KARAKTERISTIK PROSES BELAJAR MENGAJAR FILSAFAT PANCASILA DITINJAU DARI PENDIDIKAN UMUM : Suatu SLudi terhadap Dosen Filsafat Pancasila di IKIP Yogyakarta.

KARAKTERISTIK PROSES BELAJAR
MENGAJAR FILSAFAT PANCASILA
DITINJAU DARI PENDIDIKAN UMUM

CSuatu SLudi

terhadap Dosen Filsafat Pancasila
di

IKIP Yogyakarta)

TESIS

Diajukan kepada Panitia Ujian Tesis
Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandun*
untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat
Program Pascasarjana
Bidang Studi Pendidikan Uwum

Oleh
L.


:

HENDROWIBOWO
9132395

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
1995

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEHBIMBING
UMTUK UJIAN TAHAP

Prof.

DR.

II


Achmad Sanusi,

SH.

Pembimbing I

Prof.

DR.

Nursid

Sumaadmadja

Pembimbing II

"Tidaklah ada yang kita perdapat sepanjang umur kita,
selain dari ucapan si Fulan dan si Anu".


(penyair sufi: Irnam Fakhruddin ArRazi)

A8STRAK

Judul: KARAKTERISTIK. PROSES BELAJAR MENGAJAR
FILSAFAT PANCASILA DITINJAU DARI
PENDIDIKAN UMUM

Diadakannya kuliah Filsafat Pancasila
di
IKIP
Yogyakarta sejak tahun 1988, dikarenakan lulusan mahasiswa
IKIP Yogyakarta kalah bersaing dengan mahasiswa IKIP
swasta pada ujian penerimaan pegawai, khususnya pada
rnateri

ujian Pancasila.

Studi ini diharapkan dapat menjawab
bagaimana pencapaian tujuan pendidikan


persoalan: (.1)
urnurn di
IKIP

Yogyakarta dengan dilaksanakannya proses belajar mengajar
Filsafat Pancasila? (2)
karakteristik
manakah yang
mendukung tercapainya tujuan pendidikan umum tersebut? (3)
karakteristik manakah yang menghambat tujuan tercapainya
pendidikan umum

tersebut?

Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
metode

penyampaian dalam proses
belajar
mengajar
Filsafat
Pancasila, dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu CCTV

dan sistem tutorial. Alat penilaiannya beibentuk essay dan

multiple, choice, sedangkan tujuan perkuliahan Filsafat
Pancasila adalah membina dan mengernbangkan
kepribadian
mahasiswa

agar menjadi manusia utuh.

Berdasarkan hasil penelitian yang
dikemukakan beber;

"


l x

" '

ada

Sekiranya metode penyampaian dalam proses belajar
mengajar Filsafat Pancasila dilaksanakan tidak menggunakan
alat bantu CCTV, narnun dilaksanakan dengan tatap rnuka,
maka akan terjadi suasana dialogis, ada pertautan makna
antara dosen dan mahasiswa dan sekiranya alat
penilaian
diarahkan pada problem solving, ada keseimbangan antara

domain kognitif, afektif dan psikomotor, rnaka

perkuliahan

Filsafat Pancasila akan mernenuhi syarat sebagai pendidikan
umum .


•X

DAFTAR

ISI

Halarnan

KATA

PENGANTAR

UCAPAN

TERIMA

i i i
KASIH


V

ABSTRAK
DAFTAR

BAB

ix
ISI

I

xi

PENDAHULUAN

A.

Latar


Belakang

B.

Fokus

Penelitian

C.

Rumusan

D.
E.

BAB

II

1

4

Masalah

6

Relevansi masalah dengan Pendidikan
Umum

12

Tujuan Penelitian

16

F.

Penti ngnya Peneli tian

G.


Definisi

H.

Asumsi

Operasional

PENDIDIKAN

PERBANDINGAN

P4

Pendidikan

1.

18

Penelitian

PENGERTIAN

A.

17

Judul

DENGAN

UMUM

SERTA

FILSAFAT

PANCASILA

Umum

Pengertian dan Tujuan Pendidikan
Urn urn

2.

3.

25

Landasan

Pendidikan

Filsafat Pancasila,
Pendidikan

B.

Pedornan,

Umum

MKDU dan

Umum

Penghayatan dan Pengamalan

Pancasila

37

1 . Latar Belakang Adanya P4
Pedornan,

37

Penghayatan dan

Pengamalan Pancasila

Nilai-nilai
C.

29

41

Moral yang Terkandung

dalam

Pancasila

45

Filsafat

Pancasila

48

Pengertian Filsafat dan Nilai-nilai
Filosofis
o

Pendidikan

Tujuan Filsafat

xi

48

50

3. Pengertian dan Manfaat Filsafat
4.

Pancasi la

52

Inti

57

Sila-sila Pancasila

D. Perbedaan antara P4 dengan Filsafat
Pancasila

BAB

III

"75

PROSEDUR PENELITIAN
A.

Metode

dan Teknik

77
Penelitian

77

1 . Teknik Delphi

78

2.

Observasi

"79

3.

Studi

80

Pustaka

B. Subyek Penelitian
C. Tahap-tahap Penelitian
1. Tahap Orientasi
2. Tahap Eksplorasi
Checks

86

4. Triangulasi
5. Tahap Penulisan Laporan

87

3.

BAB

IV

Member

ANALISIS DATA,

V

HASIL-HASIL PENELITIAN DAN
38

A.

88

Analisis Data
Data

2.

Display dan Pengelompokan Data

3.

Interpretasi

B.

Hasil-hasil

C.

Pembahasan

KESIMPULAN,
A.

DAFTAR

86

PEMBAHASAN

1 . Reduksi

BAB

81
82
82
84

89

....

124
128

Penelitian

145
159

IMPLIKASI DAN SARAN-SARAN

...

168

Kesimpulan

168

B.

Implikasi

169

C.

Saran-saran

170

PUSTAKA

17 •7

XI 1

BAB

I

PENDAHULUAN

A.

Latar

Belakang

Pendidikan Nasional

yang

berlandaskan

Pancasila,

terdapat dalam Undang-undang no. 2 tahun 1989, mempunyai
tujuan sebagai

berikut:

Pendidikan

Nasional

bertujuan

mencerdaskan

kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya,
yaitu manusia yang beriman dan
bertaqwa
terhadap
Tuhan Yang Maha
Esa
dan
berbudi
pekerti
luhur,
memiliki
pengetahuan dan
ketrampilan,
kesehatan
jasrnani dan
rohani,
kepribadian yang mantap dan
mandiri serta
rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan. (UU RI
no. 2 tahun 1989, pasal 4).
Arah

tujuan

pendidikan

petunjuk nyata bagi

nasional

tersebut

peran pendidikan umum

pendidikan nasional kita,

memberikan

dalam

kawasan

karena

pendidikan umum di
Perguruan Tinggi
bertujuan
rnempersiapkan mahasiswa agar dalam mernasuki kehidupan
masyarakat,

mereka

dapat

mengembangkan

kehidupan

pribadi yang memuaskan, menjadi anggota keluarga yang
bahagia, menjadi warga negara yang bertanggung jawab
dari
Negara
Kesatuan
Republik
Indonesia
yang
bersendikan
falsafah Pancasila.
(Hamdan
tiansoer,
1983:

8).

Untuk rnencapai

mahasiswa

dibekali

tujuan

deng£ui

pendidikan

pengetahuan

umum

dan

tersebut,

pengalaman

sosial secara terorganisasi dalam proses belajarnya, yang
menunjang

perluasan

pengetahuannya,

sehingga

cakrawala
ia

tidak

perhatian
terpaku

pada

bidang pengetahuan keahlian yang dipelajari saja.

dan
batas

Dengan

bekal pemaharnan tentang agarna,
pengetahuan

pengenalan
manusia,

yang

menyangkut

terhadap

dan

sosial,

masalah

diharapkan

kepribadiannya

Pancasila,

kebudayaan

lingkungan

mahasiswa

dapat

kelak

rnenempatkan

dan
serta

kehidupan

mampu

perkembangan masyarakat dan kebudayaan
secara

kewiraan

menemukan

dirinya

yang

dalarn

berlangsung

cepat.

Dengan melihat uraian di
kedudukan Pancasila dalam

atas,

khazanah

pada
Pendidikan

Indonesia mempunyai arti luas dan sempit.
yang luas terlihat
sedangkan

dalam

dalam
arti

sistern

yang

hakikatnya

Dalam

Pendidikan

sempit,

Nasional

artinya

Pancasila,

yakni

Pendidikan

Pancasila sebagai studi khusus yang diajarkan sejak mulai
pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi.

dalam

penelitian

ini

berkaitan

Arah

dengan

sasaran

pengertian

Pendidikan Pancasila dalam artinya yang sempit dan

lebih

khusus lagi pada mata kuliah Filsafat Pancasila.

Mata kuliah Filsafat Pancasila (di IKIP Yogyakarta)

merupakan salah satu dari MKDU (Mata Kuliah Dasar
Mata Kuliah Dasar

kurikulum

pernbentukan

Umum

pendidikan

kepribadian

pendidikan tinggi,

yang

merupakan

tinggi
dan

komponen

yang

profesional

merupakan

Umum).
dalam

menunjang
lulusan

persiapan

bagi

mahasiswa dalam mernasuki
kehidupan
masyarakat.
(Surat
Kep.
Dirjen
Dikti.
Depdikbud
no.
32/DJ/Kep/1983: iv).

Dengan demikian MKDU merupakan komponen

di

Perguruan

kepribadian

Tinggi

yang

seorang

warga

berupaya
negara

pendidikan

bagi

sebagai

pembinaan
ciri

khas

bangsa Indonesia. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian

Faridah (1992: 156-157) dalam tesisnya yang berbunyi:
MKDU adalah program pendidikan di pendidikan tinggi
yang menunjang pembentukan kepribadian dan kompetensi
seorang lulusan pendidikan tinggi dalam rangka membina
warga
negara sarjana
Indonesia
menjadi"
manusia
Indonesia seutuhnya melalui pembinaan nilai-nilai
semangat menerapkan

dan

nilai-nilai.

Pada halaman berikutnya, Faridah

menyatakan

bahwa

"pendidikan umum di perguruan tinggi dikembangkan melalui
MKDU. Dan MKDU merupakan sarana
umurn di

pengembangan

pendidikan

perguruan tinggi".

Dengan demikian jika dirunut dari

dapat dikemukan

Pancasila

(di

sebagai

IKIP

berikut:

Yogyakarta)

uraian

di

perkuliahan

merupakan

atas

Filsafat

salah

satu

komponen dari MKDU dan MKDU merupakan sarana pengembangan
pendidikan umum di Perguruan Tinggi.
Perkuliahan Filsafat Pancasila

sendiri

belurn

tentu diadakan di setiap Perguruan Tinggi. Di satu

pihak

ada

yang

rnengatakan

bahwa

i tu

Filsafat

Pancasila

perlu

diajarkan di IKIP, di lain pihak ada yang menolak, dengan
alasan sudah

ada

penataran

P4.

Salah

satu

rnenarik tentang perdebatan tersebut adalah tidak

hal

yang

satupun

pendapat tersebut disertai penelitian yang cermat.
ini berusaha

untuk

meneliti

alasan-alasan

kuliah filsafat Pancasila dan

meneliti

yang

rangka

dilakukan

dosen

dalam

Studi

diadakannya

bagaimana

upaya

mencapai

tujuan

pendidikan umum melalui kuliah Filsafat Pancasila.
Pentingnya kita pelajari

Pancasila,
tentang

karena

di

kehidupan

mendalami

secara

dalamnya

terkandung

berrnasyarakat

telahaan

Pancasila,

tentang masalah yang menjadi
yang ada dalam Pancasila.

mendalam

dan
kita

inti

Sesuai

tentang

pokok-pokok

bernegara.
perlu

dari

Untuk

mengetahui

tiap-tiap

dengan

cara

sila

berpikir

yang beraturan dalam filsafat itu sendiri (logika),

maka

perlu pengkajian tiap-tiap sila dengan menguraikan secara

filsafati,
sampai

sehingga

pada

nilai-nilai

dengan

pengertian

Pancasila.

tersebut kita akan sampai

mendasar atau yang

B.

Fokus

yang

Dengan
pada

hakikat dari

diharapkan

substansial

berpikir

pilihan

kita
tentang

sistematis

nilai-nilai

yang

Pancasila itu.

Penelitian

Menurut hasil
184)

demikian

penelitian

Bunyarnin

Maftuh

(1990:

kriteria pendidikan umum adalah:
1.

Program pendidikan umum
diarahkan
untuk
rnembina
siswa menjadi warga negara
Indonesia yang
baik,

yang berkepribadian seutuhnya,

2. Program pendidikan umum

diberikan

kepada

setiap

siswa.

3. Program pendidikan umum memberikan pengetahuan,
nilai-nilai dan ketrampilan yang bersifat umum,
yang.
diperlukan
oleh
setiap
warga
negara
Indonesia,

4.

dan

Program pendidikan umum bukan program
yang
diarahkan untuk rnembina siswa menjadi seorang ahli
atau spesialis,
baik dibidang akademis maupun
vokasional.

Kriteria tersebut dirumuskan oleh Bunyarnin

Maftuh

untuk

mengukur suatu mata pelajaran atau mata kuliah 'sebagai
pendidikan

umum

atau tidak.

TR. McConnel

mengatakan

bahwa:

di samping memperhatikan perkembangan
memperhatikan

perkembangan

emosi,

tujuan

utama

dari

mengembangkan kepribadian yang

umum

intelektual,

juga

sosial,

secara integrasi". (Nelson B. Henry,
demikian

"pendidikan

1952:

pendidikan
utuh,

dan

moral

11).

Dengan

umum

bukan

adalah

semata-rnata

pada perkembangan intelektualnya.

Sejalan

dengan

tujuan

tersebut

berusaha untuk mengetahui alasan-alasan

penelitian
diadakan

ini
kuliah

Filsafat Pancasila, untuk mengetahui karakteristik proses
belajar

mengajar

menemukan

tujuan

upaya

Filsafat
yang

tersebut,

"Manusia utuh bukan

Pancasila

dilakukan

yakni

hanya

manusia

cerdas

dosen

dan

juga

untuk

Indonesia

(memiliki

untuk
mencapai

seutuhnya.

ilrnu

yang

banyak), akan tetapi juga memiliki moral yang baik. yang
tercermin pada prilakunya sehari-hari, dan

memiliki

keahlian serta ke trampi Ian" , (Arnsal Arnri, 1994: 151).
Dengan demikian yang menjadi fokus penelitian ini adalah
karakteristik

perkuliahan

Filsafat

Pancasila

dan

alasan-alasan diadakannya kuliah Filsafat Pancasila serta
upaya

yang

dilakukan dosen

Filsafat

Pancasila

dalam

rnembina mahasiswa, untuk mencapai tujuan Pendidikan Umum.
C. Rumusan Masalah

Tolok ukur utama menganalisis

proses

belajar

mengajar Filsafat Pancasila adalah situasi pedagogis dan
pendekatan obyektif-praktis secara seimbang.

Situasi

Pedagogis adalah situasi pendidikan yang memperlakukan
peserta didik sebagai subyek, bukan sebagai obyek.

Tidak

kita pungkiri bahwa peserta didik adalah pihak yang
dikenai pendidikan. Namun

peserta

didik

bukan

"obyek'

pendidikan semata.

Obyek

pendidikan

tersebut

bersifat

aktif

dan

kreatif, sehingga reaksi terhadap tindakan yang
ditujukan kepadanya, tidak semata-rnata tergantung
kepada tindakan itu sendiri, rnelainkan tergantung
dan rnakna yang diberikan peserta didik kepada
tindakan tersebut. (M.I. .Soelaernan, 1985: 53).

Lebih lanjut, Sanusi (1989: 46), mengatakan:
Pendidikan adalah proses

6

pendewasaan

diri

sesuai

dengan potensi, bakat, minat,
motif,
aspirasi,
dan
kepercayaan peserta didik sendiri. Karena itu, sudah
selayaknya bila proses belajar mengajar disesuaikan
dengan sifat-sifat peserta didik.

Asumsi tersebut menuntut adanya situasi
yang

mengandung

unsur

menyatakan dirinya

kebebasan

sendiri.

Di

peserta

samping

lain agar terjadi situasi pedagogis

pendidikan
didik

itu,

dalam

untuk

kriteria

suatu

proses

belajar mengajar, seperti yang disarnpaikan oleh Bapak MI.
Soelaeman dan Bapak Achmad Sanusi

antara

lain:

peserta

didik diperlakukan sebagai subyek, peserta didik bersifat

aktif dan kreatif, ada pertautan
dan peserta didik,

sesuai

makna

dengan

antara

sifat

pendidik

peserta

(potensi, minat) dan partisipasi peserta didik.
begitu,

pendidik

menyimpang

dari

mernelihara

agar

kebenaran.

Pancasila, pendidik

Sesuai

berperan

Walaupun

kebebasan

dengan

mengarahkan

didik

tidak

Filsafat

siswa

kepada

kebebasan nilai-nilai obyektif Pancasila.

Dengan

demikian,

proses

mengandung situasi pedagogis

situasi

penghormatan

manusia. Interaksi yang
terbuka dan manusiawi.

itu

terhadap

terjadi

diri

perserta

mengajar

ditandai

perserta

adalah

yang

oleh

didik

adanya

sebagai

interaksi

yang

"Interaksi yang manusiawi itu akan

mernelihara rasa aman, menghindari

pada

belajar

didik".

konflik

(Rochman

dan

frustasi

Natawidjaja,

1991: 6). "Peserta didik yang rnerasa jiwanya tertekan,

yang selalu dalam

keadaan

takut

akan

kegagalan,

yang

mengalarni kegoncangan emosi , tidak dapat belajar efektif".

(S. Nasution, 1982: 54). A. Kosasih Djahiri (1985: 33-34)
mengatakan bahwa dalam proses belajar mengajar, harus ada

pendekatan humanistik: suatu pola berpikir dan pola kerja
yang meminta agar kita :

a. menghargai siswa sebagai manusia yang potensial.

Catatan:
Faham
Pendidikan
sekarang
cenderung
menyatakan bahwa "tidak ada anak yang bodoh", setiap
siswa akan mampu belajar dan berhasil asal

kesempatan

dan

waktu

serta

cara

sesuai

diberikan

dengan

kernampuannya.

b. rnenghargai/melayani

siswa

secara:

jujur/fair,

obyektif, hangat, terbuka dan bebas tanpa paksaan.

c menciptakan suasana kelas yang: akrab/kekeluargaan,
bebas
bagi
perasaan
anak
untuk
tanpa
ragu
mengekspresikan ernosi dan

pendapatnya

sehingga

ada

keterbukaan dan
kesiapan/kemauan
untuk
belajar
(bacanya: kesiapan menerima/mengkaji sesuatu).
Dalam paragrap tersebut tertulis "tidak anak yang

bodoh", ini tidak lepas dengan

(mastery learning).
kepada

sernua

"anak

Hal

ini

secara

pungkiri bahwa disekitar

"belajar

tentunya

tidak

umum",

kita,

kepandaiannya jauh berbeda

konsep

ada

dengan

anak ediot, debi 1 dan sebagainya).

ditujukan kepada

mahasiswa,

sebab

anak

tuntas"

ditujukan

tidak

kita

yang

tingkat

anak

normal

(misal:

Narnun

jika

peneliti

tidak

hal

ini

keberatan,

karena untuk menjadi mahasiswa mereka telah "lulus test"

8

dengan predikat kepandaian tingkat tertentu.

Perkuliahan

Filsafat

Pancasila

pendekatan obyektif-praktis. Artinya,

Filsafat Pancasila,

Pancasila

yang

pendidik

ideal

dalam

perkuliahan

menghubungkan

nilai-nilai

dengan

Pengungkapan

masyarakat.

menggunakan

realitas

realitas

kehidupan

pelaksanaan

nilai-

nilai Pancasila dalam masyarakat merupakan tuntutan

yang

sama pentingnya dengan pengungkapan nilai-nilai Pancasila

yang

ideal.

Pendekatan

ini

akan

membawa

irnplikasi

terhadap tujuan, metode, materi dan penilaian.
Tujuan

perkuliahan

Filsafat

Pancasila

adalah

rnembina mahasiswa agar menjadi manusia yang utuh dan
berkepribadian
Pancasila.
Artinya,
perkuliahan

Filsafat Pancasila

hendak

mengembangkan

pengertian

yang benar tentang Pancasila, menghayatinya,
dan
mengarnalkannya secara konsisten dalaF kehidupan".
(Acmad Charis Zubair, 1981: 70).
Dengan

mempelajari

menjadi

diharapkan
kehidupannya

Filsafat

manusia

sehari-hari

Pancasila,

yang

mahasiswa

utuh,

berlandaskan

dan

pada

dalarn

Pancasila.

Manusia utuh bukan hanya cerdas, akan tetapi juga memiliki

moral

yang

baik,

yang

tercermin

dalam

perilakunya

sehari-hari, memiliki keahlian dan ketrampilan.

Tujuan tersebut senada dengan
umum,

tujuan

pendidikan

yakni:

... rnembina kepribadian manusia seutuhnya, yakni
mencakup dia sebagai individu yang mernuaskan, anggota
keluarga yang
bahagia,
warga
masyarakat
yang

produktif,

warga negara yang bertanggung

hamba Tuhan yang taat.

Dirjen Dikti

melalui

(Faridah,

1992:

keputusannya

no.

jawab,

dan

112).

32/DJ/Kep/1983,

menyatakan bahwa tujuan pendidikan umum:
Untuk mempersiapakan mahasiswa agar
kehidupan

kehidupan

masyarakat,

pribadi

mereka

yang

mernuaskan,

Dari

tersebut

di

atas,

pada

1989

hal.

pembinaan

seutuhnya.

seutuhnya

tercermin,

tentunya

Kesatuan

kepribadian

Konsep

Bab

I).

manusia

mencapai

tidak hanya dengan

tujuan

mahasiswa

dalam Undang-undang

Untuk

bahwa

tujuan pendidikan umum

tentang Sistern Pendidikan Nasional,

1,

Negara

terlihat

perkuliahan Filsafat Pancasila dan

manusia

anggota

Indonesia.

uraian

mengacu

memasuki

mengembangkan

menjadi

keluarga yang bertanggung jawab dari
Republik

dalarn

dapat

kuliah

RI

menuju

(Indonesia)
no.

pasal

2

tahun

4

(lihat

manusia

seutuhnya,

Filsafat

Pancasila,

namun masih ada mata kuliah lain yang mendukungnya.
Perkuliahan

dalam

Filsafat

Pancasila

itu sendiri

perkulisihan Pendidikan Pancasila.

Pendidikan

Pancasila

rneliputi

Dengan

perkuliahan

Pancasila dan rnata kuliah lain tentang Pancasila.
Pengantar Pancasila,
Metode

yang

untuk

demikian
Filsafat

(rnisal

P4).
ideal

dalam

Pancasila adalah metode yang mampu
didik

termasuk

berpikir,

10

perkuliahan

Filsafat

mengaktifkan

merasakan,

dan

peserta

mengamalkan

Pancasila.

Tidak

ada

satu

metode

mencapai semua tujuan tersebut.
penggabungan

berbagai

metode

yang

Oleh

tepat

karena

yang

untuk

itu

perlu

rnemungkinkan

siswa

berpikir, merasakan, dan mengamalkan Pancasila.
Materi

perkuliahan

Filsafat

dengan kasus nyata yang ada dalam

diminta

untuk

rnenghubungkan

Pancasila

dikaitkan

masyarakat.

Mahasiswa

kasus

tersebut

dengan

nilai-nilai Pancasila yang ideal.

Aspek-aspek

yang

dievaluasi

dalam

perkuliahan

Filsafat Pancasila bukan hanya aspek kognisi, tetapi juga
penghayatan dan keyakinan (afeksi)

(psikomotor)

peserta

benar. Untuk

itu

beraneka

didik

diperlukan

dan

terhadap

pengamalan

Pancasila

alat-alat

secara

penilaian

yang

macam.

Berdasarkan uraian di atas,

maka

rumusan

masalah

penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut:

1.

Bagaimanakah
Filsafat

karakteristik

proses

belajar

mengajar

Pancasila ?

2. Bagaimanakah situasi perkuliahan Filsafat Pancasila, jika
ditinjau dari sudut Pendidikan Umum ?

3.

Bagaimanakah
Filsafat

pendapat

Pancasila,

mahasiswa

sebagai

Pendidikan Urnum ?

11

salah

tentang
satu

perkuliahan
mata

kuliah

4.

Bagaimanakah

upaya

yang

dilakukan

dosen

FilcafaL

Pancasila dalam mengarahkan mahasiswa mencapai

tujuan

Pendilan Umum ?

D. Relevansi Masalah dengan Pendidikan Umum

Tesis ini dikerjakan

untuk

studi strata dua program studi

itu,

sudah sewajamya

jika

memenuhi

Pendidikan

masalah

tugas

Umum.

tesis

ini

akhir

Karena

tidak

keluar dari konteks pendidikan umum.

Ada tiga alasan tesis ini masuk dalarn ruang lingkup
Pendidikan Umum.

Pertarna, ditinjau dari sudut

tujuan

yang

hendak

dicapai, Soerjanto PoesPowardojo (1991: 56) rnengatakan:
Tujuan rnempelajari Filsafat Pancasila, bukan hanya
dalam arti yang sektoral, salah satu aspek kehidupan,
tetapi secara integral dengan mengikutsertakan dan
memperhatikan segala segi yang membentuk keutuhan

pribadi

manusia.

ebih l^njut beliau rnengatakan:

! & K -t

... bukan hanya membentuk

manusia

untuk

memiliki

kecerdasan intelektual atau ketrampilan kerja saja,
tetapi dalam arti yang rnenyeluruh, ialah menjadi
manusia/warga negara yang total,' yang pada umumny*
disebut manusia baik sebagai manusia,
sehingoa
kebaikan total itu terwujud dalarn manusia yang
berbudi luhur, dewasa dalam tindakannya, mempunya-:
kes.eimbangan hidup dalam menghadapi masalah-rnasalah

bebas bertanggung jawab, atas segala per i1akunya ,'
taring dalam hidup

lahir dan

Pcespowardojo, 1991: 57).

batir.nya.

(Soarjanto

Dengan

bertujuan
8)

demikian

perkuliahan

(lihat juga

mengembangkan

Fiis&fat

pendapat

pribadi

A.C.

Zubair

mahasiswa yang

Perkuliahan Filsafat Pancasila dalam

Panca-sila

hal.

Pancasilais.

konteks

pendidikan

umum, diadakan bukan dirnaksudkan terutama pada bidang
keahlian

mengenai

Filsafat

Pancasila,

tetapi

lebih

mengutamakan pada pengembangan kepribadian yang utuh.

Dengan demikian perkuliahan Filsafat Pancasila hendak

megembangkan

kepribadian

sekedar mengerti

Pancasila yang

Pancasila secara benar,

mampu menghayati dan mengamalkan secara

tujuan

perkuliahan Filsafat

mengerti

utuh,

Pancasila

secara

Pancasila
benar

bukan

tetapi juga

konsisten.

hanya

tentu

Jika

sekedar

sulit

untuk

memasukkan perkuliahan Filsafat Pancasila sebagai program

pendidikan umum.

Seperti pendapat T.R.

rnengatakan bahwa "... general

education

McConnel yang
takes

responbility the development of individual on

scale

- emotional,

intelectual - and

Henry,

berikut:

1952:

11),

social,

in

an

and

moral,

integrated

way".

as

its

a broader

as

well
(Nelson

yang dapat diterjemahkan

as

8.

sebagai

pendidikan umum di samping memperhatikan per

kembangan intelektual, juga memperhatikan perkembangan
ernosi, sosial, dan moral secara teri ntegrasi . Jadi tujuan

13

pendidikan umum

adalah

utuh.

Tujuan

dengan

pendidikan umum

Kedua
Filsafat

mengembangkan

perkuliahan

Pancasila

yang

sejalan

tersebut.

ditinjau

Pancasila

Filsafat

kepribadian

dari

sudut

merupakan

materi,

perkuliahan

pendidikan

moral

dan

pendidikan politik. Sebagai pendidikan moral, perkuliahan
Filsafat
sebagai

Pancasila
filsafat

Nilai-nilai,
tersebut,

bertolak
hidup

norma

yang

yang

dari

peranan

merupakan

rnengikat

Pancasila

sumber

manusia

nilai.

Indonesia

berpedornan pada:

1. Moral Ketuhanan. dari sila Ketuhanan Yang Maha Esa.

2. Moral Kemanusiaan. dari sila Kemanusiaan yang adil
beradab.

3.

Moral

Persatuan,

dari sila Persatuan Indonesia.

4. Moral JLer^J