Saya adalah siswi di SMK

Saya adalah siswi di SMK Kesehatan Yannas Husada Bangkalan. Suatu hari, tepatnya hari
Senin, tanggal 24 Maret 2014, saya dan teman-teman saya mendapatkan informasi dari salah
seorang guru Bahasa Indonesia, bu Winda namanya. Beliau menginformasikan kepada kami,
bahwa dalam rangka memperingati 10 tahun kreativitas masyarakat lumpur, akan di adakan
lomba. Diantaranya adalah lomba membaca puisi, membaca surat cinta untuk orang tua,
stand up komedi, lomba berpendapat tentang sesuatu, dan musikalisasi puisi. Namun sekolah
kami tidak mengirimkan untuk lomba musikalisasi puisi. Entah apa alasannya, saya pun tak
tahu mengapa.
Mendengar informasi tersebut, saya merasa tertarik untuk ikut berpartisipasi dalam mengikuti
lomba tersebut. Awalnya saya ingin mengikuti lomba membaca puisi, namun saya melihat
peluang dan saingan yang akan saya hadapi nanti, tentu saya sangat yakin bahwa saya tidak
sebanding untuk bisa bersaing bersama mereka. Akhirnya saya mengikuti lomba berpendapat
tentang sesuatu, sesuai dengan tema yang telah di sediakan, peserta dapat memilih salah satu
kategori dari kriteria yang telah ada. Saya sengaja memilih lomba tersebut, karena saya ingin
mendapatkan pengalaman dari yang terkecil. Dan berharap suatu saat nanti saya bisa ikut
berpartisipasi dalam lomba yang kategorinya lebih tinggi, selain itu saya juga tertarik karena
saya sangat senang menulis.
Esok harinya, saya bersama teman-teman dipanggil untuk mengadakan perkumpulan di ruang
kelas sebelah. Entah apa yang akan kami lakukan, awalnya saya tidak tahu, hanya mengikuti
aturan yang telah di buat di sekolah, yang terpenting saya tidak melanggar tata tertib. Seiring
kami mengikuti perkumpulan itu, saya tahu akhirnya bahwa akan ada seleksi dari sekian

anggota yang mengikuti lomba. Yang pertama, seleksi mengenai lomba puisi. Satu persatu
anggota yang mengikuti lomba tersebut dipersilahkan untuk menunjukkan penampilannya.
Yang kedua adalah stand up komedi, hanya tiga orang yang mengikuti, namun satu gugur.
Hari itu hanya dua penampilan yang diseleksi. Untuk seleksi membaca surat cinta untuk
orang tua, akan di seleksi besok karena hari ini hanya mempersiapkan teks yang akan di
bacakan nanti pada saat hari H lomba. Seperti halnya lomba berpendapat tentang sesuatu,
hanya mempersiapkan teks yang akan diperlombakan. Setiap orang harus memilih satu dari
beberapa kategori yang diperlombakan.
Siang itu aku mulai memikirkan apa yang akan saya tulis nanti, saat itu saya merasa bingung.
Banyak kategori yang ingin saya tuangkan. Namun setelah saya fikirkan secara matang, saya
ingin memilih kategori “KESEJATIAN”. Saya mulai memikirkan dan menulis arti kesejatian
dan makna dari kata tersebut. Di tengah perjalanan, saya bingung, tak tahu apa yang harus
saya tuliskan. Padahal semuanya ada dalam memori saya. Itulah penyakit yang telah lama
saya miliki. Otak dan memori saya mengerti akan hal itu, tetapi tangan dan mulut tak bisa
mengungkapkan. Akhirnya saya menuliskannya sesuai dengan kemampuan dan
sepengetahuan saya, walaupun bahasa yang digunakan membuat saya bingung sendiri. Ingin
tertawa rasanya akan hal itu. Setelah saya menuliskan semuanya, saya memberikannya pada
bu Winda, guru Bahasa Indonesia di sekolah saya. Rasanya saya seperti minder sendiri, malu
melihat teman-teman yang percaya diri dengan tulisan mereka, tetapi saya akan tetap optimis


untuk menjadi yang lebih baik.Pada akhir pertemuan, ternyata tulisan kami dikembalikan dan
diberi kesempatan untuk memperbaikinya di rumah, sehingga besok pagi bisa dikumpulkan.
Keesokan harinya, setelah pulang sekolah, kami mengadakan pertemuan kembali untuk
persiapan lomba. Ya, golongan kategori lomba kami hanya dikoreksi agar lebih baik. Namun
untuk lomba yang lain, saya turut memberi semangat kepada mereka. Dan pada saat saya
melihat teman-teman saya berlatih membaca puisi, saya sangat kagum dan tersanjung melihat
pelatih puisi yang sangat bersemangat itu, kebetulan dia juga guru di sekolah kami tercinta.
Bu Nurul namanya. Penampilannya sungguh membuat semua orang yang mendengarnya ikut
hanyut ke dalam alam puisinya, ternyata beliau juga mendaftarkan diri dalam lomba
membaca puisi tingkat guru, luar biasa. Lomba puisi untu tingkat SMA dan stand up komedi
akan dilaksanakan esok hari, tanggal 27 Maret 2014.
Hari Jum’at, tanggal 28 Maret 2014 adalah pelaksanaan lomba berpendapat tentang sesuatu,
membaca puisi tingkat guru, dan membaca surat cinta untuk orang tua. Siang itu panas
sekali, pantas saja. Karena lomba akan dilaksanakan pukul 1 siang. Beruntungnya saya
dijemput oleh teman saya, tetapi tidak satu kelas dengan saya, namanya Aini. Saya dan dia
berangkat bersama menuju sekolah. Dari sekolah, kami berangkat bersama teman-teman yang
lain beserta guru untuk menuju tempat pelombaan dilaksanakan. Tempatnya adalah di
belakang makan pahlawan dekat Polres Bangkalan.
Ketika hampir sampai di tempat, di tikungan saya sedikit kaget karena melihat kekasih teman
saya Dita. Ya mungkin saya befikir dia juga ikut berpartisipasi dengan lomba ini, saya sedikit

senang. Seperti yang saya duga, sesampainya disana say bertemu Dita. Dia menyapa, dan
saya menyapanya. Kemudian saya melakukan daftar ulang agar lomba dapat segera di mulai.
sambil menunggu lomba dimulai, saya dan teman-teman sedikit menghibur diri dengan
menonton lomba puisi karema lomba dilaksanakan pada waktu yang sama. Setelah cukup
lama menunggu, ternyata lomba berpendapat sudah dapat dimulai dari tadi. Hmmm.
Herannya, lomba berpendapat tidak dilakukan di dalam ruangan, sesuka hati mereka mencari
tempat yang nyaman untuk menuliskan pendapatnya, saya tersenyum sendiri merasa heran.
Karena lomba tersebut diberi jangka waktu yang cukup lama dan bebas dilakukan dimana
saja, saya sambil lalu melihat mereka yang mengikuti lomba puisi. Penampilan yang pertama
adalah guru kami tercinta, bu Nurul. Luar biasa penampilannya, membuat semua orang
bergairah untuk melihatnya. Mimik muka dan peragaannya sangat mendukung isi dari puisi
tersebut. Kemudian, sambil lalu saya menuliskan pendapat mengenai “KESETIAAN”. Saya
mengubah temanya karena saya tidak begitu yakin dengan tema sebelumnya. Tetapi semua
sama saja. Percuma saja, pada saat itu saya sangat tidak berkonsentrasi. Sehingga tulisan saya
tidak semaksimal yang saya harapkan. Saya yakin hanya keberuntungan yang akan membuat
saya menag dalam lomba tersebut. Tulisan saya telah selesai, saya memberikannya pada juri.
Kemudian say melanjutkan untuk menonton lomba puisi kategori guru dan membaca surat
cinta untuk orang tua.
Dari sekolah kami, ada 3 orang guru yang mengikuti lomba membaca puisi. Mereka adalah
bu Nurul yang telah menampilkan puisinya pada nomor urut 1, bu Winda guru Bahasa

Indonesia kami, dan bu Erlin guru BK di sekolah kami. Penampilan mereka bagus-bagus.

Hanya bu Erlin yang agak sedikit nervous, tetapi tidak mempengaruhi penampilannya.
Selanjutnya adalah lomba mebaca surat cinta untuk orang tua. Kali ini, saya melihat
penampilan Aini. Dia menangis saat membacakan surat itu, mungkin ini adalah pengalaman
pribadinya. Saya memaklumi dan saya mencoba menenangkannya setelah ia turun dari
panggung. Peserta demi peserta tampil. Kali ini giliran Linda, teman kelas sebelah.
Pensmpilannya cukup bagus. Dansay tertawa saat dia menceritakan kenangan bersama “telur
dadar”, tak menyangka itu bisa keluar dari lisannya. Kemudian kali ini adalah penampilan
dari Bagus, dia adalah sahabat terbaikku. Saat kita berkumpul bersama, kita bagai keluarga
yang selalu bersama dalam keadaan suka maupun duka. Dia tidak sama dengan yang lain.
Dia yang pertama kali membuatku takut apabila sedang menasehati tentang kesalahan saya.
Tak pernah ku sangka, isi surat yang ia buat sangat puitis sekali. Saya kira dia memiliki
banyak bakat terpendam. Dan yang membuat saya lebih tak menyangka, dia meneteskan air
matanya di pelupuk matanya saat menyanyikan sebuah lagu untuk ibunya. Itu membuat saya
juga ikut terhanyut dalam liriknya, sehingga air mata juga ingin terjatuh. Sungguh menyentuh
hati.
Sekarang hanya Fadil yang belum menampilkan penampilannya. Sambil lalu menunggu
sabar, akhirnya ini dia penampilannya. Menurut saya, penampilannya lebih cenderung
membaca puisi, karena dia memang memiliki bakat dalam membaca puisi. tetapi tetap saja

bagus. Dan pada detik-detik terakhir, pembacaan puisi yang dilakukan oleh salah satu kru
dalam kepanitiaan acara ini, membuat semua orang tertawa terbahak-bahak melihatnya.
Seperti tidak membacakan puisi. rupanya ini memang sengaja dan direncanakan.
Akhirnya selesailah acara ini, hanya tinggal menunggu keputusan juri dalam menentukan
orang yang masuk dalam 6 nominasi terbaik dari semua lomba agar dapat hadir pada saat
malam puncak. Tepatnya dilaksanakan hari ini, tanggal 29 Maret 2014. Sambil lau
menunggu, kami semua di hibur oleh penyanyi dari suatu sanggar dari Pamekasan yang
menjadi bintang tamu disana. Suaranya halus dan enak di dengar. Mungkin saya fikir, dia
tidak penah memakan biji salak. Memang aneh, mana mungkin memakan biji salak.? Setelah
lama menunggu, salah satu juri datang untuk memberi informasi bahwa khusus untuk lomba
berpendapat tentang sesuatu, tidak akan diumumkan hari ini karena waktu telah mepet
maghrib. Untung saja tadi saya di ajak oleh Bagus untuk shalat Ashar berjama’ah di tempat
itu, kebetulan juga ada mushalla. Pengumuman untuk lomba tersebut akan di umumkan
melalui sms, karena tadi telah mencantumkan nama dan nomor HP pada saat pendaftaran
ulang. Ternyata kami masih harus menunggu untuk mendengar keputusan juri mengenai
lomba puisi dan membaca surat cinta. Hadirin yang lain telah banyak yang pulang, hanya
segelintir orang yang menunggu.
Setelah sekian lama menunggu, akhirnya pengumuman pemenang lomba puisi di umumkan.
Dan woow, guru kita Bu Nurul Hikmah, S.H masuk sebagai salah satu pemenangnya.
Walaupun kami belum tau beliau juara yang ke berapa. Dan untuk lomba membaca surat

cinta, teman – temanku mendapatan jura dan masuk sebagai nominasi pemenangnya. Dia
adalah Muhammad Bagus Sumarsono dan Linda Oktavia. Waah, latihan yang benar – benar
membuah dan tidak mengecewakan. Selamat ya, aku turut senang mendengarnya.

Kemudian, akupun pulang bersama Bagus. Karena dia sedang merasa senang dan bersyukur,
akupun di ajak olehnya untuk makan malam di sebuah restaurant langganan kami sebelum
kami pulang ke rumah. Karena perut juga terasa lapar, akupun menerima tawarannya dengan
senang hati. Di restaurant, aku merasa tidak enak sendiri karenahanya makan malam berdua,
di lihat banyak orang, dan yang lebih menghawatirkan lagi, aku dan Bagus masih berseragam
sekolah. Membuatku gugup untuk makan, tapi ya sudahlah. Yang terpenting adalah kita
melakukan sesuatu yang sepantasnya dan tidak melakukan hal yang dapat menjelekkan nama
baik sekolah.
Setelah selesai makan malam, Bagus segera mengantar aku pulang ke rumah. Dengan persaan
senang dan bersyukur, aku sampai di rumah dalam keadaan selamat dan sehat wal – afiat.
Allah selalu melindungiku dimanapun aku berada. Terima kasih a Rabb. 