Laporan Praktikum Biologi Dasar Pengar
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan lengkap praktikum Biologi Dasar dengan judul “Pengaruh Suhu
terhadap Aktivitas Organisme” yang dibuat oleh:
Nama
: Rostina
NIM
: 121 404 1 012
Kelas
: Pendidikan Biologi A
Kelompok
: VII (tujuh)
telah diperiksa oleh asisten dan koordinator asisten, maka laporan ini telah diterima.
Makassar,
Desember 2012
Koordinator Asisten,
Asisten,
Djumarirmanto, S.Pd
Djumarirmanto, S.Pd
Mengetahui,
Penanggung Jawab Laboratorium
Drs. H. Hamka L., MSi
NIP: 19621231 198702 1 005
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tubuh kita merupakan suatu susunan atas sistem kerja yang sangat kompleks,
mulai dari yang bisa terlihat, hingga yang tidak bisa terlihat secara kasat mata.
Contohnya saja sel. Tubuh manusia mengandung milyaran sel yang menyusun
setiap jaringan dengan sangat baik.
Sebagai makhluk hidup, manusia memiliki beberapa ciri. Dari sekian ciri yang
dimiliki oleh manusia diantaranya termasuk respirasi yaitu bernafas. Manusia
bernafas menggunakan paru-paru, yang didalamnya terdiri atas elveolus-alveolus
yang merupakan termpat pertukaran udara.
Tak hanya manusia, makhluk hidup lain seperti hewan dan tumbuhan pun juga
mengalami respirasi. Namun setiap makhluk hidup hamper memiliki cara yang
berbeda untuk melakukan respirasi tersebut. Contohnya saja ikan yang bernafas
dengan insang
Kecepatan dan kekuatan setiap organisme untuk berespirasi pun juga berbedabeda. Ada yang cepat, dan ada yang lambat. Selain factor internal, respirasi tiap
makhluk hidup juga bergantung dari lingkungan, termasuk suhu. Suhu yang
berbeda membuat kecepatan respirasi berbeda juga.
Suhu mempunyai peranan penting dalam mengatur aktivitas biologis
organisme baik hewan maupun manusia. Contoh yang paling sederhana yang
membuktikan peranan suhu dalam kehidupan makhluk hidup adalah terkadang kita
melihat banyak organisme yang tidak melakukan aktivitasnya dengan baik karena
pengaruh suhu yang tidak cocok dengan keadaan organisme tersebut.
Setiap organisme memiliki suhu optimum yang berbeda-beda untuk
kelancaran aktivitasnya. Sebagian besar makhluk hidup beraktivitas dengan baik
pada suhu kamar, dan sebagian lainnya dapat bertahan pada suhu ekstrim baik itu
panas maupun dingin. Jadi bagaimanakah pengaruh suhu terhadap aktivitas
organisme? Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka dilakukanlah praktikum
ini.
B. Tujuan Praktikum
Tujuan dari kegiatan praktikum ini adalah membandingkan kecepatan
penggunaan oksigen oleh organisme pada suhu yang berbeda.
C. Manfaat Praktikum
Manfaat dari praktikum ini adalah mahasiswa dapat membandingkan
kecepatan penggunaan oksigen oleh organisme pada suhu yang berbeda.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Suhu merupakan salah satu factor fisik lingkungan yang paling jelas, mudah
diukur dan sangat beragam. Suhu tersebut mempunyai peranan penting dalam
mengatur aktivitas biologis organisme, baik hewan maupun tumbuhan. Ini terutama
disebabkan karena suhu memengaruhi kecepatan reaksi kimiawi dalam tubuh dan
sekaligus menentukan kegiatan metabolic, misalnya respirasi (Tim Pengajar, 2012).
Respirasi adalah proses oksidasi bahan makanan atau bahan organik yang
terjadi di dalam sel yang dapat dilakukan secara aerob maupun anaerob. Dalam
kondisi
aerob,
respirasi
ini
memerlukan
oksigen
bebas
dan
melepaskan
karbondioksida serta energy. Reaksi yang terjadi dalam oksidasi gula dapat dituliskan
seperti berikut: C6H12O6 + 6O2
→
6CO2 + 6 H2O + energy. Jumlah CO2 yang
dihasilkan dan jumlah O2 yang digunakan dalam respirasi aerob tidak selalu sama. hal
ini tergantung pada jenis bahan yang digunakan. Perbandingan antara jumlah CO 2
yang dilepaskan dan jumlah O2 yang dibutuhkan disebut Respiratory Quotient (RQ)
(Tim Pengajar, 2012).
Respirasi adalah control rinci biologi tentang substansi energy, seperti
karbohidrat, lemak, dan protein. Proses utama respirasi terbagi atas 2 yaitu bagian,
yaitu: (1) glikolisis dan (2) daur Krebs. Fakta bahwa kloroplas adalah tempat
melakukan fotosintesis di dalam sel telah diketahui jauh sebelum proses ini dipahami.
Selama pemisahan sentrifugal, pemecahan bagian sel diputar pada kecepatan yang
bervariasi (William, 1967).
Sebagian besar hewan dan tumbuhan dapat hidup dalam jangkauan kecil dari
suhu, pada mayoritas terbesar, jangkauan ini antara 10 ◦C dan 45 ◦C. Beberapa
ganggang dan bakteri, bagaimana pun, hidup di mata air panas dengan temperatur
hingga dengan 90 ◦C, dan pada suasana ekstrim lainnya, ikan dan invertebrata tertentu
dapat bertahan hidup pada temperatur 0 ◦C atau dibawahnya. Pada umumnya, laju
reaksi kimia pada organisme meningkat dengan temperatur maksimum dan kemudian
berkurang seiring peningkatan temperatur (McElroy, 1962).
Hukum Toleransi Shelford menyatakan bahwa untuk setiap faktor lingkungan
suatu janis organisme mempunyai suatu kondisi minimum dan maksimum yang
mampu diterimanya, diantara kedua harga ekstrim tersebut merupakan kisaran
toleransi dan didalamnya terdapat sebuah kondisi yang optimum. Dengan demikian
setiap organisme hanya mampu hidup pada tempat-tempat tertentu saja, yaitu tempat
yang cocok yang dapat diterimanya. Diluar daerah tersebut organisme tidak dapat
bertahan hidup dan disebut daerah yang tidak toleran (Yusar, 2010).
Hewan-hewan yang dalam keadaan aktif hampir tidak ada yang dapat
bertahan hidup pada suhu diatas 50 ◦C. Hewan yang hidup di daerah sedang dan
dingin sering menghadapi temperatur lingkungan yang rendah pada musim dingin.
pada musim dingin suhu udara sering mencapai jauh dibawah titik beku air. Hewanhewan yang hidup di daerah sedang dan dingin itu memiliki cara-cara yang berbeda
dlm menghadapi suhu dingin. Hewan yang tidak toleran terhadap pembekuan cairan
tubuhnya akan mati jika air tubuhnya membeku (Dharmawan, 2005).
Menurut Yusar (2010), Faktor pembatas dalam ekosistem perairan sungai
adalah :
1.
Cahaya matahari
Cahaya Matahari merupakan faktor lingkungan yang sangat penting, karena
sebagai sumber energi utama bagi seluruh ekosistem. Struktur dan fungsi dari
suatu ekosistem sangat ditentukan oleh radiasi matahariyang sampai pada
ekosistem tersebut. Cahaya matahari, baik dalam jumlah sedikit maupun
banyak dapat menjadi faktor pembatas bagi organisme tertentu.
2.
Air
Air merupakan faktor lingkungan yang sangat penting, karena semua
organisme hidup memerlukan air. Air dalam biosfer ini jumlahnya terbatas dan
dapat berubah-ubah karena proses sirkulasinya. Siklus air dibumi sangat
berpengaruh terhadap ketersediaan air tawar pada setiap ekosistem pada
akhirnya akan menentukan jumlah keragaman organisme yang dapat hidup
dalam ekosistem tersebut.
Suhu
3.
Air mempunyai beberapa sifat unik yang berhubungan dengan panas yang
secara bersama-sama mengurangi perubahan suatu sampai tingkat minimal,
sehingga perbedaan suhu dalam air lebih kecil dan perubahan yang terjadi
lebih lambat dari pada di udara. Sifat yang terpenting adalah : panas jenis,
panas fusi, dan panas evaporasi.
4.
Kejernihan
Penetrasi cahaya sering kali dihalangi oleh zat yang terlarut dalam air,
membatasi zona fotosintesa dimana habitat akuatik dibatasi oleh kedalaman.
Kekeruhan, terutama bila disebabkan oleh lumpur dan partikel yang dapat
mengendap, sering kali penting sebagai faktor pembatas. Sebaliknya, bila
kekeruhan disebabkan oleh organisme, ukuran kekeruhan merupakan indikasi
produktifitas.
5.
Arus
Air cukup “padat”, maka arah arus amat penting sebagai faktor pembatasan,
terutama pada aliran air. Disamping itu, arus sering kali amat menentukan
distribusi gas yang fital, garam dan organisme yang kecil. Kuat arus dalam
suatu perairan sungai sangat menentukan kondisi substrat dasar sungai, suhu
air, kadar oksigen, dan kemampuan organisme untuk mempertahankan
posisinya diperairan tersebut. Semakin kuat arus air, semakin berat organisme
dalam mempertahankan posisinya.
6.
Zona air deras
Daerah yang airnya dangkal dimana kecepatan arus cukup tinggi untuk
menyebabkan dasar sungai bersih dari endapan dan materi lain yang lepas,
sehingga dasarnya padat. Zona ini dihuni oleh berbagai bentos yang telah
beradapatasi khusus misalnya derter.
7.
Zona air tenang
Bagian air yang dalam dimana kecepatan arus suda berkurang, maka lumpur
dan materi lepas cenderung mengendap di dasar, sehingga dasarnya lunak
tidak sesuai dengan bentos tetapi sesuai untuk penggali nekton dan plankton.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada:
hari/tanggal
: Rabu/ 12 Desember 2012
waktu
: Pukul 07.40 s.d 09.20 WITA
tempat
: Laboratorium biologi lantai III barat FMIPA UNM
B. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Termometer
b. Stopwatch (Handphone)
c. Toples kaca
2. Bahan
a. Ikan Mas Koki (Carrasius auratus)
b. Es batu
c. Air kran
d. Air panas
C.
Prosedur Kerja
1.
Memasukkan 1 ekor ikan mas koki ke dalam toples yang berisi air kran dan
aklimatisasi selama 15 menit.
2.
Mengambil satu ekor ikan mas koki dan memasukkannya ke dalam toples
yang berisi air panas (38◦C). Menghitung dan mencatat frekuensi gerakan
(buka-tutup) operculum dalam 1 menit selama 5 menit.
3.
Mengambil satu ekor ikan mas koki dan memasukkannya ke dalam toples
yang berisi air panas (27◦C). Menghitung dan mencatat frekuensi gerakan
(buka-tutup) operculum dalam 1 menit selama 5 menit..
4.
Mengambil satu ekor ikan mas koki dan memasukkannya ke dalam toples
yang berisi air panas (16◦C). Menghitung dan mencatat frekuensi gerakan
( buka-tutup ) operculum dalam 1 menit selama 5 menit.
5.
Mencatat hasil pengamatan dalam tabel.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Tabel Pengamatan
Indikato
r
Temperatur
1
Menit ke- (kali)
2
3
4
5
Rerata
(kali)
I
±38 ºC
93
103
82
72
58
81,6
II
±16 ºC
103
96
77
107
173
111,2
III
±27 ºC
2. Grafik Pengamatan
107
131
81
79
66
92,8
200
180
160
140
120
±38 ºC
±16 ºC
±27 ºC
100
80
60
40
20
0
1
2
3
4
5
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilaksanakan, kecepatan penggunaan
oksigen ikan mas koki pada suhu ±38 ºC adalah 93 kali/menit, 103 kali/menit, 82
kali/menit, 72 kali/menit, dan 58 kali/menit, dengan rerata 81,6 kali/menit..
Adapun kecepatan penggunaan oksigen ikan mas koki pada suhu ±16 ºC adalah
103 kali/menit, 86 kali/menit, 77 kali/menit, 107 kali/menit, dan 173 kali/menit,
dengan rerata 111,2 kali/menit. Sedangkan rata-rata kecepatan penggunaan
oksigen ikan mas koki pada suhu ±27 ºC adalah 107 kali/menit, 131 kali/menit,
81 kali/menit, 79 kali/menit, dan 66 kali/menit, dengan rerata 92,8 kali/menit.
Gerakan operculum ikan pada masing-masing suhu tidak beraturan, hal ini
dimungkinkan oleh perubahan suhu yang lumayan drastis sehingga ikan harus
beradaptasi terlebih dahulu. Ketika dipindahkan, ikan akan melakukan suatu
upaya penyesuaian fisiologis atau adaptasi terhadap suatu lingkungan baru yang
akan dimasukinya atau biasa disebut aklimatisasi, sehingga aktifitasnya belum
stabil.
Hukum toleransi Shelford, menyatakan bahwa kehadiran dan keberhasilan
suatu
organisme
tergantung
kepada
suatu
faktor
yang
terdapat
di
lingkungan. Konsep toleransi Shelford menyatakan bahwa masing-masing
organisme mempunyai batas toleransi terhadap suatu faktor yang ada di
lingkungan untuk saling berkompetisi dan bertahan hidup. Salah satu factor
lingkungan yang dimaksud pada pernyataan tersebut adalah suhu. Ikan memiliki
rentang suhu yang berbeda untuk setiap jenisnya.
Berdasarkan percobaan, pada suhu yang tinggi (±38 ºC) aktifitas ikan
cenderung menurun. Namun pada suhu rendah (±16 ºC), aktivitas ikan
meningkat. Aktifitas ikan terlihat normal pada suhu kamar yaitu ±27 ºC. hasil
rerata dari percobaan, aktifitas tertinggi dari ikan mas koki terjadi pada suhu
rendah atau dingin yaitu ±16 ºC.
Menurut praktikan, adanya perubahan keaktifan ikan pada suhu yang berbeda
dikarenakan oleh penggunaan oksigen yang berbeda pula. Pada suhu tinggi,
kadar oksigen cenderung menurun sehingga ikan akan lebih sering membuka
tutup operculumnya untuk mengimbangi kebutuhan oksigen dalam tubuh. Pada
suhu yang panas, kadar oksigen dalam air lebih banyak sehingga gerak bukatutup operculum ikan pun menjadi lebih jarang.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa
kecepatan penggunaan oksigen suatu organisme berbeda pada suhu yang berbeda.
Penggunaan tercepat adalah pada suhu rendah. Sedangkan pada suhu tinggi,
aktifitas organisme cenderung menurun.
B. Saran
a.
Kepada praktikan selanjutnya, diharapkan agar menguasai materi dan konsep
praktikum sebelum memasuki ruangan laboratorium, menyiapkan fisik dan
mental untuk mengikuti praktikum, mematuhi peraturan dan tata tertib
laboratorium.
b.
Kepada asisten, diharapkan ketika mendampingi praktikan dalam praktikum
di laboratorium, agar menggunakan baju lab dan tidak meninggalkan
praktikan saat melakukan praktikum.
c.
Kepada laboratorium, kiranya sarana dan prasana praktikum diperhatikan,
apabila ada alat yang sudah tidak layak pakai hendaknya diganti atau
diperbaiki.
DAFTAR PUSTAKA
Yusar, Amriel. 2010. Faktor Pembatas, Hukum dan Toleransi.
http://amrielyusar.blogspot.com/2010/08/faktor-pembatas-hukum-dan-toleransi.html.
Diakses pada tanggal 15 Desember 2012 pukul 19.37 WITA.
Dharmawan, Agus dkk. 2005. Ekologi Hewan. Malang : UM Press.
William, Irving Knobloch. 1967. Readings in Biological Science. New York :
Appleton-Century-Crofts Inc.
McElroy, William D. 1962. Cellular Physiology and Biochemistry. New Jersey :
Prentice-Hall, Inc.
Tim Penyusun. 2012. Penuntun Praktikum Biologi Dasar. Makassar : Tim penyusun
jurusan biologi FMIPA UNM.
LAMPIRAN
1.
Apa fungsi KOH yang dibingkus dengan kapas ?
Jawab : untuk menyerap CO2 yang dikeluarkan oleh oranisme saat bernafas.
2.
Apa fungsi eosin pada percobaan ini ? dapatkah eosin diganti dengan cairan
yang lain ? jelaskan.
Jawab: eosin berfungsi untuk mengetahui
3.
Apa fungsi HCl dan NaOH pada percobaan di atas ?
Jawab: HCl berfungsi untuk memberikan suasana asam, dan NaOH berfungsi
untuk memberikan suasana basa.
Laporan lengkap praktikum Biologi Dasar dengan judul “Pengaruh Suhu
terhadap Aktivitas Organisme” yang dibuat oleh:
Nama
: Rostina
NIM
: 121 404 1 012
Kelas
: Pendidikan Biologi A
Kelompok
: VII (tujuh)
telah diperiksa oleh asisten dan koordinator asisten, maka laporan ini telah diterima.
Makassar,
Desember 2012
Koordinator Asisten,
Asisten,
Djumarirmanto, S.Pd
Djumarirmanto, S.Pd
Mengetahui,
Penanggung Jawab Laboratorium
Drs. H. Hamka L., MSi
NIP: 19621231 198702 1 005
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tubuh kita merupakan suatu susunan atas sistem kerja yang sangat kompleks,
mulai dari yang bisa terlihat, hingga yang tidak bisa terlihat secara kasat mata.
Contohnya saja sel. Tubuh manusia mengandung milyaran sel yang menyusun
setiap jaringan dengan sangat baik.
Sebagai makhluk hidup, manusia memiliki beberapa ciri. Dari sekian ciri yang
dimiliki oleh manusia diantaranya termasuk respirasi yaitu bernafas. Manusia
bernafas menggunakan paru-paru, yang didalamnya terdiri atas elveolus-alveolus
yang merupakan termpat pertukaran udara.
Tak hanya manusia, makhluk hidup lain seperti hewan dan tumbuhan pun juga
mengalami respirasi. Namun setiap makhluk hidup hamper memiliki cara yang
berbeda untuk melakukan respirasi tersebut. Contohnya saja ikan yang bernafas
dengan insang
Kecepatan dan kekuatan setiap organisme untuk berespirasi pun juga berbedabeda. Ada yang cepat, dan ada yang lambat. Selain factor internal, respirasi tiap
makhluk hidup juga bergantung dari lingkungan, termasuk suhu. Suhu yang
berbeda membuat kecepatan respirasi berbeda juga.
Suhu mempunyai peranan penting dalam mengatur aktivitas biologis
organisme baik hewan maupun manusia. Contoh yang paling sederhana yang
membuktikan peranan suhu dalam kehidupan makhluk hidup adalah terkadang kita
melihat banyak organisme yang tidak melakukan aktivitasnya dengan baik karena
pengaruh suhu yang tidak cocok dengan keadaan organisme tersebut.
Setiap organisme memiliki suhu optimum yang berbeda-beda untuk
kelancaran aktivitasnya. Sebagian besar makhluk hidup beraktivitas dengan baik
pada suhu kamar, dan sebagian lainnya dapat bertahan pada suhu ekstrim baik itu
panas maupun dingin. Jadi bagaimanakah pengaruh suhu terhadap aktivitas
organisme? Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka dilakukanlah praktikum
ini.
B. Tujuan Praktikum
Tujuan dari kegiatan praktikum ini adalah membandingkan kecepatan
penggunaan oksigen oleh organisme pada suhu yang berbeda.
C. Manfaat Praktikum
Manfaat dari praktikum ini adalah mahasiswa dapat membandingkan
kecepatan penggunaan oksigen oleh organisme pada suhu yang berbeda.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Suhu merupakan salah satu factor fisik lingkungan yang paling jelas, mudah
diukur dan sangat beragam. Suhu tersebut mempunyai peranan penting dalam
mengatur aktivitas biologis organisme, baik hewan maupun tumbuhan. Ini terutama
disebabkan karena suhu memengaruhi kecepatan reaksi kimiawi dalam tubuh dan
sekaligus menentukan kegiatan metabolic, misalnya respirasi (Tim Pengajar, 2012).
Respirasi adalah proses oksidasi bahan makanan atau bahan organik yang
terjadi di dalam sel yang dapat dilakukan secara aerob maupun anaerob. Dalam
kondisi
aerob,
respirasi
ini
memerlukan
oksigen
bebas
dan
melepaskan
karbondioksida serta energy. Reaksi yang terjadi dalam oksidasi gula dapat dituliskan
seperti berikut: C6H12O6 + 6O2
→
6CO2 + 6 H2O + energy. Jumlah CO2 yang
dihasilkan dan jumlah O2 yang digunakan dalam respirasi aerob tidak selalu sama. hal
ini tergantung pada jenis bahan yang digunakan. Perbandingan antara jumlah CO 2
yang dilepaskan dan jumlah O2 yang dibutuhkan disebut Respiratory Quotient (RQ)
(Tim Pengajar, 2012).
Respirasi adalah control rinci biologi tentang substansi energy, seperti
karbohidrat, lemak, dan protein. Proses utama respirasi terbagi atas 2 yaitu bagian,
yaitu: (1) glikolisis dan (2) daur Krebs. Fakta bahwa kloroplas adalah tempat
melakukan fotosintesis di dalam sel telah diketahui jauh sebelum proses ini dipahami.
Selama pemisahan sentrifugal, pemecahan bagian sel diputar pada kecepatan yang
bervariasi (William, 1967).
Sebagian besar hewan dan tumbuhan dapat hidup dalam jangkauan kecil dari
suhu, pada mayoritas terbesar, jangkauan ini antara 10 ◦C dan 45 ◦C. Beberapa
ganggang dan bakteri, bagaimana pun, hidup di mata air panas dengan temperatur
hingga dengan 90 ◦C, dan pada suasana ekstrim lainnya, ikan dan invertebrata tertentu
dapat bertahan hidup pada temperatur 0 ◦C atau dibawahnya. Pada umumnya, laju
reaksi kimia pada organisme meningkat dengan temperatur maksimum dan kemudian
berkurang seiring peningkatan temperatur (McElroy, 1962).
Hukum Toleransi Shelford menyatakan bahwa untuk setiap faktor lingkungan
suatu janis organisme mempunyai suatu kondisi minimum dan maksimum yang
mampu diterimanya, diantara kedua harga ekstrim tersebut merupakan kisaran
toleransi dan didalamnya terdapat sebuah kondisi yang optimum. Dengan demikian
setiap organisme hanya mampu hidup pada tempat-tempat tertentu saja, yaitu tempat
yang cocok yang dapat diterimanya. Diluar daerah tersebut organisme tidak dapat
bertahan hidup dan disebut daerah yang tidak toleran (Yusar, 2010).
Hewan-hewan yang dalam keadaan aktif hampir tidak ada yang dapat
bertahan hidup pada suhu diatas 50 ◦C. Hewan yang hidup di daerah sedang dan
dingin sering menghadapi temperatur lingkungan yang rendah pada musim dingin.
pada musim dingin suhu udara sering mencapai jauh dibawah titik beku air. Hewanhewan yang hidup di daerah sedang dan dingin itu memiliki cara-cara yang berbeda
dlm menghadapi suhu dingin. Hewan yang tidak toleran terhadap pembekuan cairan
tubuhnya akan mati jika air tubuhnya membeku (Dharmawan, 2005).
Menurut Yusar (2010), Faktor pembatas dalam ekosistem perairan sungai
adalah :
1.
Cahaya matahari
Cahaya Matahari merupakan faktor lingkungan yang sangat penting, karena
sebagai sumber energi utama bagi seluruh ekosistem. Struktur dan fungsi dari
suatu ekosistem sangat ditentukan oleh radiasi matahariyang sampai pada
ekosistem tersebut. Cahaya matahari, baik dalam jumlah sedikit maupun
banyak dapat menjadi faktor pembatas bagi organisme tertentu.
2.
Air
Air merupakan faktor lingkungan yang sangat penting, karena semua
organisme hidup memerlukan air. Air dalam biosfer ini jumlahnya terbatas dan
dapat berubah-ubah karena proses sirkulasinya. Siklus air dibumi sangat
berpengaruh terhadap ketersediaan air tawar pada setiap ekosistem pada
akhirnya akan menentukan jumlah keragaman organisme yang dapat hidup
dalam ekosistem tersebut.
Suhu
3.
Air mempunyai beberapa sifat unik yang berhubungan dengan panas yang
secara bersama-sama mengurangi perubahan suatu sampai tingkat minimal,
sehingga perbedaan suhu dalam air lebih kecil dan perubahan yang terjadi
lebih lambat dari pada di udara. Sifat yang terpenting adalah : panas jenis,
panas fusi, dan panas evaporasi.
4.
Kejernihan
Penetrasi cahaya sering kali dihalangi oleh zat yang terlarut dalam air,
membatasi zona fotosintesa dimana habitat akuatik dibatasi oleh kedalaman.
Kekeruhan, terutama bila disebabkan oleh lumpur dan partikel yang dapat
mengendap, sering kali penting sebagai faktor pembatas. Sebaliknya, bila
kekeruhan disebabkan oleh organisme, ukuran kekeruhan merupakan indikasi
produktifitas.
5.
Arus
Air cukup “padat”, maka arah arus amat penting sebagai faktor pembatasan,
terutama pada aliran air. Disamping itu, arus sering kali amat menentukan
distribusi gas yang fital, garam dan organisme yang kecil. Kuat arus dalam
suatu perairan sungai sangat menentukan kondisi substrat dasar sungai, suhu
air, kadar oksigen, dan kemampuan organisme untuk mempertahankan
posisinya diperairan tersebut. Semakin kuat arus air, semakin berat organisme
dalam mempertahankan posisinya.
6.
Zona air deras
Daerah yang airnya dangkal dimana kecepatan arus cukup tinggi untuk
menyebabkan dasar sungai bersih dari endapan dan materi lain yang lepas,
sehingga dasarnya padat. Zona ini dihuni oleh berbagai bentos yang telah
beradapatasi khusus misalnya derter.
7.
Zona air tenang
Bagian air yang dalam dimana kecepatan arus suda berkurang, maka lumpur
dan materi lepas cenderung mengendap di dasar, sehingga dasarnya lunak
tidak sesuai dengan bentos tetapi sesuai untuk penggali nekton dan plankton.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada:
hari/tanggal
: Rabu/ 12 Desember 2012
waktu
: Pukul 07.40 s.d 09.20 WITA
tempat
: Laboratorium biologi lantai III barat FMIPA UNM
B. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Termometer
b. Stopwatch (Handphone)
c. Toples kaca
2. Bahan
a. Ikan Mas Koki (Carrasius auratus)
b. Es batu
c. Air kran
d. Air panas
C.
Prosedur Kerja
1.
Memasukkan 1 ekor ikan mas koki ke dalam toples yang berisi air kran dan
aklimatisasi selama 15 menit.
2.
Mengambil satu ekor ikan mas koki dan memasukkannya ke dalam toples
yang berisi air panas (38◦C). Menghitung dan mencatat frekuensi gerakan
(buka-tutup) operculum dalam 1 menit selama 5 menit.
3.
Mengambil satu ekor ikan mas koki dan memasukkannya ke dalam toples
yang berisi air panas (27◦C). Menghitung dan mencatat frekuensi gerakan
(buka-tutup) operculum dalam 1 menit selama 5 menit..
4.
Mengambil satu ekor ikan mas koki dan memasukkannya ke dalam toples
yang berisi air panas (16◦C). Menghitung dan mencatat frekuensi gerakan
( buka-tutup ) operculum dalam 1 menit selama 5 menit.
5.
Mencatat hasil pengamatan dalam tabel.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Tabel Pengamatan
Indikato
r
Temperatur
1
Menit ke- (kali)
2
3
4
5
Rerata
(kali)
I
±38 ºC
93
103
82
72
58
81,6
II
±16 ºC
103
96
77
107
173
111,2
III
±27 ºC
2. Grafik Pengamatan
107
131
81
79
66
92,8
200
180
160
140
120
±38 ºC
±16 ºC
±27 ºC
100
80
60
40
20
0
1
2
3
4
5
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilaksanakan, kecepatan penggunaan
oksigen ikan mas koki pada suhu ±38 ºC adalah 93 kali/menit, 103 kali/menit, 82
kali/menit, 72 kali/menit, dan 58 kali/menit, dengan rerata 81,6 kali/menit..
Adapun kecepatan penggunaan oksigen ikan mas koki pada suhu ±16 ºC adalah
103 kali/menit, 86 kali/menit, 77 kali/menit, 107 kali/menit, dan 173 kali/menit,
dengan rerata 111,2 kali/menit. Sedangkan rata-rata kecepatan penggunaan
oksigen ikan mas koki pada suhu ±27 ºC adalah 107 kali/menit, 131 kali/menit,
81 kali/menit, 79 kali/menit, dan 66 kali/menit, dengan rerata 92,8 kali/menit.
Gerakan operculum ikan pada masing-masing suhu tidak beraturan, hal ini
dimungkinkan oleh perubahan suhu yang lumayan drastis sehingga ikan harus
beradaptasi terlebih dahulu. Ketika dipindahkan, ikan akan melakukan suatu
upaya penyesuaian fisiologis atau adaptasi terhadap suatu lingkungan baru yang
akan dimasukinya atau biasa disebut aklimatisasi, sehingga aktifitasnya belum
stabil.
Hukum toleransi Shelford, menyatakan bahwa kehadiran dan keberhasilan
suatu
organisme
tergantung
kepada
suatu
faktor
yang
terdapat
di
lingkungan. Konsep toleransi Shelford menyatakan bahwa masing-masing
organisme mempunyai batas toleransi terhadap suatu faktor yang ada di
lingkungan untuk saling berkompetisi dan bertahan hidup. Salah satu factor
lingkungan yang dimaksud pada pernyataan tersebut adalah suhu. Ikan memiliki
rentang suhu yang berbeda untuk setiap jenisnya.
Berdasarkan percobaan, pada suhu yang tinggi (±38 ºC) aktifitas ikan
cenderung menurun. Namun pada suhu rendah (±16 ºC), aktivitas ikan
meningkat. Aktifitas ikan terlihat normal pada suhu kamar yaitu ±27 ºC. hasil
rerata dari percobaan, aktifitas tertinggi dari ikan mas koki terjadi pada suhu
rendah atau dingin yaitu ±16 ºC.
Menurut praktikan, adanya perubahan keaktifan ikan pada suhu yang berbeda
dikarenakan oleh penggunaan oksigen yang berbeda pula. Pada suhu tinggi,
kadar oksigen cenderung menurun sehingga ikan akan lebih sering membuka
tutup operculumnya untuk mengimbangi kebutuhan oksigen dalam tubuh. Pada
suhu yang panas, kadar oksigen dalam air lebih banyak sehingga gerak bukatutup operculum ikan pun menjadi lebih jarang.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa
kecepatan penggunaan oksigen suatu organisme berbeda pada suhu yang berbeda.
Penggunaan tercepat adalah pada suhu rendah. Sedangkan pada suhu tinggi,
aktifitas organisme cenderung menurun.
B. Saran
a.
Kepada praktikan selanjutnya, diharapkan agar menguasai materi dan konsep
praktikum sebelum memasuki ruangan laboratorium, menyiapkan fisik dan
mental untuk mengikuti praktikum, mematuhi peraturan dan tata tertib
laboratorium.
b.
Kepada asisten, diharapkan ketika mendampingi praktikan dalam praktikum
di laboratorium, agar menggunakan baju lab dan tidak meninggalkan
praktikan saat melakukan praktikum.
c.
Kepada laboratorium, kiranya sarana dan prasana praktikum diperhatikan,
apabila ada alat yang sudah tidak layak pakai hendaknya diganti atau
diperbaiki.
DAFTAR PUSTAKA
Yusar, Amriel. 2010. Faktor Pembatas, Hukum dan Toleransi.
http://amrielyusar.blogspot.com/2010/08/faktor-pembatas-hukum-dan-toleransi.html.
Diakses pada tanggal 15 Desember 2012 pukul 19.37 WITA.
Dharmawan, Agus dkk. 2005. Ekologi Hewan. Malang : UM Press.
William, Irving Knobloch. 1967. Readings in Biological Science. New York :
Appleton-Century-Crofts Inc.
McElroy, William D. 1962. Cellular Physiology and Biochemistry. New Jersey :
Prentice-Hall, Inc.
Tim Penyusun. 2012. Penuntun Praktikum Biologi Dasar. Makassar : Tim penyusun
jurusan biologi FMIPA UNM.
LAMPIRAN
1.
Apa fungsi KOH yang dibingkus dengan kapas ?
Jawab : untuk menyerap CO2 yang dikeluarkan oleh oranisme saat bernafas.
2.
Apa fungsi eosin pada percobaan ini ? dapatkah eosin diganti dengan cairan
yang lain ? jelaskan.
Jawab: eosin berfungsi untuk mengetahui
3.
Apa fungsi HCl dan NaOH pada percobaan di atas ?
Jawab: HCl berfungsi untuk memberikan suasana asam, dan NaOH berfungsi
untuk memberikan suasana basa.