PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN SEL VOLTA MENGGUNAKAN KONTEKS BATERAI ION-LITIUM UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA.

(1)

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN SEL VOLTA

MENGGUNAKAN KONTEKS BATERAI ION-LITIUM UNTUK

MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan multimedia pembelajaran pada materi sel volta menggunakan konteks baterai ion-litium untuk meningkatkan literasi sains siswa SMA. Desain penelitian ini adalah Sequential Mixed Method. Penelitian dilakukan dalam dua fase, masing-masing fase menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif. Fase I bertujuan untuk menghasilkan multimedia yang direpresentasi dari bahan ajar. Fase II bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai kelayakan multimedia dari segi penilaian desain instruksional dan tanggapan siswa. Instrumen yang digunakan adalah human instrument yang dituangkan dalam catatan pengembangan multimedia, angket penilaian guru dan angket tanggapan siswa. Dalam pengembangan multimedia, penelitian ini mengadaptasi model ADDIE. Hasil penelitian adalah: (1) Elemen media yang sesuai dengan teks pencemaran lingkungan dan konteks baterai ion-litium direpresentasikan ke dalam bentuk tayangan video. Pokok materi contoh reaksi spontan dan konten sel volta direpresentasikan dalam bentuk animasi. Materi pengertian baterai ion litium direpresentasi ke dalam bentuk tampilan grafis tak bergerak, sedangkan isi teks lainnya dalam bahan ajar direpresentasikan ke dalam multimedia pembelajaran dengan bahasa yang singkat, padat dan jelas tanpa mengurangi makna. (2) Berdasarkan hasil angket penilaian guru, bahwa multimedia pembelajaran dinilai dari segi desain instruksional telah memenuhi prinsip pembelajaran dengan sangat baik, kriteria prinsip pembelajaran meliputi aspek meningkatkan perhatian, menginformasikan tujuan pembelajaran, merangsang pengetahuan awal siswa, menampilkan isi, menyediakan panduan belajar, meningkatkan kinerja dan mengukur hasil belajar dinilai sangat baik serta aspek menyediakan umpan balik dinilai baik, (3) Hasil ujicoba terbatas menunjukkan bahwa hampir seluruh siswa (79,9%) termotivasi belajar dengan menggunakan multimedia pembelajaran yang dikembangkan. Hampir seluruh siswa (82,5%) dapat mengontrol multimedia pembelajaran dengan sangat baik dan memberikan tanggapan yang baik terhadap multimedia pembelajaran.

Kata Kunci: Literasi Sains, Multimedia Pembelajaran, Sel Volta, Baterai ion-litium,


(2)

THE DEVELOPMENT OF VOLTAIC CELL INSTRUCTIONAL

MULTIMEDIA USING LITHIUM-ION BATTERIES FOR

IMPROVING SCIENTIFIC LITERACY OF HIGH SCHOOL

STUDENTS

ABSTRACT

This study aims to produce an instructional multimedia on the voltaic cell content using lithium-ion batteries context for improving scientific literacy of high school students. The design of this study is sequential mixed method. The study was conducted in two phases. Each phase using qualitative and quantitative methods. The first phase aims to produce multimedia which is represented from learning materials. The second phase aims to obtain the information of multimedia appropriateness in terms of instructional design assessment and students response. The instrument of this study is human instrument which contained into multimedia development records, questionnaire of teacher assessment and questionnaire of students response. Multimedia development of this study adapt the model ADDIE. Study results are (1) media elements that match the text of environmental pollution and lithium-ion batteries context is represented in the form of video. The subject of the example of spontaneous reaction and voltaic cell content is represented in the form of animation. The subject of the definition of lithium-ion batteries is represented in the form of static graphic. While, the others text in the learning materials is represented in multimedia using the language that concise, solid and clear without eliminate the meaning text. (2) The results of teacher assessment questionnaire are instructional multimedia assessed in terms of instructional design has complied instructional principle with a very good. The criteria of instructional principle include aspects of gain attention, inform students of the objectives, stimulate recall of prior learning, present the content, provide learning guidance, eliciting performance and assess learning performance assessed very good as well as the aspect of providing feedback is assessed good. (3) The results of questionnaire of students respons showed almost all of the students (79,9%) are motivated to learn by using instructional multimedia. Almost all of the students (82,5%) able to control the instructional multimedia with very good and give good feedback to instructional multimedia.

Keyword : Scientific literacy, instructional multimedia, voltaic cell, lithium-ion


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Penelitian ... 1

B.Identifikasi Masalah Penelitian ... 5

C.Rumusan Masalah ... 5

D.Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 7

BAB II. KAJIAN PUSTAKA A.Literasi Sains ... 9

B.Pembelajaran Berbasis Literasi Sains ... 11

C.Multimedia Pembelajaran ... 13

D.Prinsip Pengembangan Multimedia ... 15

E. Model Pengembangan Multimedia ... 17

1. Analysis (Analisis) ... 18

2. Design (Desain) ... 22

3. Development (Pengembangan)... 23

4. Implementation (Implementasi) ... 24

5. Evaluation (Evaluasi) ... 24

F. Tinjauan Materi ... 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Subjek Penelitian ... 41

B. Desain Penelitian ... 41

C. Definisi Operasional ... 44

D. Instrumen Penelitian ... 45

E. Teknik Pengumpulan Data ... 48


(4)

Halaman

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Representasi Konten Sel Volta dan Konteks Baterai Ion-Litium Dalam

Multimedia yang Dikembangkan ... 53

B.Penilian Guru Terhadap Multimedia dari Segi Desain Instruksional ... 70

C.Tanggapan Siswa Setelah Menggunakan Multimedia Pembelajaran ... 74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 81

B.Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 83

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 86


(5)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Tindakan pedagogi berikut keterampilan intelektualnya ... 22

2.2. Daftar harga potensial elektroda standar pada 25oC ... 35

2.3 Komponen dan reaksi yang terjadi pada baterai ion litium ... 40

3.1. Format catatan pengembangan multimedia pembelajaran ... 46

3.2. Format proposisi mikro-makro ... 46

3.3. Format identifikasi bentuk presentasi elemen media ... 47

3.4. Salah satu contoh isi dalam lembar validasi ... 48

3.5. Interpretasi nilai validasi ahli ... 50

3.6. Contoh rancangan pengolahan data angket tanggapan siswa... 51

3.7. Konversi data angket Likert ... 51

3.8. Interpretasi persentase angket siswa ... 52

4.1. Proposisi Mikro-Makro Teks ... 54

4.2. Identifikasi keterampilan intelektual dari proposisi mikro ... 56

4.3. Identifikasi teks keluaran dan grafis pendukung media ... 58

4.4. Transformasi materi presentasi ... 58

4.5. Contoh tampilan storyboard ... 61

4.6. Penilaian multimedia pada kriteria prinsip pembelajaran ... 71


(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Kerangka Penilaian Sains PISA 2012 ... 10

2.2. Alur kerja model ADDIE ... 17

2.3. Model struktur makro ... 20

2.4. Proses reaksi yang terjadi antara lempeng Zn dan larutan CuSO4 ... 31

2.5. Dua setengah-reaksi sel elektrokimia ... 33

2.6. Rangkaian sel galvani/volta ... 33

3.1. Desain penelitian sequential mixed method ... 41

4.1. Struktur makro ... 55

4.2. Lanjutan struktur makro ... 56

4.3. Lesson Sequence Map ... 60

4.4. Contoh tampilan antarmuka multimedia pembelajaran ... 62

4.5. Tampilan teks pada bagian awal buku ajar ... 65

4.6. Tampilan video pada bagian awal multimedia pembelajaran ... 65

4.7. Tampilan grafis tak bergerak pada bahan ajar ... 66

4.8. Tampilan grafis tak bergerak pada multimedia pembelajaran ... 66

4.9. Tampilan teks pada pokok materi sel elektrokimia ... 67

4.10. Tampilan elemen media pada pokok materi sel elektrokimia ... 67

4.11 Tampilan konten sel volta pada buku ajar ... 68

4.12. Tampilan konten sel volta pada multimedia pembelajaran ... 68

4.13. Tampilan teks pada konteks baterai ion-litium ... 69

4.14. Tampilan video pada konteks baterai ion litium ... 70

4.15. Grafik persentase motivasi siswa ... 74


(7)

DAFTAR LAMPIRAN A.Tahap Analisis.

A.1. Penurunan Proposisi Mikro-Makro Teks ... 88

A.2. Transformasi Materi Presentasi ... 120

B.Tahap Desain B.1. Story Board ... 159

C.Instrumen Penelitian C.1. Lembar Catatan Pengembangan Multimedia Pembelajaran ... 176

C.2. Lembar Tanggapan dari Segi Instruksional Pembelajaran ... 178

C.3. Angket Tanggapan Siswa ... 190

D.Tahap Penilaian D.1. Pengolahan Data Angket dari Segi Instruksional Pembelajaran ... 198

D.2. Analisis Data Angket dari Segi Instruksional Pembelajaran ... 200

D.3. Pengolahan Data Angket Tanggapan Siswa ... 202

D.4. Analisis Data Angket Tanggapan Siswa ... 204

E.Lembar Keterangan Penelitian E.2. Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian ... 207


(8)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penelitian

Perubahan yang terjadi di era globalisasi telah menghadirkan tantangan di masa depan. Dalam lingkup global, berbagai tantangan yang muncul antara lain berkaitan dengan peningkatan kualitas hidup, pemerataan pembangunan, dan kemampuan untuk mengembangkan sumber daya manusia (Prayekti, 2006). Pendidikan sains memiliki potensi yang besar dan peranan strategis dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk menghadapi era industrialisasi dan globalisasi (Hernani, et al., 2009). Potensi ini akan dapat terwujud jika pendidikan sains mampu melahirkan siswa yang berhasil menumbuhkan kemampuan berpikir logis, berpikir kreatif, memecahkan masalah, menguasai teknologi serta beradaptasi terhadap perubahan dan perkembangan zaman. Berkaitan dengan hal ini, Firman (2007) menyatakan bahwa penguasaan literasi sains dan teknologi oleh setiap individu akan memberikan peluang yang lebih besar untuk penyesuaian diri dalam kehidupan masyarakat yang semakin dinamis perkembangannya. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Hayat dan Yusuf (2010) bahwa kemampuan “melek” (literate) sains menjadi hal yang

penting dikuasai dalam kehidupan manusia.

Pentingnya literasi sains berkaitan dengan kemampuan individu memahami masalah lingkungan hidup, kesehatan, ekonomi dan masalah-masalah lain yang dihadapi oleh masyarakat modern yang sangat bergantung pada teknologi dan kemajuan serta perkembangan ilmu pengetahuan. Terdapat sejumlah definisi literasi sains, salah satunya disumbangkan oleh Organization for Economic

Co-Operation and Development (OECD). Menurut lembaga ini, literasi sains adalah

kapasitas penggunaan pengetahuan ilmiah untuk mengidentifikasi persoalan dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti sebagai upaya untuk memahami dan membantu pembuatan keputusan terkait dengan alam dan perubahan-perubahan yang ditimbulkan oleh manusia terhadap alam (OECD, 2013:99). Definisi tersebut digunakan oleh OECD sebagai rujukan dalam pengembangan Programme for


(9)

2

International Student Assessment (PISA). Program ini ditujukan untuk menilai

tingkat literasi siswa sekolah menengah di negara-negara baik yang tergabung dalam OECD maupun tidak secara sukarela. Setiap tiga tahun sekali, sejak tahun 2000, OECD menerbitkan laporan mengenai tingkat literasi sains. Implikasi dari menguasai literasi sains adalah peserta didik memiliki kesiapan dalam menghadapi era pemanfaatan teknologi canggih di masa yang akan datang dan untuk meningkatkan daya saing dalam pergaulan internasional.

Literasi sains yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup pada kenyataanya justru tidak dikuasai dengan baik oleh siswa Indonesia. Hasil studi penilaian yang dilakukan oleh PISA mengungkapkan bahwa pembelajaran sains di Indonesia kurang berhasil meningkatkan kemampuan literasi sains siswa. Hasil studi terbaru dari PISA tahun 2012 menunjukkan bahwa tingkat penguasaan literasi sains Indonesia tergolong sangat rendah. Kemampuan literasi sains siswa Indonesia dari hasil studi internasional PISA tahun 2012, diperoleh hasil:

1. Indonesia menduduki peringkat 63 dari 64 negara peserta PISA dalam hal kemampuan literasi sains dengan skor rata-rata yang diperoleh siswa Indonesia adalah 382. Skor rata-rata tertinggi dicapai oleh China (580) dan terendah dicapai oleh Peru (373). Kemampuan literasi sains rata-rata siswa Indonesia tidak berbeda secara signifikan dengan kemampuan literasi sains siswa dari Qatar (384).

2. Berdasarkan skala kemampuan literasi sains, PISA membagi ke dalam 6 level kemampuan. Diperoleh hasil, Pertama, sekitar 26% siswa Indonesia berada di bawah level 1 (skor di bawah 335), menurut PISA penguasaan literasi sains di bawah level 1 adalah siswa tidak dapat menggunakan pengetahuan sains untuk menjelaskan fenomena. Kedua, sekitar 42% (skor 335-409) siswa Indonesia lainnya memiliki literasi sains berada pada level 1, pada level ini siswa dapat menggunakan sains untuk menjelaskan fenomena yang ditemui apabila fenomena tersebut sudah sangat dikenal dengan fakta ilmiah yang sangat jelas.

Ketiga, sekitar 25% (skor 409-484) siswa Indonesia lainnya memiliki literasi

sains minimal pada level 2. Pada level ini siswa dapat menjelaskan fenomena yang dikenalnya melalui penyelidikan dan pemecahan masalah yang


(10)

3

sederhana. Menurut interpretasi PISA, penguasaan literasi sains level 2 ini merupakan batas minimal seseorang dapat berpartisipasi di masyarakat dalam masalah seputar sains. Keempat, hanya sekitar 6% (skor 484-559) siswa Indonesia yang berada pada level 3, pada level ini siswa dapat menginterpretasi dan menggunakan konsep sains dari disiplin ilmu yang berbeda dan mereka dapat mengaplikasikannya. Kelima, pencapaian tertinggi siswa Indonesia hanya pada tingkat empat dengan persentase kurang dari 0,1% (skor 559-633). Hal ini berarti sedikit sekali siswa Indonesia yang dapat aktif bertindak secara efektif untuk mengatasi permasalahan ilmiah. Keenam, menurut studi ini secara langsung tidak ada siswa yang dapat mencapai level 5 dan level 6 atau tidak ada siswa Indonesia yang dapat menunjukkan literasi sains pada konteks yang kompleks (atau yang tidak dikenal) dan tidak ada siswa yang memiliki pengetahuan tentang sains itu sendiri.

3. Dibandingkan dengan hasil studi PISA tahun 2003, 2006 dan 2009, kemampuan literasi sains siswa Indonesia pada tahun 2012 relatif tidak mengalami peningkatan. Skor literasi sains rata-rata siswa Indonesia pada tahun 2003 adalah 395, tahun 2006 adalah 393 dan tahun 2009 adalah 383. Hasil studi PISA tahun 2012 menunjukan tingkat literasi sains siswa Indonesia memiliki skor rata-rata yang tidak jauh berbeda dengan hasil studi tahun-tahun sebelumnya dan skor ini berada di bawah rata-rata standar dari PISA (OECD, 2013:217-235)

Menurut Firman (2007) rendahnya tingkat literasi sains anak-anak Indonesia seperti yang telah diungkapkan oleh PISA Internasional perlu dipandang sebagai masalah serius. Rendahnya literasi sains siswa Indonesia ini dapat dikaitkan dengan pembelajaran yang selama ini tidak relevan dalam pandangan siswa. Dengan pola pengajaran sains yang selama ini digunakan di sekolah, siswa menjadi beranggapan bahwa sains merupakan pelajaran yang terpisah dari dunia tempat mereka berada (Firman, 2007). Pembelajaran dan penilaian yang diterapkan masih menitikberatkan pada dimensi konten dan melupakan dimensi proses dan konteks sains (Firman, 2007). Hal ini menunjukan bahwa proses belajar sains di sekolah selama ini elah mengabaikan kepemilikan literasi sains


(11)

4

peserta didik. Maka pembelajaran di sekolah seharusnya diarahkan pada konten yang mengaitkan konteks sains sebagai sarana untuk meningkatkan literasi sains siswa.

Sodikin, dkk. (2013:8) mengungkapkan bahwa sel volta merupakan konten yang sulit dipahami oleh siswa. Siswa mengalami kesulitan dalam merepresentasi sel volta pada tingkat submikroskopis (Sodikin, dkk. 2013:8). Hal ini dikarenakan pembelajaran di sekolah tidak menekankan proses sains yang terjadi pada aspek submikroskopik, akibatnya siswa hanya sekedar menghafal tanpa memahami konsep sel volta dengan baik. Untuk mengatasi hal ini diperlukan peningkatan kemampuan “spasial” siswa yang menekankan pada aspek submikroskopik dalam pembelajaran sel volta (Sodikin, dkk. 2013:214). Salah satu cara untuk mengembangkan kemampuan spasial siswa adalah dengan multimedia pembelajaran yang dapat menunjukan fenomena kimia yang interaktif.

Pembelajaran dengan multimedia sangat potensial untuk meningkatkan kemampuan literasi sains siswa. Berdasarkan studi PISA juga terungkap bahwa penggunaan komputer sebagai produk teknologi informasi dan komunikasi berhubungan erat dengan pencapaian akademik yang tinggi (Harrison, et. al dalam OECD, 2009). Produk teknologi informasi dan komunikasi yang terkait dengan penelitian ini adalah multimedia pembelajaran. Penggunaan multimedia pembelajaran yang mengimplementasikan teknologi ramah lingkungan yang menarik, interaktif, serta sesuai konteks dan situasi baik didaktis maupun pedagogis diharapkan dapat membantu siswa lebih mudah dalam memahami pelajaran dan lebih literate terhadap sains.

Agar pemahaman belajar siswa tentang sel volta tidak terpisah dari kehidupan sehari-hari mereka, dibutuhkan konteks sains yang relevan dengan konten sel volta. Salah satu konteks pembelajaran yang dinilai berkaitan dengan konten sel volta dan dapat digunakan untuk mata pelajaran kimia adalah konteks baterai ion-litium. Konteks baterai ion-litium dipilih karena konteks tersebut memenuhi kriteria pemilihan konteks berdasarkan pandangan De Jong (2006) yakni dikenal dan relevan untuk siswa, tidak memisahkan perhatian siswa dari konsep terkait, tidak terlalu rumit untuk siswa dan tidak membingungkan siswa.


(12)

5

Yusmaita (2013) telah melakukan penelitian mengenai bahan ajar sel volta menggunakan konteks baterai Li-ion dan telah menghasilkan sebuah bahan ajar yang sudah diuji keterbacaan dan kelayakan serta menunjukan bahwa konteks baterai Li-ion dapat digunakan untuk mengajarkan konsep sel volta. Akan tetapi menurut peneliti, bahan ajar yang telah dibuat masih memiliki kekurangan. Materi yang disajikan kurang menarik minat belajar siswa karena materi yang disajikan lebih banyak dalam bentuk teks dan tidak didukung oleh elemen-elemen media pendukung yang baik untuk menjelaskan suatu proses. Kurangnya penyajian elemen media pendukung materi menyebabkan siswa tidak mampu membangun hubungan antara representasi verbal dan visual sehingga tidak mudah dipahami dan tidak bersifat interaktif.

Berdasarkan pemaparan pendidikan, fakta dan realita di lapangan serta hasil penelitian terkait, peneliti melakukan penelitian lanjutan dari penelitian yang dilakukan oleh Yusmaita (2013). Penelitian yang dilakukan berupa pengembangan multimedia pembelajaran sel volta menggunakan konteks baterai ion-litium untuk membangun literasi sains siswa SMA.

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Bahan ajar sel volta menggunakan konteks baterai ion-litium hasil penelitian Yusmaita (2013) merupakan salah satu cara untuk meningkatkan literasi sains siswa Indonesia. Namun, banyaknya tinjauan proses sains di dalam konten sel volta dan konteks baterai ion-litium menuntut pembelajaran yang mampu membangun hubungan representasi verbal dan visual agar mudah dipahami oleh siswa. Pemanfaatan teknologi sebagai perangkat pembelajaran dapat menjadi solusi untuk mempermudah kegiatan pembelajaran. Akan tetapi, pemanfaaatan teknologi masih belum dimaksimalkan untuk kegiatan pembelajaran pada era ini.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi masalah, bahwa bahan ajar sel volta menggunakan baterai Li-ion masih memiliki kekurangan sehingga perlu pengembangan agar konten dan konteks mampu dipahami dengan baik oleh


(13)

6

siswa. Permasalahan utama dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah merepresentasikan konten sel volta dan konteks baterai ion-litium dalam bahan

ajar membentuk multimedia pembelajaran?”. Permasalahan tersebut diuraikan ke dalam beberapa pertanyaan yaitu:

1. Bagaimanakah pengembangan konten sel volta dan konteks baterai ion-litium dalam bahan ajar direpresentasikan untuk multimedia pembelajaran?

2. Bagaimanakah penilaian guru mengenai kelayakan multimedia pembelajaran yang telah dikembangkan?

3. Bagaimanakah tanggapan siswa setelah menggunakan multimedia pembelajaran yang telah dikembangkan?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah memperoleh multimedia pembelajaran sel volta menggunakan konteks baterai ion-litium ramah lingkungan berbasis literasi sains yang layak digunakan untuk siswa SMA. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Memperoleh gambaran pengembangan multimedia pada materi sel volta dengan menggunakan konteks baterai ion litium untuk meningkatkan literasi sains siswa

2. Memperoleh informasi penilaian guru mengenai kelayakan multimedia pembelajaran yang telah dikembangkan

3. Memperoleh informasi mengenai tanggapan siswa sebagai pengguna yang menggunakan multimedia pembelajaran yang telah dikembangkan

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang dilakukan diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut. 1. Bagi guru, tersedianya multimedia pembelajaran berbasis konteks yang dapat

digunakan dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Multimedia yang dikembangkan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan siswa.

2. Bagi siswa, multimedia yang dikembangkan dapat membuat proses belajar lebih bermakna dan menarik.


(14)

7

3. Bagi lembaga pendidikan terkait, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan bahan pertimbangan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.

4. Bagi peneliti lain, menjadi bahan referensi dan motivasi untuk mengembangkan multimedia berbasis konteks untuk materi pokok lain dengan konteks lain.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Struktur organisasi skripsi merujuk pada pedoman penulisan karya ilmiah UPI. Terdapat tiga bagian dalam penulisan skripsi ini yaitu bagian awal, bagian tengah dan bagian akhir.

Bagian awal terdiri dari lembar judul, lembar pengesahan, lembar persembahan, lembar pernyataan, kata pengantar, ucapan terima kasih, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran.

Bagian tengah dalam penulisan skripsi ini terdiri dari lima BAB, yaitu : 1. BAB I atau bagian pendahuluan membahas mengenai latar belakang

penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta struktur organisasi penulisan skripsi.

2. BAB II atau bagian kajian pustaka berfungsi sebagai landasan teoritis dalam menyusun pertanyaan dan tujuan penelitian. Kajian pustaka membahas mengenai konsep-konsep, teori-teori dan penelitian-penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan.

3. BAB III atau bagian metode penelitian membahas mengenai subjek penelitian, desain dan metode penelitian yang dipilih, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data. 4. BAB IV membahas mengenai hasil temuan penelitian yang telah dilakukan.

Analisis dan pembahasan temuan penelitian dihubungkan dengan dasar teoritis pada bab kajian pustaka sehingga dapat menjawab rumusan masalah penelitian.

5. BAB V membahas mengenai kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan jawaban dari rumusan masalah yang dituliskan dengan cara poin-poin. Saran


(15)

8

atau rekomendasi ditulis setelah kesimpulan. Saran ditujukan kepada pihak-pihak institusi, kepada pengguna hasil penelitian, kepada peneliti yang berminat untuk melakukan penelitian selanjutnya dan sebagainya.

Bagian akhir dari penulisan skripsi ini adalah daftar pustaka dan lampiran. Daftar pustaka memuat semua sumber tertulis yang pernah dikutip dan digunakan dalam pengembangan penelitian dan penyusunan skripsi. Daftar pustaka disusun secara alfabetis tanpa nomor urut. Lampiran-lampiran berisi semua dokumen yang digunakan dalam pengembangan dan penulisan hasil penelitian.


(16)

41

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A.Subjek Penelitian

Penelitian ini mengkaji multimedia pembelajaran sel volta yang dikembangkan menggunakan konteks baterai ion-litium berbasis literasi sains.

B.Desain Penelitian

metodologi / pengumpulan data kualitatif

Fase I

tujuan/masalah penelitian pengembangan multimedia (model ADDIE) Analisis  penurunan proposisi

mikro-makro

 struktur makro

 identifikasi keterampilan intelektual

 rancangan teks keluaran

 identifikasi bentuk presentasi elemen media

Desain lesson sequence map storyboard

Pengembangan pembuatan multimedia

validasi

penjelasan/kesimpulan

Fase II

tujuan/masalah penelitian metodologi / pengumpulan

data kuantitatif penyusunan instrumen, uji

coba dan hasil penelitian

lembar penilaian guru lembar tanggapan siswa validasi Implementasi

uji coba terbatas

penjelasan/kesimpulan Evaluasi

analisis dan pengolahan data evaluasi multimedia

perbaikan multimedia

Meta-Inference


(17)

42

Penelitian ini menggunakan desain penelitian sequential mixed method. Desain penelitian ini terdiri dari dua fase dimana setiap fasenya terdiri dari dua metode (kualitatif dan kuantitatif) (Tashakkori & Teddlie, 2003:688).

1. Fase I,

a. Tahap awal yang dilakukan adalah perumusan masalah penelitian.

Permasalahan pada penelitian ini adalah “Bagaimanakah

merepresentasikan konten sel volta dan konteks baterai ion-litium dalam bahan ajar membentuk multimedia pembelajaran?”.

b. Untuk menjawab pertanyaan tersebut diperlukan pengumpulan data kualitatif yang dilakukan dengan cara studi literatur untuk memperoleh konsep-konsep atau landasan-landasan teoritis serta temuan-temuan hasil penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian ini. Diantaranya mengenai buku ajar yang mengadung konten sel volta dan konteks baterai ion-litium, hasil literasi sains PISA dan model pengembangan multimedia pembelajaran.

c. Dalam merancang desain multimedia diperlukan model pengembangan agar produk yang dihasilkan dapat memenuhi kebutuhan penggunanya. Model pengembangan yang digunakan adalah model ADDIE (Analysis,

Design, Development, Implementation, Evaluation). Model ADDIE terdiri

atas lima tahapan pengembangan yang meliputi analisis data kualitatif dan kuantitatif. Penjelasan masing-masing tahapan telah dijelaskan pada BAB II. Untuk keperluan kualitatif maka yang dilakukan pada fase I adalah tahap analisis (analysis), desain (design) dan pengembangan (development). Sementara tahap implementasi (implementation) dan evaluasi (evaluation) akan dilakukan pada fase II.

(1) Tahap analisis meliputi penurunan proposisi mikro-makro, pembentukan struktur makro, identifikasi keterampilan intelektual, rancangan teks keluaran dan identifikasi elemen media pendukung materi.

(2) Tahap desain meliputi rancangan lesson sequence map dan story


(18)

43

(3) Tahap pengembangan meliputi pembuatan multimedia pembelajaran yang selanjutnya dari masing-masing tahapan pengembangan tersebut divalidasi kepada dosen pembimbing.

d. Diperoleh kesimpulan dari fase I, yakni hasil representasi bahan ajar ke dalam bentuk tampilan multimedia berdasarkan pada tahapan-tahapan pengembangan multimedia yang telah dilakukan.

2. Fase II,

a. Pada Fase II, permasalahan penelitian adalah “bagaimanakah penilaian guru mengenai kelayakan multimedia pembelajaran yang telah dikembangkan? Dan bagaimanakah tanggapan siswa setelah menggunakan multimedia pembelajaran yang telah dikembangkan?.

b. Untuk menjawab permasalahan penelitian tersebut diperlukan pengumpulan data kuantitatif dengan menyusun instrumen penelitian berupa angket penilaian guru dan tanggapan siswa.

c. Penyusunan instrumen, uji coba dan hasil uji coba merupakan bagian model pengembangan ADDIE yang dilakukan yaitu;

(1) Penyusunan instrumen lembar penilaian guru dan tanggapan siswa, dilakukan sebagai alat evaluasi penilaian multimedia dari segi desain instruksional dan tanggapan siswa sebagai pengguna multimedia. Lembar penilaian guru dan tanggapan siswa ini divalidasi kepada dosen pembimbing

(2) Tahap implementasi meliputi uji coba terbatas, hasil dari uji coba ini digunakan untuk merevisi multimedia pembelajaran. Sesuai dengan rancangan penelitian, uji coba ini hanya dibatasi pada uji coba lapangan saja dan multimedia pembelajaran yang sudah direvisi akan menjadi multimedia pembelajaran akhir.

(3) Tahap evaluasi ditujukan untuk menganalisis masing-masing tahapan pengembangan yang telah dilakukan guna menarik kesimpulan mengenai rumusan masalah penelitian, serta untuk menilai kualitas produk akhir sesuai dengan kriteria-kriteria evaluasi terhadap multimedia pembelajaran (Geissinger, 1997). Kriteria evaluasi telah


(19)

44

dipaparkan pada BAB II. Multimedia yang telah dievaluasi akan dilakukan perbaikan guna memperoleh multimedia pembelajaran yang memenuhi kebutuhan belajar siswa.

d. Diperoleh kesimpulan dari fase II, yakni hasil penilaian produk akhir yang sesuai dengan kriteria-kriteria penilaian terhadap multimedia.

3. Meta-Inference

Setelah seluruh tahapan dilaksanakan, selanjutnya dilakukan penarikan kesimpulan dan saran.

C.Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan penafsiran beberapa istilah penting yang ada dalam penelitian ini, berikut adalah penjelasan terhadap istilah-istilah tersebut. 1. Multimedia pembelajaran adalah media yang membawa pesan-pesan atau

informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran (Arsyad, 2007).

2. Literasi sains adalah kemampuan menggunakan pengetahuan untuk mengidentifikasi isu-isu ilmiah, mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti ilmiah dalam rangka proses untuk memahami alam dan interaksi manusia dengan alam. Literasi sains terdiri atas empat aspek yang berkaitan, yaitu konteks, konten, kompetensi, dan sikap. (OECD, 2009).

3. Konten yang dimaksud adalah konsep dan teori fundamental untuk memahami fenomena alam dan perubahannya (OECD, 2009). Konten pada penelitian ini adalah konsep sel volta.

4. Konteks adalah salah satu dimensi dari literasi sains yang mengandung pengertian situasi dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan aplikasi proses dan pemahaman konsep sains, misalnya kesehatan, lingkungan, serta sains dan teknologi (OECD, 2009). Konteks yang dipilih dalam penelitian ini adalah konteks yang berhubungan dengan sains dan teknologi yaitu baterai ion litium.


(20)

45

5. Representasi adalah suatu konfigurasi (bentuk atau susunan) yang dapat menggambarkan, mewakili atau melambangkan sesuatu dalam suatu cara (Goldin, 2002:208). Dengan kata lain, Representasi merupakan sesuatu yang mewakili, menggambarkan atau menyimbolkan obyek atau proses Representasi dapat dilakukan melalui berbagai cara antara lain verbal, gambar, grafis, animasi

D. Instrumen Penelitian

Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri (human

instrument). Dengan kata lain, alat penelitian adalah peneliti sendiri. Peran peneliti dalam human instrument adalah menetapkan fokus penelitian, memilih sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, menganalisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas temuannya sendiri. Validasi terhadap human instrument dilakukan oleh peneliti itu sendiri (Sugiyono, 2009:59). Oleh karena itu, peneliti harus bisa mengevaluasi diri seberapa jauh pemahaman terhadap metode penelitiannya, penguasaan teori dan wawasan terhadap bidang yang diteliti serta kesiapan dan bekal memasuki lapangan. Dalam melakukan validasi human instrument dalam penelitian ini, peneliti dibantu oleh dosen pembimbing.

Selain itu, Instrumen pendukung perlu dikembangkan untuk memperkuat dan melengkapi data hasil temuan peneliti sebagai human instrument. Menurut Sugiyono (2009:181), Instrumen dan teknik pengumpulan data dalam penelitian dapat disesuaikan dengan fokus penelitian. Terdapat tiga fokus penelitian yang diperoleh dari rumusan masalah, sehingga dalam penelitian ini dibutuhkan minimal tiga instrumen pendukung untuk mengumpulkan data dalam menjawab permasalahan penelitian.

1. Lembar catatan pengembangan multimedia pembelajaran (dokumentasi)

Untuk menjawab fokus penelitian yang pertama yaitu memperoleh gambaran desain pengembangan multimedia yang akan ditampilkan. Fokus permasalahan penelitian tersebut dapat diselesaikan melalui serangkaian proses penelitian. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah instrumen berupa lembar catatan


(21)

46

pengembangan multimedia pembelajaran agar tidak terdapat satu proses pengembangan multimedia pembelajaran yang terlewat. Lembar catatan pengembangan multimedia dapat membantu peneliti dalam mengorganisir data yang terkait, sekaligus menjadi pedoman berisi data apa saja yang sudah tersedia dan belum, dan data apa saja yang layak dianalisis atau yang telah dikonfirmasi dengan sumber lain. Format pembuatan instrumen ini ditunjukkan pada tabel 3.3.

Tabel 3.1 Format catatan pengembangan multimedia pembelajaran.

Data pengembangan

multimedia pembelajaran.

Pembuatan Kelayakan

Catatan perbaikan Sudah Bel

u

m

Layak Bel

u

m

Layak

Pembuatan teks dasar ………

Rangkaian proses yang terdaftar dalam kolom data pengembangan multimedia pembelajaran diperoleh dari studi literatur pengembangan multimedia pembelajaran. Kolom pembuatan multimedia pembelajaran digunakan untuk mengetahui apakah data pengembangan tersebut sudah dibuat atau belum. Kolom kelayakan dan catatan perbaikan merupakan penilaian dan tanggapan dari dosen pembimbing.

Kolom data pengembangan pembelajaran dalam tabel tersebut merupakan rangkaian proses yang harus dilakukan dalam pengembangan multimedia pembelajaran seperti analisis teks dasar dan identifikasi bentuk presentasi elemen media.

a. Teks dasar dianalisis untuk menemukan proposisi mikro. Dari proposisi mikro dapat dirangkai menjadi proposisi yang lebih makro. Menurut Setiadi (2001:54) penurunan proposisi makro dapat dilakukan dengan menerapkan aturan makro yaitu penghapusan, generalisasi dan konstruksi.

Tabel 3.2 Format Proposisi Mikro-Makro Teks Dasar Proposisi Mikro Proposisi Makro I Proposisi Makro II Proposisi Makro III


(22)

47

b. Tabel identifikasi bentuk presentasi elemen media merupakan bentuk analisis elemen media yang akan ditampilkan dalam tampilan multimedia pembelajaran. Tabel ini digabungkan dengan hasil analisis keterampilan intelektual, teks dasar dan teks keluaran agar memudahkan proses analisis. Kolom keterampilan intelektual berisi tindakan pedagogi penulis yang dinterpretasi oleh pembaca menjadi keterampilan intelektual. Kolom teks dasar digunakan untuk menampilkan materi yang bersifat teachable (mudah diajarkan). Kolom teks keluaran berisi materi yang akan diinformasikan kepada peserta didik yang bersifat accessible (mudah dipahami). Adapun Kolom bentuk presentasi merupakan pengembangan teks keluaran dan keterampilan intelektual yang diisi dengan memberi tanda checklist () pada kolom teks, grafis diam, animasi, audio atau video. Jika pokok materi memerlukan presentasi grafis diam atau menuntut presentasi visual sesuai dengan tuntutan keterampilan intelektual, maka bentuk presentasi mengandung unsur visual berupa gambar, ilustrasi, foto, grafik, sketsa, atau bagan. Jika menyangkut proses, baik konkret maupun abstrak maka bentuk presentasi merupakan bentuk video atau animasi yang dilengkapi audio. Jika topik tidak menuntut visualisasi, bentuk presentasi pun tidak perlu mengandung unsur visual baik grafis, video, audio maupun animasi. Kolom catatan tampilan mendeskripsikan hal-hal yang akan ditampilkan pada layar monitor untuk setiap frame materi. Kolom catatan tampilan akan memudahkan dalam pengembangan storyboard.

Tabel 3.3 Format identifikasi bentuk presentasi elemen media

Keterampilan intelektual

Teks dasar

Teks Keluaran

Bentuk Presentasi Catatan

Tampilan

Teks gambar animasi audio video

  - -

-2. Lembar Penilaian Kelayakan Multimedia dari Segi Desain Instruksional.

Instrumen yang digunakan untuk menjawab fokus penelitian yang kedua yaitu kelayakan multimedia pembelajaran dilakukan dengan lembar penilaian desain instruksional. Instrumen ini berisi tabel kriteria-kriteria penilaian dengan skala pengukuran rating scale. Penggunaan rating scale lebih fleksibel, tidak terbatas untuk pengukuran sikap saja, tetapi untuk mengukur persepsi responden


(23)

48

terhadap fenomena, seperti pengetahuan, kemampuan, proses kegiatan, dan lain-lain (Sugiyono, 2009:98). Isi di dalam lembar evaluasi merupakan elemen-elemen media yang ditampilkan dalam multimedia pembelajaran berdasarkan indikator penilaian segi desain instruksional, seperti ditunjukkan pada tabel 3.4. Penilaian yang dilakukan berdasarkan masing-masing elemen media yang ditampilkan. Hal tersebut dilakukan agar data yang diperoleh lebih menyeluruh dan memudahkan pencarian bagian multimedia pembelajaran yang masih harus diperbaiki.

Tabel 3.4. Salah satu contoh isi dalam lembar penilaian

Menu yang dinilai

Aspek penilaian

Animasi

Tahap Elaborasi (contoh reaksi redoks

spontan)

Tahap Elaborasi (sel volta)

4 3 2 1 4 3 2 1

Kemenarikan animasi Kesesuaian animasi dengan konsep

3. Angket Tanggapan Siswa

Instrumen yang digunakan untuk menjawab fokus penelitian yang terakhir yaitu angket tanggapan siswa. Tanggapan siswa ditujukan untuk mengetahui kualitas kontrol multimedia dan motivasi belajar siswa setelah menggunakan multimedia pembelajaran. Angket yang diberikan untuk siswa menggunakan skala

Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi

seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2009:93).

E.Teknik Pengumpulan Data

Terdapat tiga jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu :

1. Catatan pengembangan multimedia pembelajaran (dokumentasi)

Catatan pengembangan multimedia pembelajaran merupakan pedoman data yang dimiliki peneliti dalam mengembangkan elemen-elemen media. Teknik pengumpulan data pengembangan yang tertulis pada lembar catatan pengembangan multimedia dilakukan dengan studi dokumentasi. Dokumen-dokumen yang dapat digunakan untuk mengembangkan data tersebut antara lain berupa analisis teks dasar untuk memperoleh penurunan proposisi mikro-makro,


(24)

49

struktur makro teks, identifikasi keterampilan intelektual, transformasi presentasi media dan dokumentasi dari penelitian sebelumnya untuk mengembangkan data-data pengembangan multimedia yang lainnya. Setelah dokumen-dokumen yang digunakan sebagai acuan pembuatan data-data pengembangan multimedia diperoleh, selanjutnya data-data pengembangan tersebut dibuat dan dikembangkan sendiri oleh peneliti sebagai human instrumen. Data pengembangan multimedia tersebut divalidasi oleh dosen pembimbing. Validasi dosen pembimbing dilakukan secara lisan yang kemudian ditulis peneliti dalam lembar catatan pengembangan. Proses pengumpulan data dengan instrumen ini dilakukan selama proses pengembangan multimedia berlangsung.

2. Data hasil penilaian uji kelayakan multimedia pembelajaran.

Data hasil penilaian digunakan untuk mengetahui kelayakan multimedia dari segi instruksional instruksional. Teknik pengumpulan data penilaian dilakukan dengan memberikan lembar penilaian dan multimedia dalam bentuk CD. Selain dengan mengisi lembar penilaian, evaluasi juga dilakukan secara lisan selama proses pengembangan elemen-elemen media sampai multimedia akhirnya dinyatakan layak untuk diujicobakan dan menjadi produk akhir.

3. Data hasil angket tanggapan siswa.

Data hasil angket tanggapan siswa digunakan untuk mengetahui respon dan tanggapan siswa sebagai pengguna multimedia pembelajaran. Teknik pengumpulan data mengenai tanggapan siswa dilakukan dengan memberikan angket tanggapan siswa dan multimedia pembelajaran dalam bentuk CD kepada siswa kelas XII di salah satu sekolah di Kota Bandung. Data ini dikumpulkan pada tahap implementasi uji coba terbatas.

F. Teknik Pengolahan Data.

Sesuai dengan instrumen maka terdapat tiga teknik analisis data, yaitu :

1. Pengolahan data catatan pengembangan multimedia pembelajaran.

Setelah data-data yang terdapat dalam catatan pengembangan multimedia pembelajaran lengkap dan terkumpul, peneliti melakukan pemeriksaan data dan menganalisis data secara deskriptif. Berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh


(25)

50

dari hasil analisis data-data tersebut digunakan untuk menentukan bentuk elemen media seperti apa yang sesuai untuk direpresentasikan ke dalam multimedia pada konten sel volta dan konteks baterai ion-litium.

2. Pengolahan data penilaian.

Setelah data penilaian diperoleh, kemudian dilakukan pengolahan dan analisis data. Pada tabel 3.4 terlihat bahwa lembar penilaian terdiri dari kolom aspek penilaian dan kolom nilai untuk setiap menu dalam multimedia pembelajaran. Pengolahan data dilakukan dengan merata-ratakan nilai dari aspek penilaian untuk setiap menu tersebut. Nilai hasil rata-rata tersebut kemudian diinterpretasikan dengan skala seperti pada tabel 3.5. Hasil penilaian juga menghasilkan data kualitatif berupa saran dan komentar. Data kuantitatif dan kualitatif yang diperoleh kemudian dianalisis. Teknik analisis data penilaian ahli dilakukan dengan melakukan triangulasi sumber data. Teknik ini dilakukan dengan cara memeriksa data kembali yang telah diperoleh melalui berbagai sumber ahli. Data dari berbagai sumber ahli tersebut tidak dirata-ratakan tetapi dideskripsikan berdasarkan pandangan dari sumber ahli tersebut (Sugiyono, 2009:127). Setelah data tersebut dianalisis maka akan diketahui bagian-bagian multimedia yang harus diperbaiki dan dapat ditarik sebuah kesimpulan mengenai kelayakan multimedia pembelajaran.

Tabel 3.5. Interpretasi nilai evaluasi.

Range nilai Kriteria Penilaian Keterangan

4 – 3,23 Layak Sangat baik, tidak perlu direvisi. 3,22 – 2,45 Cukup layak Baik, perlu revisi sebagian.

2,44– 1,67 Kurang layak Kurang baik, revisi sebagian, dan kaji ulang isi.

< 1,66 Tidak layak Tidak baik, revisi total

3. Pengolahan data angket tanggapan siswa

Setelah diperoleh data tanggapan siswa melalui angket, selanjutnya dilakukan pengolahan dan analisis data sebagai berikut:

 Membuat tabel analisis data angket tanggapan siswa seperti yang dicontohkan pada tabel 3.6.


(26)

51

Tabel 3.6. Contoh rancangan pengolahan data angket tanggapan siswa.

Aspek

penilaian Indikator penilaian

Frekuensi Pilihan Siswa

(orang)/ f Nilai yang diperoleh

Nilai maksim

um

Nilai/P

SS S TS STS

Attention (Perhatian)

Gambar yang

ditampilkan menarik. 14 6 0 0 74 80 92.5%

Animasi yang ditampilkan menarik.

……… ………

Rata-rata nilai untuk aspek attention (perhatian) ... 80 ..…

Menghitung jumlah frekuensi pilihan jawaban siswa (f) untuk setiap indikator penilaian

Mengalikan jumlah frekuensi pilihan siswa (f) dengan ketentuan pada tabel 3.7. Tabel 3.7. Konversi data angket Likert

Skala likert Nilai

Sangat Setuju (SS) f x 4

Setuju (S) f x 3

Tidak Setuju (TS) f x 2 Sangat Tidak Setuju (STS) f x 1

 Mengakumulasikan nilai yang diperoleh pada setiap indikator.

 Menghitung nilai maksimum dengan rumus :

Nilai maksimum = skor tertinggi tiap butir x jumlah responden = 4 x jumlah responden

 Menghitung persentase penilaian (P) dengan membagi antara nilai yang diperoleh hasil akumulasi dengan nilai maksimum. Secara umum, rumus pengolahan data angket siswa adalah :

 Merata-ratakan nilai persentase masing-masing indikator agar diperoleh nilai persentase untuk setiap aspek motivasi yaitu perhatian, relevansi, percaya diri dan kepuasan.


(27)

52

 Selain data berupa angka, diperoleh juga data kualitatif berupa kritik dan saran yang digunakan untuk merevisi produk agar lebih baik.

Tabel 3.8. Interpretasi persentase data angket siswa

Persentase (%) Kriteria

P = 0 Tak seorang pun siswa

0 < P < 25 Sebagian kecil siswa 25 ≤ P < 50 Hampir setengah siswa

P = 50 Setengah siswa

50 < P < 75 Sebagian besar siswa 75 ≤ P < 100 Hampir seluruh siswa

P = 100 Seluruh siswa

Sumber: Koentjaraningrat (1990)

 Setelah data kuantitatif dan kualitatif diperoleh kemudian data dianalisis secara deskriptif dan ditarik kesimpulan mengenai tanggapan siswa setelah menggunakan multimedia pembelajaran ini.


(28)

81

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan dapat dinyatakan bahwa multimedia yang telah dikembangkan telah layak digunakan sebagai multimedia pembelajaran penunjang pembelajaran yang berbasis literasi sains.

Berdasarkan analisis data penelitian dan pengembangan yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil analisis wacana teks bahan ajar diperoleh bahwa konten sel volta dan konteks baterai ion-litium direpresentasikan untuk multimedia pembelajaran meliputi: (1) Elemen media yang sesuai dengan teks untuk bagian awal mengenai pencemaran lingkungan dan untuk konteks baterai ion-litium direpresentasikan kedalam bentuk tayangan video, (2) Bentuk elemen media yang sesuai untuk pokok materi sel elektrokimia yang memberikan contoh reaksi spontan dan untuk konten sel volta direpresentasikan dalam bentuk animasi, (3) Bentuk elemen media untuk materi pengertian baterai ion litium direpresentasi ke dalam bentuk tampilan grafis tak bergerak, sedangkan (4) isi teks lainnya dalam bahan ajar direpresentasikan ke dalam multimedia pembelajaran dengan bahasa yang singkat, padat dan jelas tanpa mengurangi makna.

2. Berdasarkan hasil angket penilaian guru menyatakan bahwa multimedia pembelajaran yang telah dikembangkan dinilai dari segi desain instruksional telah memenuhi prinsip pembelajaran dengan sangat baik, kriteria prinsip pembelajaran meliputi aspek meningkatkan perhatian, menginformasikan tujuan pembelajaran, merangsang pengetahuan awal siswa, menampilkan isi, menyediakan panduan belajar, meningkatkan kinerja dan mengukur hasil belajar dinilai dengan kategori sangat baik serta aspek menyediakan umpan balik dinilai dengan kategori baik.

3. Berdasarkan analisis data angket tanggapan siswa diperoleh kesimpulan bahwa hampir seluruh siswa (79,9%) termotivasi belajar dengan menggunakan


(29)

82

multimedia pembelajaran ini. Hampir seluruh siswa (82,5%) dapat mengontrol multimedia dengan sangat baik dan memberikan tanggapan yang baik terhadap multimedia pembelajaran yang telah dikembangkan.

B.Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa saran yang dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk pengembangan penelitian antara lain:

1. Memperkaya konten pembelajaran dengan konteks yang sesuai agar siswa merasakan manfaat ilmu yang dipelajarinya dalam kehidupan

2. Sebaiknya guru menggunakan multimedia dalam pembelajaran baik dari unduhan atau buatan sendiri sehingga memudahkan penyampaian materi yang abstrak dan meningkatkan pemahaman siswa.

3. Melakukan penelitian lanjutan untuk mengimplementasikan multimedia ini dalam proses pembelajaran dan membuat instrumen evaluasi terhadap multimedia pembelajaran ini.


(30)

83

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M., (2012). Pengantar Nanoteknologi. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Ariani, N., dan Haryanto, D., (2010). Pembelajaran Multimedia di Sekolah. Jakarta: Prestasi Pustaka

Arsyad, A. (2007). Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

________. (2009). Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Press.

Brown. T. L., (2009). Chemistry The Central Science. 11th edition. Pennsylvania:

Prentice Hall

De Jong, O. (2006). Context- Based Chemical Education: How to Improve it?. [Online]. Tersedia di: http://www.iupac.org/publications/cei/vol8/0801x DeJong.pdf. [Diakses 23 februari 2014]

Firman, H. (2007). Laporan Analisis Literasi Sains Berdasarkan Hasil PISA

Nasional Tahun 2006. Jakarta: Pusat Penilaian Pendidikan Balitbang

Depdiknas.

Gagné, R. M., Briggs, L. J., & Wager, W. W. (1992). Principles of instructional

design (4th ed.). Forth Worth, TX: Harcourt Brace Jovanovich College

Publishers.

Geissinger, H. (1997). Educational Software:Criteria for Evaluation. [Online]. Tersedia : http://www.ascilite.org.au/conferences/perth97/papers/

Geissinger/Geissinger.html .[Diakses 15 Agustus 2014].

Goldin, G. A. (2002). Representation in mathematical learning and problem solving. In L. D. English (Ed.), Handbook of international research in mathematics education. Mahwah, NJ: Lawrence Erlbaum Associates, Publishers. hlm. 197-218.

HAM, M. (2002). Ilmu Kimia 3. Bandung: Arcaya Media Utama.

Harman, K & Koohang, A. (2007). Learning Object and Instructional Design. California: Informing Science Press.

Hayat, B dan Suhendra, Y. (2010). Mutu Pendidikan. Jakarta: Gramedia.

Hernani, Mudzakir, A., dan Aisyah. (2009). Membelajarkan Konsep Sains-Kimia Dari Perspektif Sosial Untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMP.Jurnal Pengajaran MIPA. hlm.1-26.

Holbrook, J. (1998). ”A Resource Book for Teachers of Science Subjects”.


(31)

84

Holbrook, J, & Rannikmae, M. (2009). The meaning of scientific literacy. International Journal of Environmental & Science Education, 4(3), 275-288

Ismail, M, et al. (2003). A Theoretical Review on Evaluation of Multimedia

Courseware. Proceedings of 2nd International Conference on

Measurement and Evaluation in Education. (ICMEE) (2003). 264 – 272. Koentjaraningrat. (1990). Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat. Jakarta:

Gramedia.

Kruse, K. (2006). Gagne’s Nine Events of Instruction: An Introduction. [Online]. Tersedia: http://www.transformativedesigns.com/gagnes.html. Diakses [16 Agustus 2014]

Mayer, E.R and Moreno, R. (2002). Animation as an Aid to Multimedia Learning. Plenum Publishing Corporation. 1040-726X/02/0300-0087/0.

McMurry dan Fay. (2011). Chemistry Sixth Edition. New Jersey : Prentice Hall International.

Munir. (2008). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Alfabeta.

Nentwig, P., Parchmann, I., Demuth, R., Grasel, C., Ralle B. (2002). “Chemieim Context-From situated learning in relevant contexts to a systematic

development of basic chemical concepts”.Makalah Simposium

Internasional IPN-UYSEG Oktober 2002, Kiel Jerman.

Newby, T. J., Stepich, D. A., Lehman, J. D., & Russel J. D. (2006). Educational

Technology for Teaching and Learning. Upper Saddle River, NJ: Pearson

Merrill Prentice Hall.

OECD. (2009). PISA 2009 Assessment Framework Key competencies in reading,

mathematics and science.[Online]. Tersedia:

http://www.oecd.org/dataoecd/11/40/44455820.pdf [1 November 2013].

OECD.(2013). PISA 2012 Assessment Framework. Key competencies in reading,

mathematics and science. [Online]. Tersedia: http://www.oecd.org/pisa/ keyfindings/pisa-2012-results-volume-I.pdf. [1 November 2013].

Poulson, A. et al. (2008). „ARCS Model of Motivational Design‟. [Online]. Tersedia di: http://www.torreytrust.com/images/ITH_Trust.pdf. [Diakses 15 Agustus 2014].

Prayekti. (2006). “Penerapan Pendekatan Sains dan Teknologi Masyarakat pada Pembelajaran IPA di SD”. Pena Wiyata. Jurdik & Hum No.9 Tahun V,


(32)

85

Sadiman, A. S., Raharjo, R., Haryono, A., & Rahardjito. (2008). Media

Pendidikan : Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta :

Rajawali Press.

Setiadi, R. (2014). Penerapan Analisis Wacana Dalam Pengembangan Bahan Ajar. Workshop Penulisan Bahan Ajar. Bandung, Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI, hlm.1-15.

Setiadi, R. dan Agus, A. (2001). Dasar-Dasar Pemrograman Software

Pembelajaran. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

Shwartz, Y. Ben-Zvi, R. and Hofdtein, A. (2006). The use of scientific literacy

taxonomy for assessing the development of chemical literacy among high-school students.The royal society of chemistry. Chemistry education

research and practice, 2006, 7(4), 203-225.

Sodikin, N. dkk. (2013). Representasi Makroskopik, Submikroskopik dan Simbolik

Siswa Kelas XII di Sebuah SMA Negeri Kota Malang Terhadap Sistem dan Prinsip Kerja Sel Elektrokimia. [Online]. Tersedia di:

http://jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelD874C97FB36E5F940575B92A5CEB EFD9.pdf. [16 Oktober 2014]

Sugiyono. (2009). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. ALFABETA.

Sukmadinata. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Rosdakarya.

Tavip, B .(2009). Multimedia Learning: Prinsip-Prinsip dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tashakkori, A dan Teddlie, C. (2003) Handbook of Mixed Methods in Social &

Behavioral Research. Thousand Oaks CA: Sage.

Toharudin, U, Hendrawati S, dan Rustaman, A. (2011). Membangun Literasi

Sains Peserta Didik. Bandung: PT.Humaniora.

Welty, G. (2007). The “Design” Phase of The ADDIE Model. Journal of GXP

Compliance, 11 (4), hlm.40-48.

Whitten. (2004). General Chemistry 7th edition. Philadelphia: Saunders College

Publishing.

Yusmaita, E. (2013). Konstruksi Bahan Ajar Sel Volta Pada Baterai Li-Ion

Ramah Lingkungan Berbasis Literasi Sains. (Tesis). Sekolah

Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung


(1)

1001083, 2015

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN SEL VOLTA MENGGUNAKAN KONTEKS BATERAI ION-LITIUM UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

 Selain data berupa angka, diperoleh juga data kualitatif berupa kritik dan saran yang digunakan untuk merevisi produk agar lebih baik.

Tabel 3.8. Interpretasi persentase data angket siswa

Persentase (%) Kriteria

P = 0 Tak seorang pun siswa

0 < P < 25 Sebagian kecil siswa 25 ≤ P < 50 Hampir setengah siswa

P = 50 Setengah siswa

50 < P < 75 Sebagian besar siswa 75 ≤ P < 100 Hampir seluruh siswa

P = 100 Seluruh siswa

Sumber: Koentjaraningrat (1990)

 Setelah data kuantitatif dan kualitatif diperoleh kemudian data dianalisis secara deskriptif dan ditarik kesimpulan mengenai tanggapan siswa setelah menggunakan multimedia pembelajaran ini.


(2)

1001083, 2015

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN SEL VOLTA MENGGUNAKAN KONTEKS BATERAI ION-LITIUM UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan dapat dinyatakan bahwa multimedia yang telah dikembangkan telah layak digunakan sebagai multimedia pembelajaran penunjang pembelajaran yang berbasis literasi sains.

Berdasarkan analisis data penelitian dan pengembangan yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil analisis wacana teks bahan ajar diperoleh bahwa konten sel volta dan konteks baterai ion-litium direpresentasikan untuk multimedia pembelajaran meliputi: (1) Elemen media yang sesuai dengan teks untuk bagian awal mengenai pencemaran lingkungan dan untuk konteks baterai ion-litium direpresentasikan kedalam bentuk tayangan video, (2) Bentuk elemen media yang sesuai untuk pokok materi sel elektrokimia yang memberikan contoh reaksi spontan dan untuk konten sel volta direpresentasikan dalam bentuk animasi, (3) Bentuk elemen media untuk materi pengertian baterai ion litium direpresentasi ke dalam bentuk tampilan grafis tak bergerak, sedangkan (4) isi teks lainnya dalam bahan ajar direpresentasikan ke dalam multimedia pembelajaran dengan bahasa yang singkat, padat dan jelas tanpa mengurangi makna.

2. Berdasarkan hasil angket penilaian guru menyatakan bahwa multimedia pembelajaran yang telah dikembangkan dinilai dari segi desain instruksional telah memenuhi prinsip pembelajaran dengan sangat baik, kriteria prinsip pembelajaran meliputi aspek meningkatkan perhatian, menginformasikan tujuan pembelajaran, merangsang pengetahuan awal siswa, menampilkan isi, menyediakan panduan belajar, meningkatkan kinerja dan mengukur hasil belajar dinilai dengan kategori sangat baik serta aspek menyediakan umpan balik dinilai dengan kategori baik.

3. Berdasarkan analisis data angket tanggapan siswa diperoleh kesimpulan bahwa hampir seluruh siswa (79,9%) termotivasi belajar dengan menggunakan


(3)

1001083, 2015

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN SEL VOLTA MENGGUNAKAN KONTEKS BATERAI ION-LITIUM UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

multimedia pembelajaran ini. Hampir seluruh siswa (82,5%) dapat mengontrol multimedia dengan sangat baik dan memberikan tanggapan yang baik terhadap multimedia pembelajaran yang telah dikembangkan.

B.Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa saran yang dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk pengembangan penelitian antara lain:

1. Memperkaya konten pembelajaran dengan konteks yang sesuai agar siswa merasakan manfaat ilmu yang dipelajarinya dalam kehidupan

2. Sebaiknya guru menggunakan multimedia dalam pembelajaran baik dari unduhan atau buatan sendiri sehingga memudahkan penyampaian materi yang abstrak dan meningkatkan pemahaman siswa.

3. Melakukan penelitian lanjutan untuk mengimplementasikan multimedia ini dalam proses pembelajaran dan membuat instrumen evaluasi terhadap multimedia pembelajaran ini.


(4)

1001083, 2015

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN SEL VOLTA MENGGUNAKAN KONTEKS BATERAI ION-LITIUM UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M., (2012). Pengantar Nanoteknologi. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Ariani, N., dan Haryanto, D., (2010). Pembelajaran Multimedia di Sekolah. Jakarta: Prestasi Pustaka

Arsyad, A. (2007). Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada. ________. (2009). Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Press.

Brown. T. L., (2009). Chemistry The Central Science. 11th edition. Pennsylvania: Prentice Hall

De Jong, O. (2006). Context- Based Chemical Education: How to Improve it?. [Online]. Tersedia di: http://www.iupac.org/publications/cei/vol8/0801x DeJong.pdf. [Diakses 23 februari 2014]

Firman, H. (2007). Laporan Analisis Literasi Sains Berdasarkan Hasil PISA Nasional Tahun 2006. Jakarta: Pusat Penilaian Pendidikan Balitbang Depdiknas.

Gagné, R. M., Briggs, L. J., & Wager, W. W. (1992). Principles of instructional design (4th ed.). Forth Worth, TX: Harcourt Brace Jovanovich College Publishers.

Geissinger, H. (1997). Educational Software:Criteria for Evaluation. [Online]. Tersedia : http://www.ascilite.org.au/conferences/perth97/papers/

Geissinger/Geissinger.html .[Diakses 15 Agustus 2014].

Goldin, G. A. (2002). Representation in mathematical learning and problem solving. In L. D. English (Ed.), Handbook of international research in mathematics education. Mahwah, NJ: Lawrence Erlbaum Associates, Publishers. hlm. 197-218.

HAM, M. (2002). Ilmu Kimia 3. Bandung: Arcaya Media Utama.

Harman, K & Koohang, A. (2007). Learning Object and Instructional Design. California: Informing Science Press.

Hayat, B dan Suhendra, Y. (2010). Mutu Pendidikan. Jakarta: Gramedia.

Hernani, Mudzakir, A., dan Aisyah. (2009). Membelajarkan Konsep Sains-Kimia Dari Perspektif Sosial Untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMP.Jurnal Pengajaran MIPA. hlm.1-26.

Holbrook, J. (1998). ”A Resource Book for Teachers of Science Subjects”. UNESCO.


(5)

1001083, 2015

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN SEL VOLTA MENGGUNAKAN KONTEKS BATERAI ION-LITIUM UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Holbrook, J, & Rannikmae, M. (2009). The meaning of scientific literacy. International Journal of Environmental & Science Education, 4(3), 275-288

Ismail, M, et al. (2003). A Theoretical Review on Evaluation of Multimedia Courseware. Proceedings of 2nd International Conference on Measurement and Evaluation in Education. (ICMEE) (2003). 264 – 272. Koentjaraningrat. (1990). Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat. Jakarta:

Gramedia.

Kruse, K. (2006). Gagne’s Nine Events of Instruction: An Introduction. [Online]. Tersedia: http://www.transformativedesigns.com/gagnes.html. Diakses [16 Agustus 2014]

Mayer, E.R and Moreno, R. (2002). Animation as an Aid to Multimedia Learning. Plenum Publishing Corporation. 1040-726X/02/0300-0087/0.

McMurry dan Fay. (2011). Chemistry Sixth Edition. New Jersey : Prentice Hall International.

Munir. (2008). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Alfabeta.

Nentwig, P., Parchmann, I., Demuth, R., Grasel, C., Ralle B. (2002). “Chemieim Context-From situated learning in relevant contexts to a systematic

development of basic chemical concepts”.Makalah Simposium

Internasional IPN-UYSEG Oktober 2002, Kiel Jerman.

Newby, T. J., Stepich, D. A., Lehman, J. D., & Russel J. D. (2006). Educational Technology for Teaching and Learning. Upper Saddle River, NJ: Pearson Merrill Prentice Hall.

OECD. (2009). PISA 2009 Assessment Framework Key competencies in reading, mathematics and science.[Online]. Tersedia:

http://www.oecd.org/dataoecd/11/40/44455820.pdf [1 November 2013]. OECD.(2013). PISA 2012 Assessment Framework. Key competencies in reading,

mathematics and science. [Online]. Tersedia: http://www.oecd.org/pisa/ keyfindings/pisa-2012-results-volume-I.pdf. [1 November 2013].

Poulson, A. et al. (2008). „ARCS Model of Motivational Design‟. [Online]. Tersedia di: http://www.torreytrust.com/images/ITH_Trust.pdf. [Diakses 15 Agustus 2014].

Prayekti. (2006). “Penerapan Pendekatan Sains dan Teknologi Masyarakat pada Pembelajaran IPA di SD”. Pena Wiyata. Jurdik & Hum No.9 Tahun V, September 2006.


(6)

1001083, 2015

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN SEL VOLTA MENGGUNAKAN KONTEKS BATERAI ION-LITIUM UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sadiman, A. S., Raharjo, R., Haryono, A., & Rahardjito. (2008). Media Pendidikan : Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta : Rajawali Press.

Setiadi, R. (2014). Penerapan Analisis Wacana Dalam Pengembangan Bahan Ajar. Workshop Penulisan Bahan Ajar. Bandung, Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI, hlm.1-15.

Setiadi, R. dan Agus, A. (2001). Dasar-Dasar Pemrograman Software Pembelajaran. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI. Shwartz, Y. Ben-Zvi, R. and Hofdtein, A. (2006). The use of scientific literacy

taxonomy for assessing the development of chemical literacy among high-school students.The royal society of chemistry. Chemistry education research and practice, 2006, 7(4), 203-225.

Sodikin, N. dkk. (2013). Representasi Makroskopik, Submikroskopik dan Simbolik Siswa Kelas XII di Sebuah SMA Negeri Kota Malang Terhadap Sistem dan Prinsip Kerja Sel Elektrokimia. [Online]. Tersedia di: http://jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelD874C97FB36E5F940575B92A5CEB EFD9.pdf. [16 Oktober 2014]

Sugiyono. (2009). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. ALFABETA. Sukmadinata. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Rosdakarya. Tavip, B .(2009). Multimedia Learning: Prinsip-Prinsip dan Aplikasi.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tashakkori, A dan Teddlie, C. (2003) Handbook of Mixed Methods in Social & Behavioral Research. Thousand Oaks CA: Sage.

Toharudin, U, Hendrawati S, dan Rustaman, A. (2011). Membangun Literasi Sains Peserta Didik. Bandung: PT.Humaniora.

Welty, G. (2007). The “Design” Phase of The ADDIE Model. Journal of GXP Compliance, 11 (4), hlm.40-48.

Whitten. (2004). General Chemistry 7th edition. Philadelphia: Saunders College Publishing.

Yusmaita, E. (2013). Konstruksi Bahan Ajar Sel Volta Pada Baterai Li-Ion Ramah Lingkungan Berbasis Literasi Sains. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung