Kajian Persepsi Masyarakat Terhadap Pemanfaatan Tempat Pemakaman Umum Sebagai Ruang Terbuka Hijau di Kota Medan

(1)

KAJIAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP

PEMANFAATAN TEMPAT PEMAKAMAN UMUM SEBAGAI

RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA MEDAN

Studi kasus: Tempat Pemakaman Umum Muslim Kayu Besar Jl. MH. Thamrin, Jl. Sutomo Ujung dan Tempat Pemakaman Umum Kristen Jl. Abdullah Lubis

THESIS

Oleh

HAMDAN SUKRAWI

107020022/AR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

KAJIAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN TEMPAT PEMAKAMAN UMUM SEBAGAI RUANG TERBUKA HIJAU

DI KOTA MEDAN

Studi Kasus: Tempat Pemakaman Umum Muslim Kayu Besar Jl. MH. Thamrin, Jl. Sutomo Ujung dan Tempat Pemakaman Umum Kristen Jl.

Abdullah Lubis

THESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Teknik Dalam Program Studi Teknik Arsitektur Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Oleh

HAMDAN SUKRAWI 107020022/AR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

PERNYATAAN

KAJIAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP

PEMANFAATAN TEMPAT PEMAKAMAN UMUM SEBAGAI RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA MEDAN

Studi Kasus: Tempat Pemakaman Umum Muslim Kayu Besar Jl. MH. Thamrin, Jl. Sutomo Ujung dan Tempat Pemakaman Umum Kristen Jl.

Abdullah Lubis

THESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam thesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juni 2014


(4)

Judul Thesis : KAJIAN PERSEPSI MASYARAKAT

TERHADAP PEMANFAATAN

TEMPAT PEMAKAMAN UMUM

SEBAGAI RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA MEDAN

Studi Kasus: Tempat Pemakaman Umum Muslim Kayu Besar Jl. MH. Thamrin, Jl. Sutomo Ujung dan Tempat Pemakaman Umum Kristen Jl. Abdullah Lubis

Nama Mahasiswa : HAMDAN SUKRAWI

Nomor Pokok : 107020022/AR

Program Studi : TEKNIK ARSITEKTUR

Bidang Kekhususan : MANAJEMEN PEMBANGUNAN KOTA

Menyetujui Komisi Pembimbing,

(Beny O.Y. Marpaung, ST, MT, PhD) (Wahyuni Zahrah, ST, MS)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Dekan,

(Dr. Ir. Dwira Nurfalini Aulia, M.Sc) (Prof.Dr. Ir. Bustami Syam, MSME)


(5)

Telah diuji pada tanggal : 23 Juni 2014

Panitia Penguji Thesis

Ketua Komisi Penguji : Beny O.Y. Marpaung, ST, MT, PhD. Anggota Komisi Penguji : 1. Wahyuni Zahrah, ST, MS.

2. Ir. Rudolf Sitorus, MLA 3. Ir. N. Vinky Rahman, MT 4. Imam Faisal, ST, MT


(6)

ABSTRAK

Tempat Pemakaman Umum merupakan ruang terbuka yang memiliki potensi dengan fungsi ekologis, sosial, estetika dan ekonomi yang dapat dimanfaatkan untuk kenyamanan, keteduhan dan peningkatan kualitas hidup masyarakat kota, tetapi belum dimanfaatkan secara optimal.

Untuk itu diperlukan kajian persepsi masyarakat terhadap pemanfaatan tempat pemakaman umum sebagai ruang terbuka hijau. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan melakukan analisis persepsi masyarakat dan potensi pemakaman umum sebagai ruang terbuka hijau. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan melakukan survey fisik, interview dan kuisioner lapangan kepada masyarakat yang tinggal di sekitar pemakaman atau yang mengetahui tentang pemakaman umum lokasi kajian.

Penelitian menemukan bahwa persepsi masyarakat yang cukup baik terhadap pemanfaatan Tempat Pemakaman Umum sebagai Ruang Terbuka Hijau dan potensi yang tinggi terhadap fungsi ekologis, mengingat tersedianya lahan kosong untuk menambah kuantitas beragam tumbuhan hijau. Untuk fungsi sosial tetap dapat dilakukan untuk hal-hal yang terbatas dan berkaitan dengan ritual ziarah. Fungsi estetis dapat ditingkatkan dengan penataan tata letak dan tinggi rendah petak makam, komposisi tanaman dan variasi tajuk pohon. Fungsi ekonomi adalah yang paling rendah potensinya diantara fungsi-fungsi yang lain.

Kata Kunci :

Persepsi Masyarakat, Tempat Pemakaman Umum, fungsi ekologis, fungsi sosial, fungsi estetika, fungsi ekonomi, ruang terbuka hijau.


(7)

ABSTRACT

Public graveyard is an open place which has ecological, social, ethic, and economic functions; it can be used for the comfort, the shade, and the increase in

urban dwellers’ quality of life; but, unfortunately, it has not been used optimally.

Therefore, a study on public perception on the use of public graveyard as green open place is needed. The objective of the research was to identify and to analyze public perception and the potency of public graveyard as green open place. The research used descriptive qualitative method by conducting physical survey and interviews, and distributing questionnaires to the people who lived in the vicinity of the graveyard where the research was conducted.

The result of the research showed that public perception on the use of public graveyard as green open place was good and the potency of ecological function was high since there are a lot of unused lands for increasing the quantity of various green plants. Social function could be performed for some specific things related to

people’s visiting the graveyard. Aesthetic function could be increased by arranging

the layout and the size of the graves, the composition of plants and the variation of tree crowns. Economic function was the lowest potency, compared with the other functions.

Keywords: Public Perception, Public Graveyard, Ecological Function, Social Function, Aesthetic Function, Economic Function, Green Open Land


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkah, rahmah, dan hidayah-Nya lah maka penyusun dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Kajian Persepsi Masyarakat Terhadap Pemanfaatan Tempat Pemakaman Umum Sebagai Ruang Terbuka Hijau di Kota Medan” ini.

Tesis ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Magister Teknik (M.T.) dalam program studi Magister Teknik Arsitektur Bidang Kekhususan Manajemen Pembangunan Kota, Universitas Sumatera Utara.

Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih yang sebesar besarnya, kepada :

Ibu Dr. Ir. Dwira Nirfalini Aulia, MSc selaku Ketua Program Studi Magister Teknik Arsitektur, Universitas Sumatera Utara.

Ibu Beny O.Y Marpaung, ST, MT, PhD dan Ibu Wahyuni Zahrah,ST, MS. atas bimbingan, arahan dan waktu yang telah diluangkan kepada penulis untuk berdiskusi selama menjadi dosen pembimbing.

Bapak Ir. Rudolf Sitorus, MLA, Bapak Ir. N. Vinky Rahman, MT, Bapak Imam Faisal,ST, MT, Ibu Salmina W. Ginting,ST, MT dan Ibu Ir. Basaria Talarosha,MT yang telah memberikan masukan masukan dan saran pada saat seminar proposal, seminar hasil tesis dan ujian tesis.


(9)

Seluruh Dosen program Pascasarja Magister Teknik Arsitektur Bidang Kekhususan Manajemen Pembangunan Kota yang memberikan pengajaran, arahan dan bimbingan untuk mendalami ilmu Manajemen Pembangunan Kota.

Ayahanda Alm. Nya’Ubat dan Ibunda Almh. Isah atas do’a dan bimbingannya

hingga menghantarkan penulis menempuh dan meraih gelar di pendidikan tinggi. Seluruh Keluarga Besar penulis, Kakak, Adik-adik dan Pakcik yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan pendidikan ini.

Kepada istriku Fitri Wijayawati, Psi, MPd dan anak-anak tercinta Faiz Huwaidi Sukrawi, Fildzah Husna Sukrawi, Farhan Husein Sukrawi, Furqon Habibi Sukrawi atas segala motivasi, perhatian dan doa nya serta kesabaran yang telah diberikan.

Dinas Pertamanan/Bagian Pemakaman Kota Medan beserta Staff yang telah membantu memberikan data untuk penulisan.

Seluruh responden, tokoh masyarakat, tokoh agama, penjaga makam yang telah menjawab kuisioner dan memberikan informasi dalam penulisan tesis ini.

Rekan-rekan mahasiswa S-2 seangkatan, yang telah memberikan do’a, dorongan dan masukan-masukan yang berharga.

Rekan-rekan Pengurus Harian DPC PPP Kota Medan atas dorongan dan semangat yang diberikan.

Rekan-rekan di PT. Jaya, CM khususnya personil Proyek Pembangunan Bandar Udara Medan Baru Kualanamu atas motivasi dan semangat yang diberikan.


(10)

Staff Administrasi program studi Magister Teknik Arsitektur Bidang Kekhususan Manajemen Pembangunan Kota, Universitas Sumatera Utara.

Kepada semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan dan perlu pengembangan lebih lanjut agar benar benar bermanfaat. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran guna menyempurnakan penulisan ini.

Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih dan semoga tesis ini dapat berguna bagi kita semua.

Medan, Juni 2014

HAMDAN SUKRAWI


(11)

RIWAYAT HIDUP

Hamdan Sukrawi, , lahir di sebuah desa di Kabupaten Aceh Tenggara pada tanggal 21 Mei 1971. Setelah menamatkan SMA Negeri Kutacane tahun 1990 kemudian mengambil jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Medan Area (UMA), Medan dan tamat tahun 1996.

Bekerja pada konsultan Manajemen Konstruksi PT. Jaya CM untuk Pembangunan Bandar Udara Medan Baru (Kualanamu) dari tahun 2008 hingga tahun 2013. Kemudian tercatat sebagai personil untuk Tender Assistance Service (2) for Installation and Procurement of Railway Systems & Track and Rolling Stock for Jakarta Mass Rapid Transit System Project Jakarta. Selain itu juga pernah beraktifitas di organisasi kepemudaan dan saat ini masih aktif sebagai pengurus di partai politik di Kota Medan.


(12)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR... xi

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian... 5

1.5 Kerangka berfikir... 5

1.6 Sistematika Pembahasan ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 8

2.1 Pengertian Persepsi Masyarakat ... 8

2.2 Ruang Terbuka Hijau ... 10

2.2.1 Pengertian ruang terbuka hijau ... 10


(13)

2.2.3 Fungsi ruang terbuka hijau………... 13

2.2.4 Manfaat ruang rerbuka hijau………... 19

2.2.5 Luas dan jenis ruang rerbuka hijau. ... 30

2.3 Tempat Pemakaman Umum…………... 31

2.4 Pemakaman sebagai Taman ……... 33

2.5 Memorial Park ……..…... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………... 43

3.1 Jenis Penelitian …….. ... 43

3.2 Lokasi Penelitian ... 44

3.3 Jenis dan Sumber Data...………. 45

3.4 Populasi dan Sampel …….………... 45

3.5 Teknik pengumpulan Data ………... 46

3.6 Teknik Analisis Data …………... 46

3.7 Tahap Penyajian Hasil Analisa Data ………... 48

3.8 Analisis Persepsi Masyarakat ………... 48

BAB IV GAMBARAN UMUM TPU KOTA MEDAN …………..…..... 51

4.1 Gambaran Umum Kota Medan ……... 51

4.1.1 Kondisi umum ruang terbuka di Kota Medan... ... 53

4.1.2 Pola penggunaan lahan .………... .... 54

4.1.3 Kawasan ruang terbuka hijau ………... 54


(14)

4.3 Tempat Pemakaman Umum Kajian ... ... 59

4.4. Sarana dan Prasarana Pemakaman ... ... 64

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ………... 68

5.1 Analisis Pemanfaatan TPU sebagai Ruang Terbuka Hijau …. .... 68

5.1.1 Analisis pemanfaatan fungsi ekologis ………... 68

5.1.2 Analisis pemanfaatan fungsi sosial …..………... 70

5.1.3 Analisis pemanfaatan fungsi estetis .……... 71

5.1.4 Analisis pemanfaatan fungsi ekonomi ………... 72

5.2 Analisis Persepsi Masyarakat Terhadap Pemanfaatan TPU sebagai RTH ... 74

5.2.1 Persepsi masyarakat terhadap fungsi ekologis ……... 74

5.2.2 Persepsi masyarakat terhadap fungsi sosial …..……... 88

5.2.3 Persepsi masyarakat terhadap fungsi estetis .……... 96

5.2.4 Persepsi masyarakat terhadap fungsi ekonomi ……... 104

5.3 Analisis Potensi Pemanfaatan TPU sebagai RTH …... 108

5.3.1 Potensi pemanfaatan TPU terhadap fungsi ekologis ... 109

5.3.2 Potensi pemanfaatan TPU terhadap fungsi sosial …... 112

5.3.3 Potensi pemanfaatan TPU terhadap fungsi estetis ... 115

5.2.4 Potensi pemanfaatan TPU terhadap fungsi ekonomi ... 118

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN …..………... 120

6.1 Kesimpulan... 120

6.2 Saran ………... 121


(15)

DAFTAR TABEL

No. Judul Hal

3.1 Kategori Jawaban responden ... 49

4.1 Tempat Pemakaman Umum yang dikelola Pemko Medan ... ... 56

5.1 Persepsi Tingkat Kepuasan Responden terhadap Fungsi Ekologis ... 83

5.2 Persepsi Tingkat Kepentingan Responden terhadap Fungsi Ekologis ... 84

5.3 Persepsi Tingkat Persetujuan Responden terhadap Fungsi Ekologis ... 85

5.4 Persepsi Tingkat Kepuasan Responden terhadap Fungsi Sosial ... 92

5.5 Persepsi Tingkat Kepentingan Responden terhadap Fungsi Sosial ... 93

5.6 Persepsi Tingkat Persetujuan Responden terhadap Fungsi Sosial ... 94

5.7 Persepsi Tingkat Kepuasan Responden terhadap Fungsi Estetis ... 101

5.8 Persepsi Tingkat Kepentingan Responden terhadap Fungsi Estetis ... 102

5.9 Persepsi Tingkat Persetujuan Responden terhadap Fungsi Estetis ... 102

5.10 Persepsi Tingkat Kepuasan Responden terhadap Fungsi Ekonomi ... 106

5.11 Persepsi Tingkat Kepentingan Responden terhadap Fungsi Ekonomi ... 106


(16)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Hal

2.1 Pembagian Ruang Wilayah Kota ... 30

2.2 TPU Tanah Kusir di Jakarta ... 34

2.3 Forest Lawn di San Fransisco ... 35

2.4 Memorial park Houston ... 36

2.5 Berlin Holocaust Memorial ... 36

2.6 Memorial Park Awaji Yumebutai ... 37

2.7 Komplek Pemakaman Ma’la di Mekkah ... 39

2.8 Pemakaman San Diego Hill di Karawang Indonesia ... 40

4.1 Kawasan Kajian ... 52

4.2 Lokasi TPU Kajian ... 59

4.3 TPU Kayu Besar ... 60

4.4 TPU Sutomo Ujung ... 62

4.5 TPU Abdullah Lubis ... 63

4.6 Jaringan jalan di TPU ... 65

4.7 Kantor Pengelola TPU ... 66

4.8 MCK di TPU ... 66

4.9 Musholla dan Mesjid di TPU ... 67


(17)

5.2 Fungsi Sosial di TPU ... 70

5.3 Fungsi Estetika di TPU ... 72

5.4 Fungsi Ekonomi di TPU ... 73

5.5 Tumbuhan di TPU Kayu Besar ... 75

5.6 Hamparan rumput di TPU Kayu Besar ... 77

5.7 Tumbuhan Rerumputan dan Pepohonan di TPU Sutomo Ujung ... 80

5.8 Tumbuhan di TPU Abdullah Lubis ... 82

5.9 Tumbuhan semak di TPU Abdullah Lubis ... 82

5.10 Fungsi Ekologi di TPU ... 87

5.11 Kondisi Fungsi Ekologis di .TPU Tanah Kusir ... 88

5.12 Fungsi Sosial di TPU Sutomo Ujung ... 91

5.13 Fasilitas Sosial di TPU Sutomo Ujung ... 91

5.14 Kondisi Pedestrian di TPU ... 95

5.15 Pohon di TPU Kayu Besar ... 97

5.16 Pencahayaan di TPU Kayu Besar ... 98

5.17 Pagar dan Pencahayaan di TPU Kayu Besar ... 99

5.18 Kondisi Fungsi Estetika di TPU Abdullah Lubis ... 99

5.19 Kondisi Fasilitas Estetika di TPU Abdullah Lubis ... 100

5.20 Kondisi Fungsi Estetis di TPU ... 104

5.21 Fungsi Ekonomi di TPU ... 108


(18)

5.23 Potensi Penataan Fungsi Sosial TPU ... 114 5.24 Potensi Penataan Fungsi Estetiis TPU ... 117 5.25 Potensi Penataan Fungsi Ekonomis TPU ... 119


(19)

ABSTRAK

Tempat Pemakaman Umum merupakan ruang terbuka yang memiliki potensi dengan fungsi ekologis, sosial, estetika dan ekonomi yang dapat dimanfaatkan untuk kenyamanan, keteduhan dan peningkatan kualitas hidup masyarakat kota, tetapi belum dimanfaatkan secara optimal.

Untuk itu diperlukan kajian persepsi masyarakat terhadap pemanfaatan tempat pemakaman umum sebagai ruang terbuka hijau. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan melakukan analisis persepsi masyarakat dan potensi pemakaman umum sebagai ruang terbuka hijau. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan melakukan survey fisik, interview dan kuisioner lapangan kepada masyarakat yang tinggal di sekitar pemakaman atau yang mengetahui tentang pemakaman umum lokasi kajian.

Penelitian menemukan bahwa persepsi masyarakat yang cukup baik terhadap pemanfaatan Tempat Pemakaman Umum sebagai Ruang Terbuka Hijau dan potensi yang tinggi terhadap fungsi ekologis, mengingat tersedianya lahan kosong untuk menambah kuantitas beragam tumbuhan hijau. Untuk fungsi sosial tetap dapat dilakukan untuk hal-hal yang terbatas dan berkaitan dengan ritual ziarah. Fungsi estetis dapat ditingkatkan dengan penataan tata letak dan tinggi rendah petak makam, komposisi tanaman dan variasi tajuk pohon. Fungsi ekonomi adalah yang paling rendah potensinya diantara fungsi-fungsi yang lain.

Kata Kunci :

Persepsi Masyarakat, Tempat Pemakaman Umum, fungsi ekologis, fungsi sosial, fungsi estetika, fungsi ekonomi, ruang terbuka hijau.


(20)

ABSTRACT

Public graveyard is an open place which has ecological, social, ethic, and economic functions; it can be used for the comfort, the shade, and the increase in

urban dwellers’ quality of life; but, unfortunately, it has not been used optimally.

Therefore, a study on public perception on the use of public graveyard as green open place is needed. The objective of the research was to identify and to analyze public perception and the potency of public graveyard as green open place. The research used descriptive qualitative method by conducting physical survey and interviews, and distributing questionnaires to the people who lived in the vicinity of the graveyard where the research was conducted.

The result of the research showed that public perception on the use of public graveyard as green open place was good and the potency of ecological function was high since there are a lot of unused lands for increasing the quantity of various green plants. Social function could be performed for some specific things related to

people’s visiting the graveyard. Aesthetic function could be increased by arranging

the layout and the size of the graves, the composition of plants and the variation of tree crowns. Economic function was the lowest potency, compared with the other functions.

Keywords: Public Perception, Public Graveyard, Ecological Function, Social Function, Aesthetic Function, Economic Function, Green Open Land


(21)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini, pembangunan perkotaan cenderung meminimalkan ruang terbuka hijau. Lahan terbuka hijau dialih fungsikan menjadi kawasan pemukiman, perdagangan, kawasan industri, jaringan transportasi, serta sarana dan prasarana perkotaan lainnya. Lingkungan perkotaan akhirnya hanya berkembang secara ekonomi, tetapi secara ekologi menurun. Kondisi tersebut menyebabkan terganggunya keseimbangan ekosistem perkotaan yang ditandai dengan meningkatnya suhu udara, pencemaran udara (meningkatnya kadar CO, ozon, karbon-dioksida, oksida nitrogen dan belerang, debu, suasana yang gersang, monoton, bising dan kotor), banjir, intrusi alir laut, kandungan logam berat tanah meningkat, dan menurunnya permukaan air tanah. Oleh karena itu dibutuhkan upaya-upaya untuk menjaga keserasian dan keseimbangan ekosistem lingkungan perkotaan, mewujudkan keseimbangan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan perkotaan dan meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan yang sehat, indah, bersih dan nyaman, sebagaimana di diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan.


(22)

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang pada Pasal 29 ayat 2 (dua) dan 3 (tiga) menyatakan bahwa proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas wilayah kota dan proporsi ruang terbuka hijau publik pada wilayah kota paling sedikit 20 (dua puluh) persen dari luas wilayah kota. Kota Medan dengan luas lahan mencapai 26.510 ha dan dengan jumlah penduduk yang 2,1 juta jiwa, dengan kepadatan 80 jiwa/ha, terdiri dari 21 kecamatan. Kebutuhan luas Ruang Terbuka Hijau sesuai standar UU Nomor 26 Tahun 2007 adalah 30% dari 26.510 Ha, sekitar 7.953 Ha, yang terdiri dari 5.302 Ha RTH Publik dan 2.651 Ha Privat.

Kebutuhan Publik saat ini yang menjadi aset Pemko Medan, yaitu RTH (Jalur Hijau) Jaringan Jalan di Kota Medan tidak terdata dan Taman Kota eksisting seluas 220.995 meter² yaitu sekitar 0,08 % sedangkan yang diwajibkan yang harus disediakan 12,5 %. RTH Pemakaman yang menjadi aset Pemko hanya 34,7 Ha atau sekitar 0,44 % selebihnya masih berupa tanah pribadi, wakaf dan yayasan sebesar 73,76 Ha. RTH fungsi tertentu di Kota Medan dalam RTRW Kota Medan seperti Sempadan Sungai, Pantai, Jalur Kereta api, Saluran Umum Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) direncanakan menjadi jalur hijau tetapi kepemilikan lahannya masih dimiliki masyarakat sehingga pada sempadan sungai, pantai, kereta api, SUTET masih penuh dengan bangunan dan rumah penduduk yang sering kali terkena bencana seperti banjir.


(23)

jalur hijau), antara lain: Kawasan Wisata, RTH Hutan Kota, RTH Taman Kota, RTH Tempat Pemakaman Umum, RTH Jalur Hijau Jalan, RTH Ruang Pejalan kaki.

Pentingnya ruang terbuka hijau, dapat kita lihat dari fungsi dan manfaat yang dapat diambil darinya. Secara umum Ruang Terbuka Hijau mempunyai atau memiliki fungsi utama (intrinsik) yakni fungsi ekologis dan fungsi tambahan (ekstrinsik) yaitu fungsi arsitektural, fungsi sosial dan fungsi ekonomi. Pemakaman sebagai tempat penguburan, yang selalu didatangi untuk mengenang mereka yang telah mati. Pemakaman yang ada saat ini tidak tertata rapi sehingga pemanfaatan lahannya tidak optimal dalam pengelolaan dan penataannya sehingga menimbulkan kesan angker dan seram sehingga pemakaman merupakan tempat yang selalu dihindari. Padahal Tempat Pemakaman Umum dapat dimanfaatkan sebagai bagian dari ruang Terbuka Hijau, jika fungsi-fungsi dari ruang terbuka hijau yang terdapat di TPU dapat dioptimalkan dengan baik.

Berdasarkan sumber data dari Dinas Pertamanan Kota Medan tahun 2011 Tanah Pemakaman Umum di Kota Medan tersebar di 115 kawasan dengan prakiraan luas areal 1.084.565,80 m2 (108, 46 Ha). Sehingga jika sebagian dari lahan TPU dapat dimanfaatkan menjadi bagian dari RTH Kota Medan maka ketentuan yang dipersyaratkan sebagai RTH Perkotaan akan mendekati jumlah yang dipersyaratkan tersebut. Pemanfaatan TPU sebagai RTH di Kota Medan sangat memungkinkan karena fungsi-fungsi yang ada di dalamnya, seperti fungsi ekologi, fungsi sosial, fungsi estetis dan fungsi ekonomi.


(24)

Penelitian ini bermaksud menganalisa bagaimana Tempat Pemakaman Umum memberikan kontribusi dalam penambahan kuantitas dan kualitas RTH di Kota Medan. Penelitian ini diharapkan memberikan gambaran kepada pemerintahan Kota Medan betapa pentingnya manfaat Tempat Pemakaman Umum bagi penambahan dan peningkatan luasan RTH yang telah ada, serta memberikan pemahaman kepada masyarakat umum untuk menjaga, memelihara dan melestarikan Tempat Pemakaman Umum sebagai RTH yang berada di tengah Kota Medan.

1.2 Perumusan Masalah

Dengan melakukan penelitian TPU di kota Medan maka akan didapat permasalahan penting diantaranya adalah :

1. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap pemanfaatan Tempat Pemakaman Umum sebagai RTH.

2. Bagaimana potensi yang terdapat pada TPU dapat dimanfaatkan sebagai RTH di Kota Medan.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Meneliti tingkat persepsi masyarakat terhadap pemanfaatan Tempat Pemakaman Umum sebagai Ruang Terbuka Hijau.


(25)

2. Mengidentifikasi potensi yang terdapat pada Tempat Pemakaman Umum agar dapat dimanfaatkan sebagai Ruang Terbuka Hijau di Kota Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:

1. Bagi Pemerintah Kota Medan untuk menata Tempat Pemakaman Umum yang dapat bermanfaat sebagai Ruang Terbuka Hijau.

2. Bagi Masyarakat sebagai upaya peningkatan pemahaman, bahwa Tempat Pemakaman Umum tidak hanya sekedar tempat pemakaman tetapi juga sebagai fungsi RTH yang sangat dibutuhkan bagi kelestarian dan keberlanjutan suatu wilayah serta pengembangan potensi ekonomi sekitar Tempat Pemakaman Umum;

3. Sebagai pengembangan ilmu serta bermanfaat bagi dunia pendidikan.

1.5 Kerangka Berfikir

Seperti yang telah diuraikan pada latar belakang, perumusan masalah dan tujuan penelitian bahwa di Pemakaman Umum Kayu Besar Jl. MH. Thamrin,Jl. Sutomo Ujung dan Jl. Abdullah Lubis, dapat difungsikan sebagai ruang terbuka. Untuk mendapatkan indikator yang lebih konkrit dan gambaran yang lebih jelas tentang pemanfaatan tersebut, maka diadakan penelitian deskriptif, seperti dalam Gambar 1.1.


(26)

Gambar 1.1 Kerangka berfikir

1.6 Sistematika Pembahasan

Adapun urutan metode-metode pembahasan yang digunakan dan menerangkan tentang sistematika pembahasan adalah sebagai berikut:

LatarBelakangPenelitian

Pemanfatan Tempat Pemakaman Ruang Terbuka Hijau

RumusanMasalah

 Bagaimana potensi yang terdapat pada TPU dapat dimanfaatkan sebagai RTH di Kota Medan.

 Bagaimana tingkat kepuasan, kepentingan dan persetujuan masyarakat terhadap pemanfaatan Tempat Pemakaman Umum sebagai RTH.

Tujuan

 Mengkaji pemanfaatan pemakaman sebagai ruang terbuka  Mengkaji persepsi masyarakat terhadap pemanfaatan TPU sebagai

ruang terbuka

Pengolahan Data

Kesimpulan dan Saran Variabel Penelitian

 Fungsi Ekologi  Fungsi Sosial  Fungsi Estetis  Fungsi Ekonomi

MetodePenelitian

 Kuesioner  Wawancara  Deskriptif

 Menggunakan data primer &Sekunder


(27)

BAB PERTAMA

Merupakan bab Pendahuluan yang berisikan : Latar Belakang, Tujuan dan Sasaran, Batasan dan Lingkup Pembahasan, Metode Pembahasan serta Sistematika Pembahasan.

BAB KEDUA

Merupakan Tinjauan Pustaka yang mengemukakan dasar teori dan pengertian-pengertian.

BAB KETIGA

Merupakan tahap yang menjelaskan tentang metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini.

BAB KEEMPAT

Merupakan tahap yang menjelaskan tentang gambaran umum kawasan kajian penelitian dan gambaran umum lokasi penelitian.

BAB KELIMA

Merupakan Hasil dan Pembahasan Pemanfaatan Tempat Pemakaman Umum sebagai Ruang Terbuka Hijau di Kota Medan.

BAB KEENAM

Merupakan tahap kesimpulan dan saran yang didapat dari pembahasan pada tahap-tahap sebelumnya.


(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Persepsi Masyarakat

Persepsi merupakan proses akhir dari suatu pengamatan yang diawali oleh proses penginderaan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh alat indra, dan baru kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang dinamanakan persepsi. Dengan persepsi individu menyadari dapat mengerti tentang lingkungan yang ada disekitarnya maupun hal yang ada dalam diri individu yang bersangkutan (Davidoff, 1981 dalam Walgito, 2000).

Jadi persepsi dapat diartikan sebagai proses diterimanya rangsang melalui panca indra yang didahului oleh perhatian sehingga individu mampu mengetahui, mengartikan dan menghayati tentang hal yang diamati, baik yang ada diluar maupun didalam diri individu.

Berdasarkan atas hal tersebut, dapat dikemukakan bahwa adanya kemungkinan hasil persepsi antara individu dengan individu yang lain tidak sama sekalipun stimulusnya sama dikarenakan pengalaman yang tidak sama, kemampuan berpikir yang tidak sama, dan kerangka acuan yang tidak sama,

Persepsi dipengaruhi oleh adalah faktor internal, seperti: perasaan, pengalaman, kemampuan berpikir, motivasi dan kerangka acuan sedangkan dan


(29)

faktor eksternal seperti: stimulus itu sendiri dan keadaan lingkungan persepsi itu berlangsung. Kejelasan stimulus sangat mempengaruhi persepsi. Bila stimulus itu berwujud benda-benda bukan manusia, maka ketepatan persepsi sangat dite individtukan oleh individu yang mengadakan persepsi karena benda-benda yang dipersepsi tersebut tidak dapat mempengaruhi persepsi.

Persepsi dihasilkan dari para stakeholders termasuk staf dan masyarakat umum. Persepsi berbeda-beda mulai dari identifikasi isu kritis dalam taman dan tempat pemakaman umum sampai kepada sebuah visi dari sistem yang ideal dari tempat pemakaman umum, ruang terbuka hijau, tempat ziarah dan pedestrian yang diinginkan untuk masyarakat. Mengenai pengertian masyarakat dalam kamus bahasa inggris, masyarakat disebut society asal katanya socius yang berarti kawan. Arti yang lebih khusus, bahwa masyarakat adalah kesatuan sosial yang mempunyai kehidupan jiwa seperti adanya ungkapan-ungkapan jiwa rakyat, kehendak rakyat, kesadaran masyarakat dan sebagainya. Sedangkan jiwa masyarakat ini merupakan potensi yang berasal dari unsur-unsur masyarakat meliputi pranata, status dan peranan sosial. Sehingga para pakar sosiologi seperti Maclver, J.L Gillin memberikan pengertian bahwa masyarakat adalah kumpulan individu-individu yang saling bergaul berinteraksi karena mempunyai nilai-nilai, norma-norma, cara-cara dan prosedur yang merupakan kebutuhan bersama berupa suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan terikat oleh suatu identitas bersama (Soelaiman, 1993 dalam Mussadun, 2000).


(30)

Persepsi masyarakat merupakan tanggapan atau pengetahuan lingkungan dari kumpulan individu-individu yang bergaul dan berinteraksi atas dasar nilai-nilai, norma-norma, cara-cara dan prosedur merupakan kebutuhan bersama berupa suatu sistem adat istiadat tertentu yang berlangsung secara terus menerus dan terikat oleh suatu identitas bersama yang diperoleh melalui interpretasi data indera.

2.2 Ruang Terbuka Hijau 2.2.1 Pengertian ruang terbuka hijau

Secara umum ruang terbuka publik (open spaces) di perkotaan terdiri dari ruang terbuka hijau dan ruang terbuka non-hijau. Ruang Terbuka Hijau (RTH) perkotaan adalah bagian dari ruang-ruang terbuka (open spaces) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman dan vegetasi (endemik maupun introduksi) guna mendukung manfaat ekologis, sosial-budaya dan estetis yang dapat memberikan manfaat ekonomi (kesejahteraan) bagi masyarakatnya. Ruang terbuka non-hijau dapat berupa ruang terbuka yang diperkeras (paved) maupun ruang terbuka biru (RTB) yang berupa permukaan sungai, danau, maupun areal-areal yang diper-untukkan sebagai genangan retensi. Secara fisik RTH dapat dibedakan menjadi RTH alami yang berupa habitat liar alami, kawasan lindung dan taman-taman nasional, maupun RTH non-alami atau binaan yang seperti taman, lapangan olah raga, dan kebun bunga (Hakim, R. 2004).


(31)

Dari segi fungsi RTH dapat berfungsi secara ekologis, sosial/budaya, estetis, dan ekonomi. Secara ekologis RTH dapat meningkatkan kualitas air tanah, mencegah banjir, mengurangi polusi udara, dan menurunkan temperatur kota. Bentuk-bentuk RTH perkotaan yang berfungsi ekologis antara lain seperti sabuk hijau kota, hutan kota, taman botani, sempadan sungai dan lainnya. Secara sosial-budaya keberadaan RTH dapat memberikan fungsi sebagai ruang interaksi sosial, sarana rekreasi, dan sebagai identitas kota yang berbudaya. Bentuk RTH yang berfungsi sosial-budaya antara lain taman-taman kota, lapangan olah raga, kebun raya, TPU dsb. Secara arsitektural RTH dapat meningkatkan nilai keindahan dan kenyamanan kota melalui keberadaan taman-taman kota, kebun-kebun bunga, dan jalur-jalur hijau di jalan-jalan kota. Sementara itu RTH juga dapat memiliki fungsi ekonomi, baik secara langsung seperti pengusahaan lahan-lahan kosong menjadi lahan pertanian/perkebunan (urban agriculture) dan pengembangan sarana wisata hijau perkotaan yang dapat mendatangkan wisatawan (Hakim, R dan Utomo, H. 2008).

Sementara itu secara struktur, bentuk dan susunan RTH dapat merupakan konfigurasi ekologis dan konfigurasi planologis. RTH dengan konfigurasi ekologis merupakan RTH yang berbasis bentang alam seperti, kawasan lindung, perbukitan, sempadan sungai, sempadan danau, pesisir dan sebagainya. Sedangkan RTH dengan konfigurasi planologis dapat berupa ruang-ruang yang dibentuk mengikuti pola struktur kota seperti RTH perumahan, RTH kelurahan, RTH kecamatan, RTH kota maupun taman-taman regional/nasional. Dari segi kepemilikan RTH dapat berupa


(32)

RTH public yang dimiliki oleh umum dan terbuka bagi masyarakat luas, atau RTH privat (pribadi) yang berupa taman-taman yang berada pada lahan-lahan pribadi.

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 2007 tentang Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan, memiliki beberapa definisi terkait RTH yakni:

a. Ruang terbuka adalah ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas baik dalam bentuk area/ kawasan maupun dalam bentuk area memanjang jalur di mana dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan.

b. Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan yang selanjutnya disingkat RTHKP adalah bagian dari ruang terbuka suatu kawasan perkotaan yang diisi oleh tumbuhan dan tanaman guna mendukung manfaat ekologi, sosial, budaya, ekonomi dan estetika.

Pada Undang-Undang No. 26 Tahun 2007, didefinisikan bahwa ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.

2.2.2 Tujuan ruang terbuka hijau

Menurut Permendagri No. 1 Tahun 2007 tujuan dialokasikannya RTH Kawasan Perkotaan adalah:


(33)

2. Mewujudkan keseimbangan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan di perkotaan; dan

3. Meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan yang sehat, indah, bersih dan nyaman.

2.2.3 Fungsi ruang terbuka hijau

RTH publik maupun RTH privat memiliki fungsi yang strategis. Fungsi RTH dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu:

1. Fungsi utama (intrinsik) yaitu fungsi ekologis, dan

Fungsi ekologis ini yaitu menjamin keberlanjutan suatu wilayah kota secara fisik, harus merupakan satu bentuk RTH yang berlokasi, berukuran, dan berbentuk pasti dalam suatu wilayah kota, seperti RTH untuk perlindungan sumberdaya penyangga kehidupan manusia dan untuk membangun jejaring habitat hidupan liar.

Beberapa fungsi ekologis RTH di kota adalah antara lain sebagai areal resapan air menghasilkan oksigen, meredam kebisingan, filter dari partikel padat yang mencemari udara kota, menyerap gas-gas rumah kaca atau hujan asam, penahan angin, mencegah intrusi air laut, amelorasi iklim serta konservasi air tanah.


(34)

Hutan merupakan penyerap gas karbon dioksida yang cukup penting, selain dari fitoplankton, ganggang dan rumput laut di samudera. Dengan berkurangnya kemampuan hutan dalam menyerap gas ini sebagai akibat menyusutnya luasan hutan akibat perladangan, pembalakan dan kebakaran, maka perlu dibangun ruang terbuka hijau untuk membantu mengatasi penurunan fungsi hutan tersebut. Cahaya matahari akan dimanfaatkan oleh semua tumbuhan, baik ruang terbuka hijau, hutan alami, tanaman pertanian dan lainnya dalam proses fotosintesis yang berfungsi untuk mengubah gas karbon dioksida dengan air menjadi karbohidrat (C6H12O6) dan oksigen (O2). Proses kimia pembentukan karbohidrat (C6H12O6) dan oksigen (O2) adalah 6 CO2 + 6 H2O + Energi dan klorofil menjadi C6H12O6 + 6 O2 (Kriedemann, 1977).

Proses fotosintesis sangat bermanfaat bagi manusia. Pada proses fotosintesis dapat menyerap gas yang bila konsentarasinya meningkat akan beracun bagi manusia dan hewan serta akan mengakibatkan efek rumah kaca. Di lain pihak proses fotosintesis menghasilkan gas oksigen yang sangat diperlukan oleh manusia dan hewan.

b. Pelestarian air tanah

Sistem perakaran tanaman dan serasah yang berubah menjadi humus akan mengurangi tingkat erosi, menurunkan aliran permukaan dan mempertahankan kondisi air tanah di lingkungan sekitarnya. Pada musim


(35)

yang rapat, sedangkan pada musim kemarau potensi air tanah yang tersedia bisa memberikan manfaat bagi kehidupan dilingkungan perkotaan. Ruang terbuka hijau dengan luas minimal setengah hektar mampu menahan aliran permukaan akibat hujan dan meresapkan air ke dalam tanah sejumlah 10.219 m3 setiap tahun (Urban Forest Research, 2002).

c. Penahan Angin

Ruang terbuka hijau berfungsi sebagai penahan angin yang mampu mengurangi kecepatan angin 75-80 %. Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam mendesain ruang terbuka hijau untuk menahan angin adalah sebagai berikut:

i. Jenis tanaman yang ditanam adalah tanaman yang memiliki dahan yang kuat

ii. Penanaman pohon yang selalu hijau sepanjang tahun berguna sebagai penahan angin pada musim dingin, sehingga pada akhirnya dapat menghemat energi sampai dengan 50 persen energi yang digunakan untuk penghangat ruangan pada pemakaian sebuah rumah. Pada musim panas pohon-pohon akan menahan sinar matahari dan memberikan kesejukan di dalam ruangan (Forest Service Publications. Trees save energy, 2003)


(36)

Ruang terbuka hijau dapat dibangun untuk mengelola lingkungan perkotaan untuk menurunkan suhu pada waktu siang hari dan sebaliknya pada malam hari dapat lebih hangat karena tajuk pohon dapat menahan radiasi balik (reradiasi) dari bumi. Jumlah pantulan radiasi matahari suatu hutan sangat dipengaruhi oleh panjang gelombang, jenis tanaman, umur tanaman, posisi jatuhnya sinar matahari, keadaan cuaca dan posisi lintang. Suhu udara pada daerah berhutan lebih nyaman daripada daerah yang tidak ditumbuhi oleh tanaman. Selain suhu, unsur iklim mikro lain yang diatur oleh ruang terbuka hijau adalah kelembaban. Pohon dapat memberikan kesejukan pada daerah-daerah kota yang panas (heat island) akibat pantulan panas matahari yang berasal dari gedung-gedung, aspal dan baja. Daerah ini akan menghasilkan suhu udara 3-10 derajat lebih tinggi dibandingkan dengan daerah pedesaan. Penanaman pohon pada suatu areal akan mengurangi temperature atmosfer pada wilayah yang panas tersebut (Forest Service Publications, 2003. Trees Modify Local Climate, 2003)

e. Habitat Hidupan Liar

Ruang terbuka hijau bisa berfungsi sebagai habitat berbagai jenis hidupan liar dengan keanekaragaman hayati yang cukup tinggi. Ruang terbuka hijau merupakan tempat perlindungan dan penyedia nutrisi bagi beberapa jenis satwa terutama burung, mamalia kecil dan serangga.


(37)

keanekaragaman tumbuhan dapat menciptakan ekosistem lokal yang akan menyediakan tempat dan makanan untuk burung dan binatang lainnya (Forest Service Publications, 2003. Trees Reduce Noise Pollution and Create Wildlife and Plant Diversity, 2003).

2. Fungsi tambahan (ekstrinsik) yaitu fungsi estetis, sosial, dan fungsi ekonomi.

RTH untuk fungsi-fungsi lainnya (sosial, ekonomi, arsitektural) merupakan RTH pendukung dan penambah nilai kualitas lingkungan dan budaya kota tersebut, sehingga dapat berlokasi dan berbentuk sesuai dengan kebutuhan dan kepentingannya, seperti untuk keindahan, rekreasi, dan pendukung arsitektur kota. Dalam suatu wilayah perkotaan empat fungsi utama ini dapat dikombinasikan sesuai dengan kebutuhan, kepentingan, dan keberlanjutan kota.

a. Fungsi sosial

Ruang terbuka hijau dalam fungsinya secara sosial dapat menurunkan tingkat stress masyarakat, konservasi situs alami sejarah, menurunkan konflik sosial, meningkatkan keamanan kota, meningkatkan produktivitas masyarakat, dan sebagainya. b. Fungsi estetika (arsitektural)

Komposisi vegetasi dengan strata yang bervariasi di lingkungan kota akan menambah nilai keindahan kota tersebut. Bentuk


(38)

ruang) yang sesuai akan memberi kesan keindahan tersendiri. Tajuk pohon juga berfungsi untuk memberi kesan lembut pada bangunan di perkotaan yang cenderung bersifat kaku. Suatu studi yang dilakukan atas keberadaan ruang terbuka hijau terhadap nilai estetika adalah bahwa masyarakat bersedia untuk membayar keberadaan ruang terbuka hijau karena memberikan rasa keindahan dan kenyamanan (Tyrväinen, 1998).

c. Fungsi ekonomi

Manfaat ruang terbuka hijau dalam aspek ekonomi bisa diperoleh secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung, manfaat ekonomi ruang terbuka hijau diperoleh dari penjualan atau penggunaan hasil ruang terbuka hijau berupa kayu bakar maupun kayu perkakas. Penanaman jenis tanaman ruang terbuka hijau yang bisa menghasilkan biji, buah atau bunga dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan oleh masyarakat untuk meningkatkan taraf gizi, kesehatan dan penghasilan masyarakat. Buah kenari selain untuk dikonsumsi juga dapat dimanfaatkan untuk kerajinan tangan. Bunga tanjung dapat diambil bunganya. Buah sawo, pala, kelengkeng, duku, asam, menteng dan lain-lain dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk meningkatkan gizi dan kesehatan masyarakat


(39)

terbuka hijau berupa perlindungan terhadap angin serta fungsi ruang terbuka hijau sebagai perindang, menambah kenyamanan masyarakat kota dan meningkatkan nilai estetika lingkungan kota (Fandeli, 2004).

Ruang terbuka hijau dapat meningkatkan stabilitas ekonomi masyarakat dengan cara menarik minat wisatawan dan peluang-peluang bisnis lainnya, orang-orang akan menikmati kehidupan dan berbelanja dengan waktu yang lebih lama di sepanjang jalur hijau, kantor-kantor dan apartemen di areal yang berpohon akandisewakan serta banyak orang yang akan menginap dengan harga yang lebih tinggi dan jangka waktu yang lama, kegiatan dilakukan pada perkantoran yang mempunyai banyak pepohonan akan memberikan produktivitas yang tinggi.kepada para pekerja (Forest Service Publications, 2003. Trees Increase Economic Stability, 2003).

2.2.4 Manfaat ruang terbuka hijau

Manfaat RTH berdasarkan fungsinya dibagi atas:

a. Manfaat langsung (dalam pengertian cepat dan bersifat tangible) seperti mendapatkan bahan-bahan untuk dijual (kayu, daun, bunga), kenyamanan fisik (teduh, segar), keinginan, dan


(40)

b. Manfaat tidak langsung (berjangka panjang dan bersifat intangible) seperti perlindungan tata air dan konservasi hayati atau keanekaragaman hayati.

Selanjutnya dalam Hakim (2006), manfaat RTH tersebut diatas diuraikan secara rinci, sebagai berikut:

1. Pelestarian Plasma Nutfah

Plasma nutfah merupakan bahan baku yang penting untuk pembangunan di masa depan, terutama di bidang pangan, sandang, papan, obat-obatan dan industri. Penguasaannya merupakan keuntungan komparatif yang besar bagi Indonesia di masa depan. RTH dapat dijadikan sebagai tempat koleksi keanekaragaman hayati dan sebagai areal pelestarian di luar kawasan konservasi, karena pada areal ini dapat dilestarikan flora dan fauna.

2. Penahan dan Penyaring Partikel Padat dari Udara

Udara alami yang bersih sering dikotori oleh debu, baik yang dihasilkan oleh kegiatan alami maupun kegiatan manusia. Dengan adanya RTH, partikel padat yang tersuspensi pada lapisan biosfer bumi akan dapat dibersihkan oleh tajuk pohon melalui proses jerapan dan serapan. Dengan adanya mekanisme ini jumlah debu yang melayang-layang di udara akan menurun. Partikel yang melayang-layang di permukaan bumi sebagian


(41)

berbulu dan yang mempunyai permukaan yang kasar dan sebagian lagi terserap masuk ke dalam ruang stomata daun. Ada juga partikel yang menempel pada kulit pohon, cabang, dan ranting.

3. Penyerap dan Penjerap Partikel Timbal

Dahlan (1989); Fakuara, Dahlan, Husin, Ekarelawan, Danur, Pringgodigdo dan Sigit (1990) menyatakan damar (Agathis alba), mahoni (Swietenia mahagoni), jamuju (Dacrycarpus imbricatus) dan pala (Mirystica fragrans), asam landi (Pithecellobium dulce), johar (Cassia siamea), mempunyai kemampuan yang tinggi dalam menurunkan kandungan timbal dari udara. Untuk beberapa tanaman berikut ini: glodogan (Polyalthea longifolia), keben (Barringtonia asiatica), dan tanjung (Mimusops elengi), walaupun kemampuan serapannya terhadap timbal rendah, namun tanaman tersebut tidak peka terhadap pencemar udara. Sedangkan untuk tanaman daun kupu-kupu (Bauhinia purpurea) dan kesumba (Bixa orellana) mempunyai kemampuan yang sangat rendah dan sangat tidak tahan terhadap pencemar yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor.

4. Penyerap dan Penjerap Debu Semen

Debu semen merupakan debu yang sangat berbahaya bagi kesehatan, karena dapat mengakibatkan penyakit sementosis. Oleh karena itu debu semen yang terdapat di udara bebas harus diturunkan kadarnya. Studi


(42)

mahagoni), bisbul (Diospyros discolor), tanjung (Mimusops elengi), kenari (Canarium commune), meranti merah (Shorea leprosula), kiara payung (Filicium decipiens), kayu hitam (Diospyros elebica), duwet (Eugenia cuminii), medang lilin (Litsca roxburghii) dan sempur (Dillenia ovata) telah diteliti oleh Irawati tahun 1990. Tanaman tersebut dipergunakan dalam program pengembangan RTH dikawasan pabrik semen, karena memiliki ketahanan yang tinggi terhadap pencemaran debu semen dan kemampuan yang tinggi dalam menjerap (adsorpsi) dan menyerap (absorpsi) debu semen adalah mahoni, bisbul, tanjung, kenari, meranti merah, kiara payung dan kayu hitam. Sedangkan duwet, medang lilin dan sempur kurang baik digunakan sebagai tanaman untuk penghijauan di kawasan industri pabrik semen. Ketiga jenis tanaman ini selain agak peka terhadap debu semen, juga mempunyai kemampuan yang rendah dalam menjerap dan menyerap partikel semen (Irawati, 1990).

5. Peredam Kebisingan

Pohon dapat meredam suara dengan cara mengabsorpsi gelombang suara oleh daun, cabang dan ranting. Jenis tumbuhan yang paling efektif untuk meredam suara ialah yang mempunyai tajuk yang tebal dengan daun yang rindang (Grey dan Deneke, 1978). Dengan menanam berbagai jenis tanaman dengan berbagai strata yang cukup rapat dan tinggi akan dapat


(43)

berasal dari bawah. Menurut Grey dan Deneke (1978), dedaunan tanaman dapat menyerap kebisingan sampai 95%.

6. Mengurangi Bahaya Hujan Asam

Menurut Smith (1984), pohon dapat membantu dalam mengatasi dampak negatif hujan asam melalui proses fisiologis tanaman yang disebut proses dan translokasi. Proses translokasi akan memberikan beberapa unsur diantaranya ialah: Ca, Na, Mg, K dan bahan organik seperti glumatin dan gula.

7. Penyerap Karbon Monoksida

Bidwell dan Fraser dalam Smith (1981) mengemukakan, kacang merah (Phascolus vulgaris) dapat menyerap gas ini sebesar 12-120 kg/km2/hari. Mikroorganisme serta tanah pada lantai RTH mempunyai peranan yang baik dalam menyerap gas ini (Bennet dan Hill, 1975). Smith (1981) mengemukakan, tanah dengan mikroorganismenya dapat menyerap gas ini dari udara yang semula konsentrasinya sebesar 120 ppm (13,8 x 104

μg/m3) menjadi hampir mendekati nol hanya dalam waktu 3 jam saja.

8. Penyerap Karbon dioksida dan Penghasil Oksigen

RTH merupakan penyerap gas CO2 yang cukup penting, selain dari fitoplankton, ganggang dan rumput laut di samudra. Dengan berkurangnya kemampuan RTH dalam menyerap gas ini sebagai akibat menurunnya luasan RTH akibat peladangan, pembalakan dan kebakaran,


(44)

RTH tersebut. Cahaya matahari akan dimanfaatkan oleh semua tumbuhan baik RTH kota, RTH alami, tanaman pertanian dan lainnya dalam proses fotosintesis yang berfungsi untuk mengubah gas CO2 dan air menjadi karbohidrat dan oksigen. Dengan demikian proses ini sangat bermanfaat bagi manusia, karena dapat menyerap gas yang bila konsentrasinya meningkat akan beracun bagi manusia dan hewan serta akan mengakibatkan efek rumah kaca.

9. Penyerap dan Penapis Bau

Daerah yang merupakan tempat penimbunan sampah sementara atau permanen mempunyai bau yang tidak sedap. Tanaman dapat digunakan untuk mengurangi bau. Tanaman dapat menyerap bau secara langsung, atau tanaman akan menahan gerakan angin yang bergerak dari sumber bau (Grey dan Deneke, 1978). Akan lebih baik lagi hasilnya, jika tanaman yang ditanam dapat mengeluarkan bau harum yang dapat menetralisir bau busuk dan menggantinya dengan bau harum seperti: cempaka (Michelia campaka) dan tanjung (Mimusops elengi).

10. Mengatasi Penggenangan

Daerah bawah yang sering digenangi air perlu ditanami dengan jenis tanaman yang mempunyai kemampuan evapotranspirasi yang tinggi. Jenis tanaman yang memenuhi kriteria ini adalah tanaman yang mempunyai jumlah daun yang banyak, sehingga mempunyai stomata


(45)

air yang tinggi diantaranya adalah nangka (Artocarpus integra), sengon (Paraserianthes falcataria), akasia (Acacia auriculiformis), sonokeling (Dalbergia latifolia), mahoni (Swietenia mahagoni), jati (Tectona grandis), kihujan (Samanea saman) dan lamtoro (Leucaena glauca). 11. Ameliorasi Iklim.

Salah satu masalah penting yang cukup merisaukan penduduk perkotaan adalah berkurangnya rasa kenyamanan sebagai akibat meningkatnya suhu udara di perkotaan. RTH dapat dibangun untuk mengelola lingkungan perkotaan agar pada saat siang hari tidak terlalu panas, sebagai akibat banyaknya jalan aspal, gedung bertingkat, jembatan layang, papan reklame, menara, antena pemancar radio, televisi, dan lain-lain, sebaliknya pada malam hari dapat lebih hangat karena tajuk pepohonan dapat menahan radiasi balik (reradiasi) dari bumi (Grey dan Deneke, 1978 dan Robinette, 1983). Robinette (1983) lebih jauh menjelaskan, jumlah pantulan radiasi surya suatu RTH sangat dipengaruhi oleh panjang gelombang, jenis tanaman, umur tanaman, posisi jatuhnya sinar surya, keadaan cuaca dan posisi lintang. Suhu udara pada daerah mempunyai RTH lebih nyaman dari pada daerah tidak ditumbuhi oleh tanaman.

12. Pengelolaan Sampah


(46)

dari sampah; (3) sebagai penyerap zat yang berbahaya yang mungkin terkandung dalam sampah seperti logam berat, pestisida serta bahan beracun dan berbahaya lainnya.

13. Pelestarian Air Tanah

Sistem perakaran tanaman dan serasah yang berubah menjadi humus akan memperbesar jumlah pori tanah. Karena humus bersifat lebih higroskopis dengan kemampuan menyerap air yang besar (Bernatzky, 1978). Maka kadar air tanah RTH akan meningkat.

Jika hujan lebat terjadi, maka air hujan akan turun masuk meresap ke lapisan tanah yang lebih dalam menjadi air infiltrasi dan air tanah. Dengan demikian RTH yang dibangun pada daerah resapan air dari kota yang bersangkutan akan dapat membantu mengatasi masalah air dengan kualitas yang baik.

Menurut Manan (1976) tanaman yang mempunyai daya evapotranspirasi yang rendah antara lain : cemara laut (Casuarina equisetifolia), beringin (Ficus elastica), karet (Hevea brasiliensis), manggis (Garcinia mangostana), bungur (Lagerstromia speciosa), trembesi (Fragraea fragrans), dan kelapa (Coccos nucifera).

14. Penapis Cahaya Silau

Manusia sering dikelilingi oleh benda-benda yang dapat memantulkan cahaya seperti kaca, aluminium, baja, beton dan air. Apabila permukaan


(47)

sangat menyilaukan dari arah depan, akan mengurangi daya pandang pengendara. Oleh sebab itu, cahaya silau tersebut perlu untuk dikurangi. Keefektifan pohon dalam meredam dan melunakkan cahaya tersebut bergantung pada ukuran dan kerapatannya. Pohon dapat dipilih berdasarkan ketinggian maupun kerimbunan tajuknya.

15. Meningkatkan Keindahan

Warna daun, bunga atau buah dapat dipilih sebagai komponen yang kontras atau untuk memenuhi rancangan yang harmonis (bergradasi lembut).

Komposisi tanaman dapat diatur dan diletakkan sedemikian rupa, sehingga pemandangan yang kurang enak dilihat seperti: tempat pembuangan sampah, pemukiman kumuh, rumah susun dengan jemuran yang beraneka bentuk dan warna, pabrik dengan kesan yang kaku dapat sedikit ditingkatkan citranya menjadi lebih indah, sopan, manusiawi dan akrab dengan hadirnya RTH sebagai tabir penyekat di sana.

16. Sebagai Habitat Burung

Masyarakat modern kini cenderung kembali ke alam (back to nature). Desiran angin, kicauan burung dan atraksi satwa lainnya di kota diharapkan dapat menghalau kejenuhan dan stress yang banyak dialami oleh penduduk perkotaan. Menurut Hernowo dan Prasetyo (1989) salah satu satwa liar yang dapat dikembangkan di perkotaan adalah burung.


(48)

Burung perlu dilestarikan, mengingat mempunyai manfaat yang tidak kecil artinya bagi masyarakat, antara lain:

a. Membantu mengendalikan serangga hama, b. Membantu proses penyerbukan bunga,

c. Mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi,

d. Burung memiliki suara yang khas yang dapat menimbulkan suasana yang menyenangkan,

e. Burung dapat dipergunakan untuk berbagai atraksi rekreasi, f. Sebagai sumber plasma nutfah,

g. Objek untuk pendidikan dan penelitian.

Beberapa jenis burung sangat membutuhkan pohon sebagai tempat mencari makan maupun sebagai tempat bersarang dan bertelur. Pohon kaliandra (Calliandra calothyrsus) di antaranya disenangi burung pengisap madu. Pohon jenis lain disenangi oleh burung, karena berulat yang dapat dimakan oleh jenis burung lainnya.

17. Mengurangi Stress

Kehidupan masyarakat di kota besar menuntut aktivitas, mobilitas dan persaingan yang tinggi. Oleh sebab itu gejala stress (tekanan psikologis) dan tindakan ugal-ugalan sangat mudah ditemukan pada anggota masyarakat yang tinggal dan berusaha di kota atau mereka yang hanya bekerja untuk memenuhi kepergiannya saja di kota. Program


(49)

sifat yang negatif tersebut. Kesejukan dan kesegaran yang diberikannya akan menghilangkan kejenuhan dan kepenatan. Cemaran timbal, CO, SOx, NOx dan lainnya dapat dikurangi oleh tajuk dan lantai RTH. Kicauan dan tarian burung akan menghilangkan kejemuan. RTH juga dapat mengurangi kekakuan dan monotonitas.

18. Meningkatkan Industri Pariwisata

Bunga bangkai (Amorphophallus titanuni) di Kebun Raya Bogor yang berbunga setiap 2-3 tahun dan tingginya dapat mencapai 1,6 m dan bunga Raflesia Arnoldi di Bengkulu merupakan salah satu daya tarik bagi turis domestik maupun mancanegara. Tamu asing pun akan mempunyai kesan tersendiri, jika berkunjung atau singgah pada suatu kota yang dilengkapi dengan RTH yang unik, indah dan menawan.

19. Sebagai Hobi dan Pengisi Waktu Luang

Monotonitas, rutinitas dan kejenuhan kehidupan di kota besar perlu diimbangi oleh kegiatan lain yang bersifat rekreatif, akan dapat menghilangkan monotonitas, rutinitas dan kejenuhan kerja. Keberadaan RTH penting dalam mengendalikan dan memelihara integritas dan kualitas lingkungan.

2.2.5 Luas dan jenis ruang terbuka hijau


(50)

sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas wilayah kota, pada ayat 3 berbunyi proporsi ruang terbuka hijau publik pada wilayah kota paling sedikit 20 (dua puluh) persen dari luas wilayah kota.

Ruang terbuka hijau public merupakan ruang terbuka hijau yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah kota yang digunakan untuk kepentingan masyarakat secara umum, antara lain adalah taman kota, taman pemakaman umum, dan jalur hijau sepanjang jalan, sungai, dan pantai. Ruang terbuka hijau privat, antara lain adalah kebun atau halaman rumah atau gedung milik masyarakat maupun swasta yang ditanami tumbuhan (Gambar 2.1).

Gambar 2.1 Pembagian Ruang Wilayah Kota Sumber: Kementerian Pekerjaan Umum

RUANG WILAYAH KOTA

Ruang Terbangun (60%) Ruang Terbuka (40%)

Non Hunian (20%)

Jaringan Jalan (20%)

RTH Publik = 20% Ruang Hunian

(40%)

RTH Privat = 10%

RTH di ruang non hunian Asumsi KDB Maks. 90 % RTH = 10% x 20% = 2%

Lainnya (non hijau) 7,5 % Taman

Kota (12,5%)

RTH di Jaringan Jalan Asumsi jalur hijau 30 % RTH = 30% X 20% = 6% RTH di ruang hunian

Asumsi KDB Maks. 80 % RTH = 20% x 40% = 8%

(Sungai, Jalan, KA, SUTET, Pemakaman) Asumsi jalur hijau 30 %RTH = 20% X 7,5 % = 1,5%


(51)

Proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas wilayah kota merupakan ukuran minimal untuk menjamin seimbangan ekosistem kota, baik keseimbangan sistem hidrologi dan system nikroklimat, maupun sistem ekologis lain, yang selanjutnya akan meningkatkan ketersediaan udara bersih yang diperlukan masyarakat, serta sekaligus dapat meningkatkan nilai estetika kota. Proporsi ruang terbuka hijau publik seluas minimal 20 (dua puluh) persen yang disediakan oleh pemerintah daerah kota dimaksudkan agar proporsi ruang terbuka hijau minimal dapat lebih dijamin pencapaiannya sehingga memungkinkan pemanfaatannya secara luas oleh masyarakat.

Dalam penyediaan ruang terbuka hijau proporsi yang diamanatkan dalam Permendagri No. 1 Tahun 2007 Tentang Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaaan disebutkan bahwa luas ideal RTHKP adalah sebesar 20% (dua puluh) persen. Luas RTHKP tersebut mencakup luas RTH publik dan RTH privat. Luas RTHKP publik penyediaannya menjadi tanggungjawab pemerintah kabupaten atau kota yang dilakukan secara bertahap sesuai dengan kemampuan masing-masing daerah.

2.3 Tempat Pemakaman Umum

Menurut Peaturan Pemerintah Republik Indonesia No. 9 Tahun 1987, tentang Penyediaan dan Penggunaan Tanah Untuk Keperluan Tempat Pemakaman, Tempat Pemakaman Umum (TPU) adalah areal tanah yang disediakan untuk keperluan pemakaman jenazah bagi setiap orang tanpa membedakan agama dan golongan, yang


(52)

Untuk mendukung program penghijauan kota dan memberi kontribusi bagi lingkungan, maka pemanfaatan lahan pemakaman, yaitu:

1. Standar rasio penataan pemanfaatan ruang :

a. 70% dan luas lahan diperuntukkan guna pamakaman jenazah. b. 30% dari luas lahan diperuntukkan sarana dan prasarana, dengan

komposisinya adalah 25,2% untuk jalan, jembatan dan saluran, 2,8% untuk taman, 1,3% untuk tempat parker, 0,4% untuk bangunan, 0,3% untuk pagar.

2. Penanaman pohon pelindung pada lahan TPU yang dipadukan dengan pertamanan dapat berfungsi sebagai paru-paru kota.

3. Kebijaksanaan penggunaan plakat makam dan peutup lahan oleh rumput, tercipta unsur hijau yang luas.

4. Kombinasi hard material dan soft material yang berpori-pori pada lahan parkir dapat meningkatkan fungsi resapan air secara maksimal.

5. Pola pagar transparan, terkesan lokasi makam akrab lingkungan Taman pemakaman umum dan taman pemakaman khusus dibagi atas:

a. Bagian umat Islam, untuk orang yang saat meninggalnya beragama Islam

b. Bagian umat Kristen, untuk orang yang saat meninggalnya beragama Kristen


(53)

2.4 Pemakaman Sebagai Taman

Taman selalu identik dengan segala keindahan dan kesenangan. Pemakaman haruslah dijadikan seperti sebuah taman dengan segala keindahannya, yang menimbulkan perasaan senang bagi yang berada di dalamnya maupun yang hanya sekedar melihatnya, bukannya tempat yang kumuh dan menakutkan seperti yang selama ini sering diidentikkan terhadapnya.

Menjaga permukaan agar tidak lembab penting untuk mempercepat proses pembusukan jenazah. Itulah sebabnya pemilihan tanah dan pengaturan drainase menjadi faktor yang penting.

Akses ke dalam ataupun di dalam pemakaman tentu perlu diperhatikan. Tidak boleh ada makam yang terisolasi, sulit dijangkau, dan tidak terlihat, yang akan mempersulit perawatan, dan pengunjungan oleh para peziarah.

Pengelolaan tempat pemakaman umum sebagai sebagai taman dapat dilakukan dengan menata tata letak petak makam dan penanaman rumput. Petak-petak makam yang semula dibeton dengan letak yang tidak beraturan diganti dengan petak-petak makam berupa gundukan tanah yang ditanami rumput dengan membentuk kesamaan besaran dan jarak antar makam. Pola seperti ini terlihat di TPU Tanah Kusir (Gambar 2.2) , sehingga fungsi ruang terbuka hijau di pemakaman umum terlihat baik dan indah di TPU Tanah Kusir. TPU Tanah Kusir merupakan salah satu pemakaman umum terbesar di Jakarta dengan luas tapak secara keseluruhan sebesar 519.503 m2. Pemakaman umum ini dikelola oleh Suku Dinas


(54)

Pemakaman Jakarta Selatan di bawah Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta.

Gambar 2.2 TPU Tanah Kusir Jakarta Sumber: https://www.google.com

2.5 Memorial Park

Konsep Taman mulai dimunculkan dalam bentuk memorial park. Memorial park merupakan perwujudan bentuk ruang sebagai peringatan dan penyimpanan

memori kolektif terhadap kematian massal yang dianggap ‘kehilangan’. Memorial

park pertama didirikan tahun 1906 dengan nama Forest Lawn di San Fransisco (Gambar 2.3). Pada tahun 1917, Dr. Hubert Eaton sebagai pengelola baru dari area pemakaman ini mengubah kuburan berbatu nisan yang berkesan gelap dan menyeramkan menjadi kuburan tanpa nisan tegak, hanya plakat yang diletakkan di tanah. Banyak pemakaman pada masa itu yang sekelilingnya dibatasi oleh dinding, dan di dalamnya ditanami pohon-pohon buah dan bunga-bunga yang harum untuk


(55)

menghormati mereka yang telah meninggal. Saat hari peringatan kematian, para kerabat dapat menggunakan summer-houses dan area makan yang disediakan di sana. Air mancur, kolam,patung-patung dan jalan yang teduh, memperindah taman pemakaman tersebut dan dianggap sebagai simbol keindahan taman di dunia lain.

Gambar 2.3 Forest Lawn di San Fransisco Sumber : www.forestlawn.com

Maka banyak contoh memorial park yang akhirnya melengkapi kawasan pemakaman dan/atau kawasan memorial ini dengan fasilitas-fasilitas yang meriah, antara lain:

a. Memorial Park Houston (Gambar 2.4) yang memiliki lapangan golf dan convention hall, tanpa pemakaman ataupun monumen peringatan di dalamnya sekalipun perancangannya konon sebagai sebuah

‘pengingat’ akan para prajurit Amerika yang tewas dalam Perang


(56)

Gambar 2.4 Memorial Park Houston Sumber : www.wow.com/Memorial+Park+Houston

b. Kawasan Berlin Holocaust Memorial (Gambar 2.5) ini terbuka di keempat sisinya, memungkinkan pengunjung untuk mengakses desain Eisenmann dari titik manapun. Konfigurasi stelae dalam tapak yang berkontur dan dengan ketinggian balok beton yang berbeda-beda bagi pengunjung justru dapat menimbulkan perasaan playful.

Gambar 2.5 Berlin Holocaust Memorial


(57)

Tertutupinya pandangan akibat komposisi balok yang tinggi dan besar membangun perasaan tersesat di sebagian tempat. Perasaan ini tersembuhkan ketika pengunjung keluar dari kurungan balok beton berwarna abu-abu kehitaman menuju lokasi tempat balok stelae berubah menjadi lebih rendah dan menjadi satu lokasi yang nyaman untuk memandang keseluruhan kawasan.

c. Awaji Yumebutai (Gambar 2.6) dirancang sebagai salah satu cara mengembalikan kehidupan di pulau Awaji setelah luluh lantak digoyang gempa berkekuatan 6,8 MMS (berdasarkan USGS) dan kedalaman episentrum hanya 16 km. Untuk mengenang mereka yang meninggal sebagai korban dalam gempa besar saat itu, Ando merancang sebuah taman bunga. Hyakudanen Garden dalam masterplan Awaji Yumebutai seakan-akan menjadi semata taman belakang bagi Westin Hotel dan Oval Forum yang sangat dominan sebagai paket wisata.


(58)

Sumber : http://archinect.com/blog/article/awaji-yumebutai-tadao-ando Dalam kawasan yang didominasi warna abu-abu khas Tadao Ando, taman ini justru menjadi pemanis yang meringankan kesan

‘kering’ dari komposisi beton sebagai material utama. Hal ini juga

memberi perasaan positif bagi yang berkunjung ke sana terhadap yang telah meninggal. Keuntungan yang didapat dari hasil produksi perkebunannya digunakan untuk membantu biaya perawatan taman dan pemakaman.

d. Komplek pemakaman Ma`la (Gambar 2.7) terletak di sebelah timur Masjidilharam, berjarak sekitar setengah kilometer dan bisa ditempuh

dengan berjalan kaki selama 15 menit. Sejak zaman dahulu Ma’la

memang sudah menjadi tempat pemakaman nenek moyang Nabi Muhammad dari Bani Hasyim.

Di samping itu banyak pula jamaah haji dari Indonesia dan negara lainnya yang meninggal di Mekah dimakamkan di tempat ini. Keberadaan komplek pemakaman Ma`la tidak seperti pemakaman umum yang terdapat di Indonesia. Karena setiap kuburan di pemakaman ini tanpa nisan dan gundukan. Hanya sebuah batu sebesar kepalan tangan orang dewasa saja yang diletakkan sebagai penanda di atas kuburan yang rata dengan tanah itu. Di sini semua bentuk dan ukuran makam sama. Hanya tanah rata yang ditandai dengan sebuah batu, sehingga tidak ada yang mengetahui secara pasti letak makam


(59)

Siti Khadijah. Begitu juga keberadaan orang lain yang dikebumikan di Ma`la.

Gambar 2.7 Komplek pemakaman Ma`la di Mekkah Sumber : http://blog/kisuta.wordpress.com

Dalam ajaran agama Islam bahwa pemakaman/kuburan merupakan alam baru bagi manusia yang telah dicabut nyawanya adalah oleh malaikat maut. Alam ini disebut dengan alam barzah, yaitu pemisahan antara alam dunia dan alam akhirat. Karena itu dalam pemahaman Islam bahwa diatas makam tidak dibolehkan mendirikan bangunan. Makam hendaknya diratakan dengan tanah atau kalaupun ditinggikan hanya sejengkal dari permukaan tanah.

e. San Diego Hills (Gambar 2.8), merupakan kuburan mewah di Indonesia, Memorial Park and Funeral Homes, nama sebuah lokasi pemakaman atau tempat peristirahatan terakhir yang jauh dari suasana angker pada umumnya. Lingkungan tempat pemakaman atau kuburan


(60)

ini terlihat megah, bersih, representatif, dan menyenangkan. Kuburan mewah ini bukan diluar negeri, tapi ada di Karawang Barat, Jawa Barat. PT Lippo Karawaci Tbk membangun kawasan pemakaman mewah tersebut seluas 500 hektar di Karawang, Jawa Barat. Kuburan yang dinamakan San Diego Hills Memorial Park and Funeral Homes itu dilengkapi dengan taman yang asri, pepohonan yang rimbun, padang rumput yang hijau, air mancur, bunga-bunga, patung-patung artistik yang indah, arsitektur dan interior elegan.

Gambar 2.8 Pemakaman “San Diego Hills” di Karawang, Indonesia Sumber : http://www.sandiegohills.co.id

San Diego Hills menyediakan tiga kategori areal memorial park yaitu Earth (wilayah kuburan yang dirancang dengan posisi kiblat yang sempurna ke Mekkah), Physical Homes (area kuburan yang memperbolehkan struktur yang dirancang dengan perhitungan yang


(61)

sesuai dengan keharmonisan lingkungan), dan Universal (area kuburan modern yang banyak dilakukan di negara-negara maju dengan sistem rapi, efisien dan mementingkan kualitas lingkungan yang tinggi). Di San Diego Hills terdapat Family Center yang bernama Chapel Square. Di tengahnya terbentang taman berbentuk lingkaran, sebagai fasilitas keluarga modern. Chapel Square merupakan area tersendiri yang

‘menyambut’ setiap kunjungan ke kompleks San Diego Hills

Memorial Park milik PT Lippo Karawaci Tbk. Beragam fasilitas yang tidak pernah dijumpai di taman pemakaman mana pun di dunia bisa ditemukan disini. Di dalamnya terdiri dari bangunan dengan model arsitektur bergaya Mediteranian pada gedung yang diberi nama Forest Chapel. Selain ada bangunan bernuansa Turki kuno yang diberi nama Heavenly Dome. Kedua gedung ini berfungsi sebagai gedung serbaguna. Masih di Chapel Square, berdiri restoran Italia, La Colina dengan kapasitas 200 kursi. Masih di Chapel Square, berdiri bangunan untuk florist dan toko cinderamata. Letaknya bersebelahan dengan gedung perkantoran San Diego Hills. Taman rerumputan yang indah pun terbentang untuk melangsungkan acara atau kegiatan luar ruang, fasilitas berolahraga seperti kolam renang, lapangan basket, lapangan bola, jogging track dan olahraga bersepeda. Dua kultur besar seolah bersatu dalam arsitektur kompleks pemakanan di lahan berbukit


(62)

angker, tapi justru bersih, aman, dan berkonsep taman. Orang dewasa bisa menikmati pemandangan, sementara anak-anak dapat bermain leluasa di areal yang luas. Dari kultur Timur, pergi ke pemakaman biasanya dalam rombongan keluarga besar. Nah, kehadiran mereka perlu difasilitasi agar tidak merasa bosan. Salah satu obat pengusir rasa bosan adalah Lake Angeles seluas delapan hektare lengkap dengan fasilitas permainan air.

Dengan mempertahankan kontur asli yang berbukit dan berlembah, San Diego Hills Memorial Park dirancang jauh dari kesan tempat pemakaman karena didesain sebagai kawasan yang penuh berbagai fasilitas modern melebihi kebutuhan sebuah taman pemakaman pada umumnya yang dibangun di Indonesia. San Diego Hills Memorial Park dilengkapi National Heroes Garden, area pemakaman yang dipersembahkan untuk menghormati jasa-jasa tokoh nasional dalam bidang seni, budaya, dan kesusasteraan, pendidikan, pemerintahan dan olahraga. San Diego Hills akan menjadi tempat di mana pasangan muda merencanakan kehidupan mereka ke depan atau mengenang memori yang pernah mereka lakukan bersama, tempat di mana orang mendapat inspirasi untuk melukis, tempat di mana guru membimbing murid untuk belajar membaca, tempat di mana orang bisa mengenang yang telah meninggal di atas batu marbel yang indah


(63)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini mengenai Kajian Pemanfaatan Pemakaman Umum sebagai Ruang Terbuka Hijau bersifat deskriptif analisis dengan menggunakan pendekatan yang di dominasi oleh pendekatan kualitatif, yaitu suatu pendekatan yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan intensif baik perilaku ataupun pendekatan secara emosional agar peneliti memperoleh pemahaman jelas tentang realitas dan kondisi kehidupan nyata( Patton dalam Poerwandari, 1998).

Alasan penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini adalah: 1) Pendekatan kualitatif sangat sesuai bila digunakan untuk sebuah penelitian yang bertujuan memahami mana yang mendasari tingkah laku manusia; (2) Pendekatan kualitatif sangat sesuai bila digunakan untuk sebuah penelitian yang ingin mendiskripsikan latar dan interaksi yang komples dari partisipan; (3) Pendekatan kualitatif sangat sesuai bila digunakan untuk sebuah penelitian yang dimaksudkan untuk melakukan penjajakan (eksplorasi); (4)Pendekatan kualitatif sangat sesuai bila digunakan untuk sebuah penelitian yang bermaksud untuk memahami keadaan yang terbatas jumlahnya dengan fokus yang mendalam dan rinci (Suyanto 2006:174).


(64)

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa potensi pemanfaatan TPU yang sebagai Ruang Terbuka Hijau, sehingga diharapakan TPU dapat menyumbang peningkatan kualita dan kuantitas ruang terbuka hijau perkotaan.

3.2 Lokasi

Penelitian ini dilakukan di tiga lokasi Tempat pemakaman Umum, yaitu: 1. TPU Muslim Kayu Besar yang terletak tepi jalan di Jl. MH. Thamrin,

dekat dengan pusat bisnis Kota Medan dan termasuk kedalam wilayah kelurahan Pusat Pasar Kecamatan Medan Kota. Memasuki area TPU dari dua arah yaitu dari arah Timur atau Jl. MH. Thamrin dan dari arah Barat yaitu Jl. FL. Tobing. TPU ini di kelola oleh sebuah Badan pengelola yang berbentuk yayasan.

2. TPU Muslim Sutomo Ujung berdekat dengan permukiman penduduk terletak di Jl. Sutomo Ujung diantara Kelurahan Durian dan Kelurahan Gaharu Kecamatan Medan Timur. Memasuki area pemakaman dapat dicapai dari empat arah yaitu Utara/Jl. Bambu, Selatan/Jl. Sekolah, Timur/Jl. Sutomo Ujung dan Barat/Jl. Gaharu. TPU ini di kelola oleh sebuah Badan pengelola yang berbentuk yayasan.

3. TPU Kristen Abdullah Lubis yang dikelola oleh Pemko Medan terletak dikawasan pemukiman penduduk di Kecamatan Medan Baru. Memasuki area pemakaman hanya dari satu arah yaitu Jl. Abdullah Lubis dan dari arah yang lain dibatasi tembok pemakaman dan rumah penduduk.


(65)

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digali dalam penelitian ini adalah jenis data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif adalah data yang dinyatakan berupa jawaban kuisioner, ungkapan, kata-kata. Data tersebut diproleh dari hasil penyebaran angket, wawancara dan observasi terhadap Tempat Pemakaman Umum. Selain itu, ada data kuantitatif yang berbentuk angka-angka digunakan sebagai data pendukung (data sekunder). Data kuantitatif berasal dari lembaga pemerintah yaitu Dinas Pertamanan mengenai jumlah dan luasan tempat pemakaman Umum di Kota Medan. Sumber data adalah informan. Data primer adalah data yang bersumber langsung dari informan, yang berprofesi sebagai tokoh masyarakat, tokoh agama dan penjaga pemakaman. Data sekunder adalah data yang diolah oleh peneliti yang bersumber dari sejumlah kajian dokumen tertulis melalui jasa internet, makalah, penelitian dan sejenisnya.

3.4 Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat umum di Kota Medan. Pengambilan sampel penelitian di sini dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan berdasarkan atas strata, random, atau daerah tetapi berdasarkan atas adanya tujuan tertentu.

Adapun kriteria sampel yang akan digunakan adalah masyarakat yang bermukim di sekitar pemakaman atau masyarakat yang memiliki keluarga di


(1)

123

Manan, S. 1976.

Pengaruh Hutan dan Manajemen Derah Aliran Sungai

. Diktat

Kuliah Fakultas Kehutanan.

Manik, K.E.S. 2007.

Pengelolaan Lingkungan Hidup

.Djambatan. Jakarta.

Marcella L. Joyce, 2004,

Arsitektur dan Perilaku Manusia

, Jakarta, Grasinso.

Nawawi

,

H. Hadari. 1991.

Metode Penelitian Ilmiah Bidang Sosial.

Jakarta: Erlangga

Nazir, Moh. 1995,

Metode Penelitian

, Jakarta, Ghalia Indonesia.

Patton . 1987.

Qualitative Research.

First Edition. Diterjemahkan oleh Sulistiany.

Jakarta. Penerbit Raja Grafindo.

Purwandari, E.K.1988. Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi. Jakarta:

LPSP3, Universitas Indonesia.

Robinette J, 1983,

Landscape Planning for Energy Conservation Van Nostrand

Reinhold Co.

New York.

Smith, D.P. 1984.

Urban Ecology

. London: George Allen & UNWIN.

Sugiyono. 2007.

Statistik Non Parametrik untuk Penelitian

. Bandung: Alfabeta.

Suyanto, Bagong. 2007.

Metode Penelitian Sosial, berbagai Alternatif Pendekatan

(Sutinah, ed.)

.Jakarta:Kencana Prenada Media Group.

Tyrväinen, L. 1998.

The economic value of urban forest amenities: an application

of the contingent valuation method. Landscape and Urban Planning

43:105.

Yunus, Hadi Sabari. 2004.

Struktur Tata Ruang Kota

. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Zoer’aini, D.I. 2005.

Tantangan Lingkungan dan Lansekap Hutan Kota

. Jakarta:

Bumi Aksara.

Buku Panduan Penulisan Tesis Program Studi Magister Teknik Arsitektur Fakultas

Teknik USU.

Tugas Akhir/Tesis

Budiman, Ariev. 2010. Analisis Manfaat Ruang Terbuka Hijau Untuk Meningkatkan

Kualitas Ekosistem Kota Bogor Dengan Menggunakan Metode Gis

Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.


(2)

124

Fahlevi, Syam Rezza. 2013. Perancangan Ulang Kawasan Pemakaman Umum Tanah

Kusir, Jakarta Sebagai Salah Satu Bentuk Pemanfaatan Ruang Terbuka

Hijau Ramah Burung Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor.

Haryanti, Dini Tri. 2008.

Kajian Pola Pemanfaatan Ruang Terbuka Publik Kawasan

Bundaran Simpang Lima Semarang

. Tesis. Program Pascasarjana

Magister Teknik Pembangunan Wilayah Dan Kota Universitas Diponegoro,

Semarang.

Tarigan, Ronald Rezeki, 2008. Kajian Aspek Ekonomi pada Pengelolaan Tanah

Pemakaman Umum (Taman Pemakaman Umum) Kristen di Kota Medan,

Magister Teknik Arsitektur, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Utami, Ratri, 2011. Analisis Kebutuhan Taman Pemakaman

Umum Sebagai

Pendukung Ruang Terbuka Hijau Di Kota Medan, Sekolah Pasca Sarjana,

Universitas Sumatera Utara, Medan.

Peraturan

Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 26 Tahun 1989 tentang Pedoman

Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1987 tentang Penyediaan

dan Penggunaan Tanah untuk Keperluan Tempat Pemakaman Umum.

Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 21 Tahun 2013 tentang Ketentuan-Ketentuan

Pelayanan Pemakaman Umum dan Pengabuan Mayat.

Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 13 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Kota Medan Tahun 2011-2031..

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 tahun 2007, Tentang Penataan Ruang Terbuka

Hijau di Kawasan Perkotaan.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman

Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan.


(3)

125

Undang-Undang RI Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang, Jakarta:

Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2007 Nomor 4725, SesKab. RI.

Internet

www.forestlawn.com

www.wow.com/

Memorial

+

Park

+

Houston

http://www.aviewoncities.com/berlin/holocaustmemorial.htm

http://archinect.com/blog/article/22227911/awaji-yumebutai-tadao-ando

http://blog/kisuta.wordpress.com

http://www.sandiegohills.co.id

https://sites.google.com/site/tamanbandung/fun-facts/untuk-apa-rth

http://en.wikipedia.org/wiki/United_States_Department_of_Agriculture

Surat Kabar


(4)

Kuisioner : Pemanfaatan TPU sebagai RTH di Kota Medan

1

WAWANCARA DENGAN MASYARAKAT

KAJIAN PER“EP“I MA“YARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN TEMPAT PEMAKAMAN UMUM SEBAGAI RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA MEDAN

NAMA : ………

TEMPAT TGL LAHIR/UMUR : ………

ALAMAT : ………

AGAMA : ………

PENDIDIKAN TERAKHIR : SD/SMP/SMA/PT )*

PEKERJAAN : ………

LOKASI TPU )* : A. TPU MUSLIM SUTOMO UJUNG JL. SUTOMO, MEDAN TIMUR B. TPU MUSLIM KAYU BESAR JL. MH. THAMRIN, MEDAN KOTA C. TPU KRISTEN JL. ABDULLAH LUBIS, MEDAN BARU

A. Bagaimana tingkat KEPUASAN Anda terhadap beberapa fungsi yang terdapat di TEMPAT PEMAKAMAN UMUM di bawah ini :

(Jawaban : 1= Sangat Tidak Puas ; 2=Tidak Puas ; 3= Kurang Puas ; 4= Puas ; 5 = Sangat Puas )

No. Fungsi Ekologis 1 2 3 4 5

1 POHON-POHON sebagai pelindung terhadap panas 2 POHON-POHON sebagai pelindung terhadap udara kotor 3 POHON-POHON sebagai pelindung terhadap kebisingan 4 POHON-POHON sebagai penyerap air hujan

5 POHON-POHON sebagai tempat menghirup udara segar 6 POHON-POHON tempat berkumpulnya burung-burung

Fungsi Sosial

7 TPU menjadi tempat berinteraksi sosial masyarakat

8 TPU dapat mengingatkan pada kematian dan meningkatkan keimanan 9 TPU sebagai penambah pengetahuan terhadap jenis pepohonan dan lainnya 10 TPU di lengkapi sarana beribadah, rumah duka dan MCK

11 TPU di lengkapi sarana parkir, olahragadan bermain anak-anak

Fungsi Estetis

12 TPU memiliki pohon yang teratur dan dipandang indah berbunga. 13 TPU memiliki pohon yang bertajuk dan berbunga

14 TPU menata tata letak makam agar dapat menambah keindahan lingkungan 15 TPU perlu penambahan lampu-lampu dengan pencahayaan yang cukup

Fungsi Ekonomi

16 TPU dijadikan tujuan wisata dan lengkapi sarana tempat jajanan malam 17 TPU di lengkapi sarana berjualan pedagang kecil dan musiman


(5)

Kuisioner : Pemanfaatan TPU sebagai RTH di Kota Medan

2

B. Bagaimana tingkat KEPENTINGAN Anda terhadap fungsi yang terdapat di TEMPAT PEMAKAMAN UMUM

dibawah ini :

(Jawaban : 1=Sangat Tidak Penting ; 2=Tidak Penting ; 3= Kurang Penting; 4= Penting ; 5 = Sangat Penting)

No Fungsi Ekologis 1 2 3 4 5

1 POHON-POHON sebagai pelindung terhadap panas 2 POHON-POHON sebagai pelindung terhadap udara kotor 3 POHON-POHON sebagai pelindung terhadap kebisingan 4 POHON-POHON sebagai penyerap air hujan

5 POHON-POHON sebagai tempat menghirup udara segar 6 POHON-POHON tempat berkumpulnya burung-burung

Fungsi Sosial

7 TPU menjadi tempat berinteraksi sosial masyarakat

8 TPU dapat mengingatkan pada kematian dan meningkatkan keimanan 9 TPU sebagai penambah pengetahuan terhadap jenis pepohonan dan lainnya 10 TPU di lengkapi sarana beribadah, rumah duka dan MCK

11 TPU di lengkapi sarana parkir, olahragadan bermain anak-anak

Fungsi Estetis

12 TPU memiliki pohon yang teratur dan dipandang indah berbunga. 13 TPU memiliki pohon yang bertajuk dan berbunga

14 TPU menata tata letak makam agar dapat menambah keindahan lingkungan 15 TPU perlu penambahan lampu-lampu dengan pencahayaan yang cukup

Fungsi Ekonomi

16 TPU dijadikan tujuan wisata dan lengkapi sarana tempat jajanan malam 17 TPU di lengkapi sarana berjualan pedagang kecil dan musiman


(6)

Kuisioner : Pemanfaatan TPU sebagai RTH di Kota Medan

3

C.

Bagaimana pendapat Anda tentang penambahan beberapa FASILITAS pada TEMPAT PEMAKAMAN UMUM saat ini sehingga dapat berfungsi sebagai RUANG TERBUKA HIJAU.

(Jawaban : 1=Sangat Tidak Setuju ; 2=Tidak Setuju ; 3= Kurang Setuju ; 4= Setuju ; 5= Sangat Setuju)

No Fungsi Ekologis 1 2 3 4 5

1 POHON-POHON sebagai pelindung terhadap panas 2 POHON-POHON sebagai pelindung terhadap udara kotor 3 POHON-POHON sebagai pelindung terhadap kebisingan 4 POHON-POHON sebagai penyerap air hujan

5 POHON-POHON sebagai tempat menghirup udara segar 6 POHON-POHON tempat berkumpulnya burung-burung

Fungsi Sosial

7 TPU menjadi tempat berinteraksi sosial masyarakat

8 TPU dapat mengingatkan pada kematian dan meningkatkan keimanan 9 TPU sebagai penambah pengetahuan terhadap jenis pepohonan dan lainnya 10 TPU di lengkapi sarana beribadah, rumah duka dan MCK

11 TPU di lengkapi sarana parkir, olahragadan bermain anak-anak

Fungsi Estetis

12 TPU memiliki pohon yang teratur, teduh dan indah. 13 TPU memiliki pohon yang bertajuk dan berbunga

14 TPU menata tata letak makam agar dapat menambah keindahan lingkungan 15 TPU perlu penambahan lampu-lampu dengan pencahayaan yang cukup

Fungsi Ekonomi

16 TPU dijadikan tujuan wisata dan lengkapi sarana tempat jajanan malam 17 TPU di lengkapi sarana berjualan pedagang kecil dan musiman

Pertanyaan Terbuka :

Apakah menurut Anda keberadaan TPU ini masih layak dipertahankan ?

Jika : Ya, mengapa ………. Jika : Tidak, mengapa ………