Pengetahuan Orangtua Pasien RSU H. Adam

5

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengetahuan
Maksud dari pengetahuan (knowledge) adalah sesuatu yang hadir dan
terwujud dalam jiwa dan pikiran seseorang dikarenakan adanya reaksi, persentuhan,
dan hubungan dengan lingkungan dan alam sekitarnya. Pengetahuan ini meliputi
emosi, tradisi, keterampilan, informasi, akidah, dan pikiran-pikiran (Adlany, 2010).
Keluasan dan kedalaman kehadiran kondisi-kondisi ini dalam pikiran dan jiwa
kita sangat bergantung pada sejauh mana reaksi, pertemuan, persentuhan, dan
hubungan kita dengan objek-objek eksternal. Maka, bisa dikatakan bahwa
pengetahuan ialah suatu keyakinan yang kita miliki yang hadir dalam syarat-syarat
tertentu dan terwujud karena terbentuknya hubungan-hubungan khusus antara subjek
(yang mengetahui) dan objek (yang diketahui), dimana hubungan ini sama sekali kita
tidak ragukan. Menurut Adlany, John Dewey, dalam bukunya, Philisophy of
Education, menyamakan antara hakikat tersebut dan pengetahuan dan beranggapan
bahwa pengetahuan itu merupakan hasil dan capaian dari suatu penelitian dan
observasi. Menurutnya, pengetahuan seseorang terbentuk dari hubungan dan
jalinannya dengan realitas-realitas yang tetap dan yang senantiasa berubah.
Dalam pengetahuan terdapat dua aspek yang berbeda, antara lain:

a) Hal-hal yang diperoleh.
Pengetahuan

seperti

ini

mencakup

tradisi,

keterampilan,

informasi,

pemilkiran-pemikiran, dan akidah-akidah yang diyakini oleh seseorang dan
diaplikasikan dalam semua kondisi dan dimensi penting kehidupan.

6


b) Realitas yang terus berubah.
Sangat mungkin pengetahuan itu diasumsikan sebagai suatu realitas yang
sentiasa berubah dimana perolehan itu tidak pernah berakhir. Pada kondisi ini,
seseorang mengetahui secara khusus perkara- perkara yang beragam,
kemudian ia membandingkan perkara tersebut, memberikan pandangan dan
seterusnya menyiapkan dirinya untuk mendapatkan pengetahuan-pengetahuan
baru.
Secara lahiriah, keberadaan kedua dimensi di atas bersifat logis dan tak
berpisah satu sama lain. Pengetahuan itu tidak bisa dipandang sebagai suatu realitas
yang konstan, tetap, tidak berubah, dan tidak hidup yang terdapat dalam ruang pikiran
manusia. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa jiwa manusia itu adalah tunggal
dan satu, persentuhan manusia yang terus menerus dengan objek-objek eksternal dan
syarat-syarat yang berbeda, aktivitas dan pengaruh potensi-potensi akalnya,
pembentukan

konsepsi-konsepsi

dan

perubahannya,


sisi-sisi

beragam

dari

pengalaman manusia, perubahan terus menerus yang terjadi pada aspek empirik
manusia, dan perubahan kualitas persepsi dan analisa pikiran atas objek. (Adlany,
2010)
2.2. Matahari
Matahari adalah bintang di pusat tata surya, yang bulat sempurna dan terdiri
dari plasma panas yang terjalin dengan medan magnet dengan suhu sekitar 5505
derajat Celsius (NASA, 2008). Matahari memiliki diameter sekitar 1.392.000 km,
yaitu sekitar 109 kali Bumi, dan massanya sekitar 2 × 1030 kg, 330.000 kali Bumi.
Komposisi kimianya pula terdiri dari hidrogen sebanyak tiga perempat dari massanya,
sedangkan sisanya adalah helium dan kurang dari 2% terdiri dari unsur-unsur yang
lebih berat, termasuk oksigen, karbon, neon, besi, dan lain-lain (Basu, 2008).

7


2.2.1. Sinar Matahari
Sinar matahari, dalam arti luas, adalah spektrum frekuensi total dari radiasi
elektromagnetik yang dilepaskan oleh matahari. Di Bumi, sinar matahari disaring
melalui atmosfer bumi, dan radiasi matahari jelas sebagai siang hari ketika matahari
berada di atas cakrawala. Ketika radiasi matahari langsung tidak terhalang oleh awan,
itulah yang tampak sebagai sinar matahari, yaitu, kombinasi cahaya terang dan panas.
Jika radiasi matahari langsung ditutupi awan atau terpantul dari objek lain, maka
terlihat sebagai cahaya tersebar (WMO, 2008).
Menurut Nayler (1995) sinar matahari, atau lebih spesifiknya, spektrum
radiasi elektromagnetik yang berinteraksi dengan atmosfer bumi berkisar dari 100 nm
sampai sekitar 1 mm. Gelombang elektromagnetik ini dapat dibagi kepada beberapa
komponen yaitu:
1. Ultraviolet C (UVC) membentang dari kisaran 100 sampai 280 nm. Oleh
karena penyerapan di atmosfer sangat tinggi, sedikit saja UVC yang mencapai
permukaan bumi (litosfer). Spektrum radiasi ini memiliki sifat germicidal.
2. Ultraviolet B (UVB) mempunyai panjang gelombang 280-315 nm. UVB juga
sangat diserap oleh atmosfer, dan bersama dengan UVC bertanggungjawab
untuk reaksi fotokimia yang berperan dalam produksi lapisan ozon.
3. Ultraviolet A (UVA) mencakup 315-400 nm dan dikira sebagai sinar UV yang

kurang merusak DNA, dan karenanya digunakan dalam penyamakan dan
terapi PUVA untuk psoriasis.
4. Visible light pula mempunyai panjang gelombang 380-780 nm. Sesuai
namanya, cahaya ini dapat terlihat dengan mata telanjang.
5. Infrared atau inframerah mencakup rentang 700 nm sampai 106 nm (1 mm).
Hal ini bertanggungjawab untuk sebuah bagian penting dari radiasi
elektromagnetik yang mencapai Bumi dan dibagi menjadi tiga jenis
berdasarkan panjang gelombang, yaitu, Inframerah-A(700 nm-1.400 nm),
Inframerah-B (1.400 nm-3.000 nm), dan Inframerah-C (3.000 nm- 1 mm).

8

2.3. Helioterapi
Hippocrates, lebih 2400 tahun yang lalu, telah mengatakan bahwa matahari
sangat berguna untuk menangani berbagai penyakit. Malah beliau telah menyebutkan
tentang helioterapi yang berarti pengobatan dengan sinar matahari. (Azmi, 2011)
2.3.1. Helioterapi dan Infeksi
Sinar matahari yang mencapai bumi dalam delapan menit setelah menempuhi
jarak 150.000 juta mil, adalah pembunuh kuman yang paling mengagumkan.
Walaupun pada masa kini antibiotik lebih digunakan untuk mengatasi infeksi,

penyembuhan dengan bantuan sinar matahari tetap dilakukan, terutama oleh
masyarakat yang kurang mampu membeli obat moden. Secara teoritis, bakteri yang
terpapar sinar ultraviolet dari sinar matahari langsung akan mati dalam waktu dua
jam. Penyakit infeksi yang bisa dihelioterapi termasuk sakit tenggorokan, pneumonia
dan kusta. (Azmi, 2011)
2.3.2. Helioterapi dan Sintesis Vitamin D
Selain itu, seperti yang kita tahu, vitamin adalah bahan kimia organik yang
terkandung dalam makanan yang kita makan, yang berfungsi sebagai katalis dalam
proses metabolisme yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Dari berbagai vitamin,
vitamin D adalah satu vitamin yang amat penting bagi manusia. Kekurangan vitamin
D dapat menyebabkan penyakit ricket pada anak-anak atau orang dewasa. Vitamin D
memainkan peran penting dalam penyerapan kalsium dan fosfor dari usus kecil.
Setelah mineral berada dalam pembuluh darah, vitamin D juga membantu dalam
transportasi dan distribusi, dan memastikan jumlah dan proporsi mineral cukup dan
disimpan dalam tulang. Walaupun vitamin D dapat diperoleh dari makanan tertentu,
vitamin D juga dapat diproduksi oleh tubuh manusia dengan bantuan sinar matahari
seperti yang dijelaskan dibawah. (Azmi, 2011)

9


Gambar 2.1 : Mekanisme sintesis vitamin D dari paparan sinar matahari
(Cholesterol and Health.com)
Seperti yang dutunjukkan dalam gambar diatas, sinar matahari yang
menyentuh

kulit

akan

mengkonversi

substansi

7-dehydrocholesterol,

yang

mempunyai struktur kimia yang mirip dengan kolesterol, menjadi vitamin D3.
Kemudian vitamin D3 dimetabolisme di hati menjadi 25-dyhydroxy vitamin D.
Seterusnya, 25-dyhydroxy vitamin D diubah menjadi 1,25-dyhydroxy vitamin D

(vitamin D yang aktif) di ginjal
Walaupun helioterapi digunakan untuk mencegah defisiensi vitamin D, radiasi
ultraviolet dalam sinar matahari adalah mutagenik (Osborne, 2002). Mengikut

10

Dietary Suplement Fact Sheet yang dikeluarkan oleh National Institute of Health
(2010), suplemen makanan dengan vitamin D dan vitamin D3 tidak mempunyai efek
mutagenik, tetapi akan menganggu mekanisme alami yang mencegah terjadinya
overdosis vitamin D.
2.3.3. Helioterapi dan Neonatal Jaundice
Jaundice atau ikterus adalah perubahan warna kuning pada kulit dan bagian
putih (sclera) mata. Ini terjadi karena peningkatan bilirubin dalam darah. Bilirubin
terbentuk ketika sel-sel darah merah lisis dan dimetabolisme di hati dan diekskresi
melalui urin dan feses. Neonatal jaundice terjadi karena hati bayi belum matang
untuk memetabolisme bilirubin bebas dalam darah dengan efisien. (emedicine
health).
Helioterapi merupakan salah satu penanganan kasus neonatal jaundice yang
ringan. Sinar matahari menurunkan kadar bilirubin dengan cara memfasilitasi
ekskresi bilirubin tak terkonjugasi. Hal ini terjadi jika cahaya yang diabsorpsi

jaringan mengubah bilirubin tak terkonjugasi menjadi dua isomer yang disebut
fotobilirubin. Fotobilirubin bergerak dari jaringan ke pembuluh darah melalui
mekanisme difusi. Di dalam darah fotobilirubin berikatan dengan albumin dan di
kirim ke hati. Fotobilirubin kemudian bergerak ke empedu dan di ekskresikan
kedalam duodenum untuk di buang bersama feses tanpa proses konjugasi oleh hati.
Hasil fotodegradasi terbentuk ketika sinar mengoksidasi bilirubin dapat dikeluarkan
melalui urine. (emedicine)
2.3.4. Efek Negatif Helioterapi
Di sisi lain, paparan sinar matahari jangka panjang bisa dikaitkan dengan
perkembangan kanker kulit seperti squamous cell carsinoma, cutaneous malignant
melanoma dan basal cell carcinoma. Sinar UV juga mempercepatkan proses penuaan
kulit (terjadinya keriput pada kulit), penekanan sistem imun dan penyebab penyakit

11

mata seperti katarak, fotokeratitis dan pterigium. Oleh itu, beberapa organisasi
kesehatan menyatakan bahwa keseimbangan antara risiko paparan terlalu banyak atau
terlalu sedikit cahaya matahari adalah penting (WHO, 2009).