MAKALAH PEMBELAJARAN SAINTIFIK UNTUK IMP

BAB VII
PEMBELAJARAN SAINTIFIK UNTUK
IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
A. DEFINISI PENDEKATAN SAINTIFIK
Pendekatan saintifik merupakan kerangka ilmiah pembelajaran yang dirancang
sedemikian rupa, sehingga tidak terjadi komunikasi satu arah antara guru dan
peserta didik yang membuat peserta didik lebih aktif. Langkah-langkah pada
pendekatan saintifik merupakan bentuk adaptasi dari langkah-langkah ilmiah pada
sains. Proses pembelajaran dapat dipadankan dengan suatu proses ilmiah,
karenanya Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan saintifik dalam
pembelajaran. Dari kalimat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan
saintifik adalah suatu metode pembelajaran dengan cara mengidentifikasi, dimana
peserta didik dituntut untuk mengamati, menanya, mengumpulkan informasi,
mengolah informasi, dan yang terakhir mengkomunikasikan. Pendekatan saintifik
diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Dalam pendekatan atau proses kerja
yang memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuan lebih mengedepankan pelarasan
induktif (inductive reasoning) dibandingkan dengan penalaran deduktif (deductiv
reasoning).
B. DIMENSI KURIKULUM 2013
Di dalam kurikulum 2013, terdapat beberapa tujuan atau pencapaian utama

dalam pembelajaran yang dapat disebut sebagai dimensi kurikulum 2013. Hal
tersebut juga merupakan kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Tujuan pembelajaran tersebut
disesuaikan dengan tujuan pendidikan nasional yang dinyatakan pada pasal 33 UU
NO. 20 Tahun 2003, yakni : “Berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga tersebut.

Dapat dikategorikan hasil belajar yang harus dicapai oleh siswa, yaitu sebagai
berikut;
Dimensi

Deskripsi

Sikap Spiritual

Beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa

Sikap Sosial


Berakhlak mulia, sehat, mandiri, demokratis serta
bertanggung jawab

Pengetahuan

Berilmu

Keterampilan

Cakap dan kreatif

Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang ditetapkan dalam kurikulum
2013 untuk semua jenjang pendidikan, secara ringkas dideskripsikan sebagai
berikut :
Domain

SD

SMP


SMA

Sikap

Menerima + Menjalankan + Menghargai + Menghayati +
Mengamalkan
Pribadi yang beriman, berakhlak mulia, percaya diri dan
bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial, alam sekitar serta dunia dan peradabannya.

Pengetahuan

Mengetahui + Memahami + Menerapkan + Menganalis +
Mengevakuasi + Mencipta
Pribadi yang menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya dan berwawasan kemanusiaan, kebangsaan dan
kenegaraan dan peradaban

Keterampilan


Mengamati + Menanya + Mencoba + Menalar + Menyaji +
Mencipta
Pribadi yang berkemampuan pikir dan tindak yang produktif dan
kreatif dalam ranah abstrak dan konkret.

Gradiasi kurikulum antar satuan pendidikan memperlihatkan beberapa hal.
Yakni:
a.
b.
c.
d.
e.

Perkembangan psikologis anak
Lingkup dan kedalaman materi
Kesinambungan
Fungsi satuan pendidikan
Lingkungan

Kurikulum sekolah dasar (SD) melibatkan siswa untuk berinteraksi dengan

lingkungan rumah, sekolah, dan tempat bermain. Sementara itu, kurikulum SMP
dan SMA/K melibatkan siswa untuk berinteraksi dengan lingkungan yang lebih
luas.

SMA/K
SMA/K
SMP
SDSDSMP
C. CAKUPAN LINGKUNGAN BELAJAR BERDASARKAN JENJANG
PENDIDIKAN
Demikian pula dimensi pengetahuan yang harus dimiliki oleh siswa SD hanya
merupakan pengetahuan factual dan konseptual, untuk siswa SMP ditambahkan
pengetahuan procedural, dan untuk siswa SMA/K ditambahkan pengetahuan
metakognitif.
Dimensi
Pengetahua

Menginga

Memaham


Dimensi Proses Kognitif
mengaplikasika menganalisi

mengevaluas

Bereaksi

n

t

i

n

Pengetahua

s


SD

i

SMP

n Faktual
Pengetahua

SMA/K

n
Konseptual
Pengetahua

SMP

n Prosedural
Pengetahua SMA/K
n

Metakogniti
f

Deskripsi kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan sekolah dasar (SD)
Adalah sebagai berikut :
Dimensi
Sikap

Kulitifikasi kemampuan
Memiliki perilaku yang
beriman,berakhlak

mencerminkan

sikap

mulia,berilmu,percaya

orang
diri,dan


bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam di lingkungan rumah,sekolah,dan
Penetahuan

tempat bermain.
Memiliki pengetahuan factual dan konseptual berdasarkan
rasa

ingin

tahunya

tentang

ilmu

pengetahuan,teknologi,seni,dan budaya dalam wawasan
kemanusiaan,kebangsaan,kenegaraan,dan peradapan terkait
fenomena di kejadian lingkungan rumah,sekolah,dan tempat

Keterampilan

bermin.
Memiliki kemampuan berpikir dan tindak yang produktif
dan kreaktif dalam ranah abstrak dan konkret sesuai dengan
yang ditugaskan kepadanya.

Deskripsi kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan sekolah Menengah
Pertama
(SMP)Adalah sebagai berikut :
Dimensi
Sikap

Kulitifikasi kemampuan
Memiliki perilaku yang
beriman,berakhlak

mencerminkan

sikap


mulia,berilmu,percaya

orang
diri,dan

bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam Dalam jangkauan pergaulan dan
keberadapannya.
Memiliki pengetahuan factual dan konseptual berdasarkan

Penetahuan

rasa

ingin

tahunya

tentang

ilmu

pengetahuan,teknologi,seni,dan budaya dalam wawasan
kemanusiaan,kebangsaan,kenegaraan,dan peradapan terkait
fenomena dan keajaiban yang tampak mata.
Memiliki kemampuan berpikir dan tindak yang produktif

Keterampilan

dan kreaktif dalam ranah abstrak dan konkret sesuai dengan
yang dipelajari di sekolah dan sumber lain sejenisnya.

Deskripsi kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan sekolah Menengah
Atas
(SMA)Adalah sebagai berikut :
Dimensi
Sikap

Kulitifikasi kemampuan
Memiliki perilaku yang
beriman,berakhlak

mencerminkan

sikap

mulia,berilmu,percaya

orang
diri,dan

bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri
Penetahuan

sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
Memiliki pengetahuan factual dan konseptual berdasarkan
rasa

ingin

tahunya

tentang

ilmu

pengetahuan,teknologi,seni,dan budaya dalam wawasan
kemanusiaan,kebangsaan,kenegaraan,dan peradapan terkait
penyebab srta dampak fenomena dan keajaiban.

Keterampilan

Memiliki kemampuan berpikir dan tindak yang produktif
dan kreaktif dalam ranah abstrak dan konkret sebagai
pengembangan dari yang dipelajari di sekolah secara
mandiri.

Struktur kurikulum 2013 memenuhi komponen hasil belajar yang
dituangkan dalam UU No. 20 Tahun 2003,Pasal 3,yaitu sebagai berikut :
Dimensi
Deskripsi
Kompetensi
Sikap Spriritual Beriman dan bertakwa kepada Kompetensi Inti 1 (KI 1)
Sikap sosial

Tuhan yang Maha Esa
Berakhlak

Kompetensi Inti 2 (KI 2)

mulia,sehat,mandiri,dan
demokratis
Pengetahuan
keterampilan

serta

bertanggung

jawab
Berilmu
Cakap dan kreaktif

Kompetensi Inti 3 (KI 3)
Kompetensi Inti 4 (KI 4)

Secara umum, proses pembelajaran yang dilakukan dimulai dari KI-3 dan
KI-4,sedangkan KI-1 dan KI-2 merupakan dampak yang diharapkan muncul dari
proses pembelajaran.

Belajar Pengetahuan Belajar keterampilan

Belajar Sikap

D. URUTAN PROSES PEMBELAJARAN SESUAI KOMPETENSI
Proses pembelajaran yang dilakukan seharusnya dilengkapi dengan aktivitas
mengamati, nmenanya, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta.
Aktivitas mengamati dan bertanya dapat dilakukan di kelas, sekolah, atau luar
sekolah sehingga kegiatan belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga
dilingkungan sekolah dan masyarakat. Oleh sebab itu, guru perlu bertindak

sebagai fasilisator dan/atau motivator belajar, dan bukan sebagai satu-satunya
sumber belajar.
Pembentukan sikap dan perilaku (KI-2) serta penghayatan agama (KI-1) juga
dapat dilakukan dengan mengaitkan materi KI-3 dan KI-4 yang telah dikuasai
dengan KI-1 atau KI-2.
Menurut Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses,
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan pembelajaran
tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari silabus
untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai
Kompetensi Dasar.
Selanjutnya menurut Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 lampiran IV
tentang Implementasi Kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran, tahapan pertama
dalam pembelajaran menurut standar proses adalah perencanaan pembelajaran
yang diwujudkan dengan kegiatan peyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
RPP adalah rencana pembelajaran yang dikembangkan secara rinci dari suatu
materi pokok atau tema tertentu mengacu pada silabus.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan pendekatan Tematik
Dalam implementasinya, silabus dijabarkan dalam rencana pelaksanaan
pembelajaran, dilaksanakan, dievaluasi, dan ditindaklanjuti oleh masing-masing
guru. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang
menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau
lebih kompetensi dasar yang telah dijabarkan dalam silabus.
Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan tematik untuk
kurikulum 2013 terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut:
a. Mengisi kolom identitas sekolah
b. Menentukan tema, mapel, kelas, semester
c. Menentukan alokasi waktu yang dibutuhkan untuk pertemuan yang telah
ditetapkan
d. Menentukan kompetensi inti, kompetensi dasar, dan Indikator yang akan

digunakan yang terdapat pada silabus yang telah disusun.
e. Merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan kompetensi dasar, dan
indikator kompetensi yang telah ditentukan.
f. Merumuskan karakter yang akan dikembangkan berdasarkan kompetensi
dasar, indikator kompetensi, dan tujuan pembelajaran.
g. Menetapkan materi pembelajaran, berdasarkan kompetensi dasar yang
terdapat dalam silabus.
h. Menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan.
Metode pembelajaran mencakup pendekatan, model, dan metode
pembelajaran.
i. Menentukan media, alat dan bahan, serta sumber belajar pembelajaran
j. Merumuskan kegiatan pembelajaran.
Kegiatan pembelajaran terdiri dari kegiatan pendahuluan, inti, dan
penutup.
k. Menyusun Penilaian
Penyusunan penilaian mencakup teknik dan bentuk instrumen / alat
penilaian, contoh alat / instrumen penilaian, kriteria penilaian.

E. PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK
Pendekatan saintifik berkaitan erat dengan metode saintifik. Metode saintifik
(ilmiah) pada umumnya melibatkan kegiatan pengamatan atau observasi yang
dibutuhkan untuk perumusan hipotesis atau mengumpulkan data. Metode ilmiah
pada umumnya dilandasi dengan pemaparan data yang di peroleh melalui
pengamatan atau percobaan. Oleh sebab itu kegiatan memperoleh informasi dari
berbagai sumber. Aktivitas yang di lakukan dalam kegiatan ilmiah pada umumnya
adalah sbb :
Observasi

Teori
Teori
Teori
Teori

dan
dan
dan
dan

Teori
Teori
Teori
Teori
Model
Model
Model
Model

dan
dan
dan
dan

Model
Model
Model
Model
Teori
Teori
Teori
Teori

dan
dan
dan
dan

Model
Model
Model
Model

Eksperimen dan Observasi

Teori
Teori
Teori
Teori

dan
dan
dan
dan

Model
Model
Model
Model

F.
G.

Pembelajaran dengan kegiatan ilmiah pada umumnya merupakan kegiatan
inkuiri. (inquiry)adalah proses berfikir untuk memahami tentang suatu dengan
mengajukan pertanyaan. Galileo education network (2004)memberikan defines
yang luas tentang inkuiri ,yakni : “inqury is the dynamic process of being open to
wonder and puzzlements and coming to know and understand the world.”
Inkuiri dapat dijadikan sebagai pendekatan pembelajaran, strategi
pembelajaran , atau metode pembelajaran. Jenis inkuiri yang umum di gunakan
dan di bicarakan dalam bukku sebelumnya (sani 2013),namun perbedaan dapat di
mulai dari peran guru dan siswa dalam mengajukan pertanyaan , memiih metode
dan menemukan solusi dari permasalahan. Secara umum ada tiga jenis inkuiri
seperti dideskripsikan dalak table berikut :

Inkuiri terbuka

Inkuiri terbimbing

Inkuiri

(open inquiry)

(guide inquiry)

terstruktur
(structured
inquiry)

Permasalahan
Metode
Solusi

siswa
siswa
siswa

guru
Siswa
Siswa

guru
guru
siswa

guru
guru
guru

F. SIKLUS DAN KOMPONEN DASAR INKUIRI
Kegiatan belajar secara inkuiri dapat di lakukan melaui pembelajaran berbasis
inkuiri , pembeljaran menemukan (discovery), studi kasus( case study), problem

based learning (PBL), project based learnig (PJBL), dan sebagainya. Aktivitas
belajar melalui inkuiri tidak lepas dari pengajuan pertanyaan yang terkait dengan
permasalahan yang di kaji. Permusan hipotesis (jika ada) terkait dengan
pertanyaan yang di perlukan untuk melupakan percobaan dalam upaya :

be
rt
an
ya

re
fl e
ksi
di
sk
us
i

in v
e s ti
gas
i

kr
e
a
si

Menjawab pertanyaaan yang di ajukan. Upaya mengolah dat yang di peroleh
membutuhkan penalaran konsep yang ada. Perolehan data,pengolahan data, dan
penyampaian informasi juga membutuhkan kerja sama, baik semua anggota
kelompok belajar maupun dengan anggota masyarakat. Akitvitas utama tersebut
merupakan cirri pembelajaran saintifik dan dapat di gunakan unuk membentuk
keterampilan inovatif yang di kemukakan oleh dyer dkk, yakni :
1) Observasi
Asosiasi
2) Bertanya
3) Melakukan percobaan
4) Asosiasi (menghubugkan / menalar )
5) Membangun jaringan (networking)
Observasi

Bertanya

Keterampilan Inovatif

Membangun Jaringan

Melakukan Eksperimen

G. KOMPONEN KETERAMPILAN INOVATIF
Menurut Dyer dkk, seorang innovator adalah pengamat yang baik dan
selalu mempertanyakan suatu kondisi yang ada dengan mengajukan ide baru.
Innovator mrngamati lingkungan sekitarnya untuk memperoleh ide dalam
melakukan sesuatu yang baru. Mereka juga aktif membangun jaringan untuk
mencari ide baru, menyarankan ide baru, atau menguji pendapat mereka.
Seorang innovator selalu mencoba hal baru berdasarkan pemikiran dan
pengalamannya. Seorang innovator akan berpetualang ke tempat yang baru untuk
mencoba ide inovatifnya.
Berdasarkan teori Dyer tersebut, dapat dikempangkan pendekatan
saintifik dalam pembelajaran yang memiliki komponen proses pembelajaran
antara lain:
1.
2.
3.
4.

Mengamati
Menanya
Mencoba/mengumpulkan informasi
Menalar/asosiasi, membentuk jejaring (melakukan komunikasi)
Tahapan aktivitas belajar yang dilakukan dengan pembelajaran saintifik

tidak harus dilakukan mengikuti prosedur yang kaku, namun dapat disesuaikan
dengan pengetahuan yang hendak dipelajari. Pada suatu pembelajaran mungkin

emokgyiulrtsbfanp/c

dilakukan observasi terlebih dahulu sebelum memunculkan pertanyaan, namun
pada pelajaran yang lain mungkin siswa mengajukan pertanyaan terlebih dahulu

sebelum melakukan eksperimen dan observasi. Aktivitas membangun jaringan
juga mungkin dilakukan dalam upaya melakukan eksperimen atau juga mungkin
dibutuhkan ketika siswa mendesiminasikan hasil eksperimennya. Berikut ini
dijabarkan masing-masing aktivitas yang dilakukan dalam pembelajaran saintifik:

H. KOMPONEN PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK
1. Melakukan pengamatan atau observasi
Observasi adalah menggunakan panca indra untuk memperolee informasi.

Sebuah benda dapat di observasi untuk meegetahui karakteristiknya,

msalnya : warna,bentuk,suhu,volume,berat,bau,suara, dan teksturnya.
Benda dapat menujukkan karakteristiknya yang berbeda jika dikenal
pengaruh lingkungan. Perilaku manusia juga dapat di observasi untuk

mengetahui sifat, kebiasaan, respon, pendapat,dan karakteristik lainnya.
Pengamatan dapat di lakukan secara kualitatif atau kuantitatif. Pengamatan

kualitatif mengandalkan panca indra dan hasilnya di deskripsikan secara
naratif. Sementara itu, pengamatan kuantitatif untuk melihat karakteristik

benda pada umumnya menggunakan alat ukur karena dideskripsikn

menggunakan angka. Pengamatan kuantitatif untuk melihat perilakun

manusia atau hewan dilakukan dengan mengguanakan hitungan banyaknya
kejadian.

Contoh data kualitatif
Warna benda putih
Bersuara nyaring ketika jatuh ke lantai
Tekstur permukaannya kasar

Contoh data kuantitatif
Panjang benda 20 cm
Massa benda 2 kg
Suhu benda 40o C

Data yang di amati dalam obsrvasi sebaiknya meruakn variable,
yakn data yang bervariasi untuk sebuah karakteristik. Variabel yang akan
diamati dapat merupakan variable terikat atau vaariabel bebas. Variable
terikat merupakan vaariabe yang di pengaruhi oleh variable bebas yang
terkait, sedangkan variable bebas adalah yang di ubah dalam sebuah
eksplorasi atau percobaan.
Pengamatan yang dilakukan tidak dari keterampilan lain, seperti
mlakukan pengelompokan dan membandingka. Berikut ini di berikan
contoh kegiatan mengamati benda yang di sediakan oeh guru dan di
lakukan perbandingan serta pegelompokan (klasifkasi).

Mengamati

 Ambil beberapa kancing
yang disediakan oleh
gurumu
 Perhatikan cirri cirri apa
saja dari kancing yang

 Menelompkan

kamu ambil
 Kelompokan semua
kancing dengan sifat atau
cirri cirri yang sama
 Deskripsikan karakteristik
atau ciri cirri apa yang
kamu gunakan untuk
mengelompokan kancing
kancing tersebut
 Kelompokan agi kancing
kancing yanga ada padamu

dengan mengguanakan
karkteristik atau gabungan
 Membandingkan

karakteristik yang berbeda
 Apa perbedaan kelompok
kancing sekarang dengan
yang kamu buat pertma kali
?
 Kelompokan lagi kancing
dengan sifat yang
berlawanan seperti : kasarhalus, beras kecil,atau cirri
cirri yang berlawanan

Catatan bagi guru
Bantuah murid untuk memahami bahwa sifat yang berlawanan itu
tergantung pada pasangannya dan bukan merupakan hal yang
mutlak. Sebuah benda yang di kelompkan sebagai bendayang besr
mungkin saja di anggap kecil ketika di tempatkan dengan bnda yang
berbeda. Sebagai contoh meja di kelas memilikia ukuran lebih besar
dari pada benda lain, tetepi meja itu masih lebih kecil dibandingkan
ukuran kelas.

Selanjutnya siswa perlu dilatih untuk mampu mendskripsikan hasil
pengamatan pada teman lain sehingga teman dapat memperoleh gambaran
yang sama seperti yang di deskripsikan atau di critakan. Kemampuan
melakukan deskripsi yang jelas tanpa menyebut nama benda juga
merupakan keterampilan yang perlu di miliki oleh siswa. Berikut ini di
berikan contoh kegiatan pengamatan dengan deskripsi hasil pengamatan
yang di padukan dengan aktivitas bermain sambil belajar.
a) Seorang siswa menjadi ketua dan memilih sebuah benda yang ada
dalam ruangan dan membisikannya pada guru.
b) Ketua memberitahu kepada siswa yang lain d bagian mana ruangan
itu (dekat lemari, di depan kelas, atau di belakang) bemda

tersebut.dia

member

petunjuk

dengan

mendeskripsikan

karakteristik benda tersebut.
c) Setelah diberi petunjuk, siswa lainnya mencoba menebak benda
yang di maksud.
d) Siswa pertama yang berhasil menebak benda yang di maksud
selanjutnya di pilih menjasi ketua untuk mendeskripsikan benda
yang lain.
Pengamatan yang cermat sangat di butuhkan untuk dapat
menganalisis suatu permasalahan atau fenomena. Guru dapat
menanyakan sebuah video dan meminta siswa melakukan
pengamatan tentang hal hal tertentu serta membuat catatan.
2. Mengajukan pertanyaan
Siswa perlu di latih untuk merumuskan pertanyaan terkait dengan
topik yang akan di pelajari. Aktivitas belajar ini sangat penting untuk
meningkatkan

keingintahuan

(curiosity)

dalam

diri

siswa

dan

mengembangkan mereka untuk belajar sepanjang hayat. Guru perlu
megajukan pernyataan dalam upaya memotifasi siswa untuk mengajukan
pertanyaan adalah menggauanakn metode inkuiri suchman. Metode inkuiri
suchman dapat di lakukan dengan menampilkan sebuah fenomena dan
meminta siswa mengajukan pertanyaan terkait dengan hal tersebut,
sedangkan guru hanya menjawab :ya atau tidak.
Pertanyaan yang di ajukan dapat mengiring siswa untuk melakukan
sebuah pengamatan yang lebih teliti. Pertanyaan tentang kondisi atau
fenomena alam atau fnomena alam atau fenomena social perlu di
kembangkan dalam proses belajar mengajar sehingga siswa memiliki
keingintahuan dan mianat untuk belajar secara mandiri.
Aktivitas belajar yang dapat dilakukan untuk menjawab pertanyaan
tersebut

melibatkan

proses

pengamatan

yang

di

pandu

dengan

mengguanakan pertanyaan. Berikut ini di deskripsikan contoh kegiatan
yang dapat di lakukan.
Pertanyaan juaga dapat di ajukan siswa atau setelah mempelajari
sebauh konsep dalam kaitannya dengan aplikasi dari konsep yang di
pelajari. Siswa perlu dimotivasi untuk mengajukan pernyataan terkait
dengan pengetahuan yang telah di pelajari.

Aktivitas siswa
1. Ambil sebuah kertas lilin berukuran sekitar 20 cm persegi.
Gunakan alat tetes atau pipet dan letakkan 3 atau 4 tetes air
bersih di atas kertas lilinmu.
2. Selanjutnya dorong tetesan air dengan ujung pensil.
Pertanyaan untuk pengamatan
a. Apa yang terjadi pada air ketika teetesan air
didorong dengan ujung pensil ?
b. Apa yang terjadi ketika beberapa tetes air di dorong
mendekati satu sama lain ?
c. Kenapa terjadi hal demikian ?
Siswa pada pendidikan dsar perlu di bombing dalam menganalisis
permasalahan yang di hadapi dengan melatih mereka untuk mengajukan
pertanyaan yang bersifat konvergen. Proses ini di lakukan dalam diskusi
kelompok

kecil

dengan

menerapkan

metode

curah

penadapat

(brainstorming) dalam mengumpulkan ide yang di butuhkan untuk
menyelesaikan permasalahan. Beberapa pertnyaan yang mungkin di ajukan
oleh

siswa

ketika

berharap

dengan

masalah

dan

menganalisis

permasalahan adalah sbb :
 Apa yang saya ketahui tentang permasalahan ?
 Apa makna dari kalimat ?
 Fakta apa yang di ketahui dari permasalahan ?
 Apa pertanyaan utama yang di ajukan dalam permasalahan ?
Siswa juga dapat di latih untuk mengajukan pertanyaan dalam
upaya menetapkan tujuan pembelajaran sehingga proses belajar
lebih terarah. Tujuan pembelajaran bias di rumuskan dengan
menganlisis hal hal penting yang dapat di pelajari dalam proses
menyelesaikan permasalahan. Berikut ini diberikan beberapa
contoh pertnyaan yang dapat di ajukan oleh siswa dalam
merumuskan atau menentukan tujuan pembelajaran :
1) Apa isu penting yang dapat di peljari dari permasalahan yang
di kaji ?

2) Kenapa kita anggap isu tersebut penting untuk di pelajari ?
3) Konsep atau prinsip apa saja yang di pelajari dengan
menyelesaikan permasalahan ?
4) Bagaimana kaitan permasalahan dengan kompetensi yang
seharusnya di capai ?
Proses melakukan refleksi dan evaluasi tentang pelaksana kegiatan belajar
yang telah di lakukan sebaiknya di arahkan dengan mengajukan
pertanyaan sbb:
1) Apa hal hal penting yang telah di pelajari ?
2) Apa yang saya pelajari dari pembagian kerja yang telah di
lakukan dalam menyelesaikan pemasalahan ?
3) Konsep apa yang saya peroleh dengan bekerja sama
menyelesaikan permasalahan ?
4) Bagaimana efektifitas penyelesaian masalah yang kami
ajukan jika di bandingka dengan cara penyelesaian masalah
yang di kemukakan oleh kelompk lain ?
Setelah siswa terlatih untuk mengajukan prtanyaan, mereka perlu di
bombing untuk mengajukan pertanyaan bermakna, yang pada umumnya
memiliki karakteristik antara lain :
I.
Tidak memiliki sebuah jawaban mutlak
II.
Melibatkan siswa dan guru dalam upaya menjawab
III.
IV.
V.
VI.
VII.
VIII.

pertanyaan
Melibatkan proses berpikir, tidak hanya jawaban saja
Membutuhkan hubungan dari beberapa konsep
Terkait dengan permasalahan nyata yang di hadapi siswa
Terkait dengan pengetahuan awal siswa
Membutuhkan proses pengambilan keputusan atau
rencana tindakan
Menggunakan kata “bagaimana” atau “mengapa”

3. Melakukan eksperimen / percobaan atau memperoleh informasi
Belajar dengan mengguanakan pendekatan ilmiah akan
melibatkan

siswa

dalam

melakukan

aktivitas

menyelidiki

fenomena dalam upaya menjawab dalam upaya menjawab suatu
permasalahan. Guru juga dapat menugaskan siswa untuk
mengumpulkan

siswa

dalam

merencanakan

aktivitas,

melaksanakan aktivitas, dan melaporkan aktivitas yang dilakukan.

Pada tahap persiapan pembelajaran, guru bertidak sebagai
pengarah atau pengelolah kegiatan belajar dengan melakukan hal
hal antara lain :
1) Mengembangkan keingintahuan dan minat siswa
dalam mempelajari topic kajian
2) Mengajukan pertanyaan atau maembantu siswa
mengembangkan pertanyaan yang relevan dengan
topic dan harus diselesaikan dengan melaksanakan
kegiatan penyelidikan atau percobaan.
3) Mengarahkan pengembangan rencana penyelidikan
atau percobaan oleh siswa.
4) Mendeskripsikan atau membantu siswa memilih
atau mencari peralatan dan bahan yang di butuhkan
untuk melaksanakan kegiatan penyelidikan
5) Meyatakan lamanya waktu dan hasil yang di
harapkan dengan pelaksanaan kegiatan penyelidikan
Peran guru ketika siswa melaksanakan kegiatan penyelidikan
adalah :
1) Memfasilitasi atau membantu siswa mengguanakan
bahan dan peralatan
2) Mendiskusikan ide dalam pelaksanaan penyelidikan
yang menantang siswa untuk berfikir kritis
Pada tahap akhir, guru perlu melakukan koordinasi agar
siswa dapat menyampaikan hasil penyelidikannya kepada teman
atau kelompok lain. Pada tahap ini tindakan guru adalah :
1) Mendorong
siswa
untuk
berbagi

hail

penyelidikannya
2) Berdiskusi dengan siswa atau mengarahkan mereka
dalam membuat kesimpulan atau “menemukan”
konsep.
Metode yang di gunakan dalam mengarahkan siswa adalah
dengan mengajukan pertanyaan yang dapat mengembangkan ide
mereka dan membantu sisw berfikir secara mendalam.
Upaya untuk menjawab pertanyaan yang di ajukan sering
kali harus di lakukan dengan melakukan penyelidikan. Pelaksanaan

penyelidikan dapat di mulai dengan pengajuan hipotesis untuk
mempermudah membuat rancangan percobaan.
Pelajaran ilmu social pada umumnya memutuhkan data
yang di peroleh berdasarkan wawancara, survey pendapat,
pengamatan tingkah laku. Dan sebagainya. Komponen mencoba
dala kasus ini adalah mencoba instrument, mencoba untuk
berkomunikasi, mencoba berperan dalam situasi social (membantu
orang lain, bermusyawarah,memberikan saran pada pihak yang
berwenang) dan sebagainya.
4. Mengasoaiasikan / menalar
Kemampuan mengolah informasi melalui penalaran dan berfikir
rasional merupakan kompetensi penting yang harus dimiliki oleh
siswa. Informasi yang di peroleh dari pengamatan atau percobaan
yang di lakukan harus diproses untuk menemukan keterkaitan satu
informasi dengan informasi yang lainnya, menemukan pola dari
keterkaitan informasi, dan mengambil kesimpulan dari pola yang di
temukan.
Pengolahan informasi membutuhkan kemampuan logika (ilmu
menalar). Menalar adalah aktivitas mental khusus dalam melakukan
inferensi. Inferensi adalah menarik kesimpulan berdasarkan pendapat
(premis), data atau fakta atau informasi.
Dasar pengolahan informasi berdasarkan metode ilmiah adalah
mlakukan penalaran empiris. Penalaran empiris di dasarkan pada
logika, induktif,yaitu menalar dari hal yang khusus seperti fakta,dat,
informasi, pendapat dari pakar. Kesimpulan di buat berdasarkan bukti
bukti empiris tersebut. Salah satu penalaran induktif yang di kenal
adalah model penalaran toulmin yang di deskripsikan sbb :

Bukti

Klaim

Garansi

Latar garansi

Reservasi

Syarat

Penalaran yang sering dilakukan adalah penalaran deduktif, yakni
mengguanakn logika maju berdasarkan observasi umum (premis
mayor) ke observasi khusus atau pertanyaan (premis minor) yang
mengarah pada kesimpulan khusus. Logika maju tiga langkah tersebut
silogisme.
Upaya untuk melatih siswa dalam melakukan penalaran dapat
dilakukan sehingga mereka dapat menemukan hubungan antar
variable atau dapat menjelaskan tentang data berdasarkan teori yang
ada, menguji hipotesis yang telah diajukan dan membuat kesimpulan.
Beberapa strategi yang dapat di lakukan adalah :
a. Melatih mahasiswa mengidentifikasi pola dari sekelompok
data yang telah di peroleh.
b. Melatih siswa untuk menentukan data yang relevan dengan
yang tidak relevan , dan data yang dapat diverifikasiakan dan
ynag tidak dapat di verifikasi.
c. Melatih siswa membandingkan atau membedakan dua
kelompok data atau grafik dari percobaan sejenis.
d. Melatih siswa untuk mencari hubungan antara dua dat yag
saling terkait
e. Melatih siswa untuk melakukan interprestasi berdasarkan data
yang di peroleh.
f. Melatih siswa untuk dapat memberikan argument yang utuh
terhadap temuan atau data yang diperoleh, sesuai dengan
permasalahan yang di kaji.
g. Melatih siswa untuk menganalisis, mwnsintesis, mengevaluasi,
membuat generalisasi dan menarik kesimpulan.
h. Melatih siswa untuk dapat memberikan

solusi

atau

menepatkan beberapa penyelesaikan alternative yang dapat
dilakukan untuk menyelesaikan sesuatu permasalahan.
5. Membangun atau mengembangkan jaringan dan berkomunikasi
Kemampuan untuk membangun jaringan dan berkomunikasi perlu
dimiliki oleh siswa karena kompetensi tersebut sama halnya dengan
pengetahuan,keterampilan,dan pengalaman. Bekerja sama dalam sebuah

kelompok merupakan salah satu cara membentuk kemampuan siswa untuk
dapat membangun jaringan dan berkomunikasi. Setiap siswa perlu di beri
kesempatan untuk berbicara dengan orang lain, menjalin persahabatan
yang potensial,mengenal orang yang dapat member nasihat atau informasi,
dan di kenal oleh orang lain.
Kompetensi penting

dalam

membangun

jaringan

adalah

keterampilan intrapersonal, keterampilan, dan organisasiona (social).
keterampilan intrapersonal yang terkait dengan kemampuan seseorang
mengenal keunikan dirinya dalam memahami dunia, keterampilan
organisasional yang terkait dengan kemampuan untuk berfungsi didalam
struktur social sebuah organisasi atau system social. Ketiga keterampilan
ini merupakan softskill yang sangat di butuhkan untuk membangun
jaringan agar dapat sukses dalam kehidupan.
Pembelajaran berdasarkan pendekatan saintifik
1. Bertanya sebagai pemicu kreatifitas
Beberapa jenis pertanyaan umum yang di ajukan kepada siswa
adalah :
a. Pertanyaan inferensi
Diajukan setelah siswa mengamati sesuatu misalnya
setelah

guru

mengajukan

menunjukan
pertanyaan

sebuah

“apa

gambar,

lalui

dapat

kamu

yang

ceritakan tentang gambar ini ? jawaban pertanyaan
inferensi

terkait

dengan

penjelasan

berdasarkan

pemahaman atau pengalaman siswa.

b. Pertanyaan interpretasi
Dimaksudkan untuk menguji pemahaman siswa tentang
konsekuensi sebuah ide
c. Pertanyaan transfer
Mendorong siswa untuk berfikir luas dengan membawa
pengetahuannya pada bidang yang baru
d. Pertanyaan tentang hipotesis
Membutuhkan jawaban sementara tentang sesuatu
tndakan yang akan di lakukan

e. Pertanyaan reflektif
Ditunjukan pada diri sendiri sebagian bahan releksi
untuk menguji pengetahuan dan perasaan.
Pemikiran kreatif siswa dapat di tingkatkan dengan melatih mereka
untuk mengembangkan pertanyaan atau merespon pertanyaan yang
di ajukan. Pertanyaan yang diajukan dalam dialog secrates pada
umumnya di maksudkan untuk :
1) Mengeksporasi aspek umum dari optic yang di pelajari
2) Mendorong kretifitas
3) Memusatkan perhatian pada permasalahan khusus
Pengajuan pertanyaan harus memperhatikan tingkat kesulitan atau
taksonomi pertanyaan agar tidak membuat siswa frustasi.
Taksonomi dalam bertanya umumnya dikenal dengan taksonomi
bloom dan Gallagher dan ascher. Taksonomi Gallagher dan ascher
membedakan tingkatan pertanyaan dalam 4 kategori, yaitu:
1) Pertanyaaan dalam tingkat memori kognitif dapat di jawab
dengan pemikiran sederhana , mengingat, atau mengenal.
2) Pertanyaan dalam tingkat berfikir konvergen ,
membutuhkan analisis dan integrasi data dalam menjawab
pertayaan , namun hanya satu jawaban yang tepat.
3) Pertanyaaan dalam tingkat berfikir di vergen membutuhkan
pandangan baru tentang topic yang di bahas.
4) Pertanyaaan
dalam
tingakt
berfikir
membutuhkan

penilaian,pilihan,

dan

evaluative
pengambilan

keputusan dala menjawab pertanyaan yang dia ajukan.
Pertanyaan provokatif

Di tinjau dari hierarkinnya , pertanyaan sapat di kelompokan dalam
Pertanyaanpertanyaaan
perencanaan
Pertanyaan
subsider lain
utama (essential question
) dqn pertanyaan
subside.

Jenis pertanyaan essential adalah pertanyaaan yang menyantuh hati
dan jiwa serta merupakan jantung untuk mencari kebenaran.
Pertanyaan esensial merupakan pusat dari semua pertanyaan yang
lain dan dapat di gambaarkan sbb :
Pertanyaan klarifikasi

Pertanyaan esensial

Prtanyaan stratejik

per

Pertanyaan inventif
Pertnyaan hipotesis
Pertanyaan penentuan

Pertanyaan esensial sebagai pertanyaan pusat
2. Pembelajaran yang sesuai dengan pembelajaran saintifik
Metode yang sesuai dengan pendekatan pembelajarsn sintifik
antara lain pembelajaran berbasis inkuiri, pembelajaran berbasis
masalah ( problem based learning ), pembelajaran berbasis proyek
(project based learning ) dan metode lainnya yang relevan.
Scenario pembelajran terkait dengan elemen pendekatan saitifik
adalah sbb :

Elemen pembelajaran

Kegiatan belajar

saintifik
Observasi

 Mengumpulkan data jenis penyakit
yang menyerang ikan lele
 Mengambil foto atau membuat
gambar terkait bagian ikan yang
terkena penyakit dan memeriksa
karakteristik penyakit tersebut
 Mengumpulkan informasi dar aneka
sumber ilmiah, seperti : buku, laporan
penelitian , jurnal, majalah dan

Bertanya

internet
Mengajukan pertanyaan atau masalh
yang terkait dengan dat dan informasi
yang di umpulkan misalnya :
 Apakah semua jenis ikan lele

rentan terhada penyakit ?
 Jenis penyakit apa saja yang di
derita oleh ikan lele yang
umum di ternak olh
masyrakat?
 Bagaimana pengaruh
lingkungan air terhadap ikan
Mencoba/ mengumpulkan

lele
Siswa membuat hipotesis dan merancang

iformasi

percobaan untuk menguji hipotesis tersebut.
Lam]ngkah langkah penting yang perlu di
lakukan adalah :
 Merumuskan hipotesis
 Membuat rancangan percobaan
 Melakukan percobaaan sesuai
rancangan
 Mengumpulkan data dengan
pengamatan atau melakukan
pengukuran parameter atau variable

Menalara

yang di tetapkan dalam hipotesis
Data yang di peroleh berdasarkan hasil
observasi dan percobaan harus di lakukan
serta di analisis dengan melakukan penalaran.
Siswa perlu menalara dengan proses sbb:
 Melihat hubungan antar variable
 Mencermati pola
 Melakukan analisis dan sisntesis ats
hubungan dan pola yang di amati
 Melakukan pengujian hipotesis
brdasarkan analisi data hasil

Networking/komunikasi

percobaan.
Jangan di kembangkan oleh siswa ketika
melakkan investigasi tentang ikan lele pada
peternak atau penyuluh peternakan.
Kemampuan komunikasindan keterampilan
interpersonal sangat di butuhkan dalam

membangun jaringan. Siswa juga dapat
melatih kemampuan komunikasi ketiak
menyampaikan informasi yang di temukan
baik melalui tulisan atau di sampaikan
melauli lisan di depan kelas
Metode penemuan (discovery learning ) sangat cocok untuk di
terpakan dalam mempelajari karakteristik prisma dan prinsip
prinsip fisika terkait. Pada umumnnya, siswa mengguanakan
kaeterampian yang berbeda dalam model pembelejaran PJBL
(project based learning ) dan PBL (problem based learning)
penemuan (discovery learning )
Perbedaan PJLB,PBL, dan discovery learning yang akan
dideskripsikan sbb :
Discovery
Menentukan kosep

PBL
Mempelajari konsep

PJBL
Mempelajari konsep

berdasarkan permasalahan

berdasarkan

Menerapkan kemampuan

permasalahan
Menerapkan

menyelesaikan masalah

kemampuan
menyelesaikan masalah
Mengembengkan karya /
produk terkait solusi
permasalahan

Berikut ini di berikan contoh kegiatan pembelajaran yang
mencakup pendekata saintifik, namun tidak berlandaskan pada
sebuah model pembelajaran tertentu :
Materi pembelajaran
Siklus air
Metode pembelajaran yang di gunakan
Ceramah demonstrasi,Tanya jawab, melakukan percobaan
Tujuan pembelajaran
 Siswa dapat memahami terjadinya siklus air



Siswa dapat mendeskripsikan pengaruh kegiatan manusia
terhadap siklus air

Tahapan utama pembelajaran

Kegiatan awal (7
menit)motivasi,
apresiasi,menya
mpaikan tujuan
belaajar

Kegiatan akhir (5
menit)
rangkuman dan
tugas lanjutan

Kegiatan 1(8
menit)
demontrasi, dan
tanggung jawab
tentang
perubaahn wujud

Kegiatan 4 (10
menit ) diskusi
dan penetapan
konsep

Kegiatan 2(30
menit)kerja
kelompok
menggunakan
lks

Kegiatan 3 (15
menit ) presentasi
hasil kerja
kelompok

Kegiatan Pembelajaran
No

Kegiatan Belajar

Pendekatan
Santifik

1

Kegiatan awal
Motivasi:
Guru mengarahkan siswa untuk mengamati kondisi

Observasi

awan dan bertanya misalnya:
Coba kamu amati kondisi awan, bagaimana

Asosiasi

pendapat kamu tentang kondisi cuaca hari ini?
Apresiasi:
Guru menanyakan tentang konsep yang telah
dipelajari dan terkait dengan perubahan wujud zat.
Penyampaian Tujuan Pembelajaran:

Bertanya

Hari ini kita akan mempelajari tentang siklus air
yang terjadi di alam, dan diharapkan kamu dapat
2

memahami kaitannya dengan perubahan wujud zat.
Kegiatan Inti:
Guru memperlihatkan sebuah cawan kimia berisi

Asosiasi

air, kemudian mengajukan pertanyaan misalnya:
Apa yang akan terjadi pada air jika cawan ini
dipanaskan terus menerus?
Diskusi dilanjutkan dengan mengarahkan siswa

Observasi

untuk memikirkan kemana perginya uap air akibat
pemanasan cawan.
Pertanyaan yang mungkin muncul adalah:
Apa yang akan terjadi pada es jika dibiarkan?
Guru mengarahkan siswa untuk membentuk

Bertanya

kelompok kerja dan membiarkan petunjuk singkat
tentang percobaan yang akan dilakukan terkait
dengan perubahan wujud air dan siklus air.
Guru menekankan tentang perlunya membuat
laporan pengamatan secara jujur.
Guru membagikan LKS pada setiap kelompok dan

Menumpulkan data

meminta pada kelompok untuk membaca prosedur

berdasarkan

percobaan yang akan dilakukan untuk memberikan

percobaan

kesempatan untuk bertanya. Kemudian setiap
kelompok diberi kesempatan untuk mengamati alat
dan bahan percobaan. Setelah itu, mengumpulkan
data yang diperlukan dan menjawab pertanyaan
yang diajukan dalam LKS.
Guru memfasilitasi kelompok yang membutuhkan
bantguan, dalam melakukan percobaan dan
menganalisis data yang diperoleh.
Guru menyajikan gambar siklus air yang terjadi di
alam (menggunakan proyektor LCD atau Charta),
dan menjelaskan tentang konsep dan fenomena

Asosiasi Komunikasi

yang terkait berdasarkan percobaan yang telah
3

dilakukan.
Kegiatan Akhir (Penutup):
Guru mengarahkan siswa untuk membuat
kesimpulan tentang siklus air yang terjadi di alam

Asosiasi

serta kaitannya dengan perilaku/kegiatan manusia.
Selanjutnya guru mengaitkan pengetahuan tentang
siklus air dengan kekuasaan sang pencipta yang
telah menciptakan keseimbangan alam dan menjaga
ketersediaan air di bumi yang dibutuhkan untuk
hidup (KI-1). Pengembangan sikap dan prilaku
untuk menjaga keseimbangan alam (KI-2) juga
perlu dibentuk dalam pembelajaran ini. Guru dapat
memberikan tugas lanjut pada siswa untuk
membuat makalah yang terkait dengan hujan
buatan, pertanyaan yang diajukan.

I. KRITERIA PENDEKATAN SAINTIFIK (PENDEKATAN ILMIAH)
Berikut ini tujuh (7) kriteria sebuah pendekatan pembelajaran dapat dikatakan
sebagai pembelajaran scientific, yaitu:
1. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat
dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira,
khayalan, legenda, atau dongeng semata.
2. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas
dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran
yang menyimpang dari alur berpikir logis.
3. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan
tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan
mengaplikasikan materi pembelajaran.
4. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam
melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi
pembelajaran.

5. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan,
dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam
merespon materi pembelajaran.
6. Berbasis pada konsep, teori,

dan

fakta

empiris

yang

dapat

dipertanggungjawabkan.
7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun
menarik sistem penyajiannya.
Proses pembelajaran yang mengimplementasikan pendekatan scientific akan
menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan
keterampilan (psikomotor). Dengan proses pembelajaran yang demikian maka
diharapkan hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif,
dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang
terintegrasi. Perhatikan diagram berikut. Hasil belajar melahirkan peserta didik
yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi.
Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan
untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki
kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta
didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam
pembelajaran,

yaitu

menggunakan

pendekatan

ilmiah.Pendekatan

(scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud

ilmiah
meliputi

mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring untuk semua mata
pelajaran
J. PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM
PEMBELAJARAN
Kegiatan pembelajaran meliputi tiga kegiatan pokok, yaitu kegiatan
pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan pendahuluan
bertujuan untuk menciptakan suasana awal pembelajaran yang efektif yang
memungkinkan siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Sebagai
contoh ketika memulai pembelajaran, guru menyapa anak dengan nada

bersemangat dan gembira (mengucapkan salam), mengecek kehadiran para siswa
dan menanyakan ketidakhadiran siswa apabila ada yang tidak hadir.
Dalam metode scientific tujuan utama kegiatan pendahuluan adalah
memantapkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang telah dikuasai
yang berkaitan dengan materi pelajaran baru yang akan dipelajari oleh siswa.
Dalam kegiatan ini guru harus mengupayakan agar siswa yang belum paham suatu
konsep dapat memahami konsep tersebut, sedangkan siswa yang mengalami
kesalahan konsep, kesalahan tersebut dapat dihilangkan. Pada kegiatan
pendahuluan, disarankan guru menunjukkan fenomena atau kejadian “aneh” atau
“ganjil” (discrepant event) yang dapat menggugah timbulnya pertanyaan pada diri
siswa.
Kegiatan inti merupakan kegiatan utama dalam proses pembelajaran atau
dalam proses penguasaan pengalaman belajar (learning experience) siswa.
Kegiatan inti dalam pembelajaran adalah suatu proses pembentukan pengalaman
dan kemampuan siswa secara terprogram yang dilaksanakan dalam durasi waktu
tertentu. Kegiatan inti dalam metode scientific ditujukan untuk terkonstruksinya
konsep, hukum atau prinsip oleh siswa dengan bantuan dari guru melalui langkahlangkah kegiatan pembelajaran yang diberikan.
Kegiatan penutup ditujukan untuk dua hal pokok. Pertama, validasi
terhadap konsep, hukum atau prinsip yang telah dikonstruk oleh siswa. Kedua,
pengayaan materi pelajaran yang dikuasai siswa.
Contoh kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup
diberikan di bawah ini :
 Contoh Kegiatan Pendahuluan :
1. Mengucapkan salam
2. Guru mengingatkan kembali tentang konsep-konsep yang telah
dipelajari oleh siswa yang berhubungan dengan materi baru yang
akan dibelajarkan. Sebagai contoh dalam mapel IPA, guru
menanyakan konsep tentang larutan dan komponennya sebelum
pembelajaran

materi

asam-basa.

Untuk

IPS,

misalnya

menggunakan apersepsi tentang bencana banjir yang kerap terjadi.
Di mana, kapan, dan mengapa bisa terjadi, siapa yang sering
menjadi korban, apa yang dilakukan oleh masyarakat korban
banjir ketika menghadapi bencana tersebut.
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran.
 Contoh Kegiatan Inti :
1. Mengamati :
Dalam mapel IPA, guru meminta siswa untuk mengamati suatu
fenomenon. Sebagai contoh dalam mapel IPA guru meminta siswa
untuk mengamati sifat larutan yang diperoleh dari ekstrak buah
belimbing atau tomat. Fenomena yang diberikan dapat juga dalam
bentuk video. Dalam mapel IPS contohnya adalah fenomena yang
diamati adalah gambar-gambar (foto-foto, slide) tentang hutan
yang gundul, hujan deras, orang membuang sampah sembarangan,
sungai meluap, banjir besar. slide, atau video klip seputar bencana
banjir di suatu tempat.
2. Menanya :
Dalam mapel IPA, siswa mengajukan pertanyaan tentang suatu
fenomenon. Sebagai contoh siswa mempertanyakan “Mengapa
larutan ekstrak buah belimbing atau tomat memiliki rasa manis
dan asin”. Sebagai contoh di mapel IPS adalah “Apakah sebab dan
akibat banjir bisa terjadi di ruang dan waktu yang sama atau
berbeda?”
3. Menalar untuk mengajukan hipotesis :
Sebagai contoh, dalam mapel IPA siswa mengajukan pendapat
bahwa rasa manis dan masam pada larutan enkstrak buah
belimbing atau tomat disebabkan oleh adanya zat yang memiliki
rasa manis dan zat yang memiliki rasa asam. Pendapat siswa ini
merupakan suatu hipotesis. Contoh hipotesis dalam mapel IPS

adalah Banjir (akibat) dan penggundulan hutan (sebab) bisa: a)
Terjadi di tempat yang sama b) Terjadi di tempat berbeda.
4. Mengumpulkan data:
Dalam mapel IPA, siswa mengumpulkan data atau guru
memberikan data tentang komponen-komponen yang terdapat
dalam larutan ekstrak buah belimbing atau buah tomat.
5. Menganalisis data:
Siswa menganalis data yang diberikan oleh guru. Analisis data
dalam IPS, misalnya siswa diajak untuk membaca buku siswa
halaman 2-6 tentang konsep ruang, waktu, konektivitas, dan
interaksi sosial. Konsep-konsep ini dihubungkan dengan informasi
atau data awal, pertanyaan dan hipotesis, serta data yang
terkumpul.
6. Menarik kesimpulan
Dalam mapel IPA, siswa menarik kesimpulan berdasar hasil
analisis

yang

mereka

lakukan.

Sebagai

contoh

siswa

menyimpulkan bahwa rasa manis pada larutan ekstrak buah
belimbing atau buah tomat disebabkan oleh adanya gula,
sedangkan rasa masam disebabkan oleh adanya asam. Contoh
bentuk kesimpulan yang ditarik dalam IPS misalnya hujan di
Bogor menyebabkan banjir di Jakarta menunjukkan adanya
keterkaitan antarruang dan waktu.
7. Mengomunikasikan:
Pada langkah ini, siswa dapat menyampaikan hasil kerjanya
secara lisan maupun tertulis, misalnya melalui presentasi
kelompok, diskusi, dan tanya jawab.
 Contoh Kegiatan Penutup

1. Dalam mapel IPA, misalnya guru meminta siswa untuk
mengungkapkan konsep, prinsip atau teori yang telah dikonstruk
oleh siswa. Dalam mapel IPS, misalnya siswa diminta untuk
menjelaskan contoh keterkaitan antarruang dan waktu, misalnya
hubungan antar desa dan kota.
2. Dalam mapel IPA maupun mapel lain, guru dapat meminta siswa
untuk meningkatkan pemahamannya tentang konsep, prinsip atau
teori yang telah dipelajari dari buku-buku pelajaran yang relevan
atau sumber informasi lainnya. Contoh dalam mapel IPA di atas
juga dapat digunakan dalam mapel IPS.
3. Dalam mapel IPA, mapel IPS, dan mapel lain, guru dapat
memberikan beberapa situs di internet yang berkaitan dengan
konsep, prinsip atau teori yang telah dipelajari oleh siswa,
kemudian guru meminta siswa untuk mengakses situs-situs
tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Blogspot (Internet). (Terdapat di http://solikhaton.blogspot.com/2014/06/contohmakalah-pendekatan-scientific.html). (Diakses pada 1 Mei 2015).
Blogspot

(Internet).

(Terdapat

di

http://indahanggungalura.blogspot.com/2014/04/makalah-pendekatanscientific.html ). (Diakses pada 1 Mei 2015).
Academia (Internet). (Terdapat di http://www.academia.edu/8234922/MAKALAH
PENDEKATAN SAINTIFIK). (Diakses pada 1 Mei 2015).
Wikipedia
(Internet).
(Terdapat

di

http://id.wikipedia.org/wiki/Pendekatan_saintifik). (Diakses pada 1 Mei 2015).
Abdullah, S.R. 2014. Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum
2013. Jakarta: Bumi Aksara.
Suryabrata, Sumadi. 2010. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Rajagrafindo
Persada.
Wiyono, Ketang & Pasaribu, Abidin. 2014. Modul Belajar dan Pembelajaran.
Inderalaya: Universitas Sriwijaya.