PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP RUANG TERBUKA HIJAU DI KECAMATAN MEDAN MAIMUN.

(1)

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP RUANG

TERBUKA HIJAU DI KECAMATAN MEDAN MAIMUN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Jurusan Pendidikan Geografi

Oleh:

ROSITA SYAHPIN NIM. 308131090

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2012


(2)

(3)

(4)

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Rosita Syahpin

Nim : 308131090

Jurusan : Pendidikan Geografi Fakultas : Ilmu Sosial

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini adalah benar-benar merupakan hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan hasil jiblakan/plagiasi, maka saya bersedia menerima sanksi atau hukuman atas perbuatan tersebut.

Medan, September 2012

Saya yang membuat pernyataan,

Rosita Syahpin NIM : 308131090


(5)

vi ABSTRAK

Rosita Syahpin. NIM. 308131090, persepsi masyarakat terhadap ruang terbuka hijau di Kecamatan Medan Maimun. Skripsi, Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan, 2012.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) Persebaran ruang terbuka hijau di Kecamatan Medan Maimun Kota Medan, 2) Persepsi masyarakat terhadap ruang terbuka hijau di Kecamatan Medan Maimun Kota Medan.

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Medan Maimun Kota Medan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang terdapat di Kecamatan Medan Maimun Kota Medan. Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah 3 kelurahan yang diambil secara purposive sebanyak 120 kepala keluarga. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah komunikasi langsung dan komunikasi tidak langsung. Teknik analisa data dengan menggunakan analisis deskritif kualitatif.

Hasil penelitian diketahui (1) Persebaran RTH di Kecamatan Medan Maimun terdiri dari hutan kota (1,11 ha), jalur dua jalan (1,5 ha), taman pemakaman umun/TPU (1,78 ha), sempadan sungai (2,5 ha), lahan kosong(3,21 ha), halaman & pekarangan(1,11), lapangan olah raga (2 ha), dan taman kota(0,64 ha). Dapat disimpulkan bahwa ruang terbuka di Kecamatan Medan Maimun adalah sebesar 4,01% dari 30% ketentuan luas ruang terbuka hijau dari luas wilayah yaitu 334,5 ha. Hal ini berarti bahwa ruang terbuka hijau di Kecamatan Medan Maimun tidak memenuhi standart sesuai UU No.26 tahun 2007 tentang penataan ruang. (2) Persepsi masyarakat pada umumnya masyarakat yang berpindidikan SD, SLTP, dan SLTA kurang memahami peranan dan fungsi RTH di perkotaan sehingga cenderung merusak fungsi RTH. Sedangkan masyarakat yang berpendidikan sampai jenjang Perguruan Tinggi megetahui pentingnya peranan dan fungsi RTH. Dalam studi ini diperlukan tindakan masyarakat terarah untuk menuju kepada tumbuhnya persepsi dan perilaku masyarakat setempat agar secara keseluruhan memahami makna pelestarian ruang terbuka hijau yang menyangkut terkaitan aktivitas masyarakat.

Kata kunci : Persepsi masyarakat, persebaran ruang terbuka hijau, tindakan masyarakat.


(6)

vii

ABSTRACT

Rosita Syahpin. NIM. 308131090, Public Perception Of Open Space District At

Green Medan Maimun, Thesis, department of geography education faculty of social sciences medan state university, 2012

This study aimed to determine 1) Distribution of green open space in the district of Medan Maimun, 2) the public perception of the green open space in the district of Medan Medan Maimun.

This research was conducted in the district of Medan Medan Maimun. The population in this study are all located in the district of Medan Medan Maimun. The sample in this study was 3 villages purposively taken a total of 120 households. Data collection techniques used in this study is a direct communication and indirect communication. Data analysis techniques using qualitative descriptive analysis.

The results of this research note (1) Distribution of green open space in the district of Medan Maimun consists of urban forest (1.11 ha), two-lane roads (1.5 ha), general cemetery / TPU (1.78 ha), river border (2.5 ha), vacant land (3.21 ha), yard & garden (1.11), sports fields (2 ha), and the city park (0.64 ha). It can be concluded that the open space in the District of Medan Maimun is at 4.01% of the 30% provision of wide open green spaces of the area is 334.5 ha. This means that the green open space in the district of Medan Maimun not meet the standard in accordance with Law 26 of 2007 on spatial planning. (2) The perception of the public in general educated public elementary, junior high, and senior high schools do not understand the role and function of green open space in urban areas that tend to impair the function of green open space. While people are educated to university level megetahui importance of the role and function of green open space. In this study the necessary measures directed towards the growth of the perceptions and behavior of the local community as a whole in order to understand the meaning of green open space preservation terkaitan related community activities.


(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbilalamin, segala puji bagi Allah SWT Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Persepsi Masyarakat Terhadap Ruang Terbuka Hijau Di Kecamatan Medan Maimun”.

Saya menyadari, skripsi yang saya tulis itu bukan merupakan suatu yang

instant. Itu buah dari suatu proses yang relatif panjang, menyita segenap tenaga dan

fikiran. Yang pasti, tanpa segenap motivasi, kesabaran, kerja keras, dan do’a mustahil saya sanggup untuk menjalani tahap demi tahap dalam kehidupan akademik saya di FIS-UNIMED. Dengan segala kerendahan hati, ucapan terima kasih yang tak terhingga, wajib saya berikan kepada:

1. Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, selaku Rektor Universitas Negeri Medan beserta stafnya.

2. Bapak Drs. H. Restu, M.S, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan beserta stafnya.

3. Bapak Drs. W. Lumbantoruan, M.Si, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Geografi Universitas Negeri Medan.

4. Bapak Darwin P Lubis, S.Si, M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan waktu untuk bimbingan dan memberikan ilmu yang tidak ternilai harganya selama menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Geografi yang telah membekali penulis dengan ilmu pengetahuan selama d bangku pekuliahan.


(8)

6. Kepada kedua orang tua ku, yang telah membesarkan dan mendidik saya. Saya mutlak berterima kasih dan sekaligus meminta maaf kepada beliau berdua karena hanya dengan dukungan beliau berdualah saya dapat melanjutkan pendidikan saya hingga perguruan tinggi. Saya menyadari, tanpa beliau berdua, mustahil saya bisa menjadi sekarang. Pengorbanan serta kasih sayang yang tak terhitung dan tak terhingga banyaknya.

7. Kepada abang, kakak dan adik saya: Rasman, Novrida Utami (Novri), Rudi Kurniawan (Rudi), dan Reza Lestari (Re)–juga terima kasih atas dukungannya. 8. Kepada bang Alan Darmawan yang telah memberikan ide dan motivasinya.

Aprialdi Ramadhan, Abdul Husin Nasution, terimakasih sudah membantu dan menemani saya dalam mengambil data, menyebarkan kuisioner/angket dan dukungannya untuk terus menyemangati saya.

9. Teman–teman stambuk 2008 khususnya : Sri nursiti, Munira, Faisal, Taufik, Nanda, Umi, Nurhidayah, Sandri, Dewi, Nana, Ika, dan semua teman – teman seperjuanganku dalam studi yang tidak bisa disebut satu-persatu yang telah membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga kebaikan yang mereka berikan diberikan imbalan mendapatkan imbalannya dari allah SWT dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya jurusan pendidikan geografi.

Medan, Agustus 2012

Rosita Syahpin NIM. 308131090


(9)

vii DAFTAR ISI

Hal

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING.. ... i

LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN. ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN. ... v

ABSTRAK. ... vi

DAFTAR ISI. ... vii

DAFRAT TABEL. ... ix

DAFTAR GAMBAR. ... x

DAFTAR LAMPIRAN. ... xi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Rumusan masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Kerangka Teori ... 7

B. Penelitian Yang Relevan ... 23

C. Kerangka Berfikir ... 27

BAB III. METODE PENELITIAN ... 28

A. Lokasi Penelitian ... 28

B. Populasi dan Sampel ... 28

C. Variabel dan Defenisi Operasional ... 30

D. Teknik Pengumpulan Data ... 31


(10)

viii

BAB IV. DESKRIPSI DAERAH ... 33

A. Kondisi Fisik. ... 33

B. Kondisi Non fisik. ... 38

BAB V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. ... 43

A. Hasil Penelitian. ... 47

B. Pembahasan... 65

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN. ... 75

A. Kesimpulan. ... 75

B. Saran. ... 77

DAFTAR PUSTAKA. ... 82


(11)

ix

DAFTAR TABEL

NO Uraian Hal

1. Jumlah penduduk disetiap kelurahan yang dijadikan sampel...30

2. Jumlah lingkungan, RW dan RT di Kecamatan Medan Maimun. ...35

3. Luas wilayah Kecamatan Medan Maimun. ...35

4. Penggunaan lahan di Kecamatan Medan Maimun. ...38

5. Komposisi penduduk berdasarkan kepadatan penduduk di Kecamatan Medan Maimun. ...39

6. Komposisi penduduk berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin di Kecamatan Medan Maimun. ...40

7. Komposisi penduduk menurut mata pencaharian di Kecamatan Medan Maimun. ...41

8. Sarana pendidikan di Kecamatan Medan Maimun. ...42

9. Jumlah sarana kesehatan di Kecamatan Medan Maimun. ...43

10. Jumlah sarana olahraga dan rekreasi di Kecamatan Medan Maimun. ...43

11. Jenis ruang terbuka hijau di kecamatan medan maimun dan luasannya. ...47

12. Persebaran ruang terbuka hijau di kelurahan setiap kelurahan yang di Kecamatan Medan Maimun. ...48

13. Analisis tabulasi silang tingkat pendidikan masyarakat terhadap persepsi masyarakat tentang fungsi ruang terbuka hijau. ...50

14. Analisis tingkat pendidikan masyarakat terhadap fungsi RTH. ...51

15. Analisis tabulasi silang antara tingkat pendidikan masyarakat terhadap pengetahuan masyarakat tentang UU RTH. ...53

16. Sumber pengetahuan masyarakat terhadap adanya undang–undang ruang terbuka hijau...54

17. Analisis tabuasi silang antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan masyarakat terhadap hak dan kewajiban dalam pengelolaan. ...57

18. Analisis tabulasi silang tingkat pendidikan dengan pengetahuan dan bentuk tindakan masyarakat dalam rangka memelihara kelestarian RTH. ....59

19. Analisis tingkat pendidikan dengan aktivitas masyarakat mengubah fungsi pokok ruang terbuka hijau sebagai pengendali kerusakan tanah, air, dan udara di perkotaan. ...61


(12)

x

DAFTAR GAMBAR

No Uraian Hal

1. Persebaran ruang terbuka hijau. ...11

2. Persepsi Sebagai Proses Kognitif. ...21

3. Kerangka Berpikir. ...27

4. Teknik Analisis Penelitian. ...32

5. Peta Kecamatan Medan Maimun. ...46

6. Peta Administrasi Kota Medan. ...45

7. Taman pemakaman. ...46

8. Sempadan sungai. ...46

9. Taman kota. ...46

10.Peta persebaran RTH di Kecamatan Medan Maimun. ...78

11.Peta persebaran RTH di Kelurahan Aur. ...79

12.Peta persebaran RTH di Kampung Baru. ...80


(13)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

NO Uraian Hal

1. Tabel observasi. ... 84

2. Identitas responden. ... 85

3. Daftar pertanyaan. ... 86

4. Dokumentasi penelitian. ... 88

5. Hasil tabel identitas renponden. ... 91

6. Kelompok responden berdasarkan tingkat pendidikan. ... 96

7. Option pilihan jawaban responden berdasarkan tingkat pendidikan. ... 97


(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kota adalah suatu wilayah yang akan terus–menerus tumbuh seiring berjalannya waktu baik dari segi pembangunan fisik maupun non fisik. Secara fisik kota sedikit demi sedikit terus berubah menjadi kota modern yaitu dengan dibangunnya berbagai bangunan baru yang menggantikan gedung lama. Secara non fisik yaitu pergeseran pola hidup yang agraris kepada pola hidup yang kapitalis (buruh pabrik atau berdagang). Ini terdorong oleh tuntutan perubahan dan orientasi pola kehidupan masyarakat yang semakin mengarah kepada pentingnya nilai ekonomi yang komersial.

Menurut Undang–Undang No.26 Tahun 2007, kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegitan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pemukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Daerah perkotaan dihuni oleh penduduk yang akan semakin bertambah proporsinya sehingga permasalahan yang timbul akan semakin bertambah banyak pula. Khusus untuk negara berkembang, peningkatan jumlah penduduk perkotaan terjadi sangat cepat, karena disamping tingginya natural growth di daerah perkotaan itu sendiri, pengaliran penduduk dari daerah perdesaan ke daerah perkotaan (urbanisasi) mempunyai andil yang sangat signifikan terhadap bertambahnya penduduk yang tinggal di daerah perkotaan. Walaupun beberapa kota di negara maju mengalami stagnasi mengenai jumlah penduduk dan bahkan


(15)

2

beberapa diantaranya mengalami defisit, namun secara keseluruhan memang terjadi peningkatan jumlah penduduknya. Oleh karena itu pada beberapa dekade yang akan datang penduduk dunia akan didominasi oleh penduduk perkotaan maka peranan kota-kota akan menjadi semakin penting (Yunus,2010)

Pertumbuhan kota yang pesat akibat pertambahan jumlah penduduk, dan urbanisasi pada gilirannya membutuhkan pembangunan sarana dan prasarana kota. Sebagai konsekuensi dari pesatnya pembangunan fisik kota adalah peningkatan kebutuhan lahan untuk pembangunan. Hal ini menyebabkan perebutan lahan, sehingga pelaksanaan pembangunan yang sudah direncanakan sebelumnya tidak berjalan dengan optimal. Selain itu kendala yang tidak dapat dipandang sebelah mata adalah keberadaan ruang terbuka hijau yang terus berkurang.

Pengurangan lahan untuk ruang terbuka hijau ternyata terjadi secara sistematis yang melibatkan semua aktor pembangunan, yaitu pemerintah, swasta, dan masyarakat yang tidak lagi mengindahkan kebijakan pelestarian lingkungan perkotaan. Banyak masyarakat yang tidak peduli dengan kelestarian ruang terbuka hijau, mereka beranggapan bahwa kawasan lindung/RTH tidak memiliki nilai ekonomi sehingga mereka lebih sepakat dengan perubahan fungsi ruang terbuka hijau menjadi pusat jajanan, kios, pemukiman yang mana kawasan hijau yang ada pada tempat tersebut digantikan dengan beton dan baja.


(16)

3

Apabila masyarakat menyadari pentingnya fungsi ruang terbuka hijau, dapat dipastikan keberadaan ruang terbuka hijau dapat terjaga dan dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Karena banyak hal yang dapat dilakukan oleh masyarakat guna melestarikan lingkungan antara lain dengan memanfaatkan pekarangan rumahnya dengan menanam tanaman, melestarikan hutan kota, kawasan rekreasi kota, kawasan hijau kegiatan olahraga dan kawasan hijau pekarangan.

Secara proporsional, kota Medan yang memiliki luas 265,10 Km2 idealnya memiliki ruang terbuka hijau sekitar 30% dari total luasan atau sekitar 79 Km2 atau 7900 Ha dimana sekitar 20% luasan tersebut disediakan oleh pemerintah dan sisanya oleh swasta/masyarakat. (http://www.kabarindonesia.com/berita. php?pil=4&jd=Kota+Medan+Butuh+Sedikitnya+780.000+Pohon&dn=20091214 150021). Menurut data dari Dinas Pertamanan Kota Medan, Ruang terbuka hijau di Kota Medan hanya seluas 19,88 Km2 atau 7,5% dari luas Kota Medan yaitu 265 Km2. Data tersebut menunjukkan ketidakseimbangan antara infrastruktur yang dibangun dengan pemenuhan kebutuhan ruang terbuka hijau.

Kota Medan terdiri dari 21 Kecamatan, didalamnya terdapat Kecamatan Medan Maimun. Di Kecamatan Medan Maimun kawasan budidaya tidak sebanding dengan kawasan lindungnya. Dapat dilihat Kecamatan Medan Maimun dengan luas wilayah 334,5 Ha dan jumlah penduduk sebesar 57.859 jiwa hanya memiliki luas total luas RTH/lahan lindung 13,851 Ha. Data tersebut menunjukkan ketidakseimbangan antara infrastruktur yang di bangun dengan pemenuhan kebutuhan ruang terbuka hijau. Hal ini berdampak pada lingkungan di


(17)

4

Kecamatan Medan Maimun itu sendiri. Rendah lahan untuk kasawan lindung/RTH mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan.

Keberhasilan pengembangan ruang terbuka hijau perkotaan tidak terlepas dari kesadaran warga kota terhadap fungsi Ruang Terbuka Hijau (RTH). Dalam hal ini masyarakat tidak hanya berperan sebagai objek, namun diharapkan dapat berpartisipasi sebagai subjek yang ikut memberi arah terbentuknya tata ruang hijau dalam bentuk dan skala masing-masing. Masyarakat merupakan pemegang informasi, dan usable knowledge yang amat berguna dalam pengeloaan dan pembangunan. Namun disisi lain, bisa jadi masyarakat justru turut berpartisipasi dalam menurunnya kualitas dan kuantitas RTH.

Seiring berjalannya waktu frekuensi dan intensitas “pedang bermata dua” ini juga berpotensi meningkat baik frekuensi, intensitas, maupun variasinya, akibat terus mendesaknya kebutuhan peningkatan kesejahteraan masyarakat (baik masyarakat yang sekarang ada, lokal, dan pendatang maupun pertambahan penduduk pendatang). Dengan kondisi ruang terbuka hijau di Kecamatan Medan Maimun yang terus berkurang, hal ini menimbulakan pertanyaan bagaimana persepsi masyarakat terhadap tentang fungsi ruang terbuka hijau dan apakah masyarakat memiliki persepsi sebagai bagian dari lembaga pengelolaan RTH di Kecamatan Medan Maimun.


(18)

5

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah (1) perkembangan kota yang pesat menyebabkan berkurangnya lahan budidaya/ruang terbuka hijau pada kawasan perkotaan, (2) pemerintah sebagai penentu kebijakan kurang memperhatikan pembangunan yang berwawasan lingkungan(3) masyarakat memiliki peranan dalam pelestarian RTH dan berkurangnya RTH.

Berdasarkan pernyataan diatas, maka penelitian ini mencoba mengkaji persepsi masyarakat terhadap ruang terbuka hijau di Kecamatan Medan Maimun, Kota Medan. Penelitian ini menarik untuk diteliti mengingat pembangunan perkotaan maju begitu pesat termasuk juga di Kecamatan Medan Maimun sehingga tata ruang pembangunan juga harus memperhatikan pembangunan yang berwawasan lingkungan.

C. Pembatasan Masalah

Mencermati uraian pada latar belakang dan identifikasi masalah, maka agar penelitian ini terarah perlu dibatasi ruang lingkup permasalahannya. Bertitik tolak dari latar belakang masalah diatas, maka penelitian ini dibatasi hanya pada persepsi masyarakat terhadap ruang terbuka hijau di Kecamatan Medan Maimun Kota Medan.


(19)

6

D. Rumusan Masalah

Sesuai dengan batasan masalah di atas maka rumusan masalah yang akan ditelitian adalah :

1. Bagaimana sebaran ruang terbuka hijau di Kecamatan Medan Maimun Kota Medan?

2. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap ruang terbuka hijau di Kecamatan Medan Maimun Kota Medan?

E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah :

1. Untuk mengetahui persebaran ruang terbuka hijau di Kecamatan Medan Maimun Kota Medan.

2. Mengetahui persepsi masyarakat terhadap ruang terbuka hijau di Kecamatan Medan Maimun Kota Medan.

F. Manfaat Penelitian

1. Menambah wawasan peneliti dan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana.

2. Memberi informasi bagi pembaca mengenai persepsi masyarakat terhadap ruang terbuka hijau di Kecamatan Medan Maimun, Kota Medan

3. Sebagai referensi dan sajian informasi bagi seluruh stakeholder tentang kondisi ruang terbuka hijau.

4. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah Kota Medan dalam hal menentukan kebijakan perencanaan ruang terbuka hijau di Kota Medan.


(20)

75

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

1. Kecamatan Medan Maimun dengan luas Ha 334,5 Ha , memiliki ruang terbuka hijau seluas 13,85 Ha, adapun jenis ruang terbuka hijau yang ada diantaranya Hutan Kota seluas 1,11 Ha, Jalur dua jalan sebesar 1,50 Ha, Taman pemakaman umun (TPU) sebesar 1,78 Ha, Sempadan sungai sebesar 2,50 Ha, Lahan kosong 3,21 Ha, Halaman & pekarangan sebesar 1,11 Ha, Lapangan olah raga sebesar 2 Ha, Taman Kota sebesar 0,64 Ha. Dapat disimpulkan bahwa ruang terbuka di Kecamatan Medan Maimun adalah sebesar 4,01% dari 30% ketentuan luas ruang terbuka hijau dari luas wilayah. Hal ini berarti bahwa ruang terbuka hijau di Kecamatan Medan Maimun tidak memenuhi standart sesuai undang-undang No.26 tahun 2007 tentang penataan ruang.

2. Persepsi masyarakat tentang fungsi ruang terbuka hijau. Menurut persepsi masyarakat ruang terbuka hijau di Kecamatan Medan Maimun memiliki banyak fungsi (fungsi majemuk) yaitu pengendali pencemaran dan kerusakan tanah, air dan udara, sebagai pengamanan keberadaan kawasan lindung perkotaan, pengendali tata air/ resapan air, tempat rekreasi, dan tempat berdagang. Persepsi masyarakat tentang undang-undang ruang terbuka hijau dan sumber pengetahuannya. Menurut persepsi masyarakat bahwa (55%) masyarakat tidak mengetahui undang-undang ruang terbuka hijau dan umumnya adalah masyarakat tamatan SD, SLTP, dan SLTA. Sementara responden yang menjawab tahu tentang undang-undang ruang terbuka hijau berjumlah (45%) umumnya masyarakat tamatan Perguruan Tinggi.


(21)

76

Pengetahuan masyarakat tentang undang-undang ruang terbuka hijau tersebut mereka peroleh dari media cetak dan pengetahuan sendiri. Peran serta masyarakat dalam melestarikan ruang terbuka hijau. Menurut persepsi masyarakat, masyarakat di Kecamatan Medan Maimun baik masyarakat yang tamatan SD, SLTP, SLTA maupun yang tamat perguruan tinggi menyatakan ingin berperan dalam melestarikan ruang terbuka hijau. Adapun bentuk peranan masyarakat dalam pengelolaan ruang terbuka hijau tersebut terdiri dari : a) ikut mengelola RTH sehingga bermanfaat estetis bagi masyarakat sekitar; b) turut mengawasi pengelolaan RTH agar tidak disalahgunakan pihak tertentu; c) lainnya (misalnya kerja bakti/gotong royong menghijauka lingkungan sekitar tempat tinggal). Bentuk tindakan masyarakat dalam rangka memelihara ruang terbuka hijau. Menurut masyarakat tindakan yang dilakukan untuk melestarikan dan menjaga ruang terbuka hijau diperkotaan diantaranya adalah tindakan ikut menanam pohon, membersihkan lingkungan tempat tinggal , gotong-royong.

B. Saran

1. Saran dalam studi ini diharapkan kepada pemerintah memberikan peraturan– peraturan yang tegas dalam hal melestarikan ruang terbuka hijau agar masyarakat tidak sewenangnya dalam memanfaatan ruang terbuka hijau. dan apabila masyarakat masih bertahan khusus menggunakan lahan yang seharusnya diperuntukkan untuk kawasan penghijauan kota seperti kasawan pinggiran kereta api, kawasan daerah aliran sungai, sebagai tempat tinggal warga maka pemeritah harus memberikan solusi yaitu merelokasi tempat


(22)

77

tinggal warga ke lahan yang dianggap sesuai menurut tata ruang wilayah perkotaaan.

2. Perlu tindakan sosialisasi dalam rangka mengarahkan persepsi dan perilaku masyarakat setempat agar secara keseluruhan memahami makna pelestarian ruang terbuka hijau yang menyangkut terkaitan aktivitas masyarakat yang mengubah fungsi RTH untuk areal berjualan, pemukiman, dan kegiatan lainnya dengan tetap memperhatikan kelestariannnya


(23)

78


(24)

79


(25)

80


(26)

75


(27)

82

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus. 2010. Alih Fungsi Lahan Terbuka Hijau Menjadi Perumahan Pada

Kawasan Padang Bulan/Selayang (online).

(Http:www.slideshare.net/baneDoli/Alih-fungsi-lahan-terbuka-hijau-menjadi-perumahan-pada-kawasan-padang-bulanselayang.pdf, diakses Februari 2012, jam 19.20 WIB).

Bidiharjo, Eko & Sudenti Hardjohubojo.1993. Kota Berwawasan Lingkungan.

Alumni : Bandung.

Boedojo. 1986. Arsitektur, Manusia, dan Pengamatannya. Jakarta : Jambatan. Dinas Pertamanan Kota Medan. 2003. Profil Pertamanan Kota Medan 2002.

Medan.

[DPU] Departemen Pekerjaan Umum. 2008. Pedoman Penyediaan dan

Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan. Jakarta:

Departemen Pekerjaan Umum.

Hindun. 2008. Persepsi Masyarakat Kecamatan Medan Baru dan Kecamatan

Medan Polonia (sebagai inti kota) terhadap Hutan Kota di Kota Medan, Skripsi. Medan : Jurusan Pendidikan Geografi, FIS-UNIMED

Hakim, Rustam. 2003 : Http://Rustam2000.Wordpress.Com/Persepsi-Masyarakat-Terhadap-Aspek-Perencanaan-Ruang-Terbuka-Hijau-Kota-Jakarta/ (9/3/2012) jum’at jam 3.27pm

Hakim, Rustam. 2007. Prinsip Dasar Pengembangan Berkelanjutan Berwawasan

Lingkungan. Bumi Aksara.

(http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=4&jd=Kota+Medan+Butuh+ Sedikitnya+780.000+Pohon&dn=20091214150021 ).

Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 14 Tahun 1988 Tentang Penataan Ruang

Terbuka Hijau Di Wilayah Perkotaan.

Pemerintah Republik Indonesia. 2007. Undang–Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Bandung.

Pujirahayu, Yuni. 2010. Identifikasi Karakteristik Ruang Terbuka Hijau Pada

Kota Dataran Rendah. Kasus : Kota Banjarmasin, Yogyakarta, dan

Medan. Skripsi. Bogor : Fakultas Ilmu Sosial. Institut Pertanian Bogor.

Nazaruddin. 1996. Penghijauan Kota. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.

Setiawan, A.I. 2000. Penghijauan Dengan Tanaman Potensial. Penebar Swadaya. Jakarta.


(28)

83

Simond, J.O.1983. Landscape Arsitecture. New York : McGraw-Hill Book Co,Inc.

Umar. 2009. Persepsi dan perilaku masyarakat dalam pelestarian Fungsi Hutan

sebagai Daerah Resapan Air : Kasus hutan Panggaron Kabupaten

Semarang. Tesis. Semarang : Progam Magister Ilmu Lingkungan. Universitas Diponegoro.

Utama, Raditya Sukma. 2007. Persepsi Masyarakat dan Pengelolaan Ruang

Terbuka Hijau di Kota Bandung. Tesis (tidak diterbitkan).

Yogyakarta.

Yunus, S. Hadi. 2010. Strategi Pembangunan Kota Masa Depan (Manejemen

Kota Menuju Masa Depan). Makalah Utama pada Seminar Nasional

Perencanaan Tata Ruang Ramah Lingkungan dan Tanggap Bencana. Universitas Negeri Medan.


(1)

78


(2)

(3)

80


(4)

(5)

82

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus. 2010. Alih Fungsi Lahan Terbuka Hijau Menjadi Perumahan Pada Kawasan Padang Bulan/Selayang (online).

(Http:www.slideshare.net/baneDoli/Alih-fungsi-lahan-terbuka-hijau-menjadi-perumahan-pada-kawasan-padang-bulanselayang.pdf, diakses Februari 2012, jam 19.20 WIB).

Bidiharjo, Eko & Sudenti Hardjohubojo.1993. Kota Berwawasan Lingkungan. Alumni : Bandung.

Boedojo. 1986. Arsitektur, Manusia, dan Pengamatannya. Jakarta : Jambatan. Dinas Pertamanan Kota Medan. 2003. Profil Pertamanan Kota Medan 2002.

Medan.

[DPU] Departemen Pekerjaan Umum. 2008. Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum.

Hindun. 2008. Persepsi Masyarakat Kecamatan Medan Baru dan Kecamatan Medan Polonia (sebagai inti kota) terhadap Hutan Kota di Kota Medan, Skripsi. Medan : Jurusan Pendidikan Geografi, FIS-UNIMED Hakim, Rustam. 2003 :

Http://Rustam2000.Wordpress.Com/Persepsi-Masyarakat-Terhadap-Aspek-Perencanaan-Ruang-Terbuka-Hijau-Kota-Jakarta/ (9/3/2012) jum’at jam 3.27pm

Hakim, Rustam. 2007. Prinsip Dasar Pengembangan Berkelanjutan Berwawasan Lingkungan. Bumi Aksara.

(http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=4&jd=Kota+Medan+Butuh+ Sedikitnya+780.000+Pohon&dn=20091214150021 ).

Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 14 Tahun 1988 Tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Di Wilayah Perkotaan.

Pemerintah Republik Indonesia. 2007. Undang–Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Bandung.

Pujirahayu, Yuni. 2010. Identifikasi Karakteristik Ruang Terbuka Hijau Pada Kota Dataran Rendah. Kasus : Kota Banjarmasin, Yogyakarta, dan Medan. Skripsi. Bogor : Fakultas Ilmu Sosial. Institut Pertanian Bogor.

Nazaruddin. 1996. Penghijauan Kota. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.

Setiawan, A.I. 2000. Penghijauan Dengan Tanaman Potensial. Penebar Swadaya. Jakarta.


(6)

Simond, J.O.1983. Landscape Arsitecture. New York : McGraw-Hill Book Co,Inc.

Umar. 2009. Persepsi dan perilaku masyarakat dalam pelestarian Fungsi Hutan sebagai Daerah Resapan Air : Kasus hutan Panggaron Kabupaten Semarang. Tesis. Semarang : Progam Magister Ilmu Lingkungan. Universitas Diponegoro.

Utama, Raditya Sukma. 2007. Persepsi Masyarakat dan Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau di Kota Bandung. Tesis (tidak diterbitkan). Yogyakarta.

Yunus, S. Hadi. 2010. Strategi Pembangunan Kota Masa Depan (Manejemen Kota Menuju Masa Depan). Makalah Utama pada Seminar Nasional Perencanaan Tata Ruang Ramah Lingkungan dan Tanggap Bencana. Universitas Negeri Medan.