Analisis varibel yang mempengaruhi tax avoidance pada perusahaan perbankan di asia tenggara - Perbanas Institutional Repository

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penyelesaian Program Pendidikan Sarjana

  Program Studi Akuntansi

  Disusun Oleh :

  ANALISIS VARIBEL YANG MEMPENGARUHI TAX AVOIDANCE PADA PERUSAHAAN PERBANKAN DI ASIA TENGGARA Iqbal Bagus Prakoso

  STIE Perbanas Surabaya Email

  Jl. Wonorejo Timur No.16, Wonorejo, Rungkut, Surabaya

  ABSTRACT Taxes are one of the largest revenues the state has and it is a compulsory duty for both citizens and companies to pay to the state. The collected funds are used by the state to build state infrastructure. However, not all individuals or companies are willing to pay the dues voluntarily. This creates an avoidance of tax dues called tax avoidance. There are many factors that may affect tax avoidance practices such as institutional ownership, gender board of directors, audit committee and firm size. This study aims to determine the effect of institutional ownership, gender board of directors, audit committee and firm size to tax avoidance practice with current effective tax rate approach and using SPSS test tool version 22. Total sample used amounted to 568 with criteria banking company in Southeast Asia registered in Orbis, publishes english financial statements, gains profit and pays taxes in the year of research. Based on the research result, it is found that institutional ownership has a significant effect on tax avoidance. Likewise audit committee and firm size also have a significant effect on tax avoidance. However, the gender of the board of directors has no significant effect on tax avoidance.

  Keywords: Institutional ownership, gender board of directors, audit committee and firm size

PENDAHULUAN pendapatan (Direktorat Jenderal Pajak

  Pemerintah membutuhkan biaya Kementrian Keuangan, 2012). Sektor yang tidak sedikit jumlahnya untuk pajak menjadi sumber dana dalam meningkatkan pembangunan dan penyelenggaraan pemerintahan, pelayanan perkembangan seluruh pelosok di umum dan pembangunan nasional.

  Indonesia. Dana yang dibutuhkan juga Selama 10 tahun terakhir telah semakin meningkat sebanding dengan terjadi banyak penyelewengan pajak yang jumlah kenaikan dan pengembangan dilakukan oleh badan maupun orang pembangunan tersebut. Pajak merupakan pribadi yang sangat merugikan negara. salah satu sumber dana terbesar yang

  Salah satunya adalah kasus yang terjadi dimiliki oleh pemerintah dengan pada tahun 2014, yaitu pada Bank Central menyumbang sekitar 70% dari seluruh Asia (BCA). BCA yang merupakan bank swasta terbesar di Indonesia tengah sibuk berurusan dengan KPK, pasalnya pada Senin 21 April 2014, KPK menetapkan Hadi Poernomo (DirJen Pajak) sebagai tersangka dalam kasus Non Performance

  Loan (NPL) pihak BCA bernilai Rp 5,7

  triliun yang menyebabkan kerugian negara senilai Rp 375 Miliar (Sutaya, 2014).

  Hal lainnya seperti yang terjadi pada perusahaan Toyota di Thailand pada tahun 2015. Toyota Thailand sedang terkena masalah yang cukup pelik berkaitan dengan mobil hybrid Toyota Prius. National Anti-Corruption Network (NACN) Thailand meminta menteri keuangan Thailand untuk memeriksa apakah Toyota Motor Thailand telah melakukan manipulasi pajak. Jika temuan ini terbukti benar, maka Toyota Thailand wajib bertanggung jawab atas pajak penjualan domestik sebesar 30 miliar baht, atau sekitar 11,9 triliun rupiah (Satrio, 2015).

  Pada kasus tersebut dapat menjelaskan bagaimana usaha sebuah perusahaan untuk menghindari pajak dengan berbagai cara baik legal (tax

  avoidance

  ) maupun non legal (tax

  evasion). Tax avoidance yang dilakukan

  secara legal dapat dilakukan dengan memanfaatkan loop holes dari sistem hukum perpajakan di Indonesia maupun di Asia. Menurut Mardiasmo (2003) tax

  avoidance

  adalah upaya, usaha perusahaan (badan ataupun orang pribadi) untuk meringankan beban pajak yang terhutang dengan tidak melanggar Undang-Undang Perpajakan yang ada. Pendapat lain mengenai tax avoidance adalah suatu usaha penngurangan (beban pajak) secara legal yang dilakukan dengan cara memanfaatkan ketentuan tertentu (loopholes) di bidang perpajakan secara optimal, yaitu diantarannya pengecualian dan pemotongan yang diperkenankan maupun manfaat hal-hal yang belum diatur dan kelemahan-kelemahan yang ada dalam peraturan perpajakan yang berlaku (Suandy, 2011)

  Menurut Arifin (2016) dewan direksi merupakan salah satu komponen dalam tata kelola perusahaan (corporate

  governance

  ) yang terdiri dari beberapa anggota untuk menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan dalam perusahaan. Semakin banyak dewan direksi akan memberikan suatu bentuk manajemen yang baik bagi perusahaan. Termasuk salah satunya dalam kebijakan untuk efisiensi pajak yang menjadi alternative manajemen untuk menekan beban pajak sehingga diharapkan mampu meningkatkan laba perusahaan.

  Peran wanita semakin nyata dalam perusahaan, terutama kemampuan untuk menjadi pemimpin perusahaan (Ferreira, 2009). Hal ini cenderung semakin nampak ketika dewan direksi berada di bawah tekanan untuk memiliki direktur wanita dalam anggota dewan direksi (Ferreira, 2009), sehingga pengaruh gender dalam dewan direksi akan berdampak pada keputusan yang diambil, dalam hal ini adalah tax avoidance. Gender dewan direksi berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance. Artinya, diversitas gender dewan direksi meningkatkan aktifitas tax avoidance suatu perusahaan (Amri, 2017).

  Semakin besar ukuran perusahaan, maka perusahaan akan lebih mempertimbangkan risiko dalam hal mengelola beban pajaknya. Salah satunya pada transaksi. I Gede Hendy Darmawan dan I Made Sukartha (2014) dalam penelitiannya menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan pada

  tax avoidance

  . Sedangkan menurut Mella Virgi Amelia, Dudi Pratomo dan Kurnia (2017) dalam penelitan tersebut menunjukan bahwa variable ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance.

  Menurut Ngadiman dan Puspitasari (2014), kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham oleh pemerintah, institusi keuangan, intitusi berbadan hukum, institusi luar negeri, dan dana perwalian serta institusi lainnya. Institusi-institusi tersebut memiliki wewenang untuk melakukan pengawasan atas kinerja manajemen.

  Adanya kepemilikan institusional di suatu perusahaan akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen.

  Menurut Ikatan Komite Audit Indonesia (2004), tugas pokok dari komite audit adalah membantu dewan komisaris dalam melakukan fungsi pengawasan kinerja perusahaan, Hal tersebut berkaitan dengan review sistem pengendalian intern perusahaan, memastikan kualitas laporan keuangan, dan meningkatkan efektivitas fungsi audit.

  KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS Teori Agensi

  Teori keagenan merupakan basis teori yang mendasari praktik bisnis perusahaan yang dipakai selama ini. Teori tersebut berakar dari sinergi teori ekonomi, teori keputusan, sosiologi, dan teori organisasi. Prinsip utama teori ini menyatakan adanya hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang yaitu investor dengan pihak yang menerima wewenang (agensi) yaitu manajer.

  Dalam teori keagenan (agency

  theory

  ), hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal) memperkerjakan orang lain (agen) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agent tersebut. Hubungan antara principal dan agent dapat mengarah pada kondisi ketidakseimbangan informasi (asymmetrical

  information

  ) karena agent berada pada posisi yang memiliki informasi yang lebih banyak tentang perusahaan dibandingkan dengan principal. Dengan asumsi bahwa individu- individu bertindak untuk memaksimalkan kepentingan diri sendiri, maka dengan informasi asimetri yang dimilikinya akan mendorong agent untuk menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui principal. Dalam kondisi yang asimetri tersebut, agent dapat mempengaruhi angka-angka akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan dengan cara melakukan manajemen laba.

  Menurut Jensen dan Meckling (1976) teori agensi merupakan pemisahan antara pemilik dan prinsipal dan manajer sebagai agen yang menjalankan perusahaan maka akan muncul permasalahan agensi karena masingmasing pihak tersebut akan selalu berusaha untuk memaksimalkan fungsi utilitasnya. Sejalan dengan konsep tersebut, pendapat mengenai teori agensi diungkapkan juga oleh Anthony dan Govindrajan (2005:269), yaitu hubungan antara prinsipal dan agen. Prinsipal mempekerjakan agen untuk melakukan tugas untuk kepentingan.

  Agency theory

  muncul berdasarkan adanya fenomena pemisahan antara pemilik perusahaan (pemegang saham/owner) dengan para manajer yang mengelola perusahaan.

  Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)

  Pajak merupakan iuran wajib kepada negara bagi masyarkat yang memiliki penghasilan sesuai dipersyaratkan oleh negara. Definisi pajak sendiri telah di jelaskan pada Undang Undang tentang Ketentuan Umum Perpajakan (UU KUP, 2013) bahwa Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi dan badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (UU KUP, 2013).

  Seperti penjelasan dari pasal tersebut yang menyatakan bahwa iuran pajak tidak mendapatkan imbalan secara langsung, membuat pelaku bisnis menganggap bahwa pajak sebagai beban. Semakin besar beban pajak maka semakin kecil laba bersih yang didapat oleh perusahaan, sehingga menjadi hal yang wajar apabila perusahaan (badan) dan orang pribadi (pengusaha atau pekerjaan bebas) berusaha untuk menghindari pajak dengan melakukan penghindaran pajak (tax avoidance ) sesuai ketentuan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Namun tidak sedikit juga ada perusahaan atau orang pribadi yang melakukan penggelapan pajak (tax

  evasion ) dengan melanggar peratutan perundang-undangan perpajakan.

  Sumarsan (2013 : 16) mendefinisikan penghindaran pajak merupakan tindakan Wajib Pajak yang tidak secara jelas melanggar undang- undang, sekalipun kadang-kadang dengan jelas menafsirkan undang-undang tidak sesuai dengan maksud dan tujuan pembuat undang-undang. Sumarsan menjelaskan pada bukunya Tax Review dan Startegi Perencanaan Pajak bahwa penghindaran pajak dapat dilakukan dan dipengaruhi melalui dua cara, yaitu sebagai berikut : 1.

  Menahan diri 2. Lokasi Terpencil 3. Adanya celah yang dapat dimanfaatkan

  Kepemilikn Institusional

  Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa kepemilikan institusional memiliki peranan yang sangat penting dalam meminimalisasi konflik keagenan yang terjadi antara manajer dan pemegang saham. Keberadaan investor institusional dianggap mampu menjadi mekanisme monitoring yang efektif dalam setiap keputusan yang diambil oleh manajer. Hal ini disebabkan investor institusional terlibat dalam pengambilan yang strategis sehingga tidak mudah percaya terhadap tindakan manipulasi laba.

  Kepemilikan institusional memiliki arti penting dalam memonitor manajemen karena dengan adanya kepemilikan oleh institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal. Monitoring tersebut tentunya akan menjamin kemakmuran untuk pemegang saham, pengaruh kepemilikan institusional sebagai agen pengawas ditekan melalui investasi mereka yang cukup besar dalam pasar modal. Tingkat kepemilikan institusional yang tinggi akan menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar oleh pihak investor institusional sehingga dapat menghalangi perilaku

  opportunistic

  seorang manajer

  Gender Dewan Direksi

  Teori Organisasi Gender (Theory

  of Gendered Organizations

  ) menjelaskan diversitas gender dalam organisasi. Menurut Acker (1990) organisasi adalah sebuah proses gender (gendered process). Terbentuknya organisasi ialah melalui tahapan-tahapan gender, yaitu melalui pola perbedaan antara maskulin dan feminim. Proses gender terjadi melalui setidaknya lima proses interaksi: (1) Pembagian konstruksi sepanjang garis gender, (2) Pembangunan simbol dan gambar yang menjelaskan, mengungkapkan, memperkuat, atau terkadang menentang divisi (pembagian gender), (3) Proses yang menghasilkan struktur sosial gender, termasuk organisasi, merupakan interaksi antara wanita dan pria, wanita dan wanita, pria dan pria, termasuk seluruh pola yang menetapkan dominansi (kekuasaan) dan kepatuhan. (4) Proses ini menghasilkan komponen identitas gender individu, mencakup kesadaran akan keberadaan tiga aspek lain gender; dalam organisasi, pilihan pekerjaan yang sesuai, penggunaan bahasa, pakaian, dan penyajian diri sebagai anggota gender dari sebuah organisasi. (5) Kelima, gender terlibat dalam hal mendasar, proses berkelanjutan dari penciptaan dan konseptualisasi struktur sosial. Gender merupakan elemen konstitutif dalam keluarga dan kekerabatan, hal ini membantu untuk membingkai hubungan yang mendasari struktur lain, termasuk organisasi yang kompleks.

  Gender dapat meningkatkan keberagaman karakteristik eksekutif sehingga diharapkan dapat memberikan alternatif penyelesaian terhadap suatu masalah yang pada akhirnya dapat mempengaruhi tax avoidance. Hal ini dapat dijelaskan dengan teori atribusi yang menyatakan bahwa setiap tindakan individu dalam eksekutif dipengaruhi sifat, karakter dan motivasi sehingga dapat menjelaskan suatu keputusan tindakan tersebut. Direktur utama wanita dapat memberikan perubahan dalam organisasi, dari struktur yang ketat melalui gaya kepemimpinannya yang luwes, kepercayaan, kerja tim, maupun kontrol. Wanita cenderung mendengarkan, memotivasi dan memberikan dukungan dan melakukan dengan lebih baik daripada pria.

  Komite Audit

  Komite audit adalah komite yang bertanggung jawab mengawasi audit eksternal dan merupakan kontak utama antara auditor dengan perusahaan (Jati, 2014). Dewan komisaris wajib membentuk komite audit yang beranggotakan sekurang-kurangnya tiga orang anggota diangkat serta diberhentikan serta bertanggung jawab kepada dewan komisaris. Komite audit yang beranggotakan sedikit, cenderung dapat bertindak lebih efisien, namun juga memiliki kelemahan, yakni minimnya pengalaman anggota, sehingga anggota komite audit seharusnya memiliki pemahaman memadai tentang pembuatan laporan keuangan dan pengawas prinsip- prinsip pengawasan internal. Kualifikasi terpenting dari anggota komite audit adalah pada common sense, kecerdasan dan suatu pandangan yang independen (Pohan, 2008).

  Komite audit bertugas melakukan

  control dalam proses penyusunan laporan

  keuangan perusahaan untuk menghindari kecurangan pihak manajemen. Berjalannya fungsi komite audit secara efektif memungkinkan pengendalian pada perusahaan dan laporan keuangan yang lebih baik serta mendukung

  good corporate governance.

  Komite audit dalam suatu perushaan dapat meminimalkan kecurangan dalam laporan keuangan yang dilakukan oleh pihak manajemen. Perusahaan yang memiliki komite audit memungkinkan adanya pengendalian laporan keuangan yang efektif dan dapat mendukung adanya corporate governance dalam suatu perusahaan.

  Ukuran Perusahaan

  Secara umum dapat diartikan sebagai suatu perbandingan besar atau kecilnya suatu objek. Besar kecilnya perusahaan dilihat dari besarnya nilai

  equity , nilai penjualan atau nilai aktiva.

  Total asset dan jumlah penjualan menjadi alat pengukur ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan dibagi menjadi beberapa klasifikasi, yaitu (Undang-Undang Republik Indonesia, 2008); 1.

  Perusahaan Mikro 2. Perusahaan Kecil 3. Perusahaan Menengah 4. Perusahaan Besar

  Berdasarkan beberapa definisi tersebut, maka dapat diketahui bahwa ukuran perusahaan adalah suatu skala yang menentukan besar kecilnya perusahaan yang dapat dilihat dari nilai ekuitas, nilai penjualan, jumlah karyawan dan nilai total aktiva, dan lainnya

  Hubungan Antar Variabel Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Tax Avoidance

  Kepemilikan institusional memiliki arti penting dalam memonitor manajemen karena dengan adanya kepemilikan institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terutama dalam pelaksanaan tax

  avoidance.

  Semakin tinggi kepemilikan institusional diharapkan nilai Current

  Effective Tax Rate

  (CuETR) semakin tinggi pula. Jika nilai CuETR tinggi maka perusahaan tersebut semakin patuh dan tidak melakukan penghindaran pajak. Penjelasan tersebut didukung dengan hasil dari penelitian yang telah dilakukan oleh Fadila (2017) menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh terhadap tax avoidance. Berdasarkan penjelasan diatas maka hipotesis yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut: Hipotesis 1: Kepemlikian Institusional berpengaruh signifikan terhadap Tax Avoidance

  Pengaruh Gender Dewan Direksi Terhadap Tax Avoidance

  Penghindaran pajak yang dilakukan oleh perusahaan dipengaruhi langsung oleh keputusan eksekutif. Eksekutif berperan dalam menentukan langkah yang diambil perusahaan, hal ini juga terkait dengan keputusan dalam hal penghindaran pajak. Diversitas gender dalam susunan eksekutif diakui juga memiliki peranan dalam pengambilan keputusan tersebut. Peran wanita dalam jajaran dewan eksekutif akan mempengaruhi cara pandang dan kebijakan penghindaran pajak. Karena wanita cenderung untuk patuh terhadap peraturan dan cenderung untuk menghindari resiko yang mungkin akan dihadapi suatu saat nanti. Berdasarkan hal tersebut diharapkan setidaknya terdapat 1 wanita dalam jajaran eksekutif untuk mewujudkan perusahaan yang patuh terhadap peraturan. Semakin banyak jumlah wanita dalam jajaran eksekutif perusahaan, maka dimungkinkan perusahaan tersebut lebih patuh terhadap peraturan daripada perusahaan yang tidak memiliki wanita dalam jajaran eksekutifnya. Berdasarkan penjelasan diatas maka hipotesis yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut: Hipotesis 2: Gender Dewan Direksi berpengaruh signifikan terhadap Tax Avoidance

  Pengaruh Komite Audit terhadap Tax Avoidance

  Komite audit sesuai fungsinya membantu dewan komisaris dalam melakukan pengawasan serta memberikan rekomendasi kepada manajemen dan dewan komisaris terhadap pengendalian yang telah berjalan sehingga dapat mencegah asimetri informasi. Semakin ketatnya pengawasan yang dilakukan pada suatu manajemen perusahaan maka akan menghasilkan suatu informasi yang berkualitas dan kinerja yang efektif (Zulaikha, 2013). Berdasarkan hal tersebut, komite audit dengan wewenang yang dimilikinya akan dapat mencegah segala perilaku atau tindakan yang menyimpang terkait dengan laporan keuangan perusahaan. Semakin tinggi kepemilikan institusional diharapkan nilai CuETR semakin tinggi pula. Jika nilai CuETR tinggi maka perusahaan tersebut semakin patuh dan tidak melakukan penghindaran pajak. Berdasarkan penjelasan diatas maka hipotesis yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut: Hipotesis 3: Komite Audit berpengaruh signifikan terhadap

  Tax Avoidance Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Tax Avoidance

  Ukuran perusahaan adalah suatu skala yang menentukan besar kecilnya perusahaan yang dapat dilihat dari nilai

  equity , nilai penjualan, jumlah karyawan

  dan nilai total aktiva, dan lainnya (Ngadiman, 2014). Penentuan ukuran perusahaan didasarkan kepada total aset perusahaan. Semakin besar total aset maka menunjukan bahwa perusahaan memiliki prospek baik dalam jangka waktu yang relatif panjang. Hal ini juga menggambarkan bahwa perusahaan lebih stabil dan lebih mampu dalam menghasilkan laba dibandingkan dengan perusahaan dengan total aset yang kecil.

  Berdasarkan penelitian Ngadiman (2014), dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh yang segnifikan terhadap penghindaran pajak. Berdasarkan penjelasan diatas maka hipotesis yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut: Hipotesis 4: Ukuran Perusahaan berpengaruh signifikan terhadap Tax Avoidance

  Kerangka Pemikiran METODE PENELITIAN Klasifikasi Sampel

  Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012-2015. Teknik pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode purposive sampling. Adapun beberapa kriteria sampel penelitian, antara lain :

  1. Perusahaan yang termasuk dalam jenis perusahaan perbankan yang terdaftar di Orbis pada periode 2012-2016 2. Perusahaan yang memiliki data keuangan lengkap dan laporan tahunan lengkap (annual report) terkait dengan variabel yang dibutuhkan 3. Perusahaan tidak mengalami kerugian agar tidak mengakibatkan nilai

  Current Effective Tax Rate (CuETR) terdistorsi.

  4. Perusahaan yang benar-benar membayar pajak pada tahun penelitian. Tidak termasuk kompensasi kerugian, manfaat pajak dan hal lain yang menambah manfaat atas pajak yang ditanggung.

  5. Melaporkan data keuangan dan laporan tahunan lengkap (annual

  report

  ) menggunakan bahasa internasional yaitu bahasa Inggris Dari total perusahaan perbankan yang terdaftar di Orbis terdapat 568 perusahaan yang menjadi sampel penelitian sesuai dengan kriteria pemilihan sampel

  Data Penenlitian

  Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data sekunder yang bersumber dari pihak ketiga. Data sekunder yang digunakan yaitu berupa laporan tahunan perusahaan perbankan yang memiliki variabel terkait penelitian periode 2012-2016. Data sekunder tersebut dapat diperoleh melalui website resmi Or. Gambar 1

  Kerangka Pemikiran

  Variabel Penelitian

  Kepemilikan institusional ditunjukkan dengan persentase kepemilikan institusional di dalam perusahaan. Semakin tinggi prosentase kepemilikan institusional dalam perusahaan, maka institusi dapat menjadi alat monitoring yang efektif sehingga akan dapat meningkatkan nilai perusahaan. Menurut Siregar dan Utama (2005) kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham oleh institusi atau lembaga, seperti perusahaan asuransi, bank, dana pensiun, dan investment banking. Pengukuran kepemilikan institusional dapat dihitung menggunakan :

  Komite audit bertugas melakukan kontrol dalam proses penyusunan laporan keuangan perusahaan untuk menghindari kecurangan pihak manajemen. Berjalannya fungsi komite audit secara efektif memungkinkan pengendalian pada perusahaan dan laporan keuangan yang lebih baik serta mendukung good corporate governance. Maka dalam penelitian ini dapat diasumsikan perusahaan yang memiliki komite audit diharapkan memiliki kemungkinan yang sangat kecil dalam melakukan penghindaran pajak karena memiliki pengawasan dan pengontrolan yang baik dalam perusahaan tersebut.

  Komite Audit

  teori atribusi yang menyatakan bahwa setiap tindakan individu dalam eksekutif dipengaruhi sifat, karakter dan motivasi sehingga dapat menjelaskan suatu keputusan tindakan tersebut. Diharapkan dengan semakin banyaknya dewan eksekutif wanita mampu untuk menekan tindakan penghindaran pajak pada perusahaan tersebut.

  avoidance . Hal ini dapat dijelaskan dengan

  Gender dapat meningkatkan keberagaman karakteristik eksekutif sehingga diharapkan dapat memberikan alternatif penyelesaian terhadap suatu masalah yang pada akhirnya dapat mempengaruhi tax

  Gender Dewan Direksi

  Kepemilikan Institusional

  Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian saat ini meliputi variable dependen yaitu tax

  tax avoidance dalam jangka pendek.

  ETR adalah mengakomodasikan pajak yang dibayarkan oleh perusahaan sehingga dapat mengukur

  Current

  Dalam penelitian saat ini untuk variable Penghindaran pajak peneliti menerapkan Current ETR adalah jumlah pajak penghasilan badan yang dibayarkan perusahaan pada tahun berjalan. Fungsi dari

  Definisi Operasional Variabel Tax Avoidance

  dan variable independen yang terdiri dari kepemilikan institusional, gender dewan direksi, komite audit dan ukuran perusahaan.

  avoidance

  KA = Jumlah keberadaan komite audit dalam perusahaan i pada tahun

  Ukuran Perusahaan

  Analisis deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran mengenai variabel- variabel dalam penelitian ini yaitu variabel kepemilikan institusional, gender dewan direksi, komite audit dan ukuran perusahaan. Tabel 1 berikut adalah hasil uji deskriptif:

  Sumber : Data diolah Berdasarkan pada tabel 1 CuETR memiliki nilai rata-rata sebesar 0,210247 dengan standar deviasi sebesar 0,0786494. Didukung dengan data deskriptif, ditemukan bahwa terdapat 327 data perusahaan sampel yang memiliki nilai CuETR diatas rata-rata dan 241 data perusahaan sampel yang memiliki nilai

  10 3.64 1.071 SIZE 568 15.1081 28.2100 21.325660 2.5013435

  2

  KI 568 0.0000 1.0000 .629583 .2745521 GDD 568 0.0000 .7500 .159655 .1362578 KA 568

  N Minimum Maximum Mean Std. Deviation CuETR 568 .0008 .4473 .210646 .0763058

  

Tabel 1

Hasil Analisis Deskriptif

  HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Uji Deskriptif

  Ukuran perusahaan adalah suatu skala yang menentukan besar kecilnya perusahaan yang dapat dilihat dari nilai

  Alasannya dipilihnya model regresi linier berganda karena untuk menguji pengaruh beberapa variabel bebas terhadap satu variabel terikat. Untuk mengetahui hubungan tersebut, maka berikut adalah persamaan regresinya: Y= a +b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e Keterangan : a : Harga Konstanta b : Koefisien Regresi Y : Penghindaran Pajak X1 : Kepemilikan Institusional X2 : Gender Dewan Direksi X3 : Komite Audit X4 : Ukuran Perusahaan e : error

  Untuk menguji hubungan antara kepemilikan institusional, gender dewan direksi, komite audit dan ukuran perusahaan untuk perusahaan sector perbankan di Asia tenggara yang terdaftar pada Orbis periode 2012-2016 menggunakan model regresi linier berganda.

  Alat Analisis

  = Ln (total aset)

  SIZE

  , nilai penjualan, jumlah karyawan dan nilai total aktiva, dan lainnya Ukuran perusahaan (SIZE) dapat dirumuskan sebagai berikut:

  equity

  CuETR dibawah rata-rata, sehingga dapat disimpulkan bahwa perusahaan perbankan di Asia Tenggara cenderung lebih patuh dalam pembayaran pajak, hal tersebut didukung dengan jumlah perusahaan yang memiliki nilai CuETR diatas rata-rata lebih banyak dibandingkan perusahaan yang memiliki nilai CuETR di bawah rata- rata. Semakin besar nilai CuETR maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan di Asia Tenggara semakin taat terhadap pajak, karena nilai CuETR yang tinggi menggambarkan kondisi perusahaan dalam membayar pajak semakin patuh.

  Rata-rata untuk variabel kepemilikan institusional (KI) adalah 0,6296. Artinya, keseluruhan perusahaan dalam penelitian lebih banyak dimiliki oleh pihak institusional. Terdapat 322 data perusahaan sampel yang memiliki nilai kepemilikan institusional diatas rata-rata dan sisanya sebanyak 246 data perusahaan sampel memiliki nilai kepemilikan institusional dibawah rata-rata, sehingga dapat disimpulkan bahwa jika dinilai dari rata-rata kepemilikan institusionalnya, pemegang saham dari pihak institusi mempunyai kontrol dan wewenang yang cukup besar dalam perusahaan sampel. Diharapkan dengan semakin besar jumlah kepemilikan institusional dapat mengawasi tindakan dan kebijakan perusahaan sehingga perusahaan dapat menaikan nilai CuETR. Semakin tinggi nilai CuETR maka semakin tinggi pula beban pajak yang dibayarkan perusahaan. Kondisi tersebut menggambarkan bahwa perusahaan semakin patuh dalam membayar pajak.

  Rata-rata nilai gender dewan direksi dari tahum 2012 sampai dengan 2016 pada perusahaan perbankan di Asia Tenggara adalah sebesar 0,15965, artinya rata-rata direksi dengan gender wanita pada perusahaan adalah sebesar 15.965% dari total dewan direksi yang dimiliki perusahaan. Terdapat 259 data perusahaan sampel yang memiliki nilai gender dewan direksi diatas rata-rata dan 309 data perusahaan sampel yang memiliki nilai gender dewan direksi dibawah rata-rata, sehingga dapat disimpulkan bahwa perusahaan perbankan di Asia Tenggara cenderung terdapat seorang laki-laki daripada wanita untuk memegang peran sebagai dewan direksi. Semakin banyak jumlah wanita dalam jajaran dewan direksi diharapkan dapat meningkatkan nilai CuETR. Nilai CuETR yang tinggi menggambarkan bahwa perusahaan tersebut mampu membayar pajak sesuai peraturan dan dapat dinyatakan bahwa perusahaan tersebut patuh.

  Rata-rata nilai komite audit dari tahum 2012 sampai dengan 2016 pada perusahaan perbankan di Asia Tenggara adalah sebesar 3,64, artinya rata-rata komite audit yang dimiliki perusahaan berada pada angka 3 sampai dengan 4. Terdapat 221 data perusahaan sampel yang memiliki nilai komite audit diatas rata-rata dan 347 data perusahaan sampel yang memiliki nilai komite audit dibawah rata- rata, termasuk 12 perusahaan dengan jumlah komite audit sebanyak 2, sehingga dapat disimpulkan bahwa perusahaan perbankan di Asia Tenggara cenderung telah memiliki jumlah komite audit yang ideal yaitu pada angka 3. Perusahaan yang memiliki jumlah komite audit yang banyak diharapkan memiliki nilai CuETR yang semakin tinggi dan dapat dinyatakan patuh terhadap peraturan perpajakan.

  Rata-rata nilai ukuran perusahaan dari tahun 2012 sampai dengan 2016 pada perusahaan perbankan di Asia Tenggara adalah sebesar 21,33, artinya rata-rata perusaahan perbankan di Asia Tenggara memiliki nilai total asset sebesar $ 1.300.000.000. Terdapat 273 data perusahaan sampel yang memiliki nilai ukuran perusahaan diatas rata-rata dan 295 data perusahaan sampel yang memiliki nilai ukuran perusahaan dibawah rata-rata, Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan yang digunakan sebagai sampel memiliki total aset kurang dari $1.300.000.000, dengan kata lain rata-rata perusahaan Asia yang terdaftar di Orbis tergolong sebagai medium firms. Semakin besar perusahaan dimungkinkan perusahan akan cenderung berfikir ulang mengenai beban pajak yang dimiliki, sehingga dimungkinkan semakin besar perusahaan akan semakin kecil nilai CuETR dan mengindikasi bahwa perusahaan melakukan praktik penghindaran pajak. Hal tersebut dapat terjadi karena perusahaan besar memeiliki transaksi yang kompleks dan memiliki SDM perpajakan yang ahli dalam mengelola pajak.

  Hasil Analisis dan Pembahasan

Tabel 2

Hasil Analisis Regresi Linier Berganda

  Variabel Model CuETR t-hit Sig.

  Kepemilikan Institusional 2,143 0,033 Gender Dewan Direksi 0,019 0,985 Komite Audit 2,157 0,031 Ukuran Perusahaan -3,577 0,000 Constant 9,595 0,000 R Square 0,029 Adj R Square 0,023 F hit 4,269 Sig F 0,002

  Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Tax Avoidance

  Menurut Siregar dan Utama (2005) kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham oleh institusi atau lembaga, seperti perusahaan asuransi, bank, dana pensiun, dan

  investmentbanking , serta selain saham

  individu. Kepemilikan institusional di dalam perusahaan, digunakan sebagai pengawas akan seluruh tindakan pihak eksekutif perusahaan dalam mengambil tindakan bisnis, apakah tindakan tersebut menguntungkan perusahaan ataukah tidak serta memberikan rasa tanggung jawab terhadap perusahaan agar memahami bahwa dana yang digunakan oleh pihak perusahaan tidak hanya dana milik satu perusahaan melainkan bisa dimiliki oleh lebih dari satu perusahaan. Dana tersebut sepatutnya digunakan sebaik mungkin dan tidak digunakan dengan tujuan pribadi maupun kelompok selain hanya untuk mengembangkan perusahaan.

  Berdasarkan hal tersebut dapat dipastikan bahwa semakin tinggi jumlah kepemilikan saham institusional perusahaan maka akan semakin tinggi pula beban pajak kini yang ditanggung perusahaan, karena perusahaan dinilai semakin patuh terhadap peraturan perpajakan dan tidak ingin melakukan tindakan yang merugikan perusahaan. Maka dari itu semakin tinggi nilai kepemilikan institusional perusahaan maka praktik tax avoidance pada perusahaan tersebut semakin berkurang.

  Pada variabel kepemilikan institusional menunjukkan hasil berpengaruh signifikan. Hasil ini mendukung hipotesis penelitian H1 yang menyatakan adanya pengaruh signifikan atas kepemilikan institusional terhadap tax

  avoidance

  yang dilakukan perusahaan perbankan. Berdasarkan data diskriptif pergerakan diantara variabel kepemilikan institusional dengan variabel tax avoidance (CuETR) adalah searah, artinya setiap terjadi kenaikan atas kepemilikan institusional maka akan terjadi kenaikan atas beban pajak yang ditanggung oleh perusahaan. Semakin besar beban pajak yang ditanggung oleh perusahaan pada suatu tahun, maka dapat dipastikan bahwa perusahaan tersebut patuh terhadap peraturan perpajakan yang berlaku.

  Penelitian saat ini menggunakan sampel perusahaan perbankan di Asia Tenggara. Sebagai perusahaan yang bekerja secara multinasional memungkinkan untuk memiliki jenis transaksi yang lebih kompleks, sehingga akan banyak sekali celah yang dapat dimanfaatkan perusahaan untuk mengurangi beban pajak yang dimiliki. Berdasarkan hal tersebut, kepemilikan saham institusional merupakan salah satu cara yang diharapkan dapat memperkecil celah praktik tax avoidance. Besarnya tuntutan pemegang saham kepada perusahaan untuk melaporkan laporan keuangannya sebenar- benarnya memberikan tekanan terhadap perusahaan untuk menjaga reputasi di mata para pemegang saham.

  Menilik dari segi grand theory dalam penelitian saat ini yaitu Agency

  Theory

  , dapat dijelaskan lebih lanjut bahwa hubungan antara variabel kepemilikan institusional dan variabel tax

  avoidanc

  (CuETR) merupakan contoh hubungan kepentingan antara agen dan prinsipal, dimana agen dalam hal ini adalah pengelola perusahaan dan prinsipal merupakan para pemegang saham. Adanya kepentingan yang berbeda antara agen dan prinsipal, membuat terjadinya perbedaan tujuan dalam menjalankan perusahaan. Kondisi tersebut lebih dikenal dengan masalah keagenan, dimana adanya selisih tujuan antara agen dan prinsipal.

  Permasalahan keagenan yang terjadi adalah ketika pengelola perusahaan selaku Agen ingin mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya namun pihak pemegang saham selaku prinsipal tetap menekankan pada perusahaan agar terbuka dan melaporkan secara sebenar-benarnya pada pemegang saham dan melakukan kegiatan usaha sesuai dengan peraturan yang berlaku. Hal tersebut bertujuan untuk menjaga nama baik perusahaan dan citra perusahaan di mata masyarakat, sehingga dapat dipastikan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh pada

  tax avoidance (CuETR).

  Hasil penelitian ini mendukung penelitian Ngadiman dan Christiany (2014), Fadila (2017) yang menyatakan bahwa variabel kepemilikan institusional memiliki pengaruh signifikan terhadap tax

  avoidance

  . Hasil penelitan ini mengindikasikan bahwa pemegang saham cenderung menolak adanya penghindaran pajak perusahaan demi menjaga reputasi dan nama baik perusahaan.

  Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian sebelumnya, Amelia dkk (2017) dan Pohan (2009) yang menemukan bahwa variabel kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap

  tax avoidance pada perusahaan perbankan.

  Pohan (2009) berargumen bahwa dimana

  tax avoidance

  adalah bagian dari tugas manajemen untuk memaksimumkan laba.

  Pengaruh Gender Dewan Direksi terhadap Tax Avoidance.

  Sebagai dewan direksi pada suatu perusahaan, seseorang akan dituntut untuk memberikan keputusan yang baik dan paling tepat bagi perusahaan. Pada kondisi seperti tersebut seorang laki-laki akan lebih mudah mengambil keputusan karena seorang laki-laki lebih cenderung sebagai risk taker daripada seorang wanita. Seorang laki-laki akan cenderung mengedepankan tujuan untuk mengembangkan perusahaan dengan berbagai cara,baik hal tersebut patuh atau melanggar ketentuan yang berlaku. Berkebalikan dengan sesorang wanita, dimana seorang wanita akan cenderung patuh terhadap segala ketentuan yang telah ditetapkan baik itu peraturan perusahaan maupung peraturan perpajakan.

  Perbedaan tersebut akan berpengaruh besar ketika seorang wanita menjadi Chief Executive Officer (CEO) sebuah perusahaan, dimana mereka (wanita) akan lebih menekan para staff dan manajer untuk melakukan tindakan sesuai dengan hukum dan ketentuan. Seorang wanita akan cenderung lebih risk averse dari pada seorang laki-laki. Perbedaan tersebut dapat terjadi karena adanya perbedaan pola pikir antara seorang laki- laki dan wanita, dimana seorang wanita lebih berfikir panjang atas segala tindakan yang telah diambil dan bagaimana dampak berkelanjutan atau snowball effect atas tindakan tersebut dimasa mendatang. Diharapkan dengan adanya seorang wanita pada jajaran dewan direksi dapat berpengaruh terhadap tax avoidance di perusahaan.

  Hasil Penelitian pada variabel gender dewan direksi menunjukkan hasil tidak berpengaruh signifikan. Hasil ini mendukung hipotesis penelitian H0 yang menyatakan tidak adanya pengaruh signifikan atas gender dewan direksi terhadap tax avoidance yang dilakukan perusahaan perbankan di Asia Tenggara. Berdasarkan data diskriptif bahwa pergerakan diantara variabel gender dewan direksi dengan variabel tax avoidance (CuETR) adalah searah, artinya setiap terjadi kenaikan atas gender dewan direksi maka akan terjadi kenaikan atas beban pajak yang ditanggung oleh perusahaan, meskipun hasil dari uji statistik menyatakan tidak berpengaruh signifikan.

  Tidak berpengaruhnya gender dewan direksi terhadap tax avoidance dimungkinkan karena sedikitnya jumlah wanita yang terdapat dalam jajaran dewan direksi atau bahkan tidak ada wanita pada jajaran dewan direksi di setiap perusahaan, sehingga suara dari anggota wanita menjadi suara minoritas. Berdasarkan data deskriptif, secara keseluruhan CEO pada perusahan yang menjadi sampel dalam penelitian saat ini didominasi oleh laki- laki. Kondisi tersebut menekan para wanita untuk mengikuti suara mayoritas atau laki- laki dalam pengambilan keputusan..

  Hasil penelitian ini mendukung penelitian Hanafi dan Harto (2014) yang menyatakan bahwa variabel gender dewan direksi tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap tax avoidance. Hasil penelitian tersebut mengindikasi bahwa gender eksekutif tidak mempengaruhi keputusanpenghindaran pajak perusahaan. Adanya perbedaan prinsip dalam memandang permasalahan dan pengambilan keputusan antara laki-laki dan wanita, ternyata tidak mempengaruhi keputusan atas praktik tax avoidance.

  Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian sebelumnya, Winasis dkk (2017) dan Amri (2017) yang menemukan bahwa variabel gender dewan direksi berpengaruh terhadap

  tax avoidance

  pada perusahaan perbankan. Winasis dkk (2017) berargumen bahwa alasan yang mendasar dalam hal ini adalah bahwa kehadiran wanita dalam susunan eksekutif perusahaan memberikan alternatif yang lebih bervariasi bagi perusahaan dalam melakukan perencaan pajaknya. Keberadaan wanita ini juga dapat memperbaiki tata kelola perusahaan dalam kaitannya dengan good corporate

  governance

  karena keberadaan wanita akan memberikan pertimbangan yang lebih matang bagi keputusan eksekutif mengenai dampak yang akan ditimbulkan bagi keputusan perusahaan dari aspek legalitas. Hal ini dikarenakan wanita lebih cenderung bertindak taat hukum dan menghindari resiko (risk averse).

  Pengaruh Komite Audit terhadap Tax Avoidance

  Komite audit bertugas melakukan control dalam proses penyusunan laporan keuangan perusahaan untuk menghindari kecurangan pihak manajemen. Berjalannya fungsi komite audit secara efektif memungkinkan pengendalian pada perusahaan dan laporan keuangan yang lebih baik serta mendukung good

  corporate governance .

  Dewan direksi yang merangkap sebagai komite audit dalam perusahaan yang sama, ditakutkan melakukan intevensi atau tekanan terhadap anggota independen komite audit lainnya untuk memberikan keleluasan pihak manajemen melakukan perannya sebagai pembentuk laporan keuangan.

  Diharapkan dengan semakin banyaknya komite audit, perusahaan lebih patuh terhadap peraturan dan ketentuan yang berlaku, sehingga perusahaan berkenan untuk membayar pajak sesuai dengan keadaan sebenarnya dan mengurangi praktik tax avoidance secara signifikan.

  Hasil uji statistik pada komite audit menunjukkan hasil berpengaruh signifikan. Hasil ini mendukung hipotesis penelitian H

  3 yang menyatakan adanya

  pengaruh signifikan atas variabel komite audit terhadap tax avoidance yang dilakukan perusahaan perbankan. Berdasarkan hasil tersebut didukung dengan data diskriptif yang menunjukan bahwa pergerakan diantara variabel komite audit dengan variabel tax avoidance (CuETR) adalah searah, artinya setiap terjadi kenaikan atas komite audit maka akan terjadi kenaikan atas beban pajak yang ditanggung oleh perusahaan. Semakin besar beban pajak yang ditanggung oleh perusahaan pada suatu tahun, maka dapat dipastikan bahwa perusahaan tersebut patuh terhadap peraturan perpajakan yang berlaku.

  Berdasarkan grand theory yang digunakan pada penelitian saat ini, komite audit dinilai mampu memberikan jembatan atau penghubung yang baik antar manajemen perusahaan dengan pihak luar atau investor melalui laporan keuangan yang baik. Komite audit sebagai dewan independen diharapkan mampu mewujudkan hubungan yang baik dan sehat antara agen dan prinsipal, sehingga perusaaan mampu berjalan sebagaimana seharusnya dan dapat mengurangi konflik keagenan.

  Hasil penelitian ini mendukung penelitian Sabrina dan Soepriyanto (2013) yang menyatakan bahwa variabel komite audit memiliki pengaruh signifikan terhadap tax avoidance. Hasil penelitian tersebut mengindikasi bahwa komite audit mempengaruhi keputusan penghindaran pajak perusahaan. Adanya peran komite audit mampu untuk memberikan pengawasan yang lebih baik atas tindakan perusahaan.

  Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian sebelumnya, Cahyono dkk (2016) dan Saputra dan Asyik (2017) yang menemukan bahwa variabel komite audit tidak berpengaruh terhadap tax avoidance pada perusahaan perbankan.

  Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap tax Avoidance

  Perusahaan yang termasuk dalam perusahaan besar cenderung memiliki sumber daya yang lebih besar dibandingkan perusahaan yang memiliki skala lebih kecil untuk melakukan pengelolaan pajak. Termasuk dalam memiliki sumber daya manusia yang ahli dalam perpajakan diperlukan agar dalam pengelolaan pajak yang dilakukan oleh perusahaan dapat maksimal untuk menekan beban pajak perusahaan namun tidak melanggar hukum. Perusahaan berskala kecil tidak dapat optimal dalam mengelola beban pajaknya dikarenakan kekurangan ahli dalam perpajakan, sehingga perusahaan kecil akan cenderung apa adanya dan patuh dalam melaporkan beban pajak yang ditanggungnya.

  Hasil uji statistik pada variabel ukuran perusahaan menunjukkan hasil berpengaruh signifikan. Hasil ini mendukung hipotesis penelitian H

  4

  yang menyatakan adanya pengaruh signifikan atas variabel ukuran perusahaan terhadap

  tax avoidance

Dokumen yang terkait

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay pada perusahaan perbankan di Indonesia : Periode 2011-2013

1 7 103

Pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas dan komposisi dewan terhadap tax avoidance dengan pendekatan accounting tax rate pada industri perbankan di asia tenggara - Perbanas Institutional Repository

0 0 21

BAB I PENDAHULUAN 1.1 - Pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas dan komposisi dewan terhadap tax avoidance dengan pendekatan accounting tax rate pada industri perbankan di asia tenggara - Perbanas Institutional Repository

0 0 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 - Pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas dan komposisi dewan terhadap tax avoidance dengan pendekatan accounting tax rate pada industri perbankan di asia tenggara - Perbanas Institutional Repository

0 1 44

BAB V PENUTUP 5.1 - Pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas dan komposisi dewan terhadap tax avoidance dengan pendekatan accounting tax rate pada industri perbankan di asia tenggara - Perbanas Institutional Repository

0 0 9

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Tax avoidance dan nilai perusahaan - Perbanas Institutional Repository

0 0 21

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Tax avoidance dan nilai perusahaan - Perbanas Institutional Repository

0 0 18

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Tax avoidance dan nilai perusahaan - Perbanas Institutional Repository

0 0 10

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Tax avoidance dan nilai perusahaan - Perbanas Institutional Repository

0 0 36

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Tax avoidance dan nilai perusahaan - Perbanas Institutional Repository

0 0 11