Studi Komparatif Sistem Ekonomi Islam da

Studi Komparatif
Sistem Ekonomi Islam dan Sistem Ekonomi Lainnya
dalam Pengentasan Kemiskinan
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah:

Filsafat Ekonomi Islam
Dosen Pengampu :
Drs. Syafaruddin, MS

Oleh:
Yuli Afriyandi
10913162
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER STUDI ISLAM
KONSENTRASI EKONOMI ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2012
1

Studi Komparatif
Sistem Ekonomi Islam dan Sistem Ekonomi Lainnya

dalam Pengentasan Kemiskinan
I.

Pendahuluan
Permasalahan kemiskinan di Indonesia masih menjadi isu nasional, karena jika
di lihat dari angka kemiskinan di negeri ini masih menunjukan angka yang sangat
memprihatinkan.

Data

Badan

Pusat

Statistik

(BPS)

per-September


2011

menunjukkan sebanyak 29,89 Juta orang (12,36%) masih dalam kategori miskin.1
Dari data tersebut menunjukkan bahwa pengentasan kemiskinan masih membutuhkan
penanganan yang serius karena pengentasan kemiskinan merupakan kewajiban
Negara dan tertuang dalam Undang-undang 1945 pasal 34 yang menyatakan bahwa
fakir miskin dan anak-anak yang terlantar harus di pelihara oleh Negara.
Kewajiban Negara dalam menjalankan program pengentasan kemiskinan yang
sudah dijalankan belum berdampak signifikan bagi pertumbuhan ekonomi. Hal ini
terkendala pada sistem ekonomi yang menjadi acuan dalam menjalankan strategi
pengentasan kemiskinan tersebut. Secara teori, sistem ekonomi merupakan sebuah
kesatuan hubungan antara rumah tangga konsumsi, rumah tangga produksi dan rumah
tangga pemerintah berdasarkan pada sebuah perencanaan ekonomi skala nasional
untuk menghasilkan suatu produksi yang akan di distribusikan keseluruh keluarga
secara merata dan berkeadilan. Namun pengaplikasian teori tersebut dalam hal
pengentasan kemiskinan kadang menimbulkan persoalan-persoalan akibat dari
ketidaksesuaian sistem ekonomi yang diterapkan.
Persoalan pengentasan kemiskinan membutuhkan semacam sistem ekonomi
yang bersifat inklusif. Tidak hanya sistem yang memihak kepada pemodal (kapital)
seperti sistem kapitalis. Dalam sistem kapitalis, urusan ekonomi diserahkan kepada

individu secara keseluruhan dan peran negara hanya sebagai penjaga keamanan
aktifitas ekonomi. Sistem ini pada umumnya banyak diterapkan di negara-negara
barat sebagai pendukung kapitalisme. Negara penganut sistem ekonomi kapitalis
memposisikan unit-unit produksi sebagai alat untuk memproduksi sarana-sarana
kemewahan hidup dan guna memuaskan keserakahan. Sementara itu, permintaan

1 Badan Pusat Statistik, Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi, Edisi 25 Juni 2012 (Katalog BPS 9199017),
hal. 99.

2

masyarakat miskin yang kian meningkat akan bahan-bahan pokok dan berbagai sarana
untuk mempertahankan hidup terus terbengkalai.2
Saat ini sistem ekonomi kapitalis, boleh dikatakan telah gagal untuk
mensejahterakan umat manusia, barang kali karena sistem ini selalu individualistik,
dan menolak pertimbangan moral yang dikaitkan dengan agama, dan oleh karena itu
gagal memecahkan isu-isu yang berhubungan dengan kesejahteraan umat manusia
yang membutuhkan pertimbangan moral.3 Sifat individualistik dalam sistem ekonomi
kapitalis mendapat kritik tajam oleh Karl Mark yang memandang bahwa sistem
ekonomi kapitalis adalah sistem yang tidak manusiawi. Oleh karena itu Karl Mark

mengusulkan sebuah sistem ekonomi tanpa kelas, tanpa hak milik pribadi, tanpa kasta,
tanpa kerakusan, non diskriminatif dan tidak ada yang menguasai dan tidak ada yang
dikuasai. Kehidupan benar-benar sama untuk semua. Sistem inilah yang menjadi cikal
bakal lahirnya sistem ekonomi sosialis.
Dalam sistem ekonomi sosialis kebebasan individu dalam memanfaatkan
sumber

daya

dibatasi

oleh

Negara.

Sehingga

menimbulkan

permasalahan


kecenderungan terjadinya monopoli yang berdampak pada keterbatasan hak-hak
individu masyarakat. Dengan demikian apabila monopoli Negara ditujukan untuk
mencapai kepuasan kebendaan yang menjadi tujuan utama dan mengesampingkan
nilai-nilai moral, maka sistem ini akan menjadi lebih berbahaya daripada sistem
ekonomi kapitalis.
Sistem ekonomi tidak boleh lepas dari nilai-nilai moral dan etika. Dimensi
moral jika ditanamkan didalam sistem ekonomi atau sistem finansial tentu akan
melahirkan keadilan. Dan ini menjadi sebuah dampak positif dalam permasalahan
pengentasan kemiskinan. Lalu timbul sebuah pertanyaan, sistem ekonomi yang seperti
apa yang mengedepankan aspek dimensi moral dan etika?. Tentu jawabannya adalah
sistem ekonomi Islam.
Sistem ekonomi Islam lahir memiliki berbagai prinsip-prinsip terkait
kebijakan publik yang dapat dijadikan panduan bagi program pengentasan kemiskinan
dan sekaligus penciptaan lapangan kerja. Pertama, Islam mendorong pertumbuhan
ekonomi yang memberi manfaat luas bagi masyarakat (pro-poor growth).
Islam mencapai pro-poor growth melalui dua jalur utama: pelarangan riba dan
2 Muhammad Baqir Ash Shadr, Our Economics, alih bahasa Yudi, Cet. 1 (Jakarta: Zahra, 2008), hal. 450.
3 Asmuni Mth, “Etika Ekonomi Perspektif al-Maqasid”, Jurnal Hukum Bisnis Islam Az-Zarqa’, Vol III (2011),
hal. 182.


3

mendorong kegiatan sektor riil. Pelarangan riba secara efektif akan mengendalikan
inflasi sehingga daya beli masyarakat terjaga dan stabilitas perekonomian tercipta.
Pada saat yang sama, Islam mengarahkan modal pada kegiatan ekonomi produktif
melalui kerjasama ekonomi dan bisnis seperti mudharabah, muzara’ah, dan musaqat.
Dengan demikian, tercipta keselarasan antara sektor riil dan moneter sehingga
pertumbuhan ekonomi dapat berlangsung secara berkesinambungan.
Permasalahan pengentasan kemiskinan yang menjadi fokus penulis dalam
makalah ini adalah mencoba mengkomparasikan ketiga sistem yakni, sistem ekonomi
kapitalis, sosialis dan sistem ekonomi Islam. Makalah ini berangkat dari beberapa
asumsi dasar berikut ini:
1. Kemiskinan mempunyai akar permasalahan yang komplek dan membutuhkan
sebuah sistem ekonomi yang ber-etika dan mampu mengakomodir kebutuhan
masyarakat secara menyeluruh (inklusif).
2. Sistem ekonomi Islam lebih unggul dalam hal pengentasan kemiskinan
dibanding dengan sistem ekonomi kapitalis dan sosialis.
II.


Sistem Ekonomi
Sistem adalah sebagai kebulatan dari sejumlah unsur (nilai ide, orang, benda
dan peristiwa) yang subsitem satu dengan yang lain saling berhubungan dan
berinteraksi untuk mencapai tujuan.4 Dalam kontek ini sistem sebagai kebulatan dari
sejumlah

unsur-unsur

yang

dipakai

oleh

suatu

negara

untuk


mengatur

perekonomiannya dengan tujuan untuk mencapai kesejahteraan rakyatnya. Unsurunsur dalam sistem perekonomian meliputi ideologi, pelaku ekonomi, objek yang
harus diatur dalam kontek ini adalah kekayaan negara, dan peristiwa atau kejadian
yaitu peristiwa-peristiwa transaksi ekonomi seperti perdagangan, pemerataan
pendapatan, pemungutan kontribusi rakyat dan lain sebagainya.
Sistem adalah serangkaian unsur yang saling berhubungan dan berinteraksi,
unsur-unsur tadi tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Sistem yang
dimaksudkan disini adalah sistem ekonomi. Dapat di definisikan bahwa sistem
ekonomi adalah suatu proses yang menyebabkan pendapatan yang berdampak pada
kehidupan masyarakat baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek.

4 Bachtiar Chamsyah dkk., 100 Tahun Muhammad Natsir Berdamai dengan Sejarah, (Jakarta : Republika,
2008), hal. 386.

4

Dari definisi diatas memiliki beberapa sifat penting yaitu; i) suatu proses, yang
merupakan perubahan yang terjadi secara terus menerus, ii) sesuatu yang dapat
merubah tingkat penghidupan masyarakat. Selain itu sistem ekonomi juga dikaitkan

dengan manajemen distribusi kekayaan dalam suatu masyarakat yang cenderung
menyelesaikan permasalahan-permasalahan perekonomian dari beragam kelompok
dengan memungkinkan atau melarang mereka memanfaatkan sarana-sarana produksi
dan kepuasan. Oleh karena itu, sistem ekonomi harus harus mencakup tiga elemen
utama seperti;5
1. Kepemilikan properti, komoditas, dan kekayaan
2. Pemberian kepemilikan
3. Distribusi kekayaan di antara orang-orangnya
Pendapat lain juga menegaskan bahwa sistem ekonomi adalah cara suatu
bangsa atau negara dalam menjalankan perekonomianya. Chester A Bemand
mengatakan bahwa : ”Sistem ekonomi adalah suatu kesatuan yang terpadu yang
secara kolestik yang di dalamnya ada bagian-bagian dan masing-masing bagian itu
memiliki ciri dan batas tersendiri”. Menurut M. Hatta :”Sistem ekonomi yang baik
untuk diterapkan di Indonesia harus berdasarkan atas asas kekeluargaan”.
Elemen dari suatu Sistem Ekonomi mencakup beberapa hal yaitu :
a) Unit-unit ekonomi seperti: rumah tangga, perusahaan, serikat buruh, instansi
pemerintah dan lembaga-lembaga lain yang berkaitan dengan kegiatan
ekonomi.
b) Pelaku-pelaku ekonomi seperti: konsumen, produsen, buruh, invstor dan
pejabat-pejabat yang terkait.

c) Lingkungan Sumber Daya Alam (SDA) Dan Sumber Daya Manusia (SDM),
Sumber Daya Kapital (SDK), Sumber Daya Teknologi (SDT).
Sistem ekonomi dapat berfungsi sebagai :
a) Sarana pendorong untuk melakukan produksi
b) Cara atau metode untuk mengorganisasi kegiatan individu
c) Menciptakan mekanisme tertentu agar distribusi barang dan jasa terlaksana
dengan baik.
Secara umum sistem ekonomi yang banyak memperngaruhi penduduk dunia
pada saat ini adalah sistem ekonomi kapitalis, sistem ekonomi sosialis dan sistem
5 Muhammad Ayub, Undestanding Islamic Finance, alih bahasa Aditya Wisnu Pribadi, (Jakarta: PT. Gramedia,
2009), hal. 15.

5

ekonomi Islam. Ketiga sistem ini yang akan banyak penulis ulas di dalam makalah
serta perkembangan dan dampaknya bagi pengentasan kemiskinan.
A. Sistem Ekonomi Kapitalis
Prinsip dasar sistem ekonomi kapitalis:6
a) Kebebasan memiliki harta secara perseorangan
Setiap negara mengetahui hak kebebasan individu untuk memiliki harta

perseorangan. Setiap individu dapat memiliki, membeli dan menjual hartanya
menurut yang dikehendaki tanpa hambatan. Individu mempunyai kuasa
penuh terhadap hartanya dan bebas menggunakan sumber-sumber ekonomi
menurut cara yang dikehendaki. Setiap individu berhak menikmati manfaat
yang diperoleh dari produksi dan distribusi serta bebas untuk melakukan
pekerjaan.
b) Kebebasan ekonomi dan persaingan bebas
Setiap individu berhak untuk mendirikan, mengorganisasi dan
mengelola perusahaan yang diinginkan. Individu juga berhak terjun dalam
semua bidang perniagaan dan memperoleh sebanyak-banyaknya keuntungan.
Negara tidak boleh campur tangan dalam semua kegiatan ekonomi yang
bertujuan untuk mencari keuntungan, selagi aktivitas yang dilakukan itu sah
dan menurut peraturan negara tersebut.
Berdasarkan prinsip ekonomi dan tuntunannya yaitu persaingan bebas
maka, untuk itu tiap individu dapat menggunakan potensi fisiknya, mental
dan sumber-sumber yang tersedia untuk dimanfaatkan bagi kepentingan
individu tersebut.
c) Ketimpangan ekonomi
Dalam sistem ekonomi kapitalis, modal merupakan sumber produksi
dan sumber kebebasan. Individu-individu yang memiliki modal lebih besar
akan menikmati hak kebebasan yang lebih baik untuk mendapatkan hasil
yang sempurna. Ketidaksamaan kesempatan mewujudkan jurang perbedaan
di antara golongan kaya bertambah kaya dan yang miskin semakin miskin.
Kebaikan - kebaikan sistem ekonomi kapitalis:7
a) Para pendukung sistem ekonomi kapitalis menyatakan bahwa kebebasan
ekonomi sangat bermanfaat untuk masyarakat. Dengan adanya penegasan
6 Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam, alih bahasa Soeroyo, Jilid I (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti
Wakaf, 1995), hal. 2.
7 Ibid., hal. 3.

6

dalam

menetapkan

dasar

hukum

akan

meningkatkan

produktifitas

masyarakat.
b) Persaingan bebas di antara individu akan mewujudkan tahap “produksi” dan
“tingkat

harga”

pada

tingkat

yang

wajar

dan

akan

membantu

mempertahankan penyesuaian yang rasional di antara kedua variabel
tersebut. Persaingan akan mempertahankan tahap keuntungan dan upah pada
tingkat yang sederhana dan rasional.
c) Para ekonomi kapitalis menyatakan bahwa motivasi untuk mendapatkan
keuntungan dan merupakan tujuan yang terbaik, sebanding dengan tujuan
untuk memaksimumkan produksi.
Dengan cara tersebut kualitas dan kuantitas produksi akan diperbaiki, semua
prinsip produksi yang ada akan digunakan untuk mencapai motivasi tersebut,
barang-barang konsumsi akan digunakan dengan kuantitas yang besar.
Kelemahan sistem ekonomi kapitalis:8
a) Persaingan bebas yang tak terbatas mengakibatkan banyak keburukan dalam
masyarakat apabila ia mengganggu kapasitas kerja dan sistem ekonomi.
b) Persaingan bebas mengakibatkan munculnya semangat persaingan di antara
individu-individu untuk kepentingan individu dan kepentingan umum akan
menimbulkan bahaya dan ketidak selarasan dalam masyarakat. Persaingan di
antara kepentingan individu dengan masyarakat secara perlahan merupakan
bagian terpenting dalam masyarakat keseluruhan, di mana hal tersebut sangat
mengganggu sistem ekonomi.
c) Nilai-nilai moral yang tinggi seperti persaudaraan, kerjasama, saling
membantu, kasih sayang dan bermurah hati, tidak lagi berharga dan tidak
dipedulikan lagi dalam masyarakat. Nilai-nilai itu akan digantikan oleh nilainilai seperti sifat mementingkan diri sendiri, pendendam dan permusuhan
pada sesama.
d) Perbedaan yang menyolok antara hak-hak majikan dan pekerja akan
menyebabkan masyarakat terbelah menjadi dua kelompok yang bersaing
yang mempunyai kepentingan-kepentingan saling menjatuhkan antara satu
dengan yang lainnya.
e) Memberikan seluruh manfaat produksi dan distribusi di bawah penguasaan
para ahli, yang mengesampingkan masalah kesejahteraan masyarakat banyak
8 Ibid., hal. 4.

7

dan membatasi mengalirnya kekayaan hanya melalui saluran-saluran yang
sangat sempit.
Ringkasnya semua analisa tadi merupakan akibat dari keinginan yang tak
terbatas terhadap harta benda dan persaingan bebas. Dengan motif dan prinsip
yang didominasi oleh tiga gagasan; perolehan, persaingan dan rasionalitas.9
B. Sistem Ekonomi Sosialis
Prinsip dasar sistem ekonomi sosialis:10
a) Pemilikan harta oleh negara
Seluruh bentuk produksi dan sumber pendapatan menjadi milik negara atau
masyarakat keseluruhan. Hak individu untuk memiliki harta atau
memanfaatkan produksi tidak diperbolehkan.
b) Kesamaan ekonomi
Sistem ekonomi sosialis menyatakan bahwa hak-hak individu dalam suatu
bidang ekonomi ditentukan oleh prinsip kesamaan.
c) Disiplin politik
Untuk mencapai tujuan di atas, keseluruhan negara diletakkan di bawah
peraturan kaum buruh, yang mengambil alih semua aturan produksi dan
distribusi.
Kebaikan-kebaikan sistem ekonomi sosialis:11
a) Setiap warga negara disediakan kebutuhan pokoknya.
b) Setiap individu mendapat pekerjaan dan orang yang lemah serta orang yang
cacat fisik dan mentalnya berada dalam pengawasan negara.
c) Semua pekerjaan dilaksanakan berdasarkan perencanaan yang sempurna di
antara produksi dengan penggunaannya.
d) Semua bentuk produksi dimiliki dan dikelola oleh negara, dan keuntungan
akan digunakan untuk kepentingan masyarakat.
Kelemahan sistem ekonomi sosialis:12
a) Tawar menawar sangat sukar dilakukan oleh individu yang terpaksa
mengorbankan kebebasan pribadinya dan hak terhadap harta milik pribadi
hanya untuk mendapatkan makanan sebanyak dua kali sehari.
9Abdul Mannan, Islamic Economics, Theory and Practice, alih bahasa M. Nastangin, (PT. Dana
Bhakti Wakaf, 1995), hal.311.
10Afzalur Rahman, Doktrin., hal. 6.
11 Ibid., hal. 6.
12 Ibid., hal. 8.

8

b) Sistem tersebut menolak sepenuhnya sifat mementingkan diri sendiri. Secara
tidak langsung sistem ini terikat kepada sistem ekonomi diktator.
c) Dalam sistem ini semua kegiatan diambil alih untuk mencapai tujuan
ekonomi, sementara pendidikan moral individu diabaikan.
d) Sistem ekonomi sosialis mencoba untuk mencapai tujuan melalui laranganlarangan eksternal dan mengesampingkan pendidikan moral dan latihan
individu.
Secara keseluruhan sistem ini mencoba untuk mengubah ketidaksamaan
kekayaan dengan menghapuskan hak kebebasan individu dan hak terhadap
pemilikan yang mengakibatkan hilangnya semangat untuk bekerja lebih giat dan
berkurangnya efisiensi kerja buruh.
Ekonomi sosialis juga cenderung mengurangi resiko dan ketidakpastian yang
terdapat dalam masyarakat kapitalis disebabkan oleh persaingan yang tak
terkekang.13
C. Sistem Ekomi Islam
Prinsip dasar sistem ekonomi Islam:14
a) Kebasan individu
Individu mempunya hak kebebasan sepenuhnya untuk berpendapat atau
membuat seuatu keputusan yang dianggap perlu dalam sebuah negara Islam.
b) Hak terhadap harta
Islam mengakui hak individu untuk memiliki harta. Walaupun begitu ia
memberikan batasan tertentu supaya kebebasan itu tidak merugikan
kepentingan masyarakat umum.
c) Ketidaksamaan ekonomi dalam batas yang wajar
Islam memberikan batas-batas wajar, adil dan tidak berlebihan.
d) Keamanan sosial
Islam tidak menganjurkan kesamaan ekonomi tetapi ia mendukung dan
menggalakkan kesamaan sosial.
e) Jaminan sosial
Setiap individu mempunyai hak untuk hidup dalam sebuah negara Islam dan
dijamin oleh negara.
f) Distribusi kekayaan secara meluas
13 Abdul Mannan, Islamic Economics., hal. 317.
14 Afzalur Rahman, Doktrin., hal. 8.

9

Islam mencegah penumpukan kekayaan pada kelompok kecil tertentu orang
dan menganjurkan distribusi kekayaan pada semua lapisan masyarakat.
g) Larangan menumpuk kekayaan
Sistem ekonomi Islam melarang individu mengumpulkan harta kekayaan
secara berlebihan dan mengambil langkah-langkah yang perlu untuk
mencegah perbuatan yang tidak baik tersebut.
h) Larangan terhadap organisasi anti sosial
Sistem ekonomi Islam melarang semua praktek yang merusak dan antisosial
yang terdapat dalam masyarakat, misalnya berjudi, minum arak, riba,
menumpuk harta, pasar gelap dan sebagainya.
i) Kesejahteraan individu dan masyarakat
Islam mengakui kesejahteraan individu dan kesejahteraan sosial masyarakat
yang saling melengkapi satu dengan yang lain, bukannya saling bersaing dan
bertentangan antar mereka.
Pada prinsipnya di dalam sistem ekonomi Islam memuat nilai-nilai etika dan
norma yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan Tuhan dan sesama
makhluk-Nya. Norma Tuhan tersebut yang termaktub di dalam kitab suci alQur’an mengatur segala aspek di dalam ilmu ekonomi termasuk dalam
permasalahan kemiskinan.
III.

Sistem Ekonomi Dalam Pengentasan Kemiskinan
Tujuan dari sebuah sistem ekonomi pada prinsipnya ditentukan oleh
pandangannya tentang dunia, yang mengetengahkan pertanyaan-pertanyaan tentang
bagaimana alam semesta muncul, makna dari tujuan hidup manusia, prinsip
kepemilikan, dan tujuan manusia memiliki sumber-sumber daya yang ada di
tangannya, serta hubungan antara sebagian manusia dengan sebagian lainnya dan
lingkungan sekitarnya.15
Apabila pandangan hidup hanya untuk mementingkan kepuasan individu
secara maksimum, maka hukum rimba seperti yang disebutkan oleh Chapra, “si kuat
yang menang” tentu akan menjadi perilaku yang paling masuk akal. Dari sinilah
bermula ketimpangan ekonomi di tengah masyarakat. Si kaya hanya sibuk dengan
kekayaannya, sementara si miskin hanya bisa mengais sisa. Ketimpangan-

15 M. Umer Chapra, Islam dan Pembangunan Ekonomi, alih bahasa Ikhwan Abidin Basri, (Jakarta: Gema
Insani Press, 2000), hal. 4.

10

ketimpangan inilah yang menjadi pokok dari permasalahan kemiskinan yang penulis
bahas pada bagian selanjutnya.
A. Kemiskinan dan Permasalahannya
Kemiskinan adalah keadaan ketidak terjaminnya pendapatan, kurangnya
kualitas kebutuhan dasar, ketidak mampuan memelihara kesehatan dengan baik,
ketergantungan dan ketiadaan bantuan, adanya prilaku anti sosial, kurangnya
jaringan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik, kurang infrastuktur dan
keterpencilan, serta ketidakmampuan dan terpisah.16
Pada dasarnya kemiskinan adalah sebuah keadaan kekurangan baik material,
jaminan sosial, pemenuhan kebutuhan hidup, kesehatan, dan akses untuk
memperbaiki kehidupan. Maka dengan itu upaya untuk mengentaskan
kemiskinan harus berfokus pada beberapa bidang antara lain pemenuhan
kebutuhan fakir miskin seperti pemenuhan sandang, pangan dan papan,
pemenuhan akses kesehatan dan akses perbaikan kualtias hidup seperti beasiswa
pendidikan, pelatihan kerja atau usaha,dan peminjaman modal usaha.17
Di Indonesia kemiskinan masih menjadi permasalahan nasional, karena masih
tingginya angka kemiskinan yakni per-September 2012 sebesar 29,89 juta
orang.18 Jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh garis kemiskinan,
karena penduduk miskin adalah penduduk yang rata-rata memiliki pengeluaran
per-kapita per bulan di bawah garis kemiskinan.
Permasalahan kemiskinan bukan hanya sekedar berapa jumlah dan persentase
penduduk miskin. Dimensi lain yang harus diperhatikan adalah tingkat kedalaman
dan keparahan dari kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah
penduduk miskin, kebijakan kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi
tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan.19
Kebijakan dalam pengentasan kemiskinan memerlukan sebuah sistem
ekonomi yang handal agar bisa tepat sasaran. Banyak sistem ekonomi yang
diterapkan di sebuah negara namun tidak berimbas pada pertumbuhan ekonomi

16 Randy dkk., Manajemen Pemberdayaan, Sebuah Pengantar dan Panduan untuk Pemberdayaan
Masyarakat, (Jakarta : PT Elex Media Komputindo, 1997), hal.6.
17 Aris Amrullah, “Komparasi Sistem Ekonomi Islam dan Sistem Ekonomi Lainnya dalam Pengentasan
Kemiskinan”, dikutip dari http://fossei.org/index.php/articles/komparasi-sistem-ekonomi-islam/accessed 15 Juni
2012.
18 Badan Pusat Statistik, Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi, Edisi 25 Juni 2012 (Katalog BPS 9199017),
hal. 99.
19 Ibid., hal. 101.

11

yang inklusif. Pertumbuhan ekonomi mengalami ketimpangan dan akhirnya
kemiskinan tetap menjadi milik kaum urban.
Program pengentasan kemiskinan memerlukan sebuah sistem ekonomi yang
inklusif dan bisa menyentuh semua golongan. Sebuah sistem yang dapat
memberikan nilai-nilai pemerataan kesejahteraan. Tidak seperti yang disinyalir
oleh kalangan yang kontra kapitalisme. Mereka memandang bahwa kapitalisme
membawa dampak negatif yang besar, meningkatkan kemiskinan, merusak
budaya

lokal,

membentuk

manusia

konsumeris,

dan

menutup

akses

berkembangnya negara-negara dunia ketiga. Meningkatnya kemiskinan pada
negara dunia ketiga menimbulkan banyak pengangguran, terjadinya ketimpangan
ekonomi antara orang kaya dengan miskin. Kapitalisme membuat negara miskin
semakin miskin karena terbelit utang IMF. Pada akhirnya, kapitalisme membuat
negara miskin dan berkembang sulit bersaing dengan negara maju lainnya. Di
kalangan kontra kapitalisme, menganggap kapitalisme turut bertanggung jawab
atas tidak stabilnya harga uang dunia, ketika ada aksi jual saham di Amerika
Serikat, Indonesia pun mengalami gejolak serupa. Hal ini terjadi karena
kapitalisme mengangap bahwa capital (modal) menjadi hal yang paling utama,
ketika sebuah negara memiliki modal, maka dia mampu berkuasa dan lepas dari
jerat kemiskinan.
Di dalam Islam kemiskinan sepenuhnya adalah masalah struktural karena
Allah telah menjamin rizki setiap makhluk yang telah, sedang, dan akan
diciptakannya (QS 30:40; QS 11:6) dan pada saat yang sama Islam telah menutup
peluang bagi kemiskinan kultural dengan memberi kewajiban mencari nafkah
bagi setiap individu (QS 67:15). Setiap makhluk memiliki rizki-nya masingmasing (QS 29:60) dan mereka tidak akan kelaparan (QS 20: 118-119).
Dalam perspektif Islam, kemiskinan timbul karena berbagai sebab struktural.
Pertama, kemiskinan timbul karena kejahatan manusia terhadap alam (QS 30:41)
sehingga manusia itu sendiri yang kemudian merasakan dampak-nya (QS 42:30).
Kedua, kemiskinan timbul karena ketidakpedulian dan kebakhilan kelompok kaya
(QS 3: 180, QS 70:18) sehingga si miskin tidak mampu keluar dari lingkaran
kemiskinan. Ketiga, kemiskinan timbul karena sebagian manusia bersikap dzalim,
eksploitatif, dan menindas kepada sebagian manusia yang lain, seperti memakan
harta orang lain dengan jalan yang batil (QS 9:34), memakan harta anak yatim
(QS 4: 2, 6, 10), dan memakan harta riba (QS 2:275). Keempat, kemiskinan
12

timbul karena konsentrasi kekuatan politik, birokrasi, dan ekonomi di satu tangan.
Hal ini tergambar dalam kisah Fir’aun, Haman, dan Qarun yang bersekutu dalam
menindas rakyat Mesir di masa hidup Nabi Musa (QS 28:1-88). Kelima,
kemiskinan timbul karena gejolak eksternal seperti bencana alam atau peperangan
sehingga negeri yang semula kaya berubah menjadi miskin. Bencana alam yang
memiskinkan ini seperti yang menimpa kaum Saba (QS 34: 14-15) atau
peperangan yang menciptakan para pengungsi miskin yang terusir dari negeri-nya
(QS 59:8-9).
B. Pengentasan Kemiskinan dalam Sistem Ekonomi Islam, Sistem Ekonomi
Kapitalis dan Sosialis.
Kemiskinan pada dasarnya merupakan salah satu bentuk problem yang
muncul dalam kehidupan masyarakat, khususnya masyarakat di Negara-negara
berkembang masalah kemiskinan ini menuntut adanya upaya pemecahan masalah
secara berencana, terintegrasi dan menyeluruh dalam waktu yang singkat, upaya
pemecahan kemiskinan tersebut sebagai upaya untuk mempercepat proses
pembangunan yang selama ini sedang di lakukan.
Permasalahan dalam menerapkan sistem ekonomi dalam pengentasan
kemiskinan memang membutuhkan sebuah kajian yang mendalam. Karena sistem
ekonomi pada dasarnya sudah memuat teori bagaimana kemiskinan bisa ditarik
akar permasalahannya dan dapat dipetakan ruang lingkup penyelesainnya. Hingga
saat ini sistem yang masih dianggap oleh sebagian besar negara-negara di dunia
sebagai sistem pemecahan masalah ekonomi adalah sistem kapitalisme. Tetapi
seiring dengan berjalannya waktu sistem kapitalis yang dianggap sebagai solusi
tunggal ini membawa kesengsaraan bagi banyak rakyat indonesia. Kesengsaraan
di indonesia akibat sistem ekonomi kapitalis terjadi tahun 1998 di tandai oleh
krisis moneter yang dikarenakan hutang luar negeri indonesia yang mencapai
jutaan dollar serta merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dollar. Masalah
pertukaran mata uang menjadi kendala dalam sistem ini karena nilai mata uang
negara-negara di dunia berbeda nilainya, makin makmur negara tersebut maka
makin mahal pula nilai uangnya, dalam sistem kapitalis standar uang di tetapkan
atas mata uang negara yang menjadi bapak sistem ini yaitu Dollar Amerika
serikat (U$), oleh karena itu nilai-nilai mata uang lainnya sangat tergantung pada
dollar, jika dollar merosot nilainya maka mata uang lainnya pun akan mengikuti.
Contoh kasus lagi krisis keuangan global tahun 2008 yang di mulai oleh krisis
13

keuangan bapak kapitalis (AS) yang disebabkan oleh kredit macet atas
perumahaan, krisis ini membawa kehancuran ekonomi Amerika Serikat , bukan
hanya itu tetapi negara-negara penganut sistem ekonomi kapitalis pun mengalami
gejolak ekonomi mengikuti bapak ekonomi mereka.20
Krisis keuangan yang menimpa negara AS mengguncang perekonomian
global.

Perusahaan-perusahaan

besar

banyak

yang

ambruk,

bank-bank

internasional dan pemerintahan di berbagai negara mengucurkan dana dalam
jumlah besar ke pasar uang untuk meredakan guncangan krisis. Sementara ribuan
orang kini terancam jadi pengangguran karena banyak perusahaan besar terancam
tutup. Krisis inipun dirasakan di indonesia banyaknya perusahaan yang gulung
tikar, ribuan karyawan mengalami pemutusan hubungan kerja, ribuan usaha kecil
mikro mengalami kelesuan dan jutaan kemiskinanpun tidak bisa di elakan lagi.
Dengan ini membuktikan bahwa kedua sistem ekonomi konvensional dunia
yaitu sistem ekonomi kapitalis dan sosialis tidak bisa mengentaskan kemiskinan
bahkan bagai bola salju yang terus menggelinding semakin lama semain besar,
bola ini terus saja menggelinding dari awalnya membawa ribuan orang miskin,
berjalan membawa ratusan ribu, terus menggelinding lagi membawa jutaan orang
miskin sampai akhirnya membawa milyaran orang miskin yang biasanya di tandai
oleh krisis maut. Anehnya setelah krisis maut negara-negara maju hanya
mengamati, meniru dan memodifikasi (ATM) dari sistem yang jelas-jelas gagal
selanjutnya hasil dari ATM munculah sistem ekonomi Neo-liberal buah ATM dari
sistem ekonomi kapitalis / liberalis, sistem ekonomi kerakyatan buah ATM dari
sistem ekonomi Sosialis, dan sistem ekonomi campuran atau buah ATM dari
penggabungan sistem ekonomi sosialis dan kapitalis. Sistem-sistem hasil ATM
(Amati, Tiru dan Modifikasi) ini ternyata belum mampu mengentaskan
kemiskinan, serta menyangkat kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu perlu adanya
sistem yang lebih canggih, dari sumber yang jelas, dan telah terbukti dapat
mengentaskan kemiskinan dan menyangkat kesejahteraan rakyat, sistem tersebut
adalah sistem ekonomi Islam.
Dalam teori Islam mengizinkan individu memiliki hak-hak khusus atas
sumber-sumber alam dalam batas-batas yang telah digariskan oleh teori umum
distribusi praproduksi. Penentuan teoritis hak-hak ini dalam teori Islam berbeda
20 Aris Amrullah, “Komparasi Sistem.,

14

dari penentuannya dalam teori kapitalis dan Marxis. Dalam doktrin kapitalisme,
setiap orang diizinkan memiliki seluruh jenis sumber alam atas dasar prinsip
kebebasan ekonomi. Individu dapat memandang setiap kekayaan yang Ia kuasai
sebagai miliknya, kecuali bila hal itu mencederai kebebebasan kepimilikan orang
lain.21
Seperti di dalam konsep Islam memiliki berbagai prinsip-prinsip terkait
kebijakan publik yang dapat dijadikan panduan bagi program pengentasan
kemiskinan dan sekaligus penciptaan lapangan kerja.22 Pertama, Islam mendorong
pertumbuhan ekonomi yang memberi manfaat luas bagi masyarakat (pro-poor
growth).
Islam mencapai pro-poor growth melalui dua jalur utama: pelarangan riba dan
mendorong

kegiatan

sektor

riil.

Pelarangan

riba

secara

efektif

akan

mengendalikan inflasi sehingga daya beli masyarakat terjaga dan stabilitas
perekonomian tercipta. Pada saat yang sama, Islam mengarahkan modal pada
kegiatan ekonomi produktif melalui kerjasama ekonomi dan bisnis seperti
mudharabah, muzara’ah, dan musaqat. Dengan demikian, tercipta keselarasan
antara sektor riil dan moneter sehingga pertumbuhan ekonomi dapat berlangsung
secara berkesinambungan.
Kedua, Islam mendorong penciptaan anggaran negara yang memihak kepada
kepentingan rakyat banyak (pro-poor budgeting). Dalam sejarah Islam, terdapat
tiga prinsip utama dalam mencapai pro-poor budgeting yaitu: disiplin fiskal yang
ketat, tata kelola pemerintahan yang baik, dan penggunaan anggaran negara
sepenuhnya untuk kepentingan publik.
Tidak pernah terjadi defisit anggaran dalam pemerintahan Islam walau tekanan
pengeluaran sangat tinggi, kecuali sekali pada masa pemerintahan Nabi
Muhammad karena perang. Yang lebih banyak didorong adalah efisiensi dan
penghematan anggaran melalui good governance. Di dalam Islam, anggaran
negara adalah harta publik sehingga anggaran menjadi sangat responsif terhadap
kepentingan orang miskin, seperti menyediakan makanan, membayar biaya
penguburan dan utang, memberi pinjaman tanpa bunga untuk tujuan komersial,
dan beasiswa bagi yang belajar agama.

21 Muhammad Baqir Ash Shadr, Our Economics., hal. 285.
22 Yusuf Wibisono, “Cara Islam Mengatasi Kemiskinan”. Dalam Republika, 21 April 2011. Jakarta.

15

Ketiga, Islam mendorong pembangunan infrastruktur yang memberi manfaat
luas bagi masyarakat (pro-poor infrastructure). Islam mendorong pembangunan
infrastruktur yang memiliki dampak eksternalitas positif dalam rangka
meningkatkan kapasitas dan efisiensi perekonomian. Nabi Muhammad SAW
membagikan tanah di Madinah kepada masyarakat untuk membangun
perumahan, mendirikan pemandian umum d sudut kota, membangun pasar,
memperluas jaringan jalan, dan memperhatikan jasa pos. Khalifah Umar bin
Khattab membangun kota Kufah dan Basrah dengan memberi perhatian besar
pada infrastruktur dan tata ruang kota. Beliau juga memerintahkan Gubernur
Mesir, Amr bin Ash, untuk mempergunakan sepertiga penerimaan Mesir untuk
pembangunan jembatan, kanal, dan jaringan air bersih.
Keempat, Islam mendorong penyediaan pelayanan publik dasar yang berpihak
pada masyarakat luas (pro-poor public services). Terdapat tiga bidang pelayanan
publik yang mendapat perhatian Islam secara serius: birokrasi, pendidikan, dan
kesehatan.
Di dalam Islam, birokrasi adalah amanah untuk melayani publik, bukan untuk
kepentingan diri sendiri atau golongan. Khalifah Usman tidak mengambil gaji
dari kantor-nya. Khalifah Ali membersihkan birokrasi dengan memecat pejabatpejabat pubik yang korup. Selain itu, Islam juga mendorong pembangunan
pendidikan dan kesehatan sebagai sumber produktivitas untuk pertumbuhan
ekonomi jangka panjang. Nabi Muhammad SAW meminta tebusan bagi tawanan
perang dengan mengajarkan baca tulis kepada masyarakat. Nabi Muhammad juga
menyuruh masyarakat berperilaku hidup bersih dan memerintahkan agar orang
sakit dikarantina hingga sembuh untuk mencegah penyebaran penyakit.
Kelima, Islam mendorong kebijakan pemerataan dan distribusi pendapatan
yang memihak rakyat miskin (pro-poor income distribution). Terdapat tiga
instrument utama dalam Islam terkait distribusi pendapatan yaitu aturan
kepemilikan tanah, penerapan zakat, serta menganjurkan qardul hasan, infak, dan
wakaf. Islam mengatur bagi setiap orang yang menghidupkan tanah mati, maka
tanah itu menjadi milik-nya. Dan bagi siapa saja yang menelantarkan tanahnya,
maka negara berhak mengambilnya untuk kemudian memberikan kepada orang
lain yang siap mengolah-nya. Dengan penerapan zakat, maka tidak akan ada
konsentrasi harta pada sekelompok masyarakat. Zakat juga memastikan bahwa
setiap orang akan mendapat jaminan hidup minimum sehingga memiliki peluang
16

untuk keluar dari kemiskinan. Lebih jauh lagi, untuk memastikan bahwa harta
tidak hanya beredar di kalangan orang kaya saja, Islam juga sangat mendorong
orang kaya untuk memberikan qard, infak, dan wakaf.
Demikianlah Islam mendorong pengentasan kemiskinan melalui pemenuhan
kebutuhan dasar masyarakat, fokus pada pengembangan sektor riil, dan
pemerataan hasil-hasil pembangunan. Dan tentunya di dalam menanggulangi kita
tidak bisa menurunkan kemiskinan dengan serta merta. Kita menurunkan
kemiskinan dengan cara step by step. Dan jika kita lihat, salah satu tujuan dari
Millenium Development Goals yaitu mengurangi angka kemiskinan pada tahun
2015, maka kita bisa mengharapkan, melakukannya, dan mencapainya.23
IV.

Kesimpulan
Permasalahan kemiskinan merupakan masalah yang sangat serius dihadapi
oleh berbagai Negara tidak terkecuali Indonesia. Akar penyebab dari kemiskinan
adalah penerapan sistem ekonomi yang salah dan tidak berimbas baik bagi
masyarakat. Sistem ekonomi tersebut adalah sistem ekonomi yang tidak bisa
mengakomodir kebutuhan secata inklusif dan hanya dimanfaatkan oleh sekelompok
orang. Selain itu tata kelola yang mengenyampingkan norma dan etika berimbas pada
sebuah aktifitas ekonomi yang hanya mementingkan kepuasan dengan motif mencari
keutungan semaksimal mungkin seperti yang dipraktekkan oleh sistem ekonomi
kapitalis.
Persoalan etika inilah yang menjadi fokus dari sebuah sistem Rabbani/
ekonomi Islam. Dalam realitasnya terbukti sistem ekonomi Islam lebih unggul
dibandingkan dengan kapitalis dan sosialis dalam fokus pengentasan kemiskinan.
Yang menjadi keunggulan dari sistem ekonomi Islam adalah pelarangan riba yang
terbukti membawa dampak buruk bagi kesejahteraan masyarakat. Pelarangan riba di
dalam sistem ekonomi Islam digantikan dengan sistem yang lebih adil yakni sistem
bagi hasil. Tujuan dari pelarangan riba secara efektif akan mengendalikan inflasi
sehingga daya beli masyarakat terjaga dan stabilitas perekonomian tercipta. Selain itu
yang menjadi fokus dalam sistem ekonomi Islam ini adalah keberpihakan pada sektor
riil. Islam mengarahkan modal pada kegiatan ekonomi produktif melalui kerjasama
ekonomi dan bisnis seperti mudharabah, muzara’ah, dan musaqat. Dengan demikian,

23 Sambutan Ir. Abu Rizal Bakrie (Menko Kesra RI 2004-2009) pada seminar ISLAM, GOOD
GOVERNANCE, DAN PENGENTASAN KEMISKINAN Kebijakan Pemerintah, Kiprah Kelompok Islam, dan
Potret Gerakan Inisiatif di Tingkat Lokal. Jakarta, 26 Agustus 2007.

17

tercipta keselarasan antara sektor riil dan moneter sehingga pertumbuhan ekonomi
dapat berlangsung secara berkesinambungan.
V.

Daftar Pustaka
Ash Shadr, M. Baqir, 2008. Our Economics. Jakarta: Zahra
Asmuni, 2011. “Etika Ekonomi Perspektif al- Maqasid”. Dalam Az-Zarqa’ III (2):
182-212. Yogyakarta
Ayub, Muhammad, 2007. Understanding Islamic Finance. Jakarta: PT. Gramedia
Chapra, M. Umer, 2000. Islam dan Pembangunan Ekonomi. Jakarta: Gema Insani
Press
----------, 2000. Sistem Moneter Islam. Jakarta: Gema Insani Press
----------, 2001. The Future of Economic: An Islamic Perspective. Jakarta: Gema
Insani Press
Habibie, B.J, dkk. 1995. “Liberalisasi Ekonomi, Pemerataan dan Kemiskinan”. Dalam
Loekman Soetrisno dan Faraz Umaya (Ed.). Yogyakarta: PT. Tiara
Wacana Yogya.
Iqbal, Zamir dan Abbas Mirakhor, 2007. An Introduction to Islamic Finance, Theory
and Practice. Singapore: Saik Wah Press
Mannan, M. Abdul, 1995. Teori dan Praktek Ekonomi Islam. Yogyakarta: PT. Dana
Bhakti Wakaf
Rahman, Afzalur, 1995. Doktrin Ekonomi Islam. Jilid 1. Yogyakarta: PT. Dana
Bhakti Wakaf
Warde, Ibrahim, 2000. Islamic Finance in the Global Economy. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
www.bps.go.id
www.republika.co.id
www.fossei.org

18