PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MENULIS BERBASIS PENGALAMAN HISTORIS SISWA MELALUI METODE INVESTIGASI KELOMPOK.

(1)

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MENULIS BERBASIS PENGALAMAN HISTORIS SISWA MELALUI

METODE INVESTIGASI KELOMPOK (Penelitian Tindakan Kelas Di Kelas VII-H SMP

Negeri 1 Kadipaten Kabupaten Majalengka)

T E S I S

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh:

M O H T A O F I K H I D A Y A T , S . P d . NIM 1201526

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014


(2)

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MENULIS BERBASIS PENGALAMAN HISTORIS SISWA MELALUI METODE

INVESTIGASI KELOMPOK

(Penelitian Tindakan Kelas Di Kelas VII-H SMP Negeri 1 Kadipaten Kabupaten Majalengka)

Oleh :

MOH TAOFIK HIDAYAT (1201526) S.Pd. Universitas Pendidikan Indonesia, 2003

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Sejarah

© Moh Taofik Hidayat 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difotokopi, atau cara lain tanpa seijin dari penulis.


(3)

MOH TAOFIK HIDAYAT, S.Pd.

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MENULIS BERBASIS PENGALAMAN HISTORIS SISWA MELALUI

METODE INVESTIGASI KELOMPOK (Penelitian Tindakan Kelas Di Kelas VII-H SMP

Negeri 1 Kadipaten Kabupaten Majalengka) Disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing I

Dr. Nana Supriatna, M.Ed. NIP. 196110141986011

Pembimbing II

Didin Saripudin, Ph.D. NIP.197005061997021001

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah

Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Agus Mulyana, M.Hum. NIP. 196608081991031002


(4)

Tesis ini telah diuji pada Sidang Tahap II Hari/Tanggal : 25 Agustus 2014

Tempat : Ruang Sidang Sekolah Pasca Sarjana UPI Tim Penguji :

Penguji I Penguji II

Dr. Nana Supriatna, M.Ed. Didin Saripudin, Ph.D. NIP.196110141986001 NIP.197005061997021001

Penguji III Penguji IV

Dr. Agus Mulyana, M. Hum. Prof. Dr. Helius Sjamsuddin, M.A. NIP. 196608081991031002

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah

Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Agus Mulyana, M.Hum. NIP. 196608081991031002


(5)

1

Moh. Taofik Hidayat, 2014

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MENULIS BERBASIS PENGALAMAN HISTORIS SISWA MELALUI METODE INVESTIGASI KELOMPOK

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Pembelajaran sejarah sebagai bagian dari Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SMP Negeri 1 Kadipaten belum berlangsung secara optimal. Pada umumnya peserta didik di sekolah ini masih menganggap pelajaran sejarah sebagai pelajaran yang kurang penting jika dibandingkan dengan pelajaran lainnya, terutama jika dibandingkan dengan pelajaran yang diujikan dalam Ujian Nasional. Sejarah dipandang sebagai pelajaran yang tidak menarik bahkan cenderung membosankan karena hanya berisi fakta-fakta usang dari masa lalu yang disampaikan oleh guru dengan hanya menggunakan metode ceramah. Berbagai persoalan tersebut menyebabkan guru yang akan dijadikan sebagai kolaborator peneliti dalam penelitian ini melakukan inovasi yaitu dengan berupaya mengembangkan pembelajaran sejarah baik dalam variasi metode pembelajaran maupun dalam penggunaan media.

Kelas VII H yang dijadikan sebagai lokasi penelitian termasuk ke dalam kelas yang memiliki potensi belajar dengan kualitas yang baik. Hal ini terlihat dari kemauan serta antusiasme mereka dalam belajar. Pada umumnya peserta didik di kelas VII H memiliki ketertarikan dalam belajar sejarah, namun mereka masih menghadapi persoalan jika dihadapkan dengan tugas menulis. Keterampilan menulis, terutama menulis sejarah dianggap sebagai suatu keterampilan yang sangat sulit dilakukan, kesulitan tersebut terlihat ketika siswa diminta untuk membuat artikel dengan tema sejarah yang akan diterbitkan di majalah dinding sekolah ternyata artikel yang dibuat masih jauh dari kriteria sebuah karya ilmiah.

Keterampilan menulis masih dianggap sebagai suatu hal yang tidak penting bahkan dihindari. Menulis yang baik akan berawal dari fakta bukan bersadarkan kepada opini atau pendapat penulis semata. Hal ini memerlukan suatu proses latihan yang dilakukan secara terus menerus. Apalagi dalam tantangan dunia globalisasi seperti saat ini dimana berbagai informasi datang dan pergi


(6)

2

Moh. Taofik Hidayat, 2014

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MENULIS BERBASIS PENGALAMAN HISTORIS SISWA MELALUI METODE INVESTIGASI KELOMPOK

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

dalam intensitas yang tinggi memerlukan keterampilan dari diri siswa untuk membedakan mana fakta dan mana opini. Banyaknya tulisan yang tidak berawal dari fakta, seperti iklan-iklan politik yang dewasa ini semakin sering dilihat, dibaca dan didengarkan oleh kita termasuk oleh para siswa di sekolah memerlukan suatu keterampilan dalam diri mereka untuk menyeleksi informasi tersebut sehingga apa yang mereka peroleh merupakan suatu fakta yang sebenarnya bukan hanya opini yang justru menyesatkan bagi mereka.

Keterampilan menulis merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik agar kelak mereka mampu menjadi warga negara yang mampu berpartisipasi aktif dalam masyarakat serta mampu menghadapi tantangan global. Menulis merupakan kemampuan akademis yang diperoleh peserta didik dari proses berpikir secara sistematis, logis, kritis, dan tanggap terhadap masalah-masalah yang terjadi di lingkungannya sehingga mereka sanggup memberikan solusi alternatif dalam memecahkan persoalan yang mereka hadapi. Dalam pandangan Yep, Laurence dikemukakan sebuah peryataan yang menarik, yaitu "I

think of writing as a way of seeing. It's a way of bringing out the specialness of ordinary things" (Cantu, 2000).

Kelemahan atau ketidak mampuan peserta didik dalam menulis sudah lama dikeluhkan oleh kalangan pendidik di Indonesia, padahal dalam prakteknya pelajaran menulis sudah diberikan sejak peserta didik masuk ke jenjang pendidikan formal maupun non formal. Namun ironisnya kemampuan menulis peserta didik tidak mengalami perkembangan berarti seiring berkembangnya usia anak dan meningkatnya jenjang pendidikan. Bahkan untuk mengerjakan tugas yang berkaitan dengan menulis, siswa terlihat begitu kesulitan dan terkesan malas untuk mengerjakannya. Menurut Tabroni (2007:17), bagi sebagian orang menulis seringkali dipandang sebagai sesuatu yang sangat menyulitkan, memberatkan dan tidak mudah dilakukan. Fenomena tersebut hampir terjadi di seluruh jenjang pendidikan baik Pendidikan Dasar, Menengah maupun Tinggi. Hal ini merupakan suatu permasalahan yang harus dihadapi oleh setiap praktisi pendidikan, terutama yang berkaitan dengan ilmu-ilmu sosial dan humaniora, termasuk pendidikan


(7)

3

Moh. Taofik Hidayat, 2014

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MENULIS BERBASIS PENGALAMAN HISTORIS SISWA MELALUI METODE INVESTIGASI KELOMPOK

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

sejarah baik sebagai satu disiplin ilmu maupun sebagai bagian dari Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

Belum berhasilnya pendidikan di sekolah dalam meningkatkan kemampuan peserta didik menulis dapat kita lihat dalam berbagai pendapat diantaranya yang diungkapkan oleh Walshe (2001:116), menurutnya :

The secondary school, with few exceptions, have not succeeded in causing children to write willingly and well; they have not caused children to view writing as a valued, useful, satisfying means of learning and communication, or of self expression and self discovery, all of which it has been for some individuals and it potentially can be for everyone.

Dari uraian tersebut kita dapat melihat bahwa pembelajaran sejarah di jenjang Sekolah Menengah pada umumnya belum berhasil dalam menumbuhkan kesadaran bagi peserta didik untuk menulis dengan sukarela dan dengan kualitas baik, mereka belum mampu menumbuhkan kesadaran pada peserta didik bahwa menulis merupakan sesuatu yang harus dihargai, berguna, merupakan sarana pembelajaran dan komunikasi serta dapat menjadi wahana untuk mengekspresikan dan menemukan jati diri mereka.

Kondisi tersebut sangat disayangkan, mengingat dalam perkembangan informasi yang demikian pesatnya seperti sekarang ini, menulis bisa menjadi salah satu profesi yang sangat menjanjikan dan merupakan keterampilan sosial yang harus dimiliki oleh peserta didik ketika mereka memasuki dunia kerja di kemudian hari. Generasi muda yang optimis kedepan diharapkan membiasakan diri menulis, karena dengan menulis karya kita akan dikenang walaupun kita sudah tiada. Seperti kata Pramoedya Ananta Toer dalam Maryani (2012) bahwa :

“Sepandai apa pun seseorang, jika tidak menulis, ia akan dilupakan sejarah”.

dengan demikian menulis adalah bekerja untuk keabadian.

Menurut Walshe (2001:107), diuraikan bahwa sejarawan selalu dihargai ketika mereka menulis. Hal itu sangat masuk akal karena adanya kesadaran bahwa penemuan tulisan yang memungkinkan lahirnya sejarah. begitu juga sumber utama bagi penulisan sejarah adalah dokumen tertulis. Dengan demikian perlu


(8)

4

Moh. Taofik Hidayat, 2014

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MENULIS BERBASIS PENGALAMAN HISTORIS SISWA MELALUI METODE INVESTIGASI KELOMPOK

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

adanya transformasi kesadaran historis tersebut kepada peserta didik untuk memproduksi karya sejarah dengan menulis. Lebih lanjut diungkapkan :

Too many of us- until recently, at least- have peddled a dryasdust academic prose which sacrificed interest and liveliness on the harsh altar of objectivity-at-all-costs. We have taken writing too much for granted. Have of course moralised in abstract about its virtues, but have mostly failed to knowledge its difficulty. Failed to make use of its potential university, and failed in practical ways to help the young to write well.

Pembelajaran sejarah di sekolah menjadi pelajaran yang membosankan, yang terlalu banyak menjejalkan prosa akademik dengan mengorbankan kreatifitas dan keaktifan peserta didik. Mereka dihadapkan pada objektivitas yang kaku serta mengarahkan peserta didik pada pengerjaan soal tes. Menurut Supriatna (2007:158), salah satu kelemahan dalam pembelajaran ilmu sosial adalah terlalu menekankan pada ceramah dan ekspositori atau transfer of

knowledge yang menjadikan guru sebagai pusat kegiatan belajar mengajar.

Pendapat tersebut sejalan dengan praktisi pendidikan lainnya yang menekankan bahwa kritik para ahli kurikulum terhadap pembelajaran sejarah saat ini lebih kepada kenyataan bahwa pembelajaran sejarah didominasi oleh hafalan serta lebih menekankan memorisasi dan mengabaikan usaha pengembangan kemampuan intelektual yang lebih tinggi. Selain itu ada anggapan bahwa pembelajaran sejarah tidak memiliki relevansi dengan kebutuhan peserta didik. Lebih lanjut diuraikan bahwa guru sejarah kurang mementingkan penerapan kemahiran berpikir kreatif dan kritis dalam pembelajarannya. Pembelajaran sejarah lebih didominasi oleh situasi “too much chalk and talk and by a lack of

involvment of children in their own learning” (Parington dalam Widja, 1989:103). Sedangkan menurut Wineburg (2006:323-324), penyajian materi sejarah yang membosankan, penjejalan informasi tentang masa lalu, papan tulis yang terlalu banyak coretan tanpa arti, keharusan siswa menghafal fakta-fakta dengan cepat dan kemudian dengan cepat pula mereka melupakannya merupakan gambaran buruk suatu pembelajaran sejarah yang terjadi di Amerika Serikat. Gambaran tersebut terjadi juga di berbagai negara, termasuk di Indonesia.


(9)

5

Moh. Taofik Hidayat, 2014

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MENULIS BERBASIS PENGALAMAN HISTORIS SISWA MELALUI METODE INVESTIGASI KELOMPOK

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Pembelajaran sejarah di banyak sekolah baik sebagai ilmu yang berdiri sendiri maupun sebagai bagian dari IPS seperti di jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) tidak lebih dari transfer ilmu dari guru kepada siswa di dalam kelas melalui komunikasi satu arah. Siswa hanya menjadi objek pasif yang mempunyai kewajiban menghafal catatan yang disampaikan guru supaya dapat menjawab soal yang akan diujikan pada setiap akhir bab atau akhir suatu materi. Dalam pandangan Hafid (2011:24), metode pembelajaran sejarah yang membosankan dan tidak memiliki sentuhan emosional kepada siswa akan menimbulkan timbulnya perasaan dalam diri siswa jika mereka tidak dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran.

Metode pembelajaran yang kaku berakibat buruk dalam jangka panjang dan berpotensi memunculkan generasi yang mengalami amnesia sejarah, yaitu yang melupakan sejarah bangsa sendiri. Jika kita melihat pernyataan di atas, nampak bahwa dalam pembelajaran sejarah di sekolah masih terdapat relasi kuasa (power

relation), antara guru sebagai dominant groups dengan peserta didik sehingga

tidak terjadi proses dialog yang dilandasi kesetaraan (equality) serta saling keterhubungan (intersubjektivity), antara siswa dengan lingkungan sosialnya, antara para guru dengan siswa serta lingkungan (space) tempat mereka berada (Fereire dalam Supriatna, 2007:5). Setianto (2012:481) mengungkapkan bahwa sejarah suatu bangsa juga tak lepas dari tokoh besar. Thomas Cartyle dengan “the

great man theory”-nya, berpendapat bahwa, “the great man dominates all

history”. Pendapat Cartyle memberikan gambaran bahwa tokoh besar masih

mendominasi dalam penulisan sejarah, namun pada hakekatnya setiap individu dapat menjadi pusat dalam proses penelitian serta penulisan sejarah. Selain itu orang biasapun dapat menjadi pusat kajian dalam suatu proses penulisan sejarah.

Menurut Giroux (1995) dalam Supriatna (2007:5) bahwa :

critical theory merupakan alternatif untuk mengubah relasi kuasa melalui

upaya mendekonstruksi reproduksi budaya serta terpusatnya kuasa pada kelompok dominan kepada kelompok terpinggirkan serta rakyat kebanyakan yang memori kolektifnya, pengetahuannya serta identitasnya terancam atau termanipulasi melalui relasi kuasa serta konsepsi pengetahuan yang dipersepsi oleh kelompok hegemoni (hegemoni groups).


(10)

6

Moh. Taofik Hidayat, 2014

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MENULIS BERBASIS PENGALAMAN HISTORIS SISWA MELALUI METODE INVESTIGASI KELOMPOK

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Pembelajaran sejarah bukan hanya menyampaikan fakta-fakta kering tentang berbagai peristiwa yang terjadi pada masa lalu, pembelajaran sejarah harus mampu menumbuhkan kemampuan siswa berfikir secara kritis. Menurut Jane dalam Wineburg (2006:211) :

Sejarah bukan daftar mati fakta-fakta, seperti yang dibayangkan orang selama ini. Sejarah adalah serangkaian peristiwa yang melibatkan manusia dan keinginannya secara berkesinambungan sejarah mengandung banyak tekstur dan nilai kehidupan.

Sedangkan menurut Himmelfarb (1987:14) dalam buku The New History

and Old dideskripsikan bahwa :

the new history tends be analytic rather than narrative, thematic rather than chronological.... the new history focuses on classes and ethic groups, social problems and institutions, cities and communitis, work and play, family and sex, birth and death, chilhood and old age, crime and insanity...

Dari uraian tersebut bisa disimpulkan bahwa kita harus memaknai sejarah bukan hanya terdiri dari rangkaian fakta-fakta yang tidak memiliki keterikatan dengan peserta didik, kita harus bisa berfikir secara kritis melewati fakta-fakta tersebut, serta mampu memilih materi sejarah yang benar-benar memiliki keterkaitan dengan sisi emosional mereka misalnya sejarah tokoh yang ada disekitar peserta didik maupun berbagai persoalan yang dekat dengan mereka, bahkan pengalaman historis yang mereka alami. Hampir semua tema dapat dijadikan sebagai kajian sejarah serta dapat disampaikan di dalam kelas dengan metode yang bisa menumbuhkan kemampuan siswa dalam menulis. Dengan demikian tujuan belajar sejarah agar peserta didik mampu berpikir kritis dan mampu menuangkan hasil pemikirannya kedalam satu penulisan sejarah dapat terwujud.

Hal yang dikemukakan di atas sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Sartono Kartodirdjo (Widja, 1989:109), bahwa :

Apabila sejarah hendak tetap berfungsi dalam pendidikan, maka harus dapat menyesuaikan diri terhadap situasi sosial dewasa ini. Jika studi sejarah terbatas pada pengetahuan fakta-fakta akan menjadi steril dan


(11)

7

Moh. Taofik Hidayat, 2014

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MENULIS BERBASIS PENGALAMAN HISTORIS SISWA MELALUI METODE INVESTIGASI KELOMPOK

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

mematikan segala minat terhadap sejarah. hendaknya studi sejarah memberi pengertian yang dalam dan suatu keterampilan (skill).

Jika kita mengkaji pendapat tersebut, Kartodirdjo memberikan penekanan pentingnya sejarah menyesuaikan diri dengan perkembangan jaman, baik dalam metode, media maupun sumber pembelajaran atau penggalian berbagai informasi sejarah baru, dalam hal ini tafsir tunggal terhadap satu fakta sejarah berdasarkan narasi besar (grand narrative) sudah tidak relevan lagi dengan arus perubahan. Selain itu pembelajaran sejarah harus mampu mengembangkan kemampuan atau keterampilan dalam diri peserta didik, salah satunya adalah kemampuan atau keterampilan menulis sejarah yang selama ini belum dimiliki oleh peserta didik, keterampilan ini akan sulit terwujud dengan pembelajaran sejarah yang masih konvensional. Menurut British authority dalam Walshe (2001:108), “The point then is to reduce the difficulty by giving writing the purpose and interest which

has often been lacking in the schools”.

Pembelajaran sejarah dengan pendekatan pedagogy kritis (critical

pedagogy) telah merubah fokus dari hanya kajian narasi besar (grand narrative)

pada masa lalu (regress) seperti yang berkembang dalam wacana sejarah nasional yang menekankan kepada kesinambungan dan perubahan (continuity and change) dalam garis linier kepada narasi kecil (small narrative) yang menempatkan siswa dengan segala pengalaman historisnya menjadi bagian dari pelaku sejarah di jamannya dengan materi pembelajaran sejarah sebagai hasil dialog antara guru dengan siswa dan diantara keduanya dengan dokumen kurikulum (Supriatna, 2007:43). Satu diktum yang terkenal dari Carl Becker sebagai salah satu tokoh the

new history adalah : everyman his own historian (Himmelfarb, 1987:15), dapat

kita maknai bahwa setiap orang adalah sejarawan untuk dirinya sendiri. Dengan demikian setiap orang dapat menuliskan pengalaman sejarahnya kedalam suatu karya tulis sejarah, baik pengalaman hidupnya sendiri, masyarakat yang ada di sekitar mereka tinggal, atau pengalaman siswa sebagai seorang yang melakukan inkuiri sejarah. Lebih lanjut ia menguraikan bahwa “...all he hoped to do was to


(12)

8

Moh. Taofik Hidayat, 2014

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MENULIS BERBASIS PENGALAMAN HISTORIS SISWA MELALUI METODE INVESTIGASI KELOMPOK

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

has been sorely neglected” (Himmelfarb, 1987:15). Sedangkan menurut

Sudartomo yang dikutip oleh Lestari (2009:199) menumbuhkan kemampuan menulis dapat dilakukan dengan mengajak anak untuk menuliskan fenomena yang dekat dengan anak termasuk pengalamannya sendiri yang pasti dikuasai.

Pengalaman sendiri yang dialami siswa merupakan suatu pengalaman historis yang dapat dikembangkan dalam bentuk tulisan. Pengalaman historis tersebut meliputi konsep-konsep lain diluar sejarah, seperti produksi, konsumsi, distribusi, tempat atau lokasi, lingkungan masyarakat atau kebudayaan yang dianut oleh masyarakat tersebut.

Menurut Wineburg (2006:6), sejarah memiliki potensi yang baru sebagian saja terwujud, yaitu untuk menjadikan kita manusia yang berprikemanusian, hal yang tidak dapat dilakukan oleh semua mata pelajaran yang lain dalam kurikulum sekolah. Setiap generasi harus mengajukan pertanyaan mengapa penting mempelajari masa lalu, dan mengingatkan dirinya sendiri mengapa sejarah dapat mempersatukan kita dan bukan memecah belah kita seperti yang kita saksikan akhir-akhir ini. Dengan mengacu pada pendapat tersebut, pengajaran sejarah memiliki peranan yang penting dalam mempersatukan berbagai perbedaan yang ada sehingga terbentuk satu persatuan nasional.

Pembaharuan tersebut harus diarahkan kepada pencapaian tujuan pendidikan sejarah seperti yang diuraikan oleh Hasan (2012:35) bahwa :

... pengembangan nilai-nilai yang menopang karakter bangsa bersamaan dengan kemampuan berfikir kritis-analitis, kebiasaan membaca dan kemampuan belajar (learning skills) menjadi tujuan utama pendidikan sejarah. Pengenalan dan pemahaman sejarah masyarakat sekitarnya beserta tokoh sejarah daerah dilanjutkan dengan sejarah nasional, penghargaan terhadap jasa pahlawan, keinginan untuk mencontoh tindakan kepahlawanan adalah penting untuk membangun memory kolektif sebagai bangsa pada

peserta didik.”

Jika kita melihat pernyataan di atas, pembelajaran sejarah harus mampu menumbuhkan kemampuan berfikir kritis dan analitis dalam diri peserta didik serta merupakan media yang efektif dalam pewarisan nilai-nilai kebangsaan. Selain itu pembelajaran sejarah harus mampu menumbuhkan kemampuan siswa


(13)

9

Moh. Taofik Hidayat, 2014

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MENULIS BERBASIS PENGALAMAN HISTORIS SISWA MELALUI METODE INVESTIGASI KELOMPOK

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

dalam menghadapi berbagai isu kontemporer yang mereka hadapi karena pada hakekatnya peserta didik hidup bukan untuk masa lalu, namun hidup untuk masa kini dan masa yang akan datang dengan tantangan yang semakin berat.

Menurut Supriatna (2007:89-90), untuk pembentukan jatidiri bangsa serta pembangunan dan pembinaan bangsa (nation and character building) paradigma perenialisme dalam pengembangan pembelajaran sejarah masih relevan. Para peserta didik dibekali berbagai nilai bangsa, pengalaman budaya termasuk pengalaman sejarah yang diwariskan oleh generasi terdahulu. Melalui penyeleksian bahan materi pembelajaran (contents), pembelajaran sejarah dapat memainkan peranannya untuk membekali peserta didik pemahaman nilai-nilai moral kebangsaan, cinta tanah air dan patriotisme, sekaligus melatih kemampuan intelektual atau berpikir kritis mengenai pengalaman kolektif bangsa. Lebih lanjut diungkapkan bahwa dengan strategi yang tepat dalam memahami nilai-nilai sejarah, pembelajaran sejarah dapat mempertinggi sikap kritis dan daya kreatif bangsa terutama untuk menjawab berbagai tantangan bangsa pada masa kini. Dengan demikian filsafat perenialis saja tidak akan cukup dalam pengembangan pembelajaran sejarah, diperlukan filsafat lain agar sejarah menjadi lebih bermakna, dalam hal ini termasuk filsafat postmodernism.

Dalam pandangan Hasan (2010:1-2), pendidikan harus memberikan kesempatan yang luas kepada calon anggota masyarakat (peserta didik) untuk mempelajari, memahami, menginternalisasikan nilai-nilai hasil pengembangan yang telah dilakukan generasi terdahulu masyarakat bangsanya. Oleh karena itu pendidikan harus memberikan kepeduliannya dalam mengembangkan nilai-nilai yang menjadi pendukung dari kebajikan bangsa dan jatidiri bangsa. Secara lengkap Hasan (2012:6) merinci tujuan pendidikan sejarah sebagai bagian dari pendidikan IPS adalah :

1. Memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai peristiwa sejarah penting dan esensial untuk membangun memori kolektif sebagai bangsa. 2. Mengembangkan semangat kebangsaan


(14)

10

Moh. Taofik Hidayat, 2014

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MENULIS BERBASIS PENGALAMAN HISTORIS SISWA MELALUI METODE INVESTIGASI KELOMPOK

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

4. Mengembangkan rasa ingin tahu 5. Peservasi kecermelangan masa lalu

6. Membangun kejujuran, kerja keras, dan tanggung jawab

7. Mengembangkan nilai dan sikap kepahlawanan, kepemimpinan, dan inspirasi 8. Mengembangkan persahabatan dan kepedulian masyarakat

9. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi

10. Mengembangkan kemampuan mencari, mengolah, mengemas dan mengkomunikasikan informasi.

Dari tujuan pendidikan sejarah tersebut, salah satu tujuan yang diharapkan dapat terwujud adalah mengembangkan kemampuan mencari, mengolah, mengemas dan mengkomunikasikan informasi dalam diri peserta didik, hal ini merupakan tantangan yang harus disikapi secara kritis oleh pendidik salah satunya dengan pendekatan critical pedagogy. Kemampuan tersebut dapat terwujud jika peserta didik memiliki daya pikir kritis dan kreatif dengan ditandai oleh besarnya rasa ingin tahu. Dalam penelitian ini peneliti akan melihat bagaimana guru mengimplementasikan tujuan pembelajaran sejarah tersebut kepada peserta didik dengan menggunakan metode investigasi kelompok terhadap materi sejarah yang lebih dekat dengan peserta didik.

Dalam pandangan Supriatna (2007:269), kajian tentang sejarah dunia yang jauh dari lokalitas para siswa, serta sejarah nasional yang tidak mengakomodasi karakteristik daerah setempat dapat dikembangkan secara kontekstual sesuai dengan persoalan-persoalan yang dihadapi oleh peserta didik di daerah setempat. Dengan demikian diperlukan perubahan orientasi dari pembelajaran sejarah yang berfokus pada sejarah dunia atau sejarah nasional kepada sejarah lokal yang relevan dengan persoalan daerah setempat.

Menurut Hasan (2012:26), pendidikan sejarah yang selama ini selalu bersifat nasional telah berhasil memisahkan peserta didik dari lingkungan sosial, budaya dan sejarah masa lalu komunitasnya. Materi sejarah nasional yang standar selalu dimulai dengan masa prasejarah yang sangat kompleks, jauh dalam ukuran


(15)

11

Moh. Taofik Hidayat, 2014

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MENULIS BERBASIS PENGALAMAN HISTORIS SISWA MELALUI METODE INVESTIGASI KELOMPOK

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

waktu dan terkadang juga dalam ukuran geografis dengan diri peserta didik. Akibatnya peserta didik tidak merasa memiliki ikatan emosional dengan tokoh maupun peristiwa sejarah yang mereka pelajari. Padahal menurut Supriatna (2007:278),

Dalam pembelajaran sejarah, setiap individu atau kelompok masyarakat dapat dipandang sebagai memiliki keunggulan dan local genius, atau

center of a scholarship, dan menjadi pusat keunggulan atau central tradition of scholarship.

Dengan demikian pembelajaran sejarah harus dapat merubah orientasi dari persoalan yang bersifat macro menuju ke arah yang lebih micro sehingga pelajaran sejarah menjadi lebih bermakna (meaningful) bagi para siswa sesuai dengan karakter lokal masing-masing. Selain itu pendidikan sejarah harus mampu mengembangkan potensi peserta didik untuk mengenal nilai-nilai bangsa yang terus bertahan, berubah dan menjadi milik bangsa masa kini. Dengan demikian melalui pendidikan sejarah peserta didik belajar mengenal bangsanya dan dirinya. Melalui pembelajaran sejarah menggunakan pengalaman historis diharapkan peserta didik merasa memiliki keterikatan dengan peristiwa sejarah yang ada di sekitar mereka.

Melalui pendekatan sejarah ini siswa dituntut untuk mencoba melakukan pencarian alternatif sumber pembelajaran sejarah selain dari buku atau dokumen resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah. Dalam proses pembelajarannya, peserta didik dapat memanfaatkan berbagai sumber sejarah baik yang berupa sumber tradisional seperti folklor, babad, hikayat, tambo, dokumen pemerintah seperti arsip jaman kolonial, arsip pemerintah Indonesia, arsip desa, artefak, gedung ataupun bangunan yang memiliki nilai historis bagi peserta didik. Daerah Kadipaten, sebagai lokasi tempat tinggal siswa dan tempat lokasi sekolah berada memiliki potensi yang masih belum dieksplorasi. Misalnya diwilayah ini terdapat gedung-gedung tua peninggalan pemerintah kolonial Belanda, bekas pabrik gula yang saat ini sudah beralih fungsi menjadi supermarket, rel kereta api tua, dan peninggalan-peninggalan lainnya.


(16)

12

Moh. Taofik Hidayat, 2014

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MENULIS BERBASIS PENGALAMAN HISTORIS SISWA MELALUI METODE INVESTIGASI KELOMPOK

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Kesulitan yang muncul ketika pendidik berupaya menyampaikan materi sejarah dalam dimensi lokal (micro history) adalah sedikitnya sumber sejarah lokal yang tersedia. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Hasan (2012:126) yaitu:

Permasalahan besar yang dihadapi dalam mengembangkan materi sejarah lokal dalam kurikulum pendidikan sejarah ketersediaan sumber. Pendidikan sejarah, sebagaimana pendidikan lainnya, tidak mungkin dapat dilakukan dengan baik apabila sumber tidak tersedia. Tulisan-tulisan mengenai berbagai peristiwa sejarah lokal belum banyak tersedia. Tentu saja ini tantangan bagi sejarawan untuk dapat menghasilkan tulisan sejarah lokal sebagai dasar untuk mengembangkan materi pendidikan sejarah lokal.

Persoalan tersebut bukan sesuatu yang sukar jika pendidik menggunakan pandangan postmodernism seperti pendapat Tuchman (1994) yang dikutip Supriatna (2007:53) bahwa dalam pandangan postmodern kegiatan sehari-hari yang biasa (mundane activities) merupakan teks sejarah. Teks sejarah tidak hanya berupa teks tertulis melainkan juga segala praktek dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian seperti juga pandangan postcolonial, pandangan postmodern menolak tradisi besar dan lebih memfokuskan diri pada dinamika sosial yang lebih kecil (micro).

Persoalan lain yang ada di lapangan menunjukkan masih ada kelemahan-kelemahan dalam pelaksanaan proses pembelajaran Sejarah. Salah satu kelemahan-kelemahan dalam pembelajaran Sejarah selama ini adalah kurang mengikut sertakan peserta didik dalam proses pembelajaran. Guru tidak mengembangkan berbagai pendekatan maupun metode dalam pembelajaran. Pada umumnya guru masih terbatas dalam penggunaan metode ceramah yang hanya menuntut peserta didik untuk menghapal fakta-fakta. Kondisi tersebut bukan hanya muncul pada mata pelajaran Sejarah, melainkan merupakan persoalan yang rumit bagi mata pelajaran lainnya yang termasuk kedalam rumpun Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) seperti yang diuraikan di bawah ini :

Faktor eksternal yang mempengaruhi kualitas proses dan hasil pembelajaran IPS adalah adanya anggapan dari peserta didik, orang tua bahkan pengambil keputusan dalam bidang pendidikan, bahwa pendidikan


(17)

13

Moh. Taofik Hidayat, 2014

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MENULIS BERBASIS PENGALAMAN HISTORIS SISWA MELALUI METODE INVESTIGASI KELOMPOK

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

IPS kurang memiliki nilai manfaat dibandingkan bidang studi lain, misalnya IPA. Padahal kenyataannya, secara intinsrik materi pembelajaran IPS memerlukan kemampuan intelektual dan motivasi yang tinggi. Hal lain yang menyebabkan pembelajaran IPS tidak menarik dan membosankan adalah karena pembelajaran IPS dianggap tidak bisa diaplikasikan untuk mengetahui lebih jauh apa yang telah dipalajari peserta didik. Sehingga pembelajaran IPS dianggap hanya untuk kepentingan sesaat tanpa ada manfaat praktis dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat dan belum menjadi nilai sosial budaya yang berkembang di lingkungan masyarakat yang menjadi sumber belajar bagi peserta didik (Al Muchtar, 2004:220).

Pada saat ini nilai sosial budaya yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat lingkungan peserta didik tidak dijadikan sumber pembelajaran IPS. Kalaupun dilaksanakan sangat terbatas hanya sebagai bahan pelengkap tidak merupakan inti bahasan untuk melatih kemampuan penalaran nilai, dengan demikian menjadi kehilangan makna. Sejarah sebagai sebuah disiplin ilmu maupun bagian dari IPS memiliki potensi yang sangat besar dalam mengembangkan potensi peserta didik, salah satunya kemampuan menulis, namun sayangnya hal ini belum dikembangkan secara maksimal.

Dampaknya pendidikan IPS pada umumnya, pendidikan sejarah pada khususnya tidak mendekatkan dan mengakrabkan peserta didik dengan lingkungan sosial budayanya, dengan demikian pendidikan IPS (Sejarah) belum mampu berperan sebagai media untuk pengembangan kemampuan penalaran nilai bagi peserta didik.

Masalah kedua adalah masih banyak guru yang belum memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai untuk memilih dan mengaplikasikan berbagai metode mengajar ataupun pendekatan pembelajaran yang mampu meningkatkan aktifitas, kreatifitas dalam hal ini dalam menulis sejarah serta memberikan motivasi belajar bagi peserta didik, salah satu diantaranya dengan penggunaan metode investigasi kelompok.

Dari aspek psikologi pembelajaran, pembelajaran dengan investigasi kelompok bersandarkan pada psikologi kognitif yang berasumsi bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku, bukan semata-mata proses menghapal


(18)

14

Moh. Taofik Hidayat, 2014

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MENULIS BERBASIS PENGALAMAN HISTORIS SISWA MELALUI METODE INVESTIGASI KELOMPOK

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

sejumlah fakta, melainkan suatu proses interaksi antara individu dengan lingkungannya. Perkembangan peserta didik tidak hanya terjadi pada aspek kognitif (learning to know), tetapi juga pada aspek afektif (learning to life

together) dan psikomotor (learning to do) melalui penghayatan secara internal

terhadap masalah yang dihadapinya. Menurut Slavin (2007:215) metode investigasi kelompok tidak akan berhasil diimlementasikan dalam lingkungan pendidikan yang tidak mendukung dialog interpersonal atau yang tidak memperhatikan dimensi rasa sosial dari pembelajaran di dalam kelas.

Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian ini peneliti akan mengkaji bagaimana pengembangan kemampuan menulis berbasis pengalaman historis siswa melalui investigasi kelompok di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kadipaten, Kabupaten Majalengka. Adapun metode yang akan digunakan adalah action research atau Penelitian Tindakan Kelas dengan asumsi bahwa proses pengembangan kemampuan menulis memerlukan suatu tindakan dari peneliti dengan bekerjasama dengan guru mitra/kolaborator di sekolah yang peneliti jadikan sebagai lokasi penelitian.

1.2 Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah seperti yang telah dipaparkan diatas,

maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah

Pengembangan Kemampuan Menulis Berbasis Pengalaman Historis Siswa Melalui Metode Investigasi Kelompok Di SMPN 1 Kadipaten Kabupaten

Majalengka ?”. Permasalahan tersebut kemudian peneliti uraikan dalam bentuk

pertanyaan penelitian berikut ini.

Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran sejarah dengan menggunakan metode investigasi kelompok dalam upaya pengembangan kemampuan menulis berbasis pengalaman historis siswa ?


(19)

15

Moh. Taofik Hidayat, 2014

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MENULIS BERBASIS PENGALAMAN HISTORIS SISWA MELALUI METODE INVESTIGASI KELOMPOK

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

2. Bagaimanakah proses pembelajaran sejarah menggunakan metode investigasi kelompok dalam upaya pengembangan kemampuan menulis berbasis pengalaman historis siswa ?

3. Kendala apa yang dihadapi dalam pembelajaran sejarah menggunakan metode investigasi kelompok dalam upaya pengembangan kemampuan menulis berbasis pengalaman historis siswa?

4. Bagaimanakah hasil pembelajaran sejarah menggunakan metode investigasi kelompok dalam upaya pengembangan kemampuan menulis berbasis pengalaman historis siswa ?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana mengembangkan kemampuan menulis siswa berbasis pengalaman historis dengan menggunakan metode investigasi kelompok.

1. Mengetahui bagaimanakah perencanaan pembelajaran sejarah dengan menggunakan metode investigasi kelompok dalam upaya pengembangan kemampuan menulis berbasis pengalaman historis siswa?

2. Mendeskripsikan bagaimanakah proses pembelajaran sejarah menggunakan metode investigasi kelompok dalam upaya pengembangan kemampuan menulis berbasis pengalaman historis siswa?

3. Mengetahui kendala yang dihadapi dalam pembelajaran sejarah menggunakan metode investigasi kelompok dalam upaya pengembangan kemampuan menulis berbasis pengalaman historis siswa?

4. Mendeskripsikan bagaimanakah hasil pembelajaran sejarah menggunakan metode investigasi kelompok dalam upaya pengembangan kemampuan menulis berbasis pengalaman historis siswa?

1.4Manfaat Penelitian

1. Memberi masukan dan informasi yang lengkap bagi guru serta sekolah sebagai bahan acuan dalam pengambilan keputusan untuk meningkatkan


(20)

16

Moh. Taofik Hidayat, 2014

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MENULIS BERBASIS PENGALAMAN HISTORIS SISWA MELALUI METODE INVESTIGASI KELOMPOK

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

mutu pembelajaran sejarah dengan menggunakan metode investigasi kelompok berbasis pengalaman historis siswa.

2. Menambah wawasan pengetahuan akademik, terutama dalam pembelajaran Sejarah, yang berkaitan dengan pengembangan kemampuan menulis berbasis pengalaman historis melalui penggunaan metode investigasi kelompok.

3. Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mencari, mengolah, mengemas dan mengkomunikasikan informasi dalam bentuk karya tulis ilmiah.

4. Memperluas wawasan pengetahuan dalam bidang studi Sejarah maupun IPS sebagai bahan kajian dalam kegiatan MGMP di tingkat Kabupaten Majalengka.

1.5 Penjelasan Konsep

Untuk memperjelas makna istilah-istilah dalam judul, maka akan dijelaskan di bawah ini.

1. Kemampuan Menulis

Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung dan tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Menurut Tabroni (2007:12), menulis pada dasarnya merupakan upaya mengkomunikasikan gagasan, ide, pikiran, pendapat, opini dan lain sebagainya melalui media tertulis. Kemampuan menulis dalam penelitian ini adalah kemampuan menulis sejarah yang merupakan suatu kegiatan intelektual dan ini merupakan suatu cara yang utama untuk memahami sejarah (Veyne, 1971. Tosh, 1985, dalam Sjamsuddin, 2012:121).

Lebih lanjut Sjamsuddin (2012:121), mengungkapkan bahwa Sejarawan mengarahkan daya pikirnya bukan hanya berupa cara teknis penggunaan


(21)

kutipan-17

Moh. Taofik Hidayat, 2014

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MENULIS BERBASIS PENGALAMAN HISTORIS SISWA MELALUI METODE INVESTIGASI KELOMPOK

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

kutipan, catatan-catatan tetapi terutama pemikiran-pemikiran kritis, serta analisis yang luas yang menghasilkan sintesis dari seluruh kegiatan penelitian ke dalam sebuah penulisan yang utuh. Hal itulah yang kemudian diartikan sebagai historiografi.

2. Pengalaman Historis Siswa

Pada dasarnya setiap siswa dapat melakukan proses sejarah atau doing

history jika guru memberikan kesempatan bagi mereka mendekonstruksi suatu

peristiwa sejarah (Supriatna, 2007:185), Becker dalam Sjamsuddin (2007:122), mengungkapkan bahwa setiap orang (adalah) sejarawan untuk dirinya sendiri,

artinya setiap orang ‘normal’ adalah ‘sejarawan’, namun yang disebut sejarawan

sebenarnya terbatas karena termasuk suatu profesi akademik. Sedangkan Wineburg (2006:126) memaknai pendapat Carl Becker tersebut sebagai ajakan bagi kita untuk ikut berpikir sejarah, untuk melihat motivasi manusia dalam teks yang kita baca. Dalam penelitian ini peneliti berpendapat bahwa setiap siswa dapat memperoleh pengalaman sejarah dari setiap pengalaman hidup yang ia lalui. Pengalaman historis tersebut dapat mereka peroleh dari lingkungan tempat siswa belajar, lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat. Pengalaman historis siswa juga dapat terbentuk ketika mereka melakukan proses inkuiri atau penelitian sejarah, kemudian pengalaman mereka sebagai seorang sejarawan tersebut dituangkan kedalam suatu karya historiografi.

Menurut pendapat Costa dalam (http://siswa-goblog.blogspot.com/2012/09/ pengertian-sejarah-menurut-beberapa-ahli.html) sejarah dapat didefinisikan sebagai "record of the whole human experience". Dimana pada hakikatnya sejarah merupakan catatan seluruh pengalaman, baik secara individu maupun kolektif bangsa/nation dimasa lalu tentang kehidupan umat manusia. Dengan demikian maka seluruh pengalaman hidup manusia merupakan bagian dari sejarah, adapun pengalaman historis atau pengalaman sejarah dalam penelitian ini dapat dimaknai sebagai segala pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh peserta didik secara langsung sebagai bagian dari realitas sosial budayanya.


(22)

18

Moh. Taofik Hidayat, 2014

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MENULIS BERBASIS PENGALAMAN HISTORIS SISWA MELALUI METODE INVESTIGASI KELOMPOK

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

3. Metode Investigasi Kelompok

Metode Pembelajaran Investigasi Kelompok (Group Investigation) merupakan pengembangan dari pembelajaran kooperatif (cooperative learning) yang dikembangkan oleh Roger Johnson dan Robert Slavin dengan menggunakan strategi yang sedikit berbeda yang merupakan satu rangkaian investigasi yang secara langsung menguji asumsi mengenai model pengajaran sosial keluarga. Penelitian mereka kemudian dikembangkan oleh Sharan dan beberapa koleganya yang telah meneliti banyak hal mengenai beberapa cara untuk membuat dinamika model kerja serta pengaruhnya dalam prilaku kerja sama, hubungan antar kelompok dan prestasi yang diperoleh (Joyce dan Weil, 2009:302-303).

Secara sederhana Investigasi Kelompok dapat diartikan sebagai satu tipe pembelajaran dimana guru dan siswa sama-sama membangun pembelajaran. Proses dalam perencanaan bersama didasarkan pada pengalaman masing-masing siswa, kapasitas, dan kebutuhan. Siswa aktif berpartisipasi dalam semua aspek, membuat keputusan untuk menetapkan arah tujuan yang mereka kerjakan. Dalam hal ini kelompok merupakan wahana sosial yang tepat untuk proses ini. Perencanaan kelompok merupakan salah satu metode untuk menjamin keterlibatan siswa secara maksimal. Metode investigasi kelompok adalah perpaduan sosial dan kemahiran berkomunikasi dengan intelektual pembelajaran dalam menganalisis dan mensintesis. Investigasi kelompok tidak dapat diimplementasikan dalam lingkungan pendidikan yang tidak ada dukungan dialog dari setiap anggota atau mengabaikan dimensi afektif-sosial dalam pembelajaran kelas (Suhaida Abdul Kadir, 2002, dalam http://zaifbio.wordpress.com /2013/09/04/metode-pembelajaran-gi-group-investigation/).


(23)

62

Moh. Taofik Hidayat, 2014

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MENULIS BERBASIS PENGALAMAN HISTORIS SISWA MELALUI METODE INVESTIGASI KELOMPOK

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan untuk mengumpulkan, menyusun data, analisis dan interpretasi mengenai arti data yang diteliti. Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode/desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Pada Bab ini diuraikan mengenai pelaksanaan penelitian, yakni : Pendekatan Penelitian, Prinsip-prinsip PTK, Prosedur PTK, Proses Pelaksanaan Tindakan, Latar Situasi Sosial, Subjek, dan Data Penilitian, dan Instrumen Penelitian.

3.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian ini dilakukan berdasarkan paradigma penelitian kualitatif. Menurut Gall dan Borg dalam Wiriaatmadja (2009:4), salah satu bentuk kajian inkuiri yang termasuk kualitatif adalah penelitian emansipatoris tindakan (emancipatory action research). Yaitu suatu penelitian yang berupaya untuk mencari pemecahan masalah dari berbagai permasalahan dalam proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas. Menurut Cresswel, (1994) penelitian kualitatif dipengaruhi oleh paradigma naturalistik-interpretatif Weberian, perspektif post-positivistik kelompok teori kritis serta post-modernisme seperti dikembangkan oleh Baudrillard, Lyotard, dan Derrida (Somantri, 2005:58). Lebih lanjut diuraikan bahwa “Gaya” penelitian kualitatif berusaha mengkonstruksi realitas dan memahami maknanya. Sehingga, penelitian kualitatif biasanya sangat memperhatikan proses, peristiwa dan otentisitas.

Dilihat dari aspek metodologis, penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan (action research). Pemilihan metode ini dilatarbelakangi atas dasar analisis masalah dan tujuan penelitian yang memerlukan sejumlah informasi dan tindak lanjut yang terjadi di lapangan berdasarkan suatu siklus yang menuntut kajian dan tindakan secara reflektif, kolaboratif, dan partisipatif. Oleh karena itu, maka penelitian ini merupakan penelitian tindakan yang dipusatkan pada situasi


(24)

63

Moh. Taofik Hidayat, 2014

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MENULIS BERBASIS PENGALAMAN HISTORIS SISWA MELALUI METODE INVESTIGASI KELOMPOK

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

sosial kelas yang membutuhkan sejumlah informasi dan tindak lanjut secara langsung berdasarkan situasi alamiah yang terjadi dalam pelaksanaan pembelajaran. Pertimbangan lainnya, bahwa perumusan rencana tindakan berdasarkan situasi sosial yang ada dan berkembang dalam pembelajaran di dalam kelas mengingatkan serangkaian tindak lanjut dari situasi empirik yang mendukung bagi pelaksanaan program tindakan.

Penelitian tindakan adalah penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang terjadi sambil terlibat dalam perbaikan dan perubahan merupakan akumulasi antara prosedur penelitian dan tindakan substantif, Hopkins dalam Wiriaatmadja (2009:11). Sebagai prosedur penelitian, penelitian tindakan ditandai oleh adanya suatu kajian reflektif-diri secara inkuiri, partisipasi, dan kolaborasi terhadap latar alamiah dan atau implikasi dari suatu tindakan.

Menurut pandangan Wiriaatmadja, (2009:13), secara ringkas penelitian tindakan kelas dapat didefinisikan sebagai :

Bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Mereka dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam praktek pembelajaran mereka, dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu.

Penelitian terhadap pembelajaran yang terjadi di kelas, pada dasarnya dimaksudkan untuk mengkaji dan memberikan solusi terhadap berbagai permasalahan yang terjadi dan dialami oleh guru dalam hubungannya dengan situasi kelas, yang dalam pelaksanaannya bersifat kontekstual dan sangat tergantung pada realitas sosial kelas. Atas dasar ini, maka penelitian tindakan kelas ini menempatkan sentralitas dan otonomi profesional guru dalam proses refleksi terhadap kinerja dan aktivitas mengajarnya. Dengan demikian penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang bersifat reflektif dimana adanya keterlibatan guru mitra yaitu Bapak Endin Hardianto, S.Pd., siswa kelas VII H SMP Negeri 1 Kadipaten Kab. Majalengka dan peneliti sendiri dalam memperbaiki permasalahan pembelajaran di kelas.


(25)

64

Moh. Taofik Hidayat, 2014

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MENULIS BERBASIS PENGALAMAN HISTORIS SISWA MELALUI METODE INVESTIGASI KELOMPOK

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu 3.2 Prinsip-prinsip Penelitian Tindakan Kelas

Esensi penelitian tindakan kelas merupakan kajian terhadap konteks situasi sosial yang dicirikan adanya unsur tempat, pelaku dan kegiatan dalam waktu tertentu untuk maksud meningkatkan kualitas tindakan di dalamnya. Dalam memaknai situasi sosial kelas yang berlangsung di dalam situasi alamiah yang menuntut sejumlah informasi dan tindak lanjut secara langsung, maka penelitian tindakan kelas merupakan intervensi dalam skala kecil terhadap situasi sosial kelas, dengan tujuan meningkatkan mutu pembelajaran (Cohen dan Mantion dalam Riyanto, 2010:49). Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu Penelitian Tindakan Emansipatoris, yang memiliki makna perbaikan nasib, peningkatan status, atau perjuangan kesetaraan. PTK bersifat emansipatoris dan membebaskan karena penelitian ini mendorong kebebasan berfikir dan berargumen pada pihak siswa, dan mendorong guru untuk bereksperimen, meneliti dan menggunakan kearifan dalam mengambil keputusan atau judgement (Hopkins dalam Wiriaatmadja, 2009:25).

Penelitian Tindakan Kelas memanfaatkan data pengamatan dan perilaku empirik peserta didik. PTK menelaah ada tidaknya kemajuan, sementara itu kegiatan proses pembelajaran tetap berjalan. Berbagai informasi dikumpulkan, diolah, didiskusikan dan dinilai. Perubahan pada peserta didik diamati dari waktu ke waktu dengan tujuan memberi masukan bagi pengambilan keputusan praktis dalam situasi konkrit. Validasi teori atau hipotesis yang dihasilkan tidak tergantung hanya pada uji kebenaran ilmiah semata, namun lebih kepada manfaatnya dalam membantu orang untuk bertindak lebih terampil dan lebih kritis dalam menghadapi berbagai permasalahan yang muncul dalam Penelitian Tindakan Kelas.

Secara umum penelitian tindakan kelas dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :

1. Memperbaiki dan meningkatkan kondisi serta kualitas pembelajaran di kelas


(26)

65

Moh. Taofik Hidayat, 2014

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MENULIS BERBASIS PENGALAMAN HISTORIS SISWA MELALUI METODE INVESTIGASI KELOMPOK

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

2. Meningkatkan layanan profesional dalam konteks pembelajaran di kelas, khususnya layanan kepada peserta didik

3. Memberikan kesempatan kepada guru untuk melakukan tindakan dalam pembelajaran yang direncanakan di kelas

4. Memberikan kesempatan kepada guru untuk melakukan pengkajian terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukannya (Mulyasa dalam Tarunasena, 2010:28).

Dengan demikian penelitian tindakan kelas memberikan manfaat praktis berupa perbaikan dalam proses pembelajaran siswa sehingga prestasi akademik siswa dapat ditingkatkan, di sisi lain penelitian ini dapat meningkatkan profesionalisme guru dengan selalu melakukan penelitian guna mencari solusi terhadap masalah-masalah pendidikan yang mereka hadapi di dalam kelas. Berbagai faktor tersebut menjadi pertimbangan peneliti menggunakan metode penelitian tindakan kelas dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran di dalam kelas, terutama yang berkaitan dengan pengembangan kemampuan menulis siswa yang selama ini belum berkembang dengan optimal. Dalam pelaksanaannya peneliti berkolaborasi dengan guru SMP Negeri 1 Kadipaten yang bernama Endin Hardianto, S.Pd. dan mitra lainnya yaitu Yusuf Lukmanul Hakim S.Pd. yang membantu peneliti dalam melakukan observasi dalam beberapa tindakan yang telah peneliti rencanakan dengan harapan dapat mempermudah proses penelitian tersebut.

3.3 Latar Situasi Sosial dan Subyek Penelitian 1. Latar Situasi Sosial Penelitian

Dalam Penelitan Tindakan Kelas peneliti harus langsung mengumpulkan data dalam situasi yang sesungguhnya, ia harus turun sendiri ke lapangan dengan memegang prinsip no entry, no research. Dengan mengacu kepada penjelasan di atas, maka pada penelitian ini peneliti harus terlebih dahulu berupaya agar diperbolehkan memasuki lokasi penelitaian tersebut, dalam hal


(27)

66

Moh. Taofik Hidayat, 2014

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MENULIS BERBASIS PENGALAMAN HISTORIS SISWA MELALUI METODE INVESTIGASI KELOMPOK

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

ini lingkungan sekolah atau lingkungan kelas. Adapun gambaran umum latar situasi sosial dan subyek penelitian tindakan kelas ini adalah :

a. Tempat, yaitu SMP Negeri 1 Kadipaten, Jalan Raya Timur Kadipaten, Kecamatan Kadipaten, Kabupaten Majalengka dengan NPSN : 20213866. b. Subyek penelitian, yaitu siswa di kelas VII H berjumlah 39 orang dengan

komposisi 17 orang laki-laki, dan siswa perempuan berjumlah 22 orang yang terlibat dalam proses pembelajaran Sejarah (IPS), yang terdiri dari beragam karakter, serta kondisi sosial ekonomi yang heterogen ;

c. Pemilihan kelas VII H sebagai subjek penelitian karena karakterisktik kelas tersebut sesuai dengan fokus kajian penelitian ini yang dapat memberikan informasi setuntas mungkin (redundant).

Dalam penelitian ini pemilihan SMP Negeri 1 Kadipaten sebagai lokasi penelitian tindakan didasarkan pada rasa ketertarikan penulis terhadap peninggalan-peninggalan sejarah yang ada di wilayah Kadipaten, salah satunya adalah keberadaan rel kereta api. Di sekitar lokasi sekolah ini berada terdapat rel kereta api yang dulunya merupakan jalur hidup yang menghubungkan wilayah Kadipaten dengan Cirebon. Pada saat ini jalur kereta ini telah mati, peneliti ingin membangkitkan memori kolektif tersebut dalam diri peserta didik. Sedangkan pemilihan kelas VII H sebagai subjek penelitian dalam upaya mengembangkan kemampuan menulis siswa diputuskan berdasarkan pertimbangan tertentu.

Berdasarkan data awal yang diperoleh peneliti, secara keseluruhan SMP Negeri 1 Kadipaten memiliki 27 kelas dengan komposisi sembilan kelas pada setiap jenjangnya. Dengan demikian untuk kelas VII ada sembilan kelas, yaitu kelas VII A sampai dengan VII I. Berdasarkan informasi guru yang akan peneliti jadikan kolaborator, dari sembilan kelas tersebut pada umumnya memiliki karakteristik yang homogen, namun terdapat dua kelas yang secara umum menonjol, yaitu kelas VII H dan VII I.

Seperti yang diuraikan di atas, kelas VII H memiliki jumlah siswa 39 orang (17 laki-laki dan 22 perempuan) dengan latar belakang sosial


(28)

67

Moh. Taofik Hidayat, 2014

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MENULIS BERBASIS PENGALAMAN HISTORIS SISWA MELALUI METODE INVESTIGASI KELOMPOK

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

ekonomi beragam. Proses pembelajaran yang berlangsung di kelas tersebut berjalan dengan aktif karena didukung oleh siswa-siswa yang cukup kritis, hal ini didasarkan informasi yang diperoleh peneliti bahwa setiap guru memberikan kesempatan bertanya atau menjawab rata-rata 2-3 orang siswa mengajukan diri dengan sukarela, begitu juga ketika diberikan tugas atau pekerjaan rumah hanya sekitar 13 % yang tidak mengerjakan atau mengerjakannya di sekolah. Namun jika diberikan tugas dalam bentuk membuat tulisan, mereka nampak kesulitan dalam mengerjakannya. Berbagai penjelasan awal tersebut membuat peneliti merasa tertarik untuk melihat proses pembelajaran yang berlangsung di kelas VII H dan kemudian berupaya melakukan tindakan dalam pengembangan kemampuan menulis siswa di kelas tersebut.

d. SMP Negeri 1 Kadipaten yang sedang mengembangkan diri ke arah peningkatan kualitas pendidikan dalam berbagai segi. Hal ini, antara lain, ditandai dengan penataan sarana dan prasarana pendidikan yang ada di sekolah itu sehingga dapat menjelma menjadi sebuah sekolah yang representatif. Hal ini terbukti, Kepala Sekolah beserta para guru, dengan didukung oleh tenaga administratif bekerja keras untuk meningkatan kinerjanya di dalam peningkatan kualitas pendidikan, melalui berbagai kegiatan intra maupun ekstra kurikuler. Para siswa pun sangat antusias untuk mengikuti berbagai aktivitas pendidikan di sekolah ini, sebab mereka dijadikan sentral atau subjek utama di dalam keselurahan proses pendidikan.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan selama 6 bulan mulai dari bulan Januari sampai dengan Juni 2014. Kegiatan penelitian meliputi perencanaan (planning), pelaksanaan (actuating) dan menyampaikan laporan (reporting). Penelitian ini akan dilaksanakan dalam beberapa siklus, diharapkan dengan perlakuan atau treatment dalam siklus tersebut terjadi peningkatan kemampuan menulis siswa.


(29)

68

Moh. Taofik Hidayat, 2014

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MENULIS BERBASIS PENGALAMAN HISTORIS SISWA MELALUI METODE INVESTIGASI KELOMPOK

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu 3. Jadwal Kegiatan Penelitian

Jadwal atau rencana penelitian merupakan faktor yang penting serta menentukan keberhasilan suatu penelitian. Penyusunan jadwal penelitian ini dilaksanakan sebelum proses penelitian dengan tujuan agar seluruh proses penelitian dapat dilakukan sesuai dengan apa yang kita harapkan. Penyusunan jadwal tersebut mempermudah peneliti untuk mengontrol jalannya penelitian tindakan kelas. Berikut ini jadwal penelitian yang telah disusun peneliti :

Tabel 3.1.

Rencana Jadwal Kegiatan Penelitian N

O JENIS

KEGIATAN

BULAN/MINGGU KE

JAN. FEB. MAR. APRIL MEI JUNI

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Persiapan Rencana Proposal Penyusunan Draft Proposal Orientasi Seminar Proposal Tesis

2 Pelaksanaan

Siklus I, dst.

3 Penyusunan Laporan Menyusun konsep Laporan Tesis/ Proses Bimbingan Menyusun Draft Laporan Tesis

3.4 Prosedur Penelitian Tindakan Kelas

Prosedur-prosedur kualitatif memiliki pendekatan yang lebih beragam dalam penelitian akademik daripada metode-metode kuantitatif. Prosedur penelitian kualitatif mengandalkan data berupa teks dan gambar, memiliki langkah-langkah unik dalam analisis datanya dan bersumber dari strategi-strategi penelitian yang berbeda-beda (Creswell, 2010:258). Penelitian ini akan menggunakan prosedur penelitian kualitatif seperti yang diuraikan oleh Creswell,


(30)

69

Moh. Taofik Hidayat, 2014

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MENULIS BERBASIS PENGALAMAN HISTORIS SISWA MELALUI METODE INVESTIGASI KELOMPOK

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

yaitu peneliti harus memahami karakteristik-karakteristik penelitian kualitatif, strategi penelitian, peran peneliti, langkah-langkah dalam pengumpulan dan analisis data, strategi-strategi validasi, akurasi penemuan dan struktur naratif.

Kemmis dan Taggart (1988) mengembangkan model Kurt Lewin menjadi perangkat-perangkat atau untaian-untaian dengan satu perangkat terdiri dari empat komponen sama dengan desain Kurt Lewin, di mana satu untaian dipandang sebagai satu siklus, dan siklus pertama dapat disusul dengan siklus berikutnya membentuk suatu spiral (Wiriaatmadja, 2009:66). Gambaran awal model spiral tersebut tampak seperti berikut :

Rencana

Observasi

A k s i

R

e

fle

ks

i

Revisi Rencana

Observasi

A k s i

R

e

fle

ks

i

SIKLUS I


(31)

70

Moh. Taofik Hidayat, 2014

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MENULIS BERBASIS PENGALAMAN HISTORIS SISWA MELALUI METODE INVESTIGASI KELOMPOK

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.1. Desain PTK Model Kemmis dan McTaggart, dimodifikasi dari

Wiriaatmadja, 2009:66.

Secara operasional, tahap-tahap kegiatan penelitian dalam setiap siklus tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Perencanaan

Perencanaan (planning) yaitu menyusun rencana tindakan dan penelitian (termasuk revisi dan perubahan rencana) yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran sejarah (IPS). Perencanaan ini dibuat sesudah peneliti menyikapi kondisi siswa, fakta yang terjadi bahwa siswa di kelas VII H belum memiliki kemampuaan menulis yang baik, melalui proses inkuiri. Hal ini dimaksudkan untuk menggali keadaan yang terjadi, sehingga dapat menentukan strategi apa yang akan diterapkan oleh guru dalam pembelajaran. Di sini, rencana disusun secara reflektif, partisipatif dan kolaboratif. Pada tahap perencanaan ini peneliti bersama dengan guru mitra membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) disertai dengan instrumen observasi yang digunakan pada saat proses pembelajaran berlangsung baik observasi bagi guru maupun bagi siswa.

Sebelum peneliti melakukan penelitian tindakan kelas di SMP Negeri 1 Kadipaten terlebih dahulu peneliti mengajukan ijin penelitian kepada pihak sekolah, dalam hal ini kepada kepala sekolah sebagai pemegang otoritas di sekolah, langkah selanjutnya adalah menyusun perencanaan tindakan dengan tahapan sebagai berikut :

a. Menentukan kelas penelitian dan melakukan pengamatan awal ke kelas yang akan digunakan sebagai subjek penelitian dalam pengembangan kemampuan


(32)

71

Moh. Taofik Hidayat, 2014

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MENULIS BERBASIS PENGALAMAN HISTORIS SISWA MELALUI METODE INVESTIGASI KELOMPOK

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

menulis berbasis pengalaman historis siswa melalui metode investigasi kelompok. Pengamatan awal tersebut berlangsung dalam waktu yang relatif lama dengan tujuan agar terjalin konektivitas dengan siswa di kelas penelitian sehingga mereka sudah terbiasa dengan kehadiran peneliti di dalam kelas, dengan demikian akan terbentuk suasana alamiah dalam proses belajar.

b. Menjalin kesepakatan dengan guru mitra atau kolaborator kapan penelitian dilaksanakan serta meminta kesiapan guru kolaborator untuk menjadi menyampaikan materi yang telah direncanakan, sedangkan peneliti akan berperan sebagai observer atau pengamat. Dalam beberapa tindakan yang memerlukan pengawasan ekstra, terutama saat melakukan Investigasi Kelompok di lapangan peneliti melibatkan rekan sejawat lain dengan persetujuan guru kolaborator.

c. Menentukan metode dan langkah-langkah yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar serta menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). d. Menyusun alat observasi seperti menyusun RPP, menyusun pedoman

observasi, membuat pedoman wawancara, menentukan indikator keterampilan menulis sekaligus pedoman penilaian hasil karya tulis siswa baik kelompok maupun tugas individu serta pedoman diskusi kelas ketika siswa mempresentasikan hasil investigasi kelompok yang telah mereka lakukan. e. Melakukan diskusi dengan kolaborator berkaitan dengan hasil pengamatan

yang dilakukan dalam proses pembelajaran berkaitan dengan aktivitas guru, aktivitas siswa, suasana pembelajaran di dalam kelas serta berbagai kendala yang muncul dalam proses tersebut. Dalam tahapan ini peneliti juga berdiskusi tentang rencana perbaikan untuk mengatasi berbagai kelemahan dalam proses yang telah dilaksanakan.

2. Tindakan

Pelaksanaan tindakan (acting) yaitu praktik pembelajaran nyata

berdasarkan rencana yang telah disusun bersama sebelumnya. Pada penelitian ini sering terjadi perubahan yang dilaksanakan ketika kondisi kelas memerlukannya.


(33)

72

Moh. Taofik Hidayat, 2014

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MENULIS BERBASIS PENGALAMAN HISTORIS SISWA MELALUI METODE INVESTIGASI KELOMPOK

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Tindakan ini diarahkan guna memperbaiki keadaan, meningkatkan kualitas, atau mencari solusi permasalahan. Seperti yang telah diutarakan di atas, dalam pelaksanaan penelitian tindakan dilakukan dengan membentuk siklus yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, kemudian melakukan observasi dan refleksi, kemudian membuat rencana ulang, melakukan tindakan dan langkah berikutnya yang disesuaikan dengan kebutuhan penelitian. Dalam proses penelitian tersebut guru mitra selalu mendampingi peneliti dalam berbagai proses penelitian. Proses pelaksanaan siklus dilakukan sesuai dengan keberhasilan penggunaan metode investigasi kelompok dalam upaya pengembangan kemampuan menulis siswa berbasis pengalaman historis tersebut telah mencapai titik jenuh atau hasilnya telah stabil. Seperti yang telah peneliti uraikan pada bagian sebelumnya, penelitian ini secara umum direncanakan akan dilaksanakan selama enam bulan, yaitu dari bulan Januari sampai bulan Juni 2014. Adapun proses penelitian di dalam kelas direncanakan selesai dalam dua bulan, yaitu April sampai dengan Mei 2014, namun hal ini dapat berubah sesuai dengan tingkat ketercapaian tujuan penelitian sepert yang peneliti uraikan sebelumnya. Pada tahap ini peneliti bersama kolaborator melaksanakan proses pengembangan kemampuan menulis berbasis pengalaman historis siswa melalui metode investigasi kelompok. Proses pembelajaran dilakukan sesuai dengan rencana yang disusun meliputi kegiatan penyampaian materi, diskusi, melakukan pengamatan ke lapangan, mempresentasikan hasil investigasi kelompok serta mengumpulkan tugas berupa karya tulis baik secara kelompok maupun tugas individu. Pada tahapan ini, peneliti juga melakukan refleksi terhadap pelaksanaan tindakan untuk mengetahui pengaruh, kendala, masalah/persoalan yang muncul selama proses pembelajaran dalam upaya pengembangan kemampuan menulis.

3. Observasi

Observasi atau pengamatan pelaksanaan tindakan di kelas harus dilakukan dengan cermat oleh peneliti dan mitranya, dengan membuat catatan lapangan/field


(34)

73

Moh. Taofik Hidayat, 2014

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MENULIS BERBASIS PENGALAMAN HISTORIS SISWA MELALUI METODE INVESTIGASI KELOMPOK

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

analisis terhadap apa yang sedang terjadi di dalam kelas. Dalam penelitian ini peneliti mencatat setiap kejadian yang berlangsung pada saat kolaborator menyampaikan materi, sedangkan ketika siswa sedang melakukan diskusi guru kolaborator ikut mencatat kegiatan-kegiatan yang dilakukan siswa.

Menurut Wiriaatmadja, (2009:104), diungkapkan bahwa ketika seorang peneliti memasuki memasuki ruangan kelas dengan maksud mengobservasi, sebaiknya meninggalkan teori-teorinya di luar kelas dan mulai mengamati tanpa ada keinginan untuk menjustifikasi sebuah teori atau menyanggahnya. Observasi ini dilakukan bersamaan dengan tindakan dilakukan dengan cara mengamati setiap kejadian yang berlangsung di dalam kelas dan mencatatkannya pada alat observasi yang telah dipersiapkan sebelumnya. Observasi oleh peneliti kepada seluruh siswa kelas VII H dan kepada guru mitra peneliti serta dilakukan dalam setiap siklus tindakan berlangsung. Secara umum observasi tersebut dilakukan terhadap :

a. Kegiatan mengajar guru kolaborator, pengamatan meliputi keterampilan guru membuka pembelajaran (apersepsi), menyampaikan materi pokok, memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, memberikan rewards dan reinforcement terhadap pertanyaan dan jawaban siswa dalam kegiatan diskusi serta memberikan punishments jika ada siswa yang tidak mengikuti proses pembelajaran dengan baik, dan keterampilan dalam menutup pembelajaran.

b. Kegiatan belajar siswa, berupa respon siswa terhadap materi, metode dan media yang dikembangkan guru, kesiapan siswa untuk mengikuti pembelajaran di kelas, keterampilan siswa melakukan investigasi kelompok, kemampuan siswa dalam bertanya, menjawab serta mengemukakan pendapat, dan hasil karya tulis yang dikerjakan oleh siswa.

c. Pengamatan terhadap proses belajar mengajar, meliputi keadaan ruangan kelas dan lingkungan sekolah, situasi belajar serta interaksi antara siswa dengan guru di dalam kelas.


(35)

74

Moh. Taofik Hidayat, 2014

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MENULIS BERBASIS PENGALAMAN HISTORIS SISWA MELALUI METODE INVESTIGASI KELOMPOK

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu 4. Refleksi

Pada tahap refleksi, peneliti dan guru mitra secara kolaboratif merenungkan kembali tentang rencana dan pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan berdasarkan hasil analisis terhadap data, proses, dan hasil pelaksanaan tindakan yang telah dikerjakan. Dilihat dari proses dan waktu pelaksanaannya, refleksi dalam penelitian ini mencakup :

a. Refleksi Awal, yakni refleksi yang dilakukan pada saat dilakukan masa orientasi terahadap berbagai permasalahan serta faktor-faktor pendukung dan penghambat rencana pengembangan model dalam pembelajaran pendidikan Sejarah. Refleksi di sini, bertujuan untuk merumuskan proposal awal terhadap situasi sosial dalam pengembangan model yang akan dilakukan, selanjutnya dituangkan ke dalam suatu rancangan awal rencana program tindakan yang akan dilakukan;

b. Refleksi Proses, yakni refleksi yang dilakukan pada saat pelaksanaan program tidakan yang bertujuan untuk mengkaji proses, dan implikasi dari program tindakan yang dilakukan terhadap perolehan hasil belajar siswa, unjuk kerja guru dan siswa dalam pembelajaran Sejarah, serta implikasi-implikasi lain dimaksudkan untuk melakukan revisi terhadap rencana yang telah disusun, serta sebagai dasar dalam merancang rencana program tindakan selanjutnya dalam hubungannya dengan pengembangan model pemanfaatan investigasi kelompok dalam upaya pengembangan kemampuan menulis berbasis pengalaman historis yang diharapkan berbanding lurus dengan hasil belajar siswa.

c. Refleksi Hasil, yakni refleksi yang dilakukan pada akhir pelaksanaan program sesuai dengan rancangan program tindakan yang telah ditetapkan dan focus permasalahan serta tujuan pelaksanaan program tindakan. Artinya, program pelaksanaan telah dipandang berhasil dan mendukung ketercapaian tujuan dari program tindakan, yaitu setelah terjadinya peningkatan perolehan hasil belajar siswa, baik dilihat dair pengusaan materi, sikap, serta keterampilan-keterampilan sosial, unjuk kerja guru, dan proses belajar mengajar dalam


(36)

75

Moh. Taofik Hidayat, 2014

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MENULIS BERBASIS PENGALAMAN HISTORIS SISWA MELALUI METODE INVESTIGASI KELOMPOK

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

pembelajaran Sejarah. Refleksi di sini, pada dasarnya dimaksudkan untuk melakukan rekonstruksi dan revisi terhadap proses pembelajaran yang berupaya pengembangan kemampuan menulis berbasis pengalaman historis siswa melalui metode investigasi kelompok, yang dikembangkan dalam program tindakan ini sesuai dengan tujuan pokok dari pelaksaan tindakan.

5. Revisi Rencana

Pada tahap ini, berdasarkan hasil kajian dan refleksi terhadap pelaksanaan program tindakan, sesuai dengan rancangan rencana program tindakan yang telah ditetapkan, peneliti dan guru mitra secara kolaboratif dan partisipatif melakukan revisi terhadap rencana program tindakan yang telah disusun dan ditetapkan sebelumnya. Revisi ini dimaksudkan untuk melihat kekurangan-kekurangan dalam pembelajaran dan untuk melakukan perbaikan-perbaikan terhadap rencana dan pelaksanaan program tindakan yang telah dilakukan serta sebagai dasar penyusunan rancangan rencana program tindakan selanjutnya.

3.5 Proses Pelaksanaan Tindakan

Berdasarkan temuan dan refleksi awal pada saat orientasi terhadap

pelaksanaan pembelajaran Sejarah, maka pelaksanaan program tindakan dalam upaya pengembangan kemampuan menulis berbasis pengalaman historis melalui metode investigasi kelompok di Kelas VII H SMP Negeri 1 Kadipaten, Kabupaten Majalengka yang dilakukan dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut :

1. Perencanaan Bersama (Join Planning)

Perencanaan bersama ini dilakukan antara peneliti dan guru mitra tentang topik kajian, berdasarkan kriteria-kriteria yang telah sama-sama disepakati, waktu, dan tempat observasi yang akan dilakukan. Kemmis (1983), menjelaskan bahwa penelitian tindakan merupakan bentuk inkuiri reflektif yang dilakukan secara kemitraan mengenai situasi sosial tertentu (termasuk pendidikan) untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan (Wiriaatmadja, 2009:12).


(1)

201

Riyanto, Yatim. (2010). Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya : Penerbit SIC.

Said, Edward. (2001). Orientalisme. Bandung : PUSTAKA.

Saud, Udin Syaefudin dan Makmun, Abin, S. (2005). Perencanaan Pendidikan Suatu Pendekatan Komprehensif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Sjamsuddin, Helius. (2007). Penulisan Buku Teks dan Sejarah Lokal. Dalam

Sejarah Lokal Penulisan dan Pembelajaran di Sekolah. Editor Agus Mulyana dan Restu Gunawan. Bandung : Salamina Press.

Sjamsuddin, Helius. (2012). Metodologi Sejarah. Yogyakarta : Ombak.

Slavin, Robert E. (2005). Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktek. Bandung : Nusa Media.

Supardan, Dadang. (2011). Pengembangan Kreatifitas Guru Dalam Pembelajaran

Sejarah. Dalam Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sejarah. Mulyana,

Agus dan Darmawan, W. (Ed). Universitas Pendidikan Indonesia.

Supardan, Dadang. (2011). Pengantar Ilmu Sosial Sebuah Kajian Pendekatan

Struktural. Jakarta : Bumi Aksara.

Supriatna, Nana. (2007). Mengembangkan Pembelajaran Kritis (Critical

Pedagogy) Dalam Pembelajaran Sejarah. Dalam Sejarah lokal Penulisan

dan Pembelajaran di Sekolah. Editor Mulyana, Agus dan Gunawan, R. Bandung : Salamina Press.

Supriatna, Nana. (2007). Pembelajaran Sejarah Dalam KTSP. Dalam Sejarah lokal Penulisan dan Pembelajaran di Sekolah. Editor Mulyana, Agus dan Gunawan, R. Bandung : Salamina Press.

Supriatna, Nana. (2007). Konstruksi Pembelajaran Sejarah Kritis Dalam

Kurikulum Sebagai Sebuah Praksis. Dalam Sejarah lokal Penulisan dan

Pembelajaran di Sekolah. Editor Mulyana, Agus dan Gunawan, R. Bandung : Salamina Press.

Supriatna, Nana. (2007). Pembelajaran Sejarah Yang Berorientasi Pada

Masalah-Masalah Sosial Kontemporer. Dalam Konstruksi Pembelajaran

Sejarah Kritis. Bandung : Historia Utama Press.

Supriatna, Nana. (2007). Menggali Sumber Belajar Dari Lingkungan Sosial


(2)

202

lokal Penulisan dan Pembelajaran di Sekolah. Editor Mulyana, Agus dan Gunawan, R. Bandung : Salamina Press.

Supriatna, Nana. (2007). Strategi Membaca Buku Teks Dengan Kritis Dalam

Proses Pembelajaran Sejarah. Dalam Sejarah lokal Penulisan dan

Pembelajaran di Sekolah. Editor Mulyana, Agus dan Gunawan, R. Bandung : Salamina Press.

Supriatna, Nana. (2008). Konstruksi Pembelajaran Sejarah Yang Berorientasi

Pada Masalah-Masalah Sosial Kontemporer. Desertasi. Bandung :

Universitas Pendidikan Indonesia.

Suprijono, Agus. (2013). Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Syah, Muhibbin. (2011). Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Syarifudin, M. (1994). “Dasar-Dasar Kependidikan (Seri Pengantar).” Makalah di Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Tabroni, Roni. (2007). Melejitkan Potensi Mengasah Kreativitas Menulis Artikel. Bandung : Nuansa.

Tarigan, Henry Guntur. (1985). Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa.

Turner, Bryan. (2008). Periodesasi Dan Politik Dalam Posmodernisme. Dalam Teori-Teori Sosiologi Modernitas Posmodernitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Undang-Undang No. 22 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Wahab, Abdul Azis. (2007). Metode dan Model-model Mengajar. Bandung: Alfabeta.

Walshe, R.D. (1977). Students Write. In A New Look at History Teaching Ideas on the theory and practice of teaching history in secondary schools. New South Wales : The History Teachers’ Association of New South Wales. Widja, I Gde. (1989). Sejarah Lokal Suatu Perspektif Dalam Pengajaran Sejarah.

Jakarta : Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Dirjen Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan LPTK.

Wineburg, Sam. (2006). Berpikir Historis Memetakan Masa Depan Mengajarkan


(3)

203

Wiriatmadja. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas untuk Meningkatkan

Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: PPS UPI dan Remaja Rosdakarya

Wiriaarmadja, Rochiati. (2009). Metode Penelitian Tindakan Kelas Untuk Meningkatkan Kinerja Guru Dan Dosen. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Wiriatmadja. (2005). Pendidikan Nilai dalam Pembelajaran Sejarah. Modul/bahan kuliah Pendidikan Nilai dalam Pembelajaran Sejarah pada Program Studi Pendidikan Sejarah Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak diterbitkan.

B. Artikel Dari Internet

Anonim. (2011). Teori Belajar Behavioristik Kognitif. [Online}. [Tersedia]. http://www.sekolahdasar.net. [11 November 2011].

Akbar, R.I. (2008). Pembelajaran Sejarah. [Online]. Tersedia :

http://rufmania.multiply.com. [22 Desember 2012].

Cantu, D. Antonio, (2000). The Role of Journal Writing in Historical Thinking. [online]. Tersedia : http://www.historians.org/publications-and-

directories/perspectives-on-history/september-2000/the-role-of-journal-writing-in-historical-thinking. [di unduh 21 Februari 2014].

Hasan, S.H. (2008). Pengembangan Kompetensi Berfikir Kritis Dalam Pendidikan

Sejarah. [Online]. Tersedia : http://file.upi.edu/Direktori/ FPIPS/JUR._

PEND._SEJARAH/-pdf [26 April 2013]

Hasan, S.H. (2010). Pendidkan Sejarah Kemana dan Bagaimana. [Online]. Tersedia : file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._SEJARAH. [19 November 2012].

Haryanto. (2013). [online]. Pengertian Media Pembelajaran. Tersedia :

http://belajarpsikologi.com/pengertian-media-pembelajaran/. [diunduh 18

Desember 2013].

Iriadi, A., dan Tarunasena. (Media Pembelajaran Dalam Pembelajaran Sejarah / IPS [online]. Tersedia : http://webcache.googleusercontent.com/search?q =cache:gakpEr1svdgJ:file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._SEJARAH/1968 08281998021-TARUNASENA/Handout/MEDIA%2520

PEMBELAJARAN%2520DALAM%2520PEMBELAJARAN%2520SEJARAH.p ptx+&cd=4&hl=en&ct=clnk. [di unduh 18 Desember 2013].


(4)

204

http://mastugino.blogspot.com/2013/06/teori-belajar-menurut-para-ahli.html. [diunduh 18 Desember 2012].

http://file.upi.edu/Direktori/DUAL-MODES/PENDIDIKAN IPA DI SD/BBM

2.pdf. [diunduh 18 Desember 2013].

http://cdn.belajarpsikologi.com/wp-content/uploads/2012/01/Media-Pembelajaran.png. [diunduh 18 Desember 2013].

http://web.usm.my/education/publication/APJEE_26_04_Awaatif%20(51-70).pdf [diunduh 19 Desember 2013].

http://archive69blog.blogspot.com/2011/03/riwayat-hidup-singkat-pangeran-aria.html#ixzz2oCzk4Xmx. [diunduh 19 Desember 2013].

Katminingsih, Yuni. (2012). Vygotsky dan Teorinya. [online]. Tersedia :

http://yunikatminingsih.blogspot.com/2012/10/1-vygotsky-dan-teorinya-dalam.html. [diunduh 18 Desember 2013].

Maryani, Mimin. (2012). Menggelorakan Kembali Budaya Menulis. [online]. Tersedia :

http://politik.kompasiana.com/2012/09/12/menggelorakan-kembali-budaya-menulis-486226.html. [diunduh 10 Januari 2013].

Metode Pembelajaran GI (Group Investigation). [Online]. Tersedia :

http://zaifbio.wordpress.com/2013/09/04/metode-pembelajaran-gi-group-investigation/ [diunduh 21 Januari 2013].

Zaenal (2008). Implementasi Filsafat Sejarah dan Metodologi Sejarah Dalam

Pembelajaran Sejarah. [Online]. Tersedia : http://suciptoardi.

wordpress.com. [22 Desember 2012].

C. Jurnal Cetak dan On line, Tesis dan Desertasi.

Armina, Dian Era (2010). Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif. Dalam JPIS : Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial Nomor 34 Tahun

XVIII Edisi Januari-Juni 2010. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.

Darmawan, Wawan (2007). Analisis Historiografi Terhadap Buku-Buku Teks

Pelajaran Sejarah SMP dan SMA Tahun 1999-2004. Dalam JPIS : Jurnal

Pendidikan Ilmu Sosial Nomor 28 Tahun XV Edisi Januari-Juni 2007. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.


(5)

205

Lestari, Sri. (2009). Upaya Meningkatkan Keterampilan Menulis Siswa Dengan

Pendekatan Kontekstual Penelitian Tindakan Kelas Di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 04 Gunungan, Manyaran, Wonogiri. Tesis : Program Pasca

Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Mayasari, Rina (2012) The Use Of Group Investigation To Improve Students’

Ability In Writing Skill On Analytical Exposition Text. Dalam Encounter:

Volume 3 ,No. 2, 2012.(137-154).

Mitchell, Mitzi G. et.al. (2008). Group Investigation as a Cooperative Learning

Strategy : An Integrated Analysis of the Literature. At The Alberta Journal

of Educational Research Vol. 54, No. 4, Winter 2008, 388-395. York University.

Pitard, Peter. (2011). Writing in the Social Studies Classroom. At : Colonial Williamsburg Departement of Education Outreach. Virginia.

Saripudin, Didin. (2007). Peningkatan Pemerataan Partisipasi dan Pengembangan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Mahasiswa Melalui Model Kelompok Belajar Kooperatif. Dalam JPIS : Jurnal Pendidikan Ilmu

Sosial Nomor 28 Tahun XV Edisi Januari-Juni 2007. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.

Setianto, Yudi (2012). Dikotomi Bebas Nilai dan Nilai Pendidikan dalam

Pembelajaran Sejarah. Dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Volume

18(4): 477- 488.

Sharan and Sharan (1989). Group Investigation Expands Cooperative Learning.

(17-21).e-journals : Educational Leadership. [On line]. Available at :

http://www.ascd.org/ASCD/pdf/journals/ed_lead/el_198912_sharan.pdf.

[February 20, 2014].

Somantri, Gumilar Rusliwa (2005). Memahami Metode Kualitatif. Dalam MAKARA, SOSIAL HUMANIORA, VOL. 9, NO. 2, DESEMBER 2005. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia.

Supriatna, Encep. (2010). Pendekatan Konstruktivisme Dalam Pembelajaran

Sejarah Untuk Menumbuhkan Berpikir Kritis Siswa Melalui Proses Belajar Mengajar. Dalam JPIS : Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial Nomor 34 Tahun

XVIII Edisi Januari-Juni 2010. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.

Tarunasena. (2013). Upaya Penerapan Model Blended-Learning Untuk


(6)

206

(Penelitian Tindakan Kelas Pada Mata Kuliah Problematika Dalam Pembelajaran Sejarah di Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI). Tesis

pada Program Studi Pengembangan Kurikulum Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak diterbitkan.

Zingaro, Daniel. (2008). Group Investigation : Theory and Practice. Available at :

http://www.danielzingaro.com/gi.pdf. Ontario Institute for Studies in