PENGEMBANGAN MATERI PEMBELAJARAN APRESIASI DAN KREASI SENI RUPA TERAPAN DAERAH SETEMPAT : Studi Kasus Pengembangan Materi Pembelajaran Kriya Anyam Pandan Pada Tingkat SMP di Kota Tasikmalaya.

(1)

LEMBAR PENGESAHAN... ii

PERNYATAAN... iii

ABSTRAK…... iii

KATA PENGANTAR... iv

UCAPAN TERIMA KASIH... vi

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR BAGAN………... xvi

DAFTAR GAMBAR... xv

DAFTAR LAMPIRAN... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah…... 7

C. Tujuan Penelitian... 9

D. Manfaat Penelitian... 9

E. Studi Pustaka…... 11

F. Sistematika Penulisan... 14


(2)

A. Seni Rupa Terapan... 18

B. Budaya Daerah Setempat... 21

C. Materi Pembelajaran... 25

D. Apresiasi... 28

E. Kreasi... 32

F. Strategi Implementasi Pengembangan Materi... 33

G.Pendekatan, Model, Metode, Media dan Evaluasi Pembelajaran……….. 42

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian... 63 B. Instrumen Penelitian…... 72

C. Subjek Penelitian…... 73 D. Teknik Pengumpulan Data... 75

E. Member Check dan Triangulasi... 78

F. Pengolahan dan Analisis Data... 79 G. Indikator Pengembangan Materi Pembelajaran...

83


(3)

B. Hasil Analisis... 116

C. Pembahasan... 120

BAB V PENGEMBANGAN MATERI PEMBELAJARAN KRIYA ANYAM PANDAN A. Penentuan Potensi dan Masalah... 124

B.Mengumpulkan Imformasi... 133

C.Desain Produk... 134

D.Validasi Desain... 161

E.Perbaikan Desain... 167

F.Uji Coba Produk... 169

G.Revisi Produk... 171

H.Ujicoba Pemakaian... 174

I. Revisi Produk... 179

J. Diseminasi dan Implementasi/Pembuatan Produk Masal... 179

K. Analisis Pembahasan Hasil……… 179

BAB VI KESIMPULAN A. Kesimpulan... 186

B. Rekomendasi…... 193

DAFTAR PUSTAKA………. 195

LAMPIRAN-LAMPIRAN………. 199


(4)

(5)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) menyatakan bahwa kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejuruan dan khusus pada jenjang pendidikan dasar dan menengah di antaranya terdiri atas kelompok mata pelajaran estetika. Kelompok mata pelajaran ini dimaksudkan untuk meningkatkan sensitivitas, kemampuan mengekspresikan, kemampuan mengapresiasi keindahan dan harmoni. Kemampuan tersebut mencakup apresiasi dan ekspresi baik dalam kehidupan individual sehingga mampu menikmati dan mensyukuri hidup maupun dalam kehidupan kemasyarakatan sehingga mampu menciptakan kebersamaan yang harmonis.

Berdasarkan kurikulum 2004 pendidikan seni budaya memiliki sifat multilingual, multidimensial dan multikultural. Multilingual bermakna pengembangan kemampuan mengekspresikan diri secara kreatif dengan berbagai cara dan media seperti bahasa rupa, bunyi, gerak, peran dan berbagai perpaduannya. Multidimensial bermakna pengembangan beragam kompetensi meliputi konsepsi (pengetahuan, pemahaman, analisis, evaluasi), apresiasi dan kreasi dengan cara memadukan secara harmonis unsur estetika, logika, kinestetika dan etika. Sifat multikultural mengandung makna pendidikan seni menumbuhkembangkan kesadaran dan kemampuan apresiasi terhadap keragaman budaya lokal maupun global sebagai wujud pembentukan sikap menghargai,


(6)

bertoleransi, demokratis, beradab serta harus mampu hidup rukun dalam masyarakat dan budaya yang majemuk. Pendidikan seni budaya memiliki peranan dalam pembentukan pribadi yang harmonis dalam logika, rasa estetik, artistik dan etika dengan memperhatikan kebutuhan perkembangan siswa dalam mencapai kecerdasan emosional (Emotional Quotient), kecerdasan intelektual (Intellegence Quotient), kecerdasan adversitas (Adversity Quotient ), kecerdasan kreatifitas (Creativity Quotient) serta kecerdasan spiritual dan moral (Spiritual Quotient) dengan cara mempelajari elemen-elemen prinsip, proses dan teknik berkarya sesuai dengan nilai-nilai budaya dan keindahan serta sesuai dengan konteks sosial masyarakat sebagai sarana untuk menumbuhkembangkan sikap saling memahami, menghargai dan menghormati. Pendidikan seni juga memiliki peranan dalam pengembangan kreatifitas, kepekaan rasa indrawi serta kemampuan berkesenian melalui pendekatan belajar seni, belajar melalui seni dan belajar tentang seni.

Tujuan mata pelajaran seni budaya berdasarkan kurikulum 2006 adalah agar peserta didik memiliki kemampuan memahami konsep dan pentingnya seni budaya, menampilkan sikap apresiasi terhadap seni budaya, menampilkan kreativitas melalui seni budaya dan menampilkan peran serta dalam seni budaya pada tingkat lokal, regional maupun global.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) jenjang pendidikan dasar dan menengah dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah berpedoman pada standar kompetensi lulusan dan standar isi serta panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Kurikulum dikembangkan berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan


(7)

peserta didik dan lingkungannya, beragam dan terpadu, tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, relevan dengan kebutuhan kehidupan, menyeluruh dan berkesinambungan, belajar sepanjang hayat, seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.

Dasar-dasar tersebut di atas hendaknya diimplementasikan dalam penyusunan KTSP termasuk pada penyusunan materi pembelajaran seni budaya (seni rupa). Penjabaran Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) sebagai bagian dari pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dilakukan melalui pengembangan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Silabus merupakan penjabaran secara umum dengan mengembangkan SK dan KD menjadi indikator, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar dan penilaian. Sebagai bagian dari langkah pengembangan silabus, pengembangan indikator merupakan langkah strategis yang berpengaruh pada kualitas pembelajaran di kelas. Kemampuan guru dan sekolah dalam mengembangkan indikator berpengaruh pada kualitas kompetensi peserta didik di sekolah tersebut. Dalam PP nomor 19 tahun 2005 Pasal 20, diisyaratkan bahwa guru diharapkan mengembangkan materi pembelajaran, yang kemudian dipertegas malalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses, yang antara lain mengatur tentang perencanaan proses pembelajaran yang mensyaratkan bagi pendidik pada satuan pendidikan untuk mengembangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Salah satu elemen dalam RPP adalah sumber belajar. Dengan demikian, guru diharapkan untuk mengembangkan materi pembelajaran sebagai salah satu sumber belajar dan


(8)

acuan pembelajaran. Pada lampiran Permendiknas nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, diatur tentang berbagai kompetensi yang harus dimiliki oleh pendidik, baik yang bersifat kompetensi inti maupun kompetensi mata pelajaran. Bagi guru pada satuan pendidikan jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP), baik dalam tuntutan kompetensi pedagogik maupun kompetensi profesional, berkaitan erat dengan kemampuan guru dalam mengembangkan sumber belajar/materi pembelajaran.

KTSP sebagai paradigma baru dalam dunia pendidikan memberi otonomi untuk penentuan kurikulum sesuai dengan konteks komunitas di mana sekolah itu berada. KTSP memberi peluang pada guru untuk menyusun materi pembelajaran sesuai dengan kultural di mana sekolah itu berada. Sehubungan dengan hal itu maka terbuka peluang untuk mengembangkan materi pembelajaran seni rupa dengan mengangkat local genius menjadi materi pembelajaran, khususnya untuk pembelajaran apresiasi dan kreasi seni rupa terapan daerah setempat. Heterogenitas budaya yang tersebar di nusantara melahirkan keragaman kesenian dapat dijadikan materi pembelajaran bagi siswa sekaligus sebagai salah satu bentuk trasformasi kebudayaan melalui lembaga pendidikan formal. Langkah ini dapat juga dijadikan sebagai salah satu terobosan dalam menyikapi kekhawatiran-kekhawatiran tentang kurangnya apresiasi generasi muda terhadap kebudayaan nusantara khususnya kesenian daerah yang sifatnya tradisional seperti banyak diungkapkan dalam media masa. Artikel yang ditulis M. Ahmad Jalidu (http://jalidu.multiply.com/journal/item/2, 30 November 2009) mengatakan bahwa “Dahsyatnya pengaruh budaya barat, pop dan gencarnya kampanye hidup modern,


(9)

semakin membuat ciut martabat seni tradisi di mata generasi muda kita”. Artikel lainnya yang ditulis oleh Oto (Harian PELITA Edisi Kamis, 19 Nopember 2009) menyatakan bahwa “Anak yang lahir pada era digital, banyak yang menyebut jadul (jaman dulu) bagi siapa saja yang masih mempertahankan kesenian tradisional, generasi muda seakan-akan gengsi untuk menampilkan kesenian asli daerahnya”. Artikel senada ditulis oleh Tok (Suarasurabaya.net November 7, 2009 by brangwetan) menyatakan bahwa “Kesenian tradisional kita memang kurang diminati anak-anak muda, keberadaan seni tradisional, sampai saat ini disinyalir juga tidak mendapatkan tempat secara khusus dalam materi atau dalam kurikulum belajar para siswa, kalaupun ada sangat minim, dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya”. Pendidikan nasional dewasa ini telah terpisah dari kebudayaan, baik kebudayaan daerah maupun kebudayaan nasional (Tilaar. 1999: 177).

Di Tasikmalaya sejak kurikulum 2006 diberlakukan, mata pelajaran muatan lokal seperti keterampilan/kerajinan anyaman yang nota bene mengangkat seni budaya lokal/daerah setempat yang sudah dilaksanakan di sebagian besar sekolah (SMP) diganti dengan mata pelajaran ekonomi syariah dan pendidikan lingkungan hidup. Sehubungan dengan itu maka mata pelajaran seni rupa semakin berperan dalam membentuk sikap apresiatif dan kreatif siswa terhadap seni rupa terapan daerah setempat. Namun sejauh ini berdasarkan studi awal di lapangan, materi pembelajaran apresiasi dan kreasi seni rupa terapan daerah setempat pada tingkat SMP di Kota Tasikmalaya belum mengkhususkan kajiannya pada seni rupa terapan daerah Tasikmalaya, tetapi cenderung masih mengacu pada materi/bahan ajar yang terdapat pada buku sumber yang sifatnya nasional.


(10)

Tasikmalaya memiliki ciri khas sebagai kota industri kerajinan tangan (http//www.imahtasik.com,12-12-2009), dikenal dengan beragam seni rupa terapannya sebagai local genius. Produk budaya daerah setempat ini dapat dikembangkan menjadi bahan ajar/materi pembelajaran apresiasi dan kreasi seni rupa terapan daerah setempat di Tasikmalaya. Potensi seni rupa terapan Tasikmalaya diantaranya kriya bordir, alas kaki/kelom geulis, anyaman mendong/bambu/pandan, payung geulis dan batik. Beragam seni rupa terapan tersebut telah menjadi ikon Kota Tasikmalaya (http//www.imahtasik.com,12-12- 2009). Ikon adalah citra atau potret/reprsentasi (Budiman. 2005: 61).

Secara konsep, belajar seni diperoleh dengan jalan melakukan interaksi observasi terhadap segala kajian fenomena budaya sosial kemasyarakatan lingkungan alam sekitarnya. Kemudian diadaptasi secara humanis dalam bentuk kehidupan budaya lingkungannya misalnya dalam bentuk pengetahuan, persepsi atau pemahaman, sikap, kebiasaan (adat istiadat) dan kemampuan dalam keahlian berkarya. Materi pembelajaran apresiasi seni rupa yaitu bahan ajar yang dapat mengarahkan siswa untuk mengenal, memahami dan memberikan penghargaan atau tanggapan estetis (respons estetis) terhadap karya seni rupa. Materi apresiasi seni pada dasarnya adalah pengenalan tentang konsep atau makna, bentuk dan fungsi seni rupa. Apresiasi seni rupa dapat mencakup materi yang lebih luas, yaitu pengenalan seni rupa dalam konteks berbagai kebudayaan. Materi pembelajaran apresiasi seni pada pendidikan dasar dan menengah meliputi pengenalan terhadap budaya lokal, budaya daerah lain dan budaya mancanegara, baik yang bercorak primitif, tradisional, klasik, moderen, maupun kontemporer. Selain pengenalan


(11)

bentuk-bentuk seni rupa, materi apresiasi juga meliputi pengenalan tentang latar belakang sosial, budaya dan sejarah di mana karya seni rupa dihasilkan serta makna-makna dan nilai-nilai pada seni rupa tersebut. Sedangkan materi pembelajaran kreasi seni rupa adalah bahan ajar yang dapat mengarahkan siswa untuk berekspresi kreatif yang dalam praktiknya memberikan kebebasan berekspresi dan memberikan saluran emosi serta memiliki peran dalam mengembangkan mental dan spiritual siswa.

Berdasarkan paparan di atas, perlu kiranya dilakukan pengembangan materi pembelajaran khususnya pembelajaran apresiasi dan kreasi seni rupa terapan daerah setempat yang bersumber pada budaya setempat. Dengan demikian, penelitian ini akan difokuskan pada pengembangan materi pembelajaran apresiasi dan kreasi seni rupa terapan daerah setempat yang bersumber pada salah satu local genius Tasikmalaya yaitu kriya anyam pandan.

B. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah ini dikembangkan berdasarkan dasar pemikiran berikut ini:

1. PP nomor 19 tahun 2005 Pasal 20 mengisyaratkan bahwa guru diharapkan mengembangkan materi pembelajaran yang kemudian dipertegas melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses, yang antara lain mengatur tentang perencanaan proses pembelajaran yang mensyaratkan bagi pendidik pada satuan pendidikan untuk mengembangkan Rencana Pelaksanaan


(12)

Pembelajaran (RPP). Salah satu elemen dalam RPP adalah sumber belajar/materi pembelajaran.

2. Lampiran Permendiknas nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, diatur tentang berbagai kompetensi yang harus dimiliki oleh pendidik, baik yang bersifat kompetensi inti maupun kompetensi mata pelajaran. Bagi guru pada satuan pendidikan jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP), baik dalam tuntutan kompetensi pedagogik maupun kompetensi profesional, berkaitan erat dengan kemampuan guru dalam mengembangkan sumber belajar/materi pembelajaran.

3. Apresiasi dan kreasi generasi muda/siswa terhadap seni budaya daerahnya yang kurang seperti dipaparkan dalam beberapa artikel di media masa. 4. Mata pelajaran muatan lokal keterampilan pada tingkat SMP sudah

dihapus.

5. Materi pembelajaran apresiasi dan kreasi seni rupa terapan daerah setempat untuk tingkat SMP di Tasikmalaya saat ini belum memadai. Dengan demikian perlu adanya pengembangan materi pembelajaran apresiasi dan kreasi seni rupa terapan daerah setempat pada tingkat SMP di Kota Tasikmalaya. Berdasarkan hal itu, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pengembangan materi pembelajaran apresiasi dan kreasi seni rupa terapan daerah setempat pada tingkat SMP di kota Tasikmalaya? Untuk lebih jelasnya, maka rumusan masalah dapat diuraikan menjadi tiga pertanyaan penelitian, yaitu :


(13)

1. Bagaimanakah bahan, alat, bentuk, fungsi, teknik dan estetik kriya anyam pandan Tasikmalaya?

2. Bagaimanakah pengembangan materi pembelajaran apresiasi dan kreasi seni rupa terapan daerah setempat pada tingkat SMP di Kota Tasikmalaya? 3. Bagaimanakah strategi implementasi pengembangan materi pembelajaran

kriya anyam pandan pada tingkat SMP di Kota Tasikmalaya?

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan untuk:

1. Mendeskripsikan bahan, alat, bentuk, fungsi, teknik dan estetik kriya anyam pandan Tasikmalaya.

2. Mengungkapkan dan menjelaskan pengembangan materi pembelajaran apresiasi dan kreasi seni rupa terapan daerah setempat pada tingkat SMP di Kota Tasikmalaya.

3. Menggambarkan dan menjelaskan strategi implementasi pengembangan materi pembelajaran kriya anyam pandan.

D. MANFAAT PENELITIAN

Secara umum hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih bagi khasanah keilmuan seni rupa dan pendidikan seni rupa. Melalui pengembangan materi pembelajaran apresiasi dan kreasi seni rupa terapan daerah setempat yang mengangkat produk budaya setempat menjadi bahan ajar/materi pembelajaran diharapkan para siswa/generasi muda lebih mengenal, memahami


(14)

dan menghargai serta dapat mengembangkan kebudayaan daerahnya, sehingga melalui pengembangan materi pembelajaran ini tercipta transmisi budaya.

Secara khusus hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain :

1. Manfaat bagi Perkembangan Pendidikan Seni

a. Memperkaya materi pembelajaran apresiasi dan kreasi seni rupa terapan daerah setempat.

b. Melestarikan local genius Tasikmalaya dengan cara trasmisi kebudayaan kepada generasi muda/siswa yang dilakukan melalui lembaga pendidikan fomal.

2. Manfaat bagi Siswa

a. Meningkatkan apresiasi siswa terhadap seni rupa terapan daerah setempat. b. Meningkatkan kreasi siswa dalam pengembangan seni rupa terapan daerah

setempat.

3. Manfaat bagi guru

a. Memperluas wawasan tentang seni rupa terapan daerah setempat khususnya kriya anyam pandan.

b. Memperoleh pengetahuan tentang strategi implementasi pengembangan materi pembelajaran.

4. Manfaat bagi Peneliti

a. Memperluas wawasan secara teoritis dan praktis tentang budaya daerah setempat.


(15)

b. Memperluas wawasan secara teoritis dan praktis tentang pengembangan materi pembelajaran.

c. Memperluas wawasan secara teoritis dan praktis tentang proses pembelajaran apresisi dan kreasi seni rupa terapan daerah setempat.

5. Manfaat Bagi Masyarakat Perajin Anyam Pandan

a. Menambah wawasan secara teoritis dan praktis tentang kriya anyam pandan.

b. Memberikan sumbangan ide dan gagasan untuk pengembangan kriya anyam Pandan.

6. Manfaat bagi Pemerintah Daerah

a. Memberikan sumbangan pemikiran tentang potensi seni budaya daerah setempat yang perlu dilestarikan.

b. Membuka peluang untuk bekerjasama melakukan kegiatan terpadu dengan pihak pelaksana pendidikan guna bersama-sama membina generasi muda dalam melestarikan budaya daerah setempat.

E. STUDI PUSTAKA

Lingkup pembelajaran yang terdiri dari materi, pendekatan, model, metoda, media dan evaluasi tidak pernah lepas dari perhatian para pelaku dan pemerhati pendidikan. Berbagai upaya dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran.

Masalah pembelajaran dikaji oleh Ratnawati (2007), kajian ini berupa tesis pada Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia. Ratnawati


(16)

mengungkapkan bahwa pembelajaran merupakan proses belajar mengajar yang merupakan perpaduan antara dua aspek yang saling mempengaruhi, yaitu aspek belajar yang dilakukan oleh siswa sebagai peserta didik dan aspek mengajar yang dilakukan oleh guru sebagai pendidik. Proses belajar yang terjadi berorientasi pada apa yang harus dilakukan oleh peserta didik sebagai subjek yang berperan membangun pengetahuan, sedangkan proses mengajar berorientasi pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai fasilitator pembelajaran. Kedua aspek ini akan terjadi secara bersamaan dan berkolaborasi secara terpadu menjadi suatu kegiatan dalam proses interaksi antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa di saat pembelajaran berlangsung.

Yessica (2007) mengungkapkan bahwa proses pembelajaran aktivitasnya dalam bentuk interaksi belajar mengajar dalam suasana interaksi edukatif yaitu interaksi yang sadar akan tujuan artinya interaksi yang telah dicanangkan untuk suatu tujuan tertentu setidaknya adalah tujuan instruksional atau tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan pada perencanaan pembelajaran.

Pelaksanaan metode apresiasi dan proses kreasi dalam pembelajaran pendidikan seni rupa dianalisis oleh Atmoko (2009). Analisis ini berupa tesis pada Program Studi Teknologi Pendidikan, Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Atmoko menganalisis (1) Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran Seni Rupa (lukis) yang disusun oleh guru telah sesuai dengan aturan KTSP (2) Metode Pembelajaran Seni Rupa (lukis) yang dilakukan oleh guru bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin di capai dan yang paling sesuai atau cocok adalah dengan metode apresiasi dan proses kreasi (Demonstrasi dan


(17)

eksperimen) (3) Evaluasi yang mengacu pada ranah psikomotor dengan kritik holistik serta menggunakan kriteria tema pokok, bentuk, isi atau makna dan kreativitas, penilaian afektif dilakukan melalui pengamatan pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.

Penelitian tentang pembelajaran apresiasi seni rupa menggunakan presentasi visual dilakukan oleh Bahtiar (2008). Penelitian ini berupa tesis pada Program Program Pascasarjana UNS Solo. Bahtiar memaparkan bahwa salah satu kegiatan pokok di sekolah adalah proses pembelajaran, oleh karenanya guru memiliki peran yang sangat penting. Guru harus mampu menjabarkan pokok-pokok tujuan pembelajaran yang kemudian mentransformasikannya kepada siswa. Pada era teknologi informasi dan komunikasi guru dituntut untuk mampu memahami dan memanfaatkannya. Teknologi informasi dan komunikasi berbasis komputer mengandung berbagai presentasi visual yang dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran. Presentasi multimedia dapat membantu pembelajaran secara audio visual yang dapat didesain dengan memanfaatkan animasi, warna, suara dan pengembangan materi pembelajaran melalui pemanfaatan jaringan internet. Namun kenyataannya masih terdapat guru yang belum memanfaatkan teknologi tersebut sebagai media pembelajaran. Berdasarkan penelitian tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan media, dapat meningkatkan dan mempengaruhi kualitas hasil pembelajaran.

Dari beberapa kajian di atas, tergambarkan berbagai upaya peningkatan kualitas pembelajaran yang dilakukan dengan berbagai cara diantaranya dengan memperbaiki materi, pendekatan, model, metode dan media pembelajaran. Namun


(18)

kajian khusus mengenai pengembangan materi pembelajaran apresiasi dan kreasi seni rupa terapan daerah setempat yang dilakukan dengan cara mengkonversi hasil pengumpulan data tentang seni rupa terapan yang berada di daerah yang bersangkutan (local genius) belum terungkapkan. Dengan demikian penelitian ini akan mencoba mengembangkan materi pembelajaran apresiasi dan kreasi seni rupa terapan daerah setempat pada tingkat SMP di Kota Tasikmalaya dengan cara mengkonversikan hasil pengumpulan data tentang kriya anyam pandan Tasikmalaya menjadi materi pembelajaran.

F. SISTEMATIKA PENULISAN

Bab I merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian baik bagi perkembangan pendidikan seni, siswa, guru, peneliti, masyarakat perajin anyam pandan maupun pemerintahan daerah. Pada bab ini diuraikan pula mengenai studi pustaka dan sistematika penulisan. Pendahuluan yang baik adalah yang mampu membangkitkan minat pembaca atas topik yang dipilih, mengembangkan masalah yang mengarah pada penelitian, menempatkan konteks pustaka ilmiah yang lebih luas dan mencapai sasaran pembaca terentu (Patilima. 2007: 28).

Bab II berisi kajian teori yang terdiri dari teori-teori dan konsep yang menjadi landasan dalam penelitian ini (menjawab pertanyaan penelitian secara teoritis). Landasan teori adalah teori-teori yang relevan yang dapat digunakan untuk menjelaskan tentang variabel yang akan diteliti, sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang diajukan (hipotesis)


(19)

serta penyusunan instrumen penelitian (Prawira. 2008: 13). Teori dan konsep yang digunakan dalam penelitian ini meliputi konsep dan prinsip seni rupa terapan, konsep budaya daerah setempat, materi pembelajaran, apresiasi, kreasi dan pengembangan materi pembelajaran.

Bab III berisi metodologi penelitian yang digunakan pada penelitian pengembangan materi pembelajaran apresiasi dan kreasi seni rupa terapan daerah setempat. Pada bab ini juga dicantumkan subyek penelitian, tempat penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, serta analisa data yang digunakan.

Bab IV berisi data dan analisis data, hasil analisis serta pembahasan mengenai bahan, alat, bentuk, fungsi, teknik dan estetik kriya anyam pandan Tasikmalaya.

Bab V berisi pembahasan tentang pengembangan materi pembelajaran kriya anyam pandan mulai dari penentuan potensi dan masalah, mengumpulkan imformasi, desain produk, validasi desain, perbaikan desain, uji coba produk, revisi produk, uji coba pemakaian, revisi produk sampai pada diseminasi dan implementasi/pembuatan produk masal.

Bab VI adalah kesimpulan yang merupakan penyimpulan yang ditarik atas dasar pembahasan dan hasil temuan (menghasilkan konsep baru). Pada kesimpulan diungkapkan hasil-hasil penelitian untuk menjawab/mengkongkritkan tujuan-tujun penelitian yang tercantum pada bab I. Sebagai acuan dalam penyusunan kesimpulan hendaknya peneliti memahami penelitian secara keseluruhan sebagai suatu sistem, memahami tujuan penelitian yang akan dicapai,


(20)

membedakan antara temuan penelitian dan kesimpulan, menarik kesimpulan dari dari pembahasan, memiliki cara tertib, teratur dan terarah (Prawira. 2008: 33).

G. KERANGKA BERFIKIR

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya kebutuhan akan materi pembelajaran apresiasi dan kreasi seni rupa terapan daerah setempat untuk tingkat SMP di Kota Tasikmalaya yang bersumber pada budaya setempat sesuai dengan tuntutan Kurikulun Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Untuk memenuhi kebutuhan tersebut peneliti melakukan pengembangan materi pembelajaran apresiasi dan kreasi seni rupa terapan daerah setempat yang bersumber pada salah satu produk budaya setempat yaitu kriya anyam pandan. Hasil penelitian tersebut kemudian dikonversi/disesuaikan berdasarkan panduan pengembangan materi pembelajaran yang diterbitkan oleh Dinas Pendidikan Nasional. Hasil konversi tersebut dibuat dalam benutk draft kemudian didiskusikan dan dikonsultasikan kepada ahli pembelajaran serta ditanggapi pemakai (guru seni rupa SMP di Kota Tasikmalaya) selanjutnya diujicobakan di 4 SMP. Uji coba dilakukan 3 x putaran, selama uji coba pengembangan materi pembelajaran dilakukan pengamatan dan evaluasi yang hasilnya digunakan untuk memperbaiki dan menyempurnakan materi pembelajaran tersebut.

Materi pembelajaran tersebut setelah selesai diujicobakan kemudian disempurnakan dan disosialiasikan.


(21)

Bagan 1 Kerangka Berfikir

KTSP

Mata Pelajaran Seni Budaya

(Seni Rupa)

Pembelajaran Seni Rupa

Apesiasi Kreasi

Seni Rupa Terapan Daerah Setempat (Tasikmalaya)

Kriya

Anyam Pandan Nilai Estetik

Teknik Bentuk

Fungsi Bahan &Alat

Analisa

Kesimpulan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)/ Draft Materi Pembelajaran

Uji Coba (3 x)

Diamati & Dievaluasi & Disempurnakan (3x) Konversi

Materi Pembelajaran Kriya Anyam Pandan

Pengguna (Guru Seni Rupa) Ahli


(22)

63

BAB III

METODE PENELITIAN

A. PENDEKATAN DAN METODE PENELITIAN

Pengembangan materi pembelajaran apresiasi dan kreasi seni rupa terapan daerah setempat pada tingkat SMP di Kota Tasikmalaya menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode Research & Development (R&D) atau penelitian dan pengembangan. Penelitian kualitatif mempunyai dua tujuan utama yaitu pertama meggambarkan dan mengungkap (to describe and explore) dan kedua menggambarkan dan menjelaskan (to describe and explain) (Sukmadinata. 2005: 60). Penelitian ini bertujuan menggambarkan, mengungkap serta menjelaskan bagaimana pengembangan materi pembelajaran apresiasi dan kreasi seni rupa terapan daerah setempat yang bersumber pada produk budaya setempat. Pada penelitian ini, menggunakan peneliti sebagai instrumen guna menghasilkan deskripsi yang utuh dari suatu keadaan. Peneliti kualitatif merupakan instrumen pokok untuk pengumpulan dan analisis data. Data didekati melalui instrumen manusia, bukan melalui iventaris, daftar pertanyaan atau alat lain (Patilima. 2007: 57). Penelitian kualitatif pada hakekatnya ialah mengetahui orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya, untuk itu peneliti harus turun ke lapangan dan berada di sana dalam waktu yang cukup lama (Nasution. 1988: 5). Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam


(23)

bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong. 2006: 6). Dengan demikian penelitian ini tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi lainnya tetapi dilakukan secara induktif.

Metode Research & Development (R&D) atau penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono. 2008: 297). Metode Research & Development (R&D) atau penelitian dan pengembangan adalah sebuah strategi atau metoda penelitian yang cukup ampuh untuk memperbaiki praktik (Sukmadinata. 2005: 164). Selanjutnya Sukmadinata menjelaskan bahwa ”Penelitian dan pengembangan adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang sudah ada yang dapat dipertanggungjawabkan”. Dengan demikian metode penelitian dan pengembangan dapat digunakan untuk penelitian yang mengembangkan/mengahasilkan produk tertentu atau memperbaiki produk tertentu. Pada penelitian ini produk yang dimaksud adalah materi pembelajaran kriya anyam pandan sebagai bentuk pengembangan materi pembelajaran apresiasi dan kreasi seni rupa terapan daerah setempat pada tingkat SMP di Kota Tasikmalaya yang bersumber pada hasil penelitian dan pengumpulan data salah satu local genius Tasikmalaya. Dalam pelaksanaan penelitian dan pengembangan ada beberapa metode yang digunakan yaitu metode deskriptif, evaluatif dan eksperimental (Sukmadinata. 2005: 167). Penelitian dan pengembangan materi pembelajaran ini menggunakan metode deskriptif, evaluatif dan eksperimental.


(24)

1. Metode Deskriptif

Metode ini dirancang untuk mengumpulkan imformasi tentang keadaan- keadaan nyata sekarang ketika penelitian berlangsung. Metode ini digunakan pada penelitian awal untuk menghimpun data tentang kondisi yang ada, meliputi: a. Bahan dasar (embrio) untuk produk yang akan dikembangkan yaitu salah

satu local genius Tasikmalaya berupa kriya anyam pandan.

b. Kondisi pihak pengguna yaitu guru-guru mata pelajaran seni budaya (seni rupa) pada tingkat SMP di Kota Tasikmalaya.

c. Kondisi faktor-faktor pendukung dan penghambat pengembangan dan penggunaan dari produk yang akan dihasilkan berupa pengembangan materi pembelajaran kriya anyam pandan mencakup unsur guru, siswa, sarana dan biaya.

Penelitian deskriptif adalah bentuk penelitian yang paling dasar ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia, mengkaji bentuk aktifitas, karakteristik, hubungan, kesamaan dan perbedaannya dengan fenomena lain (Sukmadinata. 2005: 72).

2. Metode Evaluatif/Pengamatan

Metode ini digunakan untuk mengevaluasi/mengamati proses uji coba pengembangan materi pembelajaran kriya anyam pandan. Pengembangan materi pembelajaran ini melalui serangkaian uji coba dan pada setiap uji coba diadakan evaluasi/pengamatan, baik evaluasi terhadap hasil maupun evaluasi proses. Berdasarkan temuan-temuan hasil uji coba diadakan


(25)

penyempurnaan-penyempurnaan. Hal-hal yang diamati yaitu kesesuaian (relevansi), keajegan (konsistensi) dan kecukupan (Adequacy). Relevansi maksudnya adalah adanya kesesuaian antara materi pembelajaran yang dikembangkan dengan pencapaian SK dan KD. Konsistensi adalah keajegan dimana materi pembelajaran yang diajarkan harus mewakili seluruh kompetensi dasar yang ditargetkan dalam suatu pembelajaran. Adequacy artinya kecukupan, maksudnya yaitu materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu peserta didik menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Hal lainnya yang diamati yaitu kesesuaian materi dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial siswa, relevansi dengan karakteristik daerah, struktur keilmuan dan alokasi waktu. 3. Metode Eksperimental

Metode ini digunakan untuk menguji keabsahan dari pengembangan materi pembelajaran kriya anyam pandan. Walaupun dalam tahap uji coba telah ada evaluasi tetapi evaluasi tersebut masih dalam rangka pengembangan produk, belum ada kelompok pembanding. Dalam eksperimen telah diadakan penilaian selain pada kelompok eksperimen juga pada kelompok pembanding atau kelompok kontrol. Pemilihan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan secara acak atau random. Perbandingan hasil eksprimen pada kedua kelompok tersebut dapat menunjukan tingkat keabsahan dari produk yang dihasilkan.

Pengembangan materi pembelajaran apresiasi dan kreasi seni rupa terapan daerah setempat pada tingkat SMP di Kota Tasikmalaya berpedoman pada


(26)

sepuluh langkah pelaksanaan strategi penelitian dan pengembangan (Sugiyono. 2008: 298) yaitu:

1. Menentukan Potensi dan Masalah

Pada tahap ini, peneliti melakukan pengukuran kebutuhan (needs assesment) dengan cara mempertimbangkan jenis produk yang akan dikembangkan dengan memperhatikan kriteria kepentingan untuk bidang pendidikan (pembelajaran), nilai ilmu, pengetahuan peneliti serta perhitungan waktu untuk penelitian. Berdasarkan kepentingan untuk pendidikan (pembelajaran), materi pembelajaran kriya anyam pandan penting untuk dikembangkan dalam rangka memenuhi kebutuhan akan materi pembelajaran apresiasi dan kreasi seni rupa terapan daerah setempat untuk tingkat SMP di Tasikmalaya yang bersumber pada budaya setempat. Hal ini tergambar pada hasil wawancara dengan guru-guru seni budaya SMP Kota Tasikmalaya yang sebagian besar menyatakan bahwa materi pembelajaran apresiasi dan kreasi seni rupa terapan daerah setempat yang digunakan saat ini belum memadai. Materi kriya anyam pandan bersumber pada hasil penelitian yang dikonversi dengan berpedoman pada panduan pengembangan materi pembelajaran yang diterbitkan Dinas Pendidikan Nasional. Materi pembelajaran kriya anyam pandan dikembangkan sebagai ilmu meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor dengan memperhatikan perhitungan waktu yang diperlukan untuk penelitian.

2. Mengumpulkan imformasi

Pada tahap ini peneliti mengumpulkan berbagai imformasi yang dapat di-gunakan sebagai bahan pengembangan materi pembelajaran kriya anyam pandan.


(27)

a. Studi Literatur

Studi literatur dilakukan untuk menemukan teori-teori, kebijakan, peraturan serta menemukan hasil penelitian terdahulu yang berhubungan dengan pengembangan materi pembelajaran apresiasi dan kreasi serta mencari data tentang seni rupa terapan daerah setempat baik melalui buku, jurnal, artikel, majalah, buletin, skripsi, tesis, ensiklopedi, kamus dan browsing data dari internet. Telaah teoritis dan studi literatur dari para pakar ilmu yang telah diuji kebenarannya sangat membantu peneliti.

b. Penelitian dalam Skala Kecil

Penelitian dalam skala kecil dilakukan dalam rangka mengumpulkan data tentang kriya anyam pandan Tasikmalaya sebagai bahan dasar (embrio) dari materi pembelajaran apresiasi dan kreasi seni rupa terapan daerah setempat pada tingkat SMP di kota Tasikmalaya yang akan dikembangkan. Penelitian difokuskan pada kajian bahan, alat, bentuk, fungsi, teknik dan estetik kriya anyam pandan Tasikmalaya. Penelitian ini dilakukan di sentra produksi anyam pandan Rajapolah dan C.V. Mendong K Craft milik Bapak Haji Asep Barnas yang beralamat di Jl. Ir. H. Juanda No. 18 Tasikmalaya (Kec. Cilembang). Dua sentra industri ini mewakili kriya anyam pandan yang dikelola secara tradisional dan modern.

3. Desain Produk

Pada tahap ini peneliti menyusun rencana pengembangan materi pembelajaran apresiasi dan kreasi yang meliputi rancangan yang akan dihasilkan serta proses pengembangannya. Materi pembelajaran apresiasi dan kreasi yang akan dikembangkan adalah materi pembelajaran kriya anyam pandan. Pada


(28)

proses/langkah-langkah penyampaian materi pembelajaran tersebut digunakan pendekatan, model, metode, media dan evaluasi pembelajarannya. Rancangan ini mencakup tujuan penggunaan pengembangan materi pembelajaran, penggunanya dan deskripsi pengembangan materi tersebut. Tujuan penggunaan dari pengembangan materi pembelajaran kriya anyam pandan adalah memenuhi kebutuhan akan materi pembelajaran apresiasi dan kreasi seni rupa terapan daerah setempat pada tingkat SMP di Kota Tasikmalaya yang bersumber pada budaya setempat. Materi ini diharapkan menjadi sumber pembelajaran bagi guru seni budaya dan siswa SMP kelas VII di Tasikmalaya dalam rangka pencapaian SK (9) Mengapresiasi karya seni rupa (10) Mengekspresikan diri melalui karya seni rupa dan KD (9.2) Menampilkan sikap apresiatif terhadap keunikan gagasan dan teknik karya seni rupa terapan daerah setempat dan (10.2) Membuat karya seni kriya dengan teknik dan corak daerah setempat.

Pengembangan produk awal dari pengembangan materi pembelajaran ini adalah hasil penelitian dan pengumpulan data tentang kriya pandan yang dikonversi/disusun dengan memperhatikan panduan pengembangan materi pembelajaran yang diterbitkan oleh Dinas Pendidikan Nasional. Draft materi pembelajaran kriya anya pandan ini dilengkapi dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

4. Validasi Desain

Validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah rancangan produk Materi Pembelajaran Kriya Anyam Pandan, secara rasional sudah mencapai standar atau belum. Validasi disini masih bersifat penilaian


(29)

berdasarkan pemikiran rasional, belum fakta lapangan. Validasi produk dapat dilakukan dengan cara menghadirkan beberapa pakar atau tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk menilai produk baru yang dirancang tersebut (Sugiyono. 2008: 302). Selanjutnya Sugiyono menjelaskan bahwa” Validasi desain dapat dilakukan denan cara peneliti mempresentasikan proses peneitian sampai ditemukan desain tersebut berikut keunggulannya kemudian mendiskusikannya dengan para pakar, dalam hal ini khususnya pakar/ahli pembelajaran seni rupa, sehingga dapat diketahui kelemahan dan kekuatan produk tersebut”. Disamping didiskusikan dengan para pakar/ahli pembelajaran seni rupa juga didiskusikan dengan pemakai produk, yaitu guru seni rupa pada tingkat SMP di Kota Tasikmalaya. Pakar atau tenaga ahli pembelajaran seni rupa yang melakukan penilaian produk materi pembelajaran ini, adalah:

a. Bapak Drs. H. Enday Tarjo, M.Pd (Dosen Jurusan Seni Rupa UPI Bandung)

b. Bapak Ayi Koswara, M.Sn (Dosen Jurusan Seni Rupa UPI Bandung). Adapun pemakai produk di lapangan yaitu guru seni rupa pada tingkat SMP di Kota Tasikmalaya yang melakukan penilaian terhadap produk materi pembelajaran ini, adalah:

a. Nono Tarsono S.Pd (Guru Seni Rupa SMPN 15 Tasikmalaya). b. Dadan Kadarisman, S.Pd (Guru Seni Rupa SMPN 17 Tasikmalaya).

5. Perbaikan Desain


(30)

lalui diskusi dengan para pakar/ahli pembelajaran seni rupa dan pemakai produk, ditemukan beberapa kelemahan. Pada tahap ini, peneliti berupaya untuk mengurangi kelemahan tersebut dengan cara memperbaiki desain.

6. Uji Coba Produk

Setelah draft awal diperbaiki berdasarkan masukan dari pakar/ahli pembelajaran seni juga pemakai produk, yaitu guru seni rupa pada tingkat SMP di Kota Tasikmalaya kemudian diujicobakan di kelas VII A, SMPN 3 Tasikmalaya dalam 3 x pertemuan atau 3 x (2 x 40 menit). Selama uji coba dilaksanakan diadakan pengamatan/observasi.

7. Revisi Produk

Draft materi pembelajaran kriya anyam pandan yang telah diujicobakan diperbaiki dan disempurnakan berdasarkan hasil evaluasi/pengamatan selama uji coba, kemudian diujicobakan kembali di 3 kelas yaitu kelas VII E, VII G, VII H SMPN 3 Tasikmalaya dalam 3 x pertemuan atau 3 x (2 x 40 menit). Selama uji coba dilakukan pengamatan/observasi kembali. Hasil evaluasi/pengamatan selama uji coba, digunakan untuk memperbaiki kembali draft materi pembelajaran tersebut.

8. Uji Coba Pemakaian

Draft yang sudah diperbaiki dan disempurnakan berdasarkan hasil pengamatan pada uji coba sebelumnya selanjutnya diterapkan di SMP lingkup Kota Tasikmalaya yaitu di SMP Al Mutaqin Tasikmalaya, SMPN 1 Tasikmalaya dan di SMPN 4 Tasikmalaya.


(31)

9. Revisi Produk

Hasil pengamatan pada waktu uji coba pemakaian draft materi pembelajaran kriya anyam pandan di SMP Al Muttaqin Tasikmalaya, SMPN 1 Tasikmalaya dan di SMPN 4 Tasikmalaya digunakan untuk revisi produk/draft tersebut.

10. Diseminasi dan Implementasi/Pembuatan Produk Masal.

Setelah dihasilkan materi pembelajarn kriya anyam pandan yang sudah diuji keabsahanya, langkah selanjutnya adalah diseminasi, implementasi dan institusionalisasi. Diseminasi merupakan langkah untuk mensosialiasikan dan menyebarkan hasil penelitian dan pengembangan. Hasil penelitian dan pengembangan materi pembelajaran ini disosialisasikan dan disebarkan kepada guru-guru seni seni rupa pada tingkat SMP di Kota Taikmalaya melalui pertemuan Musyawarah Guru Mata Pelajaran Seni Budaya Kota Tasikmalaya tanggal 5 April 2010 yang diselenggarakan di SMPN 7 Tasikmalaya.

B. INSTRUMEN PENELITIAN

Peneliti kualitatif merupakan instrumen pokok untuk pengumpulan dan analisis data. Data didekati melalui instrumen manusia, bukan melalui iventaris, daftar pertanyaan atau alat lain (Patilima. 2007: 57). Instrumen penelitian pada pendekatan kualitatif adalah peneliti itu sendiri. Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit, ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya (Moleong. 2006: 163), selanjutnya Moleong menjelaskan bahwa” Manusia


(32)

sebagai instrumen atau alat penelitian disini tepat karena ia menjadi segalanya dari keseluruhan penelitian. Peneliti sebagai instrumen harus berupaya menerapkan rambu-rambu, yaitu peneliti harus memahami latar belakang penelitian, mempersiapkan diri, meyakini hubungan di lapangan dan melibatkan diri sambil mengumpukan data (Moleong. 1993: 102). Selanjutnya Moleong menjelaskan bahwa “Peneliti berusaha semaksimal mungkin memahami, mendalami dan menerapkan rambu-rambu yang telah ditentukan tersebut agar tujuan penelitian dapat dicapai”. Proses pengumpulan datanya mengutamakan perspektif emic, artinya mementingkan pandangan subyek penelitian, yakni bagaimana mereka memandang, menafsiran kehidupan dan pendiriannya (Wardhani,RMP. 2007: 71).

C. SUBJEK PENELITIAN

Pada penelitian ini yang menjadi subyek penelitian yaitu stikeholders pendidikan seni budaya yang berada pada tataran operasional di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Mereka adalah guru-guru seni budaya/seni rupa di SMP Negeri 1-21 dan 6 SMP Swasta di kota Tasikmalaya. Data yang ingin diketahui adalah bentuk materi pembelajaran apresiasi dan kreasi seni rupa terapan daerah setempat yang diberikan kepada siswa di sekolah masing-masing. Untuk mendapatkan gambaran lebih lengkap tentang hal tersebut di atas sekaligus untuk kepentingan uji coba pengembangan materi pembelajaran apresiasi dan kreasi seni rupa terapan daerah setempat maka subjek penelitian dipilih secara purposif (sesuai dengan tujuan) sesuai dengan kelaziman dalam penelitian kualitatif. Metode naturalistik tidak menggunakan sampling random atau acak dan


(33)

tidak pula mengunakan populasi sampel yang banyak melainkan dipilih berdasarkan tujuan penelitian (purposive) (Nasution. 1988: 11). Ciri-ciri sampel bertujuan seperti rancangan sampel, pemilihan sampel dengan teknik sampling ’bola salju’ dan pertimbangan, dengan penyesuian berkelanjutan dan penelitian berakhir setelah terjadi pengulangan (Moleong. 1993: 165). Sehubungan dengan itu berdasarkan urgensi serta kemudahan akses imformasi maka subyek penelitian ini terdiri dari:

1. Guru seni rupa kelas VII sebanyak 1 orang (Bapa Ucu Husaeni, S.Pd) dan siswa kelas VII A sebanyak 31 orang dari SMP Negeri 1 Tasikmalaya, Jl. Oto Iskandardinata No. 21 Tasikmalaya, berlokasi di Kecamatan Tawang, mewakili Sekolah Bertaraf Internasional (SBI).

2. Guru seni rupa kelas VII sebanyak1 orang 1 (BapaTatang, S.Sn) dan siswa kelas VII B sebanyak 30 orang di SMP Al Muttaqin, Jl. Jendral Ahmad Yani No. 140 Kota Tasikmalaya, mewakili Sekolah Standar Nasional (SSN).

3. Guru seni rupa kelas VII sebanyak 2 orang (Asep Subjana dan penliti) dan siswa kelas VII A sebanyak 44 orang , VII E sebanyak 43 orang, VII G sebanyak 44 orang, VII H sebanyak 44 orang di SMP Negeri 3 Tasikmalaya, Jl. Merdeka No.17 Tasikmalaya, berlokasi di Kecamatan Tawang, mewakili Sekolah Rintisan Standar Nasional (SRSN).

4. Guru seni rupa kelas VII sebanyak 1 orang (Bapa Dede Burhanudin, S.Pd) dan siswa kelas VII H sebanyak 42 orang di SMP Negeri 4 Tasikmalaya,


(34)

Jl. R.A.A. Wiratanuningrat No.10 Kota Tasikmalaya, mewakili Sekolah Rintisan Standar Nasional (SRSN).

Subyek penelitian yang terdiri dari guru seni rupa kelas VII dan siswa kelas VII di empat sekolah ini diharapkan dapat memberikan gambaran objektif dan mewakili sejumlah 21 SMP Negeri dan 22 SMP Swasta yang berada di kota Tasikmalaya.

D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Untuk mendapatkan data penelitian, sehingga diperoleh data yang valid dan reliabel yang mampu dijadikan dasar untuk menjawab permasalahan penelitian maka dilakukan teknik pengumpulan data dengan cara:

1. Wawancara

Untuk memperoleh data awal bagi pengembangan materi pembelajaran adalah melakukan wawancara dengan guru-guru seni budaya (seni rupa) yang tergabung dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) SMP di Kota Tasikmalaya mengenai materi pembelajaran apresiasi dan kreasi seni rupa terapan daerah setempat yang diberikan di sekolah masing-masing. Wawancara merupakan metode yang sangat penting di dalam penelitian kualitatif dan merupakan wawancara terhadap individu-individu yang dipilih. Terdapat empat tipe wawancara, yaitu: (1) wawancara terstruktur (structured), (2) wawancara semi terstruktur (semistructured), (3) wawancara informal (Informal) (4) dan wawancara retrospective (Fraenkel, R.J. 1993: 385 ). Studi awal untuk mengetahui jenis materi pembelajaran apresiasi dan kreasi seni rupa terapan


(35)

daerah setempat untuk tingkat SMP di Tasikmalaya saat ini menggunakan teknik wawancara informal, seperti percakapan biasa, mencari atau membicarakan apa yang menjadi ketertarikan peneliti dan subyek penelitian. Maksud utama dari wawancara informal adalah untuk menemukan atau memperoleh gambaran mengenai jenis materi pembelajaran apresiasi dan kreasi seni rupa terapan daerah setempat pada tingkat SMP di Kota Tasikmalaya. Wawancara ini bersifat luwes disesuaikan kebutuhan dan kondisi yang di sebut dengan wawancara tidak berstruktur. Wawancara tidak berstruktur sering juga disebut wawancara mendalam, wawancara intensif, wawancara kualitatif, wawancara terbuka (Mulyana. 2001: 180). Wawancara dilakukan juga secara terarah dan tidak terarah. Wawancara tidak terarah adalah wawancara yang bersifat santai, bebas dan memberikan kesempatan yang ditanyakan sesuai dengan pengalaman yang dimilikinya (Nasution. 1992: 20). Wawancara dibagi ke dalam dua fungsi yaitu pertama sebagai modal utama dalam penelitian kedua sebagai pelengkap dari metoda observasi ( Muhajir. 2000: 142).

2. Observasi Partisipasi

Observasi atau pengamatan merupakan teknik pengumpulan data yang melibatkan interaksi sosial anatara peneliti dan subjek dalam suatu penelitian. Melalui pengamatan berperan serta, peneliti dapat berpartisipasi dalam rutinitas subyek penelitian baik mengamati apa yang mereka lakukan, mendengar apa yang mereka katakan dan menanyai orang-orang lainnya di sekitar mereka selama jangka waktu tertentu (Mulyana. 2001: 175). Pada penelitian ini peneliti melakukan observasi partisipasi dimana peneliti mengamati apa yang dikerjakan


(36)

orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan dan berpartisipasi dalam aktivitas mereka (Stainback dalam Sugiono. 2005: 65). Observasi dilakukan dengan mengacu pada prinsip-prinsip: “obsever as particpant”, dimana hasil-hasil observasi dikumpulkan dan dicatat secara rutin, untuk dilakukan pengkategorian data, seperti juga data yang diperoleh dari hasil wawancara dan dari sumber-sumber lain. Observasi atau pengamatan dilakukan pada waktu uji coba pengembangan materi pembelajaran. Pengamatan meliputi kesesuaian (relevansi), keajegan (konsistensi) dan kecukupan (adequacy) dari materi pembelajaran kriya anyam pandan serta mengamati kesesuaian materi dengan potensi siswa, relevansi dengan karakteristik daerah, tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial dan spritual siswa, kebermanfaatan bagi siswa, struktur keilmuan, aktualitas, relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan dan alokasi waktu. Pengamatan berperan serta yaitu menjadi pengamat sekaligus menjadi anggota resmi dari kelompok yang sedang diamati (Maleong.2000: 126-127). Peneliti melakukan observasi partisipasi di empat SMP Negeri dan Swasta di Kota Tasikmalaya yang dijadikan lokasi penelitian.

3. Studi Dokumentasi

Untuk melengkapi, memperjelas dan mempermudah penelitian dan pengembangan materi pembelajaran apresiasi dan kreasi seni rupa terapan daerah setempat untuk tingkat SMP di Kota Tasikmalaya digunakan foto-foto, catatan, serta dokumen yang diperlukan. Studi dokumentasi berupa penelaahan terhadap silabus, pemetaan pembelajaran dan RPP masing-masing sekolah yang berada di lingkungan Kota Tasikmalaya. Beberapa kegiatan yang dilakukan pada saat uji


(37)

coba pengembangan materi pembelajaran didokumentasikan untuk kepentingan pengumpulan data. Studi dokumentasi (documentary study) merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik (Sukmadinata. 2005: 78).

4. Studi Litelatur

Studi literatur dilakukan peneliti bertujuan menemukan teori- teori, kebijakan, peraturan serta menemukan hasil penelitian terdahulu yang berhubungan dengan konsep dan prinsip seni rupa terapan, konsep budaya daerah, materi pembelajaran, apresiasi, kreasi dan pengembangan materi pembelajaran baik melalui buku, jurnal, artikel, majalah, buletin, skripsi, tesis, ensiklopedi, kamus dan browsing data dari internet. Telaah teoritis dan studi literatur dari para pakar ilmu yang telah diuji kebenarannya sangat membantu peneliti. Studi litreratur mengenai konsep dan teori lainnya untuk menunjang pengembangan materi pembelajaran ini adalah studi tentang pendekatan, model, metode, media dan evaluasi pembelajaran.

E. “MEMBER-CHECKS” DAN TRIANGULASI

1. “Member-Checks”

Teknik “member-checks” digunakan untuk melakukan pengecekan kebenaran atau konfirmasi dengan menanyakan langsung kepada yang bersangkutan (Alwasilah. 2000: 172). Pada penelitian ini pengecekan dilakukan kepada 4 orang guru seni rupa yaitu kepada Bapak Ucu Husaeni, S.Pd, Bapak


(38)

Tatang, S.Sn, Bapak Dede Burhanudin dan Bapa Asep Subjana. Peneliti menanyakan kepada ressponden tentang hasil interprestasinya terhadap data yang diperolenya.

2. Triangulasi

Teknik ini merujuk pada pengumpulan informasi atau data dari individu dan latar dengan menggunakan berbagai metode. Cara ini baik untuk mengurangi bias yang melekat pada satu metode dan memudahkan melihat keluasan penjelasan (Alwasilah. 2000: 175,176). “Triangulation: cross checking of data using multiple of data source or multiple data collection procedure” (Fraenkel, R.J. 1993:558). Triangulasi yaitu pemeriksaan silang data dengan menggunakan data dari berbagai sumber atau melalui prosedur pengumpulan data dari berbagai sumber. Dalam rangka memperoleh kepastian data untuk keperluan pengembangan materi pembelajaran kriya anyam pandan dilakukam pemeriksaan silang data, meliputi hasil wawancara dengan guru, observasi selama proses pembelajaran serta mempelajari dokmen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), pemetaan materi pembelajaran serta Rencana Pelaksanaan Pembelajran (RPP).

F. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

Data kualitatif diperoleh dari hasil pengumpulan data dan imformasi dengan berbagai teknik pengumpulan data meliputi teknik wawancara, observasi partisipasi dan studi dokumentasi. Semua data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan model analisis interaktif. Pada penelitin kualitatif tidak ada formula yang pasti,


(39)

data dapat diolah dengan lebih dari satu cara, setiap peneliti harus menemukan gaya keterampilan intelektualnya sendiri (Schumacher. 1997: 505). Selanjutnya Schumacher menjelaskan bahwa ” Pengolahan dan analisis data kualitatif adalah satu kegiatan eclektic (bersifat memilih dari berbagai sumber), tidak hanya ada satu jalan yang “benar”, untuk itu mereka sangat berhati-hati, mereka berharap dapat menghindarkan standarisasi proses, karena ciri dari penelitian kualitatif adalah di dalamnya ada kreativitas si peneliti”.

Pada penelitian kualitatif diperlukan kreativitas peneliti untuk mencari cara yang paling tepat di dalam melakukan pengolahan dan analisis data. Pengembangan materi pembelajaran kriya anyam pandan diawali kegiatan pengumpulan data tentang kriya anyam pandan Tasikmalaya kemudian dianalisis. Pengembangan materi pembelajaran kriya anyam pandan harus memenuhi kebutuhan akan materi pembelajaran apresiasi dan kreasi seni rupa terapan daerah setempat yang bersumber pada culture setempat.

Langkah-langkah analisa data diantaranya koleksi data (data collection), penyederhanan data (data reducional), penyajian data (data display) dan pengambilan kesimpulan (verifikasi conclusion, drawing verving) (Nasution, S.1993: 129).

1. Koleksi Data

Penelitian ini dapat digambarkan sebagai suatu siklus yang diawali dengan adanya kebutuhan akan materi pembelajaran apresiasi dan kreasi seni rupa terapan daerah setempat pada tingkat SMP di Kota Tasikmalaya yang sesuai dengan budaya setempat. Kebutuhan ini tergambar dari koleksi data yang diperoleh pada studi awal melalui teknik wawancara dan observasi yang dilakukan kepada guru-guru seni budaya (seni rupa) yang terhimpun dalam Musyawarah Guru Mata


(40)

Pelajaran (MGMP) Seni Budaya SMP Kota Tasikmalaya. Analisa data diperkuat dengan hasil studi dokumentasi terhadap silabus, pemetaan pembelajaran dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) masing-masing SMP yang menggambarkan bahwa penyusunan materi pembelajaran apresiasi dan kreasi seni rupa terapan daerah setempat pada tingkat SMP di Kota Tasikamalaya belum memadai. Hal ini ditandai dengan kenyataan bahwa hampir seluruhnya menggunakan bahan ajar/materi pembelajaran yang sifatnya nasional/pusat. Berkaitan dengan hal itu maka pada siklus berikutnya dilakukan penelitian dan pengumpulkan data dari salah satu bentuk seni rupa terapan daerah Tasikmalaya yaitu kriya anyam pandan dengan tujuan memperoleh data selengkap mungkin sehingga tergambarkan keberadaan kriya tersebut mencakup bahan, alat, bentuk, fungsi dan estetik yang dapat dijadikan bahan ajar/materi pembelajaran.

2. Reduksi Data

Pada tahap ini seluruh data yang telah diperoleh pada siklus tadi ditelaah dan dianalisa kembali kemudian dikonversi dengan berpedoman pada panduan pengembangan materi pembelajaran yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Naional, menjadi materi pembelajaran namun masih dalam bentuk draft/produk awal, kemudian dikonsultasikan kepada ahli pembelajaran dan pemakai produk (guru seni rupa pada tingkat SMP di Kota Tasikmalaya).

3. Diplay Data

Tahap ini merupakan kegiatan penyusunan hal-hal pokok yang sudah dirangkum secara sistematis sehingga diperoleh tema dan pola yang jelas. Pada siklus ini, draft materi pembelajaran tadi diujicobakan di empat SMP. Selama uji


(41)

coba tersebut dilakukan pengamatan dan evaluasi pada beberapa aspek diantaranya adalah relevansi, konsistensi, kecakupan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD), kesesuaian dengan indikator dan alokasi waktu. Hasil pengamatan dan evaluasi selama uji coba dijadikan masukan untuk perbaikan/penyempurnaan.

4. Kesimpulan dan Verifikasi

Tahap ini merupakan upaya untuk mencari makna dari data yang dikumpulkan dan memantapkan kesimpulan dengan cara member chek yang dilakukan selama atau sesudah data dikumpulkan. Teknik “member-checks” digunakan untuk melakukan pengecekan kebenaran atau konfirmasi dengan menanyakan langsung kepada yang bersangkutan (Alwasilah. 2000: 172). Member-checks digunakan untuk mengecek kebenaran dan imformasi hasil wawancara agar peneliti memiliki tingkat kepercayaan yang cukup baik. Data itu harus diakui dibenarkan oleh sumber imformasi dan diterima kebenarannya oleh sumber atau imforman lainnya. Pada penelitian ini Member-checksdilakukan dengan cara mengkonfirmasi hasil wawancara kepada nara sumber untuk menghindari kesalahan interprestasi dalam pengolahan data. Pada tahap ini diharapkan materi pembelajaran yang dikembangkan telah memenuhi standar.


(42)

G. INDIKATOR PENGEMBANGAN MATERI PEMBELAJARAN Tabel 1

Indikator Pengembangan Materi Pembelajarn Kriya Anyam Pandan

No Aspek yang

diobservasi Indikator

Sesuai Tidak

Sesuai 1 Kesesuaian

(Relevansi)

Kesesuaian materi dengan SK dan KD

2 Keajegan (konsistensi)

Materi pembelajaran yang dikembangkan mewakili SK (9) Mengapresiasi karya seni rupa dan (10) Mengekspresikan diri melalui karya seni rupa.

KD (9.2.) Menampilkan sikap apresiatif terhadap keunikan gagasan dan teknik karyaseni rupa terapan daerah setempat.

(10.2.) Membuat karya seni kriya dengan teknik dan corak daerah setempat.

3 kecukupan (adequacy).

Materi pembelajaran memadai sehingga membantu siswa dalam mencapai SK dan KD

4 Sruktur Keilmuan

Materi pembelajatran terdiri dari kognitif, afektif dan psikomotor.

a. Kelompok kognitif

(pengetahuan/teori) untuk memperoleh wawasan seni dengan jenis materi fakta, konsep dan prinsip.

b. kelompok psikomotor

(praktek/latihan) untuk menguasai kecakapan teknis-motorik maupun kreatif dengan jenis materi prosedur, kelompok latihan dan pembiasan

c. Afektif untuk meningkatkan kemampuan apresiasi,

mencakup kemampuan

perseptual/pengamatan, penikmatan, serta penilaian terhadap karya kriya anyam


(43)

pandan Tasikmalaya dengan jenis materi sikap atau nilai (afektif).

5 Kesuaian materi dengan fisik, emosional sosoial

a. Perkembangan dalam segi fisik memungkinkan siswa mampu mengerjakan tugas-tugas kriya anyam pandan yang memerlukan alat dan perlengkapan.

b. Perkembangan psikologis (mental, emosional, sosial) memungkinkan siswa mendapat tugas dengan tema yang diambil dari kehidupan meliputi kegiatan manusia dengan manusia. Pengerjaan tugas kriya anyam pandan yang dilakukan dengan kerja kelompok dapat membina dan melatih kerja sama serta menumbuhkan saling pengertian sesama kawan.

c.

7 Relevansi dengan karakter daerah

Materi pembelajaran bersumber pada produk budaya setempat.

8 Alokasi waktu

Penyampaian materi pembelajaran sesuai dengan waktu yang disediakan


(44)

Alwasilah, A.C. (2002). Pokoknya Kualitatif. Bandung: Pustaka Jaya. Anonim. (2008). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.

Anonim. (2004). Kurikiulum 2004 Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pedoman Umum Pengembangan Silabus Berbasis Kompetensi.

Anonim. (1994). Pendekatan Sistem Sosial Budaya dalam Pendidikan. Semarang: IKIP Press.

Anonim. (1999). Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional dalam Perspektif Abad 21. Magelang: Tera Indonesia.

Arikunto, S. (1988). Penilaian Program Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Atmoko, Y. (2009). Pelaksanaan metode apresiasi dan proses kreasi dalam

pembelajaran pendidikan seni rupa di sekolah menengah atas (SMA) Negeri 1 wonogiri kabupaten wonogiri. Tesis pada Program Studi

Teknologi Pendidikan, Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta: tidak diterbitkan.

Bahtiar, T. ( 2008). Efektivitas Presentasi Visual dalam Pembelajaran Apresiasi Seni Rupa di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Cileunyi. Tesis Magister Pendidikan pada Program Pascasarjana UNS Solo: tidak diterbitkan. Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Standar Isi. Jakarta: Depdiknas. Budiman, K. (2005). Ikonisitas. Yogyakarta: Penerbit Buku Baik.

Darsono, M. dkk. ( 2000). Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press.

Dimyati. (1999). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Djelantik, A.A.M. (1999). Estetika Sebuah Pengantar. Bandung: MSPI.

Djojonegoro, W. (1998). Pengembangan Sumber Daya Manusia Melalui SMK. Jakarta: Depdikbud.

Djohar. (1999). Reformasi dan Masa Depan Pendidikan di Indonesia. Yogyakarta: IKIP


(45)

Hermawan, Y. (2008). Pelaksanaan Pembelajaran Standar Kompetensi Apresiasi Karya Seni Rupa Kelas VIII Di SMP Negeri 2 Karangrejo. Skripsi Jurusan Seni dan Desain - Fakultas Sastra UM: tidak diterbitkan.

Hidayat. (2008). Kajian Bentuk dan Fungsi Wawadahan Tradisional Sumedang. Makalah pada Seminar Nasional Menggali Budaya Rupa Nusantara. Bandung: UPI.

Ibrahim. (1988). Inovasi Pendidikan. Jakarta: Depdikbud,

Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Ibrahim dan Sukmadinata, N.S. ( 1996). Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

KTSP SMP Negeri 1 Tasikmalaya (2009). KTSP SMP Negeri 3 Tasikmalaya (2009). KTSP SMP Negeri 4 Tasikmalaya (2009). KTSP SMP Al Mutaqin Tasikmalaya(2009) .

Miles, Matthew dan Huberman, A. M. (1988). Qualitative data Analysis. Terjemahaan Tjetjep Rohendi Rohidi. Analisis data Kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia.

Moleong, L.J. (1998). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Moleong, L. J. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Moeliono, A. dkk. (1990). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Moris, W. (1976). The American Heritage Dictionary of the English Language.

Boston: Houghton Mifftin,Co.

Mulyana, D. (2001). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Mulyasa. (2003). Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik, dan Implementasinya. Bandung: Rosda


(46)

Patilima, H. (2007). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan.

Pidarta, M. (1997). Landasan kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Purwadarminta, WJS. (1976). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Ponimin. (2009). Glocal Culture. Seni Kriya dan Kearifan Lokal dalam Lintasan Ruang dan Waktu.Yogyakarta: ISI.

Prawira, NG. (2008). Pengantar Metodologi Penelitian. Bandung: UPI. Prawira, NG. & tim dosen Seni Rupa PGSD/ PGTK. (2005). Seni Rupa dan

Kerajinan. Bandung: UPI.

Rahayu at all (2008). Kajian Etnobotani Pandan Samak (Pandanus odoratissimus L.f.): Pemanfaatan dan Peranannya dalam Usaha MenunjangPenghasilan Keluarga di Ujung Kulon, Banten. Bogor: LIPI.

Ratnawaty. (2007). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Upaya Peningkatan Kompetensi Menganalisis Desain Busana Sesuai Bentuk Tubuh Bermasalah. Tesis Magister Pendidikan pada Sekolah Pascasarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Rohidi, R. (2000). Kesenian dalam Pendekatan Kebudayaan. Bandung: STISI Press.

Rohidi,TR. (2002). Mempersiapkan dan Mengarahkan Seni Kriya Indonesia dalam Era Globalisasi yang Terbuka. Makalah pada Seminar Internasional Seni Rupa PPs ISI. Yogyakarta: ISI

Rohani, A. (1997). Media Intruksional Edukatif. Jakarta:PT Rineka Cipta. Rohidi, T. (1998). “Fungi Seni dan Pendidikan Seni dalam Pendidikan Serta

Implikasi dalam Pengembangan Kebudayaan”. Makalah Disajikan DalamSeminar Pendidikan Tinggi Seni Rupa Dalam Realitas Lokal Dalam Konteks Global. 12-13 September 2001. Bandung: ITB. Rokhman, F. (2002). “Metode Penelitian Kualitatif”. Makalah Disajikan

DalamPelatihan dan Lokakarya LKTI/LKIP 2002 Badan Eksekutif Mahasiswa FBS Unnes 2 Mei 2002.


(47)

RupaTradisional.22-28 Februari 2000. Makasar: UNM.

Sa’ud, US. & Suherman, A. (2006). Inovasi Pendidikan. Bandung: UPI Press. Sa’ud, US. (2007). Modul Metodologi Penelitian Pendidikan Dasar. Bandung:

UPI

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta.

Sukmadinata, SN. (2005). MetodePenelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Tilaar, HAR. (1999). Pendidikan, Kebudayaan dan Masyarakat Madani Indonesia. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Wardhani, RMP. (2007). Pengembangan Kreativitas Siswa dalam Kegiatan Ekstra Kurikuler Menggambar,Studi Kasus Pembelajaran seni Rupa dalam kegiatan ekstra kurikuler Menggambar di Sekolah Dasar Islam Terpadu Ani’mah,Desa Sukamenak,Kecamatan Margahayu,Kabupaten Bandung. Tesis Magister Pendidikan pada Program Pascasarjana UPI. Bandung: tidak diterbitkan

Widagdo (2000). Desain dan Kebudayaan. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan tinggi, Departemen Pendidikan Nasional.

Winkel WS. (1987). Psikologi pengajaran. Jakarta: Gramedia

Yudoseputro, W. (1983). Seni Kerajinan Indonesia. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Soeteja, Z. (2009).Pendidikan Melalui Seni Kriya. Seni Kriya dan Kearifan Lokal dalam Lintasan Ruang dan Waktu.Yogyakarta: ISI.

http://jalidu.multiply.com/journal/item/2, 30 November 2009. http//www.imahtasik.com,12-12- 2009.

id.wikipedia.org/seni rupaterapan, 1-1-2010. id.answer,yahoo.com/question/index, 1-1-2010. mazgun.wordpress.com/seni terapan, 1-1-2010. Suarasurabaya.net November 7, 2009 by brangwetan.


(1)

G. INDIKATOR PENGEMBANGAN MATERI PEMBELAJARAN Tabel 1

Indikator Pengembangan Materi Pembelajarn Kriya Anyam Pandan

No Aspek yang

diobservasi Indikator

Sesuai Tidak Sesuai

1 Kesesuaian

(Relevansi)

Kesesuaian materi dengan SK dan KD

2 Keajegan (konsistensi)

Materi pembelajaran yang dikembangkan mewakili SK (9) Mengapresiasi karya seni rupa dan (10) Mengekspresikan diri melalui karya seni rupa.

KD (9.2.) Menampilkan sikap apresiatif terhadap keunikan gagasan dan teknik karyaseni rupa terapan daerah setempat.

(10.2.) Membuat karya seni kriya dengan teknik dan corak daerah setempat.

3 kecukupan (adequacy).

Materi pembelajaran memadai sehingga membantu siswa dalam mencapai SK dan KD

4 Sruktur Keilmuan

Materi pembelajatran terdiri dari kognitif, afektif dan psikomotor.

a. Kelompok kognitif

(pengetahuan/teori) untuk memperoleh wawasan seni dengan jenis materi fakta, konsep dan prinsip.

b. kelompok psikomotor (praktek/latihan) untuk menguasai kecakapan teknis-motorik maupun kreatif dengan jenis materi prosedur, kelompok latihan dan pembiasan

c. Afektif untuk meningkatkan kemampuan apresiasi, mencakup kemampuan perseptual/pengamatan, penikmatan, serta penilaian terhadap karya kriya anyam


(2)

pandan Tasikmalaya dengan jenis materi sikap atau nilai (afektif).

5 Kesuaian materi dengan fisik, emosional sosoial

a. Perkembangan dalam segi fisik memungkinkan siswa mampu mengerjakan tugas-tugas kriya anyam pandan yang memerlukan alat dan perlengkapan.

b. Perkembangan psikologis (mental, emosional, sosial) memungkinkan siswa mendapat tugas dengan tema yang diambil dari kehidupan meliputi kegiatan manusia dengan manusia. Pengerjaan tugas kriya anyam pandan yang dilakukan dengan kerja kelompok dapat membina dan melatih kerja sama serta menumbuhkan saling pengertian sesama kawan.

c.

7 Relevansi dengan karakter daerah

Materi pembelajaran bersumber pada produk budaya setempat.

8 Alokasi waktu

Penyampaian materi pembelajaran sesuai dengan waktu yang disediakan


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, A.C. (2002). Pokoknya Kualitatif. Bandung: Pustaka Jaya. Anonim. (2008). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.

Anonim. (2004). Kurikiulum 2004 Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pedoman Umum Pengembangan Silabus Berbasis Kompetensi.

Anonim. (1994). Pendekatan Sistem Sosial Budaya dalam Pendidikan. Semarang: IKIP Press.

Anonim. (1999). Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional dalam Perspektif Abad 21. Magelang: Tera Indonesia.

Arikunto, S. (1988). Penilaian Program Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Atmoko, Y. (2009). Pelaksanaan metode apresiasi dan proses kreasi dalam

pembelajaran pendidikan seni rupa di sekolah menengah atas (SMA) Negeri 1 wonogiri kabupaten wonogiri. Tesis pada Program Studi

Teknologi Pendidikan, Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta: tidak diterbitkan.

Bahtiar, T. ( 2008). Efektivitas Presentasi Visual dalam Pembelajaran Apresiasi Seni Rupa di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Cileunyi. Tesis Magister Pendidikan pada Program Pascasarjana UNS Solo: tidak diterbitkan. Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Standar Isi. Jakarta: Depdiknas. Budiman, K. (2005). Ikonisitas. Yogyakarta: Penerbit Buku Baik.

Darsono, M. dkk. ( 2000). Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press.

Dimyati. (1999). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Djelantik, A.A.M. (1999). Estetika Sebuah Pengantar. Bandung: MSPI.

Djojonegoro, W. (1998). Pengembangan Sumber Daya Manusia Melalui SMK. Jakarta: Depdikbud.

Djohar. (1999). Reformasi dan Masa Depan Pendidikan di Indonesia. Yogyakarta: IKIP


(4)

Hanafi, A. (1986). Memasyarakatkan Ide-Ide Baru. Surabaya: Usaha Nasional. Hermawan, Y. (2008). Pelaksanaan Pembelajaran Standar Kompetensi Apresiasi

Karya Seni Rupa Kelas VIII Di SMP Negeri 2 Karangrejo. Skripsi Jurusan Seni dan Desain - Fakultas Sastra UM: tidak diterbitkan.

Hidayat. (2008). Kajian Bentuk dan Fungsi Wawadahan Tradisional Sumedang. Makalah pada Seminar Nasional Menggali Budaya Rupa Nusantara. Bandung: UPI.

Ibrahim. (1988). Inovasi Pendidikan. Jakarta: Depdikbud,

Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Ibrahim dan Sukmadinata, N.S. ( 1996). Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

KTSP SMP Negeri 1 Tasikmalaya (2009). KTSP SMP Negeri 3 Tasikmalaya (2009). KTSP SMP Negeri 4 Tasikmalaya (2009). KTSP SMP Al Mutaqin Tasikmalaya(2009) .

Miles, Matthew dan Huberman, A. M. (1988). Qualitative data Analysis. Terjemahaan Tjetjep Rohendi Rohidi. Analisis data Kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia.

Moleong, L.J. (1998). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Moleong, L. J. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Moeliono, A. dkk. (1990). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Moris, W. (1976). The American Heritage Dictionary of the English Language.

Boston: Houghton Mifftin,Co.

Mulyana, D. (2001). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Mulyasa. (2003). Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik, dan Implementasinya. Bandung: Rosda


(5)

Nasution.(1998). Asas-asas Kurikulum. Bandung: CV. Jemmass. Patilima, H. (2007). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan.

Pidarta, M. (1997). Landasan kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Purwadarminta, WJS. (1976). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Ponimin. (2009). Glocal Culture. Seni Kriya dan Kearifan Lokal dalam Lintasan Ruang dan Waktu.Yogyakarta: ISI.

Prawira, NG. (2008). Pengantar Metodologi Penelitian. Bandung: UPI. Prawira, NG. & tim dosen Seni Rupa PGSD/ PGTK. (2005). Seni Rupa dan

Kerajinan. Bandung: UPI.

Rahayu at all (2008). Kajian Etnobotani Pandan Samak (Pandanus odoratissimus L.f.): Pemanfaatan dan Peranannya dalam Usaha MenunjangPenghasilan Keluarga di Ujung Kulon, Banten. Bogor: LIPI.

Ratnawaty. (2007). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Upaya Peningkatan Kompetensi Menganalisis Desain Busana Sesuai Bentuk Tubuh Bermasalah. Tesis Magister Pendidikan pada Sekolah Pascasarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Rohidi, R. (2000). Kesenian dalam Pendekatan Kebudayaan. Bandung: STISI Press.

Rohidi,TR. (2002). Mempersiapkan dan Mengarahkan Seni Kriya Indonesia dalam Era Globalisasi yang Terbuka. Makalah pada Seminar Internasional Seni Rupa PPs ISI. Yogyakarta: ISI

Rohani, A. (1997). Media Intruksional Edukatif. Jakarta:PT Rineka Cipta. Rohidi, T. (1998). “Fungi Seni dan Pendidikan Seni dalam Pendidikan Serta

Implikasi dalam Pengembangan Kebudayaan”. Makalah Disajikan DalamSeminar Pendidikan Tinggi Seni Rupa Dalam Realitas Lokal Dalam Konteks Global. 12-13 September 2001. Bandung: ITB. Rokhman, F. (2002). “Metode Penelitian Kualitatif”. Makalah Disajikan

DalamPelatihan dan Lokakarya LKTI/LKIP 2002 Badan Eksekutif Mahasiswa FBS Unnes 2 Mei 2002.


(6)

Salam, S. (2000). “Program Muatan Lokal Sebagai Upaya Revitalisasi Seni RupaTradisional”. Makalah Disajikan Dalam Seminar Revitalisasi Seni RupaTradisional.22-28 Februari 2000. Makasar: UNM.

Sa’ud, US. & Suherman, A. (2006). Inovasi Pendidikan. Bandung: UPI Press. Sa’ud, US. (2007). Modul Metodologi Penelitian Pendidikan Dasar. Bandung:

UPI

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta.

Sukmadinata, SN. (2005). MetodePenelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Tilaar, HAR. (1999). Pendidikan, Kebudayaan dan Masyarakat Madani Indonesia. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Wardhani, RMP. (2007). Pengembangan Kreativitas Siswa dalam Kegiatan Ekstra Kurikuler Menggambar,Studi Kasus Pembelajaran seni Rupa dalam kegiatan ekstra kurikuler Menggambar di Sekolah Dasar Islam Terpadu Ani’mah,Desa Sukamenak,Kecamatan Margahayu,Kabupaten Bandung. Tesis Magister Pendidikan pada Program Pascasarjana UPI. Bandung: tidak diterbitkan

Widagdo (2000). Desain dan Kebudayaan. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan tinggi, Departemen Pendidikan Nasional.

Winkel WS. (1987). Psikologi pengajaran. Jakarta: Gramedia

Yudoseputro, W. (1983). Seni Kerajinan Indonesia. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Soeteja, Z. (2009).Pendidikan Melalui Seni Kriya. Seni Kriya dan Kearifan Lokal dalam Lintasan Ruang dan Waktu.Yogyakarta: ISI.

http://jalidu.multiply.com/journal/item/2, 30 November 2009. http//www.imahtasik.com,12-12- 2009.

id.wikipedia.org/seni rupaterapan, 1-1-2010. id.answer,yahoo.com/question/index, 1-1-2010. mazgun.wordpress.com/seni terapan, 1-1-2010. Suarasurabaya.net November 7, 2009 by brangwetan.