Peran Badan Pusat Statistik dalam Sistem
LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
ESAI BLOK I
TOPIK :
KETERKAITAN ANTAR BIDANG MATERI INTI (CORE) LEMHANNAS RI
SISMENNAS DAN KETAHANAN NASIONAL
JUDUL :
PERAN BPS DALAM SISTEM STATISTIK NASIONAL
DAPAT MEMANTAPKAN KETAHANAN NASIONAL
Oleh :
Drs. AKHMAD JAELANI, M.Si.
NO URUT
: 07
KELOMPOK : D
PROGRAM PENDIDIKAN REGULER ANGKATAN (PPRA)-L
LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL RI
TAHUN 2013
PERAN BPS DALAM SISTIM STATISTIK NASIONAL
DAPAT MEMANTAPKAN KETAHANAN NASIONAL
A. Pendahuluan
Pembangunan Nasional adalah rangkaian upaya pembangunan yang
berkesinambungan yang meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan
negara, untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional sebagaimana
dirumuskan dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu melindungi segenap bangsa dan
seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan,
perdamaian
abadi
dan
keadilan
sosial.1
Oleh
karena
itu,
pembangunan nasional merupakan salah satu faktor kunci dalam rangka mencapai
tujuan nasional.
Penyelenggaraan pembangunan nasional harus mengacu pada kaidah
penuntun yang merupakan pedoman bagi penentu kebijakan agar senantiasa sesuai
dengan landasan, makna dan hakekat, asas, wawasan dan tujuannya, yang
merupakan pengamalan seluruh sila Pancasila secara serasi dan satu kesatuan
yang utuh. Untuk memungkinkan berjalannya bentuk ancaman, tantangan,
hambatan dan gangguan yang timbul baik dari luar maupun dari dalam harus sudah
diperhitungkan dan diantisipasi secara cermat. Oleh karena itu, pembangunan
nasional
diselenggarakan
melalui
pendekatan
ketahanan
nasional
yang
mencerminkan keterpaduan antar segala aspek kehidupan bangsa secara utuh dan
menyeluruh.2
Pembangunan nasional memerlukan keterpaduan tata nilai, struktur, dan proses,
dimana keterpaduan tersebut merupakan himpunan usaha untuk mencapai efisiensi,
daya guna, dan hasil guna sebesar mungkin dalam penggunaan sumber dana dan
daya nasional guna mewujudkan tujuan nasional. Oleh karenanya diperlukan suatu
Sistem Manajemen Nasional (Sismennas) yang memadukan seluruh upaya manajerial
yang
melibatkan
pengambilan
keputusan
berkewenangan
dalam
rangka
penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara untuk mewujudkan ketertiban
1
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang RPJPN Tahun 2005-2025.
Lemhannas RI, TOR Penulisan Esai Blok I Materi inti (6 core) Lemhannas RI PPRA-L Lemhannas RI Tahun
2013, Jakarta. 2012, hal. 3.
2
sosial, politik, dan administrasi. Proses penyelenggaraan yang serasi dan terpadu
meliputi siklus kegiatan perumusan kebijaksanaan (policy formulation), pelaksanaan
kebijaksanaan (policy implementation), dan penilaian hasil kebijaksanaan (policy
evaluation) terhadap berbagai kebijakan nasional.3
Dalam era yang semakin dinamis dan komplek, pembuatan kebijakan
(policymaking) dan pengambilan keputusan (decision-taking) yang berdasarkan
'bukti' (evidence) menjadi suatu keniscayaan. Kebijakan dan keputusan yang tidak
didasarkan pada bukti atau fakta yang jelas (hard atau concrefe facts) sulit akan
mendapat dukungan dari semua pemangku kepentingan (stakeholders). Hal ini
dapat menyebabkan tidak terlaksananya secara baik berbagai program kegiatan
yang telah direncanakan untuk mencapai suatu tujuan bersama yang telah
ditetapkan dan disepakati.4 Konsekuensi logis fenomena diatas menjadikan data
statistik sebagai kompas (guiding) dalam mengarahkan dan menentukan kebijakan
pembangunan nasional.
Untuk mencapai cita-cita dan tujuan nasional secara konsisten sebagaimana
telah dirumuskan dalam Pembukan UUD 1945, maka perumusan kebijakan
pelaksanaan kebijakan dalam silkus kegiatan sistem manajeman nasional akan
berjalan dengan baik apabila disasarkan pada data dan informasi statistik yang
akurat. Data dan informsi statistik yang akurat akan dapat diperoleh bila sistem
satistik nasional dapat diimplementasikan dalam penyelenggaraan kehidupan
berbangda dan bernegara
Sebagaimana yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997
tentang Statistik, bahwa statistik memiliki arti penting bagi upaya perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi penyelenggaraan berbagai kegiatan di
segenap aspek kehidupan bermasyakarat, berbangsa, dan bernegara dalam
pembangunan
nasional
sebagai
pengamalan
Pancasila,
untuk
memajukan
kesejahteraan rakyat dalam rangka mencapai cita-cita bangsa sebagaimana
tercantum dalam Pembukaan UUD NRI 1945.
3
Lemhannas RI, Pokja B.S. Sismennas. Pokok Bahasan: Sismennas dan Fungsi Pokok Sismennas, Jakarta.
2013, hal. 8.
4
Abuzar Asra dalam “ Informasi dan Komunikasi Statistik”. Disampaikan dalam seminar statistik dengan tema
“ Peran Statistik dalam Merumuskan Kebijakan Pemerintah untuk Mewujudkan Lampung sebagai Sentra
Produksi Pengolahan Hasil Pertanian Nasional” di Amalia Hotel, Lampung 25 September 2012, hal. 1.
B.
Inti Tulisan
1. Landasan Hukum Penyelenggaraan Statistik
Penyelengaraan Statistik di Indonesia diatur melalui Undang-undang
UU No 16 Tahun 1997 tentang Statistik, sebagai pengganti UU No 6 tahun
1960 tentang Sensus dan UU No 7 tahun 1960 tentang Statistik, dikarenakan
dua UU tersebut sudah tidak sesuai lagi dan tidak dapat menampung
berbagai perkembangan keadaan, tuntutan masyarakat, dan kebutuhan
pembangunan. Mengacu pada UU tersebut, jenis statistik dibedakan menjadi
tiga, yaitu: (1) statistik dasar yang menjadi tanggung jawab BPS; (2) statistik
sektoral yang menjadi tanggung jawab instansi sektoral /kementerian/SKPD;
dan (3) statistik khusus yang menjadi tanggung jawab lembaga penelitian
swasta, dan penyelenggara statistik lain diluar pemerintah.
UU tersebut juga mengamanatkan dibentuknya Forum Masyarakat
Statistik. Forum yang keanggotaannya terdiri atas unsur pemerintah, pakar,
praktisi, dan tokoh masyarakat, dimaksudkan sebagai wadah untuk
menampung
aspirasi
masyarakat,
dan
bertugas
memberikan
pertimbangan/saran kepada BPS dalam penyelenggaraan statistik.
2. Badan Pusat Statistik (BPS)
BPS sebagai Lembaga Pemerintah Non-Kementerian
(LPNK)
mempunyai tugas menyediakan data dan informasi statistik yang berkualitas:
lengkap, akurat, mutakhir, berkelanjutan, dan relevan bagi pengguna data.
Data dan informasi statistik yang berkualitas merupakan rujukan bagi upaya
perumusan
kebijakan
dalam
menyusun
perencanaan,
melakukan
pemantauan dan mengevaluasi program-program agar sasaran-sasaran yang
telah ditetapkan dapat dicapai dengan tepat, sehingga tujuan pembangunan,
diantaranya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, dapat dicapai dengan
efektif.
Sesuai UU No, 16 Tahun 1997 tentang Statistik dan Peraturan
Presiden Nomor 86 tahun 2007 tentang Badan Pusat Statistik, secara
kelembagaan, BPS ditegaskan sebagai instansi vertikal. Oleh karena itu BPS
mempunyai
perwakilan
di
daerah
yaitu
BPS
Provinsi
dan
BPS
Kabupaten/Kota yang merupakan bagian integral dari BPS Republik
Indonesia.
Perpres
tersebut
menjamin
koordinasi
vertikal
dalam
penyelenggaraan kegiatan statistik, terutama untuk menyediakan dan
memberikan pelayanan data dan informasi statistik dasar baik di pusat
maupun di daerah.
Selanjutnya,
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2007
tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah (Pusat),
Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota, menempatkan BPS
pada posisi strategis dalam mengembangkan Sistem Statistik Nasional, baik
di pusat maupun daerah. BPS menjadi Badan yang bertanggungjawab dalam
penyediaan data dan informasi statistik dasar, serta menjalankan fungsi
koordinasi dan pembinaan terhadap pelaksanaan statistik sektoral oleh
Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota. Untuk itu,
BPS mengeluarkan Peraturan Kepala BPS Nomor 9 Tahun 2009 tentang
Penyelenggaraan Statistik Sektoral oleh Pemerintah Daerah yaitu dengan
menetapkan Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria (NSPK).
3. Visi BPS
Visi BPS 2010-2014 dibangun dengan memperhatikan berbagai
kekuatan dan kelemahan internal serta peluang dan tantangan yang dihadapi
dari
pihak
luar
dengan
landasan
pemikiran
proaktif.
Dengan
mempertimbangkan berbagai hal tersebut, maka Visi BPS 2010-2014
disepakati sebagai berikut: “Pelopor data statistik terpercaya untuk semua”
BPS adalah lembaga pemerintah yang mempunyai tugas pokok
menyediakan dan melakukan koordinasi ketersediaan data dan informasi
statistik pada lingkup nasional maupun daerah. Kata “pelopor” mempunyai
makna bahwa BPS sebagai pencetus ide penyedia statistik terpercaya,
sekaligus sebagai pelaku dalam penyediaan statistik terpercaya. Kata “data
statistik yang terpercaya” yaitu statistik yang menggambarkan keadaan yang
sebenarnya. Kata “untuk semua” dimaksudkan bahwa semua pihak
mempunyai hak yang sama untuk mengakses data BPS (impartial).
Dengan visi tersebut eksistensi BPS sebagai penyedia data dan
informasi statistik menjadi semakin penting, karena dapat dipercaya semua
pihak. BPS bukan hanya bagian dari pemerintah, tapi juga bagian dari
keseluruhan masyarakat dan aspek kehidupan. Di samping itu, visi ini juga
memberikan ruang yang cukup bagi peran serta berbagai pihak untuk ikut
serta dalam menyediakan, memanfaatkan, dan menggunakan data dan
informasi statistik. Proses penyediaan data dan informasi statistik yang
dihasilkan BPS menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat yang
disebarluaskan
melalui
berbagai
media
dan
berbagai
cara
agar
pemanfaatannya berdaya jangkau luas, di dalam maupun di luar negeri.
4. Misi BPS
Pernyataan misi merupakan penjabaran serta rencana pelaksanaan program
dan kegiatan agar mampu mencapai visi yang sudah ditetapkan.
Berdasarkan Visi tersebut, maka Misi BPS, yaitu:
a. Memperkuat landasan konstitusional dan operasional lembaga statistik
untuk penyelenggaraan statistik yang efektif dan efisien;
b. Menciptakan insan statistik yang kompeten dan profesional, didukung
pemanfaatan teknologi informasi mutakhir untuk kemajuan perstatistikan
Indonesia;
c. Meningkatkan penerapan standar klasifikasi, konsep dan definisi,
pengukuran, dan kode etik statistik yang bersifat universal dalam setiap
penyelenggaraan statistik;
d. Meningkatkan kualitas pelayanan informasi statistik bagi semua pihak;
e. Meningkatkan koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi kegiatan statistik
yang diselenggarakan pemerintah dan swasta, dalam kerangka Sistem
Statistik Nasional (SSN) yang efektif dan efisien.
5. Pengertian Sistem Statistik Nasional
Sebagaimana tertuang dalam Pasal 3 UU Nomor 16 Tahun
1997 tentang Statistik, antara lain diamanatkan bahwa kegiatan statistik
diarahkan untuk mendukung pembangunan nasional; mewujudkan dan
mengembangkan Sistem Statistik Nasional yang andal, efektif, dan efisien.
Selanjutnya sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun
1999 tentang Penyelenggaraan Statistik telah ditetapkan berbagai
langkah yang ditujukan untuk memperjelas upaya mewujudkan dan
mengembangkan Sistem Statistik Nasional. Kemudian mengacu pada
peraturan perundang-undangan tersebut, telah ditetapkan Perka KBPS
Nomer 5 Tahn 2000 tentang Sistem Statistik Nasional yang selanjutnya
disingkat SSN.
Gambar 1.
SSN adalah suatu tatanan yang terdiri atas unsur-unsur
kebutuhan data statistik, sumber daya, metode, sarana dan
prasarana, ilmu pengetahuan dan teknologi, perangkat hukum,
dan masukan dari Forum Masyarakat Statistik yang secara
teratur sating berkaitan, sehingga membentuk totalitas dalam
penyelenggaraan statistik.
Adapun
tujuan
dikembangkannya
SSN
adalah
agar
para
penyelenggara kegiatan statistik memanfaatkan surnber daya yang
tersedia
secara
optimal;
Menghindari
kemungkinan
terjadinya
duplikasi kegiatan oleh para penyelenggara kegiatan statistik; dan
Terciptanya suatu Sistem Statistik Nasional yang andal, efektif, dan
efisien. Selain itu, melalui SSN, para konsumen data dengan mudah
dapat memperoleh data atau informasi penyelenggaraan statistik yang
dibutuhkannya.
6. Pokok-pokok Masalah
Beberapa pokok-pokok pemasalahan yang dihadapi dalam mewujudkan
SSN diantaranya adalah:
a. Belum tersosialisasikannya SSN kepada penyelenggara statistik,
pengguna statistik serta masyarakat lainnya. Akibatnya, penggunaan
data menjadi kurang optimal, dan penyelenggaraan statistik menjadi
tidak efisien.
b. Terbatasnya sumber daya manusia (SDM) statistik yang profesional
dan
kompeten
sesuai
Kementerian/lembaga
dengan
maupun
bidang
di
tugas,
Wilayah
baik
di
BPS,
Provinsi
atau
kabupaten/Kota. Hal ini sebagai dampak dari cepatnya pemekaran
wilayah,
yang
juga
membawa
konsekuensi
adanya
beberapa
kabupaten/kota yang belum mempunyai perwakilan BPS.
c.
Rendahnya
kesadaran
masyarakat
akan
pentingnya
statistik.
Masyarakat, baik sebagai pengguna data atau sebagai responden saat
ini sebagian besar belum menyadari pentingnya data. Akibatnya
sebagian responden, apakah pengusaha, lembaga, atau masyarakat
lainnya
menjadi
kurang
perhatian
terhadap
statistik.
Hal
ini
menyebabkan kualitas data dan response rate dalam penyelenggaraan
statistik menjadi rendah
d. Belum terpenuhinya peningkatan kebutuhan ragam data dan informasi
statistik wilayah kecil, termasuk data mikro, bahkan data individu. Hal
ini muncul sebagai akibat dari diimplementasikannya kebijakan
otonomi daerah. Untuk memenuhi kebutuhan data yang demikian, BPS
terkendala dengan Undang-undang No. 16 Tahun 1997 tentang
Statistik yang tidak memperkenankan BPS menyajikan data individu.
Sementara itu, ada pula anggapan masyarakat bahwa BPS adalah
sumber dari segala sumber informasi. Hal ini disebabkan karena
kurangnya pemahaman masyarakat tentang tugas pokok dan fungsi
BPS.
e. Lemahnya Koordinasi antarinstansi/SKPD, sehingga sangat mungkin
terjadinya
duplikasi
penyelenggaraan
kegiatan
statistik
atau
penggunaan konsep/definisi, serta ukuran-ukuran yang berbeda, yang
mengakibatkan penggunaan anggaran yang kurang efisien serta data
statistik yang dihasilkannya menjadi kurang efisien.
7. Pokok-pokok Pemecahan Masalah
Berdasarkan pokok-pokok masalah di atas, maka pokok-pokok pemecahan
masalah adalah sebagai berikut:
1. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat, terutama penyelenggara
statistik, baik pemerintah atau swasta akan arti pentingnya membangun
SSN guna keperluan kita bersama. Sebagaimana disebutkan dalam UU
Statistik bahwa tanggung jawab penyediaan statistik bukan saja BPS,
tetapi instansi sektoral (SKPD) dan masyarakat. karena itu, SSN akan
terbangun dengan baik manakala didukung oleh setiap komponen
tersebut.
2. Meningkatkan kapasitas SDM dalam pengetahuan, penguasaan ilmu,
metoda statistik, dan teknologi informasi mutakhir guna menyempurnakan
metoda pengumpulan, pengolahan dan diseminasi statistik; Peningkatan
kapasitas SDM bisa dilakukan melalui training-traning, seperti kursus
statistik dasar, kursus statistik menengah, maupun kursus statistik
lanjutan, selain melalui pendidikan formal atau cara lainnya.
3. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan arti pentingnya statistik. Bagi
penyelenggara statistik, mereka harus sadar bahwa penyelenggaraan
statistik harus mengikuti kaidah metode ilmiah yang dapat dipertanggung
jaabkan. Bagi masyarakat sebagai responden, diharapkan mau menerima
petugas dan memberikan jawaban dengan jujur, sesuai dengan apa
adanya.
Selanjutnya
kepada
para
konsumenm
data
diharapkan
memahami konsep dan definisi setiap indikator atau ukuran-ukuran
statistik yang digunakannya
4. Meningkatkan ketersediaan data dan informasi statistik yang akurat, dan
tepat waktu di seluruh bidang pembangunan serta meningkatkan
pelayanan bagi pengguna data dan informasi statistik. Dalam upaya
meningkatkan ketersediaan data, selain kegiatan statistik yang sifatnya
rutin sepeti: penghitungan inflasi, ekspor-impor, pertumbuhan ekonomi,
pengangguran, kemiskinan, Indeks pembangunan manusia, dan yg
lainnya, juga dilakukan survei-survei khusus/ad hock untuk memenuhi
kebutuhan data yang sifatnya khusus.
5. Meningkatkan koordinasi dan kerjasama dengan instansi pemerintah dan
masyarakat, baik di pusat maupun daerah, serta dengan lembaga
lembaga internasional. Koordinasi dan kerjasama dimaksud dilaksanakan
atas dasar kemitraan dengan tetap mengantisipasi serta menerapkan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi
informasi dan komunikasi (TIK). Jejaring tersebut merupakan kekuatan
yang terus dikembangkan dalam rangka pembangunan nasional di bidang
statistik.
C. Penutup.
1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
a. Kualitas data dan informasi statistik bukan saja tanggung jawab
penyelenggara statistik, tetapi merupakan tanggung jawab kita semua.
b. Terwujudnya sistem informasi statistik dapat menunjang kelancaran tugas
dan fungsi kementerian, lembaga, baik di instansi pemerintah, swasta
maupun masyarakat;
c. Sistem Statistik Nasional sebagai rancang bangun dalam mewujudkan
penyediaan data dan informasi statistik dapat mendukung Sismenas
dalam mewujudkan tujuan pembangunan nasional, yang pada akhirnya
akan meningkatkan ketahanan nasional
2. Saran
a. Dalam rangka memudahkan koordinasi penyelenggaraan statistik,
maka disetiap instansi seyogyanya ada unit khusus yang menangani
statistik
b. Untuk menghindari terjadinya salah-interpretasi terhadap data yang
digunakan, maka Pengguna data hendaknya memahami konsep dan
definisi serta metodologi data yang digunakan..
DAFTAR PUSTAKA
Abuzar Asra, 2012, dalam “ Informasi dan Komunikasi Statistik”. Disampaikan dalam
Seminar Statistik dengan tema “ Peran Statistik dalam Merumuskan
Kebijakan Pemerintah untuk Mewujudkan Lampung sebagai Sentra Produksi
Pengolahan Hasil Pertanian Nasional” di Amalia Hotel, Lampung 25
September 2012,.
Keputusan Kepala BPS Nomor 5 Tahun 2000 tentang Sistem Statistik Nasional
Lemhannas RI, 2013, Pokja B.S. Sismennas. Pokok Bahasan: Sismennas dan
Fungsi Pokok Sismennas,Lemhannas, Jakarta
Lemhannas RI, 2013, TOR Penulisan Esai Blok I Materi inti (6 core) Lemhannas RI
PPRA-L Lemhannas RI, Jakarta..
PP Nomor 51 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Statistik
PP Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara
Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota
Perka BPS Nomor 19 Tahun 2010 tentang Rencana Strategis pada Badan Pusat
Statistik Tahun 2010-2014
UU Nomor 17 Tahun 2007 tentang RPJPN Tahun 2005-2025.
UU Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik
REPUBLIK INDONESIA
ESAI BLOK I
TOPIK :
KETERKAITAN ANTAR BIDANG MATERI INTI (CORE) LEMHANNAS RI
SISMENNAS DAN KETAHANAN NASIONAL
JUDUL :
PERAN BPS DALAM SISTEM STATISTIK NASIONAL
DAPAT MEMANTAPKAN KETAHANAN NASIONAL
Oleh :
Drs. AKHMAD JAELANI, M.Si.
NO URUT
: 07
KELOMPOK : D
PROGRAM PENDIDIKAN REGULER ANGKATAN (PPRA)-L
LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL RI
TAHUN 2013
PERAN BPS DALAM SISTIM STATISTIK NASIONAL
DAPAT MEMANTAPKAN KETAHANAN NASIONAL
A. Pendahuluan
Pembangunan Nasional adalah rangkaian upaya pembangunan yang
berkesinambungan yang meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan
negara, untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional sebagaimana
dirumuskan dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu melindungi segenap bangsa dan
seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan,
perdamaian
abadi
dan
keadilan
sosial.1
Oleh
karena
itu,
pembangunan nasional merupakan salah satu faktor kunci dalam rangka mencapai
tujuan nasional.
Penyelenggaraan pembangunan nasional harus mengacu pada kaidah
penuntun yang merupakan pedoman bagi penentu kebijakan agar senantiasa sesuai
dengan landasan, makna dan hakekat, asas, wawasan dan tujuannya, yang
merupakan pengamalan seluruh sila Pancasila secara serasi dan satu kesatuan
yang utuh. Untuk memungkinkan berjalannya bentuk ancaman, tantangan,
hambatan dan gangguan yang timbul baik dari luar maupun dari dalam harus sudah
diperhitungkan dan diantisipasi secara cermat. Oleh karena itu, pembangunan
nasional
diselenggarakan
melalui
pendekatan
ketahanan
nasional
yang
mencerminkan keterpaduan antar segala aspek kehidupan bangsa secara utuh dan
menyeluruh.2
Pembangunan nasional memerlukan keterpaduan tata nilai, struktur, dan proses,
dimana keterpaduan tersebut merupakan himpunan usaha untuk mencapai efisiensi,
daya guna, dan hasil guna sebesar mungkin dalam penggunaan sumber dana dan
daya nasional guna mewujudkan tujuan nasional. Oleh karenanya diperlukan suatu
Sistem Manajemen Nasional (Sismennas) yang memadukan seluruh upaya manajerial
yang
melibatkan
pengambilan
keputusan
berkewenangan
dalam
rangka
penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara untuk mewujudkan ketertiban
1
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang RPJPN Tahun 2005-2025.
Lemhannas RI, TOR Penulisan Esai Blok I Materi inti (6 core) Lemhannas RI PPRA-L Lemhannas RI Tahun
2013, Jakarta. 2012, hal. 3.
2
sosial, politik, dan administrasi. Proses penyelenggaraan yang serasi dan terpadu
meliputi siklus kegiatan perumusan kebijaksanaan (policy formulation), pelaksanaan
kebijaksanaan (policy implementation), dan penilaian hasil kebijaksanaan (policy
evaluation) terhadap berbagai kebijakan nasional.3
Dalam era yang semakin dinamis dan komplek, pembuatan kebijakan
(policymaking) dan pengambilan keputusan (decision-taking) yang berdasarkan
'bukti' (evidence) menjadi suatu keniscayaan. Kebijakan dan keputusan yang tidak
didasarkan pada bukti atau fakta yang jelas (hard atau concrefe facts) sulit akan
mendapat dukungan dari semua pemangku kepentingan (stakeholders). Hal ini
dapat menyebabkan tidak terlaksananya secara baik berbagai program kegiatan
yang telah direncanakan untuk mencapai suatu tujuan bersama yang telah
ditetapkan dan disepakati.4 Konsekuensi logis fenomena diatas menjadikan data
statistik sebagai kompas (guiding) dalam mengarahkan dan menentukan kebijakan
pembangunan nasional.
Untuk mencapai cita-cita dan tujuan nasional secara konsisten sebagaimana
telah dirumuskan dalam Pembukan UUD 1945, maka perumusan kebijakan
pelaksanaan kebijakan dalam silkus kegiatan sistem manajeman nasional akan
berjalan dengan baik apabila disasarkan pada data dan informasi statistik yang
akurat. Data dan informsi statistik yang akurat akan dapat diperoleh bila sistem
satistik nasional dapat diimplementasikan dalam penyelenggaraan kehidupan
berbangda dan bernegara
Sebagaimana yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997
tentang Statistik, bahwa statistik memiliki arti penting bagi upaya perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi penyelenggaraan berbagai kegiatan di
segenap aspek kehidupan bermasyakarat, berbangsa, dan bernegara dalam
pembangunan
nasional
sebagai
pengamalan
Pancasila,
untuk
memajukan
kesejahteraan rakyat dalam rangka mencapai cita-cita bangsa sebagaimana
tercantum dalam Pembukaan UUD NRI 1945.
3
Lemhannas RI, Pokja B.S. Sismennas. Pokok Bahasan: Sismennas dan Fungsi Pokok Sismennas, Jakarta.
2013, hal. 8.
4
Abuzar Asra dalam “ Informasi dan Komunikasi Statistik”. Disampaikan dalam seminar statistik dengan tema
“ Peran Statistik dalam Merumuskan Kebijakan Pemerintah untuk Mewujudkan Lampung sebagai Sentra
Produksi Pengolahan Hasil Pertanian Nasional” di Amalia Hotel, Lampung 25 September 2012, hal. 1.
B.
Inti Tulisan
1. Landasan Hukum Penyelenggaraan Statistik
Penyelengaraan Statistik di Indonesia diatur melalui Undang-undang
UU No 16 Tahun 1997 tentang Statistik, sebagai pengganti UU No 6 tahun
1960 tentang Sensus dan UU No 7 tahun 1960 tentang Statistik, dikarenakan
dua UU tersebut sudah tidak sesuai lagi dan tidak dapat menampung
berbagai perkembangan keadaan, tuntutan masyarakat, dan kebutuhan
pembangunan. Mengacu pada UU tersebut, jenis statistik dibedakan menjadi
tiga, yaitu: (1) statistik dasar yang menjadi tanggung jawab BPS; (2) statistik
sektoral yang menjadi tanggung jawab instansi sektoral /kementerian/SKPD;
dan (3) statistik khusus yang menjadi tanggung jawab lembaga penelitian
swasta, dan penyelenggara statistik lain diluar pemerintah.
UU tersebut juga mengamanatkan dibentuknya Forum Masyarakat
Statistik. Forum yang keanggotaannya terdiri atas unsur pemerintah, pakar,
praktisi, dan tokoh masyarakat, dimaksudkan sebagai wadah untuk
menampung
aspirasi
masyarakat,
dan
bertugas
memberikan
pertimbangan/saran kepada BPS dalam penyelenggaraan statistik.
2. Badan Pusat Statistik (BPS)
BPS sebagai Lembaga Pemerintah Non-Kementerian
(LPNK)
mempunyai tugas menyediakan data dan informasi statistik yang berkualitas:
lengkap, akurat, mutakhir, berkelanjutan, dan relevan bagi pengguna data.
Data dan informasi statistik yang berkualitas merupakan rujukan bagi upaya
perumusan
kebijakan
dalam
menyusun
perencanaan,
melakukan
pemantauan dan mengevaluasi program-program agar sasaran-sasaran yang
telah ditetapkan dapat dicapai dengan tepat, sehingga tujuan pembangunan,
diantaranya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, dapat dicapai dengan
efektif.
Sesuai UU No, 16 Tahun 1997 tentang Statistik dan Peraturan
Presiden Nomor 86 tahun 2007 tentang Badan Pusat Statistik, secara
kelembagaan, BPS ditegaskan sebagai instansi vertikal. Oleh karena itu BPS
mempunyai
perwakilan
di
daerah
yaitu
BPS
Provinsi
dan
BPS
Kabupaten/Kota yang merupakan bagian integral dari BPS Republik
Indonesia.
Perpres
tersebut
menjamin
koordinasi
vertikal
dalam
penyelenggaraan kegiatan statistik, terutama untuk menyediakan dan
memberikan pelayanan data dan informasi statistik dasar baik di pusat
maupun di daerah.
Selanjutnya,
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2007
tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah (Pusat),
Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota, menempatkan BPS
pada posisi strategis dalam mengembangkan Sistem Statistik Nasional, baik
di pusat maupun daerah. BPS menjadi Badan yang bertanggungjawab dalam
penyediaan data dan informasi statistik dasar, serta menjalankan fungsi
koordinasi dan pembinaan terhadap pelaksanaan statistik sektoral oleh
Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota. Untuk itu,
BPS mengeluarkan Peraturan Kepala BPS Nomor 9 Tahun 2009 tentang
Penyelenggaraan Statistik Sektoral oleh Pemerintah Daerah yaitu dengan
menetapkan Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria (NSPK).
3. Visi BPS
Visi BPS 2010-2014 dibangun dengan memperhatikan berbagai
kekuatan dan kelemahan internal serta peluang dan tantangan yang dihadapi
dari
pihak
luar
dengan
landasan
pemikiran
proaktif.
Dengan
mempertimbangkan berbagai hal tersebut, maka Visi BPS 2010-2014
disepakati sebagai berikut: “Pelopor data statistik terpercaya untuk semua”
BPS adalah lembaga pemerintah yang mempunyai tugas pokok
menyediakan dan melakukan koordinasi ketersediaan data dan informasi
statistik pada lingkup nasional maupun daerah. Kata “pelopor” mempunyai
makna bahwa BPS sebagai pencetus ide penyedia statistik terpercaya,
sekaligus sebagai pelaku dalam penyediaan statistik terpercaya. Kata “data
statistik yang terpercaya” yaitu statistik yang menggambarkan keadaan yang
sebenarnya. Kata “untuk semua” dimaksudkan bahwa semua pihak
mempunyai hak yang sama untuk mengakses data BPS (impartial).
Dengan visi tersebut eksistensi BPS sebagai penyedia data dan
informasi statistik menjadi semakin penting, karena dapat dipercaya semua
pihak. BPS bukan hanya bagian dari pemerintah, tapi juga bagian dari
keseluruhan masyarakat dan aspek kehidupan. Di samping itu, visi ini juga
memberikan ruang yang cukup bagi peran serta berbagai pihak untuk ikut
serta dalam menyediakan, memanfaatkan, dan menggunakan data dan
informasi statistik. Proses penyediaan data dan informasi statistik yang
dihasilkan BPS menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat yang
disebarluaskan
melalui
berbagai
media
dan
berbagai
cara
agar
pemanfaatannya berdaya jangkau luas, di dalam maupun di luar negeri.
4. Misi BPS
Pernyataan misi merupakan penjabaran serta rencana pelaksanaan program
dan kegiatan agar mampu mencapai visi yang sudah ditetapkan.
Berdasarkan Visi tersebut, maka Misi BPS, yaitu:
a. Memperkuat landasan konstitusional dan operasional lembaga statistik
untuk penyelenggaraan statistik yang efektif dan efisien;
b. Menciptakan insan statistik yang kompeten dan profesional, didukung
pemanfaatan teknologi informasi mutakhir untuk kemajuan perstatistikan
Indonesia;
c. Meningkatkan penerapan standar klasifikasi, konsep dan definisi,
pengukuran, dan kode etik statistik yang bersifat universal dalam setiap
penyelenggaraan statistik;
d. Meningkatkan kualitas pelayanan informasi statistik bagi semua pihak;
e. Meningkatkan koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi kegiatan statistik
yang diselenggarakan pemerintah dan swasta, dalam kerangka Sistem
Statistik Nasional (SSN) yang efektif dan efisien.
5. Pengertian Sistem Statistik Nasional
Sebagaimana tertuang dalam Pasal 3 UU Nomor 16 Tahun
1997 tentang Statistik, antara lain diamanatkan bahwa kegiatan statistik
diarahkan untuk mendukung pembangunan nasional; mewujudkan dan
mengembangkan Sistem Statistik Nasional yang andal, efektif, dan efisien.
Selanjutnya sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun
1999 tentang Penyelenggaraan Statistik telah ditetapkan berbagai
langkah yang ditujukan untuk memperjelas upaya mewujudkan dan
mengembangkan Sistem Statistik Nasional. Kemudian mengacu pada
peraturan perundang-undangan tersebut, telah ditetapkan Perka KBPS
Nomer 5 Tahn 2000 tentang Sistem Statistik Nasional yang selanjutnya
disingkat SSN.
Gambar 1.
SSN adalah suatu tatanan yang terdiri atas unsur-unsur
kebutuhan data statistik, sumber daya, metode, sarana dan
prasarana, ilmu pengetahuan dan teknologi, perangkat hukum,
dan masukan dari Forum Masyarakat Statistik yang secara
teratur sating berkaitan, sehingga membentuk totalitas dalam
penyelenggaraan statistik.
Adapun
tujuan
dikembangkannya
SSN
adalah
agar
para
penyelenggara kegiatan statistik memanfaatkan surnber daya yang
tersedia
secara
optimal;
Menghindari
kemungkinan
terjadinya
duplikasi kegiatan oleh para penyelenggara kegiatan statistik; dan
Terciptanya suatu Sistem Statistik Nasional yang andal, efektif, dan
efisien. Selain itu, melalui SSN, para konsumen data dengan mudah
dapat memperoleh data atau informasi penyelenggaraan statistik yang
dibutuhkannya.
6. Pokok-pokok Masalah
Beberapa pokok-pokok pemasalahan yang dihadapi dalam mewujudkan
SSN diantaranya adalah:
a. Belum tersosialisasikannya SSN kepada penyelenggara statistik,
pengguna statistik serta masyarakat lainnya. Akibatnya, penggunaan
data menjadi kurang optimal, dan penyelenggaraan statistik menjadi
tidak efisien.
b. Terbatasnya sumber daya manusia (SDM) statistik yang profesional
dan
kompeten
sesuai
Kementerian/lembaga
dengan
maupun
bidang
di
tugas,
Wilayah
baik
di
BPS,
Provinsi
atau
kabupaten/Kota. Hal ini sebagai dampak dari cepatnya pemekaran
wilayah,
yang
juga
membawa
konsekuensi
adanya
beberapa
kabupaten/kota yang belum mempunyai perwakilan BPS.
c.
Rendahnya
kesadaran
masyarakat
akan
pentingnya
statistik.
Masyarakat, baik sebagai pengguna data atau sebagai responden saat
ini sebagian besar belum menyadari pentingnya data. Akibatnya
sebagian responden, apakah pengusaha, lembaga, atau masyarakat
lainnya
menjadi
kurang
perhatian
terhadap
statistik.
Hal
ini
menyebabkan kualitas data dan response rate dalam penyelenggaraan
statistik menjadi rendah
d. Belum terpenuhinya peningkatan kebutuhan ragam data dan informasi
statistik wilayah kecil, termasuk data mikro, bahkan data individu. Hal
ini muncul sebagai akibat dari diimplementasikannya kebijakan
otonomi daerah. Untuk memenuhi kebutuhan data yang demikian, BPS
terkendala dengan Undang-undang No. 16 Tahun 1997 tentang
Statistik yang tidak memperkenankan BPS menyajikan data individu.
Sementara itu, ada pula anggapan masyarakat bahwa BPS adalah
sumber dari segala sumber informasi. Hal ini disebabkan karena
kurangnya pemahaman masyarakat tentang tugas pokok dan fungsi
BPS.
e. Lemahnya Koordinasi antarinstansi/SKPD, sehingga sangat mungkin
terjadinya
duplikasi
penyelenggaraan
kegiatan
statistik
atau
penggunaan konsep/definisi, serta ukuran-ukuran yang berbeda, yang
mengakibatkan penggunaan anggaran yang kurang efisien serta data
statistik yang dihasilkannya menjadi kurang efisien.
7. Pokok-pokok Pemecahan Masalah
Berdasarkan pokok-pokok masalah di atas, maka pokok-pokok pemecahan
masalah adalah sebagai berikut:
1. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat, terutama penyelenggara
statistik, baik pemerintah atau swasta akan arti pentingnya membangun
SSN guna keperluan kita bersama. Sebagaimana disebutkan dalam UU
Statistik bahwa tanggung jawab penyediaan statistik bukan saja BPS,
tetapi instansi sektoral (SKPD) dan masyarakat. karena itu, SSN akan
terbangun dengan baik manakala didukung oleh setiap komponen
tersebut.
2. Meningkatkan kapasitas SDM dalam pengetahuan, penguasaan ilmu,
metoda statistik, dan teknologi informasi mutakhir guna menyempurnakan
metoda pengumpulan, pengolahan dan diseminasi statistik; Peningkatan
kapasitas SDM bisa dilakukan melalui training-traning, seperti kursus
statistik dasar, kursus statistik menengah, maupun kursus statistik
lanjutan, selain melalui pendidikan formal atau cara lainnya.
3. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan arti pentingnya statistik. Bagi
penyelenggara statistik, mereka harus sadar bahwa penyelenggaraan
statistik harus mengikuti kaidah metode ilmiah yang dapat dipertanggung
jaabkan. Bagi masyarakat sebagai responden, diharapkan mau menerima
petugas dan memberikan jawaban dengan jujur, sesuai dengan apa
adanya.
Selanjutnya
kepada
para
konsumenm
data
diharapkan
memahami konsep dan definisi setiap indikator atau ukuran-ukuran
statistik yang digunakannya
4. Meningkatkan ketersediaan data dan informasi statistik yang akurat, dan
tepat waktu di seluruh bidang pembangunan serta meningkatkan
pelayanan bagi pengguna data dan informasi statistik. Dalam upaya
meningkatkan ketersediaan data, selain kegiatan statistik yang sifatnya
rutin sepeti: penghitungan inflasi, ekspor-impor, pertumbuhan ekonomi,
pengangguran, kemiskinan, Indeks pembangunan manusia, dan yg
lainnya, juga dilakukan survei-survei khusus/ad hock untuk memenuhi
kebutuhan data yang sifatnya khusus.
5. Meningkatkan koordinasi dan kerjasama dengan instansi pemerintah dan
masyarakat, baik di pusat maupun daerah, serta dengan lembaga
lembaga internasional. Koordinasi dan kerjasama dimaksud dilaksanakan
atas dasar kemitraan dengan tetap mengantisipasi serta menerapkan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi
informasi dan komunikasi (TIK). Jejaring tersebut merupakan kekuatan
yang terus dikembangkan dalam rangka pembangunan nasional di bidang
statistik.
C. Penutup.
1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
a. Kualitas data dan informasi statistik bukan saja tanggung jawab
penyelenggara statistik, tetapi merupakan tanggung jawab kita semua.
b. Terwujudnya sistem informasi statistik dapat menunjang kelancaran tugas
dan fungsi kementerian, lembaga, baik di instansi pemerintah, swasta
maupun masyarakat;
c. Sistem Statistik Nasional sebagai rancang bangun dalam mewujudkan
penyediaan data dan informasi statistik dapat mendukung Sismenas
dalam mewujudkan tujuan pembangunan nasional, yang pada akhirnya
akan meningkatkan ketahanan nasional
2. Saran
a. Dalam rangka memudahkan koordinasi penyelenggaraan statistik,
maka disetiap instansi seyogyanya ada unit khusus yang menangani
statistik
b. Untuk menghindari terjadinya salah-interpretasi terhadap data yang
digunakan, maka Pengguna data hendaknya memahami konsep dan
definisi serta metodologi data yang digunakan..
DAFTAR PUSTAKA
Abuzar Asra, 2012, dalam “ Informasi dan Komunikasi Statistik”. Disampaikan dalam
Seminar Statistik dengan tema “ Peran Statistik dalam Merumuskan
Kebijakan Pemerintah untuk Mewujudkan Lampung sebagai Sentra Produksi
Pengolahan Hasil Pertanian Nasional” di Amalia Hotel, Lampung 25
September 2012,.
Keputusan Kepala BPS Nomor 5 Tahun 2000 tentang Sistem Statistik Nasional
Lemhannas RI, 2013, Pokja B.S. Sismennas. Pokok Bahasan: Sismennas dan
Fungsi Pokok Sismennas,Lemhannas, Jakarta
Lemhannas RI, 2013, TOR Penulisan Esai Blok I Materi inti (6 core) Lemhannas RI
PPRA-L Lemhannas RI, Jakarta..
PP Nomor 51 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Statistik
PP Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara
Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota
Perka BPS Nomor 19 Tahun 2010 tentang Rencana Strategis pada Badan Pusat
Statistik Tahun 2010-2014
UU Nomor 17 Tahun 2007 tentang RPJPN Tahun 2005-2025.
UU Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik