PENINGKATAN KOMPETENSI MENULIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MENULIS BERBASIS BUDAYA :Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VII SMP Muhammadiyah 6 Kota Bandung.

(1)

ix DAFTAR ISI

halaman

PERNYATAAN ……… i

ABSTRAK ……… ii

KATA PENGANTAR ……….. iii

UCAPAN TERIMA KASIH ……… vi

DAFTAR ISI ……… ix

DAFTAR TABEL ……… xiv

DAFTAR BAGAN ……….... xv

DAFTAR GRAFIK ………. xvi

BAB I PENDAHULUAN ……….. 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ……… 1

1.2 Pembatasan Masalah Penelitian ………... 10

1.3 Rumusan Masalah Penelitian ……… 13

1.4 Tujuan Penelitian ……… 13

1.5 Anggapan Dasar ……… 14

1.6 Hipotesis Penelitian ……… 14

1.7 Definisi Operasional ………. 15

Bab II KAJIAN TEORETIS ………. 17

2.1 Ihwal Menulis ……….. 17


(2)

x

2.1.2 Fungsi Menulis ………. 19

2.1.3 Tujuan Menulis ……… 22

2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Menulis … 23 2.1.5 Jenis Tulisan ……….. 24

2.1.6 Langkah-langkah Menulis ……… 30

2.1.7 Aspek Linguistik dalam Keterampilan Menulis ………. 36

2.2 Pembelajaran Menulis di SMP ……… 40

2.3 Penilaian Pembelajaran Menulis di SMP ……… 41

2.4 Pembelajaran Berbasis Budaya ……… 43

2.4.1 Pengertian ……… 43

2.4.2 Pembelajaran Melalui Budaya ……… 47

2.4.3 Perubahan Budaya Pembelajaran ……… 50

2.4.3.1 Proses Belajar ... 50

2.4.3.2 Kurikulum ... 52

2.4.3.3 Guru ... 54

2.4.3.4 Siswa ... 56

2.4.4 Pemanfaatan Beragam Sumber Belajar ... 58

2.4.5 Penilaian Hasil Belajar ... 60

2.4.6 Landasan Teori Pembelajaran Berbasis Budaya ... 62

2.4.7 Ciri-ciri Pembelajaran Berbasis Budaya ... 65 2.5 Tinjauan Pembelajaran menulis Berdasarkan Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP) Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di SMP ...


(3)

xi

2.5.1 Sekilas Tentang KTSP ……… 67

2.5.2 Standar Kompetensi ... 68

2.5.3 Kompetensi Dasar ... 68

2.5.4 Indikator ... 69

2.5.5 Metode dan Teknik ... 70

2.5.6 Alat dan Sumber ... 70

2.5.7 Penilaian ... 70

2.6 Penelitian Tindakan Kelas ... 71

2.6.1 Pengertian Penelitian Tindakan Kelas ... 71

2.6.2 Jenis-jenis Penelitian Tindakan Kelas ... 78

2.6.3 Model-model Penelitian Tindakan Kelas ... 80

2.6.4 Tahapan Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ... 83

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN ……….. 87

3.1 Metode Penelitian ………. 87

3.2 Desain Penelitian Tindakan Kelas ………. 88

3.3 Data Penelitian ……….. 89

3.3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ………. 89

3.3.2 Pembelajaran Menulis di SMP Muhammadiyah 6 Bandung 92 3.3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ………... 92

3.4 Prosedur Penelitian ……… 95

3.5 Teknik Pengumpulan Data ………... 98

3.6 Teknik Pengolahan Data ... 101


(4)

xii

3.7.1 Instrumen Persiapan Pembelajaran ………... 103

3.7.2 Instrumen Pelaksanaan Pembelajaran ... 105

3.8 Teknik Analisis Data ... 108

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA ……… 112

4.1 Deskripsi Data ………... 112

4.1.1 Potensi Lingkungan Sekitar sebagai Sumber Bahan Ajar di SMP Muhammadiyah 6 Kota Bandung ... 112 4.1.2 Model Pembelajaran Menulis Berbasis Budaya di Kelas VII SMP Muhammadiyah 6 Kota Bandung ... 121 4.1.3 Pedoman Penilaian Menulis ... 131 4.1.4 Aktivitas dan Keterampilan Guru dalam Merancang Model

Pembelajaran Menulis Berbasis Budaya ... 133

4.1.4.1 Deskripsi Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ...

134

4.1.4.2 Deskripsi Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ...

137

4.1.5 Proses Penerapan Model Pembelajaran Menulis Berbasis Budaya di Kelas VII SMP Muhammadiyah 6 Kota

Bandung ……….

140

4.1.5.1 Deskripsi Pelaksanaan Proses Pembelajaran Siklus I ……….

141

4.1.5.2 Deskripsi Pelaksanaan Proses Pembelajaran Siklus II ...


(5)

xiii

4.2 Analisis dan Pembahasan Hasil Penelitian ………... 152

4.2.1 Analisis dan Pembahasan Model Pembelajaran ... 152

4.2.2 Analisis dan Pembahasan Aktivitas dan Keterampilan Guru dalam Merancang Model Pembelajaran Menulis Berbasis Budaya ... 155 4.2.3 Analisis dan Pembahasan Pelaksanaan pembelajaran .... 156

4.2.4 Analisis Kemampuan Menulis Karangan Siswa ... 160

4.2.4.1 Analisis Kemampuan Menulis Pada Siklus I ... 160

4.2.4.2 Analisis Kemampuan Menulis Pada Siklus II ... 172

4.2.4.3 Data Peningkatan Kemampuan Menulis Siswa .. 192

4.3 Tanggapan Siswa Terhadap Model Pembelajaran Menulis Berbasis Budaya ... 194 4.4 Pembuktian Hipotesis ... 195

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ………. 200

5.1 Simpulan ………... 200

5.2 Saran-saran ………. 201

DAFTAR PUSTAKA ………. 202

LAMPIRAN-LAMPIRAN ………... 207


(6)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Pada masa sekarang, kegiatan pendidikan dihadapkan pada tantangan yang sangat menentukan, berkaitan dengan penyiapan dan pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu berkompetisi dalam tatanan kehidupan di masyarakat sebagai dampak dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pendidikan diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi pribadi-pribadi anggota masyarakat yang mandiri. Pribadi yang mandiri adalah pribadi yang mampu berpikir, menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru, melihat permasalahan serta menemukan cara pemecahan baru yang bernalar dan lebih dapat dipertanggungjawabkan. Dengan kata lain, pendidikan dapat dimaknai sebagai prores mengubah tingkah laku anak didik agar menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan alam sekitar dimana individu itu berada (Sagala, 2003), melainkan juga mampu melakukan perubahan dan menciptakan sesuatu yang baru. Kemandirian ini terbentuk melalui kemampuan berpikir nalar dan kemampuan berpikir kreatif yang mewujudkan kreativitas. Sumber daya manusia seperti itu sungguh diperlukan oleh bangsa kita dalam rangka mewujudkan kehidupan masyarakat yang lebih baik


(7)

Tilaar (1999:130) mengemukakann bahwa salah satu ciri abad 21 adalah menonjolnya kemampuan kreativitas dan produktivitas. Untuk itu, lembaga pendidikan harus mampu meningkatkan kualitas proses dan produknya agar mampu melahirkan manusia-manusia yang handal, baik dalam bidang akademik maupun dalam aspek kebangsaan. Salah satu ciri kreativitas dan produktivitas tercermin pada kemampuan berbahasa. Bahasa merupakan media yang terpenting dalam komunikasi manusia. Dengan bahasa, manusia dapat mengungkapkan pikiran dan perasaannya kepada orang lain. Melalui bahasa kita dapat mengkomunikasikan tiga hal yakni buah pikiran, perasaan, dan sikap. Menurut Keraf (1989 :4), sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan saluran perumusan maksud kita, melahirkan perasaan kita dan memungkinkan kita menciptakan kerja sama dengan sesama warga.

Semua orang menyadari bahwa interaksi dan segala macam kegiatan dalam masyarakat akan lumpuh tanpa bahasa. Dikatakan oleh Harjasujana (1999) bahwa bahasa Indonesia hendaknya tidak hanya digunakan sebagai alat komunikasi, tetapi harus pula berfungsi sebagai "pencerdas" bangsa.

Dalam konteks ini, pengajaran menulis di sekolah-sekolah menampakkan perannya yang sangat penting. Melalui pengajaran menulis, fakta-fakta, perasaan, sikap, dan isi pikiran dapat diungkapkan. Kemampuan untuk mengungkapkan fakta-fakta, sikap, dan isi pikiran


(8)

diperlukan oleh seorang literate. Menurut Cooper (1993 :6), literasi meliputi aspek-aspek keterampilan berbahasa (membaca, menulis, berbicara, mendengarkan) dan aspek berpikir.

Untuk menunjukkan menjadi literate, seseorang perlu memiliki kemampuan menulis. Menurut Akhadiah (1998 : 637), kemampuan itu meliputi kemampuan merenungkan, mengolah, dan menanggapi gagasan secara logis, kritis, analitis, serta kemampuan mengkomunikasikannya melalui bahasa tulis secara jernih dan kreatif. Dengan demikian, kemampuan itu mencakup pula kemampuan membaca.

Menurut Keraf (1998 : 734), kemampuan menulis tidak akan terbentuk hanya dengan kemampuan berbahasa saja, tetapi perlu didukung pula oleh kemampuan bernalar dan kemampuan dasar-dasar retorika. Sebab itu diperlukan syarat-syarat lain agar bahasa kita (dalam bentuk kecilnya berupa kalimat) dapat dirasakan hidup, segar, mudah ditangkap dan dipahami(Keraf :1989 :35). Sebuah kalimat yang efektif mempersoalkan bagaimana ia dapat mewakili secara tepat isi pikiran atau perasaan pengarang, bagaimana ia dapat mewakilinya secara segar, dan sanggup menarik perhatian pembaca dan pendengar terhadap apa yang dibicarakan. Kalimat yang efektif memiliki kemampuan atau tenaga untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca identik dengan apa yang dipikirkan pembaca dan penulis.


(9)

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), mata pelajaran bahasa Indonesia, bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual , sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya , budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan , berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya.

Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia.

Dalam standar kompetensi lulusan tingkat SMP dan Madrasah Tsanawiyah, pengajaran menulis ditujukan agar siswa mampu melakukan berbagai kegiatan menulis untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam bentuk buku harian, surat pribadi, pesan singkat, laporan, surat dinas, petunjuk , rangkuman, teks berita, slogan, poster, iklan baris, resensi, karangan, karya ilmiah sederhana , pidato, surat pembaca, dan berbagai karya sastra berbentuk pantun, dongeng, puisi, dan cerpen(Depdiknas :2006).


(10)

Indonesia di atas. Sekolah sebagai lembaga pendidikan berusaha menanamkannya kepada anak didik. Meskipun bahasa Indonesia sudah diajarkan dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi, hasilnya belum menunjukkan harapan yang menggembirakan.

Beberapa hasil penelitian yang berhubungan dengan pembelajaran menulis yang ditemukan di perpustakaan seperti yang ditulis oleh Sapani (1986) menyimpulkan bahwa siswa masih membuat kesalahan aspek linguistik dalam karangannya. Suherli (2002) menyimpulkan bahwa kemampuan mahasiswa dalam menggunakan bahasa Indonesia ragam keilmuan secara keilmuan masih sangat lemah.

Terbetik juga berita dari Seminar Pengajaran Bahasa Indonesia di Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Jawa Timur. Menurut Haris Sunardi seorang penyaji dalam seminar tersebut menyatakan bahwa keterampilan menulis para siswa masih sangat memprihatinkan. Tulisan/karangan mereka banyak yang kurang sesuai dengan aturan penulisan, baik dari segi ekspresi maupun bahasa; ejaan, tata tulis, tata kalimat. Oleh sebab itu, pembelajaran menulis di sekolah perlu mendapatkan perhatian(LPMP Jatim :2008).

Berdasarkan informasi yang diperoleh peneliti pada SMP Negeri maupun Swasta di Kota Bandung, bahwa kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia yang dilakukan di sekolah-sekolah sebagian besar masih menggunakan proses pembelajaran yang konvensional. Peran siswa dalam proses pembelajaran masih tampak minimal, guru masih


(11)

mendominasi dalam proses pembelajaran. Kegagalan pengajaran bahasa Indonesia sebagian besar disebabkan oleh kesalahan guru walaupun kita tidak dapat menyangkal kesalahan yang juga ditimbulkan oleh hal-hal lain, misalnya sarana pendidikan yang tidak menunjang(Badudu, 1985: 71).

Salah satu upaya untuk menciptakan proses pembelajaran yang bermutu diperlukan guru yang berkualitas tinggi atau guru yang baik. Menurut istilah S. Nasution guru yang baik memiliki ciri-ciri tertentu. Salah satu ciri itu adalah mengaktifkan siswanya dalam belajar (S. Nasution, 1987: 13). Siswa diberi kesempatan untuk mengalami, mencoba, dan melaksanakan atau mempraktikkan apa yang dipelajarinya untuk memperoleh hasil yang lebih mantap.

Benarkah kegagalan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah disebabkan oleh kurang dilibatkan siswa dalam proses pembelajaran yang benar? Strategi belajar mengajar yang bagaimanakah yang perlu dilakukan untuk memecahkan masalah tersebut?

Dalam konteks ini, keberhasilan proses pembelajaran membutuhkan keterlibatan beberapa unsur pengajaran, yaitu; guru, peserta didik, materi pelajaran, media, tujuan, metode pengajaran, dan sarana penunjang lainnya. Perangkat pengajaran tersebut tidak dapat berdiri sendiri. Setiap unsur secara integritas berperan dalam menghasilkan proses pembelajaran. Guru seharusnya tidak lagi mengajar sekedar sebagai kegiatan menyampaikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap kepada siswa. Guru sebaiknya mengajar untuk membelajarkan


(12)

siswa dalam konteks belajar, bagaimana belajar mencari, menemukan, dan meresapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

Salah satu usaha yang dilakukan guru untuk mencapai keberhasilan dalam proses belajar mengajar adalah pemilihan metode yang tepat. Ketepatan guru dalam memilih model atau metode pembelajaran akan berpengaruh terhadap keberhasilan dan hasil belajar siswa. Sagala (2005:174) menyatakan bahwa pengajar harus dapat menggunakan model-model dan pendekatan mengajar yang dapat menjamin pembelajaran berhasil sesuai yang direncanakan.

Model pembelajaran merupakan seperangkat aturan atau prosedur yang berisi rancangan pembelajaran (rencana, tujuan, bahan, kegiatan, dan penilaian). Namun demikian, metode atau model manakah yang tepat agar proses pembelajaran dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Tidak ada satu metode atau model yang dapat diterapkan untuk berbagai kegiatan pembelajaran dalam berbagai situasi dan kondisi. Dahlan(1990:19), menyatakan bahwa sesungguhnya tidak ada satu model mengajar pun yang paling cocok untuk semua situasi, dan sebaliknya tidak ada satu situasi mengajar pun yang paling cocok dihampiri oleh semua metode mengajar. Oleh karena itu, guru sebaiknya memahami dan menguasai macam-macam metode atau model mengajar, karena model mengajar ini merupakan rencana atau pola yang dapat digunakan untuk menentukan proses pembelajaran, merancang materi pengajaran, dan memandu pengajaran di kelas.


(13)

Suatu pendekatan baru yang menarik dalam mengembangkan kreativitas pembelajaran dengan nama pembelajaran berbasis budaya. Pembelajaran ini sebagai salah satu hasil penelitian Contextual Constructivism: Creative Teaching Through Indegenous Arts yang didanai oleh Asian Scholarship Foundation, The Ford Foundation, pada tahun 2002. Landasan teori pembelajaran berbasis budaya didasarkan pada teori Konstruktivisme dalam pendidikan hasil pemikiran Vigotsky, pemikiran Piaget, serta pemikiran Brooks & Brooks. Model pembelajaran ini merupakan strategi pengajaran yang baik untuk mengembangkan kemampuan kreatif siswa. Pembelajaran berbasis budaya dibedakan menjadi tiga macam.(Goldberg, 2000), yaitu: (1) belajar tentang budaya, (2)belajar dengan budaya, dan (3)belajar melalui budaya.

Hasil-hasil penelitian mengungkapkan bahwa pengajaran beberapa bidang studi dengan model pembelajaran berbasis budaya cukup populer di beberapa negara. Contoh-contoh pembelajaran berbasis budaya relatif cukup banyak, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

1. Program SUAVE (Socios Unidos para Artes Via Education)

Program SUAVE yang dilakukan di California Amerika Serikat, merupakan program yang ditujukan untuk membantu guru menggunakan benda-benda seni untuk mengajarkan bidang ilmu seperti matematika, IPA, bahasa, IPS, dan lain-lain, di samping untuk membangkitkan kesadaran dan apresiasi terhadap seni dari suatu komunitas budaya(Goldberg, 2000). Program SUAVE dilaksanakan


(14)

mulai tahun 1994 dengan melibatkan kurang lebih 20 sekolah dan ratusan guru dari sekolah dasar maupun sekolah menengah di wilayah San Marcos, California, dibantu oleh California State University of San Marcos.

Dalam program SUAVE, guru merupakan perancang dan pelaksana pembelajaran. Dalam proses perancang dan pelaksanaan pembelajaran , guru dibantu oleh seniman-seniman dan juga perancang pembelajaran. Kelas-kelas dalam program SUAVE biasanya memiliki karakteristisk yang unik, yaitu partisipasi aktif dari siswa dan guru, berani mengambil resiko, menggunakan metode asesmen yang beragam, dan keikutsrtaan semua siswa.

2. Etnomatematika di Filipina.

Salah satu wujud pembelajaran berbasis budaya adalah etnomatematika yang dipekenalkan oleh D’Ambrosio (1985) dan Nunes (1992). Etnomatematika dipersepsikan sebagai lensa untuk memandang dan memahami matematika sebagai suatu hasil budaya atau produk budaya.

Di Filipina gerakan etnomatematika sudah dilaksanakan oleh UP College of Bagulo Discipline of Mathematics (1996). Kelompok UPCB tersebut mencoba mempelajari teori struktur aljabar yang ada pada pola tenun tradisional , pola musik, dan sistem persaudaraan dalam budaya.


(15)

3. Pembelajaran Inovatif IPA – TORAY

Toray Science Foundation, yaitu sebuah yayasan Jepang yang berada di Indonesia. Program ini dimulai sejak tahun 1994, dan diikuti oleh ratusan guru IPA SMU setiap tahunnya yang secara khusus mengharuskan guru IPA untuk melakukan pembelajaran IPA berbasis budaya.

Model pembelajaran berbasis budaya ini tampaknya belum banyak diterapkan dalam proses kegiatan belajar mengajar pada umumnya termasuk juga dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Oleh karena itu, model pembelajaran menulis berbasis budaya ini perlu diterapkan untuk diuji efektifitasnya dalam meningkatkan kemampuan menulis pada siswa kelas VII SMP. Apakah penerapan model pembelajaran menulis berbasis budaya dapat meningkatkan prestasi siswa?

1.2 Pembatasan Masalah Penelitian

Sebelum dikemukakan rumusan masalah, perlu kiranya disampaikan terlebih dahulu ruang lingkup atau pembatasan masalah penelitian ini. Penelitian ini difokuskan pada proses pembelajaran menulis dengan model pendekatan pembelajaran menulis berbasis budaya. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 6 Bandung.

Pembelajaran menulis dengan pendekatan model pembelajaran menulis berbasis budaya bertujuan mengembangkan kreativitas siswa yang diharapkan mampu mendorong siswa terlibat aktif dalam tindakan kreatif takkala menulis di kelas .


(16)

Dalam penelitian ini materi pelajaran atau pokok bahasan yang akan dicobakan dengan penerapan pembelajaran menulis dengan pendekatan model pembelajaran menulis berbasis budaya. Pemilihan materi tersebut didasarkan pada pemikiran bahwa menulis merupakan proses kognitif. Tarigan (1994:1) mengemukakan bahwa menulis sebagai suatu keterampilan, hanya diperoleh dengan jalan praktik dan banyak latihan. Berbahasa tulis bersifat abstrak, oleh sebab itu sulit bagi anak.

Seseorang yang akan menyusun tulisan atau karangan, betapapun sederhananya sebuah tulisan atau karangan, ia harus mempunyai ide, menguasai sejumlah kosakata, merangkaikannya menjadi kalimat, kemudian menyusum kalimat-kalimat itu menjadi kesatuan yang padu dalam paragraf-paragraf. Agar tulisan itu dapat dipahami secara mudah, seseorang dituntut pula mempunyai keterampilan menggumakan tanda baca serta tata aturan ejaan yang berlaku.

Menulis seperti halnya dikemukakan oleh Alwasilah dan Suzanna (2005:218) sekurang-kurangnya melibatkan lima unsur agar siswa mampu menulis, yaitu: (1) giatkan menulis kolaboratif; (2) tumbuhkan rasa senang waktu menulis; (3) berikan feedback; (4) gunakan bidang studi sebagai media; dan (5) ajarkan menulis sedini mungkin.

Rusyana (1984: 191) mengemukakan bahwa, keterampilan menulis harus melibatkan berbagai kemampuan, seperti kemampuan


(17)

menguasai gagasan, kemampuan menggunakan unsur-unsur bahasa, kemampuan menentukan bentuk karangan, kemampuan menggunakan gaya, dan kemampuan menggunakan ejaan serta tanda baca

Oleh karena itu, siswa perlu mendapatkan bimbingan dan latihan menulis. Keterampilan menulis dapat dilatih berdasarkan langkah-langkah tertentu. Kegiatan menulis merupakan suatu proses, yaitu proses penulisan dengan bimbingan yang sistematis dan latihan yang intensif. Proses menulis dapat diawali dengan adanya ide-ide, penyeleksian ide-ide, kemudian mengembangkannya menjadi sebuah karangan (Syamsuddin A.R., 1994:14-17).

Kemampuan menulis bagi siswa mempunyai fungsi sebagai sarana belajar. Lebih dari itu, Akhadiah (1988:1-2) berpendapat beberapa alasan yang jauh lebih penting: (1) dengan menulis kita dapat lebih mengenali kemampuan dan potensi diri kita, (2) menulis dapat mengembangkan berbagai gagasan, (3) menulis memaksa kita menguasai informasi, (4) menulis berarti mengorganisasikan gagasan secara sistematik serta mengungkapkannya secara tersurat, dan (5) kegiatan menulis yang terencana akan membiasakan kita berpikir serta berbahasa tertib.

Sesuai dengan program di atas, penelitian ini diberi judul

Peningkatan Kompetensi Menulis Melalui Model Pembelajaran Menulis Berbasis Budaya (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VII SMP Muhammadiyah 6)


(18)

Tujuannya, mengkaji seberapa besar tingkat keterlibatan atau aktivitas siswa dalam proses belajar menulis dengan menggunakan model pembelajaran menulis berbasis budaya, dan menguji efektivitas model pembelajaran tersebut.

1.3 Rumusan Masalah Penelitian

Sesuai dengan ruang lingkup masalah di atas , maka masalah pokok penelitian ini dirumuskan sebagi berikut. Apakah model pembelajaran menulis berbasis budaya yang dikembangkan dalam penelitian ini dapat meningkatkan keterampilan menulis? Permasalahan tersebut penulis uraikan dalam rumusan masalah berikut ini.

1) Adakah perbedaan hasil yang signifikan antara pembelajaran menulis sebelum dan sesudah menggunakan model pembelajaran menulis berbasis budaya di kelas VII SMP Muhammadiyah 6 Kota Bandung ? 2) Model pembelajaran manakah yang lebih efektif meningkatkan

kemampuan menulis siswa, model pembelajaran menulis berbasis budaya atau model konvensional?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disampaikan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Mengkaji perbedaan hasil yang signifikan antara pembelajaran menulis sebelum dan sesudah menggunakan model


(19)

pembelajaran menulis berbasis budaya di kelas VII SMP Muhammadiyah 6 Kota Bandung.

2) Menguji efektivitas model pembelajaran antara model pembelajaran menulis berbasis budaya dan model konvensional dalam meningkatkan kompetensi menulis siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 6 Bandung

1.5 Anggapan Dasar

Anggapan dasar adalah sesuatu hal yang diyakini kebenarannya oleh peneliti (Arikunto, 2002:61). Atas dasar tersebut peneliti berasumsi sebagai berikut;

1) Setiap siswa memiliki kemampuan menulis dan kemampuan berpikir dengan tingkat yang berbeda-beda.

2) Kemampuan menulis siswa dapat dipelajari dan dilatih.

3) Menulis merupakan komponen berbahasa yang sangat penting. 4) Model menulis tertentu dapat meningkatkan kemampuan menulis

siswa.

1.6 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan pernyataan tentang suatu hal yang bersifat sementara yang harus diuji kebenarannya secara empiris. Hipotesis memiliki fungsi menguji kebenaran suatu teori, memberi ide untuk mengembangkan suatu teori, dan memperluas pengetahuan kita


(20)

mengenai gejala-gejala yang kita pelajari. Oleh karena itu, hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1) Ada perbedaan hasil yang signifikan antara pembelajaran menulis sebelum dan sesudah menggunakan model pembelajaran menulis berbasis budaya di kelas VII SMP Muhammadiyah 6 Kota Bandung. 2) Model pembelajaran menulis berbasis budaya lebih efektif meningkatkan kemampuan menulis siswa daripada model konvensional.

1.7 Definisi Operasional

Sesuai dengan penjabaran variabel di atas, definisi operasional penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.

1) Model Pembelajaran berbasis budaya merupakan strategi penciptaan lingkungan belajar dan perancangan pengalaman belajar yang mengintegrasikan budaya sebagai bagian dari proses pembelajaran. Pembelajaran berbasis budaya dilandaskan pada pengakuan terhadap budaya sebagai bagian yang fundamental bagi pendidikan, ekspresi dan komunikasi suatu gagasan, dan perkembangan pengetahuan.

2) Kemampuan menulis adalah kemampuan siswa SMP dalam mengorganisasikan gagasan secara tertulis yang tercermin dalam isi dan komposisi tulisan dengan memperhatikan aspek kebahasaan


(21)

yang tercermin dalam penggunaan kata, kalimat, dan mekanika penulisan.

3) Model Konvensional didefinisikan sebagai model pembelajaran berdasarkan kelaziman, kebiasaan atau tradisional dalam pemberian informasi oleh guru, pemberian contoh soal oleh guru, diskusi dan tanya jawab yang dilakukan oleh guru dapat dimengerti oleh siswa.


(22)

BAB III

METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode merupakan cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Sedangkan penelitian adalah kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis, dan penyajian data yang dilakukan secara sistematis dan objektif untuk memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis untuk mengembangkan prinsip-prinsip umum(Depdikbud, 1995: 625 dan 1028). Berdasarkan penjelasan tersebut, penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis reflektif terhadap berbagai aksi atau tindakan yang dilakukan oleh guru/pelaku. Penerapan PTK dalam pendidikan dan pembelajaran memiliki tujuan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktik pembelajaran secara berkesinambungan sehingga meningkatkan mutu hasil instruksional; mengembangkan keterampilan guru; meningkatkan relevansi; meningkatkan efisiensi pengolahan instruksional serta menumbuhkan budaya meneliti pada komunitas guru(Depdiknas, 2003:6)


(23)

terjadi di dalam kelas atau proses pembelajaran yang terjadi di kelas, bukan pada input kelas (Materi, silabus, dll) ataupun Output (Hasil belajar). Dengan demikian, PTK merupakan kegiatan tindakan dengan mengujicobakan suatu ide kedalam situasi nyata melalui proses bimbingan, latihan, dan pembelajaran di dalam kelas dengan harapan mampu memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses pembelajaran.

3.2 Desain Penelitian Tindakan Kelas

Suatu penelitian memiliki metode penelitian atau rancangan penelitian (research design) tertentu. Desain penelitian yang dipakai adalah The action research spiral (based on Kemmis and MC Taggart dalam Hopkins 1988: 14) Program-program tindakan diurutkan seperti pada bagan 3.1: Rancangan Penelitian

Berdasarkan alur tahapan pelaksanaan penelitian pada bagan 01 dapat dijelaskan bahwa penelitian dimulai dari PERENCANAAN — TINDAKAN — OBSERVASI — REFLEKS1 (Yaitu merenungkan, memikirkan, dan menilai) — PERENCANAAN (atau perencanaan kembali atau perbaikan rencana) — TINDAKAN -OBSERVASI — REFLEKS1 ... Dan seterusnya hingga mencapai tujuan akhir atau memperoleh hasil yang memuaskan.


(24)

BAGAN 3.1 RANCANGAN PENELITIAN

3.3 Data Penelitian

3.3.1 Deskripsi Lokasi Penelitiaan

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 6 Kota Bandung Sekolah tersebut beralamat di Jalan Sukagalih Gg. H. Gojali nomor 134. Cipedes Sukajadi Kota Bandung. Sebagai salah satu SMP Islam di Kota Bandung, sekolah ini cukup representatif. Sarana dan prasarananya cukup memadai. Keadaan kelas di sekolah ini rata-rata 30 sampai 40 orang setiap kelasnya. Melihat keadaan kelas dan lingkungannya keadaan ini tidak menghambat lancarnya KBM. Perincian keadaan kelas di SMP Muhammadiyah 6 Kota Bandung dapat dicermati pada tabel berikut ini.

Reflection Act Observation

Plan

Observation

Reflection Act


(25)

TABEL 3.1

KEADAAN DATA SISWA

Tahun Ajaran

Jml Pendaftar Calon Siswa

Baru

Kelas VII Kelas VIII Kelas IX Jml Total siswa (VII, VIII,IX) JmI siswa Jml rombel Jml siswa Jml rombel Jml siswa Jml rombel Jml siswa Jml rombel Tahun 2004/2005

65 63 2 44 2 63 2 170 6

Tahun 2005/2006

85 84 2 60 2 42 2 186 6

Tahun 2006/2007

71 71 2 86 3 61 2 218 7

Tahun 2007/2008

75 60 2 74 2 82 2 216 6

Tahun 2008/2009

120 80 2 67 2 74 2 214 6

Pada tataran tertentu, keadan guru di SMP Muhammadiyah 6 Kota Bandung, relatif memadai. Berdasarkan komposisi jumlah siswa dengan guru, jumlah guru tersebut cukup ideal sehingga proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah tersebut dapat berjalan dengan lancar. Keadaan data guru tersebut dapat dicermati pada paparan tabel berikut ini.


(26)

TABEL 3.2 DATA GURU JUMLAH GURU/STAF BAGI SEKOLAH /MADRASAH NEGERI BAGI SEKOLAH /MADRASAH SWASTA KETERANGAN Guru Tetap

(Yayasan ) - 13 orang

Guru Tidak Tetap/

Guru Bantu - 2 orang

Guru PNS

Dipekerjakan - 5 orang

Staf Tata Usaha - 2 orang

Lingkungan sekolah di SMP Muhammadiyah 6 cukup kondusif dan representatif. Dengan kelengkapan ruangan dan pendukung lainnya, SMP ini dapat menjalankan proses pendidikan dengan lancar. Selengkapnya, paparan tersebut dapat diamati pada tabel di bawah ini.

TABEL 3.3

KEADAAN BANGUNAN SMP MUHAMMADIYAH 6 KOTA BANDUNG

JENIS JML

KONDISI KATEGORI

KERUSAKAN

KETERANGAN BAIK RUSAK

1 2 3 4 5 6

Ruang Kepala Sekolah 1 ruang v Ruang Guru 1 ruang v

Ruang Kelas 9 ruang 8 1 50% Ruang Perpustakaan 1 ruang v

Ruang Lab IPA - ruang Ruang Keterampilan - ruang


(27)

1 2 3 4 5 6 Lab Bahasa - ruang

Lab Komputer 1 ruang v Ruang Serbaguna 1 ruang v

3.3.2 Pembelajaran Menulis di SMP Muhammadiyah 6

Dari data yang diperoleh bahwa pembelajaran menulis khususnya pada pelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMP Muhammadiyah 6 selama ini belum ada upaya guru untuk memanfaatkan model pembelajaran menulis berbasis budaya. Proses pembelajaran menulis karangan dilakukan sesuai dengan petunjuk yang ada pada buku pegangan siswa atau buku paket, sehingga siswa mengalami kesulitan dalam menuangkan gagasannya.

Bertolak dari data yang diperoleh tersebut, penelitian dengan menerapkan model pembelajaran menulis berbasis budaya perlu dilakukan.

3.3.3 Populasi dan Sampel penelitian

“Populasi adalah keseluruhan subjek, (Arikunto, 1998 :115). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 6 Kota Bandung

“Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti, (Arikunto, 1998: 117). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII A yang berjumlah 35 orang.


(28)

TABEL 3.4

DAFTAR SISWA KELAS VII A

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MUHAMMADIYAH 6 KOTA BANDUNG

TAHUN PELAJARAN 2008/2009 Nomor

Nama Siswa L/

P Keterangan

Urut Induk

1 2 3 4 5

1 080907001 Agus Gumilar L S-01

2 080907002 Agus Sunandar L S-02

3 080907003 Alen Dereas Putri L S-03

4 080907004 Anzas Pratama L S-04

5 080907005 Budi Septiana L S-05

6 080907006 Cici P S-06

7 080907007 Daniswara L S-07

8 080907008

Deby Putri

Alexander P

S-08

9 080907009 Deni Rahman L S-09

10 080907010 Dewi Ratnawati P S-10

11 080907011 Diki Alamsah L S-11

12 080907012 Dreansah L S-12

13 080907013 Eulis Karlina P S-13

14 080907014 Febrian Dwi Sarah P S-14

15 080907015 Hendra Taryana L S-15

16 080907016 Ilman Abdullah L S-16


(29)

1 2 3 4 5

18 080907018 Irma Nurmalasari P S-18

19 080907019 Iskandar L S-19

20 080907020 Jaelani L S-20

21 080907021 Karsiti P S-21

22 080907022 Lina Novitasari P S-22

23 080907023 Nabila Putri Utama P S-23

24 080907024 Nurhasanah P S-24

25 080907025 Nuriska P S-25

26 080907026 Nurmalah P S-26

27 080907027 Nursyarif L S-27

28 080907028 Rati Julianti P S-28

29 080907029 Restu Pebriarito L S-29

30 080907030 Riki Rahmawati P S-30

31 080907032 Rizal Wardani L S-31

32 080907034

Siti Kurnia Putri

Utami P

S-32

33 080907035 Siti Nurhayati P S-33

34 080907037 Tanti Anggraeni Fitri P S-34

35 080907038

Ujang Engkos

Koswara L

S-35

Keterangan : L = 17

P = 18


(30)

3.4 Prosedur Penelitian

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini direncanakan sebanyak 2(dua) siklus secara berkelanjutan. Setiap siklus mengembangkan satu model pembelajaran menulis berbasis budaya dalam satu pokok bahasan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Perlakuan pertama mata pelajaran bahasa Indonesia dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 8 Oktober 2008 pada jam pelajaran ke-3 dan ke-4 selama 90 menit di kelas VII . Siklus kedua dilaksanakan seminggu setelahnya, yakni tanggal 15 Oktober 2008. Pelaksanaan perlakuan yaitu penerapan model pembelajaran bahasa Indonesia berbasis budaya dalam pokok bahasan mendengarkan mengikuti tiga alur kegiatan yaitu: pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup.

1) Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan merupakan tahap perencanaan model yang akan dituangkan ke dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Pada kegiatan ini, penulis mengadakan kegiatan pembinaan terhadap guru mata pelajaran Bahasa Indonesia. Kegiatan yang peneliti lakukan adalah sebagai berikut.

a. Menentukan salah seorang guru pada masing-masing mata pelajaran tersebut yang akan dijadikan sebagai objek penelitian; b. berdiskusi dengan kedua guru tersebut tentang model


(31)

c. menyiapkan media seperti kurikulum, silabus, dan berbagai sumber yang berisi potensi budaya daerah yang dapat dikembangkan; d. membuat sketsa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang

memuat: standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, indikator, tujuan pembelajaran, metode pembelajaran, skenario pembelajaran, dan evaluasi;

e. menyiapkan format pengamatan; dan

f. meminta satu orang guru yang telah ditentukan untuk menyusun model pembelajaran yang dituangkan ke dalam RPP berdasarkan sketsa tersebut.

2) Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan penelitian tindakan sekolah yang dilakukan peneliti dapat dikemukakan sebagai berikut.

a. Menyimak pemaparan guru bahasa Indonesia mengenai RPP berbasis budaya yang telah disusun;

b. Menganalisis RPP yang dibuat guru untuk melihat kandungan budaya daerahnya;

3) Tahap Pengamatan/Observasi

Pengamatan yang dilakukan dalam penelitian tindakan sekolah yaitu dengan menggunakan lembar pengamatan yang telah disiapkan. Antara lain:


(32)

a. Mengamati RPP yang telah disusun guru dengan menggunakan pedoman pengamatan. Pedoman pengamatan meliputi:

(1) Ketersediaan uraian RPP mengenai: gambaran perolehan pengetahuan, pengetahuan keilmuan, keterampilan pemecahan masalah, strategi pemecahan masalah, kemampuan bernalar ilmiah.

(2) Kejelasan sistem penilaian;

(3) Nilai-nilai budaya daerah yang disinergikan.

b. Mengamati aktifitas penerapan RPP yang telah disusun guru dalam proses pembelajaran di kelas, baik pada mata pelajaran bahasa Indonesia.

4) Tahap Refleksi

Hasil pengamatan yang diperoleh selama berlangsungnya kegiatan bimbingan penyusunan model pembelajaran dan penerapan model pembelajaran menulis berbasis budaya segera dianalisis. Berdasarkan hasil analisis ini, peneliti dengan observer dan guru yang bersangkutan melakukan refleksi untuk menyimpulkan hasil penelitian dan merencanakan langkah berikutnya.

Penelitian tindakan kelas ditetapkan berhasil apabila guru:

a. Memahami penjelasan tentang kurikulum dan cara menyusun RPP; b. Mampu mengembangkan kurikulum menjadi model pembelajaran


(33)

c. Mampu menerapkan model pembelajaran menulis berbasis budaya dalam proses pembelajaran;

d. Mampu meningkatkan pengetahuan siswa dalam mata pelajaran tertentu yang bersinergi dengan budaya daerah. Peningkatan tersebut dapat ditentukan berdasarkan perolehan nilai akhir pada setiap siklusnya.

Hasil yang diperoleh dari siklus I dijadikan acuan atau rujukan dalam menentukan kegiatan siklus 2 sehingga kegiatan penelitian tindakan sekolah dapat dilaksanakan secara berkesinambungan dan memiliki keterkaitan yang tinggi. Ini dilakukan agar mendapatkan hasil penelitian yang valid sehingga indikator keberhasilan yang telah ditetapkan dapat dicapai secara efektif. Dengan kata lain, kelemahan dan kekurangan yang terjadi pada siklus I dapat dijadikan bahan untuk perbaikan pada siklus berikutnya.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah teknik observasi dan wawancara. Penggunaan kedua teknik ini ditunjukan untuk memudahkan peneliti dalam mengumpulkan data secara akurat dan valid dalam memperoleh data pemahaman dan keterampilan guru dalam mengembangkan model pembelajaran menulis berbasis budaya.


(34)

1) Teknik Observasi

Teknik observasi ditujukan untuk mendapatkan data aktifitas atau keterampilan guru dalam memahami kurikulum dan sumber potensi budaya daerah sebagai bekal dalam penyusunanRencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Data penelitian ini selanjutnya diolah untuk mendapatkan gambaran tersebut sebagai bekal peneliti untuk mengadakan bimbingan dan persiapan penyusunan model pembelajaran. Melalui teknik observasi pun akan terkumpul data hasil perancangan dan penyusunan RPP yang disusun oleh guru pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Data hasil tersebut tergambar melalui penerapan model dalam proses pembelajaran. Hal ini akan menjadi tolak ukur kemampuan guru dalam menyusun model pembelajaran berbasis budaya. Dengan demikian, data tersebut dapat dijadikan bahan tindakan lanjutan melalui bimbingan dan praktik pembuatan RPP berbasis budaya.

2) Teknik Wawancara

Teknik wawancara digunakan untuk mengetahui mengatasi berbagai permasalahan guru dalam merancang dan menerapkan model pembelajaran. Melalui kegiatan wawancara, baik peneliti maupun guru, akan terjalin sebuah komunikasi konstruktif dalam mengatasi berbagai kendala pada saat mengadakan tindakan dan refleksi.


(35)

3) Teknik Eksperimen

Teknik eksperimen ditujukan untuk mengumpulkan data hasil perancangan dan penyusunan RPP yang disusun oleh guru pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Data hasil tersebut tergambar melalui penerapan model dalam proses pembelajaran. Hal ini akan menjadi tolak ukur kemampuan guru dalam menyusun model pembelajaran berbasis budaya. Dengan demikian, data tersebut dapat dijadikan bahan tindakan lanjutan melalui bimbingan dan praktik pembuatan RPP berbasis budaya.

4) Teknik Tes

Tes dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan siswa setelah memperoleh perlakuan berupa penerapan model pembelajaran menulis dengan pendekatan pembelajaran menulis berbasis budaya di kelas VII SMP Muhammadiyah 6 Kota Bandung.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dikemukakan bahwa teknik pengumpulan data meliputi: (a) pengumpulan data aktifitas dan keterampilan guru dalam merancang model pembelajaran berbasis budaya dalam RPP melalui lembar pengamatan; (b) pengumpulan hasil perancangan berupa model pembelajaran menulis berbasis budaya; (c) pengumpulan data hasil penerapan model yang tergambar melalui prestasi belajar siswa; dan (d) pengumpulan hasil kegiatan siklus I dan II akan menjadi bahan perbandingan.


(36)

3.6 Teknik Pengolahan Data

Setelah seluruh data penelitian terkumpul, peneliti selanjutnya mengolah data penelitian. Pengolahan data merupakan salah satu langkah yang sangat penting dalam kegiatan penelitian.

Pengolahan data dalam penelitian ini, penulis menggunakan analisis data t-test. Analisis ini digunakan untuk menilai tulisan siswa termasuk juga untuk menganalisis data yang diperoleh dari proses pembelajaran sebelum dan sesudah memperoleh perlakuan dengan model pembelajaran menulis berbasis budaya. Berkut ini penulis kemukakan rumusan statistik dan hipotesis penelitian tersebut.

1. Deskripsi hasil penelitian; 2. Pengujian hipotesis:

a) Adakah perbedaan hasil yang signifikan antara pembelajaran menulis sebelum dan sesudah menggunakan model pembelajaran menulis berbasis budaya di kelas VII SMP Muhammadiyah 6 Kota Bandung ?

b) Model pembelajaran manakah yang lebih efektif meningkatkan kemampuan menulis siswa, model pembelajaran menulis berbasis budaya atau model konvensional?


(37)

Pertanyaan penelitian tersebut kemudian penulis turunkan menjadi: H1 = ada perbedaan yang signifikan antara skor rata-rata tes awal dan skor rata-rata tes akhir melalui model pembelajaran menulis berbasis budaya.

H0 = tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor rata-rata tes

awal dan skor rata-rata tes akhir melalui model pembelajaran menulis berbasis budaya..

Perhitungan statistik yang digunakan dalam pengukuran hipotesis penelitian tersebut menggunakan pengujian t-test untuk membandingkan mean hasil tes awal (kemampuan awal) dan tes akhir (prestasi hasil belajar). Rumus perhitungannya adalah:

Md th = ---

) 1 (

2

N N

d x

Keterangan:

Md = mean dari perbedaan tes awal dan tes akhir Xd = deviasi masing-masing subjek (d-Md)

x2d= jumlah kuadrat deviasi N = subjek pada sampel


(38)

3.7 Instrumen Penelitian

3.7.1 Instrumen Persiapan Pembelajaran

Instrumen yang digunakan dalam persiapan pembelajaran adalah instrumen penyusunan persiapan mengajar untuk pembelajaran menulis berupa rencana (skenario) pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran menulis berbasis budaya. Penyusunan instrumen tersebut berupa

1) menentukan topik pembelajaran; 2) menentukan alokasi waktu;

3) merumuskan tujuan pembelajaran;

4) menyiapkan media pembelajaran yang diperlukan; dan 5) menyusun rencana pembelajaran.

Skenario pembelajarannya mengikuti alur seperti tampak pada gambar (bagan) berikut ini.


(39)

BAGAN 3.2

ALUR MODEL PEMBELAJARAN MENULIS BERBASIS BUDAYA

Model PembelajaranMenulis

Berbasis Budaya Pendahuluan

Penyampaian TPK Pengondisian siswa Apersepsi Kegiatan Inti Konfrontasi Orientasi Masalah Menganalisis Inkuiri Sintesis Menyimpulkan Evaluasi Transfer Penyajian Masalah baru Pemecahan masalah Penutup Kesimpulan Tes Akhir Umpan Balik (Feed Back) Teknik Mengenali dan memecahkan masalah


(40)

3.7.2 Instrumen Pelaksanaan Pembelajaran

Instrumen yang digunakan dalam mengamati pelaksanaan proses pembelajaran yaitu lembar observasi, angket, dan tes. Lembar observasi digunakan untuk mendapatkan data yang dijadikan bahan informasi tentang kualitas pembelajaran. Lembar angket terdiri dari angket siswa dan guru. Angket siswa digunakan bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tanggapan siswa setelah mereka mengalami perlakuan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran menulis berbasis budaya. Sedangkan angket guru dipergunakan untuk mengetahui respon guru terhadap model pembelajaran menulis berbasis budaya. Lembar tes digunakan untuk mendapatkan data kemampuan menulis siswa.

a) Angket siswa

Angket ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tanggapan siswa setalah mereka mengalami perlakuan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran menulis berbasis budaya dalam mengembangkan keterampilan menulis buku harian atau penglaman pribadi. Berikut ini peneliti sajikan kisi-kisi angket tersebut.


(41)

TABEL 3.5

ANGKET SISWA

No Uraian Pernyataan

Tanggapan Siswa

SS S KS TS

1 Menulis atau mengarang itu sulit

2 Menarik dengan berbasis budaya

3 Menulis lebih terarah 4 Mudah dalam

mengembangkan karangan 5 Media budaya sangat

mendukung

6 Penampilan Guru sangat mendukung

b) Angket Guru

Guru yang dimaksud adalah guru yang melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran menulis berbasis budaya, yaitu Ucin Herfin, S.Pd guru bahasa Indonesia di SMP Muhammadiyah 6 Kota Bandung. Respon guru pelaksana model menurut pertimbangan peneliti sangat penting untuk diungkap. Berbagai gambaran kekurangan dan kelebihannya akan tergambar melalui angket ini. Berikut peneliti sajikan kisi-kisinya.


(42)

TABEL 3.6

KISI-KISI ANGKET GURU

NO POKOK MASALAH PERTANYAAN KET.

1. 2. 3. 4. 5. Pengalaman mengajar Penerapan model mengajar

Pendapat tentang model pembelajaran

Nilai-nilai positif

Kesulitan penerapan model

Sudah berapa lamakah Bapak mengajar mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP Muhammadiyah 6 Kota Bandung? Model pembelajaran seperti apakah yang sering diterapkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia?

Bagaimana pendapat Bapak tentang model yang baru saja diterapkan dalam

pembelajaran menulis?

Nilai-nilai positif apa yang Bapak peroleh dengan penerapan model berbasis budaya dalam pelajaran menulis?

Adakah kesulitan yang signifikan dalam penerapan model tersebut?

c) Lembar Tes

Lembar tes digunakan untuk membantu peneliti dalam pengumpulkan data untuk memperlancar kegiatan siklus I maupun siklus II.

Kemampuan akhir yang diharapkan dalam model pembelajaran menulis berbasis budaya yaitu siswa terampil menulis buku harian atau pengalaman pribadi dengan memperhatikan cara pengungkapan dan bahasa yang baik dan benar. Nilai akhir tes ini akan dijadikan bahan pembanding dan data kontributif peningkatan kemampuan siswa.


(43)

d) Pedoman Penilaian

Pedoman penilaian digunakan untuk memeriksa dan menguji kemampuan awal (siklus 1) dan data prestasi hasil belajar (siklus 2). model penilaian yang dikembangkan oleh Jacob et. Al. (1981:91). Alat ini dapat digunakan baik oleh guru (evaluator) maupun oleh siswa sendiri sebagai (self-correction). ESL Composition Profile terdiri atas empat bagian, yaitu (1) kolom komponen, (2) kolom skor komponen, (3) kolom rentangan skor, dan (4) kolom kriteria. Komponen-komponen yang dianalisis itu ialah : ketepatan isi dengan tema karangan , penggunaan ejaan dan tanda baca, pilihan kata/diksi, koherensi antarkalimat, kerapian bentuk karangan

3.8 Teknik Analisis Data

Sebelum menganalisis data terlebih dahulu dilakukan verifikasi dan pengolahan data. Verifikasi data bertujuan untuk memeriksa data dari segi kelengkapan dan kelayakan. Hasil ini akan ditindaklanjuti dengan pemilihan data, apakah data tersebut dapat diolah atau tidak. Data yang tidak layak dan tidak lengkap akan diabaikan. Data yang lengkap dan layak akan diberi kode. Pengolahan data bertujuan mengubah data mentah dari hasil pengukuran menjadi data penelitian yang kredibel sehingga akan memberikan arah untuk pengkajian lebih lanjut. Setelah diberi kode, data tersebut diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut.


(44)

1) Menganalisis jawaban siswa menjadi 5 kriteria, yaitu: : ketepatan isi dengan tema karangan , penggunaan ejaan dan tanda baca, pilihan kata atau diksi,

koherensi antarkalimat, dan kerapian bentuk karangan.

2) Menganalisis karangan siswa. Analisis didasarkan kepada kriteria penilaian.

3) Memberi skor terhadap setiap aspek yang diukur. Untuk menjaga objektivitas skor, penyekoran dilakukan oleh dua orang, yaitu peneliti sendiri dan seorang guru SMP Muhammadiyan 6 Kota Bandung. Mengenai hal itu peneliti gambarkan dalam tabel berikut ini.

TABEL 3.7

SKOR ASPEK YANG DIUKUR

No Aspek yang diukur Skor

1 2 3

1 Ketepatan isi dengan tema karangan

Sesuai atau relevan dengan tema budaya Sunda 3

Cukup sesuai dengan tema budaya Sunda 2

Tidak sesuai dengan tema budaya Sunda 1

2 Penggunaan Ejaan dan tanda baca

Sempurna 3

Sedikit kesalahan 2

Banyak kesalahan 1

3 Pilihan kata atau diksi

Mengunakan kata yang sesuai 2


(45)

1 2 3 4. Koherensi antarkalimat

Hubungan bertautan, berurutan, dan tepat 3

Hubungan kurang bertautan 2

Hubungan tidak bertautan 1

5. Kerapian bentuk karangan

Terbaca dan bersih 2

Tidak terbaca 1

Skor maksimal 13

4) Hasil skor tersebut kemudian diolah yang selanjutnya ditentukan dengan skala interval dari 1 sampai 5 yang diterjemahkan menjadi skala kualitatif. Berikut tabel skala penilaian tersebut.

TABEL 3.8 SKALA PENILAIAN

SKOR SKALA KUALITATIF DESKRIPTOR

4,00 - 5,00 Baik sekali ke istimewa

Pernyataan sangat jelas, teliti, tepat, relevansi dengan pertanyaan sangat tinggi karena tinjauannya sangat dalam dan luas serta sangat logis.

3,00 - 3,99 Lebih dari cukup ke baik

Pernyataan jelas, teliti, tepat, relevansi dengan pertanyaan tinggi karena tinjauannya dalam, luas, dan logis.

2,00 - 2,99 Hampir cukup ke cukup

Pernyataan cukup jelas, teliti, tepat, relevansi dengan pertanyaan cukup tinggi karena tinjauannya cukup dalam, luas, serta cukup logis.

1,00 - 1,99 Kurang sekali ke kurang

Pernyataan kurang jelas, teliti, tepat, relevansi dengan pertanyaan kurang tinggi karena tinjauannya kurang dalam, luas, serta kurang logis.


(46)

5) Mendeskripsikan data pelaksanaan perlakuan guna melengkapi pembahasan hasil penelitian.

6) Mendeskripsikan data hasil angket yang diberikan kepada guru dan siswa.

7) Hasil analisis di atas selanjutnya diolah menurut prosedur analisis berikut:

a. Tinjauan penguasaan keterampilan menulis pengalaman pribadi yang menyenangkan pada siklus I

b. Tinjauan penguasaan keterampilan menulis pengalaman pribadi yang menyenangkan pada siklus II

c. Simpulan penguasaan keterampilan menulis pengalaman pribadi yang menyenangkan siswa SMP Muhammadiyah 6 Kota Bandung.


(47)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis diperoleh beberapa simpulan mengenai Model Pembelajaran Menulis Berbasis Budaya terhadap siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 6 Kota Bandung

1) Rata-rata skor pada siklus I adalah 2,18 sedangkan pada siklus II adalah 4,18 terjadi peningkatan skor siswa sebesar 40,05%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa telah terjadi peningkatan kemampuan siswa melalui penerapan model pembelajaran menulis berbasis budaya pada kompetensi dasar menulis di kelas VII SMP Muhammadiyah 6 Kota Bandung. Simpulan tersebut didukung oleh hasil pembuktian hipotesis penelitian. Berdasarkan hasil perhitungan uji t dapat disimpulkan bahwa t hitung (34,48) lebih besar dari pada t tabel (2,74) pada taraf signifikasi 0,01 atau taraf kepercayaan 99%. Dengan demikian hipotesis kerja (Hi) diterima, karena t hitung > t tabel. Dengan kata lain terdapat perbedaan yang signifikan antara tes akhir siklus I dengan tes akhir siklus II setelah diadakan proses pembelajaran. Berdasarkan perbedaan angka di atas dapat disimpulkan bahwa hipotesis kerja (Hi) yang penulis susun yakni, “model pembelajaran menulis melalui pendekatan pembelajaran menulis berbasis


(48)

budaya dapat meningkatkan kemampuan keterampilan menulis siswa SMP Muhammadiyah 6 Kota Bandung;

2) Model pembelajaran menulis berbasis budaya lebih efektif dalam meningkatkan kemampuan menulis siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 6 Kota Bandung dibandingkan dengan model konvensional.

5.2 Saran-saran

Berdasarkan kajian teoretis dan temuan hasil penelitian yang diperoleh , maka dapat dikemukakan beberapa saran yang bermanfaat sebagai berikut.

(1) Model pembelajaran menulis dengan pendekatan pembelajaran menulis berbasis budaya perlu dikembangkan lebih optimal sebagai salah satu model pembelajaran menulis di SMP;

(2) Guru bahasa Indonesia perlu mencermati dengan kritis gagasan-gagasan model pembelajaran menulis berbasis budaya dalam mengembangkan keterampilan menulis sehingga dapat menambah wawasan pengetahuan;

(3) Sebagai sarana kreativitas dalam mengelola kegiatan pembelajaran menulis, model pembelajaran menulis berbasis budaya dapat disampaikan sesuai dengan kehidupan dan pengalaman siswa. Sehingga hal ini dapat membantu dan mendorong siswa untuk menumbuhkan ide-ide dalam mengarang.


(49)

(50)

DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah, S. dkk. (1984). Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Akhadiah, M.K., S. (1998). Pengembangan Kemampuan Bernalar, Kreativitas., dan Budaya tulis Melalui Jalur Pendidikan dalam Rangka Peningkatan Sumber Daya Manusia. Bahasa Menjelang Tahun 2002: Risalah Kongres Bahasa Indonesia VI Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Akhadiah, S., Arsjad, M.G., dan Riwan, S.H., (1988).Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlanizga_

Alwasilah, A. Chaedar.(2005). Pokoknya Menulis Cara Baru Menulis Dengan Metode Kolaborasi. Bandung: Kiblat.

Alwasilah, A.C. dan Suzanna (2005). Pokoknya Menulis Cara Baru Menulis dengan Metode Kolaborasi. Bandung :Kiblat Buku Utama.

Arikunto,Suharsimi.(2002).ProsedurPenelitian SuatuPendekatan Praktek.Jakarta: Rineka Cipta.

Brooks, J.G. & Brooks, Martin G( 1999). The Case for Constructivist Classrooms.Alexandria, Virginia USA:ASCD

Badudu, J.S., (1985). Membina Bahasa Indonesia Baku. Seri 1 dan 2. Bandung : Pustaka Prima.

Badudu, J.S. (1985). Cakrawala Bahasa Indonesia. Jakarta : Gramedia.

Badudu, J.S., (1995). Bahasa Indonesia, Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar, dan Kurikulum 1994. Makalah disajikan pada Seminar Sehari bahasa dan sastra di hadapan guru-guru SD-SMP-SMA Kebupaten Garut pada tanggal 18 November 1995.

Badudu, J.S. (1992). Cakrawala Bahasa Indonesia II. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Badudu, J.S. (1997). Pintar Berbahasa Indonesia I Untuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Kelas 1. Jakarta: Balai Pustaka.


(51)

Cooper. J.D. (1993). Literacy: Helping Children Construct Meaning. Boston Toronto: Hougton Miffin Company..

Dahlan, M.D. (1990). Model-model Mengajar (Beberapa Alternatif Interaksi Belajar Mengajar). Bandung. CV. Diponegoro.

Depdiknas.(2003).Kurikulum Berbasis Kompetensi Bahasa Indonesia.Jakarta: Puskur Balitbangdepdiknas.

Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta:Puskur.

Depdikbud. (1995). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua. Jakarta: Balai Pustaka.

Elliot, John.(1982). "Developing Hypothesis abot Classroom from Teachers Practical Constructs : an Account of the Work of the Ford Teaching Project". The Action Research Reader Geelong Vcitoria : Deakin University.

Ernest T., (1996). Action Research - A Handbook for Practitioners.London : Sage Publications.

Furqon. (1997). Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Goldberg,- M. (2000). Arts and Learning: An Integrated Approach to Teaching and Learning in Multicultural and Multilingual Settings. 2nd Ed. New York: Addison Wesley Longman.

Harjasujana, A. (1999). "Pendidikan Bahasa Indonesia Ragam IPTEK di Perguruan Tinggi ". Makalah disajikan pada Konferensi Internasional Pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing, 11- 13 Oktober 1999 di Bandung.

Hardjodipuro, Siswojo.(1997). Action Research Sintesis Teoretik, Jakarta, IKIP Jakarta.

Hughes, A. (1989). Testing for Language Teachers. Cambridge: Cambridge University Press.

Jacobs, H.L., dkk. (1981). Testing ESL Composition: A Practical Approach. Rowley, Massachusetts: Newbury House Publishers, Inc.

Keraf, Gorys. 1993. Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Flores: Nusa indah.


(52)

Keraf,G.(1998).Pengajaran Mengarang Sebagai Sarana Pengembangan Kemampuan Berbahasa Indonesia. Bahasa Indonesia Menjelang Tahtun 2000: Risalah Kongres Bahasa Indonesia VI, Jakarta: Pusat Pembinaan & Pengembangan Bahasa.

Krajcik. J.S.. Czerniak. CM.. Berger. C. (1999). Teaching Children Science: A Project-Based Approach. Boston: McGraw Hill College.

Kemmis, Stephen dan Robin McTaggart.(1988). The Action-Research Planner 3rd ed Victoria : Deakin University.

Lewin, Kurt.(1990). Action Research and Minority Problems The Action Research Reader. 3rd ed. (Victoria : Deakin University.

Moeliono.(1988).Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.Jakarta: Balai Bahasa. McNiff, J.(1992). Action Resarch: Principle and Practice. London: Routledge.

Nasution, A. (1987). Didaktik Asas Asas Mengajar. Bandung: Jemmars.

Nasution. (1996). Metodologi Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.

Nitko, A.J. (1995),Educational Assessment o/ Students. New Jersey: Merrill, an Imprint of Pretice Hall.

Parera, J.D. (1982). Pelajaran Berbahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Pannen. P. (2000). Konstruktivisme dalam Pembelajaran Seni Mengajar di Perguruan Tinggi. Jakarta: PAU-PPAI. Universitas Terbuka.

Pannen, Paulina. (2003). Pembelajaran Berbasis Budaya. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

Rusyana, Yus.( 1984). Bahasa dan Sastra Dalam Gamitan Pendidikan. Bandung: CV. Diponegoro.


(53)

Sapani, S. (1986). Analisis Kesalahan Bahasa dalam Karangan Siswa Kelas II SMA Negeri Kotamadya Bandung Tahun Ajaran 1983/1984. Tesis Magister Pada PPS IKIP Bandung: tidak diterbitkan.

Sagala.S.(2005).Konsep dan Makna Pembelajaran.Bandung: Alfabeta. Sakri.A.(1995).Bangun Kalimat Bahasa Indonesia.Bandung: ITB Bandung.

Samani, M.(1998). Penelitian Aksi dalam Bidang Kependidikan. Makalah disajikan dalam Kajian Program Pelatihan Guru Proyek Perluasan SLTP. Direktorat Pendidikan Menengah Umum. Depdikbud. Jakarta, 19-21 Maret 1998. Subiyakto dan Nababan.SU.(1993).Metodologi Pengajaran Bahasa.Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

Suparno, AS.(1998). Penelitian Tindakan Kelas, Makalah disajikan dalam Lokakarya Nasional Instruktur PKG. Depdikbud, Bogor.

Suherli. (2002). Pengembangan Model Literasi dalam Pembelajaran Menulis. Disertasi Doktor pada PPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Suparno. Paul. (1996). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.

Sunardi, Haris.(2008).Pembelajaran Menulis SMP-SMA.Jawa Timur: LPMP.

http://www.scribd.com.

Syamsuddin, A. R. (1994). Dari Ide - Bacaan - Simakan Menuju Menulis Efektif: Bandung: Bumi Siliwangi.

Syamsuddin. AR dan Vismaia S. Damaianti.(2006).Metodologi Penelitian Pendidikan Bahasa.Bandung: Rosda.

Tarigan, Djago. (1995). Penerapan Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD, SLTP, dan SMU Berdasarkan Kurikulum 1994. Bandung: IKIP.

Tarigan H.G. (1994). Menulis: Sebagai Suatu Aspek Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Tilaar, H.A.R. (1999). Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesia Strategi Reformasi Pendidikan Nasional. Bandung: Rosdakarya.


(54)

Vigotsky, L.S. (1962). Language and Thought. Cambridge: Mass the MIT Press. Winter, Richart.(1996). "Some Principles and Prosedures for the Conduct of Action

Research". New Directions in Action Research, ed. Ortrun Zuber-Skerrit Washington D.C : The Palmer Press.


(1)

(2)

DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah, S. dkk. (1984). Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Akhadiah, M.K., S. (1998). Pengembangan Kemampuan Bernalar, Kreativitas., dan

Budaya tulis Melalui Jalur Pendidikan dalam Rangka Peningkatan Sumber Daya Manusia. Bahasa Menjelang Tahun 2002: Risalah Kongres Bahasa Indonesia VI Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Akhadiah, S., Arsjad, M.G., dan Riwan, S.H., (1988).Pembinaan Kemampuan Menulis

Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlanizga_

Alwasilah, A. Chaedar.(2005). Pokoknya Menulis Cara Baru Menulis Dengan

Metode Kolaborasi. Bandung: Kiblat.

Alwasilah, A.C. dan Suzanna (2005). Pokoknya Menulis Cara Baru Menulis dengan

Metode Kolaborasi. Bandung :Kiblat Buku Utama.

Arikunto,Suharsimi.(2002).ProsedurPenelitian SuatuPendekatan Praktek.Jakarta: Rineka Cipta.

Brooks, J.G. & Brooks, Martin G( 1999). The Case for Constructivist

Classrooms.Alexandria, Virginia USA:ASCD

Badudu, J.S., (1985). Membina Bahasa Indonesia Baku. Seri 1 dan 2. Bandung : Pustaka Prima.

Badudu, J.S. (1985). Cakrawala Bahasa Indonesia. Jakarta : Gramedia.

Badudu, J.S., (1995). Bahasa Indonesia, Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah

Dasar, dan Kurikulum 1994. Makalah disajikan pada Seminar Sehari bahasa

dan sastra di hadapan guru-guru SD-SMP-SMA Kebupaten Garut pada tanggal 18 November 1995.

Badudu, J.S. (1992). Cakrawala Bahasa Indonesia II. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Badudu, J.S. (1997). Pintar Berbahasa Indonesia I Untuk Sekolah Lanjutan Tingkat


(3)

Cooper. J.D. (1993). Literacy: Helping Children Construct Meaning. Boston Toronto: Hougton Miffin Company..

Dahlan, M.D. (1990). Model-model Mengajar (Beberapa Alternatif Interaksi Belajar

Mengajar). Bandung. CV. Diponegoro.

Depdiknas.(2003).Kurikulum Berbasis Kompetensi Bahasa Indonesia.Jakarta: Puskur Balitbangdepdiknas.

Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta:Puskur.

Depdikbud. (1995). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua. Jakarta: Balai Pustaka.

Elliot, John.(1982). "Developing Hypothesis abot Classroom from Teachers Practical Constructs : an Account of the Work of the Ford Teaching Project". The

Action Research Reader Geelong Vcitoria : Deakin University.

Ernest T., (1996). Action Research - A Handbook for Practitioners.London : Sage Publications.

Furqon. (1997). Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Goldberg,- M. (2000). Arts and Learning: An Integrated Approach to Teaching and

Learning in Multicultural and Multilingual Settings. 2nd Ed. New York: Addison Wesley Longman.

Harjasujana, A. (1999). "Pendidikan Bahasa Indonesia Ragam IPTEK di Perguruan Tinggi ". Makalah disajikan pada Konferensi Internasional Pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing, 11- 13 Oktober 1999 di Bandung.

Hardjodipuro, Siswojo.(1997). Action Research Sintesis Teoretik, Jakarta, IKIP Jakarta.

Hughes, A. (1989). Testing for Language Teachers. Cambridge: Cambridge University Press.

Jacobs, H.L., dkk. (1981). Testing ESL Composition: A Practical Approach. Rowley, Massachusetts: Newbury House Publishers, Inc.

Keraf, Gorys. 1993. Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Flores: Nusa indah.


(4)

Keraf,G.(1998).Pengajaran Mengarang Sebagai Sarana Pengembangan Kemampuan Berbahasa Indonesia. Bahasa Indonesia Menjelang Tahtun

2000: Risalah Kongres Bahasa Indonesia VI, Jakarta: Pusat Pembinaan & Pengembangan Bahasa.

Krajcik. J.S.. Czerniak. CM.. Berger. C. (1999). Teaching Children Science: A

Project-Based Approach. Boston: McGraw Hill College.

Kemmis, Stephen dan Robin McTaggart.(1988). The Action-Research Planner 3rd ed Victoria : Deakin University.

Lewin, Kurt.(1990). Action Research and Minority Problems The Action Research

Reader. 3rd ed. (Victoria : Deakin University.

Moeliono.(1988).Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.Jakarta: Balai Bahasa. McNiff, J.(1992). Action Resarch: Principle and Practice. London: Routledge.

Nasution, A. (1987). Didaktik Asas Asas Mengajar. Bandung: Jemmars.

Nasution. (1996). Metodologi Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.

Nitko, A.J. (1995),Educational Assessment o/ Students. New Jersey: Merrill, an Imprint of Pretice Hall.

Parera, J.D. (1982). Pelajaran Berbahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Pannen. P. (2000). Konstruktivisme dalam Pembelajaran Seni Mengajar di

Perguruan Tinggi. Jakarta: PAU-PPAI. Universitas Terbuka.

Pannen, Paulina. (2003). Pembelajaran Berbasis Budaya. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

Rusyana, Yus.( 1984). Bahasa dan Sastra Dalam Gamitan Pendidikan. Bandung: CV. Diponegoro.


(5)

Sapani, S. (1986). Analisis Kesalahan Bahasa dalam Karangan Siswa Kelas II SMA Negeri Kotamadya Bandung Tahun Ajaran 1983/1984. Tesis Magister Pada PPS IKIP Bandung: tidak diterbitkan.

Sagala.S.(2005).Konsep dan Makna Pembelajaran.Bandung: Alfabeta. Sakri.A.(1995).Bangun Kalimat Bahasa Indonesia.Bandung: ITB Bandung.

Samani, M.(1998). Penelitian Aksi dalam Bidang Kependidikan. Makalah disajikan dalam Kajian Program Pelatihan Guru Proyek Perluasan SLTP. Direktorat Pendidikan Menengah Umum. Depdikbud. Jakarta, 19-21 Maret 1998. Subiyakto dan Nababan.SU.(1993).Metodologi Pengajaran Bahasa.Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

Suparno, AS.(1998). Penelitian Tindakan Kelas, Makalah disajikan dalam Lokakarya Nasional Instruktur PKG. Depdikbud, Bogor.

Suherli. (2002). Pengembangan Model Literasi dalam Pembelajaran Menulis. Disertasi Doktor pada PPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Suparno. Paul. (1996). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.

Sunardi, Haris.(2008).Pembelajaran Menulis SMP-SMA.Jawa Timur: LPMP. http://www.scribd.com.

Syamsuddin, A. R. (1994). Dari Ide - Bacaan - Simakan Menuju Menulis

Efektif: Bandung: Bumi Siliwangi.

Syamsuddin. AR dan Vismaia S. Damaianti.(2006).Metodologi Penelitian

Pendidikan Bahasa.Bandung: Rosda.

Tarigan, Djago. (1995). Penerapan Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD, SLTP,

dan SMU Berdasarkan Kurikulum 1994. Bandung: IKIP.

Tarigan H.G. (1994). Menulis: Sebagai Suatu Aspek Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Tilaar, H.A.R. (1999). Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani

Indonesia Strategi Reformasi Pendidikan Nasional. Bandung:


(6)

Vigotsky, L.S. (1962). Language and Thought. Cambridge: Mass the MIT Press. Winter, Richart.(1996). "Some Principles and Prosedures for the Conduct of Action

Research". New Directions in Action Research, ed. Ortrun Zuber-Skerrit Washington D.C : The Palmer Press.


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI BAHASA INGGRIS MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS PROJEK PADA SISWA KELAS VII SMP TUNAS MEKAR INDONESIA

1 18 116

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KALIMAT EFEKTIF DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH Peningkatan Keterampilan Menulis Kalimat Efektif dengan Model Pembelajaran Berbasis Masalah pada Siswa Kelas VII E SMP Negeri 1 Kartasura.

0 2 17

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI MENGGUNAKAN MEDIA TABEL MELALUI MODEL PEMBELAJARAN Peningkatan Kemampuan Menulis Narasi Menggunakan Media Tabel Melalui Model Pembelajaran Quantum Learning pada Siswa Kelas VII B di SMP Muhammadiyah I Surakarta Tahu

0 0 13

PENINGKATAN KOMPETENSI MENULIS PUISI SISWA PENINGKATAN KOMPETENSI MENULIS PUISI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 KARTASURA MELALUI PENDEKATAN SAVI.

0 2 11

PENDAHULUAN PENINGKATAN KOMPETENSI MENULIS PUISI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 KARTASURA MELALUI PENDEKATAN SAVI.

0 1 12

PENINGKATAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA MELALUI PEMBUATAN PROYEK RESPON KREATIF DALAM PEMBELAJARAN IPS : Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VII-B SMP Muhammadiyah 6 Bandung.

2 16 65

PENINGKATAN PEMBELAJARAN MENULIS CERPENMELALUI PENDEKATAN SAINTIFIKDENGAN MEDIA GAMBAR DAN TEKNIK TRANSFORMASI : Penelitian Tindakan Kelas Siswa SMP Kelas VII SMP 29 Bandung.

1 11 57

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE PENGELOMPOKAN IDE (CLUSTERING) BERBASIS MEDIA GAMBAR FOTOGRAFI PADA SISWA KELAS VII SMP GANESHA KOTA BANDUNG.

0 0 49

PENINGKATAN KOMPETENSI MENULIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MENULIS BERBASIS BUDAYA : Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VII SMP Muhammadiyah 6 Kota Bandung.

0 0 54

PENINGKATAN KOMPETENSI GURU MELALUI PENE

0 0 24