PROFIL KEJENUHAN BELAJAR SISWA BERDASARKAN LATAR BELAKANG BIOGRAFIS SERTA IMPLIKASINYA BAGI BIMBINGAN DAN KONSELING.

(1)

PROFIL KEJENUHAN BELAJAR SISWA BERDASARKAN

LATAR BELAKANG BIOGRAFIS SERTA IMPLIKASINYA

BAGI BIMBINGAN DAN KONSELING

(Studi Deskriptif terhadap Siswa Kelas XI di SMA Negeri 5 Cimahi Tahun Ajaran 2013-2014)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

oleh Asep Hilman NIM 0704346

DEPARTEMEN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2015


(2)

PROFIL KEJENUHAN BELAJAR SISWA BERDASARKAN

LATAR BELAKANG BIOGRAFIS SERTA IMPLIKASINYA

BAGI BIMBINGAN DAN KONSELING

(Studi Deskriptif Terhadap Siswa Kelas XI di SMA Negeri 5 Cimahi Tahun Pelajaran 2013-2014)

oleh Asep Hilman

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Asep Hilman 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

ASEP HILMAN

PROFIL KEJENUHAN BELAJAR SISWA BERDASARKAN

LATAR BELAKANG BIOGRAFIS SERTA IMPLIKASINYA

BAGI BIMBINGAN DAN KONSELING

(Studi Deskriptif Terhadap Siswa Kelas XI di SMA Negeri 5 Cimahi Tahun Pelajaran 2013-2014)

disetujui dan disahkan oleh pembimbing :

Pembimbing I

Drs. Yaya Sunarya, M.Pd. NIP 19591130 198703 1 002

Pembimbing II

Drs. Sudaryat Nurdin Ahmad NIP 19630630 199512 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Nandang Rusmana, M.Pd. NIP 19600501 198603 1 004


(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan skripsi yang berjudul

Profil Kejenuhan Belajar Siswa Berdasarkan Latar Belakang Biografis Serta Implikasinya Bagi Bimbingan dan Konseling (Studi Deskriptif Terhadap Siswa Kelas XI di SMA Negeri 5 Cimahi Tahun Ajaran 2013-2014)” ini beserta seluruh isinya sepenuhnya merupakan karya saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Januari 2015 Yang membuat pernyataan,


(5)

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

” (Q .

Ar-Rahman: 28)

p

p

y

p

,

pada waktu-Nya, mungkin waktu yang indah dan tepat menurut Allah ya

.. I y

.”

Skripsi ini ananda persembahkan kepada keluarga tersayang,

Mamah Dedah Aisyah, Bapak Ambarudin,

Irfan Padilah, Cepi Asmara Hadi, Teteh Verawati,

Yunia Artanti dan Alvira Ramadhani,

Serta sahabat-sahabat.


(6)

Asep Hilman,2015

Profil kejenuhan belajar siswa berdasarkan latar belakang biografis serta implikasinya bagi Bimbingan dan Konseling thornthwaite-matter

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

PROFIL KEJENUHAN BELAJAR SISWA BERDASARKAN LATAR BELAKANG

BIOGRAFIS SERTA IMPLIKASINYA BAGI BIMBINGAN DAN KONSELING

(The Profile Of Burnout Of Student Based On The Biographical Background

And The Implications For Guidance and Counseling)

oleh

Asep Hilman,

Drs. Yaya Sunarya, M.Pd. “Penulis Penanggung Jawab”

Drs. Sudaryat Nurdin Ahmad. “Penulis Penanggung Jawab”

pesanamlih.ah@gmail.com

Abstrak. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh proses belajar yang dilakukan oleh para siswa serta tekanan-tekanan baik itu dari dalam diri maupun dari lingkungannya untuk mencapai prestasi belajar yang optimal, terkadang membawa siswa pada kejenuhan belajar. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui profil umum kejenuhan belajar, berdasarkan jenis kelamin serta berdasarkan jurusan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif, serta populasi yang digunakan adalah siswa kelas XI SMA Negeri 5 Cimahi Tahun ajaran 2013-2014. Hasil dari penelitian ini ditemukan sebesar 45% siswa ada pada kategori kejenuhan belajar tinggi dan 55% siswa ada pada kategori kejenuhan belajar rendah. Hasil kejenuhan belajar berdasarkan jenis kelamin didapat hasil dari total sebanyak 121 siswa laki-laki terdapat 48% siswa ada pada kategori kejenuhan belajar tinggi, selanjutnya 52% siswa berada pada kategori kejenuhan belajar rendah. Kemudian dari keseluruhan 185 siswa perempuan kelas XI, terdapat sebanyak 44.32% siswa berada pada kategori kejenuhan belajar tinggi, selanjutnya sebanyak 55.68% siswa berada pada kategori kejenuhan belajar rendah. Hasil penelitian kejenuhan belajar berdasarkan jurusan didapat hasil dari keseluruhan siswa di jurusan IPA yang berjumlah 206 siswa, sebesar 48% siswa berada pada tingkat kejenuhan belajar tinggi, sedangkan 52% siswa berada pada tingkat kejenuhan belajar rendah. Sedangkan dari total 100 siswa pada jurusan IPS didapatkan hasil siswa kelas XI IPS SMA Negeri 5 Cimahi sebesar 41% berada pada tingkat kejenuhan belajar tinggi dan 59% pada kategori kejenuhan belajar rendah.


(7)

Asep Hilman,2015

Profil kejenuhan belajar siswa berdasarkan latar belakang biografis serta implikasinya bagi Bimbingan dan Konseling thornthwaite-matter


(8)

Asep Hilman,2015

Profil kejenuhan belajar siswa berdasarkan latar belakang biografis serta implikasinya bagi Bimbingan dan Konseling thornthwaite-matter

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

PROFIL KEJENUHAN BELAJAR SISWA BERDASARKAN LATAR BELAKANG

BIOGRAFIS SERTA IMPLIKASINYA BAGI BIMBINGAN DAN KONSELING

(The Profile Of Burnout Of Student Based On The Biographical Background

And The Implications For Guidance and Counseling)

oleh

Asep Hilman

Drs. Yaya Sunarya, M.Pd. “Penulis Penanggung Jawab”

Drs. Sudaryat Nurdin Ahmad. “Penulis Penanggung Jawab”

pesanamlih.ah@gmail.com

Abstract. This research is motivated by the learning process performed by the students as well as the pressure both from within and from the environment to achieve optimal learning achievement, sometimes takes students on learning burnout. The purpose of this research to determine the general profile of learning of burnout, based on gender and by the majors. This research uses quantitative approach with descriptive methods, and population used are class XI students of SMAN 5 Cimahi 2013-2014 the academic years. The results of this research are found 45% of students there in the category of high learning burnout, and 55% of students there in the category of low of learning burnout. The results of based on gender obtained results from a total of 121 male students there are 48% of students there in the category of high learning burnout, next 52% of male students are in the category of low learning burnout. Than from the overall 185 female students of class XI, there are as many as 44.32% of the female students are in the category of higher of learning burnout, than as much as 55.68% of the female students are in the category of learning burnout. The results of learning burnout research is based on the majors, the students majoring in science, amounting 206 students have 48% of students are at high learning burnout, and 52% of students are at low learning burnout. While from a total of 100 students in the social sciences, have 41% is at high category of learning burnout and 59% students is at low category of learning burnout.


(9)

Asep Hilman,2015

Profil kejenuhan belajar siswa berdasarkan latar belakang biografis serta implikasinya bagi Bimbingan dan Konseling thornthwaite-matter

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu DAFTAR ISI

UCAPAN TERIMAKASIH ... Error! Bookmark not defined. ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... 11 BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. A. Latar Belakang Penelitian ... Error! Bookmark not defined. B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined. 1. Identifikasi Masalah ... Error! Bookmark not defined. 2. Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined. C. Tujuan Penelitian... Error! Bookmark not defined. D. Manfaat Penelitian... Error! Bookmark not defined. E. Struktur Organisasi Skripsi ... Error! Bookmark not defined. BAB II KEJENUHAN BELAJAR DAN GENDERError! Bookmark not defined.

A. Konsep Dasar Kejenuhan ... Error! Bookmark not defined. 1. Definisi Kejenuhan... Error! Bookmark not defined. 2. Dimensi Kejenuhan ... Error! Bookmark not defined. 3. Sumber Kejenuhan ... Error! Bookmark not defined. B. Konsep Kejenuhan Belajar ... Error! Bookmark not defined.

1. Faktor Penyebab Kejenuhan BelajarError! Bookmark not defined. 2. Gejala Kejenuhan Belajar ... Error! Bookmark not defined. 3. Dinamika Kejenuhan Belajar ... Error! Bookmark not defined. 4. Dampak Kejenuhan Belajar ... Error! Bookmark not defined. C. Gender ... Error! Bookmark not defined. 1. Konsep Gender... Error! Bookmark not defined.


(10)

v

Asep Hilman,2015

Profil kejenuhan belajar siswa berdasarkan latar belakang biografis serta implikasinya bagi Bimbingan dan Konseling thornthwaite-matter

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2. Definisi Gender ... Error! Bookmark not defined. BAB III METODE PENELITIAN... Error! Bookmark not defined. A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... Error! Bookmark not defined. B. Desain Penelitian ... Error! Bookmark not defined. C. Metode Penelitian ... Error! Bookmark not defined. D. Definisi Operasional Variabel ... Error! Bookmark not defined. E. Instrumen Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 1. Pengembangan Kisi-kisi InstrumenError! Bookmark not defined. 2. Pedoman Skoring ... Error! Bookmark not defined. F. Analisis Data ... Error! Bookmark not defined. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANError! Bookmark not defined.

A. Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 1. Profil Umum Kejenuhan Belajar Siswa Kelas XI SMA

Negeri 5 Cimahi Tahun Ajaran 2013/2014Error! Bookmark not defined. 2. Profil Kejenuhan Belajar Berdasarkan GenderError! Bookmark not defined. 3. Profil Kejenuhan Belajar Siswa Kelas XI SMA Negeri 5

Cimahi Berdasrkan Jurusan... Error! Bookmark not defined. 4. Profil Kejenuhan Belajar Siswa Kelas XI SMAN 5 Cimahi

Berdasarkan Gender dan Jurusan . Error! Bookmark not defined. B. Pembahasan Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

1. Pembahasan Tentang Profil Umum Kejenuhan Belajar Siswa

Kelas XI SMA Negeri 5 Cimahi Tahun Ajaran 2013/2014.Error! Bookmark not de 2. Pembahasan Tentang Profil Umum Kejenuhan Belajar Siswa

Kelas XI SMA Negeri 5 Cimahi Tahun Ajaran 2013/2014 Berdasarkan Biografis ... Error! Bookmark not defined. C. Implikasi Profil Kejenuhan Belajar Bagi Bimbingan dan Konseling

Error! Bookmark not defined.


(11)

vi

Asep Hilman,2015

Profil kejenuhan belajar siswa berdasarkan latar belakang biografis serta implikasinya bagi Bimbingan dan Konseling thornthwaite-matter

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

A. Kesimpulan... Error! Bookmark not defined. B. Rekomendasi ... Error! Bookmark not defined. C. Keterbatasan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.


(12)

Asep Hilman,2015

Profil kejenuhan belajar siswa berdasarkan latar belakang biografis serta implikasinya bagi Bimbingan dan Konseling thornthwaite-matter

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Anggota Populasi Siswa Kelas XI SMA Negeri 5 Cimahi Tahun Ajaran 2013-2014

33 Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Gejala Kejenuhan Belajar 36 Tabel 3.3 Krtiteria Penyekoran Instrumen Gejala Kejenuhan Belajar 37 Tabel 3.4 Kategori Skor Kejenuhan Belajar Siswa 38 Tabel 4.1 Profil Umum Kejenuhan Belajar Siswa Kelas XI SMA

Negeri 5 Cimahi Tahun Ajaran 2013/2014

39

Tabel 4.2 Profil Umum Aspek Kejenuhan Belajar Siswa Kelas XI SMA Negeri 5 Cimahi Tahun Ajaran 2013/2014

41 Tabel 4.3 Profil Indikator Gejala Kejenuhan Belajar Dalam Aspek

Kelelahan Emosi Siswa Kelas XI SMA Negeri 5 Cimahi Tahun Ajaran 2013/2014

42

Tabel 4.4 Profil Indikator Gejala Kejenuhan Belajar Dalam Aspek Sinis/Depersonalisasi Siswa Kelas XI SMA Negeri 5 Cimahi Tahun Ajaran 2013/2014

42

Tabel 4.5 Profil Indikator Gejala Kejenuhan Belajar Dalam Aspek Menurunnya Keyakinan Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 5 Cimahi Tahun Ajaran 2013/2014

44

Tabel 4.6 Profil Umum Kejenuhan Belajar Berdasarkan Gender Siswa XI SMA Negeri 5 Cimahi Tahun Ajaran 2013/2014

44

Tabel 4.7 Profil Umum Aspek Kejenuhan Belajar Berdasarkan Gender Siswa Kelas XI SMA Negeri 5 Cimahi Tahun Ajaran 2013/2014

46

Tabel 4.8 Profil Indikator Gejala Kejenuhan Belajar Berdasarkan Gender Dalam Aspek Kelelahan Emosi Siswa Kelas XI SMA Negeri 5 Cimahi Tahun Ajaran 2013/2014

47

Tabel 4.9 Profil Indikator Gejala Kejenuhan Belajar Berdasarkan Gender Dalam Aspek Sinis/Depersonalisasi Siswa Kelas XI SMA Negeri 5 Cimahi Tahun Ajaran 2013/2014


(13)

viii

Asep Hilman,2015

Profil kejenuhan belajar siswa berdasarkan latar belakang biografis serta implikasinya bagi Bimbingan dan Konseling thornthwaite-matter

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 4.10 Profil Indikator Gejala Kejenuhan Belajar Berdasarkan Gender Dalam Aspek Menurunnya Keyakinan Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 5 Cimahi Tahun Ajaran 2013/2014

50

Tabel 4.11 Profil Umum Kejenuhan Belajar Berdasarkan Jurusan Siswa XI SMA Negeri 5 Cimahi Tahun Ajaran 2013/2014

51

Tabel 4.12 Profil Umum Aspek Kejenuhan Belajar Berdasarkan Jurusan Siswa Kelas XI SMA Negeri 5 Cimahi Tahun Ajaran 2013/2014

53

Tabel 4.13 Profil Indikator Gejala Kejenuhan Belajar Berdasarkan Jurusan Dalam Aspek Kelelahan Emosi Siswa Kelas XI SMA Negeri 5 Cimahi Tahun Ajaran 2013/2014

54

Tabel 4.14 Profil Indikator Gejala Kejenuhan Belajar Berdasarkan Jurusan Dalam Aspek Sinis/Depersonalisasi Siswa Kelas XI SMA Negeri 5 Cimahi Tahun Ajaran 2013/2014

56

Tabel 4.15 Profil Indikator Gejala Kejenuhan Belajar Berdasarkan Jurusan Dalam Aspek Menurunnya Keyakinan Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 5 Cimahi Tahun Ajaran 2013/2014

57

Tabel 4.16 Profil Kejenuhan Belajar Siswa Berdasarkan Gender dan Jurusan Kelas XI SMA Negeri 5 Cimahi Tahun Ajaran 2013/2014

58

Tabel 4.17 Profil Aspek Kejenuhan Belajar Siswa Perempuan Kelas XI SMA Negeri 5 Cimahi Tahun Ajaran 2013/2014

59

Tabel 4.18 Profil Indikator Gejala Kejenuhan Belajar Berdasarkan Gender dan Jurusan Dalam Aspek Kelelahan Emosi Siswa Perempuan Kelas XI SMA Negeri 5 Cimahi Tahun Ajaran 2013/2014

61

Tabel 4.19 Profil Indikator Gejala Kejenuhan Belajar Berdasarkan Gender dan Jurusan Dalam Aspek Kelelahan Sinis / Depersonalisasi Siswa Perempuan Kelas XI SMA Negeri 5 Cimahi Tahun Ajaran 2013/2014


(14)

ix

Asep Hilman,2015

Profil kejenuhan belajar siswa berdasarkan latar belakang biografis serta implikasinya bagi Bimbingan dan Konseling thornthwaite-matter

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 4.20 Profil Indikator Gejala Kejenuhan Belajar Berdasarkan Gender dan Jurusan Dalam Aspek Menurunnya Keyakinan Akademik Siswa Perempuan Kelas XI SMA Negeri 5 Cimahi Tahun Ajaran 2013/2014

64

Tabel 4.21 Profil Aspek Kejenuhan Belajar Siswa Laki-laki Kelas XI SMA Negeri 5 Cimahi Tahun Ajaran 2013/2014

66

Tabel 4.22 Profil Indikator Gejala Kejenuhan Belajar Berdasarkan Gender dan Jurusan Dalam Aspek Kelelahan Emosi Siswa Laki-laki Kelas XI SMA Negeri 5 Cimahi Tahun Ajaran 2013/2014

68

Tabel 4.23 Profil Indikator Gejala Kejenuhan Belajar Berdasarkan Gender dan Jurusan Dalam Aspek Kelelahan Sinis / Depersonalisasi Siswa Laki-laki Kelas XI SMA Negeri 5 Cimahi Tahun Ajaran 2013/2014

70

Tabel 4.24 Profil Indikator Gejala Kejenuhan Belajar Berdasarkan Gender dan Jurusan Dalam Aspek Menurunnya Keyakinan Akademik Siswa Laki-laki Kelas XI SMA Negeri 5 Cimahi Tahun Ajaran 2013/2014


(15)

Asep Hilman,2015

Profil kejenuhan belajar siswa berdasarkan latar belakang biografis serta implikasinya bagi Bimbingan dan Konseling thornthwaite-matter

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Grafik 4.1 Profil Umum Kejenuhan Belajar Siswa Kelas XI 40 Grafik 4.2 Profil Umum Kejenuhan Belajar Siswa Berdasarkan

Gender

45

Grafik 4.3 Profil Umum Kejenuhan Belajar Siswa Berdasarkan Jurusan

43 Grafik 4.4 Profil Kejenuhan Belajar Siswa Perempuan Berdasarkan

Jurusan

59

Grafik 4.5 Profil Kejenuhan Belajar Siswa Laki-Laki Berdasarkan Jurusan


(16)

Asep Hilman,2015

Profil kejenuhan belajar siswa berdasarkan latar belakang biografis serta implikasinya bagi Bimbingan dan Konseling thornthwaite-matter

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Administrasi Penelitian Lampiran 2. Instrumen Penelitian Lampiran 3. Rekomendasi Layanan Lampiran 4. Riwayat Hidup


(17)

Asep Hilman,2015

Profil kejenuhan belajar siswa berdasarkan latar belakang biografis serta implikasinya bagi Bimbingan dan Konseling thornthwaite-matter

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan merupakan salah satu usaha sadar yang dilakukan oleh manusia untuk menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang menentukan kemajuan suatu bangsa. Melalui pendidikanlah suatu bangsa dapat mengembangkan berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi yang berguna untuk kehidupan bangsa itu sendiri. Pendidikan merupakan usaha untuk membantu individu mengembangkan potensinya agar mencapai perkembangan yang optimal.

Pendidikan adalah upaya untuk membantu manusia agar mampu melaksanakan berbagai peranan sesuai dengan statusnya berdasarkan nilai-nilai dan norma-norma. Sebagaimana yang dijelaskan dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 pasal 1 menjelaskan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan Negara. Pendidikan juga merupakan media untuk meningkatkan kualitas suatu bangsa untuk lebih bermutu. Sebagaimana yang dijelaskan dalam tujuan pelaksanaan pendidikan di Indonesia yang tercantum dalam Undang-undang Sisitem Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003 pasal 3, pendidikan merupakan salah satu indikator kemajuan suatu bangsa, dimana dalam pendidikan dimuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas dan benar untuk kehidupan. Undang-undang Sisitem Pendidikan No.20 Tahun 2003 pasal 3 menjelaskan bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan bentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya peserta


(18)

2

Asep Hilman,2015

Profil kejenuhan belajar siswa berdasarkan latar belakang biografis serta implikasinya bagi Bimbingan dan Konseling thornthwaite-matter

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta tanggung jawab.

Salah satu kunci dari definisi pendidikan diatas ialah berkembangnya potensi siswa. Peran pendidikan untuk memfasilitasi potensi tersebut menjadi prestasi. Fasilitas tersebut ditujukan agar individu mengenali, menemukan, dan mengembangkan potensi yang dimilikinya. Pada proses pendidikan di sekolah, pembelajaran merupakan aktifitas utama para siswa. Untuk keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan, bergantung pada bagaimana proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif.

Pembelajaran merupakan suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Surya, 2003, hlm. 11).

Sekolah Menengah Atas (SMA) merupakan salah satu jenjang pendidikan yang ditempuh oleh siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran secara formal, sebagaimana dikemukakan oleh (Yusuf, 2009, hlm. 10) “siswa SMA berada pada rentang usia 15-18 tahun yang tergolong dalam remaja madya”. Begitupun dalam proses pembelajaran, Hurlock (dalam Yusuf, 2009, hlm.25) mengemukakan bahwa “anak sekolah menengah atas (SMA/SMK/MA) sudah mulai memikirkan masa depan mereka secara sungguh-sungguh”. Oleh karena itu, siswa sudah memulai harus mempersiapkan dirinya dengan pembekalan, melalui pembelajaran di sekolah maupun diluar sekolah untuk menjadi bekal mempersiapkan masa depannya.

Proses pembelajaran yang terus-menerus dilakukan oleh para siswa serta tekanan-tekanan baik itu dari dalam diri maupun dari lingkungannya untuk mencapai prestasi belajar yang optimal, terkadang membawa siswa pada batas kemampuan berfikirnya. Ini kemudian membuat siswa mengalami keletihan, kebosanan, dan kejenuhan dalam belajar. Untuk kejenuhan belajar dapat dialami oleh siapa saja, tidak menutup kemungkinan bagi siswa yang dianggap pintar ataupun siswa yang kemempuan akademiknya kurang juga bisa mengalami


(19)

3

Asep Hilman,2015

Profil kejenuhan belajar siswa berdasarkan latar belakang biografis serta implikasinya bagi Bimbingan dan Konseling thornthwaite-matter

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

kejenuhan belajar. Biasanya mereka yang mengalami kejenuhan belajar akan enggan memperhatikan guru, enggan untuk mengerjakan tugas, banyak mangkir atau malas-malasan, dan prestasi belajar akan menurun. “Kejenuhan adalah keadaan kelelahan fisik, mental, sikap dan emosi individu atau pekerja karena keterlibatan yang intensif dengan pekerjaan dan dalam jangka waktu yang panjang” (Ilfiandra, 2002).

Salah satu indikator pencapaian keberhasilan siswa dapat dilihat dari prestasi yang diperoleh, karena prestasi belajar siswa merupakan manifestasi dari perubahan sebagai hasil proses belajar. Namun demikian, tidak semua siswa dapat mencapai prestasi sesuai dengan potensi yang dimilikinya, banyak diantara siswa tidak menampilkan hasil yang optimal. Proses belajar yang dilakukan siswa disekolah pada kenyataannya dipengaruhi oleh berbagai kendala, sehingga hasil belajar yang dicapai akan sangat tergantung pada interaksi dari berbagai kendala yang saling terkait antara satu dengan yang lainnya sehingga upaya pencapaian prestasi belajar atau keberhasilan akademik siswa menjadi terganggu.

Dari beberapa kendala yang sering dialami oleh sisiwa dalam proses belajar Hardiyanto (2009) berpendapat sebagai berikut :

Salah satu kendala yang paling sering dialami peserta didik dalam proses belajar adalah perasaan bosan atau jenuh dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Peserta didik sering merasakan kejenuhan dengan berbagai faktor penyebab, seperti mata pelajaran yang tidak disukai, guru yang tidak disukai, metode yang digunakan pendidikan dan masih banyak lagi penyebab-penyebab lainnya.

Fenomena seperti yang dipaparkan diatas ditegaskan oleh (Chaplin, 1995, hlm. 56) mengemukakan bahwa :

kejenuhan belajar dapat melanda siswa apabila telah kehilangan motivasi dan konsolidasi salah satu tingkat keterampilan tertentu sebelum siswa tersebut sampai pada tingkat keterampilan berikutnya. Kejenuhan juga dapat terjadi karena proses belajar siswa telah sampai pada batas kemampuan berfikir karena bosan (boring) dan letih (fatigue).


(20)

4

Asep Hilman,2015

Profil kejenuhan belajar siswa berdasarkan latar belakang biografis serta implikasinya bagi Bimbingan dan Konseling thornthwaite-matter

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Penelitian terdahulu tentang kejenuhan belajar terhadap mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang dilakukan oleh Agustin (2009) menemukan 54,41% mahasiswa mengalami kejenuhan belajar dalam tingkat tinggi, 45,59% berada pada tingkat rendah. Selanjutnya dalam aspek kelelahan emosi 53,26% berada pada tingkat kejenuhan yang tinggi dan 46,74% berada pada tingkat rendah. Kelelahan fisik 55,75% berada dalam tingkat kejenuhan yang tinggi, 44,25% berada pada tingkat yang rendah. Kelelahan kognitif 61,60% berada pada tingkat tinggi dan 38,31% berada pada tingkat rendah, dan kehilangan motivasi 54,98% berada pada tingkat kejenuhan yang tinggi dan 45,02% berada pada tingkat yang rendah. Secara keseluruhan hasil dari penelitian ini mahasisiwa UPI bearada pada persentase yang tinggi mengalami kejenuhan belajar yaitu 54,41%,, sedangkan dilihat dari aspek penyebab kejenuhan belajar, faktor kelelahan kognitiflah yang paling dominan menyebabkan kejenuhan belajar dengan persentase 61,60% .

Kemudian hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Sugara (2011) tentang kejenuhan belajar terhadap siswa SMA Angkasa Lanud Husein Sastranegara Bandung. Intensitas kejenuhan belajar pada siswa sebanyak 15,32% berada pada kategori tinggi, 72,97% berada pada kategori sedang, dan 11,71% termasuk kedalam kategori rendah. Persentase gejala kejenuhan belajar untuk aspek keletihan emosi sebanyak 48,10% siswa, untuk aspek dipersonalisasi atau sinis sebanyak 19,19%, dan untuk aspek menurunnya keyakinan akademis sebanyak 32,71% siswa. Siswa kelas XI IPA SMA Angkasa Lanud Husein Sastranegara mayoritas mengalami kejenuhan belajar pada tingkat sedang, dan untuk faktor penyebab kejenuhan belajar yang paling dominan adalah dari aspek kelelahan emosi siswa.

Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Firmansyah (2012) tentang kejenuhan belajar terhadap siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Lembang tahun ajaran 2011/2012 menggambarkan bahwa 14,6%siswa berada pada tingkat kejenuhan belajar kategori tinggi, 72,19% siswa berada pada tingkat kejenuhan belajar


(21)

5

Asep Hilman,2015

Profil kejenuhan belajar siswa berdasarkan latar belakang biografis serta implikasinya bagi Bimbingan dan Konseling thornthwaite-matter

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

kategori sedang, dan 12,5% siswa berada pada tingkat kejenuhan belajar kategori rendah. Siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Lembang mayoritas berapa pada tingkat sedang siswa yang mengalami kejenuhan belajar.

Kecenderungan dan indikator yang dialami siswa ketika mengalami kejenuhan belajar, diungkapkan oleh Huliati (dalam Yudha dkk, 2006). Yaitu : 1) kurang peduli terhadap materi yang harus dipahaminya, 2) sulit mengambil keputusan dalam menghadapi pelajaran yang sukar dimengerti, 3) mengambil jalan pintas dalam mengerjakan soal-soal/ulangan, 4) kurang inisiatif dan kreatif dalam memanfaatkan waktu luang, 5) mudah merasa bosan sehingga timbul keenggenan dalam mengikuti pelajaran, 6) sulit memusatkan perhatian pada pelajaran apalagi jika materinya kurang menarik dan penjelasannya bertele-tele, 7) kurang motivasi dalam mengerjakan tugas.

Melihat kondisi yang telah dipaparkan, terjadinya masalah kejenuhan belajar pada siswa menunjukkan bahwa kejenuhan belajar bukanlah masalah yang sederhana, kejenuhan belajar menyangkut aspek keletihan emosi, dipersonalisasi atau sinis, dan menurunnya keyakinan akademis dengan hilangnya motivasi belajar dapat menghambat siswa untuk mengaktualisasikan potensinya menjadi prestasi disekolah.

Pada penyelenggaraan pendidikan terdapat bagian yang tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan sistem pendidikan, yaitu bimbingan dan konseling. Kejenuhan belajar menyangkut aspek keletihan emosi, dipersonalisasi atau sinis, dan menurunnya keyakinan akademis dengan hilangnya motivasi belajar merupakan salah satu bidang kajian bimbingan dan konseling. Bimbingan dan konseling memiliki peran yang signifikan dalam memfasilitasi siswa untuk mencapai keberhasilan siswa disekolah, dalam hal ini memiliki kemampuan untuk mengatasi kejenuhan belajar.

Untuk memfasilitasi siswa dalam mencapai keberhasilan belajar yang optimal diperlukan langkah penelitian yang dapat mengungkap profil kejenuhan belajar siswa secara umum maupun berdasarkan data biografis siswa, sehingga


(22)

6

Asep Hilman,2015

Profil kejenuhan belajar siswa berdasarkan latar belakang biografis serta implikasinya bagi Bimbingan dan Konseling thornthwaite-matter

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dapat terumuskan sebuah program bimbingan dan belajar yang secara hipotetik efektif mengatasi permasalahan kejenuhan belajar yang dialami oleh siswa.

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Proses pembelajaran yang terus-menerus dilakukan oleh para siswa serta tekanan-tekanan baik itu dari dalam diri maupun dari lingkungannya untuk mencapai prestasi belajar yang optimal, terkadang membawa siswa pada batas kemampuan berfikirnya. Ini kemudian membuat siswa mengalami keletihan, kebosanan, dan kejenuhan dalam belajar.

Proses belajar yang dilakukan siswa disekolah pada kenyataannya dipengaruhi oleh berbagai kendala, sehingga hasil belajar yang dicapai akan sangat tergantung pada interaksi dari berbagai kendala yang saling terkait antara satu dengan yang lainnya sehingga upaya pencapaian prestasi belajar atau keberhasilan akademik siswa menjadi terganggu. Salah satu kendala yang paling sering dialami siswa dalam proses belajar adalah perasaan bosan atau jenuh dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Siswa sering merasakan kejenuhan dengan berbagai faktor penyebab, seperti mata pelajaran yang tidak disukai, guru yang tidak disukai, metode yang digunakan pendidikan dan masih banyak lagi penyebab-penyebab lainnya

Bila siswa sudah mulai mengalami penurunan motivasi dalam belajarnya, maka akan muncul perilaku-perilaku maladapted dari siswa yang akan menyebabkan stagnasi belajar yang berujung pada kejenuhan, hilangnya kreativitas, bahkan sampai terjadinya penurunan prestasi belajar.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, pertanyaan umum yang menjadi acuan penelitian ini adalah : seperti apakah profil kejenuhan belajar yang dialami oleh siswa, dan implikasinya bagi bimbingan dan konseling ?


(23)

7

Asep Hilman,2015

Profil kejenuhan belajar siswa berdasarkan latar belakang biografis serta implikasinya bagi Bimbingan dan Konseling thornthwaite-matter

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Dari pertanyaan umum diatas, dapat diturunkan menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1) Seperti apakah profil umum kejenuhan belajar siswa kelas XI SMA Negeri 5 Cimahi tahun ajaran 2013-2014 ?

2) Seperti apakah profil umum kejenuhan belajar berdasarkan gender dan penjurusan siswa kelas XI SMA Negeri 5 Cimahi tahun ajaran 2013-2014 ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui profil kejenuhan belajar siswa kelas XI SMAN 5 Cimahi tahun ajaran 2013-2014. Adapun tujuan khusus dari penelitian yang dapat dicapai adalah sebagai berikut:

1) Mengetahui profil umum siswa kelas XI SMA Negeri 5 Cimahi yang mengalami kejenuhan belajar berdasarkan gender.

2) Mengetahui profil umum siswa kelas XI SMA Negeri 5 Cimahi yang mengalami kejenuhan belajar berdasarkan jurusan.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian diharapkan dapat memberi manfaat untuk pelaksanaan layan bimbingan dan konseling di SMA. Secara teoritis dan praktis, selanjutnya manfaat penelitian dapat dibagi beberapa bagian sebagai berikut :

1) Menambah perbendaharaan keilmuan mengenai kejenuhan belajar siswa tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA).

2) Bagi konselor untuk mengetahui analisis kebutuhan siswa tentang kejenuhan belajar yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengembangkan program bimbingan, serta upaya pemberian bantuan kepada peserta didik di sekolah yang mengalami permasalahan akademik terutama kejenuhan belajar.

3) Siswa mengetahui dan memahami faktor penyebab kejenuhan belajar dan gejala kejenuhan belajar.


(24)

8

Asep Hilman,2015

Profil kejenuhan belajar siswa berdasarkan latar belakang biografis serta implikasinya bagi Bimbingan dan Konseling thornthwaite-matter

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu E. Struktur Organisasi Skripsi

Skripsi terdiri atas lima bab. Sistematika yang digunakan dalam penyusunan skripsi adalah sebagai berikut.

BAB I Pendahuluan, berisi latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode dan Sistestematika penulisan. BAB II Kajian Pustaka. Berisi pemaparan teori-teori yang melandasi penyusunan skripsi mengenai konsep dasar kejenuhan belajar. BAB III Metode Penelitian, membahas tentang pendekatan penelitian, metode penelitian, desain penelitian, populasi dan sampel penelitian, definisi operasional variabel, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen dan program, teknik pengumpulan data, analisis data dan prosedur penelitian. BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, terdiri dari hasil penelitian dan pembahasan penelitian. BAB V Kesimpulan dan Saran, menyajikan penafsiran dan pemaknaan terhadap hasil analisis temuan penelitian serta saran penelitian bagi konselor, pihak sekolah dan peneliti selanjutnya.


(25)

Asep Hilman,2015

Profil kejenuhan belajar siswa berdasarkan latar belakang biografis serta implikasinya bagi Bimbingan dan Konseling thornthwaite-matter

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi yang menjadi penelitian ini adalah SMA Negeri 5 Cimahi yang berlokasi di jalan Gatot Subroto No.39 Kota Cimahi. Subjek populasi dalam penelitian ini adalah siswa yang secara administratif terdaftar dan aktif dalam proses pembelajaran di kelas XI SMA Negeri 5 Cimahi pada tahun ajaran 2013-2014. Alasan memilih SMA Negeri 5 Cimahi sebagai lokasi penelitian adalah berdasarkan lokasi penelitian yang mudah dijangkau, dekat dengan lokasi peneliti, sehingga dapat membantu mempermudah untuk pengumpulan data.

Untuk menentukan sampel dalam penelitian ini penulis menggunakakan teknin sampling jenuh karena seluruh populasi dijadikan sampel, dengan distribusi siswa sebagai berikut :

Tabel 3.1

Anggota Populasi Siswa Kelas XI SMA Negeri 5 Cimahi Tahun Ajaran 2013-2014

Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah

XI IPA 1 18 15 34

XI IPA 2 14 18 35

XI IPA 3 14 20 36

XI IPA 4 16 14 35

XI IPA 5 15 17 33

XI IPA 6 16 18 33

XI IPS 1 13 17 32

XI IPS 2 12 19 30

XI IPS 3 13 19 38

Jumlah 148 174 306

B. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan desain pendekatan kuantitatif yang datanya terdiri dari angka-angka kemudian dapat dianalisis berdasarkan


(26)

32

Asep Hilman,2015

Profil kejenuhan belajar siswa berdasarkan latar belakang biografis serta implikasinya bagi Bimbingan dan Konseling thornthwaite-matter

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

prosedur-prosedur statistika. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mendapatkan data berupa angka persentase profil umum kejenuhan belajar siswa kelas XI berdasarkan tiap jurusan di SMA Negeri 5 Cimahi.

“Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pasa filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan”. (Sugiyono, 2012, hlm. 14).

C. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif yang merupakan suatu bentuk penelitian paling dasar, yang bertujuan untuk mendeskripsikan/menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia. Penelitian ini mengkaji bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan dan perbedaannya dengan fenomena lain. Penelitian deskriptif dalam bidang pendidikan dan kurikulum pengajaran merupakan hal yang cukup penting, mendeskripsikan fenomena-fenomena kegiatan pendidikan, pembelajaran, implementasi kurikulum pada berbagai jenis, jenjang dan satuan pendidikan. Penelitian ini merupakan salah satu bentuk dari penelitian kuantitatif, bisa juga disebut sebagai penelitian kuantitatif yang paling dasar.

Dengan metode ini peneliti menghasilkan dan memperoleh informasi yang tepat dan gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai kejanuhan belajar berdasarkan gender dan jurusan/prodi kelas IPA dan IPS. Metode ini diawali dengan pengumpulan data mengenai kejenuhan belajar kemudian ditafsirkan dan disimpulkan.

D. Definisi Operasional Variabel

Chernis (dalam Ramadhani, 2013, hlm. 54) mengemukakan bahwa


(27)

33

Asep Hilman,2015

Profil kejenuhan belajar siswa berdasarkan latar belakang biografis serta implikasinya bagi Bimbingan dan Konseling thornthwaite-matter

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

individu karena keterlibatan yang intensif dengan pekerjaan dalam jangka wakru yang panjang”.Sebagaimana dikemukakan oleh (Maslach & Leiter 1996, hlm.

209) menyatakan bahwa “burnout is a state of exhaustion in which one is cynical

about the value of one’s occupation and doubtful of one’s capacity to perform”.

Maslach & Leiter memaparkan bahwa “kejenuhan merupakan suatu keadaan kelelahan yang mana seseorang bersikap sinis terhadap nilai atau makna pekerjaan dan meragukan diri sendiri untuk mengerjakannya”. Maslach & Leiter menyatakan kejenuhan sebagai sindrom yang terdiri dari tiga dimensi yaitu

“kelelahan emosional” (emotional exhaustion), “depersonalisasi” (depersonalization), dan “menurunnya prestasi pribadi” (reduced personal accomplishment). Dalam Maslach Burnout Inventory Student Survey (MBI-SS) kejenuhan belajar ditandai oleh gejala merasa kelelahan (exhaustion) akibat tuntutan akademik, bersikap sinis (Cynism) berupa jarak mental terhadap yang berkaitan dengan belajar serta keyakinan akademik (Academic Efficacy) yang menurun.

Kejenuhan belajar pada penelitian ini dapat diartikat sebagai kondisi psikologis yang dialami oleh siswa dengan ditandai oleh aspek-aspek keletihan emosional, sinis/depersonalisasi, dan menurunnya keyakinan akademis sebagai akibat dari keterlibatan siswa yang intensif dengan kegiatan belajar yang berlangsung cukup lama. Untuk indikator dari setiap aspek dipaparkan sebagai berikut :

a. Indikator keletihan emosi

1) Merasa bersalah terhadap hasil belajar 2) Merasa gagal dalam belajar

3) Mudah tersinggung terhadap yang berkaitan dengan belajar 4) Mudah cemas dalam belajar

5) Menyalahkan orang lain terhadap hasil belajar

6) Merasa dikejar-kejar waktu dalam mengerjakan tugas belajar 7) Merasa lelah dengan kegiatan belajar


(28)

34

Asep Hilman,2015

Profil kejenuhan belajar siswa berdasarkan latar belakang biografis serta implikasinya bagi Bimbingan dan Konseling thornthwaite-matter

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu b. Indikator sinis/depersonalisasi

1) Enggan untuk terlibat aktif dalam kegiatan belajar 2) Kehilangan minat dan antusias untuk belajar 3) Merasa terbebani dengan banyaknya tugas belajar 4) Ragu terhadap apa yang dipelajarinya

5) Mengalihkan diri dari kegiatan belajar. c. Indikator menurunnya keyakinan akademis

1) Berkurangnya motivasi dalam belajar 2) Kehilangan semangat belajar

3) Berkurangnya usaha belajar

4) Merasa tidak percaya diri dalam belajar

E. Instrumen Penelitian

1. Pengembangan Kisi-kisi Instrumen

Angket atau kuesioner dalam penelitian dipergunakan untuk memperoleh data tentang kejenuhan belajar siswa kelas XI SMA Negeri 5 Cimahi. Angket pengungkap gejala kejenuhan belajar siswa digunakan untuk menghimpun data kejenuhan belajar siswa yang dikembangkan oleh Ramadhani (2013) yang telah di uji cobakan pada siswa kelas XI MA Al-Inayaah Bandung. Angket tersebut memiliki indeks reliabilitas 0,85 dengan tingkat kepercayaan 95%, artinya tingkat korelasi atau derajat keterandalan sangat tinggi, yang menunjukkan bahwa instrumen yang dibuat tidak perlu direvisi. Kisi-kisi instrumen disajikan sebagai berikuit (tabel 3.2).

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Gejala Kejenuhan Belajar

Variabel Aspek Indikator No.Item Σ

Kejenuhan Belajar Siswa

Kelelahan Emosi

1. Merasa bersalah terhadap hasil

belajar 1 1

2. Merasa gagal dalam belajar 2,3,4,5 4 3. Mudah tersinggung terhadap yang


(29)

35

Asep Hilman,2015

Profil kejenuhan belajar siswa berdasarkan latar belakang biografis serta implikasinya bagi Bimbingan dan Konseling thornthwaite-matter

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Variabel Aspek Indikator No.Item Σ

4. Mudah cemas dalam belajar 7,8 2

5. Menyalahkan orang lain terhadap

hasil belajar 9,10 2

6. Merasa dikejar-kejar waktu dalam

mengerjakan tugas belajar 11,12,13 3 7. Merasa lelah dengan kegiatan belajar 14,15,16 3 Sinis atau

depersonalisasi

8. Enggan terlibat aktif dalam kegiatan

belajar 17,18,19,20 4

9. Menganggap enteng suatu pelajaran 21,22,23 3 10.Merasa terbebani dengan banyaknya

tugas belajar 24,25,26 3

11.Ragu terhadap yang dipelajari 27,28 2 12.Mengalihkan diri dari kegiatan

belajar. 29,30,31 3

Menurunnya Keyakinan Akademik

13. Berkurangnya motivasi dalam belajar 32,33,34,35 4 14.Kehilangan semangat belajar 36,37,38,39 4 15.Usaha belajar berkurang 40,41,42,43 4 16.Merasa tidak percaya diri dalam

belajar 44,45,46,47,48 5

Jumlah seluruh item 48

2. Pedoman Skoring

Pernyataan-pernyataan pada instrumen gejala kejenuhan belajar secara keseluruhan menggunakan pernyatan positif. Masing-masing pernyataan menyediakan dua alternatif jawaban, yaitu YA (Y) dan Tidak (T). Dengan penyekoran alternatif jawaban menggunakan skala pengukuran Guttman yaitu

jawaban “Y” diberi skor 1 dan “ T ” diberi skor 0. Tabel 3.3

Krtiteria Penyekoran Instrumen Gejala Kejenuhan Belajar

Alternatif Jawaban Skor

YA 1

Tidak 0

F. Analisis Data

Proses analisis data dilakukan setelah hasil penyebaran angket selesai, kemudian data dianalisis dengan menggunakan bantuan program microsoft excel 2010, dengan cara menjumlahkan total jawaban setiap siswa, kemudian mencari rata-rata dari jumlah tersebut untuk memberikan kategori tinggi dan rendah


(30)

36

Asep Hilman,2015

Profil kejenuhan belajar siswa berdasarkan latar belakang biografis serta implikasinya bagi Bimbingan dan Konseling thornthwaite-matter

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

tingkat kejenuhan belajar siswa, penentuan kategori tinggi dan rendah tingkat kejenuhan belajar siswa disajikan pada tabel 3.4.

Tabel 3.4

Kategori Skor Kejenuhan Belajar Siswa

Kriteria Kategori

X > 21 Tinggi


(31)

Asep Hilman,2015

Profil kejenuhan belajar siswa berdasarkan latar belakang biografis serta implikasinya bagi Bimbingan dan Konseling thornthwaite-matter

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan kemudian pengolahan data yang dibantu menggunakan softwere microsoft office excel 2010 dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Profil tingkat kejenuhan belajar secara umum yang dialami siswa kelas XI SMA Negeri 5 Cimahi pada tahun ajaran 2013/2014 berada pada kategori rendah. Dari total populasi sebanyak 306 siswa sebanyak 167 siswa (55%) berada pada tingkatan kejenuhan belajar rendah, dan 139 siswa (45%) berada pada tingkatan kejenuhan belajar tinggi. Gambaran kejenuhan belajar siswa kelas XI SMA Negeri 5 Cimahi tinggi pada aspek kelelahan emosi sebesar 53.45%, aspek sinis/depersonalisasi sebesar 43.83%, sedangkan dari aspek menurunnya keyakinan akademik sebesar 35.35%.

2. Profil kejenuhan belajar siswa perempuan, dari total subjek 185 siswa perempuan ada 103 siswa perempuan (56%) berada pada kategori kejenuhan belajar tinggi, kemudian sisanya 82 siswa perempuan (44%) berada pada katregori kejenuhan belajar rendah. Sesangkan untuk profil aspek kejenuhan belajar siswa perempuan tinggi pada aspek kelelahan emosi sebesar 56%, aspek sinis/depersonalisasi sebesar 44%, kemudian untuk aspek menurunnya keyakinan akademik sebesar 34%.

3. Profil kejenuhan belajar siswa laki-laki, dari total populasi laki-laki sebanyak 100 siswa sebanyak 64 siswa (53%) berada pada kategori kejenuhan belajar rendah. Kemudian 57 siswa (47%) berada pada kategori kejenuhan belajar tinggi. Sedangkan untuk profil aspek kejenuhan belajar siswa laki-laki tinggi pada aspek kelelahan emosi sebesar 50.31%, untuk aspek sinis/depersonalisasi sebesar 43.31%, kemudian untuk aspek menurunnya keyakinan akademik sebesar 38.17%.


(32)

75

Asep Hilman,2015

Profil kejenuhan belajar siswa berdasarkan latar belakang biografis serta implikasinya bagi Bimbingan dan Konseling thornthwaite-matter

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

4. Profil kejenuhan belajar pada jurusan IPA berada pada kategori kejenuhan belajar tinggi. Dari total subjek sebanyak 206 siswa sebanyak 113 siswa (55%) siswa berada pada kategori kejenuhan belajar tinggi, kemudian sisanya sebanyak 93 siswa (45%) berada pada kategori kejenuhan belajar rendah. Profil aspek kejenuhan belajar siswa kelas XI IPA tinggi pada aspek kelelahan emosi sebesar 55%, kemudian aspek sinis/depersonalisasi sebesar 45%. Kemudian aspek terendah ada pada aspek menurunnya keyakinan akademik sebesar 36%.

5. Profil kejenuhan belajar pada penjurusan IPS berada pada kategori kejenuhan belajar rendah. Dari total 100 siswa kelas XI IPS sebanyak 54 siswa (54%) berada pada kategori kejenuhan belajar rendah dan 46 siswa (46%) berada pada kategori kejenuhan belajar tinggi. Profil aspek kejenuhan belajar siswa kelas XI IPS tinggi pada aspek kelelahan emosi sebesar 50%, kemudian aspek sinis/depersonalisasi sebesar 41%. Kemudian aspek terendah ada pada aspek menurunnya keyakinan akademik sebesar 34%.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dan kesimpulan dari hasil penelitian, rekomendasi dari peneliti sebagai berikut :

1. Bagi Guru Pembimbing / Konselor

Kepada guru bimbingan dan konseling/konselor sekolah, peneliti mengajukan beberapa rekomendasi diantaranya yaitu :

a. Memahami karakteristik siswa yang mengarah pada gejala kejenuhan belajar.

b. Hasil dari penelitian bisa menjadi salah satu rujukan untuk evaluasi pengembangan program bimbingan dan konseling selanjutnya, seperti melaksanakan layanan bimbingan lebih lanjut terhadap siswa yang sedang mengalami kejenuhan belajar, maupun melaksanakan layanan bimbingan untuk mereduksi agar siswa tidak mengalami kejenuhan belajar.


(33)

76

Asep Hilman,2015

Profil kejenuhan belajar siswa berdasarkan latar belakang biografis serta implikasinya bagi Bimbingan dan Konseling thornthwaite-matter

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Kepada peneliti selanjutnya peneliti mengajukan beberapa rekomendasi diantaranya, yaitu:

a. Penelitian yang telah dilakukan hanya mengungkap profil kejenuhan belajar berdasarkan gender dan penjurusan saja. Peneliti selanjutnya dapat mengungkap permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan kejenuhan belajar lainnya seperti pengaruh gaya belajar siswa terhadap kejenuhan belajar dan pengaruh ekstra kulikuler terhadap kejenuhan belajar.

b. Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian dalam bentuk pengembangan program bimbingan dan konseling kelompok untuk menangani kejenuhan belajar siswa.

C. Keterbatasan Penelitian

Penelitian yang dilakukan masih memiliki beberapa keterbatasan yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

1. Penelitian hanya mengukur dan mengelompokkan profil kejenuhan belajar siswa saja, tidak sampai mengambil tindak lanjut atau melaksanakan bantuan layanan.

2. Pendekatan pada penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif, sehingga data yang dihasilkan hanya berupa data numerikal yang sesuai dengan aspek dan indikator pada alat ungkap (instrument gejala kejenuhan belajar). Tidak adanya kajian lebih mendalam dari tiap siswa yang mengalami kejenuhan belajar.


(1)

34

Asep Hilman,2015

Profil kejenuhan belajar siswa berdasarkan latar belakang biografis serta implikasinya bagi Bimbingan dan Konseling thornthwaite-matter

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

b. Indikator sinis/depersonalisasi

1) Enggan untuk terlibat aktif dalam kegiatan belajar 2) Kehilangan minat dan antusias untuk belajar 3) Merasa terbebani dengan banyaknya tugas belajar 4) Ragu terhadap apa yang dipelajarinya

5) Mengalihkan diri dari kegiatan belajar. c. Indikator menurunnya keyakinan akademis

1) Berkurangnya motivasi dalam belajar 2) Kehilangan semangat belajar

3) Berkurangnya usaha belajar

4) Merasa tidak percaya diri dalam belajar

E. Instrumen Penelitian

1. Pengembangan Kisi-kisi Instrumen

Angket atau kuesioner dalam penelitian dipergunakan untuk memperoleh data tentang kejenuhan belajar siswa kelas XI SMA Negeri 5 Cimahi. Angket pengungkap gejala kejenuhan belajar siswa digunakan untuk menghimpun data kejenuhan belajar siswa yang dikembangkan oleh Ramadhani (2013) yang telah di uji cobakan pada siswa kelas XI MA Al-Inayaah Bandung. Angket tersebut memiliki indeks reliabilitas 0,85 dengan tingkat kepercayaan 95%, artinya tingkat korelasi atau derajat keterandalan sangat tinggi, yang menunjukkan bahwa instrumen yang dibuat tidak perlu direvisi. Kisi-kisi instrumen disajikan sebagai berikuit (tabel 3.2).

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Gejala Kejenuhan Belajar

Variabel Aspek Indikator No.Item Σ

Kejenuhan Belajar Siswa

Kelelahan Emosi

1. Merasa bersalah terhadap hasil

belajar 1 1

2. Merasa gagal dalam belajar 2,3,4,5 4

3. Mudah tersinggung terhadap yang


(2)

Asep Hilman,2015

Profil kejenuhan belajar siswa berdasarkan latar belakang biografis serta implikasinya bagi Bimbingan dan Konseling thornthwaite-matter

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Variabel Aspek Indikator No.Item Σ

4. Mudah cemas dalam belajar 7,8 2

5. Menyalahkan orang lain terhadap

hasil belajar 9,10 2

6. Merasa dikejar-kejar waktu dalam

mengerjakan tugas belajar 11,12,13 3

7. Merasa lelah dengan kegiatan belajar 14,15,16 3

Sinis atau

depersonalisasi

8. Enggan terlibat aktif dalam kegiatan

belajar 17,18,19,20 4

9. Menganggap enteng suatu pelajaran 21,22,23 3

10.Merasa terbebani dengan banyaknya

tugas belajar 24,25,26 3

11.Ragu terhadap yang dipelajari 27,28 2

12.Mengalihkan diri dari kegiatan

belajar. 29,30,31 3

Menurunnya Keyakinan Akademik

13. Berkurangnya motivasi dalam belajar 32,33,34,35 4

14.Kehilangan semangat belajar 36,37,38,39 4

15.Usaha belajar berkurang 40,41,42,43 4

16.Merasa tidak percaya diri dalam

belajar 44,45,46,47,48 5

Jumlah seluruh item 48

2. Pedoman Skoring

Pernyataan-pernyataan pada instrumen gejala kejenuhan belajar secara keseluruhan menggunakan pernyatan positif. Masing-masing pernyataan menyediakan dua alternatif jawaban, yaitu YA (Y) dan Tidak (T). Dengan penyekoran alternatif jawaban menggunakan skala pengukuran Guttman yaitu

jawaban “Y” diberi skor 1 dan “ T ” diberi skor 0. Tabel 3.3

Krtiteria Penyekoran Instrumen Gejala Kejenuhan Belajar

Alternatif Jawaban Skor

YA 1

Tidak 0

F. Analisis Data

Proses analisis data dilakukan setelah hasil penyebaran angket selesai, kemudian data dianalisis dengan menggunakan bantuan program microsoft excel 2010, dengan cara menjumlahkan total jawaban setiap siswa, kemudian mencari rata-rata dari jumlah tersebut untuk memberikan kategori tinggi dan rendah


(3)

36

Asep Hilman,2015

Profil kejenuhan belajar siswa berdasarkan latar belakang biografis serta implikasinya bagi Bimbingan dan Konseling thornthwaite-matter

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

tingkat kejenuhan belajar siswa, penentuan kategori tinggi dan rendah tingkat kejenuhan belajar siswa disajikan pada tabel 3.4.

Tabel 3.4

Kategori Skor Kejenuhan Belajar Siswa

Kriteria Kategori

X > 21 Tinggi


(4)

Asep Hilman,2015

Profil kejenuhan belajar siswa berdasarkan latar belakang biografis serta implikasinya bagi Bimbingan dan Konseling thornthwaite-matter

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan kemudian pengolahan data yang dibantu menggunakan softwere microsoft office excel 2010 dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Profil tingkat kejenuhan belajar secara umum yang dialami siswa kelas XI SMA Negeri 5 Cimahi pada tahun ajaran 2013/2014 berada pada kategori rendah. Dari total populasi sebanyak 306 siswa sebanyak 167 siswa (55%) berada pada tingkatan kejenuhan belajar rendah, dan 139 siswa (45%) berada pada tingkatan kejenuhan belajar tinggi. Gambaran kejenuhan belajar siswa kelas XI SMA Negeri 5 Cimahi tinggi pada aspek kelelahan emosi sebesar 53.45%, aspek sinis/depersonalisasi sebesar 43.83%, sedangkan dari aspek menurunnya keyakinan akademik sebesar 35.35%.

2. Profil kejenuhan belajar siswa perempuan, dari total subjek 185 siswa perempuan ada 103 siswa perempuan (56%) berada pada kategori kejenuhan belajar tinggi, kemudian sisanya 82 siswa perempuan (44%) berada pada katregori kejenuhan belajar rendah. Sesangkan untuk profil aspek kejenuhan belajar siswa perempuan tinggi pada aspek kelelahan emosi sebesar 56%, aspek sinis/depersonalisasi sebesar 44%, kemudian untuk aspek menurunnya keyakinan akademik sebesar 34%.

3. Profil kejenuhan belajar siswa laki-laki, dari total populasi laki-laki sebanyak 100 siswa sebanyak 64 siswa (53%) berada pada kategori kejenuhan belajar rendah. Kemudian 57 siswa (47%) berada pada kategori kejenuhan belajar tinggi. Sedangkan untuk profil aspek kejenuhan belajar siswa laki-laki tinggi pada aspek kelelahan emosi sebesar 50.31%, untuk aspek sinis/depersonalisasi sebesar 43.31%, kemudian untuk aspek menurunnya keyakinan akademik sebesar 38.17%.


(5)

75

Asep Hilman,2015

Profil kejenuhan belajar siswa berdasarkan latar belakang biografis serta implikasinya bagi Bimbingan dan Konseling thornthwaite-matter

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

4. Profil kejenuhan belajar pada jurusan IPA berada pada kategori kejenuhan belajar tinggi. Dari total subjek sebanyak 206 siswa sebanyak 113 siswa (55%) siswa berada pada kategori kejenuhan belajar tinggi, kemudian sisanya sebanyak 93 siswa (45%) berada pada kategori kejenuhan belajar rendah. Profil aspek kejenuhan belajar siswa kelas XI IPA tinggi pada aspek kelelahan emosi sebesar 55%, kemudian aspek sinis/depersonalisasi sebesar 45%. Kemudian aspek terendah ada pada aspek menurunnya keyakinan akademik sebesar 36%.

5. Profil kejenuhan belajar pada penjurusan IPS berada pada kategori kejenuhan belajar rendah. Dari total 100 siswa kelas XI IPS sebanyak 54 siswa (54%) berada pada kategori kejenuhan belajar rendah dan 46 siswa (46%) berada pada kategori kejenuhan belajar tinggi. Profil aspek kejenuhan belajar siswa kelas XI IPS tinggi pada aspek kelelahan emosi sebesar 50%, kemudian aspek sinis/depersonalisasi sebesar 41%. Kemudian aspek terendah ada pada aspek menurunnya keyakinan akademik sebesar 34%.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dan kesimpulan dari hasil penelitian, rekomendasi dari peneliti sebagai berikut :

1. Bagi Guru Pembimbing / Konselor

Kepada guru bimbingan dan konseling/konselor sekolah, peneliti mengajukan beberapa rekomendasi diantaranya yaitu :

a. Memahami karakteristik siswa yang mengarah pada gejala kejenuhan belajar.

b. Hasil dari penelitian bisa menjadi salah satu rujukan untuk evaluasi pengembangan program bimbingan dan konseling selanjutnya, seperti melaksanakan layanan bimbingan lebih lanjut terhadap siswa yang sedang mengalami kejenuhan belajar, maupun melaksanakan layanan bimbingan untuk mereduksi agar siswa tidak mengalami kejenuhan belajar.


(6)

Asep Hilman,2015

Profil kejenuhan belajar siswa berdasarkan latar belakang biografis serta implikasinya bagi Bimbingan dan Konseling thornthwaite-matter

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Kepada peneliti selanjutnya peneliti mengajukan beberapa rekomendasi diantaranya, yaitu:

a. Penelitian yang telah dilakukan hanya mengungkap profil kejenuhan belajar berdasarkan gender dan penjurusan saja. Peneliti selanjutnya dapat mengungkap permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan kejenuhan belajar lainnya seperti pengaruh gaya belajar siswa terhadap kejenuhan belajar dan pengaruh ekstra kulikuler terhadap kejenuhan belajar.

b. Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian dalam bentuk pengembangan program bimbingan dan konseling kelompok untuk menangani kejenuhan belajar siswa.

C. Keterbatasan Penelitian

Penelitian yang dilakukan masih memiliki beberapa keterbatasan yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

1. Penelitian hanya mengukur dan mengelompokkan profil kejenuhan belajar siswa saja, tidak sampai mengambil tindak lanjut atau melaksanakan bantuan layanan.

2. Pendekatan pada penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif, sehingga data yang dihasilkan hanya berupa data numerikal yang sesuai dengan aspek dan indikator pada alat ungkap (instrument gejala kejenuhan belajar). Tidak adanya kajian lebih mendalam dari tiap siswa yang mengalami kejenuhan belajar.