MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS PADA ANAK MELALUI KEGIATAN PEMBELAJARAN DENGAN MEMANFAATKAN MEDIA BARANG BEKAS.

(1)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS PADA

ANAK MELALUI KEGIATAN PEMBELAJARAN DENGAN

MEMANFAATKAN MEDIA BARANG BEKAS

(Penelitian Tindakan Kelas pada Kelas B di TK Nasywa Tahun Ajaran 2013-2014)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

oleh: MUHARTI

1008446

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2014


(2)

Pembelajaran Dengan Memanfaatkan

Media Barang Bekas

Oleh Muharti

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Muharti 2014

Universitas Pendidikan Indonesia Juni 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis


(3)

MUHARTI 1008446

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS PADA ANAK MELALUI KEGIATAN PEMBELAJARAN DENGAN MEMANFAATKAN

MEDIA BARANG BEKAS

(Penelitian Tindakan kelas pada Kelas B di TK Nasywa Tahun Ajaran 2013-2014)

Disetujui dan disahkan oleh :

Pembimbing I

Cucu Eliyawati, M. Pd NIP. 19701022 199802 2 001

Pembimbing II

Dr.H.Mubiar Agustin, M.Pd NIP. 19770828 200312 1 002

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Jurusan Pedagogik

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Ocih Setiasih, M. Pd NIP. 19600707 198601 2 001


(4)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS PADA ANAK MELALUI KEGIATAN PEMBELAJARAN DENGAN MEMANFAATKAN

MEDIA BARANG BEKAS

(PenelitianTindakan kelas pada kelas B di TK Nasywa Tahun Ajaran 2013-2014)

Disetujui dan disahkan oleh :

Penguji 1 Penguji II

Rudiyanto, S.Pd, M. Si Dr. Aan Listiana, M.Pd NIP. 19740617 199903 1 003 NIP. 19720803 200112 2 001

Penguji III

Leli Kurniawati, S.Pd, M.Mus NIP. 132252248

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Jurusan Pedagogik

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Ocih Setiasih, M.Pd NIP. 19600707 198601 2 2001


(5)

iv Muharti, 2014

Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Pada Anak Melalui Kegiatan Pembelajaran Dengan Memanfaatkan Media Barang Bekas

DAFTAR ISI

PERNYATAAN……….. i

ABSTRAK……….. ii

KATA PENGANTAR……… iii

DAFTAR ISI………. iv

DAFTAR TABEL………... vii

DAFTAR GAMBAR………. viii

DAFTAR GRAFIK……… x

DAFTAR LAMPIRAN………. xi

BAB I PENDAHULUAN……….. 1

A. Latar Belakang Masalah………. 1

B. Identifikasi Masalah Penelitian……….. 5

C. Rumusan Masalah Penelitian………. 5

D. Tujuan Penelitian……… 6

E. Manfaat Penelitian………. 6

F. Struktur Organisasi………. 7

BAB II Meningkatkan Motorik Halus Melalui Pemanfaatan Barang Bekas. 8 A. Motorik Halus Anak Usia Dini……… 8

1. Pengertian Motorik Halus……… 8

2. Pentingnya Perkembangan Motorik Halus……… 14

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motorik Halus…………... 15

4. Kaitan Motorik Halus dan Pembelajaran dengan Memanfaatkan Media Barang Bekas………... 16

B. Media Pemanfaatan Barang .Bekas………... 17


(6)

Muharti, 2014

2. Pengertian Barang Bekas……… 17

3. Pemanfaatan Barang Bekas……… 18

4. Langkah-Langkah Pemanfaatab Barang bekas……… 19

5. Langkah- langkah Pembelajaran dengan Memanfaatkan Barang Bekas………... 21

C. Penelitian Terdahulu………. 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 24 A. Lokasi dan Subjek penelitian……… 24

B. Metode Penelitian………. 24

C. Desain Penelitian……….. 25

D. Penjelasan Istilah……….. 43

E. Instrumen Penelitian……….. 43

F. Judment Ekspert……… 49

G. Teknik Pengumpulan Data……… 50

H. Analisis Data………. 51

BAB IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan………. 53

A. Data Hasil Penelitian………. 53

1. Kondisi Siswa dan Guru………. 55

2. Kondisi Objektif Motorik Halus TK B Nasywa sebelum Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran dengan Memanfaatkan Media Barang Bekas………. 57

3. Proses Pelaksanaan Pembelajaran dengan Memanfaatkan Media Barang bekas……….. 61

B. Pembahasan Hasil Penelitian……… 119 1. Kondisi Objektif kemampuan Motorik Halus anak TK B


(7)

vi

Muharti, 2014

Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Pada Anak Melalui Kegiatan Pembelajaran Dengan Memanfaatkan Media Barang Bekas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Nasywa……….. 119

2. Implementasi Kegiatan Pembelajaran dengan Memanfaatkan Barang Bekas dalam Meningkatkan kemampuan Motorik Halus Anak TK B Nasywa……… 121

3. Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak TK B Nasywa melalui Kegiatan Pembelajaran dengan Memanfaatkan Media Barang Bekas………. 124

BAB V Simpulan dan Rekomendasi……… 127

A. Simpulan……… 127

B. Rekomendasi……… 128

DAFTAR PUSTAKA………. 129


(8)

i

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS PADA ANAK MELALUI KEGIATAN PEMBELAJARAN DENGAN MEMANFAATKAN

MEDIA BARANG BEKAS

(Penelitian Tindakan kelas pada kelas B di TK Nasywa Tahun Ajaran 2013-2014) Muharti

NIM 1008 446

ABSTRAK

Kemampuan motorik halus pada anak usia dini merupakan hal yang sangat penting dan diperlukan dalam berbagai macam aktivitas kehidupan sehari-hari diantaranya untuk aktivitas kemandirian seperti makan, minum, mengancingkan baju, mengikat tali sepatu, melipat, menutup dan membuka resleting, menggunting dan lain-lain. Untuk mengembangkan kemampuan motorik halus dapat dilakukan dengan berbagai aktivitas diantaranya melalui kegiatan pembelajaran dengan memanfaatkan media barang bekas. Kegiatan pembelajaran dengan memanfaatkan barang bekas adalah aktivitas membuat suatu karya yang menyenangkan dengan cara mengabungkan aktivitas seperti melipat, menggunting, menempel, melukis dan mewarnai bahan yang digunakan. Penelitian ini mengkaji bagaimana pembelajaran dengan memanfaatkan media barang bekas dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak. Tujuan dari penelitian ini adalah 1) untuk mengetahui perkembangan motorik halus anak usia TK B di TK Nasywa Tahun Ajaran 2013-2014. 2) untuk mengetahui kegiatan pembelajaran pemanfaatan barang bekas pada anak usia TK B di TK Nasywa Tahun Ajaran 2013-2014. 3) untuk mengetahui peningkatan motorik halus anak usia TK B Nasywa melalui kegiatan pembelajaran dengan memanfaatkan media barang bekas. Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), pelaksanaannya terdiri dari dua siklus, setiap siklus diberikan tiga tindakan. Penelitian ini dilaksanakan di TK Nasywa pada kelompok B dengan subjek penelitian sebanyak 11 anak. Temuan penelitian menunjukkan bahwa melalui kegiatan pembelajaran dengan memanfaatkan barang bekas, kemampuan motorik halus anak mengalami peningkatan yang lebih baik. Hal yang bisa disampaikan dalam upaya mengembangkan kemampuan motorik halus pada anak, diharapkan guru dapat lebih kreatif dan inovatif dalam merancang strategi pembelajaran serta lebih bervariatif dalam menyediakan media pembelajaran untuk anak,


(9)

ii

Muharti, 2014

Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Pada Anak Melalui Kegiatan Pembelajaran Dengan Memanfaatkan Media Barang Bekas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ENHANCING FINE MOTOR SKILLS IN CHILDREN THROUGH LEARNING ACTIVITIES

USING RECYCLED MEDIA

(Classroom Action Research in Class B at Nasywa Kindergarten in 2013-2014 Academic Year)

ABSTRACT

Fine Motor Skills in early childhood is very crucial and useful in various daily activities such as during eating, putting on clothes, cutting, etc. One of the ways to develop fine motor skills is by involving children in learning activities using recycled media. Learning activities using recycled media are activities of creating a work of art in a fun way by combining activities such as folding, cutting, sticking, drawing and coloring the media used. This study examined how learning using recycled media can

enhance children’s fine motor skills. The objectives of the study were: 1) to find out

fine motor skills in children of Class B at Nasywa kindergarten in 2013-2014 Academic Year; 2) to identify the learning activities using recycled media in children of Class B at Nasywa kindergarten in 2013-2014 Academic Year; 3) to comprehend the development of fine motor skills in children of Class B at Nasywa kindergarten in 2013-2014 Academic Year through learning activities using recycled media. The research method employed in this study was classroom action research. There were two cycles in this study. Each cycle consisted of three sessions. This study was conducted at Class B with 11 participants involved. The result shows that through

learning activities using recycled media, children’s fine motor skills increased. In order to enhance children’s motor skills, it is expected that teachers are more creative and innovative in planning the learning strategies and provide various media for children.


(10)

Pendidikan anak usia dini merupakan periode yang penting dan perlu mendapat penanganan sedini mungkin. „Pada rentan Usia 0-6 tahun merupakan periode sensitif atau masa peka pada anak‟ (Hainstock dalam Sujiono,Y, 2009: 54), Periode sensitif merupakan periode dimana suatu fungsi tertentu perlu distimulus, diarahkan sehingga tidak terhambat perkembangannya. Masa ini merupakan masa untuk meletakkan dasar pertama dalam mengembangkan kemampuan fisik motorik, kognitif, bahasa, sosial emosional, konsep diri, disiplin, kemandirian, seni, moral, dan nilai-nilai agama.

Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 14 UU RI tentang Sistem Pendidikan Nasioanal. Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. (Depdiknas, USPN, 2004:4). Berdasarkan (Peraturan Menteri Nomor 58 tahun 2009: 9) tentang standar Pendidikan Anak Usia Dini Formal maupun Nonformal menjelaskan anak usia 5-6 tahun diharapkan mampu melakukan ekslporasi dengan berbagai media dan kegiatan dalam lingkup perkembangan fisik motorik halus, satu diantara lingkup perkembangan anak usia dini.

Salah satu kemampuan anak yang sedang berkembang saat usia dini yaitu kemampuan motorik. Motorik adalah semua gerakan yang mungkin dilakukan oleh seluruh tubuh. Perkembangan motorik menurut Hurlock (1978: 150) adalah

”perkembangan pengendalian gerak jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat

syaraf dan otot yang terkoordinasi.” sedangkan menurut Sumantri (2005: 47)

Perkembangan motorik adalah proses sejalan dengan bertambahnya usia secara bertahap dan berkesinambungan gerakan individu meningkat dari keadaan


(11)

2

Muharti, 2014

Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Pada Anak Melalui Kegiatan Pembelajaran Dengan Memanfaatkan Media Barang Bekas

sederhana, tidak terorganisasi, dan tidak terampil kearah penampilan keterampilan motorik yang kompleks dan terorganisasi dengan baik.

Secara umum Santrock (2007:204) mengemukakan bahwa “kemampuan motorik terdiri dari motorik kasar dan motorik halus”. Adapun “Motorik kasar adalah kemampuan yang membutuhkan koordinasi sebagian besar bagian tubuh. Sementara motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil”. ( Sujiono,2008: 1.13-1.14) oleh karena itu motorik halus tidak membutuhkan tenaga tetapi membutuhkan koordinasi yang cermat serta ketelitian. “Kemampuan motorik halus sangat penting dan diperlukan dalam berbagai aktivitas sehari hari diantaranya untuk menggunting, memasang dan membuka kancing dan resleting, makan, memakai sepatu, menulis dan lain-lain”. (Jamaris,2006:14-15).

Berbagai fenomena permasalahan yang dihadapi guru TK begitu beragam dalam mendidik anak-anak, diantaranya dalam perkembangan motorik, dimana terdapat anak yang mengalami kesulitan belajar motorik. Anak yang mengalami kesulitan belajar motorik, akan mengalami kesulitan dalam melakukan koordinasi gerakan visual (pandanganmata) dengan motorik (gerakan tangan, gerakan jari tangan atau kaki) secara bersamaan pada satu tujuan. “Kesulitan belajar motorik tersebut dapat disebut sebagai lemahnya koordinasi gerak visual”. (Jamaris, 2006).

Menurut Hurlock (1978: 164), “Perkembangan motorik yang terlambat berarti perkembangan motorik yang dibawah norma umur anak”. Akibatnya pada umur tertentu anak tidak menguasai tugas perkembangan yang diharapkan oleh kelompok sosialnya. Sebagai contoh, Anak yang berada dibawah norma untuk dapat berjalan dan makan sendiri, akan dianggap terlambat dibanding anak- anak lain.

Terlambatnya perkembangan motorik anak dapat disebabkan beberapa faktor, yaitu kondisi bawaan fisik (cacat, menderita kelumpuhan atau lemah otot tangan) dan lingkungan. Begitu pun dalam keterampilan motorik halus, dipengaruhi oleh pembawaan anak dan stimulasi yang di dapatkannya. Lingkungan (orangtua) mempunyai pengaruh besar dalam keterampilan motorik halus, karena pola asuh


(12)

keluarga yang terlalu melayani semua keperluan anak, kurang memberikan kesempatan dan latihan untuk melakukan aktivitas yang melibatkan motorik halus, akan menghambat perkembangan keterampilan motorik halus anak.

Kemampuan guru dalam merancang aktivitas kegiatan anak disekolah turut menentukan perkembangan motorik halus anak. Bagi guru yang kapasitas keilmuan dan wawasan yang kurang dalam pentingnya melatih kemampuan motorik anak, lebih mementingkan kegiatan yang cenderung pada kemampuan kognitif yaitu menghafal atau mengingat.

Selain kemampuan guru, „minimnya media yang dapat melatih perkembangan motorik halus anak turut menghambat perkembangan keterampilan motorik halusnya‟.(Willy dkk, 2006 dalam Yulida, 2011: 4). Hal ini dapat disebabkan minimnya dana sekolah untuk mengadakan media permainan yang mengembangkan motorik halus anak. Oleh sebab itu diperlukan kreativitas guru untuk merancang aktivitas dengan biaya murah tapi dapat mengembangkan keterampilan motorik halus anak.

Permasalahan yang dikemukakan diatas merupakan fenomena yang sering terlihat di sekolah-sekolah mengenai pengembangan kemampuan motorik halus, khususnya di TK Nasywa kelas TK B, dimana masih banyak anak yang kaku dan kesulitan dalam menggunting, melipat, menulis huruf, mengancingkan baju dan aktivitas kemandirian lainnya, dari hasil laporan perkembangan semester satu tahun ajaran 2013-2014 diperoleh data bahwa kemampuan motorik halus anak kelas TK B Nasywa pada umumnya masih memerlukan stimulus dan bimbingan. Begitu pula dalam penyediaan media dan kegiatan, guru diharapkan lebih kreatif dan variatif dalam merancang aktivitas kegiatan dan media pembelajaran agar lebih menyenangkan dan menarik, namun tetap dapat mengembangkan aspek perkembangan yang dibutuhkan anak. Karena itu diperlukan upaya untuk mencari cara dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak, salah satunya dengan membuat kegiatan pembelajaran dengan media barang bekas. Kegiatan Pemanfaatan barang bekas dilakukan dalam rangka mengembangkan pengetahuan anak mengenai


(13)

4

Muharti, 2014

Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Pada Anak Melalui Kegiatan Pembelajaran Dengan Memanfaatkan Media Barang Bekas

lingkungan, khususnya kesadaran untuk melindungi bumi dari kerusakan dengan cara memanfaatkan barang-barang bekas berupa sampah anorganik yang tidak mudah terurai dan butuh proses yang cukup lama untuk menguraikannya. Selain itu anak bisa melakukan kegiatan dan mengeksplorasi berbagai media yang lebih variatif, sehingga tidak membuat bosan.

Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar akan mendorong pada penghayatan nilai-nilai atau aspek kehidupan yang ada pada lingkungannya. Kesadaran akan pentingnya lingkungan dalam kehidupan bisa mulai ditanamkan pada anak sejak dini, sehingga setelah dewasa kesadaran tersebut tetap terpelihara.

Menurut Amstrong (2005: 35) “Kesadaran lingkungan menjadi satu hal yang penting

untuk dikembangkan karena dengan adanya potensi lingkungan individu akan memiliki perilaku yang positif (positive attitude) yang akan menjauhkan dari pribadi yang hidup dan berkembang dengan mengeksploitasi alam”. Dalam upaya menjadikan anak tumbuh menjadi individu yang bisa melindungi bumi dari kerusakan, anak diajak mengetahui bagaimana cara menjaga lingkungan dengan baik.

Pemanfaatan barang bekas merupakan kegiatan yang melibatkan berbagai aktivitas motorik halus seperti menggunting, mengelem, menempel, mengecat/ melukis dan lain sebagainya . Kegiatan pemanfaatan barang bekas dilihat dari sisi dana juga cukup murah karena menggunakan media dari limbah produk (sampah anorganik). Selain bermanfaat untuk memberikan kesadaran dan kepedulian akan lingkungan, kreativitas anak- anak pun akan lebih meningkat dengan mengeksplorasi berbagai media yang ada disekitar lingkungan anak menjadi sebuah karya.

Penelitian ini berusaha menggunakan kegiatan pemanfaatan barang bekas, yang dibuat dengan menggunakan keterampilan tangan dengan media dari limbah produk kemasan bekas makanan, minuman dan lain sebagainya. Contohnya dari piring kertas bekas bisa kita lipat dan gunting menjadi bebek yang lucu, dari botol mineral bekas bisa dibuat kupu-kupu atau roket. Sehingga dengan pemanfaatan limbah tersebut bisa dibuat menjadi suatu kreasi yang bermanfaat untuk melatih keterampilan motorik halus anak, juga membantu menjaga lingkungan agar lebih terpelihara serta terjaga


(14)

dengan baik. Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian ini memfokuskan kajian pada “ Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus pada Anak melalui Kegiatan Pembelajaran dengan Memanfaatkan Media Barang Bekas di Taman Kanak-kanak Nasywa Bandung Kelas B Tahun Ajaran 2013-1014”.

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka diidentifikasikan permasalahan penelitian ini pada Perkembangan motorik halus anak usia TK B di Taman kanak-kanak Nasywa Tahun Ajaran 2013/2014 Bandung belum begitu optimal dan masih perlu ditingkatkan dalam hal menggunting, melipat, mengancingkan baju sendiri serta kegiatan kemandirian lainnya padahal seharusnya tingkat pencapaian perkembangan motorik halus anak usia lima sampai enam tahun sudah dapat melakukan aktivitas seperti menggunting, melipat, mengancingkan baju dan aktivitas lainnya yang berkaitan dengan motorik halus. Melalui Pembelajaran dengan menggunakan media barang bekas, menjadi solusi yang diupayakan untuk dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak, dikarenakan dalam kegiatan pembelajaran pemanfaatan barang bekas anak- anak dapat berlatih kemampuan motorik halus melalui karya yang dibuat dengan keterampilan tangan, selain itu media barang bekas lebih ekonomis, variatif dan juga mengenalkan kepedulian lingkungan pada anak TK B Nasywa.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan Identifikasi masalah diatas, maka dirumuskan masalah penelitian

ini menjadi “Bagaimana Kemampuan Motorik Halus dapat Meningkat dengan

Kegiatan Pembelajaran Memanfaatkan Media Barang Bekas?” Dan rumusan masalah dalam penelitian ini secara lebih rinci dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana perkembangan motorik halus anak usia TK B di TK Nasywa Tahun Ajaran 2013/2014?


(15)

6

Muharti, 2014

Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Pada Anak Melalui Kegiatan Pembelajaran Dengan Memanfaatkan Media Barang Bekas

2. Bagaimana kegiatan pembelajaran pemanfaatan barang bekas dalam meningkatkan motorik halus anak usia TK B di TK Nasywa Tahun Ajaran 2013/2014?

3. Bagaimana peningkatan motorik halus anak usia TK B di TK Nasywa Tahun Ajaran 2013/2014 melalui kegiatan pembelajaran pemanfaatan barang bekas?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui perkembangan motorik halus anak usia TK B di TK Nasywa Tahun Ajaran 2013/2014.

2. Untuk mengetahui kegiatan pembelajaran pemanfaatan barang bekas dalam upaya meningkatkan motorik halus anak usia TK B di TK Nasywa Tahun Ajaran 2013/2014.

3. Untuk mengetahui peningkatan motorik halus anak usia TK B di TK Nasywa Tahun Ajaran 2013/2014 melalui kegiatan pembelajaran pemanfaatan barang bekas.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis dalam meningkatkan motorik halus anak melalui kegiatan pembelajaran dengan memanfaatkan media barang bekas, selain itu secara lebih khusus penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini diharapakan dapat memberikan pengalaman kepada peneliti dalam meningkatkan motorik halus melalui kegiatan pemanfaatan barang bekas. Dan juga menambah pengetahuan peneliti mengenai peningkatan motorik halus pada anak usia dini.


(16)

2. Bagi guru

Sebagai masukkan bahan pembelajaran yang dapat dipraktikan menjadi salah satu pembelajaran yang menarik dengan biaya murah dan anak dapat bereksplorasi, sehingga anak akan lebih mendapatkan pembelajaran yang bervariatif dalam meningkatkan motorik halusnya.

3. Bagi pemerhati anak

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukkan dalam membimbing anak untuk meningkatkan motorik halus melalui kegiatan pemanfaatan barang bekas dan mengetahui manfaat kegiatan pemanfaatan barang bekas dalam meningkatkan motorik halus anak.

F. Struktur Organisasi

Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari :

1. BAB I berisi uraian tentang pendahuluan, yaitu latar belakang masalah penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta struktur organisasi.

2. BAB II membahas kajian pustaka tentang motorik halus melalui kegiatan pembelajaran memanfaatkan media barang bekas.

3. BAB III berisi penjabaran secara rinci mengenai metode penelitian, yaitu lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode penelitian, instrument penelitian, tehnik pengumpulan data, dan analisis data.

4. BAB IV membahas hasil penelitian dan pembahasan, yaitu data hasil penelitian yang terdiri dari gambaran umum kondisi lapangan , tahap implementasi kegiatan, dan pembahasan kondisi objektif pembelajaran motorik halus melalui pemanfaatan barang bekas di TK Nasywa.


(17)

23

Muharti, 2014

Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Pada Anak Melalui Kegiatan Pembelajaran Dengan Memanfaatkan Media Barang Bekas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi yang dijadikan penelitian adalah TK Nasywa, yang beralamat di jalan Gegerkalong Lebak II no 6. Bandung. Arikunto (2002: 107) memaparkan bahwa

“sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh”. Dan

Subjek penerima tindakan dalam penelitian ini adalah anak kelompok B yang berjumlah 11 anak, dengan guru sebagai subjek pelaku tindakan.

Tabel 3.1

Subjek Penelitian Kelas B TK Nasywa

No Nama anak Jenis Kelamin

1 AZL Laki- laki

2 ASA Perempuan

3 AF Laki-laki

4 BD Laki- laki

5 AKM Laki- laki

6 MRZ Perempuan

7 MHN Perempuan

8 RHM Perempuan

9 RZK Laki-laki

10 SLV Laki- laki

11 SYQ Perempuan

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini bertujuan untuk menciptakan suatu perbaikan dan meningkatkan proses pembelajaran, serta mengatasi permasalahan yang terjadi di dalam kelas. Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan secara kolaborasi antara guru dan teman sejawat dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas


(18)

pembelajaran yang menjadi tanggung jawabnya. McNiff (1992) dalam Arikunto (2009:106) menegaskan bahwa “ dasar utama bagi dilaksanakannya penelitian

tindakan kelas adalah untuk perbaikan”. Penggunaan penelitian tindakan kelas

dalam penelitian ini diharapkan secara langsung memberikan perbaikan terhadap permasalahan yang terjadi di kelompok B, TK Nasywa Bandung Tahun Ajaran 2013/2014, dalam hal meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui pembelajaran dengan memanfaatkan media barang bekas.

C. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas model Elliot, model Elliot dikembangkan berdasarkan model kurt lewin, tetapi tampak lebih detail dan rinci. Dalam model Elliot, satu tindakan (acting) terdiri dari beberapa langkah tindakan, yaitu langkah tindakan satu, langkah tindakan dua dan langkah tindakan tiga ( depdiknas,1999: 22 dalam Taniredja,dkk,2011: 25).

Langkah-langkah dalam penelitian dengan mengacu kepada model John Elliot adalah sebagai berikut yaitu :1.Perencanaan, 2.Pelaksanaan, 3.Pengamatan, 4.Refleksi, 5.Perencanaan tindakan selanjutnya apabila diperlukan (Muslihudin, 2010 : 69).

Penelitian ini akan dilakukan dalam dua siklus, setiap siklusmya menggunakan tahapan : perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Hasil dari refleksi akan dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam membuat perencanaan pada siklus selanjutnya. Jika tindakan yang dilakukan belum berhasil seperti yang diharapkan maka akan dilakukan siklus selanjutnya. Adapun model John Elliot dapat digambarkan sebagai berikut :


(19)

25

Muharti, 2014

Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Pada Anak Melalui Kegiatan Pembelajaran Dengan Memanfaatkan Media Barang Bekas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar Desain Penelitian Tindakan Kelas

Gambar 3.1

Riset Aksi Model John Elliot Sumber : Muslihudin (2009 : 64)

Berdasarkan gambar alur penelitian tindakan kelas, terdapat tahapan yang lazim dilalui yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. (Arikunto,2009: 16). Adapun tahapan- tahapannya dijabarkan dalam langkah-langkah penelitian tindakan kelas sebagai berikut:

Siklus I

Pengamatan Perencanaan

Pelaksanaan

Refleksi

Pelaksanaan

Perencanaan Pengamatan

Refleksi Siklus II

Dan siklus selanjutnya


(20)

1. Tahap Perencanaan Tindakan (Planning)

Supardi (2006: 118) memaparkan bahwa pada tahap perencanaan, kegiatan yang dilakukan antara lain sebagai berikut:

a) Identifikasi masalah yang akan diteliti, dimana masalah harus riil dan dibawah pengamatan guru, masalah harus problematik, masalah harus member manfaat yang jelas dan masalah PTK harus feasible ( dapat dipecahkan atau ditangani.

b) Perumusan masalah dan analisis Penyebab masalah

c) Pengembangan Intervensi ( solution/action), intervensi perlu dikembangkan berdasarkan akar permasalahan yang ada dan didukung sumber daya yang ada.

Dalam Penelitian tindakan kelas di Taman Kanak- kanak Nasywa, tahap perencanaan dimulai dengan mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan motorik halus pada kelompok B. Setelah itu dibuatlah perencanaan guna memecahkan masalah dengan merencanakan tindakan, dalam rencana tindakan hendaknya dilakukan hal- hal sebagai berikut ; permohonan ijin, mengadakan penelitian awal, penetapan tindakan-tindakan dalam rangka perbaikan, memperkenalkan teknik pembelajaran yang efektif, merumuskan kegiatan, menyiapkan instrument pengumpulan data untuk pelaksanaan tindakan.

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Tahap ini merupakan tahap implementasi dari perencanaan yang telah dibuat. Arikunto (2006: 18) memaparkan bahwa “penelitian tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenai tindakan kelas”.

Selama melaksanakan tindakan, guru sebagai pelaksana intervensi tindakan mengacu pada program yang telah disiapkan dan disepakati bersama teman sejawat. Rancangan yang yang telah dirumuskan dilaksanakan dalam pembelajaran kegiatan motorik halus melalui pemanfaatan media barang bekas. Guna mengurangi kemungkinan lemahnya pelaksanaan tindakan, persiapan dan perencanaan perlu dilakukan secara maksimal.


(21)

27

Muharti, 2014

Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Pada Anak Melalui Kegiatan Pembelajaran Dengan Memanfaatkan Media Barang Bekas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3. Tahap Pengamatan

Kegiatan observasi atau pengamatan dilakukan pada waktu tindakan kelas berlangsung, jadi keduanya berlangsung pada waktu yang sama. (Arikunto, 2006: 19). Dalam kegiatan ini, yang dilakukan peneliti bersama teman sejawat adalah menghimpun data tentang kondisi objektif yang meliputi karakteristik, masalah kemampuan motorik halus yang masih rendah, perhatian anak saat mengikuti kegiatan belajar mengajar, perkembangan kemampuan anak, kegiatan bimbingan dan kegiatan belajar dan mengajar guru, serta penerapan pembelajaran memanfaatkan media barang bekas dalam meningkatkan motorik halus anak yang telah direncanakan dan di praktekan di kelas. hasil dari data ini akan menjadi acuan untuk memodifikasi dan merencanakan tindakan- tindakan selanjutnya, agar tercapai tujuan yang diharapkan.

4. Tahap Refleksi

Tahapan ini merupakan kegiatan untuk memproses data yang telah di dapat dalam observasi yang dilakukan , data-data yang terkumpul akan di analisis dan di evaluasi. supaya diketahui apakah tindakan yang dilakukan telah tercapai sesuai harapan atau masih ada hal- hal yang perlu dirubah ataupun disempurnakan, maka akan dirumuskan kembali hal- hal mana yang harus diperbaiki agar ada penyempurnaan kearah perbaikan. Apabila telah diketahui letak keberhasilan dan hambatan dari tindakan yang telah dilakukan maka dibuatlah rancangan untuk berikutnya. Dalam hal ini menentukan apakah kemampuan motorik halus anak mengalami peningkatan melalui pembelajaran dengan memanfaatkan media barang bekas, ataukah masih memerlukan pengulangan dan penyempurnaan kea rah tindakan selanjutnya.

Desain pelaksanaan PTK yang akan dilakukan di Taman kanak-kanak Nasywa Kelas B tahun ajaran 2013/2014 sesuai skema diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:


(22)

1. Siklus 1 a. Perencanaan

Pada perencanaan, langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1) Menetapkan dan menyiapkan materi pembelajaran

Materi yang akan digunakan dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak TK B Nasywa adalah kegiatan pembelajaran melalui media barang bekas. 2) Membuat rencana pembelajaran

Peneliti dan teman sejawat berkolaborasi membuat skenario pembelajaran yang akan dilaksanakan. Adapun tahap- tahap perencanaannya sebagai berikut:

a) Skenario Tindakan I

Tema : Kendaraan Subtema : Kendaraan darat

Tujuan : Meningkatkan motorik halus melalui kegiatan pembelajaran dengan Memanfaatkan barang bekas

Indikator :

 Anak dapat memegang peralatan menulis dengan baik

 Anak dapat menggambar menggunakan krayon

 Anak dapat menarik garis dengan spidol

 Anak dapat menjadikan barang bekas menjadi bentuk kendaraan darat

 Anak dapat meniru lipatan 2-6 lipatan

 Anak dapat menggunting lurus

 Anak dapat menempel berbagai ukuran (Besar, sedang, kecil) Materi :

 Mengenalkan tentang kendaraan darat melalui video


(23)

29

Muharti, 2014

Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Pada Anak Melalui Kegiatan Pembelajaran Dengan Memanfaatkan Media Barang Bekas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

 Kegiatan membuat kendaraan darat dari media dus bekas minuman susu, teh dan dus pasta gigi

 Mengenalkan bahan-bahan/ media barang bekas yang disediakan Alat dan bahan :

dus susu bekas, dus pasta gigi, kertas lipat, kertas spektra, kardus susu bubuk, lem fox, lem kertas, tutup botol, gunting, krayon, pensil, dan spidol

Cara membuat :

pertama anak-anak mengambil media/ bahan yang mereka pilih sendiri, lalu dimulai dengan menempel kertas lipat atau spektra pada dus dan menggunting kertas yang sudah dilipat sebanyak empat lipatan untuk membuat jendelanya, selanjutnya anak- anak menjiplak bentuk lingkaran dari tutup botol dengan media kardus susu bubuk lalu di gunting dan ditempelken sebagai rodanya dan setelah itu anak- anak boleh menambahkan hiasan sesuai keinginannya.

b) Skenario Tindakan II

Tema : Kendaraan Subtema : Kendaraan laut

Tujuan : Meningkatkan motorik halus melalui kegiatan pembelajaran dengan Memanfaatkan barang bekas

Indikator :

 Anak dapat memegang peralatan menulis dengan baik

 Anak dapat melukis dengan menggunakan kuas

 Anak dapat menjadikan barang bekas menjadi bentuk kendaraan laut

 Anak dapat meniru lipatan 2-6 lipatan

 Anak dapat menggunting lurus dan lengkung


(24)

Materi :

 Mengenalkan tentang kendaraan laut melalui gambar

 Tanya jawab tentang kendaraan laut

 Kegiatan membuat kendaraan laut dari media steroform

 Mengenalkan bahan-bahan/ media barang bekas yang disediakan Alat dan bahan :

steroform bekas, dus susu bekas, dus teh kotak, bekas dus pasta gigi bekas, botol yakult, sedotan, sumpit, stik es krim, sendok es krim, kertas hermas, kertas spektra, cat asturo, kuas, palet, pensil, gunting, lem tembak, lem fox, dan double tip

Cara membuat :

Anak- anak mengambil steroformnya lalu gunting menjadi dua, setelah itu rekatkan menggunakan lem fox atau lem tembak sesuai bentuk kapal yang diinginkan, setelah itu buat layar dengan melipat kertas hermas atau asturo menjadi dua lalu jiplak dengan cetakan bentuk agak melengkung setelah itu gunting. lalu anak- anak diberi kesempatan untuk menambahkan media-media lain untuk melengkapi kapal yang mereka akan buat misalnya dengan memberi tambahan bahan- bahan seperti dus-dus bekas, botol yakult, membuat layar dari kertas dan lain- lain, sehingga mereka bisa menuangkan gagasan dalam membuat kapal laut tersebut menjadi seperti yang mereka inginkan. Selanjutnya kapal yang sudah dibuat dilukis atau di cat dengan cat asturo yang dilakukan diluar kelas yaitu di halaman sekolah, anak- anak dibagi menjadi tiga kelompok, disetiap kelompok diberikan palet satu dan diisi dengan warna yang bermacam-macam. Anak-anak bebas mewarnai dengan kuas ukuran sedang.


(25)

31

Muharti, 2014

Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Pada Anak Melalui Kegiatan Pembelajaran Dengan Memanfaatkan Media Barang Bekas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu c) Skenario Tindakan III

Tema : Kendaraan Subtema : Kendaraan Udara

Tujuan : Meningkatkan motorik halus melalui kegiatan pembelajaran dengan Memanfaatkan barang bekas

Indikator :

 Anak dapat memegang peralatan menulis dengan baik

 Anak dapat melukis dengan menggunakan kuas

 Anak dapat menjadikan barang bekas menjadi bentuk kendaraan udara

 Anak dapat menggunting lengkung

 Anak dapat menempel berbagai ukuran (Besar, sedang, kecil) Materi :

 Mengenalkan tentang kendaraan udara melalui video dan gambar

 Tanya jawab tentang kendaraan udara

 Kegiatan membuat kendaraan udara dari media botol mineral

 Mengenalkan bahan-bahan/ media barang bekas yang disediakan Alat dan bahan :

Botol air mineral bekas ukuran 600cc, kardus bekas produk mie,kertas hvs bekas, sedotan bekas, botol yakult bekas, stik dan sendok eskrim bekas, kapur tulis, cat asturo, kuas, palet, lem tembak dan lem fox, kardus bekas snack.

Cara membuat :

Dimulai dengan anak- anak mengambil botol mineral, lalu meremas kertas hvs, setelah itu tempel kertas hvs yang telah diremas pada botol mineral menggunakan lem fox, gunting sayap pesawat dari kardus bekas sesuai pola, tempelkan hasil


(26)

guntingan sayap disisi kanan dan kiri botol, setelah itu tambahkan bahan-bahan lain untuk melengkapai pesawat yang anak-anak akan buat sesuai imajinasi mereka. lalu warnai badan pesawat dan sayap sesuai keinginan anak dengan menggunakan cat asturo.

3) Menyiapkan media pembelajaran dari barang- barang bekas limbah produk makanan, minuman dan kemasan lainnya.

4) Membuat lembar pengamatan (observasi)

b. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini, merupakan implementasi (pelaksanaan) dari rencana yang telah dibuat. Guru melakukan tindakan yang berupa intervensi terhadap kegiatan atau program yang menjadi tugas sehari-hari. Rancangan skenario yang dirumuskan dalam kegiatan pembelajaran melalui pemanfaatan barang bekas guna meningkatkan kemampuan motorik halus coba dilaksananakan dalam beberapa tindakan. Guru diharapkan dapat mengkondisikan, membimbing dan memotivasi anak untuk dapat melakukan kegiatan pembelajaran sesuai tindakan yang diberikan.

1) Pelaksanaan Tindakan I

Pada tindakan I siklus I dengan subtema kendaraan darat, dimulai dengan kegiatan pagi sebelum masuk kelas, dimana guru mengajak anak- anak bermain bebas terlebih dahulu, setelah itu anak- anak diajak bermain terpimpin sambil bernyanyi we are in the train of love sambil anak-anak melompat depan belakang sesuai lagu tersebut. Pada kegiatan pembukaan, guru mulai mengkondisikan anak-anak dengan membuat lingkaran dan duduk bersama sambil guru meminta salah satu anak untuk memimpin doa dan membacakan surat pilihan, kemudian guru mulai membahas tentang tema dan topik hari itu yaitu tentang kendaraan darat dan memperlihatkan video tentang jenis- jenis kendaraan darat dengan bantuan media infokus sambil guru menjelaskan.


(27)

33

Muharti, 2014

Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Pada Anak Melalui Kegiatan Pembelajaran Dengan Memanfaatkan Media Barang Bekas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Setelah itu guru mulai memberitahukan dan menjelaskan secara rinci kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan anak- anak yaitu membuat jenis kendaraan darat dari media barang bekas dan mendemonstrasikan bagaimana cara membuat dan bahan-bahan apa saja yang digunakan, lalu guru memberikan kesempatan anak untuk bertanya tentang kegiatan yang akan dibuat.

Pada saat anak-anak sedang melaksanakan kegiatan pembuatan kendaraan darat dari media barang bekas, guru mengamati ( mengobservasi) proses pembelajaran dari awal sampai akhir sesuai pedoman observasi yang dibuat, juga catatan lapangan jika ada sesuatu peristwa/ kejadian yang perlu di catat.

Pada kegiatan penutup, guru berusaha mengkondisikan anak-anak dengan mengajak mereka bernyanyi dan berdoa. Setelah itu guru bisa mengevaluasi dengan bertanya mengenai perasaan dan kegiatan yang telah dilakukan, apakah anak- anak senang dengan kegiatan yang dilakukan. Dan guru mencoba meminta anak- anak yang mau dan bisa menjelaskan kembali tentang langkah- langkah yang dilakukan dalam membuat kendaraan darat dari media barang bekas.

2) Pelaksanaan Tindakan II

Pada pelaksanaan tindakan II siklus II dengan subtema kendaraan laut(air), dimulai dengan kegiatan pagi dimana guru mengajak anak- anak bermain bebas terlebih dahulu dan bermain terpimpin naik perahu kertas menggunakan kertas koran , pada kegiatan pembukaan guru mulai mengkondisikan anak-anak dengan membuat lingkaran dan duduk bersama sambil guru meminta salah satu anak untuk memimpin doa dan membacakan surat pilihan secara bersama-sama, kemudian guru memulai dengan bernyanyi lagu kapal api dan bertanya tentang jenis kendaraan laut/ air yang mereka ketahui, lalu guru mengajak anak anak melihat gambar- gambar jenis-jenis kendaraan laut sambil guru menjelaskan kendaraan laut tersebut.


(28)

Setelah itu guru mulai memberitahukan dan menjelaskan secara rinci kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan anak- anak yaitu membuat jenis kendaraan laut dari media barang bekas dan mendemonstrasikan bagaimana cara membuat, bahan-bahan apa saja yang digunakan dan guru memberikan kesempatan anak untuk bertanya tentang kegiatan yang akan mereka buat agar lebih jelas dan dipahami .

Pada saat proses kegiatan pembuatan kendaraan laut(air) dari media barang bekas, guru mengamati ( mengobservasi) proses pembelajaran dari awal sampai akhir sesuai pedoman observasi yang dibuat, juga catatan lapangan.

Pada kegiatan penutup, guru berusaha mengkondisikan anak-anak dengan mengajak mereka bernyanyi kapal api lalu berdoa. Evaluasi bisa dilakukan dengan bertanya mengenai perasaan serta kegiatan yang telah anak anak lakukan, antusiasme dan rasa suka dengan kegiatannya dapat dilihat dari apa yang mereka ungkapkan. Guru juga mencoba meminta anak- anak yang mau dan bisa menjelaskan kembali tentang langkah- langkah yang dilakukan dalam membuat kendaraan laut dari media barang bekas steroform dan lainnya.

3) Pelaksanaan Tindakan III

Dalam pelaksanaan tindakan III siklus I dengan subtema kendaraan udara hampir sama dengan beberapa tindakan sebelumnya diawali dengan kegiatan pagi dimana guru mengajak anak- anak bermain bebas dan bermain terpimpin flying Fox , pada kegiatan pembukaan guru mulai mengkondisikan anak-anak dengan membuat lingkaran dan duduk bersama (circyle time) sambil guru meminta salah satu anak untuk memimpin doa dan membacakan surat pilihan atau hadits anak dan bernyanyi lagu pesawat secara bersama-sama, kemudian guru mengajak anak-anak untuk menonton film tentang kendaraan udara yaitu pesawat serta memperlihatkan jenis-jenis kendaraan udara sambil bertanya tentang jenis-jenis kendaraan udara yang mereka ketahui,


(29)

35

Muharti, 2014

Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Pada Anak Melalui Kegiatan Pembelajaran Dengan Memanfaatkan Media Barang Bekas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Masuk dikegiatan inti, guru mulai memberitahukan dan menjelaskan secara rinci kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan anak- anak yaitu membuat jenis kendaraan udara jenis pesawat dari media barang bekas dan mendemonstrasikan cara membuatnya, bahan-bahan apa saja yang digunakan. Guru juga memberikan kesempatan anak untuk bertanya tentang kegiatan yang akan mereka buat agar lebih jelas dan dapat dipahami .

Pada saat proses kegiatan pembuatan kendaraan udara dari media barang bekas botol mineral , guru mengamati ( mengobservasi) proses pembelajaran dari awal sampai akhir sesuai pedoman observasi yang dibuat dan catatan lapangan. Selain itu guru selalu memberikan motivasi serta perhatian juga bantuan bagi anak- anak yang mengalami kesulitan dalam pelaksanaan kegiatan pembuatan pesawat.

Kegiatan penutup, guru berusaha mengkondisikan anak-anak dengan mengajak mereka bernyanyi pesawat lalu berdoa. Evaluasi dilakukan dengan guru menanyakan perasaan serta kegiatan yang telah di lakukan, ketertarikan dan rasa suka dengan kegiatannya dapat terlihat dari apa yang mereka ungkapkan. Guru juga meminta anak- anak yang mau menjelaskan kembali tentang langkah- langkah yang dilakukan dalam membuat kendaraan udara dari media barang bekas botol mineral.

c. Tahap Pengamatan (observasi)

Pada tahap ini guru melakukan pengamatan atau observasi terhadap pelaksanaan tindakan yang diberikan dengan menggunakan lembar observasi kemampuan motorik halus anak yang telah dibuat. Selain observasi kemampuan motorik halus anak, pengamatan dilakukan untuk mengetahui hambatan yang dialami anak dalam proses pembelajaran berlangsung dan untuk mengetahui kemampuan anak dalam menuangkan ide dalam pemanfaatan barang bekas.


(30)

d. Tahap Refleksi

Tahapan ini merupakan tahapan memproses data yang didapat melalui observasi, dan catatan lapangan. Setelah itu data dianalisis dan dievaluasi apakah tindakan yang diberikan tersebut tercapai atau masih belum tercapai, jika setelah di refleksi terlihat masih ada hal hal yang perlu dilakukan dan disempurnakan pada tindakan yang telah dilakukan maka diputuskan untuk melakukan siklus dua.

2. Siklus II

a. Tahap Perencanaan

Setelah tahapan refleksi pada siklus I, akan dapat terlihat ketercapaian atau ketidaktercapaian tindakan yang diberikan. Dan jika hasil refleksi masih belum berhasil dan perlu penyempurnaan serta perbaikan, maka dibuatlah perencanaan untuk siklus II, dengan memulai menyususn rencana kegiatan yang akan dilakukan di siklus II dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui pembelajaran dengan memanfaatkan barang bekas pada tema binatang.

1) Skenario Tindakan I Siklus II

Tema : Binatang Subtema : Katak

Tujuan : Meningkatkan motorik halus melalui kegiatan pembelajaran dengan Memanfaatkan barang bekas

Indikator :

 Anak dapat memegang peralatan menulis dengan baik

 Anak dapat melukis dengan menggunakan kuas

 Anak dapat menjadikan barang bekas menjadi bentuk kendaraan darat

 Anak dapat meniru lipatan 2-4 lipatan

 Anak dapat menggunting lurus dan lengkung


(31)

37

Muharti, 2014

Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Pada Anak Melalui Kegiatan Pembelajaran Dengan Memanfaatkan Media Barang Bekas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Materi :

 Mengenalkan tentang binatang amphibi yaitu katak melalui gambar dan puzzle metamorphosis katak

 Tanya jawab tentang katak

 Kegiatan membuat katak dari piring kertas

 Mengenalkan bahan-bahan/ media barang bekas yang disediakan

Alat dan bahan :

piring kertas bekas ukuran besar dan kecil, kardus bekas susu bubuk, dus snack bekas, kertas asturo, lem fox, lem kertas, cat asturo, kuas, palet dan gunting.

Cara membuat :

Pertama anak-anak mengambil piring kertas ukuran besar dan kecil. Lalu lipat piring kertas ukuran kecil menjadi dua bagian yang sama, gunting kertas asturo sesuai pola untuk membuat lidah katak, guntingan lidah tempalkan pada tengah piring kertas ukuran kecil yang sudah dilipat, kemudian tempelkan lipatan piring kertas kecil pada salah satu sisi piring kertas besar menggunakan lem, selanjutnya gunting kardus untuk membuat mata katak dan setelahnya buat lipatan sebanyak empat untuk kaki katak dari dus bekas snack dan pada ujung lipatan tempelkan jari katak yang sudah digunting anak-anak sebelumnya. Dan tempelkan ujung lipatan satunya pada bagian piring kertas bagian bawah, dan terakhir lukis menggunakan kuas bagian badan katak dari piring kertas menggunakan cat asturo

2) Skenario Tindakan II Siklus II

Tema : Binatang Subtema : Biota laut


(32)

Memanfaatkan barang bekas Indikator :

 Anak dapat memegang peralatan menulis dengan baik

 Anak dapat menggambar denga krayon

 Anak dapat menarik garis menggunakan spidol

 Anak dapat melukis dengan menggunakan kuas

 Anak dapat menjadikan barang bekas menjadi aquarium dan biota laut

 Anak dapat meniru lipatan 2-6 lipatan

 Anak dapat menggunting lurus dan lengkung

 Anak dapat menempel berbagai ukuran (Besar, sedang, kecil) Materi :

 Mengenalkan tentang biota laut melalui film dan gambar

 Tanya jawab tentang biota laut

 Kegiatan membuat aquarium dan biota laut dari kardus coco crunch

 Mengenalkan bahan-bahan/ media barang bekas yang disediakan Alat dan bahan :

Kardus bekas coco krunch ukuran 500gr, kertas spektra, kertas kado, plastik mika, hvs bekas, kertas lipat, kerang, double tip, lem fox, lem tembak, lem kertas, gunting, benang, sedotan, stik, sendok es krim dan kapur tulis, pensil, spidol, kuas, cat asturo dan palet.

Cara membuat :

Pertama tempelkan kertas spektra di dasar kardus koko krunch, lalu gunting kertas hvs yang bagian atasnya berbentuk gelombang, lalu anak menggambar biota laut pada hvs bekas dengan krayon, tempelkan gambar tadi di bagian dalam kardus coco krunch yang telah ditempel kertas spektra terlebih dahulu, setelah itu buat lipatan ikan dari


(33)

39

Muharti, 2014

Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Pada Anak Melalui Kegiatan Pembelajaran Dengan Memanfaatkan Media Barang Bekas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kertas lalu gantung dengan benang , lalu simpan gantungan ikan tersebut pada bagian kardus atas yang telah dipotong memanjang pada bagian tengah membentuk garis, gantungan ikan dikaitkan pada sedotan biar tidak lepas, jadi gantungan ikan bisa ditarik ke kanan dan ke kiri, selanjutnya anak-anak boleh menjiplak lumba-lumba yang telah disediakan pola/ cetakannya. Setelah itu tutup bagian depan kardus yang terbuka dengan plastik mika dan beri hiasan bagian luar kardus coco krunch sesuai keinginan anak anak menggunakan bahan-bahan yang telah disediakan. Untuk hasil akhir lukis hiasan luar aquarim dengan cat asturo.

b. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini, guru melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai yang direncanakan pada siklus dua, sebagai perbaikan dan penyempurnaan pada siklus I. rancangan skenario yang dibuat sebagai perbaikan dan penyempurna di siklus I dirumuskan pada kegiatan pembelajaran dengan memanfaatkan barang bekas guna meningkatkan kemampuan motorik halus yang lebih optimal, dalam beberapa tindakan yang diberikan. Guru diharapkan dapat mengimplementasikan dengan baik.

1) Pelaksanaan Tindakan I Siklus II

Pada tindakan I siklus II dengan tema binatang dan subtema katak, dimulai dengan aktivitas pagi sebelum masuk kelas, dimana guru mengajak anak- anak bermain bebas, setelah itu anak- anak diajak bermain terpimpin dengan melakukan gerak dan lagu katak. Pada kegiatan pembukaan, guru mulai mengkondisikan anak-anak dengan membuat lingkaran dan duduk bersama (circle time) sambil guru meminta salah satu anak yang mendapat giliran menjadi kapten hari itu untuk memimpin doa dan membacakan hadits anak, kemudian guru mulai membuka percakapan dengan mencoba bertanya tentang salah satu binatang yang hidup di air dan darat yaitu katak. lalu guru mengajak anak- anak melihat sebuah buku tentang katak dan puzzle proses metamorphosis katak, setelah menceritakan buku guru mencoba mengulang dengan memberikan kesempatan tanya jawab tentang apa yang anak-anak lihat dan dengar dari buku yang diceritakan guru.


(34)

Pada kegiatan inti guru mulai memberitahukan dan menjelaskan secara rinci kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan anak- anak yaitu membuat katak dari piring kertas bekas dan mendemonstrasikan bagaimana langkah- langkah pembuatan dan bahan-bahan apa saja yang digunakan, kemudian guru memberikan kesempatan anak untuk bertanya tentang kegiatan yang akan dibuat agar anak lebih jelas dan paham. Lalu guru mulai membagi dua kelompok, satu kelompok terdiri dari 5- 6 anak, dan anak boleh memilih dikelompok mana mereka duduk dengan cara guru memberi kesempatan duluan anak yang hadir pertama kesekolah untuk memilih kelompok duluan, dan dilanjutkan urutan berikutnya sampai urutan terakhir. setiap kelompok sudah disediakan bahan-bahan yang dibutuhkan yang disimpan diatas meja dan anak-anak boleh mengambil bahan-bahan apa saja yang anak- anak butuhkan sesuai kegiatan yang akan dibuat.

Pada saat anak-anak sedang melaksanakan kegiatan pembuatan katak dari piring kertas, guru mengamati ( mengobservasi) proses pembelajaran dari awal sampai akhir sesuai pedoman observasi yang dibuat, juga catatan lapangan serta guru selalu dapat memotivasi dan siap memberikan bantuan jika ada yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan kegiatan pembuatan katak dari piring kertas bekas. Dan untuk hiasan atau tambahan lainnya anak-anak diberi kebebasan untuk menuangkan idenya.

Pada kegiatan penutup, guru berusaha mengkondisikan anak-anak dengan mengajak mereka bernyanyi katak dan setelahnya berdoa sebelum pulang. Guru dapat mengevaluasi dengan bertanya mengenai perasaan dan kegiatan yang telah dilakukan. Rasa senang, antusiasme dan permasalahan yang dialami anak- anak pada kegiatan yang dilakukan dapat dilihat dari apa yang mereka ceritakan. Guru juga mencoba menggali dan meminta anak- anak yang mau dan bisa menjelaskan kembali tentang langkah- langkah yang dilakukan dalam membuat katak dari piring kertas bekas.


(35)

41

Muharti, 2014

Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Pada Anak Melalui Kegiatan Pembelajaran Dengan Memanfaatkan Media Barang Bekas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2) Pelaksanaan Tindakan II Siklus II

Pada tindakan II siklus II dengan tema binatang dan subtema biota laut, dimulai dengan aktivitas pagi sebelum masuk kelas, dimana guru mengajak anak- anak bermain bebas, setelah itu anak- anak diajak bermain terpimpin dengan melakukan permainan jala ikan. Pada kegiatan pembukaan, guru mulai mengkondisikan anak-anak dengan membuat lingkaran dan duduk bersama (circle time) sambil guru meminta salah satu anak yang mendapat giliran menjadi kapten hari itu untuk memimpin doa dan membacakan surat pilihan, kemudian guru mulai membuka topik yang dibahas melalui percakapan dan mencoba bercakap-cakap tentang biota laut, lalu guru mengajak anak- anak melihat buku dan menonton film

under the sea, dimana anak- anak dapat melihat berbagai macam biota laut, setelah melihat film dan bercerita tentang biota laut, guru mencoba mengulang dengan memberikan kesempatan tanya jawab tentang apa yang anak-anak ketahui.

Pada kegiatan inti guru mulai memberitahukan dan menjelaskan secara rinci kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan anak- anak yaitu membuat biota laut dalam aquarium kardus bekas coco krunch dan mendemonstrasikan bagaimana langkah- langkah pembuatan dan bahan-bahan apa saja yang digunakan, agar anak-anak lebih jelas, guru memberikan kesempatan anak-anak untuk bertanya tentang kegiatan yang akan dibuat. Setelah itu anak anak boleh mengambil bahan-bahan apa saja yang mereka perlukan, yang telah disediakan di meja, setelah itu mereka duduk melingkar secara klasikal dan mereka boleh membuat aquarium sesuai kreasinya

Pada saat anak-anak sedang melaksanakan kegiatan pembuatan aquarium dari kardus bekas coco krunch, guru mengamati ( mengobservasi) proses pembelajaran dari awal sampai akhir sesuai pedoman observasi, juga catatan lapangan jika ada hal yang perlu dicatat berkaitan dengan proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Selain itu Guru harus terus memberi motivasi dan memberikan bantuan jika ada anak yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan kegiatan pembuatan aquarium. Dan untuk hiasan dan pembuatan aquarium, anak-anak diberi kebebasan untuk menuangkan idenya.


(36)

Pada kegiatan penutup, guru mengkondisikan anak-anak dengan mengajak mereka bernyanyi dan ice breaking , setelahnya dilanjutkan berdoa sebelum pulang. Guru dalam proses evaluasi dapat bertanya mengenai perasaan dan kegiatan yang telah dilakukan. Perasaan senang, antusiasme dan permasalahan yang dialami anak- anak pada kegiatan yang dilakukan dapat dilihat dari apa yang mereka ungkapkan. Guru juga mencoba menggali topik yang disampaikan dengan tanya jawab topik yang dibahas dan meminta anak- anak yang mau dan bisa menjelaskan kembali tentang langkah- langkah yang dilakukan dalam membuat aquarium biota laut dari kardus coco krunch bekas dan bahan-bahan lainnya.

c. Tahap Pengamatan (observasi)

Pada tahap ini guru melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan yang diberikan dengan menggunakan lembar observasi mengenai kemampuan motorik halus anak. Selain itu Pengamatan dilakukan untuk mengetahui hambatan yang dialami anak dalam proses pembelajaran berlangsung dan untuk melihat adanya perubahan yang terjadi pada siklus I dan siklus II. Data dari pengamatan ini sangat penting untuk menjadi bahan refleksi.

d. Tahap Refleksi

Setelah data- data observasi siklus II dikumpulkan dan dianalisis, guru melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan dalam beberapa tindakan. Guru sebagai observer dibantu teman sejawat berusaha menganalis data- data yang ada, dan dilihat apakah pada siklus II ini kemampuan motorik halus anak meningkat dengan kegiatan pembelajaran dengan memanfaatkan barang bekas atau belum, jika hasil dari refleksi pada siklus II didapatkan kesimpulan bahwa kemampuan motorik halus anak sudah meningkat dengan tindakan-tindakan yang diberikan, maka siklus cukup sampai siklus II, tetapi jika belum maka guru perlu membuat rencana untuk siklus III.


(37)

43

Muharti, 2014

Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Pada Anak Melalui Kegiatan Pembelajaran Dengan Memanfaatkan Media Barang Bekas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu D. Penjelasan Istilah

Penjelasan istilah yang dibuat oleh peneliti bertujuan untuk membatasi istilah dalam penelitian ini. Untuk itu penjelasan istilah tersebut dipaparkan sebagai berikut: 1. Motorik halus adalah gerakan-gerakan otot yang lebih halus seperti kemampuan dalam menggunakan tangan dan jari jemari serta koordinasi mata dan tangan.

2. Maksud Pemanfaatan barang bekas dalam penelitian ini adalah kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan media barang bekas dengan tujuan meningkatkan kemampuan motorik halus anak. Dalam kegiatan pembelajaran dengan media barang bekas ini menggunakan teknik menggunting, menempel, melipat, menggambar dan mewarnai.

3. Media barang bekas pada penelitian ini adalah sampah anorganik seperti sisa kemasan makanan dan minuman, contohnya: piring kertas, botol minuman air mineral, yakult, stik es krim, sedotan, kardus susu, roll tisu, kardus bekas makanan atau mie dan lain sebagainya.

E. Instrumen Penelitian

Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena yang akan kita teliti. Karena pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka diperlukan alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian ini dinamakan Instrumen penelitian. Jadi instrumen penelitian menurut Sugiyono (2011: 148) adalah

“suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati”. Fenomena ini biasa disebut variabel penelitian.

Untuk memudahkan penyusunan Instrumen maka perlu digunakan kisi- kisi

Instrumen. “Kisi-kisi instrumen merupakan alat untuk memperlihatkan hubungan antara variabel yang diteliti dengan sumber data dan metode yang digunakan serta instrumen yang disusun”. (Arikunto, 2002:138). Adapun kisi-kisi instrumen secara rinci dipaparkan sebagai berikut:


(38)

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Motorik Halus

Variabel Dimensi Indikator Item

Kemampuan Motorik Halus Kemampuan memegang dan memanipulasi benda Anak dapat memegang peralatan menulis

1. Anak dapat memegang pensil antara ibu jari dan dua jari dengan benar.

Anak dapat memanipulasi peralatan menulis

2. Anak dapat menggambar dengan krayon.

3 Anak dapat melukis dengan menggunakan kuas. 4. Anak dapat

menarik garis dengan spidol Anak dapat memanipulasi barang-barang bekas 5.Anak dapat menjadikan barang bekas menjadi suatu bentuk (misalnya mobil mainan) Kemampuan

berhubungan dengan koordinasi mata dan tangan

Anak dapat meniru melipat kertas sederhana (1-6)

6. Meniru lipatan kertas 2 lipatan 7. Meniru lipatan kertas 4 lipatan 8. Meniru lipatan


(39)

45

Muharti, 2014

Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Pada Anak Melalui Kegiatan Pembelajaran Dengan Memanfaatkan Media Barang Bekas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kertas 6 lipatan Anak dapat

menggunting dengan berbagai media

berdasarkan bentuk/pola

9. Menggunting lurus

10. Menggunting lengkumg

Anak dapat menempel objek dengan tepat.

11. Mengelem bahan ukuran besar

12.Mengelem bahan ukuran sedang. 13.Mengelem bahan ukuran kecil.

Diadaptasi dari Gessel, A (1978). The First five years of life. Lembar pengamatan gerak motorik halus anak (sujiono, 2008), Kurikulum TK 2004 dan 2009.

Adapun instrumen yang digunakan untuk mengamati proses dan hasil peningkatan kemampuan motorik halus dalam penelitian ini adalah:

1. Pedoman Observasi

Pedoman observasi digunakan untuk melihat atau memotret sejauh mana efek tindakan telah mencapai sasaran, sehingga akan menjadi bahan masukan atau evaluasi dalam melakukan refleksi, dan modifikasi rancangan selanjutnya. Melalui observasi ini, peneliti dapat melihat langsung penerapan pembelajaran melalui pemanfaatan barang bekas untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak TK B nasywa Bandung, kemudian mencatat hasil observasi sesuai yang terjadi di lapangan. Pedoman observasi ini dilakukan dengan memberikan tanda checklist ( ) pada pernyataan yang menunjukkan perilaku yang diperlihatkan anak.


(40)

Tabel 3.3

Pedoman Observasi Guru

Pada Kegiatan Pembelajaran Dengan Memanfaatkan Media Barang Bekas

Nama Guru : Nama TK : Nasywa

Kelas : TK B Hari/tanggal :

Petunjuk : Berilah tanda ceklist ( ) pada proses kegiatan pembelajaran yang diamati!

No Kegiatan Ya Tidak Keterangan

1. Guru mengkondisikan anak didik pada suasana pembelajaran yang kondusif 2. Guru memberikan apersepsi melalui tanya

jawab

3. Guru mempersiapkan media yang

dibutuhkan pada saat kegiatan pembelajaran 4. Guru menjelaskan langkah- langkah

kegiatan yang akan dilakukan

5. Guru menguasai tema yang diberikan 6. Guru memberikan kesempatan anak untuk

bertanya mengenai hal- hal yang belum dipahami

7. Guru dapat membaca situasi dan kondisi anak

8. Intonasi suara yang diucapakan jelas 9. Pandangan guru tertuju kepada semua anak 10. Guru memberikan motivasi pada saat anak

melakukan kegiatan pembelajaran 11. Guru mengamati anak dalam kegiatan

pembelajaran

12. Guru memberikan penilaian pada saat proses pembelajaran berlangsung 13. Guru melaksanakan evaluasi dengan

melakukan Tanya jawab seputar kegiatan yang telah dilakukan

14. Guru memberiakn kesempatan anak untuk mengungkapkan perasaan dan kesannya selama proses pembelajaran


(41)

47

Muharti, 2014

Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Pada Anak Melalui Kegiatan Pembelajaran Dengan Memanfaatkan Media Barang Bekas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

15. Guru memberikan waktu yang cukup, minimal 60 menit untuk kegiatan

pembelajaran dengan media barang bekas.

Observer

( )

Adapun pedoman observasi anak dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:

Tabel 3.4

Pedoman Observasi Anak Selama Kegiatan Pembelajaran Nama Anak :

Nama TK : Kelas : Hari/Tanggal :

No Indikator Penilaian

Anak

Ket B C K

1. Anak dapat memegang pensil antara ibu jari dan dua jari dengan benar

2. Anak dapat menggambar dengan krayon.

3. Anak dapat melukis dengan menggunakan kuas. 4. Anak dapat memegang spidol dengan benar untuk

menarik garis

5. Anak dapat menjadikan barang bekas menjadi suatu bentuk ( misalnya mobil mainan)


(42)

7. Meniru lipatan kertas 4 lipatan 8. Meniru lipatan kertas 6 lipatan 9. Menggunting lurus

10. Menggunting lengkung

11. Mengelem bahan ukuran besar. 12. Mengelem bahan ukuran sedang. 13. Mengelem bahan ukuran kecil.

Keterangan :

Nilai B (3 ) : Berkembang baik (mampu melakukan sendiri tanpa bantuan ) Nilai C (2 ) : Dalam Proses (mampu melakukan sendiri dengan bantuan ) Nilai K (1 ) :Perlu Stimulasi (belum mampu melakukan sendiri dan harus

dibantu)

2. Pedoman Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan suatu instrument yang digunakan dalam penelitian. Dokumen yang digunakan peneliti untuk memperolah data berupa dokumen tertulis, gambar maupun elektronik. Hasil dari studi dokumentasi dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai proses dan hasil penelitian yang dicapai, juga bahan rujukan sebagai penunjang dalam penelitian ini. Berikut pedoman dokumentasi sebagai penunjang data penelitian.


(43)

49

Muharti, 2014

Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Pada Anak Melalui Kegiatan Pembelajaran Dengan Memanfaatkan Media Barang Bekas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.5

Pedoman Studi Dokumentasi

Nama TK :

Hari/Tanggal :

No Indikator Keterangan

Ada Tidak

1. Surat izin operasional 2. Profil Kelembagaan 3. Data peserta didik

4. Rencana Kegiatan Harian (RKH) 5. Rencana Kegiatan Mingguan (RKM) 6. Foto- foto proses pembelajaran

7. Foto sarana dan prasarana pembelajaran 9. Foto Lingkungan kelas

10. Foto Lingkungan Sekolah

F. Judgment ekspert

Proses pengembangan instrument penelitian melalui validitas data.” Validitas

adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument”. (Arikunto, 2002: 144). Agar penelitian dapat di pertanggungjawabkan perlu adanya validitas yang tinggi agar jadi dasar yang kuat untuk ditarik kesimpulan. Dalam penelitian ini validitas yang akan digunakan adalah mengkonsultasikan instrumen yang telah dibuat, dalam hal ini dengan dua dosen yang ahli dibidang pendidikan anak usia dini (judgment ekspert). Judgment instrumen dilakukan untuk merivisi instrumen apabila terdapat kesalahan atau kekurangan dalam pembuatannya.


(44)

G. Tekhnik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi, catatan lapangan, dan dokumentasi.

1. Observasi

Observasi merupakan” suatu proses yang kompleks, tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis”.(Hadi dalam Sugiyono: 203) adapun Wahyudin dan Agustin (2010) mengemukakan bahwa”observasi adalah suatu teknik yang dapat dilakukan guru untuk mendapatkan informasi atau data tentang perkembangan dan

permasalahan anak”. Jadi observasi adalah pengamatan yang dilakukan dengan

mengamati perilaku, proses pembelajaran pada anak selama kurun waktu tertentu untuk mendapatkan data/ informasi yang dibutuhkan.

Adapun teknik observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah teknik observasi terstruktur. Sugiyono, (2011: 205) memaparkan bahwa observasi terstruktur adalah observasi yang di rancang secara sistematis tentang apa yang akan diamati

,kapan dan tempatnya dimana”.

2. Catatan Lapangan

Catatan lapangan (fields notes) adalah catatan yang dibuat oleh peneliti secara deskriptif tentang berbagai kegiatan, suasana kelas, iklim sekolah, kepemimpinan, berbagai interaksi sosial dan perilaku dalam melakukan aktivitas peningkatan motorik halus melalui pembelajaran dengan menggunakan media barang bekas.

3. Studi Dokumentasi

Dokumentasi yang dapat membantu dalam penelitian ini adalah dokumen tertulis diantaranya : laporan perkembangan anak, RKH, RKM, program tahunan, catatan khusus, dan data peserta pendidik. Selain itu dokumentasi berupa foto, gambar, hasil karya, rekaman kaset atau video juga dapat digunakan untuk


(45)

51

Muharti, 2014

Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Pada Anak Melalui Kegiatan Pembelajaran Dengan Memanfaatkan Media Barang Bekas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

membuktikan keontetikan data tentang aktivitas pembelajran benar- benar berlangsung.

H. Analisis Data

Analisis data merupakan suatu proses memilih, memilah, membuang dan menggolongkan data. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik dengan melakukan beberapa tahapan diantaranya adalah reduksi data, display data, dan kesimpulan (Sugiyono, 2011 : 337).

1. Reduksi data

Data yang diperoleh dari lapangan dicatat dan diteliti secara rinci.Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, di cari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Peneliti menetapkan tujuan yang akan dicapai setiap akan mereduksi data.

2. Display data

Setelah direduksi maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori yang berbentuk teks bersifat naratif. Dengan display data maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.

3. Verifikasi

Langkah ketiga adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi, kesimpulan dalam penelitian ini mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kuantitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan. Pengambilan kesimpulan dilakukan melalui presentase data dari seluruh indikator dengan rumus :


(46)

Mencari persentase dengan rumus :

Keterangan : P : Persentase F : Frekuensi n : Jumlah anak


(47)

127

Muharti, 2014

Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Pada Anak Melalui Kegiatan Pembelajaran Dengan Memanfaatkan Media Barang Bekas

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang meningkatkan kemampuan motorik halus anak TK B Nasywa tahun ajaran 2013/2014 melalui kegiatan pembelajaran dengan memanfaatkan media barang bekas, dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Kondisi kemampuan motorik halus anak TK B Nasywa tahun ajaran 2013/201 sebelum diberi tindakan terlihat masih belum optimal dan masih memerlukan stimulus lebih lanjut, terlebih dalam indikator menggunting, melipat dan menempel masih memerlukan bimbingan. Selain itu media dan pembelajaran dalam upaya menstimulus motorik halus anak masih kurang variatif, sehingga kurang menarik dan memotivasi anak dalam melakukan kegiatan pembelajaran motorik halus.

2. Pelaksanaan kegiatan motorik halus melalui kegiatan pembelajaran dengan memanfaatkan barang bekas di TK B Nasywa tahun ajaran 2013/2014, dilakukan dengan dua siklus. Pada siklus pertama dilaksanakan tiga tindakan dengan tema kendaraan, sedangkan siklus II dilaksanakan dua tindakan dengan tema binatang. Setiap siklusnya guru sudah merencanakan pembelajaran yang dituangkan dalam RKH, dan pelaksanaan pembelajaran sesuai rancangan yang telah dibuat. Pada siklus I terlihat media pembelajaran dan strategi pembelajaran cukup optimal, namun dalam masih ada kendala kurangnya ketersediaan waktu dalam kegiatan. Pada siklus kedua lebih disempurnakan dalam strategi pembelajaran dan media yang lebih variatif, begitu pula tema yang dapat menarik anak-anak. Namun dalam permasalahan waktu pada siklus II masih cukup jadi kendala.

3. Kemampuan motorik halus anak TK B Nasywa tahun ajaran 2013/2014 setelah diberi tindakan meningkat secara signifikan. Peningkatan ini terlihat dari


(48)

persentase yang diperoleh mulai dari prasiklus, siklus I dan siklus II. Hampir seluruh indikator kemampuan motorik halus anak mengalami peningkatan baik dalam menggunting (bentuk lurus, lengkung dan lingkaran), melipat kertas dengan rapi (dua sampai enam lipatan) dan menempel objek dengan tepat dan rapi.

B.Rekomendasi

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, peneliti akan mengemukakan beberapa rekomendasi yang diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritik maupun praktis terhadap peningkatan kemampuan motorik halus anak TK melalui kegiatan pembelajaran dengan memanfaatkan media barang bekas. Beberapa rekomendasi akan disampaikan kepada :

1. Pihak Sekolah

Rekomendasi yang dapat disampaikan pada pihak sekolah adalah dengan membuat konsep dan melaksanakan pembelajaran yang bervariatif untuk seluruh aspek perkembangan anak, menambah sarana pembelajaran yang dapat menunjang aspek- aspek perkembangan anak serta meningkatkan wawasan dan kemampuan guru dengan membuat program upgrading for teacher.

2. Guru

Untuk meningkatkan aspek-aspek perkembangan anak, diantaranya kemampuan motorik halus anak, guru hendaknya lebih kreatif dan inovatif dalam merancang strategi pembelajaran, lebih variatif dalam menyediakan media pembelajaran dan berusaha totalitas dalam mendidik anak- anak agar tujuan yang diharapkan tercapai.

3. Peneliti berikutnya

Diharapkan pada peneliti selanjutnya dapat lebih mengembangkan penelitian ini, karena masih ada hal lain yang belum terungkap dan tergali dalam penelitian ini, khususnya dalam kekurangan-kekurangan yang ada, bisa jadi acuan untuk merancang penelitian yang baru, yang lebih kreatif, inovatif dan dapat ikut berkontribusi dalam pengembangan pendidikan khususnya di Indonesia.


(49)

129 Muharti, 2014

Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Pada Anak Melalui Kegiatan Pembelajaran Dengan Memanfaatkan Media Barang Bekas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Arikunto,S (2002).Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi V. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Arikunto,S, Suhardjon, dan Supardi. (2009). Penelitian Tindakan kelas. Jakarta: Bumi Aksara

Armstrong, Thomas.(2005). Sekolah Para Juara : Menerapakan Multiple Intelegenci Didunia pendidikan. Bandung: Kaifa

Departemen Pendidikan Nasional Jakarta. (2004). Kurikulum 2004 Standar Kompetensi TK dan RA. Jakarta: Depdiknas

Desmita. (2007) Psikologi Perkembangan. Bandung: Rosdakarya

Eliyawati,dkk.(2005). Pemilihan dan Pengembangan Sumber belajar Untuk Anak Usia Dini.Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional

Desmita. (2007) Psikologi Perkembangan. Bandung: Rosdakarya

Gessel,A.(1971) The First Five Years Of Live.Menthuen. & Co.Ltd

Hurlock, E. B.(1978) Perkembangan Anak (Jilid 1). Jakarta: Erlangga. Alih Bahasa: Meitasari Muslichah Zarkasih.

Herawati & Yulimarni (2007)Mengatasi Sampah dengan Prosedur daur Ulang.

Journal Vol 3 (I) hlm 65-76

Indraswari, L.(2013). Peningkatan Perkembangan Motorik Halus Anak.tersedia di :

ejournal.unp. ac.id/index.php/paud/article/…1407.pdf. 15 januari 2014

Jamaris, M. (2006). Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Grasindo

Jamaris, M. (2006). Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Grasindo

Lengkana. (2009) Kreasi Unik dari Plastik.Jakarta : Gramedia

Muslihuddin.(2009) Kiat Sukses Melakukan Penelitian Tindakan Kelas.Bandung Lotus Mandiri, cv


(1)

52

Muharti, 2014

Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Pada Anak Melalui Kegiatan Pembelajaran Dengan Memanfaatkan Media Barang Bekas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Mencari persentase dengan rumus :

Keterangan : P : Persentase F : Frekuensi n : Jumlah anak


(2)

127 Muharti, 2014

Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Pada Anak Melalui Kegiatan Pembelajaran Dengan Memanfaatkan Media Barang Bekas

A.Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang meningkatkan kemampuan motorik halus anak TK B Nasywa tahun ajaran 2013/2014 melalui kegiatan pembelajaran dengan memanfaatkan media barang bekas, dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Kondisi kemampuan motorik halus anak TK B Nasywa tahun ajaran 2013/201 sebelum diberi tindakan terlihat masih belum optimal dan masih memerlukan stimulus lebih lanjut, terlebih dalam indikator menggunting, melipat dan menempel masih memerlukan bimbingan. Selain itu media dan pembelajaran dalam upaya menstimulus motorik halus anak masih kurang variatif, sehingga kurang menarik dan memotivasi anak dalam melakukan kegiatan pembelajaran motorik halus.

2. Pelaksanaan kegiatan motorik halus melalui kegiatan pembelajaran dengan memanfaatkan barang bekas di TK B Nasywa tahun ajaran 2013/2014, dilakukan dengan dua siklus. Pada siklus pertama dilaksanakan tiga tindakan dengan tema kendaraan, sedangkan siklus II dilaksanakan dua tindakan dengan tema binatang. Setiap siklusnya guru sudah merencanakan pembelajaran yang dituangkan dalam RKH, dan pelaksanaan pembelajaran sesuai rancangan yang telah dibuat. Pada siklus I terlihat media pembelajaran dan strategi pembelajaran cukup optimal, namun dalam masih ada kendala kurangnya ketersediaan waktu dalam kegiatan. Pada siklus kedua lebih disempurnakan dalam strategi pembelajaran dan media yang lebih variatif, begitu pula tema yang dapat menarik anak-anak. Namun dalam permasalahan waktu pada siklus II masih cukup jadi kendala.

3. Kemampuan motorik halus anak TK B Nasywa tahun ajaran 2013/2014 setelah diberi tindakan meningkat secara signifikan. Peningkatan ini terlihat dari


(3)

128

Muharti, 2014

Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Pada Anak Melalui Kegiatan Pembelajaran Dengan Memanfaatkan Media Barang Bekas

persentase yang diperoleh mulai dari prasiklus, siklus I dan siklus II. Hampir seluruh indikator kemampuan motorik halus anak mengalami peningkatan baik dalam menggunting (bentuk lurus, lengkung dan lingkaran), melipat kertas dengan rapi (dua sampai enam lipatan) dan menempel objek dengan tepat dan rapi.

B.Rekomendasi

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, peneliti akan mengemukakan beberapa rekomendasi yang diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritik maupun praktis terhadap peningkatan kemampuan motorik halus anak TK melalui kegiatan pembelajaran dengan memanfaatkan media barang bekas. Beberapa rekomendasi akan disampaikan kepada :

1. Pihak Sekolah

Rekomendasi yang dapat disampaikan pada pihak sekolah adalah dengan membuat konsep dan melaksanakan pembelajaran yang bervariatif untuk seluruh aspek perkembangan anak, menambah sarana pembelajaran yang dapat menunjang aspek- aspek perkembangan anak serta meningkatkan wawasan dan kemampuan guru dengan membuat program upgrading for teacher.

2. Guru

Untuk meningkatkan aspek-aspek perkembangan anak, diantaranya kemampuan motorik halus anak, guru hendaknya lebih kreatif dan inovatif dalam merancang strategi pembelajaran, lebih variatif dalam menyediakan media pembelajaran dan berusaha totalitas dalam mendidik anak- anak agar tujuan yang diharapkan tercapai.

3. Peneliti berikutnya

Diharapkan pada peneliti selanjutnya dapat lebih mengembangkan penelitian ini, karena masih ada hal lain yang belum terungkap dan tergali dalam penelitian ini, khususnya dalam kekurangan-kekurangan yang ada, bisa jadi acuan untuk merancang penelitian yang baru, yang lebih kreatif, inovatif dan dapat ikut berkontribusi dalam pengembangan pendidikan khususnya di Indonesia.


(4)

129

Muharti, 2014

Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Pada Anak Melalui Kegiatan Pembelajaran Dengan Memanfaatkan Media Barang Bekas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Arikunto,S, Suhardjon, dan Supardi. (2009). Penelitian Tindakan kelas. Jakarta: Bumi Aksara

Armstrong, Thomas.(2005). Sekolah Para Juara : Menerapakan Multiple Intelegenci Didunia pendidikan. Bandung: Kaifa

Departemen Pendidikan Nasional Jakarta. (2004). Kurikulum 2004 Standar Kompetensi TK dan RA. Jakarta: Depdiknas

Desmita. (2007) Psikologi Perkembangan. Bandung: Rosdakarya

Eliyawati,dkk.(2005). Pemilihan dan Pengembangan Sumber belajar Untuk Anak Usia Dini.Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional

Desmita. (2007) Psikologi Perkembangan. Bandung: Rosdakarya Gessel,A.(1971) The First Five Years Of Live.Menthuen. & Co.Ltd

Hurlock, E. B.(1978) Perkembangan Anak (Jilid 1). Jakarta: Erlangga. Alih Bahasa: Meitasari Muslichah Zarkasih.

Herawati & Yulimarni (2007)Mengatasi Sampah dengan Prosedur daur Ulang.

Journal Vol 3 (I) hlm 65-76

Indraswari, L.(2013). Peningkatan Perkembangan Motorik Halus Anak.tersedia di :

ejournal.unp. ac.id/index.php/paud/article/…1407.pdf. 15 januari 2014

Jamaris, M. (2006). Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Grasindo

Jamaris, M. (2006). Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Grasindo

Lengkana. (2009) Kreasi Unik dari Plastik.Jakarta : Gramedia

Muslihuddin.(2009) Kiat Sukses Melakukan Penelitian Tindakan Kelas.Bandung Lotus Mandiri, cv


(5)

130

Muharti, 2014

Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Pada Anak Melalui Kegiatan Pembelajaran Dengan Memanfaatkan Media Barang Bekas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Nuryani, S.(2013). Peningkatan Kemampuan Motorik Halus.[online] tersedia di :

Jurnal.Untan. ac.id/index.php/jpdpb/article/…./3466.pdf. 15 januari 2014

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No 58. (2009) Standar Pendidikan Anak Usia dini.Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional.

Sukardi dan Pamadhi, (2010) Seni Keterampilan Anak. Jakarta : Universitas Terbuka. Sugiono (2011) Metode Penelitian PendidikanPendekatan kuantitatif,kualitatif dan

R&D. Bandung: Alfabeta.

Santrock, W. J.(2007) Life-Span Development (Jilid 1). Jakarta: Erlangga. Alih Bahasa: Juda Damanik & Achmad Chusairi.

Santrock, W. J.(2007) Perkembangan Anak (Jilid 1). Jakarta: Erlangga. Alih Bahasa: Mila Rachmawati & Anna Kuswanti.

Sujiono. (2008). Metode Pengembangan Fisik. Jakarta: Universitas Terbuka Depdiknas

Sumantri. 2005. Model Pengembangan Keterampilan Motorik Anak Usia Dini.

Jakarta: Depdiknas

Sujiono,Yuliani.(2009). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks. Shaliha. (2012). Pemanfaatan Barang Bekas Menjadi Media. [Online]. Tersedia di

http:// serambi-ilmu-shaliha.blogspot.com/2012.[22 januari 2013].

Taniredja,T, Pujiati,Irma dan Nyata.(2012). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Alfabeta

...(2013).Pendidikan Anak Usia Dini (Modul PLPG). BPSDMP-PMP Yuniarni,D. (2005) Melatih Kemampuan Motorik Halus Anak Usia 3-4 tahun.

Bandung: UNPAD BKU Prgram Magister Profesional Fakultas Psikologi. Yulida ,A.(2011) Pengaruh aktivitas Kolase dalam keterampilan Motorik Halus .


(6)

Muharti, 2014

Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Pada Anak Melalui Kegiatan Pembelajaran Dengan Memanfaatkan Media Barang Bekas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Wahyudin dan Agustin, M. (2010). Penilaian Perkembangan Anak Usia Dini. Bandung: Falah Production.