Kebijakan Pemerintah Indonesia Untuk Men

Kebijakan Pemerintah Indonesia Untuk Menarik Minat Investasi Asing
(FDI)
Gagasan mengenai investasi berawal dari sejarah perdagangan internasional yang muncul
pasca perang dunia II sebagai produk dari persaingan ideologi liberal yang bersaing dengan
merkantilisme.. Awal tahun 1970-an , sistem perdagangan leih banyak didominasi oleh gagasan liberal
yang diajukan oleh Amerika. Kemudian pada periode pertengahan 1970an sampai awal 1980an, yaitu
masa kritis Amerika, gagasan reformis dan neomerkantilisme muncul mendominasi arena ekkonomi
politik internasional. Kemudian Pada pertengahan 1980an sampai awal 1994 dimana perdagangan
dunia giat kembali ideologi liberal berhasil muncul kembali membendung kecenderungan
merkantilisme.[1] Gagasan mengenai Liberalisasi ekonomi yang terbuka diperkenalkan oleh ahli
ekonomi neoklasik David Ricardo dan adam smith dengan teori “keunggulan komparatif “.
Dilaksankannya prinsip keunggulan komparatif memastikan sebuah negara pada akhirnya akan
meraih efisiensi ekonomi dan kesejahteraan yang lebih besar lewat partisipasi perdagangan luar
negeri, bukannya lewat proteksi perdagangan.[2] FDI merupakan salah satu bentuk investasi yang
terjadi dizaman liberal ini.
Penanaman Modal Asing langsung (Foreign direct investment- FDI) merupakan salah satu
faktor utama pendorong perekonomian negara. Selain manfaat yang langsung dapat dirasakan seperti
pembukaan lapangan kerja baru, transfer teknologi, peningkatan ekspor dan pendapatan pemerintah,
FDI juga memberikan sinyal positif di lingkungan usaha yang akan memicu investor untuk
berinvestasi lebih besar. Indonesia memerlukan pendanaan dalam jumlah besar untuk menggerakkan
roda perekonomian dalam negeri sehingga kesejahteraan penduduknya dapat meningkat. Baik sektor

publik maupun swasta di Indonesia dituntut untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif
sehingga dapat bersaing dengan negara lain dalam menarik dana dari luar negeri.
Dalam dekade terakhir ini Persoalan yang terjadi ialah investasi asing enggan menanamkan
modalnya di Indonesia? sehingga diperlukan dibahas mengenai kebijakan yang dikeluarkan oleh
pemerintah Indonesia dalam mendatangkan investasi asing atau yang disebut FDI.
FDI enggan menanamkan modalnya di Indonesia disebabkan karena ketidakstabilan kondisi
ekonomi dan politik yang terjadi di Indonesia sekarang ini sebagaimana rentetan kejadian yang terjadi
seperti demonstrasi masyarakat yang tiada henti-hentinya dalam menanggapi setiap ketimpangan yang
terjadi di Indonesia dan kadang menjurus ke arah anarkisme, rentetan pengeboman yang melanda
Indonesia dari ingatan penulis bom Bali, bom hotel marriot, bom dimuka gedung kedutaan Amerika
dan ketidakstabilan ekonomi dinegara kita.
Ada beberapa pilihan kebijakan yang dapat dilakukan oleh pemerintah kita pada saat ini yaitu:
yang pertama, teori intervensionis berasal dari efisiensi Institusi, khususnya peran negara (state).
Hakikat kebijakan ekonomi adalah intervensi negara secara cermat dan tersedianya mekanisme
sehingga mendorong pertumbuhan dan investasi yang cepat. Dalam artian diperlukan kapabilitas
negara melakukan intervensi secara efektif melalui instrumen kebijakan untuk mendukung
pembagunan ekonomi.[3] Penanaman modal asing ataupun modal dalam negeri tidak dibiarkan lepas
begitu saja tanpa adanya intervensi dari negara bersama dengan perusahaan dalam menentukan arah
kebijakan dan pasar konsumen yang dituju. Contoh kasus pada korea selatan yang keuntungannya
diperoleh oleh negara dan juga dinikmati oleh masyarakat dan FDI melalui pertumbuhan ekonomi

yang cukup fantastis. Lemahnya peran FDI dan perusahaan-perusahaan multinasional diKorea Selatan
banyak dipengaruhi oleh semangat nasionalisme dinegara tersebut. Bahkan hongkong yang hampir
sama sekali menyandarkan diri pada pasar bebas pun, dalam kenyataanya negara tetap memegang
posisi penting keuntungannya yang ditunjukan oleh pemerintah hongkong melalui belanja progresif
pemerintah. Yang Kedua,[4] mensinergikan peran dari rakyat, industri atau perusahaan lokal,
penanam modal asing dan negara. Dengan cara meberdayakan masyarakat dengan industri komoditi

dibidang pertanian dan perkebunan dengan cara penyuluhan cara bertanam yang baik untuk
memperoleh bibit unggul dibidang-bidang tersebut, kemudian negara menghargai masyrakat tadi
dengan pemberian insentif ataupun upah terhadap pekerjaannnya, disamping negara dan perusahaan
lokal mencari penanam modal asing untuk menanamkan modalnya terhadap hasil pertanian,
perdagangan, dan perkebunan tadi dan juga melalui bantuan networking dari negara. Keuntungan
hasil yang diperoleh akan terbagi tapi cenderung akan lebih menguntungkan negara dan masyarakat
pada daerah tersebut. Namun diperlukan perbaikan iklim yang kondusif terhadap investasi asing
dalam negara merupakan faktor yang sangat menopang.
Ketiga, penulis melihat keberhasilan ekonomi negara singapura dimana antara tahun 19601999, pertumbuhan riil mencapai 8%.[5] Ada tiga hal yang menentukan keberhasilan ekonomi negara
singapura, yaitu:[6] pertama pengadopsian pendekatan ekonomi terbuka dengan mendorong FDI
mendukung rejim perdagangan bebas, dan mempromosikan industri berorientasi ekspor. Kedua,
menciptakan lingkungan yang kondusif untuk pertumbuhan perusahaan-perusahaan swasta dengan
mempertahankan kebijakan ekonomi makro yang stabil, menjaga pemerintahan yang bersih dan jujur

yang menyediakan jasa yang efisien dan mempertahankan transparansi, kerangka aturan yang
probisnis, mempertahankan harmoni industri buruh melalui kerjasama anatar negara, gerakan buruh
dan pemimpin-pemimpin industri. Ketiga, berinvestasi dengan gencar disektor infrastruktur publik
dan pengembangan sumber daya manusia dan memastikan pencapaian standar kualitas yang tinggi di
kedua bidang.
Dalam prakteknya sekarang ini dalam menarik FDI menanamkan modalnya kebijakan dilakukan
sangat-sangatliberal dan memberikan semuanya kepada mekanisme pasar seperti:
1.Pemerintah Indonesia mengadakan Internasional Infrastructure Summit pada tanggal 17
Janauari 2005 dan Bumn Summit pada tanggal 25-26 Januari 2005. Infrastructure summit
menghasilkan keputusan eksplisit bahwa seluruh proyek infrastuktur dibuka bagi investor asing untuk
mendapatkan keuntungan, tanpa perkecualian. Pemerintah juga menyatakan dengan jelas bahwa tidak
akan ada perbedaan perlakuan terhadap bisnis Indonesia ataupun bisnis asing yang beroperasi di
Indonesia. Penjelasan lebih lanjut BUMN akan dijual pada sektor privat.[7]
2.Pemerintah mengeluarkan undang-undang nomor 25 tahun 2007 tentang penanaman modal
yang antara lain memuat mengenai: Jangka waktu yang lebih lama pada hak guna tanah: dalam
Undang-Undang yang baru, maksimum hak guna untuk pengolahan tanah, hak guna bangunan dan
penggunaan tanah diperpanjang, dari 35, 30 dan 25 menjadi 95, 80, dan 75 tahun, Ketentuan
perlakuan secara nasional: Undang-Undang tersebut memberikan dasar yang merata untuk perlakuan
yang sama antara penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing, [8]
Melihat kebijakan yang dilakukan oleh negara kita konsepnya menyerahkan semua kepada

mekanisme pasar seperti konsep yang diterapkan oleh negara Singapura. Namun hasilnya yaitu negara
kita tidak dapat menarik banyak investasi asing ke negara kita. “Indonesia hanya berada pada posisi
135 sebagai negara yang menjadi tujuan investor dunia dari 175 negara yang disurvei,”[9].
Hal itu disebabkan karenaketidak tegasan pemerintah dalam menentukan arah investasi
perdagangan di Indonesiasepertisekarang ini. Sistem yang sangat liberal ternyata tidak juga
mendatangkan investasi asing yang besar. Kebijakan penanaman modal asing yang sangat liberal
inicenderung menyerahkan semua kepada pasarsehingga apabila terjadi persaingan akibat dari
globalisasi misalnya perusahaan modal asingyang telah mengadakan kontrak kerjasama dengan pihak
Indonesia mendapat saingan yang kuat dari perusahaan lain untuk mencapai penjualan terhadap
konsumen dipasar global tentu akan membutuhkan bantuan dari pemerintah dalam menjalin
networking dengan konsumen dinegara lain jadi tidak bisa dibiarkan begitu saja tanpa koridor yang
jelas.singkatnya sistem investasi dan perdagangan indonesia yang sangat liberal tidak bisa menjamin
penanaman modal asing di indonesia akan merasa aman menanamkan modalnya. Selain itu

berdasarkan data mengenai perlidungan bisnis di Indonesia yang dikeluarkan dari World Economic
Forum (2007) yang berpusat di Geneva (Swiss) untuk The Global Competitiveness Report 2007-2008
menunjukkan bahwa dari 131 negara yang masuk dalam sampel penelitiannya, Indonesia berada pada
peringkat ke 93 untuk pertanyaan apakah pengusaha (responden) bisa mengandalkan pelayanan dari
polisi untuk melindungi usahanya dari kriminalitas (Tabel 1).[10] Mungkin ketidakstabilan politik di
suatu negara tidak terlalu masalah bagi pengusaha tentu (selama tidak sampai menimbulkan perang

saudara), tetapi gangguan kriminalitas dan hukum yang tidak pasti yang melindungi hak-hak dari
pelaku bisnis dalam berbagai transaksi termasuk jual beli tanah dan sengketa bisnis tentu sangat
mengganggu atau menakutkan seorang calon investor untuk menanam modalnya di negara tersebut.
Sumber
http://googleweblight.com/?lite_url=http://roymeo.blogspot.com/2008/11/kebijakanpemerintah-indonesia-untuk.html?m%3D1&ei=z43K3-mp&lc=idID&s=1&m=433&host=www.google.co.id&ts=1513782713&sig=AOyes_ReSXwG-LLWs-O8R0_7tIA7DaS7Q&lite_refresh=1513785609555

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Identifikasi Jenis Kayu Yang Dimanfaatkan Untuk Pembuatan Perahu Tradisional Nelayan Muncar Kabupaten Banyuwangi dan Pemanfaatanya Sebagai Buku Nonteks.

26 327 121

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Dinamika Perjuangan Pelajar Islam Indonesia di Era Orde Baru

6 75 103

Perspektif hukum Islam terhadap konsep kewarganegaraan Indonesia dalam UU No.12 tahun 2006

13 113 111