MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI BERBASIS PENGALAMAN HISTORIS SISWA MELALUI METODE DISKUSI TIPE DIALOG KREATIF.
Adhitya Rol Asmi, 2013
Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Berbasis Pengalaman Historis Siswa Melalui Metode Diskusi Tipe Dialog Kreatif
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI BERBASIS PENGALAMAN HISTORIS SISWA MELALUI METODE DISKUSI TIPE DIALOG KREATIF
(Tindakan Kelas Pada Pembelajaran Sejarah di SMA Negeri 1 Inderalaya Kabupaten Ogan Ilir Propinsi Sumatera Selatan)
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar
Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah
Oleh
Adhitya Rol Asmi, S.Pd NIM 1101223
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
(2)
Adhitya Rol Asmi, 2013
Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Berbasis Pengalaman Historis Siswa Melalui Metode Diskusi Tipe Dialog Kreatif
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Berbasis Pengalaman Historis Siswa Melalui Metode Diskusi Tipe Dialog Kreatif
(Penelitian Tindakan Kelas Pada Pembelajaran Sejarah di SMA Negeri 1 Inderalaya Kabupaten Ogan Ilir Propinsi Sumatera Selatan)
Oleh Adhitya Rol Asmi S.Pd UNSRI Inderalaya, 2009
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Sejarah
© Adhitya Rol Asmi 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
(3)
Adhitya Rol Asmi, 2013
Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Berbasis Pengalaman Historis Siswa Melalui Metode Diskusi Tipe Dialog Kreatif
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu LEMBAR PENGESAHAN
Tesis ini telah disetujui dan disyahkan oleh: Pembimbing I
Dr. Agus Mulyana, M.Hum NIP. 196608081991031002
Pembimbing II
Dr. Nana Supriatna, M.Ed NIP. 196110141986011001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah S2
Dr. Agus Mulyana, M.Hum NIP. 196608081991031002
(4)
Adhitya Rol Asmi, 2013
Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Berbasis Pengalaman Historis Siswa Melalui Metode Diskusi Tipe Dialog Kreatif
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK
MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI BERBASIS PENGALAMAN HISTORIS SISWA MELALUI METODE DISKUSI TIPE DIALOG KREATIF
Oleh: Adhitya Rol Asmi
Meningkatkan keterampilan komunikasi berbasis pengalaman historis siswa melalui metode diskusi tipe dialog kreatif. Penelitian ini menggambarkan sebuah inovasi pembelajarn sejarah dengan dialog kreatif untuk meningkatkan keterampilan komunikasi berbasis pengalaman historis siswa di kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Inderalaya agar pembelajaran sejarah menarik dan lebih bermakna. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan cara siswa melakukan keterampilan komunikasi berbasis pengalaman historisnya dalam bentuk lisan maupun tulisan. penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas dengan teknik pengumpulan data observasi, wawancara, kuesioner, foto, dan dokumentasi. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa Pertama, pembelajaran dengan menggunakan dialog kreatif untuk meningkatkan keterampilan komunikasi berbasis pengalaman historis siswa dilakukan dengan perencanaan dalam tiga siklus dan lima tindakan. siklus I mengenai peka terhadap masalah sosial kontemporer, siklus II mengenai mengkomunikasikan pengalaman historis secara lisan, dan siklus III memiliki tujuan mengkomunikasikan pengalaman historis siswa secara tulisan. Kedua, penerapan dialog kreatif dilakukan dengan cara pembentukan kelompok dan setiap kelompok tersebut melakukan persentasi. Setelah melakukan persentasi dibuka sesi tanya jawab menggunakan dialog kreatif dengan mengajukan suatu pertanyaan, jawaban, argumen, atau gagasan yang beda dari pemikiran orang lain dan berusaha saling mempertimbangkan, memahami, dan menerima pendapat orang tersebut, serta tidak terjadinya monopoli pembicaraan dan kebenaran.. Ketiga, siswa mengkomunikasikan pengalaman historisnya dengan cara menarik materi pelajaran kearah masalah sosial kontemporer atau hal-hal yang terjadi disekitar lingkungan siswa seperti lingkungan keluarga, sekolah, dan sekitarnya. Keempat, guru peneliti dan guru mitra melakukan refleksi setiap selesai melakukan tindakan penelitian di dalam kelas. Hasil dari refleksi ini dicoba oleh guru peneliti dalam tindakan atau siklus yang berikutnya dan sangat membantu peneliti dalam mencapai tujuan penelitiannya. Peneliti merekomendasikan agar peneliti selanjutnya mengembangkan kompetensi-kompetensi yang ada dikurikulum pendidikan sejarah sehingga mempunyai makna terhadap pembentukan keterampilan yang akan dimiliki oleh siswa.
(5)
Adhitya Rol Asmi, 2013
Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Berbasis Pengalaman Historis Siswa Melalui Metode Diskusi Tipe Dialog Kreatif
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kata Kunci : Keterampilan komunikasi, pengalaman historis siswa, dialog kreatif
IMPROVING COMMUNICATION SKILLS BASED ON HISTORICAL EXPERIENCE STUDENT DISCUSSION METHOD TYPE DIALOGUE
THROUGH CREATIVE By : Adhitya Rol Asmi
Improve the communication skills of students based on historical experience through creative methods of discussion type of dialogue. This study describes a history of innovation pembelajarn with creative dialogue to improve the communication skills of students based on historical experience in class XI IPS 2 SMA Negeri 1 Inderalaya for learning history more interesting and meaningful. The purpose of this study was to describe how students perform based on historical experience of communication skills in oral and written form. This study uses classroom action research methods with techniques of data collection observation, interviews, questionnaires, photographs and documentation. The results of this study indicate that, the First, learning by using creative dialogue to improve the communication skills of students based on historical experience with the planning done in three cycles and five acts. The first cycle is sensitive to contemporary social problems, the second cycle of the historical experience of communicating verbally, and the third cycle has a goal to communicate the historical experience of the students in writing. Second, the application of creative dialogue is done by forming groups and each group is doing a presentation. After doing a presentation and answer session was opened using creative dialogue by asking a question, answer, argument, or a different idea of thinking of others and try to mutually consider, understand, and accept the opinion of the person and not the monopoly of the conversation and the truth. Third, students communicate their historical experience with the subject matter interesting way toward contemporary social issues or the things that happen around the neighborhood like a family environment of students, schools, and surrounding areas. Fourth, teachers, researchers and teachers to reflect each partner completes an action research in the classroom. The results of this reflection by the teacher researchers tested the action or the next cycle and greatly assist researchers in achieving their research goals. The researcher recommends further research to develop competencies that exist dikurikulum history education that has meaning to the formation of skills
that will be owned by the student.
Keywords: Communication skills, historical experience students, creative dialogue.
(6)
Adhitya Rol Asmi, 2013
Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Berbasis Pengalaman Historis Siswa Melalui Metode Diskusi Tipe Dialog Kreatif
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ... i
MOTTO ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
ABSTRAK ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR BAGAN ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C.Tujuan Penelitian ... 7
D.Manfaat Penelitian ... 7
E. Verifikasi atau Klarifikasi Konsep ... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA... 10
A.Dialog Kreatif ... 10
B. Keterampilan Komunikasi ... 13
1. Pengertian Komunikasi dan Pentingnya Komunikasi Bagi Manusia ... 13
2. Keterampilan-Keterampilan yang Dibutuhkan Di Dalam Sebuah Komunikasi 17 a. Keterampilan Berbicara ... 17
b. Keterampilan Mendengarkan ... 19
c. Keterampilan bertanya ... 19
d. Kecakapan Menyampaikan Informasi ... 20
3. Komunikasi Dalam Proses Pembelajaran Sejarah ... 22
(7)
Adhitya Rol Asmi, 2013
Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Berbasis Pengalaman Historis Siswa Melalui Metode Diskusi Tipe Dialog Kreatif
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
D.Strategi Pembelajaran dan Landasan Filosofis Dalam Dialog Kreatif ... 28
1. Strategi Pembelajaran ... 28
2. Landasan Filosofis Dalam Dialog Kreatif ... 31
E. Hubungan Dialog Kreatif Dengan Pengalaman Historis Siswa Dalam Proses Pembelajaran Sejarah ... 34
F. Penelitian Terdahulu ... 38
G.Paradigma Penelitian ... 41
BAB III METODE PENELITIAN ... 42
A.Metode Penelitian ... 42
B. Hipotesis Tindakan ... 44
C.Subjek, Guru Mitra (Kolaborator), dan Lokasi Penelitian ... 44
1. Subjek Penelitian ... 44
2. Guru Mitra (Kolaborator) ... 45
3. Lokasi Penelitian ... 46
4. Waktu Penelitian ... 47
5. Jadwal Kegiatan Penelitian ... 47
D.Instrument Penelitian ... 49
E. Prosedur Penelitian ... 49
1. Perencanaan ... 50
2. Pelaksanaan ... 53
3. Observasi... 53
4. Refleksi ... 54
5. Pengumpulan, Analisis, Validasi, dan Interpretasi Data ... 55
1. Teknik Pengumpulan Data ... 55
a. Observasi ... 55
b. Wawancara ... 61
c. Kuesioner ... 63
d. Foto-Foto... 64
e. Dokumentasi ... 64
2. Teknik Analisis Data ... 64
3. Validitas Data... 65
(8)
Adhitya Rol Asmi, 2013
Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Berbasis Pengalaman Historis Siswa Melalui Metode Diskusi Tipe Dialog Kreatif
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Member Check ... 65
c. Saturasi ... 67
d. Expert Opinion ... 67
4. Interpretasi ... 67
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 69
A.Deskripsi Hasil Penelitian ... 69
1. Deskripsi Awal Proses Pembelajaran ... 69
2. Analisis dan Refleksi Awal Pembelajaran ... 76
3. Perencanaan, Pelaksanaan Siklus dan Tindakan ... 77
4. Deskripsi Pelaksanaan Siklus dan Tindakan Pembelajaran ... 78
a. Deskripsi Pelaksanaan Siklus 1 ... 78
1) Perencanaan Tindakan ke-1 ... 78
2) Pelaksanaan Tindakan ke-1 ... 79
3) Observasi Tindakan ke-1 ... 84
4) Refleksi Tindakan ke-1 ... 87
5) Perencanaan Tindakan ke-2 ... 88
6) Pelaksanaan Tindakan ke-2 ... 88
7) Observasi Tindakan ke-2 ... 93
8) Refleksi Tindakan ke-2 ... 96
b. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II ... 97
1) Perencanaan Tindakan ke-3 ... 97
2) Pelaksanaan Tindakan ke-3 ... 98
3) Observasi Tindakan ke-3... 105
4) Refleksi Tindakan ke-3 ... 108
5) Perencanaan Tindakan ke-4 ... 108
6) Pelaksanaan Tindakan ke-4 ... 109
7) Observasi Tindakan ke-4... 114
8) Refleksi Tindakan ke-4 ... 117
c. Deskripsi Pelaksanaan Siklus III ... 117
1) Perencanaan Tindakan ke-5 ... 117
(9)
Adhitya Rol Asmi, 2013
Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Berbasis Pengalaman Historis Siswa Melalui Metode Diskusi Tipe Dialog Kreatif
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3) Observasi Tindakan ke-5... 121
4) Refleksi Tindakan ke-5 ... 123
B. Pembahasan ... 124
1. Analisis Data Temuan Hasil Pelaksanaan Tindakan Untuk Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Berbasis Pengalaman Historis Siswa Melalui Metode Diskusi Tipe Dialog Kreatif ... 124
a. Analisis Orientasi Pembelajaran ... 124
b. Analisis Terhadap Pelaksanaan Siklus dan Tindakan ... 125
1) Analisis Siklus I ... 125
2) Analisis Siklus II ... 130
3) Analisis Siklus II ... 133
2. Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Berbasis Pengalaman Historis Siswa Melalui Metode Diskusi Tipe Dialog Kreatif . ... 136
3. Kendala-Kendala yang Ditemukan Dalam Pembelajaran ... 138
4. Implikasi Teoritis Metode Diskusi Tipe Dialog Kreatif Untuk Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Berbasis Pengalaman Historis Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah ... 139
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 144
A.Kesimpulan ... 144
B. Saran ... 145
DAFTAR PUSTAKA ... 147
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 152
(10)
1 Adhitya Rol Asmi, 2013
Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Berbasis Pengalaman Historis Siswa Melalui Metode Diskusi Tipe Dialog Kreatif
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan pada peningkatkan keterampilan komunikasi berbasis pengalaman historis siswa melalui metode diskusi tipe dialog kreatif. Dialog kreatif ini merupakan suatu bentu pembelajaran dalam menyampaikan suatu pendapat yang berusaha saling mempertimbangkan, memahami, dan menerima, sehingga siswa lebih berani dan leluasa menyampaikan apa yang ada di dalam pikirannya tanpa adanya rasa takut tidak diterima oleh guru dan temannya. Pada akhirnya dialog kreatif ini bisa melatih siswa untuk berkomunikasi terutama mengkomunikasikan pengalaman historisnya.
Pembelajaran sejarah di sekolah umumnya dianggap kurang menarik, akibatnya siswa kurang tertarik untuk mendalami mata pelajarang sejarah. Hal ini peneliti temukan di sekolah SMA Negeri 1 Inderalaya. SMA Negeri 1 Inderalaya merupakan salah satu SMA Negeri favorit yang berada di Kabupaten Ogan Ilir, dikarenakan SMA ini merupakan SMA tertua kedua di Kabupaten Ogan Ilir, terletak di Ibu Kota Kabupaten yaitu Kota Inderalaya, di tepi jalan raya propinsi lebih tepatnya KM 36, dan sudah terakreditasi dengan nilai A (amat baik). Dalam proses pembelajaran sejarahnya di kelas XI IPS kurang efektif dan efisien. Proses pembelajaran sejarah masih terpaku pada teacher centered sehingga proses pengembangan pembelajaran sejarah hanya diarahkan pada learning to know (aspek kognitif), sehingga mengabaikan aspek learning life together (aspek afektif), dan learning to do (aspek psikomotorik). Guru melakukan proses
(11)
2 Adhitya Rol Asmi, 2013
Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Berbasis Pengalaman Historis Siswa Melalui Metode Diskusi Tipe Dialog Kreatif
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pembelajaran sejarah dari sisi yang sama yaitu secara konvensional dengan mengutamakan ceramah dan tanya jawab yang belum bisa digunakan secara variatif dan efektif oleh guru dengan mengutamakan transfer of knowledge sehingga kurangnya partisipasi siswa dalam pembelajaran sejarah. Guru tidak bisa menjadi motivator dan fasilitator bagi siswa sehingga pertanyaan dan tanggapan dari siswa mengenai materi pembelajaran sangat kurang. Selama ini guru hanya duduk diam di mejanya dengan mengkomunikasikan sejarah formal yang merupakan hasil dari interpretasi rezim yang berkuasa dan guru kurang bahkan tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk bercerita mengenai pengetahuan dan pengalaman historisnya sebagai bagian dari realitas dan aktifitas sosial budayanya yang bisa dikaitan dengan materi-materi yang sedang dibahas di dalam kelas, sehingga berdasarkan pengamatan peneliti membuat siswa malas untuk bertanya dan berpendapat bahkan ada yang takut karena guru tersebut biasanya mengacuhkan pertanyaan atau tanggapan siswa tersebut. Kalaupun bertanya biasanya siswa hanya bertanya apa adanya tanpa difikir lagi dan tidak ada tanggapan dari guru, sehingga menjadikan siswa tidak tertarik pada mata pelajaran sejarah.
Kenyataan di atas telah menjadi bagian dari sebuah pandangan keliru mengenai pembelajaran sejarah yang berkembang dalam masyarakat, guru, dan siswa itu sendiri. Kekeliruan tersebut terletak pada pandangan mengenai materi pelajaran sejarah, seperti yang dikatakan oleh Hasan (2012:127):
Materi pelajaran sejarah memang tidak bisa dipungkiri terpisah jauh antara objek pelajaran sejarah (masa lalu) dengan masa sekarang. Sehingga apa yang terjadi pada masa lampau itu tidak lagi berkenaan dengan masa sekarang atau masa yang akan datang. Oleh karena itu, mempelajari sejarah sama dengan mempelajari sesuatu yang sudah usang, lapuk, dan tidak berkaitan dengan kehidupan masa kini dan masa mendatang bagi siswa.
Perbedaan konten atau isi materi pelajaran sejarah ini membuat siswa harus berfikir dalam satu dimensi waktu atau bahkan tanpa menjadikan dimensi waktu sebagai penghambat dalam mempelajari objek sejarah. Selanjutnya Hasan
(12)
3 Adhitya Rol Asmi, 2013
Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Berbasis Pengalaman Historis Siswa Melalui Metode Diskusi Tipe Dialog Kreatif
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menjelaskan kekeliruan lainnya mengenai pelajaran sejarah yaitu hanya mengembangkan kemampuan mengingat (kognitif tingkat pertama). Kemampuan mengingat ini sebenarnya tidak salah karena siswa bisa mendapatkan pengetahuan mengenai nama peristiwa, nama pelaku, tahun peristiwa, jalannya peristiwa, dan isi perjanjian, tetapi itu semua akan menjadi beban hafalan saja bagi siswa.
Selain dari segi materi, guru juga memberikan andil yang membuat pelajaran sejarah tidak menarik dengan cara melakukan proses pembelajaran sejarah yang bersifat konvensional dengan mengutamakan ceramah dan tanya jawab yang kurang variatif dan efektif untuk menyampaikan peristiwa – peristiwa sejarah (yang sebenarnya bersifat kritis dan analisis) sehingga siswa hanya menerima informasi dan menjalankan perintah guru yang membuat pembelajaran bersifat teacher centered. Ceramah dan tanya jawab memang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari proses pembelajaran sejarah, tetapi jika ceramah dan tanya jawab ini didominasi oleh guru dan guru tidak bisa menggunakannya secara efektif dan variatif maka menyebabkan siswa merasa bosan terhadap materi pembelajaran sejarah, tidak bisa mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam dirinya, siswa cenderung menjadi pasif, dan menurunnya kualitas pembelajaran sejarah.
Hal ini tentu saja harus diubah, karena proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru kurang kreatif dan inovatif dalam menggunakan berbagai metode mengajar di kelas yang lebih di dominasi oleh ceramah. Jika gurunya tidak bisa menciptakan suasana pembelajaran yang menarik dengan berbagai metode dalam proses pembelajaran maka siswanya pun tidak akan aktif dalam mengikuti pembelajaran dan sebaliknya, sedangkan guru memiliki fungsi membantu siswa bagaimana untuk belajar.
Salah satu upaya untuk meningkatkan peran serta siswa dalam proses pembelajaran sejarah melalui pemilihan metode tertentu yang tepat salah satunya
(13)
4 Adhitya Rol Asmi, 2013
Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Berbasis Pengalaman Historis Siswa Melalui Metode Diskusi Tipe Dialog Kreatif
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yaitu metode diskusi tipe dialog kreatif. Penggunaan metode diskusi tipe dialog kreatif ini menjadikan salah satu ciri guru sejarah yang konstruktivistik. Pendekatan konstruktivistik membuat pembelajaran sejarah kritis dengan proses belajar mengajar dilakukan secara bersama – sama oleh guru dengan siswa. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berargumentasi dengan guru atau sesama peserta didik, sehingga bisa mendengar dan merefleksikan gagasan orang lain yang memfasilitasi pembentukan makna (Supriatna, 2007:80).
Mengkonstruksi pembelajaran sejarah kritis bisa membangun keterampilan sosial siswa, seperti yang dikatakan oleh Supriatna (2007:43):
Proses pembelajaran sejarah mampu memperdayakan (empowering) peserta didik untuk beremansipasi/berpartisipasi - bukan sebagai peserta pasif penerima materi pelajaran dalam instrumen kurikulum – untuk pemberdayaan diri, misalnya, membangun keterampilan sosial yang diperlukan guna memecahkan masalah-masalah kehidupan sehari-hari serta tantangan-tantangan masa kini dan masa depan di era global.
Di era kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama dalam bidang internet, seorang guru sejarah yang notabenya adalah seorang yang ahli dalam sejarah, tidak selalu lebih tahu dalam beberapa hal dibandingkan dengan para siswanya ketika mereka mengakses informasi terbaru lebih awal dibandingkan dengan gurunya. Seperti yang dikatakan Beck dalam Supriatna (2007:4):
To some extent, then, we must question the notion of mexpertise. In particular fields, some people do know more than others; but the difference, insofar as it exists, is usually one of degree. So-called "experts" are often heavily dependent on "non-experts" for input if they are to arrive at sound insights; and since each individual or group's needs and circumstances are different, "expert knowledge " cannot be simply applied; it must be greatly modified for a particular case. The interaction between expert and non-expert, teacher and taught, is often best seen as a dialogue or "conversation" .... in which there is mutual influence rather than simple transmission from one to the other.
(14)
5 Adhitya Rol Asmi, 2013
Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Berbasis Pengalaman Historis Siswa Melalui Metode Diskusi Tipe Dialog Kreatif
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Hubungan antara "expert" dan "non-expert" menurut pandangan postmodernisme seperti yang disebutkan di atas memiliki konsekuensi pada pembelajaran sejarah. Guru yang berperan sebagai “expert” tidak selalu mempunyai pengetahuan yang lebih dibandingkan dengan siswa sebagai “non -expert”. Oleh karena itu, interaksi antara guru dengan siswa, guru dengan apa yang diajarkannya merupakan sebuah bentuk dialog atau percakapan dan dapat diterapkan dalam proses pembelajaran. Di dalam proses pembelajaran, guru harus memiliki pemikiran dan anggapan bahwa siswa memiliki potensi belajar, sebagai kelebihan yang dimilikinya berupa pengetahuan dan pengalaman historisnya mengenai masalah-masalah sosial yang merupakan bagian dari realitas dan aktifitas sosial-budayanya.
Dialog kreatif merupakan kata lain dari komunikasi. Komunikasi ini sangat penting dalam suatu proses pembelajaran karena berbentuk pertanyaan, tanggapan, pendapat, penjelasan yang bisa menyampaikan suatu informasi yang menimbulkan suatu makna. Komunikasi juga termasuk dalam salah satu inti dari kurikulum sejarah yang telah dikembangkan oleh tim pengembang kurikulum pendidikan sejarah untuk masa mendatang yaitu kemampuan berkomunikasi (yang termasuk dalam salah satu aspek kognitif). Didalam asesmen hasil belajar sejarah, komunikasi sangat diperlukan agar siswa bisa mengkomunikasikan pemahamannya mengenai peristiwa sejarah dalam bahasa lisan dan tulisan (Hasan, 2012:45). Pemahaman mengenai peristiwa sejarah tidak harus sesuai dengan isi materi yang diajarkan oleh guru, siswa bisa mengambil dari pengalaman sejarah atau historis dalam arti masalah – masalah aktual atau kontemporer yang juga dialami oleh setiap siswa dalam kehidupan sehari-hari dan diberikan kesempatan kepada siswa untuk bisa mengkomunikasikan pengalaman historis tersebut sehingga membuat pembelajaran sejarah lebih bermakna (meaningful) sekaligus menjadikan mereka sebagai pelaku sejarah pada zamannya (Supriatna, 2007:97). Selain itu komunikasi merupakan salah satu tujuan
(15)
6 Adhitya Rol Asmi, 2013
Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Berbasis Pengalaman Historis Siswa Melalui Metode Diskusi Tipe Dialog Kreatif
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pendidikan sejarah di SMA, agar siswa bisa mempersiapkan diri untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi terutama dalam program studi pendidikan sejarah (Hasan, 2012:97).
Dalam konteks pembelajaran, kemampuan komunikasi yang baik akan menunjang dalam keberhasilan belajar siswa. Selain keberhasilan belajar siswa, hal ini juga bisa menjadi modal bagi siswa apabila terjun di masyarakat. Menurut data yang diterbitkan oleh National Association of Colleges and Employers (2002) dalam Arifin dan Barnawi (2012: 171) menyimpulkan bahwa kemampuan komunikasilah yang sangat dibutuhkan dalam meraih sukses di masyarakat termasuk dalam dunia kerja. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Binkley, dkk dalam Griffin dan Barry (2012:44) yang mengatakan bahwa keterampilan komunikasi merupakan salah satu keterampilan pada abad ke-21 yang harus dimiliki seseorang dalam dunia kerja yang telah mengalami perubahan yang sangat cepat sesuai dengan perkembangan zaman.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk mengambil judul: Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Berbasis Pengalaman Historis Siswa Melalui Metode Diskusi Tipe Dialog Kreatif.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah meningkatkan keterampilan komunikasi berbasis pengalaman historis siswa melalui metode diskusi tipe dialog kreatif pada siswa kelas XI IPS 2 di SMA Negeri 1 Inderalaya.” Permasalahan tersebut akan dijabarkan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah guru melakukan perencanaan pembelajaran sejarah dengan metode diskusi tipe dialog kreatif untuk meningkatkan keterampilan komunikasi berbasis pengalaman historis siswa?
(16)
7 Adhitya Rol Asmi, 2013
Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Berbasis Pengalaman Historis Siswa Melalui Metode Diskusi Tipe Dialog Kreatif
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Bagaimanakah penerapan metode diskusi tipe dialog kreatif untuk meningkatkan keterampilan komunikasi berbasis pengalaman historis siswa?
3. Bagaimanakah siswa melakukan keterampilan komunikasi berbasis pengalaman historisnya dalam bentuk lisan maupun tulisan?
4. Bagaimanakah guru merefleksikan metode diskusi tipe dialog kreatif untuk meningkatkan keterampilan komunikasi berbasis pengalaman historis siswa?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui perencanaan pembelajaran sejarah dengan metode diskusi tipe dialog kreatif untuk meningkatkan keterampilan komunikasi berbasis pengalaman historis siswa?
2. Mendeskripsikan penerapan metode diskusi tipe dialog kreatif untuk meningkatkan keterampilan komunikasi berbasis pengalaman historis siswa?
3. Mendeskripsikan cara siswa melakukan keterampilan komunikasi berbasis pengalaman historisnya dalam bentuk lisan maupun tulisan? 4. Mendeskripsikan cara guru merefleksikan metode diskusi tipe dialog
kreatif untuk meningkatkan keterampilan komunikasi berbasis pengalaman historis siswa?
D. Manfaat Penelitian
(17)
8 Adhitya Rol Asmi, 2013
Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Berbasis Pengalaman Historis Siswa Melalui Metode Diskusi Tipe Dialog Kreatif
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu a. Bagi siswa
Sebagai langkah awal untuk mengembangkan kompetensi bertanya, mengeluarkan pendapat, dan menjawab pertanyaan dengan dilandasi argumentasi yang tepat.
b. Bagi guru
Sebagai bahan untuk mengembangkan kemampuan berdialog kreatif siswa.
c. Bagi sekolah
Sebagai rujukan bagi bahan pengarahan kepada guru untuk mengembangkan potensi pembelajaran sejarah yang dilakukan di dalam kelas.
E. Verifikasi Atau Klarifikasi Konsep
1. Metode diskusi tipe dialog kreatif
Dialog menurut Hardjana dan Agus (2007:104) adalah percakapan dengan tujuan saling mengerti, memahami, menerima, hidup damai, dan bekerja sama untuk mencapai kesejahteraan bersama. Sedangkan kreatif adalah memunculkan sesuatu yang baru baik berupa ide maupun gagasan yang beda dari pemikiran orang lain (Supriadi, 1994:7). Jadi, dialog kreatif adalah suatu percakapan yang mengutamakan sikap pengertian, memahami, menghargai, dan menerima pertanyaan, jawaban, ataupun gagasan yang beda dari pemikiran orang lain. Walaupun dialog kreatif ini termasuk bagian dari diskusi tetapi dialog kreatif lebih bersifat lunak dengan mengutamakan percakapan yang saling menghargai, menerima, memahami, dan mengerti terhadap pertanyaan, jawaban, ataupun gagasan dari lawan bicaranya.
(18)
9 Adhitya Rol Asmi, 2013
Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Berbasis Pengalaman Historis Siswa Melalui Metode Diskusi Tipe Dialog Kreatif
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Menurut Komala (2009:2) komunikasi adalah suatu keterampilan untuk menyampaikan suatu informasi kepada orang lain. komunikasi ini disampaikan dengan sifat saling pengertian agar informasi yang disampaikan bisa diterima dengan baik oleh penerima informasi. Keterampilan komunikasi merupakan salah satu kompetensi yang terdapat dalam pengembangan kurikulum pendidikan sejarah di masa mendatang (Hasan, 2012:162). Sehingga komunikasi sangat penting di dalam proses pembelajaran sejarah.
3. Pengalaman Historis Siswa
Pengalaman historis siswa merupakan sebagai suatu bentuk pengetahuan dan pengalaman yang didapatkan secara langsung oleh siswa yang merupakan bagian dari realitas dan aktivitas sosial-budayanya (Supriatna, 2007:4). Pengalaman historis ini bisa siswa dapatkan dari lingkungan sekitar siswa baik lingkungan keluarga maupun lingkungan sekolah siswa sendiri. Hal ini akan membuat proses pembelajaran menjadi lebih bermakna dan siswa menjadi pelaku sejarah pada zamannya.
(19)
42
Adhitya Rol Asmi, 2013
Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Berbasis Pengalaman Historis Siswa Melalui Metode Diskusi Tipe Dialog Kreatif
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam bagian bab III ini, peneliti akan menguraikan tentang metode penelitian yang digunakan dalam penelitian untuk meningkatkan keterampilan komunikasi berbasis pengalaman historis siswa dengan menggunakan metode diskusi tipe dialog kreatif. Uraian pada bab ini akan dijabarkan dalam sub bab yang berkenaan dengan beberapa hal, antara lain: metode penelitian, hipotesis tindakan, kondisi sosial, subjek dan data penelitian, hipotesis tindakan, subjek , guru mitra, dan lokasi penelitian, prosedur penelitian, analisis, validasi, dan interpretasi data. instrumen penelitian, prosedur pengembangan tindakan, serta analisis data.
A. Metode Penelitian
Penelitian ini berusaha menerapkan pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa sehingg siswa sendiri yang menjadi subjek pembelajarannya dengan cara melatih keterampilan berkomunikasi siswa yang merupakan salah satu kompetensi yang ada dalam kurikulum pendidikan sejarah.
Penerapan dialog kreatif dalam pembelajaran sejarah merupakan penelitian tindakan yang pelaksanaannya berbentuk observasi langsung di dalam kelas agar keterampilan mengkomunikasikan pengalaman historis siswa bisa teramati dengan jelas sesuai dengan yang diharapkan oleh peneliti. Oleh karena itu, metode penelitian yang dipilih yaitu metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
(20)
43
Adhitya Rol Asmi, 2013
Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Berbasis Pengalaman Historis Siswa Melalui Metode Diskusi Tipe Dialog Kreatif
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Hopkins dalam Wiriaatmadja (2008:127) menyatakan bahwa PTK mendorong guru untuk selalu meningkatkan kinerjanya dengan refleksi, selalu mencoba strategi pembelajaran yang akan mengemansipasikan peserta didiknya dari pembelajaran yang “teacher centered” dan mendorong peserta didiknya untuk “discovery” yaitu mencari sendiri.
Konsep emansipasi ini berasal dari Stenhouse (1983) dalam Hopkins (2011:3) yang mengatakan:
Tema saya adalah tema yang sebenanrnya sudah cukup lama – emansipasi...Esensi emasipasi yang saya bayangkan adalah otonomi intelektual, moral, dan spritual yang kita miliki ketika kita menghindari paternalisme dan kontrol wewenang, dan mengharuskan diri kita untuk memberikan judgement.
Selanjutnya emansispasi pada siswa dalam penelitian ini ditujukan untuk kemampuan siswa menemukan dan mengkonstruksi pengetahuan di luar otoritas guru yaitu mengenai pengalaman historis siswa yang mereka bisa dapatkan di lingkungan sekolah ataupun lingkungan masyarakat sekitarnya. Agar hal yang diinginkan ini tercapai, peneliti memfokuskan pada strategi mengajar tertentu yaitu menggunakan dialog kreatif yang didukung dengan metode inkuiri. Melalui dialog kreatif ini siswa menjadi pusat pembelajaran dan mampu memfungsikan potensi-potensi yang ada di dalam diri mereka.
Menurut Hopkins dalam Wiriatmadja (2008:25), PTK mendorong kebebasan berpikir dan berargumen pada siswa, dan mendorong guru untuk bereksperimen, meneliti, dan menggunakan kerarifan dalam mengambil keputusan atau judgment, sehingga PTK dengan menggunakan dialog kreatif untuk meningkatkan keterampilan mengkomunikasikan pengalaman historis siswa diharapkan memiliki output seperti: 1) peningkatan atau perbaikan terhadap kinerja belajar siswa di sekolah, 2) peningkatan atau perbaikan terhadap mutu proses pembelajaran di kelas, 3) peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas penggunaan media, alat bantu belajar dan sumber belajar lainnya, 4) peningkatan
(21)
44
Adhitya Rol Asmi, 2013
Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Berbasis Pengalaman Historis Siswa Melalui Metode Diskusi Tipe Dialog Kreatif
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
atau perbaikan terhadap kualitas prosedur dan alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur proses dan hasil belajar siswa, 5) peningkatan dan perbaikan terhadap masalah-masalah pendidikan anak di sekolah, 6) peningkatan atau perbaikan kualitas penerapan kurikulum dan pengembangan kompetensi siswa di sekolah (Kunandar, 2012:65).
Bentuk PTK yang dipilih dalam penelitian ini yaitu partnership teaching atau collaborative observation. Hal ini dipilih agar observer (peneliti) dan observed (guru yang diobservasi) bisa bekerjasama dalam merencanakan tindakan (joint planning). Joint planning ini dilakukan agar bisa membangun iklim kepercayaan antar satu sama lain, mendiskusikan konteks pelajaran, menyepakati fokus/topik yang akan dikembangkan, merencanakan „atauran-aturan dasar‟ – waktu dan tempat observasi, dimana akan duduk, bagaimana berinteraksi dengan siswa dan hal – hal lain yang sekiranya perlu dibahas (Hopkins, 2011: 133). Adapun pembagian tugas dalam penelitian ini adalah penulis sebagai guru yang menyajikan proses pembelajaran, dan guru mitra sebagai kolaborator atau sebagai pengamat (observer).
B. Hipotesis Tindakan
Menurut Creswell dalam Wiriatmadja (2008:87) bahwa hipotesis biasanya digunakan untuk penelitian yang bersifat kuantitatif dengan pola pikir deduktif-verifikatif. Sedangkan untuk penelitian kualitatif, lebih banyak diajukan pertanyaan penelitian daripada menyusun hipotesis. Oleh karena itu, ia menyarankan mengajukan pertanyaan penelitian dalam bentuk pertanyaan besar atau a grand tour question dan pertanyaan kecil atau sub question. Jadi, dalam penelitian tindakan kelas ini diajukan hipotesis sebagai berikut:
(22)
45
Adhitya Rol Asmi, 2013
Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Berbasis Pengalaman Historis Siswa Melalui Metode Diskusi Tipe Dialog Kreatif
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penerapan metode diskusi tipe dialog kreatif dapat meningkatkan keterampilan komunikasi berbasis pengalaman historis siswa di kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Inderalaya.
C. Subjek, Guru Mitra (Kolaborator) dan Lokasi Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa yang berada di dalam kelas XI IPS 2 semester genap SMA Negeri 1 Inderalaya Tahun Pelajaran 1012/2013 yang berjumlah 26 orang yang terdiri dari 9 orang laki-laki dan 17 orang perempuan. Kelas ini merupakan salah satu dari tiga kelas program IPS di SMA Negeri I Inderalaya.
Pemilihan subjek penelitian ini, didasarkan pertimbangan bahwa kelas XI program IPS perlu mendapatkan perhatian yang lebih karena kelas IPS dianggap (tidak semuanya) tidak memiliki keterampilan dan kemampuan akademis, pasif, suka ribut di dalam kelas, kurang disiplin, dan lain sebagainya, sehingga tidak ada satu pun yang dapat dibanggakan.
Hal inilah yang membuat peneliti bersemangat untuk melakukan penelitian di kelas XI IPS, karena peneliti percaya bahwa setiap siswa memiliki potensi yang harus digali terus menerus oleh guru agar mereka memiliki suatu keterampilan bukannya hanya dilihat dari segi hasil dan prestasi belajar saja. Oleh karena itu, peneliti mencoba untuk meningkatkan suatu keterampilan yaitu keterampilan berkomunikasi terutama mengkomunikasikan pengalaman historis siswa agar siswa menjadi lebih aktif di dalam proses pembelajaran sehingga membuat pembelajaran sejarah menjadi lebih bermakna dengan menggunakan dialog kreatif. Sehingga pendangan negatif yang selama ini melekat di kelas XI IPS hilang dan merubah citra kelas XI IPS menjadi lebih baik karena ada suatu keterampilan yang dimiliki.
(23)
46
Adhitya Rol Asmi, 2013
Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Berbasis Pengalaman Historis Siswa Melalui Metode Diskusi Tipe Dialog Kreatif
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Guru Mitra
Guru mitra dalam penelitian ini adalah Ibu Desriyenti dan telah berpengalaman mengajar di SMA Negeri 1 Inderalaya selama 7 tahun. Guru mitra merupakan lulusan dari Program Studi Pendidikan Sejarah IKIP Padang dan bertugas disekolah ini sejak tahun 2006.
Guru mitra di dalam penelitian ini bertugas sebagai pengamat atau observer sehingga bisa memberikan masukan-masukan dalam proses diskusi dan refleksi kepada peneliti dalam upaya kelancaran dalam proses pembelajaran yang sesuai dengan tujuan penelitian.
Guru mitra dalam penelitian ini sangat dirasakan kooperatif dalam menunjang penelitian yang peneliti lakukan dengan meluangkan waktunya untuk memberikan saran dan kritik kepada peneliti.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah SMA Negeri 1 Inderalaya yang beralamat di jalan lintas timur KM 35, kelurahan Inderalaya Raya, Kecamatan Inderalaya Induk, Kabupaten Ogan Ilir Propinsi Sumatera Selatan.
SMA Negeri 1 Inderalaya merupakan salah satu SMA Negeri favorit dengan akreditasi A yang berada di Ibu Kota Kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan. SMAN 1 Inderalaya memiliki budaya dan karakteristik siswanya terutama kelas XI IPS 2 yaitu keaktifan sebagian siswa dalam proses pembelajaran terasa kurang karena siswa sulit untuk mengeluarkan atau menyampaikan pertanyaan, jawaban atau pun pendapatnya karena budaya mengajarnya bersifat teacher centered, guru tidak pernah memberikan kesempatan kepada siswa untuk bisa mengkomunikasikan pengalaman historisnya yang merupakan bagian dari aktivitas sosial budayanya baik yang didapatkannya dari lingkungan keluarga, sekolah, maupun lingkungan sekitarnya. Sedangkan
(24)
47
Adhitya Rol Asmi, 2013
Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Berbasis Pengalaman Historis Siswa Melalui Metode Diskusi Tipe Dialog Kreatif
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
untuk guru sejarah sendiri mempunyai hambatan seperti: guru kurang tertantang untuk mengembangkan kemampuannya, kurang termotivasi dalam melakukan inovasi pembelajaran, guru hanya bisa mengkomunikasikan sejarah formal kepada siswa yang merupakan hasil interpretasi dari rezim penguasa, dan guru masih mempunyai persepsi tentang produk akhir proses pembelajaran yang berupa hasil belajar.
Hal inilah yang mendorong peneliti melakukan penelitian di sekolah ini agar dapat mengembangkan potensi yang dimiliki oleh siswa terutama keterampilan komunikasi berbasis pengalaman historis siswa.
4. Waktu
Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan yaitu dari bulan Maret sampai dengan tanggal Juli 2013. Penelitian ini dilaksanakan dalam 3 siklus dengan beberapa tindakan. Adapun rincian dari pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut:
Masa orientasi: dilaksanakan pada hari senin tanggal 29 April 2013 Siklus 1 : mengkomunikasikan masalah sosial kontemporer
Tindakan ke-1: 6 Mei 2013 Tindakan ke-2: 13 Mei 2013
Siklus 2 : mengkomunikasikan pengalaman historis siswa secara lisan
Tindakan ke-3: 21 Mei 2013 Tindakan ke-4: 27 Mei 2013
Siklus 3 : mengkomunikasikan pengalaman historis siswa secara non lisan
(25)
48
Adhitya Rol Asmi, 2013
Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Berbasis Pengalaman Historis Siswa Melalui Metode Diskusi Tipe Dialog Kreatif
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tindakan ke-5: 28 Mei 2013
5. Jadwal Kegiatan Penelitian
N o Jenis Kegiata n Waktu/Bulan/Minggu Ke-
Maret April Mei Juni Juli Ags
3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 1 Persiap
an dan rencana proposa l Penyus unan draft proposa l Orienta si/recon naissan ce Semina r proposa l tesis 2 Pelaksa naan Siklus I Siklus II Siklus
(26)
49
Adhitya Rol Asmi, 2013
Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Berbasis Pengalaman Historis Siswa Melalui Metode Diskusi Tipe Dialog Kreatif
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu III
Siklus IV
3 Penyus
unan laporan
Menyus un laporan tesis/pr oses bimbin gan
Menyus un draft laporan tesis
D. Instrument Penelitian
Dalam penelitian kualitatif salah satu karakteristiknya adalah peneliti sendiri yang menjadi instrumen utama (human instrumen) yang turun ke lapangan untuk mengumpulkan data yang diperlukan (Cresswell, 2010: 261). Oleh karena itu, peran peneliti di dalam PTK ini adalah sebagai instrumen utama untuk mendapatkan data yang lengkap dan akurat. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Nasution (1996:57) bahwa hanya manusialah yang mampu memahami, memberikan makna terhadap interaksi antar manusia, mimik muka, menyelami perasaan dan nilai yang terkandung dalam ucapan dan perbuatan yang mereka lakukan.
(27)
50
Adhitya Rol Asmi, 2013
Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Berbasis Pengalaman Historis Siswa Melalui Metode Diskusi Tipe Dialog Kreatif
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Selain peneliti sendiri yang menjadi instrument utama, penelitian ini juga menggunakan instrumen bantu dalam mendapatkan data dalam penelitian ini yaitu observasi, wawancara, kuesioner, foto-foto dan dokumentasi.
E. Prosedur Penelitian
Meningkatkan keterampilan komunikasi berbasis pengalaman historis dalam pembelajaran sejarah melalui metode diskusi tipe dialog kreatif dilakukan melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Hopkins dalam Wiriaatmadja (2008:66) ada empat langkah penting dalam setiap siklus penelitian tindakan kelas, yaitu perencanaan (plan), pelaksanaan (act), pengamatan (observe), dan refleksi (reflect). Model yang jadi acuan dalam penelitian ini adalah model yang dikembangkan oleh Kemmis & Taggart.
Bagan 3. 1
Model PTK yang dikembangkan
oleh Kemmis & Taggart
(Wiriaatmad ja, 2008:66)
(28)
51
Adhitya Rol Asmi, 2013
Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Berbasis Pengalaman Historis Siswa Melalui Metode Diskusi Tipe Dialog Kreatif
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Dan seterusnya
1. Perencanaan (plan)
Perencanaan adalah mengembangkan rencana tindakan yang secara kritis untuk meningkatkan apa yang terjadi. Perencanaan disusun berdasarkan masalah dan hipotesis tindakan yang diuji secara empirik sehingga perubahan yang diharapkan dapat mengindentifikasi aspek dan hasil proses belajar mengajar, sekaligus mengungkapkan faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan tindakan (Kunandar, 2012:71).
Dalam melakukan penelitian tindakan kelas ini, peneliti dan guru mitra berbagi tugas yaitu peneliti bertugas sebagai guru yang mengajar dan guru mitra sebagai pengamat atau observer. Hal ini dilakukan karena permintaan guru mitra sendiri yang tidak siap dan kurang menguasai model dialog kreatif serta tidak paham dengan metode penelitian tindakan kelas. Dalam penelitian PTK, hal ini
(29)
52
Adhitya Rol Asmi, 2013
Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Berbasis Pengalaman Historis Siswa Melalui Metode Diskusi Tipe Dialog Kreatif
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tidak masalah karena bentuk PTK yang dipilih dalam penelitian ini yaitu partnership teaching atau collaborative observation. Tetapi kenyataan yang dihadapi peneliti adalah peneliti sedikit mengalami kesulitan karena peneliti sudah lama tidak mengajar di dalam kelas yang formal dan bukan sebagai salah satu guru yang mengajar di SMA Negeri 1 Inderalaya, selain itu tugas peneliti semakin bertambah selain sebagai guru yang mengajar dengan inovasi yang direncanakan sekaligus sebagai observasi terhadap kondisi siswa di dalam kelas. Artinya peneliti melakukan pengamatan terhadap diri sendiri ketika melakukan tindakan dan bersifat objektif agar kelemahan yang terjadi dapat terlihat dengan wajar (Arikunto, 2009:18). Hal ini dikarenakan peneliti tidak bisa mengandalkan sepenuhnya dari hasil observasi yang dilakukan oleh guru tersebut sebab yang lebih memahami secara mendalam penelitian ini adalah peneliti sendiri.
Peneliti bekerjasama dengan guru menyusun rencana pembelajaran yang dapat memperbaiki pembelajaran berdasarkan pada landasan teori yang telah ditetapkan dan data-data yang diperoleh pada orientasi. Rencana pembelajaran/tindakan ini disusun secara hati-hati dan fleksibel dalam arti memberi peluang kepada pelaksana/guru untuk melakukan tindakan secara lebih terbuka bagi pengembangan yang lebih baik jika peluang itu ada ketika berlangsungnya tindakan. Fleksibilitas dalam rencana juga dianggap penting untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan di kelas. Penyusunan rencana tindakan dilakukan secara kolaboratif antara peneliti dengan guru agar terbentuk pemahaman yang utuh antara guru dan peneliti. Pemahaman yang sama ini penting sehingga rencana dapat dilaksanakan secara lebih terarah dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Gambaran perencanaan penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:
Pada siklus I, penelitian diarahkan untuk peka terhadap masalah sosial kontemporer dengan cara mengaitkan materi mengenai Revolusi
(30)
53
Adhitya Rol Asmi, 2013
Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Berbasis Pengalaman Historis Siswa Melalui Metode Diskusi Tipe Dialog Kreatif
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Amerika dan Revolusi Perancis terhadap permasalahan sosial kontemporer yang sedang dihadapi oleh Indonesia
Pada siklus II, penelitian diarahkan untuk mengkomunikasikan pengalaman historis siswa secara lisan dengan cara mengaitkan materi mengenai Revolusi Rusia yang dikaitkan dengan masalah sosial kontemporer di Indonesia seperti pada siklus I, kemudian dikaitkan dengan pengalaman historis siswa. Siswa juga mencoba mencari dan menemukan revolusi yang terjadi pada diri sendiri dan keluarga yang nantinya akan dikomunikasikan secara lisan di depan kelas
Pada siklus III, penelitian diarahkan untuk mengkomunikasikan pengalaman historis siswa secara tulisan dengan cara mencari dan merenungkan revolusi yang terjadi di sekolah mengenai kebijakan pihak sekolah dan guru yang bisa mengubah kepribadian siswa sehingga menjadi pengalaman historisnya. Pengalaman historis siswa secara lisan tersebut akan diserahkan kepada kepala sekolah sebagai bentuk dukungan bahwa kebijakan sekolah atau guru tersebut ternyata bisa mengubah kepribadian siswa.
Perencanaan setiap siklus selalu dilakukan di rumah guru mitra. Peneliti telah membawa hasil ketikan yang berupa perencanaan untuk siklus selanjutnya dan nantinya akan didiskusikan kepada guru mitra apabila ada masukan kepada peneliti. Guru mitra selalu menjelaskan tentang karakteristik setiap siswa yang ada di kelas seperti siswa yang pasif, aktif tetapi tidak terarah, siswa yang ribut dan siswa yang telah bisa mengungkapkan pendapatnya. Hal ini sangat membantu peneliti yang menjadi guru dalam proses pembelajaran untuk memahami karakteristik siswa di dalam kelas. Sebelum masuk pada kegiatan inti pembelajaran setiap siklusnya, peneliti dan guru telah menekankan bahwa kelompok belajar menggunakan metode diskusi tipe dialog kreatif.
(31)
54
Adhitya Rol Asmi, 2013
Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Berbasis Pengalaman Historis Siswa Melalui Metode Diskusi Tipe Dialog Kreatif
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Pelaksanaan (act)
Keterampilan mengkomunikasikan pengalaman historis siswa diperlukan upaya dari guru melalui proses pembelajaran sebagai suatu tindakan yang inovatif dengan dialog kreatif.
Pelaksanaan tindakan adalah guru kelas yang bersangkutan dengan berkolaborasi dengan pihak lain (teman sejawat), dalam penelitian ini guru kelas berperan sebagai pengamat atau observer dan peneliti sebagai guru yang mengajar. Hal yang dilakukan adalah tindakan yang telah direncanakan (Kunandar, 2012:73).
Tahap ini merupakan pelaksanaan dari rencana yang telah disusun, yaitu praktek pembelajaran dimana langkah- langkah kegiatan belajarnya merujuk pada rencana tindakan. Rencana tindakan disusun sebagai hasil diskusi antara peneliti dengan guru mitra. Rencana tindakan dituangkan dalam bentuk rencana/desain pembelajaran dari mulai kegiatan awal sampai dengan evaluasi dengan tujuan pembelajaran yang diarahkan kepada mengkomunikasikan pengalaman historis siswa baik secara lisan maupun tulisan. Melalui diskusi juga peneliti perlu memastikan apakah guru mitra betul-betul memahami desain pembelajaran yang dibuat dan akan dilaksanakan oleh peneliti sendiri. Hal ini penting agar guru mitra bisa mengetahui langkah-langkah dalam proses pembelajaran sehingga bisa membantu guru mitra dalam melakukan observasi. Tindakan ini bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran sejarah dengan pendekatan belajar yang telah ditentukan agar tercapai pembelajaran sejarah yang bermakna dan sesuai dengan tujuan penelitian.
3. Observasi
Observasi tindakan adalah langkah yang dilakukan peneliti untuk melakukan proses pengamatan dan evaluasi terhadap tindakan yang dilakukan oleh guru di kelas. Proses ini berbentuk format lembar observasi yang diisi dengan check list mengenai peristiwa yang berlangsung di kelas, yaitu aktivitas
(32)
55
Adhitya Rol Asmi, 2013
Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Berbasis Pengalaman Historis Siswa Melalui Metode Diskusi Tipe Dialog Kreatif
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
guru, siswa, seting sosial, interaksi guru-siswa, relevansi antara rencana dan tindakan, dampaknya yang timbul dari aktivitas pembelajaran, pengaruh yang terjadi dari tindakan terhadap guru dan siswa, hal-hal yang dianggap sesuai dengan tujuan dan masalah-masalah baru yang mungkin muncul dalam pembelajaran. Semua proses pengamatan dan pencatatan ini menjadi pedoman untuk tahap refleksi/reconnaissance selanjutnya. Sebelum melakukan observasi peneliti menyusun perencanaan mengenai aspek-aspek yang akan diobservasi. Kegiatan pengamatan harus dimatangkan pada tahap perencanaan kegiatan dan didiskusikan dengan guru mitra agar terjalin persepsi dan pemahaman yang sama. Hasil pengamatan digunakan oleh peneliti dan guru mitra sebagai umpan balik sebagai pedoman untuk memperbaiki proses pembelajaran selanjutnya.
Melalui observasi yang cermat dan terfokus inilah, keterampilan mengkomunikasikan pengalaman historis siswa bisa terlihat. Walapun yang melakukan observasi adalah guru mitra tetapi peneliti juga melakukan observasi secara partisipatif guna mendukung hasil observasi yang dilakukan oleh guru mitra dan peneliti juga yang paling paham mengenai objek observasi penelitiannya.
4. Refleksi
Refleksi merupakan mengingat dan merenungkan suatu tindakan persis seperti yang telah dicatat dalam observasi. Reflkeksi berusaha memahami proses, masalah, persoalan, dan kendala yang nyata dalam tindakan strategis (Kunandar, 2012:75).
Tahap ini merupakan diskusi antara guru dan peneliti atas hasil yang telah diperoleh. Evaluasi meliputi refleksi atas sejauh mana rencana dapat diterapkan mengenai mengkomunikasikan pengalaman historis siswa. Peneliti dan guru menentukan apa saja yang telah berlangsung sesuai rencana, tindakan apa yang perlu diperbaiki, dan keputusan tentang perbaikan rencana jika perlu. Setelah
(33)
56
Adhitya Rol Asmi, 2013
Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Berbasis Pengalaman Historis Siswa Melalui Metode Diskusi Tipe Dialog Kreatif
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
diskusi selesai, maka diputuskan untuk melanjutkan ke siklus berikutnya dengan penyusunan rencana tindakan yang baru.
Peneliti dan guru melakukan refleksi setiap siklus proses pembelajaran berakhir yang dilakukan di dalam ruang guru. Guru selalu memberikan masukan-masukan kepada peneliti berupa langkah awal pembelajaran yang kadang tidak berurutan atau terlewatkan, memberikan fokus kepada siswa-siswa yang pasif dan juga siswa yang belum terarah, sebaiknya peneliti menjadi moderator. Refleksi ini dicoba oleh guru dalam siklus yang berikutnya dan sangat membantu peneliti dalam mencapai tujuan penelitiannya.
F. Pengumpulan, Analisis, Validasi, dan Interpretasi Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, kuesioner, foto-foto, dan dokumentasi.
a. Observasi
Observasi memainkan peranan penting dalam penelitian tindakan kelas. Oleh karena itu, untuk melakukan sebuah observasi yang baik yaitu jangan terlalu cepat memberikan penilaian atau judgement terhadap objek yang sedang diobservasi. Dalam penelitian ini yang menjadi observer adalah guru mitra, sedangkan yang diobservasi yaitu peneliti sendiri yang berperan sebagai guru dalam proses pembelajaran.
Menurut Karl Popper (dalam Wiriatmadja, 2008:104) observasi adalah tindakan yang merupakan penafsiran dari teori. Maksudnya disini adalah pada saat memasuki ruang kelas untuk observasi, peneliti mengamati objek yang diobservasi tanpa ada keinginan untuk menjustifikasi sebuah teori atau menyanggahnya.
(34)
57
Adhitya Rol Asmi, 2013
Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Berbasis Pengalaman Historis Siswa Melalui Metode Diskusi Tipe Dialog Kreatif
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Menurut Lincoln dan Guba dalam Wiriatmadja (2008:104), dalam suatu observasi yang dibawa yaitu teori yang tidak dimainkan atau diungkapkan (tacit knowledge). Artinya observer hanya melakukan tugasnya untuk mengobervasi proses pembelajaran yang sedang berlangsung tanpa berkomentar atau memberikan arahan pada proses pembelajaran yang sedang berlangsung.
Observasi dalam penelitian ini berupaya melihat bagaimana guru menampilkan pembahasan mengenai Revolusi Amerika, Revolusi Perancis, dan Revolusi Rusia dengan menggunakan dialog kreatif yang dibantu dengan metode inkuiri. Materi tentang revolusi tersebut ditarik kearah siswa menjadi revolusi yang terjadi pada diri sendiri, keluarga, dan juga lingkungan sekolah, sehingga hal tersebut menjadi pengalaman historis siswa dan bisa dikomunikasikan baik secara lisan maupn tulisan. Dalam pelaksanaannya kegiatan observasi pada PTK ini,dilakukan oleh guru mitra. Sedangkan guru peneliti bertindak sebagai guru pengajar. Meskipun demikian guru peneliti juga melakukan observasi yang bersifat partisipasif pada saat mengajar.
Kegiatan observasi diawali dengan perencanaan antara peneliti dengan guru yang akan diobservasi (joint planing). Perencanaan ini dimaksudkan agar membangun iklim kepercayaan, menyepakati fokus/topik yang akan dikembangkan, mendiskusikan konteks pelajaran, merencanakan aturan-aturan dasar, dan hal-hal lain yang nantinya perlu dibahas (Hopkins, 2011:133).
Setelah perencanaan, kemudian fokus masalah penelitian. Fokus masalah penelitian ini harus spesifik karena kemungkinana data yang diperoleh akan bermanfaat. Kemudian peneliti merumuskan kriteria tertentu yang telah disepakati sebelumnya pada saat joint planning. Peneliti sendiri harus memilki keterampilan observasi yang terdiri dari
(35)
58
Adhitya Rol Asmi, 2013
Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Berbasis Pengalaman Historis Siswa Melalui Metode Diskusi Tipe Dialog Kreatif
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tidak terlalu cepat pada penilaian atau judgement yang terburu-buru, keterampilan interpersonal (menciptakan rasa kepercayaan dan sikap sportif), keterampilan yang bersifat teknis (seperti merancang jadwal observasi, dan mengetahui cheklist serta cara penggunaannya), dan adanya feedback (umpan balik). feedback yang baik memiliki ciri-ciri (Hopkins, 2011:133-136):
Diberikan (tidak lebih) dalam jangka waktu 24 jam pasca observasi
Didasarkan pada pencatatan yang cermat dan sistematis Didasarkan pada data faktual
Data faktual diinterpretasikan dengan merujuk kepada kriteria yang telah diketahui dan disepakati
Diinterpretasikan terlebih dahulu oleh guru yang diobservasi Didasarkan pada hasil diskusi dua-arah
Dapat melahirkan strategi-strategi efektif untuk mengembangkan apa yang telah diperoleh dari observasi
Bagan 3. 2
Siklus tahapan observasi (Hopkins, 2011:137)
Bagan di atas menjelaskan bahwa observasi dilakukan melalui tiga fase esensial yaitu rapat perencanaan, observasi kelas, dan diskusi balikan.
Rapat planning
(36)
59
Adhitya Rol Asmi, 2013
Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Berbasis Pengalaman Historis Siswa Melalui Metode Diskusi Tipe Dialog Kreatif
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pada saat rapat perencanaan guru dan observer melakukan diskusi rencana pembelajaran. Observasi kelas dilakukan untuk mengumpulkan data objektif dari proses pembelajaran kemudian dianalisis dalam diskusi balikan.
Dalam proses observasi ini, observer membuat catatan lapangan (field notes). Catatan lapangan bisa terdiri dari berbagai aspek pembelajaran di kelas, suasana kelas, pengelolaan kelas, interaksi guru dengan siswa, interaksi siswa dengan siswa, mungkin juga hubungan dengan orang tua siswa, iklim sekolah, leadership kepala sekolah, orientasi perencanaan, pelaksanaan, diskusi, dan refleksi (Wiriatmadja, 2005:125). Selanjutnya Wiriatmadja mengatakan catatan lapangan harus dibantu dengan catatan reflektif yang merupakan sebuah catatan untuk membantu catatan lapangan yang sedang dikerjakan dengan cara menyimpannya di antara tanda kurung.
Dalam penelitian ini menggunakan observasi terfokus dan observasi terstruktur. Observasi terfokus adalah pengamatan yang dilakukan tertuju hanya kepada permasalahan yang menjadi fokus penelitian sehingga mendapatkan data yang terfokus dan terarah. Sedangkan observasi terstruktur yaitu memberikan tanda setiap kali peristiwa tertentu muncul sesuai indikator penelitian. Hasil yang diperoleh lebih bersifat faktual daripada judgemental dan dapat dibuat lebih detail dengan mendasarkannya pada ide-memories seperti yang telah dideskripsikan sebelumnya (Hopkins, 2011:160)
Observasi terstruktur, peneliti dan mitra peneliti (kolaborator) terlebih dahulu menyetujui kriteri yang diamati, selanjutnya observer tinggal menghitung saja berapa kali jawaban, tindakan, atau sikap siswa yang sedang diteliti itu telah muncul (Kunandar, 2012:148).
(37)
60
Adhitya Rol Asmi, 2013
Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Berbasis Pengalaman Historis Siswa Melalui Metode Diskusi Tipe Dialog Kreatif
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Wiriaatmadja (2008:105), memberikan gambaran tentang hal – hal yang harus diperhatikan oleh peneliti dalam melakukan pengamatan yang profesional, yaitu:
Memperhatikan fokus penelitian, kegiatan apa yang harus diamati apakah yang umum atau yang khusus. Kegiatan umum yang harus diobservasi berarti segala sesuatu yang terjadi di kelas harus diamati dan dikomentari dalam catatan lapangan. Sedangkan observasi kegiatan khusus, hanya memfokuskan keadaan khusus di kelas seperti kegiatan tertentu atau praktek pembelajaran tertentu, yang sudah didiskusikan sebelumnya.
Menentukan kriteria yang diobservasi, dengan terlebih dahulu mendiskusikan ukuran – ukuran apa yang digunakan dalam pengamatan. Secara cermat, ukuran – ukuran baik, cukup, kurang, dan ukuran lain yang dipakai dalam pertimbangan observasi dibicarakan terlebih dahulu, dan kemudian disetujui. Hal ini akan menghindarkan kesalahpahaman antara guru mitra dan peneliti, apabila akan melakukan diskusi dan refleksi sesudah penampilan tindakan dilakukan. Kriteria observasi ini selanjutnya akan menjadi penentu apakah pengumpulan data penelitian mengikuti standar tersebut atau tidak.
Observasi kegiatan penelitian ini, terfokus pada kepekaan siswa terhadap masalah sosial dan mengkomunikasikan pengalaman historis siswa baik secara lisan maupun tullisan. Fokus pada penelitian ini diukur dengan lembar observasi dengan menggunakan kriteria baik, cukup, dan kurang yang merupakan bagian dari observasi terstruktur. Apabila kriteria tersebut muncul langsung diberi tanda checklist. Tanda cheklist ini bisa diberikan apabila sebagian besar siswa telah berada dalam kategori baik, cukup ataupun kurang. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila
(38)
indikator-61
Adhitya Rol Asmi, 2013
Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Berbasis Pengalaman Historis Siswa Melalui Metode Diskusi Tipe Dialog Kreatif
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
indikator pada lembar observasi yang telah ditentukan pada setiap siklusnya yaitu siklus I dengan tujuan penelitian peka terhadap masalah sosial kontemporer, siklus II dengan tujuan penelitian mengkomunikaiskan pengalaman historis siswa secara lisan, dan siklus III dengan tujuan penelitian mengenai mengkomunikasikan pengalaman historis siswa secara tulisan telah menunjukan sebagian besar siswa berada dalam kategori baik.
Tabel 3. 4 Indikator Penelitian
No Indikator Penelitian
1 Menghormati dan menghargai pendapat siswa 2 Kemampuan berbahasa
3 Keberanian berbicara
4 Memiliki umpan balik (feedback) yang baik
5 Kemampuan untuk mengemukakan berbagai pemecahan atau pendekatan terhadap masalah (keluwesan)
6 Kemampuan untuk menguraikan sesuatu secara rinci (penguraian) 7 Kemampuan meninjau suatu persoalan yang berbeda dari orang lain
(perumusan kembali)
8 Kemampuan mencetuskan gagasan dengan cara asli (keaslian) 9 Tidak terjadi monopoli pembicaraan dan kebenaran
10 Kemampuan beragumentasi 11 Kemampuan mendengarkan
(39)
62
Adhitya Rol Asmi, 2013
Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Berbasis Pengalaman Historis Siswa Melalui Metode Diskusi Tipe Dialog Kreatif
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 13 Kemampuan bertanya
14 Kemampuan mengaitkan materi pelajaran dengan pengalaman historis siswa
15 Kemampuan mengaitkan materi pelajaran dengan masalah sosial kontemporer
16 Kemampuan bercerita secara kronologis 17 Kemampuan membedakan fakta dan opini 18 Berbicara sesuai dengan fakta
19 Tidak mudah percaya atau kritis terhadap suatu informasi
20 Mengkomunikasikan pengalaman historis siswa secara lisan dan tulisan
Indikator pada lembaran observasi di atas dibagi menjadi dua indikator yaitu indikator dialog kreatif dan indikator keterampilan komunikasi berbasis pengalaman historis siswa. Indikator dialog kreatif meliputi menghormati dan menghargai pendapat siswa lain, kemampuan berbahasa, keberanian berbicara, memiliki umpan balik (feedback) yang baik, tidak terjadi monopoli pembicaraan dan kebenaran, kemampuan untuk mengemukakan berbagai pemecahan atau pendekatan terhadap masalah (keluwesan), kemampuan mencetuskan gagasan dengan cara asli (keaslian), kemampuan untuk menguraikan sesuatu secara rinci (penguraian), kemampuan meninjau suatu persoalan yang berbeda dari orang lain (perumusan kembali). Sedangkan indikator keterampilan komunikasi berbasis pengalaman historis siswa yaitu kemampuan beragumentasi, kemampuan mendengarkan, kemampuan memberikan informasi, kemampuan bertanya, mengkomunikasikan pengalaman historis siswa secara lisan dan tulisan, kemampuan mengaitkan materi pelajaran dengan pengalaman historis siswa dan masalah sosial kontemporer, kemampuan bercerita secara kronologis, berbicara sesuai dengan fakta,
(40)
63
Adhitya Rol Asmi, 2013
Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Berbasis Pengalaman Historis Siswa Melalui Metode Diskusi Tipe Dialog Kreatif
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tidak mudah percaya atau kritis terhadap suatu informasi, dan kemampuan membedakan fakta dan opini. Indikator-indikator tersebut digunakan sesuai dengan tujuan penelitian pada setiap siklusnya.
b. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu instrumen yang sangat penting dalam penelitian tindakan kelas. Menurut Denzim dalam Wiriatmadja (2005:117) wawancara adalah pertanyaan – pertanyaan yang diajukan secara verbal kepada orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasan yang dipandang perlu untuk mengumpulkan data penelitian. Wawancara dapat berlangsung dalam empat kondisi yaitu antara guru dengan siswa, observer dengan siswa, siswa dengan siswa, dan terkadang guru dan observer. Khusus wawancara yang terakhir ini biasanya muncul sebagai bagian dari observasi berpasangan (peer observation) yang juga dipakai dalam penelitian ini. Wawancara seperti ini menjadi sumber informasi yang sangat produktif bagi observer yang ingin memverifikasi observasi yang akan mereka laksanakan selanjutnya (Hopkins, 2011: 190)
Walker dan Adelman (1990) dalam Hopkins (2011:191-192) membuat sejumlah point tentang bagaimana wawancara yang efektif:
Jadilah pendengar yang simpatik, menarik, dan tanggap tanpa berperan konservatif aktif
Bersikap netral terhadap subjek/materi pelajaran.
Tunjukan perasaan santai dan nyaman oleh pewawancara Menyarankan agar mengajukan pertanyaan setiap waktu,
meringkas pertanyaan wawancara yang baru saja disampaikan, siap untuk mengulang kembali pertanyaan
(41)
64
Adhitya Rol Asmi, 2013
Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Berbasis Pengalaman Historis Siswa Melalui Metode Diskusi Tipe Dialog Kreatif
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
jika yang diwawancarai tidak memahami atau jawabanya terkesan tidak jelas dan terlalu umum.
Terdapat tiga fungsi wawancara dalam penelitian kelas yaitu (Hopkins, 2011:192):
Membantu guru untuk fokus pada salah satu aspek pengajaran atau kehidupan kelas secara detail
Menyediakan informasi diagnostik awal melalaui diskusi antara guru-siswa di kelas
Meningkatkan iklim positif ruang kelas
Dalam penelitian ini menggunakan wawancar terstruktur dan tidak terstruktur. Wawancara terstruktur adalah wawancara yang pewawancaranya menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan (Moleong, 2010:190). Peneliti yang menggunakan jenis wawancara ini bertujuan mencari jawaban hipotesis kerja. Penggunaan wawancara terstruktur ini guna mendapatkan infromasi yang sesuai dengan fokus penelitian. Sehingga melalui wawancara terstruktur ini peneliti mendapatkan data yang cukup memadai dan akurat. Wawancara ini ditujukan terhadap guru mitra untuk mengetahui proses pembelajaran sejarah yang selama ini dilakukan oleh guru sebelum dilakukannya tindakan dan mengetahui proses pembelajaran sejarah setelah dilakukannya tindakan dengan menggunakan dialog kreatif.
Sedangkan wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang tidak dipersiapkan terlebih dahulu bahan wawancaranya, tetapi prakarsa pemilihan topik bahasan ada pada yang akan diwawancarai. Wawancara ini ditujukan kepada siswa, guru, dan kepala sekolah yang dalam hal ini diwakilkan oleh wakil kepala sekolah bidang kurikulum. Wawancara ini
(42)
65
Adhitya Rol Asmi, 2013
Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Berbasis Pengalaman Historis Siswa Melalui Metode Diskusi Tipe Dialog Kreatif
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
digunakan unutk mendapatkan informasi seputar proses pembelajaran sejarah selama ini dengan guru mitra, kondisi siswa di dalam kelas XI IPS 2, dan kebijakan-kebijakan sekolah terhadap proses pembelajaran serta terhadap gurunya. Wawancara ini dilakukan dalam keadaan tidak formal atau dalam perbincangan biasa.
c. Kuesioner
Kuesioner merupakan salah satu strategi cepat dan sederhana untuk mendapatkan informasi yang kaya dari siswa tentang pemahaman awal sebelum menggunakan dialog kreatif dan akhir dari proses pembelajaran setelah menggunakan dialog kreatif. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini merupakan kuesioner follow-up inkuiri/diskoveri yang menyediakan jawaban dengan tiga tingkatan yang mudah dipahami oleh siswa (Hopkins, 2011:207). Tiga tingkatan yang digunakan dalam kuesinoner penelitian ini antara lain pernah, jarang, tidak pernah.
d. Foto-Foto
Foto menjadi perangakat utama untuk merekam peristiwa-peristiwa penting di dalam kelas. Foto juga dapat digunakan untuk mendukung metode-metode pengumpulan data yang lain seperti wawancara dan catatan lapangan atau sebagai perangkat untuk menyediakan poin-poin referensi untuk wawancara dan diskusi (Hopkins, 2011:200).
Alat ini sebaiknya dipegang oleh mitra peneliti luar atau yang lainnya dan tidak mengganggu jalannya proses pembelajaran.
(43)
66
Adhitya Rol Asmi, 2013
Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Berbasis Pengalaman Historis Siswa Melalui Metode Diskusi Tipe Dialog Kreatif
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dokumen-dokumen (memo, surat, makalah, kertas ujian, kliping, koran, dan sebagainya) yang menyangkut kurikulum atau bidang pendidikan lain yang dapat memberikan rasionalisasi dan tujuan observasi dengan cara – cara yang menarik. Pemanfaatan materi ini dapat menyediakan informasi dan pemahaman awal tentang isu-isu yang tidak tersedia di tempat lain (Hopkins, 2011:210).
Dokumen yang dibutuhkan dalam penelitian ini berupa ukuran ruang kelas, daftar guru dan karyawan, silabus pembelajaran, laporan tugas siswa, dan laporan hasil diskusi siswa.
2. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini menggunakan cara yang digunakan oleh Miles dan Huberman (1992:16-18), terdiri dari tiga jalur kegiatan yang terjadi secara bersama yaitu reduksi data, model data (data display), dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.
Reduksi data yaitu suatu proses pemilihan, pemokusan, penyederhanaan, absrtaksi, dan pentransformasian data mentah yang diambil dari catatan lapangan tertulis. Reduksi data bukanlah suatu yang terpisah dari analisis, tetapi merupakan bagian dari analisis.
Model data atau data display adalah suatu kumpulan informasi yang tersusun dan memperbolehkan pendeskripsian kesimpulan dan pengambilan tindakan. Bentuk yang paling sering dari model data kualitatif selama ini adalah teks naratif yang berupa catatan lapangan.
Penarikan kesimpulan atau verifikasi tidak akan terjadi hingga pengumpulan data selesai, tergantung pada ukuran korpus dari catatan lapangan, pengkodean, penyimpanan, dan metode-metode perbaikan yang
(44)
67
Adhitya Rol Asmi, 2013
Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Berbasis Pengalaman Historis Siswa Melalui Metode Diskusi Tipe Dialog Kreatif
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
digunakan, pengalaman peneliti, dan tuntunana dari penyandang dana tetapi kesimpulan sering digambarkan sejak awal, bahkan ketika seorang peneliti menyatakan telah memproses secara induktif.
Analisis data dalam penelitian tindakan kelas dilakukan sejak awal yaitu pada tahap orienatsi lapangan. Seperti dikatakan oleh Miles dan Huberman (Wiriatmadja, 2010:138) bahwa “...the ideal model for data
collection and analysis is one that interweaves them from beginning”. yang
maksudnya adalah model ideal dari pengumpulan data dan analisis adalah yang secara bergantian berlangsung sejak awal.
3. Validitas data
Teknik validitas data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu triangulasi, member-check, saturasi, dan expert opinion.
a. Teknik Triangulasi
Teknik ini dipopulerkan oleh John Elliott dan Clem Adelman saat mereka bekerja dengan the ford teaching project. Elliot dan Adelman mendeskripsikan dalam Hopkins (2011:228) teknik triangulasi ini:
Triangulasi melibatkan pengumpulan data tentang situasi pengajaran tertentu dari tiga sudut pandang yang berbeda: yakni sudut pandang guru, siswa, dan observer yang berpartisipasi. Siapa-dalam “segitiga” (triangle) ini-yang mengumpulkan data, bagaimana data ini dimunculkan, dan siapa yang membandingkannya, bergantung sepenuhnya pada konteks. Proses pengumpulan data dari tiga perspektif yang berbeda ini memiliki justifikasi epistimologisnya masing-masing. Setiap pandangan dari segitiga tersebut memiliki posisi epistimologisnya yang unik terkait dengan akses pada data yang relevan dengan situasi pengajaran. Guru berada dalam posisi terbaik dalam memperoleh akses ini melalui
(1)
146 Adhitya Rol Asmi, 2013
Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Berbasis Pengalaman Historis Siswa Melalui Metode Diskusi Tipe Dialog Kreatif
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Bagi guru sejarah, diharapkan dapat mengembangkan kompetensi-kompetensi yang ada pada pembelajaran sejarah dengan menggunakan berbagai inovasi pembelajaran sehingga pembelajaran sejarah tidak hanya mengembangkan kemampuan kognitif saja.
2. Bagi sekolah, pentingnya sebuah kompetensi yang dimiliki oleh setiap mata pelajaran harus diimplementasikan oleh pihak sekolah dengan pengembangan kurikulum yang ada dan tidak hanya mengejar hasil belajar saja
3. Bagi masyarakat, bahwa pembelajaran sejarah tidak hanya berbentuk hapalan dan mengejar nilai saja, melainkan ada suatu bentuk kompetensi atau produk salah satunya yaitu keterampilan berkomunikasi. Jadi, setiap mata pelajaran memiliki kompetensi yang berbeda-beda yang akan bisa menjadi salah satu keterampilan yang akan dimiliki oleh siswa
4. Bagi peneliti selanjutnya, direkomendasikan untuk mencari suatu produk yang baru, tidak hanya terpaku kepada aspek kognitif atau hasil belajar atau prestasi belajar saja. Produk atau kompetensi tersebut akan lebih mempunyai makna terhadap pembentukan keterampilan yang akan dimiliki oleh siswa.
(2)
147
Adhitya Rol Asmi, 2013
Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Berbasis Pengalaman Historis Siswa Melalui Metode Diskusi Tipe Dialog Kreatif
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Arifin, & Barnawi. (2012). Etika dan Profesi Kependidikan. Jogjakarta: Ar-ruzz Media.
Arikunto, Suharsimi, dkk. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Cresswell, W, J. (2010). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed.Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Dahar, R.W. (1996). Teori – Teori Belajar. Jakarta: Erlangga
Djamarah, & Syaiful, B. (2005). Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.
Effendy, & Onong, U. (2011). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Griffin, P, & Barry, M. (2012). Assessment and Teaching of 21st Century Skills. Victoria: Springer.
Hardjana, & Agus, M. (2007). Komunikas Intrapersonal dan Interpersonal. Yogyakarta: Kanisius.
Hasan, S. H. (2012). Pendidikan Sejarah Indonesia Isu Dalam Ide dan Pembelajaran. Bandung: Rizqi Press.
Hopkins, D. (2011). Panduan Guru: Penelitian Tindakan Kelas. Penerjemah: Achmad Fawaid. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
(3)
148
Adhitya Rol Asmi, 2013
Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Berbasis Pengalaman Historis Siswa Melalui Metode Diskusi Tipe Dialog Kreatif
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Iriantara, Y, & Usep, S. (2013). Komunikasi Pendidikan. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Kunandar. (2012). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajawali Pers.
Kokom, K. (2011). Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: Refika Aditama.
Komala, L. (2009). Ilmu Komunikasi Perspektif, Proses, dan Konteks. Bandung: Widya Padjajaran.
Miles, & Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Press.
Moleong, J, L. (2005). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Muhammad, A. (2009). Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara.
Mulyana, D. (2012). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Munandar. (1999). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: Gramedia.
Suparno, P. (1997). Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanasius.
Supriadi, D. (2001). Kreatifitas, Kebudayaan dan Perkembangan IPTEK. Bandung: Alfabeta.
Supriatna, N. (2007). Konstruksi Pembelajaran Sejarah Kritis. Bandung: Historia Utama Press
(4)
149
Adhitya Rol Asmi, 2013
Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Berbasis Pengalaman Historis Siswa Melalui Metode Diskusi Tipe Dialog Kreatif
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Trianto. (2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Triling, B, & Charles, F. (2009). 21 ST Century Skill: Learning For Life in Our Times. San Francisco: Jossey Bass.
Widjaja. (2010). Komunikasi: Komunikasi & Hubungan Masyarakat. Jakarta: Bumi Aksara.
Wirriatmadja, R. (2008). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Rosdakarya.
Yusuf, M, P. (2010). Komunikasi Instruksional Teori dan Praktik. Jakarta: Bumi Aksara.
Tesis:
Rosmaini. (2008). Penggunaan Model Dialog Kreatif Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Sosiologi. Tesis Magister pada SPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Solihatin, E. (1997). Kemampuan Guru Dalam Mengembangkan Dialog Kreatif Pada Bidang Studi IPS Di Sekolah Dasar. Tesis Magister pada SPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Jurnal:
Supriatna, N. (2011). “Konstruksi Pembelajaran Sejarah yang Berorientasi Pada Masalah Kontemporer Pembangunan”. Mimbar. XXVII, (1), 21-30.
(5)
150
Adhitya Rol Asmi, 2013
Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Berbasis Pengalaman Historis Siswa Melalui Metode Diskusi Tipe Dialog Kreatif
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Abdullhak, I. (2002). “Komunikasi Pembelajaran Di Perguruan Tinggi”. Edu Tech Jurnal Teknologi Pendidikan. 1, (1), 1-12.
Ismaun. (2001). “Paradigma Pendidikan Sejarah yang Terarah dan Bermakna”. Historia Jurnal Pendidikan Sejarah. II, (4), 88-118.
Supriatna, E. (2010). “Pendekatan Konstruktivisme Dalam Pembelajaran Sejarah Untuk Menumbuhkan Berpikir Kritis Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah”. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial. XVIII, (34), 73-85. Bahkraeni, R. (2006). “Upaya Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Menulis
Pengalaman Melalui Pendekatan Quantum Learning Dengan Strategi Show Not Tel Di Kelas V SD Negeri Cilolohan Tasikmalaya”. Jurnal Pendidikan Dasar. IV (5), 21-23.
Hasan, S, H. (1999). “Pendidikan Sejarah Untuk Membangun Manusia Baru Indonesia”. Mimbar Pendidikan. Pendidikan dan Pengatahuan Sosial. XVIII, (2), 4-11.
Nugraheni, E. (2007). “Student Centered Learning dan Implikasinya Terhadap Proses Pembelajaran”. Jurnal Pendidikan LPPM Universitas Terbuka. 8, (01), 1-10.
Noviyanti, M. (2011). “Pengaruh Motivasi dan Keterampilan Berkomunikasi Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Pada Tutorial Online Berbasis Pendekatan Kontekstual Pada Mata Kuliah Statistik Pendidikan”. Jurnal Pendidikan LPPM Universitas Terbuka. 12, (2), 6-15.
Makalah:
Supriatna, N. (2007). “Pembelajaran Sejarah Dalam KTSP”. Makalah Semiloka Guru-Guru Sejarah MGMP Sejarah, Bandung.
(6)
151
Adhitya Rol Asmi, 2013
Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Berbasis Pengalaman Historis Siswa Melalui Metode Diskusi Tipe Dialog Kreatif
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Internet:
(2012). Model Pembelajaran. [On Line].
Tersedia:http://anakdesaberkaya.blogspot.com. [9 Maret 2013].
Permana, D. (2008). Pembelajaran Sejarah yang Bermakna. [On Line]. Tersedian:http://educationmap.blogspot.com. [27 Maret 2013].
Sudrajat, A. (2008). Pembelajaran Kontekstual. [Online]. Tersedia:http://akhmadsudrajat.wordpress.com. [27 Maret 2013].