PENINGKATAN KEMANDIRIAN BELAJAR DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) PADA MATERI FUNGSI DI KELAS VIII SMP NASRANI 1 MEDAN T.A 2014/2015.
PENINGKATAN KEMANDIRIAN BELAJAR DAN HASIL BELAJAR
SISWA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE
NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) PADA MATERI FUNGSI
DI KELAS VIII SMP NASRANI 1 MEDAN T.A 2014/2015
Oleh:
Puji Saulina Br. Silalahi
NIM. 4103111063
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Matematika
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2014
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala berkat dan kasih-Nya yang memberikan kemampuan dan kesempatan
kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Skripsi ini berjudul “Peningkatan Kemandirian Belajar dan Hasil
Belajar Siswa Melalui Model Cooperative Learning Tipe Numbered Head
Together (NHT) Pada Materi Fungsi di Kelas VIII SMP Nasrani 1 Medan
T.A 2014/2015”, disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri
Medan.
Selama proses penyelesaian skripsi ini banyak kendala yang dihadapi
penulis, namun semua itu dapat diatasi karena bantuan tulus dari berbagai pihak.
Pada kesempatan ini dengan rendah hati dan tulus penulis mengucapkan
terimakasih sebesar-besarnya kepada bapak Drs. Togi, M.Pd selaku Dosen
Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktu dalam membimbing serta
memberikan masukan kepada penulis sejak awal sampai dengan selesainya
penulisan skripsi ini. Ucapan terimakasih juga penulis ucapkan kepada Bapak
Drs.Yasifati Hia, M.Si, Bapak Dr. M.Manullang, M.Pd, dan Bapak Prof. Dr.
P.Siagian, M.Pd sebagai dosen penguji yang telah memberikan masukan berupa
kritik dan saran yang sangat bermanfaat mulai dari rencana penelitian sampai
selesainya penyusunan skripsi ini.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Drs.
Dian Armanto, M.Pd., MA., M.Sc., Ph.D sebagai dosen pembimbing akademik.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si
selaku rektor Universitas Negeri Medan beserta para staf pegawai di rektorat,
Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc., Ph.D. selaku dekan Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan beserta para staf pegawai di
fakultas, Bapak Drs. Syafari, M.Pd. selaku ketua Jurusan Matematika, Bapak Drs.
Zul Amry, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika, Bapak Drs.
Yasifati Hia, M.Si. sebagai Sekretaris Jurusan Matematika beserta seluruh Bapak
v
dan Ibu dosen serta staf pegawai Jurusan Matematika khususnya kepada Ibu Sri
Lestari Manurung, M.Pd. dan Bapak KMS Amin Fauzi, M.Pd yang telah
membantu penulis. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Mariun
Malau, S.Pd. selaku Kepala SMP Nasrani 1 Medan, Ibu N.Pakpahan, S.Pd. selaku
guru Matematika SMP Nasrani 1 Medan, serta guru-guru yang telah banyak
membantu dalam penelitian ini.
Teristimewa penulis ucapkan terima kasih kepada Ayahanda tersayang
P.Silalahi, Ibunda tercinta H.Hutabarat, yang selalu memberikan limpahan kasih
sayang, doa, semangat, dan pengorbanan yang tak ternilai harganya. Terima kasih
kepada kakak tersayang Palen Ovtiana dan adik-adik tersayang, Patar Suwito dan
Victor Parulian, juga kak Elviani, abang sepupu Ir. Gumpar Tobing, kakak sepupu
Tince Sinaga, Ibu R.Purba serta seluruh keluarga besar yang sudah berdoa dan
senantiasa membantu serta memberikan dukungan semangat kepada penulis
dalam menyelesaikan studi di UNIMED.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada sahabat dikala suka
dan duka “Keluarga Tung” (Zita, Priska, Siska, Santika , Ria, Rista, Vera, Nanda,
Renata dan Dwi), teman seperjuangan bimbingan skripsi (Putri) dan teman-teman
selama perkuliahan terkhusus kelas Reguler Dik C’10 yang telah banyak
membantu, memberikan semangat dan motivasi kepada penulis, dan kepada
teman-teman seperjuangan PPLT SMA Swasta Pembangunan Galang (khususnya
Inri, Neva, dan Nindya). Terima kasih juga disampaikan kepada sahabat lama
penulis yaitu Kristina Sitorus, dan teman SMA yang telah membantu mencari
buku referensi skripsi penulis (Tohom), teman-teman SMAN 5 Medan (khususnya
Fany, Rico, Radot, Angga), adik Lando yang membantu menterjemahkan jurnal
bahasa Inggris dan Ibu R.Hutapea yang turut membantu dalam penyusunan skripsi
penulis. Terima kasih juga tak lupa penulis sampaikan kepada kak Imas Siti
Liawati, kak Putri Rahayu, kak Ira, kak Desi, dan Kak Maya yang telah berbaik
hati membantu memberikan referensi contoh skripsi.
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyelesaikan skripsi
ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan dan kekurangan baik dari
segi isi maupun tata bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik
vi
yang sifatnya membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini sehingga
dapat bermanfaat dalam memperkaya ilmu pendidikan.
Medan,
Penulis
September 2014
Puji Saulina Br. Silalahi
NIM. 4103111063
iii
PENINGKATAN KEMANDIRIAN BELAJAR DAN HASIL BELAJAR
SISWA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE
NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) PADA MATERI FUNGSI
DI KELAS VIII SMP NASRANI 1 MEDAN T.A 2014/2015
Puji Saulina Br. Silalahi (4103111063)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan model
Cooperative Learning tipe Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan
kemandirian belajar dan hasil belajar siswa pada materi Fungsi di kelas VIII SMP
Nasrani 1 Medan T.A 2014/2015.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action
research). Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII-1 SMP Nasrani 1
Medan yang berjumlah 22 orang dan objek penelitian ini adalah pembelajaran
model Cooperative Learning tipe Numbered Head Together (NHT) untuk
meningkatkan kemandirian belajar dan hasil belajar siswa pada materi Fungsi
SMP Nasrani 1 Medan Tahun Ajaran 2014/2015. Instrumen penelitian ini adalah
angket, lembar observasi dan tes. Angket digunakan untuk melihat peningkatan
kemandirian belajar siswa. Sedangkan tes digunakan untuk melihat peningkatan
hasil belajar siswa.
Penelitian ini terdiri dari 2 siklus dan di akhir setiap siklus diberikan
angket kemandirian belajar siswa dan tes hasil belajar. Berdasarkan hasil angket,
kemandirian belajar siswa mengalami peningkatan. Peningkatan rata-rata aspek
kemandirian siswa mengalami peningkatan sebesar 17,90% dari 60,67% menjadi
78,57%. Peningkatan yang terjadi dari siklus I ke siklus II pada masing–masing
aspek kemandirian adalah sebagai berikut: (1) Aspek Inisiatif belajar mengalami
peningkatan sebesar 20,07% dari 59,09% menjadi 79,16%, (2) Aspek
Mendiagnosa kebutuhan belajar mengalami peningkatan sebesar 10,23% dari
69,88% menjadi 80,11%, (3) Aspek Menetapkan target dan tujuan belajar
mengalami peningkatan sebesar 11,93% dari 69,32% menjadi 81,25%, (4) Aspek
Memonitor, mengatur dan mengontrol mengalami peningkatan sebesar 12,12%
dari 65,53% menjadi 77,65%, (5) Aspek Memandang kesulitan menjadi tantangan
mengalami peningkatan sebesar 18,56% dari 59,09% menjadi 77,65%, (6) Aspek
Memanfaatkan dan mencari sumber yang relevan mengalami peningkatan sebesar
17,8% dari 60,23% menjadi 78,03%, (7) Aspek Memilih dan menerapkan strategi
belajar mengalami peningkatan sebesar 31,06% dari 48,48% menjadi 79,54%, (8)
Aspek Mengevaluasi proses dan hasil belajar mengalami peningkatan sebesar
17,42% dari 62,5% menjadi 79,92%, dan (9) Aspek Self efficacy (konsep diri)
mengalami peningkatan sebesar 21,97% dari 51,89% menjadi 73,86%. Sedangkan
rata-rata hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan dari 2,52 menjadi 2,98.
Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan
model pembelajaran Cooperative Learning tipe Numbered Head Together (NHT)
dapat meningkatkan kemandirian belajar dan hasil belajar siswa.
vii
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan
i
Riwayat Hidup
ii
Abstrak
iii
Kata Pengantar
iv
Daftar Isi
vii
Daftar Gambar
x
Daftar Tabel
xi
Daftar Lampiran
xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
1
1.2. Identifikasi Masalah
9
1.3. Batasan Masalah
9
1.4. Rumusan Masalah
10
1.5. Tujuan Penelitian
10
1.6. Manfaat Penelitian
10
BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1. Kerangka Teoritis
12
2.1.1. Pendidikan Karakter
12
2.1.2. Kemandirian Belajar
14
2.1.2.1 Pengertian Kemandirian Belajar
14
2.1.2.2 Kemandirian Belajar Dalam Pembelajaran Matematika
18
2.1.3. Hasil Belajar
20
2.1.4 Model Pembelajaran
21
2.1.5 Model Pembelajaran Cooperative Learning
22
2.1.6 Cooperative Learning Bermuatan Pendidikan Karakter
25
viii
2.1.6.1 Prosedur Penggunaan Strategi Cooperative Learning
2.1.7
Bermuatan Karakter ke dalam Pembelajaran
26
Cooperative Learning Tipe Numbered Heads Together
27
2.1.7.1 Numbered Heads Together (NHT) Bermuatan Karakter
Kemandirian
34
2.1.7.2 Prosedur Penggunaan NHT Bermuatan
2.1.8
Karakter Kemandirian
34
Materi Fungsi
34
2.1.8.1. Relasi
34
2.1.8.2. Fungsi
36
2.1.8.3. Korespondensi Satu-satu
37
2.1.8.4. Rumus Suatu Fungsi
37
2.1.8.5. Grafik Fungsi
38
2.1.8.6. Nilai Fungsi
39
2.1.8.7. Penerapan Relasi dan Fungsi
41
2.2. Penelitian Yang Relevan
43
2.3. Kerangka Konseptual
43
2.4. Hipotesis Tindakan
45
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
46
3.2. Subjek dan Objek Penelitian
46
3.2.1. Subjek Penelitian
46
3.2.2. Objek Penelitian
46
3.3. Jenis Penelitian
46
3.4. Prosedur Penelitian
47
3.5. Alat Pengumpulan Data
57
3.6. Teknik Analisis Data
60
3.6.1 Reduksi Data
60
3.6.2 Paparan Data
64
3.6.3 Penyimpulan Data
64
ix
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Siklus I
67
4.1.1 Permasalahan I
67
4.1.2 Tahap Perencanaan Tindakan I (Alternatif Pemecahan I)
68
4.1.3 Pelaksanaan Tindakan I
68
4.1.4 Observasi I
76
4.1.5 Analisis Data Hasil Penelitian Siklus I
77
4.1.6 Refleksi I
81
4.2 Siklus II
84
4.2.1 Permasalahan II
84
4.2.2 Tahap Perencanaan Tindakan II (Alternatif Pemecahan II)
84
4.2.3 Pelaksanaan Tindakan II
85
4.2.4 Observasi II
92
4.2.5 Analisis Data Hasil Penelitian Siklus II
93
4.2.6 Refleksi II
97
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian
97
4.4 Keterbatasan Penelitian
101
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
103
5.2 Saran
104
DAFTAR PUSTAKA
105
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Tahapan-Tahapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered
Head Together
29
Tabel 2.2. Indikator Karakter Kemandirian dalam
Pembelajaran Matematika
33
Tabel 2.3. Tahapan-tahapan Pembelajaran Kooperatif tipe NHT
Bermuatan Karakter Kemandirian
34
Tabel 2.4 Tabel Fungsi f : x → 2x + 1
Tabel 3.1 Daftar Nama Validator
58
Tabel 3.1. Pedoman Penskoran Angket Kemandirian Belajar Siswa
59
Tabel 3.2. Kisi – Kisi Angket Kemandirian Belajar Matematika Siswa
60
Tabel 3.3. Kriteria Rata-Rata Penilaian Observasi
61
Tabel 3.4. Tingkat Penguasaan Siswa
61
Tabel 3.5 Konversi Penilaian dalam Predikat
61
Tabel 3.6 Kategori Penguasaan Siswa
63
Tabel 3.7 Kategori Penilaian Angket
64
Tabel 4.1 Tingkat Ketuntasan Siswa pada Tes Awal
67
Tabel 4.2 Hasil Angket Kemandirian Belajar Tiap Siswa pada Siklus I
78
38
Tabel 4.3 Deskripsi Hasil Angket Kemandirian Belajar
Siswa Pada Siklus I
78
Tabel 4.4 Tingkat Kemampuan Penguasaan Siswa pada Siklus I
79
Tabel 4.5 Tingkat Ketuntasan Tes Siklus I
79
Tabel 4.6
Hasil Analisis Lembar Angket Kemandirian Belajar
Siswa Menggunakan Model Kooperatif Ttipe NHT
pada Siklus II
93
Tabel 4.7 Deskripsi Hasil Angket Kemandirian Belajar Siswa
Pada Siklus II
94
Tabel 4.8 Tingkat Kemampuan Penguasaan Siswa pada Siklus II
94
Tabel 4.9 Tingkat Ketuntasan Tes Siklus II
95
Tabel 4.10 Persentase Peningkatan Kemandirian Belajar Siswa
96
xii
Tabel 4.11 Nilai Rata-rata Tes Hasil Belajar Siswa Siklus I dan II
96
Tabel 4.12 Ketuntasan Belajar Siswa Berdasarkan Tes Hasil
Belajar Siklus I dan II
96
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1Siklus Kemandirian Belajar
17
Gambar 2.2 Diagram Relasi “menyukai” dari Himpunan A ke B
35
Gambar 2.3 Diagram Panah relasi “menyukai”
35
Gambar 2.4 Diagram Cartesius relasi “menyukai”
36
Gambar 2.5 Diagram Panah Contoh 2
37
Gambar 2.6 Diagram Panah relasi “beribukota”
37
Gambar 2.7 Grafik fungsi f : x → 2x + 1
38
Gmbar 2.8 Diagram panah contoh 5
42
Gambar 3.1Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
57
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 Siklus I
108
Lampiran 2
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 Siklus I
112
Lampiran 3
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 Siklus II
116
Lampiran 4
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 Siklus II
120
Lampiran 5
Lembar Aktivitas Siswa I
124
Lampiran 6
Lembar Aktivitas Siswa II
127
Lampiran 7
Lembar Aktivitas Siswa III
131
Lampiran 8
Lembar Aktivitas Siswa IV
134
Lampiran 9
Kisi-kisi Tes Diagnostik
137
Lampiran 10 Tes Diagnostik
138
Lampiran 11 Alternatif Penyelesaian Tes Diagnostik
140
Lampiran 12 Pedoman Penskoran Tes Diagnostik
144
Lampiran 13 Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran
148
Lampiran 14 Hasil Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I
156
Lampiran 15 Hasil Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II
157
Lampiran 16 Kisi-Kisi Angket Kemandirian Belajar Siswa
158
Lampiran 17 Lembar Angket Kemandirian Belajar Siswa
159
Lampiran 18 Lembar Validasi Angket Kemandirian Belajar Siswa
161
Lampiran 19 Deskripsi Hasil Angket Kemandirian Belajar Siswa
Pada Siklus I dan II
164
Lampiran 20 Hasil Angket Kemandirian Belajar Setiap Siswa (Siklus I)
165
Lampiran 21 Hasil Angket Kemandirian Belajar Setiap Siswa (Siklus II)
166
Lampiran 22 Analisis Perhitungan Persentase Lembar Angket
Tiap Indikator Kemandirian Siswa Siklus I
167
Lampiran 23 Analisis Perhitungan Persentase Lembar Angket
Tiap Indikator Kemandirian Siswa Siklus II
171
Lampiran 24 Kisi-kisi Tes Hasil Belajar I
175
Lampiran 25 Tes Hasil Belajar I
176
xiv
Lampiran 26 Lembar Validasi Tes Hasil Belajar I
177
Lampiran 27 Alternatif Penyelesaian Tes Hasil Belajar I
180
Lampiran 28 Pedoman Penskoran Tes Hasil Belajar I
181
Lampiran 29 Kisi-kisi Tes Hasil Belajar II
183
Lampiran 30 Tes Hasil Belajar II
184
Lampiran 31 Lembar Validitas Tes Hasil Belajar II
185
Lampiran 32 Alternatif Penyelesaian Tes Hasil Belajar II
191
Lampiran 33 Pedoman Penskoran Tes Hasil Belajar II
193
Lampiran 34 Deskripsi Tingkat Penguasaan Siswa Siklus I
195
Lampiran 35 Deskripsi Tingkat Penguasaan Siswa Siklus II
196
Lampiran 36 Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I
197
Lampiran 37 Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II
198
Lampiran 38 Daftar Nama Siswa Kelas VIII-A SMP Nasrani 1 Medan
Lampiran 39
T.A 2014/2015
199
Pembagian Kelompok Belajar Siswa
200
Lampiran 40 Kutipan Hasil Wawancara
201
Lampiran 41
207
Dokumentasi Penelitian
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha yang ditempuh oleh manusia dalam rangka
memperoleh ilmu yang kemudian dijadikan sebagai dasar untuk bersikap dan
berperilaku. Dengan kata lain, pendidikan merupakan salah satu proses
pembentukan karakter manusia. Pendidikan bisa juga dikatakan sebagai proses
pemanusiaan manusia. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 263)
disebutkan bahwa “Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui
upaya pengajaran dan pelatihan.” Sedangkan menurut Muhibbin Syah (2005: 10)
“Pendidikan tidak hanya menambah pengetahuan, tetapi juga dapat menambah
pemahaman dan mengubah cara tingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan tiap
individu.” Melalui pendidikan, manusia dituntut untuk dapat menumbuhkembangkan segala potensi yang ada dalam diri guna mencapai kesejahteraan
hidup sebagaimana yang didambakannya.
Pada Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun
2003, disebutkan bahwa pendidikan adalah upaya terencana dalam proses
pembinaan dan pembelajaran bagi individu agar tumbuh berkembang menjadi
manusia yang mandiri, bertanggung jawab, kreatif, berilmu, sehat dan berakhlak
(berkarakter) mulia (dalam Suyadi, 2013:20). Pendidikan diharapkan dapat
mencetak manusia menjadi lebih baik dan bermartabat antara lain melalui
program pendidikan yang bermutu yang dicerminkan melalui proses pembelajaran
di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal yang dipengaruhi oleh beberapa
hal yaitu: siswa, kurikulum, tenaga kependidikan, biaya, sarana dan prasarana
serta faktor lingkungan.
Berdasarkan pernyataan di atas, sangatlah penting meningkatkan karakter
siswa sebagai penerus bangsa. Pendidikan karakter haruslah mendapat dukungan
dari setiap elemen yang ada di sekolah seperti kepala sekolah, guru, dan siswa itu
sendiri terutama pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Dalam kegiatan
1
2
belajar perubahan akan terjadi pada siswa berupa pengetahuan, keterampilan dan
tingkah laku. Meyer (dalam Pribadi, 2009) mengemukakan pengertian belajar
sebagai
“…perubahan relative permanen dalam pengetahuan dan perilaku
seseorang yang diakibatkan oleh pengalaman.” Pengalaman yang sengaja
didesain untuk meningkatkan keterampilan, pengetahuan dan sikap
seseorang akan menyebabkan berlangsungnya proses belajar. Pada proses
belajarlah karakter seseorang akan terbentuk”.
Adapun karakter yang dapat dibentuk pada proses belajar di sekolah
adalah religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokrasi,
rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,
bersahabat/ komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan,peduli
sosial, dan tanggung jawab. (Sulistyowati, 2012:72).
Pendidikan formal adalah bentuk penyelenggaraan pendidikan yang
dilakukan di sekolah secara berjenjang dan berkesinambungan. Sekolah
mempunyai peranan penting untuk dapat mencapai tujuan pendidikan nasional
yang telah ditetapkan dalam UUD 1945 dan juga UU SISDIKNAS. Sekolah
bertanggungjawab penuh untuk dapat mencetak lulusan yang memiliki kualitas
yang handal yang diwujudkan dengan pencapaian prestasi yang tinggi.
Pencapaian prestasi yang tinggi dipengaruhi oleh banyak faktor.
Sebagaimana diungkapkan oleh Slameto (2003: 54), faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi
dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah
faktor yang ada di dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor
ekstern adalah faktor yang ada di luar individu.
Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam kutipan Slameto di atas bahwa
prestasi belajar siswa dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor dari dalam
individu siswa dan faktor dari luar individu siswa. Faktor dari dalam individu
siswa meliputi faktor psikologis antara lain kemandirian belajar, minat,
kecerdasan, bakat, motivasi, kedisiplinan belajar, dan lain-lain. Sedangkan faktor
dari luar individu siswa misalnya meliputi lingkungan alam dan lingkungan sosial
serta instrument yang berupa kurikulum, program, sarana, fasilitas dan juga guru.
3
(Slameto, 2003: 54). Salah satu faktor intern yang mempengaruhi prestasi belajar
adalah kemandirian belajar.
Menurut Good (dalam Slameto, 2003) kemandirian belajar adalah belajar
yang dilakukan dengan sedikit atau sama sekali tanpa bantuan dari pihak luar.
Sedangkan menurut Shirley Gould yang dikutip oleh Suharsimi Arikunto
(1995:108) “independence is freedom from dependence and as exemption from
realiance on, or control by, others”. Mandiri diartikan sebagai suatu keadaan
yang bebas dari ketergantungan kepada orang lain atau dapat memenuhi
kebutuhannya sendiri. Kemandirian berarti kondisi dimana seseorang dapat
memenuhi kebutuhannya sendiri dan bebas dari ketergantungan dari orang lain.
Sehingga belajar mandiri bukan berarti belajar sendiri, melainkan suatu prinsip
belajar yang bertumpu pada kegiatan dan tanggung jawab siswa sendiri bukan
suruhan atau anjuran orang lain.
Kemandirian siswa dalam belajar mempengaruhi keberhasilan siswa.
Sebagaimana Holstein (1986:189) menyatakan bahwa: “Kemandirian itu adalah
unsur penting dalam setiap belajar dan jelas dapat memperbaiki mutu, karena
menyangkut inisiatif siswa”. Kemandirian dalam belajar merupakan faktor
internal guna mencapai hasil belajar yang memuaskan. Hal ini dapat dimengerti
karena kegiatan belajar merupakan tanggung jawab sendiri. Sejauh ada motivasi
diri yang mendorong kegiatan belajar dengan demikian siswa akan dapat
mencapai keberhasilan dari belajarnya.
Kemandirian siswa dalam pembelajaran di sekolah sangat diperlukan
termasuk pada pembelajaran matematika. Mengingat matematika merupakan
salah satu mata pelajaran yang diajarkan dari jenjang pendidikan dasar,
menengah, dan pendidikan tinggi, ini berarti matematika memegang peranan
penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia . Sesuai
dengan tujuan pembelajaran matematika di jenjang pendidikan dasar dan
pendidikan menengah adalah untuk mempersiapkan siswa agar dapat menghadapi
perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang
melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran logis, rasional, kritis, cermat, jujur,
efisien dan efektif. (Puskur: 2002).
4
Kemandirian dirasa perlu dikembangkan pada individu yang belajar
matematika berkaitan dengan hakekat matematika diantaranya sebagai ilmu yang
terstruktur dan sistematis, sebagai ilmu bantu dalam ilmu lain/kehidupan seharihari, dan sebagai alat untuk mengembangkan kemampuan berfikir kritis, serta
sikap yang terbuka dan obyektif. Sehingga pembelajaran matematika diarahkan
untuk mengembangkan (1)kemampuan berfikir matematis yang meliputi:
pemahaman, pemecahan masalah, penalaran, komunikasi, dan koneksi matematis;
(2)kemampuan berfikir kritis, serta sikap yang terbuka dan obyektif, serta
(3)disposisi matematis atau kebiasaan, dan sikap belajar berkualitas yang tinggi.
Kebiasaan
dan
sikap belajar yang dimaksud antara lain terlukis pada
karakteristik kemandirian belajar yaitu: (1)Menganalisis kebutuhan belajar
matematika, merumuskan tujuan, dan merancang program belajar; (2) Memilih
dan menerapkan strategi belajar; (3) Memantau dan mengevaluasi diri apakah
strategi telah dilaksanakan dengan benar, memeriksa hasil (proses dan produk),
serta merefleksi untuk memperoleh umpan balik.
Kegiatan pembelajaran matematika dilakukan dengan mengaitkan antara
pengembangan diri dengan proses pembelajaran di kelas melalui pengalamanpengalaman belajar yang inovatif, menantang dan menyenangkan. Pembelajaran
yang berdasarkan pengalaman belajar yang menyenangkan dan mengesankan ialah
pembelajaran yang efektif, bermakna dan bisa mengaktifkan siswa.
Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan
kesempatan kepada siswa untuk belajar mandiri, sehingga dengan melakukan
aktivitas belajarnya siswa mampu memperoleh pengetahuan dari pemahaman
sendiri. Pembelajaran hendaknya mendorong dan menjadikan siswa bersikap
peka, kritis, mandiri, kreatif, dan bertanggung jawab (Sudjatmiko dkk, 2003: 11).
Menurut Dhesiana (2009) konsep belajar mandiri sebenarnya berakar dari
konsep pendidikan dewasa. Belajar mandiri juga cocok untuk semua tingkatan
usia. Dengan kata lain, belajar mandiri sesuai untuk semua jenjang sekolah
baik untuk sekolah menengah maupun sekolah dasar dalam rangka meningkatkan
prestasi siswa.
5
Pengembangan pembelajaran matematika yang memungkinkan siswa
untuk dapat bertukar pendapat, belajar dan bekerja sama dalam sebuah kelompok
diperlukan untuk dapat lebih mengembangkan kemampuan berpikirnya. Siswa
juga harus mempunyai kemandirian dalam belajar sehingga pembelajaran
berlangsung efektif. Kemandirian belajar penting dimiliki oleh siswa, karena
siswa yang mandiri dalam belajar akan membawa perubahan dalam sikap belajar
mereka. Siswa yang mempunyai kemandirian dalam belajar mampu menganalisis
permasalahan yang kompleks, mampu bekerja secara individual maupun bekerja
sama dalam sebuah kelompok, berani mengemukakan gagasan, beragumentasi,
membela pendiriannya dan mampu mengkritik gagasan orang lain secara
konstruktif.
Menurut Utari Sumarmo (2006: 5) dengan kemandirian, siswa cenderung
belajar lebih baik, mampu memantau, mengevaluasi, dan mengatur belajarnya
secara efektif, menghemat waktu secara efisien, akan mampu mengarahkan dan
mengendalikan diri sendiri dalam berfikir dan bertindak, serta tidak merasa
bergantung pada orang lain secara emosional. Sedangkan siswa yang tidak
memiliki kemandirian dalam belajar akan mengalami kesulitan dalam belajar,
tidak mempunyai dorongan untuk berprestasi sebaik mungkin sehingga tujuan
dari pembelajaran tidak dapat tercapai dengan baik.
Dalam kenyataannya, masih banyak siswa lemah dalam pelajaran
matematika. Ini dapat dilihat dari pencapaian nilai rata-rata hasil belajar tes awal
dilakukan peneliti tanggal 12 Mei 2014 pada materi Fungsi di kelas VIII-1 SMP
Nasrani 1 Medan Tahun Ajaran 2013/2014 adalah 56 dengan standar deviasi 17,2
dan persentase ketuntasan klasikal yang diperoleh 40% dimana nilai KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimum) untuk mata pelajaran Matematika adalah 65. Hal
ini menunjukkan bahwa data yang diperoleh homogen (seragam) artinya nilai
siswa di kelas tersebut hampir sama yaitu di bawah nilai KKM atau dengan kata
lain kemampuan siswa kelas VIII-1 rata-rata masih rendah.
Masalah yang dihadapi siswa yang peneliti temukan dari tes diagnostik
yang berikan pada siswa kelas VIII-1 SMP diantaranya siswa masih kesulitan
dalam mengerjakan soal-soal uraian mengenai materi Fungsi seperti sulit
6
menjelaskan defenisi fungsi, menentukan notasi fungsi, menghitung nilai fungsi
dan menentukan bentuk fungsi jika nilai dan data fungsi diketahui, selain itu
kebanyakan siswa sulit menentukan banyaknya pemetaan yang mungkin dari dua
himpunan dikarenakan tidak memahami rumus yang digunakan.
Banyaknya siswa yang lemah dalam pelajaran matematika di kelas VIII-1
SMP Nasrani 1 Medan pada Tahun Ajaran 2013/2014 sangat memprihatinkan.
Menurut Trianto (2009: 5) menyatakan bahwa masalah utama dalam pembelajaran
pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap
peserta didik. Hal ini tampak dari rerata hasil belajar peserta didik yang senantiasa
masih sangat memprihatinkan. Prestasi ini tentunya merupakan hasil kondisi
pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah
dimensi peserta didik itu sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya belajar itu. Dalam
arti, bahwa proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan dominasi
guru. Dengan demikian tidak ada timbal balik antara guru dan siswa dalam
pembelajaran yang terjadi. Pembelajaran seperti ini tidak memberikan akses bagi
peserta didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dan proses
berpikirnya.
Pembelajaran dimana siswa hanya duduk tenang dan mendengarkan
informasi dari guru sepertinya sudah membudaya sejak dulu, sehingga untuk
mengadakan perubahan ke arah pembelajaran yang aktif, kreatif, dan
menyenangkan memang agak sulit. Dari hasil observasi awal dan wawancara
dengan salah satu guru matematika SMP Nasrani 1 Medan (Ibu Nurmala
Pakpahan) bahwa pada saat pembelajaran berlangsung sebagian siswa tidak
memperhatikan penjelasan guru, siswa tidak memiliki inisiatif maju ke depan kelas
mengerjakan soal tanpa ditunjuk terlebih dahulu oleh guru. Kemudian, jika ada
seorang siswa kurang tepat dalam mengerjakan soal di depan kelas, siswa lain
tidak berani menyampaikan tanggapan atau ide yang berbeda dan hanya
menunggu guru menjelaskan jawaban yang tepat. Selain itu, siswa juga belum
dapat memanfaatkan sarana pembelajaran dan sumber belajar seperti buku
pelajaran dan lembar kerja siswa secara maksimal. Siswa tidak berusaha
mempelajari materi dari sumber lain selain penjelasan guru. Jika guru tidak
7
meminta siswa untuk membuka dan membaca sumber belajar seperti buku dan
LKS, siswa tidak memiliki inisiatif untuk membaca dan mempelajarinya.
Dalam hal mengerjakan PR atau tugas yang diberikan oleh guru, sebagian
siswa tidak mengerjakan sendiri terlebih dahulu di rumah tetapi hanya meniru
pekerjaan teman sesampainya di sekolah. Hal tersebut menunjukkan karakter
siswa yang kurang mandiri dimana tanggung jawab siswa serta rasa percaya diri
dalam mengerjakan tugas mata pelajaran matematika kurang optimal, padahal
kemandirian dalam belajar adalah suatu aktivitas belajar yang berlangsungnya
lebih didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri dan tanggung jawab sendiri
dari pembelajar. Akibatnya jika guru memberikan soal yang berbeda dengan
contoh yang telah diajarkan guru sebelumnya, siswa merasa kesulitan. Kenyataan
tersebut menunjukkan bahwa kemandirian belajar matematika siswa di SMP
Nasrani 1 Medan khususnya kelas VIII-1 masih rendah.
Rendahnya kemandirian belajar siswa ini berdampak pada hasil belajar
siswa. Terdapat hubungan positip antara kemandirian belajar dengan hasil belajar
siswa. Semakin tinggi kemandirian belajar seseorang peserta ajar, maka akan
memungkinkannya untuk mencapai hasil belajar yang tinggi (Tahar,2006). Hal
ini dapat terlihat dari tes awal yang peneliti berikan kepada siswa kelas VIII SMP
Nasrani 1 Medan pada materi Fungsi, hanya 10 orang siswa dari 25 orang siswa
yang mencapai nilai ketuntasan belajar.
Dari permasalahan di atas, perlu diterapkan suatu model pembelajaran
matematika yang diharapkan dapat meningkatkan kemandirian belajar dan hasil
belajar siswa. Salah satunya model pembelajaran yang telah berkembang adalah
model pembelajaran berkelompok atau pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran
kooperatif merujuk
pada
berbagai
macam
metode
pengajaran dimana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling
membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam
pelaksanaannya pembelajaran kooperatif dapat merubah peran guru dari peran
terpusat pada guru ke peran pengelola aktivitas kelompok kecil atau terpusat pada
siswa itu sendiri. Sehingga dengan demikian peran guru yang selama ini monoton
8
akan berkurang dan siswa akan semakin terlatih untuk menyelesaikan berbagai
permasalahan, bahkan permasalahan yang dianggap sulit sekalipun.
Salah satu alternatif pembelajaran Cooperative Learning yang dapat
meningkatkan kemandirian belajar dan hasil belajar siswa adalah pembelajaran
Cooperative tipe NHT (Numbered Head Together) yang dikembangkan oleh
Spencer Kagan. Hal ini didukung dari penelitian sejenis yang dilakukan oleh Liawati
(2009) dan Anniy Susilowatiy (2011) yang menyimpulkan peningkatan
kemandirian belajar matematika dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT).
Pembelajaran kooperatif pendekatan struktural NHT dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi peserta didik dan memiliki tujuan untuk
meningkatkan penguasaan akademik setiap peserta didik. Peserta didik
ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 3-5 orang yang merupakan
campuran menurut tingkat akademis, jenis kelamin, suku, agama, dan sebagainya
(Ibrahim, 2000). Kemudian, masing-masing peserta didik dalam setiap tim diberi
nomor urut sebagai identitas di dalam timnya. Sehingga nantinya guru dapat
memanggil salah satu nomor dan siswa yang memiliki nomor tersebut secara
mandiri dan bertanggung jawab untuk menyampaikan hasil diskusi kelompoknya.
Pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah suatu model pembelajaran yang
lebih memungkinkan siswa untuk lebih aktif dan bertanggung jawab penuh dalam
memahami materi pelajaran baik secara berkelompok maupun individual. Dalam
pembelajaran kooperatif tipe NHT, semua siswa dianggap sama. Guru tidak lagi
mendominasi proses pembelajaran dan hanya bertindak sebagai fasilitator.
Selama pembelajaran siswa dilibatkan secara langsung sehingga masing- masing
siswa memperoleh pengetahuan dan pengalaman belajarnya. Dalam proses
pembelajaran kooperatif tipe NHT, siswa aktif bekerja dalam kelompok dan
bertanggungjawab penuh terhadap soal yang diberikan.
Model pembelajaran NHT diharapkan dapat meningkatkan kemandirian
belajar siswa, karena dengan teknik ini siswa dapat belajar melaksanakan tanggung
jawab pribadinya dalam saling keterkaitan dengan rekan-rekan kelompoknya
mengingat kemandirian tidak berarti harus terlepas sama sekali dengan pihak lain.
9
Selain itu NHT memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan
prestasi belajar siswa seperti hasil penelitiannya yang dikemukakan Haydon,
Maheady, dan Hunter (dalam Pratiwi,2012). Selain itu
hasil penelitian Asih
Munifah (2011) yang mendapat hasil penelitian keefektifan model NHT terhadap
hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMPN 4 Semarang.
Berdasarkan dari latar belakang di atas, peneliti merasa penting untuk
melakukan
penelitian dengan judul “Peningkatan Kemandirian Belajar
dan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Cooperative Learning Tipe Numbered
Heads Together (NHT) di Kelas VIII SMP Nasrani 1 Medan T.A 2014/2015 ”.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi masalah
pada penelitian ini adalah
1. Kurangnya inisiatif, kepercayaan diri dan tanggung jawab siswa yang
berkaitan atau berhubungan dengan karakter mandiri siswa dalam
pembelajaran matematika.
2. Kemandirian belajar siswa dalam pembelajaran matematika masih rendah.
3. Siswa belum memanfaatkan sarana pembelajaran dan sumber belajar
secara optimal.
4. Rendahnya hasil belajar siswa kelas VIII SMP Nasrani 1 Medan.
5. Kegiatan pembelajaran di kelas VIII SMP Nasrani 1 Medan masih
berpusat pada guru (teacher centered).
6. Siswa banyak yang bersikap pasif selama pembelajaran berlangsung.
1.3. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka penelitian ini
dibatasi pada peningkatan kemandirian belajar dan hasil belajar siswa melalui
model pembelajaran Cooperative Learning tipe Numbered Heads Together (NHT)
pada materi Fungsi di kelas VIII SMP Nasrani 1 Medan T.A 2014/2015.
10
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka yang menjadi fokus
permasalahan penelitian ini, yaitu :
1. Apakah penerapan model Cooperative Learning tipe Numbered Head
Together (NHT) dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa pada
materi Fungsi di Kelas VIII SMP Nasrani 1 Medan?
2. Apakah penerapan model Cooperative Learning tipe Numbered Head
Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi
Fungsi di Kelas VIII SMP Nasrani 1 Medan?
1.5. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab semua
permasalahan pokok penelitian, yaitu :
1. Untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran Cooperative
Learning tipe Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan
kemandirian belajar siswa pada materi Fungsi di Kelas VIII SMP
Nasrani 1 Medan.
2. Untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran Cooperative
Learning tipe Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan
hasil belajar siswa pada materi Fungsi di Kelas VIII SMP Nasrani 1
Medan.
1.6. Manfaat Penelitian
Dengan diterapkannya tujuan penelitian ini, dapat diharapkan manfaatnya
sebagai berikut :
1.
Bagi Siswa
a. Membantu siswa dalam meningkatkan keaktifan belajar
b. Membantu dan melatih siswa agar membiasakan diri untuk belajar
mandiri
11
2.
Bagi Guru
a. Membantu guru dalam mengoptimalkan model pembelajaran untuk
meningkatkan kemandirian belajar.
b. Sebagai bahan pertimbangan dalam upaya meningkatkan kualitas
pembelajaran matematika.
3.
Bagi peneliti
a. Sebagai sarana untuk mengimplementasikan pengetahuan yang diperoleh
di bangku kuliah
b. Menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti dalam kegiatan
pembelajaran matematika
4.
Bagi penelitian selanjutnya
a. Sebagai bahan perbandingan apabila ingin melakukan penelitian yang
sejenis.
103
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada BAB IV dapat diambil
kesimpulan yaitu:
1. Pembelajaran model Cooperative Learning tipe Numbered Head Together
(NHT) dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa pada materi Fungsi di
kelas VIII SMP Nasrani 1 Medan T.A 2014/2015. Hal ini didasarkan hasil
angket kemandirian belajar siswa yang disebarkan pada akhir setiap siklus,
kemandirian belajar siswa secara klasikal mengalami peningkatan yaitu
59,95% dari siklus I menjadi 77,90% pada siklus II dan dalam kategori baik.
2. Pembelajaran model Cooperative Learning tipe Numbered Head Together
(NHT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi fungsi di kelas
VIII SMP Nasrani 1 Medan T.A 2014/2015. Hal ini terlihat dari meningkatnya
nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I yaitu 2,52 menjadi 2,98 pada
siklus ke II. Selain itu persentase ketuntasan klasikal siswa meningkat yaitu 10
(45,5%) siswa yang tuntas belajar pada siklus I menjadi 19 siswa (86,4%)
yang tuntas pada siklus II.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, adapun saran yang
perlu dipertimbangkan, yaitu:
1. Kepada guru matematika hendaknya mulai menerapkan model yang
berpusat pada siswa, salah satunya penggunaan model Cooperative
Learning tipe Numbered Head Together (NHT) sebagai salah satu
alternatif pembelajaran untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa.
2. Guru diharapkan lebih kreatif dalam penggunaan model pembelajaran
Cooperative Learning tipe NHT dengan melibatkan siswa secara aktif dan
membuat media pembelajaran untuk mengefektifkan waktu dalam proses
belajar mengajar.
103
104
3. Guru harus lebih memperhatikan kegiatan siswa pada saat berdiskusi
supaya pembelajaran dapat berjalan kondusif dan siswa dapat fokus
terhadap pembelajaran dan tugas yang diberikan guru. Selain itu,
pembentukan kelompok harus benar-benar diperhatikan dan sebaiknya
bersifat heterogen agar diskusi berjalan maksimal dan pertukaran ide juga
lebih terarah.
4. Kepada siswa SMP Nasrani 1 Medan khususnya siswa yang memiliki
kemandirian belajar rendah agar lebih banyak berlatih, membaca dan tidak
sungkan untuk bertanya kepada guru jika ada materi yang tidak dipahami
dan tidak malu mengemukakan ide-ide matematikanya baik secara lisan
maupun tulisan dalam pembelajaran matematika.
5. Pada penelitian ini hendaknya peneliti selanjutnya menambahkan alat ukur
yang lain seperti lembar observasi kemandirian belajar siswa untuk
memperoleh data yang lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Adinawan, Cholik M dkk., (2010), Matematika Untuk SMP Kelas VIII Semester 1,
PT Erlangga, Jakarta
Aprillia, Linda Kristina., (2013), Kemandirian Dalam Belajar, STKIP Garut,
http://coretanpenasihijau.blogspot.com/2013/09/tugas-kuliah-makalahkemandirian-dalam.html (diakses 3 juni 2014)
Arikunto, S., (2007), Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta.
Basir, La Ode.2008. Kemandirian Belajar atau Belajar Mandiri. http://www.smadwiwarna.net/website/data/artikel/kemandirian.htm. Diakses tanggal 6 Juni
2014
Darr, C and Fisher, J., (2004), Self Regulated Learning in Mathematics Class.
http://www.nzcer.org.nz/system/files/13903.pdf (diakses 03 Mei 2014).
Dhesiana,
(2009),
Kemandirian
Dalam
Belajar.
http://dhesiana.wordpress.com/2009/01/16/kemandirian-dalam-belajar/
(diakses 3 Juni 2014)
Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.,
(2011), Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Proposal Penelitian
Kependidikan, FMIPA Unimed.
Hamalik, Oemar., (2010), Proses Belajar Mengajar, Bumi Aksara, Jakarta.
Hamdani,(2011), Strategi Belajar Mengajar, Pustaka Setia, Bandung.
Hiemstra, R., (1994), Self-directed learning. In T. Husen & T. N. Postlethwaite
(Eds.), The International Encyclopedia of Education (second edition), Oxford:
Pergamon Press. http://home.twcny.rr.com/hiemstra/sdlhdbk.html (diakses 3
Juni 2014)
Ibrahim, M.H dkk., (2000), Pembelajaran Kooperatif, Universitas Negeri
Surabaya, University Press: Surabaya
Isjoni, H., (2009), Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan
Komunikasi Antar Peserta Didik, Pustaka Belajar, Yogyakarta.
Kurniawati, Dewi., (2010), Upaya meningkatkan Kemandirian Belajar Dalam
Pembelajaran Matematika Melalui Model Cooperative Learning Tipe
Kepala Bernomor Terstruktur Pada Siswa SMP N 2 Sewon Bentul, FMIPA
UNY,Yogyakarta.
105
106
Lie, Anita., (2008), Cooperative Learning, PT Gramedia Widiasarana Indonesia,
Jakarta.
Liawati, Imas Siti., (2009), Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
(Numbered Heads Together) Sebagai upaya Meningkatkan Kemandirian
Belajar Matematika Siswa Pada Siswa Kelas VIII-D Semester Ganjil SMP
Negeri 8 Bandar Lampung T.P 2009/2010), FMIPA UNL, Lampung.
Mudjiman, Haris., (2011), Manajemen Pelatihan Berbasis Belajar Mandiri,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Mu’tadin, Zainun., (2002), Kemandirian Sebagai Kebutuhan Psikologi Pada
Remaja. http://www.e-psikologi.com (diakses 20 Juni 2014).
Nuharini, Dewi., dan Wahyuni, Tri., (2008), Matematik Konsep dan Aplikasinya
untuk Kelas VIII SMP dan MTs, Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional, Jakarta.
Nurkancana, Wayan., (1986), Evaluasi Pendidikan, Usaha Nasional, Jakarta.
Pribadi, Benny A., (2009), Model Desain Sistem Pembelajaran, Dian Rakyat,
Jakarta.
Pidarta, Made., (2009), Landasan Kependidikan Stimulus Ilmu Pendidikan
Bercorak Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta.
Rusman, (2011), Model-Model Pembelajaran:Mengembangkan Profesionalisme
Guru, Rajawali Pers, Jakarta.
Sanjaya,Wina, (2011), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan, Kencana Prenada Media Group, Jakarta.
Shadiq, Fadjar, (2009), Model-Model Pembelajaran Matematika SMP, P4TK,
Yogyakarta.
Slameto., (2010), Belajar dan Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi, Rineka
Cipta, Jakarta.
Slavin, Robert E., (2005), Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik,
Penerbit Nusa Media, Jakarta
Soegito, Edi., Nurani, Yuliani., (2003), Kemampuan Dasar Mengajar, Universitas
Terbuka, Jakarta.
Sudjana, Nana, (2005), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, PT REMAJA
ROSDAKARYA, Jakarta.
107
Suprijono, Agus., (2010), Cooperative Learning Teori & Aplikasi PAIKEM,
Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Sulistyowati, Endah., (2012), Implementasi Kurikulum Pendidikan Karakter, PT
CITRA AJI PARAMA, Yogyakarta.
Sumarmo, U., (2010), Kemandirian Belajar : Apa, Mengapa, Bagaimana
Dikembangkan Pada Peserta Didik. Makalah Disajikan Pada Seminar
Pend.Matematika Di Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA Universitas
Yogyakarta tanggal 11 Februari 2010:tidak diterbitkan.
Suyadi., (2012), Strategi
Rosdakarya, Bandung.
Pembelajaran
Pendidikan
Karakter,
Remaja
Tim Pelatih Proyek PGSM., (1999), Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action
Research), Depdikbud, Jakarta.
Trianto., (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep,
Landasan, dan Implementasinya pada Kurikuum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP), Kencana, Jakarta.
Yamin, Martinis., (2012), Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan
Pendidikan, GP Press, Jakarta
Yuslinawati., (2012), Perbedaan Peningkatan Kemampuan Komunikasi Dan
Kemandirian Belajar Matematika Siswa SMP Melalui Pembelajaran
Koperatif tipe Jigsaw Menggunakan Software Autograph Dengan
Pembelajaran Konvensional Menggunakan Software Autograph. Tesis,
Program Pasca Sarjana UNIMED, Medan.
_____, Model pembelajaran Kooperatif Tipe NHT,(2012), Tersedia online :
http://modelpembelajarankooperatif.blogspot.com, diakses 14 Januari
2014.
SISWA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE
NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) PADA MATERI FUNGSI
DI KELAS VIII SMP NASRANI 1 MEDAN T.A 2014/2015
Oleh:
Puji Saulina Br. Silalahi
NIM. 4103111063
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Matematika
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2014
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala berkat dan kasih-Nya yang memberikan kemampuan dan kesempatan
kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Skripsi ini berjudul “Peningkatan Kemandirian Belajar dan Hasil
Belajar Siswa Melalui Model Cooperative Learning Tipe Numbered Head
Together (NHT) Pada Materi Fungsi di Kelas VIII SMP Nasrani 1 Medan
T.A 2014/2015”, disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri
Medan.
Selama proses penyelesaian skripsi ini banyak kendala yang dihadapi
penulis, namun semua itu dapat diatasi karena bantuan tulus dari berbagai pihak.
Pada kesempatan ini dengan rendah hati dan tulus penulis mengucapkan
terimakasih sebesar-besarnya kepada bapak Drs. Togi, M.Pd selaku Dosen
Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktu dalam membimbing serta
memberikan masukan kepada penulis sejak awal sampai dengan selesainya
penulisan skripsi ini. Ucapan terimakasih juga penulis ucapkan kepada Bapak
Drs.Yasifati Hia, M.Si, Bapak Dr. M.Manullang, M.Pd, dan Bapak Prof. Dr.
P.Siagian, M.Pd sebagai dosen penguji yang telah memberikan masukan berupa
kritik dan saran yang sangat bermanfaat mulai dari rencana penelitian sampai
selesainya penyusunan skripsi ini.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Drs.
Dian Armanto, M.Pd., MA., M.Sc., Ph.D sebagai dosen pembimbing akademik.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si
selaku rektor Universitas Negeri Medan beserta para staf pegawai di rektorat,
Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc., Ph.D. selaku dekan Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan beserta para staf pegawai di
fakultas, Bapak Drs. Syafari, M.Pd. selaku ketua Jurusan Matematika, Bapak Drs.
Zul Amry, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika, Bapak Drs.
Yasifati Hia, M.Si. sebagai Sekretaris Jurusan Matematika beserta seluruh Bapak
v
dan Ibu dosen serta staf pegawai Jurusan Matematika khususnya kepada Ibu Sri
Lestari Manurung, M.Pd. dan Bapak KMS Amin Fauzi, M.Pd yang telah
membantu penulis. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Mariun
Malau, S.Pd. selaku Kepala SMP Nasrani 1 Medan, Ibu N.Pakpahan, S.Pd. selaku
guru Matematika SMP Nasrani 1 Medan, serta guru-guru yang telah banyak
membantu dalam penelitian ini.
Teristimewa penulis ucapkan terima kasih kepada Ayahanda tersayang
P.Silalahi, Ibunda tercinta H.Hutabarat, yang selalu memberikan limpahan kasih
sayang, doa, semangat, dan pengorbanan yang tak ternilai harganya. Terima kasih
kepada kakak tersayang Palen Ovtiana dan adik-adik tersayang, Patar Suwito dan
Victor Parulian, juga kak Elviani, abang sepupu Ir. Gumpar Tobing, kakak sepupu
Tince Sinaga, Ibu R.Purba serta seluruh keluarga besar yang sudah berdoa dan
senantiasa membantu serta memberikan dukungan semangat kepada penulis
dalam menyelesaikan studi di UNIMED.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada sahabat dikala suka
dan duka “Keluarga Tung” (Zita, Priska, Siska, Santika , Ria, Rista, Vera, Nanda,
Renata dan Dwi), teman seperjuangan bimbingan skripsi (Putri) dan teman-teman
selama perkuliahan terkhusus kelas Reguler Dik C’10 yang telah banyak
membantu, memberikan semangat dan motivasi kepada penulis, dan kepada
teman-teman seperjuangan PPLT SMA Swasta Pembangunan Galang (khususnya
Inri, Neva, dan Nindya). Terima kasih juga disampaikan kepada sahabat lama
penulis yaitu Kristina Sitorus, dan teman SMA yang telah membantu mencari
buku referensi skripsi penulis (Tohom), teman-teman SMAN 5 Medan (khususnya
Fany, Rico, Radot, Angga), adik Lando yang membantu menterjemahkan jurnal
bahasa Inggris dan Ibu R.Hutapea yang turut membantu dalam penyusunan skripsi
penulis. Terima kasih juga tak lupa penulis sampaikan kepada kak Imas Siti
Liawati, kak Putri Rahayu, kak Ira, kak Desi, dan Kak Maya yang telah berbaik
hati membantu memberikan referensi contoh skripsi.
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyelesaikan skripsi
ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan dan kekurangan baik dari
segi isi maupun tata bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik
vi
yang sifatnya membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini sehingga
dapat bermanfaat dalam memperkaya ilmu pendidikan.
Medan,
Penulis
September 2014
Puji Saulina Br. Silalahi
NIM. 4103111063
iii
PENINGKATAN KEMANDIRIAN BELAJAR DAN HASIL BELAJAR
SISWA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE
NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) PADA MATERI FUNGSI
DI KELAS VIII SMP NASRANI 1 MEDAN T.A 2014/2015
Puji Saulina Br. Silalahi (4103111063)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan model
Cooperative Learning tipe Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan
kemandirian belajar dan hasil belajar siswa pada materi Fungsi di kelas VIII SMP
Nasrani 1 Medan T.A 2014/2015.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action
research). Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII-1 SMP Nasrani 1
Medan yang berjumlah 22 orang dan objek penelitian ini adalah pembelajaran
model Cooperative Learning tipe Numbered Head Together (NHT) untuk
meningkatkan kemandirian belajar dan hasil belajar siswa pada materi Fungsi
SMP Nasrani 1 Medan Tahun Ajaran 2014/2015. Instrumen penelitian ini adalah
angket, lembar observasi dan tes. Angket digunakan untuk melihat peningkatan
kemandirian belajar siswa. Sedangkan tes digunakan untuk melihat peningkatan
hasil belajar siswa.
Penelitian ini terdiri dari 2 siklus dan di akhir setiap siklus diberikan
angket kemandirian belajar siswa dan tes hasil belajar. Berdasarkan hasil angket,
kemandirian belajar siswa mengalami peningkatan. Peningkatan rata-rata aspek
kemandirian siswa mengalami peningkatan sebesar 17,90% dari 60,67% menjadi
78,57%. Peningkatan yang terjadi dari siklus I ke siklus II pada masing–masing
aspek kemandirian adalah sebagai berikut: (1) Aspek Inisiatif belajar mengalami
peningkatan sebesar 20,07% dari 59,09% menjadi 79,16%, (2) Aspek
Mendiagnosa kebutuhan belajar mengalami peningkatan sebesar 10,23% dari
69,88% menjadi 80,11%, (3) Aspek Menetapkan target dan tujuan belajar
mengalami peningkatan sebesar 11,93% dari 69,32% menjadi 81,25%, (4) Aspek
Memonitor, mengatur dan mengontrol mengalami peningkatan sebesar 12,12%
dari 65,53% menjadi 77,65%, (5) Aspek Memandang kesulitan menjadi tantangan
mengalami peningkatan sebesar 18,56% dari 59,09% menjadi 77,65%, (6) Aspek
Memanfaatkan dan mencari sumber yang relevan mengalami peningkatan sebesar
17,8% dari 60,23% menjadi 78,03%, (7) Aspek Memilih dan menerapkan strategi
belajar mengalami peningkatan sebesar 31,06% dari 48,48% menjadi 79,54%, (8)
Aspek Mengevaluasi proses dan hasil belajar mengalami peningkatan sebesar
17,42% dari 62,5% menjadi 79,92%, dan (9) Aspek Self efficacy (konsep diri)
mengalami peningkatan sebesar 21,97% dari 51,89% menjadi 73,86%. Sedangkan
rata-rata hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan dari 2,52 menjadi 2,98.
Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan
model pembelajaran Cooperative Learning tipe Numbered Head Together (NHT)
dapat meningkatkan kemandirian belajar dan hasil belajar siswa.
vii
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan
i
Riwayat Hidup
ii
Abstrak
iii
Kata Pengantar
iv
Daftar Isi
vii
Daftar Gambar
x
Daftar Tabel
xi
Daftar Lampiran
xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
1
1.2. Identifikasi Masalah
9
1.3. Batasan Masalah
9
1.4. Rumusan Masalah
10
1.5. Tujuan Penelitian
10
1.6. Manfaat Penelitian
10
BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1. Kerangka Teoritis
12
2.1.1. Pendidikan Karakter
12
2.1.2. Kemandirian Belajar
14
2.1.2.1 Pengertian Kemandirian Belajar
14
2.1.2.2 Kemandirian Belajar Dalam Pembelajaran Matematika
18
2.1.3. Hasil Belajar
20
2.1.4 Model Pembelajaran
21
2.1.5 Model Pembelajaran Cooperative Learning
22
2.1.6 Cooperative Learning Bermuatan Pendidikan Karakter
25
viii
2.1.6.1 Prosedur Penggunaan Strategi Cooperative Learning
2.1.7
Bermuatan Karakter ke dalam Pembelajaran
26
Cooperative Learning Tipe Numbered Heads Together
27
2.1.7.1 Numbered Heads Together (NHT) Bermuatan Karakter
Kemandirian
34
2.1.7.2 Prosedur Penggunaan NHT Bermuatan
2.1.8
Karakter Kemandirian
34
Materi Fungsi
34
2.1.8.1. Relasi
34
2.1.8.2. Fungsi
36
2.1.8.3. Korespondensi Satu-satu
37
2.1.8.4. Rumus Suatu Fungsi
37
2.1.8.5. Grafik Fungsi
38
2.1.8.6. Nilai Fungsi
39
2.1.8.7. Penerapan Relasi dan Fungsi
41
2.2. Penelitian Yang Relevan
43
2.3. Kerangka Konseptual
43
2.4. Hipotesis Tindakan
45
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
46
3.2. Subjek dan Objek Penelitian
46
3.2.1. Subjek Penelitian
46
3.2.2. Objek Penelitian
46
3.3. Jenis Penelitian
46
3.4. Prosedur Penelitian
47
3.5. Alat Pengumpulan Data
57
3.6. Teknik Analisis Data
60
3.6.1 Reduksi Data
60
3.6.2 Paparan Data
64
3.6.3 Penyimpulan Data
64
ix
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Siklus I
67
4.1.1 Permasalahan I
67
4.1.2 Tahap Perencanaan Tindakan I (Alternatif Pemecahan I)
68
4.1.3 Pelaksanaan Tindakan I
68
4.1.4 Observasi I
76
4.1.5 Analisis Data Hasil Penelitian Siklus I
77
4.1.6 Refleksi I
81
4.2 Siklus II
84
4.2.1 Permasalahan II
84
4.2.2 Tahap Perencanaan Tindakan II (Alternatif Pemecahan II)
84
4.2.3 Pelaksanaan Tindakan II
85
4.2.4 Observasi II
92
4.2.5 Analisis Data Hasil Penelitian Siklus II
93
4.2.6 Refleksi II
97
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian
97
4.4 Keterbatasan Penelitian
101
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
103
5.2 Saran
104
DAFTAR PUSTAKA
105
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Tahapan-Tahapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered
Head Together
29
Tabel 2.2. Indikator Karakter Kemandirian dalam
Pembelajaran Matematika
33
Tabel 2.3. Tahapan-tahapan Pembelajaran Kooperatif tipe NHT
Bermuatan Karakter Kemandirian
34
Tabel 2.4 Tabel Fungsi f : x → 2x + 1
Tabel 3.1 Daftar Nama Validator
58
Tabel 3.1. Pedoman Penskoran Angket Kemandirian Belajar Siswa
59
Tabel 3.2. Kisi – Kisi Angket Kemandirian Belajar Matematika Siswa
60
Tabel 3.3. Kriteria Rata-Rata Penilaian Observasi
61
Tabel 3.4. Tingkat Penguasaan Siswa
61
Tabel 3.5 Konversi Penilaian dalam Predikat
61
Tabel 3.6 Kategori Penguasaan Siswa
63
Tabel 3.7 Kategori Penilaian Angket
64
Tabel 4.1 Tingkat Ketuntasan Siswa pada Tes Awal
67
Tabel 4.2 Hasil Angket Kemandirian Belajar Tiap Siswa pada Siklus I
78
38
Tabel 4.3 Deskripsi Hasil Angket Kemandirian Belajar
Siswa Pada Siklus I
78
Tabel 4.4 Tingkat Kemampuan Penguasaan Siswa pada Siklus I
79
Tabel 4.5 Tingkat Ketuntasan Tes Siklus I
79
Tabel 4.6
Hasil Analisis Lembar Angket Kemandirian Belajar
Siswa Menggunakan Model Kooperatif Ttipe NHT
pada Siklus II
93
Tabel 4.7 Deskripsi Hasil Angket Kemandirian Belajar Siswa
Pada Siklus II
94
Tabel 4.8 Tingkat Kemampuan Penguasaan Siswa pada Siklus II
94
Tabel 4.9 Tingkat Ketuntasan Tes Siklus II
95
Tabel 4.10 Persentase Peningkatan Kemandirian Belajar Siswa
96
xii
Tabel 4.11 Nilai Rata-rata Tes Hasil Belajar Siswa Siklus I dan II
96
Tabel 4.12 Ketuntasan Belajar Siswa Berdasarkan Tes Hasil
Belajar Siklus I dan II
96
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1Siklus Kemandirian Belajar
17
Gambar 2.2 Diagram Relasi “menyukai” dari Himpunan A ke B
35
Gambar 2.3 Diagram Panah relasi “menyukai”
35
Gambar 2.4 Diagram Cartesius relasi “menyukai”
36
Gambar 2.5 Diagram Panah Contoh 2
37
Gambar 2.6 Diagram Panah relasi “beribukota”
37
Gambar 2.7 Grafik fungsi f : x → 2x + 1
38
Gmbar 2.8 Diagram panah contoh 5
42
Gambar 3.1Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
57
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 Siklus I
108
Lampiran 2
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 Siklus I
112
Lampiran 3
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 Siklus II
116
Lampiran 4
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 Siklus II
120
Lampiran 5
Lembar Aktivitas Siswa I
124
Lampiran 6
Lembar Aktivitas Siswa II
127
Lampiran 7
Lembar Aktivitas Siswa III
131
Lampiran 8
Lembar Aktivitas Siswa IV
134
Lampiran 9
Kisi-kisi Tes Diagnostik
137
Lampiran 10 Tes Diagnostik
138
Lampiran 11 Alternatif Penyelesaian Tes Diagnostik
140
Lampiran 12 Pedoman Penskoran Tes Diagnostik
144
Lampiran 13 Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran
148
Lampiran 14 Hasil Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I
156
Lampiran 15 Hasil Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II
157
Lampiran 16 Kisi-Kisi Angket Kemandirian Belajar Siswa
158
Lampiran 17 Lembar Angket Kemandirian Belajar Siswa
159
Lampiran 18 Lembar Validasi Angket Kemandirian Belajar Siswa
161
Lampiran 19 Deskripsi Hasil Angket Kemandirian Belajar Siswa
Pada Siklus I dan II
164
Lampiran 20 Hasil Angket Kemandirian Belajar Setiap Siswa (Siklus I)
165
Lampiran 21 Hasil Angket Kemandirian Belajar Setiap Siswa (Siklus II)
166
Lampiran 22 Analisis Perhitungan Persentase Lembar Angket
Tiap Indikator Kemandirian Siswa Siklus I
167
Lampiran 23 Analisis Perhitungan Persentase Lembar Angket
Tiap Indikator Kemandirian Siswa Siklus II
171
Lampiran 24 Kisi-kisi Tes Hasil Belajar I
175
Lampiran 25 Tes Hasil Belajar I
176
xiv
Lampiran 26 Lembar Validasi Tes Hasil Belajar I
177
Lampiran 27 Alternatif Penyelesaian Tes Hasil Belajar I
180
Lampiran 28 Pedoman Penskoran Tes Hasil Belajar I
181
Lampiran 29 Kisi-kisi Tes Hasil Belajar II
183
Lampiran 30 Tes Hasil Belajar II
184
Lampiran 31 Lembar Validitas Tes Hasil Belajar II
185
Lampiran 32 Alternatif Penyelesaian Tes Hasil Belajar II
191
Lampiran 33 Pedoman Penskoran Tes Hasil Belajar II
193
Lampiran 34 Deskripsi Tingkat Penguasaan Siswa Siklus I
195
Lampiran 35 Deskripsi Tingkat Penguasaan Siswa Siklus II
196
Lampiran 36 Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I
197
Lampiran 37 Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II
198
Lampiran 38 Daftar Nama Siswa Kelas VIII-A SMP Nasrani 1 Medan
Lampiran 39
T.A 2014/2015
199
Pembagian Kelompok Belajar Siswa
200
Lampiran 40 Kutipan Hasil Wawancara
201
Lampiran 41
207
Dokumentasi Penelitian
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha yang ditempuh oleh manusia dalam rangka
memperoleh ilmu yang kemudian dijadikan sebagai dasar untuk bersikap dan
berperilaku. Dengan kata lain, pendidikan merupakan salah satu proses
pembentukan karakter manusia. Pendidikan bisa juga dikatakan sebagai proses
pemanusiaan manusia. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 263)
disebutkan bahwa “Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui
upaya pengajaran dan pelatihan.” Sedangkan menurut Muhibbin Syah (2005: 10)
“Pendidikan tidak hanya menambah pengetahuan, tetapi juga dapat menambah
pemahaman dan mengubah cara tingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan tiap
individu.” Melalui pendidikan, manusia dituntut untuk dapat menumbuhkembangkan segala potensi yang ada dalam diri guna mencapai kesejahteraan
hidup sebagaimana yang didambakannya.
Pada Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun
2003, disebutkan bahwa pendidikan adalah upaya terencana dalam proses
pembinaan dan pembelajaran bagi individu agar tumbuh berkembang menjadi
manusia yang mandiri, bertanggung jawab, kreatif, berilmu, sehat dan berakhlak
(berkarakter) mulia (dalam Suyadi, 2013:20). Pendidikan diharapkan dapat
mencetak manusia menjadi lebih baik dan bermartabat antara lain melalui
program pendidikan yang bermutu yang dicerminkan melalui proses pembelajaran
di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal yang dipengaruhi oleh beberapa
hal yaitu: siswa, kurikulum, tenaga kependidikan, biaya, sarana dan prasarana
serta faktor lingkungan.
Berdasarkan pernyataan di atas, sangatlah penting meningkatkan karakter
siswa sebagai penerus bangsa. Pendidikan karakter haruslah mendapat dukungan
dari setiap elemen yang ada di sekolah seperti kepala sekolah, guru, dan siswa itu
sendiri terutama pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Dalam kegiatan
1
2
belajar perubahan akan terjadi pada siswa berupa pengetahuan, keterampilan dan
tingkah laku. Meyer (dalam Pribadi, 2009) mengemukakan pengertian belajar
sebagai
“…perubahan relative permanen dalam pengetahuan dan perilaku
seseorang yang diakibatkan oleh pengalaman.” Pengalaman yang sengaja
didesain untuk meningkatkan keterampilan, pengetahuan dan sikap
seseorang akan menyebabkan berlangsungnya proses belajar. Pada proses
belajarlah karakter seseorang akan terbentuk”.
Adapun karakter yang dapat dibentuk pada proses belajar di sekolah
adalah religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokrasi,
rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,
bersahabat/ komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan,peduli
sosial, dan tanggung jawab. (Sulistyowati, 2012:72).
Pendidikan formal adalah bentuk penyelenggaraan pendidikan yang
dilakukan di sekolah secara berjenjang dan berkesinambungan. Sekolah
mempunyai peranan penting untuk dapat mencapai tujuan pendidikan nasional
yang telah ditetapkan dalam UUD 1945 dan juga UU SISDIKNAS. Sekolah
bertanggungjawab penuh untuk dapat mencetak lulusan yang memiliki kualitas
yang handal yang diwujudkan dengan pencapaian prestasi yang tinggi.
Pencapaian prestasi yang tinggi dipengaruhi oleh banyak faktor.
Sebagaimana diungkapkan oleh Slameto (2003: 54), faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi
dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah
faktor yang ada di dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor
ekstern adalah faktor yang ada di luar individu.
Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam kutipan Slameto di atas bahwa
prestasi belajar siswa dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor dari dalam
individu siswa dan faktor dari luar individu siswa. Faktor dari dalam individu
siswa meliputi faktor psikologis antara lain kemandirian belajar, minat,
kecerdasan, bakat, motivasi, kedisiplinan belajar, dan lain-lain. Sedangkan faktor
dari luar individu siswa misalnya meliputi lingkungan alam dan lingkungan sosial
serta instrument yang berupa kurikulum, program, sarana, fasilitas dan juga guru.
3
(Slameto, 2003: 54). Salah satu faktor intern yang mempengaruhi prestasi belajar
adalah kemandirian belajar.
Menurut Good (dalam Slameto, 2003) kemandirian belajar adalah belajar
yang dilakukan dengan sedikit atau sama sekali tanpa bantuan dari pihak luar.
Sedangkan menurut Shirley Gould yang dikutip oleh Suharsimi Arikunto
(1995:108) “independence is freedom from dependence and as exemption from
realiance on, or control by, others”. Mandiri diartikan sebagai suatu keadaan
yang bebas dari ketergantungan kepada orang lain atau dapat memenuhi
kebutuhannya sendiri. Kemandirian berarti kondisi dimana seseorang dapat
memenuhi kebutuhannya sendiri dan bebas dari ketergantungan dari orang lain.
Sehingga belajar mandiri bukan berarti belajar sendiri, melainkan suatu prinsip
belajar yang bertumpu pada kegiatan dan tanggung jawab siswa sendiri bukan
suruhan atau anjuran orang lain.
Kemandirian siswa dalam belajar mempengaruhi keberhasilan siswa.
Sebagaimana Holstein (1986:189) menyatakan bahwa: “Kemandirian itu adalah
unsur penting dalam setiap belajar dan jelas dapat memperbaiki mutu, karena
menyangkut inisiatif siswa”. Kemandirian dalam belajar merupakan faktor
internal guna mencapai hasil belajar yang memuaskan. Hal ini dapat dimengerti
karena kegiatan belajar merupakan tanggung jawab sendiri. Sejauh ada motivasi
diri yang mendorong kegiatan belajar dengan demikian siswa akan dapat
mencapai keberhasilan dari belajarnya.
Kemandirian siswa dalam pembelajaran di sekolah sangat diperlukan
termasuk pada pembelajaran matematika. Mengingat matematika merupakan
salah satu mata pelajaran yang diajarkan dari jenjang pendidikan dasar,
menengah, dan pendidikan tinggi, ini berarti matematika memegang peranan
penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia . Sesuai
dengan tujuan pembelajaran matematika di jenjang pendidikan dasar dan
pendidikan menengah adalah untuk mempersiapkan siswa agar dapat menghadapi
perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang
melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran logis, rasional, kritis, cermat, jujur,
efisien dan efektif. (Puskur: 2002).
4
Kemandirian dirasa perlu dikembangkan pada individu yang belajar
matematika berkaitan dengan hakekat matematika diantaranya sebagai ilmu yang
terstruktur dan sistematis, sebagai ilmu bantu dalam ilmu lain/kehidupan seharihari, dan sebagai alat untuk mengembangkan kemampuan berfikir kritis, serta
sikap yang terbuka dan obyektif. Sehingga pembelajaran matematika diarahkan
untuk mengembangkan (1)kemampuan berfikir matematis yang meliputi:
pemahaman, pemecahan masalah, penalaran, komunikasi, dan koneksi matematis;
(2)kemampuan berfikir kritis, serta sikap yang terbuka dan obyektif, serta
(3)disposisi matematis atau kebiasaan, dan sikap belajar berkualitas yang tinggi.
Kebiasaan
dan
sikap belajar yang dimaksud antara lain terlukis pada
karakteristik kemandirian belajar yaitu: (1)Menganalisis kebutuhan belajar
matematika, merumuskan tujuan, dan merancang program belajar; (2) Memilih
dan menerapkan strategi belajar; (3) Memantau dan mengevaluasi diri apakah
strategi telah dilaksanakan dengan benar, memeriksa hasil (proses dan produk),
serta merefleksi untuk memperoleh umpan balik.
Kegiatan pembelajaran matematika dilakukan dengan mengaitkan antara
pengembangan diri dengan proses pembelajaran di kelas melalui pengalamanpengalaman belajar yang inovatif, menantang dan menyenangkan. Pembelajaran
yang berdasarkan pengalaman belajar yang menyenangkan dan mengesankan ialah
pembelajaran yang efektif, bermakna dan bisa mengaktifkan siswa.
Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan
kesempatan kepada siswa untuk belajar mandiri, sehingga dengan melakukan
aktivitas belajarnya siswa mampu memperoleh pengetahuan dari pemahaman
sendiri. Pembelajaran hendaknya mendorong dan menjadikan siswa bersikap
peka, kritis, mandiri, kreatif, dan bertanggung jawab (Sudjatmiko dkk, 2003: 11).
Menurut Dhesiana (2009) konsep belajar mandiri sebenarnya berakar dari
konsep pendidikan dewasa. Belajar mandiri juga cocok untuk semua tingkatan
usia. Dengan kata lain, belajar mandiri sesuai untuk semua jenjang sekolah
baik untuk sekolah menengah maupun sekolah dasar dalam rangka meningkatkan
prestasi siswa.
5
Pengembangan pembelajaran matematika yang memungkinkan siswa
untuk dapat bertukar pendapat, belajar dan bekerja sama dalam sebuah kelompok
diperlukan untuk dapat lebih mengembangkan kemampuan berpikirnya. Siswa
juga harus mempunyai kemandirian dalam belajar sehingga pembelajaran
berlangsung efektif. Kemandirian belajar penting dimiliki oleh siswa, karena
siswa yang mandiri dalam belajar akan membawa perubahan dalam sikap belajar
mereka. Siswa yang mempunyai kemandirian dalam belajar mampu menganalisis
permasalahan yang kompleks, mampu bekerja secara individual maupun bekerja
sama dalam sebuah kelompok, berani mengemukakan gagasan, beragumentasi,
membela pendiriannya dan mampu mengkritik gagasan orang lain secara
konstruktif.
Menurut Utari Sumarmo (2006: 5) dengan kemandirian, siswa cenderung
belajar lebih baik, mampu memantau, mengevaluasi, dan mengatur belajarnya
secara efektif, menghemat waktu secara efisien, akan mampu mengarahkan dan
mengendalikan diri sendiri dalam berfikir dan bertindak, serta tidak merasa
bergantung pada orang lain secara emosional. Sedangkan siswa yang tidak
memiliki kemandirian dalam belajar akan mengalami kesulitan dalam belajar,
tidak mempunyai dorongan untuk berprestasi sebaik mungkin sehingga tujuan
dari pembelajaran tidak dapat tercapai dengan baik.
Dalam kenyataannya, masih banyak siswa lemah dalam pelajaran
matematika. Ini dapat dilihat dari pencapaian nilai rata-rata hasil belajar tes awal
dilakukan peneliti tanggal 12 Mei 2014 pada materi Fungsi di kelas VIII-1 SMP
Nasrani 1 Medan Tahun Ajaran 2013/2014 adalah 56 dengan standar deviasi 17,2
dan persentase ketuntasan klasikal yang diperoleh 40% dimana nilai KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimum) untuk mata pelajaran Matematika adalah 65. Hal
ini menunjukkan bahwa data yang diperoleh homogen (seragam) artinya nilai
siswa di kelas tersebut hampir sama yaitu di bawah nilai KKM atau dengan kata
lain kemampuan siswa kelas VIII-1 rata-rata masih rendah.
Masalah yang dihadapi siswa yang peneliti temukan dari tes diagnostik
yang berikan pada siswa kelas VIII-1 SMP diantaranya siswa masih kesulitan
dalam mengerjakan soal-soal uraian mengenai materi Fungsi seperti sulit
6
menjelaskan defenisi fungsi, menentukan notasi fungsi, menghitung nilai fungsi
dan menentukan bentuk fungsi jika nilai dan data fungsi diketahui, selain itu
kebanyakan siswa sulit menentukan banyaknya pemetaan yang mungkin dari dua
himpunan dikarenakan tidak memahami rumus yang digunakan.
Banyaknya siswa yang lemah dalam pelajaran matematika di kelas VIII-1
SMP Nasrani 1 Medan pada Tahun Ajaran 2013/2014 sangat memprihatinkan.
Menurut Trianto (2009: 5) menyatakan bahwa masalah utama dalam pembelajaran
pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap
peserta didik. Hal ini tampak dari rerata hasil belajar peserta didik yang senantiasa
masih sangat memprihatinkan. Prestasi ini tentunya merupakan hasil kondisi
pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah
dimensi peserta didik itu sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya belajar itu. Dalam
arti, bahwa proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan dominasi
guru. Dengan demikian tidak ada timbal balik antara guru dan siswa dalam
pembelajaran yang terjadi. Pembelajaran seperti ini tidak memberikan akses bagi
peserta didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dan proses
berpikirnya.
Pembelajaran dimana siswa hanya duduk tenang dan mendengarkan
informasi dari guru sepertinya sudah membudaya sejak dulu, sehingga untuk
mengadakan perubahan ke arah pembelajaran yang aktif, kreatif, dan
menyenangkan memang agak sulit. Dari hasil observasi awal dan wawancara
dengan salah satu guru matematika SMP Nasrani 1 Medan (Ibu Nurmala
Pakpahan) bahwa pada saat pembelajaran berlangsung sebagian siswa tidak
memperhatikan penjelasan guru, siswa tidak memiliki inisiatif maju ke depan kelas
mengerjakan soal tanpa ditunjuk terlebih dahulu oleh guru. Kemudian, jika ada
seorang siswa kurang tepat dalam mengerjakan soal di depan kelas, siswa lain
tidak berani menyampaikan tanggapan atau ide yang berbeda dan hanya
menunggu guru menjelaskan jawaban yang tepat. Selain itu, siswa juga belum
dapat memanfaatkan sarana pembelajaran dan sumber belajar seperti buku
pelajaran dan lembar kerja siswa secara maksimal. Siswa tidak berusaha
mempelajari materi dari sumber lain selain penjelasan guru. Jika guru tidak
7
meminta siswa untuk membuka dan membaca sumber belajar seperti buku dan
LKS, siswa tidak memiliki inisiatif untuk membaca dan mempelajarinya.
Dalam hal mengerjakan PR atau tugas yang diberikan oleh guru, sebagian
siswa tidak mengerjakan sendiri terlebih dahulu di rumah tetapi hanya meniru
pekerjaan teman sesampainya di sekolah. Hal tersebut menunjukkan karakter
siswa yang kurang mandiri dimana tanggung jawab siswa serta rasa percaya diri
dalam mengerjakan tugas mata pelajaran matematika kurang optimal, padahal
kemandirian dalam belajar adalah suatu aktivitas belajar yang berlangsungnya
lebih didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri dan tanggung jawab sendiri
dari pembelajar. Akibatnya jika guru memberikan soal yang berbeda dengan
contoh yang telah diajarkan guru sebelumnya, siswa merasa kesulitan. Kenyataan
tersebut menunjukkan bahwa kemandirian belajar matematika siswa di SMP
Nasrani 1 Medan khususnya kelas VIII-1 masih rendah.
Rendahnya kemandirian belajar siswa ini berdampak pada hasil belajar
siswa. Terdapat hubungan positip antara kemandirian belajar dengan hasil belajar
siswa. Semakin tinggi kemandirian belajar seseorang peserta ajar, maka akan
memungkinkannya untuk mencapai hasil belajar yang tinggi (Tahar,2006). Hal
ini dapat terlihat dari tes awal yang peneliti berikan kepada siswa kelas VIII SMP
Nasrani 1 Medan pada materi Fungsi, hanya 10 orang siswa dari 25 orang siswa
yang mencapai nilai ketuntasan belajar.
Dari permasalahan di atas, perlu diterapkan suatu model pembelajaran
matematika yang diharapkan dapat meningkatkan kemandirian belajar dan hasil
belajar siswa. Salah satunya model pembelajaran yang telah berkembang adalah
model pembelajaran berkelompok atau pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran
kooperatif merujuk
pada
berbagai
macam
metode
pengajaran dimana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling
membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam
pelaksanaannya pembelajaran kooperatif dapat merubah peran guru dari peran
terpusat pada guru ke peran pengelola aktivitas kelompok kecil atau terpusat pada
siswa itu sendiri. Sehingga dengan demikian peran guru yang selama ini monoton
8
akan berkurang dan siswa akan semakin terlatih untuk menyelesaikan berbagai
permasalahan, bahkan permasalahan yang dianggap sulit sekalipun.
Salah satu alternatif pembelajaran Cooperative Learning yang dapat
meningkatkan kemandirian belajar dan hasil belajar siswa adalah pembelajaran
Cooperative tipe NHT (Numbered Head Together) yang dikembangkan oleh
Spencer Kagan. Hal ini didukung dari penelitian sejenis yang dilakukan oleh Liawati
(2009) dan Anniy Susilowatiy (2011) yang menyimpulkan peningkatan
kemandirian belajar matematika dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT).
Pembelajaran kooperatif pendekatan struktural NHT dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi peserta didik dan memiliki tujuan untuk
meningkatkan penguasaan akademik setiap peserta didik. Peserta didik
ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 3-5 orang yang merupakan
campuran menurut tingkat akademis, jenis kelamin, suku, agama, dan sebagainya
(Ibrahim, 2000). Kemudian, masing-masing peserta didik dalam setiap tim diberi
nomor urut sebagai identitas di dalam timnya. Sehingga nantinya guru dapat
memanggil salah satu nomor dan siswa yang memiliki nomor tersebut secara
mandiri dan bertanggung jawab untuk menyampaikan hasil diskusi kelompoknya.
Pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah suatu model pembelajaran yang
lebih memungkinkan siswa untuk lebih aktif dan bertanggung jawab penuh dalam
memahami materi pelajaran baik secara berkelompok maupun individual. Dalam
pembelajaran kooperatif tipe NHT, semua siswa dianggap sama. Guru tidak lagi
mendominasi proses pembelajaran dan hanya bertindak sebagai fasilitator.
Selama pembelajaran siswa dilibatkan secara langsung sehingga masing- masing
siswa memperoleh pengetahuan dan pengalaman belajarnya. Dalam proses
pembelajaran kooperatif tipe NHT, siswa aktif bekerja dalam kelompok dan
bertanggungjawab penuh terhadap soal yang diberikan.
Model pembelajaran NHT diharapkan dapat meningkatkan kemandirian
belajar siswa, karena dengan teknik ini siswa dapat belajar melaksanakan tanggung
jawab pribadinya dalam saling keterkaitan dengan rekan-rekan kelompoknya
mengingat kemandirian tidak berarti harus terlepas sama sekali dengan pihak lain.
9
Selain itu NHT memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan
prestasi belajar siswa seperti hasil penelitiannya yang dikemukakan Haydon,
Maheady, dan Hunter (dalam Pratiwi,2012). Selain itu
hasil penelitian Asih
Munifah (2011) yang mendapat hasil penelitian keefektifan model NHT terhadap
hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMPN 4 Semarang.
Berdasarkan dari latar belakang di atas, peneliti merasa penting untuk
melakukan
penelitian dengan judul “Peningkatan Kemandirian Belajar
dan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Cooperative Learning Tipe Numbered
Heads Together (NHT) di Kelas VIII SMP Nasrani 1 Medan T.A 2014/2015 ”.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi masalah
pada penelitian ini adalah
1. Kurangnya inisiatif, kepercayaan diri dan tanggung jawab siswa yang
berkaitan atau berhubungan dengan karakter mandiri siswa dalam
pembelajaran matematika.
2. Kemandirian belajar siswa dalam pembelajaran matematika masih rendah.
3. Siswa belum memanfaatkan sarana pembelajaran dan sumber belajar
secara optimal.
4. Rendahnya hasil belajar siswa kelas VIII SMP Nasrani 1 Medan.
5. Kegiatan pembelajaran di kelas VIII SMP Nasrani 1 Medan masih
berpusat pada guru (teacher centered).
6. Siswa banyak yang bersikap pasif selama pembelajaran berlangsung.
1.3. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka penelitian ini
dibatasi pada peningkatan kemandirian belajar dan hasil belajar siswa melalui
model pembelajaran Cooperative Learning tipe Numbered Heads Together (NHT)
pada materi Fungsi di kelas VIII SMP Nasrani 1 Medan T.A 2014/2015.
10
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka yang menjadi fokus
permasalahan penelitian ini, yaitu :
1. Apakah penerapan model Cooperative Learning tipe Numbered Head
Together (NHT) dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa pada
materi Fungsi di Kelas VIII SMP Nasrani 1 Medan?
2. Apakah penerapan model Cooperative Learning tipe Numbered Head
Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi
Fungsi di Kelas VIII SMP Nasrani 1 Medan?
1.5. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab semua
permasalahan pokok penelitian, yaitu :
1. Untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran Cooperative
Learning tipe Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan
kemandirian belajar siswa pada materi Fungsi di Kelas VIII SMP
Nasrani 1 Medan.
2. Untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran Cooperative
Learning tipe Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan
hasil belajar siswa pada materi Fungsi di Kelas VIII SMP Nasrani 1
Medan.
1.6. Manfaat Penelitian
Dengan diterapkannya tujuan penelitian ini, dapat diharapkan manfaatnya
sebagai berikut :
1.
Bagi Siswa
a. Membantu siswa dalam meningkatkan keaktifan belajar
b. Membantu dan melatih siswa agar membiasakan diri untuk belajar
mandiri
11
2.
Bagi Guru
a. Membantu guru dalam mengoptimalkan model pembelajaran untuk
meningkatkan kemandirian belajar.
b. Sebagai bahan pertimbangan dalam upaya meningkatkan kualitas
pembelajaran matematika.
3.
Bagi peneliti
a. Sebagai sarana untuk mengimplementasikan pengetahuan yang diperoleh
di bangku kuliah
b. Menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti dalam kegiatan
pembelajaran matematika
4.
Bagi penelitian selanjutnya
a. Sebagai bahan perbandingan apabila ingin melakukan penelitian yang
sejenis.
103
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada BAB IV dapat diambil
kesimpulan yaitu:
1. Pembelajaran model Cooperative Learning tipe Numbered Head Together
(NHT) dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa pada materi Fungsi di
kelas VIII SMP Nasrani 1 Medan T.A 2014/2015. Hal ini didasarkan hasil
angket kemandirian belajar siswa yang disebarkan pada akhir setiap siklus,
kemandirian belajar siswa secara klasikal mengalami peningkatan yaitu
59,95% dari siklus I menjadi 77,90% pada siklus II dan dalam kategori baik.
2. Pembelajaran model Cooperative Learning tipe Numbered Head Together
(NHT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi fungsi di kelas
VIII SMP Nasrani 1 Medan T.A 2014/2015. Hal ini terlihat dari meningkatnya
nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I yaitu 2,52 menjadi 2,98 pada
siklus ke II. Selain itu persentase ketuntasan klasikal siswa meningkat yaitu 10
(45,5%) siswa yang tuntas belajar pada siklus I menjadi 19 siswa (86,4%)
yang tuntas pada siklus II.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, adapun saran yang
perlu dipertimbangkan, yaitu:
1. Kepada guru matematika hendaknya mulai menerapkan model yang
berpusat pada siswa, salah satunya penggunaan model Cooperative
Learning tipe Numbered Head Together (NHT) sebagai salah satu
alternatif pembelajaran untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa.
2. Guru diharapkan lebih kreatif dalam penggunaan model pembelajaran
Cooperative Learning tipe NHT dengan melibatkan siswa secara aktif dan
membuat media pembelajaran untuk mengefektifkan waktu dalam proses
belajar mengajar.
103
104
3. Guru harus lebih memperhatikan kegiatan siswa pada saat berdiskusi
supaya pembelajaran dapat berjalan kondusif dan siswa dapat fokus
terhadap pembelajaran dan tugas yang diberikan guru. Selain itu,
pembentukan kelompok harus benar-benar diperhatikan dan sebaiknya
bersifat heterogen agar diskusi berjalan maksimal dan pertukaran ide juga
lebih terarah.
4. Kepada siswa SMP Nasrani 1 Medan khususnya siswa yang memiliki
kemandirian belajar rendah agar lebih banyak berlatih, membaca dan tidak
sungkan untuk bertanya kepada guru jika ada materi yang tidak dipahami
dan tidak malu mengemukakan ide-ide matematikanya baik secara lisan
maupun tulisan dalam pembelajaran matematika.
5. Pada penelitian ini hendaknya peneliti selanjutnya menambahkan alat ukur
yang lain seperti lembar observasi kemandirian belajar siswa untuk
memperoleh data yang lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Adinawan, Cholik M dkk., (2010), Matematika Untuk SMP Kelas VIII Semester 1,
PT Erlangga, Jakarta
Aprillia, Linda Kristina., (2013), Kemandirian Dalam Belajar, STKIP Garut,
http://coretanpenasihijau.blogspot.com/2013/09/tugas-kuliah-makalahkemandirian-dalam.html (diakses 3 juni 2014)
Arikunto, S., (2007), Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta.
Basir, La Ode.2008. Kemandirian Belajar atau Belajar Mandiri. http://www.smadwiwarna.net/website/data/artikel/kemandirian.htm. Diakses tanggal 6 Juni
2014
Darr, C and Fisher, J., (2004), Self Regulated Learning in Mathematics Class.
http://www.nzcer.org.nz/system/files/13903.pdf (diakses 03 Mei 2014).
Dhesiana,
(2009),
Kemandirian
Dalam
Belajar.
http://dhesiana.wordpress.com/2009/01/16/kemandirian-dalam-belajar/
(diakses 3 Juni 2014)
Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.,
(2011), Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Proposal Penelitian
Kependidikan, FMIPA Unimed.
Hamalik, Oemar., (2010), Proses Belajar Mengajar, Bumi Aksara, Jakarta.
Hamdani,(2011), Strategi Belajar Mengajar, Pustaka Setia, Bandung.
Hiemstra, R., (1994), Self-directed learning. In T. Husen & T. N. Postlethwaite
(Eds.), The International Encyclopedia of Education (second edition), Oxford:
Pergamon Press. http://home.twcny.rr.com/hiemstra/sdlhdbk.html (diakses 3
Juni 2014)
Ibrahim, M.H dkk., (2000), Pembelajaran Kooperatif, Universitas Negeri
Surabaya, University Press: Surabaya
Isjoni, H., (2009), Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan
Komunikasi Antar Peserta Didik, Pustaka Belajar, Yogyakarta.
Kurniawati, Dewi., (2010), Upaya meningkatkan Kemandirian Belajar Dalam
Pembelajaran Matematika Melalui Model Cooperative Learning Tipe
Kepala Bernomor Terstruktur Pada Siswa SMP N 2 Sewon Bentul, FMIPA
UNY,Yogyakarta.
105
106
Lie, Anita., (2008), Cooperative Learning, PT Gramedia Widiasarana Indonesia,
Jakarta.
Liawati, Imas Siti., (2009), Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
(Numbered Heads Together) Sebagai upaya Meningkatkan Kemandirian
Belajar Matematika Siswa Pada Siswa Kelas VIII-D Semester Ganjil SMP
Negeri 8 Bandar Lampung T.P 2009/2010), FMIPA UNL, Lampung.
Mudjiman, Haris., (2011), Manajemen Pelatihan Berbasis Belajar Mandiri,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Mu’tadin, Zainun., (2002), Kemandirian Sebagai Kebutuhan Psikologi Pada
Remaja. http://www.e-psikologi.com (diakses 20 Juni 2014).
Nuharini, Dewi., dan Wahyuni, Tri., (2008), Matematik Konsep dan Aplikasinya
untuk Kelas VIII SMP dan MTs, Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional, Jakarta.
Nurkancana, Wayan., (1986), Evaluasi Pendidikan, Usaha Nasional, Jakarta.
Pribadi, Benny A., (2009), Model Desain Sistem Pembelajaran, Dian Rakyat,
Jakarta.
Pidarta, Made., (2009), Landasan Kependidikan Stimulus Ilmu Pendidikan
Bercorak Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta.
Rusman, (2011), Model-Model Pembelajaran:Mengembangkan Profesionalisme
Guru, Rajawali Pers, Jakarta.
Sanjaya,Wina, (2011), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan, Kencana Prenada Media Group, Jakarta.
Shadiq, Fadjar, (2009), Model-Model Pembelajaran Matematika SMP, P4TK,
Yogyakarta.
Slameto., (2010), Belajar dan Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi, Rineka
Cipta, Jakarta.
Slavin, Robert E., (2005), Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik,
Penerbit Nusa Media, Jakarta
Soegito, Edi., Nurani, Yuliani., (2003), Kemampuan Dasar Mengajar, Universitas
Terbuka, Jakarta.
Sudjana, Nana, (2005), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, PT REMAJA
ROSDAKARYA, Jakarta.
107
Suprijono, Agus., (2010), Cooperative Learning Teori & Aplikasi PAIKEM,
Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Sulistyowati, Endah., (2012), Implementasi Kurikulum Pendidikan Karakter, PT
CITRA AJI PARAMA, Yogyakarta.
Sumarmo, U., (2010), Kemandirian Belajar : Apa, Mengapa, Bagaimana
Dikembangkan Pada Peserta Didik. Makalah Disajikan Pada Seminar
Pend.Matematika Di Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA Universitas
Yogyakarta tanggal 11 Februari 2010:tidak diterbitkan.
Suyadi., (2012), Strategi
Rosdakarya, Bandung.
Pembelajaran
Pendidikan
Karakter,
Remaja
Tim Pelatih Proyek PGSM., (1999), Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action
Research), Depdikbud, Jakarta.
Trianto., (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep,
Landasan, dan Implementasinya pada Kurikuum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP), Kencana, Jakarta.
Yamin, Martinis., (2012), Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan
Pendidikan, GP Press, Jakarta
Yuslinawati., (2012), Perbedaan Peningkatan Kemampuan Komunikasi Dan
Kemandirian Belajar Matematika Siswa SMP Melalui Pembelajaran
Koperatif tipe Jigsaw Menggunakan Software Autograph Dengan
Pembelajaran Konvensional Menggunakan Software Autograph. Tesis,
Program Pasca Sarjana UNIMED, Medan.
_____, Model pembelajaran Kooperatif Tipe NHT,(2012), Tersedia online :
http://modelpembelajarankooperatif.blogspot.com, diakses 14 Januari
2014.