11 PERWIL SINKRONISASI RENCANA SPASIAL D

KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat
dan Hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah “Sinkronisasi Dokumen RTRW
dan Rencana Pembangunan di Kota Surabaya” dengan baik dan tepat pada waktunya.
Tugas ini juga merupakan alat bantu proses pembelajaran mata kuliah
Perencanaan Wilayah dalam menyelaraskan subtansi antar dokumen perencanaan.
Kami menyampaikan banyak terimakasih kepada dosen pengajar terkait yaitu Ibu Vely
Kukinul, S.T., M.T., karena beliau telah membagikan ilmunya selama ini sehingga tugas
dapat terselesaikan dengan baik.
Tugas ini diharapkan dapat bermanfaaat baik bagi penyusun dalam proses
pembuatannya dan bagi pembaca sebagai pengetahuan. Kami juga berharap tugas ini
dapat dijadikan sebagai wacana dalam sebuah perencanaan wilayah dan kota.

Surabaya, 27 Mei 2017

Penyusun

i

DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR.............................................................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................................................... ii
1.1.

Latar Belakang ..................................................................................................................... 1

1.2.

Rumusan Masalah .............................................................................................................. 2

1.3.

Tujuan Penulisan................................................................................................................. 2

1.4.

Sistematika Penulisan ........................................................................................................ 3

BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN ......................................................................................................... 4
2.1.


UUNo 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional .... 4

2.2. UU No. 54 tahun 2010 mengenai Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8
tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah ........................................................................ 10
2.3.

PP No. 26 Tahun 2008 tentang RTRWN ..................................................................... 16

2.4.

RPJPD Jawa Timur Tahun 2005-2025 .......................................................................... 16

2.5.

Perda No 3 Tahun 2007 tentang RTRW Kota Surabaya Tahun 2009-2029 ........ 17

BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN ....................................................................................... 19
3.1.


Gambaran Umum Permasalahan .................................................................................. 19

3.2.

Analisis Fish Bone ............................................................................................................. 21

BAB IV PENUTUP .............................................................................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................ 28

ii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sinkronisasi rencana spasial dan pembangunan sangatlah penting untuk
upaya penanganan tata ruang dan pembangunan nasional dan daerah. Pada UU
No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (UUPR) dan UU No 25 Tahun 2004
tentang Sistem Penataan Pembangunan Nasional (SPPN) menghendaki adanya
integrasi


antara

adanya

dokumen

rencana

tata

ruang

dan

rencana

pembangunan. Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
(UUPR) mengamanatkan bahwa semua tingkatan administrasi pemerintahan,
mulai dari nasional, provinsi, kabupaten/kota diwajibkan menyusun Rencana Tata

Ruang (RTR). Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), Pemerintah dan Pemerintah
Daerah wajib menyusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP).
Sedangkan pada RPJP Nasional 2005-2025, menyebutkan konsistensi
pemanfaatan ruang dapat dicapai dengan mengintegrasikannya ke dalam
dokumen rencana pembangunan. Pemerintah Pusat, melalui pendekatan
pembangunan berbasis kewilayahan mulai pada RPJMN 2010-2014 telah mulai
melakukan sinkronisasi tersebut. Produk dari integrasi kedua dokumen rencana
tersebut adalah Buku III RPJMN 2010-2014 dan Buku III RPJMN 2015-2019; dan
setiap tahun dijabarkan di dalam RKP. Proses sinkronisasi rencana tata ruang dan
rencana pembangunan di Daerah perlu juga dilakukan dengan mengacu pada
proses yang terjadi di Pusat.
Akan tetapi, sinkronisasi di Daerah tidak berjalan sebagaimana mestinya, ini
karena belum adanya peraturan perundangan yang menyebutkan keintegrasikan
dokumen perencanaan secara konkrit yang kemudian menyebabkan daerah
berkewajiban untuk melakukan sinkronisasi dokumen perencanaan. Peraturan
perundangan yang ada hanya menyebutkan perlunya integrasi antara dokumen.
1


Beberapa masalah ketidaksinkronan dokumen perencanaan seperti: a) Substansi
yang ada dalam RTRWP belum seluruhnya terakomodir dalam RPJMD dan RKPD;
b) Adanya perbedaan nomenklatur antara RTRW dan Rencana Pembangunan
Daerah (RPJMD dan RKPD), namun masih terlihat benang merah keterkaitannya;
c) Adanya beberapa program dalam RKPD yang belum terintegrasi dengan
RTRWP dan RPJMD; d) Masalah sinkronisasi muatan RTRW-RPJMD-RKPD
kemudian berdampak terhadap upaya implementasi rencana yang masih sering
mengalami kendala dalam pembagian kewenangan antara Provinsi dan
Kab./Kota; dan lain-lain.
Salah satu permasalahan ketidak sinergisan dokumen perencanaan ada
pada permasalahan pembangunan Tol Tengah Kota Surabaya. Banyaknya
permasalahan yang ditimbulkan terhadap kehidupan kota dari adanya
pembangunan ini, Pemerintah Kota Surabaya menolak dibangunnya Tol Tengah
Kota ini, dan beranggapan ada solusi lain dalam pemecahan permasalahan
kemacetan di Kota Surabaya selain Tol Tengah Kota. Sedangkan Pemerintah
Provinsi Jawa Timur masih bersikeras untuk membangun Tol Tengah Kota. Konflik
antara kedua stakeholders ini menyebabkan tidak terintegrasinya dokumen
perencanaan pada keduanya.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan permasalahan pada laporan ini adalah sebagai berikut:

a) Apakah permasalahan integrasi dokumen dalam pembangunan tol tengah
kota Surabaya?
b) Apakah permasalahan pembangunan tol tengah kota Surabaya?
c)

Bagaimana

solusi

permasalahan

integrasi

dokumen

dalam

kasus

pembangunan tol tengah kota Surabaya?

1.3. Tujuan Penulisan
Tujuan laporan ini adalah sebagai berikut:

2

a) Dapat

mengidentifikasi

permasalahan

integrasi

dokumen

dalam

pembangunan tol tengah kota
b) Dapat mengidentifikasi pemasalahan pembangunan tol tengah kota
c) Dapat merumuskan solusi permasalaha integrasi dokumen dalam kasus

pembangunan tol tengah kota
1.4. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan makalah adalah sebagai berikut.


BAB I PENDAHULUAN berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penulisan makalah dan sistematika penulisan.



BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN berisi tentang kebijakan yang ada pada studi
kasus yang diangkat yaitu dokumen rencana Kota Surabaya dan Provinsi
Jawa Timur.



BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN berisi analisis yang digunakan
dalam penyusunan makalah yaitu analisis fishbone.




BAB III PENUTUP berisi kesimpulan dan rekomendasi yang dirumuskan
oleh penyusun.

3

BAB II
TINJAUAN KEBIJAKAN
2.1. UUNo 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
Untuk mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia sebagai bangsa yang bebas,
bersatu, berdaulat, adil, dan makmur seperti yang termuat dalam pembukaan
UUD 1945, perencanaan pembangunan di Indonesia dilaksanakan secara
bertahap dan berkesinambungan. Hal ini dilakukan untuk menjamin agar
pembangunan tersebut dapat berjalan efektif, efisien, dan bersasaran. Oleh
sebab itu, pemerintah pusat menyusun UU No. 25 tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional sebagai pedoman Presiden dalam
menyusun rencana pembangunan.
Menurut UU No. 25 tahun 2004, tujuan disusunnya Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional adalah sebagai berikut :
1. mendukung koordinasi antarpelaku pembangunan

2. menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antardaerah,
antarruang, antarwaktu, antarfungsi pemerintah maupun antara pusat dan
daerah
3. menjamin

keterkaitan

dan

konsistensi

antara

perencanaan,

penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan
4. mengoptimalkan partisipasi masyarakat
5. menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif,
berkeadilan, dan berkelanjutan.
Sedangkan pokok bahasan yang termuat dalam Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional meliputi Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP),
Rencana

Pembangunan

Jangka

Menengah

(RPJM),

Rencana

Strategis

Kementrian/Lembaga (Renstra KL), Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dan Rencana
Kerja Kementrian/Lembaga (Renja KL). Masing-masing rencana tersebut memiliki
masa berlaku yang berbeda dan alur hubungan yang berbeda pula. Penjelasan

4

mengenai masa berlaku dan hubungan antardokumen rencana tersebut dapat
dilihat pada tabel dan gambar berikut :
Tabel 1. Ruang lingkup dan jangka waktu berlakunya dokumen rencana pembangunan

JANGKA

NASIONAL

DAERAH

WAKTU

Dokumen

Penetapan

Dokumen

Penetapan

20 TAHUN

Rencana

UU

Rencana

Perda

Pembangunan

(Ps. 13 Ayat

Pembangunan

(Ps. 13 Ayat

Jangka Panjang

1)

Jangka Panjang

2)

5 TAHUN

Nasional

Daerah

(RPJP-Nasional)

(RPJP-Daerah)

Rencana

Per Pres

Rencana

Peraturan

Pembangunan

(Ps. 19 Ayat

Pembangunan

KDH

Jangka Menengah

1)

Jangka

(Ps. 19 Ayat

Nasional

Menengah

3)

(RPJM-Nasional)

Daerah
(RPJM-Daerah)

5 TAHUN

Rencana Strategis

Peraturan

Rencana Strategis

Peraturan

Kementerian /

Pimpinan KL

Satuan Kerja

Pimpinan

Lembaga

(Ps. 19 Ayat

Perangkat Daerah

SKPD

(Renstra KL)

2)

(Renstra SKPD)

(Ps. 19 Ayat
4)

1 TAHUN

1 TAHUN

Rencana Kerja

Per Pres

Rencana Kerja

Peraturan

Pemerintah

(Ps. 26 Ayat

Pemerintah

KDH

(RKP)

1)

Daerah

(Ps. 26 Ayat

(RKPD)

2)

Rencana Kerja

Peraturan

Rencana Kerja

Peraturan

Kementerian /

Pimpinan KL

Satuan Kerja

Pimpinan

Lembaga

(Ps. 21 Ayat

Perangkat Daerah

SKPD

(Renja KL)

1)

(Renja SKPD)

(Ps. 21 Ayat
3)

Sumber : Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, 2004

5

Gambar 1. Keterkaitan dokumen perencanaan daerah dan masional
Sumber : Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, 2004

Berdasarkan gambar diatas, terlihat bahwa Rencana Pembangunan Jangka
Panjang

(RPJP) merupakan dokumen induk yang diacu oleh Rencana

Pembangunan Jangka Menengah (RPJM). RPJP merupakan penjabaran dari
tujuan dibentuknya pemerintahan Negara Indonesia berupa visi, misi, dan arah
pembangunan Nasional.
RPJM merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Presiden yang
berpedoman pada RPJP Nasional per lima tahun rencana. RPJM berisikan strategi
pembangunan nasional kebijakan umum, program Kementerian/Lembaga dan
lintas Kementerian/Lembaga, ke-wilayahan dan lintas kewilayahan, serta
kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara
menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal dalam rencana kerja yang berupa
kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif yang
kemudian digunakan sebagai pedoman untuk menyusun Rencana Strategis

6

Kementerian/Lembaga (Renstra KL) dan dijabarkan kembali ke dalam rencana per
satu tahunan dalam Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja KL).
RKP merupakan penjabaran dari RPJM Nasional, memuat prioritas
pembangunan, rancangan kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran
perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal, serta program
Kementerian/Lembaga, lintas Kementerian/Lembaga, kewilayahan dalam bentuk
kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. Sedangkan
Renstra-KL memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan
pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga yang
disusun dengan berpedoman pada RPJM Nasional dan bersifat indikatif.
Renja-KL disusun dengan berpedoman pada Renstra-KL dan mengacu pada
prioritas pembangunan Nasional dan pagu indikatif, serta memuat kebijakan,
program, dan kegiatan pembangunan baik yang dilaksanakan langsung oleh
Pemerintah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.
Secara umum, berikut adalah gambaran keselarasan isi dokumen
perencanaan pembangunan daerah sebagai penjelas penjabaran hubungan
masing-masing dokumen rencana pembangunan menurut UU SPPN.

7

Gambar 2. Keselarasan isi dokumen perencanaan pembangunan daerah
Sumber : UU SPPN, 2004

Tahapan yang dilakukan dalam melaksanakan perencanaan pembangunan
antara lain :
1. Penyusunan Rencana yang terdiri dari rancangan rencana pembangunan
Nasional/ Daerah, rancangan rencana kerja Departemen/Lembaga SKPD,
melakukan musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang) dan
terakhir menyusun rancangan akhir rencana pembangunan
2. Penetapan Rencana, meliputi pengesahan RPJP Nasional dengan UndangUndang sedangkan RPJP Daerah melalui Peraturan Daerah serta
penetapan RPJM, RKP/RKPD dengan peraturan presiden atau kepala
daerah yang sedang menjabat. Berikut adalah tabel ketentuan jadwal
penetapan perencanaan menurut UU SPPN :

8

Tabel 2. Jadwal Penetapan Perencanaan

DOKUMEN

WAKTU

KETERANGAN

RPJP

Musrenbang dilaksanakan paling

Nasional

lambat 1 tahun sebelum RPJP
berjalan berakhir

RPJM

Paling lambat 3 bulan Musrenbang dilaksanakan paling

Nasional

setelah presiden dilantik lambat 2 bulan setelah presiden
dilantik

RKP

Musrenbang dilaksanakan paling
lambat bulan April

RPJP

Musrenbang dilaksanakan paling

Daerah

lambat 1 tahun sebelum RPJP
berjalan berakhir

RPJM

Paling lambat 3 bulan Musrenbang dilaksanakan paling

Daerah

setelah kepala daerah lambat 2 bulan setelah kepala
dilantik

daerah dilantik

RKPD

Musrenbang dilaksanakan paling
lambat bulan Maret

Renstra-KL

Disesuaikan

dengan

RPJM Nasional
Renja-KL
RenstraSKPD

Disesuaikan

dengan

RPJM Daerah

RenjaSKPD
Sumber : UU SPPN, 2004

3. Pengendalian pelaksanaan rencana yang dilakukan oleh masing-masing
kepala pimpinan Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah
dimana Menteri/ Kepala Bappeda menghimpun dan menganalisis hasil
pemantauan pelaksanaan rencana tersebut
4. Evaluasi rencana dilakukan oleh pimpinan Kementerian/Lembaga/Satuan
Kerja Perangkat Daerah yang sedang menjabat terhadap kinerja
pelaksanaan rencana pembangunan Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja
Perangkat Daerah periode sebelumnya yang hasilnya dihimpun dalam

9

sebuah evaluasi rencana pembangunan oleh Menteri/Kepala Bappeda.
Hasil evaluasi tersebut kemudian digunakan sebagai bahan untuk
menyusun rencana pembangunan Nasional/Daerah periode selanjutnya.
2.2. UU No. 54 tahun 2010 mengenai Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor
8 tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah
Untuk mempermudah sinkronisasi isi dokumen rencana pembangunan
daerah, Kementrian Dalam Negeri mengeluarkan UU No. 54 tahun 2010
mengenai Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2008 tentang
Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah. Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai tahapan,
tatacara penyusunan, pengendalian, dan evaluasi pelaksanaan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).
2.2.1. Bagan Alur Penyusunan RPJMD

Berikut adalah alur penyususnan RPJMD Provinsi menurut UU no. 54 tahun
2010 oleh Menteri Dalam Negeri :

Gambar 3. Bagan Alur Penyusunan RPJMD
Sumber : UU no. 54 tahun 2010

10

Penyusunan dokumen RPJMD Provinsi dilakukan melalui beberapa tahap,
yaitu tahap persiapan penyusunan RPJMD meliputi pembentukan tim
penyusun RPJMD oleh Kepala Daerah, orientasi aturan perundang-undangan,
panduan atau pedoman teknis maupun buku literatur yang digunakan dalam
penyusunan RPJMD, penyusunan agenda kerja tim RPJMD, pengumpulan data
dan informasi terkait wilayah rencana, penyusunan rancangan awal RPJMD
meliputi pengolahan data dan informasi yang telah didapatkan, penelaahan
dokumen pembangunan maupun dokumen spasial yang terlibat dalam wilayah
perencanaan, analisis isu strategis, perumusan penjelasan visi-misi, tujuan,
sasaran, strategis serta arahan kebijakan, dan lain sebagainya, penyusunan
rancangan RPJMD meliputi penyusunan, verifikasi dan integrasi rencana
strategis Satuan Kerja Pemerintah daerah, pelaksanaan musrenbang dalam
rangka membahas dan menyepakati rancangan RPJMD dengan para pemangku
kepentingan pembangunan daerah, perumusan rancangan akhir RPJMD
berdasarkan berita acara kesepakatan hasil musrenbang dan hasil konsultasu
dengan Menteri/Gubernur, dan penetapan peraturan daerah mengenai
RPJMD yang telah disusun.
2.2.2. Penyusunan Rancangan Awal RPJMD Provinsi

RPJMD merupakan dokumen penting yang harus disusun oleh masingmasing daerah karena RPJMD akan digunakan sebagai arahan dalam
penyusunan

rancangan

Renstra

SKPD

sekaligus

koridor

perencanaan

pembangunan selama 5 tahun oleh Kepala Daerah. Perumusan Dokumen RPJMD,
khususnya RPJMD Provinsi, dilakukan melalui kegiatan berikut :
1.

Pengolahan data dan informasi

2.

Penelaahan RTRW kabupaten/kota dan RTRW kabupaten/kota lainnya

3.

Analisis gambaran umum kondisi daerah kabupaten/kota

4.

Analisis pengelolaan keuangan daerah serta kerangka pendanaan

5.

Perumusan permasalahan pembangunan daerah kabupaten/kota

6.

Penelaahan RPJMN, RPJMD provinsi, dan RPJMD kabupaten/kota lainnya
11

7.

Analisis isu-isu strategis pembangunan jangka menengah kabupaten/kota

8.

Penelaahan RPJPD kabupaten/kota

9.

Perumusan penjelasan visi dan misi

10. Perumusan tujuan dan sasaran
11. Perumusan strategi dan arah kebijakan
12. Perumusan kebijakan umum dan program pembangunan daerah
kabupaten/kota
13. Penyusunan indikasi rencana program prioritas yang disertai kebutuhan
pendanaan
14. Penetapan Indikator Kinerja Daerah
15. Pembahasan dengan SKPD kabupaten/kota
16. Pelaksanaan forum konsultasi publik
17. Pembahasan dengan DPRD untuk memperoleh masukan dan saran
18. Penyelarasan program prioritas dan kebutuhan pendanaan
Rancangan awal RPJMD disajikan dalam sistematika sekurang-kurangnya
seperti berikut :
BAB I PENDAHULUAN yang berisi akan subbab latar belakang, dasar hukum
penyusunan, hubungan antar dokumen, sistematika penulisan serta maksud dan
tujuan.
BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH meliputi aspek gografi dan
demografi serta indikator kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah
berdasarkan hasil analisis dan kajian gambaran umum kondisi daerah pada tahap
perumusan yang relevan, penting, selaras serta mendukung isu strategis,
permasalahan pembangunan daerah, visi/misi kepala daerah, dan kebutuhan
perumusan strategi.
BAB

III

GAMBARAN

PENGELOLAAN

KEUANGAN

DAERAH

SERTA

KERANGKA PENDANAAN berisikan kinerja pelaksanaan APBD, neraca daerah,
kebijakan pengelolaan keuangan berdasarkan proporsi penggunaan anggaran,
12

analisis pembiayaan, serta analisis pengeluaran periodik wajib dan mengikat
serta prioritas utama.
BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS meliputi permasalahan pembangunan
dan isu strategis yang akan menentukan kinerja pembangunan dalam 5 tahun
endatang.
BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN yang mencantumkan
akan visi, misi, tujuan dan sasaran, uraian visi, misi, tujuan dan sasaran, penjelasan
kata kunci dari visi, misi, tujuan dan sasaran, gambaran keterkaitan elemen
perencanaan.
BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN yang disajikan dalam bentuk tabel
berikut :

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH
menyajikan penjelasan tentang hubungan antara program pembangunan daerah
dengan indikator kinerja yang dipilih dalam bentuk tabulasi berikut :

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTASI
KEBUTUHAN PENDANAAN mencantumkan hubungan urusan pemerinah
dengan SKPD terkait beserta program yang menjadi tanggungjawab SKPD

13

sekaligus pencapaian target indikator kerja pada akhir periode perencanaan yang
bisa disajikan dalam tabel berikut :

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH merupakan bab yang
berisi akan gambaran ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi kepala
daerah dan wakil kepala daerah pada akhir periode masa jabatan yang
ditunjukkan melalui akumulasi pencapaian indikator

outcome program

pembangunan daerah setiap tahun. Informasi tersebut dapat disajikan dalam
tabel di bawah ini :

2.2.3. Penyusunan Rancangan RPJMD Provinsi

Tahap penyusunan rancangan RPJMD Provinsi mencakup rangkaian proses
dari persiapan surat edaran kepala daerah, perihal penyusunan rancangan renstra
SKPD, verifikasi dan integrasi renstra SKPD menjadi rancangan RPJMD dan
penyajian rancangan RPJMD. Pada tahap ini pula disusun jadwal pelaksanaan
musrenbang daerah. Dalam tahap penyajian rancangan RPJMD dapat dilakukan
penyempurnaan berdasarkan hasil diskusi bersama SKPD-SKPD serta melengkapi
sistematika rancangan awal RPJMD menjadi rancangan RPJMD. Sistematika

14

penyajian rancangan RPJMD sedikit berbeda dengan dokumen rancangan awal
RPJMD, perbedaan tersebut adalah :
Bab VIII yang semula berisi akan indikasi rencana program prioritas yang
disertasi kebutuhan pendanaan dihapuskan dan berubah menjadi penetapan
indikator kinerja daerah.
Bab IX yang semula berisi akan penetapan indikator kinerja daerah berubah
menjadi pedoman transisi dan kaidah pelaksanaan.
2.2.4. Pelaksanaan Musrenbang RPJMD

Musyawarah RencanaPembangunan Daerah atau Musrenbang merupakan
forum musyawarah yang dilakukan untuk mendapatkan masukan dan komiten
para

pemangku

kepentingan

pembangunan

daerah

sebagai

bahan

penyempurnaan rancangan RPJMD menjadi rancangan akhir RPJMD. Proses
pelaksanaan Musrenbang maksimal selama 4 bulan setelah kepala daerah dan
wakil kepala daerah ditetapkan oleh Peraturan Kepala Daerah dimulai pada bulan
Januari hingga Mei dengan wilayah pelaksanaan mulai tingkat kelurahan hingga
provinsi. Hasil musrenbang dituangkan dalam lembar berita acara hasil
kesepakatan yang nantinya digunakan sebagai bahan penyempurnaan dokumen
rancangan RPMJD menjadi dokumen rancangan akhir RPJMD.
2.2.5. Perumusan Rancangan Akhir RPJMD Provinsi

Pada tahap ini rancangan RPJMD perbaiki dengan bahan koreksi dari hasil
Musrenbang yang telah dilaksanakan. Rancangan akhir diajukan kepada kepala
daerah untuk dimintai persetujuan dan dikonsultasikan kepada Menteri. Surat
permohonan konsultasi dokumen dilaksanakan paling lama 7 hari sebelum
pelaksanaan konsultasi. Kemudian, rancangan akhir RPJMD yang telah
dikonsultasikan disempurnakan kembali dan dilengkapi sistematika laporannya.
Setelah semuanya selesai maka dokumen RPJMD dapat diajukan untuk
mendapat rancangan peraturan daerah guna memberikan kekuatan hukum
pada dokumen tersebut. Penetapan rancangan peraturan daerah tentang

15

RPJMD Provinsi ditetapkan maksimal selama 6 bulan setelah kepala daerah
dilantik.
2.3. PP No. 26 Tahun 2008 tentang RTRWN
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional adalah arahan kebijakan dan strategi
pemanfaatan ruang wilayah negara yang dijadikan pedoman dalam penyusunan
RPJP Nasional, RPJM Nasional dan pedoman dalam memanfaatkan ruang serta
mengendalikan pemanfaatan ruang wilayah nasional. Dalam dokumen rencana
tersebut tertera pengembangan sistem jaringan transportasi Nasional meliputi
transportasi darat, laut dan udara. Salah satu upaya pengembangan sistem
jaringan trasnportasi darat adalah dengan mengembangan jalan tol.
Tujuan dibangunannya jalan tol menurut Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional adalah untuk mempercepat perwujudan jaringan jalan bebas hambatan
serta meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana
transportasi, tekelomunikasi, energi dan sumberdaya air yang terpadu dan
merata di seluruh wilayah nasional.
2.4. RPJPD Jawa Timur Tahun 2005-2025
Dalam rangka mewujudkan visi pembangunan Jawa Timur, yakni Pusat
Agrobisnis terkemuka, berdaya daing global dan berkelanjutan menuju Jawa
Timur

Makmur

dan

Berakhlak,

salah

satu

misinya

adalah

dengan

mengembangkan infrastruktur bernilai tambah tinggi. Misi pembangunan
transportasi tersebut diperjelas kembali melalui arahan kebijakan berupa :
“membangun sarana dan transportasi untuk mendukung kegiatan sosial,
ekonomi masyarakat yang dilakukan melalui pendekatan pengembangan
wilayah agar tercapai keseimbangan dan pemerataan pembangunan”
Kebijakan

tersebut

kemudian

dipertajam

lagi

melalui

agenda

pembangunan pada tahap II (tahun 2010-2014) yaitu :
1. Mempertahankan kemantapan jaringan jalan dan jembatan di kawasan
strategis, kawasan Selatan Jawa Timur, kawasan Kaki Jembatan Suramadu
dan di daerah yang terkea bencana
16

2. Peningkatan dan pembangunan jaringan jalan dan jembatan di kawasan
strategis, kawasan Selatan Jawa Timur, kawasan Kaki Jembatan Suramadu
dan di daerah yang terkea bencana
3. Pemelihataan, peningkatan, pembangunan sarana-prasarana transportasi
yang terintegrasi antar dan intermoda di kawasan strategis, kawasan
Selatan Jawa Timur, kawasan Kaki Jembatan Suramadu dan di daerah yang
terkea bencana
2.5. Perda No 3 Tahun 2007 tentang RTRW Kota Surabaya Tahun 2009-2029
Dalam dokumen RTRW Kota Surabaya tahun 2009-2029 disebutkan bahwa
salah satu upaya dalam mwujudkan efektivitas penggunaan poros Utara-Selatan
adalah dengan :
1. Merencanakan Outer dan Middle Ring Road kawasan Barat dan Outer dan
Middle Ring Road kawasan Timur. Ring Road ini akan diintegrasikan
dengan Jalan Utama Jalur Utara antara lain dengan penggal jalan kawasan
Pelabuhan

Tanjung

Perak

ke

Timur

menuju

Bangkalan

dengan

interconnection di Tambak Wedi
2. Mengoptimalkan poros Utara-Selatan untuk mendukung kegiatan fungsi
primer dan mengoptimalkan sistem jaringan jalan Barat-Timur untuk
kegiatan fungsi sekunder.
Sedangkan untuk mengatasi kurang efisiennya fungsi jaringanjalan dan
tidak optimalnya sistem jaringan jalan yang menghubungkan antar kegiatan Kota
Surabaya,

maka

ada

dua

skenario

yang

diusulkan

untuk

mengatasi

kecenderungan yang terjadi :


Skenario I : Dengan asumsi bila jalan Lingkar Timur maupun Barat belum
terealisasikan, maka jl.Demak-jl.Ijenjl.Arjuno-jl.Pasar Kembangjl.Diponegorojl.Wonokromo-jl.A.Yani tetap sebagai Arteri Primer.



Skenario II : Dengan asumsi bila jalan Lingkar Timur maupun Barat sudah
terealisasikan

maka

jl.Demak-jl.Ijenjl.Arjuno-jl.jl.Pasar

Kembang-

17

jl.Diponegorojl.Wonokromo-jl.A.Yani akan berubah fungsi sebagai
jalan Arteri Sekunder.
Berdasarkan kecenderungan yang terjadi serta berdasarkan keppres
no.15/2002 yang membolehkan semua proyek dilanjutkan pembangunannya
(termasuk pembangunan jalan Tol Tengah Kota) maka skenario II menjadi
alternatif pilihan pertama. Dengan asumsi jika skenario II benar-benar terealisasi
diharapkan akan mengurangi kemacetan dan kepadatan lalu lintas serta
memindahkan jenis kendaraan besar (truk, bus antar kota dan sejenisnya) pada
jalur seperti tersebut diatas. Berikut adalah ilustrasi rencana pembangunan Jalan
Tol Tengah Kota menurut RTRW Kota Surabaya tahun 2009-2029.

Gambar 4. Rencana pembangunan Jalan Tol Tengah Kota
Sumber : RTRW Kota Surabaya tahun 2009-2029

18

BAB III
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
3.1. Gambaran Umum Permasalahan
Dalam rencana pembangunan jalan tol tengah Kota Surabaya telah
menimbulkan konflik kepada masyarakat - masyarakat sisi timur rel kereta api
yang merupakan masyarakat yang terdampak langsung akibat desain rute Tol
Tengah Kota Surabaya. Rute pembangunan jalan tol tersebut melewati 35 meter
dari sisi timur rel kereta api. Selain menimbulkan konflik kepada masyarakat sisi
timur rel, proyek pembangunan ini juga menimbulkan konflik berbagai kelompok
kepentingan masyarakat seperti Tim Anti Penggusuran Masyarakat Pinggir Rel
Surabaya (TAP MPRS) dan para cendekiawan atau tokoh masyarakat yang
mungkin jauh dari lokasi proyek tersebut namun juga merasakan dampak negatif
dari pembangunan tersebut. Kelompok kepentingan masyarakat, cendekiawan
atau tokoh masyarakat yang turut memperhatikan dan peduli terhadap kebijakan
pembangunan dapat berubah menjadi sikap, perilaku dan tindakan nyata yang
memperlihatkan adanya kecurigaan, ketidaksetujuan, dan penolakan. Bahkan ada
hal yang ekstrim dapat berupa kekerasan untuk menghalangi hingga
menghentikan proyek yang sedang berlangsung pada waktu itu.
Penolakan dan ketidaksetujuan tersebut akhirnya memicu masyarakat sisi
timur rel kereta api yang tergabung dalam TAP MPRS menyatakan menolak
terhadap pembangunan proyek tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan
pembangunan tol tengah Kota Surabaya tidak terlepas dari upaya resistensi
warga dan konflik di antara berbagai pihak yang terkait. Berbagai cara yang
seringkali dilakukan masyarakat yang ingin memperjuangkan nasibnya ketika
berhadapan dengan investor. Dengan berbagai tingkah laku tersebut,
masyarakat berharap secepatnya memperoleh tanggapan dari pihak yang terkait.
Masyarakat juga berharap tercipta opini publik bahwa mereka layak untuk
diperhitungkan dalam implementasi kebijakan. Masyarakat tersebut melakukan
penolakan terhadap pembangunan jalan tol tengah dilatarbelakangi oleh hal –
19

hal sebagai berikut yang mereka anggap dapat mendatangkan kerugian apabila
pembangunan jalan tol tengah dilaksanakan:
• Tol bukan satu-satunya jalan keluar untuk memperlancar arus distribusi
barang dan jasa serta solusi kemacetan di Kota Surabaya. Masih dapat
dilakukan upaya lain seperti manajemen transportasi untuk memecahkan
permasalahan ini.
• Lokasi pembangunan jalan tol tengah surabaya mengganggu saluran
drainase, jika tetap dilaksanakan maka akan berpotensi menimbulkan banjir
sehingga perlu memperbarui sistem saluran drainase.
• Apabila dibangun tol tengah surabaya yang nantinya berbentuk fly over,
nilai properti yang ada dibawahnya akan turun drastis.
• Dalam rencana, jalan tol dibangun di median jalan sehingga akan
mengurangi prosentase jumlah RTH di sepanjang jalan tersebut dan hal ini
juga bertetangan dengan kebijakan walikota Surabaya yang mengharuskan
adanya 30% RTH di Kota Surabaya.
• Keberadaan tol tengah menuntut dibangunnya pintu keluar - masuk (outin) di beberapa jalan salah satunya berada di pertigaan Giant Margorejo
dan pintu masuk tol di Jagir hingga keluar atau turun di Jalan
Adityawarman. Hal ini berpotensi menimbulkan adanya titik kemacetan
akibat keluarnya kendaraan dari pintu tol.
• Proyek itu akan membutuhkan biaya yang besar untuk proses
pembangunannya sebab dibutuhkan pembebasan lahan sepanjang jalan
yang melewati rel kereta api Jagir hingga Gubeng. Dan biaya – biaya lain
belum termasuk cost social yang harus ditanggung warga, seperti polusi
akibat kendaraan yang lalu lalang melewati tol tersebut.
Penolakan masyarakat terhadap pembangunan jalan tol ini yang diperkuat
dengan alasan yang menyebutkan tentang kerugian yang ditimbulkan akibat
20

pembangunan

akhirnya

melatarbelakangi

Pemerintah

Kota

Surabaya

menghaspuskan proyek pembangunan jalan tol tengah ini dari RTRW Kota
Surabaya. Proyek ini dinilai kurang memiliki urgensitas sebagai proyek yang
harus dikerjakan oleh Kota Surabaya, selain itu proyek ini juga berpotensi
menimbulkan banyak kerugian dibandingkan keuntungan apabila telah
dilaksanakan proses pembangunan.
3.2. Analisis Fish Bone
Fishbone Diagram (diagram tulang ikan) sering juga disebut Cause-andEffect Diagram atau Ishikawa Diagram diperkenalkan oleh Dr. Kaoru Ishikawa,
seorang ahli pengendalian kualitas dari Jepang, sebagai satu dari tujuh alat
kualitas dasar (7 basic quality tools). Diagram fishbone digunakan ketika kita ingin
mengidentifikasi kemungkinan penyebab masalah dan terutama ketika
sebuah team cenderung jatuh berpikir pada rutinitas (Tague, 2005).
Suatu tindakan dan langkah improvement akan lebih mudah dilakukan jika
masalah dan akar penyebab masalah sudah ditemukan. Manfaat fishbone
diagram ini dapat menolong kita untuk menemukan akar penyebab masalah
secara sederhana dan mudah untuk dipahami. Diagram fishbone akan
mengidentifikasi berbagai sebab potensial dari satu efek atau masalah, dan
menganalisis masalah tersebut melalui sesi brainstorming. Masalah akan dipecah
menjadi sejumlah kategori yang berkaitan, mencakup manusia, material, mesin,
prosedur, kebijakan, dan sebagainya. Setiap kategori mempunyai sebab-sebab
yang perlu diuraikan melalui sesi brainstorming.
Dalam penyusunan makalah ini, diagram fishbone ini digunakan untuk
mengidentifikasi akar-akar atau penyebab masalah timbulnya ketidaksamaan isi
atau muatan dari dokumen perencanaan terkait Jalan Tol Tengah Kota yang
seharusnya dibangun di Kota Surabaya yang menjadi salah satu rencana strategis
provinsi Jawa Timur. Berikut adalah diagram fishbone yang telah dirumuskan
oleh penyusun adalah sebagai berikut:
21

Gambar 1. Diagram Fishbone Studi Kasus
Sumber : Hasil Analisis, 2017

Dari diagram fishbone diatas dapat diketahui bahwa penyebab atau
masalah yang menjadi acuan dalam pembuatan analisis ini yaitu terkait dengan
Rencana Pembangunan Jalan Tol Tengah Kota Surabaya. Sedangkan untuk akarakar atau penyebabnya dijelaskan melalui 6 kriteria antara lain : pendanaan,
birokrasi dan kebijakan, sosial, lingkungan dan lain-lain yang terkait dengan
kerjasama dengan swasta.
Dari segi pendanaan diturunkan lagi menjadi bahasan bahwanya dana yang
tersedia saat ini sangat terbatas serta skema pembiayaan yang belum jelas. Jika
harus memotong pagu pembiayaan program lain dikhawatirkan tidak akan efekif
dan hanya menimbulkan permasalahan baru. Hal tersebut disebabkan belum
jelasnya kepentingan dari pembangunan tol tengah kota ini. Sedangkan dari sisi
birokrasi dan kebijakan, meliputi sulitnya persetujuan legislatif atau DPRD karena
DRPD Kota Surabaya dengan sangat jelas menolak pembangunan jalan tol ini,
kemudian juga adanya inkonsistensi dan kurangnya koordinasi rencana
pembangunan di Surabaya dan Jawa Timur, serta perbedaan kepentingan

22

pembangunan jalan tol tengah antara pemerintah provinsi Jawa Timur dan
pemerintah Kota Surabaya.
Kemudian dari sisi eksternal dijabarkan kedalam 3 bahasan meliputi sosial,
lingkungan dan lainnya. Dari segi sosial sudah pasti mengacu pada kondisi
masyarakat terdampak rencana pembangunan tol tengah kota ini, sehingga
nantinya akan memunculkan konflik antara masyarakat dan pemerintah. Dari segi
lingkungan juga lebih mengarah ke efek negatif yang ditimbulkan dari
pembangunan jalan tol tengah ini, seperti penurunan nilai lahan atau properti
yang terletak dibawah jalan tol ini (karena bentuknya fly over/jalan layang).
Kemudian terganggunya sistem drainase karena akan dibangun kaki-kaki jalan
diatas drainse yang sudah ada, sehingga juga dapat menimbulkan banjir bagi
kawasan tersebut. Dibangunnya fly over diatas median jalan juga mengakibatkan
berkurangnya jumlah RTH kota sehingga tidak sesuai dengan misi kepala
daerah/walikota. Dan yang terakhir juga akan menimbulkan titik kemacetan baru,
karena pintu tol direncanakan dilokasi yang padat kendaraan. Kemudian dari segi
lain-lain disini terdapat keterlambatan penerima proyek dalam menyusun
dokumen AMDAL sehingga meyebabkan pemerintah kota ragu akan
pembangunan jalan tol tengah kota ini. Berikut juga perbandingan jika proyek
tetap dijalankan atau memilih untuk dihapuskan dalam dokumen yang perlu
dilakukan revisi muatan :

23

Gambar 2. Komparasi Pelaksanaan Proyek
Sumber : Hasil Analisis, 2017

Dari hasil komparasi positif dan negatif masing-masing keputusan yang
dapat diambil oleh pemerintah, terlihat bahwa dampak negatif jika proyek
pembangunan tetap dilakukan akan lebih besar dibandingkan jika proyek
pembangunan dihapuskan. Begitu juga sebaliknya, dari sisi positif akan lebih
banyak jika memilih proyek dihapuskan dibandingkan jika proyek dilanjutkan.
Sehingga dari sini dapat disimpulkan bahwa akan lebih baik jika proyek
dihapuskan dan dilakukan revisi pada dokumen rencana yang belum sinkron satu
sama lainnya. Terlebih proses perencanaan secara top down sudah tidak sesuai
lagi diterapkan di Indonesia dan akan lebih baik jika dilakukan secara bottom up
yang berawal dari keinginan masyarakat setempat.

24

BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis fishbone dan pertimbangan melalui perbandingan
kelebihan dan kelemahan dilaksanakannya proyek pembangunan Jalan Tol
Tengah Kota Surabaya dapat disimpulkan bahwa pembangunan jalan tol tengah
kota ini tidak layak untuk dilanjutkan. Dari sisi internal Kota Surabaya baik
masyarakat setempat hingga stakeholder menyatakan bahwa kepentingan
pembangunan proyek tersebut masih rendah. Disini juga tidak ditemukan
persamaan persepsi antara pemerintah kota Surabaya dengan pemerintah
provinsi Jawa Timur terkait kepentingan pembangunan jalan tol tengah kota
tersebut. Jika dilihat kembali tujuan awal pembangunan Jalan Tol Tengah Kota
Surabaya adalah untuk memecah kemacetan dan memperlancar jasa distribusi
barang dan jasa di Gerbangkertasusila guna mendukung pertumbuhan ekonomi
di Jawa Timur, strategi yang dirasa lebih sesuai adalah dengan menerapkan
manajemen transportasi yang lebih efektif dan efisien seperti perbaikan dan
peningkatan pelayanan sarana prasarana transportasi umum serta melakukan
rekayasa lalu lintas di beberapa titik kemacetan di jalur yang akan digunakan
dalam distribusi barang dan jasa di Jawa Timur.
4.2. Rekomendasi
Dari pembahasan dan analisis permasalahan yang telah dijabarkan dalam
bab sebelumnya, dirumuskan beberapa rekomendasi yang dapat dilakukan
untuk mengatasi persoalan yang ada sebelumnya. Rekomedasi integrasi
dokumen tata ruang dan dokumen pembangunan secara umum dapat
dijabarkan sebagai berikut:
a) Diperlukan penyusunan pedoman integrasi dokumen perencanaan
tata ruang dan dokumen pembangunan

25

Walaupun

pentingnya

integrasi

dokumen

tata

ruang

dan

pembangunan sudah sering disebutkan, akan tetapi pedoman untuk
integrasi dokumen belum ada. Sehingga perlu disusun pedoman integrasi
muatan/substansi, periodisasi waktu dan nomenklatur dalam upaya
sinkronisasi rencana tata ruang dan rencana pembangunan
b) Dalam mendukung implementasi integrasi tersebut perlu dilakukan
upaya:
 Peningkatan kualitas SDM yang kompeten dalam menangani upaya
sinkronisasi antara rencana tata ruang dan rencana pembangunan
 Penguatan badan koordinasi penataan ruang di daerah dalam upaya
memfasilitasi kegiatan koordinasi antar SKPD terkait, maupun antara
pemerintah pusat dan daerah
Berdasarkan permasalahan di studi kasus dan rekomendasi integrasi
dokumen yang telah dijabarkan, dapat diambil rekomendasi untuk studi
kasus yaitu, adanya koordinasi lebih lanjut anatara pemerintah pusat
(Pemprov Jatim) dengan pemerintah daerah (Pemkot Surabaya) dalam
penyamaan persepsi dan kepentingan yang sesuai dengan keperluan
bersama, dimana ego keduanya harus dikesampingkan sehingga tidak ada
pihak yang merugi. Adanya pedoman integrasi dapat digunakan dalam
upaya menghindari adanya kesalahan ketidaksinkronan dokumen pada
masa yang akan datang, dan sebagai pedoman untuk dilakukannya revisi
dokumen yang sudah salah.
c) Penyelarasan dokumen berupa revisi rencana tata ruang provinsi Jawa
Timur yang menyesuaikan dengan rencana tata ruang Kota Surabaya
Dokumen perencanaan provinsi Jawa Timur harus mengikuti rencana tata
ruang kota Surabaya dikarenakan sistem yang sesuai untuk diterapkan di
era saat ini adalah sistem bottom up bukan top down. Pada dasarnya
masyarakat yang lebih mengerti tentang kebutuhan akan masing-masing
daerah dan hal tersebut dapat mereka aspirasikan melalui musrenbang. Hal
26

tersebut dirasa lebih ideal dalam pengembangan suatu wilayah. Namun hal
tersebut berarti kepala daerah terkait/ walikota Surabaya harus bersedia
untuk membawa kasus tersebut pada pemerintah provinsi untuk dikaji
bersama.

27

DAFTAR PUSTAKA

Aminah, S. (2015). Konflik dan Kontestasi Penataan Ruang Kota Surabaya.
MASYARAKAT Jurnal Sosiologi, 59-79.
Beritajatim.com
Kusumastuti. (2011). Keberadaan Tol Tengah Kota bagi Masyarakat Surabaya ditinjau
dari RTRW Jawa Timur tahun 2009-2029. Seminar Nasional Aplikasi Teknologi
Prasarana Wilayah, (hal. 9-16).
UU No 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
UU No. 54 tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun
2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah
PP No. 26tahun 2008 tentang RTRW Nasional
PP No. 15 tahun 2005 tentang Jalan Tol
RPJPD Jawa Timur tahun 2005-2025
Perda No. 3 tahun 2007 tentang RTRW Kota Surabaya tahun 2009-2029
Sakinah, A. (2015). Studi Deskriptif tentang Model Resolusi Konflik dalam Rencana
Pembangunan Jalan Tol Tengah Kota Surabaya. Jurnal Kebijakan dan Manajemen
Publik, 177-186

28