PENERAPAN PENDEKATAN ANDRAGOGI DALAM PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR DI PESANTREN MASA KEEMASAN DAARUT TAUHID BANDUNG.
PENERAPAN PENDEKATAN ANDRAGOGI DALAM PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR DI PESANTREN MASA KEEMASAN DAARUT
TAUHID BANDUNG
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Luar Sekolah
Oleh :
Ulpi Pauziah 0907409
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
(2)
PENERAPAN PENDEKATAN ANDRAGOGI DALAM PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR DI PESANTREN MASA KEEMASAN DAARUT
TAUHID BANDUNG
Oleh Ulpi Pauziah
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan
© Ulpi Pauziah 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Februari 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(3)
ULPI PAUZIAH
PENERAPAN PENDEKATAN ANDRAGOGI DALAM PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR DI PESANTREN MASA KEEMASAN DAARUT
TAUHID BANDUNG
Disetujui dan disahkan oleh pembimbing : Pembimbing I
Prof.Dr.H.Ishak Abdulhak,M.Pd NIP.19490227 197703 1 002
Pembimbing II
Dr.Asep Saepudin, M.Pd NIP.19700930 200801 1 004
Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia
Dr.Jajat S.Ardiwinata, M.Pd NIP. 19590826 198603 1 003
(4)
Ulpi Pauziah, 2014
Penerapan pendekatan andragogi dalam peningkatan motivasi belajar di pesantren masa keemasan Daarut Tauhid Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK
PENERAPAN PENDEKATAN ANDRAGOGI DALAM PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR DI PESANTREN MASA KEEMASAN DAARUT
TAUHID BANDUNG
Pesantren Masa Keemasan diselenggarakan khusus untuk orang dewasa yang telah menginjak usia lanjut dimana dalam membantu orang lanjut usia untuk mengatasi masalah dalam menghadapi masa tuanya diperlukan pendekatan yang khusus yaitu pendekatan andragogi. Disamping pendekatan andragogi dalam pelaksanaan Pesantren Masa Keemasan juga terdapat pendekatan pedagogi karena dewasa ini kedua pendekatan tersebut dapat digunakan secara kontinum. Namun, Penelitian ini bertitik tolak pada permasalahan tentang penerapan pendekatan andragogi dalam peningkatan motivasi belajar peserta pesantren masa keemasan yang diselenggarakan oleh Yayasan Daarut Tauhid Bandung. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang proses pelaksanaan Pesantren Masa Keemasan di Daarut Tauhid, penerapan pendekatan Andragogi dalam proses pembelajaran program Pesantren Masa Keemasan di Daarut Tauhid. Dan peningkatan motivasi belajar peserta pada program Pesantren Masa Keemasan di daarut Tauhid.
Landasan teori dari penelitian ini yaitu mengacu pada konsep andragogi, konsep Pendidikan Luar Sekolah, konsep motivasi dan konsep pembelajaran.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dokumentasi dan angket. Subjek penelitian terdiri atas satu orang pengelola, dua orang narasumber dan empat orang peserta.
Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan hasil penelitian diperoleh kesimpulan yaitu : 1) Proses pelaksanaan Pesantren Masa Keemasan Daarut Tauhid Bandung ini dilaksanakan dengan sistematis didalamnya terdapat tiga aspek yaitu perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Diawali dengan analisis kebutuhan peserta, penyusunan kurikulum dan materi, pelaksanaan pembelajaran hingga evaluasi. 2) penerapan pendekatan andragogi dalam proses pembelajaran dapat dilihat dari mulai persiapan, pelaksanaan dan refleksi pembelajaran dengan didasari oleh pendekatan andragogi dalam proses belajar-mengajar yaitu orang dewasa dapat belajar, belajar adalah suatu proses dari dalam dan kondisi belajar peserta. 3) Peningkatan Motivasi belajar pada peserta Pesantren Masa Keemasan, motivasi belajar peserta Pesantren Masa Keemasan pada awal pembelajaran masih rendah dan pada akhir pembelajaran terdapat peningkatan motivasi belajar kearah yang positif yaitu motivasi belajar yang tinggi.
(5)
Ulpi Pauziah, 2014
Penerapan pendekatan andragogi dalam peningkatan motivasi belajar di pesantren masa keemasan Daarut Tauhid Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT
THE APPLICATION OF ANDRAGOGY APPROACH IN THE
IMPROVEMENT OF LEARNING MOTIVATION IN “GOLDEN AGE
BOARDING SCHOOL DAARUT TAUHID BANDUNG"
Golden Age Boarding School is organized specifically for adults who have stepped in to the elderly where elderly people required a special approach to overcome problems in facing their old age. In this case, Andragogy approach is needed. Besides Andragogy approach in the implementation of the Golden Age boarding school there is also pedagogical approach. Both approaches can be used as a continuum. However, this research starting point is on the issue of the application of andragogy approach in improving learning motivation of the participants in the golden age boarding school organized by the Daarut Tauhid Foundation Bandung. The goal of this research is to gain an overview of the implementation process of the Golden Age of Boarding School in Daarut Tauhid, the application of andragogy approach in the learning process of the Golden Age in the boarding school program of Daarut Tauhid and improving learning motivation of the participants in the Golden Age at the boarding school program of Daarut Tauhid.
Theoretical basis of this research refers to the concept of andragogy, the concept of School Education, the concept of motivation and learning concepts.
The method used in this research is descriptive method with qualitative approaches and techniques of data collection are done by interviews, observation, documentation and questionnaires. Research subjects consist of one manager, two speakers and four participants.
Based on the results of data processing and discussion of research results, it is concluded that: 1) the process of implementation of the Golden Age Daarut Tauhid Boarding School Bandung is implemented systematically in which there are three aspects of planning, implementation and evaluation. It is started by with the analysis of the participants' needs, curriculum and materials, followed by implementation and evaluation of learning. 2) Application of andragogy approach can be seen in the learning process from preparation, execution and reflection based learning andragogy approach in the teaching-learning process that adults
(6)
Ulpi Pauziah, 2014
Penerapan pendekatan andragogi dalam peningkatan motivasi belajar di pesantren masa keemasan Daarut Tauhid Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
can learn, and learning is a process of the participants and learning conditions. 3 ) Improvement of learning motivation on the Golden Age of participants in boarding school , boarding school participants ' learning motivation at the beginning of the Golden Age of learning is low and at the end of the lesson there is an positive improvement of motivation towards learning.
(7)
Ulpi Pauziah, 2014
Penerapan pendekatan andragogi dalam peningkatan motivasi belajar di pesantren masa keemasan Daarut Tauhid Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Hal
PERNYATAAN i
ABSTRAK ii
KATA PENGANTAR iii
UCAPAN TERIMA KASIH iv
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian . 1
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah 4
C. Tujuan Penelitian 5
D. Manfaat Penelitian 6
E. Struktur Organisasi Skripsi 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Andragogi 8
1. Pengertian Andragogi 8
2. Asumsi Dasar Andragogi 9
3. Beberapa Asumsi Mengenai Belajar dan Mengajar 10 4. Proses Belajar –Mengajar Orang Dewasa 15
B. Konsep Pendidikan Luar Sekolah 18
1. Pengertian Pendidikan Luar Sekolah 18
2. Tujuan Pendidikan Luar Sekolah 19
3. Karakteristik Pendidikan Luar Sekolah 21
4. Sasaran Pendidikan Luar Sekolah 23
5. Fungsi Pendidikan Luar Sekolah 24
C. Konsep Motivasi Belajar 25
(8)
Ulpi Pauziah, 2014
Penerapan pendekatan andragogi dalam peningkatan motivasi belajar di pesantren masa keemasan Daarut Tauhid Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Teori Motivasi 26
3. Prinsip Membentuk Motivasi 31
4. Cara Memberi Motivasi 31
5. Fungsi Motivasi 32
6. Motivasi Belajar 34
7. Peranan Motivasi dalam Belajar dan Pembelajaran 34
D. Konsep Pembelajaran 35
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian 39
1. Lokasi Penelitian 39
2. Subjek Penelitian 39
B. DesainPenelitian 40
C. Metode dan Pendekatan penelitian 41
D. Definisi Operasional 42
E. Instrument Penelitian 43
F. Pengembangan Instrumen Penelitian 44
G. Teknik Pengumpulan Data 45
H. Analisis Data 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Yayasan Daarut Tauhid 50
B. Hasil Penelitian 56
C. Pembahasan dan Analisis Temuan 88
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 94
B. Saran 96
DAFTAR PUSTAKA 98
(9)
Ulpi Pauziah, 2014
Penerapan pendekatan andragogi dalam peningkatan motivasi belajar di pesantren masa keemasan Daarut Tauhid Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 : Kondisi Belajar dan Prinsip-prinsip Mengajar yang
Bersifat Andragogi 12
Tabel 3.1 : Kriteria Perhitungan 48
Tabel 3.2 : Rentang Sikap 48
Tabel 4.1 : Identitas Responden 56
Tabel 4.2 : Rentang Sikap Motivasi Belajar di Awal
Pembelajaran 68
Tabel 4.3 : Rentang Sikap Motivasi Belajar di Akhir
Pembelajaran 68
Tabel 4.4 : Hasil Skala Sikap Peserta di Awal Pembelajaran 69 Tabel 4.5 : Hasil Skala Sikap Peserta di Akhir Pembelajaran 72
(10)
Ulpi Pauziah, 2014
Penerapan pendekatan andragogi dalam peningkatan motivasi belajar di pesantren masa keemasan Daarut Tauhid Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 : Struktur Organisasi Yayasan Daarut Tauhid 54 Gambar 4.2 : Struktur Organisasi Daarut Tarbiyah 55
(11)
Ulpi Pauziah, 2014
Penerapan pendekatan andragogi dalam peningkatan motivasi belajar di pesantren masa keemasan Daarut Tauhid Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Keterangan (SK) Dosen Pembimbing 2. Surat Permohonan Izin Penelitian
3. Surat Keterangan telah Melakukan penelitian dari Lembaga 4. Lembar Bimbingan Skripsi
5. Kisi-kisi Penelitian
6. Pedoman Wawancara kepada Pihak Penyelenggara
7. Pedoman Wawancara kepada Peserta Pesantren Masa Keemasan 8. Pedoman Wawancara Kepada Narsumber
9. Angket Motivasi Belajar 10.Hasil Wawancara
11.Hasil Angket
(12)
Ulpi Pauziah, 2014
Penerapan pendekatan andragogi dalam peningkatan motivasi belajar di pesantren masa keemasan Daarut Tauhid Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Manusia dalam kehidupannya mengalami pertumbuhan dan perkembangan, dimulai dari masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa sampai hari tuanya. Manusia yang memiliki kesempatan untuk memasuki usia 40-45 sampai sekitar 65 tahun sebagai awal masa dewasa, serta masa dewasa lanjut atau masa tua akan mengalami perkembangan dalam beberapa aspek yang terjadi selama masa dewasa dan usia tua yang meliputi perkembangan fisik, kognitif dan psikososial. Desmita (2006:234) mengemukakan bahwa dilihat dari aspek perkembangan fisik, pada masa awal masa dewasa kemampuan fisik mencapai puncaknya, dan sekaligus mengalami penurunan selama periode ini.
Selanjutnya Desmita (2006:234) mengemukakan pada usia pensiun biasanya menimbulkan masalah baru dimana banyak waktu luang untuk diisi, mengurangi perasaan dibutuhkan dan harga diri. Di satu sisi, mereka sangat berharap masih dapat melakukan kegiatan yang biasa dilakukan untuk memperoleh kembali identitas diri dan nilainya. Tapi, di sisi lain mereka juga ingin dapat melepaskan semua itu atau menarik diri dari keterlibatan sosial dan menjalani hidup kontemplatif. Masalah pengendalian diri tampaknya menjadi hal penting bagi orang lanjut usia. Meskipun mereka pada dasarnya sangat membutuhkan pertolongan orang lain, namun mereka juga sangat ingin menunjukkan bahwa dirinya masih mampu melakukan aktivitas sendiri, dan mereka masih mempunyai kekuatan dan wewenang.
(13)
Ulpi Pauziah, 2014
Penerapan pendekatan andragogi dalam peningkatan motivasi belajar di pesantren masa keemasan Daarut Tauhid Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pendidikan dirumuskan sebagai upaya bagaimana mengarahkan perkembangan kepribadian manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya agar kelak akan menjadi insan kamil, dalam rangka mencapai tujuan akhir kehidupannya, yaitu kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat yang diridhoi Allah SWT. (Taqiyuddin, 2008:55). Dalam pendidikan yang berkaitan dengan hal tersebut lebih sesuai jika dikaitkan dengan pendidikan luar sekolah dengan merujuk pada Peraturan Pemerintah No 73 Tahun 1991 tentang Pendidikan Luar Sekolah yang dikemukakan bahwa :
Pendidikan Luar Sekolah adalah pendidikan yang diselenggarakan di luar sekolah baik dilembagakan maupun tidak (pasal 1 ayat (1) yang bertujuan untuk (1) Melayani warga belajar supaya dapat tumbuh dan berkembang sedini mungkin dan sepanjang hayatnya guna meningkatkan martabat dan mutu kehidupannya, (2) Membina warga belajar agar memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap mental yang diperlukan untuk mengembangkan diri, bekerja mencari nafkah atau melanjutkan ke tingkat dan/atau jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan (3) Memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat dipenuhi jalur pendidikan sekolah (Pasal 2). Memahami kutipan tersebut, posisi pendidikan luar sekolah dalam melayani warga belajar supaya dapat berkembang sepanjang hayatnya guna meningkatkan martabat dan mutu kehidupannya salah satunya dengan pendidikan keagamaan dalam bentuk pesantren.
Program Pesantren Masa Keemasan dilaksanakan selama 40 hari dan dirancang dengan pendekatan pelatihan yang mengkombinasikan berbagai metode belajar andragogi (pembelajaran orang dewasa), sehingga dengan waktu belajar yang singkat namun tetap efektif. Peserta atau Santri mendapatkan manfaat pembelajaran baik menambah pengetahuan, pengembangan karakter dan peningkatan keterampilan. Program ini bersifat tematik, dengan berpijak pada materi kepesantrenan sebagai bahan materi pokok maupun ekstrakurikuler
(14)
3
Ulpi Pauziah, 2014
Penerapan pendekatan andragogi dalam peningkatan motivasi belajar di pesantren masa keemasan Daarut Tauhid Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Proses pembelajaran pada pesantren memberikan suatu pengalaman baru bagi warga belajar atau sering disebut santri melalui berbagai aktivitas-aktivitasnya yang berada dalam kondisi pembelajaran yang interaktif, dinamis dengan pendekatan-pendekatan yang memungkinkan peserta dapat terlibat secara aktif, mengaktualisasikan diri dan pengalamannya. Sehingga proses pembelajaran terjadi tidak seperti proses belajar-mengajar di sekolah. Desain pembelajaran di pesantren tidak terlepas dari teori belajar yang mendasarinya. Selain itu, diperlukan narasumber sebagai salah satu sumber belajar yang professional dan kompeten agar pembelajaran dapat berjalan dengan lancar.
Berbeda dengan pembelajaran pesantren biasanya Pesantren Masa Keemasan diselenggarakan khusus untuk orang dewasa yang telah menginjak usia lanjut dimana dalam membantu orang lanjut usia untuk mengatasi masalah dalam menghadapi masa tuanya diperlukan pendekatan yang khusus yaitu pendekatan orang dewasa dalam pelaksanaannya dalam pendidikan luar sekolah. Disamping pendekatan andragogi dalam pelaksanaan Pesantren Masa Keemasan juga terdapat pendekatan pedagogi karena dewasa ini kedua pendekatan tersebut dapat digunakan secara kontinum.
Pendidikan orang dewasa menjadi cakupan dalam pendidikan luar sekolah, dimana pendidikan orang dewasa dirumuskan sebagai suatu proses yang menumbuhkan keinginan untuk bertanya dan belajar secara berkelanjutan sepanjang hidup.
Dalam proses pembelajaran motivasi menjadi faktor yang berpengaruh dimana Motivasi merupakan dorongan yang datang dari dalam maupun luar diri peserta. Motivasi dipengaruhi oleh banyak faktor yakni perbedaan individual peserta itu sendiri. Mulai dari status sosial, ekonomi, budaya, tingkat pengetahuan dan
(15)
Ulpi Pauziah, 2014
Penerapan pendekatan andragogi dalam peningkatan motivasi belajar di pesantren masa keemasan Daarut Tauhid Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sebagainya. Motivasi berguna untuk memudahkan peserta dalam menyerap materi yang disampaikan. Apabila mereka mempunyai motivasi yang tinggi maka daya serap mereka akan materi yang disampaikan akan kuat. Begitu pula sebaliknya, apabila motivasi rendah maka daya serap mereka akan materi pun akan lemah. Motivasi muncul apabila seseorang memiliki keinginan yang kuat terhadap sesuatu hal. Motivasi juga dipengaruhi oleh faktor luar diri seperti pengaruh lingkungan atau orang lain disekitarnya.
Dari hasil studi pendahuluan motivasi peserta PMK masih rendah ketika diawal program. Hal ini terjadi dikarenakan beberapa faktor, baik faktor eksternal maupun faktor internal. Selain itu kondisi peserta yang telah menginjak masa lansia dengan perubahan kognitif dan memori yang terjadi pada lansia adalah semakin mudah lupa, lebih sulit mempelajari informasi baru, dan menurunnya kemampuan mengingat kembali. Kondisi permasalah perubahan kognitif ini menjadi berpengaruh terhadap motivasi dalam diri peserta sehingga kondisi motivasi belajar peserta rendah. Dan penyesuaian terhadap kondisi lingkungan sekitar pun menjadi penyebab kondisi motivasi belajar peserta rendah.
Pada umumnya pesantren dianggap sebagai tempat mengajarkan ilmu-ilmu agama yang bersifat konvensional dan sasarannya merupakan usia produktif dan masih usia sekolah formal. Namun, tak hanya usia produktif yang memerlukan pengetahuan agama namun usia lanjut pun membutuhkan pengetahuan tentang agama untuk mempersiapkan kehidupan selanjutnya dan yang menjadi hal yang menarik bahwa pada usia lanjut diperlukan usaha khusus untuk meningkatkan motivasi belajar.
(16)
5
Ulpi Pauziah, 2014
Penerapan pendekatan andragogi dalam peningkatan motivasi belajar di pesantren masa keemasan Daarut Tauhid Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, penulis mengidentifikasi permasalahan terkait pelaksanaan program Pesantren Masa Keemasan di Daarut Tauhid. Beberapa pokok permasalahan yang telah teridentifikasi yaitu :
1. Peserta Pesantren Keemasan yaitu orang tua berusia 50 tahun ke atas dengan kondisi fisik yang mulai menurun dan kondisi mental yang tidak stabil mengakibatkan motivasi belajar mulai menurun.
2. Berdasarkan hasil studi pendahuluan dan skala sikap motivasi belajar peserta masih rendah.
3. Peserta pesantren masa keemasan bersifat heterogen yaitu mulai dari jenis kelamin, usia dan latar belakang pendidikan. Sehingga adanya keanekaragaman dalam motivasi belajar peserta.
4. Latar belakang peserta mengikuti program pesantren masa keemasan menjadi salah satu faktor yang berpengaruh terhadap motivasi belajar peserta.
5. Fasilitas yang di desain kurang sesuai dengan keadaan peserta sehingga dapat menghambat proses pelaksanaan program.
6. Kegiatan perencanaan pembelajaran kurang melibatkan peserta.
7. Belum terdapatnya evaluasi pembelajaran yang tepat dalam pelaksanaan Pesantren Masa Keemasan.
Dari hasil identifikasi masalah tersebut agar penelitian terfokus maka peneliti membatasi masalah hanya pada penerapan pendekatan andragogi pada Pesantren Masa Keemasan yang diselenggarakan oleh Yayasan Daarut Tauhid Bandung. Dan secara umum peneliti merumuskan permasalahan penelitian yaitu “Bagaimana
(17)
Ulpi Pauziah, 2014
Penerapan pendekatan andragogi dalam peningkatan motivasi belajar di pesantren masa keemasan Daarut Tauhid Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penerapan Pendekatan Andragogi dalam peningkatan motivasi belajar di Pesantren Masa Keemasan Daarut Tauhid Bandung?”
Merujuk pada hasil identifikasi masalah dan rumusan masalah di atas Peneliti mengelaborasikannya dalam bentuk beberapa pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana proses pelaksanaan Pesantren Masa Keemasan di Daarut Tauhid? 2. Bagaimana penerapan pendekatan Andragogi dalam proses pembelajaran
program Pesantren Masa Keemasan di Daarut Tauhid?
3. Bagaimana peningkatan motivasi belajar peserta program Pesantren Masa Keemasan di Daarut Tauhid?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Memperoleh gambaran tentang proses pelaksanaan Pesantren Masa Keemasan di Daarut Tauhid.
2. Memperoleh gambaran tentang penerapan pendekatan Andragogi dalam proses pembelajaran program Pesantren Masa Keemasan di Daarut Tauhid.
3. Memperoleh gambaran tentang peningkatan motivasi belajar peserta pada program Pesantren Masa Keemasan di daarut Tauhid.
D. Manfaat Penelitian 1. Kegunaan Teoritis
Dengan diadakannya penelitian ini, peneliti berharap dapat memberikan sumbangan terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dan wawasan mengenai
(18)
7
Ulpi Pauziah, 2014
Penerapan pendekatan andragogi dalam peningkatan motivasi belajar di pesantren masa keemasan Daarut Tauhid Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pendidikan luar sekolah, khususnya mengenai teori pendidikan orang dewasa (Andragogy).
2. Kegunaan Praktis (Operasional)
a. Bagi Peneliti
Dengan adanya penelitian ini peneliti memiliki harapan dapat menambah wawasan pengetahuan dan pengembangan pola pikir peneliti khususnya dalam bidang pendidikan orang dewasa dalam pendidikan luar sekolah. b. Bagi Pihak Lembaga
Peneliti memiliki harapan penelitian ini dapat memberikan masukan yang berarti bagi pengelola lembaga untuk terus meningkatkan kualitas kelembagaan melalui manajemen yang baik.
c. Bagi Dunia Pendidikan Pada Umumnya
Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dan sumber inspirasi untuk lebih memperdalam permasalahan yang berkaitan dengan pendidikan orang dewasa.
E. Struktur Organisasi
Untuk mempermudah pembahasan dan penyusunan selanjutnya, maka Penulis memberikan gambaran umum tentang isi dan materi yang akan dibahas yaitu sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN, terdiri dari Latar Belakang Penelitian, Identifikasi dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian,
BAB II KAJIAN PUSTAKA, terdiri dari konsep-konsep mengenai Pendidikan Luar Sekolah, andragogi dan motivasi belajar.
BAB III METODE PENELITIAN didalamnya membahas tentang penjabaran yang rinci mengenai Lokasi dan Objek Penelitian, Desain Penelitian, Definisi
(19)
Ulpi Pauziah, 2014
Penerapan pendekatan andragogi dalam peningkatan motivasi belajar di pesantren masa keemasan Daarut Tauhid Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Operasional, Instrumen Penelitian, Proses Pengembangan Instrumen, Teknik Pengumpulan Data dan analisis data
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN, membahas tentang hasil penelitian dan analisis hasil temuan.
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI, membahas
kesimpulan hasil penelitian dan rekomendasi yang merupakan penjelasan akhir dari seluruh hasil penelitian
(20)
Ulpi Pauziah, 2014
Penerapan pendekatan andragogi dalam peningkatan motivasi belajar di pesantren masa keemasan Daarut Tauhid Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Daarut Tarbiyah yang berada dibawah Yayasan Daarut Tauhid yang beralamat di Sekretariat Daarut Tarbiyah Pesantren Daarut Tauhiid Gedung Muslimah Center Lantai 1 JL.Gegerkalong Girang NO.30-D BANDUNG 40154
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah pihak yang terkait dengan proses pelaksanaan Pesantren Masa Keemasan di Daarut Tauhid Bandung. Kedudukan subjek penelitian merupakan bagian penting karena data tentang variabel yang diteliti dan diamati oleh peneliti.
Suharsimi Arikunto (2000:116) mengemukakan bahwa subjek penelitian adalah benda, hal atau orang dan tempat dimana data yang dipermasalahkan dalam penelitian.
Subjek penelitian atau responden/informan dalam penelitian ini adalah berbagai karakteristik yang terlibat dalam Program Pesantren Masa Keemasan di Daarut Tauhid Bandung. Agar penelitian dapat terfokus dan dilakukan secara mendalam maka yang menjadi responden/informan dibatasi jumlahnya dengan pertimbangan informan tersebut memiliki informasi yang dibutuhkan peneliti, dan dalam hal ini peneliti menggunakan purpose sampling dalam teknik pengambilan sampling.Sebagaimana yang disebutkan sugiyono (2012:301) dalam bukunya bahwa
“Purpose Sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu”.
(21)
Ulpi Pauziah, 2014
Penerapan pendekatan andragogi dalam peningkatan motivasi belajar di pesantren masa keemasan Daarut Tauhid Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Subjek penelitian yang dijadikan sumber data utama adalah satu orang pengelola program pesantren masa keemasan, dua orang narasumber, dan 4 peserta Pesantren Masa Keemasan di Daarut Tauhid Bandung.
Pemilihan subjek penelitian tersebut sebanyak tujuh orang yaitu dengan beberapa pertimbangan sebagai berikut :
1. Keleluasan waktu yang dimiliki sehingga dapat menggali informasi yang dibutuhkan oleh peneliti.
2. Subjek penelitian terlibat aktif selama kegiatan Pesantren Masa Keemasan berlangsung.
3. Peserta yang aktif selama proses pembelajaran memberikan informasi lebih mendalam.
B. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan tahapan-tahapan kegiatan yang dilakukan peneliti dalam melakukan penelitiannya secara berurutan muali dari tahap perencanaan, pelaksanaan di lapangan, analisis datasampai dengan pembuatan laporan penelitian.
Moleong (2004:85) dalam Suciati (2012:40) mengemukakan bahwa ada empat tahapan dalam penelitian. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan empat tahapan yakni :
1. Tahap Pralapangan
a) Menentukkan tempat penelitian
b) Melakukan studi pendahuluan terhadap tempat penelitian serta masalah yang akan dibahas
c) Mempersiapkan surat izin untuk pelaksanaan penelitian
d) Menyusun pedoman observasi, kuesioner dan pedoman wawancara
e) Mengkonsultasikan pedoman observasi,kuesioner dan pedoman wawancara kepada dosen pembimbing
(22)
41
Ulpi Pauziah, 2014
Penerapan pendekatan andragogi dalam peningkatan motivasi belajar di pesantren masa keemasan Daarut Tauhid Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
f) Mempersiapkan kelengkapan pengumpulan data
g) Menghubungi subjek penelitian untuk menetapkan waktu untuk wawancara. 2. Tahap Pekerjaan Lapangan/Pelaksanaan
a) Melakukan observasi dan wawancara kepada informan yang telah ditetapkan yakni kepada pengelola, narasumber dan peserta.
b) Menyebarkan angket kepada sumber data
c) Mengumpulkan data dari hasil observasi,kuesioner dan studi dokumentasi yang berhubungan dengan masalah penelitian
3. Tahap Analisis Data
Analisis data merupakan langkah dalam penelitian untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan penelitian. Model analisis data yang digunakan yaitu model Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2011:337) dimana analisis data dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu.
Langkah- langkah yang ditempuh dalam menganalisis data pada penelitian ini adalah menelaah data yang telah diperoleh dari berbagai sumber yaitu dari hasil wawancara,pengamatan, kuesioner ,dan dokumentasi untuk kemudian data tersebut disusun dan disajikan dalam bentuk teks yang bersifat naratif, data yang diperoleh direduksi sehingga di dapatkan data yang telah terangkum dan didapat data-data yang penting dan berhubungan dengan masalah penelitian, kemudian peneliti menarik kesimpulan dari hasil penelitian.
4. Tahap Pelaporan
Laporan penelitian merupakan laporan dari hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan yang dilakukan selama proses penelitian. Pada tahap ini peneliti menyusun laporan dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan peneliti.
(23)
Ulpi Pauziah, 2014
Penerapan pendekatan andragogi dalam peningkatan motivasi belajar di pesantren masa keemasan Daarut Tauhid Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Metode yang akan digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode deskriptif merupakan suatu metode penelitian yang menggambarkan suatu objek dan kondisi, peristiwa atau kejadian pada saat ini. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari Moh. Nazir 2005:54 bahwa “Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada
masa sekarang.” Dan Arikunto (2010:25) menjelaskan bahwa :
Metode yang tepat bagi penelitian kualitatif adalah campuran berbagai sumber data dan berbagai metode (multi method of data collection). Sumber data dapat berupa manusia, benda,situasi, kejadian atau peristiwa,penampilan dan perilaku orang (atau mahluk lain seperti hewan) dan berbagai tulisan gambar, grafik,serta bentuk grafis lainnya.
Kegunaan metode deskriptif melalui pendekatan kualitatif penelitian ini berdasarkan pertimbangan, yaitu :Pertama, peneliti bermaksud mengembangkan konsep pemikiran dengan melihat secara keseluruhan keadaan, proses,individu dan kelompok serta sensitive terhadap orang yang diteliti dengan mendeskripsikannya secara keseluruhan. Kedua, menafsirkan dan menganalisis suatu fakta yang diperoleh dari penerapan pendekatan andragogy pada proses pembelajaran Pesantren Masa Keemasan Daarut Tauhid Bandung terutama berkaitan dengan motivasi belajar peserta. Ketiga, peneliti bermaksud untuk mengungkapkan keadaan motivasi belajar peserta Pesantren Masa Keemasan yaitu ketika awal pembelajaran dan akhir pembelajaran.
D. Definisi Operasional
Agar tidak ada kesalahpahaman dalam menterjemahkan istilah dalam penelitian ini, maka peneliti menyusun definisi operasional dari beberapa istilah yang dibahas dalam penelitian yaitu sebagai berikut :
(24)
43
Ulpi Pauziah, 2014
Penerapan pendekatan andragogi dalam peningkatan motivasi belajar di pesantren masa keemasan Daarut Tauhid Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Andragogi merupakan ilmu dan seni membantu orang dewasa belajar. Arif (2012:8) menyebutkan bahwa pendekatan yang bersifat andragogik dalam proses belajar mengajar didasarkan kepada tiga tambahan asumsi sebagai berikut orang dewasa dapat belajar, belajar adalah suatu proses dari dalam dan Kondisi Belajar dan Prinsip-prinsip Mengajar Dalam penelitian ini pendekatan Andragogi merupakan salah satu pendekatan yang dilakukan dalam proses pembelajaran program pesantren masa keemasan di Daarut Tarbiyah Daarut Tauhid.
b. Motivasi Belajar
Sardiman (2001:73) mengemukakan motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual.Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar.Motivasi belajar merupakan dorongan yang disebabkan faktor internal dan eksternal peserta didik yang sedang belajar untuk mencapai tujuannya.
Motivasi belajar dalam penelitian berkaitan dengan motivasi belajar peserta dalam mengikuti proses pembelajaran pada program Pesantren Masa Keemasan Daarut Tarbiyah Daarut Tauhid
c. Pesantren Masa Keemasan
Pesantren Masa Keemasan (PMK) merupakan salah satu program pesantren yang diselenggarakan oleh Daarut Tarbiyah salah satu unit dari yayasan Daarut Tauhid dan dilaksanakan selama 40 hari dengan peserta yang usianya diatas 50 tahun.
E. Instrument Penelitian
Instrument penelitian atau dapat disebut juga dengan alat penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan oleh peneliti. Instrument yang dipilih agar cocok dengan pencarian informasi yag berhubungan dengan masalah penelitian yang dibahas.
(25)
Ulpi Pauziah, 2014
Penerapan pendekatan andragogi dalam peningkatan motivasi belajar di pesantren masa keemasan Daarut Tauhid Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dalam penelitian kualitatif Sugiyono (2012;306) mengemukakan bahwa :
Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan focus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya.
Jadi, yang menjadi instrument untuk mengarahkan dan menjaring data yang dibutuhkan dalam penelitian yaitu peneliti sendiri. Peneliti ikut berperan langsung dalam berinteraksi dengan sumber data dalam suatu wawancara dan mengamati situasi dan kegiatan yang akan diteliti.
Arikunto (2010:192) mengemukakan pendapat mengenai metode-metode yang instrumennya digunakan dalam penelitian, diantaranya yaitu :
a. Untuk metode wawancara yaitu pedoman wawancara
b. Untuk metode tes yaitu menggunakan soal test (pre test dan post test) c. Untuk metode angket yaitu menggunakan kuesioner
d. Untuk metode observasi yaitu menggunakan chek-list
e. Untuk metode dokumentasi yaitu menggunakan dokumentasi atau bisa juga menggunakan chek-list
Setelah melihat beberapa konsep tersebut, maka peneliti memilih instrument yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pedoman wawancara, kuesioner, pedoman observasi dan dokumentasi.
F. Pengembangan Instrumen Penelitian
1. Penyusunan Kisi-kisi Penelitian
Penyusunan kisi-kisi penelitian merupakan kegiatan yang sistematis untuk memudahkan peneliti dalam mengumpulkan data. Dalam penyusunan kisi-kisi penelitian, peneliti menentukan aspek yang akan diteliti beserta indikatornya sesuai dengan pertanyaan penelitian.
(26)
45
Ulpi Pauziah, 2014
Penerapan pendekatan andragogi dalam peningkatan motivasi belajar di pesantren masa keemasan Daarut Tauhid Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Penyusunan Pedoman Wawancara
Penyusunan pedoman wawancara merupakan kegiatan penyusunan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan kepada responden untuk memperoleh informasi dan data mengenai masalah penelitian. Pertanyaan yang disusun mengacu kepada indikator-indikator yang telah ditentukan dalam kisi-kisi penelitian.
3. Penyusunan Pedoman Observasi
Pedoman observasi disusun untuk memudahkan peneliti pada saat memperoleh data yang tidak didapatkan melalui wawancara, sehingga dilakukan pengamatan dengan menggunakan pedoman observasi.
4. Penyusunan kuesioner
Penyusunan kuesioner disusun dalam bentuk kuesioner tertutup dimana sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih.
G. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang relevan dan menunjang masalah penelitian, maka perlu ditunjang oleh teknik pengumpulan data yang tepat dan akurat dimana teknik yang digunakan satu sama lain saling melengkapi. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan teknik observasi, wawancara, dokumentasi dan angket. Sugiyono (2010:308) berpendapat bahwa :
Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sumber sekunder.Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau dokumen. Selanjutnya bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi (pengamatan), interview
(27)
Ulpi Pauziah, 2014
Penerapan pendekatan andragogi dalam peningkatan motivasi belajar di pesantren masa keemasan Daarut Tauhid Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sejalan dengan pendapat Sugiyono tersebut diatas, Arikunto (2010:21) juga berpendapat bahwa :
Data kualitatif adalah data yang diwujudkan dalam kata keadaan atau
kata sifat, misalnya “sangat baik” disingkat SB, “baik”disingkat B dan lain -lain yang merupakan kelanjutan kualitasnya. Menurut teori penelitian kualitatif, agar penelitiannya dapat betul-betul berkualitas, data yang dikumpulkan harus lengkap, yaitu data primer dan data sekunder.Data primer adalah data dalam bentuk verbal atau kata-kata yang diucapkan secara lisan, gerak-gerik atau perilaku yang dilakukan oleh subjek yang dapat dipercaya, dalam hal ini adalah subjek penelitian (informan) yang berkenaan dengan variable yang diteliti.Data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen-dokumen grafis (table, catatan, notulen rapat, sms dan lain-lain), foto-foto, film, rekaman video, benda-benda, dan lain-lain yang dapat memperkaya data primer.
Keseluruhan teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dicatat untuk membuat deskripsi mengenai penerapan pendekatan andragogy dalam peningkatan motivasi belajar pada Pesantren Masa Keemasan di Daarut Tauhid.
1. Teknik Observasi
Teknik observasi dalam penelitian ini menggunakan observasi partisipatif
(participant observation) dimana peneliti terlibat langsung dalam kegiatan yang akan diteliti. Dan sebagaimana yang diungkapkan Sugiyono (2011:311) dalam bukunya bahwa observasi ini dapat digolongkan menjadi empat, yaitu partisipasi pasif, partisipasi moderat, observasi yang terus terang dan tersamar, dan observasi yang lengkap.Dalam penelitian ini yang digunakan yaitu partisipasi pasif dimana peneliti datang menghadiri kegiatan yang diteliti tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut dan peneliti hanya mengamati.
2. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus
(28)
47
Ulpi Pauziah, 2014
Penerapan pendekatan andragogi dalam peningkatan motivasi belajar di pesantren masa keemasan Daarut Tauhid Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. (Sugiyono, 2011:317).
Peneliti dapat mengetahui hal-hal lebih mendalam tentang permasalah yang diteliti dimana hal ini tidak bias ditemukan melalui observasi. Dalam penelitian kualitatif ini peneliti menggabungkan teknik observasi partisipatif dengan wawancara mendalam. Selama melakukan observasi, peneliti juga melakukan wawancara kepada orang-orang yang ada di dalamnya.
3. Dokumentasi
Suharsimi Arikunto (2002:206) mengemukakan bahwa “metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan,transkip,
buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya”. Dan menurut Sugiyono (2011:329) studi dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif..
4. Angket atau Kuesioner
Kueisoner adalah sejumlah pertanyaan tertulis tertulis yang digunakan untuk memeperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. (Arikunto, 2010:194)
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan angket tertutup untuk memperoleh gambaran tentang motivasi belajar peserta Pesantren Masa Keemasan.
H. Analisis Data
Sugiyono (2012:333) mengemukakan bahwa:
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain.
(29)
Ulpi Pauziah, 2014
Penerapan pendekatan andragogi dalam peningkatan motivasi belajar di pesantren masa keemasan Daarut Tauhid Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dalam menganalisis data pada penelitian ini menggunakan analisis data yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman (1984) dalam Sugiyono (2012:334) bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification.
Langkah- langkah yang ditempuh dalam menganalisis data pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Data Reduction (Reduksi Data)
Data yang diperoleh di lapangan jumlahnya cukup banyak dan perlu untuk dicatat secara teliti dan rinci agar mengetahui sejauh mana data yang telah dikumpulkan. Untuk memudahkan penelitian maka data yang telah terkumpul direduksi dengan maksud untuk merangkum, memilih hal-hal yang pokok,memfokuskan pada hal-hal yang penting dan mengetahui apa saja data yang belum terkumpul. Data-data yang direduksi terdiri dari hasil wawancara,observasi,studi dokumentasi dan triangulasi yang berkaitan dengan fokus penelitian.
2. Data yang diperoleh melalui angket menggunakan skala sikap, diolah sebagai berikut:
a. Membuat tabel dengan jalur kolom nomor, nama, aspek (+) dan (-), skor, menentukan skala, dan diberi keterangan
b. Kriteria perhitungan jawaban
Tabel 3.1 Kriteria perhitungan Pilihan Jawaban Skor SS = Sangat Setuju 5
(30)
49
Ulpi Pauziah, 2014
Penerapan pendekatan andragogi dalam peningkatan motivasi belajar di pesantren masa keemasan Daarut Tauhid Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
S = Setuju 4
RR = Ragu-Ragu 3
TS = Tidak Setuju 2 STS = Sangat Tidak
Setuju 1
Sumber : Sugiyono
c. Data yang telah diperoleh dari skala sikap Likert, untuk mengetahui motivasi belajar peserta Pesantren Masa Keemasan. Untuk mengetahui prosentase digunakan rumus sebagai berikut:
̅
Maka didapatkan nilai untuk batas atas dan batas bawah sebagai berikut:
d. Kriteria rentang sikap
Tabel 3.2 Rentang Sikap No. Rentang Sikap 1. 0 – 1,5
Negatif 2. 1,5 – 2,5
Netral 3. 2,5 – 4 Positif
(31)
Ulpi Pauziah, 2014
Penerapan pendekatan andragogi dalam peningkatan motivasi belajar di pesantren masa keemasan Daarut Tauhid Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Setelah kriteria diatas telah ditatapkan penulis, setiap hasil jawaban yang telah diperoleh skornya sehingga memudahkan dalam penafsiran pada penelitian 4. Data Display (Penyajian Data)
Sugiyono (2011:341) menjelaskan dalam bukunya bahwa setelah data direduksi langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data dengan menyajikannya data dalam bentuk teks yang bersifat naratif. Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan peneliti untuk memahami hasil data yang telah diperoleh untuk kemudian dilakukan langkah selanjutnya dalam menganalisis data yaitu penarikan kesimpulan dan verifikasi.
5. Conclusion Drawing/Verification
Langkah selanjutnya menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2011:345) adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Dalam penarikan kesimpulan peneliti menyampaikan ringkasan hasil penelitian yang penting dan jawaban dari pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan sejak awal beserta bukti-bukti yang valid dari pengumpulan data selama proses penelitian.
(32)
Ulpi Pauziah, 2014
Penerapan pendekatan andragogi dalam peningkatan motivasi belajar di pesantren masa keemasan Daarut Tauhid Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan akan dipaparkan pada bab ini. Hasil penelitian yang dipaparkan pada bab ini adalah berdasarkan data yang telah didapatkan dari subjek penelitian yaitu Pengelola, narasumber dan peserta. Adapun yang menjadi fokus penelitian pada bab ini adalah penerapan pendekatan andragogi dalam penigkatan motivasi belajar pada program pesantren masa keemasan di Daarut Tauhid.
Deskripsi hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan selama proses penelitian di lapangan melalui wawancara, quesioner, dan observasi akan dikemukakan berikut ini.
A. Profil Yayasan Daarut Tauhid 1. Sejarah Singkat
Secara legal-formal Daarut Tauhiid berdiri sejak tanggal 4 September 1990, sesuai tanggal penerbitan Akta Notaris Wiratni Ahmadi, SH., tentang pendirian Yayasan Daarut Tauhiid. Dalam hal ini dapat difahami bahwa Yayasan Daarut Tauhiid merupakan badan hukum pengelola Pesantren Daarut Tauhiid.
Sebagaimana pesantren lain pada umumnya inti aktivitas di Daarut Tauhiid adalah di bidang pendidikan, dakwah & sosial. Namun sebagai sebuah pesantren, maka pada pesantren Daarut Tauhiid terdapat beberapa keunikan atau ke-khas-an dibandingkan Pesantren lain pada umumnya. Salah satu diantaranya adalah tingginya intensitas aktivitas [usaha] ekonomi di dalam lingkungan Pesantren Daarut Tauhiid. Tingginya intensitas aktivitas [usaha] ekonomi tersebut dapat dirasakan baik sejak awal masa pendirian maupun hingga saat ini.
Setidaknya ada 2 faktor atau kondisi yang dapat digunakan untuk menjelaskan keunikan di atas, yaitu semangat wirausaha dan prinsip kemandirian. Semangat wirausaha merupakan sebuah keniscayaan yang melekat pada diri KH. Abdullah
(33)
Ulpi Pauziah, 2014
Penerapan pendekatan andragogi dalam peningkatan motivasi belajar di pesantren masa keemasan Daarut Tauhid Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gymnastiar [Aa Gym] selaku pendiri dan pemimpin sentral di Pesantren Daarut Tauhiid. Di sejumlah literasi kita dapat menemukan cerita perjalanan hidup beliau yang diantaranya diliputi dengan terjadinya proses tumbuh kembang jiwa wirausaha pada diri beliau. Jiwa itulah yang kemudian menjelma menjadi sebuah semangat wirausaha yang mewarnai corak Pesantren Daarut Tauhiid yang beliau pimpin secara langsung. Di sisi lain, dapat kita pahami pula bahwa semangat kemandirian adalah sebuah cita-cita dan idealisme para pendiri Pesantren Daarut Tauhiid agar tumbuh kembang Pesantren Daarut Tauhiid dan keseluruhan aktivitasnya didasarkan kepada kemampuan diri, bukan atas ketergantungan kepada bantuan atau sokongan dari pihak lain. Sehingga diharapkan akan muncul independensi dan keleluasan dalam berkreasi. Tentu pada idealisme tersebut tidak dinafikan adanya peluang kemitraan dan kerjasama dengan sebanyak-banyaknya pihak. Dalam hal ini maka semangat wirausaha dan semangat kemandirian adalah sebuah paket yang saling menunjang satu sama lain. Kemandirian dapat terwujud karena adaya aktivitas wirausaha.
Pada giliran selajutnya aktivitas [usaha] ekonomi ini kemudian dapat pula dipandang sebagai bagian dari atau bahkan nilai tambah bagi garapan Pesantren Daarut Tauhiid di bidang pendidikan, dakwah dan sosial yang terelaborasi pada satu konsep tata nilai yang disebut Manajemen Qolbu [MQ]. Konsepsi dasar MQ meliputi 4 komponen, yaitu: Ma ifatullah, Manajemen Diri, Entrepreneurship, dan Leadership. Tata nilai MQ inilah yang kemudian menjadi dasar dan filosofi bagi organisasi Pesantren Daarut Tauhiid yang dikenal dengan rumusan statement "Menuju Generasi Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar".
Berangkat dari dasar pemikiran di atas, maka kelembagaan Pesantren Daarut Tauhiid secara evolutif terus mengalami perubahan dan penataan. Hal tersebut ditandai dengan pendirian Koperasi Pondok Pesantren [Kopontren] DT pada tahun 1994 dan MQ Corporation atau PT Manajemen Qolbu pada tahun 2002. Pendirian kedua badan usaha tersebut menjadikan aktivitas usaha/ekonomi yang
(34)
52
Ulpi Pauziah, 2014
Penerapan pendekatan andragogi dalam peningkatan motivasi belajar di pesantren masa keemasan Daarut Tauhid Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
semula dilakukan secara langsung oleh Yayasan [secara kelembagaan] maupun oleh sebagian pengelola/karyawan Yayasan [secara perorangan] menjadi lebih tertata.
Sekalipun secara legal formal sesuai acuan hukum positif yang berlaku ketiga organisasi di atas [Yayasan DT, Kopontren DT & MQ Corporation] merupakan organisasi yang terpisah, namun antar organisasi tersebut satu sama lain memiliki ikatan/kaitan yang sama, yaitu Aa Gym. Sehingga dapat dikatakan bahwa sekalipun secara legal-formal terpisah, namun secara kultural dapat dikatakan bahwa Kopontren DT dan MQ Corp adalah bagian dari civitas Pesantren Daarut Tauhiid.
Untuk diketahui, secara formal kedudukan Aa Gym di Yayasan Daarut Tauhiid adalah sebagai Ketua Pembina. Sedangkan di Kopontren DT sebagai Penasihat, dan di MQ Corp saat ini sebagai salah satu pemegang saham mayoritas dan duduk di Dewan Komisaris. Kondisi kelembagaan di atas sebenarnya kerap "membingungkan" publik. Karena pada umumnya publik kerap mencampuradukan ke 3 organisasi di atas sebagai Pesantren Daarut Tauhiid secara formal.
Di tubuh organisasi Yayasan Daarut Tauhiid sendiri mengacu kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka terdapat 3 organ Yayasan Daarut Tauhiid, yaitu: Pembina, Pengawas, dan Pengurus. Sedangkan berdasarkan struktur organisasi Yayasan Daarut Tauhiid per 18 Februari 2008, maka di bawah koordinasi Pengurus Yayasan Daarut Tauhiid terdapat 7 lembaga yang terdiri dari:
1. Pesantren Daarut Tauhiid, 2. Dewan Asaatidz Daarut Tauhiid; 3. SMK-Daarut Tauhiid;
4. TK Khas Daarut Tauhiid; 5. DPU-Daarut Tauhiid;
(35)
Ulpi Pauziah, 2014
Penerapan pendekatan andragogi dalam peningkatan motivasi belajar di pesantren masa keemasan Daarut Tauhid Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
7. DTTC;
8.Muslimah Center-Daarut Tauhiid; 9. KBIH-Daarut Tauhiid;
10. Klinik Daarut Tauhiid;
11. Sekretariat Yys Daarut Tauhiid; 12. Yys Daarut Tauhiid Cabang Jakarta
Adapun kelembagaan Kopontren DT meliputi: Penasihat, Dewan Pengawas dan Dewan Pengurus, yang kesemuanya diangkat dan dipilih oleh anggota melalui mekanisme Rapat Anggota Tahunan [RAT]. Selaku entitas bisnis, maka Kopontren bergerak di 2 jenis bidang usaha, yaitu jasa dan perdagangan, melalui 5 divisi usaha sbb:
1. Super Mini Market [SMM]
2. Cottage & Cafetaria Daarul Jannah 3. Baitul Mal wat Tamwil [BMT]
4. Lembaga Pendidikan & Pelatihan Ekonomi Syariah [LP2ES] 5. Global Servis Provider [PT. GSP]
Sedangkan MQ Corporation sebagai sebuah holding company, meliputi beberapa anak perusahaan dan unit usaha yang dikelompokkan 2, yaitu kelompok media dan non media. Kelompok media, diantaranya:
1. PT. Madinatussalam pengelola MQFM
2. PT. Manajemen Qolbu Televisi pengelola rumah produksi dan stasiun TV lokal MQTV
Kelompok non media, diantaranya:
1. PT. MQ Consumer Goods perdagangan kebutuhan hidup sehari-hari [contoh: air dalam kemasan MQ Jernih]
(36)
54
Ulpi Pauziah, 2014
Penerapan pendekatan andragogi dalam peningkatan motivasi belajar di pesantren masa keemasan Daarut Tauhid Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 4.1
STRUKTUR ORGANISASI YAYASAN DAARUT TAUHID PEMBINA
PENGAWAS
PENGURUS DEWAN
ASSATIDZ/SYARIAH
GEMANUSA
Kopontren Daarut Tauhid
MQ Grup
Yayasan Eco Pesantren
Sekretariat Yayasan
DPU PUSBANG WAKAF PESANTREN PENDIDIKAN LEMBAGA STRATEGIS
Keterangan :
: Garis Pertanggungjawaban : Garis Koordinasi
: Garis Pengawasan : Garis Konsultasi
(37)
Ulpi Pauziah, 2014
Penerapan pendekatan andragogi dalam peningkatan motivasi belajar di pesantren masa keemasan Daarut Tauhid Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 4.2
STRUKTUR ORGANISASI DAARUT TARBIYAH Sumber : Surat Keterangan (SK)Pengurus Yaayasan
Daarut Tauhid
Sumber : Surat Keterangan (SK)Pengurus Yaayasan Daarut Tauhid
(38)
56
Ulpi Pauziah, 2014
Penerapan pendekatan andragogi dalam peningkatan motivasi belajar di pesantren masa keemasan Daarut Tauhid Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Identitas responden penelitian
Subjek penelitian atau responden merupakan bagian terpenting dari sebuah penelitian karena dari para respondenlah pencarian jawaban-jawaban dari pertanyaan penelitian di dapatkan. Pada penelitian ini subjek penelitian yang digunakan sebanyak 28 orang yang terdiri dari 1 orang pengelola, 2 orang narasumber, dan 25 orang warga belajar, dimana pengambilan datanya dilakukan dengan wawancara langsung, angket skala sikap, serta observasi.
Adapun data lengkap respondennya dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.1 Indentitas Responden
No Nama Usia
(Tahun)
Jabatan Pendidikan terakhir
Kode respon den
1 Nurlaela 39 Pengelola S1 P
2 Suherman Ar Rozi 36 Narasumber S1 N1
3 Siti Sumarni 46 Narasumber S1 N2
4 Erika Basuki 63 Peserta S1 PP1
5 Wawang Suwangsih 62 Peserta S1 PP2
6 M.Endang H 70 Peserta S1 PP3
7 Riyanto 63 Peserta S2 PP4
Sumber : Hasil wawancara (2013) B. Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini berisikan gambaran dari proses pelaksanaan Program Pesantren Masa Keemasan yang terdiri perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi, gambaran penerapan pendekatan Andragogi pada pelaksanaan pembelajaran di Pesantren Masa Keemasan dan gambaran motivasi belajar peserta Pesantren Masa Keemasan yang diperoleh melalui wawancara, observasi, studi dokumentasi dan angket yang ditujukan kepada Pengurus (P), Narasumber (N) dan peserta pesantren (PP).
(39)
Ulpi Pauziah, 2014
Penerapan pendekatan andragogi dalam peningkatan motivasi belajar di pesantren masa keemasan Daarut Tauhid Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Gambaran mengenai Proses Pelaksanaan Pesantren Masa Keemasan Daarut Tauhid Bandung
Berdasarkan salah satu tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui gambaran mengenai proses pelaksanaan Pesantren Masa Keemasan (PMK) angkatan ke 5. Peneliti melakukan wawancara kepada responden yang pertama (P) yaitu Kasekre Daarut Tarbiyah dengan nama Nurlaela dengan pendidikan S1. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden (P) diperoleh data sebagai berikut :
a. Perencanaan
Hasil wawancara dengan P terkait indikator pertama yaitu perencanaan dengan delapan aspek yang dibahas yaitu aspek analisis kebutuhan belajar, tujuan, waktu, peserta, narasumber, bahan ajar, metode dan fasilitas belajar. P menyatakan bahwa pihak lembaga melakukan analisis kebutuhan belajar peserta kemudian kurikulum disesuaikan agar sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Tujuan pembelajaran Pesantren Masa Keemasan sebagaimana dikemukakan oleh P yaitu untuk membantu para orang tua memaksimalkan sisa usianya beribadah dan mendekat kepada Allah SWT dengan harapan mencapai husnul khotimah (akhir hidup yang baik) dan mengakomodir niat baik anak untuk berbakti pada orang tua semoga membawa perubahan positif pada lingkungan keluarga, masyarakat, dan lingkungan kerja. Pesantren Masa Keemasan dilaksanakan dalam waktu 40 hari.
P juga menyatakan bahwa Pesantren Masa Keemasan ditujukan untuk masyarakat umum yang berusia diatas 50 tahun, bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran yaitu modul yang telah disusun oleh tim perencanaan dan pengembangan (Renbang) disesuaikan dengan kebutuhan dan hasil analisis kebutuhan peserta serta disahkan terlebih dahuluh oleh tim Laznah. Kemudian menyesuaikan materi dengan narasumber yang berasal dari tim santri karya atau karyawan yayasan Daarut Tauhid yang kompeten dalam materi yang disampaikan, tim ustadz dan tim dokter dari Poliklinik Daarut Tauhid. Metode yang digunakan
(40)
58
Ulpi Pauziah, 2014
Penerapan pendekatan andragogi dalam peningkatan motivasi belajar di pesantren masa keemasan Daarut Tauhid Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
selama proses pembelajaran secara umum yaitu ceramah, tanya jawab, diskusi, ice breaking dan pembiasaan dengan fasilitas yang disediakan selama pembelajaran yaitu ruang kelas, white board, LCD Proyektor, laptop, microphone dan speaker. b. Pelaksanaan
Hasil wawancara dengan P terkait indikator kedua pelaksanaan pembelajaran dengan enam aspek yang dituangkan dalam beberapa pertanyaan yaitu mengenai pengkondisian warga belajar, materi pembelajaran (bahan ajar), penerapan metode, proses pemberian materi, proses kegiatan belajar, dan penerapan media belajar.
Pelaksanaan Pesantren Masa Keemasan Angkkatan ke 5 tahun 2013 dimulai tanggal 22 Oktober sampai dengan 29 November 2013. Pada awal pembelajaran P menjelaskan bahwa dilaksanakan masa orientasi masa orientasi selama dua hari sebagai pembekalan untuk pembelajaran selama 40 hari Pesantren Masa Keemasan (PMK) yang di dalamnya terdapat kegiatan sosialisasi kurikulum PMK, lingkungan pesantren, kontrak belajar, tata tertib asrama dan sosialisasi jadwal serta modul sebagai bahan ajar bagi peserta yang berisi materi-materi yang akan dipelajari. P mengemukakan bahwa materi yang disampaikan yaitu materi-materi yang telah disusun oleh tim perencanaan dan pengembangan (Renbang) disahkan terlebih dahuluh oleh tim Laznah lalu disesuaikan dengan hasil analisis kebutuhan dan dikembangkan oleh para pemateri agar dapat disampaikan sesuai dengan kebutuhan peserta. Materi yang diberikan selama proses pembelajaran PMK terbagi menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut : 1) Materi utama yang didalamnya yaitu : Ma’rifatullah, Menjadi Hamba Pecinta Allah, Aplikasi Fiqih pada Manula, Manajemen Qolbu (akhlaq), Pecinta Al-Qur’an, Fisiologi Usia Lanjut, Amal-amal yang Mendatangkan Cinta Allah, Sabar, Syukur dan Tawakal, dan Pembekalan Menuju Akhir Hidup Bahagia (PMAHB); 2) Materi Pembiasaan yaitu: Sholat Fardhu berjamaah di masjid, Sholat Tahajud, Sholat Dhuha, Tilawah
(41)
Ulpi Pauziah, 2014
Penerapan pendekatan andragogi dalam peningkatan motivasi belajar di pesantren masa keemasan Daarut Tauhid Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Al-Quran, Dzikir Pagi dan Petang, Shaum Sunnah, dan Sedekah ; 3) Materi Penunjang yaitu Rihlah Ruhiyah dan Forum Silaturrahim (untuk ibu-ibu).
Terkait penggunaan metode pembelajaran P menyatakan bahwa metode yang digunakan dalam pembelajaran yaitu metode ceramah, diskusi, Tanya jawab,
problem solving dan metode permainan atau yang populer dengan sebutan Ice breaking. Pada saat di lapangan, peneliti melihat bahwa semua metode itu digunakan, selain itu terdapat juga metode demonstrasi tetapi hanya dilakukan untuk materi pengurusan jenazah.
Menurut penjelasan P dan observasi langsung peneliti untuk di kelas narasumber memulai pembelajaran dengan pembacaan Tilawah, Asmaul Husna dan do’a, namun ada beberapa narasumber yang melakukan permainan/simulasi dan menceritakan kisah/pengalaman yang memiliki hikmah di awal pembelajaran yang disesuaikan dengan konten materi yang akan disampaikan. Kemudian dilanjutkan materi dengan disampaikan melalui ceramah disertai diskusi dan
pembelajaran diakhiri dengan do’a. P juga mengemukakan media belajar yang
sering digunakan yaitu modul, laptop, LCD proyektor, microphone,speaker dan media lain disesuaikan dengan kebutuhan.
c. Evaluasi
Menurut pernyataan P bahwa tidak ada evaluasi secara tertulis terkait materi pembelajaran dikarenakan yang menjadi peserta merupakan orang dewasa yang bukan berada dalam sistem persekolahan dan materi lebih kepada yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Namun, untuk evaluasi kinerja kepada penyelenggara dan pemateri dilakukan secara tertulis berupa penilaian langsung melalui kritik dan saran oleh peserta PMK.
2. Gambaran Penerapan Pendekatan Andragogi pada proses pembelajaran Pesantren Masa Keemasan
Gambaran mengenai penerapan pendekatan andragogi pada proses pembelajaran ini diperoleh melalui wawancara dengan peserta PMK dalam
(42)
60
Ulpi Pauziah, 2014
Penerapan pendekatan andragogi dalam peningkatan motivasi belajar di pesantren masa keemasan Daarut Tauhid Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
melihat narasumber menerapkannya pada saat di kelas dan juga observasi langsung oleh peneliti. Berdasarkan tujuan kedua dari penelitian ini yaitu mengetahui gambaran penerapan pendekatan andragogi proses pembelajaran Pesantren Masa Keemasan di Daarut Tarbiyah Daarut Tauhid Bandung. Dalam penerapan pendekatan andragogi terdapat tiga kegiatan yaitu persiapan, pelaksanaan dan refleksi pembelajaran.
Peneliti melakukan wawancara kepada responden (N1, N2, PP1, PP2, PP3 dan PP4) yaitu 4 peserta dan 2 Pemateri/narasumber dengan nama lengkap Suherman Ar Rozi, S.Ud dan Siti Sumarni pendidikannya S1. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden diperoleh data sebagai berikut :
a. Persiapan
Kegiatan pertama dalam penerapan pendekatan andragogi yaitu persiapan dimana narasumber melakukan persiapan untuk mengkondisikan peserta.
Penerapana pendekatan Andragogi dengan Indikator persiapan kondisi mental belajar dan kondisi fisik pada Pesantren Masa Keemasan menurut hasil wawancara dengan N1 bahwa dalam memulai pembelajaran untuk memusatkan perhatian dengan melakukan aktifitas yang membutuhkan konsentrasi seperti tilawah Al Quran, do’a dan memberikan kisah-kisah yang memiliki hikmah tentunya berhubungan dengan materi yang akan disampaikan. Berbeda dengan N2
selain tilawah Al Quran dan do’a, N2 biasanya mengulang materi yang
disampaikannya terlebih dahulu jika masih berhubungan dan disampaikan olehnya. Hal tersebut disampaikan pula dalam wawancara oleh PP1, PP2, PP3 dan PP4 bahwa narasumber memulai pembelajaran dengan membaca Al Quran dan
do’a. Namun, terdapat perbedaan pendapat PP2 menyampaikan bahwa
narasumber memulai pembelajaran dengan menceritakan kisah yang memiliki hikmah, PP3 menambahkan selain membaca do’a dan Al Quran terdapat narasumber yang memberikan simulasi atau games terlebih dahulu sebelum
(43)
Ulpi Pauziah, 2014
Penerapan pendekatan andragogi dalam peningkatan motivasi belajar di pesantren masa keemasan Daarut Tauhid Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
memulai pemberian materi. Dan PP4 menyampaikan narasumber juga memberikan kesempatan untuk peserta bertanya terlebih dahulu.
Karakteristik peserta Pesantren Masa Keemasan (PMK) menurut hasil wawancara dengan N1 dan N2 yaitu peserta PMK merupakan orang dewasa memiliki karakteristik yang beragam karena dipengaruhi oleh latar belakang mereka masing-masing mulai dari latar belakang keluarga, pendidikan maupun ekonomi.
Hasil wawancara terkait dengan semangat peserta PMK menurut N1 bahwa peserta memiliki semangat dalam mengikuti pembelajaran dapat terlihat dari kehadiran dan antusiasme peserta ketika pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Dan menurut N2 peserta semangat dalam mengikuti pembelajaran terlihat dari ketepatan waktu ketika hadir di kelas dan frekuensi pertanyaan yang meningkat seiring berjalannya waktu.
Cara belajar peserta PMK menurut N1 peserta PMK belajar dengan suasana serius namun tetap dalam keadaan santai dan nyaman, dan menurut N2 cara belajar peserta berbeda dengan pembelajaran di sekolah karena peserta adalah orang dewasa cara belajarnya santai tetapi tetap serius dan lebih banyak diskusi.
Peserta PMK merupakan orang dewasa yang telah menginjak usia lanjut oleh karena itu terdapat beberapa peserta yang memiliki penurunan faktor fisiologik, menurut N1 dalam wawancara mengemukakan bahwa dalam PMK sempat terdapat peserta yang telah mengalami kondisi kesehatan dimana memerlukan perhatian khusus. Namun, pada angkatan ke-5 ini kondisi peserta tidak ada hal demikian sehingga tidak menjadi hambatan dalam pembelajaran. N2 mengemukakan terkait hal yang sama yaitu peserta PMK telah mengalami beberapa penurunan faktor fisiologik seperti penglihatan, pendengaran atau anggota tubuh lainnya hal ini disebabkan karena peserta merupakan orang dewasa yang telah menginjak masa lansia. Akan tetapi, itu semua tidak menjadi hambatan bagi peserta ketika peserta masih dapat mengikuti pembelajaran dengan nyaman.
(44)
62
Ulpi Pauziah, 2014
Penerapan pendekatan andragogi dalam peningkatan motivasi belajar di pesantren masa keemasan Daarut Tauhid Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Peneliti pun mewawancarai peserta terkait dengan kondisi fisik peserta, PP1,PP2,PP4 menyampaikan bahwa selama mengikuti PMK berada dalam kondisi sehat dan tidak mengalami hambatan. Dan PP3 menyampaikan kondisi fisiknya sehat namun ketika kurang sehat sedikit menghambat pembelajaran secara pribadi. Secara keseluruhan peserta peneliti melihat ketika observasi di kelas semua peserta PMK telah mengalami penurunan faktor fisilogiknya yang berhubungan dengan penglihatan karena disebabkan oleh usia peserta yang memasuki lanjut usia. Selain itu, terdapat pula peserta yang tidak dapat duduk dibawah dan perlu menggunakan kursi ketika pembelajaran di kelas menggunakan sistem lesehan atau duduk dibawah tanpa kursi.
Cara N1 dalam membantu peserta yang telah mengalami penurunan faktor fisiologiknya yaitu dengan melihat terlebih dahulu kondisi peserta kemudian diberikan bantuan sesuai dengan kebutuhannya dan akan dibantu oleh pihak Daarut Tarbiyah sebagai pihak penyelenggara. Dan menurut N2 menyampaikan bahwa beliau membantu peserta yang telah mengalami penurunan faktor fisilogik dengan menyesuaikan kebutuhannnya agar tidak menghambat pembelajaran. Oleh karena itu, pada awal sebelum memulai pembelajaran pihak penyelenggara telah melakukan chek kesehatan dan ekspektasi awal kepada peserta Pesantren Masa Keemasan.
b. Pelaksanaan
Pada kegiatan kedua penerapan pendekatan andragogi yaitu pelaksanaan. Pelaksanaan penerapan andragogi berdasarkan wawancara dengan 2 narasumber untuk aspek keterlibatan peserta, N1 mengemukakan bahwa peserta sangat berperan aktif dalam pembelajaran dapat dilihat dari kehadiran peserta di kelas, frekuensi partisipasi peserta berupa pertanyaan atau ungkapan pendapat-pendapat peserta yang diajukan pada saat pembelajaran. N2 juga menjelaskan bahwa peserta sangat berperan aktif dalam pembelajaran dapat dilihat dari semangatnya
(45)
Ulpi Pauziah, 2014
Penerapan pendekatan andragogi dalam peningkatan motivasi belajar di pesantren masa keemasan Daarut Tauhid Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dalam kehadiran di kelas, dinamika diskusi yang aktif, dan mengikuti praktek dengan baik.
Dalam pelaksanaan pembelajaran narasumber dan peserta diberikan kebebasan dalam mengemukakan pendapat atau gagasannya. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh N1 dan N2 bahwa mereka memberikan kebebasan kepada peserta karena peserta merupakan orang dewasa yang telah memiliki pengalaman sehingga tentunya banyak gagasan dan pendapat yang dapat diungkapkan. PP1, PP2, PP3 dan PP4 juga mengungkapkan bahwa narasumber memberikan kebebasan kepada mereka untuk mengemukakan pendapat dan gagasan adapun ketika narasumber menyampaikan gagasan dan pendapatnya bersikap baik tidak menggurui dan lebih banyak interaksi dengan peserta. PP3 juga menambahkan bahwa narasumber ketika mengemukakan gagasan atau pendapat baik dan tidak menggurui tetapi memberikan pengetahuan baru dan sharing dengan peserta.
N1 dan N2 mengungkapkan perbedaan pendapat sering terjadi pada saat pelaksanaan pembelajaran karena peserta memiliki latar belakang yang berbeda baik dari segi keilmuan,pemahaman maupun pengalamannya. Oleh karena itu, N1 mengemukakan ketika ada perbedaan beliau melakukan penelusuran akar permasalahan atau pendapat dari peserta kemudian diambil jalan tengah tentunya dengan didasari oleh ilmu terkait dengan hal tersebut. Menurut pendapat N2 peserta merupakan orang dewasa yang memiliki banyak pengalaman dan latar belakang yang beragam maka perbedaan pendapat menjadi hal yang wajar terjadi termasuk yang berhubungan dengan ilmu yang dipelajari ketika ada perbedaan beliau akan mencari jalan tengah untuk kemudian keputusan akhir dikembalikan lagi kepada peserta.
Untuk aspek kondisi belajar dan peserta merasa ada kebutuhan belajar hasil wawancara dengan N1 dan N2 menyatakan bahwa sebelum pembelajaran dimulai dilakukan terlebih dahulu analisis kebutuhan peserta berupa wawancara atau disebut ekspektasi awal oleh pihak penyelenggara PMK atau pengurus Daarut
(46)
64
Ulpi Pauziah, 2014
Penerapan pendekatan andragogi dalam peningkatan motivasi belajar di pesantren masa keemasan Daarut Tauhid Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tarbiyah. Hal ini dibenarkan oleh PP1, PP2, PP3 dan PP4 bahwa mereka melakukan wawancara terlebih dahulu sebelum pelaksanaan pembelajaran PMK. Kemudian peserta dan narasumber merumuskan tujuan belajar dari pembelajaran di PMK. Tujuan belajar secara umum disampaikan ketika masa orientasi namun untuk tujuan khusus materi menurut N2 disampaikan oleh narasumber ketika pembelajaran agar sesuai dengan kebutuhan peserta. Hal ini juga dibenarkan oleh PP1, PP2, PP3 dan PP4.
Dalam kondisi belajar orang dewasa terdapat kondisi motivasi belajar peserta, dari hasil wawancara dengan N1 menyatakan bahwa motivasi belajar peserta dari awal sampai akhir menunjukkan kemajuan walaupun terkadang ada dinamika naik turun namun secara umum menunjukkan kearah kemajuan dalam hal motivasi dan N2 menyampaikan bahwa yang memiliki motivasi tinggi biasanya berawal dari motivasi awal peserta dalam mengikuti PMK dan peserta yang cenderung memiliki motivasi tinggi lebih awal yaitu yang memilki motivasi awal mengikuti PMK berasal dari kemauan diri sendiri.
Motivasi belajar peserta memiliki banyak perbedaan sebagaimana hasil wawancara PP1 menyampaikan bahwa memiliki motivasi belajar untuk merubah diri kearah yang lebih baik lagi, PP2 juga menyatakan hal sama yaitu motivasi belajar karena dari awal ingin merubah diri kearah lebih baik oleh karena itu berusaha hadir dan semangat terus dalam pembelajaran. Berbeda dengan PP3 yang menyatakan bahwa pada awal tidak memiliki niat untuk mengikuti PMK tetapi karena adanya dorongan dari anak maka beliau berusaha membangkitkan motivasinya dalam belajar di PMK. Dan PP4 menyampaikan bahwa dalam mengikuti PMK motivasi belajarnya mengalami naik turun karena terkadang teringat suasana di rumah.
Dalam hal motivasi belajar narasumber selalu memberikan motivasi kepada peserta dan hal ini dibenarkan oleh PP1, PP2, PP3 dan PP4. Untuk cara narasumber membangkitkan motivasi dalam diri peserta dengan cara yang
(1)
Ulpi Pauziah, 2014
Penerapan pendekatan andragogi dalam peningkatan motivasi belajar di pesantren masa keemasan Daarut Tauhid Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
proses pemenuhan kebutuhan untuk belajar dan melihat tujuan pribadi akan dapat tercapai dengan bantuan belajar.
Sebagai implikasi penting dalam proses belajar mengajar orang dewasa dengan melihat belajar sebagai suatu proses dari dalam adalah metode ataupun teknik belajar yang melibatkan peserta secara mendalam seperti dalam pembelajaran di Pesantren Masa Keemasan ini peserta dilibatkan langsung dalam pembelajaran dengan diberikannya kebebasan dalam mengemukakan pendapat dan partisipasi aktif peserta dengan tanya jawab dan diskusi.
Dalam pelaksanaan pembelajaran terdapat kondisi belajar peserta dan dalam kondisi belajar terdapat beberapa bagian diantaranya:
a) Kebutuhan belajar
Pentingnya kebutuhan belajar didasarkan atas asumsi bahwa peserta didik akan belajar secara efektif apabila semua komponen programpembelajaran dapat membantu peserta didik untuk memenuhi kebutuhan belajarnya ( Sudjana, 2005:172)
Daarut Tauhid dalam memfasilitasi kebutuhan belajar peserta dengan menganalisis terlebih dahulu kebutuhan peserta melalui wawancara langsung dengan peserta sehingga dapat diketahui kebutuhan, kondisi serta tujuan peserta dalam mengikuti Pesantren Masa Keemasan. Narasumber memberikan stimulus berupa dorongan atau motivasi kepada peserta dalam memenuhi kebutuhan belajarnya.
b) Lingkungan belajar
Penciptaan suasana belajar yang menyenangkan menjadi perhatian narasumber dalam proses pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan ruang belajar yang disusun sesuai dengan keadaan peserta agar bisa menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan nyaman dengan disediakannya sarana dan prasarana pembelajaran yang mendukung proses pembelajaran. Selain itu penciptaan suasana saling menghormati,
(2)
Ulpi Pauziah, 2014
Penerapan pendekatan andragogi dalam peningkatan motivasi belajar di pesantren masa keemasan Daarut Tauhid Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kekeluargaan dan mempercayai antara peserta dan narasumber dibentuk selama pelaksanaan proses pembelajaran Pesantren Masa Keemasan.
Kondisi suasana belajar diupayakan agar menyenangkan dan kekeluargaan dengan narasumber memberikan banyak waktu dan kesempatan kepada peserta belajar untuk Tanya jawab, sharing pengalaman, ilmu dan pendapat dalam pembelajaran. Serta pemberian ice breaking oleh narasumber untuk membangun suasana dalam pembelajaran.
c) Peserta memandang tujuan pengalaman belajar menjadi tujuan mereka Setiap peserta memiliki pengalaman belajar dengan tujuannya sendiri. Narasumber senantiasa mengajak peserta untuk bertukar pengalaman untuk menentukan tujuan belajar yang sesuai dengan kebutuhan belajar peserta. Pembelajaran orang dewasa diorientasikan pada pembentukan dirinya yang didasarkan kepada konsep diri, cita-cita dan kenyataan.
d) Proses belajar dikaitkan dan menggunakan pengalaman peserta
Setiap orang dewasa memilki pengalaman belajar yang berbeda. Perbedaan tersebut diperoleh dari pengalaman belajarnya di masa lalu. Pada pembelajaran di Pesantren Masa Keemasan ini pengalaman belajar peserta dilibatkan agar peserta lebih berpartisipasi aktif dalam proses belajar sehingga peserta diharapkan dapat mengaplikasikan hasil belajarnya selama ini dalam kehidupan sehari-hari.
c. Refleksi Pembelajaran
Refleksi pembelajaran dalam pembelajaran Pesantren Masa Keemasan yaitu peserta mempunyai rasa kemajuan terhadap tujuan belajar mereka. Rasa kemajuan terhadap belajar peserta ditunjukkan dengan peserta yang awalnya memiliki permasalahan dalam membaca Al Quran, memahami cara beribadah
(3)
Ulpi Pauziah, 2014
Penerapan pendekatan andragogi dalam peningkatan motivasi belajar di pesantren masa keemasan Daarut Tauhid Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
setelah mengikuti pembelajaran menjadi bisa membaca Al Quran dan melaksanakan ibadah dengan baik dan benar.
3. Gambaran Peningkatan Motivasi Belajar Peserta Pesantren Masa Keemasan Daarut Tauhid Bandung
Berdasarkan gambaran hasil penelitian mengenai motivasi belajar peserta dalam mengikuti pembelajaran pada Pesantren Masa Keemasan ini diperoleh gambaran bahwa motivasi belajar mereka pada awal pembelajaran rendah dan pada akhir pembelajaran tinggi, hal ini menunjukkan adanya peningkatan dan motivasi yang mendorong peserta untuk belajar timbul dalam diri masing-masing, seperti yang dikatakan Hamzah (2010:23) bahwa motivasi belajar timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita masa depan. Selain adanya dorongan yang timbul dari dalam dirinya, dorongan dariluar pun mempengaruhi, karena adanya faktor ekstrinsik seperti dengan adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, kegiatan belajar belajar yang menarik.
Motivasi merupakan merupakan daya pendorong seseorang terhadap sesuatu yang dilakukannya. Begitu pun dalam kegiatan pembelajaran, motivasi ini sangat diperlukan karena motivasi menjadi pendorong terhadap kegiatan belajar yang akan dilakukannya. Hamzah (2010:23) menjelaskan bahwa motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relative permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik penguatan yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu.
Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada peserta didik yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsure yang mendukung. Hal ini mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Adapun indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
(4)
Ulpi Pauziah, 2014
Penerapan pendekatan andragogi dalam peningkatan motivasi belajar di pesantren masa keemasan Daarut Tauhid Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu a) Adanya hasrat dan keinginan berhasil
b) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar c) Adanya harapan dan cita-cita masa depan d) Adanya penghargaan dalam belajar
e) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar f) Adanya lingkungan belajar yang kondusif
Hasil dari angket skala sikap yang berkaitan dengan motivasi belajar peserta menunjukkan skor positif pada akhir pembelajaran dimana didalamnya berdasarkan indikator diatas maka dapat diartikan bahwa motivasi belajar peserta tinggi dan mengalami peningkatan.
(5)
Ulpi Pauziah, 2014
Penerapan pendekatan andragogi dalam peningkatan motivasi belajar di pesantren masa keemasan Daarut Tauhid Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Abdulhak, Ishak. (2000). Metodologi Pembelajaran Orang Dewasa. Bandung: Andira.
Anisah dan Syamsu (2011:13). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : PT Rosdakarya
Arif, Zainudin. (2012). Andragogi.Bandung : Angkasa
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
Cropley, A.J.. (1986). Pendidikan Seumur Hidup Suatu Analisis Psikologis.Surabaya:usaha nasional (m.sarjdan.Kadir)
Desmita. (2012). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Marzuki, Saleh. (2010. Pendidikan Nonformal: Dimensi dalam Keaksaraan
Fungsional,Pelatihan dan Andragogi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Nazir. (2005). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia
Santoso, Selamet. (2010). Teori-teori Psikologi Sosial. Bandung : PT.Refika Aditama
Sardiman, A.M.. (2001). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Suciati. (2012). Strategi Proses Pembelajaran Pada Kursus Menjahit Tingkat Dasar di Lembaga Kursus dan Pelatihan Pelita Massa Bandung. Bandung: UPI Tidak diterbitkan
(6)
Ulpi Pauziah, 2014
Penerapan pendekatan andragogi dalam peningkatan motivasi belajar di pesantren masa keemasan Daarut Tauhid Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sudjana, Djuju. (2001). Pendidikan Nonformal, Wawasan, Sejarah Perkembangan, Falsafah, Teori Pendukung, Azas. Bandung : Falah Production.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methode). Bandung : Alfabeta.
Suprijanto, H. (2012). Pendidikn Orang Dewasa dari Teori Hingga Aplikasi. Jakarta : PT.Bumi Aksara
Sutikno (2013). Belajar Dan pembelajaran. Lombok : Holistica
Taqiyuddin. M. (2008). Pendidikan Untuk Semua: Dasar dan Falsafah Pendidikan Luar Sekolah. Bandung: Mulia Press
Universitas Pendidikan Indonesia. (2013). Pedoman penulisan Karya Ilmiah Universitas pendidikan Indonesia. Bandung : UPI Press.
Uno, Hamzah B. (2007). Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta : Bumi Aksara.