PERBEDAAN TINGKAT PROFESIONALISME GURU DAN KUALITAS PROSES PEMBELAJARAN BERDASARKAN LATAR BELAKANG PENDIDIKAN GURU SMK PROGRAM STUDI KEAHLIAN TEKNIK ELEKTRONIKA DAN KETENAGALISTRIKAN DI WILAYAH PRIANGAN TIMUR.

(1)

Adinda Syarifina Fadhilah, 2013

Perbedaan Tingkat Profesionalisme Guru dan Kualitas Proses Pembelajaran Berdasarkan Latar PERBEDAAN TINGKAT PROFESIONALISME GURU DAN KUALITAS

PROSES PEMBELAJARAN BERDASARKAN LATAR BELAKANG PENDIDIKAN GURU SMK PROGRAM STUDI KEAHLIAN TEKNIK

ELEKTRONIKA DAN KETENAGALISTRIKAN DI WILAYAH PRIANGAN TIMUR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Teknik Elektro

Oleh:

ADINDA SYARIFINA FADHILAH NIM. 0804646

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

2013 PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Perbedaa Ti gkat Profesionalisme Guru dan Kualitas Proses Pembelajaran Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan Guru SMK Program Studi Keahlian Teknik Elektronika dan Ketenagalistrikan di Wilayah Pria ga Ti ur ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar hasil karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, November 2012 Yang membuat pernyataan,

Adinda Syarifina Fadhilah NIM. 0804646


(3)

Adinda Syarifina Fadhilah, 2013

Perbedaan Tingkat Profesionalisme Guru dan Kualitas Proses Pembelajaran Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan Guru SMK Program Studi Keahlian Teknik Elektronika dan Ketenagalistrikan di Wilayah Priangan Timur

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

LEMBAR PENGESAHAN

Adinda Syarifina Fadhilah NIM. 0804646

PERBEDAAN TINGKAT PROFESIONALISME GURU DAN KUALITAS PROSES PEMBELAJARAN BERDASARKAN LATAR BELAKANG PENDIDIKAN GURU SMK PROGRAM STUDI KEAHLIAN

TEKNIK ELEKTRONIKA DAN KETENAGALISTRIKAN DI WILAYAH PRIANGAN TIMUR

Disetujui dan disahkan oleh:

Mengetahui, Pembimbing I,

Dr. Jaja Kustija, M.Sc.

NIP. 19591231 198503 1 022

Pembimbing II,

Wasimudin Surya S., ST. MT. NIP. 19700808 199702 1 001

Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Elektro,


(4)

ABSTRAK

Perbedaan Tingkat Profesionalisme Guru dan Kualitas Proses Pembelajaran Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan Guru SMK Program Studi Keahlian

Teknik Elektronika dan Ketenagalistrikan di Wilayah Priangan Timur Oleh:

Adinda Syarifina Fadhilah NIM. 0804646

Guru merupakan salah satu komponen dalam kualitas proses pembelajaran, selain komponen tujuan, kurikulum, metode, sarana dan prasarana, lingkungan dan evaluasi. Tetapi secara konseptual dan kenyataan masih terjadi kesenjangan antara teori yang ideal dengan kenyataan yang ada di lapangan sehingga memerlukan penelitian apakah latar belakang pendidikan guru berpengaruh terhadap kompetensi yang menunjukan tingkat keprofesionalan yang dimiliki oleh guru. Studi pendahuluan di salah satu SMK di kota Tasikmalaya menunjukan bahwa terdapat data guru yang berlatar belakang pendidikan kesarjanaan yang berbeda. Adapun apabila kita telaah lebih jauh, jelas terdapat perbedaan yang mendasar dari tujuan setiap pengembangan model pendidikan dari berbagai latar belakang pendidikan tersebut.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif analitik Ex post facto dengan pendekatan komparatif. Populasi penelitian adalah guru-guru mata pelajaran produktif dari guru SMK program studi keahlian teknik elektronika dan ketenagalistrikan di Wilayah Priangan Timur dan sampel diambil berdasarkan cluster random sampling dan disproportionate stratified random

sampling.

Hasil penelitian ini menunjukkan pada α = 5% tidak terdapat perbedaan profesionalisme antara guru yang berlatar belakang pendidikan yang berbeda, kemudian pada α = 5% tidak terdapat perbedaan kualitas proses pembelajaran antara guru yang berlatar belakang pendidikan berbeda. Terdapat korelasi positif dan signifikan sebesar 60,84% antara profesionalisme guru terhadap kualitas proses pembelajaran, artinya meningkat atau menurunnya kualitas proses pembelajaran dipengaruhi oleh tingkat profesionalisme gurunya sebesar 60,84%. Kata kunci : Perbedaan, Latar Belakang Pendidikan Guru, Profesionalisme,


(5)

Adinda Syarifina Fadhilah, 2013

Perbedaan Tingkat Profesionalisme Guru dan Kualitas Proses Pembelajaran Berdasarkan Latar DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Perumusan Masalah ... 8

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Tujuan Penelitian ... 9

E. Manfaat Penelitian ... 10

F. Struktur Organisasi Penelitian ... 11

BAB II LANDASAN TEORI A. Profesionalisme Guru ... 12

1. Profesionalisme ... 12

2. Kompetensi Guru Sesuai dengan Undang-undang No. 14 Tahun 2005 ... 16

B. Kualitas Proses Pembelajaran ... 29

C. Latar Belakang Pendidikan Guru ... 27

D. Latar Belakang Guru Kejuruan ... 32

E. Penelitian Terdahulu ... 37

F. Kerangka Pemikiran ... 41

G. Asumsi-asumsi Penelitian ... 42


(6)

I. Hipotesis Penelitian ... 44

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi, Sampel, dan Waktu Penelitian ... 46

1. Lokasi Penelitian ... 46

2. Populasi Penelitian Lokasi Penelitian ... 47

3. Sampel Penelitian ... 47

4. Waktu Penelitian ... 50

B. Desain Penelitian ... 51

C. Metode Penelitian ... 52

D. Definisi Operasional ... 53

E. Instrumen Penelitian ... 54

F. Uji Instrumen ... 55

1. Validitas Instrumen ... 55

2. Reliabilitas ... 60

G. Hasil Uji Instrumen ... 61

1. Pengujian Instrumen Profesionalisme Guru ... 61

2. Pengujian Instrumen Kualitas Proses Pembelajaran ... 63

H. Teknik Pengumpulan Data ... 65

I. Teknik Analisis Data ... 67

1. Perhitungan Kecenderungan Variabel ... 68

2. Mengubah Skor Mentah Menjadi Skor Baku ... 69

3. Uji Normalitas ... 69

4. Uji Homogenitas ... 71

5. Uji Hipotesis ... 72

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian ... 78

1. Hasil Uji Validitas ... 78

2. Hasil Uji Reliabilitas ... 79

B. Analisis dan Pembahasan Data Penelitian ... 79


(7)

ix

Adinda Syarifina Fadhilah, 2013

Perbedaan Tingkat Profesionalisme Guru dan Kualitas Proses Pembelajaran Berdasarkan Latar

3. Mengubah Skor Mentah Menjadi Skor Baku ... 85

4. Hasil Uji Normalitas ... 86

5. Hasil Uji Homogenitas ... 87

6. Hasil Uji Hipotesis ... 88

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan ... 92

5.2 Rekomendasi ... 94

DAFTAR PUSTAKA ... 95


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Hampir semua negara menempatkan variablel pendidikan sebagai sesuatu yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara, begitu juga Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari isi pembukaan UUD 1945 alinea IV yang menegaskan bahwa salah satu tujuan nasional bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.

“Dalam sebuah proses pendidikan guru merupakan salah satu komponen yang sangat penting selain komponen tujuan, kurikulum, metode, sarana dan prasarana, lingkungan dan evaluasi” (Nurdin, 2008: 17). Guru merupakan profesi yang harus dihargai secara profesional seperti halnya profesi seorang dokter atau advokat. Dengan disahkannya UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen harkat dan martabat guru semakin mendapat apresiasi karena dalam UU tersebut diatur tentang penghargaan terhadap guru, baik dari segi profesional maupun finansial serta perlindungan hukum dan keselamatan dalam melaksanakan tugas.

Pengertian guru menurut UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen seperti tercantum dalam Bab I Ketentuan Umum pasal 1 ayat (1), yaitu : “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,


(9)

2

Adinda Syarifina Fadhilah, 2013

Perbedaan Tingkat Profesionalisme Guru dan Kualitas Proses Pembelajaran Berdasarkan Latar

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan dasar dan menengah”.

Kompetensi Guru Profesional berdasarkan Undang – undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada Bab IV bagian kesatu Pasal 10 ayat (1) dijelaskan bahwa : “Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional”.

Secara konseptual kompetensi pedagogik seorang guru adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran yang meliputi pemahaman peserta didik, perancangan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi pembelajaran, dan perkembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya (Sujanto, 2007:31).

Kenyataan di lapangan menunujukkan terdapat guru yang mengajar tanpa melakukan perencanaan seperti tidak membuat silabus dan RPP, melakukan evaluasi tanpa pedoman, dan tidak berusaha untuk memaksimalkan kemampuan setiap peserta didikk berdasarkan potensinya.

Berdasarkan Undang-undang No.14 tahun 2005 tentang guru dan dosen pada pasal 10 ayat 1 menjelaskan bahwa : “Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif dan berwibawa, serta menjadi teladan bagi peserta didik”. Kenyataan di lapangan masih terdapat guru-guru yang melakukan hal yang tidak seharusnya dilakukan untuk teladan bagi para siswanya.

Kompetensi sosial guru adalah salah satu daya atau kemampuan guru untuk mempersiapkan peserta didik menjadi masyarakat yang baik serta kemampuan untuk mendidik juga membimbing masyarakat dalam menghadapi kehidupan di masa yang akan datang. Kenyataan di lapangan masih terdapat


(10)

guru-guru yang tidak mempedulikan dan membimbing para siswanya dalam hal kompetensi sosial juga hidup di masyarakat sebagai pribadi yang tidak bermasyarakat.

Undang-undang No.14 tahun 2005 tentang guru dan dosen Pada pasal 10 ayat 1 menjelaskan bahwa : “Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi secara luas dan mendalam”. Kenyataan di lapangan masih terdapat guru-guru yang kurang menguasai pokok bahasan yang semestinya disampaikan kepada para siswanya atau mengajar tidak sesuai dengan bidangnya.

Berdasarkan konseptual dan kenyataan masih terjadi kesenjangan antara teori yang ideal dengan kenyataan yang ada di lapangan sehingga memerlukan penelitian apakah latar belakang pendidikan guru berpengaruh terhadap kompetensi yang menunjukan tingkat keprofesionalan yang dimiliki guru.

Guru profesional merupakan kunci keberhasilan dari kualitas proses pembelajaran. Menurut John Goodlad (Suyanto dan Djihad, 2010:6) dalam penelitiannya yang dipublikasikan dengan judul Behind the Classroom Doors, yang didalamnya dijelaskan bahwa : “Ketika para guru telah memasuki ruangan kelas dan menutup pintu-pintu kelas itu, maka kualitas pembelajaran akan lebih banyak ditentukan oleh guru”.

Pentingnya profesionalisme guru terhadap kualitas proses pembelajaran siswa dalam meningkatkan pengetahuan dan wawasannya, dapat kita lihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Nana Sudjana (2002: 42), beliau menunjukkan bahwa 76,6% hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kinerja guru.


(11)

4

Adinda Syarifina Fadhilah, 2013

Perbedaan Tingkat Profesionalisme Guru dan Kualitas Proses Pembelajaran Berdasarkan Latar

Berdasarkan tugas utama guru yang telah dijelaskan, pengembangan model pendidikan bagi para calon guru harus dapat mencetak seorang guru profesional yang dapat menjalankan tugas tersebut.

Menurut Dunkin dan Biddle (1974:38) proses pembelajaran salah satunya dipengaruhi oleh latar belakang guru, yang mencakup pendidikan diperguruan tinggi, kelas sosial, umur, jenis kelamin, pengalaman pelatihan, pengalaman praktek mengajar, motivasi, kepribadian dan kecerdasan.

Pada Pasal 28 ayat (1) PP RI No. 19 tahun 2005 yang menyebutkan bahwa:

Guru harus memiliki kualifikasi akademik minimal D4 / S1 dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, yang memiliki kompetensi kepribadian, pedagogik, profesional, dan sosial. Kompetensi guru sebagai agen pembelajaran secara formal dibuktikan dengan sertifikat pendidik. Demikian pula dalam Undang-undang RI no 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen Bab IV Pasal 8 menyebutkan :

Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, dan pada Pasal 9 sebagai berikut: kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau program diploma empat.

Pengembangan model pendidikan calon guru dalam bidang teknologi dan kejuruan mempunyai kekhasan dibandingkan dengan model pendidikan calon guru pada bidang yang lain. Model pendidikan guru teknologi dan kejuruan harus mempersiapkan siswa mereka untuk dapat memperoleh kehidupan (berkarier) di dunia kerja sedangkan pendidikan guru umum mempersiapkan siswa mereka untuk melanjutkan pendidikan kejenjang selanjutnya.


(12)

Data Pengangguran yang didapat dari Badan Pusat Statistik Indonesia Tahun 2010 dan 2011, lulusan SMK selalu menempati salah satu urutan 3 teratas dibandingkan dengan lulusan pendidikan lainnya, seperti yang tertera pada tabel 1.1 :

Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2010–2011

Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Agustus 2010 Agustus 2011

SD ke bawah 3,81 % 3,56 %

Sekolah Menengah Pertama 7,55 % 8,37 %

Sekolah Menengah Atas 11,90 % 10,66 %

Sekolah Menengah Kejuruan 13,81 % 10,43 %

Diploma I/II/III 15,71 % 7,16 %

Strata I/II/III 14,24 % 8,02 %

Studi pendahuluan di sebuah SMK di Kota Tasikmalaya didapat data guru tentang latar belakang pendidikan yang berbeda-beda dengan data ditunjukan pada tabel 1.2 :

Tabel 1.2 Data Latar Belakang Pendidikan Guru di Salah Satu SMK di Kota Tasikmalaya

Guru Bidang Studi Keahlian

Jumlah Guru Terdata

Latar Belakang Pendidikan Sarjana

Pendidikan Teknik

Sarjana Teknik

Sarjana Sains Terapan

Lulusan Lainnya

Ketenagalistrikan 12 7 1 2 2

Elektronika 11 8 1 1 1

Jumlah 15 2 3 3

Dari data guru di atas, terlihat bahwa guru SMK mempunyai latar belakang pendidikan yang beragam. Adapun apabila ditelaah lebih jauh, jelas terdapat perbedaan yang mendasar dari tujuan setiap pengembangan model


(13)

6

Adinda Syarifina Fadhilah, 2013

Perbedaan Tingkat Profesionalisme Guru dan Kualitas Proses Pembelajaran Berdasarkan Latar

Tujuan pengembangan model pendidikan Sarjana Pendidikan Teknik sesuai dengan tujuan FPTK UPI, yaitu :

1. Mengembangkan sikap, wawasan, dan keterampilan sebagai tenaga guru, pendidik lainnya yang akademik dan profesional, serta tenaga ahli teknik yang profesional.

2. Mengembangkan penguasaan teknologi dan metodologi kependidikan dalam salah satu bidang studi yang akan menjadi kewenangan utama sebagai tenaga pengajar atau pendidik.

3. Mengembangkan penguasaan ilmu, teknologi dan metodologi kependidikan pada bidang studi lain (di luar yang menjadi kewenangan utama) yang akan member kewenangan tambahan atau kemampuan tambahan sebagai tenaga pengajar dan tenaga pendidik.

4. Mampu meningkatkan, mengelola dan melaksanakan Pendidikan Teknologi dan Kejuruan yang profesional dan memperhatikan kaidah-kaidah, nilai, estetika, dan pribadi dengan memperhatikan perkembangan IPTEK.

Tujuan pengembangan model pendidikan Sarjana Teknik berdasarkan Kemendiknas No. 232/u/2000 Bab II pasal 3 ayat (2) menyebutkan :

Program sarjana diarahkan pada hasil lulusan yang memiliki kualifikasi sebagai berikut:

1. menguasai dasar-dasar ilmiah dan ketrampilan dalam bidang keahlian tertentu sehingga mampu menemukan, memahami, menjelaskan, dan merumuskan cara penyelesaian masalah yang ada di dalam kawasan keahliannya;

2. mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya sesuai dengan bidang keahliannya dalam kegiatan produktif dan pelayanan kepada masyarakat dengan sikap dan perilaku yang sesuai dengan tata kehidupan bersama;

3. mampu bersikap dan berperilaku dalam membawakan diri berkarya di bidang keahliannya maupun dalam berkehidupan bersama di masyarakat;

4. mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau kesenian yang merupakan keahliannya.

Sedangkan tujuan pengembangan model pendidikan Sarjana Sains Terapan berdasarkan Kemendiknas No. 232/u/2000 Bab II pasal 4 ayat (5) menyebutkan :

Program diploma IV diarahkan pada hasil lulusan yang menguasai kemampuan dalam melaksanakan pekerjaan yang kompleks, dengan dasar kemampuan profesional tertentu, termasuk ketrampilan merencanakan,


(14)

melaksanakan kegiatan, memecahkan masalah dengan tanggungjawab mandiri pada tingkat tertentu, memiliki keterampilan manajerial, serta mampu mengikuti perkembangan, pengetahuan, dan teknologi di dalam bidang keahliannva.

Penjelasan di atas mengungkapkan bahwa setiap pengembangan model pendidikan berbagai latar belakang pendidikan tertentu memiliki tujuan yang berbeda. Dan terdapat keragaman latar belakang pendidikan guru yang mengajar SMK yang ada di Wilayah Priangan Timur. Kualitas proses pembelajaran dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan dan tingkat profesionalisme guru, sehingga diperlukan penelitian yang mendalam tentang hubungan latar belakang pendidikan guru teknologi dan kejuruan dengan profesionalisme guru dan kualitas proses pembelajaran di SMK. Penelitian ini sangat diperlukan untuk menyiapkan tenaga pengajar di SMK, apakah guru SMK memerlukan pendidikan khusus atau dapat ditangani lulusan manapun yang mempunyai keahlian yang sesuai.

Latar belakang yang dijelaskan di atas mendorong untuk mengangkat topik penelitian yang berjudul PERBEDAAN TINGKAT PROFESIONALISME GURU DAN KUALITAS PROSES PEMBELAJARAN BERDASARKAN LATAR BELAKANG PENDIDIKAN GURU SMK PROGRAM STUDI KEAHLIAN TEKNIK ELEKTRONIKA DAN KETENAGALISTRIKAN DI WILAYAH PRIANGAN TIMUR.


(15)

8

Adinda Syarifina Fadhilah, 2013

Perbedaan Tingkat Profesionalisme Guru dan Kualitas Proses Pembelajaran Berdasarkan Latar B. Perumusan Masalah

Perumusan masalah berdasarkan latar belakang di atas sebagai berikut: 1. Apakah terdapat perbedaan profesionalisme guru SMK bidang studi

keahlian teknik elektronika dan kelistrikan yang berlatar belakang pendidikan Sarjana Pendidikan Teknik, Sarjana Teknik dan Sarjana Sains Terapan?

2. Apakah terdapat perbedaan kualitas proses pembelajaran guru SMK bidang studi keahlian teknik elektronika dan kelistrikan yang berlatar belakang pendidikan Sarjana Pendidikan Teknik, Sarjana Teknik dan Sarjana Sains Terapan?

3. Apakah profesionalisme guru berpengaruh terhadap kualitas proses pembelajaran?

C. Pembatasan Masalah

Profesionalisme guru dipengaruhi beberapa faktor antara lain latar belakang pendidikan, pengalaman mengajar, motivasi, pengalaman pelatihan, kepribadian, kelas sosial dan umur. Dalam penelitian ini hanya ingin dilihat perbedaan tingkat profesionalisme guru SMK program studi keahlian Teknik Elektronika dan Ketenagalistrikan di Wilayah Priangan Timur berdasarkan latar belakang pendidikan kesarjanaannya, yakni Sarjana Pendidikan Teknik (S.Pd), Sarjana Teknik (ST), dan Sarjana Sains Terapan (SST). Selain itu, Kompetensi Guru Profesional berdasarkan Undang – undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada Bab IV meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,


(16)

kompetensi sosial, dan kompetensi profesional, tetapi pada penelitian ini kompetensi guru profesional hanya dilihat dari kompetensi pedagogiek, kompetensi sosial, dan kompetensi kepribadiannya.

Kualitas proses pembelajaran dipengaruhi latar belakang pendidikan guru, tingkat profesionalisme guru, sumber belajar (buku, internet, lingkungan), media pembelajaran, fasilitas belajar, suasana belajar, bekal belajar siwa. Pada penelitian ini hanya ingin melihat perbedaan kualitas proses pembelajaran berdasarkan latar belakang pendidikan kesarjanaannya, yakni Sarjana Pendidikan Teknik (S.Pd), Sarjana Teknik (ST ), dan Sarjana Sains Terapan (SST), untuk guru produktif SMK program studi keahlian Teknik Elektronika dan Ketenagalistrikan di Wilayah Priangan Timur.

Pada penelitian ini ingin diketahui pula pengaruh profesionalisme guru terhadap kualitas proses pembelajaran di SMK program studi keahlian Teknik Elektronika dan Ketenagalistrikan di Wilayah Priangan Timur.

D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Secara umum tujuan penelitian ini yaitu untuk mengungkap secara jelas dan menyeluruh mengenai perbedaan tingkat profesionalisme guru dan kualitas proses pembelajaran berdasarkan latar belakang pendidikan yang dimiliki guru, serta seberapa besar pengaruh profesionalisme guru terhadap kualitas proses pembelajaran.


(17)

10

Adinda Syarifina Fadhilah, 2013

Perbedaan Tingkat Profesionalisme Guru dan Kualitas Proses Pembelajaran Berdasarkan Latar 2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : a. Mengetahui perbedaan tingkat profesionalisme guru SMK bidang studi

keahlian teknik elektronika dan ketenagalistrikan yang berlatar belakang pendidikan Sarjana Pendidikan Teknik, Sarjana Teknik, dan Sarjana Sains Terapan di Wilayah Priangan Timur.

b. Mengetahui perbedaan tingkat kualitas proses pembelajaran guru SMK bidang studi keahlian teknik elektronika dan ketenagalistrikan yang berlatarbelakang pendidikan Sarjana Pendidikan Teknik, Sarjana Teknik, dan Sarjana Sains Terapan di Wilayah Priangan Timur.

c. Mengetahui pengaruh profesionalisme guru terhadap kualitas proses pembelajaran di Wilayah Priangan Timur.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian diharapkan memberi manfaat sebagai berikut:

1. Dapat dijadikan suatu pola dan strategi dalam meningkatkan profesionalisme guru sebagai bagian penting dalam pengembangan proses pembelajaran di tingkat satuan pendidikan SMK.

2. Dapat dijadikan sebagai pilihan pendidikan calon guru dalam pengembangan profesionalisme guru.

3. Diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya dalam melakukan kajian dan pengembangan profesionalisme guru dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran di SMK.


(18)

F. Struktur Organisasi Skripsi

Struktur organisasi dalam sebuah penelitian berperan sebagai pedoman penulis agar penulisannya lebih terarah dan sistematis dalam rangka menuju tujuan akhir yang hendak dicapai. Struktur organisasi penelitian ini sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN, meliputi latar belakang masalah, identifikasi dan perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, berisi tentang teori-teori yang berkaitan dengan pokok penelitian yang terdiri dari profesionalisme, standar kompetensi guru, kualitas proses pembelajaran, latar belakang pendidikan, latar belakang pendidikan guru kejuruan, penelitian terdahulu dan hipotesis.

BAB III METODE PENELITIAN, membahas tentang populasi dan sampel, metode penelitian, definisi operasional, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen penelitian, hasil uji validitas dan reabilitas, , teknik pengolahan data dan analisis data

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN, menjelaskan uraian hasil penelitian, seperti hasil dalam bab ini diuraikan mengenai prosedur pengumpulan data, pengolahan data, dan penafsiran hasil pengolahan data.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN, berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian dan saran bagi para pengguna hasil penelitian.


(19)

Adinda Syarifina Fadhilah, 2013

Perbedaan Tingkat Profesionalisme Guru dan Kualitas Proses Pembelajaran Berdasarkan Latar BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi, Populasi, Sampel, dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) bidang keahlian Teknik Elektronika dan Ketenagalistrikan di Wilayah Priangan Timur.

Adapun Sekolah Menengah Kejuruan yang dijadikan Lokasi Penelitian, ditunjukan pada tabel 3.1.

Tabel 3.1 Lokasi Penelitian

NO. NAMA SEKOLAH ALAMAT

1. SMK Negeri 2 Garut Suherman No. 90 PO.BOX 103 Tarogong Kaler, Kab. Garut 2. SMK Negeri 7 Garut Jl. Raya Wado Malangbong, Kab.

Garut

3. SMK Santana 1 Jl. Siliwangi 92 Cibatu, Kab. Garut 4. SMK YPPT Garut Nusa Indah No. 33 Tarogong Kidul,

Kab. Garut

5. SMK Pasundan 2 Garut Jalan Pasundan No. 68 Garut Kota 6. SMK Negeri 2 Tasikmalaya Jl. Noenoeng Tisnasaputra,

Tasikmalaya

7. SMK Angkasa Jl. Garuda No.26, Tasikmalaya 8. SMK MJPS 2 Tasikmalaya Jl. Cigeureung No.19b, Tasikmalaya 9. SMK MJPS 3 Tasikmalaya Jl. Ciwaas Tamansari Po Box 258

Gobras, Tasikmalaya 10. SMK Negeri 2 Banjar Jl. Raya Banjar-Ciamis


(20)

2. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah guru-guru SMK bidang keahlian Teknik Elektronika dan Ketenagalistrikan Wilayah Priangan Timur.

Adapun keseluruhan Sekolah Menengah Kejuruan yang terdapat di Wilayah Priangan Timur, ditunjukan pada tabel 3.2.

Tabel 3.2 Populasi SMK Bidang Studi Keahlian Teknik Elektronika dan Ketenagalistrikan

NO. NAMA SEKOLAH

KABUPATEN GARUT 1. SMK Negeri 11 Garut 2. SMK Negeri 9 Garut

3. SMK Gilang Kencana 2 Garut 4. SMK Pasundan 2 Garut 5. SMK Santana 1 Cibatu Garut 6. SMK Negeri 7 Garut

7. SMK YPPT Garut

8. SMK Teknologi Al-Salman Garut KOTA DAN KAB. TASIKMALAYA 9. SMK MJPS 2 Tasikmalaya 10. SMK Negeri 2 Tasikmalaya 11. SMK Angkasa Tasikmalaya 12. SMK MJPS 3 Tasikmalaya 13. SMK Negeri Bantarkalong 14. SMK YPC Tasikmalay

KABUPATEN CIAMIS 15. SMK Negeri 1 Padaherang 16. SMK Siliwangi AMS Banjarsari 17. SMK Darul Falah Cijeungjing

KOTA BANJAR 18. SMK Negeri 2 Banjar


(21)

48

Adinda Syarifina Fadhilah, 2013

Perbedaan Tingkat Profesionalisme Guru dan Kualitas Proses Pembelajaran Berdasarkan Latar “Sampel adalah sekelompok objek yang dikaji atau diuji, yang dipilih secara acak (random) dari kelompok objek yang lebih besar yang memiliki

karakteristik yang sama” (Reksoatmodjo, 2009: 4).

“Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan

cluster sampling yaitu teknik sampling yang digunakan untuk menentukan

sampel bila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas” (Sugiyono, 2011: 76).

Teknik cluster sampling ini melalui dua tahap, yaitu tahap pertama menentukan sampel SMK bidang studi keahlian Teknik Elektronika dan Ketenagalistrikan yang ada di Wilayah Priangan Timur secara random. Kemudian tahap berikutnya menentukan sampel guru SMK bidang studi keahlian Teknik Elektronika dan Ketenagalistrikan yang terdapat di SMK tersebut. Jumlah populasi guru berdasarkan setiap latar belakang pendidikan dari setiap sampel SMK yang telah dipilih berjumlah tidak proporsional, yaitu:

Tabel 3.3 Populasi guru yang terdapat pada sampel SMK

NO. NAMA SEKOLAH LATAR BELAKANG PENDIDIKAN

S.Pd. ST. S.ST.

1. SMK Negeri 2 Garut 15 1 1

2. SMK Negeri 7 Garut 3 0 1

3. SMK Santana 1 Garut 2 0 2

4. SMK YPPT Garut 3 0 2

5. SMK Pasundan 2 Garut 2 0 0

6. SMK Negeri 2 Tasikmalaya 17 2 3

7. SMK Angkasa 2 0 0

8. SMK MJPS 2 Tasikmalaya 0 2 0

9. SMK MJPS 3 Tasikmalaya 1 2 0

10. SMK Negeri 2 Banjar 3 1 0


(22)

Pengambilan sampel guru yang meawakili kualifikasi Sarjana Pendidikan Teknik, Sarjana Teknik, dan Sarjana Sains Terapan diberlakukan

Disproportionate Stratified Random Sampling seperti yang dikemukakan

Sugiyono (2011: 121). Sampel untuk kualifikasi ST. dan S.ST. diambil keseluruhan dari populasi sedangkan untuk kualifikasi S.Pd. jumlah sampel dapat dicari menggunakan persamaan berikut ini:

̅ ̅ ̅̅̅ ̅̅̅……….(Nazir, 2011: 289)

D

Makna simbol persamaan di atas adalah: n = jumlah sampel

B = bound of error N = jumlah populasi

̅ = proporsi populasi

Menurut Nazir (2011: 289), “dalam survey, kita tidak mengetahui ̅. Biasanya ̅ ini dapat diketahui dari hasil survey sebelumnya. Jika ini tidak ada, maka ̅ dianggap saja dan untuk menentukan bound of error sebesar

”.


(23)

50

Adinda Syarifina Fadhilah, 2013

Perbedaan Tingkat Profesionalisme Guru dan Kualitas Proses Pembelajaran Berdasarkan Latar

Tabel 3.4 Sampel Penelitian

Nama Sekolah

Latar Belakang Pendidikan Guru S1

Pendidikan Teknik

Sarjana Teknik

Sanjana Sains Terapan

Jumlah

SMK Negeri 2

Garut 14 1 1 16

SMK Negeri 7

Garut 3 0 1 4

SMK Santana 1 2 0 2 4

SMK YPPT Garut 2 0 2 4

SMK Pasundan 2

Garut 1 0 0 1

SMK N 2

Tasikmalaya 16 2 3 21

SMK Angkasa 2 0 0 2

SMK MJPS 2

Tasikmalaya 0 2 0 2

SMK MJPS 3

Tasikmalaya 0 2 0 2

SMK Negeri 2

Banjar 3 1 0 4

Jumlah 43 8 9 60

4. Waktu Penelitian

Pelaksanaan kegiatan penelitian untuk pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 1 februari sampai dengan 30 april 2012.


(24)

B. Desain Penelitian

Desain penelitian ini digambarkan dalam diagram blok di bawah ini : Latar Belakang Masalah

Terjadinya gap antara kompetensi guru SMK (komptensi profesional,

pedagogik, sosial, kepribadian) yang ada dilapangan dengan tuntutan yang seharusnya.

Keberagaman latar belakang

pendidikan guru SMK yang mengajar.

Hasil/ lulusan SMK belum sepenuhnya menggambarkan tujuan kelembagaan yakni menghasilkan tenaga kerja tingkat menengah yang terampil.

Diprediksi tingkat profesionalisme guru dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan guru.

Diprediksi dipengaruhi oleh tingkat profesionalisme guru dan kualitas proses pembelajaran.

Rumusan dan Tujuan Masalah Mengetahui perbedaan tingkat

profesionalisme dan kualitas proses pembelajaran berdasarkan latar belakang pendidikannya.

Mengetahui pengaruh profesionalisme guru terhadap kualitas proses pembelajaran.

HIPOTESIS

Metode Penelitian

Menentukan latar belakang pendidikan guru yang memenuhi syarat sesuai UUD Sisdiknas No.14 Tahun 2005 yang dominan di Wilayah Priangan Timur (S.Pd., S.T., S.S.T.)

Menentukan alat ukur instrumen yang sesuai

Menentukan populasi dan sampel

Melakukan pengukuran melalui pengukuran tidak langsung melalui angket evaluasi diri dan penilaian atasan (Ka. Prodi atau yang dianggap paling tahu tengtang tingkat kualitas proses pembelajaran dan tingkat

prefesionalisme guru yang bersangkutan)

Pengumpulan Data

Pengolahan dan Analisis Data


(25)

52

Adinda Syarifina Fadhilah, 2013

Perbedaan Tingkat Profesionalisme Guru dan Kualitas Proses Pembelajaran Berdasarkan Latar

Gambar 3.1 Diagram Blok Desain Penelitian

C. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah suatu teknis/cara yang digunakan salam sebuah penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif ex post facto dengan pendekatan komparatif.

Menurut Mohammad Ali (Febriansyah, 2011 : 60) menyebutkan bahwa : Metode penelitian deskriptif digunakan untuk berupaya memecahkan atau menjawab permasalah yang sedang dihadapi pada situasi sekarang. Dilakukan dengan langkah-langkah pengumpulan klasifikasi dan analisis/pengolahan data serta membuat kesimpulan dan laporan dengan tujuan utama untuk membuat penggambaran tentang suatu keadaan secara objektif dalam suatu deskripsi situasi.

Menurut Sukmadinata, (2006:55) menyatakan bahwa :

Penelitian ekspos fakto (ex post facto research) meneliti hubungan sebab akibat yang tidak dimanipulasi atau diberi perlakuan (dirancang dan dilaksanakan) oleh peneliti. Selanjutnya dikatakan bahwa penelitian ekspo fakto dilakukan terhadap program, kegiatan yang telah berlangsung atau telah terjadi. Penellitian ekspos fakto tidak ada pengontrolan variabel dan biasanya tidak ada pra tes.

Sementara penelitian komparatif menurut Sugiyono (2012: 57) yaitu

“penelitian yang membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau sampel yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda”.

Studi kepustakaan melalui penelaahan terhadap berbagai sumber bacaan yang memenuhi syarat keilmuan juga digunakan dalam penelitian ini. Berguna untuk mencari informasi mengenai segala sesuatu yang relevan dengan permasalahan yang akan diteliti.


(26)

Penyelidikan bibliografis tidak dapat diabaikan sebab disinilah penyelidik berusaha menemukan keterangan mengenai segala sesuatu yang relevan dalam masalahnya, yakni teori yang dipakainya, pendapat para ahli mengenai aspek-aspek itu, penyelidikan yang sedang berjalan atau masalah-masalah yang disarankan oleh para ahli. (Surakhmad dalam Febriansyah, 2011: 61)

Dapat disimpulkan bahwa penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan komparatif, yang ditunjang dengan studi kepustakaan untuk memperkuat hasil penelitian sesuai dengan tujuan penelitian.

D. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan penjelasan maksud dari istilah variabel-variabel yang diteliti selaras dengan kriteria. Definisi operasional yang berkaitan dengan istilah dapat diuraikan sebagai berikut :

1.

Latar belakang pendidikan guru yang dimaksudkan adalah pendidikan kesarjanaan berkaitan dengan kewenangan mengajar bidang studi produktif di SMK antara lain Sarjana Pendidikan Teknik (S.Pd.), Sarjana Teknik (ST.), dan Sarjana Sains Terapan (S.ST.).

2. Profesionalisme adalah sikap seseorang yang menyandang suatu jabatan benar-benar menguasai sungguh-sungguh keahliannya, menjalankan etika yang sesuai kode etik profesi, memberi pelayanan yang bersifat baku terhadap masyarakat, sedangkan keahliannya bisa diperoleh melalui pendidikan atau pelatih khusus.


(27)

komponen-54

Adinda Syarifina Fadhilah, 2013

Perbedaan Tingkat Profesionalisme Guru dan Kualitas Proses Pembelajaran Berdasarkan Latar

bahan ajar, iklim pembelajaran, media, sarana, dan prasarana), (b) masukan potensial (peserta didik dengan segala karakteristiknya seperti: Kesiapan belajar, motivasi, latar belakang sosial budaya, bekal ajar awal, gaya belajar, serta kebutuhan dan harapan), sehingga secara sinergis mampu menghasilkan proses hasil dan dampak belajar yang optimum.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dari responden pada penelitian ini adalah menggunakan kuisioner (angket). Tipe angket yang

digunakan adalah angket dengan pertanyaan tertutup. “Pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang mengharapkan jawaban singkat atau mengharapkan responden untuk memilih salah satu alternatif jawaban dari setiap pertanyaan yang telah

tersedia” (Sugiyono, 2011: 201).

Penyusunan angket pada penelitian ini mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

1. Melakukan pengkajian secara mendalam dan mengenali variabel-variabel yang ada dalam penelitian ini berdasarkan pada literatur yang relevan. 2. Menjabarkan setiap variabel dalam bentuk indikator-indikator dengan

mengacu pada kajian teori mengenai variabel tersebut.

3. Menetapkan sub indikator yang memperjelas dan merupakan spesifikasi dari tiap indikator penelitian.

4. Mengembangkan kisi-kisi instrumen penelitian dengan berdasarkan pada variabel, indikator, dan sub indikator yang telah ditetapkan.


(28)

5. Menyusun angket atau daftar pertanyaan disertai alternatif jawaban yang harus dipilih oleh responden.

6. Menetapkan kriteria penskoran untuk tiap alternatif jawaban yang ditetapkan. Kriteria penskoran yang digunakan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.5 Skala Likert

Alternatif Jawaban Variabel X dan Variabel Y

Skor Pertanyaan

Positif

Pertanyaan Negatif

SL (Selalu) 5 1

SR (Sering) 4 2

KD (Kadang-kadang) 3 3

P (Pernah) 2 4

TP (Tidak Pernah) 1 5

F. Uji Instrumen

Setelah angket selesai dibuat, langkah selanjutnya yaitu uji coba angket. Uji coba angket dilakukan kepada sejumlah responden yang dianggap memiliki karakteristik hampir sama dengan responden sebenarnya. Pelaksanaan uji coba angket ini bertujuan untuk menguji validitas dan reabilitas dari angket atau instrumen tersebut.

1. Validitas Instrumen

Sugiyono (2011: 173) mengatakan bahwa : “Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.”


(29)

56

Adinda Syarifina Fadhilah, 2013

Perbedaan Tingkat Profesionalisme Guru dan Kualitas Proses Pembelajaran Berdasarkan Latar “Secara konseptual validitas dibedakan atas validitas isi (Content Validity) dan validitas konstruk”, (Sunyoto,2012:55).

a. Validitas Isi (Content Validity) Instrumen non-Tes

“Validitas isi adalah sebuah fungsi yang menunjukkan seberapa

baik dimensi dan elemen sebuah konsep digambarkan”, (Sunyoto, 2012:55). Validitas isi dapat diwujudkan dalam bentuk kisi-kisi.

Tabel 3.6 Kisi-kisi Instrumen Penelitian serta Aspek-aspeknya.

No. Variabel Aspek

1. Profesionalisme Guru

Mengelola pembelajaran, kepuasaan guru terhadap profesi, pengembangan profesi, dan menguasai kemampuan akademik

2. Kualitas Proses Pembelajaran

Perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran pendahuluan, pelaksanaan pembelajaran inti, pelaksanaan pembelajaran penutup, hasil pembelajaran (pencapian kompetensi), dan melakukan ptk untuk memperbaiki proses pembelajaran

b. Validitas Konstruk (Construct Validity)

Validitas konstruk adalah validitas yang membahas sejauh mana butir tes mampu mengukur yang hendak diukur sesuai dengan definisi konseptual yang telah ditetapkan. Validitas konstruk mengarah pada pertanyaan sejauh mana konsep yang dijelaskan menggambarkan variasi respon terhadap butir tes. Suatu tes mengukur suatu konstruk tertentu apabila terdapat pengaruh antar butir tes, dan ada pengaruh dengan tes lain yang memiliki konstruk sama. Bukti validitas konstruk diperoleh melalui pengolahan data statistik.


(30)

Untuk mengetahui tingkat validitas instrumen tentang profesionalisme guru dan kualitas proses pembelajaran dilakukan uji validitas sebagai berikut:

1) Uji Nilai Skala (Uji Normalitas Sebaran)

Pengujian dimaksudkan untuk memeriksa ketepatan skala dari setiap pertanyaan dengan analisis sebaran frekuensi jawaban (Reksoatmodjo, 2007:198). Langkah-langkah analisis adalah sebagai berikut:

a) Menghitung frekuensi setiap kategori jawaban untuk setiap pertanyaan, jumlah frekuensi dari semua kategori harus sama dengan jumlah responden.

b) Menghitung proporsi frekuensi jawaban untuk setiap kategori dengan rumus:

……….… (Reksoatmodjo , 2009: 199) c) Menghitung proporsi kumulatif dan menentukan titik tengah

proporsi kumulatif dengan rumus:

………… (Reksoatmodjo , 2009: 199) Titik tengah dari setiap proporsi ditentukan dengan rumus:


(31)

58

Adinda Syarifina Fadhilah, 2013

Perbedaan Tingkat Profesionalisme Guru dan Kualitas Proses Pembelajaran Berdasarkan Latar

………. (Reksoatmodjo , 2009: 199)

d) Harga-harga dari titik tengah itu digunakan untuk menentukan nilai bilangan baku Z (dengan pertolongan daftar sebaran normal) dan menetapkan nilai skala sikap dengan rumus:

| |……. (Reksoatmodjo , 2009: 199)

2) Uji Daya Pembeda

Uji daya pembeda ini bertujuan untuk mengetahui, apakah suatu pertanyaan dapat membedakan responden yang bersikap positif dan yang bersikap negatif. Untuk maksud tersebut, pertanyaan-pertanyaan yang telah terbukti memiliki nilai skala yang memenuhi syarat, disusun daftar responden menurut urutan besarnya skor yang diperoleh (dari yang tertinggi ke rendah). Kemudian diambil 27% skor tertinggi dan 27% skor terendah. Kemudian dilakukan uji-t untuk setiap pertanyaan dengan menggunakan rumus (Reksoatmodjo, 2007: 200):

̅ ̅

√ ̅ ̅ ……… (Reksoatmodjo , 2009: 199) Dimana:

: skor kelompok atas : skor kelompok bawah


(32)

̅ : rata-rata skor kelompok bawah

: jumlah responden kelompok atas atau kelompok bawah (sama besarnya)

Dengan derajat kebebasan . 3) Uji Keterpaduan Sebaran

Pengujian dilakukan untuk memeriksa keterpaduan setiap pernyataan terhadap keseluruhan instrument skala sikap. Pengujian dilakukan dengan jalan menghitung indeks korelasi kemudian menghitung uji-t, menggunakan rumus :

√ ∑ ∑ ∑ ∑ ….… (Reksoatmodjo , 2009: 199) Di mana:

N : Jumlah responden

X : Skor responden untuk setiap pertanyaan Y : Skor responden untuk seluruh pertanyaan

Butir tes dapat digunakan apabila dengan

taraf signifikansi (α) = 0,05

Setelah diketahui koefisien korelasi, selanjutnya uji t, dengan rumus sebagai berikut :

……….… (Reksoatmodjo , 2009: 199)

Dimana : t : thitung


(33)

60

Adinda Syarifina Fadhilah, 2013

Perbedaan Tingkat Profesionalisme Guru dan Kualitas Proses Pembelajaran Berdasarkan Latar

N : jumlah responden

Kemudian hasil perolehan thitung dibandingkan dengan ttabel pada derajat kebebasan (dk) = n – 2 dan taraf signifikansi (α) = 0,05. Apabila thitung > ttabel, maka item soal dinyatakan valid. Dan apabila thitung < ttabel, maka item soal dinyatakan tidak valid.

Uji validitas ditempuh agar kuesioner pada instrumen penelitian memiliki internal consistency yang memadai, berarti pula memiliki construct

validity yang memadai pula. Penggunaan rumus uji validitas diatas dibantu

dengan menggunakan aplikasi microsoft excel untuk memudahkan perhitungan data.

2. Reliabilitas Intrumen

Menurut Munaf (1997: 61), “Reliabilitas adalah ukuran sejauh mana alat ukur dapat memberikan gambaran yang sebenar-benarnya dari sesuatu yang diukur”.

Reliabilitas tes ( ) dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan rumus Cronbach Alpha sebagai berikut:

……….. (Usman dan Akbar, 2006: 291) Dimana :

: reliabilitas Cronbach Alpha k : banyaknya item

: varians butir : varians total


(34)

Selanjutnya harga ri dibandingkan dengan rtabel. Apabila ri > rtabel, maka instrumen dinyatakan reliabel. Dan sebaliknya apabila ri < rtabel, instrumen dinyatakan tidak reliabel.

G. Hasil Uji Instrumen

Dari hasil penyebaran uji coba angket, diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Pengujian Instrumen Profesionalisme Guru

a. Uji Validitas Profesionalisme Guru

Hasil analisis uji nilai skala, uji daya pembeda, dan uji keterpaduan pernyataan untuk instrumen Profesionalisme dapat dilihat pada tabel 3.7 di bawah ini:

Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas Instrumen Profesionalisme Guru

NO. SOAL

SKALA SIKAP UJI DAYA PEMBEDA UJI KETERPADUAN PERTANYAAN

KETERANGAN SL SR KK P TP t hitung t tab

α=0.05 r hitung

r tab

α=0.05 t hitung

t tab

α=0.05

1 5 4 3 0 0 112.250 1.761 0,268 0.361 1.472 1.701 TIDAK VALID 2 3 3 2 1 0 17.398 1.761 0,394 0.361 2.269 1.701 VALID 3 5 4 3 2 0 11.386 1.761 -0,005 0.361 -0.026 1.701 TIDAK VALID 4 5 3 3 2 0 12.472 1.761 0,209 0.361 1.128 1.701 TIDAK VALID 5 5 4 3 0 0 32.428 1.761 0,172 0.361 0.922 1.701 TIDAK VALID 6 5 4 3 2 0 8.844 1.761 0,417 0.361 2.426 1.701 VALID 7 5 4 2 0 0 16.463 1.761 0,311 0.361 1.734 1.701 TIDAK VALID 8 5 4 3 2 0 22.450 1.761 0,384 0.361 2.201 1.701 VALID 9 5 4 3 2 0 18.174 1.761 0,301 0.361 1.669 1.701 TIDAK VALID 10 5 4 4 2 0 28.437 1.761 0,321 0.361 1.794 1.701 TIDAK VALID 11 2 1 2 0 0 10.937 1.761 0,378 0.361 2.161 1.701 TIDAK VALID 12 6 5 3 0 0 16.463 1.761 0,424 0.361 2.478 1.701 VALID 13 3 2 2 1 0 14.286 1.761 -0,045 0.361 -0.238 1.701 TIDAK VALID 14 5 4 2 0 0 22.450 1.761 0,616 0.361 4.135 1.701 VALID


(35)

62

Adinda Syarifina Fadhilah, 2013

Perbedaan Tingkat Profesionalisme Guru dan Kualitas Proses Pembelajaran Berdasarkan Latar

17 5 4 3 0 0 52.383 1.761 0,432 0.361 2.537 1.701 VALID 18 5 4 3 0 0 52.383 1.761 0,538 0.361 3.373 1.701 VALID 19 5 3 2 0 0 9.621 1.761 0,577 0.361 3.735 1.701 VALID 20 5 3 2 0 0 16.463 1.761 0,651 0.361 4.540 1.701 VALID 21 5 3 2 0 0 12.472 1.761 0,462 0.361 2.754 1.701 VALID 22 5 4 3 0 0 112.250 1.761 0,501 0.361 3.064 1.701 VALID 23 5 4 2 0 0 12.507 1.761 0,439 0.361 2.586 1.701 VALID 24 5 3 2 0 0 9.621 1.761 0,702 0.361 5.213 1.701 VALID NO.

SOAL

SKALA SIKAP UJI DAYA PEMBEDA UJI KETERPADUAN PERTANYAAN

KETERANGAN SL SR KK P TP t hitung t tab

α=0.05 r hitung

r tab

α=0.05 t hitung

t tab

α=0.05

25 5 4 3 0 0 52.383 1.761 0,665 0.361 4.714 1.701 VALID 26 5 4 3 0 0 112.250 1.761 0,572 0.361 3.690 1.701 VALID 27 3 2 1 1 0 32.428 1.761 0,472 0.361 2.836 1.701 VALID 28 5 3 2 0 0 12.472 1.761 0,382 0.361 2.187 1.701 VALID 29 5 4 2 0 0 16.463 1.761 0,231 0.361 1.258 1.701 TIDAK VALID 30 3 2 2 1 0 18.181 1.761 0,378 0.361 2.160 1.701 VALID 31 3 2 1 1 0 22.450 1.761 0,378 0.361 2.158 1.701 VALID 32 5 5 4 3 0 31.749 1.761 0,369 0.361 2.104 1.701 VALID 33 5 4 3 2 0 22.450 1.761 0,439 0.361 2.585 1.701 VALID 34 3 2 1 0 0 9.064 1.761 0,193 0.361 1.039 1.701 TIDAK VALID 35 5 4 2 0 0 16.463 1.761 0,400 0.361 2.308 1.701 VALID 36 3 2 2 1 0 16.463 1.761 0,391 0.361 2.247 1.701 VALID 37 2 1 1 0 0 40.410 1.761 0,388 0.361 2.227 1.701 VALID 38 3 3 2 1 0 10.937 1.761 0,318 0.361 1.776 1.701 TIDAK VALID 39 5 3 2 2 0 5.345 1.761 0,291 0.361 1.611 1.701 TIDAK VALID 40 3 2 1 1 0 74.081 1.761 0,385 0.361 2.166 1.701 VALID 41 3 2 1 1 0 26.726 1.761 0,516 0.361 3.188 1.701 VALID 42 5 4 3 2 0 28.437 1.761 0,405 0.361 2.343 1.701 VALID 43 5 4 3 2 0 20.914 1.761 0,591 0.361 3.873 1.701 VALID 44 5 4 3 0 0 112.250 1.761 0,647 0.361 4.488 1.701 VALID 45 5 3 2 0 0 16.463 1.761 0,497 0.361 3.032 1.701 VALID 46 5 4 3 0 0 tak

terhitung 1.761 0,578 0.361 3.744 1.701 TIDAK VALID 47 2 2 2 1 0 16.463 1.761 0,617 0.361 4.150 1.701 VALID 48 5 4 3 0 0 tak

terhitung 1.761 0,162 0.361 0.871 1.701 TIDAK VALID 49 3 2 1 0 0 10.331 1.761 0,538 0.361 3.380 1.701 VALID 50 5 4 3 2 0 18.174 1.761 0,517 0.361 3.198 1.701 VALID


(36)

Hasil yang diperlihatkan pada tabel 3.7, diperoleh hasil dari 50 butir item yang dianalisis terdapat 34 butir item yang valid dan 16 butir item yang tidak valid yaitu no. 1, 3, 4, 5, 7, 9, 10, 11, 13, 15, 29, 34, 38, 39, 46, dan 48.

Butir-butir yang tidak valid diatas setelah dibandingkan dengan kisi-kisi yang telah disusun, diprediksi tidak mempengaruhi proporsi yang terdapat dalam kisi-kisi. Selanjutnya dalam pelaksanaan penelitian butir-butir tersebut tidak digunakan.

b. Uji Reliabilitas Instrumen Profesionalisme Guru

Hasil pengujian reliabilitas instrumen profesionalisme guru yang telah diuji tingkat validitasnya kemudian diuji tingkat reliabilitasnya. Hasil uji reliabilitas instrumen profesionalisme menujukan reliable karena nilai

> yaitu 0.992 > 0.374.

2. Pengujian Instrumen Kualitas Proses Pembelajaran a. Uji Validitas Kualitas Proses Pembelajaran

Hasil analisis uji nilai skala, uji daya pembeda, dan uji keterpaduan pernyataan untuk instrumen Kualitas Proses Pembelajaran dapat dilihat pada tabel 3.8 di bawah ini:

Tabel 3.8. Hasil Uji Validitas Instrumen Kualitas Proses Pembelajaran

NO. SOAL

SKALA SIKAP UJI DAYA PEMBEDA UJI KETERPADUAN PERTANYAAN

KETERANGAN SL SR KK P TP t hitung α=0.05t tab r hitung α=0.05r tab t hitung α=0.05t tab

1 5 4 3 2 0 14.967 1.761 0,684 0.361 4.965 1.701 VALID 2 5 4 2 0 0 16.463 1.761 0,405 0.361 2.345 1.701 VALID


(37)

64

Adinda Syarifina Fadhilah, 2013

Perbedaan Tingkat Profesionalisme Guru dan Kualitas Proses Pembelajaran Berdasarkan Latar

5 5 4 3 2 0 8.806 1.761 0,455 0.361 2.705 1.701 VALID 6 5 4 3 0 0 32.428 1.761 0,672 0.361 4.807 1.701 VALID 7 3 2 1 0 0 9.621 1.761 0,342 0.361 1.928 1.701 TIDAK VALID 8 5 4 3 2 0 10.477 1.761 0,660 0.361 4.654 1.701 VALID 9 5 3 0 0 0 tak

terhitung 1.761 0,403 0.361 2.333 1.701 TIDAK VALID 10 5 3 2 0 0 22.450 1.761 0,146 0.361 0.779 1.701 TIDAK VALID 11 5 3 2 0 0 22.450 1.761 0,312 0.361 1.738 1.701 TIDAK VALID 12 5 4 3 2 0 22.450 1.761 0,535 0.361 3.346 1.701 VALID 13 5 3 2 0 0 12.472 1.761 0,263 0.361 1.445 1.701 TIDAK VALID 14 5 3 2 0 0 12.472 1.761 0,474 0.361 2.852 1.701 VALID NO.

SOAL

SKALA SIKAP UJI DAYA PEMBEDA UJI KETERPADUAN PERTANYAAN

KETERANGAN SL SR KK P TP t hitung t tab

α=0.05 r hitung

r tab

α=0.05 t hitung

t tab

α=0.05

15 3 2 2 1 0 25.399 1.761 0,688 0.361 5.015 1.701 VALID 16 3 1 1 0 0 10.937 1.761 0,437 0.361 2.574 1.701 VALID 17 5 4 3 0 0 52.383 1.761 0,160 0.361 0.859 1.701 TIDAK VALID 18 5 4 3 2 0 10.477 1.761 0,785 0.361 6.711 1.701 VALID 19 5 4 2 2 0 7.483 1.761 0,640 0.361 4.410 1.701 VALID 20 4 3 2 0 0 16.463 1.761 0,055 0.361 0.294 1.701 TIDAK VALID 21 5 4 3 0 0 32.428 1.761 0,773 0.361 6.447 1.701 VALID 22 5 4 3 2 0 10.477 1.761 0,557 0.361 3.550 1.701 VALID 23 3 2 1 0 0 10.937 1.761 0,628 0.361 4.267 1.701 VALID 24 5 4 3 0 0 tak

terhitung 1.761 -0,055 0.361 -0.289 1.701 TIDAK VALID 25 3 2 1 1 0 23.283 1.761 0,548 0.361 3.469 1.701 VALID 26 3 2 1 0 0 8.974 1.761 0,480 0.361 2.899 1.701 VALID 27 5 4 3 2 0 12.472 1.761 0,746 0.361 5.930 1.701 VALID 28 5 4 3 2 0 16.933 1.761 0,661 0.361 4.662 1.701 VALID 29 5 4 3 2 0 23.623 1.761 0,541 0.361 3.401 1.701 VALID 30 5 3 2 0 0 9.621 1.761 0,467 0.361 2.792 1.701 VALID 31 5 4 3 2 0 14.528 1.761 0,574 0.361 3.709 1.701 VALID 32 5 4 3 0 0 32.428 1.761 0,288 0.361 1.591 1.701 TIDAK VALID 33 5 4 3 2 0 18.174 1.761 0,705 0.361 5.257 1.701 VALID 34 5 4 3 0 0 112.250 1.761 0,432 0.361 2.535 1.701 VALID 35 5 4 3 2 0 12.472 1.761 0,512 0.361 3.150 1.701 VALID 36 5 4 3 0 0 tak

terhitung 1.761 0,403 0.361 2.329 1.701 TIDAK VALID 37 5 4 2 0 0 22.450 1.761 0,211 0.361 1.142 1.701 TIDAK VALID 38 5 4 3 0 0 52.383 1.761 0,605 0.361 4.023 1.701 VALID 39 5 4 3 2 0 12.705 1.761 0,633 0.361 4.331 1.701 VALID 40 3 2 1 1 0 34.740 1.761 0,284 0.361 1.567 1.701 TIDAK VALID 41 5 4 3 0 0 19.965 1.761 0,492 0.361 2.988 1.701 VALID 42 3 2 1 1 0 43.506 1.761 0,241 0.361 1.313 1.701 TIDAK VALID


(38)

Hasil yang diperlihatkan pada tabel 3.8, diperoleh hasil dari 50 butir item yang dianalisis terdapat 35 butir item yang valid dan 15 butir item yang tidak valid yaitu no. 7, 9, 10, 11, 13, 17, 20, 24, 32, 36, 37, 40, 42, 46, dan 48.

Butir-butir yang tidak valid diatas setelah dibandingkan dengan kisi-kisi yang telah disusun, diprediksi tidak mempengaruhi proporsi yang terdapat dalam kisi-kisi. Selanjutnya dalam pelaksanaan penelitian butir-butir tersebut tidak digunakan.

b. Uji Reliabilitas Instrumen Kualitas Proses Pembelajaran

Hasil pengujian reliabilitas instrumen kualitas proses pembelajaran yang telah diuji tingkat validitasnya kemudian diuji tingkat reliabilitasnya. Hasil uji reliabilitas instrumen profesionalisme menujukan reliable karena nilai > yaitu 0.990 > 0.374.

Angket yang sudah lulus uji digunakan untuk pengambilan data dan dilampirkan sebagai instrumen penelitian pada skripsi ini.

H. Teknik Pengumpulan Data

43 5 4 3 0 0 32.428 1.761 0,537 0.361 3.373 1.701 VALID 44 3 2 1 1 0 22.450 1.761 0,429 0.361 2.512 1.701 VALID 45 3 2 1 1 0 21.617 1.761 0,543 0.361 3.421 1.701 VALID 46 3 2 1 1 0 19.124 1.761 0,312 0.361 1.736 1.701 TIDAK VALID 47 3 2 1 1 0 45.860 1.761 0,482 0.361 2.907 1.701 VALID 48 5 4 2 0 0 22.450 1.761 0,259 0.361 1.418 1.701 TIDAK VALID 49 3 2 1 1 0 26.880 1.761 0,646 0.361 4.480 1.701 VALID 50 3 2 1 1 0 34.740 1.761 0,414 0.361 2.409 1.701 VALID


(39)

66

Adinda Syarifina Fadhilah, 2013

Perbedaan Tingkat Profesionalisme Guru dan Kualitas Proses Pembelajaran Berdasarkan Latar

Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara untuk memperoleh data dan keterangan yang diperlukan dalam penelitian melelui wawancara, angket, observasi, atau studi documenter. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini pengumpulan data tidak langsung yaitu menggunakan angket. Menurut Sugiyono (2011: 199) “kuesioner atau angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan

atau pertanyaaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya”. Jenis angket yang digunakan adalah angket tertutup.

Pada penelitian ini angket digunakan karena mengingat jumlah responden pada penelitian ini cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas sehingga waktu yang digunakan dalam pengumpulan data tidak terlalu lama. Dan responden dapat jujur dan tidak malu-malu dalam meberikan jawaban karena angket dibuat anonim serta semua responden mendapat pertanyaan yang benar-benar sama karena berstandar.

Langkah – langkah pengumpulan data :

1. Setelah menentukan sampel yang akan diukur maka dilakukan pengukuran dengan membagikan instrumen angket evaluasi diri dan penilaian atasan. 2. Menghitung kecenderungan nilai rata-rata setiap variabel menggunakan

Weighted Means scored (WMS).

3. Menyusun data hasil pengukuran dari evaluasi diri dan penilaian atasan dalam bentuk data ordinal dan mengubahnya ke dalam bentuk data interval.


(40)

4. Mencari nilai Z skor pada data yang telah berbentuk data interval untuk angket evaluasi diri dan penilaian atasan.

5. Mengkonversikan nilai Z skor ke T skor untuk angket evaluasi diri dan penilaian atasan.

6. Menggabungkannya nilai T skor angket evaluasi diri dan penilaian atasan. 7. Data profesionalisme dan kualitas proses pembelajaran yang sudah

digabung diuji normalitas dan homogenitas variansnya untuk menentukan jenis statistik parametrik atau non parametrik.

8. Uji statistik parametrik dilakukan jika data mempunyai sebaran normal dan homogen, selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis dengan anova

one way dan pengujian korelasi Pearson dengan bantuan Microsoft Excel

dan SPSS 14.0

9. Uji statistik non parametrik dilakukan jika data tidak mempunyai sebaran normal dan homogeny, selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis dengan Kruskal Wallis dan pengujian korelasi Spearman’s rank atau Kendall Tau dengan bantuan Microsoft Excel dan SPSS 14.0

I. Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, maka langkah berikutnya adalah mengolah data atau menganalisis data. Karena data yang diperoleh dari hasil penelitian merupakan data mentah yang belum memiliki makna yang berarti, maka data tersebut harus diolah terlebih dahulu, sehingga


(41)

68

Adinda Syarifina Fadhilah, 2013

Perbedaan Tingkat Profesionalisme Guru dan Kualitas Proses Pembelajaran Berdasarkan Latar

berupa data kuantitatif, maka cara pengolahannya dilakukan dengan teknik statistik.

1. Perhitungan Kecenderungan Variabel

Teknik perhitungan ini digunakan untuk mencari gambaran kececenderungan arah setiap variabel penelitian sekaligus untuk menentukan kedudukan setiap item atau indikator sesuai dengan kriteria atau tolak ukur yang telah ditentukan. Untuk perhitungan tersebut digunakan uji statistik menggunakan rumus Weighted Means Scored (WMS).

Adapun langkah-langkah yang digunakan sebagai berikut : a. Menetukan bobot nilai untuk setiap alternatif jawaban.

b. Menghitung frekuensi dari setiap alternatif jawaban yang dipilih. c. Mencari jumlah nilai jawaban yang dipilih responden pada setiap

pertanyaan yaitu dengan cara menghitung frekuensi responden yang memilih alternatif jawaban tersebut, kemudian kalikan dengan alternatif itu sendiri.

d. Menghitung nilai rata-rata untuk setiap butir pertanyaan dalam bagian angket dengan menggunakan rumus :

̅ = ∑

e. Menetukan kriteria pengelompokan WMS untuk skor rata-rata setiap kemungkinan jawaban.


(42)

f. Mencocokan hasil perhitungan setiap variabel dengan kriteria masing-masing untuk menentukan dimana letak kedudukan setiap variabel atau dengan kata lain kemana kecenderungan arah dari masing-masing variabel tersebut.

Tabel 3.9 Konsultasi Hasil Perhitungan WMS

Rentang

Nilai Kriteria Skala

Penafsiran Variabel

Profesionalisme Guru

Variabel Kualitas Proses Pembelajaran

4,0 – 5,0 Sangat Baik Selalu Selalu

3,0 – 4,0 Baik Sering Sering

2,0 – 3,0 Cukup Baik Kadang-Kadang Kadang-Kadang

1,0 – 2,0 Rendah Pernah Pernah

0,0 – 1,0 Sangat Rendah Tidak Pernah Tidak Pernah

2. Mengubah Skor Mentah Menjadi Skor Baku

Menurut Akdon dan Sahlan (2005: 86), mengubah skor mentah menjadi skor baku untuk setiap variabel penelitian dapat menggunakan rumus:

= 50 + 10 ̅ = 50 + 10 ( ) Keterangan :

= Skor baku

̅ = rata-rata

= data skor mentah masing-masing responden = simpangan baku


(43)

70

Adinda Syarifina Fadhilah, 2013

Perbedaan Tingkat Profesionalisme Guru dan Kualitas Proses Pembelajaran Berdasarkan Latar

Uji normalitas pada dasarnya bertujuan untuk melihat normal atau tidaknya data yang diperoleh dari hasil penelitian. Pengujian normalitas data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rumus chi-kuadrat (χ2).

Menurut Reksoatmodjo (2009: 46), untuk menghitung besarnya nilai

chi-kuadrat, maka terlebih dahulu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menghitung nilai rerata ̅ dan simpangan baku s.

2. Menyusun tabel perhitungan konversi ke Z skor seperti di bawah ini : Tabel 3.10 Tabel Penolong Konversi ke Z Skor

Interval Batas

Kelas Z

Luas Kurva Normal

Selisih Luas

3. Menghitung nilai Z dengan rumus : Z = ̅

4. Mencari nilai luas kurva normal dengan membandingkan nilai Z pada tabel distribusi normal.

5. Menyusun tabel distribusi frekuensi seperti di bawah ini : Tabel 3.11 Tabel Tabel Penolong Distribusi Frekuensi

Interval -

Keterangan :


(44)

: frekuensi/jumlah yang diharapkan (persentase luas tiap bidang dikalikan dengan n)

6. Menghitung frekuensi yang diharapkan ( ) dengan rumus : fe = selisih luas x n

7. Memasukkan harga-harga kedalam tabel kolom , sekaligus menghitung harga-harga dan dan

menjumlahkannya. Harga ∑ merupakan harga chi-kuadrat (

χ2 ).

8. Membandingkan harga chi-kuadrat hitung dengan chi-kuadrat tabel dengan ketentuan :

Jika :

hitung ≤ tabel maka data terdistribusi normal hitung > tabel maka data terdistribusi tidak normal

4. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk menguji apakah kelompok-kelompok data yang terdapat pada penelitian bersifat homogen yaitu dengan membandingkan nilai varians setiap kelompok data. Terdapat beberapa cara untuk pengujian homogenitas, dalam penelitian ini uji homogenitas dilakukan dengan uji Bartlett karena terdapat tiga kelompok data (lebih dari dua).


(45)

72

Adinda Syarifina Fadhilah, 2013

Perbedaan Tingkat Profesionalisme Guru dan Kualitas Proses Pembelajaran Berdasarkan Latar

a. Tulis Ha dan H0 dalam bentuk kalimat. b. Tulis Ha dan H0 dalam bentuk statistik. c. Buatlah tabel penolong untuk uji Bartlett.

Tabel 3.12 Tabel Penolong Uji Bartlett

Kelompok ke : Dk i log i dk log i

1 2 I

n1 – 1 n2 – 1 ni – 1

1

2

i

log 1 log 2 log i

dk log 1 dk log 2 dk log i

d. Hitung (varians gabungan) menggunakan rumus : = ∑

e. Hitung nilai B dengan rumus :

B = (log )

f. Cari hitung dengan rumus :

hitung = (2,3026) B - ∑ log i

g. Bandingkan hitung dengan tabel (α = 0.05). data dikatakan homogen apabila nilai hitung < tabel.

5. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima atau ditolak. Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :


(46)

a. H0 : Tidak terdapat perbedaan tingkat profesionalisme antara latar

belakang pendidikan guru yang berbeda di SMK program studi keahlian teknik elektronika dan ketenagalistrikan di Wilayah Priangan Timur.

Ha : Terdapat paling sedikit satu yang tidak sama. H0 : = =

Ha : Salah satu ada yang ≠

b. H0 : Tidak terdapat perbedaan tingkat kualitas proses pembelajaran

antara latar belakang pendidikan guru yang berbeda di SMK program studi keahlian teknik elektronika dan ketenagalistrikan di Wilayah Priangan Timur.

Ha : Terdapat paling sedikit satu yang tidak sama. H0 : = =

Ha : Salah satu ada yang ≠

c. H0 : Tidak terdapat hubungan antara profesionalisme guru terhadap

kualitas proses pembelajaran di SMK program studi keahlian teknik elektronika dan ketenagalistrikan di Wilayah Priangan Timur.

Ha : Terdapat hubungan antara profesionalisme guru terhadap kualitas proses pembelajaran di SMK program studi keahlian teknik elektronika dan ketenagalistrikan di Wilayah Priangan Timur.


(47)

74

Adinda Syarifina Fadhilah, 2013

Perbedaan Tingkat Profesionalisme Guru dan Kualitas Proses Pembelajaran Berdasarkan Latar

Jenis pengujian hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipotesis non direksional atau tidak langsung. Karena H0 berbunyi sama dengan (=) dan Ha berbunyi tidak sama dengan (≠), maka uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji dua pihak.

Uji hipotesis untuk hipotesis pertama dan hipotesis kedua dilakukan dengan cara mencari perbedaan beberapa rata-rata. Uji ini disebut dengan

analysis of variance (anova). Penggunaan uji anova digunakan dengan

prasyarat data berdistribusi normal dan bersifat homogen. Adapun jenis anova yang digunakan adalah anova one way, karena hanya mempelajari perbedaan antara satu atau lebih variable bebas dengan satu variable terikat.

Langkah-langkah pengujian anova one way menurut Usman dan Akbar (2006: 151), yaitu :

a. Uji bahwa data berdistribusi normal. b. Uji bahwa data homogen.

c. Tulis Ha dan H0 dalam bentuk kalimat. d. Tulis Ha dan H0 dalam bentuk statistik. e. Buat tabel penolong anova sebagai berikut :

Tabel 3.13 Tabel Penolong Uji Anova One Way

Nomor Responden

Variabel Bebas ..

n1 n2 n3 ni N


(48)

1 2 3 i

f. Hitung jumlah kuadrat rata-rata dengan rumus : JKR =

g. Hitung jumlah kuadrat antar kelompok dengan rumus : JKA = + + + . . + h. Hitung jumlah kuadrat dalam kelompok dengan rumus :

JKD = - JKR– JKA i. Hitung derajat kebebasan rata-rata dengan rumus :

dkrata-rata = 1

j. Hitung derajat kebebasan antar kelompok dengan rumus : dkA = k – 1

Dimana, k = banyak kelompok

k. Hitung derajat kebebasan dalam kelompok dengan rumus : dkD = N – k

Dimana, N = jumlah seluruh sampel

l. Hitung rata-rata jumlah kuadrat dengan rumus : RKrata-rata =

m. Hitung rata-rata jumlah kuadrat antar kelompok dengan rumus : RKA =


(49)

76

Adinda Syarifina Fadhilah, 2013

Perbedaan Tingkat Profesionalisme Guru dan Kualitas Proses Pembelajaran Berdasarkan Latar

o. Cari Fhitung dengan rumus :

Fhitung = p. Tetapkan taraf signifikansi (α)

q. Cari Ftabel dengan rumus (lihat pada tabel F): Ftabel = F(1-α)(dkA,dkB)

r. Masukan semua nilai yang telah didapat ke dalam tabel anova berikut : Tabel 3.14 Tabel Penolong Fhitung Anova One way

Jumlah Variasi

Jumlah Kuadrat

(JK)

dk Rata-rata

kuadrat (RK) F

Rata-rata Antar kelompok Dalam kelompok

JKR JKA JKD

1 dkA dkD

RKR RKA RKD

Fhitung

Jumlah

s. Tentukan criteria pengujiannya yaitu :

Fhitung ≤ Ftabel, maka H0 diterima.

t. Buat kesimpulan. Seandainya H0 ditolak, maka perhitungan dilanjutkan agar dapat diketahui pasangan mana yang berbeda dengan menggunakan uji t atau uji Scheffe atau uji Tukey.

Sedangkan untuk uji hipotesis pada hipotesis ketiga digunakan analisis korelasi Pearson Product Moment (PPM) karena pada hipotesis tersebut akan diuji hubungan searah antara satu variabel bebas dan satu variabel terikat saja.


(50)

Menurut Usman dan Akbar (2006: 151), langkah-langkah uji korelasi Pearson Product Momen (r) adalah :

a. Buatlah tabel penolong untuk menghitung r dengan tabel berikut ini.

Tabel 3.15 Tabel Penolong Perhitungan Pearson Product Moment (PPM)

No Responden Xi Yi x = ̅̅̅ y = ̅̅̅ Xy

1 2 . . N

Σ

b. Cari rhitung dengan menggunakan rumus : rhitung = ∑

√ ∑ ∑

c. Tetapkan taraf siginifikansinya.

d. Tentukan criteria pengujian signifikansi korelasi, yaitu : Ha : tidak signifikan

H0 : signifikan


(51)

78

Adinda Syarifina Fadhilah, 2013

Perbedaan Tingkat Profesionalisme Guru dan Kualitas Proses Pembelajaran Berdasarkan Latar

f. Bandingkan r hitung dan r tabel dan kunsultasikan dengan kriteria pada langkah d.

g. Buatlah kesimpulan dan hitung besar sumbangan variabel x terhadap y. Penggunaan pengolahan dan analisi data yang tadi dikemukakan beserta tahapan-tahapannya ditujukan untuk memberikan kemudahan dalam penelitian, sehingga diperoleh pemecahan masalah secara tepat melalui pengolahan dan analisis data yang tepat.


(52)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh pada penelitian “Perbedaan

Tingkat Profesionalisme Guru dan Kualitas Proses Pembelajaran Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan Guru SMK Bidang Studi Keahlian Teknik Elektronika dan Ketenagalistrikan di Wilayah Priangan Timur”, dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Profesionalisme guru dipengaruhi beberapa faktor antara lain latar belakang pendidikan, pengalaman mengajar, motivasi, pengalaman pelatihan, kepribadian, kelas sosial dan umur. Terdapat keberagaman latar belakang pendidikan guru yang mengajar mata pelajaran produktif di SMK Bidang Studi Keahlian Teknik Elektronika/Ketenagalistrikan, yaitu Sarjana Pendidikan Teknik (S.Pd.), Sarjana Teknik (ST.), dan Sarjana Sains Terapan (S.ST.). Berdasarkan hasil penelitian kecenderungan nilai tingkat profesionalisme guru latar belakang pendidikan S.Pd. dan ST. berkategori sangat baik sedangkan S.ST. berkategori baik. Berdasarkan perhitungan statistik menggunakan uji Anova One Way didapat bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan tingkat profesionalisme guru antara ketiga latar belakang pendidikan tersebut. Dapat disimpulkan bahwa tingkat profesionalisme guru tidak dapat dibedakan hanya


(53)

93

Adinda Syarifina Fadhilah, 2013

Perbedaan Tingkat Profesionalisme Guru dan Kualitas Proses Pembelajaran Berdasarkan Latar

mempunyai kesempatan mengembangkan profesionalisme yang sama serta mempunyai hak dan kewajiban yang sama sesuai dengan tupoksinya tidak dipengaruhi latar belakang pendidikan kesarjanaannya.

2. Kualitas proses pembelajaran dipengaruhi latar belakang pendidikan guru, tingkat profesionalisme guru, sumber belajar (buku, internet, lingkungan), media pembelajaran, fasilitas belajar, suasana belajar, bekal belajar siwa. Berdasarkan hasil penelitian kecenderungan nilai tingkat kualitas proses pembelajaran latar belakang pendidikan S.Pd. berkategori sangat baik sedangkan ST. dan S.ST. berkategori baik. Berdasarkan perhitungan statistik menggunakan uji Anova One Way didapat bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan tingkat kualitas proses pembelajaran antara ketiga latar belakang pendidikan tersebut. Dapat disimpulkan bahwa kualitas proses pembelajaran tidak dapat dibedakan hanya berdasarkan latar belakang pendidikann gurunya. Karena setiap guru mempunyai kesempatan mengembangkan proses pembelajaran yang berkualitas tidak dipengaruhi latar belakang pendidikan kesarjanaannya.

3. Guru profesional merupakan kunci keberhasilan dari kualitas proses pembelajaran. Untuk mengetahui besar pengaruh profesionalisme guru terhadap kualitas proses pembelajaran dihitung menggunakan uji Korelasi PPM dan didapat bahwa pengaruh variabel profesionalisme guru terhadap variabel kualitas proses pembelajaran menunjukan pengaruh yang positif dan signifikan. Kontribusi ini ditunjukan dari hasil perhitungan koefisien determinasi sebesar 60,84%. Artinya meningkat atau menurunnya kualitas


(54)

proses suatu pembelajaran dipengaruhi tingkat profesionalisme gurunya sebesar 60,84%, sedangkan sisanya sebesar 30,16% dipengaruhi faktor lainnya seperti komponen kesiapan siswa, tujuan pembelajaran, kurikulum pembelajaran, metode pembelajaran, sarana dan prasarana, lingkungan, dan evaluasi.

B. Rekomendasi

Selama melakukan penelitian, ditemukan beberapa kekurangan yang dapat dijadikan sebagai rekomendasi baik untuk pembelajaran maupun penelitian selanjutnya, diantaranya :

1. Berkaitan dengan penelitian selanjutnya

Dalam penelitian ini masih terdapat kekurangan terutama dalam hal pengumpulan data. Pada penelitian selanjutnya dapat menggunakan teknik pengumpulan data yang lebih beragam dan pengumpulan data dilengkapi dengan observasi lapangan yang lebih mendalam, antara lain:

a. Penilaian dari teman sejawat dan siswa.

b. Pengamatan di lapangan mengenai pelaksanaan pembelajaran pendahuluan, isi, dan penutup.

c. Portopolio guru mengenai arsip RPP.

d. Melakukan uji kompetensi (tes materi) untuk mengukur kompetensi profesional secara lebih mendalam.


(1)

93

Adinda Syarifina Fadhilah, 2013

mempunyai kesempatan mengembangkan profesionalisme yang sama serta mempunyai hak dan kewajiban yang sama sesuai dengan tupoksinya tidak dipengaruhi latar belakang pendidikan kesarjanaannya.

2. Kualitas proses pembelajaran dipengaruhi latar belakang pendidikan guru,

tingkat profesionalisme guru, sumber belajar (buku, internet, lingkungan), media pembelajaran, fasilitas belajar, suasana belajar, bekal belajar siwa. Berdasarkan hasil penelitian kecenderungan nilai tingkat kualitas proses pembelajaran latar belakang pendidikan S.Pd. berkategori sangat baik sedangkan ST. dan S.ST. berkategori baik. Berdasarkan perhitungan statistik menggunakan uji Anova One Way didapat bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan tingkat kualitas proses pembelajaran antara ketiga latar belakang pendidikan tersebut. Dapat disimpulkan bahwa kualitas proses pembelajaran tidak dapat dibedakan hanya berdasarkan latar belakang pendidikann gurunya. Karena setiap guru mempunyai kesempatan mengembangkan proses pembelajaran yang berkualitas tidak dipengaruhi latar belakang pendidikan kesarjanaannya.

3. Guru profesional merupakan kunci keberhasilan dari kualitas proses

pembelajaran. Untuk mengetahui besar pengaruh profesionalisme guru terhadap kualitas proses pembelajaran dihitung menggunakan uji Korelasi PPM dan didapat bahwa pengaruh variabel profesionalisme guru terhadap variabel kualitas proses pembelajaran menunjukan pengaruh yang positif dan signifikan. Kontribusi ini ditunjukan dari hasil perhitungan koefisien determinasi sebesar 60,84%. Artinya meningkat atau menurunnya kualitas


(2)

Adinda Syarifina Fadhilah, 2013

proses suatu pembelajaran dipengaruhi tingkat profesionalisme gurunya sebesar 60,84%, sedangkan sisanya sebesar 30,16% dipengaruhi faktor lainnya seperti komponen kesiapan siswa, tujuan pembelajaran, kurikulum pembelajaran, metode pembelajaran, sarana dan prasarana, lingkungan, dan evaluasi.

B. Rekomendasi

Selama melakukan penelitian, ditemukan beberapa kekurangan yang dapat dijadikan sebagai rekomendasi baik untuk pembelajaran maupun penelitian selanjutnya, diantaranya :

1. Berkaitan dengan penelitian selanjutnya

Dalam penelitian ini masih terdapat kekurangan terutama dalam hal pengumpulan data. Pada penelitian selanjutnya dapat menggunakan teknik pengumpulan data yang lebih beragam dan pengumpulan data dilengkapi dengan observasi lapangan yang lebih mendalam, antara lain:

a. Penilaian dari teman sejawat dan siswa.

b. Pengamatan di lapangan mengenai pelaksanaan pembelajaran

pendahuluan, isi, dan penutup.

c. Portopolio guru mengenai arsip RPP.

d. Melakukan uji kompetensi (tes materi) untuk mengukur kompetensi

profesional secara lebih mendalam.


(3)

95

Adinda Syarifina Fadhilah, 2013

Profesionalisme guru dan kualitas proses pembelajaran di SMK Program Studi Keahlian Teknik Elektronika dan Ketenagalistrikan di Kota Cimahi ada dalam kategori sangat baik maka perlu dipelihara dan dijaga dengan cara guru harus selalu berusaha untuk melakukan hal-hal berikut:

a. Memahami dan melaksanakan tuntutan standar profesi yang ada.

b. Mencapai kualifikasi dan kompetensi yang dipersyaratkan, yaitu

kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.

c. Membangun hubungan kesejawatan yang baik dan luas termasuk

melalui organisasi profesi, dan membentuk grup bidang keahlian yang sama.

d. Mengembangkan kreativitas dan selalu berinovasi dalam mengelola

pembelajaran, penggunaan media pembelajaran, dan metode yang digunakan dalam pembelajaran.

e. Melakukan seminar – seminar baik sebagai presenter ataupun peserta.

f. Mengkaji literatur baik dari buku – buku atau internet.

g. Melakukan uji coba di workshop atau di laboratorium.

h. Membuat karya inovasi bersama siswa yang bermanfaat bagi

masyarakat.

i. Melakukan magang di industri untuk melihat perkembangan dunia

industri sehingga dapat membagi ilmu yang didapat di dunia industri kepada siswa.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Alma, B. (2009). Guru Profesional Menguasai Metode dan Tampil Mengajar. Bandung: Alfabeta.

Dittrich (2010: 11) Redesigning Teacher Education

Djamarah, S.B. (2005). Guru dan Anak Didik. Jakarta: Rineka Cipta. Djohar, A. (2006). Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. [Online]

Tersedia:

http://file.upi.edu/direktori/FPTK/JUR._PEND._TEKNIK_MESIN/19501

2051979031-AS’ARI_DJOHAR/MAKALAH/PENDIDIKAN_TEKNOIOGI_DAN_K EJURAN.pdf

[23 November 2011]

Endahaji, F. (2011). Bahan Sosialisasi Sistem Sertifikasi Guru. [Online] Tersedia:

http://duaoase.blogspot.com/2011/09/bahan-sosialisasi-sistem-sertifikasi.html

[18 Mei 2012]

Febiansyah, A.R. (2011). Pengaruh Profesionalisme Guru terhadap Prestasi Belajar Siswa di SMP Negeri 19 Kota Bogor. Skripsi pada FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Hall, C.S. and Lindzey, G. (1985). Introduction to Personality Theory. New York: John Wiley & Sons.

Kunandar. (2007). Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Kunandar. (2008). Guru Profesional. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Maulana, Akbar. (2011). Studi Tentang Minat Mahasiswa JPTA FPTK-UPI pada Dunia Kerja Antara Profesi Guru dan Arsitek. Skripsi pada FPTK UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Melvin, D.M. (1985). Principles and Philosofphy for Vocational Education. The National Center of Research in Vocational Educations, The Ohio Univercity, Columbus, Ohio.


(5)

96

Nana Sudjana. (2002). Dasar-dasar proses belajar-mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Nazir, M (2011). Metode Penelitian. Bogor: PT.Ghalia Indonesia.

Reksoatmodjo, T.N. (1995). Perkembangan Kurikulum Pendidikan dan Latihan serta Dampaknya terhadap Performasi Kerja Karyawan Lulusan Pusdiklat PT IPTN. Disertasi Doktor pada FPS IKIP Bandung: tidak diterbitkan.

Reksoatmodjo, T.N. (2009). Statistika untuk Psikologi dan Pendidikan. Bandung: PT. Refika Aditama.

Sekretariat Negara. (2000). Keputusan Mentri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunann Kurikulum PT dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa Peserta Didik. Jakarta.

Sekretariat Negara. (2003). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan nasional. Jakarta.

Sekretariat Negara. (2005). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta.

Sekretariat Negara. (2005). Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Jakarta.

Sekretariat Negara. (2007). Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi dan Akademis dan Kompetensi Guru. Jakarta.

Sekretariat Negara. (2008). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru. Jakarta.

Sofyan, Herminato. dkk. Paradigma Baru Dunia Vokasi. [Online]

Tersedia:

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/prof-dr- herminarto-sofyan-mpd/paradigma-baru-dan-guru-pendidikan-vokasi-rev1.pdf

[23 November 2011]

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, N.S. (1988). Prinsip dan Landasan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan


(6)

Sukmadinata, N.S. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Sunyoto,D. (2012). Analisis Validitas dan Asumsi Klasik. Yogyakarta: Gava Media.

Susilawati, E.A. (2011). Kontribusi Motivasi Kerja Guru terhadap Efektivitas Pembelajaran Di SD Negeri Se-Kecamatan Antapani Kota Bandung. Skripsi pada FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Suyanto. Dan Djihad, Asep. (2012). Bagaimana Menjadi Calon Guru dan Guru Profesional. Yogyakarta: Multi Pressindo.

Tilaar, H.A.R. (2009). Membenahi Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta. Usman, H. dan Akbar, P.S. (2006). Pengantar Statistika. Jakarta: PT. Bumi

Aksara

Usman, M.U. (1995). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.


Dokumen yang terkait

PROFESIONALISME GURU DITINJAU DARI LATAR BELAKANG PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PROFESIONALISME GURU DITINJAU DARI LATAR BELAKANG PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN MENGAJAR DI SMA MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011.

0 1 17

PERBEDAAN TINGKAT PROFESIONALISME GURU DAN KUALITAS PROSES PEMBELAJARAN BERDASARKAN LATAR BELAKANG PENDIDIKAN SARJANA GURU YANG BERBEDA DI SMK PROGRAM STUDI KEAHLIAN TEKNIK ELEKTRONIKA DAN KETENAGALISTRIKAN DI KABUPATEN KARAWANG.

0 2 49

PERBEDAAN TINGKAT PROFESIONALISME GURU DAN KUALITAS PROSES PEMBELAJARAN BERDASARKAN LATAR BELAKANG PENDIDIKAN GURU YANG BERBEDA DI SMK PROGRAM STUDI KEAHLIAN TEKNIK ELEKTRONIKA DAN KETENAGALISTRIKAN DI SMK KOTA DEPOK, KOTA SUKABUMI, DAN KABUPATEN CIANJUR.

0 0 65

PERBEDAAN TINGKAT PROFESIONALISME GURU DAN KUALITAS PROSES PEMBELAJARAN BERDASARKAN LATAR BELAKANG PENDIDIKAN SARJANA GURU YANG BERBEDA DI SMK PROGRAM STUDI KEAHLIAN TEKNIK ELEKTRONIKA DAN KETENAGALISTRIKAN DI KOTA CIMAHI.

0 1 72

PERBEDAAN TINGKAT PROFESIONALISME GURU DAN KUALITAS PROSES PEMBELAJARAN BERDASARKAN LATAR BELAKANG PENDIDIKAN GURU SMK PROGRAM STUDI KEAHLIAN TEKNIK ELEKTRONIKA DAN KETENAGALISTRIKAN DI KOTA DAN KABUPATEN BANDUNG.

0 0 52

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN PENERAPAN KONSEP DASAR LISTRIK DAN ELEKTRONIKA (PKDLE) BERBASIS ANDROID UNTUK SISWA KELAS X PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK KETENAGALISTRIKAN DI SMK.

1 7 145

PENERAPAN MANAJEMEN KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN: STUDI KASUS PADA PROGRAM STUDI KEAHLIAN TEKNIK KETENAGALISTRIKAN SMK N 2 YOGYAKARTA.

0 0 104

PENGARUH LATAR BELAKANG PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN MENGAJAR TERHADAP PROFESIONALISME GURU SMK KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK AUDIO-VIDEO SE KOTA YOGYAKARTA.

1 10 132

Profil Guru SMK Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan dan Relevansinya dengan Kurikulum Program Studi Pendidikan Teknik Mesin FT

0 0 521

PERBEDAAN KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI DI SEKOLAH DASAR BERDASARKAN LATAR BELAKANG PENDIDIKAN DAN MASA KERJ ipi3249

0 0 5