HUBUNGAN PROSES BELAJAR MENGAJAR PENDIDIKAN PANCASILA DENGAN HASIL BELAJAR KOGNITIF DAN AFEKTIF : Suatu Studi Deskriptif Koreiasional di FKCP Universitas Islam Riau Pekanbaru.
HUBUNGAN PROSES BELAJAR MENGAJAR
PENDIDIKAN PANCASILA DENGAN HASIL BELAJAR
KOGNITIF DAN AFEKTIF
(Suatu Studi Deskriptif Koreiasional
di FKCP Universitas Islam Riau Pekanbaru)
TESIS
Diajukan Kepada Panitia Ujiati Tesis Program Pascasarjana
IKEP Bandung Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan
Program S2 Bidang Studi Pendidikan Umum
IK1P
oi e h
JONKENEDI
9123296/XXIII-15
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT KEGURUAN PAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
1994
Setiap bayi yang riiiahirkan adctiah iaUt-i ; kt?du«i orcing
tua
nyalah yang membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani dan Majusi.
(Hadist. riwayat Al- Bukhari dan Muslim)
GURINDAM
Gurindam yang pertama
Barang siapa mengenal Allah
Suruh dan tegahnya tiada ia menyalah
Barang siapa mengenal diri
Maka telah mengenal Tuhan Yang Bahri
Gurindan yang kedua
Barang siapa meninggalkan sembahyang
Seperti rumah tiada bertiang
Gurindam yang ketiga
Apabila terpelihara mata
Sedikitlah cita-eita
Apabila terpelihara lidah
Niscaya dapat darinya paedah
Gurindam yang keempat
Hati itu kerajaan dalam tubuh
Jikalau lalim segala anggotapun rubuh
Mengumpat memuji hendaklah pikiir
Di situlah banyak orang tergelincir
Gurindam yang kelima
Jika hendak mengenal orang berbangsa
Lihat kepada budi dan bahasa
Jika hendak mengenal orang mulia
Lihatlah kepada kelakuan dia
Gurindam yang keenam
Cari
olehmu
akan
sahabat
Yang boi'eh dijadikan obat
Cari
olehmu
akan guru
Yang boleh tahukan setiap seteru
(RAJA ALI
HAJI)
PISETIUIJ]
Prof.
UNTUK
UJIAN
TAHAP
]"]
DrTNURSID SUMAATMAJA,
Pembimbing II
Dr.
I)
J
A
M A
R
I
ABSTRAK
Pendidikan Pancasila sebagai bagian dari MKDU, menitik-
beratkan
pada ranah afektif,
namun kenyataan yang
terdapat
di berbagai perguruan tinggi, pendidikan Pancasila disampaikan
kepada mahasiswa lebih dominan dalairi
bentuk
Oleh sebab itu melahirkan permasalahan tentang
kognitif.
bagaimanakah
hubungan antara proses bllajar mengajar pendidikan Pancasila
dengan hasil belajar kognitif dan afektif serta perbandingan
antara
hasil belajar kognitif dan afektif tersebut.
Selain
itu bagaimana pula perbandingan hasil belajar kognitif tingkat rendah dengan tingkat sedang maupun tingkat tinggi.
Hipotesis dalairi penelitian ini yaitu
:
1. Ada hubungan yang positif antara PBM pendidikan Pancasila
dengan hasil belajar kognitif mahasiswa.
2. Ada perbedaan yang berarti antara hasil belajar
kognitif
pendidikan Pancasila tingkat rendah dengan tingkat sedang
dan- tingkat tinggi.
3. Ada hubungan yang positif antara proses belajar
pendidikan
mengajar
Pancasila dengan hasil belajar afektif
maha
siswa .
4. Ada perbedaan yang berarti antara hasil belajar
pendidikan
kognitif
Pancasila dengan hasil belajar afektif
maha
siswa.
Tujuan penelitian
1.
ini adalah
:
Untuk mengefektifkan proses belajar mengajar
pendidikan
Pancasila. Melalui penelitian ini diharapkan dapat
memberi-
kan
mengajar
masukan
pendidikan
ternadap peningkatan proses
Pancasila,
belajar
sehingga menjadi wahana
transformasi
pengetahuan tentang Pancasila bagi. mahasiswa.
2.
Untuk mengefektifkan proses belajar mengajar
Pancasila.,
pendidikan
supaya pendidikan Pancasila dapat disampaikan se
bagai pendidikan afektif, nilai dan moral, sehingga
wahana internalisasi dan personalisasi bagi mahsiswa
menjadi
terha-
dap nilai,
moral dan norma Pancasila.
Metode
yang
diterapkan dalam
deskriptif korelasional komparatif.
penelitian
ini
adalah
Proses belajar
pendidikan Pancasila sebagai variabel bebas (X),
mengajar
hasil
bel
ajar kognitif sebagai variabel terikat pertama (Y1) dan
sil
belajar
afektif sebagai variabel terikat
kedua
ha
(Y2).
Kenyataan-kenyataan yang ditemui dalam proses belajar
meng
ajar pendidikan Pancasila dideskripsikan sebagaimana adanya.
Antara
proses belajar mengajar pendidikan Pancasila
dengan
hasil belajar kognitif maupun hasil belajar afektif diterap
kan metode korelasi.
Antara hasil belajar kognitif pendidik
an Pancasila tingkat rendah (Yla), tingkat sedang (Ylb) dan
tingkat tinggi (Yic) serta hasil belajar kognitif dengan
hasil
belajar afektif diterapkan metode
komparasi.
Teknik
dan alat pengu.-npul data yang digunakan adalah studi dokumentasi,
test
sebesar
kognitif,
skala
sikap
dan
1.695 orang dan sampel sebesar
angket.
313 orang.
Populasi
ouplikan
sampel dilakukin dengan menggunakan tabel Krejcie. Pengumpulan
data dilaksanakan pada tanggal 1 September
1993
sampai
dengan tanggal 4 Oktober 1993 di FKIP Universitas Islam Riau
Pekanbaru.
Proses belajar mengajar yang dilaksanakan di FKIP
versitas Islam Riau belum memadai.
kan
Uni
Persiapan yang dilaksana
sebelum proses belajar mengajar belum
memadai,
tujuan
instruksional yang dirumuskan lebih dominan pada ranah
kog
nitif, materi yang disampaikan lebih dominan pada pengetahuan,
metode yang diterapkan terbatas pada eeramah'dan
jawab,
wa,
komunikasi yang terjadi antara dosen dengan
wahasiswa
dengan mahasiswa serta keteladanan,
yang ditunjukkan dosen cukup memadai.
nakan
tanya
mahasis
disiplin
Evaluasi yang dilaksa
terbatas pada pengetahuan mahasiswa,
sedangkan
skala
sikap dan pengamatan perilaku mahasiswa tidak pernah
dilak
sanakan. Jadi proses belajar mengajar tersebut masih
bersi-
fat
k o n v e n s i o n a 1.
Dari temuan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil bela
jar kognitif pendidikan Pancasila mahasiswa FKIP Universitas
Islam Riau berada pada tingkat sedang. Ranah kognitif dalam
pendidikan Pancasila tidak dapat diabaikan begitu saja,
karena
antara
aspek kognitif dengan aspek
afektif
saling
melengkapi.
Hasil
FKIP
belajar kognitif pendidikan Pancasila
Universitas
rendah, yaitu
Islam Riau lebih cenderung
mahasiswa
pada
tingkat
pengetahuan, pemahaman dan aplikasi.
Keadaan
tersebut tidak relevan dengan tingkat perkembangan psikologis mahasiswa serta jenjang pendidikan perguruan tinggi.
Hasil
belajar afektif pendidikan
Pancasila
mahasiswa
FKIP Universitas Islam Riau berada pada tingkat sedang,
wa-
laupun
proses belajar mengajar yang dilaksanakan bersifat
kognitif, tanpa pendekatan dan model-model pendidikan afek
tif.
Kasil belajar kognitif dan afektif pendidikan Pancasila
mahasiswa FKIP Universitas Islam Riau ternyata tidak berbe-
da, iueskipun i-enuidikan Pancasila yang disampaikan oleh do
sen melalui proses belajar mengajar lebih mengarah pada
ranah kognitif. Hal tersebut dikarenakan dosen pendidikan
Pancasila mampu melaksanakan tanggung jawab pedagogis mela
lui keteladanan dan kedisiplinan yang ditunjukkan dalam kehidupannya, sehingga dijadikan tokoh panutan oleh
mahasiswa
dalam merobina dan mengembangkan pemikiran, sikap dan perbuatan yang penuh bernilai, bermoral dsan bernorma
Pancasila.
berdasarkan
V
DAFTAR
TST
PERSFTUJUAN PEMBIMBING
ii
KATA PENGANTAR
iii
UCAPAN TERTMA KASIH
iv
DAFTAR ISI
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR BAGAN
vi i
DAFTAR DIAGRAM
viii
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
BAB IT
ix
: PENDAHULUAN
1
A.
Latar Pel along Masalah
1
B.
Perrimnsan
5
C.
Defenisi Operasiona 1
Masalah
7
!) . A sum pi
10
E . H ip "' t e s ": s
11
F.
Tujnan Penelitian
•* 1
G.
KfiSunasr
Penelitian
H.
Kerangka
I s i Tesis
.
13
: TTNJAUAN KONSFPTUAL
A.
C
Pendidikan
15,
Afektif
15
1.
Pendidikan
?.
3.
4
Pendidikan Moral
ppndek^tan Dalam P^nd i d i ka-: Afektif.
Mode1 -^nriel Da Ian r-endidi kar: Afektif.
Nilai
16
NilaT-n^lai Paneas^la
1
N;M^ nhi ektif Ps^5si^
2. Nila- Bnhiektif Pancasila
3. Nils' Material PaneafeiTa..
4.
Panr-asila
Bebarfai
12
Pranata
20
74
?9
34
35
35
..36
?8
H.
Ppr.H-irMkan Panr-asila
1
Tninsn
7 .
Materi
?,
noser
40
42
44
... 44
4 . Metode
E.
46
5. Media dan Alat Peraga
49'
6
51
Eva 1 nasi
Pendidikan Panr-asila
sebagai Pendidikan
Umum di perguruan Tinggi
F.
BAB
III
Taksonomi Tujuan Pendidikan
Pendidikan Pancasila
: MET0D0L0GI
A.
Metode Pene] i.ti an
71
Penynsunan
Instrumen
Teknik
Penelitian
72
Penelitian
Analisa
HASIL
83
Data
.84
PENELITTAN
87
A.
Penya.iian
B.
Penhahasan Hasil Temuan di
C.
Penya.iian Hasil Penelitian secara
Statist ik
D.
Data Lapand'an Dengan Porsentase. .87
Penbahasan Hasil.
temuan
lapangan
109
127
Secara Sta.tistik. . 130;
P E N '1 T !' P
A . Kesimniilsn
B .
158
158
l>,rO i kas^
1.
"7
3.
OAFTAR
67;
C. Teknik Pengumpulan Data
: PEMBAHASAN
:
67;
70
F.
BAB V
.58
PENELITIAN
E.. Pelaksanaan
TV
Dalam
B. Papulasi dan Samp el
D.
BAB
52
Inp^'-'asi
TT[P 1 i I' o o i
TTrir>"* - ka.pi
.
Teor^t^s
P^ql/t i p
Pen e 1 i tA •- - n
16 2
163
16 4
r^ ] gri in trivg
. . . . . .1.65
PUSTAKA
T-AMPTPAN-LAMPXRAN
1^7
...
.172
Vi.
DAFTAR TABEL
3.
1. Ukuran Sampel Penelitian
71
3.
2. Kisi-kisi Instrumen Test Pendidikan Pancasila
73
3.
3. Kisi-kisi Instrumen Skala Sikap
74
3.
4. Kisi-kisi Angket PBM Pendidikan Pancasila
75
3.
5. Daya Pembeda dan Derajat Kesukatan Test Kognitif... 77
3.
6. Penentuan Bobot tiap Skala Sikap
79
3.
7. Bobot Alternatif Tiap Item Skala Sikap
80
3.
8. Analisis Daya Pembeda Skala Sikap
81
3.
9. Daya Pembeda Tiap Butir Skala Sikap
82
3. 10. Rambu-rambu Penilaian Acuan Norma Skala Sikap
84
4.
1. Persiapan Sebelum PBM
87
4.
2 . Kontiniuitas Persiapan
88
4.
3 . Persiapan Perlengkapan
88
4.
4 . Penjelasan Tujuan Pada Mahasiswa
89
4.
5 . Ranah Taksonomi Yang Dirumuskan
90
4.
6. Pengajuan Pertanyaan Pada Mahasiswa
90
4.
7. Motivasi untuk menjawab pertanyaan Dosen
91
4.
8 . Kesempatan Bertanya
9I
4.
9. Kesempatan Memberikan Jawaban
92
4. 10. Jawaban Dosen Atas Pertanyaan Mahsiswa
92
4. 11. Pemahaman Dosen atas pertanyaan Mahasiswa
93
4 . 12. Pemanf aatan Waktu
93
4. 13. Akhir Perkuliahan
94
4 . 14 . Disiplin yang diterapkan
94
4 . 15 . Keteladanan Dosen
95
4.
16. Hubungan Dosen dengan Mahasiswa
9b
4. 17. Tugas Mandiri dan Terstruktur
95
4. 18. Hubungan Materi Kuliah dengan Kenyataan
96
4. 19. Penyegaran dalam Perkuliahan
96
4 . 20 . Aspek Materi yang Disampaikan
97
4. 21. Pemberian Contoh
gg
4 . 22 . Pengunaan Buku Paket
98
4. 23. Penggunaan Buku Penunjang
99
4 . 24 . Penguasaan Materi Oleh dosen
99
4 . 25 . Penerapan Metode
100
4. 26. Penerapan Metode Sesuai Ranah Taksonomi
100
4. 27. Penerapan Dialog
101
4 . 28 . Penggunaan OHP
101
4 . 29 . Penggunaan Caption
102
4 . 30 . Penggunaan Alat Peraga
102
4. 31. penggunaan Papan Tulis
103
4. 32. Evaluasi Diakhir Kulaih
104
4 . 33. Bentuk Evaluasi
104
4. 34. Keselarasan Evaluasi dengan Materi
105
4. 35. Pelaksanaan Pre-Test
105
4 . 36 . Ranah Taksonomi yang Dievaluasi
105
4. 37. Evaluasi Skala Sikap
106
4. 38.
106
Evaluasi Tuhgas Mandiri dan Terstruktur
4. 39. Kriteria Pemberian Nilai
107
•i
4. 40. Pengamatan Tingkah Laku Mahasiswa
107
4. 41.
108
Pengembalian Lembaran Test
vii
DAFTAR
BAGAN
1. Hakekat Pendidikan Pancasila
65
2. Kerangka Penelitian
69
VI11
DAFTAR DIAGRAM
1. Metode Domain Kognitif Menurut Jenjang Pendidikan
47
2. Metode Domain Afektif Menurut Jenjang Pendidikan
48
3. Domain Kognitif Menurut Jenjang Pendidikan
59
DAFTAR
Lamp.
I
LAMPIRAN
: Reabilitas Antar Penimbang Test Kognitif..
172
Lamp II
: Reabilitas Antar Penimbang Skala Sikap
i.i'k
Lamp III
: Reabilitas Antar Penimbang Angket PBM
176
Lamp IV
: Hasil U j i Coba Test Kognitif
178
Lamp V
: Hasil Uj i Coba Skala Sikap
180
Lamp VI
: Hasi 1 Uj i Coba Angket
182
Lamp VII
: Pengolahan Skor Mentah PBM Menjadi
Skor Baku
Lamp VIII
: Pengolahan Skor Mentah Test Kognitif
Menjadi
Lamp
IX
185
Skor
Baku
186
: Pengolahan Skor Mentah Skala Sikap
Menjadi
Skor
Baku
187
Lamp X
: Tabel
Kontingensi Antara Skor PBM
Lamp XI
: Tabel
Kontingensi Antara Skor PBM
Dengan Skor Test Kognitif
Dengan Skor Skala Sikap
Lasmp XII
Lamp XIII
189
: Perhitungan Uji Kesamaan Dua Rata-Rata
Antara Hasil Belajar Kognitif Rendah,
Sedang Dan Tinggi
XIV
191
: Perhitungan Uji Kesamaan Dua Rata-Rata
Antara Hasil Belajar Kognitif Dengan
Hasil Belajar Afektif
Lamp
188
: Lembaran
Test
Dan Angket
Kognitif.
195
Skala Sikap
197
BAB
I
PEHDAHULUAN
A. Latar. BjLLak.aag liasalali
Pendidikan
umum merupakan suatu pendidikan yang
tuhkan oleh setiap manusia dan
yaitu
mempunyai sasaran yang luas,
ingin member,tuk manusia Indonesia seutuhnya. Di dalam
pendidikan
serta
dibu-
formal, pendidikan umum berlaku untuk semua
didik. Di
mata kuliah yang
perguruan tinggi, MKDU merupakan
kelompok
digolongkan sebagai pendidikan umum.
Mata
kuliah tersebut yaitu : pendidikan agama, pendidikan
Panca
sila dan pendidikan kewiraan sebagai kelompok pertama,
ISD,
dan IAD sebagai kelompok
pe-
kedua. Kelompok mata
IBD,
kuliah
pertamu dimaksudkan untuk men —--kan — r r^bina nilai nilai
dasar
yang esensial. Sedangkan kelompok
mata
kuliah
yang
kedua menitikberatkan pada aspek pengetahuan untuk penerapan
niiai-riilai tersebut.
Sementara
dalam
itu tujuan MKDU adalah seperti yang
SK Dirjen Dikti Depdikbud No. 32/DJ/Kep/1983
ayat 3 yang
berbunyi
tcrmuat
pasal 1
sebagai berikut :
Secara ssesifik program MKDU bertujuan menghosilkan
w:,rga negara ssrjana yang berkualifikasi sebagai rerikut :
1. Berjiwa. Pancasila sehingga segala keputusan can tindakannva mer.cerminkan nilai-niJai Fancasi ici dan
:::oi»:j Iiki
integritas kepribadian yang tinggi yang nencshuiukau
kepentingar. nasional dan kemanusiaan sebagai sar.iana
Indonesia.
.
,
.
2 Taqwa kepadu Tuhan Yang Maha Ksa, bertindaK .s--suai de
ngan ajarar: agamanya. dan memiliki tenggang ra.--?i terha3
dap pemeluk agama lain-.
Memiliki
dalam
wawasan komprehensif can pendekatar.
mer.y ikapi
perasalahan kehidupan,
baiK
integral
sosial.
ekomomi, poiitik, pertahanan keamanan dan kebudayaan.
4. Memiliki
wawasan
budaya yang luas
tentang
kehidupan
bermasyarakat
dan
secara bersama-sama mampu berperan
serta meningkatkan kualitasnya maupun tentang lingkungan alamiah dan secara bersama-sama berperan serta dalam
pelestariannya.
Dengan demikian tujuan MKDU di atas memuat keseimbangan
an
tara keimanan dan ketakwaan dengan aspek kognitif,
afektif,
psikomotor. Memiliki kemampuan berpikir, perasaan,
kesadar-
an, keterampilan,
aplikasikan
aktvitas
dalam
keyakinan terhadap Yang Maha Esa yang
dalam
kehidupan bermasyarakat,
bernegara
beragama. Tujuan Pendidikan Nasional
UUSPN
No.
Pendidikan
2 tahun
1989 sebagai berikut
yang
di-
dan
dimuat
:
Nasional bertujuan mencerdaskan
kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yai
tu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan
dan
keterampilan, sehat jasmani dan
rohani,
kepribadian
yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan
Untuk
pendidikan
kebangsaan.
mewujudkan
Pancasila
tujuan pendidikan
nasional
tidak berdiri sendiri
tersebut
tetapi
secara
terintegrasi dengan MKDU lainnya dan memperhatikan juga
ke-
khususan yang terkandung dalam mata kuliah spesialisasi
me
nurut
jurusan masing-masing.
Keimanan dan ketakwaan
dibina
melalui pendidikan Agama, tanggung jawab dan kemandirian di
bina melalui pendidikan Kewiaraan,
pengetahuan dan
keteram
pilan dapat dibina melalui mata kuliah jurusan dan keahlian.
Mata
kuliah
pendidikan Pancasila menempati
kedudukan
sangat penting, karena secara filosofis merupakan dasar
tujuan pendidikan
Indonesia. Pendidikan
Pancasila
dan
sebagai
MKDU
sesuai petunjuk SK Dirjen
Dikti No. 32/DJ/Kep/I'g"83
pasal 4, bahwa penyampaian program MKDU adalah' sebagai beriku t
in i
:
1. Sistem penyampaian program MKDU merupakan jalinan
imbang antara :
a. Pemberian pengetahuan dan pembentukan
ber-
pemahaman.
b. Pembentukan keterampilan baik intelaktual maupun hu
bungan antara pribadi.
c. Penghayatan diri dan pembentukan pilihan nilai.
2. Sistem penyampaian program MKDU merupakan jalinan
saling
mendukung antara :
a. Proses instruksional yang merupakan penyampaian
cara langsung.
se
b. Proses pengahayatan yang merupakan penyampaian pesan
secara langsung.
3. Sistem penilaian MKDU mencakup secara seimbang :
a. Perolehan pengatahuan dan pemahaman.
b. Pembentukan
keterampilan intelektual
dan
hubungan
antar pribadi.
c. Pembentukan serta pengamalan nilai.
Dari uraian pasal 4 SK Dirjen Dikti tersebut dapat kita simpulkan bahwa pendidikan Pancasila sebagai bagaian dari
harus
yang
mampu memberikan pengetahuan dan
pemahaman
berhubungan dengan nilai, moral dan
norma
MKDU
perilaku
Pancasila,
hubungan dengan manusia lain serta mampu
menginternalisasi-
kannya
membedakan
dalam
baik-buruk,
diri mahasiswa agar mampu
benar-salah,
adil tidak adil
yang
antara
diwujudkan
dalam tingkah laku dan perbuatan. Dengan demikian pendidikan
Pancasila
yang menitikberatkan pada aspek afektif
haruslah
diikuti aspek kognitif maupun psikomotor.
Berdasarkan
pengamatan secara tidak langsung
terlihat
adanya kesenjangan pelaksanaan proses belajar mengajar
pen
didikan Pancasila,di mana pendidikan Pancasila lebih dominan
disampaikan dalam bentuk kognitif, padahal aspek afektif se-
narusnya mendapat porsi yang lebih besar dari aspek Uinrva.
Hetoda yang diterapkan
eenderung hanyr, satu atau dua
sa.ia, media dan alat peraga
tulis
yang
dan kapur. Komunikasi yang
digunakan hanyalah
terjadi hanya
dan evaluasi Lebih terfokus pada. aspek
angka yang
maeam
papan
satu
arah
kognitif. Selain itu
diperoleh siswa. terlepas dari
tingkah laku
dan
perbuatannya.
.Dengan
kesenjangan
di atas
penulis
tertarik
untuk
mengadakan penelitian tentang proses belajar mengajar pendi
dikan Pancasila dan hubungannya dengan hasil belajar
baik pada aspek kognitif maupun afektif (sikap).
siswa,
Dipilihnya
hal tersebut didasarkan pada pentingnya proses belajar mengajai dalam mencapai tujuan yang bermuara pada hasil
siswa. Sebab
belajar
sampai saat ini proses belajar mengajar
tetap
dip-rcaya sebagai unsur penting dalam dunia pendidikan,
ngan kata lain tanpa proses belajar mengajar buksnlah
vitas
pendidikan
dalam arti formal. Demikian
pula
de
akti-
dengan
hasil belajar yang merupakan cerminan dari keberhasi la.n pro
ses belajar mengajar yang dilaksanakan.
Proses
sosialisasi
dan personalisasi
tereakup
dalam
proses belajar mengajar pendidikan Pancasila, dalam mewaris-
kan
nilai, moral dan norma Pancasila kepada generasi
Lemahnya pembinaan
proses
belajar
Paneasila,
nilai, Loral dan norma
mengajar karena lebih
dan unsur mendidik
sebagai
Pancasila
hersifnt
-e
realisasi
jaw.-jb pedagogis yang harus dilaksanakan o]>A< dos.-;. Per.
an
Pancasila kurang disadari, sehingga peserta oidik
muda.
dalam
;. •' a r a ii
.g fi u n g
O
i K -
sulit
untuk berinternalisasi dan bersosialisasi dengan nilai-nilai
Pancasila,
sehingga muncul perilaku siswa yang tidak
ral Pancasila seperti perkelahian siswa,
bok,
B.
kumpul kebo dan
bermo-
mencoret-coret
tem-
sebagainya.
Perunusan Masalah
Pelaksanaan
proses
belajar mengajar
pendidikan
Pan
casila yang hanya menitikberatkan pada transformasi pengeta
huan
yang tercermin dari perolehan hasil
dengan nilai yang tinggi,
belajar
merupakan awal terabaikannya tang
gung
jawab pedagogis dan moral dalam pendidikan
Pada
akhirnya
Pendidikan Pancasila
tidak
wahana internalisasi dan sosialisasi nilai,
Pancasila,
kognitif
Pancasila.
lagi
merupakan
moral dan
norma
tetapi hanya sebagai wahana transformasi belaka.
Upaya penyempurnaan kurikulum dan silabi yang hanya menguta-
makan
penyelesaian materi yang bersifat
jangka waktu yang ditetapkan,
pendidikan
swasta
pengetahuan
dalam
test sumatif dan ujian
negara
Pancasila yang dilaksanakan di perguruan
tinggi
lebih
mengutamakan aspek kognitif,
orang
tua
mempercayakan pendidikan di tangan guru mengharapkan
memperoleh nilai yang tinggi,
dan juga guru,
anaknya
demikian pula dengan mahasiswa
sebab nilai yang tinggi yang diperoleh
siswa akan mengangkat
yang
maha
kredibilitasnya diantara sesama dosen
juga terhadap atasannya.
Keadaan tersebut menyebabkan
dosen
terkondisikan untuk melaksanakan pendidikan Pancasila secara
kognitif
dan
yang berakibat dangkalnya pemahaman,
pengamalan terhadap nilai-nilai Pancasila,
penghayatan
karena
yang
dibina
dan
dikembangkan
sehingga nilai,
nal
yang
hanya
unsur
rasio
nalar.
moral dan normapun ditanggapi secara
mrenimbuIkan sikap pragmatis
Berdasarkan
dan
dan
rasio-
insrumentalis.
latar belakang masalah dan kesenjangan di
maka rumusan masalah penelitian
ini adalah
atas,
: Sejauh
manakah
hubungan antara proses belajar mengajar dengan hasil belajar
kognitif
maupun
perbandingan
kaitan
afektif (sikap) pendidikan
sedang
lihat
tif.
atau
yang menyatakan
lemah.
Sejauh
manakah hubungan antara
pendidikan Pancasila dengan
mahasiswa
2.
belajar
ini
ku-
untuk
perbedaan antara hasil belajar kognitif dengan
Agar rumusan masalah tersebut lebih jelas,
dan
keter-
hubungan tersebut
Perbandingan dimaksudkan
barka.n dalam hentnk pertanyaan berikut
1.
adalah
antara proses belajar mengajar dengan hasil
kognitif dan afektif,
at,
Hubungan yang dimaksud
keduanya.
Pancasila
me-
afek
maka.
dija-
:
proses belajar
mengajar
hasil belajar aspek
kognitif
?
Apakah ada perbedaan hasil
belajar
kognitif
pendidikan
Pancasila antara tingkat rendah dengan tingkat sedang ?
3.
Apakah
ada perbedaan
Pancasila antara
4.
5.
a. n t a r a
hasil
tingkat
Sejauh manakah hubungan
pendidikan
belajar
kognitif
tingkat sedang dengan
Apakah ada perbedaan
P a n c a s i 1a
hasil
belajar
kognitif
r en d a h d en g an
awtara
tingkat
pendidikan
tinggi
?
pendidikan
ting k a t t in g g i ?
proses
belajar
mengajar
P a n c a si la
d engan
h a. s i 1
b e 1a j a r
afektif
perbedaan
antara.
hasil
belajar
kognitif
( s i k ap )
6.
Apakah
ada
7
dengan
hasil
belajar afektif (sikap) pada
mata
kuliah
pendidikan Pancasila ?
C.
Defenisi Qperasional
Untuk
dalam
menghindari kesalahpahaman
atau
ketidaksamaan
memberikan makna istilah-istilah yang digunakan
pada
judul tesis ini, maka dijelaskan seperti berikut ini :
1. Proses Belajar Menga.iar
Yang dimaksud dengan proses belajar mengajar
adalah
"Suatu aktivitas yang dilakukan oleh pengajar dan
siswa,
kegiatan ini terdiri dari tiga fase yaitu:
(a) informasi,
(b) transformasi dan (c) evaluasi" (S.Nasution,
1983:9).
Dalam ketiga fase tersebut telah tercakup ketelada.nan dan
kedisiplinan yang ditunjukkan oleh dosen dengan menampakkan
perilaku yang penuh nilai moral dan norma
sebagai
keharusan dan kewajiban mendidik yang
realisasi tanggung jawab pedagogis.
jar
yang dimasksudkan disini adalah
dari mahsiswa
2.
merupakan
Proses belajar menga
menurut
pengamatan
-tentang perurausan persiapan meng
ajar, perumusan tujuan metode yang diterapkan,
si,
Pancasila
komunika-
media dan alat peraga serta. evaluasi yang digunnakan.
Hasil B_elaiat Kognjltif
Yang
Nasution
dimaksudkan dengan hasil
belajar
menurut
S.
(1989: 61) adalah "apa yang dapat dilakukan dan
dikuasai siswa
sebagai suatu hasil pelajaran
Hasil belajar dirumuskan dalam bentuk tujuan
tersebut".
instruksio-
rial khusus, yang bersifat operasional sehingga dapat
di-
nilai
sebagai wujud dari apa yang telah dikuasai
siswa.
Hasil
belajar
proses
belajar
yang diperoleh mahasiswa
melalui
mengajar diwarnai dengan potensi
dan
kemampuan
mencerna dan menyerap apa yang disampaikan oleh dosen.
Sedangkan kognitif adalah taxonomi tujuan pengajaran
yang mencerminkan tingkat berpikir siswa yang terdiri da
ri emam tingkatan yaitu : pengetahuan, pemahaman, aplika-
si, analisis,
sintesis, dan
evaluasi. Keenam
tingkatan
tersebut digolongkan ke dalam tiga tingkatan, yaitu :
a. Tingkat kognitif
aktivitas
rendah, yaitu yang
menekankan
menghafal, mengingat, memahami
langi suatu fakta dan
dan
mengu-
informasi. Ranah kognitif
berada pada. tingkat rendah ini
pada
yang
adalah (1) pengetahuan
yaitu mengenai fakta, istilah, kejadian,
klasifikasi,
prinsip dan teori : (2) pemahaman yaitu mengenai
ter-
jamahan, tafsiran dan pemaknaan.
b. Tingkat kognitif sedang yang menekankan pada diskriminasi, transfer dan pemrosesan. Ranah kognitif yang di
golongkan pada tingkat ini adalah : (1) aplikasi, yai
tu mengenai penggunaan generalisasi,
dalam
prinsip
abstrak
situasi kongkrit ; (2) analisis, yaitu mengenai
menguraikan sesuatu
dalam bagian-bagian
yang
saling
be'i-hubungan baik prinsip-prinsip maupun unsur-unsur .
c. Tingkat kognitif tinggi, yaitu tingkat integra.tif, pe
nilaian yang diinternalisasikan secara
kognitif
yang
kreatif. Ranah
dapat digolongkan pada tingkat
tinggi
adalah
:
komponen
2).
1).
dan
sintesis,
bagian
yaitu
evaluasi,
yaitu
menjadi
mengenai
penggabungan
keseluruhan yang baru
memberikan
penilaian dan
tentang sesuatu baik secara internal maupun
Hasil belajar kognitif
mengadakan
evaluasi,
dalam bentuk
3.
;
pandangan
eksternal.
tersebut dapat diketahui dengan
baik dalam bentuk
essay
maupun
objektif.
Hasil Belajar Afektif
Ranah afektif berkaitan
apresiasi,
minat serta nilai.
bangkan oleh Krathwohl,
tingkatan yaitu
perhatian,
atau
erat dengan perasaan,
masalah
Ranah afektif yang
terhadap kondisi,
terfe,"tu
dikem-
Bloom dan Masia terdiri dari
: (.a) menerima (receiving),
kepekaan
sikap,
melalui
yaitu menaruh
gejala,
kesadaran,
lima
keadaan
kerelaan
untuk
menerima dan mengarahkan perhatian, (;b) merespon (respon
ding),
yaitu member!
reaksi
terhadap suatu gejala
secara
terbuka maupun diam-diam, (c) menghargai (valuing), yaitu
memberikan penilaian atau kepercayaan kepada sualu gejala
yang
cukup
konsisten
'dengan
mengutamakan dan komitmen
organisai,
tem,
yaitu
yaitu
suatu
tersebut.,
mengorganisasikan
mengadakan
yang selaras dan
terhadap
nilai
mengembangkan nilai
serta hubungan
nilai-nilai
menerima
nilai
seperti
dengan
nilai,
tersebut.
sebagai
suatu
mengkonseptualisasikan
sistem nilai
mendaiani sehingga
(d)
sis
tingkat. prior it as
suatu sistem nilai.(o)
internaiisasi
suatu
dan
karakterisasi,
dengan
individu bertindak
oara
se-
10
sesuai dengan nilai-nilai, keyakinan atau cita-cita
merupakan
inti falsafah dan pandangan
hidup.
yang
Perangkat
nilai tersebut sebagai pedoman umum dan memberikan karak -
ter
pada
seseorang
dirinya. Kelima
setelah
diinternalisasikan
dalam
tingkatan ranah afektif tersebut berlaku
secara hirarkhis, di mana tingkatan yang rendah merupakan
dasar
untuk beranjak pada
tingkatan berikutnnya.
belajar afektif dikaitkan dengan
nilai, moral dan
yang
terkandung dalam Pancasila. Hasil
yang
dimaksudkan
mahasiswa
dalam
penelitian
belajar
ini
Joesmani
(1988:
norma
afektif
adalah
yang dinilai dengan test skala
yang dikemukakan oleh
Hasil
sikap
sikap
seperti
61) bahwa
"skala
sikap adalah untuk mengukur kecenderungan seseorang
hadap suatu objek baik berupa ide, konsep,
kelompok
sering
dalam
lembaga maupun
bentuk persetujuan". Skala
dipakai adalah skala
ter
sikap Likert
sikap
yang
dengan
lima
responsi kontinuum.
D.
Asumsj
Sebagai
pegangan dalam penelitian
mengemukakan asumsi (anggapan
ini
, maka
penulis
dasar) sebagai berikut :.
1. Proses belajar mengajar merupakan faktor terpenting dalam
meningkatkan
hasil belajar yang optimal baik dalam aspek
kognitif maupun
2.
af e ktif .
Pendidikan Panca s i ia 6 i perguruan t inggi ber tj ua.n
membina kepribadiar. ruahssiswa Indonesia secara utuh
sesuai
dengan
nilai,
norma dan
moral
yang
untu k
yang
terkandung
11
dalam
Pancasila.
3. Berdasarkan perkembangannya mahasiswa berada pada
adolesensi,
Pancasila
ta.hap
maka ranah kognitif tentang materi pendidikan
dari
yang rendah sampai yang
tinggi
semakin
berkualitas dan kompleks.
E.
Hipotesis
Berdasarkan
dikemukakan
ini yaitu
rumusan
di atas,
masalah
dan
asumsi
yang
maka hipotesis pokok dalam
telah
penelitian
: Ada hubungan yang positif antara proses
mengajar pendidikan Pancasila dengan hasil belajar
belajar
kognitif
dan hasil belajar afektif. Hipotesis tersebut diperinci
se
bagai berikut *,
1.
Ada hubungan yang positif antara proses belajar
mengajar
pendidikan Pancasila dengan hasil belajar kognitif
maha
siswa .
2. Ada perbedaan yang berarti hasil belajar kognitif
dikan
Pancasila mahasiswa antara tingkat
pendi
rendah
dengan
tingkat sedang dan tingkat tinggi.
3.
Ada hubungan yang positif
an Pancasila dengan
4.
antara proses belajar pendidik
hasil belajar afektif mahasiswa.
Ada perbedaan yang berarti antara hasil belajar
pendidikan Pancasila dengan
kognitif
hasil belajar afektif.
Untuk hipotesis 1 dan 3 diterima ap;abila Chi Kuadrat ha
sil
lebih
tingensi.
besar dari Chi Kuadrat tabel,
melalui tabel
Hipotesis 2 dan 4 diterima apabila F hitung
kon
lebih
b e s a r d a r i F t a b e 1 , melalui ru m us p e r b ed a. a n d u a r a t a - r a t a .
12
F.
Tjiiiiaii Penelitian
Adapun tujuan penelitian
1.
ini adalah
:
Untuk mengefektifkan proses belajar mengajar
pendidikan
Pancasila sehingga dapat menjadi wahana transformasi,
ternalisasi dan personalisasi nilai,
casila,
baik dalam pengetahuan,
perbuatannya.
norma dan moral Pan
sikap maupun tindakan dan
Dengan penelitian ini diharapkan dapat men-
dorong dosen pendidikan Pancasila melaksanakan
mengajar
persiapan
yang lebih baik, perumusan tujuan yang
dengan tingkat perkembangan
yang
baik,
in-
mahasiswa,
relevan
penerapan
metode
komunikasi yang interaktif dan evaluasi
yang
lebih baik.
2. Untuk memberikan dorongan kepada dosen pendidikan
Panca
sila agar dapat melaksanakan pendidikan Pancasila sebagai
pendidikan
afektif,
nilai dan moral
dengan
pendekatan
afektif
dan model-model
pendidikan
yang tersedia,
dan
menggunakan
afektif
sebagai wahana internalisasi nilai,
norma Pancasila dengan menampakkan
keteladanan
kedisiplinan yang dapat dijadikan panutan oleh
moral
dan
mahasiswa
sebagai realisasi tanggung jawab pedagogis.
G.
Kegunaan Eenelitian
Adapun kegunaan penelitian
1.
ini adalah
:
Kegunaan secara teoritik
a. Sebagai
bahan pedoman bagi perguruan tinggi
memilih teori,
konsep,
dalam
pendekatan dan model pendidikan
Pancasila sebagai pendidikan afektif,
nilai,
moral dan
1~.
politik yang merupakan bagian dan MKP"
b. Sebagai
Fail oas i1a.
bahan pertimbangan bagi
untuk
dosen
menyempurnakan d an
pendidikan
m erevis j
teor i ,
konsep, pendekatan dan model pendidikan Pancasila yang
sesuai dengan negara republik Indonesia.
2. Kegunaan secara praktis
a. Sebagai. bahan masukan bagi dosen pendidikan
Panca
sila untuk meningkatkan kemampuan prufesionalnya dalam
mengelola proses belajar mengajar di ruang kuliah, se
hingga dapat melaksanakan pendidikan Pancasila sebagai
wahana
transformasi, internalisasi dan
personalisasi
nilai, moral dan norma Pancasila yang merupakan perwujudan tanggung jaw-ab pedagosis.
b. Sebagai bahan masukan bagi dosen pendidikan
sila
dalam menerapkan konsep, teori,
Panca
pendekatan
dan
model pendidikan afektif, nilai, moral dan po.
perguruan tinggi.
H.
KfirangJta Isi lasis
Tesis
ini secara keselurunan disajikan dalam lima hah.
Secara garis besar pembahasan dalam tesis ini adalah sebagai
berikut
:
j . Pendahuluan
Bab ini menya.i ikan tentang
musan masalah,
tujuan
tesis.
iatar boia'coi
defenisi operational,
a
; a sa j a n,
Pe ra
hipo i..es j s
penelitian, kegunaan pemi M,iau d •:-.:. korangKa
isi
14
2. lindauan Konseptual
Bab
ini
memuat tinjauan secara teoritis,
antara
pendidikan
afektif, pendidikan nilai, pendidikan
pendidikan
kognitif,
Pancasila
pendidikan
Pancasila,
sebagai pendidikan umum dan
lain,
moral,
pendidikan
taksonomi
tujuan
pendidikan dalam pendidikan Pancasila.
3.
Metodologi Penelitian
Bab
tersebut berisi tentang metode penelitian,
populasi
dan sampel, teknik pengumpulan data, penyusunan instrumen
penelitian,
pelaksanaan penelitian dan
tehnik
analisis
data.
Bab
ini berisi tentang hasil temuan di
temuan secara statistik,
di
lapangan,
pembahasan tentang hasil
lapangan dan pembahasan tentang hasil
temuan
hasil
temuan
secara.
statistik.
Bab tersebut berisi tentang kesimpulan,
tis,
nya
implikasi
teori
implikasi praktis dan implikasi penelitian selanjut-
67
BAB
METODOLOGI
A.
III
PENELITIAN
Metoda Penelitian
Bertitik
tolak
dari masalah,
tujuan
dan
hipotesis
penelitian, m|aka metode] yang digunakan dalam penelitian
adalah
deskriptif korelasional komparatif. Best
ini
(1977:116)
mengemukakan penelitian deskriptif adalah :
A descriptive study describes and interprets what is.
It
concerned with
condition or relationships that
exist,
opinion that held, proceeses that are going on, effects
that
are
evidents, or trend that ar$| developing.
It
is
primarily
concern with present,
althought
it
o^ten
'' considers
current
past evidents and influences as they
realty to
conditions.
Dari
rumusan yang dikemukakan di atas dapat
diketahui
bahwa metod'ej deskriptif memberikan gambaran dan interpretasi
tentang
apa yang terjadi. Objeknya adalah
hubungan
antara
beberapa
gejala,
tentang
kondisi
yang
sedang
proses
berlangsung, pengaruh variabel tertentu yang teruji,
bahkan
kecenderungan yang sedang berkembang. Metoda tersebut
menekankan
dikaji
pada peristiwa masa kini,
meskipun
persoalan-persoalan pada masa
lebih
sering
lalu yang ada
pula
kaitan
atau pengaruhnya terhadap keadaan masa kini.
Sebagaimana
telah
diuraikan pada
penjelasan
bahwa objek penelitian ini adalah mengkaji
proses
belajar
belajar mengajar pendidikan Pancasila
kognitif
maupun afektif,
kedua hasil belajar tersebut.
akan
hubungan
dikumpulkan
dan
dengan
perbandingan
masalah
antara
hasil
antara.,
Dengan demikian informasi yang
adalah faktual yang
mampu
menggambarkan
gejala-gejala yang ada. Dari gambaran tersebut dapat diambil
68
skor-skor yang nan tiny a diolah sec&rs. statistik.
Selain memberikan gambaran faktual, penelitian ini juga
menelaah tentang korelasi antara variabel yang ada.
Umar
(1986:114) bahwa "studi korelasional
adalah
Fachri
mencakup
semua proyek penelitian yang mencoba menemukan atau
nihkan
melalui indek korelasi".
Melalui koefisien
menjerkorelasi
dapat diketahui secara matematis tingkat hubungan dua varia
bel
atau lebih. Dengan metoda korelasional
variabel
dapat
diprediksikan
melalui
hubungan
skor-skor
antar
variabel
lain.
Variabel-variabel
belajar
dalam penelitian ini
adalah
proses
pendidikan Pancasila sebagai variabel bebas,
hasil
belajar kognitif dan afektif sebagai variabel terikat. Anta
ra
variabel bebas yaitu proses belajar mengajar
Pancasila
dikorelasikan
dengan
variabel
pendidikan
terikat
yaitu hasil belajar kognitif pendidikan Pancasila.
pertama
Kemudian
antara variabel bebas dikorelasikan dengan variabel
terikat
kedua yaitu hasil belajar afektif pendidikan Pancasila.
Dalam penelitian ini juga diadakan perbandingan-perbandingan antara beberapa variabel. Dengan demikian
ini
penelitian
juga mempergunakan metode komparatif. Menurut
(1992:36)
bersifat
metode komparataif dalah "suatu
penelitian
membandingkan beberapa variabel pada
atau lebih".
Sugiyono
dua
yang
sampel
Variabel-variabel yang dibandingakan dalam
pe
nelitian ini adalah hasil belajar kognitif pendidikan Panca
sila
mahasiswa
FKIP
Universitas Islam Riau tingkat rendah
69
(pengetahuan
(aplikasi
dan
pendidikan
(sintesis
dan
pemahaman) dengan
analisis).
Antara
tingkat
hasil
belajar
Pancasila tingkat sedang dengan
dan
pendidikan
evaluasi).
Antara
hasil
sedang
antara
belajar
kognitif
terikat
kedua
tingkat
belajar
variabel terikat pertama
ini
pendidikan
yaitu
hasil
Pancasila
belajar
kognitif
dengan
afektif
penelitian
Kerangka Penelitian
X
Y2
:
X.
Proses belajar- mengajar pendidikan Pancasila
Yl.
Hasil belajar kognitif pendidikan Pancasila
Y2.
Hasil belajar afektif pendidikan Pancasila
Yls..
Hasil belajar kognitif
tingkat rendah
Y"b.
Hasil
belajar kognitif
tingkat sedang
H a s i.3
no ib.j a r
tinggi
hasil
pendidikan
1
kognitif tingkat.
tinggi.
variabel
:
Bagan.
Keterangan
tinggi
yaitu
Pancasila. Untuk lebih jelasnya seperti kerangka
berkut
kognitif
Pancasila tingkat rendah dengan tingkat
Perbandingan
yaitu
70
Garis hubungan X dengan Yl dan Y2
Garis perbandingan antara Yla dengan Ylb dan Ylc
B. popniasi dan. Sampel
Dengan memperhatikan tujuan penelitian, yaitu untuk
memperoleh gambaran yang jelas tentang proses belajar menga
jar pendidikan Pancasila dan hasil belajar kognitif dan
afektif, maka perlu dicari karakteristik populasi yang akan
diteliti. Kerlinger (1979:52) mengemukakan bahwa "a popula
tion is defined as all members of any well-defined class of
people, events or objects". Dari pendapat tersebut dapat di
simpulkan bahwa populasi adalah keseluruhan dari anggota
sekelompok orang, peristiwa atau kejadian yang telah dibatasi secara cermat. Sudjana (1982:5) mengemukakan bahwa :
Populasi adaiah totalitas semua nilai yang mungkir.
hasil perhitungan ataupun pengukuran
kwantitatif ^pur.
sampel.
Dengan demikian populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh mahasiswa FKIP Universitas Islam Riau yang mengikuti
mata kuliah
pendidikan Pancasila.
Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah
sebagian mahasiswa FKIP Universitas Islam Riau yang telah
mengikuti perkuliahan pendidikan Pancasila, baik proses be
lajar mengajar, hasil belajar kognitif maupun hasil belajar
afektif mahasiswa. Untuk menentukan jumlah sampel yang dibutuhkan
95 %.
digunakan
yaitu
tabel
Krejcie dengan derajat keprcayaan
'Dengan semakin besar populasi maka semakin
71
kecil porsentase sampel yang digunakan'. (Sugiyono, 1992:58oy ;
Memperhatikan jural all mahasiswa FKIP Universitas
Riau
tahun
sampel
ajaran
yang
1992/1993 sebanyak
1.695
orang,
dibutuhkan menurut. tabel tersebut
untuk
menentukan
probability
setiap
sampel
populasi
(Sugiyono,
proportionate
untuk
ditempuh
dipilih
1992:52),
stratified
proporsional"
pada
snggota
dengan
teknik
sampling
yaitu
populasi mempunyai anggota yang tidak homogen dan
secara
dengan
menjadi
dan
random
313
jurusan
stamp ling yaitu "memberi peluang yang sama
anggota
sampel".
ukuran
maka
adalah
orang. Karena sampel tersebut terdiri dari beberapa
maka
Islam
(Sugiyono,1992:53).
"bila
berstrata
Adapun
ukuran
sampel tersebut seperti tabel berikut ini :
Tabel 3.1 UKURAN
T
Jurusan
Bhs.
Program ( J In. Mhs.
,
Indonesia
Bhs.
Inggeris
Sendratasik
1—.
S-l
228
D-3
338
S-l
D-3
152
276
S-l
47
111
Matematika
S-l
67
Orkes
S-l
138
D-l
218
S-l
108
1 .695
Jural ah
Bersumber
t ahu n
dari
ak ad emIs
|
'-. •=( **"» T~* ^ "I
L
D-3
Biologi
C.
SAMPEL PENELITIAN
44 orang
63 orang
14
50 orang
9 orang
16
9
22
12
25
41
19
orang
orang
orang
orang
orang
T_e_kjD_lk peiigujjiBJiLan
3
7
6
8
13
6
] 313 orang ] 100
buku pedoman FKIP Universitas
1393/19 94.
20
Islam
|
Riau
•i
D.a.t.a
Melalui teknik pengumpulan data akan dijaring infcrmasi
mengenai proses belajar mengajar pendidikan Pancasila,
hasil
72 }
belajar kognitif dan hasil belajar afektif. Teknik dan
alat
pengumpul data tersebut adalah
1. Siudi D.oJm2L«rit&£Li
Teknik
jumlah
ini digunakan untuk memperoleh data
mahasiswa,
tenaga
dosen
pendidikan
tentang
Pancasila,
indek prestasi mahasiswa, program dan jurusan yang ada di
FKIP
Universitas
Islam
Riau
dan
jadwal
perkuliahan
mahasiswa.
2.
T^SLt
Instrument
test
tersebut
untuk
menjaring
data
tentang hasil belajar kognitif pendidikan Pancasila, yang
disusun sesuai dengan tingkatan-tingkatan ranah
dan
dikelompokkan
tingkat
rendah,
menjadi tiga
tingkatan
sedang dan tinggi.
Skala
kognitif
besar
yaitu
sikap
untuk
menjaring sikap mahasiswa terhadap nilai, moral dan norma
yang ada dalam materi pendidikan Pancasila.
3.
Angket
Instrumen
proses
tersebut
belajar
mengajar
untuk
menjaring
pendidikan
data
tentang
Pancasila
yang
dilaksanakan yang meliputi tujuan yang dirumuskan, metoda
yang
diterapkan, media dan alat peraga
yang
digunakan,
komunikasi dan evaluasi yang dijalankan.
D . Penyusunan IXiSli-uiien. Eene.XiiJL&n.
Penyusunan instruvicn penelitian baik test maupun
skala
sikap berpedoman pada kurikulum, silabi dan GBPP
pendidikan
Pancasila
dari
pendidikan
Pancasila
yang telah direvi.si dan disempurnakan .
Dirjen. Dikti. dan
buku
paket
Instrumen
73
j !„*, uioi-kisi
tersebut dituangkan dalam
kisi ki-i,
baik
test
kognitif,
,f,htif «ei.P«n angket. Hal tersebut untuk menjaga validitas
isi instrumen tersebut. Kisi kisi tersebut seperti dalam
tabel berikut ini :
> „t-t vi^ TF^
'^VSNlTtF PENDIDIKAN PANCASILA
''••
.
,
Tahe I 3 .2 . KI oL--r» 1->-
K err: pen i• r>
j Varibe!|
V
'No.Ite:
ang diukur
!•>.-,?, .--as.
l*!i\\^V" a^Pa^asVia
sbg. ncr.,,Pandangan
hiduP bangsa I 3b1k,
ocL.ij-it
.. rj.
Negara HI
k(-,
! k-e,
f.i
i r
j?, .P-4
1 b.Ke^nSsiaan^Yang adil dan beradab.
21 k2
cPersatuan Indonesia,
22
k-
d
perjuangsn
_
|i4 spiarsh
^Indonesia
zaman Sriwijaya/maj. apahi
<
I-, Masa penjajahan.
i
o
_
-'perlawanan terhadap penman.
!t---2v._i 30k»-
I d'.'Kesadaran melawan penjaoah melalui
\
j
pendidikan
f. . S-nnpah Pemuda
i
f .Fen.iajah Jepang
|
ff.BPUPKI
j
; cv.-.'il ^masi Kemerdekaan
•
5ko 28ki
Ii
"
!: si.ko
. j.
.
-
ivo
1-
•M
t treses pa rumusan oaa-ar not:--
^ _ ,
," .. 'f:"'i'-'--V ^~ik RIS,Uemba! i ke R>
;t
l'.Kurun waktu tahun 50 - 59.
m.Vekrit Presidcn.
i
>-.
j
r, ^.,
PENDIDIKAN PANCASILA DENGAN HASIL BELAJAR
KOGNITIF DAN AFEKTIF
(Suatu Studi Deskriptif Koreiasional
di FKCP Universitas Islam Riau Pekanbaru)
TESIS
Diajukan Kepada Panitia Ujiati Tesis Program Pascasarjana
IKEP Bandung Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan
Program S2 Bidang Studi Pendidikan Umum
IK1P
oi e h
JONKENEDI
9123296/XXIII-15
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT KEGURUAN PAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
1994
Setiap bayi yang riiiahirkan adctiah iaUt-i ; kt?du«i orcing
tua
nyalah yang membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani dan Majusi.
(Hadist. riwayat Al- Bukhari dan Muslim)
GURINDAM
Gurindam yang pertama
Barang siapa mengenal Allah
Suruh dan tegahnya tiada ia menyalah
Barang siapa mengenal diri
Maka telah mengenal Tuhan Yang Bahri
Gurindan yang kedua
Barang siapa meninggalkan sembahyang
Seperti rumah tiada bertiang
Gurindam yang ketiga
Apabila terpelihara mata
Sedikitlah cita-eita
Apabila terpelihara lidah
Niscaya dapat darinya paedah
Gurindam yang keempat
Hati itu kerajaan dalam tubuh
Jikalau lalim segala anggotapun rubuh
Mengumpat memuji hendaklah pikiir
Di situlah banyak orang tergelincir
Gurindam yang kelima
Jika hendak mengenal orang berbangsa
Lihat kepada budi dan bahasa
Jika hendak mengenal orang mulia
Lihatlah kepada kelakuan dia
Gurindam yang keenam
Cari
olehmu
akan
sahabat
Yang boi'eh dijadikan obat
Cari
olehmu
akan guru
Yang boleh tahukan setiap seteru
(RAJA ALI
HAJI)
PISETIUIJ]
Prof.
UNTUK
UJIAN
TAHAP
]"]
DrTNURSID SUMAATMAJA,
Pembimbing II
Dr.
I)
J
A
M A
R
I
ABSTRAK
Pendidikan Pancasila sebagai bagian dari MKDU, menitik-
beratkan
pada ranah afektif,
namun kenyataan yang
terdapat
di berbagai perguruan tinggi, pendidikan Pancasila disampaikan
kepada mahasiswa lebih dominan dalairi
bentuk
Oleh sebab itu melahirkan permasalahan tentang
kognitif.
bagaimanakah
hubungan antara proses bllajar mengajar pendidikan Pancasila
dengan hasil belajar kognitif dan afektif serta perbandingan
antara
hasil belajar kognitif dan afektif tersebut.
Selain
itu bagaimana pula perbandingan hasil belajar kognitif tingkat rendah dengan tingkat sedang maupun tingkat tinggi.
Hipotesis dalairi penelitian ini yaitu
:
1. Ada hubungan yang positif antara PBM pendidikan Pancasila
dengan hasil belajar kognitif mahasiswa.
2. Ada perbedaan yang berarti antara hasil belajar
kognitif
pendidikan Pancasila tingkat rendah dengan tingkat sedang
dan- tingkat tinggi.
3. Ada hubungan yang positif antara proses belajar
pendidikan
mengajar
Pancasila dengan hasil belajar afektif
maha
siswa .
4. Ada perbedaan yang berarti antara hasil belajar
pendidikan
kognitif
Pancasila dengan hasil belajar afektif
maha
siswa.
Tujuan penelitian
1.
ini adalah
:
Untuk mengefektifkan proses belajar mengajar
pendidikan
Pancasila. Melalui penelitian ini diharapkan dapat
memberi-
kan
mengajar
masukan
pendidikan
ternadap peningkatan proses
Pancasila,
belajar
sehingga menjadi wahana
transformasi
pengetahuan tentang Pancasila bagi. mahasiswa.
2.
Untuk mengefektifkan proses belajar mengajar
Pancasila.,
pendidikan
supaya pendidikan Pancasila dapat disampaikan se
bagai pendidikan afektif, nilai dan moral, sehingga
wahana internalisasi dan personalisasi bagi mahsiswa
menjadi
terha-
dap nilai,
moral dan norma Pancasila.
Metode
yang
diterapkan dalam
deskriptif korelasional komparatif.
penelitian
ini
adalah
Proses belajar
pendidikan Pancasila sebagai variabel bebas (X),
mengajar
hasil
bel
ajar kognitif sebagai variabel terikat pertama (Y1) dan
sil
belajar
afektif sebagai variabel terikat
kedua
ha
(Y2).
Kenyataan-kenyataan yang ditemui dalam proses belajar
meng
ajar pendidikan Pancasila dideskripsikan sebagaimana adanya.
Antara
proses belajar mengajar pendidikan Pancasila
dengan
hasil belajar kognitif maupun hasil belajar afektif diterap
kan metode korelasi.
Antara hasil belajar kognitif pendidik
an Pancasila tingkat rendah (Yla), tingkat sedang (Ylb) dan
tingkat tinggi (Yic) serta hasil belajar kognitif dengan
hasil
belajar afektif diterapkan metode
komparasi.
Teknik
dan alat pengu.-npul data yang digunakan adalah studi dokumentasi,
test
sebesar
kognitif,
skala
sikap
dan
1.695 orang dan sampel sebesar
angket.
313 orang.
Populasi
ouplikan
sampel dilakukin dengan menggunakan tabel Krejcie. Pengumpulan
data dilaksanakan pada tanggal 1 September
1993
sampai
dengan tanggal 4 Oktober 1993 di FKIP Universitas Islam Riau
Pekanbaru.
Proses belajar mengajar yang dilaksanakan di FKIP
versitas Islam Riau belum memadai.
kan
Uni
Persiapan yang dilaksana
sebelum proses belajar mengajar belum
memadai,
tujuan
instruksional yang dirumuskan lebih dominan pada ranah
kog
nitif, materi yang disampaikan lebih dominan pada pengetahuan,
metode yang diterapkan terbatas pada eeramah'dan
jawab,
wa,
komunikasi yang terjadi antara dosen dengan
wahasiswa
dengan mahasiswa serta keteladanan,
yang ditunjukkan dosen cukup memadai.
nakan
tanya
mahasis
disiplin
Evaluasi yang dilaksa
terbatas pada pengetahuan mahasiswa,
sedangkan
skala
sikap dan pengamatan perilaku mahasiswa tidak pernah
dilak
sanakan. Jadi proses belajar mengajar tersebut masih
bersi-
fat
k o n v e n s i o n a 1.
Dari temuan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil bela
jar kognitif pendidikan Pancasila mahasiswa FKIP Universitas
Islam Riau berada pada tingkat sedang. Ranah kognitif dalam
pendidikan Pancasila tidak dapat diabaikan begitu saja,
karena
antara
aspek kognitif dengan aspek
afektif
saling
melengkapi.
Hasil
FKIP
belajar kognitif pendidikan Pancasila
Universitas
rendah, yaitu
Islam Riau lebih cenderung
mahasiswa
pada
tingkat
pengetahuan, pemahaman dan aplikasi.
Keadaan
tersebut tidak relevan dengan tingkat perkembangan psikologis mahasiswa serta jenjang pendidikan perguruan tinggi.
Hasil
belajar afektif pendidikan
Pancasila
mahasiswa
FKIP Universitas Islam Riau berada pada tingkat sedang,
wa-
laupun
proses belajar mengajar yang dilaksanakan bersifat
kognitif, tanpa pendekatan dan model-model pendidikan afek
tif.
Kasil belajar kognitif dan afektif pendidikan Pancasila
mahasiswa FKIP Universitas Islam Riau ternyata tidak berbe-
da, iueskipun i-enuidikan Pancasila yang disampaikan oleh do
sen melalui proses belajar mengajar lebih mengarah pada
ranah kognitif. Hal tersebut dikarenakan dosen pendidikan
Pancasila mampu melaksanakan tanggung jawab pedagogis mela
lui keteladanan dan kedisiplinan yang ditunjukkan dalam kehidupannya, sehingga dijadikan tokoh panutan oleh
mahasiswa
dalam merobina dan mengembangkan pemikiran, sikap dan perbuatan yang penuh bernilai, bermoral dsan bernorma
Pancasila.
berdasarkan
V
DAFTAR
TST
PERSFTUJUAN PEMBIMBING
ii
KATA PENGANTAR
iii
UCAPAN TERTMA KASIH
iv
DAFTAR ISI
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR BAGAN
vi i
DAFTAR DIAGRAM
viii
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
BAB IT
ix
: PENDAHULUAN
1
A.
Latar Pel along Masalah
1
B.
Perrimnsan
5
C.
Defenisi Operasiona 1
Masalah
7
!) . A sum pi
10
E . H ip "' t e s ": s
11
F.
Tujnan Penelitian
•* 1
G.
KfiSunasr
Penelitian
H.
Kerangka
I s i Tesis
.
13
: TTNJAUAN KONSFPTUAL
A.
C
Pendidikan
15,
Afektif
15
1.
Pendidikan
?.
3.
4
Pendidikan Moral
ppndek^tan Dalam P^nd i d i ka-: Afektif.
Mode1 -^nriel Da Ian r-endidi kar: Afektif.
Nilai
16
NilaT-n^lai Paneas^la
1
N;M^ nhi ektif Ps^5si^
2. Nila- Bnhiektif Pancasila
3. Nils' Material PaneafeiTa..
4.
Panr-asila
Bebarfai
12
Pranata
20
74
?9
34
35
35
..36
?8
H.
Ppr.H-irMkan Panr-asila
1
Tninsn
7 .
Materi
?,
noser
40
42
44
... 44
4 . Metode
E.
46
5. Media dan Alat Peraga
49'
6
51
Eva 1 nasi
Pendidikan Panr-asila
sebagai Pendidikan
Umum di perguruan Tinggi
F.
BAB
III
Taksonomi Tujuan Pendidikan
Pendidikan Pancasila
: MET0D0L0GI
A.
Metode Pene] i.ti an
71
Penynsunan
Instrumen
Teknik
Penelitian
72
Penelitian
Analisa
HASIL
83
Data
.84
PENELITTAN
87
A.
Penya.iian
B.
Penhahasan Hasil Temuan di
C.
Penya.iian Hasil Penelitian secara
Statist ik
D.
Data Lapand'an Dengan Porsentase. .87
Penbahasan Hasil.
temuan
lapangan
109
127
Secara Sta.tistik. . 130;
P E N '1 T !' P
A . Kesimniilsn
B .
158
158
l>,rO i kas^
1.
"7
3.
OAFTAR
67;
C. Teknik Pengumpulan Data
: PEMBAHASAN
:
67;
70
F.
BAB V
.58
PENELITIAN
E.. Pelaksanaan
TV
Dalam
B. Papulasi dan Samp el
D.
BAB
52
Inp^'-'asi
TT[P 1 i I' o o i
TTrir>"* - ka.pi
.
Teor^t^s
P^ql/t i p
Pen e 1 i tA •- - n
16 2
163
16 4
r^ ] gri in trivg
. . . . . .1.65
PUSTAKA
T-AMPTPAN-LAMPXRAN
1^7
...
.172
Vi.
DAFTAR TABEL
3.
1. Ukuran Sampel Penelitian
71
3.
2. Kisi-kisi Instrumen Test Pendidikan Pancasila
73
3.
3. Kisi-kisi Instrumen Skala Sikap
74
3.
4. Kisi-kisi Angket PBM Pendidikan Pancasila
75
3.
5. Daya Pembeda dan Derajat Kesukatan Test Kognitif... 77
3.
6. Penentuan Bobot tiap Skala Sikap
79
3.
7. Bobot Alternatif Tiap Item Skala Sikap
80
3.
8. Analisis Daya Pembeda Skala Sikap
81
3.
9. Daya Pembeda Tiap Butir Skala Sikap
82
3. 10. Rambu-rambu Penilaian Acuan Norma Skala Sikap
84
4.
1. Persiapan Sebelum PBM
87
4.
2 . Kontiniuitas Persiapan
88
4.
3 . Persiapan Perlengkapan
88
4.
4 . Penjelasan Tujuan Pada Mahasiswa
89
4.
5 . Ranah Taksonomi Yang Dirumuskan
90
4.
6. Pengajuan Pertanyaan Pada Mahasiswa
90
4.
7. Motivasi untuk menjawab pertanyaan Dosen
91
4.
8 . Kesempatan Bertanya
9I
4.
9. Kesempatan Memberikan Jawaban
92
4. 10. Jawaban Dosen Atas Pertanyaan Mahsiswa
92
4. 11. Pemahaman Dosen atas pertanyaan Mahasiswa
93
4 . 12. Pemanf aatan Waktu
93
4. 13. Akhir Perkuliahan
94
4 . 14 . Disiplin yang diterapkan
94
4 . 15 . Keteladanan Dosen
95
4.
16. Hubungan Dosen dengan Mahasiswa
9b
4. 17. Tugas Mandiri dan Terstruktur
95
4. 18. Hubungan Materi Kuliah dengan Kenyataan
96
4. 19. Penyegaran dalam Perkuliahan
96
4 . 20 . Aspek Materi yang Disampaikan
97
4. 21. Pemberian Contoh
gg
4 . 22 . Pengunaan Buku Paket
98
4. 23. Penggunaan Buku Penunjang
99
4 . 24 . Penguasaan Materi Oleh dosen
99
4 . 25 . Penerapan Metode
100
4. 26. Penerapan Metode Sesuai Ranah Taksonomi
100
4. 27. Penerapan Dialog
101
4 . 28 . Penggunaan OHP
101
4 . 29 . Penggunaan Caption
102
4 . 30 . Penggunaan Alat Peraga
102
4. 31. penggunaan Papan Tulis
103
4. 32. Evaluasi Diakhir Kulaih
104
4 . 33. Bentuk Evaluasi
104
4. 34. Keselarasan Evaluasi dengan Materi
105
4. 35. Pelaksanaan Pre-Test
105
4 . 36 . Ranah Taksonomi yang Dievaluasi
105
4. 37. Evaluasi Skala Sikap
106
4. 38.
106
Evaluasi Tuhgas Mandiri dan Terstruktur
4. 39. Kriteria Pemberian Nilai
107
•i
4. 40. Pengamatan Tingkah Laku Mahasiswa
107
4. 41.
108
Pengembalian Lembaran Test
vii
DAFTAR
BAGAN
1. Hakekat Pendidikan Pancasila
65
2. Kerangka Penelitian
69
VI11
DAFTAR DIAGRAM
1. Metode Domain Kognitif Menurut Jenjang Pendidikan
47
2. Metode Domain Afektif Menurut Jenjang Pendidikan
48
3. Domain Kognitif Menurut Jenjang Pendidikan
59
DAFTAR
Lamp.
I
LAMPIRAN
: Reabilitas Antar Penimbang Test Kognitif..
172
Lamp II
: Reabilitas Antar Penimbang Skala Sikap
i.i'k
Lamp III
: Reabilitas Antar Penimbang Angket PBM
176
Lamp IV
: Hasil U j i Coba Test Kognitif
178
Lamp V
: Hasil Uj i Coba Skala Sikap
180
Lamp VI
: Hasi 1 Uj i Coba Angket
182
Lamp VII
: Pengolahan Skor Mentah PBM Menjadi
Skor Baku
Lamp VIII
: Pengolahan Skor Mentah Test Kognitif
Menjadi
Lamp
IX
185
Skor
Baku
186
: Pengolahan Skor Mentah Skala Sikap
Menjadi
Skor
Baku
187
Lamp X
: Tabel
Kontingensi Antara Skor PBM
Lamp XI
: Tabel
Kontingensi Antara Skor PBM
Dengan Skor Test Kognitif
Dengan Skor Skala Sikap
Lasmp XII
Lamp XIII
189
: Perhitungan Uji Kesamaan Dua Rata-Rata
Antara Hasil Belajar Kognitif Rendah,
Sedang Dan Tinggi
XIV
191
: Perhitungan Uji Kesamaan Dua Rata-Rata
Antara Hasil Belajar Kognitif Dengan
Hasil Belajar Afektif
Lamp
188
: Lembaran
Test
Dan Angket
Kognitif.
195
Skala Sikap
197
BAB
I
PEHDAHULUAN
A. Latar. BjLLak.aag liasalali
Pendidikan
umum merupakan suatu pendidikan yang
tuhkan oleh setiap manusia dan
yaitu
mempunyai sasaran yang luas,
ingin member,tuk manusia Indonesia seutuhnya. Di dalam
pendidikan
serta
dibu-
formal, pendidikan umum berlaku untuk semua
didik. Di
mata kuliah yang
perguruan tinggi, MKDU merupakan
kelompok
digolongkan sebagai pendidikan umum.
Mata
kuliah tersebut yaitu : pendidikan agama, pendidikan
Panca
sila dan pendidikan kewiraan sebagai kelompok pertama,
ISD,
dan IAD sebagai kelompok
pe-
kedua. Kelompok mata
IBD,
kuliah
pertamu dimaksudkan untuk men —--kan — r r^bina nilai nilai
dasar
yang esensial. Sedangkan kelompok
mata
kuliah
yang
kedua menitikberatkan pada aspek pengetahuan untuk penerapan
niiai-riilai tersebut.
Sementara
dalam
itu tujuan MKDU adalah seperti yang
SK Dirjen Dikti Depdikbud No. 32/DJ/Kep/1983
ayat 3 yang
berbunyi
tcrmuat
pasal 1
sebagai berikut :
Secara ssesifik program MKDU bertujuan menghosilkan
w:,rga negara ssrjana yang berkualifikasi sebagai rerikut :
1. Berjiwa. Pancasila sehingga segala keputusan can tindakannva mer.cerminkan nilai-niJai Fancasi ici dan
:::oi»:j Iiki
integritas kepribadian yang tinggi yang nencshuiukau
kepentingar. nasional dan kemanusiaan sebagai sar.iana
Indonesia.
.
,
.
2 Taqwa kepadu Tuhan Yang Maha Ksa, bertindaK .s--suai de
ngan ajarar: agamanya. dan memiliki tenggang ra.--?i terha3
dap pemeluk agama lain-.
Memiliki
dalam
wawasan komprehensif can pendekatar.
mer.y ikapi
perasalahan kehidupan,
baiK
integral
sosial.
ekomomi, poiitik, pertahanan keamanan dan kebudayaan.
4. Memiliki
wawasan
budaya yang luas
tentang
kehidupan
bermasyarakat
dan
secara bersama-sama mampu berperan
serta meningkatkan kualitasnya maupun tentang lingkungan alamiah dan secara bersama-sama berperan serta dalam
pelestariannya.
Dengan demikian tujuan MKDU di atas memuat keseimbangan
an
tara keimanan dan ketakwaan dengan aspek kognitif,
afektif,
psikomotor. Memiliki kemampuan berpikir, perasaan,
kesadar-
an, keterampilan,
aplikasikan
aktvitas
dalam
keyakinan terhadap Yang Maha Esa yang
dalam
kehidupan bermasyarakat,
bernegara
beragama. Tujuan Pendidikan Nasional
UUSPN
No.
Pendidikan
2 tahun
1989 sebagai berikut
yang
di-
dan
dimuat
:
Nasional bertujuan mencerdaskan
kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yai
tu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan
dan
keterampilan, sehat jasmani dan
rohani,
kepribadian
yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan
Untuk
pendidikan
kebangsaan.
mewujudkan
Pancasila
tujuan pendidikan
nasional
tidak berdiri sendiri
tersebut
tetapi
secara
terintegrasi dengan MKDU lainnya dan memperhatikan juga
ke-
khususan yang terkandung dalam mata kuliah spesialisasi
me
nurut
jurusan masing-masing.
Keimanan dan ketakwaan
dibina
melalui pendidikan Agama, tanggung jawab dan kemandirian di
bina melalui pendidikan Kewiaraan,
pengetahuan dan
keteram
pilan dapat dibina melalui mata kuliah jurusan dan keahlian.
Mata
kuliah
pendidikan Pancasila menempati
kedudukan
sangat penting, karena secara filosofis merupakan dasar
tujuan pendidikan
Indonesia. Pendidikan
Pancasila
dan
sebagai
MKDU
sesuai petunjuk SK Dirjen
Dikti No. 32/DJ/Kep/I'g"83
pasal 4, bahwa penyampaian program MKDU adalah' sebagai beriku t
in i
:
1. Sistem penyampaian program MKDU merupakan jalinan
imbang antara :
a. Pemberian pengetahuan dan pembentukan
ber-
pemahaman.
b. Pembentukan keterampilan baik intelaktual maupun hu
bungan antara pribadi.
c. Penghayatan diri dan pembentukan pilihan nilai.
2. Sistem penyampaian program MKDU merupakan jalinan
saling
mendukung antara :
a. Proses instruksional yang merupakan penyampaian
cara langsung.
se
b. Proses pengahayatan yang merupakan penyampaian pesan
secara langsung.
3. Sistem penilaian MKDU mencakup secara seimbang :
a. Perolehan pengatahuan dan pemahaman.
b. Pembentukan
keterampilan intelektual
dan
hubungan
antar pribadi.
c. Pembentukan serta pengamalan nilai.
Dari uraian pasal 4 SK Dirjen Dikti tersebut dapat kita simpulkan bahwa pendidikan Pancasila sebagai bagaian dari
harus
yang
mampu memberikan pengetahuan dan
pemahaman
berhubungan dengan nilai, moral dan
norma
MKDU
perilaku
Pancasila,
hubungan dengan manusia lain serta mampu
menginternalisasi-
kannya
membedakan
dalam
baik-buruk,
diri mahasiswa agar mampu
benar-salah,
adil tidak adil
yang
antara
diwujudkan
dalam tingkah laku dan perbuatan. Dengan demikian pendidikan
Pancasila
yang menitikberatkan pada aspek afektif
haruslah
diikuti aspek kognitif maupun psikomotor.
Berdasarkan
pengamatan secara tidak langsung
terlihat
adanya kesenjangan pelaksanaan proses belajar mengajar
pen
didikan Pancasila,di mana pendidikan Pancasila lebih dominan
disampaikan dalam bentuk kognitif, padahal aspek afektif se-
narusnya mendapat porsi yang lebih besar dari aspek Uinrva.
Hetoda yang diterapkan
eenderung hanyr, satu atau dua
sa.ia, media dan alat peraga
tulis
yang
dan kapur. Komunikasi yang
digunakan hanyalah
terjadi hanya
dan evaluasi Lebih terfokus pada. aspek
angka yang
maeam
papan
satu
arah
kognitif. Selain itu
diperoleh siswa. terlepas dari
tingkah laku
dan
perbuatannya.
.Dengan
kesenjangan
di atas
penulis
tertarik
untuk
mengadakan penelitian tentang proses belajar mengajar pendi
dikan Pancasila dan hubungannya dengan hasil belajar
baik pada aspek kognitif maupun afektif (sikap).
siswa,
Dipilihnya
hal tersebut didasarkan pada pentingnya proses belajar mengajai dalam mencapai tujuan yang bermuara pada hasil
siswa. Sebab
belajar
sampai saat ini proses belajar mengajar
tetap
dip-rcaya sebagai unsur penting dalam dunia pendidikan,
ngan kata lain tanpa proses belajar mengajar buksnlah
vitas
pendidikan
dalam arti formal. Demikian
pula
de
akti-
dengan
hasil belajar yang merupakan cerminan dari keberhasi la.n pro
ses belajar mengajar yang dilaksanakan.
Proses
sosialisasi
dan personalisasi
tereakup
dalam
proses belajar mengajar pendidikan Pancasila, dalam mewaris-
kan
nilai, moral dan norma Pancasila kepada generasi
Lemahnya pembinaan
proses
belajar
Paneasila,
nilai, Loral dan norma
mengajar karena lebih
dan unsur mendidik
sebagai
Pancasila
hersifnt
-e
realisasi
jaw.-jb pedagogis yang harus dilaksanakan o]>A< dos.-;. Per.
an
Pancasila kurang disadari, sehingga peserta oidik
muda.
dalam
;. •' a r a ii
.g fi u n g
O
i K -
sulit
untuk berinternalisasi dan bersosialisasi dengan nilai-nilai
Pancasila,
sehingga muncul perilaku siswa yang tidak
ral Pancasila seperti perkelahian siswa,
bok,
B.
kumpul kebo dan
bermo-
mencoret-coret
tem-
sebagainya.
Perunusan Masalah
Pelaksanaan
proses
belajar mengajar
pendidikan
Pan
casila yang hanya menitikberatkan pada transformasi pengeta
huan
yang tercermin dari perolehan hasil
dengan nilai yang tinggi,
belajar
merupakan awal terabaikannya tang
gung
jawab pedagogis dan moral dalam pendidikan
Pada
akhirnya
Pendidikan Pancasila
tidak
wahana internalisasi dan sosialisasi nilai,
Pancasila,
kognitif
Pancasila.
lagi
merupakan
moral dan
norma
tetapi hanya sebagai wahana transformasi belaka.
Upaya penyempurnaan kurikulum dan silabi yang hanya menguta-
makan
penyelesaian materi yang bersifat
jangka waktu yang ditetapkan,
pendidikan
swasta
pengetahuan
dalam
test sumatif dan ujian
negara
Pancasila yang dilaksanakan di perguruan
tinggi
lebih
mengutamakan aspek kognitif,
orang
tua
mempercayakan pendidikan di tangan guru mengharapkan
memperoleh nilai yang tinggi,
dan juga guru,
anaknya
demikian pula dengan mahasiswa
sebab nilai yang tinggi yang diperoleh
siswa akan mengangkat
yang
maha
kredibilitasnya diantara sesama dosen
juga terhadap atasannya.
Keadaan tersebut menyebabkan
dosen
terkondisikan untuk melaksanakan pendidikan Pancasila secara
kognitif
dan
yang berakibat dangkalnya pemahaman,
pengamalan terhadap nilai-nilai Pancasila,
penghayatan
karena
yang
dibina
dan
dikembangkan
sehingga nilai,
nal
yang
hanya
unsur
rasio
nalar.
moral dan normapun ditanggapi secara
mrenimbuIkan sikap pragmatis
Berdasarkan
dan
dan
rasio-
insrumentalis.
latar belakang masalah dan kesenjangan di
maka rumusan masalah penelitian
ini adalah
atas,
: Sejauh
manakah
hubungan antara proses belajar mengajar dengan hasil belajar
kognitif
maupun
perbandingan
kaitan
afektif (sikap) pendidikan
sedang
lihat
tif.
atau
yang menyatakan
lemah.
Sejauh
manakah hubungan antara
pendidikan Pancasila dengan
mahasiswa
2.
belajar
ini
ku-
untuk
perbedaan antara hasil belajar kognitif dengan
Agar rumusan masalah tersebut lebih jelas,
dan
keter-
hubungan tersebut
Perbandingan dimaksudkan
barka.n dalam hentnk pertanyaan berikut
1.
adalah
antara proses belajar mengajar dengan hasil
kognitif dan afektif,
at,
Hubungan yang dimaksud
keduanya.
Pancasila
me-
afek
maka.
dija-
:
proses belajar
mengajar
hasil belajar aspek
kognitif
?
Apakah ada perbedaan hasil
belajar
kognitif
pendidikan
Pancasila antara tingkat rendah dengan tingkat sedang ?
3.
Apakah
ada perbedaan
Pancasila antara
4.
5.
a. n t a r a
hasil
tingkat
Sejauh manakah hubungan
pendidikan
belajar
kognitif
tingkat sedang dengan
Apakah ada perbedaan
P a n c a s i 1a
hasil
belajar
kognitif
r en d a h d en g an
awtara
tingkat
pendidikan
tinggi
?
pendidikan
ting k a t t in g g i ?
proses
belajar
mengajar
P a n c a si la
d engan
h a. s i 1
b e 1a j a r
afektif
perbedaan
antara.
hasil
belajar
kognitif
( s i k ap )
6.
Apakah
ada
7
dengan
hasil
belajar afektif (sikap) pada
mata
kuliah
pendidikan Pancasila ?
C.
Defenisi Qperasional
Untuk
dalam
menghindari kesalahpahaman
atau
ketidaksamaan
memberikan makna istilah-istilah yang digunakan
pada
judul tesis ini, maka dijelaskan seperti berikut ini :
1. Proses Belajar Menga.iar
Yang dimaksud dengan proses belajar mengajar
adalah
"Suatu aktivitas yang dilakukan oleh pengajar dan
siswa,
kegiatan ini terdiri dari tiga fase yaitu:
(a) informasi,
(b) transformasi dan (c) evaluasi" (S.Nasution,
1983:9).
Dalam ketiga fase tersebut telah tercakup ketelada.nan dan
kedisiplinan yang ditunjukkan oleh dosen dengan menampakkan
perilaku yang penuh nilai moral dan norma
sebagai
keharusan dan kewajiban mendidik yang
realisasi tanggung jawab pedagogis.
jar
yang dimasksudkan disini adalah
dari mahsiswa
2.
merupakan
Proses belajar menga
menurut
pengamatan
-tentang perurausan persiapan meng
ajar, perumusan tujuan metode yang diterapkan,
si,
Pancasila
komunika-
media dan alat peraga serta. evaluasi yang digunnakan.
Hasil B_elaiat Kognjltif
Yang
Nasution
dimaksudkan dengan hasil
belajar
menurut
S.
(1989: 61) adalah "apa yang dapat dilakukan dan
dikuasai siswa
sebagai suatu hasil pelajaran
Hasil belajar dirumuskan dalam bentuk tujuan
tersebut".
instruksio-
rial khusus, yang bersifat operasional sehingga dapat
di-
nilai
sebagai wujud dari apa yang telah dikuasai
siswa.
Hasil
belajar
proses
belajar
yang diperoleh mahasiswa
melalui
mengajar diwarnai dengan potensi
dan
kemampuan
mencerna dan menyerap apa yang disampaikan oleh dosen.
Sedangkan kognitif adalah taxonomi tujuan pengajaran
yang mencerminkan tingkat berpikir siswa yang terdiri da
ri emam tingkatan yaitu : pengetahuan, pemahaman, aplika-
si, analisis,
sintesis, dan
evaluasi. Keenam
tingkatan
tersebut digolongkan ke dalam tiga tingkatan, yaitu :
a. Tingkat kognitif
aktivitas
rendah, yaitu yang
menekankan
menghafal, mengingat, memahami
langi suatu fakta dan
dan
mengu-
informasi. Ranah kognitif
berada pada. tingkat rendah ini
pada
yang
adalah (1) pengetahuan
yaitu mengenai fakta, istilah, kejadian,
klasifikasi,
prinsip dan teori : (2) pemahaman yaitu mengenai
ter-
jamahan, tafsiran dan pemaknaan.
b. Tingkat kognitif sedang yang menekankan pada diskriminasi, transfer dan pemrosesan. Ranah kognitif yang di
golongkan pada tingkat ini adalah : (1) aplikasi, yai
tu mengenai penggunaan generalisasi,
dalam
prinsip
abstrak
situasi kongkrit ; (2) analisis, yaitu mengenai
menguraikan sesuatu
dalam bagian-bagian
yang
saling
be'i-hubungan baik prinsip-prinsip maupun unsur-unsur .
c. Tingkat kognitif tinggi, yaitu tingkat integra.tif, pe
nilaian yang diinternalisasikan secara
kognitif
yang
kreatif. Ranah
dapat digolongkan pada tingkat
tinggi
adalah
:
komponen
2).
1).
dan
sintesis,
bagian
yaitu
evaluasi,
yaitu
menjadi
mengenai
penggabungan
keseluruhan yang baru
memberikan
penilaian dan
tentang sesuatu baik secara internal maupun
Hasil belajar kognitif
mengadakan
evaluasi,
dalam bentuk
3.
;
pandangan
eksternal.
tersebut dapat diketahui dengan
baik dalam bentuk
essay
maupun
objektif.
Hasil Belajar Afektif
Ranah afektif berkaitan
apresiasi,
minat serta nilai.
bangkan oleh Krathwohl,
tingkatan yaitu
perhatian,
atau
erat dengan perasaan,
masalah
Ranah afektif yang
terhadap kondisi,
terfe,"tu
dikem-
Bloom dan Masia terdiri dari
: (.a) menerima (receiving),
kepekaan
sikap,
melalui
yaitu menaruh
gejala,
kesadaran,
lima
keadaan
kerelaan
untuk
menerima dan mengarahkan perhatian, (;b) merespon (respon
ding),
yaitu member!
reaksi
terhadap suatu gejala
secara
terbuka maupun diam-diam, (c) menghargai (valuing), yaitu
memberikan penilaian atau kepercayaan kepada sualu gejala
yang
cukup
konsisten
'dengan
mengutamakan dan komitmen
organisai,
tem,
yaitu
yaitu
suatu
tersebut.,
mengorganisasikan
mengadakan
yang selaras dan
terhadap
nilai
mengembangkan nilai
serta hubungan
nilai-nilai
menerima
nilai
seperti
dengan
nilai,
tersebut.
sebagai
suatu
mengkonseptualisasikan
sistem nilai
mendaiani sehingga
(d)
sis
tingkat. prior it as
suatu sistem nilai.(o)
internaiisasi
suatu
dan
karakterisasi,
dengan
individu bertindak
oara
se-
10
sesuai dengan nilai-nilai, keyakinan atau cita-cita
merupakan
inti falsafah dan pandangan
hidup.
yang
Perangkat
nilai tersebut sebagai pedoman umum dan memberikan karak -
ter
pada
seseorang
dirinya. Kelima
setelah
diinternalisasikan
dalam
tingkatan ranah afektif tersebut berlaku
secara hirarkhis, di mana tingkatan yang rendah merupakan
dasar
untuk beranjak pada
tingkatan berikutnnya.
belajar afektif dikaitkan dengan
nilai, moral dan
yang
terkandung dalam Pancasila. Hasil
yang
dimaksudkan
mahasiswa
dalam
penelitian
belajar
ini
Joesmani
(1988:
norma
afektif
adalah
yang dinilai dengan test skala
yang dikemukakan oleh
Hasil
sikap
sikap
seperti
61) bahwa
"skala
sikap adalah untuk mengukur kecenderungan seseorang
hadap suatu objek baik berupa ide, konsep,
kelompok
sering
dalam
lembaga maupun
bentuk persetujuan". Skala
dipakai adalah skala
ter
sikap Likert
sikap
yang
dengan
lima
responsi kontinuum.
D.
Asumsj
Sebagai
pegangan dalam penelitian
mengemukakan asumsi (anggapan
ini
, maka
penulis
dasar) sebagai berikut :.
1. Proses belajar mengajar merupakan faktor terpenting dalam
meningkatkan
hasil belajar yang optimal baik dalam aspek
kognitif maupun
2.
af e ktif .
Pendidikan Panca s i ia 6 i perguruan t inggi ber tj ua.n
membina kepribadiar. ruahssiswa Indonesia secara utuh
sesuai
dengan
nilai,
norma dan
moral
yang
untu k
yang
terkandung
11
dalam
Pancasila.
3. Berdasarkan perkembangannya mahasiswa berada pada
adolesensi,
Pancasila
ta.hap
maka ranah kognitif tentang materi pendidikan
dari
yang rendah sampai yang
tinggi
semakin
berkualitas dan kompleks.
E.
Hipotesis
Berdasarkan
dikemukakan
ini yaitu
rumusan
di atas,
masalah
dan
asumsi
yang
maka hipotesis pokok dalam
telah
penelitian
: Ada hubungan yang positif antara proses
mengajar pendidikan Pancasila dengan hasil belajar
belajar
kognitif
dan hasil belajar afektif. Hipotesis tersebut diperinci
se
bagai berikut *,
1.
Ada hubungan yang positif antara proses belajar
mengajar
pendidikan Pancasila dengan hasil belajar kognitif
maha
siswa .
2. Ada perbedaan yang berarti hasil belajar kognitif
dikan
Pancasila mahasiswa antara tingkat
pendi
rendah
dengan
tingkat sedang dan tingkat tinggi.
3.
Ada hubungan yang positif
an Pancasila dengan
4.
antara proses belajar pendidik
hasil belajar afektif mahasiswa.
Ada perbedaan yang berarti antara hasil belajar
pendidikan Pancasila dengan
kognitif
hasil belajar afektif.
Untuk hipotesis 1 dan 3 diterima ap;abila Chi Kuadrat ha
sil
lebih
tingensi.
besar dari Chi Kuadrat tabel,
melalui tabel
Hipotesis 2 dan 4 diterima apabila F hitung
kon
lebih
b e s a r d a r i F t a b e 1 , melalui ru m us p e r b ed a. a n d u a r a t a - r a t a .
12
F.
Tjiiiiaii Penelitian
Adapun tujuan penelitian
1.
ini adalah
:
Untuk mengefektifkan proses belajar mengajar
pendidikan
Pancasila sehingga dapat menjadi wahana transformasi,
ternalisasi dan personalisasi nilai,
casila,
baik dalam pengetahuan,
perbuatannya.
norma dan moral Pan
sikap maupun tindakan dan
Dengan penelitian ini diharapkan dapat men-
dorong dosen pendidikan Pancasila melaksanakan
mengajar
persiapan
yang lebih baik, perumusan tujuan yang
dengan tingkat perkembangan
yang
baik,
in-
mahasiswa,
relevan
penerapan
metode
komunikasi yang interaktif dan evaluasi
yang
lebih baik.
2. Untuk memberikan dorongan kepada dosen pendidikan
Panca
sila agar dapat melaksanakan pendidikan Pancasila sebagai
pendidikan
afektif,
nilai dan moral
dengan
pendekatan
afektif
dan model-model
pendidikan
yang tersedia,
dan
menggunakan
afektif
sebagai wahana internalisasi nilai,
norma Pancasila dengan menampakkan
keteladanan
kedisiplinan yang dapat dijadikan panutan oleh
moral
dan
mahasiswa
sebagai realisasi tanggung jawab pedagogis.
G.
Kegunaan Eenelitian
Adapun kegunaan penelitian
1.
ini adalah
:
Kegunaan secara teoritik
a. Sebagai
bahan pedoman bagi perguruan tinggi
memilih teori,
konsep,
dalam
pendekatan dan model pendidikan
Pancasila sebagai pendidikan afektif,
nilai,
moral dan
1~.
politik yang merupakan bagian dan MKP"
b. Sebagai
Fail oas i1a.
bahan pertimbangan bagi
untuk
dosen
menyempurnakan d an
pendidikan
m erevis j
teor i ,
konsep, pendekatan dan model pendidikan Pancasila yang
sesuai dengan negara republik Indonesia.
2. Kegunaan secara praktis
a. Sebagai. bahan masukan bagi dosen pendidikan
Panca
sila untuk meningkatkan kemampuan prufesionalnya dalam
mengelola proses belajar mengajar di ruang kuliah, se
hingga dapat melaksanakan pendidikan Pancasila sebagai
wahana
transformasi, internalisasi dan
personalisasi
nilai, moral dan norma Pancasila yang merupakan perwujudan tanggung jaw-ab pedagosis.
b. Sebagai bahan masukan bagi dosen pendidikan
sila
dalam menerapkan konsep, teori,
Panca
pendekatan
dan
model pendidikan afektif, nilai, moral dan po.
perguruan tinggi.
H.
KfirangJta Isi lasis
Tesis
ini secara keselurunan disajikan dalam lima hah.
Secara garis besar pembahasan dalam tesis ini adalah sebagai
berikut
:
j . Pendahuluan
Bab ini menya.i ikan tentang
musan masalah,
tujuan
tesis.
iatar boia'coi
defenisi operational,
a
; a sa j a n,
Pe ra
hipo i..es j s
penelitian, kegunaan pemi M,iau d •:-.:. korangKa
isi
14
2. lindauan Konseptual
Bab
ini
memuat tinjauan secara teoritis,
antara
pendidikan
afektif, pendidikan nilai, pendidikan
pendidikan
kognitif,
Pancasila
pendidikan
Pancasila,
sebagai pendidikan umum dan
lain,
moral,
pendidikan
taksonomi
tujuan
pendidikan dalam pendidikan Pancasila.
3.
Metodologi Penelitian
Bab
tersebut berisi tentang metode penelitian,
populasi
dan sampel, teknik pengumpulan data, penyusunan instrumen
penelitian,
pelaksanaan penelitian dan
tehnik
analisis
data.
Bab
ini berisi tentang hasil temuan di
temuan secara statistik,
di
lapangan,
pembahasan tentang hasil
lapangan dan pembahasan tentang hasil
temuan
hasil
temuan
secara.
statistik.
Bab tersebut berisi tentang kesimpulan,
tis,
nya
implikasi
teori
implikasi praktis dan implikasi penelitian selanjut-
67
BAB
METODOLOGI
A.
III
PENELITIAN
Metoda Penelitian
Bertitik
tolak
dari masalah,
tujuan
dan
hipotesis
penelitian, m|aka metode] yang digunakan dalam penelitian
adalah
deskriptif korelasional komparatif. Best
ini
(1977:116)
mengemukakan penelitian deskriptif adalah :
A descriptive study describes and interprets what is.
It
concerned with
condition or relationships that
exist,
opinion that held, proceeses that are going on, effects
that
are
evidents, or trend that ar$| developing.
It
is
primarily
concern with present,
althought
it
o^ten
'' considers
current
past evidents and influences as they
realty to
conditions.
Dari
rumusan yang dikemukakan di atas dapat
diketahui
bahwa metod'ej deskriptif memberikan gambaran dan interpretasi
tentang
apa yang terjadi. Objeknya adalah
hubungan
antara
beberapa
gejala,
tentang
kondisi
yang
sedang
proses
berlangsung, pengaruh variabel tertentu yang teruji,
bahkan
kecenderungan yang sedang berkembang. Metoda tersebut
menekankan
dikaji
pada peristiwa masa kini,
meskipun
persoalan-persoalan pada masa
lebih
sering
lalu yang ada
pula
kaitan
atau pengaruhnya terhadap keadaan masa kini.
Sebagaimana
telah
diuraikan pada
penjelasan
bahwa objek penelitian ini adalah mengkaji
proses
belajar
belajar mengajar pendidikan Pancasila
kognitif
maupun afektif,
kedua hasil belajar tersebut.
akan
hubungan
dikumpulkan
dan
dengan
perbandingan
masalah
antara
hasil
antara.,
Dengan demikian informasi yang
adalah faktual yang
mampu
menggambarkan
gejala-gejala yang ada. Dari gambaran tersebut dapat diambil
68
skor-skor yang nan tiny a diolah sec&rs. statistik.
Selain memberikan gambaran faktual, penelitian ini juga
menelaah tentang korelasi antara variabel yang ada.
Umar
(1986:114) bahwa "studi korelasional
adalah
Fachri
mencakup
semua proyek penelitian yang mencoba menemukan atau
nihkan
melalui indek korelasi".
Melalui koefisien
menjerkorelasi
dapat diketahui secara matematis tingkat hubungan dua varia
bel
atau lebih. Dengan metoda korelasional
variabel
dapat
diprediksikan
melalui
hubungan
skor-skor
antar
variabel
lain.
Variabel-variabel
belajar
dalam penelitian ini
adalah
proses
pendidikan Pancasila sebagai variabel bebas,
hasil
belajar kognitif dan afektif sebagai variabel terikat. Anta
ra
variabel bebas yaitu proses belajar mengajar
Pancasila
dikorelasikan
dengan
variabel
pendidikan
terikat
yaitu hasil belajar kognitif pendidikan Pancasila.
pertama
Kemudian
antara variabel bebas dikorelasikan dengan variabel
terikat
kedua yaitu hasil belajar afektif pendidikan Pancasila.
Dalam penelitian ini juga diadakan perbandingan-perbandingan antara beberapa variabel. Dengan demikian
ini
penelitian
juga mempergunakan metode komparatif. Menurut
(1992:36)
bersifat
metode komparataif dalah "suatu
penelitian
membandingkan beberapa variabel pada
atau lebih".
Sugiyono
dua
yang
sampel
Variabel-variabel yang dibandingakan dalam
pe
nelitian ini adalah hasil belajar kognitif pendidikan Panca
sila
mahasiswa
FKIP
Universitas Islam Riau tingkat rendah
69
(pengetahuan
(aplikasi
dan
pendidikan
(sintesis
dan
pemahaman) dengan
analisis).
Antara
tingkat
hasil
belajar
Pancasila tingkat sedang dengan
dan
pendidikan
evaluasi).
Antara
hasil
sedang
antara
belajar
kognitif
terikat
kedua
tingkat
belajar
variabel terikat pertama
ini
pendidikan
yaitu
hasil
Pancasila
belajar
kognitif
dengan
afektif
penelitian
Kerangka Penelitian
X
Y2
:
X.
Proses belajar- mengajar pendidikan Pancasila
Yl.
Hasil belajar kognitif pendidikan Pancasila
Y2.
Hasil belajar afektif pendidikan Pancasila
Yls..
Hasil belajar kognitif
tingkat rendah
Y"b.
Hasil
belajar kognitif
tingkat sedang
H a s i.3
no ib.j a r
tinggi
hasil
pendidikan
1
kognitif tingkat.
tinggi.
variabel
:
Bagan.
Keterangan
tinggi
yaitu
Pancasila. Untuk lebih jelasnya seperti kerangka
berkut
kognitif
Pancasila tingkat rendah dengan tingkat
Perbandingan
yaitu
70
Garis hubungan X dengan Yl dan Y2
Garis perbandingan antara Yla dengan Ylb dan Ylc
B. popniasi dan. Sampel
Dengan memperhatikan tujuan penelitian, yaitu untuk
memperoleh gambaran yang jelas tentang proses belajar menga
jar pendidikan Pancasila dan hasil belajar kognitif dan
afektif, maka perlu dicari karakteristik populasi yang akan
diteliti. Kerlinger (1979:52) mengemukakan bahwa "a popula
tion is defined as all members of any well-defined class of
people, events or objects". Dari pendapat tersebut dapat di
simpulkan bahwa populasi adalah keseluruhan dari anggota
sekelompok orang, peristiwa atau kejadian yang telah dibatasi secara cermat. Sudjana (1982:5) mengemukakan bahwa :
Populasi adaiah totalitas semua nilai yang mungkir.
hasil perhitungan ataupun pengukuran
kwantitatif ^pur.
sampel.
Dengan demikian populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh mahasiswa FKIP Universitas Islam Riau yang mengikuti
mata kuliah
pendidikan Pancasila.
Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah
sebagian mahasiswa FKIP Universitas Islam Riau yang telah
mengikuti perkuliahan pendidikan Pancasila, baik proses be
lajar mengajar, hasil belajar kognitif maupun hasil belajar
afektif mahasiswa. Untuk menentukan jumlah sampel yang dibutuhkan
95 %.
digunakan
yaitu
tabel
Krejcie dengan derajat keprcayaan
'Dengan semakin besar populasi maka semakin
71
kecil porsentase sampel yang digunakan'. (Sugiyono, 1992:58oy ;
Memperhatikan jural all mahasiswa FKIP Universitas
Riau
tahun
sampel
ajaran
yang
1992/1993 sebanyak
1.695
orang,
dibutuhkan menurut. tabel tersebut
untuk
menentukan
probability
setiap
sampel
populasi
(Sugiyono,
proportionate
untuk
ditempuh
dipilih
1992:52),
stratified
proporsional"
pada
snggota
dengan
teknik
sampling
yaitu
populasi mempunyai anggota yang tidak homogen dan
secara
dengan
menjadi
dan
random
313
jurusan
stamp ling yaitu "memberi peluang yang sama
anggota
sampel".
ukuran
maka
adalah
orang. Karena sampel tersebut terdiri dari beberapa
maka
Islam
(Sugiyono,1992:53).
"bila
berstrata
Adapun
ukuran
sampel tersebut seperti tabel berikut ini :
Tabel 3.1 UKURAN
T
Jurusan
Bhs.
Program ( J In. Mhs.
,
Indonesia
Bhs.
Inggeris
Sendratasik
1—.
S-l
228
D-3
338
S-l
D-3
152
276
S-l
47
111
Matematika
S-l
67
Orkes
S-l
138
D-l
218
S-l
108
1 .695
Jural ah
Bersumber
t ahu n
dari
ak ad emIs
|
'-. •=( **"» T~* ^ "I
L
D-3
Biologi
C.
SAMPEL PENELITIAN
44 orang
63 orang
14
50 orang
9 orang
16
9
22
12
25
41
19
orang
orang
orang
orang
orang
T_e_kjD_lk peiigujjiBJiLan
3
7
6
8
13
6
] 313 orang ] 100
buku pedoman FKIP Universitas
1393/19 94.
20
Islam
|
Riau
•i
D.a.t.a
Melalui teknik pengumpulan data akan dijaring infcrmasi
mengenai proses belajar mengajar pendidikan Pancasila,
hasil
72 }
belajar kognitif dan hasil belajar afektif. Teknik dan
alat
pengumpul data tersebut adalah
1. Siudi D.oJm2L«rit&£Li
Teknik
jumlah
ini digunakan untuk memperoleh data
mahasiswa,
tenaga
dosen
pendidikan
tentang
Pancasila,
indek prestasi mahasiswa, program dan jurusan yang ada di
FKIP
Universitas
Islam
Riau
dan
jadwal
perkuliahan
mahasiswa.
2.
T^SLt
Instrument
test
tersebut
untuk
menjaring
data
tentang hasil belajar kognitif pendidikan Pancasila, yang
disusun sesuai dengan tingkatan-tingkatan ranah
dan
dikelompokkan
tingkat
rendah,
menjadi tiga
tingkatan
sedang dan tinggi.
Skala
kognitif
besar
yaitu
sikap
untuk
menjaring sikap mahasiswa terhadap nilai, moral dan norma
yang ada dalam materi pendidikan Pancasila.
3.
Angket
Instrumen
proses
tersebut
belajar
mengajar
untuk
menjaring
pendidikan
data
tentang
Pancasila
yang
dilaksanakan yang meliputi tujuan yang dirumuskan, metoda
yang
diterapkan, media dan alat peraga
yang
digunakan,
komunikasi dan evaluasi yang dijalankan.
D . Penyusunan IXiSli-uiien. Eene.XiiJL&n.
Penyusunan instruvicn penelitian baik test maupun
skala
sikap berpedoman pada kurikulum, silabi dan GBPP
pendidikan
Pancasila
dari
pendidikan
Pancasila
yang telah direvi.si dan disempurnakan .
Dirjen. Dikti. dan
buku
paket
Instrumen
73
j !„*, uioi-kisi
tersebut dituangkan dalam
kisi ki-i,
baik
test
kognitif,
,f,htif «ei.P«n angket. Hal tersebut untuk menjaga validitas
isi instrumen tersebut. Kisi kisi tersebut seperti dalam
tabel berikut ini :
> „t-t vi^ TF^
'^VSNlTtF PENDIDIKAN PANCASILA
''••
.
,
Tahe I 3 .2 . KI oL--r» 1->-
K err: pen i• r>
j Varibe!|
V
'No.Ite:
ang diukur
!•>.-,?, .--as.
l*!i\\^V" a^Pa^asVia
sbg. ncr.,,Pandangan
hiduP bangsa I 3b1k,
ocL.ij-it
.. rj.
Negara HI
k(-,
! k-e,
f.i
i r
j?, .P-4
1 b.Ke^nSsiaan^Yang adil dan beradab.
21 k2
cPersatuan Indonesia,
22
k-
d
perjuangsn
_
|i4 spiarsh
^Indonesia
zaman Sriwijaya/maj. apahi
<
I-, Masa penjajahan.
i
o
_
-'perlawanan terhadap penman.
!t---2v._i 30k»-
I d'.'Kesadaran melawan penjaoah melalui
\
j
pendidikan
f. . S-nnpah Pemuda
i
f .Fen.iajah Jepang
|
ff.BPUPKI
j
; cv.-.'il ^masi Kemerdekaan
•
5ko 28ki
Ii
"
!: si.ko
. j.
.
-
ivo
1-
•M
t treses pa rumusan oaa-ar not:--
^ _ ,
," .. 'f:"'i'-'--V ^~ik RIS,Uemba! i ke R>
;t
l'.Kurun waktu tahun 50 - 59.
m.Vekrit Presidcn.
i
>-.
j
r, ^.,