud dengan hipotesis adalah pernyataan tentative yang merupakan dugaan atau terkaan apa
saja yang kita amati dalam usaha untuk memahaminya”. Hipotesis merupakan jawaban sementara dari rumusan masalah yang perlu diuji kebenarannya. Hal
ini sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikunto (2002: 67) mengemukakan
(19)
Muhamad Sanjaya, 2012
Studi Komparasi Kinerja Komite Sekolah Di Sekolah Dasar Negeri Wilayah Kota Dan Desa (Studi Pada SDN Se-kecamatan Coblong Kota Bandung dan SDN Se-kecamata Rancabali Kabupaten Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia I Repository.upi.edu
sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang
terkumpul”. Hipotesis yang menjadi jawaban sementara penulis dalam penelitian ini adalah “Terdapat perbedaan yang signifikan terhadap kinerja komite sekolah di SDN wilayah kota dan SDN wilayah desa”.
G.STRUKTUR ORGANISASI SKRIPSI
Agar pembaca lebih mudah dalam memahami dan mengenali setiap bab
yang disajikan dalam skripsi ini, berikut adalah struktur organsiasi dari skripsi
ini :
BAB I : Pendahuluan, dimana dijelaska mengenai latarbelakang
permasalahan penelitian, rumusan masalah, tujuan, manfaat
penelitian dan struktur keorgansiasian dari pelaporan
penelitian ini.
BAB II : Landasan Teori dan Kerangka Pikir Penelitian, dimana
berisikan mengenai kajian-kajian teori yang melandasi
penelitian yang akan dilakukan, baik didapat dari buku
ataupun sumber-sumber lain yang mendukung.
BAB III : Metodologi Penelitian, dimana berisikan mengenai prosedur
dan teknik-teknik dalam pengolahan data yang terkumpul
dalam penelitian ini.
BAB IV : Isi, dimana berisikan mengenai penjelasan dari hasil
penelitian baik yang disajikan dalam bentuk angka ataupun
(20)
BAB V : Kesimpulan dan saran, dimana berisikan hasil akhir dari
penelitian dan solusi serta saran yang diberikan terhadap
(21)
Muhamad Sanjaya, 2012
Studi Komparasi Kinerja Komite Sekolah Di Sekolah Dasar Negeri Wilayah Kota Dan Desa (Studi Pada SDN Se-kecamatan Coblong Kota Bandung dan SDN Se-kecamata Rancabali Kabupaten Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia I Repository.upi.edu
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Salah satu cara yang dapat ditempuh agar menghasilkan penelitian yang baik
adalah menggunakan metode yang sistematis dan sesuai dengan kondisi. Metode
penelitian merupakan cara-cara yang digunakan untuk memecahkan masalah yang
akan diteliti. Dengan menggunakan metode penelitian yang sesuai dengan masalah
yang diteliti maka akan menjadikan suatu penelitian yang dilakukan memiliki tingkat
kecermatan yang tinggi dan akan mendapatkan hasil yang lebih akurat dan baik.
A.LOKASI, POPULASI, DAN SAMPEL PENELITIAN
1. Lokasi
Lokasi dalam penelitian ini adalah SDN yang ada pada wilayah perkotaan
yaitu pada Kota Bandung dan SDN yang berada pada wilayah pedesaan yaitu
pada wilayah Kabupaten Bandung. Untuk spesifikasi lokasi mengenai wilayah
kota dan desa dilakukan metode purposive sampling, yaitu metode berdasarkan
pertimbangan dengan melakukan analisis kewilayahan terlebih dahulu serta
diskusi dengan dosen pembimbing. Analisis dilakukan dengan mengamati
secara observsi dan studi pustaka mengenai profil kewilayahan yang ada pada
Kota dan Kabupaten Bandung. Berdasarkan analisis yang dilakukan maka
dipilihlah Kecamatan Coblong, hal tersebut dikarenakan pada Kecamatan
Coblong pola kehidupan masyarakat, social dan konstruk kewilayahan sesuai
(22)
sebelumnya, selain itu untuk proses komparasi yang dilakukan adalah pada
wilayah Kecamatan Rancabali yang merupakan wilayah pedasaan yang ada di
Kabupaten Bandung. Hal tersebut dikarenakan jika dilakukan analisis
berdasarkan karakteristiknya termasuk kewilayahan desa dengan pola
masyarakat dan konstruk kewilayahan yang jauh dari pusat kota.
2. Populasi
Dalam melakukan sebuah penelitian terlebih dahulu haruslah mengetahui
populasi atau objek yang akan diteliti yang berada pada tempat penelitian,
dimana populasi adalah objek yang merupakan faktor penunjang dalam sebuah
penelitian. Objek yang dijadikan populasi terdiri dari berbagai sumber seperti
manusia, organisasi atau lembaga, dan lain sebagainya yang akan menambah
informasi atau keterangan yang akan dibutuhkan. Hal tersebut sejalan dengan
pendapat Sugiyono (2002:57) yang menyatakan bahwa “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek/subjek yang mempunyai kuantitas
dan karakteristik tertentu ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik sebuah kesimpulan”.
Akdon (2005:96) mengemukakan “ada dua jenis populasi, yaitu populasi
terbatas dan populasi tidak terbatas (tak terhingga)”. lebih jauh lagi
dikemukakan bahwa populasi terbatas merupakan sekumpulan objek penelitian
(23)
Muhamad Sanjaya, 2012
Studi Komparasi Kinerja Komite Sekolah Di Sekolah Dasar Negeri Wilayah Kota Dan Desa (Studi Pada SDN Se-kecamatan Coblong Kota Bandung dan SDN Se-kecamata Rancabali Kabupaten Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia I Repository.upi.edu
yaitu sumber data yang tidak ditemukan batasan sehingga relatif tidak dapat
dinyatakan dalam bentuk jumlah.
Dari berbagai pemahaman mengenai arti dari populasi maka dalam
penelitian ini jenis populasi yang digunakan adalah populasi yang terbatas dan
secara kuantitatif ada batasanya sehingga dapat dihitung jumlahnya. adapun
yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah :
Kecamatan Coblong (KOTA) Kecamatan Rancabali (DESA)
Nama Sekolah Ketua
Komite Nama Sekolah
Ketua Komite SDN Cipaganti 2
1 SDN Pasir luhur
1
SDN Cipaganti 4 SDN Babakan Jampang 1 & 2 1
SDN Cihampelas 1
1 SDN Barutunggul 2 & 3
1
SDN Cihampelas 3 SDN Barutunggul 4 1
SDN Cisitu 1
1 SDN Sindur 1
1
SDN Cisitu 2 SDN Sindur 2 1
SDN Coblong 1
1
SDN Rancabali 1
SDN Coblong 2 SDN Cipanganten 1
SDN Coblong 3 SDN Sindangreret 1
SDN Coblong 4 SDN Indragiri 1 1
SDN Coblong 5 SDN Indragiri 2 1
SDN Coblong 6 SDN Cipangisikan
1
SDN Palesiran 1 SDN Cibuni
SDN Tikukur 1 1 SDN Cisabuk
Tabel 3.1 Populasi Penelitian
(24)
SDN Tikukur 2 SDN Kanaan
SDN Tikukur 3 SDN Cibadak
SDN Tikukur 4 SDN Cikidang
1
SDN Tikukur 5 SDN Cibitu
SDN Tilil 1 1 SDN Sukaresmi
SDN Tilil 2 1 SDN Cihideung
SDN Tilil 3 1 SDN Ciparay
SDN Tilil 4 1 SDN Sukaati
1 SDN Langensari 1
1 SDN Campaka
SDN Langensari 5 SDN Legok Bedo
SDN Sekeloa 1
1 SDN Buninagara
SDN Sekeloa 2 SDN Rancawalini 1
SDN Haurpancuh 1
1
SDN Patengan 1
SDN Haurpancuh 2 SDN Panundaan 1
SDN Haurpancuh 3 SDN Cipelah 1
1
SDN Haurpancuh 4 SDN Cipelah 2
SDN Senanggalih 1
SDN Neglasari 1
1 SDN Neglasari 3
SDN Neglasari 2
1 SDN Neglasari 5
SDN Neglasari 4 1
JUMLAH 17 18
(25)
Muhamad Sanjaya, 2012
Studi Komparasi Kinerja Komite Sekolah Di Sekolah Dasar Negeri Wilayah Kota Dan Desa (Studi Pada SDN Se-kecamatan Coblong Kota Bandung dan SDN Se-kecamata Rancabali Kabupaten Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia I Repository.upi.edu
3. Sampel
Dalam sebuah penelitian terkadang populasi yang menjadi objek/subjek
penelitian jumlahnya banyak sedangkan waktu dan sumberdaya yang dimiliki
peneliti kurang memadai untuk melakukan penelitian dengan objek penelitian
yang banyak, maka dibutuhkan penarikan sampel sebagai bagian dari data yang
mewakili keseluruhan populasi yang akan diteliti. Pengertian sampel menurut
Sugiyono (2004:91) adalah “bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”.
Dalam menentukan sampel tidak hanya mengambil sebagian dari populasi
begitu saja melainkan dengan aturan atau teknik tertentu. Hal tersebut
dikarenakan dengan menggunakan teknik yang tepat maka memungkinkan
peneliti memperoleh data dan sumberdata yang realibel, maka dari itu ketentuan
dalam pengambilan sampel menjadi penting dalam setiap penelitian.
Dalam penelitian ini sample yang digunakan adalah keseluruhan populasi
yang ada, hal tersebut dikarenakan penentuan populasi sudah merupakan
bentuk sampling secara purposive dengan pertimbangan ahli dan teori.
B.DEFINISI OPRASIONAL
Agar tidak terjadi salah penafsiran terhadap judul dan ruang lingkup masalah
yang diteliti, maka terlebih dahulu penulis akan menjelaskan definisi istilah yang
(26)
penulis dan pembaca. Definisi operasional adalah suatu konsep yang digunakan
oleh peneliti dalam menggunakan istilah-istilah dalam penelitian.
Fungsi dari definisi operasional adalah menjelaskan istilah-istilah yang
berhubungan dengan judul penelitian sehingga didapat kesamaan persepsi antara
peneliti dan pembaca terhadap istilah-istilah yang peneliti gunakan. Sebagaimana
dijelaskan Komaruddin (1994:29) bahwa, “definisi operasional adalah pengertian yang lengkap tentang satu variabel yang mencakup semua unsur yang menjadi ciri
utama variabel itu”.
Sehubungan dengan hal tersebut, peneliti akan menjelaskan beberapa istilah
yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Studi Komparatif
Studi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya “Kajian,
mempelajari” (Tim Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1997:860).
Sedangkan menurut Piter Salim & Yenny Salim (1991:708) dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, “Studi berasal dari bahasa Inggris to
study yang berarti ingin mendapatkan atau mempelajari”. Sedangkan komparasi berasal dari bahasa Inggris “Comparation”, yang artinya perbandingan
(27)
Muhamad Sanjaya, 2012
Studi Komparasi Kinerja Komite Sekolah Di Sekolah Dasar Negeri Wilayah Kota Dan Desa (Studi Pada SDN Se-kecamatan Coblong Kota Bandung dan SDN Se-kecamata Rancabali Kabupaten Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia I Repository.upi.edu
Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto dalam (Anas Sudijono 2003:206)
menyatakan bahwa:
Studi komparatif adalah studi yang berusaha untuk menemukan persamaan dan perbedaan tentang benda, tentang orang, tentang prosedur kerja, tentang ide, kritik orang, kelompok terhadap sesuatu ide tau suatu prosedur kerja. Dapat juga dilaksanakan dengan maksud untuk membandingkan kesamaan pandangan dan perubahan pandangan orang,kelompok, atau Negara terhadap peristiwa atau terhadap ide.
Dalam penelitian ini studi komparasi yang dimaksud adalah untuk
mencari perbedaan kinerja komite yang ada pada sekolah dasar negeri yang ada
pada wilayah kota dan desa.
2. Kinerja Komite Sekolah
Mangkunegara (2002:67) berpendapat bahwa : “kinerja adalah hasil kerja secara kualitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan kepadanya”. Sejalan dengan pendapat tersebut, Prawirasentono (1999:2) merumuskan pengertian
kinerja sebagai berikut :
Kinerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggungjawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hokum dan sesuai dengan moral maupun etika.
Sedangkan komite sekolah dapat diartikan sebagai organisasi yang
memiliki peranan dalam mengkoordinasikan hubungan kerjasama antara pihak
(28)
diungkapkan Tim Pokja MBS Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat (2003: 65)
bahwa :
Komite sekolah merupakan suatu badan atau lembaga non-politis dan non-profit, dibentuk berdasarkan musyawarah yang demokratis oleh para stakeholder pendidikan ditingkat sekolah sebagai dari berbagai unsure yang bertanggungjawab terhadap peningkatan kualitas proses dan hasil pendidikan.
Dengan demikian, kinerja komite sekolah yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah hasil kerja komite sekolah baik secara kualitas ataupun
kuantitas mengenai tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan peranya
sebagai badan pemberi pertimbangan, badan pendukung, badan pengontrol dan
badan penghubung.
3. Sekolah Dasar
Definisi sekolah dasar berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia No.0487/U/1992 tentang sekolah dasar, pada
pasal 1 dinyatakan bahwa: “Sekolah dasar selanjutnya disebut SD adalah bentuk satuan pendidikan dasar yang menyelenggarakan program pendidikan
enam tahun”, selanjutnya pada pasal 2 dijelaskan kembali bahwa:
Pendidikan SD bertujuan memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa dalam mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara, serta mepersiapkan siswa untuk melanjutkan ke sekolah lanjutan tingat pertama.
Sekolah Dasar (SD) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jenjang
sekolah dasar pertama yang menghabiskan waktu kurang lebih enam tahun,
(29)
Muhamad Sanjaya, 2012
Studi Komparasi Kinerja Komite Sekolah Di Sekolah Dasar Negeri Wilayah Kota Dan Desa (Studi Pada SDN Se-kecamatan Coblong Kota Bandung dan SDN Se-kecamata Rancabali Kabupaten Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia I Repository.upi.edu
4. Wilayah Kota dan Desa
a. Kota
Wardiyatmoko (2000:12) mengatakan bahwa perkotaan merupakan
tempat bermukimnya warga,tempat bekerja, tempat kegiatan ekonomi, pusat
pemerintahan, dan pusat kegiatan lainya yang telah mengalami banyak
kemajuan pembangunan fisik”.
Kota dalam penelitian ini merupakan wilayah Kota Bandung tepatnya
pada Kecamatan Coblong.
b. Desa
Wardiyatmoko (2000:1) mengatakan bahwa “pedesaan adalah sebagai kesatuan wilayah yang berpendudukan, berpenghasilan, berpemerintahan
sendiri, dan terletak jauh dari pusat-pusat kegaitan pemerintahan tingkat
pusat”.
Desa dalam penelitian ini adalah wilayah Kabupaten Bandung tepatnya
pada Kecamatan Rancabali.
C.METODE DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA
1. Metode
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkapkan perbedaan
kinerja komite sekolah dasar yang ada pada wilayah kota dan desa. Dalam
(30)
menjadi pedoman dalam setiap langkah peneliti dalam melakukan penelitian
yang akan dilakukan.
Metode merupakan serangkaian cara dalam suatu penelitian yang
dilakukan untuk menguji hipotesis penelitian. Seperti yang diungkapkan oleh
Winarno Surakhmad (1994:131) mengemukakan bahwa, “Metode adalah cara utama yang digunakan dalam mencapai suatu tujuan”. Berdasarkan batasan tersebut metode penelitian adalah cara ilmiah untuk memahami objek dalam
suatu kegiatan penelitian. Lebih luas lagi menurut Sugiyono (2010:2)
menerangkan bahwa:
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian ini didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris dan sistematis.
Merujuk pada pernyataan di atas dan sesuai dengan masalah yang diteliti,
maka metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan
kuantitatif. Metode deskriptif adalah suatu metode penelitian yang bermaksud
untuk memberikan deskripsi/pemaparan mengenai situasi-situasi atau
kejadian-kejadian secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan
sifat-sifat populasi.
Proses penelitian deskriptif berupa pengumpulan dan penyusunan data,
serta analisis dan penafsiran data. Penelitian deskriptif dapat bersifat komparatif
dengan membandingkan persamaan dan perbedaan fenomena tertentu. Metode
(31)
Muhamad Sanjaya, 2012
Studi Komparasi Kinerja Komite Sekolah Di Sekolah Dasar Negeri Wilayah Kota Dan Desa (Studi Pada SDN Se-kecamatan Coblong Kota Bandung dan SDN Se-kecamata Rancabali Kabupaten Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia I Repository.upi.edu
Metode penelitian deskriptif digunakan untuk upaya pemecahan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang. Adapun cara yang dilakukan untuk menempuh langkah-langkah pengumpulan, klasifikasi, dan analisis atau pengolahan data, membuat kesimpulan dan laporan dengan tujuan utama untuk membuat penggambaran sesuatu keadaan secara obyektif dalam suatu deskripsi situasi.
Beberapa alasan peneliti mempergunakan metode deskriptif adalah
sebagai berikut:
a. Waktu yang digunakan relatif singkat, data yang diperlukan dapat
terkumpul.
b. Memudahkan dalam pengolahan.
c. Tidak memerlukan kehadiran peneliti saat pengisian data oleh responden.
d. Pengumpulan data lebih efisien bila dilihat dari segi waktu, biaya, dan
tenaga.
Selain metode deskriptif, peneliti juga menggunakan pendekatan
kuantitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan yang digunakan
dengan mengukur indikator-indikator variabel penelitian sehingga diperoleh
gambaran dan hubungan diantara variabel-variabel tersebut. Hal ini sejalan
dengan pengertian pendekatan kuantitatif menurut Margono (1996) yang
menyatakan “penelitian kuantitatif merupakan suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa data sebagai alat menemukan
(32)
Suharsimi Arikunto (2002:11) mengemukakan ciri-ciri penelitian
kuantitatif yang diantaranya,
a. Penelitian kuantitatif menghendaki adanya perekayasaan sesuatu yang akan diteliti, dengan terencana memberikan suatu perlakuan terentu untuk mengetahui akibat-akibatnya.
b. Penelitian kuantitatif merupakan eksperimental atau percobaan yang dilakukan secara terencana, sistematis dan terkontrol dengan ketat, baik dalam bentuk desain fungsional maupun desain factorial.
c. Penelitian kuantitatif lebih tertuju pada penelitian tentang hasil dari pada proses.
d. Penelitian kuantitaif cenderung merupakan prosedur pengumpulan data melalui observasi untuk membuktikan hipotesis yang didedukasi dari dalil atau teori.
e. Penelitian kuantitatif terutama bertujuan menghasilkan penemuan-penemuan baik dalam bentuk teori baru ataupun perbaikan teori lama. Oleh karena itu, metode penelitian deskriptif dengan pendekatan
kuantitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk memberikan
gambaran secara sistematis mengenai fakta atau karakteristik populasi tertentu
secara aktual dan cermat dengan menggunakan perhitungan statistik.
2. Teknik Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data adalah cara atau alat (instrumen) yang
digunakan dalam menggali dan mengumpulkan data atau informasi mengenai
subjek penelitian. Dalam penelitian, disamping menggunakan metode yang
tepat, juga perlu memilih teknik dan alat pengumpulan data dalam menjawab
pokok permasalahan penelitian dan untuk mencapai tujuan penelitian yang
diharapkan, sebagaimana dikemukakan oleh Sugiyono (1999:7) bahwa:
(33)
Muhamad Sanjaya, 2012
Studi Komparasi Kinerja Komite Sekolah Di Sekolah Dasar Negeri Wilayah Kota Dan Desa (Studi Pada SDN Se-kecamatan Coblong Kota Bandung dan SDN Se-kecamata Rancabali Kabupaten Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia I Repository.upi.edu
dipergunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan datanya”. Adapun tahapan pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Menentukan alat pengumpul data
Berkaitan dengan pengertian teknik pengumpulan data dan wujud data
yang akan dikumpulkan, maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan
tiga alat pengumpulan data yaitu angket, studi kepustakaan dan studi
dokumentasi.
1) Angket
Menurut Sugiyono (2009:199), “Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya”. Angket merupakan daftar pertanyaan atau pernyataan yang diberikan
kepada responden untuk memperoleh informasi tentang fakta yang
diketahui responden mengenai masalah yang sedang diteliti.
Dalam penelitian ini jenis angket yang dipilih adalah angket
tertutup dan terstruktur yang berisi kemungkinan-kemungkinan yang
jawabannya telah disediakan. Responden hanya memilih jawaban sesuai
dengan pendapatnya dengan menggunakan tanda yang sudah ditetapkan
(34)
Akdon dan Sahlan Hadi (2005:132) mengemukakan bahwa :
Angket tertutup (angket berstruktur) adalah angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden diminta untuk memilih salah satu jawaban yang sesuai dengan karakter dirinya dengan cara memberikan tanda silang atau tanda checklist.
Alasan peneliti menggunakan angket tertutup dalam penelitian ini,
yaitu:
a) Adanya efisiensi dari segi tenaga, biaya, dan waktu dalam
pengumpulan data.
b) Memberikan kemudahan pada responden dalam memberikan
jawaban pada alternatif jawaban yang telah disediakan.
c) Data dapat diproses dengan mudah untuk ditabulasi dan dianalisis.
Hal ini sejalan dengan pendapat Suharsimi Arikunto (2002:129)
bahwa angket tertutup memiliki beberapa keuntungan, diantaranya:
a) Tidak memerlukan hadirnya peneliti.
b) Dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden.
c) Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masingmasing dan menurut waktu senggang responden.
d) Dapat dibuat anonim sehingga responden bebas, jujur, dan tidak malu-malu dalam menjawab.
e) Dapat dibuat terstandar sehingga bagi semua responden dapat diberi pernyataan/pertanyaan yang benar-benar sama.
2) Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan yaitu usaha mendapatkan informasi yang
(35)
Muhamad Sanjaya, 2012
Studi Komparasi Kinerja Komite Sekolah Di Sekolah Dasar Negeri Wilayah Kota Dan Desa (Studi Pada SDN Se-kecamatan Coblong Kota Bandung dan SDN Se-kecamata Rancabali Kabupaten Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia I Repository.upi.edu
variabel yang sedang diteliti, yaitu dengan cara mengumpulkan dan
mempelajari literatur-literatur yang berhubungan dengan obyek yang
akan diteliti. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar peneliti dapat
menambah informasi dan pengetahuan yang berbentuk teori yang dapat
dijadikan landasan berfikir untuk menunjang pelaksanaan penelitian. S.
Nasution (dalam Yenni Nuranisa, 2000:37) menyatakan bahwa:
Seorang peneliti memerlukan bahan-bahan yang bersumber dari perpustakaan. Bahkan meliputi majalah, pamphlet, dan bahan-bahan dokumentasi lainnya. Sumber kepustakaan diperlukan untuk memperoleh bahan yang mempertajam orientasi dan dasar tentang masalah penelitian.
Berdasarkan hal tersebut, maka studi kepustakaan merupakan suatu
hal yang sangat penting dan tidak dapat diabaikan karena sangat
menunjang dalam pelaksanaan penelitian serta akan memperkuat hasil
penelitian.
3) Studi Dokumentasi
Secara harfiah dokumentasi berasal dari kata dokumen yang berarti
barang-barang tertulis. Menurut Gurba dan Lincoln (Yatim Rianto,
2007:103) menyatakan bahwa: “Dokumen ialah setiap bahan tertulis
ataupun film yang sering digunakan untuk keperluan penelitian, karena
alasan-alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.
Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel
(36)
notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya. Teknik dokumentasi
sebagai sumber data diharapkan dapat mendukung hasil penelitian yang
lebih kredibel.
b. Penyusunan alat pengumpul data
Berdasarkan alat pengumpulan data berupa angket, maka disusun
pembuatan angket. Untuk mempermudah dalam pengolahan data, maka
peneliti harus melakukan penyusunan terhadap data yang akan diolah.
Adapun langkah yang dilakukan peneliti dalam penyusunan instrument
pengumpulan data adalah sebagai berikut:
1) Menetapkan variabel penelitian yang akan diteliti, yaitu kinerja komite
sekolah.
2) Menentukan dan menjabarkan aspek dari setiap variabel (terlampir).
3) Menyusun kisi-kisi angket atau instrumen penelitian (terlampir).
4) Menyusun pernyataan-pernyataan dari setiap variabel disertai alternatif
jawabannya.
5) Menentukan kriteria penskoran untuk setiap alternatif jawaban dengan
menggunakan skala Likert (Akdon, 2005:118) yang nilainya berkisar
(37)
Muhamad Sanjaya, 2012
Studi Komparasi Kinerja Komite Sekolah Di Sekolah Dasar Negeri Wilayah Kota Dan Desa (Studi Pada SDN Se-kecamatan Coblong Kota Bandung dan SDN Se-kecamata Rancabali Kabupaten Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia I Repository.upi.edu
NO KRITERIA BOBOT
1 Selalu (SL) 5
2 Sering (SR) 4
3 Kadang-Kadang (KK) 3
4 Hampir Tidak Pernah (HTP) 2
5 Tidak Pernah (TP) 1
c. Tahap uji coba angket
Untuk mendapatkan data yang sesuai dan dipercaya maka sebelum
angket disebarkan pada responden yang sebenarnya, terlebih dahulu
diujicobakan kepada responden yang memiliki karakteristik sama dengan
responden sebenarnya. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Sanafiah Faisal
(1982: 38) bahwa:
Setelah angket disusun, lazimnya tidak langsung disebarkan untuk penggunaan sesungguhnya (tidak langsung dipakai dalam pengumpulan data yang sebenarnya). Sebelum pemakaian sesungguhnya sangatlah mutlak diperlukan uji coba terhadap isi maupun bahasan angket yang telah disusun.
Pelaksanaan uji coba angket ini dimaksudkan untuk mengetahui
kelemahan dan kekurangan yang mungkin terjadi pada item-item angket,
baik dalam hal redaksi, alternatif jawaban maupun pemahaman dalam
kalimat penelitian tersebut. Sebagaimana pendapat dari Arikunto (1998:216)
mengemukakan:
Tabel 3.2
(38)
Uji coba instrumen penelitian dimaksudkan untuk melihat kualitas instrumen yang disusun yaitu upaya untuk mengetahui validitas dan reliabilitas serta objektivitas. Selain itu agar kalimat dalam penelitian dapat dipahami, waktu yang tersedia cukup, dan tanggapan responden lainnya.
Dalam penelitian ini uji coba angket dilaksanakan pada tanggal 23-31
Juli 2012, bertempat di SDN Cijawura, SDN Rancabolang, SDN Rancaloa,
SDN Derwati dan SDN Pasirpogor dengan jumlah angket yang tersebar
sebanyak 10 angket. Setelah angket yang diujicobakan terkumpul kembali,
selanjutnya dilakukan pengolahan ujicoba angket.
Setelah angket tersebut diujicobakan, selanjutnya dilakukan analisis
statistik dengan tujuan untuk menguji validitas dan reliabilitas. Dengan
mengetahui validitas dan reliabilitas alat pengumpul data, maka diharapkan
hasil penelitian memiliki validitas dan reliabilitas yang dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya. Untuk mengetahui tingkat validitas
dan reliabilitas alat pengumpul data ditempuh dengan cara sebagai berikut:
1) Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran untuk menunjukkan tingkat kesahihan
suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu
mengukur apa yang diinginkan serta mampu mengungkap data dari
variabel yang diteliti. Sugiyono (2003:137) mengemukakan bahwa:
”Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur”.
(39)
Muhamad Sanjaya, 2012
Studi Komparasi Kinerja Komite Sekolah Di Sekolah Dasar Negeri Wilayah Kota Dan Desa (Studi Pada SDN Se-kecamatan Coblong Kota Bandung dan SDN Se-kecamata Rancabali Kabupaten Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia I Repository.upi.edu
Langkah-langkah yang ditempuh dalam menguji faliditas suatu
instrumen, di antaranya:
a) Menghitung koefisien korelasi dengan menggunakan rumus Korelasi
Product Moment dari Pearson, yang dikemukakan oleh Sugiyono (2009:255):
= � −( )( )
{� 2−( )2}{� 2 −( )2}
Keterangan :
rhitung : Koefisien Korelasi n : Jumlah sampel penelitian X : Jumlah skor variabel X Y : Jumlah skor variabel Y
b) Setelah mendapatkan rhitung dengan rumus product moment maka
selanjutnya melakukan uji-t dengan menggunakan rumus:
thitung = �−
2 1− 2
Keterangan :
t : nilai t hitung
r : koefisien korelasi hasil r hitung n : jumlah responden
c) Langkah selanjutnya adalah mencari ttabel apabila diketahui signifikansi
untuk r = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n-2 = 10-2 = 8), dengan uji
(40)
dengan membandingkan thitung dengan ttabel dimana kaidah keputusanya
adalah sebagai berikut:
Jika thitung> ttabel berarti valid, dan
Jika thitung< ttabel berarti tidak valid.
Pengujian uji validitas diatas dibantu dengan menggunakan
program Microsoft excel 2007 untuk memudahkan dalam perhitungan
data. Hasil perhitungan uji validitas setiap item pernyataan yang ada pada
angket, terlampir. dan berikut adalah rekapitulasi hasil uji validitas:
No Item
Koefisien
Korelasi Harga thitung Harga ttabel Keputusan
1 0,890 2,517 1,860 valid
2 0,474 1,525 1,860 Tidak valid
3 -0,007 -0,022 1,860 Tidak valid
4 0,812 3,935 1,860 Valid
5 0,551 1,872 1,860 Valid
6 0,642 2,370 1,860 Valid
7 0,829 4,194 1,860 Valid
8 0,451 1,432 1,860 Tidak valid
9 0,790 3,646 1,860 Valid
10 0,597 2,107 1,860 Valid
11 0,812 3,935 1,860 Valid
12 0,600 2,122 1,860 Valid
13 0,833 4,267 1,860 Valid
14 0,569 1,961 1,860 Valid
15 0,551 1,872 1,860 Valid
16 0,642 2,370 1,860 Valid
17 0,829 4,194 1,860 Valid
18 0,640 2,356 1,860 Valid
19 0,793 3,681 1,860 Valid
20 -0,185 -0,535 1,860 Tidak valid
Tabel 3.3
(41)
Muhamad Sanjaya, 2012
Studi Komparasi Kinerja Komite Sekolah Di Sekolah Dasar Negeri Wilayah Kota Dan Desa (Studi Pada SDN Se-kecamatan Coblong Kota Bandung dan SDN Se-kecamata Rancabali Kabupaten Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia I Repository.upi.edu
21 -0,092 -0,263 1,860 Tidak valid
22 0,745 3,162 1,860 Valid
23 0,812 3,935 1,860 Valid
24 0,831 4,239 1,860 Valid
25 0,343 1,034 1,860 Tidak valid
26 0,674 2,584 1,860 Valid
27 0,686 2,667 1,860 Valid
28 0,657 2,469 1,860 Valid
29 0,597 2,107 1,860 Valid
30 0,269 0,791 1,860 Tidak valid
31 0,812 3,935 1,860 Valid
32 0,600 2,122 1,860 Valid
33 0,597 2,107 1,860 Valid
34 0,770 3,418 1,860 Valid
35 0,600 2,122 1,860 Valid
36 0,812 3,935 1,860 Valid
37 0,600 2,122 1,860 Valid
38 0,673 2,577 1,860 Valid
39 0,829 4,194 1,860 Valid
40 0,597 2,107 1,860 Valid
41 0,812 3,935 1,860 Valid
42 0,545 1,842 1,860 Tidak valid
43 0,673 2,577 1,860 Valid
44 -0,053 -0,151 1,860 Tidak valid
45 0,812 3,935 1,860 Valid
46 0,600 2,122 1,860 Valid
47 0,597 2,107 1,860 Valid
48 0,812 3,935 1,860 Valid
49 0,829 4,194 1,860 Valid
50 0,597 2,107 1,860 Valid
51 0,812 3,935 1,860 Valid
52 0,600 2,122 1,860 Valid
53 -0,053 -0,151 1,860 Tidak valid
54 0,812 3,935 1,860 Valid
55 0,600 2,122 1,860 Valid
Berdasarkan, hasil uji validitas instrumen penelitian (angket)
(42)
valid sebanyak 45 item, sedangkan yang dinyatakan tidak valid sebanyak
10 item. Setelah didiskusikan dengan dosen pembimbing, maka dari 10
item yang tidak valid, keseluruhan itemnya dihilangkan. Hal tersebut
dikarenakan setiap indikator telah terwakili. Berikut adalah item
pertanyaan yang dihilangkan;
NO Pernyataan NO Pernyataan
2
Bapak/Ibu melakukan analisis data kondisi social ekonomi keluarga peserta didik.
25
Bapak/Ibu memotifasi masyarakat menengah keatas untuk meningkatkan
komitmennya bagi upaya peningkatan mutu pendidikan disekolah
3
Bapak/Ibu menyampaian hasil analisis data kondisi social ekonomi keluarga peserta didik kepada sekolah
30
Bapak/Ibu mengadakan pendektan dengan dunia usaha dan industry untuk membantu peserta didik yang kurang mampu atau sekolah
8
Bapak/Ibu Komite sekolah memberikan pertimbangan dalam menyusun Rancangan Anggaran Pembelanjaan Sekolah (RAPBS) dan Rencana Pengembangan Sekolah (RPS)
42 Bapak/Ibu Memantau angka partisipasi sekolah
20
Bapak/Ibu memberikan dukungan untuk pemeriksaan kesehatan anak
44 Bapak/Ibu Memantau angka bertahan disekolah
21
Bapak/Ibu memberikan dukungan kepada sekolah secara preventif dan kuratif dalam pemberantasan penyebarluasan narkoba disekolah
53 Bapak/Ibu mengidentifikasi sumberdaya masyarakat Tabel 3.4
(43)
Muhamad Sanjaya, 2012
Studi Komparasi Kinerja Komite Sekolah Di Sekolah Dasar Negeri Wilayah Kota Dan Desa (Studi Pada SDN Se-kecamatan Coblong Kota Bandung dan SDN Se-kecamata Rancabali Kabupaten Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia I Repository.upi.edu
2) Uji Realibilitas
Reliabilitas suatu instrumen berarti bahwa instrumen tersebut dapat
dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen
itu sudah dianggap baik. Seperti yang dikemukakan oleh Arikunto
(2006:178) bahwa: “Realibilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa
suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat
pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik”. Untuk menguji reliabilitas instrumen, peneliti menggunakan metode yang dianalisis
dengan rumus Spearman Brown, untuk mengetahui reliabilitas per item
(Akdon, 2005:148). Adapun rumus Spearman Brown adalah sebagai
berikut:
= . �
+ �
Koefisien reliabilitas dianggap signifikan apabila r11> rtabel. Tabel
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dk = n-2 dengan tingkat
kepercayaan 95%. Hasil perhitungan uji reliabilitas setiap item untuk
setiap variabel penelitian terlampir. Berikut rekapitulasi hasil uji
(44)
No
Item rhitung r11 rtabel Keputusan
1 0,890 0.9418 0.707 Realibel
2 0,474 0.64315 0.707 Tidak Realibel
3 -0,007 -0.0141 0.707 Tidak Realibel
4 0,812 0.89625 0.707 Realibel
5 0,551 0.71051 0.707 Realibel
6 0,642 0.78197 0.707 Realibel
7 0,829 0.90651 0.707 Realibel
8 0,451 0.62164 0.707 Tidak Realibel
9 0,790 0.88268 0.707 Realibel
10 0,597 0.74765 0.707 Realibel
11 0,812 0.89625 0.707 Realibel
12 0,600 0.75 0.707 Realibel
13 0,833 0.90889 0.707 Realibel
14 0,569 0.7253 0.707 Realibel
15 0,551 0.71051 0.707 Realibel
16 0,642 0.78197 0.707 Realibel
17 0,829 0.90651 0.707 Realibel
18 0,640 0.78049 0.707 Realibel
19 0,793 0.88455 0.707 Realibel
20 -0,185 -0.45399 0.707 Tidak Realibel
21 -0,092 -0.20264 0.707 Tidak Realibel
22 0,745 0.85387 0.707 Realibel
23 0,812 0.89625 0.707 Realibel
24 0,831 0.9077 0.707 Realibel
25 0,343 0.5108 0.707 Tidak Realibel
26 0,674 0.80526 0.707 Realibel
27 0,686 0.81376 0.707 Realibel
28 0,657 0.793 0.707 Realibel
29 0,597 0.74765 0.707 Realibel
30 0,269 0.42396 0.707 Tidak Realibel
31 0,812 0.89625 0.707 Realibel
32 0,600 0.75 0.707 Realibel
33 0,597 0.74765 0.707 Realibel
34 0,770 0.87006 0.707 Realibel
35 0,600 0.75 0.707 Realibel
36 0,812 0.89625 0.707 Realibel
37 0,600 0.75 0.707 Realibel
Tabel 3.5
(45)
Muhamad Sanjaya, 2012
Studi Komparasi Kinerja Komite Sekolah Di Sekolah Dasar Negeri Wilayah Kota Dan Desa (Studi Pada SDN Se-kecamatan Coblong Kota Bandung dan SDN Se-kecamata Rancabali Kabupaten Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia I Repository.upi.edu
38 0,673 0.80454 0.707 Realibel
39 0,829 0.90651 0.707 Realibel
40 0,597 0.74765 0.707 Realibel
41 0,812 0.89625 0.707 Realibel
42 0,545 0.7055 0.707 Tidak Realibel
43 0,673 0.80454 0.707 Realibel
44 -0,053 -0.11193 0.707 Tidak Realibel
45 0,812 0.89625 0.707 Realibel
46 0,600 0.75 0.707 Realibel
47 0,597 0.74765 0.707 Realibel
48 0,812 0.89625 0.707 Realibel
49 0,829 0.90651 0.707 Realibel
50 0,597 0.74765 0.707 Realibel
51 0,812 0.89625 0.707 Realibel
52 0,600 0.75 0.707 Realibel
53 -0,053 -0.11193 0.707 Tidak Realibel
54 0,812 0.89625 0.707 Realibel
55 0,600 0.75 0.707 Realibel
Dari hasil uji reliabilitas instrumen penelitian (angket) diperoleh
kesimpulan bahwa dari 55 item dinyatakan reliabel sebanyak 45 item,
sedangkan yang tidak dinyatakan reliabel sebanyak 10 item. Setelah
didiskusikan dengan dosen pembimbing, maka item yang tidak reliable
dihilangkan, karena setiap indikator telah terwakili.
D.PROSEDUR PELAKSANAAN PENGUMPULAN DATA
Prosedur diartikan sebagai tata cara pengumpulan data yang terdiri dari
beberapa langkah-langkah yang harus ditempuh dalam proses pelaksanaan
pengumpulan data. Adapun prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini
(46)
1. Tahap persiapan
Tahapan persiapan ini menempuh langkah-langkah sebagai berikut :
a. Melakukan studi pendahuluan yang dilakukan untuk mendapatkan segala
informasi yang dibutuhkan dalam penelitian.
b. Melakukan persiapan penelitian yang menyangkut langkah-langkah
pembuatan surat perizinan penelitian.
c. Membuat instrumen terkait dengan variabel kinerja komite sekolah dasar.
2. Tahap penyebaran dan pengambilan instrumen
Setelah diperoleh hasil dan diketahui validitas dan realibilitas instrumen
pengumpul data dari sampel uji coba, langkah selanjutnya yaitu penyebaran
instrumen yang sudah diperbaiki dan dilengkapi kepada sampel penelitian yang
sebenarnya.
Penyebaran instrumen ini dilaksanakan pada tanggal 8 agustus - 5
September 2012. Penyebaran instrumen dimaksudkan untuk memperoleh data
sebenarnya yang dapat digunakan dalam penelitian, kemudian dianalisis dan
diolah sesuai dengan prosedur dan teknik pengolahan data yang berlaku
sehingga diperoleh hasil untuk ditarik kesimpulan.
Pengumpulan data yang diperlukan dibagi dalam dua tahapan, yaitu tahap
pertama sebagai penyebaran instrumen dan tahap yang kedua sebagai tahap
(47)
Muhamad Sanjaya, 2012
Studi Komparasi Kinerja Komite Sekolah Di Sekolah Dasar Negeri Wilayah Kota Dan Desa (Studi Pada SDN Se-kecamatan Coblong Kota Bandung dan SDN Se-kecamata Rancabali Kabupaten Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia I Repository.upi.edu
instrumen tersebut yaitu dengan mendatangi setiap sekolah yang bersangkutan.
Instrumen yang disebarkan berjumlah sesuai dengan sampel yang telah
ditetapkan. Sementara itu dalam tahap pengambilan instrumen peneliti
melakukan pengambilan sesuai tanggal yang telah disepakati dengan pihak
sekolah atau komite sekolah.
E.TEKNIK PENGOLAHAN DATA
Data yang terkumpul dari penyebaran angket kemudian diolah dan
dianalisis. Mengolah dan menganalisis data merupakan langkah yang sangat
penting dalam kegiatan penelitian. Seperti dikatakan oleh Muhamad Ali
(1995:151) bahwa :
Pengolahan dan analisis data merupakan salah satu langkah yang sangat penting dalam kegiatan penelitian terutama bila diinginkan generalisasi, pengujian hipotesis atau kesimpulan tentang berbagai masalah yang diteliti. Mengolah data ini dilakukan agar data yang telah terkumpul mempunyai arti
dan dapat dilakukan kesimpulan sebagai suatu jawaban dari permasalahan yang
diteliti. Dikemukakan oleh Winarno Surakhmad (1998:109) bahwa:
Mengolah data adalah usaha yang kongkrit yang membuat data itu “berbicara” sebab betapapun besarnya jumlah data tingginya nilai data yang disusun dalam suatu organisasi dan diolah menurut sistematik yang baik, niscaya data itu tetap mempunyai bahan-bahan yang “membisu” seribu bahasa”.
Oleh karena itu, langkah-langkah pengolahan data yang digunakan dalam
(48)
1. Seleksi angket
Seleksi angket adalah kegiatan memeriksa kelengkapan angket yang telah
terkumpul setelah disebarkan yaitu dengan cara menghitung jumlah angket
yang telah terkumpul. Jumlah angket yang terkumpul dengan yang telah
disebarkan harus sama atau sesuai. Kegiatan seleksi angket ini penting
dilakukan untuk meyakinkan bahwa data yang terkumpul telah memenuhi
syarat untuk diolah. Langkah-langkah ini secara lebih terpirinci dapat dilakukan
sebagai berikut:
a. Memeriksa apakah jumlah angket dari responden sudah terkumpul.
b. Memeriksa apakah semua pernyataan dijawab sesuai dengan petunjuk
angket dan memeriksa kelayakan angket yang bisa diolah.
c. Menentukan skor/nilai untuk setiap alternatif jawaban.
Hasil penyeleksian angket yang disebarkan kepada 35 responden,
terkumpul dan yang dapat diolah sebanyak 35 angket. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat di bawah ini :
No Nama sekolah Kategori
Instrumen
Tersebar Terkumpul Dapat diolah
1 SDN Cipaganti 2 Kota
1 1 1
2 SDN Cipaganti 4 Kota
3 SDN Cihampelas 1 Kota
1 1 1
4 SDN Cihampelas 3 Kota
5 SDN Cisitu 1 Kota 1 1 1
Tabel 3.6
(49)
Muhamad Sanjaya, 2012
Studi Komparasi Kinerja Komite Sekolah Di Sekolah Dasar Negeri Wilayah Kota Dan Desa (Studi Pada SDN Se-kecamatan Coblong Kota Bandung dan SDN Se-kecamata Rancabali Kabupaten Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia I Repository.upi.edu
6 SDN Cisitu 2 Kota
7 SDN Coblong 1 Kota
1 1 1
8 SDN Coblong 2 Kota
9 SDN Coblong 3 Kota
10 SDN Coblong 4 Kota
11 SDN Coblong 5 Kota
12 SDN Coblong 6 Kota
13 SDN Palesiran Kota 1 1 1
14 SDN Tikukur 1 Kota
1 1 1
15 SDN Tikukur 2 Kota
16 SDN Tikukur 3 Kota
17 SDN Tikukur 4 Kota
18 SDN Tikukur 5 Kota
19 SDN Tilil 1 Kota 1 1 1
20 SDN Tilil 2 Kota 1 1 1
21 SDN Tilil 3 Kota 1 1 1
22 SDN Tilil 4 Kota 1 1 1
23 SDN Langensari 1 Kota
1 1 1
24 SDN Langensari 5 Kota
25 SDN Sekeloa 1 Kota
1 1 1
26 SDN Sekeloa 2 Kota
27 SDN Haurpancuh 1 Kota
1 1 1
28 SDN Haurpancuh 2 Kota
29 SDN Haurpancuh 3 Kota
30 SDN Haurpancuh 4 Kota
31 SDN Senanggalih Kota 1 1 1
32 SDN Neglasari 1 Kota
1 1 1
33 SDN Neglasari 3 Kota
34 SDN Neglasari 2 Kota
1 1 1
35 SDN Neglasari 5 Kota
36 SDN Neglasari 4 Kota 1 1 1
37 SDN Pasir luhur Desa 1 1 1
38 SDN Babakan Jampang 1 & 2 Desa 1 1 1
39 SDN Barutunggul 2 & 3 Desa 1 1 1
40 SDN Barutunggul 4 Desa 1 1 1
41 SDN Sindur 1 Desa 1 1 1
42 SDN Sindur 2 Desa 1 1 1
43 SDN Rancabali Desa 1 1 1
44 SDN Cipanganten Desa 1 1 1
45 SDN Sindangreret Desa 1 1 1
(50)
47 SDN Indragiri 2 Desa 1 1 1
48 SDN Cipangisikan Desa
1 1 1
49 SDN Cibuni Desa
50 SDN Cisabuk Desa
51 SDN Kanaan Desa
52 SDN Cibadak Desa
53 SDN Cikidang Desa
1 1 1
54 SDN Cibitu Desa
55 SDN Sukaresmi Desa
56 SDN Cihideung Desa
57 SDN Ciparay Desa
58 SDN Sukaati Desa
1 1 1
59 SDN Campaka Desa
60 SDN Legok Bedo Desa
61 SDN Buninagara Desa
62 SDN Rancawalini Desa 1 1 1
63 SDN Patengan Desa 1 1 1
64 SDN Panundaan Desa 1 1 1
65 SDN Cipelah 1 Desa
1 1 1
66 SDN Cipelah 2 Desa
Jumlah 35 35 35
2. Klasifikasi Data
Setelah dilakukan seleksi data, langkah selanjutnya adalah melakukan
klasifikasi data, yaitu mengelompokan data ke dalam kelompok-kelompok
berdasarkan variabel penelitian, yaitu variabel X1 (kinerja komite sekolah dasar
di wilayah kota yaitu Kecamatan Coblong) dan variabel X2 (kinerja komite
sekolah dasar diwilayah desa yaitu Kecamatan Rancabali).
Variabel X1 diwakili oleh 36 sekolah dasar yang ada pada wilayah
Kecamatan Coblong dengan 17 keorganisasian komite sekolah dan variabel X2
(51)
Muhamad Sanjaya, 2012
Studi Komparasi Kinerja Komite Sekolah Di Sekolah Dasar Negeri Wilayah Kota Dan Desa (Studi Pada SDN Se-kecamatan Coblong Kota Bandung dan SDN Se-kecamata Rancabali Kabupaten Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia I Repository.upi.edu
dengan 18 keroganisasian komite sekolah. Selanjutnya, dilakukan pemberian
skor terhadap setiap alternative jawaban sesuai dengan kriteria yang ada.
Pengklasifikasian ini dilakukan untuk mengetahui kecenderungan skor-skor
responden terhadap dua variabel yang diteliti.
3. Uji kecenderungan umum
Uji kecenderungan ini digunakan untuk mencari gambaran
kecenderungan variabel X1 dan X2 sekaligus untuk menentukan kedudukan
setiap item sesuai dengan kriteria atau tolok ukur yang ditentukan, maka
digunakan statistik yang sesuai dengan penelitian yaitu Wieghted Means Scored
(WMS). Adapun rumusnya (Sudjana, 2005:67) adalah sebagai berikut:
�
=
��
Keterangan :
X1 = Rata-rata skor responden
Σxi = Jumlah skor dari setiap alternatif jawaban responden n = Jumlah responden
Selanjutnya, langkah-langkah yang ditetapkan dalam pengolahan data
dengan menggunakan rumus uji kecenderungan rata-rata, yaitu:
a. Memberi bobot untuk setiap alternatif jawaban yang dipilih.
(52)
b. Menentukan jumlah nilai jawaban dari setiap responden yang telah
mengisi angket. Jumlah nilai jawaban tersebut dikalikan dengan bobot
alternatif.
c. Menghitung nilai rata-rata untuk setiap item pada kedua bagian angket.
d. Menentukan kriteria WMS untuk skor rata-rata setiap kemungkinan
jawaban.
e. Mencocokan hasil perhitungan dari varibel X1 dan variabel X2. Hal ini
dimaksudkan mengetahui kecenderungan dari varibel X1 dan variabel X2.
Rentang Nilai Kriteria Penafsiran Variabel
4,01 – 5,00 Selalu Sangat Baik
3,01 – 4,00 Sering Baik
2,01 – 3,00 Kadang-Kadang Cukup
1,01 – 2,00 Hamper Tidak Pernah Rendah
0,01 – 1,00 Tidak Pernah Sangat Rendah
4. Mengubah skor mentah menjadi skor baku
Untuk menghitung skor mentah menjadi skor baku pada setiap variabel,
adalah menggunakan rumus sebagai berikut (Akdon, 2005:178) :
�= � + [� − �]
Tabel 3.7
(1)
Muhamad Sanjaya, 2012
Studi Komparasi Kinerja Komite Sekolah Di Sekolah Dasar Negeri Wilayah Kota Dan Desa (Studi Pada SDN Se-kecamatan Coblong Kota Bandung dan SDN Se-kecamata Rancabali Kabupaten Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia I Repository.upi.edu
B.SARAN
1. Pada komite sekolah yang ada pada wilayah kota (studi pada SDN se-Kecamatan Coblong Kota Bandung),
a. Pada komite sekolah yang ada pada wilayah kota senantiasa harus dapat meningkatkan kepedulianya terhadap pendidikan. Bukan hanya sebatas administrative saja melainkan dengan cara berperan professional sebagai suatu badan perantara antara sekolah dengan masyrakat dan juga sebagai badan professional yang melakukan pengawasan dini terhadap mutu pendidikan pada tingkat satuan pendidikan. Cara yang bisa digunakan adalah dengan melakukan manajemen waktu yang efektif antara tanggungjawab sebagai komite sekolah dengan tanggungjawab lainya.
b. Komite sekolah senantiasa harus mampu melakuka manajemen
keorganisasian secara terpadu, dimana setiap orang yang menjalankan keroganisasian komite akan memiliki tanggungjawab yang nyata dan terstruktur serta sistematis untuk prosesnya dalam membantu pencapaian mutu sekolah.
c. Komite sekolah senantiasa harus selalu memprioritaskan aspirasi masyarakat dan melakukan koordinasi secara efektif.
2. Pada komite sekolah yang ada pada wilayah desa (studi pada SDN se-Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung)
a. Komite sekolah yang ada pada kewilayahan desa senantiasa harus
mampu mengembangkan personality, terutama dalam bidang
(2)
Muhamad Sanjaya, 2012
Studi Komparasi Kinerja Komite Sekolah Di Sekolah Dasar Negeri Wilayah Kota Dan Desa (Studi Pada SDN Se-kecamatan Coblong Kota Bandung dan SDN Se-kecamata Rancabali Kabupaten Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia I Repository.upi.edu
keprofesionalitasan dalam mengemban tanggungjawab sebagai komite sekolah.
b. Dalam pembentukan keorganisasian komite haruslah dilakukan secara professional sesuai dengan peraturan dan kaidah dalam pembentukanya, selain itu untuk personal yang diajukan untuk dijadikan komite sekolah, haruslah orang-orang yang secara keilmuan dapat memahami tugas dan tanggungjawabnya serta secara personal value adalah pribadi yang peduli akan pendidikan, utamanya pendidikan dasar.
c. Sepertihalnya kewilayah kota untuk wilayah desa komite seklahpun harus mampu berperan secara professional, terutama dalam peranya dalam badan pemberi pertimbangan yang membantu dalam pencapaian mutu pada tingkat satuan pendidikan.
3. Pada pemerintah
a. Pemerintah harus mampu memposisikan komite sekolah sebagai
lembaga yang sah bukan hanya sebagai formalitas.
b. Memberikan bekal berupa pelatihan secara berkala terhadap
keroganisasian komite sekolah baik yang ada di sekolah kota atau desa.
c. Memberikan sistem penghargaan bagi komite sekolah yang baik.
4. Untuk Penelitian Selanjutnya
Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian mengenai profesionalitas komite sekolah, terutama kaitannya dengan kinerja optimal yang akan dihasilkan keorganisasian komite untuk sekolah. Penelitian harus berdasarkan kondisi kewilayahan yang
(3)
Muhamad Sanjaya, 2012
Studi Komparasi Kinerja Komite Sekolah Di Sekolah Dasar Negeri Wilayah Kota Dan Desa (Studi Pada SDN Se-kecamatan Coblong Kota Bandung dan SDN Se-kecamata Rancabali Kabupaten Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia I Repository.upi.edu
mengutamakan aspek kondisi sosial dan ekonomi, karena seringkali dalam beberapa kesempatan ketika melakukan penelitian aspek itulah yang menjadi alasan mengapa komite sekolah sering disebut formalitas, hal tersebut belum bisa peneliti teliti secara rinci karena keterbatasan sumber daya yang dimiliki.
(4)
Muhamad Sanjaya, 2012
Studi Komparasi Kinerja Komite Sekolah Di Sekolah Dasar Negeri Wilayah Kota Dan Desa (Studi Pada SDN Se-kecamatan Coblong Kota Bandung dan SDN Se-kecamata Rancabali Kabupaten Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia I Repository.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Akdon dan Sahlan H. (2005). Aplikasi Statistik dan Metode Penelitian Untuk
Administrasi dan Manajemen. Bandung: Dewa Ruchi.
Ali, Mohamad. (1995). Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung: Aksara
Anas, Sudijono (2003). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta; PT Raja Grafindo Persada.
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan dan Praktek. Jakarta; Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta
Cohen, Bruce. (1983). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Bina Aksara.
Fatah, Nanang. (2004) Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Dewan
Sekolah. Bandung: Pustaka Bani Wuraisy
Hartono dan Arnicun. (1990). Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Bina Aksara
Hervininda, Irvianti. (2010). Kontribusi Kinerja Komite Sekolah Terhadap
Pengelolaan Dana Bantuan Oprasional Sekolah (BOS) di Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung. Skripsi. Jurusan
Administrasi Pendidikan FIP UPI Bandung. Tidak diterbitkan.
Iryanto, Asep (2006). Studi Komparatif Keberhasilan Implementasi Manajemen
Berbasis Sekolah (MBS) Pada Sekolah Dasar Negeri di Perkotaan dan Pedesaan Skripsi. Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UPI Bandung. Tidak
diterbitkan.
Kementrian Dalam Negeri. (1987). Permendagri No 2 Tahun 1987 Tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Kota. Jakarta; RI. [Online] Diakses
http://www.ndaru.net/wp-content/uploads/pmdn_02_1987.pdf [24 Maret
2012]
Kementrian Pendidikan Nasional.(2002). Keputusan Mentri Pendidikan Nasional No.
044/U/2002. [Online]. Tersedia:http://dikdas.kemdiknas.go.id/application
/media/file/Kepmendiknas%20No%20044-U-2002 % 20tentang%20Dewan % 20 Pendidikan % 20 dan % 20 Komite%20Sekolah.pdf [24 Maret 2012]
(5)
Muhamad Sanjaya, 2012
Studi Komparasi Kinerja Komite Sekolah Di Sekolah Dasar Negeri Wilayah Kota Dan Desa (Studi Pada SDN Se-kecamatan Coblong Kota Bandung dan SDN Se-kecamata Rancabali Kabupaten Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia I Repository.upi.edu
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No.0487/U/1992 Komarudin. (1994). Enslikopedia Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara.
Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu. (2002). Edisi 1. Manajemen Sumberdaya
Manusia Perusahaan. Bandung. Remaja Rosdakarya
Nasution. (2003). Metode Research. Jakarta; PT Bumi Aksara.
Nurkholis. (2003). Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: PT Grasindo. Peraturan Pemerintah No 72 Tahun 2005
Prawirosentono.S. (1999). Manajemen Sumber Daya Manausia, Kebijakan Kinerja
Karyawan. Yogyakarta: BPFE.
Republik Indonesia (2003) Undang-Undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Jakarta: RI. [Online].
Republik Indonesia. (1999). Undang-Undang Republik Indonesia No. 22 Tahun 1999
Tentang Pemerintahan Daerah. Jakarta: RI. [Online]. Tersedia
http://www.penataanruang.net/taru/hukum/UU/UU_No22-1999.pdf [30 Juli 2012]
Salim. Peter dan Yenni Salim. (1991). Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta : Modern English Press.
Sanafiah Faisal. (1982). Metode Penelitian Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional Sarlito W. Sarwono. (1995). Psikologi Lingkungan. Jakarta: PT Gramedia.
Soekanto, Soerjono (1982). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali
Sudjana. Nana. (2005) Tuntunan Penelitian Karya Ilmiah. Bandung: Sinar Baru. Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
_______. (1999). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. _______. (2002). Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta _______. (2003). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.
_______. (2009). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
(6)
Muhamad Sanjaya, 2012
Studi Komparasi Kinerja Komite Sekolah Di Sekolah Dasar Negeri Wilayah Kota Dan Desa (Studi Pada SDN Se-kecamatan Coblong Kota Bandung dan SDN Se-kecamata Rancabali Kabupaten Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia I Repository.upi.edu
_______. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
______. (2011). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan
R&D. Bandung: Alfabeta
Suryadi, Ace. (2003). Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah: Mewujudkan
Sekolah-sekolah yang mandiri dan Otonom. [Online],
Tim Kelompok Kerja MBS Jawa Barat. (2003). Implementasi Manajemen Berbasis
Sekolah di Jawa Barat. Bandung; Diknas Provinsi Jawa Barat.
Tim Kelompok Kerja MBS Jawa Barat. (2004). Implementasi Manajemen Berbasis
Sekolah di Jawa Barat. Bandung; Diknas Provinsi Jawa Barat.
Tim Pengembang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah Ditjen Dikdasmen Depdiknas. (2003). Acuan Oprasional dan Indikator Kinerja Komite Sekolah. [Online]. Tersedia : http://www.depdiknas.go.id/go.php?a=1&to=f628 [18 Juni 2012]
Universitas Pendidikan Indonesia. (2011). Panduan Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Wardiyatmoko. (2000). Geografi SMU 2. Jakarta: Erlangga
Wikipedia. (2007). Daftar Negara Menurut Indeks Pembangunan Manusia. [Online] Tersediahttp://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_negara_menurut_Indeks_Pemban gunan_Manusia [24 Maret 2012]
Winarno Surakhmad (1994). Pengantar Penelitian Ilmiah : Metode dan Teknik. Bandung: Tarsito