PROFIL PENERIMAAN DIRI REMAJA AWAL BERDASARKAN JENIS KELAMIN DAN KORELASINYA DENGAN CAPAIAN PRESTASI BELAJAR SERTA IMPLIKASINYA BAGI BIMBINGAN DAN KONSELING.

(1)

No. 228/S/PPB/2014

PROFIL PENERIMAAN DIRI REMAJA AWAL BERDASARKAN JENIS KELAMIN DAN KORELASINYA DENGAN CAPAIAN PRESTASI

BELAJAR SERTA IMPLIKASINYA BAGI BIMBINGAN DAN KONSELING

(Studi Deskriptif terhadap Peserta Didik Kelas VI Sekolah Dasar Laboratorium

Percontohan UPI Tahun Ajaran 2014/2015)

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan Departemen Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

oleh

Mayang Wulan Sari NIM. 1001610

DEPARTEMEN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

PROFIL PENERIMAAN DIRI REMAJA AWAL BERDASARKAN JENIS KELAMIN DAN KORELASINYA DENGAN CAPAIAN PRESTASI

BELAJAR SERTA IMPLIKASINYA BAGI BIMBINGAN DAN KONSELING

(Studi Deskriptif terhadap Peserta Didik Kelas VI Sekolah Dasar Laboratorium

Percontohan UPI Tahun Ajaran 2014/2015)

Oleh

Mayang Wulan Sari

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Mayang Wulan Sari 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Nopember 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari


(3)

MAYANG WULAN SARI

PROFIL PENERIMAAN DIRI REMAJA AWAL BERDASARKAN JENIS KELAMIN DAN KORELASINYA DENGAN

CAPAIAN PRESTASI BELAJAR SERTA IMPLIKASINYA BAGI BIMBINGAN DAN KONSELING

(Studi Deskriptif terhadap Peserta Didik Kelas VI Sekolah Dasar Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2014/2015)

disetujui dan disahkan oleh pembimbing :

Pembimbing I

Dr. M. Solehuddin, M.Pd., M.A NIP. 19620208 198601 1 002

Pembimbing II

Dr. Ipah Saripah, M.Pd NIP. 19771014 200112 2 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Dr. Nandang Rusmana, M.Pd NIP. 19600501 198603 1 004


(4)

Mayang Wulan Sari,2014

Profil penerimaan diri remaja awal berdasarkan jenis kelamin dan korelasinya dengan capaian prestasi belajar serta implikasinya bagi Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ABSTRAK

Mayang Wulan Sari (2014). Profil Penerimaan Diri Remaja Awal Berdasarkan Jenis Kelamin dan Korelasinya dengan Capaian Prestasi Belajar serta Implikasinya Bagi Bimbingan dan Konseling (Studi Deskriptif terhadap Peserta Didik Kelas VI Sekolah Dasar Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2014/2015).

Penelitian dilatarbelakangi oleh fenomena terkait adanya penolakan diri pada remaja awal serta rendahnya prestasi belajar peserta didik yang menolak diri. Tujuan penelitian adalah memberikan gambaran empirik terkait profil penerimaan diri remaja awal serta korelasinya dengan prestasi belajar peserta didik. Pendekatan yang digunakan untuk meneliti penerimaan diri peserta didik adalah pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif. Populasi penelitian adalah 62 peserta didik kelas VI SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2014/2015. Hasil penelitian diperoleh bahwa secara umum tingkat penerimaan diri remaja awal Kelas VI SD Laboratorium Percontohan UPI berada pada kategori netral dengan nilai rata-rata 151.7 yang menunjukkan bahwa penerimaan diri telah menuju arah menerima namun masih memerlukan bimbingan dari konselor. Berdasarkan jenis kelamin, tingkat penerimaan diri setiap indikator pada peserta didik laki-laki berada pada kategori menerima. Tingkat penerimaan diri setiap indikator pada peserta didik perempuan mayoritas berada pada kategori netral mendekati menerima. Berdasarkan perbedaan jenis kelamin tidak terdapat perbedaan rata-rata antara peserta didik laki-laki dan perempuan. Selain itu penerimaan diri memiliki korelasi searah dengan capaian prestasi belajar. Korelasi searah berarti jika penerimaan diri seseorang baik, maka prestasi belajarnya pun akan baik.

Kata Kunci : Penerimaan diri, remaja awal, perbedaan jenis kelamin, capaian prestasi belajar


(5)

Mayang Wulan Sari,2014

Profil penerimaan diri remaja awal berdasarkan jenis kelamin dan korelasinya dengan capaian prestasi belajar serta implikasinya bagi Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ABSTRACT

Mayang Wulan Sari. Early Adolescent Self Acceptance Profile Based on Sex and Correlation of Outcomes Learning Achievement and Implications of Guidance and Counseling (Descriptive Study of Sixth Grade Students UPI Laboratory Elementary School Year 2014/2015).

The research was motivated by the phenomenon of self rejection and a lower academic achievement in early adolescence who are in transition between childhood and adolescence. The aim is to provide an overview of empirical research related to early adolescent self-acceptance and the correlation with academic achievment. The approach used to examine the students' self-acceptance is a quantitative approach with descriptive methods. The study population was 62 sixth grade students UPI Laboratory Elementary School Year 2014/2015. Techniques used in the sampling is done with a total sample. Results showed that the overall level of self-acceptance early adolescent at sixth grade students UPI Laboratory Elementary School Year 2014/2015 is the neutral category with an average value of 151.7 which indicates that self-acceptance has been toward receiving but still require the guidance of a counselor. Based on sex, male students in the receive category and woman students in the neutral category. Based on the difference between the sexes, there is no difference in the average value of self-acceptance among men students and woman students. Other than that, self-acceptance has a direct correlation with learning achievement. Direct correlation it means if someone has a good self-acceptance, it would be a good learning performance.

Keywords: Self-acceptance, early adolescence, sex, academic achievement outcomes.


(6)

viii

Mayang Wulan Sari,2014

Profil penerimaan diri remaja awal berdasarkan jenis kelamin dan korelasinya dengan capaian prestasi belajar serta implikasinya bagi Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GRAFIK ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah Penelitian ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

1.5 Struktur Organisasi Skripsi ... 9

BAB II KONSEP PENERIMAAN DIRI REMAJA ... 11

2.1 Karakteristik Remaja ... 11

2.2 Penerimaan Diri ... 14

2.2.1Pengertian Penerimaan Diri ... 14

2.2.2 Karakteristik Penerimaan Diri... 16

2.2.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Penerimaan Diri ... 24

2.2.4 Perkembangan Penerimaan Diri pada Remaja ... 26

2.2.5 Penerimaan Diri Berdasarkan Perbedaan Jenis Kelamin ... 28

2.3 Prestasi Belajar ... 29

2.3.1Pengertian Prestasi Belajar ... 29

2.3.2 Faktor-faktor yang Memengaruhi Prestasi Belajar ... 30

2.4 Hubungan Penerimaan Diri dengan Capaian Prestasi Belajar ... 31

2.5 Penelitian Terdahulu ... 32


(7)

ix

Mayang Wulan Sari,2014

Profil penerimaan diri remaja awal berdasarkan jenis kelamin dan korelasinya dengan capaian prestasi belajar serta implikasinya bagi Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB III METODE PENELITIAN... 35

3.1 Lokasi, Populasi Penelitian ... 35

3.1.1 Lokasi Penelitian ... 35

3.1.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 35

3.2 Desain Penelitian ... 36

3.3 Definisi Operasional Variabel ... 37

3.4 Proses Pengembangan Instrumen ... 39

3.4.1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 39

3.4.2 Uji Kelayakan Instrumen ... 40

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 45

3.6 Teknik Analisis Data ... 45

3.6.1 Verifikasi Data ... 45

3.6.2 Penyekoran Data ... 46

3.6.3 Pengelompokan Data ... 47

3.7 Uji Perbedaan Rata-rata Penerimaan Diri Peserta Didik Laki-laki dan Peserta Didik Perempuan ... 48

3.8 Uji Korelasi Penerimaan Diri dengan Capaian prestasi Belajar ... 49

3.9 Prosedur Penelitian... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 52

4.1 Hasil Penelitian ... 52

4.1.1 Tingkat Penerimaan Diri Remaja Awal di SD Laboratorium Percontohan UPI Bumi Siliwangi ... 52

4.1.1.1Tingkat Penerimaan Diri pada Indikator Memiliki Keyakinan terhadap Kapasitas Diri untuk Mengatasi Lingkungan ... 54

4.1.1.2Tingkat Penerimaan Diri pada Indikator Menganggap Dirinya Sejajar dengan Orang Lain ... 55


(8)

x

Mayang Wulan Sari,2014

Profil penerimaan diri remaja awal berdasarkan jenis kelamin dan korelasinya dengan capaian prestasi belajar serta implikasinya bagi Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

4.1.1.3 Tingkat Penerimaan Diri pada Indikator Menganggap Diri Sendiri Wajar serta Memiliki Ekspektasi Bahwa Orang Lain

akan Menerimanya ... 56 4.1.1.4Tingkat Penerimaan Diri pada Indikator Tidak Malu dan Sadar Diri

... 57 4.1.1.5Tingkat Penerimaan Diri pada Indikator Bertanggung jawab Atas

Setiap Perilakunya ... 58 4.1.1.6Tingkat Penerimaan Diri pada Indikator Berpendirian ... 59 4.1.1.7 Tingkat Penerimaan Diri pada Indikator Menerima Kritik dan

Pujian dengan Objektif ... 60 4.1.1.8 Tingkat Penerimaan Diri pada Indikator Menerima Kelebihan dan

Kekurangan yang Dimiliki ... 61 4.1.1.9Tingkat Penerimaan Diri pada Indikator Tidak Menyalahkan Diri

Sendiri atau Mengingkari Perasaan-perasaan yang Muncul ... 62 4.1.2 Profil Penerimaan Diri Remaja Awal di SD Laboratorium Percontohan UPI Bumi Siliwangi ... 63 4.1.3 Perbedaan Penerimaan Diri Peserta Didik Laki-laki dan Perempuan . 64 4.1.4 Hubungan Penerimaan Diri Remaja Awal dengan Capaian Prestasi

Belajar Peserta Didik... 65 4.2 Pembahasan ... 66

4.2.1 Tingkat Penerimaan Diri Penerimaan Diri Remaja Awal di SD

Laboratorium Percontohan UPI ... 67 4.2.2 Profil Penerimaan Diri Remaja Awal ... 74 4.2.3 Perbedaan Penerimaan Diri Remaja Awal Berdasarkan Perbedaan Jenis

Kelamin ... 80 4.2.4 Hubungan Penerimaan Diri Remaja Awal Terhadap Capaian Prestasi

Belajar Peserta Didik... 82 BAB V PENUTUP ... 85


(9)

xi

Mayang Wulan Sari,2014

Profil penerimaan diri remaja awal berdasarkan jenis kelamin dan korelasinya dengan capaian prestasi belajar serta implikasinya bagi Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

5.1 Kesimpulan ... 85

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 86

5.4 Rekomendasi ... 86

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Deskripsi Perilaku Penerimaan Diri Remaja Awal ... 23

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 40

Tabel 3.2 Hasil Penimbangan Instrumen Penerimaan Diri ... 41

Tabel 3.3 Hasil Validitas ... 43

Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Penerimaan Diri (Setelah Uji Kelayakan Instrumen) ... 43

Tabel 3.5 Kategori Intrepretasi Reliabilitas ... 44

Tabel 3.6 Tingkat Reliabilitas Instrumen Penerimaan Diri ... 45

Tabel 3.7 Pola Skor Pilihan Alternatif Respon ... 46

Tabel 3.8 Kategorisasi Penerimaan Diri ... 47

Tabel 3.9 Kategorisasi Penerimaan Diri Per Indikator ... 47

Tabel 3.10 Kriteria Klasifikasi Koefisien Korelasi ... 50

Tabel 4.1 Kategorisasi Penerimaan Diri ... 52

Tabel 4.2 Distribusi Umum Penerimaan Diri Remaja Awal pada Peserta Didik Kelas VI SD Laboratorium Percontohan UPI ... 52


(10)

xii

Mayang Wulan Sari,2014

Profil penerimaan diri remaja awal berdasarkan jenis kelamin dan korelasinya dengan capaian prestasi belajar serta implikasinya bagi Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 4.4 Distribusi Penerimaan Diri Indikator Memiliki Keyakinan terhadap Kapasitas Diri untuk Mengatasi Lingkungan ... 54 Tabel 4.5 Distribusi Penerimaan Diri pada Indikator Menganggap Dirinya Sejajar

dengan Orang Lain ... 55 Tabel 4.6 Distribusi Penerimaan Diri pada Indikator Menganggap Diri Sendiri

Wajar serta Memiliki Ekspektasi Bahwa Orang Lain akan

Menerimanya ... 56 Tabel 4.7 Distribusi Penerimaan Diri pada Indikator Tidak Malu dan Sadar Diri .. 57 Tabel 4.8 Distribusi Penerimaan Diri pada Indikator Bertanggungjawab Atas Setiap

Perilakunya ... 58 Tabel 4.9 Distribusi Penerimaan pada Diri Indikator Berpendirian ... 59 Tabel 4.10 Distribusi Penerimaan Diri pada Indikator Menerima Kritik dan Pujian

dengan Objektif ... 60 Tabel 4.11 Distribusi Penerimaan Diri pada Indikator Menerima Kelebihan dan

Kekurangan yang Dimiliki ... 61 Tabel 4. 12 Distribusi Penerimaan Diri pada Indikator Tidak Menyalahkan Diri

Sendiri atau Mengingkari Perasaan-perasaan yang Muncul ... 62 Tabel 4.13 Hasil Uji Mann Whitney U Penerimaan Diri Peserta Didik Laki-laki dan Peserta Didik Perempuan ... 65 Tabel 4.14 Hasil Korelasi Spearman Rho Penerimaan Diri Peserta Didik Remaja


(11)

xiii

Mayang Wulan Sari,2014

Profil penerimaan diri remaja awal berdasarkan jenis kelamin dan korelasinya dengan capaian prestasi belajar serta implikasinya bagi Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Profil Penerimaan Diri Remaja Awal SD Laborarorium Pervontohan UPI Bumi Siliwangi ... 63 Grafik 4.2 Penerimaan Diri Peserta Didik pada Awal Remaja Berdasarkan Perbedaan


(12)

Mayang Wulan Sari,2014

Profil penerimaan diri remaja awal berdasarkan jenis kelamin dan korelasinya dengan capaian prestasi belajar serta implikasinya bagi Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Penelitian

Perkembangan manusia terbagi menjadi beberapa fase selama rentang kehidupan. Beberapa fase tersebut diantaranya fase bayi, anak-anak, remaja hingga dewasa. Setiap fase memiliki keunikan dan tingkat perkembangan tersendiri. Pada usia kanak-kanak, salah satu perkembangan yang sangat terlihat adalah pertumbuhan fisik yang cepat dan berlangsung hingga fase remaja awal. Fase transisi antara fase anak-anak dan remaja ini juga sering disebut sebagai masa pubertas yang terjadi pada individu. Masa puber secara umum diawali pada usia 09 tahun hingga usia 16 tahun, yaitu suatu tahap dalam perkembangan ketika terjadi kematangan alat-alat seksual dan tercapai kemampuan reproduksi, saat kriteria kematangan seksual muncul dan ciri-ciri seks sekunder terus berkembang dan sel-sel diproduksi dalam organ-organ seks (Hurlock, 1978. hlm. 191).

Perubahan yang terjadi pada masa pubertas berlangsung selama kurang lebih tiga sampai empat tahun. Kira-kira setengah dari masa ini masih tumpang tindih antara masa kanak-kanak dan masa remaja. Pada umumnya pubertas dialami oleh anak-anak yang memasuki fase usia awal remaja, oleh karena itu pubertas pada anak perempuan berkisar antara usia 9-16 tahun dan anak laki-laki pada usia 13-15 tahun. Selama masa puber ini, seluruh tubuh mengalami perubahan, baik di bagian luar maupun di bagian dalam tubuh, baik dalam struktur tubuh maupun dalam fungsinya. Menurut penelitian, perempuan pada usia 7 tahun mengalami perkembangan payudara sebanyak 10,4% pada gadis berkulit putih, 23,4% orang kulit hitam dan 14,9% anak perempuan Hispanik (Ellyzar, 2010).

Penelitian lain menunjukkan sekitar 30% siswa-siswi kelas empat sekolah dasar telah mengalami menstruasi dan mimpi basah. Penelitian yang dilakukan pada tahun 2005 terhadap 1.674 orang peserta didik SD se-Jabodetabek yang terdiri dari 897 peserta didik perempuan dan 777 peserta didik laki-laki menunjukkan tiga dari 10 siswi kelas empat SD atau 30% telah mengalami


(13)

2

menstruasi. Angka ini terus meningkat di kelas lima SD yang mencapai 48% dan kelas enam SD sebanyak 59%. Sementara untuk peserta didik laki-laki di kelas empat sebanyak 38% telah mengalami mimpi basah, kelas lima sebanyak 47% dan kelas enam sebanyak 52% (Risman, 2005).

Berbagai perubahan fisik yang terjadi secara signifikan pada anak yang mulai mengalami pubertas atau masa remaja awal. Beberapa contoh perubahan tersebut adalah pada perempuan bentuk panggul yang mulai membesar, mulai terjadi siklus menstruasi, perubahan payudara, dan produksi keringat yang semakin banyak. Pada laki-laki terjadi perubahan yaitu mulai membesarnya testis, produksi keringat yang lebih banyak dan mulai berubahnya suara. Karena bebagai perubahan tersebut anak seringkali menemukan ketidakpuasan di dalam dirinya. Sebagai contoh, anak perempuan merasa tidak puas dengan penampilan fisiknya yang membuat ia merasa malu karena pakaian yang sering dipakai menjadi sempit. Sakit perut ketika menstruasi juga dirasakan oleh anak perempuan sehingga membuat anak tidak bisa mengikuti pembelajaran di sekolah dan pekerjaan rumah juga tidak dapat diselesaikan dengan baik. Beberapa perubahan fisik tersebut belum tentu dapat mereka terima begitu saja. Perlu adanya penyesuaian dan pemahaman terkait dengan perubahan yang dialami oleh anak.

Selain itu, anak juga tidak mengalami masa pubertas secara serempak. Anak-anak yang mengalami proses perubahan bentuk tubuh lebih awal dibandingkan dengan teman sebayanya dari jenis kelamin yang sama, disebut sebagai anak-anak yang lebih awal matang dan yang lambat dinamakan lambat matang (Hurlock, 1978. hlm. 125). Ketidakseragaman ini membuat anak semakin merasa berbeda dengan teman-teman disekitarnya. Karakteristik lain yang muncul pada anak puber atau anak yang berada pada masa remaja awal antara lain merasa diri sudah dewasa sehingga anak sering membantah atau menentang, emosi tidak stabil sehingga anak puber cenderung merasa sedih, marah, gelisah, khawatir, mengatur dirinya sendiri sehingga terkesan egois, dan sangat mengutamakan kepentingan kelompok atau gank sehingga mudah terpengaruh oleh teman sekelompoknya. Anak mudah terpengaruh oleh lingkungan dan budaya baru yang sering bertentangan dengan norma masyarakat, serta memiliki rasa keingintahuan yang


(14)

Mayang Wulan Sari,2014

Profil penerimaan diri remaja awal berdasarkan jenis kelamin dan korelasinya dengan capaian prestasi belajar serta implikasinya bagi Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

besar pada hal-hal baru yang mengakibatkan perilaku coba-coba tanpa didasari dengan informasi yang benar dan jelas.

Perasaan malu sering dirasakan oleh anak perempuan kepada teman-teman dan orangtuanya pada saat mengalami menstruasi pertama. Anak laki-laki merasakan kulitnya berubah menjadi kasar, timbulnya jerawat membuat anak merasa malu, canggung dan tidak percaya diri terutama kepada anak perempuan. Keringat yang banyak membuat anak sering menjauh dari temannya karena merasa keringatnya menyebabkan bau badan. Rambut di kepala yang mudah berminyak membuat anak gatal-gatal dan tidak nyaman sehingga konsentrasi belajar menjadi terganggu.

Kondisi anak yang mudah terpengaruh berhubungan erat dengan proses penerimaan diri terhadap perubahan yang dialaminya. Hal tersebut dapat menjadi salah satu faktor yang membuat anak tidak dapat menerima diri. Penerimaan diri merupakan salah satu tugas perkembangan yang harus dikuasai anak pada fase remaja awal atau masa pubertas. Tugas perkembangan yang harus dikuasai anak pada masa pubertas menurut Hurlock (1993, hlm. 10) yaitu menerima keadaan fisik dan menggunakan tubuh secara efektif. Perubahan fisik pada masa puber memengaruhi semua bagian tubuh, baik eksternal maupun internal, sehingga juga memengaruhi keadaan fisik dan psikologis remaja (Hurlock,1978. hlm. 189).

Individu juga akan mengalami krisis di setiap tahap perkembangannya. Ketika anak tidak dapat menerima dirinya dengan positif untuk kemudian mengembangkan diri sesuai dengan potensi yang dimilikinya, maka ia mengalami krisis yang tidak terselesaikan dengan baik. Erikson (Monks, 2001. hlm. 196) mengemukakan jika individu gagal menyelesaikan krisis dalam tahap perkembangannya, maka dapat menyebabkan masalah dalam diri termasuk di dalamnya krisis terkait penerimaan diri. Penerimaan diri penting dimiliki anak sebagai langkah awal agar anak dapat menyesuaikan diri dengan kondisinya sendiri maupun lingkungan di sekitarnya. Keadaan fisik dan psikologis yang dipengaruhi oleh adanya perubahan-perubahan yang dialami remaja dapat berakibat negatif apabila indiviidu tidak mengetahui bagaimana cara menerima


(15)

Mayang Wulan Sari,2014

Profil penerimaan diri remaja awal berdasarkan jenis kelamin dan korelasinya dengan capaian prestasi belajar serta implikasinya bagi Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dan mengelola kondisi tersebut. Akibatnya, tugas perkembangan yang seharusnya tercapai menjadi tidak dikuasai dengan baik.

Individu yang mengalami krisis dan tidak dapat menerima diri dengan positif pada masa awal remajanya akan mengalami kesulitan pula dalam meraih prestasi serta mengembangkan potensi yang dimiliki. Penerimaan diri memengaruhi prestasi belajar karena jika peserta didik tidak dapat menerima dirinya ia akan cenderung menunjukkan perilaku-perilaku negatif yang dapat menghambat potensi untuk meraih prestasi. Perilaku yang ditunjukkan peserta didik yang tidak dapat menerima dirinya diantaranya rendah diri dan kurangnya kepercayaan diri untuk mengambil keputusan serta adanya perasaan takut untuk mengambil resiko dari setiap tantangan belajar yang dihadapi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fahrurrozi (2007) kepada mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi angkatan 2006 yang diterima melalui jalur SPMB yang berjumlah 109 orang menunjukkan bahwa responden secara keseluruhan memiliki konsep diri positif dan pencapaian prestasi belajar yang tinggi. Simpulan ini dihasilkan dengan dimilikinya citra diri, penerimaan diri, dan harga diri yang tinggi, serta nilai kognitif dan afektif yang tinggi. Penerimaan diri positif mencerminkan persepsi positif mahasiswa terhadap pemahaman diri, harapan-harapan diri, kebebasan secara sosisal, dan perilaku sosial yang menyenangkan. Dengan demikian, diketahui bahwa penerimaan diri memiliki korelasi positif dengan prestasi belajar individu.

Pendapat lain yang menunjukkan korelasi antara penerimaan diri dengan prestasi individu diungkapkan oleh Tan (1984) dalam Eriany (1987) yang mengatakan bahwa keberhasilan dan kegagalan anak di sekolah sering ditentukan oleh rasa percaya diri dan penghargaan mereka terhadap diri sendiri. Selain itu, Hurlock (1978) mengungkapkan bahwa prestasi yang jelek dapat berasal dari sikap yang tidak menyenangkan terhadap dirinya.

Penerimaan diri (self acceptance) merupakan sikap yang pada dasarnya merasa puas dengan diri sendiri, kualitas-kualitas dan bakat-bakat sendiri dan pengakuan akan keterbatasan-keterbatasan diri (Chaplin,2004; Rostini,2010). Individu yang mampu menerima dirinya akan mampu melakukan evalusi diri


(16)

Mayang Wulan Sari,2014

Profil penerimaan diri remaja awal berdasarkan jenis kelamin dan korelasinya dengan capaian prestasi belajar serta implikasinya bagi Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

positif dengan menunjukkan rasa nyaman, peduli dan sadar akan karakteristiknya. Penerimaan diri penting karena tidak hanya berperan pada aspek diri sendiri akan tetapi juga dalam interaksi atau hubungan dengan orang lain (Flett, G.,Ricard & Hewiit, 2003; Mancinnes, 2006; Wiryo, 2012).

Penerimaan diri juga merupakan salah satu kompetensi kemandirian peserta didik yang harus dikuasai menurut ABKIN (2008, hlm. 253). Dimulai dengan tahap pengenalan yaitu mengenal kemampuan dan keinginan diri. Tahap akomodasi yaitu menerima keadaan diri secara positif dan tahap tindakan dengan menampilkan perilaku yang merefleksikan keragaman diri dalam lingkungannya. Selain itu, penerimaan diri juga termasuk dalam sebelas tugas perkembangan remaja yaitu menerima keadaan fisik dan menggunakannya secara efektif yang juga dapat memengaruhi tugas perkembangan yang lainnya.

Penerimaan diri individu tidak hanya dipengaruhi oleh diri sendiri yang menghasilkan pandangan-pandangan tentang diri. Lingkungan dan orang-orang sekitar individu juga dapat memengaruhi penerimaan diri individu terutama remaja. Hal ini dikarenakan sifat remaja yang sangat memperhatikan pendapat orang lain dan mudah terpengaruh. Faktor lain yang juga memengaruhi penerimaan diri adalah prestasi remaja baik dalam hal akademik maupun non akademik. Sebagai contoh, remaja dengan prestasi yang baik akan mendapat pujian serta respon positif yang lebih banyak dari lingkungan sehingga persepsi mereka terhadap kondisi diri akan lebih positif. Sebaliknya, remaja yang jarang atau bahkan tidak pernah mendapatkan prestasi cenderung memandang dirinya negatif sehingga tidak dapat menerima diri dengan positif.

Hasil studi pendahuluan di SMA Laboratorium UM Malang menggunakan

expressed acceptance of self and otherscale secara acak terhadap 40 peserta didik

menunjukkan data 17 peserta didik atau 42,5% peserta didik terkatagori penerimaan diri rendah 10 peserta didik atau 25% peserta didik terkategori sedang dan 13 peserta didik atau 32,5% peserta didik terkatagori tinggi (Wiryo, 2012). Studi lain yang dilakukan Nadya (2013) terhadap 143 orang peserta didik kelas X SMA Pasundan 2 Bandung secara umum menunjukkan penerimaan diri fisik peserta didik berada pada kategori tinggi yaitu sebanyak 120 orang (83,91%) dan


(17)

Mayang Wulan Sari,2014

Profil penerimaan diri remaja awal berdasarkan jenis kelamin dan korelasinya dengan capaian prestasi belajar serta implikasinya bagi Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

23 orang (16,09%) berada pada kategori sedang. Artinya, peserta didik pada kategori tinggi telah mencapai tingkat penerimaan diri fisik yang optimal pada setiap aspeknya, yaitu kemampuan yang terampil akan menerima diri secara fisik yang diwujudkan dalam memiliki perasaan sederajat, percaya akan kemampuan diri, bertanggungjawab, mempunyai orientasi keluar diri, berpendirian, menyadari keterbatasan dan mampu menerima sifat kemanusiaan.

Hasil analisis berdasarkan inventori tugas perkembangan yang disebar di Kelas VI SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2014/2015 menunjukkan peserta didik berada pada kategori rendah dalam aspek penerimaan diri dan pengembangannya. Ini berarti peserta didik cenderung memiliki hambatan dalam penerimaan diri. Selain itu, berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan guru bimbingan dan konseling SD Laboratorium Percontohan UPI Bumi Siliwangi, perubahan yang terjadi karena mulai memasuki masa remaja telah terjadi pada peserta didik yang berada di Kelas VI walaupun belum dialami oleh semua peserta didik. Perubahan fisik dan psikologis pada awal masa remaja ini juga tidak hanya dialami oleh peserta didik perempuan namun juga peserta didik laki-laki. Respon peserta didik perempuan dan peserta didik laki-laki terhadap masa transisi yang dialami ini cenderung beragam. Sebagian peserta didik ada yang berani mengungkapkan perubahan-perubahan fisik yang dialami, namun ada juga yang tidak bersedia mengungkapkannya.

Keengganan peserta didik menceritakan perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya menjadi salah satu aspek yang perlu diketahui guru bimbingan dan konseling ataupun guru kelas agar dapat memberikan bimbingan yang tepat dan berimbang bagi perkembangan peserta didik. Guru bimbingan dan konseling juga tidak hanya melakukan layanan ketika sebuah masalah muncul pada peserta didik, keterampilan proaktif dibutuhkan agar bimbingan kepada individu dapat lebih optimal dan menjadi upaya pencegahan bukan hanya upaya perbaikan.

Masa transisi antara kanak-kanak dan remaja merupakan suatu periode perkembangan yang sering dikaitkan dengan hubungan sosial karena mereka mulai melakukan interaksi sosial dengan lingkungannya. Hal tersebut dapat terganggu ketika anak belum dapat menerima keadaan dirinya yang mengalami


(18)

Mayang Wulan Sari,2014

Profil penerimaan diri remaja awal berdasarkan jenis kelamin dan korelasinya dengan capaian prestasi belajar serta implikasinya bagi Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

perubahan baik fisik maupun psikologis yang diakibatkan oleh dimulainya masa pubertas pada anak. Permasalahan lain terkait perubahan-perubahan yang terjadi pada masa awal pubertas bagi anak juga terjadi dan dapat berakibat pada tumbuh kembang anak yang kurang optimal. Tumbuh kembang anak yang kurang optimal tentu tidak diharapkan. Guna menghindari hal-hal yang mengarah negatif, maka pemahaman terkait permasalahan-permasalahan yang terjadi pada masa pubertas sangat diperlukan.

Pengetahuan terkait permasalahan-permasalahan ini juga dapat membantu konselor atau guru bimbingan dan konseling di sekolah ketika melakukan bimbingan kepada peserta didik. Hal ini karena salah satu fungsi bimbingan dan konseling adalah fungsi pemahaman yaitu membantu peserta diidk agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya. Berdasarkan pemahaman ini pesrta didik diharapkan dapat mengembangkan potensi diri secara optimal dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan penelitian terhadap profil penerimaan diri peserta didik saat memasuki masa remaja awal di sekolah dasar guna menggali permasalahan-permasalahan yang terjadi pada periode perkembangan tersebut serta hubungannya dengan capaian prestasi belajar. Upaya ini merupakan awal untuk menemukan metode terbaik bagi pengembangan potensi peserta didik yang mengalami awal pubertas dan implikasinya bagi bimbingan dan konseling di sekolah dasar. Oleh karena itu, dilakukan penelitian dengan judul “Profil Penerimaan Diri Remaja Awal Berdasarkan Jenis Kelamin dan Korelasinya dengan Capaian Prestasi Belajar serta Implikasinya Bagi Bimbingan dan Konseling”.

1.2Rumusan Masalah Penelitian

Masa kanak-kanak merupakan suatu periode perkembangan yang sering dikaitkan dengan hubungan sosial karena mereka mulai melakukan interaksi sosial dengan lingkungannya. Hal tersebut dapat terganggu ketika anak belum dapat menerima keadaan dirinya yang mengalami perubahan baik fisik maupun


(19)

Mayang Wulan Sari,2014

Profil penerimaan diri remaja awal berdasarkan jenis kelamin dan korelasinya dengan capaian prestasi belajar serta implikasinya bagi Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

psikologis yang diakibatkan oleh dimulainya masa pubertas pada anak. Permasalahan lain terkait perubahan-perubahan yang terjadi pada masa awal pubertas bagi anak juga dapat berakibat pada tumbuh kembang anak yang kurang optimal. Oleh karena itu, pemahaman terhadap penerimaan diri peserta didik yang mengalami pubertas di sekolah dasar menjadi salah satu upaya mencegah permasalahan yang dapat berdampak negatif bagi peserta didik yang mengalami pubertas.

Berdasarkan identifikasi di atas, pertanyaan umum sebagai arah perumusan masalahnya adalah “Bagaimana Profil Penerimaan Diri (Self Acceptance) Peserta

Didik Kelas VI di Sekolah Dasar Laboratorium Percontohan UPI Bumi Siliwangi Tahun Ajaran 2014/2015?”

Pertanyaan umum tersebut kemudian diturunkan ke dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1.2.1 Bagaimana tingkat penerimaan diri peserta didk Kelas VI SD Laboratorium Percontohan UPI Bumi Siliwangi Tahun Ajaran 2014/2015?

1.2.2 Bagaimana profil penerimaan diri peserta didik Kelas VI di Sekolah Dasar Laboratorium Percontohan UPI Bumi Siliwangi Tahun Ajaran 2014/2015?

1.2.3 Bagaimana rata-rata penerimaan diri peserta didik laki-laki dan peserta didik perempuan Kelas VI di Sekolah Dasar Laboratorium Percontohan UPI Bumi Siliwangi Tahun Ajaran 2014/2015?

1.2.4 Bagaimana hubungan penerimaan diri peserta didik Kelas VI dengan capaian prestasi belajar yang dimiliki di Sekolah Dasar Laboratorium Percontohan UPI Bumi Siliwangi Tahun Ajaran 2014/2015?

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian adalah memperoleh gambaran empirik mengenai profil penerimaan diri peserta didik Kelas VI Sekolah Dasar. Adapun tujuan khusus penelitian adalah memperoleh data empirik tentang:

1.3.1 tingkat penerimaan diri peserta didik Kelas VI di Sekolah Dasar Laboratorium Percontohan UPI Bumi Siliwangi Tahun Ajaran 2014/2015;


(20)

Mayang Wulan Sari,2014

Profil penerimaan diri remaja awal berdasarkan jenis kelamin dan korelasinya dengan capaian prestasi belajar serta implikasinya bagi Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1.3.2 profil penerimaan diri peserta didik Kelas VI di Sekolah Dasar Laboratorium Percontohan UPI Bumi Siliwangi Tahun Ajaran 2014/2015;

1.3.3 perbedaan rata-rata penerimaan diri peserta didik Kelas VI berdasarkan jenis kelamin di Sekolah Dasar Laboratorium Percontohan UPI Bumi Siliwangi Tahun Ajaran 2014/2015;

1.3.4 hubungan penerimaan diri peserta didik Kelas VI dengan capaian prestasi belajar yang dimiliki di Sekolah Dasar Laboratorium Percontohan UPI Bumi Siliwangi Tahun Ajaran 2014/2015;

1.4Manfaat Penelitian

Penelitian diharapkan bermanfaat baik secara teoretis maupun praktis.

1.4.1 Manfaat Teoretis

Secara teoretis hasil penelitian dapat memberikan gambaran dan menambah wawasan bimbingan dan konseling terhadap bimbingan di tingkat sekolah dasar yang diberikan kepada peserta didik. Secara khusus hasil penelitian dapat memberikan referensi layanan bimbingan konseling bagi peserta didik yang memasuki masa pubertas dan mengalami perubahan fisik maupun psikis agar mereka dapat menerima diri dengan positif dan pada akhirnya dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan serta mengembangkan diri sesuai dengan potensi dan minat yang dimiliki.

1.4.2 Manfaat Praktis 1) Bagi Guru BK

Guru BK dapat mengetahui dan memahami berbagai permasalahan yang muncul pada peserta didik yang berada pada masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa remaja di sekolah dasar dan dapat menyusun metode atau strategi bimbingan yang sesuai dengan permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik. Terutama permasalahan yang terkait dengan penerimaan diri yang dapat berpengaruh terhadap penyesuaian sosial peserta didik juga peningkatan prestasi peserta didik.


(21)

Mayang Wulan Sari,2014

Profil penerimaan diri remaja awal berdasarkan jenis kelamin dan korelasinya dengan capaian prestasi belajar serta implikasinya bagi Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Dapat dijadikan sebagai bahan rujukan untuk memperdalam pengetahuan terhadap kondisi beragam yang dialami oleh peserta didik di sekolah dan alternatif cara untuk menanganinya.

1.5Struktur Organisasi Skripsi

Penelitian ini ditulis dalam lima bab, dengan sistematika penulisan sebagai berikut.

Bab I Pendahuluan berisi latar belakang penelitian, rumusan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta struktur organisasi skripsi.

Bab II Kajian teori yang memaparkan konsep-konsep teori terkait variabel penelitian yang sedang dikaji yaitu penerimaan diri pada remaja awal dan prestasi belajar.

Bab III Metode penelitian yang didalamnya menyampaikan informasi tentang metode penelitian yang digunakan, informasi terkait sampel, instrument penelitian yang digunakan dan prosedur penelitian.

Bab IV merupakan hasil penelitian dan pembahasan yang menguraikan tentang pengolahan data, serta pembahasan yang menjelaskan hasil dari pengolahan data tersebut.

Bab V merupakan Penutup yang terdiri dari kesimpulan, keterbatasan penelitian dan rekomendasi.


(22)

Mayang Wulan Sari,2014

Profil penerimaan diri remaja awal berdasarkan jenis kelamin dan korelasinya dengan capaian prestasi belajar serta implikasinya bagi Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi, Populasi Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SD Laboratorium Percontohan UPI Bumi Siliwangi yang berlokasi di dalam kampus Universitas Pendidikan Indonesia jalan Setiabudi No. 229 Bandung. Alasan pemilihan lokasi penelitian berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan melalui wawancara dengan guru Bimbingan dan Konseling, pengamatan langsung atau observasi perilaku peserta didik serta analisis tugas perkembangan dari inventori tugas yang diberikan kepada peserta didik. Hasil analisis berdasarkan inventori tugas perkembangan yang disebar di Kelas VI SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2014/2015 menunjukkan peserta didik berada pada kategori rendah dalam aspek penerimaan diri dan pengembangannya. Ini berarti peserta didik cenderung memiliki hambatan dalam penerimaan diri. Selain itu, berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan guru bimbingan dan konseling SD Laboratorium Percontohan UPI Bumi Siliwangi, perubahan yang terjadi karena mulai memasuki masa remaja telah terjadi pada peserta didik yang berada di Kelas VI walaupun belum dialami oleh semua peserta didik. Perubahan fisik dan psikologis pada awal masa remaja ini juga tidak hanya dialami oleh peserta didik perempuan namun juga peserta didik laki-laki. Respon peserta didik perempuan dan peserta didik laki-laki terhadap pubertas ini cenderung beragam. Hasil studi pendahuluan tersebut menunjukkan bahwa penerimaan diri peserta didik pada awal remaja penting untuk diteliti karena dapat memengaruhi perkembangan individu selanjutnya.

3.1.2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian adalah seluruh peserta didik Kelas VI di SD Laboratorium Percontohan UPI Bumi Siliwangi. Pertimbangan dalam menentukan populasi penelitian adalah bahwa peserta didik Kelas VI berada pada rentang usia


(23)

Mayang Wulan Sari,2014

Profil penerimaan diri remaja awal berdasarkan jenis kelamin dan korelasinya dengan capaian prestasi belajar serta implikasinya bagi Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

12-13 tahun yang berarti telah memasuki masa remaja awal. Selain itu pada masa remaja awal individu mulai dihadapkan pada permasalahan terkait perubahan secara fisik yang juga memengaruhi respon psikologis mereka terhadap diri maupun lingkungan. Jumlah peserta didik di Kelas VI adalah 62 orang. Oleh karena itu data yang digunakan dalam penelitian merupakan keseluruhan populasi yang merupakan sampel jenuh. Menurut Sugiyono (2001, hlm. 61) sampel jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.

3.2Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah dengan metode deskriptif yaitu suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada. Penelitian deskriptif tidak memberikan perlakuan, manipulasi atau pengubahan variabel-variabel bebas, tetapi menggambarkan suatu kondisi apa adanya. Langkah-langkah yang dilakukan pada metode penelitian deskriptif adalah sebagai berikut.

1) Mengidentifikasi dan membatasi masalah yang akan diteliti agar penelitian yang dilakukan dapat lebih fokus dan terarah.

2) Merumuskan masalah yang dinyatakan dalam kalimat pertanyaan penelitian.

3) Menetapkan populasi dan sampel penelitian. 4) Menyiapkan instrumen penelitian.

5) Melakukan uji validitas dan reliabilitas pada instrument penelitian. 6) Melakukan pengumpulan data.

7) Menganalisis data yang telah terkumpul untuk menjawab rumusan masalah penelitian dengan menggunakan statistik.

8) Menyusun pembahasan terhadap hasil penelitian yang merupakan penjelasan rasional dan mendalam serta intrepretasi terhdap data-data yang telah disajikan.


(24)

Mayang Wulan Sari,2014

Profil penerimaan diri remaja awal berdasarkan jenis kelamin dan korelasinya dengan capaian prestasi belajar serta implikasinya bagi Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

9) Menyimpulkan hasil penelitian yang berisi jawaban singkat terhadap setiap rumusan masalah berdasarkan data yang terkumpul.

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif. Menurut Creswell (2012, hlm. 1-2) penelitian kuantitatif merupakan sebuah penelitian tentang masalah sosial berdasarkan pada pengujiannya dari sebuah teori yang terdiri dari variabel, diukur dengan angka, dan dianalisis dengan prosedur secara statistik untuk menentukan kebenaran generalisasi prediktif teori. Data hasil penelitian ini berupa skor dan akan diproses melalui pengolahan statistik, selanjutnya dideskripsikan untuk mendapatkan gambaran penerimaan diri.

3.3Definisi Operasional Variabel

Penerimaan diri penting dimiliki peserta didik sebagai langkah awal dalam melakukan penyesuaian diri, baik penyesuaian diri terhadap dirinya sendiri maupun penyesuaian diri dengan lingkungannya. Penerimaan diri menjadi ciri khas dari tugas perkembangan pada masa remaja awal. Hal ini dikarenakan penerimaan diri berkaitan erat dengan sikap terhadap perubahan yang terjadi dalam diri remaja. Penerimaan diri juga menjadi salah satu tugas perkembangan remaja yang diungkapkan Havighurst (1978, hlm. 10) yaitu menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif.

Beberapa ahli mengemukakan tentang pengertian penerimaan diri. Penerimaan diri (self acceptance) merupakan sikap yang pada dasarnya merasa puas dengan diri sendiri, kualitas-kualitas dan bakat-bakat sendiri dan pengakuan akan keterbatasan-keterbatasan diri (Chaplin, 2004; Rostini, 2010). Menurut Ryff (Florentina, 2008) penerimaan diri adalah suatu keadaan dimana seseorang memiliki sikap positif terhadap dirinya sendiri, mengakui dan menerima berbagai aspek diri termasuk kualitas baik dan buruk, merasa positif dengan kehidupan yang dijalani.

Panes (Hurlock, 1978, hlm. 434) mendefinisikan penerimaan diri sebagai

berikut “Self-acceptance is the degree to which an individual, having considered


(25)

Mayang Wulan Sari,2014

Profil penerimaan diri remaja awal berdasarkan jenis kelamin dan korelasinya dengan capaian prestasi belajar serta implikasinya bagi Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

tersebut menjelaskan bahwa penerimaan diri merupakan taraf kemampuan dan keinginan individu untuk menerima keadaan dirinya dengan segala karakteristik kepribadiannya dan kemampuan untuk hidup dengan karakteristik tersebut.

Definisi operasional penerimaan diri dalam penelitian ini adalah kecenderungan pikiran dan perasaan peserta didik pada masa remaja awal di kelas VI SD Laboratorium Percontohan UPI Bumi Siliwangi Tahun Ajaran 2014/2015 untuk menerima atau menolak dirinya sebagaimana tercermin dari respon yang ditunjukkan terhadap pernyataan-pernyataan tertulis yang menggambarkan indikator-indikator yang dikemukakan oleh Shereer (Cronbach, 1963, hlm. 562) sebagai berikut.

1) Memiliki keyakinan terhadap kapasistas diri untuk mengatasi lingkungan. Peserta didik memiliki keyakinan akan kemampuan diri yang baik untuk menyelesaikan atau menghadapi berbagai tantangan yang muncul dalam kehidupannya, mampu bersikap positif dan menunjukkan perilaku bersahabat.

2) Menganggap dirinya sejajar dengan orang lain.

Peserta didik mempertimbangkan bahwa dirinya sama berharganya dengan orang lain, tidak merasa rendah diri dan mampu melakukan segala sesuatu yang dapat dilakukan oleh orang lain. Individu cenderung memiliki perilaku optimis.

3) Menganggap diri sendiri wajar serta memiliki ekspektasi bahwa orang lain akan menerimanya.

Pesrta didik tidak menganggap dirinya sendiri aneh atau abnormal, berpenampilan wajar dan memiliki keyakinan bahwa orang lain dapat menerima dirinya dengan baik

4) Tidak malu atau sadar diri.

Peserta didik memiliki kepercayaan diri yang tinggi atas setiap tindakan yang ia ambil, memiliki ide, aspirasi serta penghargaan diri yang dijadikan standar dalam melaksanakan tindakan-tindakannya.


(26)

Mayang Wulan Sari,2014

Profil penerimaan diri remaja awal berdasarkan jenis kelamin dan korelasinya dengan capaian prestasi belajar serta implikasinya bagi Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Peserta didik berani memikul tanggung jawab atas perilaku yang dimilikinya. Sikap tanggung jawab ini menunjukkan bahwa inidividu mampu menjaga diri sendiri, mampu mengembangkan dan memanfaatkan kelebihan-kelebihan serta mengerti resiko yang diambil dari setiap tindakan yang ia lakukan.

6) Berpendirian.

Peserta didik lebih mengikuti standar dirinya sendiri dibandingkan dengan standar diri dari lingkungan diluar dirinya. Tidak mudah terpengaruh dan memiliki prinsip yang kuat.

7) Menerima kritik dan pujian dengan objektif.

Peserta didik mampu menerima pujian dengan objektif sehingga tidak bersikap berlebihan dan menjadi besar kepala. Kemudian, pesrta didik juga tidak menolak kritik yang ditujukan kepadanya dan dapat menyikapinya sebagai masukan agar menjadi diri yang lebih baik.

8) Menerima kelebihan dan kekurangan yang dimiliki.

Peserta didik tidak menyalahkan diri sendiri akan keterbatasan yang ia miliki dan tidak pula mengingkari kelebihan yang ia miliki. Peserta didik cenderung memiliki penilaian yang realistik akan kekurangan dan kelebihannya yang dimilikinya.

9) Tidak menyalahkan diri sendiri atau mengingkari perasaan-perasaan yang muncul.

Peserta didik tidak menolak atau mengingkari berbagai perasaan yang ia rasakan. Dengan tidak mengingkari dan menutupinya, maka peserta didik mampu mengelola berbagai perasaan tersebut dan dapat menyelesaikan berbagai permasalahan dengan baik.

Respon-respon yang berujung pada penerimaan diri remaja di masa puber berdampak pada kebahagiaannya dalam menjalani masa remaja. Menurut Hurlock (1980, hlm. 201) yang penting dalam kebahagiaan adalah penerimaan, baik penerimaan diri sendiri maupun pemerimaan atau dukungan sosial. Kemudian


(27)

Mayang Wulan Sari,2014

Profil penerimaan diri remaja awal berdasarkan jenis kelamin dan korelasinya dengan capaian prestasi belajar serta implikasinya bagi Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

kecenderungan pikiran dan perilaku tentang penerimaan diri dikorelasikan dengan prestasi akademik peserta didik.

3.4 Proses Pengembangan Instrumen 3.4.1 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

Kisi-kisi instrumen untuk mengungkapkan karakteristik penerimaan diri dikembangkan dari definisi operasinal variabel penelitian. Kisi-kisi instrumen dimaksudkan sebagai acuan dalam penyusunan instrumen agar tetap sesuai dengan tujuan penelitian.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini ialah angket mengenai penerimaan diri yang diturunkan dari sembilan karakteristik penerimaaan diri menurut Shareer yaitu memiliki keyakinan terhadap kapasitas diri untuk mengatasi lingkungan, menganggap dirinya sejajar dengan orang lain, menganggap diri sendiri wajar serta memiliki ekspektasi bahwa orang lain akan menerimanya, tidak malu atau sadar diri, bertanggung jawab atas setiap perilakunya, berpendirian, menerima kritik dan pujian secara objektif, menerima kelebihan dan kekurangan yang dimiliki serta tidak menyalahkan diri sendiri atau mengingkari perasaan-perasaan yang muncul.

Berikut ini dijabarkan lebih rinci kisi-kisi instrumen yaitu dalam bentuk angket yang akan digunakan sebagai instrumen penelitian.

Tabel 3.1

Kisi-kisi Instrumen Penelitian

No Indikator No Item Jumlah

Positif Negatif 1

Memiliki keyakinan terhadap kapasistas diri untuk

mengatasi lingkungan.

1,5,41 12,18,24 6

2 Menganggap dirinya sejajar

dengan orang lain. 31,11 6,42 4

3 Menganggap diri sendiri


(28)

Mayang Wulan Sari,2014

Profil penerimaan diri remaja awal berdasarkan jenis kelamin dan korelasinya dengan capaian prestasi belajar serta implikasinya bagi Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 4 Tidak malu menampilkan diri

atau sadar diri. 35,27,44 40,8,14 6

5 Bertanggung jawab atas

setiap perilakunya. 39,33,29,21 20,16 6

6 Berpendirian. 37,46 10,30,4 5

7 Menerima kritik dan pujian

dengan objektif. 3,9 32,36,47 5

8 Menerima kelebihan dan

kekurangan yang dimiliki. 7,13,19,48 34,38 6

9

Tidak menyalahkan diri sendiri atau mengingkari perasaan-perasaan yang muncul.

25,15,50 37,22,49 6

Jumlah 25 25 50

3.4.2 Uji Kelayakan Instrumen 3.4.2.1Uji Validitas Rasional

Uji kelayakan instrumen ditempuh melalui uji validitas rasional yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kelayakan instrumen dari segi bahasa, konstruk dan isi. Penimbangan atau uji validitas rasional dilakukan oleh dosen ahli di Departemen Psikologi pendidikan dan Bimbingan. Uji rasional validitas dilakukan dosen ahli dengan memberikan penilaian pada setiap item pernyataan dengan kualifikasi memadai (M) dan tidak memadai (TM). Item dengan kualifikas M menandakan bahwa item pernyataan dapat digunakan, sedangkan item pernyataan dengan kualifikasi TM memiliki dua kemungkinan yaitu item pernyataan tersebut tidak dapat digunakan atau dapat digunakan dengan revisi terlebih dahulu.

Instrumen penelitian ditimbang oleh tiga dosen ahli dari Departemen Psikologi Pendidikan dan Bimbingan. Berdasarkan penimbangan yang dilakukan terhadap instrumen penelitian tersebut maka diperoleh hasil sebagai berikut.

Tabel 3.2

Hasil Penimbangan Instrumen Penerimaan Diri


(29)

Mayang Wulan Sari,2014

Profil penerimaan diri remaja awal berdasarkan jenis kelamin dan korelasinya dengan capaian prestasi belajar serta implikasinya bagi Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Dosen Ahli

Dipakai 1,2,3,4,5,6,7,8,10,11,14,15,17,18,19, 21,22,23,24,25,26,27,28,29,30,31,32, 33,34,35,36,37,38,39,40,41,42,43,44,

45,46,47,48,49,50

45

Direvisi 9, 12, 13,16,20 5

Dibuang -

-Hasil penimbangan menunjukkan terdapat 45 item yang dapat langsung digunakan serta 5 item yang bahasanya nya memerlukan revisi serta tidak terdapat item yang harus dibuang atau tidak dapat digunakan. Pernyataan-pernyataan yang termasuk pada kelompok kurang memadai (perlu direvisi) karena kalimat pernyataan yang kurang jelas serta isi pernyataan kurang spesifik.

3.4.2.2Uji Keterbacaan Item

Sebelum uji validitas statistik dilakukan pada instrumen, dilakukan terlebih dahulu uji keterbacaan yerhadap butir item yang dimaksudkan untuk mengukur sejauh mana setiap pernyataan yang terdapat di dalam instrumen dapat dipahami oleh responden. Uji keterbacaan ini dilaksanakan pada tanggal 20 Agustus 2014 kepada 34 peserta didik kelas VI SD Negeri Isola. Setelah uji keterbacaan, terdapt beberapa kata yang kurang dipahami oleh responden. Oleh karena itu, kata-kata tersebut direvisi menjadi lebih sederhana sehingga dapat dipahami oleh responden.

Berdasarkan hasil uji keterbacaan, secara umum responden dapat memahami dengan baik seluruh item pernyataan baik dari segi bahasa maupun makna yang terkandung di dalam pernyataan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa seluruh item pernyataan dapat digunakan dan mudah dimengerti oleh peserta didik pada tingkat kelas VI sekolah dasar.

3.4.2.3Uji Validitas Butir Item

Pengujian validitas alat pengumpul data dilakukan melalui pengujian butir-butir item pernyataan yang disesuaikan dengan kisi-kisi untuk mengungkapkan penerimaan diri peserta didik. Uji validitas butir item dilakukan


(30)

Mayang Wulan Sari,2014

Profil penerimaan diri remaja awal berdasarkan jenis kelamin dan korelasinya dengan capaian prestasi belajar serta implikasinya bagi Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan dalam penelitian dapat digunakan untuk mengukur apa yang akan diukur (Sugiyono, 2004, hlm. 267). Semakin tinggi nilai validasi soal menunjukan semakin valid instrumen yang digunakan.

Pengolahan data untuk menguji validitas item dilakukan pada tanggal 21 Agustus 2014. Setelah pada tanggal 20 Agustus 2014 instrumen diujicobakan kepada 34 peserta didik kelas VI SD Negeri Isola. Pemilihan item dilakukan dengan uji validitas item menggunakan Pearson Product Moment dengan bantuan

software SPSS 18.0 dengan rumus sebagai berikut.

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑

(Siegel, 1994, hlm. 245) Keterangan:

rs = Koefisien korelasi Pearson x = skor per item

y = skor total

Berdasarkan penghitungan validitas butir pernyataan tersebut terdapat 8 pernyataan yang tidak valid dan 42 pernyataan dinyatakan valid.

Tabel 3.3 Hasil Validitas

Kategori Data Item

Valid 1,2,3,5,6,7,8,9,11,1012,13,14,

15,16,17,18,20,21,22,25,26, 28,29,30,32,33,34,35,36,37,39,

40,41,42,43,44,46,47,48,49,50

Tidak Valid 4,23,24,25,27,31,38,40,45


(31)

Mayang Wulan Sari,2014

Profil penerimaan diri remaja awal berdasarkan jenis kelamin dan korelasinya dengan capaian prestasi belajar serta implikasinya bagi Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Adapun kisi-kisi instrumen setelah uji kelayakan instrumen dapat dilihat pada Tabel 3.4 berikut.

Tabel 3.4

Tabel Kisi-kisi Instrumen Penerimaan Diri (Setelah Uji Kelayakan Instrumen)

No Indikator No Item Jumlah

Positif Negatif 1

Memiliki keyakinan terhadap kapasistas diri untuk mengatasi lingkungan.

1,5,44 12,18 5

2 Menganggap dirinya sejajar

dengan orang lain. 11 6,28 3

3

Menganggap diri sendiri wajar serta memiliki ekspektasi bahwa orang lain akan menerimanya.

17 2,43,47 4

4 Tidak malu dan sadar diri 35,40,46 8,14 5 5 Bertanggung jawab atas setiap

perilakunya. 39,33,29,21 20,16 6

6 Berpendirian. 37,48 30 3

7 Menerima kritik dan pujian

dengan objektif. 3,9 32,36,49 5

8 Menerima kelebihan dan

kekurangan yang dimiliki. 7,13,19,50 34 5 9

Tidak menyalahkan diri sendiri atau mengingkari perasaan-perasaan yang muncul.

10,15,42 26,22,41 6

Jumlah 23 19 42

3.4.2.4Uji Reliabilitas Instrumen

Uji realibilitas dilakukan untuk menguji keterandalan instrumen penerimaan diri peserta didik. Reliabilitas instrumen menunjukkan tingkat kepercayaan instrumen. Menurut Arikunto (2010, hlm. 221) reliabilitas berarti bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data.


(32)

Mayang Wulan Sari,2014

Profil penerimaan diri remaja awal berdasarkan jenis kelamin dan korelasinya dengan capaian prestasi belajar serta implikasinya bagi Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Kategori intrepretasi nilai reliabilitas dijelaskan oleh Sugiyono (2010, hlm. 257) dalam tabel berikut.

Tabel 3.5

Kategori Intrepretasi Nilai Reliabilitas

Nilai r Intrepretasi

0.800 – 1.000 Sangat Tinggi

0.600 – 0.799 Tinggi

0.400 – 0.599 Cukup

0.200 – 0.399 Rendah

0.000 – 0.199 Sangat rendah (Tidak Berkorelasi)

Perhitungan Reliabilitas instrumen penerimaan diri dengan metode statistika menggunakan Microsoft Excel 2007 dan SPSS 18.0. Rumus yang digunakan dalam uji reliabilitas adalah rumus Alpha berikut.

( )

(Arikunto, 2010, hlm. 239)

Keterangan :

= reliabilitas instrumen

= banyaknya item pernyataan atau banyaknya soal

∑ = jumlah varians item = varians total

Dengan demikian, hasil uji reliabitias instrumen penerimaan diri adalah sebagai berikut.

Tabel 3.6

Tingkat Reliabilitas Instrumen Penerimaan Diri Reliability Statistics


(33)

Mayang Wulan Sari,2014

Profil penerimaan diri remaja awal berdasarkan jenis kelamin dan korelasinya dengan capaian prestasi belajar serta implikasinya bagi Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Cronbach's

Alpha N of Items

.922 42

Berdasarkan perhitungan tersebut nilai reliabilitas instrumen adalah 0,922 termasuk dalam kategori sangat tinggi. Hasil perhitungan reliabilitas menggunakan SPSS 18,0. Tingkat korelasi dan derajat keterandalan yang berada pada kategori sangat tinggi untuk instrumen penerimaan diri berarti bahwa instrumen yang dibuat reliabel dan dapat digunakan sebagai instren penelitian.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah berupa angket yakni sejumlah pernyataan tertulis yang digunakan untuk mengungkap karakteristik penerimaan diri peserta didik Kelas VI SD Laboratorium Percontohan UPI Bumi Siliwangi. Angket yang digunakan merupakan pengembangan dari kisi-kisi instrumen yang dibuat berdasarkan karakteristik penerimaan diri yang diungkapkan oleh Shereer (Cronbach, 1978, hlm. 562-563). Angket yang digunakan terdiri atas pernyataan-pernyataan tertutup dengan lima pilihan jawaban yang disediakan dan diujikan secara langsung kepada responden. Kemudian data yang terkumpul dianalisis sehingga dapat menjawab pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan.

3.6 Teknik Analisis Data 3.6.1 Verifikasi Data

Verifikasi data dilakukan dengan memeriksa semua angket yang akan diolah agar dalam proses pengolahan tidak menemukan kesulitan. Tahap verifikasi data yang dilakukan adalah melakukan pengecekan terhadap jumlah instrumen yang terkumpul, memeriksa kelengkapan identitas peserta didik sehingga diketahui mana istrumen yang dapat digunakan ataupun tidak dapat digunakan.


(34)

Mayang Wulan Sari,2014

Profil penerimaan diri remaja awal berdasarkan jenis kelamin dan korelasinya dengan capaian prestasi belajar serta implikasinya bagi Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 3.6.2 Penyekoran Data

Instrumen pengumpul data menggunakan skala Likert yang menyediakan lima alternatif jawaban. Penggunaan angket ini terdiri dari 42 pernyataan yang terdiri dari 23 pernyataan positif dan 19 pernyataan negatif dengan lima alternatif pilihan kemungkinan kesesuaian dengan peserta didik yaitu,

1) SS : Sangat Sesuai 2) S : Sesuai

3) KS : Kurang Sesuai 4) TS : Tidak Sesuai

5) STS : Sangat Tidak Sesuai

Setiap alternatif pilihan jawaban mengandung arti dan nilai seperti yang tertera di tabel berikut ini.

Tabel 3.7

Pola Skor Pilihan Alternatif Respon

Pernyataan Skor Lima Pilihan Alternatif Respon SS S KS TS STS

Favorable (+) 5 4 3 2 1

Unfavorable (-) 1 2 3 4 5

Untuk setiap pernyataan positif (favorable), peserta didik diberi skor 5 apabila memilih pilihan respon sangat sesuai, skor 4 apabila memilih pilihan respon sesuai, skor 3 apabila memilih pilihan respon kurang sesuai, skor 2 apabila memilih pilihan respon tidak sesuai, dan skor 1 apabila memilih pilihan respon sangat tidak sesuai. Sedangkan untuk pertanyaan negatif (unfavorable) peserta didik diberi skor 1 apabila memilih pilihan respon sangat sesuai, skor 2 apabila memilih pilihan respon sesuai, skor 3 apabila memilih pilihan respon kurang sesuai, skor 4 apabila memilih pilihan respon tidak sesuai dan pilihan 5 apabila memilih pilihan respon sangat tidak sesuai.

Hasil penghimpunan data penelitian terlampir.


(35)

Mayang Wulan Sari,2014

Profil penerimaan diri remaja awal berdasarkan jenis kelamin dan korelasinya dengan capaian prestasi belajar serta implikasinya bagi Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Data-data yang diperoleh dari hasil penyebaran instrumen berupa angket penerimaan diri kemudian diolah dengan menetapkan tiga kategori penerimaan diri peserta didik yaitu kategori dapat menerima diri, netral dan kategori menolak diri. Penentuan kelompok peserta didik dengan kategori menerima , netral dan menolak dalam penelitian dilakukan dengan menentukan nilai skor maksimal dan skor minimal.

Skor maksimal : 5 x 42 = 210 Skor minimal : 1 x 42 = 42

Rentang : = = = 56

Oleh karena itu pengelompokan data berdasarkan tiga kategori penerimaan diri yaitu kategori penerimaan diri tinggi dan rendah dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.8

Kategorisasi Penerimaan Diri

Interval Kategori

155 – 210 Menerima

99 – 154 Netral

42 – 98 Menolak

Dengan menggunakan prosedur yang sama maka kriteria per indikator adalah sebagai berikut.

Tabel 3.9

Kategorisasi Penerimaan Diri Per Indikator

No Indikator Kategori

Menerima Netral Menolak 1

Memiliki keyakinan terhadap kapasistas diri untuk mengatasi lingkungan.

19 – 25 12 – 18 5 – 11

2 Menganggap dirinya sejajar dengan

orang lain. 12 – 15 8 – 11 3 – 7

3

Menganggap diri sendiri wajar serta memiliki ekspektasi bahwa orang lain akan menerimanya.

15 – 20 10 – 14 4 – 9 4 Tidak malu dan sadar diri 19 – 25 12 – 18 5 – 11


(36)

Mayang Wulan Sari,2014

Profil penerimaan diri remaja awal berdasarkan jenis kelamin dan korelasinya dengan capaian prestasi belajar serta implikasinya bagi Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 5 Bertanggung jawab atas setiap

perilakunya. 23 – 31 15 – 22 6 – 14

6 Berpendirian. 12 – 15 8 – 11 3 – 7

7 Menerima kritik dan pujian dengan

objektif. 19 – 25 12 – 18 5 – 11

8 Menerima kelebihan dan kekurangan

yang dimiliki. 19 – 25 12 – 18 5 – 11 9

Tidak menyalahkan diri sendiri atau mengingkari perasaan-perasaan yang muncul.

23 – 31 15 – 22 6 – 14

3.7 Uji Perbedaan Penerimaan Diri antara Peserta Didik Laki-laki dan Peserta Didik Perempuan

Guna mengetahui terdapat atau tidaknya perbedaan penerimaan diri antara peserta didik laki-laki dan peserta didik perempuan, dilakukan pengujian menggunakan uji beda dua rata-rata dengan menggunakan uji statistik nonparametrik karena tidak memenuhi asumsi uji statistik parametrik yaitu penerimaan diri peserta didik laki-laki dan data penerimaan diri peserta didik perempuan berdistribusi tidak normal. Oleh karena itu uji beda dua rata-rata menggunakan uji Mann-Whitney. Langkah-langkah perhitungan uji beda dua rata-rata adalah sebagai berikut.

1) Mengajukan Hipotesis

a. H0 : µpeserta didik laki-laki = µpeserta didik perempuan

Tidak terdapat perbedaan rata-rata penerimaan diri remaja antara peserta didik berjenis kelamin laki-laki dan peserta didik berjenis kelamin perempuan.

b. H1: µpeserta didik laki-laki ≠ µpeserta didik perempuan

Terdapat perbedaan rata-rata penerimaan diri remaja antara peserta didik berjenis kelamin laki-laki dan peserta didik berjenis kelamin perempuan. 2) Menentukan Dasar Pengambilan Keputusan

Guna menentukan hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak, ditentukan dasar pengambilan keputusan dengan melihat Asymtop Signifikansi pada uji Mann-Whitney.


(37)

Mayang Wulan Sari,2014

Profil penerimaan diri remaja awal berdasarkan jenis kelamin dan korelasinya dengan capaian prestasi belajar serta implikasinya bagi Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Kriteria pengujian Mann-Whitney adalah sebagai berikut.

a. H0 diterima jika sig. > α (0,05)

b. H1diterima jika sig < α (0,05)

(Pidekso dalam Irmayanti,2011, hlm. 93) 3) Melakukan Uji Beda Dua Rata-rata

Uji beda dua rata-rata penelitian menggunakan Uji Mann-Whitney atau yang lebih dikenal dengan U-test. Uji Mann-Whitney ini digunakan sebagai alternatif lain dari uji t parametrik bila anggapan yang diperlukan bagi uji t tidak terpenuhi. Rumus-rumus yang digunakan dalam Uji Mann-Whitney adalah sebagai berikut.

Arikunto (2010, hlm. 153) Keterangan :

= Statistik uji U1

= Statistik uji U2

∑ = Jumlah peringkat sampel 1

∑ = Jumlah peringkat sampel 2

= Jumlah anggota sampel 1

= Jumlah anggota sampel 2

Uji beda dua rata-rata pada penelitian ini dilakukan dengan menggunkan Uji Mann-Whitney U pada software SPSS 18.0.

3.8 Uji Korelasi Penerimaan Diri antara dengan Capaian Prestasi Belajar Peserta Didik


(38)

Mayang Wulan Sari,2014

Profil penerimaan diri remaja awal berdasarkan jenis kelamin dan korelasinya dengan capaian prestasi belajar serta implikasinya bagi Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Uji korelasi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel dalam penelitian, yaitu variabel penerimaan diri dan variabel capaian prestasi belajar. Karena kesimpulan hasil penelitian menggambarkan populasi dimana sampel diambil, maka uji koefisien korelasi menggunakan statistika inferensial. Koefisien korelasi yang digunakan untuk melihat besaran hubungan antara penerimaan diri dan capaian prestasi belajar yaitu menggunakan koefisien korelasi spearman rho karena data hasil penelitian termasuk ke dalam statistika nonparametrik. Penentuan statistika nonparametrik ditentukan setelah melakukan uji normalitas dan uji homogenitas. Data yang diuji diketahui tidak memiliki homogenitas atau sebaran datanya tidak sama. Oleh karena itu perhitungan korelasi menggunakan korelasi Spearman Rho. Koefisien korelasi spearman rho dihitung dengan menggunakan nilai skor total mentah setiap sampel pada setiap variabel. Berikut kriteria klasifikasi koefisien korelasi spearman rho.

Tabel 3.10

Kriteria Klasifikasi Koefisien Korelasi

Interval Nilai Kekuatan Hubungan

KK = 0,0 Tidak ada

0,00<KK≤0,20 Sangat rendah atau lemah

0,20<KK≤0,40 Rendah atau lemah tapi pasti

0,40<KK≤0,70 Cukup berarti atau sedang

0,70<KK≤0,90 Tinggi atau kuat

0.90<KK≤1,00 Sangat tinggi atau kuat sekali

KK=10,0 Sempurna

Hasan, Iqbal (2009, hlm.44) Rumus korelasi Spearman Rank adalah sebagai berikut.

Keterangan :


(39)

Mayang Wulan Sari,2014

Profil penerimaan diri remaja awal berdasarkan jenis kelamin dan korelasinya dengan capaian prestasi belajar serta implikasinya bagi Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Hasan, Iqbal (2009 hlm. 308)

Uji korelasi spearman rho pada penelitian ini dilakukan dengan menggunkan Uji Spearman rho pada software SPSS 18.0.

3.9 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian berawal dari studi pendahuluan, pengelolaan hasil data sampai analisis data. Berikut langkah-langkah penelitian yang dilakukan.

3.9.1 Tahap Persiapan

1) Menyusun Proposal penelitian yang terintegrasi dengan metodologi riset. Kemudian mengkonsultasikannya dengan dosen mata kuliah dan disahkan dengan persetujuan dari dewan skripsi Departemen Psikologi Pendidikan dan Bimbingan.

2) Mengajukan permohonan pengangkatan dosen pembimbing skripsi ke Fakultas Ilmu Pendidikan.

3) Mengajukan permohonan ijin penelitian ke tingkat fakultas.

4) Studi pendahuluan di SD Laboratorium Percontohan UPI Bumi Siliwangi yang dilaksanakan pada bulan Januari 2014.

5) Kajian konseptual dan analisis penelitian terdahulu.

6) Mengkaji hasil-hasil penelitian-penelitian yang berkaitan dengan penerimaan diri.

3.9.2 Tahap Pelaksanaan.

1) Penyesuaian Instrumen yang digunakan. 2) Menimbang pada pembimbing penelitian. 3) Memperbaiki redaksi dan isi instrumen.

4) Melakukan Judgment Instrumen kepada dosen ahli.

5) Melakukan uji keterbacaan instrumen dan pengambilan data kepada responden yang setara dengan sampel yaitu di SD Negeri Isola.


(40)

Mayang Wulan Sari,2014

Profil penerimaan diri remaja awal berdasarkan jenis kelamin dan korelasinya dengan capaian prestasi belajar serta implikasinya bagi Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

7) Melaksanakan penyebaran data kepada responden yaitu peserta didik kelas VI SD Laboratorium Percontohan UPI Bumi Siliwangi Tahun Ajaran 2014/2015.

3.9.3 Tahap Analisis

1) Pengumpulan data dari sampel. 2) Melakukan input data.

3) Menganalisis hasil penyebaran instrumen sesuai dengan pertanyaan penelitian.


(41)

85

Mayang Wulan Sari,2014

Profil penerimaan diri remaja awal berdasarkan jenis kelamin dan korelasinya dengan capaian prestasi belajar serta implikasinya bagi Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB V PENUTUP 5.1Kesimpulan

Kesimpulan penelitian terkait penerimaan diri remaja awal berdasarkan perbedaan jenis kelamin dan capaian prestasi akademik peserta didik Kelas VI SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2014/2015 diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut.

1) Tingkat penerimaan diri peserta didik secara umum berada pada kategori netral. Setiap indikator mayoritas berada pada kategori netral mendekati menerima. Oleh karena itu peserta didik masih memerlukan bantuan agar dapat meningkatkan penerimaan dirinya. Tingkat penerimaan diri peserta didik laki-laki per indikator mayoritas berada pada kategori netral. Lima indikator berada pada kategori netral dan empat indikator lainnya berada pada kategori menerima. Sedangkan tingkat penerimaan diri pada peserta didik perempuan per indikator mayoritas berada pada kategori netral, hanya dua indikator yang berada pada kategori menerima.

2) Profil penerimaan diri secara umum berada pada area netral dan menerima. Berdasarkan jenis kelamin profil penerimaan diri peserta didik laki-laki dan perempuan berada pada area netral dan menerima.

3) Penerimaan diri peserta didik berjenis kelamin laki-laki dan berjenis kelamin perempuan menunjukkan tidak terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan antara penerimaan diri peserta didik laki-laki dan peserta didik perempuan pada masa remaja awal di Kelas VI SD Laboratorium Percontohan UPI. 4) Penerimaan diri memiliki hubungan dengan capaian prestasi belajar peserta

didik. Hubungan Penerimaan diri dengan capaian prestasi akademik peserta didik pada masa remaja awal yang berada pada tingkat korelasi sedang. Arah hubungan yang dimiliki adalah berbanding lurus antara dua variabel. Artinya semakin tinggi peneriman diri maka semakin baik pula capaian prestasi belajar peserta didik. Begitupula sebaliknya, semakin rendah penerimaan diri


(42)

86

Mayang Wulan Sari,2014

Profil penerimaan diri remaja awal berdasarkan jenis kelamin dan korelasinya dengan capaian prestasi belajar serta implikasinya bagi Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

seseorang maka berakibat pada semakin rendah pula capaian prestasi belajarnya.

5.2Keterbatasan Penelitian

Berikut disampaikan beberapa keterbatasan dalam penelitian yang dilakukan terkait penerimaan diri pada remaja awal.

Teknik pengumpulan data dengan menggunakan angket berbentuk kuesioner yang digunakan dalam penelitian merupakan Self Administrated Quostionnaire untuk dijawab sendiri oleh responden sesuai dengan kecepatan masing-masing serta diharapkan jawaban bersifat jujur. Teknik angket demikian bersifat self

evaluation yang memungkinkan peserta didik memilih pernyataan-pernyataan

ideal namun tidak sesuai dengan dirinya.

Jumlah responden yang kurang dari 100 orang memberikan gambaran karakteristik penerimaan diri yang terbatas. Di samping itu faktor-faktor yang diungkap mengenai penerimaan diri atau hal-hal yang dapat memengaruhi penerimaan diri hanya terbatas pada perbedaan jenis kelamin dan capaian prestasi akademik. Faktor lain seperti pola asuh orang tua, kondisi perekonomian keluarga serta posisi anak dalam keluarga belum diungkap.

Tidak adanya stimulus yang diberikan untuk membantu meningkatkan penerimaan diri pada remaja awal. Misalnya dengan melakukan berbagai kegiatan bimbingan kelompok melalui permainan kelompok.

5.3 Rekomendasi

Sejalan dengan keterbatasan penelitian yang ditemui maka rekomendasi penelitian ini ditujukan kepada guru Bimbingan dan Konseling serta peneliti selanjutnya.

1)Guru Bimbingan dan Konseling

Guru Bimbingan dan Konseling dapat menjadikan profil penerimaan diri remaja awal berdasarkan perbedaan jenis kelamin dan capaian prestasi belajar ini sebagai analisis kebutuhan awal bagi optimalisasi kemampuan peserta


(43)

87

Mayang Wulan Sari,2014

Profil penerimaan diri remaja awal berdasarkan jenis kelamin dan korelasinya dengan capaian prestasi belajar serta implikasinya bagi Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

didik dalam mengembangkan diri dan menunjukkan respon positif terhadap perubahan-perubahan baik perubahan perasaan maupun lingkungan yang terjadi pada remaja awal.

Pelaksanaan bimbingan dapat dilakukan melalui bimbingan kelompok dengan metode atau teknik permainan kelompok. Permainan kelompok direkomendasikan karena memperhatikan tingkat perkembangan konseli yang lebih dapat menerima informasi melalui permainan. Rancangan intervensi melalui permainan kelompok terlampir.

2)Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya direkomendasikan menggunakan alat ungkap kebutuhan yang lebih beragam untuk melihat konsistensi konseli dalam menunjukkan respon dan menggunakan populasi yang lebih banyak. Disamping itu peneliti selanjutnya juga dapat mengungkap faktor-faktor yang memengaruhi penerimaan diri lebih banyak, seperti dilihat dari pola asuh orang tua, tingkat ekonomi orang tua, dan urutan lahir peserta didik. Peneliti selanjutnya juga direkomendasikan untuk melakukan stimulus kepada peserta didik yang berada pada kategori menolak diri ataupun pada kategori netral agar dapat meningkatkan penerimaan dirinya sehingga dapat menerima diri dengan baik. Selain itu peneliti selanjutnya direkomendasikan memperdalam kasus penerimaan diri dengan melakukan studi kasus terhadap peserta didik yang berada pada kategori menolak diri agar dapat mengungkap data lebih spesifik dan melihat karakteristik penerimaan diri lebih dalam. Kemudian peneliti selanjutnya juga direkomendasikan untuk melakukan intervensi kepada peserta didik yang berada pada kategori penerimaan diri netral atau menolak dengan menggunakan permainan kelompok.


(1)

87

Mayang Wulan Sari,2014

Profil penerimaan diri remaja awal berdasarkan jenis kelamin dan korelasinya dengan capaian prestasi belajar serta implikasinya bagi Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

didik dalam mengembangkan diri dan menunjukkan respon positif terhadap perubahan-perubahan baik perubahan perasaan maupun lingkungan yang terjadi pada remaja awal.

Pelaksanaan bimbingan dapat dilakukan melalui bimbingan kelompok dengan metode atau teknik permainan kelompok. Permainan kelompok direkomendasikan karena memperhatikan tingkat perkembangan konseli yang lebih dapat menerima informasi melalui permainan. Rancangan intervensi melalui permainan kelompok terlampir.

2)Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya direkomendasikan menggunakan alat ungkap kebutuhan yang lebih beragam untuk melihat konsistensi konseli dalam menunjukkan respon dan menggunakan populasi yang lebih banyak. Disamping itu peneliti selanjutnya juga dapat mengungkap faktor-faktor yang memengaruhi penerimaan diri lebih banyak, seperti dilihat dari pola asuh orang tua, tingkat ekonomi orang tua, dan urutan lahir peserta didik. Peneliti selanjutnya juga direkomendasikan untuk melakukan stimulus kepada peserta didik yang berada pada kategori menolak diri ataupun pada kategori netral agar dapat meningkatkan penerimaan dirinya sehingga dapat menerima diri dengan baik. Selain itu peneliti selanjutnya direkomendasikan memperdalam kasus penerimaan diri dengan melakukan studi kasus terhadap peserta didik yang berada pada kategori menolak diri agar dapat mengungkap data lebih spesifik dan melihat karakteristik penerimaan diri lebih dalam. Kemudian peneliti selanjutnya juga direkomendasikan untuk melakukan intervensi kepada peserta didik yang berada pada kategori penerimaan diri netral atau menolak dengan menggunakan permainan kelompok.


(2)

Mayang Wulan Sari,2014

Profil penerimaan diri remaja awal berdasarkan jenis kelamin dan korelasinya dengan capaian prestasi belajar serta implikasinya bagi Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

ABKIN. (2008). Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan

dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Bandung : Departemen

Pendidikan Nasional.

Arikunto, Suharsimi. ( 2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Burn, R.B. (1993). Konsep Diri : Teori, Pengukuran, Perkembangan dan Perilaku. Jakarta : Arcan.

Calhoun, J.F. Acocella, J.R. (1990). Psychology of Adjustment and Human

Relationship. New York: McGraw-Hill, Inc.

Chaplin. (2004). KamusLengkapPsikologi. Jakarta :Rajawali Pers.

Corsini, Raymond J. (2002). The Dictionary of Psychology. New York : Brunner-Routledge.

Creswell. John W. (2012). Research Design (Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan

Mixed). Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Cronbach,L.J. (1963). Educational Psychology. New York : Harcourt, Brace & World Inc.

Ellyzar, Zachra. (2010). Ilmuwan Cemas Perempuan Usia 7 Tahun Sudah Puber. [online].Tersedia:http://gayahidup.inilah.com/read/detail/729561/URLTEENA GE#.UkulksXuRnY. [01 Oktober 2013].

Eriany, Praharesti. (1978). Hubungan antara Penerimaan Diri dengan Prestasi Belajar Siswa-siswa Kelas 2 SMA BOPKRI 2 Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta : tidak diterbitkan.

Fahrurrozi, Fajar. (2007). Konsep Diri Dalam Pencapaian Prestasi Belajar. Skripsi. Bandung : Tidak diterbitkan.

Florentina, R.S.(2008). Hubungan Kepercayaan Diri Dengan Penyesuaian Sosial Siswa Kelas VIII SMP Santa Maria Fatima. Jurnal Psiko-Edukasi, Vol 6:21-33.


(3)

Mayang Wulan Sari,2014

Profil penerimaan diri remaja awal berdasarkan jenis kelamin dan korelasinya dengan capaian prestasi belajar serta implikasinya bagi Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Hasan, Iqbal (2009). Analisis Data Penelitian Dengan Statistik. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Havighurst, Robert J. (1978). Perkembangan Manusia dan Pendidikan. Jakarta : Jemman.

Hawadi, R. A. (2007). Akselerasi. Jakarta: Grasindo.

Hejlle dan Ziegler. (1992). Personality Theories : Basic Assumption, Research, and

Application. 3rd Edition. New York : Mc Graw-Hill Publishing

Hurlock,Elizabeth B. (1978). Perkembangan Anak Jilid 1. Jakarta : Erlangga.

_________________. (1980). Psikologi perkembangan : Suatu Pendekatan

Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga.

_________________.(1993). Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga.

Irmayanti, Rima. (2011). Penggunaan Genogram untuk Mengembangkan Kemampuan Perencanaan Karier Siswa Skripsi. Bandung: Tidak diterbitkan. Jersild, A.T. (1958). The Psychology of Adolescence. New York: Mc Millan

Company.

Kail,R.V. & Cavanaugh,J.C. (2000). Human Development : a Life Span View . New York : John Wiley and Sons.

Makmun, A. S. (2003). Psikologi Kependidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Matthew, D.W. (1993). The Accpetance Of SelfAnd Others. USA: North

CarolinaCooperative Extension. Vol 23 hlm 56-69.

Monks, F.J., Knoers,A.M.P., dan Haditono. (2001). Psikologi Perkembangan :

Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta : GMUP

Nadya, Aisha. (2013). Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Penerimaan Diri Fisik Peserta didik. Skripsi. Bandung: tidak diterbitkan.


(4)

Mayang Wulan Sari,2014

Profil penerimaan diri remaja awal berdasarkan jenis kelamin dan korelasinya dengan capaian prestasi belajar serta implikasinya bagi Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Peck,U. (1991). Perilaku Organisasi (Terjemahan :Agus Dharma) . Jakarta : PT. Pustaka Binaman Pressindo.

Purnama, Setya H. (1993). Studi Hubungan Antara Prestasi Belajar dengan Sikap Penerimaan Diri pada Siswa kelas III SMA Negeri 14 di Kotamadia Semarang. Skripsi. Semarang : Tidak Diterbitkan.

Risman, E. (2005). Dewasanya Anak-anak Sekarang, Kelas 4 Sudah Haid & Mimpi

Basah. [online]. Tersedia: http://news.detik.com/read/ 2006/06/ 120015/

617550/10/dewasanya-anak-anak-sekarang-kelas-4-sudah-haid-mimpi-basah. [Februari, 2014].

Riyani, Prabowo & Puspitawati. (2011). Psikologi Umum. Jakarta : Universitas Gunadarma.

Rosidah. (2009). Program Pribadi Sosial Untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa (Dikembangkan Berdasarkan Studi Terhadap Siswa Kelas VIIISMP Negeri 7 Bandung).Skripsi.Bandung: Tidak diterbitkan.

Rostini, Maulani N. (2010). Penerimaan Diri Remaja Obeis.Skripsi. Bandung : Tidak Diterbikan.

Rubin, T.I (1975). Compassion and Self-Hate : An Alternative to Despair . New York : Touchstone Book.

Ryff, C. D., Singer, B. (1996). Psychological Well-Being: Meaning, Measurement,

and Implication for Psychotherapy Research. Psychotherapy, Psychosomatic.

Special Article. 65, 14-23.

Sadli, S. (1987) . Di atas Empat Puluh Tahun. Jakarta : Sinar Harapan Santrock, John W. (2006). Life Span Development. Jakarta : Erlangga

Schneiders. A.A., (1976). Personal adjustment and Mental Healt. New York: Holt, Rinehart, and Winston.

Schultz, D. (1991). Psikologi Pertumbuhan: Model-Model Kepribadian Sehat(Terjemahan Drs. Yustinus MSc.OFM). Yogyakarta : Kanisius.

Sawits, M.E. and Contanzo,P.R. (1989). Teori-teori Psikologi Sosial (Terjemahan


(5)

Mayang Wulan Sari,2014

Profil penerimaan diri remaja awal berdasarkan jenis kelamin dan korelasinya dengan capaian prestasi belajar serta implikasinya bagi Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Shepard, Lorie A. (1979). Self-acceptance: The Evaluative Component of the Self

concept Construct. Dalam American Educational Research Journal Sprin. Hlm

139-160. Colorado : University of Colorado.

Siegel, Sidney. (1994). Statistika Nonparametrik untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Sugiyono. (2004). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi (Mixed

Metodhs). Bandung : Alfabeta.

_________________. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta

Sukmadinata, N. S. (2003). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Surayabrata, Sumadi. (1975) Psikologi Pendidikan II. Yogyakarta : Rake Press. Syah, Muhibbin. (2010). Psikologi Pendidikan dan Pendekatan Baru .

Bandung : Remaja Rosdakarya.

Sylviana, C. (1998). Motif Berprestasi pada Penderita Kanker Ditinjau dari Penerimaan diri dan Dukungan Sosial. Skripsi. Semarang : Tidak diterbitkan Sἀnchez dan Roda, M. D.(2003).Relationship Between Self Concept and Academic

Achievement in Primary Students. Journal of Research in Educational

Psychology and Psychopedagogy. Vol (1 (1), 95-120.2003.), h.2. Tim. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Winkel.(2004).Psikologi Pengajaran.Yogyakarta :Media Abadi.

Winkel. (1983). Psikologi Pendidikan Dan Evaluasi Belajar. Jakarta : Gramedia. Wiryo, Nuryono. (2012). Keefektivan Konseling Naratif Untuk Meningkatkan

Penerimaan Diri Peserta didik .Jurnal Psikologi Pendidikan dan bimbingan, Vol. 13. No.1

Yuliana, Mamik. (2002). Penerimaan Diri pada Masa Dewasa Madya Ditinjau dari Dukungan Sosial dan Jenis Kelamin. Skripsi. Tidak diterbitkan. Semarang : Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegipranata.


(6)

Mayang Wulan Sari,2014

Profil penerimaan diri remaja awal berdasarkan jenis kelamin dan korelasinya dengan capaian prestasi belajar serta implikasinya bagi Bimbingan Dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Yusuf, Syamsu. (2011). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Rosda.