KONSTRUKSI BAHAN AJAR SEL VOLTA BERBASIS GREEN CHEMISTRY EDUCATION UNTUK MEMBANGUN LITERASI SAINS SISWA.
Eka Yusmaita, 2013
KONSTRUKSI BAHAN AJAR SEL VOLTA BERBASIS GREEN CHEMISTRY EDUCATION UNTUK MEMBANGUN
KONSTRUKSI BAHAN AJAR SEL VOLTA BERBASIS
GREEN CHEMISTRY EDUCATION UNTUK
MEMBANGUN LITERASI SAINS SISWA
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan IPA
Konsentrasi Pendidikan Kimia Sekolah Lanjutan
Oleh :
Eka Yusmaita 1102612
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2013
(2)
ii
Eka Yusmaita, 2013
KONSTRUKSI BAHAN AJAR SEL VOLTA BERBASIS GREEN CHEMISTRY EDUCATION UNTUK MEMBANGUN
KONSTRUKSI BAHAN AJAR SEL VOLTA BERBASIS
GREEN CHEMISTRY EDUCATION UNTUK
MEMBANGUN LITERASI SAINS SISWA
Oleh: Eka Yusmaita
S.Pd, Universitas Negeri Padang, 2011
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Kimia
Sekolah Pascasarjana
© Eka Yusmaita 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Desember 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
(3)
iii
Eka Yusmaita, 2013
(4)
iv
Eka Yusmaita, 2013
KONSTRUKSI BAHAN AJAR SEL VOLTA BERBASIS GREEN CHEMISTRY EDUCATION UNTUK MEMBANGUN
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Konstruksi Bahan Ajar Sel Volta Berbasis Green Chemistry Education untuk Membangun Literasi Sains Siswa” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, Desember 2013
Yang membuat pernyataan
(5)
v
Eka Yusmaita, 2013
KONSTRUKSI BAHAN AJAR SEL VOLTA BERBASIS GREEN CHEMISTRY EDUCATION UNTUK MEMBANGUN
KATA PENGANTAR
Segela puji tercurah hanya untuk Allah SWT atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya Alhamdulillah penulis mampu menyelesaikan tesis ini
dengan judul “Konstruksi Bahan Ajar Sel Volta Berbasis Green Chemistry
Education untuk Membangun Literasi Sains Siswa”. Shalawat beriringan salam
kita do’akan kepada Allah SWT semoga disampaikan kepada Baginda Rasulullah
SAW. Tesis ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Kimia Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.
Berangkat dari keprihatinan penulis terhadap tidak sesuainya antara harapan dan kenyataan di lapangan, maka dilakukanlah penelitian untuk menyusun bahan ajar yang relevan dengan kehidupan sehari-hari.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, tesis ini tidak akan terwujud dan masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis berharap saran dan kritik demi perbaikan lebih lanjut. Akhirnya penulis berharap, semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi yang membutuhkan.
Bandung, Desember 2013
(6)
vi
Eka Yusmaita, 2013
KONSTRUKSI BAHAN AJAR SEL VOLTA BERBASIS GREEN CHEMISTRY EDUCATION UNTUK MEMBANGUN
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis menyadari bahwa dalam proses penyelesaian tesis ini banyak mendapatkan bimbingan, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih dan apresiasi kepada:
1. Bapak Dr. rer. nat. H. Ahmad Mudzakir, M. Si., selaku pembimbing I yang
telah memberikan bimbingan, saran, dan pemikirannya dalam penulisan tesis ini.
2. Ibu Dr. Hernani, M. Si., selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan perhatian dalam penyelesaian tesis ini.
3. Bapak Dr. Sjaeful Anwar dan Dr. H. Kurnia, selaku penguji yang
memberikan saran dan kritikan untuk perbaikan tesis ini.
4. Bapak Dr. Omay Sumarna, M. Si., selaku pembimbing akademik yang
telah memberi arahan selama penyelesaian studi penulis.
5. Ibu Prof. Dr. Anna Permanasari, M. Si., selaku ketua prodi IPA Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia yang telah memberikan kesempatan dan arahan dalam penulisan tesis ini.
6. Bapak Prof. Dr. Didi Suryadi, M. Ed., selaku direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia yang telah memberikan layanan dalam urusan administrasi dalam penyelesaian tesis.
7. Bapak Dr. Yayan Sunarya M. Si., Ibu Dr. Sri Mulyani, M. Si., dan Ibu Galuh Yuliani, Ph. D., M. Si selaku dosen UPI yang menjadi validator ahli pada penelitian ini.
8. Ketua MGMP kimia kota Bandung yang telah merekomendasikan
guru-guru kimia di beberapa sekolah sehingga pengumpulan data tesis ini dapat diselesaikan.
9. Ibu Suhastini, Ibu Yulia, Ibu Rahmiati Dewi, Ibu Evi Novianti, Bapak Yudi
Slamet, Bapak Yana selaku guru-guru kimia yang berkenan menjadi validator dalam memberikan penilaian terhadap rancangan bahan ajar ini.
(7)
vii
Eka Yusmaita, 2013
KONSTRUKSI BAHAN AJAR SEL VOLTA BERBASIS GREEN CHEMISTRY EDUCATION UNTUK MEMBANGUN
10.Bapak dan Ibu dosen konsentrasi Pendidikan Kimia Sekolah Lanjut,
Sekolah Pascasarjana UPI.
11.Ayahanda dan Ibunda tercinta yang telah mencurahkan do’a, perhatian, kasih sayang, dan pengorbanan demi keberhasilan penulis dalam menyelesaikan pendidikan S2.
12.Adik-adik dan keluarga besarku yang selalu memberikan motivasi, nasehat,
dan do’a.
13.Rekan-rekan seperjuangan konsentrasi Pendidikan Kimia Sekolah Lanjut angkatan 2011 kelas A dan B, terimakasih atas kebersamaan dan bahu membantu dalam meraih cita-cita.
14.Teruntuk Azza, Yosi, Desy, Mutia, kak Ami, kak Dayu, dan Iim dalam satu
naungan atap di cilimus ten’s family. Terimakasih atas kebersamaan dan perjuangan selama di Bandung.
15.Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu semoga amal
(8)
Eka Yusmaita, 2013
KONSTRUKSI BAHAN AJAR SEL VOLTA BERBASIS
GREEN CHEMISTRY EDUCATION UNTUK
MEMBANGUN LITERASI SAINS SISWA
Eka YusmaitaABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bahan ajar yang dapat digunakan untuk mencapai literasi sains siswa SMA. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah mixed methods dengan model rekonstruksi pendidikan. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner respon ahli untuk menentukan kelayakan materi buku teks yang sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif siswa dan kurikulum yang berlaku. Karakteristik bahan ajar yang pertama adalah bahan ajar yang dikembangkan sesuai dengan aspek kompetensi dan sikap dari Programme for International Student Assesment (PISA) 2009. Kedua, konteks pembelajaran disesuaikan dengan isu sosial-sains yang berkembang di masyarakat (green chemistry). Ketiga, konten pembelajaran disesuaikan dengan tingkat perkembangan kognitif siswa sehingga dapat memenuhi kriteria accessible. Keempat, perancangan bahan ajar menggunakan urutan pengajaran dan pembelajaran Chemie im Kontext (ChiK) dengan menambahkan tahap pengambilan keputusan seperti yang dikemukakan dalam pembelajaran Science and Technology Literacy (STL). Kelima, pembelajaran konsep elektrokimia diintegrasikan dengan konteks pembelajaran perkembangan teknologi mutakhir baterai Litium ramah lingkungan. Perspektif siswa terhadap konsep green chemistry education digali melalui kegiatan wawancara. Hasil wawancara menunjukkan bahwa 86% siswa memiliki prakonsepsi yang salah tentang perbedaan green chemistry dan environmental chemistry. Analisis kuesioner respon ahli dilakukan dengan teknik Content Validity Ratio (CVR). Perolehan rata-rata CVR sebesar 0,90 dirumuskan melalui Content Validity Index (CVI). Hasil CVI ini menunjukkan bahwa bahan ajar sel volta berbasis green
chemistry education valid secara konten dan konteks untuk membelajarkan materi
ini kepada siswa SMA.
Kata Kunci: Bahan Ajar, Sel Volta, Green Chemistry, Literasi Sains, Model
(9)
ix
Eka Yusmaita, 2013
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN COVER ... i
HALAMAN HAK CIPTA ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vi
UCAPAN TERIMA KASIH... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR... xii
DAFTAR LAMPIRAN... xiii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah... 7
C. Pembatasan Masalah... 8
D. Tujuan Penelitian ... 8
E. Manfaat Penelitian ... 9
F. Penjelasan Istilah ... 9
II. KAJIAN PUSTAKA A. Literasi Sains ... 11
B. Bahan Ajar ... 16
C. Proses Rekonstruksi Bahan Ajar ... 19
D. Green Chemistry Education ... 28
E. Analisis Wacana ... 31
F. Deskripsi Materi Sel Volta ... 34
1. Aspek Konten... 34
2. Aspek Konteks ... 38
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 40
B. Fokus Penelitian ... 41
C. Desain Penelitian ... 42
D. Prosedur Penelitian... 44
E. Instrumen Penelitian... 46
F. Analisis Data Penelitian ... 47
(10)
x
Eka Yusmaita, 2013
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Perspektif Siswa terhadap Isu Sosial Sains Green Chemistry ... 52 B. Karakteristik Bahan Ajar Sel Volta pada Baterai Li-Ion Ramah
Lingkungan ... 56 C. Penilaian Para Ahli terhadap Rancangan Bahan Ajar... 73
V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A.Kesimpulan ... 76 B.Rekomendasi ... 77
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(11)
xi
Eka Yusmaita, 2013
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Kompetensi PISA 2006 ... 12
Tabel 2.2 Komponen-Komponen Baterai Li-ion ... 39
Tabel 3.1 Pengalaman Mengajar Validator ... 46
Tabel 3.2 Nilai Kritis untuk CVR ... 50
Tabel 4.1 Rincian SK dan KD ... 56
Tabel 4.2 Indikator dan Tujuan Pembelajaran pada Aspek Kognitif ... 57
Tabel 4.3 Kompetensi dan Kategori Proses pada PISA 2009 ... 58
Tabel 4.4 Aspek Sikap Isu Sosial-Sains dalam PISA 2009 ... 59
Tabel 4.5 Indikator dan Tujuan Pembelajaran pada Aspek Sikap ... 60
Tabel 4.6 Buku Teks yang Digunakan pada Analisis Materi Subjek... ... 63
Tabel 4.7 Struktur Penyajian Naskah Buku Teks Chemistry The Central Science ... ... 64
Tabel 4.8 Struktur Penyajian Naskah Buku Teks Chemistry ... 65
Tabel 4.9 Struktur Penyajian Naskah Buku Teks Chemical Ideas ... 65
Tabel 4.10 Struktur Penyajian Naskah Buku Teks Chemistry A-Level ... 66
Tabel 4.11 Karakterisasi Kesulitan Konsep ... 67
Tabel 4.12 Format Reduksi yang Dilakukan pada Konten Sel Volta ... 68
Tabel 4.13 Nilai CVR Penilaian Tahap Kontak ... 73
(12)
xii
Eka Yusmaita, 2013
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Asesmen PISA 2009 ... Gambar 2.2 Tiga Komponen MER ... Gambar 2.3 Contoh Proses Berulang dari Rekonstruksi Pendidikan ... Gambar 2.4 Langkah-Langkah Struktur Konten Pembelajaran ... Gambar 2.5 Reaksi Yang Terjadi pada Lempeng Zn ... Gambar 2.6 Rangkaian Sel Galvani ... Gambar 3.1 Strategi Eksploratoris Sekuensial ... Gambar 3.2 Studi Teoritis dan Empiris MER ... Gambar 3.3 Skema Alur Penelitian ... Gambar 4.1 Komposit Konten dan Konteks ...
13 20 22 23 34 36 41 43 44 72
(13)
xiii
Eka Yusmaita, 2013
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
LAMPIRAN A : Instrumen Penelitian
A.1. Lembar Wawancara ... A.2. Teks Asli Konten Sel Volta ... A.3. Teks Asli Konteks Baterai ... A.4. Indikator dan Tujuan Pembelajaran pada Aspek Kognitif ... A.5. Indikator dan Tujuan Pembelajaran pada Aspek Sikap ... A.6. Teks Sequence Map ... A.7. Lembar Validasi Bahan ajar ...
LAMPIRAN B : Pengolahan Data
B.1. Transkripsi Wawancara ... B.2. CVR Rumusan Indikator dan Tujuan Pembelajaran Aspek Kognitif .... B.3. CVR Rumusan Indikator dan Tujuan Pembelajaran Aspek Sikap ... B.4. CVR Bahan Ajar ...
LAMPIRAN C : Dokumentasi
C.1. Dokumentasi Wawancara Siswa...
LAMPIRAN D : Surat Izin Penelitian
E.1 Surat Izin Penelitian………..……
84 85 100 110 114 116 117
171 175 177 178
180
(14)
1
Eka Yusmaita, 2013
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Penelitian
Dinamika perkembangan kehidupan manusia menunjukkan bahwa semakin modern tingkat kehidupan manusia semakin besar kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup yang muncul. Perkembangan kehidupan tersebut juga menyebabkan semakin menipisnya sumberdaya alam yang ada di bumi. Jika kegiatan kelompok masyarakat terdahulu hanya menimbulkan kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup serta penurunan persediaan sumber daya alam, maka kegiatan manusia pada masa sekarang akan menimbulkan akibat yang berlipat ganda yang mungkin tidak akan terpulihkan. Akibat yang berlipat ganda tersebut, salah satunya disebabkan oleh limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Akumulasi dari dampak yang ditimbulkan oleh limbah B3 bersifat jangka panjang, sehingga jika generasi sekarang menyebabkan timbulnya sumber limbah, maka generasi mendatang akan menuai dampak negatifnya. B3 adalah zat, energi, atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak
lingkungan hidup, membahayakan lingkungan hidup, kesehatan serta
kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lain (UU No. 32, 2009). B3 dalam ilmu bahan dapat berupa bahan biologis (hidup/mati), zat kimia senyawa logam (anorganik) dan senyawa organik, sehingga B3 dapat diklasifikasikan menjadi B3 biologis, logam, dan organik. Menurut data dari
Environmental Protection Agency (EPA) terdapat ”top-20” B3, yaitu: Arsen, Timbal, Raksa, Vinil Klorida, Benzena, Polychlorinated Biphenyls, Cadmium, Benzo(a)pyrene, Benzo(b)fluoranthene, Polycyclic Aromatic, Hidrokarbon, Kloroform, Aroclor 1254, DDT, Aroclor 1260, Trichloroethylene, Kromium (hexavalent), Dibenz[a,h]anthracene, Dieldrin, Hexachlorobutadiene, Chlordane. Dari 20 B3 tersebut, yang termasuk logam berat adalah Arsen (As), Timbal (Pb), Raksa (Hg), Cadmium (Cd), dan Krom (Cr) (Sudarmaji, et al. 2006: 129-130).
(15)
2
Eka Yusmaita, 2013
Unsur logam berat adalah unsur yang mempunyai densitas lebih dari 5 g/cm3. Salah satu industri yang berpotensi sebagai sumber pencemaran logam berat Pb adalah industri baterai. Suwandi (Sudarmadji, et al. 2006:133) menemukan bahwa pada daerah industri proses daur ulang aki bekas, kadar udara di daerah terpapar Pb pada malam hari besarnya sepuluh kali lipat dibandingkan kadar Pb di daerah tidak terpapar. Semakin tinggi kadar Pb di daerah terpapar akan menyebabkan Hb darah seseorang rendah. Kondisi ini merupakan salah satu contoh yang terjadi di sekitar kita, sehingga diperlukan upaya untuk menekan jumlah pencemaran yang berasal dari logam berat. Sebagai regulator dan penjamin bagi keberlangsungan fungsi lingkungan, pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan yang tertuang dalam berbagai peraturan, baik berupa undang-undang, peraturan pemerintah, dan peraturan daerah yang digunakan sebagai rambu-rambu pengendalian pencemaran lingkungan. Selain aturan yuridis formal tersebut, harus ada paradigma baru yang dikembangkan, yaitu melalui pendekatan efisiensi.
Pada tataran dunia pendidikan, pendekatan efisiensi ini merupakan salah satu solusi yang dilakukan oleh seorang pendidik untuk menjamin masa depan peserta didik agar peduli terhadap masalah lingkungan dan mampu mencari solusi terhadap permasalahan tersebut. Pada bidang pendidikan kimia, pendekatan efisiensi ini disebut dengan green chemistry education. Terkait dengan green
chemistry education, Cann (2009) mengemukakan bahwa, untuk mempersiapkan
peserta didik menjadi seorang yang produktif, seorang pendidik harus mampu memunculkan isu lingkungan sosial dan memfokuskan secara spesifik tentang
green chemistry di kelas. Terkait dengan hal ini, pada tahun 2000 Presiden American Chemical Society (ACS), Daryle Busch, mengemukakan bahwa green chemistry represents the pillar that hold up our sustainable future. It is imperative to teach of green chemistry to tomorrow’s chemists (Cann, 2009: 94).
Berdasarkan kongres IUPAC (Tundo, 2001: 1) green chemistry pada konteks saintifik adalah penerapan sejumlah kaidah fundamental kimia untuk mengurangi pemakaian atau memproduksi bahan kimia yang berbahaya. Green
(16)
3
Eka Yusmaita, 2013
lini atau jalur timbulnya polusi tersebut. Pada area pendidikan, green chemistry muncul sebagai solusi untuk mencegah atau mengurangi permasalahan lingkungan (Cann, 2009: 94). Istilah green chemistry berbeda dengan
environmental chemistry, akan tetapi kedua istilah ini saling melengkapi satu
sama lain. Green chemistry merupakan suatu upaya pencegahan sebelum pencemaran terjadi sedangkan environmental chemistry merupakan suatu upaya menanggulangi pencemaran yang sudah terjadi (Tn, 2010: 1). Masyarakat baru menyadari pentingnya melestarikan lingkungan sekitar, setelah ada dampak/resiko yang muncul akibat pencemaran. Paradigma ini harus segera dirubah. Sebagai generasi penerus bangsa kita harus mampu memberikan solusi yang cerdas sebelum bencana itu datang akibat ketidakpedulian kita terhadap lingkungan. Salah satu caranya adalah melakukan suatu tindakan preventif (pencegahan) dengan meminimalisir resiko yang akan terjadi melalui green chemistry.
Pada umumnya, penerapan konsep green chemistry biasanya diterapkan di laboratorium, meskipun demikian pengintegrasiannya tidak harus terfokus pada laboratorium (Klingshirn, 2009: 81). Cann (2009: 100) dalam penelitiannya memberikan rekomendasi kepada para pendidik untuk mengintegrasikan konsep
green chemistry ke dalam buku teks. Berdasarkan studi pendahuluan terhadap
buku-buku SMA yang beredar di Indonesia, diketahui bahwa isu sosial-sains
green chemistry belum terintegrasi dalam buku-buku pelajaran (Johari, et al.,
2011; Ari, et al., 2009; Sunarya, et al., 2009; Rahayu, 2009; Retnowati, 2009; Elizabeth, et al., 2009; Partana, et al., 2009; Purba, 2007; Sumarna, et al., 2006; dan Sutresna, 2006).
Di beberapa negara maju di dunia, pokok bahasan green chemistry telah diterapkan. Di Amerika Serikat, secara formal green chemistry education telah dimulai sejak tahun 1998 bekerja sama dengan EPA (Environtmental Protection
Agency) dan ACS (American Chemical Society). Program ini bernama Green Chemistry Educational Development Project. Sampai saat ini ACS telah
menghasilkan beberapa materi ajar, modul pengajaran, artikel, serta jurnal terkait dengan green chemistry (Klingshirn, et al., 2009: 95). Sejak tahun 2002, di Australia terdapat suatu lembaga non provit yang dikenal dengan sebutan TNEP
(17)
4
Eka Yusmaita, 2013
(The Natural Edge Project). TNEP memiliki misi untuk mengkomunikasikan secara cepat dan terdepan tentang penelitian, studi kasus, perangkat, dan strategi pembelajaran dalam merealisasikan pembangunan berkelanjutan. Salah satu produk yang telah dihasilkan oleh lembaga ini adalah penyediaan modul dengan tema green chemistry.
Meskipun beberapa materi ajar yang berhubungan dengan green chemistry telah tersedia, namun sebagian besar materi ajar ini belum diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Bahan ajar ini juga mungkin belum sesuai dengan kurikulum yang berlaku di Indonesia dan kurang sesuai dengan kondisi sosial, ekonomi dan psikologi siswa di Indonesia. Oleh sebab itu, perlu pemikiran dan penelitian yang serius dan mendalam tentang hal ini agar bahan ajar yang dihasilkan dapat memenuhi kriteria dapat dijangkau (accessible) oleh siswa.
Pada umumnya, bahan ajar yang berkembang di Indonesia cenderung menempatkan konten terlebih dahulu dan diakhiri dengan aplikasi dari konten tersebut. Hal ini tidak sejalan dengan pendapat Holbrook (2005) yang menyatakan bahwa sains harus relevan dengan proses dan produk sehari-hari yang digunakan dalam masyarakat. Pada penyusunan bahan ajar, sintaks pembelajaran juga dapat dijadikan pedoman. Pada penelitian ini urutan bahan ajar disesuaikan dengan tahapan pembelajaran berdasarkan proyek Chemie im Kontext (Nentwig, et al., 2007) dengan menambahkan tahapan pengambilan keputusan yang disarankan pembelajaran Science Technology and Literacy (STL) (Holbrook, 2005). Tujuan pengacuan ini adalah untuk mengembangkan kreatifitas siswa dengan menggunakan pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari, memecahkan masalah, serta membuat keputusan yang dapat meningkatkan mutu kehidupan (Holbrook, 2005).
Konsep green chemistry menyediakan peluang untuk mendidik generasi ke depan menuju sustainable society (Klingshirn, et al., 2009: 79). Green chemistry berperan penting dalam pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Brundtland (Holbrook, 2009: 47) mendefinisikan pembangunan berkelanjutan sebagai pembangunan yang memenuhi kebutuhan sekarang tanpa meragukan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya. Konsep
(18)
5
Eka Yusmaita, 2013
pembangunan berkelanjutan memberikan himbauan bahwa pembangunan akan memungkinkan generasi sekarang meningkatkan kesejahteraan, tanpa mengurangi hak generasi masa depan untuk meningkatkan kesejahteraannya. ICASE
(International Council of Association for Science Education) mengemukakan
bahwa literasi sains dan teknologi erat kaitannya dengan isu pembangunan berkelanjutan (Holbrook, 2009: 50).
Terkait dengan kemampuan literasi sains peserta didik, studi penilaian yang dilakukan oleh PISA (Programme for International Student Assessment) mengungkapkan bahwa pembelajaran sains di Indonesia kurang berhasil meningkatkan kemampuan literasi sains peserta didik. Pada tahun 2000 Indonesia berada pada peringkat ke-38 dari 41 negara peserta PISA dengan nilai rerata tes 393; pada tahun 2003 Indonesia menempati peringkat ke-38 dari 40 negara peserta dengan nilai rerata tes 395; pada tahun 2006 Indonesia menempati peringkat ke-50 dari 57 negara peserta dengan nilai rerata tes 393 ; pada tahun 2009 Indonesia menempati peringkat ke-60 dari 65 negara peserta dengan skor 383 (OECD, 2009) dan terakhir tahun 2012 Indonesia menempati peringkat ke-64 dari 65 negara. Kekecewaan terhadap hasil monitoring PISA tersebut tidak bisa didiamkan begitu saja, perlu adanya suatu gagasan yang mendasar dan relevan. Rendahnya hasil PISA peserta didik Indonesia dan masalah lingkungan yang sering terjadi, merupakan tantangan masa depan dan menjadi alasan mengapa perlu adanya pembaharuan pada pengembangan kurikulum (Kemendikbud, 2012: 17). Pada penelitian ini, pembaharuan itu dihubungkan dengan perancangan bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan siswa.
Pemilihan jenis bahan ajar ditentukan berdasarkan tingkat kesulitan dan kedalaman materi, ciri khas materi pelajaran, kerumitan dalam pemilihan strategi pembelajaran, karakter siswa, kondisi sarana dan prasarana pembelajaran yang tersedia. Dasar pemilihan itu bertujuan agar bahan ajar yang dihasilkan: (1) fleksibel dan handal untuk diterapkan pada satuan pendidikan dengan kondisi, situasi, dan kebutuhan peserta didik yang bervariasi, (2) mudah untuk diadopsi atau diadaptasi oleh satuan pendidikan, (3) memberi inspirasi bagi pendidik untuk mengembangkan bahan ajar yang lebih elaboratif, inovatif, dan efektif untuk
(19)
6
Eka Yusmaita, 2013
diterapkan dalam pembelajaran. Dengan demikian, model bahan ajar perlu disusun sesuai dengan kondisi, kebutuhan, potensi dan karakteristik satuan pendidikan, dan peserta didik yang dapat digunakan sebagai acuan, panduan, pedoman, sumber inspirasi, atau referensi bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum, silabus, dan bahan ajar untuk diadaptasi atau diadopsi oleh satuan pendidikan sesuai kebutuhannya (Puskurbuk, 2010)
Pengembangan model pengajaran, sekuensi mengajar, dan bahan ajar telah terlebih dahulu dikembangkan di Jerman melalui model rekonstruksi pendidikan atau disebut juga dengan Model of Educational Reconstruction (MER). MER diperkenalkan oleh Duit, Gropengieber, dan Kattmann (1995). Model tersebut juga telah digunakan oleh Viiri dan Savinainen (2008) untuk memperbaiki sekuensi pembelajaran. Selain itu, Laherto (2012) menggunakan model MER untuk memperkenalkan teknologi nanosains pada pengajaran informal. Beberapa penelitian yang menjadikan MER sebagai kerangka pijakannya telah
menghasilkan pencapaian yang memuaskan terhadap perangkat yang
dikembangkan.
Salah satu materi kimia yang memiliki potensi untuk dikembangkan dengan model MER melalui bahan ajar berbasis green chemistry education adalah materi sel volta. Pemilihan materi sel volta didasarkan pada pandangan PISA terkait dengan beberapa prinsip pemilihan konten sains PISA, yakni :
1. Konsep yang diujikan harus relevan dengan situasi kehidupan keseharian yang nyata.
2. Konsep itu diperkirakan masih akan relevan sekurang-kurangnya untuk satu dasawarsa ke depan.
3. Konsep itu harus berkaitan dengan kompetensi proses yaitu pengetahuan tidak hanya mengandalkan daya ingat siswa dan berkaitan hanya dengan informasi tertentu.
(Hayat dan Yusuf, 2010)
Dalam hal ini, konten sel volta sesuai dengan ketiga prinsip pemilihan konten tersebut. Di samping itu, berdasarkan The Natural Edge Project (2011: 9) sel volta termasuk dalam kriteria spesifik pada klasifikasi reaksi kimia. Materi ini disusun dalam bentuk silabus oleh Queensland Studies Authority (QSA) Senior
(20)
7
Eka Yusmaita, 2013
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Konstruksi bahan ajar sel volta berbasis green chemistry
education untuk membangun literasi sains siswa”.
B.Identifikasi dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dijabarkan, maka beberapa masalah dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Pencemaran yang disebabkan oleh limbah B3, akan menimbulkan dampak
yang berlipat ganda di masa depan jika diabaikan begitu saja.
2. Pengetahuan masyarakat tentang bahaya dan cara penanggulangan B3 masih
minim.
3. Pencapaian literasi sains siswa di Indonesia masih rendah.
4. Bahan ajar yang berkembang di Indonesia belum relevan dengan proses dan
produk sehari-hari.
5. Penerapan konsep green chemistry berpotensi untuk disampaikan kepada
siswa baik melalui praktikum di laboratorium maupun melalui bahan ajar, namun konsep ini belum terdapat di beberapa buku kimia yang beredar di Indonesia.
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimanakah model konstruksi bahan ajar sel volta berbasis green chemistry education untuk membangun literasi sains siswa?”. Pertanyaan penelitian untuk rumusan masalah tersebut adalah:
1. Bagaimanakah perspektif siswa terhadap isu sosial-sains green chemistry dalam kerangka konstruksi bahan ajar untuk membangun literasi sains siswa?
2. Bagaimanakah karakteristik bahan ajar sel volta dengan model rekonstruksi pendidikan berbasis green chemistry education?
3. Bagaimanakah hasil penilaian ahli terhadap rancangan bahan ajar sel volta berbasis green chemistry education?
(21)
8
Eka Yusmaita, 2013
C.Pembatasan Masalah
Untuk memperjelas ruang lingkup permasalahan dalam penelitian ini, maka dibuat batasan masalah pada penelitian ini, yaitu:
1. Konstruksi pengembangan bahan ajar sel volta menggunakan model
rekonstruksi pendidikan. Model ini terdiri atas 3 komponen, yaitu: analisis struktur konten (analysis of content structure), studi empiris (empirical
investigations), dan konstruksi pengajaran (construction of Instruction
(Duit, 2007: 6). Tahapan yang dilakukan pada penelitian ini dibatasi pada analisis struktur konten dan studi empiris mengenai prakonsepsi dan ketertarikan siswa tentang isu sosial-sains green chemistry.
2. Format wawancara diadaptasi dari penelitian yang dilakukan oleh Laherto (2012) untuk menggali prakonsepsi dan ketertarikan siswa siswa terhadap isu sosial-sains green chemistry.
3. Pengukuran penilaian ahli terhadap rancangan ajar dilakukan dengan
menggunakan Conten Validity Ratio (CVR) yang dirumuskan oleh Lawshe (1975) dan disempurnakan oleh Wilson (2012).
D. Tujuan Penelitian
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan bahan ajar sel volta berbasis green chemistry education yang dapat membangun pencapaian literasi sains siswa. Secara khusus, tujuan penelitian ini adalah diperolehnya informasi terkait:
1. Gambaran perspektif siswa terhadap isu sosial-sains green chemistry dalam
kerangka konstruksi bahan ajar untuk membangun literasi sains siswa.
2. Karakteristik model bahan ajar sel volta dengan model rekonstruksi
pendidikan berbasis green chemistry education berbasis green chemistry
education.
(22)
9
Eka Yusmaita, 2013 E.Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari bahan ajar sel volta berbasis
green chemistry education yang dapat membangun pencapaian literasi sains siswa
adalah:
1. Sebagai solusi pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan.
2. Sebagai alat bantu belajar dan latihan bagi peserta didik dalam membangun
literasi sains peserta didik.
3. Sebagai bahan rujukan bagi peneliti selanjutnya.
F. Penjelasan Istilah
Untuk menyamakan persepsi terhadap beberapa pengertian dalam penelitian ini, maka penjelasan istilah diuraikan sebagai berikut:
1. Bahan ajar merupakan seperangkat materi/substansi pelajaran (teaching
material) yang disusun secara sistematis, menampilkan sosok utuh dari
kompetensi yang akan dikuasai oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran (Dick & Carey, 1996).
2. Green chemistry adalah penerapan sejumlah kaidah fundamental kimia untuk
mengurangi pemakaian atau memproduksi bahan kimia yang berbahaya yang terkonsep dalam merancang, menggunakan, dan memproduksi (Srivastava, 2006).
3. Green chemistry education adalah solusi melalui pendidikan untuk
permasalahan lingkungan dengan menarapkan prinsip pembangunan yang berkelanjutan terkait dengan bagaimana menerapkan sejumlah kaidah fundamental kimia untuk mengurangi pemakaian atau memproduksi bahan kimia yang berbahaya yang terkonsep dalam merancang, menggunakan dan memproduksi (Srivastava, 2006., & Anastas, 2009).
4. Literasi sains adalah kemampuan menggunakan pengetahuan sains untuk
mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti, agar dapat memahami dan membantu membuat keputusan tentang dunia alami dan interaksi manusia dengan alam. Literasi sains terdiri atas empat aspek yang berkaitan, yaitu konteks, konten, kompetensi, dan sikap.
(23)
10
Eka Yusmaita, 2013
Konteks dapat mengenalkan situasi kehidupan dengan melibatkan sains dan teknologi. Konten untuk memahami alam melalui pengetahuan sains, termasuk di dalamnya pengetahuan tentang alam dan pengetahuan tentang sains itu sendiri. Kompetensi menunjukkan pencapaian ilmiah berupa kapasitas untuk meningkatkan sumber kognitif dan non-kognitif pada berbagai konteks. Sikap untuk mengindikasikan ketertarikan sains, mendukung penyelidikan ilmiah dan motivasi untuk bertindak penuh tanggung jawab (OECD, 2009).
5. Model rekonstruksi pendidikan adalah suatu kerangka untuk meningkatkan perencanaan pengajaran dan penelitian pendidikan sains. Model ini terdiri dari tiga komponen yang meliputi: analisis struktur konten (analysis of
content structure), studi empiris (empirical investigations), dan konstruksi
(24)
40
Eka Yusmaita, 2013
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A.Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode campuran (mixed methods). Istilah lain untuk menyebutkan metode campuran sangat beragam, seperti multi-metode, metode konvergensi, metode terintegrasi, dan metode kombinasi (Creswell & Clark, 2007; Creswell, 2012: 22). Tesis ini mengikuti sifat compatibility thesis, yaitu menganggap bahwa metode kuantitatif dan kualitatif dapat dicampur dengan cara pragmatis dalam rangka untuk menemukan jawaban atas pertanyaan penelitian (Brewer & Hunter, 1989; Johnson & Christensen, 2004; Laherto, 2012: 25). Sumber data pada penelitian ini diperoleh dengan cara triangulasi data, berupa mencari konvergensi antara metode kualitatif dan metode kuantitatif (Creswell, 2012: 22).
Triangulasi data sangat melekat pada model rekonstruksi pendidikan, yang menggambarkan studi analitis dan empiris (Laherto, 2012: 26). Hal yang serupa juga diterapkan oleh Laherto dalam disertasinya yang berjudul “Nanoscience Education for Scientific Literacy” yang berusaha untuk menjembatani topik nanosains pada pengajaran informal.
Strategi yang diterapkan pada metode campuran ini adalah eksploratoris
sekuensial. Strategi ini melibatkan pengumpulan data dan analisis data kualitatif
pada tahap pertama, yang kemudian diikuti oleh pengumpulan dan analisis data kuantitatif pada tahap kedua yang didasarkan pada hasil-hasil tahap pertama. Tujuan dari strategi ini adalah menggunakan data dan hasil-hasil kuantitatif untuk membantu menafsirkan penemuan-penemuan kualitatif. Bobot/prioritas lebih cenderung pada tahapan pertama, dan proses pencampuran (mixing) antar kedua metode ini terjadi ketika peneliti menghubungkan antara analisis data kualitatif dan pengumpulan data kuantitatif. Berikut skema strategi eksploratoris sekuensial yang digambarkan pada gambar 3.1.
(25)
41
Eka Yusmaita, 2013
Gambar 3.1. Strategi Eksploratoris Sekuensial (Creswell. 2012: 314)
Berikut ini adalah keterangan dari notasi yang digunakan gambar 3.1. Notasi ini diadaptasi dari Morse (1991), Tashakkori dan Teddlie (1998), dan Creswell dan Clark (2007) :
Simbol ” ” mengindikasikan strategi pengumpulan data sekuensial,
dengan satu jenis data (misalnya, data kualitatif) yang mendukung jenis data yang lain (misalnya, data kuantitatif)
”Kuan” dan ”Kual” merupakan kependekan dari kuantitatif dan kualitatif Pengkapitalan ”KUAL” mengindikasikan adanya suatu metode yang lebih
diprioritaskan.
Kotak-kotak mengindikasikan analisis dan pengumpulan data kualitatif dan kuantitatif.
B.Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini adalah beberapa buku teks kimia universitas dan siswa SMA kelas XI. Berikut judul dan pengarang beberapa buku teks yang digunakan pada penelitian ini:
1. Chemistry A-Level, Fourth Edition oleh E.N Ramsden, et al.
2. Chemistry The Central Science oleh Theodore L.Brown, et al.
3. Chemistry, Fourth Edition oleh Mc.Murry Fay.
4. Chemical Ideas oleh George Burton, et al.
Buku teks tersebut terdiri dari tiga buku teks kimia universitas (Chemistry
The Central Science; Chemistry; Chemical Ideas) dan satu buku teks untuk SMA
(Chemistry A-Level). Pemilihan ketiga buku teks kimia universitas didasarkan pada pendekatan isi dan disiplin ilmu kimia sedangkan pemilihan buku teks
KUAL kuan
KUAL Pengumpulan
data
KUAL Analisis data
kuan Pengumpulan
data
kuan Analisis data
Interpretasi keseluruhan analisis
(26)
42
Eka Yusmaita, 2013
tingkat SMA didasarkan pada pendekatan pedagogik yang terdapat pada buku tersebut.
Siswa SMA yang dijadikan fokus penelitian ini adalah siswa yang bersekolah di salah satu sekolah unggulan kota Bandung. Sekolah ini dipilih karena sekolah tersebut telah menerapkan budaya peduli lingkungan kepada seluruh civitas sekolah. Tujuan dari pemilihan sekolah ini adalah untuk mengetahui bagaimana prakonsepsi siswa terkait isu sosial sains green chemistry.
C.Desain Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan Model of Educational Reconstruction (MER). Model ini dikembangkan pada pertengahan 1990-an oleh Duit, Gropengiesser, Kattman, dan Komorek yang didasarkan pada pandangan ilmu pendidikan benua Eropa dan tradisi pendidikan Jerman (Duit et al., 1997). Salah satu ide dasar dari model ini menyatakan bahwa struktur konten untuk pengajaran tidak dapat diambil langsung dari struktur konten keilmuan, tetapi harus khusus dibangun kembali dengan memperhatikan tujuan pendidikan serta aspek kognitif dan perspektif afektif siswa (Duit et al., 1997; Duit, 2007; Komorek & Duit, 2004).
Berdasarkan model ini, materi konten sains dan konsepsi siswa harus sama-sama dibawa dan dijabarkan secara hati-hati kemudian dihubungkan satu sama lain (Duit, 2007; Dijk & Kattmann, 2007). Perhatikan gambar 3.2.
(27)
43
Eka Yusmaita, 2013
Gambar 3.2. Studi Teoritis (T) dan Empiris (E) dalam Model of
Educational Reconstruction (Duit, 2007: 6)
Gambar 3.2 menggambarkan tiga komponen dari MER, yaitu: (1) analisis struktur konten, (2) penelitian pada pengajaran dan pembelajaran, dan (3) pengembangan dan evaluasi pembelajaran. Pengetahuan yang didapat pada salah satu komponen dalam model rekonstruksi pendidikan mempengaruhi kemajuan dalam dua komponen lainnya, karena siklus yang digunakan pada model ini adalah dapat berulang (recursive).
(2)
Penelitian pada Pengajaran dan Pembelajaran
Perspektif Siswa
(pandangan, gagasan, dan variabel afektif) (E)
Proses Belajar dan Pembelajaran
Pandangan dan Gagasan Guru
(1)
Analisis Struktur Konten (T)
Klarifikasi Materi Subjek
Analisis Signifikansi Pendidikan
Struktur Konten Sains Struktur Konten Untuk Pengajaran
Ide Dasar Suatu Konten
Elementarisasi Konstruksi Struktur
Konten
(3)
Pengembangan dan Evaluasi Pembelajaran
Isu nyata dari pengajaran dan pembelajaran dengan memperhitungkan aspek lingkungan
(28)
44
Eka Yusmaita, 2013
D.Prosedur Penelitian
Untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan maka diperlukan prosedur penelitian yang digambarkan dalam bentuk alur, sebagaimana digambarkan pada skema di bawah ini.
Gambar 3.3. Skema Alur Penelitian Konstruksi Bahan Ajar Sel Volta Berbasis
Green Chemistry Education. Dimodifikasi Ulang dari Duit (1995).
(3) Konstruksi Bahan Ajar
Text Sequence Map
Komposit Konten-konteks
Bahan ajar sel volta berbasis green chemistry Tahapan STL 1. Kontak 2. Kuriositi 3. Elaborasi 4. Pengambilan keputusan 5. Nexus
(1) Analisis Struktur Konten (T)
Perumusan indikator dan tujuan pembelajaran aspek kognitif dan sikap
Analisis Literatur Telaah standar isi mata pelajaran Telaah kepustakaan literasi sains Telaah tentang green chemistry Analisis konten sel volta Analisis dimensi literasi sains Analisis konteks Li-ion
Klarifikasi Teks Asli
Konten konteks
Elementarisasi
Identifikasi
Karakterisasi
Reduksi
(2) Studi Empiris (E)
Perspektif siswa terhadap green chemistry
Pra-konsepsisiswa Sikap dan ketertarikansiswa
Modifikasi Teks
Penghapusan Penyisipan
Penghalusan Teks Dasar
(29)
45
Eka Yusmaita, 2013
Komponen pertama MER adalah analisis struktur konten yang meliputi tahapan analisis standar isi mata pelajaran kimia SMA, telaah dimensi literasi sains, dan telaah kepustakaan green chemistry. Pada pelaksanaan penelitian, semua tahapan pada komponen pertama model ini tidak mutlak harus diselesaikan terlebih dahulu. Proses penelitiannya dapat bersifat bolak-balik (recursive) sehingga dalam melakukan penyempurnaan komponen pertama dipengaruhi juga oleh komponen kedua dan ketiga. Komponen pertama, kedua, maupun ketiga dilakukan secara berselang-seling sesuai dengan tujuan dan kepentingan penelitian yang akan dicapai.
Komponen kedua MER adalah studi empiris yang dilakukan melalui kegiatan wawancara. Tujuan dilaksanakannya wawancara adalah untuk menggali perspektif siswa mengenai isu sosial-sains yang meliputi prakonsepsi siswa dan variabel afektif seperti ketertarikan dan sikap (Duit, et al. 2012: 23). Perolehan hasil pada tahapan wawancara mempengaruhi perumusan indikator dan tujuan pembelajaran aspek sikap pada komponen MER yang pertama. Proses balik menuju komponen 1 ini disebabkan karena model rekonstruksi pendidikan menggunakan siklus (recursive).
Komponen yang ketiga tentang perancangan dan evaluasi lingkungan pengajaran-pembelajaran menghasilkan suatu bahan ajar sel volta berbasis green
chemistry. Perolehan bahan ajar ini, didasarkan pada komponen-komponen
sebelumnya. Untuk mengetahui apakah bahan ajar tersebut dapat dinyatakan valid, maka dilakukanlah validasi produk bahan ajar kepada beberapa orang pakar atau ahli.
Validasi produk dapat dilakukan dengan cara menghadirkan beberapa pakar yang sudah berpengalaman, tujuannya adalah untuk menilai rancangan bahan ajar. Setiap pakar diminta untuk menilai dan memberi pertimbangan terhadap rancangan tersebut, sehingga selanjutnya dapat diketahui kelemahan dan kekuatannya (Sugiyono, 2012: 302). Kemudian timbangan dari para pakar dihitung dengan menggunakan Content Validity Ratio (CVR).
Para pakar yang memvalidasi instrumen, terdiri atas dua sesi. Sesi pertama merupakan penilaian terhadap kesesuaian indikator dan tujuan pembelajaran pada
(30)
46
Eka Yusmaita, 2013
aspek kognitif dan sikap berdasarkan SK, KD, konten, konteks dan kompetensi PISA 2009. Sedangkan sesi kedua merupakan penilaian terhadap rancangan bahan ajar sel volta setelah konten dan konteks digabungkan.
Jumlah pakar yang memberikan pertimbangan terhadap bahan ajar adalah tujuh orang. Sesi pertama terdiri atas lima orang dosen ahli (terutama dosen bidang kajian kimia fisika) dan dua orang guru kimia SMA. Sesi kedua terdiri atas enam orang guru kimia SMA dan satu orang dosen ahli. Validasi pakar pada sesi kedua lebih didominasi oleh guru kimia SMA, kondisi ini disebabkan karena pada lembar validasi terdapat pertanyaan terkait kesesuaian materi dengan kemampuan siswa SMA. Oleh sebab itu, diasumsikan bahwa guru-guru kimia SMA mampu memperkirakan apakah cakupan materi tersebut dapat dijangkau (accessible) oleh siswa atau tidak yang berdasarkan pengalaman mengajar guru tersebut. Berikut gambaran pengalaman mengajar dari masing-masing validator pada sesi kedua, yang terdapat pada tabel 3.1.
Tabel 3.1. Pengalaman Mengajar Validator
No Nama Guru/ Dosen Pengalaman Mengajar
1 A ± 28 tahun
2 B ± 26 tahun
3 C ± 26 tahun
4 D ± 23 tahun
5 E ± 18 tahun
6 F ± 5 tahun
7 G ± 4 tahun
E.Instrumen Penelitian
Sesuai dengan pertanyaan penelitian yang terdapat pada Bab I, tentang
(1) bagaimanakah perspektif siswa terhadap isu sosial-sains green chemistry dalam kerangka konstruksi bahan ajar untuk membangun literasi sains siswa; (2) bagaimanakah karakteristik bahan ajar sel volta dengan model rekonstruksi pendidikan berbasis green chemistry education; dan (3) bagaimanakah hasil penilaian ahli terhadap rancangan bahan ajar sel volta berbasis green chemistry
education, maka instrumen-instrumen yang digunakan dikaitkan dengan
(31)
47
Eka Yusmaita, 2013
Untuk menjawab pertanyaan penelitian yang pertama, instrumen yang digunakan berupa pedoman wawancara (Lampiran A.1). Pedoman wawancara ini di adaptasi dari disertasi Laherto (2012) University of Helsinki. Tujuan dilakukannya wawancara adalah untuk memperoleh perspektif siswa secara langsung mengenai isu sosial-sains green chemistry serta memperoleh gambaran ketersediaan bahan ajar kimia di sekolah berbudaya lingkungan. Kegiatan wawancara tersebut direkam melalui handycam dan hasil dokumentasi kegiatan wawancara dapat dilihat pada lampiran C.1.
Dalam menjawab pertanyaan penelitian yang kedua, instrumen-instrumen yang digunakan berupa:
1. Tabel Teks Asli Konten Sel Volta dari Beberapa Buku Teks (Lampiran A.2)
2. Tabel Karekterisasi Konten Sel Volta
3. Tabel Reduksi Konten Sel Volta
4. Tabel Penghalusan Teks Asli pada Konten Sel Volta
5. Tabel Teks Asli Konteks Baterai Ramah Lingkungan (Lampiran A.3)
6. Tabel Karakterisasi Konteks Baterai
7. Tabel Reduksi Konteks Baterai
8. Tabel Penghalusan Teks Asli pada Konteks Baterai
9. Tabel Kesesuaian Indikator dan Tujuan Pembelajaran pada Aspek Kognitif Berdasarkan SK, KD, Konten, Konteks dan Kompetensi PISA 2009 (Lampiran A.4)
10. Tabel Kesesuaian Indikator dan Tujuan Pembelajaran pada Aspek Sikap Berdasarkan SK, KD, Konten, Konteks dan Sikap PISA (Lampiran A.5) 11. Teks Sequence Map (Lampiran A.6).
Untuk menjawab pertanyaan penelitian yang ketiga, instrumen yang digunakan berupa lembar validasi ahli terhadap bahan ajar (Lampiran A.7). Penilaian ahli terhadap rancangan bahan ajar ini terdiri atas lima poin, yaitu (1) ketepatan materi (konten dan konteks), (2) kesesuaian antara konten dan konteks, (3) kesesuaian materi dengan kurikulum saat ini, (4) ketepatan ilustrasi gambar/simbol/sketsa/percobaan, (5) kesesuaian materi dengan kemampuan siswa SMA.
(32)
48
Eka Yusmaita, 2013
F.Analisis Data Penelitian
Analisis data dalam penelitian metode campuran sangat berkaitan dengan strategi yang dipilih. Strategi yang dipilih pada penelitian ini adalah strategi
eksploratoris sekuensial. Analisis ini bisa dilakukan berdasarkan pendekatan
kuantitatif (analisis angka-angka secara deskriptif dan inferensial) dan data kualitatif (deskripsi dan analisis teks atau gambar secara tematik), atau antara dua pendekatan ini (Creswell, 2012 : 328).
Analisis data pada penelitian ini bertujuan untuk menjawab ketiga pertanyaan penelitian sebelumnya. Pengumpulan data untuk pertanyaan penelitian
pertama dilakukan dengan metode kualitatif melalui kegiatan wawancara.
Wawancara dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai perspektif siswa tentang isu sosial sains green chemistry dan ketertarikannya terhadap informasi yang berkaitan teknologi baterai yang ramah lingkungan. Hasil wawancara tersebut kemudian dirubah dalam bentuk persentase dengan menggunakan rumus berikut ini.
% tanggapan =
x 100%
Hasil penafsiran wawancara kemudian dianalisis secara statistik deskriptif. Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2009). Rekapitulasi hasil wawancara ditranskripsikan dalam sebuah tabel sebagaimana yang terdapat pada lampiran B.1. Hasil wawancara terhadap beberapa orang siswa akan mempengaruhi komponen pertama MER dalam merumuskan indikator dan tujuan pembelajaran pada aspek sikap.
Strategi eksploratoris sekuensial lebih memperiotaskan penerapan metode kualitatif. Perolehan data dan hasil kuantitatif digunakan untuk membantu menafsirkan penemuan-penemuan kualitatif, sehingga pada pertanyaan penelitian yang kedua masih menggunakan metode kualitatif. Metode tersebut diwujudkan
(33)
49
Eka Yusmaita, 2013
dalam langkah-langkah berikut ini: (1) studi kepustakaan mengenai green
chemistry, (2) analisis standar isi mata pelajaran kimia SMA/MA, (3) studi
kepustakaan mengenai literasi sains, dan (3) analisis dimensi literasi sains yang mencakup: konten, konteks, proses, dan sikap sains. Berdasarkan analisis literatur dan studi empiris di lapangan maka diperoleh rumusan indikator dan tujuan
pembelajaran sebagai pedoman dalam merancang bahan ajar selanjutnya.
Pengumpulan data secara kuantitatif dilakukan dengan meminta pendangan para ahli terkait dengan kesesuaian indikator dan tujuan pembelajaran pada aspek kognitif dan sikap melalui lembar validasi ahli. Analisis data secara kuantitatif dilakukan dengan teknik CVR (Conten Validity Ratio) dan dirata-ratakan dengan menggunakan CVI (Content Validity Index). Berikut teknik analisis data pada penelitian ini:
1. Content Validity Ratio (CVR)
Indeks untuk menyatakan kesahihan berdasarkan validasi isi secara kuantitatif dapat diukur dengan rumus CVR. Rumus ini pertama kali dipublish oleh Lawshe. Validasi isi berkenaan dengan kevalidan suatu alat ukur dipandang dari segi isi (konten) materi pelajaran yang melibatkan para pakar untuk menilai. Adapun rumus CVR adalah :
CVR = –
(Lawshe.1975: 576)
Keterangan :
ne : Banyaknya pakar yang sepakat N : Banyaknya pakar yang memvalidasi
CVR adalah salah satu metode yang paling awal dan paling banyak
digunakan untuk mengukur validitas konten. Dalam menentukan apakah
judgment pakar dapat dinyatakan valid pada taraf alpha 0,05 (uji satu sisi) maka
nilai CVRhitung harus lebih besar dari pada nilai CVRtabel. Berdasarkan perhitungan
ulang yang dilakukan oleh Wilson, et al. (2012) terhadap nilai CVRtabel untuk
masing-masing panelis, maka diperoleh nilai baru untuk CVRtabel. Perolehan nilai
(34)
50
Eka Yusmaita, 2013
panelis yang berjumlah 7 orang, nilai CVRtabel Lawshe untuk taraf signifikansi
alpha 0,05 adalah 0,99. Setelah dilakukan perhitungan ulang oleh Wilson, et al. pada jumlah panelis dan taraf signifikansi yang sama nilai CVRtabel nya menjadi
0,62. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel 3.2 berikut.
Tabel 3.2. Nilai Kritis untuk CVR (Content Validity Ratio)
Ditulis sebagian dari (Wilson. et al, 2012: 206)
Karakteristik penilaian CVR adalah:
a. Ketika kurang dari setengah panelis yang menjawab “ya”, maka nilai CVR akan negatif
b. Ketika setengah panelis menjawab “ ya” dan setengah lagi menjawab “tidak” maka perolehan nilai CVR adalah 0
c. Ketika seluruh panelis menjawab ”ya” maka perolehan nilai CVR adalah 1.
Ketika jumlah panelis yang menjawab “ya” lebih dari setengah maka nilai CVR berkisaran antara 0-0,99 (Wilson. et al, 2012: 199).
Nilai CVR untuk validasi kesesuaian indikator dan tujuan pembelajaran pada aspek kognitif dapat dilihat pada lampiran B.2, sedangkan nilai CVR untuk validasi kesesuaian indikator dan tujuan pembelajaran pada aspek sikap dapat dilihat pada lampiran B.3.
Level of Significance for One-Tailed Test
0.1 0.05 0.25 0.01
Level of Significance for Two-Tailed Test
N 0.2 0.1 0.05 0.02
5 0.573 0.736 0.877 0.99
6 0.523 0.672 0.800 0.99
7 0.485 0.622 0.741 0.974
(35)
51
Eka Yusmaita, 2013
2. Content Validity Index (CVI)
Setelah mengidentifikasi sub pertanyaan pada lembar validasi dengan menggunakan CVR, kemudian dihitunglah CVI (Content Validity Index). Secara sederhana CVI merupakan rata-rata dari nilai CVR untuk sub pertanyaan yang dijawab “Ya”.
Perolehan CVI diperoleh dengan menggunakan rumus :
CVI =
(Alahyari. 2011:10)
Analisis data untuk pertanyaan penelitian ketiga dilakukan dengan metode kuantitatif yang diperoleh dari hasil validasi yang dilakukan oleh tujuh orang panelis. Instrumen yang divalidasi pada pertanyaan penelitian ketiga ini adalah rancangan bahan ajar secara keseluruhan yang merujuk pada tahapan STL, perumusan indikator dan tujuan pembelajaran yang telah divalidasi, dan peta sekuensi teks. Hasil validasi tersebut selanjutnya dihitung dengan menggunakan CVR (Lampiran B.3) dan dirata-ratakan dengan menggunakan CVI.
(36)
76
Eka Yusmaita, 2013
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A.Kesimpulan
Analisis empiris melalui wawancara dikategorikan dalam dua bagian, yaitu pertanyaan tentang pra-konsepsi siswa terhadap konsep green chemistry dan pertanyaan mengenai ketertarikan dan sikap siswa terhadap isu green chemistry yang berkembang. Perolehan peningkatan jawaban diperoleh ketika siswa ditanyakan tentang sikap dan ketertarikannya terhadap sains sedangkan pertanyaan tentang isu sosial sains green chemistry menunjukkan bahwa hampir seluruh siswa memiliki prakonsepsi yang salah, sehingga konsep ini perlu dimunculkan dalam bahan ajar.
Berdasarkan temuan dan analisis data penelitian terdapat lima karakteristik bahan ajar yang dikembangkan melalui model rekonstruksi pendidikan. Lima karakteristik tersebut adalah: (1) kesesuaian bahan ajar dengan aspek kompetensi dan sikap (PISA) 2009, (2) kesesuaian konteks pembelajaran dengan isu sosial-sains (green chemistry) dan kurikulum saat ini, (3) kesesuaian konten pembelajaran dengan tingkat kognitif siswa yang dapat memenuhi kriteria
accessible, (4) urutan bahan ajar yang dirancang untuk pembelajaran merupakan
urutan Proyek Chemie im Kontext (ChiK) yang disesuaikan dengan kriteria pengajaran dan pembelajaran Sains dan Teknologi Literasi (STL), (5) konsep elektrokimia terintegrasi dengan konteks perkembangan teknologi mutakhir baterai Litium yang ramah lingkungan.
Penilaian terhadap bahan ajar secara keseluruhan meliputi lima poin, yaitu : (1) ketepatan materi (konten dan konteks), (2) kesesuaian antara konten dan konteks, (3) kesesuaian materi dengan kurikulum (tujuan pembelajaran), (4) ketepatan ilustrasi gambar/simbol/sketsa/percobaan, dan (5) kesesuaian materi dengan kemampuan siswa SMA. Interpretasi dari nilai CVI ini menandakan bahwa bahan ajar sel volta berbasis green chemistry education valid secara konten dan konteks untuk diajarkan kepada siswa SMA.
(37)
77
Eka Yusmaita, 2013 B.Rekomendasi
Berdasarkan hasil analisis penulis terhadap proses pengembangan bahan ajar sel volta berbasis green chemistry ini, Selanjutnya dapat dilakukan penelitian lanjutan untuk menggunakan bahan ajar ini dalam proses pembelajaran seperti yang terdapat dalam skema model rekonstruksi pendidikan yang ditawarkan oleh Duit, et al., (2012).
Shwartz, et al. (2006) telah mengembangkan beberapa penilaian untuk mengukur pencapaian literasi kimia siswa, diharapkan dengan mengkolaborasikan bahan ajar ini dengan model pembelajaran yang lain sebagai perlakuan pembelajaran dapat berkontribusi dalam pencapaian literasi kimia siswa pada level nominal, fungsional, dan konseptual.
(38)
78
Eka Yusmaita, 2013
DAFTAR PUSTAKA
Allahyari, T., Rangi, N. H., Khosravi, Y., dan Zayeri, F. (2011). “Development and Evaluating of A New Questionnaire for Rating of Cognitive Failures at Work”. International Journal of Occupational Hygiene. 3, 6-11.
Anastas, P.T., dan Beach, S.E. (2009). “Changing the Course of Chemistry”.
Journal of American Chemical Society, 1-18.
Anastas, N., dan Warner, J.C. (2009). “Linking Hazard Reduction to Molecular Design,Teaching Green Chemical Design”. Journal of American Chemical
Society, 117-136.
Anwar, S. (2012). Pengolahan Bahan Ajar. Handout perkuliahan. Bandung: tidak diterbitkan.
Brown,T. L., LeMay,H.E., Bursten,B.E., dan Murphy, C.J., (2009). Chemistry The
Central Science. London: Pearson Education, Inc.
Burton,G., Holman, J., Pilling,G., dan Waddington. D. (1994). Chemical Ideas. Oxford: The Bath Press.
Cann, M. (2009). “Greening the Chemistry Lecturer Curriculum: Now is the Time to Infuse Existing Mainstream Textbooks with Green Chemistry”.
Journal of American Chemical Society, 93-100.
Creswell, J.W. (2012). Research Design, Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan
Mixed. A.b. Fawaid, A. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Pedoman Memilih dan Menyusun
Bahan Ajar. Jakarta: Depdiknas.
Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta : Depdiknas.
(39)
79
Eka Yusmaita, 2013
Dick, W., dan Carey, L. (1996). The Systematic Design of instruction 3rd Ed,
Glenview, IL : Scott, Foresman and Company.
Duit, R. (1995). A Model of Educational Reconstruction. San Fransisco : Paper presented at the Annual Meeting of National Association of Research Research in Science Teaching (NARST). 1-19.
Duit, R. (2007). “Science Educational Research Internationally: Conception, Research Method, Domain Research”. Eurasia Jurnal of Mathematics. 3, (1), 3-15.
Firman, H. (2007). Laporan Analisis Literasi Sains Berdasarkan Hasil PISA
Nasional Tahun 2006. Jakarta : Balitbang Depdiknas.
Duit, R., Gropengierber, H., Kattmann, U., Komorek, M., Parchmann, I. (2012).
“The Model of Eductional Reconstruction - A Framework for Improving Teaching and Learning Science”. Science Research and Practice in Europe. 13-37.
Elizabeth, D., Yauharatul, F., dan Sugiayarto (2009). Aktif Belajar Kimia. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Hayat, B., dan Yusuf, S. (2010). Mutu Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Herlanti, Y., Rustaman, N., dan Setiawan, W. (2008). “Strategi Pengolahan Bahan Ajar IPA (Hasil Kajian terhadap Teori Reduksi Dikdaktis dan Pedagogi Meteri Subyek”. Edusains 1.(1). 26-38.
Hernanto, A., dan Ruminten. (2009). Kimia untuk SMA/MA kelas XII. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Holbrook, J. (2005). “Making Chemistry Teaching Relevant”. Chemical
(40)
80
Eka Yusmaita, 2013
Holbrook, J. (2009). “Meeting Challenges to Sustainable Development through
Science and Technologi Education”. Journal of Science Education
International. 20, (1), 44-59.
Johari, J. M. C., dan Rachmawati, M. (2011). Bilingual, Chemistry 3A. Jakarta: ESIS.
KNLH. (2007). Rencana Aksi Nasional dalam Menghadapi Perubahan Iklim. Jakarta: Kementerian Negara Lingkungan Hidup.
Kemendikbud. (2012). Bahan Uji Publik Kurikulum 2013, Jakarta: Kemendikbud.
Kerr, M. E., dan Brown, D.M. (2009). “Using Green Chemistry to Enhance Faculty Professional Deveopment Oppurtunities”. Journal of American
Chemical Society,19-36.
Klingshirn, M., dan Spessard,G.O. (2009). “Integrating Green Chemistry into the
Introductory Chemistry Curriculum”. Journal of American Chemical Society, 79-91.
Laherto, A. (2010). “An Analysis of The Educational Significance of Nanoscience and Nanotechnology in Scientific and Technological Literacy”. Science
Education International. 21, (3), September 2010, 160-175.
Laherto, A. (2012). “Nanoscience Education for Scienctific Literacy.
Opportunities and Challenges in Secondary School and in out-of-school Settings”. Helsinki: Academic Dissertation.
Lawshe. (1975). “A Quantitative Approach to Content Validity”. Journal
Personnel Psycology. 28, 563-575.
McMurry, F. (2004). Chemistry 4th edition. New York: Mc. Graw Hill
Nentwig, P. M., Demuth, R., Parchmann, I., Grasel,C., dan Ralle, B. (2007).
(41)
81
Eka Yusmaita, 2013
Systematically Developing Basic Chemical Concepts”. Journal of Chemical
Education. 84, (9), 1439-1444.
OECD. (2009). PISA 2009 Assessment Framework Key Competencies in Reading,
Mathematics and Science. [online].
Tersedia:http:// www.oecd.org/dataoecd/11/40/44455820.pdf [10 September 2012].
Partana, C. F., dan Wiyarsi, A.(2009). Mari Belajar Kimia. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Prastowo, A. (2011). Panduan Kreatif membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta: Diva Press.
Purba, M. (2007). Kimia SMA Jilid 3A. Jakarta: PT. Penerbit Erlangga.
Puskurbuk. (2010). Model Bahan Ajar Mata Pelajaran. [Online]. Tersedia: http://puskurbuk.net/ [24 Juni 2013].
Rahayu, I. (2009). Praktis Belajar Kimia (IPA). Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Retnowati,P. (2009). Kimia untuk SMA kelas XII KTSP 2006. Seribu Pena.
Setiadi, R., Mulyani, S., dan Kusrijadi, A. (1995). Studi Penerapan Pedagogi
Materi-Subyek dalam Penulisan Buku Teks MIPA untuk Mengembangan Keterampilan Intelektual Mahasiswa FPMIPA IKIP Bandung. Laporan
Penelitian. Bandung: FPMIPA IKIP.
Shwartz, Y. Ben-Zvi, R. dan Hofdtein, A. (2006). “The Use of Scientific Literacy Taxonomy for Assessing the Development of Chemical Literacy Among
(42)
82
Eka Yusmaita, 2013
High-School Students. The Royal Society of Chemistry”. Chemistry
education research and practice, 2006, 7, (4), 203-225.
Siregar, N. (1998). Penelitian kelas : Teori, Metodologi dan Analisis. Bandung: IKIP Bandung Press.
Sitepu. (2012). Penulisan Buku Teks Pelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Srivastava, S. P. (2006). “Green Chemistry : Need of the Future for Sustainable Development”.[online].Tersedia:
http://fscimage.fishersci.com/cmsassets/downloads/segment/ScienceEducati on/pdf/green_12PrinciplesGreenChem.pdf [9 Juni 2013].
Sudarmaji, J. M., & Corie I.P. (2006). “Toksikologi Logam Berat B3 dan Dampaknya terhadap Kesehatan”. Jurnal Keshling. 2, (2), 129-142.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sumarna, O., Mulyani, S., dan Hernani. (2006).Kimia untuk SMA/MA kelas XII.
Bandung: CV. Regina.
Sutresna, N. (2006). Kimia untuk SMA kelas XII semester 1. Bandung: Grafindo Media Pratama.
Sunarya,Y., dan Setiabudi, A. (2009). Mudah dan Aktif Belajar Kimia 3 (IPA). Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
The Natural Edge Project. (2011). Chemical Innovations in Sustinable
Development (lessons 9-12). [online]
Tersedia: http://www.naturaledgeproject.net/NAON/aspx. [5 Juli 2013].
Tn. (2010). Green Chemistry in the Curriculum: An Introduction to Green
(43)
83
Eka Yusmaita, 2013
Toharuddin, U., Hendrawati, S., dan Rustaman, A. (2011). Membangun Literasi
Sains Peserta didik. Bandung: Humaniora.
Trianto. (2012). Model Pembelajaran Terpadu: konsep, strategi, dan
implementasinya dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).
Jakarta: Bumi Aksara.
Tundo, P. (2001). Green Chemitry Education. Poster presented at the IUPAC congress/General Assembly.
Undang-Undang Republik Indonesia. (2009). Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup. No. 32 Tahun 2009.
Viiri, J., dan Savinainen, A. (2008). “Teaching-Learning Sequences: A
Comparison of Learning Demand Analysis and Educational
Reconstruction”. J. Phys. Educ. 2, (2), May 2008.
Weast, R. C. (1971). Handbook of Chemistry and Physics. Ohio: The Chemical Rubber CO.
Wilson, R., Pan, W., dan Schumsky, D.A. (2012). “Recalculation of the Critical
Values for Lawshe’s Content Validity Ratio”. Association for Assesment in
Counseling and Education. [online].
(1)
DAFTAR PUSTAKA
Allahyari, T., Rangi, N. H., Khosravi, Y., dan Zayeri, F. (2011). “Development and Evaluating of A New Questionnaire for Rating of Cognitive Failures at Work”. International Journal of Occupational Hygiene. 3, 6-11.
Anastas, P.T., dan Beach, S.E. (2009). “Changing the Course of Chemistry”.
Journal of American Chemical Society, 1-18.
Anastas, N., dan Warner, J.C. (2009). “Linking Hazard Reduction to Molecular Design,Teaching Green Chemical Design”. Journal of American Chemical
Society, 117-136.
Anwar, S. (2012). Pengolahan Bahan Ajar. Handout perkuliahan. Bandung: tidak diterbitkan.
Brown,T. L., LeMay,H.E., Bursten,B.E., dan Murphy, C.J., (2009). Chemistry The
Central Science. London: Pearson Education, Inc.
Burton,G., Holman, J., Pilling,G., dan Waddington. D. (1994). Chemical Ideas. Oxford: The Bath Press.
Cann, M. (2009). “Greening the Chemistry Lecturer Curriculum: Now is the Time to Infuse Existing Mainstream Textbooks with Green Chemistry”.
Journal of American Chemical Society, 93-100.
Creswell, J.W. (2012). Research Design, Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan
Mixed. A.b. Fawaid, A. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Pedoman Memilih dan Menyusun
Bahan Ajar. Jakarta: Depdiknas.
Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta : Depdiknas.
(2)
Dick, W., dan Carey, L. (1996). The Systematic Design of instruction 3rd Ed, Glenview, IL : Scott, Foresman and Company.
Duit, R. (1995). A Model of Educational Reconstruction. San Fransisco : Paper presented at the Annual Meeting of National Association of Research Research in Science Teaching (NARST). 1-19.
Duit, R. (2007). “Science Educational Research Internationally: Conception, Research Method, Domain Research”. Eurasia Jurnal of Mathematics. 3, (1), 3-15.
Firman, H. (2007). Laporan Analisis Literasi Sains Berdasarkan Hasil PISA
Nasional Tahun 2006. Jakarta : Balitbang Depdiknas.
Duit, R., Gropengierber, H., Kattmann, U., Komorek, M., Parchmann, I. (2012). “The Model of Eductional Reconstruction - A Framework for Improving Teaching and Learning Science”. Science Research and Practice in Europe. 13-37.
Elizabeth, D., Yauharatul, F., dan Sugiayarto (2009). Aktif Belajar Kimia. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Hayat, B., dan Yusuf, S. (2010). Mutu Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Herlanti, Y., Rustaman, N., dan Setiawan, W. (2008). “Strategi Pengolahan Bahan Ajar IPA (Hasil Kajian terhadap Teori Reduksi Dikdaktis dan Pedagogi Meteri Subyek”. Edusains 1.(1). 26-38.
Hernanto, A., dan Ruminten. (2009). Kimia untuk SMA/MA kelas XII. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Holbrook, J. (2005). “Making Chemistry Teaching Relevant”. Chemical Education International. 6, (1), 1-12.
(3)
Holbrook, J. (2009). “Meeting Challenges to Sustainable Development through Science and Technologi Education”. Journal of Science Education
International. 20, (1), 44-59.
Johari, J. M. C., dan Rachmawati, M. (2011). Bilingual, Chemistry 3A. Jakarta: ESIS.
KNLH. (2007). Rencana Aksi Nasional dalam Menghadapi Perubahan Iklim. Jakarta: Kementerian Negara Lingkungan Hidup.
Kemendikbud. (2012). Bahan Uji Publik Kurikulum 2013, Jakarta: Kemendikbud.
Kerr, M. E., dan Brown, D.M. (2009). “Using Green Chemistry to Enhance Faculty Professional Deveopment Oppurtunities”. Journal of American
Chemical Society,19-36.
Klingshirn, M., dan Spessard,G.O. (2009). “Integrating Green Chemistry into the Introductory Chemistry Curriculum”. Journal of American Chemical Society, 79-91.
Laherto, A. (2010). “An Analysis of The Educational Significance of Nanoscience and Nanotechnology in Scientific and Technological Literacy”. Science
Education International. 21, (3), September 2010, 160-175.
Laherto, A. (2012). “Nanoscience Education for Scienctific Literacy. Opportunities and Challenges in Secondary School and in out-of-school Settings”. Helsinki: Academic Dissertation.
Lawshe. (1975). “A Quantitative Approach to Content Validity”. Journal
Personnel Psycology. 28, 563-575.
McMurry, F. (2004). Chemistry 4th edition. New York: Mc. Graw Hill
Nentwig, P. M., Demuth, R., Parchmann, I., Grasel,C., dan Ralle, B. (2007). “
(4)
Systematically Developing Basic Chemical Concepts”. Journal of Chemical
Education. 84, (9), 1439-1444.
OECD. (2009). PISA 2009 Assessment Framework Key Competencies in Reading,
Mathematics and Science. [online].
Tersedia:http:// www.oecd.org/dataoecd/11/40/44455820.pdf [10 September 2012].
Partana, C. F., dan Wiyarsi, A.(2009). Mari Belajar Kimia. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Prastowo, A. (2011). Panduan Kreatif membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta: Diva Press.
Purba, M. (2007). Kimia SMA Jilid 3A. Jakarta: PT. Penerbit Erlangga.
Puskurbuk. (2010). Model Bahan Ajar Mata Pelajaran. [Online]. Tersedia: http://puskurbuk.net/ [24 Juni 2013].
Rahayu, I. (2009). Praktis Belajar Kimia (IPA). Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Retnowati,P. (2009). Kimia untuk SMA kelas XII KTSP 2006. Seribu Pena.
Setiadi, R., Mulyani, S., dan Kusrijadi, A. (1995). Studi Penerapan Pedagogi
Materi-Subyek dalam Penulisan Buku Teks MIPA untuk Mengembangan Keterampilan Intelektual Mahasiswa FPMIPA IKIP Bandung. Laporan
Penelitian. Bandung: FPMIPA IKIP.
Shwartz, Y. Ben-Zvi, R. dan Hofdtein, A. (2006). “The Use of Scientific Literacy Taxonomy for Assessing the Development of Chemical Literacy Among
(5)
High-School Students. The Royal Society of Chemistry”. Chemistry
education research and practice, 2006, 7, (4), 203-225.
Siregar, N. (1998). Penelitian kelas : Teori, Metodologi dan Analisis. Bandung: IKIP Bandung Press.
Sitepu. (2012). Penulisan Buku Teks Pelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Srivastava, S. P. (2006). “Green Chemistry : Need of the Future for Sustainable Development”.[online].Tersedia:
http://fscimage.fishersci.com/cmsassets/downloads/segment/ScienceEducati on/pdf/green_12PrinciplesGreenChem.pdf [9 Juni 2013].
Sudarmaji, J. M., & Corie I.P. (2006). “Toksikologi Logam Berat B3 dan Dampaknya terhadap Kesehatan”. Jurnal Keshling. 2, (2), 129-142.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sumarna, O., Mulyani, S., dan Hernani. (2006).Kimia untuk SMA/MA kelas XII. Bandung: CV. Regina.
Sutresna, N. (2006). Kimia untuk SMA kelas XII semester 1. Bandung: Grafindo Media Pratama.
Sunarya,Y., dan Setiabudi, A. (2009). Mudah dan Aktif Belajar Kimia 3 (IPA). Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
The Natural Edge Project. (2011). Chemical Innovations in Sustinable
Development (lessons 9-12). [online]
Tersedia: http://www.naturaledgeproject.net/NAON/aspx. [5 Juli 2013].
Tn. (2010). Green Chemistry in the Curriculum: An Introduction to Green
(6)
Toharuddin, U., Hendrawati, S., dan Rustaman, A. (2011). Membangun Literasi
Sains Peserta didik. Bandung: Humaniora.
Trianto. (2012). Model Pembelajaran Terpadu: konsep, strategi, dan
implementasinya dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).
Jakarta: Bumi Aksara.
Tundo, P. (2001). Green Chemitry Education. Poster presented at the IUPAC congress/General Assembly.
Undang-Undang Republik Indonesia. (2009). Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup. No. 32 Tahun 2009.
Viiri, J., dan Savinainen, A. (2008). “Teaching-Learning Sequences: A Comparison of Learning Demand Analysis and Educational Reconstruction”. J. Phys. Educ. 2, (2), May 2008.
Weast, R. C. (1971). Handbook of Chemistry and Physics. Ohio: The Chemical Rubber CO.
Wilson, R., Pan, W., dan Schumsky, D.A. (2012). “Recalculation of the Critical Values for Lawshe’s Content Validity Ratio”. Association for Assesment in
Counseling and Education. [online].