PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL COOPERATIF LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 SUKARAME DUA TELUK BETUNG BARAT BANDAR LAMPUNG

(1)

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL COOPERATIF LEARNING TIPE NUMBERED

HEADS TOGETHER (NHT) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 SUKARAME DUA TELUK BETUNG BARAT

BANDAR LAMPUNG

Oleh

DESI MUTIA PUTRI

Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya aktivitas dan hasil belajar Matematika pada siswa kelas V SD Negeri 1 Sukarame Dua Teluk Betung Barat Bandar Lampung. Untuk mengatasi masalah tersebut digunakan model pembelajaran Cooperatif Learning tipe Numbered Heads Together (NHT) yang bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 1 Sukarame Dua Teluk Betung Bandar Lampung.

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yang dilakukan dalam 2 siklus dan masing masing siklus terdiri dari 4 langkah kegiatan meliputi perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Alat pengumpul data yang digunakan adalah lembar observasi yang digunakan untuk mengamati aktivitas belajar siswa, untuk mengamati kinerja guru dalam mengajar menggunakan Lembaran IPKG, dan untuk menganalisis hasil belajar Matematika menggunakan soal tes.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa pada siklus I mencapai 47,50% (kurang baik), dan mengalami peningkatan di siklus II 72,49% (Cukup baik), atau meningkat sebesar 24,99%. hasil belajar Matematika siswa pada siklus I rerata nilai mencapai 57 (belum tuntas), mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 79,33 (tuntas). Dengan demikian nilai rerata siswa mengalami peningkatan 22,33.

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan model Cooperatif Learning tipe Numbered Heads Together (NHT), ternyata mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Matematika, karena siswa terlibat secara langsung dalam pembelajaran dan berperan aktif dalam materi yang dipelajari.


(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Matematika adalah ilmu pengetahuan yang abstrak, dan merupakan ilmu pengetahuan yang sangat berguna dalam menyelesaikan permasalahan kehidupan sehari-hari dan dalam upaya memahami ilmu pengetahuan lainnya. Pendidikan matematika pada jenjang pendidikan dasar dan menengah menekankan pada penalaran dan pembentukan kepribadian (sikap) siswa agar dapat menggunakan atau menerapkan matematika menjadi mata pelajaran yang sangat penting dalam pendidikan dan wajib dipelajari pada setiap jenis dan jenjang pendidikan.

Keberhasilan pembelajaran matematika dapat diukur dari keberhasilan siswa yang mengikuti kegiatan tersebut. Keberhasilan itu dapat dilihat dari tingkat pemahaman, penguasaan materi serta prestasi belajar siswa. Semakin tinggi pemahaman dan penguasaan materi maka semakin tinggi pula prestasi belajar siswa. Namun kenyataannya prestasi belajar matematika yang dicapai siswa masih rendah.


(3)

Dalam pembelajaran matematika guru masih menggunakan cara konvensional, guru membacakan atau membawakan bahan yang disiapkan dan siswa mendengarkan, mencatat dan mencoba menyelesaikan soal dari guru, hal ini mengakibatkan kurangnya interaksi antar guru dan siswa, siswa menjadi pasif, kurang perhatian untuk belajar, dan kurang kreatif. Komponen yang menonjol yang menjadi penyebab rendahnya hasil belajar adalah model pembelajaran yang monoton. Salah satu cara untuk mencapai harapan tersebut dibutuhkan pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam mempelajari matematika, yaitu dengan menggunakan model pembelajaran Cooperatif Learning tipe Numbered Heads Together yang dapat meningkatkan hasil belajar serta dapat mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata. Pembelajaran Cooperatif Learning tipe Numbered Heads Together merupakan pembelajaran yang menekankan pada keahlian khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan kemampuan belajar siswa. Berdasarkan hasil observasi awal di SDN 1 Sukarame terhadap pembelajaran matematika diketahui bahwa hasil belajar siswa masih rendah, dikatakan rendah karena nilai rata – rata yang diperoleh siswa masih dibawah KKM, hasil belajar yang rendah tersebut disebabkan oleh kurang efektifnya guru dalam mengajar, penyajian materi kurang menarik dan aktivitas belajar siswa masih rendah, untuk mengatasi masalah tersebut maka peneliti akan melaksanakan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Cooperatif Learning tipe Numbered Heads Together (NHT), dengan harapan hasil belajar siswa dikelas meningkat dan menjadi lebih baik.


(4)

1.2Identifikasi Masalah

Dari latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka permasalahan yang ada dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Pembelajaran kurang efektif karena guru hanya membacakan bahan yang di ajarkan dan siswa mendengarkan.

2. Penyajian materi kurang menarik karena disajikan secara monoton

3. Guru banyak menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran matematika 4. Hasil belajar siswa masih rendah

1.3Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

“Apakah Pembelajaran dengan menggunakan Model Cooperatif Learning tipe Numbered Heads Together(NHT), dapat meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika siswa Kelas V SDN 1 Sukarame Dua Teluk Betung Barat tahun Pelajaran 2012/2013 ?”

1.4Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika siswa Kelas V SDN 1 Sukarame Dua Teluk Betung Barat melalui Model Cooperatif Learning tipe Numbered Heads Together (NHT).


(5)

1.5Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat : a. Untuk Siswa

Meningkatkan Hasil Belajar siswa kelas V SDN 1 Sukarame Dua pada mata pelajaran Matematika melalui model Cooperatif Learning tipe Numbered Heads Together.

b. Untuk guru

a Mengembangkan strategi dalam memotifasi belajar siswa.

b Mengetahui salah satu pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika sehingga terjadi perbaikan, dan meningkatkan efektifitas pembelajaran dikelas.

c. Untuk Sekolah

Dapat memberikan kontribusi dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah tersebut.

d. Untuk Peneliti

Dapat meningkatkan mutu pendidik (guru) dalam mengajar siswa guna meningkatkan aktivitas dan hasil belajar disekolah tersebut.


(6)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1Matematika

Matematika merupakan bidang studi yang diajarkan di SD dari kelas 1 sampai kelas 6. Memahami dan menguasai materi Matematika sangat penting bagi guru agar pembelajaran yang dilaksanakan menjadi lebih bermakna bagi peserta didiknya.

2.1.1 Pengertian Matematika

Matematika berasal dari bahasa yunani “Mathematike” yang berarti mempelajari, atau “Mathesis” yang berarti “Relating to learning” ( pengetahuan dan ilmu). Perkataan Mathematike berhubungan erat dengan sebuah kata lain yang serupa, yaitu”Mathaein” yang mengandung arti ajaran atau belajar (berfikir) ,(Ensiklopedia Indonesia dalam Tim MKPBM UPI 2001:17). Berdasarkan asal katanya maka matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan berfikir atau nalar (Suwangsih dan Tiurlina, 2006:3).

Matematika juga diartikan sebagai pengetahuan abstrak dan deduktif, dimana kesimpulan tidak ditarik berdasarkan pengalaman keindraan tetapi atas kesimpulan yang ditarik dari kaidah kaidah tertentu.


(7)

Matematika terbentuk dari pengalaman manusia secara empiris, kemudian diproses dalam rasio, diolah secara analisa dengan penalaran di dalam struktur kognitif sehingga sampai terbentuk konsep-konsep matematika, supaya konsep-konsep tersebut mudah dipahami oleh orang lain dan dapat dimanipulasi secara tepat, maka digunakan notasi matematika yang bernilai global. ( Suwangsih dan Tiurlina, 2006:3 )

James dan James ( dalam Tim MKPBM UPI 2001 ) mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika, bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dalam jumlah yang banyak yang terbagi dalam tiga bidang yaitu, aljabar, analisis,dan geometri.

Kemudian Reys, dkk. Dalam Tim MKPBM UPI, (2001:19) menyatakan bahwa matematika adalah tentang pola dan hubungan , suatu jalan atau pola pikir, suatu seni, suatu bahasa, dan suatu alat. Selain itu Ruseffendi ( dalam Suwangsih dan Tiurlina , 2006:4) menyatakan bahwa matematika terorganisasikan dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan. Definisi-definisi, aksioma-aksioma, dan dalil-dalil setelah dibuktikan kebenarannya diberlakukan secara umum, karena itulah matematika sering disebut juga sebagai ilmu deduktif.


(8)

Berdasarkan beberapa pendapat di atas penulis simpulkan bahwa matematika adalah salah satu disiplin ilmu yang diperoleh dari berfikir dengan menghubungkan suatu konsep dengan konsep yang lainnya, terbagi dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis, dan geometri.

2.1.2 Fungsi Matematika di SD

Fungsi Matematika adalah sebagai media atau sarana siswa dalam mencapai kompetensi. Dengan mempelajari materi matematika diharapkan siswa akan dapat menguasai seperangkat kompetensi yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, penguasaan materi matematika bukanlah tujuan akhir dari pembelajaran matematika, akan tetapi penguasaan materi matematika hanyalah jalan mencapai penguasaan kompetensi. Fungsi lain mata pelajaran matematika sebagai: alat, pola pikir, dan ilmu atau pengetahuan. Ketiga fungsi matematika tersebut hendaknya dijadikan acuan dalam pembelajaran matematika sekolah. Dengan mengetahui fungsi-fungsi matematika tersebut diharapkan kita sebagai guru atau pengelola pendidikan matematika dapat memahami adanya hubungan antara matematika dengan berbagai ilmu lain atau kehidupan. Sebagai tindak lanjutnya sangat diharapkan agar para siswa diberikan penjelasan untuk melihat berbagai contoh penggunaan matematika sebagai alat untuk memecahkan masalah dalam mata pelajaran lain, dalam kehidupan kerja atau dalam kehidupan sehari-hari. Namun tentunya harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa,


(9)

sehingga diharapkan dapat membantu proses pembelajaran matematika di sekolah.

Fungsi matematika yang pertama yaitu matematika sebagai alat untuk memahami atau menyampaikan suatu informasi misalnya melalui persamaan persamaan, atau tabel-tabel dalam model-model matematika yang merupakan penyederhanaan dari soal-soal cerita atau soal-soal uraian matematika lainnya. Bila seorang siswa dapat melakukan perhitungan, tetapi tidak tahu alasannya, maka tentunya ada yang salah dalam pembelajarannya atau ada sesuatu yang belum dipahami.

Fungsi ke dua matematika merupakan pembentukan pola pikir dalam pemahaman suatu pengertian maupun dalam penalaran suatu hubungan di antara pengertian-pengertian itu, dalam pembelajaran matematika, para siswa dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui pengalaman tentang sifat-sifat yang dimiliki dan yang tidak dimiliki dari sekumpulan objek (abstraksi). Dengan pengamatan terhadap contoh-contoh diharapkan siswa mampu menangkap pengertian suatu konsep. Selanjutnya siswa dilatih untuk membuat perkiraan, terkaan, atau kecenderungan berdasarkan kepada pengalaman atau pengetahuan yang dikembangkan melalui contoh-contoh khusus (generalisasi). Di dalam proses penalarannya dikembangkan pola pikir induktif maupun deduktif. Namun tentu kesemuanya itu harus disesuaikan dengan


(10)

perkembangan kemampuan siswa, sehingga pada akhirnya akan sangat membantu kelancaran proses pembelajaran matematika di sekolah.

Fungsi matematika yang ketiga adalah sebagai ilmu pengetahuan, oleh karena itu, pembelajaran matematika di sekolah harus diwarnai oleh fungsi yang ketiga ini. Sebagai guru harus mampu menunjukkan bahwa matematika selalu mencari kebenaran, dan bersedia meralat kebenaran yang telah diterima, bila ditemukan kesempatan untuk mencoba mengembangkan penemuan-penemuan sepanjang mengikuti pola pikir yang sah. Dalam buku standar kompetensi matematika Depdiknas, secara khusus disebutkan bahwa fungsi matematika adalah mengembangkan kemampuan berhitung, mengukur, menurunkan rumus dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari melalui pengukuran dan geometri, aljabar, peluang dan statistika, kalkulus dan trigonometri.

2.1.3 Ruang Lingkup Matematika di SD

Ruang lingkup pembelajaran matematika SD diatur sesuai dengan Permendiknas No.22 Tahun 2006 tentang Standar isi. Yang meliputi aspek bilangan, geometri dan pengukuran, dan pengolahan data. Standar isi adalah ruang lingkup minimal dan tingkat kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang pendidikan tertentu. Termasuk dalam Standar isi adalah kerangka dasar


(11)

dan Struktur kurikulum, Standar Kompetensi, serta Kompetensi Dasar setiap mata pelajaran pada setiap semester dari setiap jenis dan jenjang pendidikan dasar dan menengah (Chamisijatin, dkk 2008).

2.1.4 Tujuan Matematika di SD

Matematika diajarkan di sekolah membawa misi yang sangat penting, yaitu mendukung ketercapaian tujuan pendidikan nasional. Secara umum tujuan pendidikan matematika di sekolah dapat digolongkan menjadi :

a. Tujuan yang bersifat formal, menekankan kepada menata penalaran dan membentuk kepribadian siswa

b. Tujuan yang bersifat material menekankan kepada kemampuan memecahkan masalah dan menerapkan matematika.

Adapun tujuan pembelajaran Matematika khusus di SD agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut : 1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep tersebut secara luwes, akurat, efesien, dan tepat, dalam pemecahan masalah; 2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; 3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; 4) mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; 5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah (Aisyah, dkk.2007).


(12)

Secara lebih rinci, Tujuan pembelajaran matematika dipaparkan pada buku standar kompetensi mata pelajaran matematika sebagai berikut :

a Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsistensi dan

inkonsistensi.

b Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.

c Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, grafik, peta, diagram, dalam menjelaskan gagasan.

Mata Pelajaran Matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP 2006).

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau logaritma secara luwes, akurat, efesien, dan tepat dalam pemecahan masalah. 2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat melakukan

manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.


(13)

4. Mengorganisasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. 5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam

kehidupan yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

2.2Belajar dan Pembelajaran 2.2.1 Teori Belajar

Belajar adalah Meningkatkan kemampuan daya melalui latihan latihan. Nilai proses belajar terletak pada nilai nilai formalnya bukan pada nilai materialnya. Karena yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah pembentukkan daya daya tertentu. Kemampuan daya yang sudah terbentuk dan sudah berkembang pada seseorang dapat ditransfer pada situasi baru. Belajar pada dasarnya merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang terjadi karena adanya interaksi seseorang dengan lingkungannya. Salah satu yang tampak dari seorang yang telah melakukan proses belajar adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku tersebut bagian dari hasil belajar siswa. ( Asra, 2008:44 ).

Sumiati dan Asra (2008:54) menjelaskan,terdapat tiga unsur penting dari pengaruh hasil belajar,yaitu :

1. Pengalaman belajar yang dimiliki sebelum melakukan proses belajar

2. Situasi lingkungan yng memberi rangsangan untuk terjadinya proses belajar 3. Respon atau reaksi seseorang terhadap rangsangan tersebut


(14)

2.2.2 Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar dapat terjadi dari proses yang sangat informal sampai yang sangat formal, dari bahan materi yang sangat sederhana sampai bahan materi yang sangat rumit. Aktivitas belajar dapat terjadi dari proses yang alamiah sampai proses yang ilmiah. Jadi dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran, aktivitas ditekankan pada siswa sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran akan berdampak terciptanya situasi belajar yang aktif dan efektif.

2.2.3 Hasil Belajar

Hasil belajar siswa diperoleh setelah berakhirnya proses pembelajaran dan dapat diukur dengan angka angka yang bersifat pasti, selain itu dapat diamati melalui perubahan tingkah laku siswa setelah mengalami proses pembelajaran. Menurut Dimyati dan Mudjiono(2002:3) berpendapat bahwa : hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, dari siswa hasil belajar merupakan puncak proses belajar.


(15)

Abdurahman (1999:37) menyatakan tentang pengertian hasil belajar yaitu ; “ Hasil Belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar” Melalui Hasil Belajar siswa maka dapat diketahui sejauh mana perkembangan intelektual siswa. Jika hasil belajar dinyatakan tidak baik artinya selama proses pembelajaran siswa kurang mengikuti dengan baik. Oleh karena itu hasil belajar dapat dikatakan sebagai puncak dari proses pembelajaran.

Sedangkan (Anas Sudijiono, 1998). Berpendapat bahwa yang dimaksud dengan hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa yang berfungsi mengukur perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh siswa setelah mereka menempuh proses belajar dalam jangka waktu tertentu.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas penulis simpulkan bahwa yang dimaksud dengan hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran dengan bahan pembelajaran tertentu, waktu tertentu, melalui tes akhir pelajaran yang telah ditentukan.

2.3Model Pembelajaran Matematika di SD

Model adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan


(16)

guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Model pengajaran merupakan suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum, merancang bahan-bahan pengajaran, dan membimbing pengajaran di suatu kelas.

Model pembelajaran yang sering dipakai di sekolah dasar yaitu : 1. Model Pembelajaran Kontekstual

Merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/ keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari permasalahan yang satu kepermasalahan yang lainnya.

2. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif melibatkan pelajar bekerjasama dalam mencapai satu-satu objektif pembelajaran (Johnson & Johnson, 1991).

3. Pembelajaran Tematik

Merupakan metode pembelajaran tepadu yang berorientasi pada tema-tema tertentu untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna bagi siswa.


(17)

Pakem adalah sebuah model pembelajaran yang memungkinkan peserta didik mengerjakan kegiatan yang beragam untuk mengembangkan keterampilan dan pemahaman dengan penekanan kepada belajar sambil bekerja, sementara guru menggunakan berbagai sumber dan alat bantu belajar termasuk pemanfaatan lingkungan supaya pembelajaran lebih menarik, menyenangkan dan efektif.

2.4Model Pembelajaran Kooperatif

Pengertian Pembelajaran Kooperatif ( Cooperative Learning ) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar (Sugianto 2008:35).

Sedangkan menurut Slavin (1997) pembelajaran kooperatif, merupakan metode pembelajaran dengan siswa bekerja dalam kelompok yang memiliki kemampuan heterogen. Pembelajaran kooperatif atau Cooperative Learning mengacu pada metode pengajaran, siswa bekerja bersama dalam kelompok kecil saling membantu dalam belajar.

Berdasarkan definisi – definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif ( Cooperatif Learningg) adalah model pembelajaran yang menggunakan kelompok – kelompok kecil dimana siswa dalam satu kelompok saling bekerja sama memecahkan masalah untuk mencapai tujuan pembelajaran. Ada beberapa macam model pembelajaran kooperatif


(18)

diantaranya Jigsaw, STAD, TGT (Slavin 1990) Write Pair Square, Think Pair Square, Inside-Outside Circle, Round-Robin, NHT, Two Stay Two Stray (Kagan 1992), Group Investigation (Sharan et al), Learning Together (Johnson et al 1990), Cooperative Controversy (Johnson and Johnson 1987) Murder – Mood, Understand, Recall, Detect, Elaborate, Review (Hythecker et al 1988). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Pembelajaran kooperatif tipe NHT, pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi siswa dalam memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan isi akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000 : 28). Dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Spencer Kagen dalam Ibrahim (2000 : 28) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dengan mengecek pemahaman mereka mengenai isi pelajaran tersebut. Sebagai pengganti pertanyaan lansung kepada seluruh kelas, guru menggunakan empat langkah sebagai berikut : (a) Penomoran, (b) Pengajuan pertanyaan, (c) Berpikir bersama, (d) Pemberian jawaban.


(19)

Pembelajaran Cooperatif tipe Numbered Heads Together merupakan tipe pembelajaran yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasan akademik. Model pembelajaran Cooperatif tipe Numbered Heads Together juga melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.

Ada tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran Cooperatif tipe Numbered Heads Together yaitu : (1) hasil belajar akademik structural, (2) pengakuan adanya keragaman, (3) pengembangan keterampilan sosial (Wawan-Junaidi.blogspot.com)

2.4.1 Kelebihaan dan kekurangan model Pembelajaran tipe NHT

Kelebihan dari model ini adalah : (1) setiap siswa menjadi siap semua, (2) dapat melakukan diskusi dengan sunggguh- sungguh, (3) siswa yang pandai dapat mengajari siwa yng kurang pandai.

Sedangkan kelemahannya adalah ; (1) kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru; (2) Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru (Sugiyanto, 2008: 41-42).

Tujuan Model pembelajaran kooperatif dalam Ibrahim, dkk (2000:7-8) sebagai berikut:

a. Meskipun pembelajaran kooperatif meliputi berbagai macam tujuan sosial, tetapi juga bertujuan untuk meningkatkan kinerja


(20)

siswa dalam tugas-tugas akademik. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit. Model struktur penghargaan kooperatif juga telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.

b. Penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, maupun ketidakmampuan. Pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa yang berbeda latarbelakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain.

c. Tujuan penting ketiga dari pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini penting karena banyak anak muda dan orang dewasa masih kurang dalam keterampilan social.

2.4.2 Langkah-langkah pembelajaran Numbered Heads Together(NHT) Langkah- langkah model Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together adalah : (1) siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam kelompok mengerjakannya; (2) guru memberikan tugas dan masing masing kelompok mengerjakannya; (3) kelompok mendiskusikan jawaban yag benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya;(4) guru memberi salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka;(5) tanggaan dari teman yang lain , kemudian guru menunjuk nomor yang lain;(6) kesimpulan. (Kagen dalam Ibrahim, 2000:28).


(21)

Langkah langkah pembelajaran tersebut dikembangkan menjadi enam langkah sebagai berikut :

Langkah 1. Persiapan

Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

Langkah 2. Pembentukan kelompok

Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 4 sampai 5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok. Sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai, guru memperkenalkan keterampilan kooperatif dan menjelaskan tiga aturan dasar dalam pembelajaran kooperatif yaitu : Tetap berada dalam kelas Mengajukan pertanyaan kepada kelompok sebelum mengajukan pertanyaan kepada guru Memberikan umpan balik terhadap ide-ide serta menghindari saling mengkritik sesama siswa dalam kelompok.


(22)

Langkah 3. Diskusi masalah

Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok, setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa setiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari spesifik sampai yang bersifat umum. Langkah 4. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.

Langkah 5. Memberi kesimpulan

Guru memberikan kesimpulan atau jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.

Langkah 6. Memberikan penghargaan

Pada tahap ini, guru memberikan penghargaan berupa kata-kata pujian pada siswa dan memberi nilai yang lebih tinggi kepada kelompok yang hasil belajarnya lebih baik.


(23)

2.4.3 Manfaat Pembelajaran NHT

Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa yang hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh Lundgren dalam Ibrahim (2000: 18), antara lain adalah : (1) Rasa harga diri menjadi lebih tinggi, (2) Memperbaiki kehadiran, (3) Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar, (4) Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil, (5) Konflik antara pribadi berkurang (6) Pemahaman yang lebih mendalam, (7) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi, (8) Hasil belajar lebih tinggi.


(24)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas V SDN 1 Sukarame Dua Teluk Betung Barat semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 30 siswa yang terdiri dari 18 orang laki laki dan 12 orang perempuan.

3.2 Setting Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SDN 1 Sukarame dua Teluk Betung Barat menggunakan prosedur penelitian tindak kelas ( Clasroom actions Research ) dengan proses kajian berdaur ulang yang terdiri dari empat tahapan yaitu : (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) Pengamatan, (4) Refleksi.


(25)

SIKLUS I

SIKLUS II

Gambar 3.2 Model siklus penelitian (Suhardjono,2006).

Berdasarkan alur di atas maka hal pertama yang harus dilakukan adalah merencanakan proses belajar mengajar, melakukan tindakan pembelajaran, mengamati tindakan yang sedang dilakukan, dan terakhir adalah merefleksi hasil pembelajaran sehingga dapat melakukan perencanaan yang lebih matang.

Permasalahan Perencanaan tindakan I

Pelaksanaan tindakan I

Pengamatan/ pengumpulan data I Refleksi I Permasalahan baru hasil refleksi Perencanaan tindakan II Pelaksanaan tindakan II Pengamatan / pengumpulan data II Refleksi II Apabila permasalahan belum terselesaikan Dilanjutkan ke siklus berikutnya


(26)

3.3 Teknik dan Alat Pengumpulan Data 1. Observasi

Observasi dilaksanakan selama pembelajaran berlangsung yang dilakukan oleh teman sejawat sebagai observer yang telah mendapat izin dari kepala sekolah, guna memperoleh data yang berkaitan dengan aktivitas belajar siswa, dengan memberi tanda ceklis (√) pada lembaran instrumen observasi.

2. Tes Hasil Belajar

Kegiatan ini dilakukan dengan cara pemberian tugas mengerjakan soal tes dari setiap siklus. Pada kegiatan ini data yang diperoleh adalah data kuantitatif yang berupa nilai hasil belajar.

3.4 Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan untuk mencermati setiap langkah yang dibuat mulai dari tahap persiapan, proses, sampai dengan hasil penelitian, dan dilakukan untuk mempersiapkan apakah semua aspek pembelajaran sudah sesuai dengan kapasitasnya. Data - data yang diperoleh dengan cara observasi, dan tes tertulis, lalu dilakukan analisis sebagai bahan kajian pada kegiatan refleksi. Analisis dilakukan dengan cara membandingkan hasil yang telah dicapai dengan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Analisis data yang digunakan dalam PTK ini adalah analisis data secara kualitatif dan kuantitatif yang diperoleh dengan mengadakan pengamatan secara langsung terhadap aktivitas siswa dengan menggunakan lembar observasi.


(27)

Nilai aktivitas siswa dihitung dengan rumus : a. Aktivitas belajar siswa.

Keterangan :

NP = Persentase aktivitas yang dicari R = Jumlah Aspek yang muncul SM = Jumlah Seluruh Aspek 100% = Bilangan tetap

(Poerwanto, 2008:10)

Bila nilai persentase Aktivitas siswa (NP) ≥ 75 % maka katagori baik, bila nilai NP < 75 % maka katagori cukup baik, bila nilai NP < 59,5 maka dikatagorikan kurang baik. (Arikunto, 2006:17).

b. Hasil Belajar

Hasil belajar diperoleh dengan cara pemberian tugas mengerjakan soal tes pada setiap siklus.

3.5 Tindakan

Penelitian Tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai. Pelaksanaann tindakan yang dilakukan dalam penelitiaan ini menggunakan model yang dikembangkan oleh Mc Taggart dalam Depdiknas (2004:7) yang terdiri dari beberapa tahapan , yaitu : (a) Perencanaan; (b) Pelaksanaan Tindakan ; (c) Observasi ; (d) Refleksi untuk setiap siklus nya. Prosedur penelitian ini diterapkan sebagai berikut :

R

NP = X 100 % SM


(28)

SIKLUS I A. Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan adalah sebagai berikut :

 Mendiskusikan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan guru mitra berdasarkan silabus.

 Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan langkah langkah Penggunaan model Cooperatif Learning tipe Numbered Heads Together (NHT).

 Membuat LKK ( Lembar Kerja Kelompok)

 Membuat soal tes sebagai alat evaluasi untuk mengetahui hasil belajar siswa.

B. Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan yang dilaksanakan adalah mengelola proses pembelajaran dengan menggunakan model Cooperatif Learning tipe Numbered Heads Together (NHT). Tahapan kegiatannya mengikuti kegiatan yang terdapat dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) antara lain :

a. Kegiatan Pendahuluan

 Guru meengucapkan salam, berdoa, menyiapkan media pembelajaran.  Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang bersesuaian dengan

materi yang akan disampaikan.

 Kemudian guru memberikan apersepsi, menghubungkan pembelajaran dengan pengetahuan awal siswa.


(29)

b. Kegiatan Inti

 Guru memberikan pertanyaan yang telah dirumuskan.

 Kemudian guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 5-6 orang tiap kelompoknya.

 Dengan bimbingan guru siswa mengerjakan LKS yang telah diberikan secara berkelompok.

 Lalu Guru memanggil satu nomor dari tiap kelompok untuk mempersentasikan hasil jawaban LKS yang telah dkerjakan.

 Pada akhir kegiatan guru memberi kesimpulan tentang materi yang telah disampaikan.

 Guru memberikan penghargaan berupa pujian kepada kelompok yang mendapat nilai tertinggi.

 Kemudian guru mengadakan evaluasi hasil pembelajaran kelompok. c. Kegiatan penutup

Guru menegaskan kembali konsep-konsep penting yang harus dikuasai siswa. Diakhir setiap pembelajaran dilakukan tes hasil belajar untuk mengetahui hasil belajar siswa terhadap materi yang sudah dipelajari.

C. Observasi

Observasi dilaksanakan selama pembelajaran berlangsung yang dilakukan oleh teman sejawat sebagai observer yang telah mendapat izin dari kepala sekolah, guna memperoleh data yang berkaitan dengan aktivitas belajar siswa


(30)

dan kinerja guru dengan memberi tanda ceklis (√) pada lembaran instrumen observasi.

D. Refleksi

Pada setiap Refleksi dilakukan analisis data mengenai proses, masalah, dan hambatan yang dijumpai dan dilanjutkan dengan refleksi terhadap dampak pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan. Pada penelitian ini hasil yang didapat pada tiap tahap evaluasi pada setiap sikus dikumpulkan, dianalisis , dan dibuat kesimpulan sementara. Hasil analisis dari data setiap siklus digunakan untuk merefleksi diri, apakah dengan tindakan yang telah dilakukan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil analisis data yang digunakan pada tahap ini dugunakan sebagai acuan untuk melaksanakan siklus berikutnya.

SIKLUS II A. Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan adalah sebagai berikut : Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan adalah sebagai berikut :

 Mendiskusikan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berdasarkan silabus.


(31)

 Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan langkah langkah Penggunaan model Cooperatif Learning tipe Numbered Heads Together (NHT).

 Membuat LKK ( Lembar Kerja Kelompok)

 Membuat soal tes sebagai alat evaluasi untuk mengetahui hasil belajar siswa.

B. Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan yang dilaksanakan adalah mengelola proses pembelajaran dengan menggunakan model Cooperatif Learning tipe Numbered Heads Together (NHT). Tahapan kegiatannya mengikuti kegiatan yang terdapat dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) antara lain :

1. Kegiatan Pendahuluan

 Guru mengucapkan salam, berdoa, menyiapkan media pembelajaran.

 Guru memberikan beberapa permasalahan yang bersesuaian dengan materi yang akan disampaikan.

 Kemudian guru memberikan apersepsi, menghubungkan pembelajaran dengan pengetahuan awal siswa

2. Kegiatan Inti

 Guru memberikan pertanyaan yang telah dirumuskan.

 Kemudian guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 5-6 orang tiap kelompoknya.


(32)

 Dengan bimbingan guru siswa mengerjakan LKS yang telah diberikan secara berkelompok.

 Lalu Guru memanggil satu nomor dari tiap kelompok untuk mempersentasikan hasil jawaban LKS yang telah dkerjakan.

 Pada akhir kegiatan guru memberi kesimpulan tentang materi yang telah disampaikan.

 Guru memberikan penghargaan berupa pujian kepada kelompok yang mendapat nilai tertinggi.

 Kemudian guru mengadakan evaluasi hasil pembelajaran kelompok.

3. Kegiatan penutup

Guru menegaskan kembali konsep-konsep penting yang harus dikuasai siswa. Diakhir setiap pembelajaran dilakukan tes hasil belajar untuk mengetahui hasil belajar siswa terhadap materi yang sudah dipelajari.

C. Observasi

Observasi dilaksanakan selama pembelajaran berlangsung yang dilakukan oleh teman sejawat sebagai observer yang telah mendapat izin dari kepala sekolah, guna memperoleh data yang berkaitan dengan aktivitas belajar siswa, dan kinerja guru dengan memberi tanda ceklis (√) pada lembaran instrumen observasi.


(33)

D. Refleksi

Pada setiap Refleksi dilakukan analisis data mengenai proses, masalah, dan hambatan yang dijumpai dan dilanjutkan dengan refleksi terhadap dampak pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan. Pada penelitian ini hasil yang didapat pada tiap tahap evaluasi pada setiap sikus dikumpulkan, dianalisis , dan dibuat kesimpulan sementara. Hasil analisis dari data setiap siklus digunakan untuk merefleksi diri, apakah dengan tindakan yang telah dilakukan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

3.6 Indikator Keberhasilan

Pembelajaran Matematika dalam penelitian ini dinyatakan berhasil jika : 1. Aktivitas siswa meningkat dari siklus pertama ke siklus ke dua 2. Hasil belajar siswa meningkat dari siklus pertama ke siklus ke dua


(34)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan :

1. Pembelajaran Matematika menggunakan model Cooperatif Learning tipe Numbered Heads Together (NHT), ternyata meningkatkan Aktivitas Belajar siswa kelas V SD Negeri 1 Sukarame dua Teluk Betung Barat yaitu pada siklus I 47,50% (dengan kategori kurang baik), siklus II 72,49% (dengan kategori cukup baik)

2. Pembelajaran Matematika menggunakan model Cooperatif Learning tipe Numbered Heads Together (NHT), ternyata meningkatkan Hasil Belajar siswa kelas V SD Negeri 1 Sukarame dua Teluk Betung Barat dengan ditandai persentase siswa yang mendapat nilai rerata meningkat tiap siklusnya, siklus I sebesar 57 dan meningkat pada siklus II menjadi 79,33 atau meningkat sebeasar 22,33.


(35)

5.2Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan diatas maka peneliti dapat mengemukakan saran sebagai berikut :

1. Disarankan pada guru yang mengajar Matematika dikelas yang sama agar menggunakan model Cooperatif Learning tipe Numbered Heads Together (NHT) sebagai metode alternatif dalam melaksanakan pembelajaran.

2. Disarankan pada guru untuk menerapkan model Cooperatif Learning tipe Numbered Heads Together (NHT) karena model ini dapat melatih nalar siswa menjadi kreatif, menumbuhkan rasa percaya diri, dan membuat siswa menjadi nyaman dan dihargai.

3. Dalam pembelajaran menggunakan model Cooperatif Learning tipe Numbered Heads Together (NHT) hendaknya guru membuat persiapan dan media pembelajaran agar tujuan pembelajaran yang direncanakan tercapai. 4. Setiap akhir bahan kajian, hendaknya guru selalu melakukan evaluasi hasil

belajar dan hasil tersebut langsung disampaikan langsung kepada siswa, sehingga siswa lebih termotivasi lagi dalam belajar.


(36)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulrahman. 1999. Pendidikan bagi anak beresulitan Belajar. Rineka Cipta. Jakarta

Aqib, Zainal. 2006. Penelitian Tindakan kelasa Untuk Guru. Bumi Antariksa. Jakarta

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2004. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta

Hopkin, D.1993. A Teacher’s to Classroom Research. Open university Press. Philadelphia

Sumiati dan Asra. 2008. Model Pembelajaran Matematika. Upi Press. Bandung.

Tim pengembang Kurikulum. 2005. Pengembang Kurikulum. Depdiknas. Jakarta.

Djamarah, 2000. Guru dan anak didik dalam interaksi edukatif. Rineka Cipta. Jakarta.


(1)

30

 Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan langkah langkah Penggunaan model Cooperatif Learning tipe Numbered Heads Together (NHT).

 Membuat LKK ( Lembar Kerja Kelompok)

 Membuat soal tes sebagai alat evaluasi untuk mengetahui hasil belajar siswa.

B. Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan yang dilaksanakan adalah mengelola proses pembelajaran dengan menggunakan model Cooperatif Learning tipe Numbered Heads Together (NHT). Tahapan kegiatannya mengikuti kegiatan yang terdapat dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) antara lain :

1. Kegiatan Pendahuluan

 Guru mengucapkan salam, berdoa, menyiapkan media pembelajaran.

 Guru memberikan beberapa permasalahan yang bersesuaian dengan materi yang akan disampaikan.

 Kemudian guru memberikan apersepsi, menghubungkan pembelajaran dengan pengetahuan awal siswa

2. Kegiatan Inti

 Guru memberikan pertanyaan yang telah dirumuskan.

 Kemudian guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 5-6 orang tiap kelompoknya.


(2)

 Dengan bimbingan guru siswa mengerjakan LKS yang telah diberikan secara berkelompok.

 Lalu Guru memanggil satu nomor dari tiap kelompok untuk mempersentasikan hasil jawaban LKS yang telah dkerjakan.

 Pada akhir kegiatan guru memberi kesimpulan tentang materi yang telah disampaikan.

 Guru memberikan penghargaan berupa pujian kepada kelompok yang mendapat nilai tertinggi.

 Kemudian guru mengadakan evaluasi hasil pembelajaran kelompok.

3. Kegiatan penutup

Guru menegaskan kembali konsep-konsep penting yang harus dikuasai siswa. Diakhir setiap pembelajaran dilakukan tes hasil belajar untuk mengetahui hasil belajar siswa terhadap materi yang sudah dipelajari.

C. Observasi

Observasi dilaksanakan selama pembelajaran berlangsung yang dilakukan oleh teman sejawat sebagai observer yang telah mendapat izin dari kepala sekolah, guna memperoleh data yang berkaitan dengan aktivitas belajar siswa, dan kinerja guru dengan memberi tanda ceklis (√) pada lembaran instrumen observasi.


(3)

32

D. Refleksi

Pada setiap Refleksi dilakukan analisis data mengenai proses, masalah, dan hambatan yang dijumpai dan dilanjutkan dengan refleksi terhadap dampak pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan. Pada penelitian ini hasil yang didapat pada tiap tahap evaluasi pada setiap sikus dikumpulkan, dianalisis , dan dibuat kesimpulan sementara. Hasil analisis dari data setiap siklus digunakan untuk merefleksi diri, apakah dengan tindakan yang telah dilakukan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

3.6 Indikator Keberhasilan

Pembelajaran Matematika dalam penelitian ini dinyatakan berhasil jika : 1. Aktivitas siswa meningkat dari siklus pertama ke siklus ke dua 2. Hasil belajar siswa meningkat dari siklus pertama ke siklus ke dua


(4)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan :

1. Pembelajaran Matematika menggunakan model Cooperatif Learning tipe Numbered Heads Together (NHT), ternyata meningkatkan Aktivitas Belajar siswa kelas V SD Negeri 1 Sukarame dua Teluk Betung Barat yaitu pada siklus I 47,50% (dengan kategori kurang baik), siklus II 72,49% (dengan kategori cukup baik)

2. Pembelajaran Matematika menggunakan model Cooperatif Learning tipe Numbered Heads Together (NHT), ternyata meningkatkan Hasil Belajar siswa kelas V SD Negeri 1 Sukarame dua Teluk Betung Barat dengan ditandai persentase siswa yang mendapat nilai rerata meningkat tiap siklusnya, siklus I sebesar 57 dan meningkat pada siklus II menjadi 79,33 atau meningkat sebeasar 22,33.


(5)

50

5.2Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan diatas maka peneliti dapat mengemukakan saran sebagai berikut :

1. Disarankan pada guru yang mengajar Matematika dikelas yang sama agar menggunakan model Cooperatif Learning tipe Numbered Heads Together (NHT) sebagai metode alternatif dalam melaksanakan pembelajaran.

2. Disarankan pada guru untuk menerapkan model Cooperatif Learning tipe Numbered Heads Together (NHT) karena model ini dapat melatih nalar siswa menjadi kreatif, menumbuhkan rasa percaya diri, dan membuat siswa menjadi nyaman dan dihargai.

3. Dalam pembelajaran menggunakan model Cooperatif Learning tipe Numbered Heads Together (NHT) hendaknya guru membuat persiapan dan media pembelajaran agar tujuan pembelajaran yang direncanakan tercapai. 4. Setiap akhir bahan kajian, hendaknya guru selalu melakukan evaluasi hasil

belajar dan hasil tersebut langsung disampaikan langsung kepada siswa, sehingga siswa lebih termotivasi lagi dalam belajar.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulrahman. 1999. Pendidikan bagi anak beresulitan Belajar. Rineka Cipta. Jakarta

Aqib, Zainal. 2006. Penelitian Tindakan kelasa Untuk Guru. Bumi Antariksa. Jakarta

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2004. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta

Hopkin, D.1993. A Teacher’s to Classroom Research. Open university Press. Philadelphia

Sumiati dan Asra. 2008. Model Pembelajaran Matematika. Upi Press. Bandung.

Tim pengembang Kurikulum. 2005. Pengembang Kurikulum. Depdiknas. Jakarta.

Djamarah, 2000. Guru dan anak didik dalam interaksi edukatif. Rineka Cipta. Jakarta.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Model Numbered Head Together (NHT) terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Sosiologi Kelas X (Studi Kasus: SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan

0 4 169

Penerapan model cooperative learning teknik numbered heads together untuk meningkatkan hasil belajar akutansi siswa ( penelitian tindakan kelas di MAN 11 jakarta )

0 6 319

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together (NHT) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep fluida dinamis

0 8 192

Efektifitas pembelajaran kooperatif metode numbered heads together (NHT) terhadap hasil belajar pendidikan Agama Islam di SMP Islam al-Fajar Kedaung Pamulang

0 10 20

Pengaruh metode Numbered Head Together (NHT) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di SMP Al-Zahra Indonesia Pamulang

0 4 177

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V B SDN 06 METRO BARAT

1 10 49

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PELAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) MATA PELAJARAN MATEMATIKA PADA KELAS V SD NEGERI 3 KEMILING PERMAI BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013 / 2014

0 4 39

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER KELAS V SDN 01 TEMPURAN TRIMURJO LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 5 70

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together terhadap Hasil Belajar Fiqih dalam pokok bahasan Riba, Bank, dan Asuransi. (Kuasi Eksperimen di MA Annida Al Islamy, Jakarata Barat)

0 13 150

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) MELALUI PENINGKATAN HASIL BELAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) MELALUI PENELITIAN TINDAKAN KELAS.

0 0 15