Komunikasi Persuasif, Kohesi Kelompok, dan Apresiasi Seni Gamelan Sunda: Kasus di Kalangan Mahasiswa
Komunikasi Persuasif, Kohesi Kelompok, dan Apresiasi Seni Gamelan Sunda: Kasus di Kalangan Mahasiswa
Anne Maryani
ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survai dengan unit analisisnya para
mahasiswa anggota Lingkung Seni Sunda pada tiga perguruan tinggi: Universitas Padjadjaran (Unpad), Universitas Pasundan (Unpas), dan Universitas Langlangbuana (Unla). Variabel
bebas yang diteliti adalah (1) komunikasi persuasif pelatih seni gamelan Sunda (X 1 : kredibilitas, X 2 : daya tarik pesan, X 3 : kepribadian anggota); (2) kohesivitas kelompok (X 4 : ketertarikan anggota pada satu sama lain, X 5 : ketertarikan anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok);
dan (3) Variabel terikat (Y): apresiasi mahasiswa anggota Lingkung Seni Sunda terhadap
gamelan Sunda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya hubungan variable X 2 ,X 3 , dan X 4 ,
masing-masing secara terpisah, tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan variable Y. Sedangkan variabel bebas lainnya, baik secara terpisah maupun sebagai satu kesatuan, memiliki hubungan yang signifikan dengan variabel Y.
1. Pendahuluan
membuat kaum muda lebih mengenal budaya negara lain daripada budaya negara sendiri,
1.1 Latar Belakang Masalah sehingga terkadang mereka tidak memahami
budaya negaranya, bahkan budaya lokal di mana Banyaknya televisi swasta yang lebih banyak mereka tinggal. Beberapa penelitian menunjukkan menyajikan aspek hiburan, mengakibatkan televisi betapa kurangnya pemahaman kaum muda swasta lebih banyak diminati oleh masyarakat In- terhadap kesenian sebagai bagian dari budaya donesia yang lebih menyukai kegiatan menonton daerahnya. Penelitian yang dilakukan Depdikbud daripada membaca. Unsur-unsur tayangan hiburan Yogyakarta memperlihatkan data bahwa, “Sebagian yang disajikan melalui televisi sebagian besar masih besar generasi muda (69,44%) tidak mengetahui berupa produk budaya luar yang disajikan melalui kebudayaan lama dan tidak mengerti makna dan film, musik, tarian, pakaian, dsb. Sajian-sajian maksud kebudayaan tersebut. Sementara generasi tersebut telah mampu menarik penonton, terutama muda yang masih memperhatikan, menunjukkan kalangan muda. Menurut Effendy (1986:184), kepedulian terhadap kebudayaan lama sebesar “Kehadiran siaran radio, acara-acara televisi, (30,56%).” (Depdikbud, 1996\1997: 36) bioskop, dan tontonan kesenian modern lainnya
Di Jawa Barat, hasil penelitian yang dilakukan telah menarik perhatian mereka dan menghilangkan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada gairah mereka untuk menyaksikan kesenian Masyarakat Unisba menunjukkan bahwa, “Tingkat tradisional.”
pengetahuan para remaja tentang kesenian rendah Frekuensi penyajian produk budaya Barat sekali. Hal ini selain diakibatkan oleh frekuensi yang lebih sering dibandingkan budaya tradisional, penyebaran informasi kesenian tradisional yang
Anne Maryani. Komunikasi Persuasif, Kohesi Kelompok, dan Apresiasi Gamelan Sunda ...
budaya Barat yang dikhawatirkan dapat Menurut Hartoko (1993) “Pendidikan estetik menjauhkan kalangan muda dari kesenian sangat berguna bagi pendidikan religius, karena tradisional. dengan mengembangkan kepekaan estetik,
Namun, pencapaian tujuan Lingkung Seni dikembangkan pula kepekaan terhadap gejala- Sunda ini terkadang menghadapi banyak kendala gejala yang mengisyaratkan kehadiran Tuhan.” berkenaan dengan keberadaan para anggotanya Kesenian Sunda, khususnya seni gamelan Sunda, sebagai mahasiswa yang memiliki tanggungjawab sebagai salah satu warisan budaya bangsa akademik. merupakan juga penunjang pembangunan. Seni
Melihat kenyataan itu, Lingkung Seni Sunda gamelan Sunda dapat menjadi penunjang menggelar berbagai kegiatan dengan harapan pembangunan bangsa karena di dalamnya terdapat mampu menumbuhkan apresiasi para anggotanya, nilai-nilai filosofi, pendidikan, dan hiburan. Untuk atau mahasiswa umumnya, terhadap seni gamelan itu keberadaan kesenian gamelan Sunda, harus Sunda sebagai salah satu bentuk kesenian Sunda. dilestarikan dan lebih dikenalkan kepada kaum Kegiatan tersebut akan berhasil apabila didukung muda. Namun, kenyataan menunjukkan lain. faktor-faktor yang membuat anggota merasa Sebagaimana iisyaratkan oleh salah seorang senang berada di dalam Lingkung Seni Sunda peserta Kongres Kebudayaan di Jakarta yang tersebut. mengatakan, “Sebenarnya gamelan sebagai salah
Lingkung Seni Sunda, sebagai sebuah satu aspek budaya sudah mendunia dan dikenal kelompok yang mewadahi berbagai aktivitas seni di Amerika dan Jepang, bahkan di Paris masuk ke anggotanya, memiliki faktor-faktor yang dapat dalam kelompok musik klasik Eropa. Kalau di luar mempengaruhi dinamika kelompoknya. negeri menghadirkan 500 orang untuk Komunikasi persuasif dan kohesi kelompok adalah mendengarkan gamelan gampang. Tapi di sini, saya sebagian dari berbagai faktor tersebut. mencari 100 mahasiswa saja untuk mempelajari
Komunikasi persuasif dalam Lingkung Seni gamelan tidak ada” (Depdikbud, 1992/1993: 42).
Sunda merupakan instrumen yang efektif untuk Memperkenalkan kesenian Sunda kepada mengubah sikap dan perilaku anggota dalam mahasiswa dapat dilakukan dengan berbagai kelompok. Menurut Larson (1986:4), “Dalam bidang upaya, antara lain dengan dibentuknya Lingkung pendidikan, ditemukan bahwa persuasi sangat Seni Sunda di perguruan tinggi. Beberapa univer- penting dalam memotivasi pelajar untuk sitas di Jawa Barat seperti Universitas Padjadjaran, berprestasi, mendengarkan, dan berpartisipasi.” Universitas Pasundan, dan Universitas Langlang Lebih lanjut, penelitian yang dilakukan Kurniati Buana telah memiliki lembaga (kelompok) tersebut. (1996:114) menyimpulkan bahwa “Secara Kelompok ini melibatkan mahasiswa sebagai keseluruhan variabel komunikasi persuasif pelaku-pelaku utama seni. Lingkung Seni Sunda berpengaruh terhadap perubahan sikap generasi mahasiswa memperkenalkan banyak ragam muda.” Demikian pula kondisi anggota kelompok kesenian Sunda kepada anggotanya, seperti seni yang kohesif akan mempermudah anggota menuju musik gamelan, seni tari, dan seni suara.
kesepakatan, sehingga menumbuhkan apresiasi Tujuan didirikannya lingkung seni Sunda ini seni di kalangan anggota sebagai salah satu tujuan antara lain, menciptakan suatu wahana, khususnya Lingkung Seni Sunda dapat dicapai. bagi kaum muda agar mencintai, memiliki, dan
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik 350
M EDIA T OR, Vol. 3 No.2 2002 M EDIA T OR, Vol. 3 No.2 2002
Situasi komunikasi yang terjadi pada kondisi tersebut memerlukan upaya dari pihak sumber atau
1.2 Tujuan Penelitian
orang yang mengirim pesan agar dapat mempengaruhi secara psikologis kondisi penerima
Tujuan penelitian ini adalah: pesan yang demikian sehingga dapat tercapai (1) Untuk mengetahui hubungan antara persamaan persepsi. Hal ini karena individu
kredibilitas pelatih seni gamelan Sunda memiliki seleksi dalam menentukan sikapnya dengan apresiasi mahasiswa anggota sehingga mengakibatkan stimulus (sumber Lingkung Seni Sunda terhadap gamelan komunikasi) memiliki konsekuensi untuk Sunda.
menyampaikan komunikasi secara menyakinkan (2) Untuk mengetahui hubungan antara daya tarik maupun teknik penyampaian pesan yang tepat
pesan mengenai seni gamelan Sunda yang sehingga dapat dipercaya. Severin (1979:194) disampaikan pelatih dengan apresiasi menyatakan “Rancangan persuasi juga banyak mahasiswa anggota Lingkung Seni Sunda dilandasi oleh pemikiran Psikologi Kognitif ini, terhadap seni gamelan Sunda.
yang didasarkan kepada argumentasi rasional. (3) Untuk mengetahui hubungan antara Rancangan ini mengasumsikan bahwa manusia
kepribadian (tingkat kepercayaan diri) adalah ciptaan yang rasional yang mencoba untuk mahasiswa anggota Lingkung Seni Sunda membangun gambaran pengertian tentang dirinya dengan apresiasinya terhadap seni gamelan dan lingkungannya. Sunda.
(4) Untuk mengetahui hubungan antara
1.2.1 Teori Medan
ketertarikan interpersonal mahasiswa anggota Lingkung Seni Sunda kepada anggota lain
Perspektif Psikologi Kognitif mengilhami dengan apresiasinya terhadap seni gamelan lahirnya Teori Medan (Field Theory) dari Lewin Sunda.
yang mengkaji perbedaan individu dalam (5) Untuk mengetahui hubungan antara kelompok. Teori Medan disusun dalam sebuah
ketertarikan mahasiwa anggota Lingkung Seni rumus B = f (P,E), artinya Behavior (perilaku) Sunda pada kegiatan dan fungsi kelompok adalah hasil interaksi antara person (diri orang dengan apresiasinya terhadap seni gamelan itu) dengan Environment (lingkungan Sunda.
psikologisnya) (Rakhmat, 1989:31). Unsur diri orang itu atau anggota dalam kelompok dan lingkungan psikologisnya
2. Kerangka Teori dan Hipotesis
merupakan unsur-unsur yang mempengaruhi
2.1 Perspektif Psikologi Kognitif:
perilaku anggota kelompok dalam berinteraksi
Perilaku Individu dalam Kelompok dengan anggota lainnya. Kondisi tersebut
menyebabkan seseorang bereaksi secara individual Salah satu perspektif yang mengkaji aspek dalam merespons stimuli. Kondisi individu-individu
yang mempengaruhi individu dalam kelompok yang berbeda dalam kelompok tersebut, pada teori adalah perspektif Psikologi Kognitif yang Medan dimaksimalkan keberadaannya untuk menganggap “Perilaku individu dalam kelompok pencapaian tujuan kelompok. Mabry (1980:10) merupakan perilaku-perilaku individu yang tidak menegaskan “Komunikasi dalam perspektif ini mudah dipengaruhi karena memiliki persepsi dan merupakan medium atau saluran bagi pertukaran kognisi yang sifatnya individual dalam merespons informasi anggota dalam kelompok dan untuk lingkungannya” (Rakhmat, 1989:30 ). Individu mencapai kepuasan pada setiap anggota
Anne Maryani. Komunikasi Persuasif, Kohesi Kelompok, dan Apresiasi Gamelan Sunda ...
kelompok dalam mencapai tujuan. Beberapa (1) Penelitian tentang bagaimana kepribadian pertanyaan tadi adalah: apakah yang dilakukan menghasilkan produktivitas kelompok dan seseorang dalam interaksinya, berapa banyak kepuasan pada anggota kelompok
yang dapat dilakukan seseorang melalui (2) Bagaimana gaya kepemimpinan dalam perilakunya dalam kelompok, dan jenis perilaku kelompok kecil mempengaruhi perilaku komunikatif apa yang dapat membantu kelompok anggota dan hasil kelompok.
mencapai tujuannya.
(3) Pengaruh saluran komunikasi pada Stogdill mengajukan suatu konsep tentang produktivitas kelompok.
sistem kelompok. Ia berkeyakinan bahwa tujuan (4) Efek kerjasama dan kompetisi individu dalam kelompok dapat dicapai dengan bentuk-bentuk lin- mencapai tujuan kelompok.
ear secara berurutan yaitu masukan (input), Perilaku anggota dalam kelompok dan aspek- penengah-media (troughput), dan hasil (output). aspek yang mempengaruhinya merupakan sebuah (1) Komponen masukan terdiri dari individu dinamika dalam kelompok yang akan tampak lebih
sebagai anggota kelompok yaitu kepribadian, jelas pada model dinamika kelompok Stogdill.
sikap, kemampuan, dsb. Lingkungan tugas adalah konteks fisik dan sosial di mana
1.2.2 Model Dinamika Kelompok
kelompok tersebut berada. Kelompok merupakan bentuk interaksi antar (2) Proses Integratif (integrative processes),
anggota untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan termasuk ke dalam komponen ini, antara lain, yang ingin dicapai kelompok dapat berupa
komunikasi para anggota kelompok, pengaruh
Gambar 1 Model Stogdill dan Unsur-Unsurnya
Individual Member Changes in Group Caracteristic
Integrative processes
members Cohessiveness
Verbal & non verbal
Personalities
Message exchanges
Conflict and
attitudes
Conflict management Competencies
Social structure; role,
Norms and behaviour
Cooperation Interpersonal -
Abilities and skils
Pattern. Interaction network
relationship
Personal attributes
Leadership and influence
Task Environment Achievement and development
Task characteristics Work organization
Group Constrain Developmental phases Environmental
Movement toward task Constraints
Acoomplishment Member-Group-
Determinants of Environment Goals
Productivity Achievement through Communication
Sumber: Mabry (1980:246).
352 M EDIA T OR, Vol. 3 No.2 2002 352 M EDIA T OR, Vol. 3 No.2 2002
sehingga memudahkan upaya pengubahan sikap Pendekatan studi komunikasi dalam kelompok dan perilaku melalui pesan-pesan yang bersifat
Lingkung Seni Sunda dapat dilakukan melalui verbal dan nonverbal. Hal ini sejalan dengan yang pendekatan Dinamika Kelompok Stogdill karena dinyatakan Ilardo (1984:4) bahwa “Komunikasi dalam dinamika kelompok tersebut aspek persuasif adalah proses komunikasi yang komunikasi dan kohesi kelompok memiliki peran mengubah keyakinan, sikap, keinginan, atau penting dalam membentuk dan mengubah sikap perilaku yang disadari atau tidak disadari dengan dan perilaku manusia dalam kelompok sebagai menggunakan pesan verbal dan pesan nonverbal.” upaya mencapai tujuan kelompok. Mabry (1980:23)
Telah banyak penelitian yang dilakukan dalam menyatakan “Konsep dinamika kelompok Stogdill bidang komunikasi persuasi, antara lain dilakukan
digunakan sebagai cara untuk memahami dan oleh Hovland dkk. Hasil penelitian tersebut, antara membicarakan tentang psikologi sosial dan proses lain: komunikasi dalam sistem kelompok kecil.”
(1) Para ahli (orang yang kompeten) akan lebih Variabel komunikasi persuasif di dalam konsep
persuasif dibandingkan dengan orang yang dinamika kelompok Stogdill berada pada komponen
bukan ahli.
integrative process yang dapat mempengaruhi (2) Komunikator yang populer dan menarik akan komponen “hasil” yang merupakan tujuan
lebih efektif daripada komunikator yang tidak kelompok. Variabel kohesi kelompok dalam konsep
populer dan tidak menarik. dinamika stogdill berada pada komponen (3) Millman (dalam Tan,1981:184) melakukan “perubahan anggota kelompok” yang saling
penelitian tentang kepribadian dan mempengaruhi dengan komponen “pencapaian
komunikasi persuasif dan menghasilkan bahwa tujuan kelompok” dan dalam konteks penelitian
orang yang tingkat kegelisahannya sedang ini adalah apresiasi terhadap seni gamelan Sunda
lebih mudah dipersuasi dari orang yang tingkat dikalangan mahasiswa.
kegelisahannya rendah atau tinggi. Seluruh variabel yang diteliti merupakan (4) Orang yang berbicara cepat umumnya lebih unsur-unsur yang ada pada dinamika kelompok
persuasif daripada orang yang berbicara Stogdill. Unsur-unsur yang diteliti tersebut tidak
lambat. Temuan ini bertentangan dengan dapat dilepaskan dari konsep input, integrative
pendapat umum bahwa orang yang berbicara process, dan output yang mewarnai suatu dinamika
cepat kurang dapat dipercaya. kelompok.
(5) Persuasi dapat diperkaya oleh pesan-pesan yang membangkitkan emosi yang kuat (khususnya emosi takut) dalam diri orang,
2.2 Komunikasi Persuasif
terutama ketika pesannya berisi rekomendasi Komunikasi persuasif sebagai sebuah teknik
mengenai bagaimana perubahan sikap dapat komunikasi telah dipercaya efektif dalam
mencegah konsekuensi negatif dari sikap yang mengubah sikap dan perilaku. Menurut Borman
hendak diubah.
(1976:13), “Beberapa penelitian umumnya (6) Pesan yang ditujukan untuk mengubah sikap menemukan nilai-nilai persuasif yang dilakukan
tanpa kentara biasanya lebih berhasil daripada orang dalam berdiskusi dapat mengubah perilaku
pesan yang tampak jelas berusaha dalam kelompok dibandingkan dengan teknik
memanipulasi kita.
Anne Maryani. Komunikasi Persuasif, Kohesi Kelompok, dan Apresiasi Gamelan Sunda ...
(7) Kadang-kadang manusia lebih mudah Kredibilitas sebagai sesuatu yang dipersepsi terpengaruh oleh persuasi sewaktu perhatian penerima tentang seseorang tentunya dapat mereka terpecah oleh kejadian lain daripada berbeda antara satu dengan lainnya. Namun sewaktu mereka menaruh perhatian penuh demikian, De Vito (1997:461) memberikan tiga pada pesan yang disampaikan.
karakter penting yang cukup relevan yang (8) Bila individu yang menjadi sasaran memiliki merupakan identifikasi kualitas utama kredibilitas, sikap bertentangan dengan sikap para calon yaitu: pelaku persuasi maka akan lebih efektif bagi (1) Kompetensi, mengacu pada pengetahuan dan komunikator untuk melakukan pendekatan dua
kepakaran yang menurut khalayak dimiliki sisi (two side approach) yang menyajikan
oleh pembicara. Unsur-unsur dalam pandangan kedua belah pihak daripada
kompetensi yang dapat dinilai adalah memiliki pendekatan satu sisi.
pengetahuan (knowledgeable), pengalaman (experience), kepercayaan diri (confident),
2.2.1 Kredibilitas Komunikator sebagai cukup informatif (informed);
Aspek Komunikasi Persuasif
(2) Karakter, mengacu pada itikad dan perhatian Kondisi komunikasi yang persuasif tidak
pembicara kepada khalayak. Unsur-unsur dapat dilepaskan dari kemampuan sumber
dalam karakter yang dapat dinilai adalah (penyampai pesan) dalam menyampaikan
memiliki rasa keadilan (fair), perhatian (con- pesannya pada penerima komunikasi. Hal ini,
cerned), konsisten (consistent), memiliki rasa seperti dinyatakan Aristoteles (dalam Rakhmat,
kesamaan (similar).
1989:289), “Persuasi tercapai karena karakteristik (3) Karisma, mengacu pada kepribadian dan personal pembicara, yang ketika ia menyampaikan
kedinamisan pembicara. Unsur-unsur dalam pembicaraannya kita menganggapnya dapat
karakter yang dapat dinilai adalah memiliki dipercaya.” Ini berlaku umumnya pada masalah apa
sikap positif, asertif, enthusiastic saja dan secara mutlak berlaku ketika kita tidak
(bersemangat), aktif. memiliki kepastian dan pendapat bahwa kebaikan
Selain faktor-faktor tersebut di atas, yang personal yang diungkapkan pembicara tidak mempengaruhi kredibilitas seseorang adalah isi berpengaruh apa-apa pada kekuatan persuasinya, pesan yang disampaikan. sebaliknya karakternya hampir bisa disebut sebagai alat persuasi yang paling efektif yang dimilikinya.
2.2.2 Daya Tarik Pesan dalam Komunikasi Karakteristik personal yang dimiliki oleh
Persuasif
sumber adalah unsur kredibilitas yang merupakan Menurut Raymon S. Ross (dalam Tankard, faktor penting dalam komunikasi persuasif. Infante 1992:176), “Pesan persuasif adalah upaya
(1990: 174) menyatakan “Kredibilitas sumber mempengaruhi bagaimana penerima memilih atau penting dalam menjelaskan persuasi. Beberapa memutuskan yang mana informasi untuk diproses.” penelitian menemukan sumber yang kredibel dapat Hal ini menunjukkan bahwa penerima memiliki mempersuasi orang.” Kredibilitas, menurut pilihan-pilihan tertentu untuk menerima informasi Rakhmat (1984:292), adalah seperangkat persepsi yang diterimanya yang sesuai dengan kebutuhan komunikan tentang sifat-sifat komunikator. Dalam dan kondisi penerima. Lebih lanjut, Mary John definisi ini terkandung dua hal:
(dalam Tankard, 1992) menyatakan, “Proses (1) Kredibilitas adalah persepsi komunikan, jadi persuasi terjadi ketika orang menginternalisasi arti/
tidak inheren dalam diri komunikator. makna yang diberikan pesan dalam pilihan suasana (2) Kredibilitas berkenaan dengan sifat-sifat yang dirasakan.”
komunikator, yang selanjutnya kita sebut Menurut Goldberg (1985:61) “Variabel- sebagai komponen-komponen kredibilitas.
variabel pesan dalam komunikasi kelompok selain 354
M EDIA T OR, Vol. 3 No.2 2002 M EDIA T OR, Vol. 3 No.2 2002
2.2.3 Faktor Kepribadian Anggota Kelompok kepada sistematika ucapan, kejelasan kata-kata,
dalam Proses Komunikasi Persuasif
kemudahdimengertian kata-kata. Pesan nonverbal Kondisi psikologis yang ada pada diri adalah pesan yang dihasilkan melalui gerakan penerima secara individual dapat menyebabkan tubuh, mata, suara, dsb. yang mendukung pesan sikap dan perilaku mereka berbeda dalam verbal. merespons pesan. Namun, apabila melihat usia Miller (dalam Fisher, 1990: 367) mahasiswa sebagai responden yang berusia antara mempergunakan bentuk struktural suatu pesan
18 tahun-25 tahun, kondisi psikologis mereka masih untuk membedakan komposisinya ke dalam “tiga tidak stabil sehingga mudah dipersuasi. Hal ini buah faktor yang prinsipal”, yaitu: dibuktikan dengan hasil studi di Amerika (Azwar, (1) Stimuli verbal, yang mencakup kata-kata atau 1995:81) yang menyatakan bahwa “Masa muda lambang-lambang linguistik, (usia 18 s.d. 25 tahun) merupakan masa stabilitas (2) Stimuli fisik, yang mencakup isyarat atau sikap sangat rendah sehingga lebih mudah dikenai gerakan, ekspresi muka, dsb dalam suatu persuasi dibandingkan kelompok usia lainnya.” interaksi tatap muka, Salah satu aspek dari diri penerima komunikasi (3) Stimuli vokal, yang mencakup petunjuk yang dikaji dalam stiudi persuasif Hovland dkk. paralinguistik berupa kecepatan berbicara, adalah faktor kepribadian. Menurut Allport (dalam kerasnya suara, infleksi, penekanan, aksen Suryadibrata, 1995:2), kepribadian adalah sama berbicara, dsb dalam interaksi tatap muka. dengan watak, yakni: “Keseluruhan (totalitas)
Berbeda dengan Miller, Infante (1990:172) kemungkinan-kemungkinan bereaksi secara melakukan penelitian tentang persuasi dan ia emosional dan vaksional seseorang yang membagi pesan dalam beberapa kategori, yaitu terbentuk selama hidupnya oleh unsur-unsur dari struktur pesan, daya tarik pesan, dan bahasa.
dalam (dasar, keturunan, faktor-faktor endogen) (1) Struktur pesan diteliti dari beberapa variabel dan unsur-unsur dari luar (pendidikan dan seperti ; argumentasi yang kuat harus pengalaman, faktor-faktor eksogen).” ditempatkan pertama (susunan anti klimaks),
Apabila Allport menyatakan kepribadian atau terakhir (klimaks) atau pada pertengahan watak seseorang dipengaruhi oleh faktor luar pesan.
dan faktor dalam dari diri seseorang, Purwanto - Apakah dua sisi pesan lebih persuasif (1996:156) menekankan bahwa kepribadian sifatnya daripada satu sisi pesan;
lebih khas pada setiap individu. Purwanto - Apakah argumentasi yang berlawanan menjelaskan kepribadian sebagai berikut: “Sesuatu harus diberikan sebelum atau setelah yang dinamis, tidak statis atau tetap saja tanpa penyajian;
perubahan. Ia menunjukkan tingkah laku yang - Apakah pembicara penerima harus terintegrasi dan merupakan interaksi antara menyimpulkan argumen.
kesanggupan-kesanggupan bawaan yang ada (2) Daya tarik pesan, meliputi ketakutan, pada individu dengan lingkungannya. Ia bersifat kegelisahan, pembuktian, hadiah, humor, emosi psikofisik, yang berarti baik faktor jasmaniah dan rasa harga diri.
maupun rohaniah individu itu bersama-sama (3) Variabel bahasa termasuk intensitas bahasa memegang peranan dalam kepribadian. Ia juga dengan menggunakan kualifikasi argumen, bersifat unik, artinya kepribadian seseorang pertanyaan retorika, bahasa pernyataan.
sifatnya khas, mempunyai ciri-ciri tertentu yang
Anne Maryani. Komunikasi Persuasif, Kohesi Kelompok, dan Apresiasi Gamelan Sunda ...
suatu kebudayaaan. Bahasa merupakan tetapi perkembangannya dipengaruh oleh
alat komunikasi antara individu yang beberapa faktor yaitu faktor biologis, faktor sosial,
sangat penting, juga merupakan alat dan faktor kebudayaan.
berpikir bagi manusia. (1) Faktor biologis, yaitu yang berhubungan
- Milik kebendaan (material possesions), dengan keadaan jasmani atau seringkali pula
yang berupa benda-benda yang dipunyai disebut faktor fisiologis seperti pencernaan,
serta dipergunakan seperti alat-alat pernapasan, peredaran darah, kelenjar-kelenjar
transportasi, alat-alat komunikasi, hasil urat syaraf dll. Keadaan fisik yang berasal dari
kerajinan tangan sampai pada hasil pabrik keturunan maupun yang merupakan
dengan mesin modern dsb termasuk juga pembawaan sejak lahir itu memainkan peran
ke dalam kebudayaan. Hal itu semua yang penting pada kepribadian seseorang.
sangat mempengaruhi kepribadian (2) Faktor sosial, yaitu masyarakat, atau manusia-
manusia.
manusia lain disekitar individu yang Kondisi kepribadian penerima pesan memiliki mempengaruhi individu yang bersangkutan. makna dalam komunikasi persuasif, karena efek dari
Termasuk kedalam faktor sosial ini adalah, komunikasi persuasif dapat berbeda sesuai dengan tradisi-tradisi, adat-istiadat, peraturan- kondisi kepribadian penerima komunikasi yang peraturan, bahasa dsb. yang berlaku dalam berbeda-beda. Sehingga beberapa ahli memberikan masyarakat itu.
hasil yang berbeda-beda mengenai hubungan (3) Faktor kebudayaan. Beberapa aspek antara komunikasi persuasif dengan kepribadian.
kebudayaan yang sangat mempengaruhi Janis (dalam Tan, 1981: 59) menemukan perkembangan dan pembentukan kepribadian hubungan negatif antara self esteem dan persuasif,
antara lain ialah: sementara Mc.Guire dan Ryan menemukan - Nilai-nilai, di dalam setiap kebudayaan hubungan positif. Bauer (dalam Tan, 1981)
terdapat nilai-nilai hidup yang dijunjung melaporkan bahwa keberhasilan yang tinggi dari tinggi oleh manusia-manusia yang hidup persuasi terjadi pada level menengah dari self dalam kebudayaan itu. Untuk dapat esteem. Selanjutnya Mc.Guires (dalam Tan,1981:58) diterima sebagai anggota suatu memberikan hubungan persuasif dan kepribadian masyarakat, kita harus memiliki kepribadian sebagai berikut: yang selaras dengan kebudayaan yang berlaku di masyarakat itu.
(1) The mediational principle: Persuasi - Adat dan tradisi, di setiap daerah terdapat
dijembatani oleh dua tahap pesan yaitu adat dan tradisi yang berlainan sehingga
penerimaan pesan yang meliputi perhatian dan setiap daerah memiliki ciri khas masing-
pemahaman pesan. Sedangkan pengiriman masing. Adat dan tradisi menentukan
pesan dapat diukur dari perubahan pendapat cara-cara bertindak dan bertingkah laku
penerima pesan.
manusia-manusianya. (2) The combinatory principle: Faktor - Pengetahuan dan keterampilan yang
kepribadian dalam persuasi terkadang dimiliki seseorang sangat mempengaruhi
memberikan hasil yang bertentangan dalam hal sikap dan tindakannnya. Tinggi
penerimaan dan pengiriman pesan. Seperti rendahnya pengetahuan dan keterampilan
halnya kegelisahan yang sangat tinggi seseorang atau suatu masyarakat
merintangi penerimaan pesan , namun mencerminkan pula tinggi rendahnya
memudahkan pengiriman pesan. kebudayaan masyarakat itu.
(3) The situational weighting principle: Dalam - Bahasa, bahasa merupakan salah satu
beberapa situasi penerimaan pesan lebih 356
M EDIA T OR, Vol. 3 No.2 2002 M EDIA T OR, Vol. 3 No.2 2002
“Kepaduan kelompok didefinisikan sebagai (4) The confounded-variable principle: Sebagian membawa kelompok kepada tujuan bersama” besar dari kepribadian kita saling berhubungan, (Bormann, 1976: 48). misalnya harga diri berhubungan dengan
Begitu kuatnya kohesi ini dalam mendukung kegelisahan, intelegensia dan depresi. Ketika efektivitas komunikasi sehingga Likert (dalam kita mempelajari kepribadian hanya dari satu Rakhmat,1989:186)menyatakan bahwa “... kohesi variabel saja dan tidak mengindahkan variabel kelompok berkaitan erat dengan produktivitas, dan kepribadian yang lain maka hasilnya akan tidak efisiensi komunikasi.” Semakin erat hubungan di memuaskan.
antara anggota kelompok, maka semakin efektif (5) The interaction principle: Kepribadian tidak tujuan kelompok. Hal ini karena bertambah kuatnya hanya ditentukan oleh persuasif. Dalam situasi keeratan hubungan akan mendorong meningkatkan komunikasi persuasif tertentu hasilnya juga frekuensi interaksi antara anggota kelompok. dipengaruhi oleh variabel-variabel lain seperti Makin bertambah keeratan itu, makin besar pula faktor sumber, saluran komunikasi, pesan. perubahan perilaku individu yang dapat Dalam situasi tertentu pengaruh kepribadian ditimbulkan para anggota kelompok. dalam persuasi mungkin ditentukan oleh
Kepaduan tidak dapat tumbuh dengan interaksi antara variabel-variabel tersebut.
sendirinya, ia harus dibangun dan dipelihara (6) The compensation principle: Untuk sehingga dapat terbentuk. Untuk itu, menurut menyesuaikan diri dengan lingkungan kita Bormann (1976: 58), terdapat beberapa upaya untuk harus terbuka, tetapi jangan terlalu terbuka membangun kohesi kelompok, yaitu: terhadap pengaruh luar. Apabila kita terlalu (1) Kohesi atau kepaduan kelompok adalah tertutup maka akan menyulitkan kita. Dengan
proses yang dinamis. Untuk membangun kata lain apabila kita terbuka kita akan
kelompok harus diketahui bahwa kelompok menemukan kesulitan untuk memelihara
adalah proses yang dinamis. Anggota didalam stabilitas pikiran dan perilaku kita.
kelompok tersebut suatu waktu akan tertarik atau mundur dari kelompok tersebut.
2.3 Kohesivitas dalam Kelompok
Kepaduan dalam kelompok akan selalu berfluktuasi dari hari ke hari.
“Kohesi/kepaduan kelompok didefinisikan (2) Berikan penghargaan pada kelompok. Apabila sebagai kekuatan yang mendorong anggota
ingin agar anggota kelompok tertarik kepada kelompok untuk tetap tinggal dalam kelompok dan
kelompok adalah dengan memberi mencegahnya meninggalkan kelompok”
penghargaan berupa hadiah atau imbalan bagi (Rakhmat,1989:185). Kekuatan yang mendorong
anggota kelompok.
anggota kelompok untuk tetap tinggal tersebut (3) Memahami motivasi individu dalam kelompok. dapat diakibatkan oleh beberapa hal, seperti
Agar penghargaan yang diberikan sesuai dikemukakan Mc.David dan Harari (1968), yaitu
dengan kebutuhan atau keinginan anggota (1) ketertarikan anggota secara interpersonal pada
dalam kelompok, lebih dahulu perlu upaya satu sama lain, (2) Ketertarikan anggota pada
untuk memahami kebutuhan dan keinginan kegiatan dan fungsi kelompok, (3) sejauhmana
manusia secara umum anggota tertarik pada kelompok sebagai alat untuk
memuaskan kebutuhan personalnya. Bettinghaus (dalam Rakhmat, 1989:186) Unsur-unsur dalam kepaduan kelompok memberikan beberapa implikasi komunikasi dalam
Anne Maryani. Komunikasi Persuasif, Kohesi Kelompok, dan Apresiasi Gamelan Sunda ...
masalah itu dibahas (Goldberg , 1985: 41). (2) Pada umumnya, kelompok yang lebih kohesif
Perubahan sikap dan tingkah laku anggota lebih mungkin dipersuasi. Ada tekanan ke arah kelompok dapat dibentuk karena interaksi diantara uniformitas dalam pendapat, keyakinan dan mereka yang membawa kepada satu keputusan tindakan.
yang dapat diterima oleh setiap anggota didalam (3) Komunikasi dengan kelompok yang kohesif kelompok tersebut. harus memperhitungkan distribusi komunikasi
Terdapat beberapa aspek yang menunjukkan diantara anggota-anggota kelompok. Anggota perubahan sikap dan perilaku dalam kelompok biasanya bersedia berdiskusi dengan bebas (Ross,1974:93): sehingga saling pengertian akan mudah (1) Sikap dan perilaku dapat berubah dengan diperoleh. Saling pengertian membawa
pertemuan kelompok; tercapainya perubahan sikap.
(2) Rata-rata pendapat kelompok kecil cenderung (4) Dalam situasi pesan tampak merupakan
lebih baik daripada individual; ancaman kepada kelompok, kelompok yang (3) Kelompok kecil lebih mudah mencapai lebih kohesif akan lebih cenderung menolak
konsensus, membangkitkan perasaan personal pesan dibandingkan dengan kelompok yang
diantara anggota dan lebih bertanggungjawab tingkat kohesinya rendah.
dalam memecahkan masalah; (5) Dalam hubungannya dengan pernyataan di (4) Kesimpulan dan sikap kelompok cenderung atas, komunikasi dapat meningkatkan kohesi
lebih menetap daripada kesimpulan sama yang kelompok agar kelompok mampu menolak
dilakukan individual; pesan yang bertentangan.
(5) Efektivitas dan partisipasi kelompok kecil Melalui komunikasi persuasif yang dilakukan
dapat ditingkatkan melalui latihan. sumber komunikasi dapat terbentuk sikap yang
Sikap dan tingkah laku dapat didefinisikan diharapkan dikalangan anggota kelompok.
sebagai sistem tiga komponen yang kekal (terus ada) yang berpusat pada satu objek tunggal: “Keyakinan
2.4 Perubahan Sikap: Apresiasi
mengenai obyek yakni komponen kognitif; efek
Mahasiswa terhadap Seni Gamelan Sunda
yang berkaitan dengan objek, yakni komponen
2.4.1 Perubahan Sikap
perasaan; dan kecenderungan untuk bertindak dalam kaitannya dengan objek, yakni komponen
Setiap kelompok biasanya memiliki tujuan- kecenderungan tindakan.” (Krech, 1962: 19). tujuan tertentu. Tujuan ini mengarahkan anggota
Ketiga komponen sikap dan perilaku tersebut untuk bersikap dan berperilaku yang sesuai dengan merupakan sistem yang ada pada diri manusia
tujuan kelompok. Penelitian-penelitian tentang namun, keberadaannya dapat mengalami komunikasi kelompok menunjukkan bahwa: inkonsistensi. Bertemunya sikap dapat diharapkan lebih teguh berpegang pada posisi mereka setelah berdiskusi,
2.4.2 Kebudayaan Sunda
bahwa sebagian besar pengaruh datang dari Kebudayaann Sunda, sebagai salah satu mayoritas, tapi minoritas dapat juga diharapkan kekayaan budaya yang ada di Indonesia, memiliki untuk memberi dampak yang cukup berpengaruh aspek-aspek yang dapat dikembangkan sebagai
358 M EDIA T OR, Vol. 3 No.2 2002 358 M EDIA T OR, Vol. 3 No.2 2002
2.4.3 Seni Gamelan Sunda sebagai Bagian dari khususnya masyarakat Jawa Barat. Kebudayaan
Kebudayaan Sunda
Sunda adalah kebudayaan yang dihasilkan oleh Seni gamelan Sunda merupakan salah satu masyarakat pendukungnya yaitu orang Sunda. bentuk seni musik tradisional Sunda. Istilah gamelan
Suku bangsa Sunda, menurut Harsoyo (dalam berasal dari kata “gamel” yang berarti “pukul” Koentjaraningrat, 1987:307), adalah “Orang-orang (Upandi, 1982:5). Gamelan merupakan seperangkat yang secara turun temurun menggunakan bahasa alat musik tradisional yang sebagian besar ibu bahasa Sunda serta dialeknya dalam kehidupan instrumennya dipukul. Santosa (1995:1) sehari-hari dan berasal serta bertempat tinggal di menyatakan: “Gamelan merupakan seperangkat alat daerah Jawa Barat.”
musik khas Indonesia yang kelengkapan Bentuk-bentuk budaya Sunda sangat instrumennya dapat disejajarkan dengan simfoni
beragam, seperti bahasa dan kesusasteraan, musik, orkestra di dunia Barat, sebagaimana alat musik pada sistem pemerintahan, sistem ekonomi, dsb. umumnya, gamelan merupakan hasil olah budi Kebudayaan Sunda, beserta segala aspeknya, manusia untuk mengungkapkan rasa estetika atau merupakan kekayaan yang dapat menjadi sumber rasa mencurahkan keindahan.” potensial dalam meningkatkan kualitas sumber
Selain merupakan ungkapan rasa keindahan, daya manusia di era globalisasi saat ini. Falsafah di Jawa Barat musik memegang peran penting
hidup orang Sunda dapat menjadi landasan bagi dalam kehidupan sehari-hari seperti menemani terciptanya kehidupan yang lebih baik bekerja, beristirahat, sebagai hiburan dan juga sebagaimana tercermin dalam motto pegangan digunakan dalam acara-acara pernikahan, hidup orang Sunda: “Silih asih, silih asah, silih kelahiran, syukuran, memperingati kelahiran asuh”. Motto tersebut menunjukkan, sebagai Nabi Muhammad dsb. (Bradley,1993:21). Gamelan manusia harus senantiasa membina jalinan Sunda dikenal juga dengan sebutan “degung”. komunikasi yang adekuat (Adiwidjaja, 1995:28). Pada jaman dahulu gamelan degung hanya Nilai-nilai yang terkandung dalam budaya Sunda dipergunakan dalam lingkungan bangsawan tersebut kemudian terefleksikan dan berwujud pada tinggi. Karena digemari, maka timbul anggapan perilaku masyarakat Sunda dan produk-produk sementara orang bahwa kata degung berasal dari budaya lainnya yang bermanfaat bagi masyarakat. kata “Ratu Agung”, dari asal kata “Tumenggung”,
Sehingga dengan demikian kebudayaan yaitu salah satu gelaran bupati jaman dahulu. tersebut memiliki fungsi bagi masyarakat
Gamelan Sunda (degung) adalah gamelan khas pendukungnya. Menurut Atmadibrata, mengutip Pasundan yang terdiri dari saron, gambang,
ungkapan Bachtiar (1993), kebudayaan daerah bonang, gong, ketuk, kempul, kenong, kendang, memiliki fungsi yaitu, “(1) melambangkan identitas dan ditambah dengan alat gesek (rebab). Seiring (ciri mandiri), (2) membangun kepribadian, (3) alat dengan perkembangan zaman, instrumen degung komunikasi” (Atmadibrata, 1993: 101). Fungsi tidak hanya dibunyikan dengan dipukul saja tetapi kebudayaan daerah tersebut lambat laun dapat ditambah dengan instrumen lain yang ditiup, terancam dengan derasnya arus globalisasi melalui seperti suling. Degung memiliki karakteristik teknologi komunikasi massa, seperti halnya televisi tersendiri yang sesuai dengan karakteristik orang yang setiap saat hadir di tengah keluarga Indone- Sunda yaitu lebih “berbicara” dan “sederhana”. sia. Untuk itu, kebudayaan daerah, khususnya kebudayaan Sunda, perlu senantiasa diperkenalkan
2.4.4 Apresiasi Seni Gamelan Sunda di Kalangan melalui institusi-institusi yang dapat
Mahasiswa
mempengaruhi setiap elemen-elemen di Kegiatan apresiasi itu bukan suatu kegiatan masyarakat. tunggal melainkan sejumlah kegiatan yang saling
Anne Maryani. Komunikasi Persuasif, Kohesi Kelompok, dan Apresiasi Gamelan Sunda ...
dari lapisan tengah ini ada di sayap seniman yang Kegiatan yang dijalani diikuti atau direaksi oleh berperan sebagai penafsir, sedang bagian lain ada seseorang membentuk suatu pengalaman. Proses disayap awam yaitu mereka yang berperan sebagai tersebut disebut mengalami. Mengalami itu dapat apresiator.” terjadi secara langsung, yaitu menjalani seluruh
Mahasiswa yang aktif di lingkungan seni kegiatan dalam kenyataan, dapat pula melalui Sunda dapat berperan sebagai apresiator seni pengalaman orang lain (Ronme dalam gamelan Sunda apabila ia mengenal dan memahami Rusyana,1984:323). Aspek dalam apresiasi tidak secara mendalam seni gamelan Sunda. dapat dilepaskan dari domain sikap yang meliputi
Seni gamelan Sunda selain berfungsi hiburan bidang kognitif, bidang afektif, dan bidang konatif/ juga memiliki nilai pendidikan yang tinggi dan nilai psikomotor. Ketiga bidang tersebut menyatu pendidikan tersebut penting dalam membentuk sehingga membentuk sebuah apresiasi. Melalui sikap mental kaum muda. Becker (1980) dalam aktivitas-aktivitas seni gamelan Sunda yang bukunya Gamelan Stories menyatakan bahwa melibatkan ketiga aspek tersebut lambat laun dapat “Seni karawitan tidak hanya berfungsi sebagai terbentuk apresiasi seni Gamelan Sunda.
hiburan tetapi juga penting bagi pendidikan secara Lingkung Seni Sunda di perguruan tinggi, fisik dan spiritual bagi yang mempelajarinya secara sebagai salah satu kelompok yang memiliki mendalam.” Nilai-nilai yang terkandung dalam kepedulian akan keberadaan seni Sunda, memiliki gamelan Sunda, menurut Becker, adalah tujuan, antara lain, membentuk apresiasi seni Sunda “Kesatuan, kepaduan, dan kebersamaan yang pada anggotanya. Apresiasi dapat dijelaskan sangat tinggi. Individualisme tidak memiliki tempat sebagai pengenalan dan pemahaman yang tepat pada seni musik gamelan ini.” terhadap nilai seni dan kegairahan kepadanya serta
Nilai-nilai luhur yang terkandung dalam seni kenikmatan yang timbul sebagai akibat semua gamelan Sunda tersebut adalah merupakan refleksi itu (Rusyana 1984:323). Apresiasi, selain dari nilai-nilai yang ada dalam masyarakat merupakan pemahaman yang mendalam tentang pendukungnya sehingga menjadi ciri dari sesuatu, dapat juga diwujudkan dalam suatu masyarakat tersebut. Hal ini seperti dinyatakan kegiatan yaitu kegiatan apresiasi. Sedangkan Zanten (1984:3), “Kita tidak dapat mengetahui kegiatan apresiasi adalah Perbuatan yang tentang masyarakat tanpa musik. Musik adalah dilakukan dengan sadar dan bertujuan untuk kebutuhan sosial dan merupakan sumber informasi mengenal dan memahami dengan tepat nilai seni yang berharga mengenai suatu masyarakat.” untuk menumbuhkan kegairahan kepadanya, dan
Selanjutnya Sudoyono (1984:2) dalam memperoleh kenikmatan daripadanya. Apresiasi, bukunya Gamelan Jawa menyatakan: “Degung apabila dikaji dari pengertiannya, tidak dapat sebagai salah satu kekayaan budaya Sunda perlu dilepaskan dari domain sikap sebagaimana telah dilestarikan keberadaannya. … dengan menguasai diuraikan di atas.
lagu-lagu serta terampil menabuh dan menyanyi Cakupan apresiasi sangat luas meliputi dalam gamelan tradisi akan dapat memenuhi berbagai aspek kehidupan, antara lain, kesenian. tuntutan akademi yaitu memelihara sekaligus Seni menurut Sedyawati (1981:58) dapat melestarikannya yang dewasa ini sangat dikategorikan dalam pengertian seniman dan dibutuhkan dalam negara yang sedang pengertian orang awam yang memiliki makna membangun ini.” berbeda. Seni bagi seniman yang penting adalah
Melalui pengenalan dan pemahaman yang menyatakan suatu pengalaman unik, sedang bagi mendalam tentang seni gamelan Sunda diharapkan
360 M EDIA T OR, Vol. 3 No.2 2002 360 M EDIA T OR, Vol. 3 No.2 2002
Komunikasi persuasif sebagai satu teknik komunikatif.
komunikasi telah dipercaya efektif dalam mengubah sikap dan perilaku. Komunikasi
2.5 Kaitan Komunikasi Persuasif dan
persuasif yang dilakukan pelatih seni gamelan
Kohesivitas Kelompok dengan Apresiasi
Sunda dalam lingkup komunikasi kelompok
Seni Gamelan Sunda
Lingkung Seni Sunda mahasiswa merupakan teknik Untuk mempertahankan anggota dalam komunikasi yang strategis dalam mendukung
kelompok sebagai upaya mencapai tujuan tujuan kelompok. kelompok, faktor-faktor dalam komunikasi
Penelitian mengenai persuasi kemudian kelompok dapat mendukung situasi agar anggota dikembangkan oleh Hovland, Janis, dan Kelly’s
kelompok tetap tinggal dalam kelompok. Banyak (dalam Tan, 1981: 95) dengan mengemukakan model faktor yang dapat mempengaruhi efektivitas persuasi yang mengandung sejumlah variabel komunikasi kelompok dalam
sebagai berikut:
kelompok Lingkung Seni Sunda,
hal itu menurut Mabry (1980:245) Gambar 2
karena tindakan komunikasi
Model Komunikasi Persuasi
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh, antara lain, kepribadian
Variabel yang mem
Proses perantara Efek komunikasi
anggota, sumber, karakteristik
pengaruhi
internal
yang tampak
pimpinan, dan hubungan (kohesi)
Perubahan
Sikap merupakan
anggota. Unsur-unsur tersebut
Faktor-faktor Sumber
memerlukan perhatian, karena - Dapat dipercaya
merupakan unsur
yang
- Status
mendukung - Ras efektivitas
- Agama
komunikasi. Optimalisasi dari keberadaan
unsur-unsur tersebut dalam Faktor-faktor Pesan
- Urutan
kelompok dapat membawa
argumentasi
Perubahan
kelompok kepada tujuan yang persepsi
- Satu sisi atau dua
Pemahaman
sisi
diharapkan karena komunikasi
- Tipe daya tarik - Kesimpulan implisit
kelompok telah digunakan untuk Perubahan
atau Eksplisit.
afeksi
saling bertukar informasi, menambah
pengetahuan,
Faktor-faktor Subjek
memperteguh, atau mengubah
sikap Perubahan dan perilaku,
Penerima - Kemudahan
Penerimaan
tindakan
mengembangkan kesehatan jiwa
dibujuk
- Sikap semula
dan meningkatkan kesadaran
- Intelegensi
(Rakhmat, 1989:158). Melalui
- Harga diri
pemahaman unsur-unsur yang - Kepribadian
Sumber: (Tan, 1981:95) Anne Maryani. Komunikasi Persuasif, Kohesi Kelompok, dan Apresiasi Gamelan Sunda ...
Berdasarkan model sebelumnya, dalam sebagai subjek penelitian, masih berada dalam usia penelitian ini, penulis hanya meneliti beberapa labil, mudah dipengaruhi. aspek sebagai variabel penyebab seperti tampak
Kohesi/keeratan hubungan di antara anggota dalam gambar berikut ini:
kelompok Lingkung Seni Sunda juga merupakan Penelitian persuasi yang pernah dilakukan faktor penting bagi terbentuknya sikap apresiatif di
kalangan
Gambar 3
anggotanya. Suasana di dalam kelompok lingkung
seni Sunda yang Mempengaruhi
Variabel Yang
Proses
Perantara Internal
Efek Yang Nampak
kohesif akan membuat anggota
Faktor-faktor Sumber
kelompok merasa
- Keahlian
senang berada di - Dapat dipercaya
Perubahan
dalam kelompok - Disukai
Perhatian
persepsi
tersebut sehingga tujuan kelompok dapat lebih mudah
Faktor-faktor Pesan -
dicapai. Rensis
Tipe daya tarik
Pemahaman
Perubahan
afeksi Likert (dalam Rakhmat, 1989:186)
Faktor-faktor Subjek
menemukan bahwa
Penerima
kohesi kelompok
berkaitan erat dengan produktivitas, dan efisiensi komunikasi.
tindakan
Hovland dkk. melihat setiap unsur komunikasi Berkaitan dengan hubungan antara keeratan persuasi sebagai suatu hal yang memiliki peran hubungan di antara anggota dengan apresiasi seni dan saling berkaitan satu dengan lainnya. Larson gamelan Sunda di kalangan anggotanya, Festinger (1986:80) menyatakan: Keterkaitan antara satu (dalam Indrawijaya, 1986:121) mengemukakan pula unsur dengan unsur lainnya dalam komunikasi bahwa “Bertambah kuatnya keeratan hubungan merupakan fokus dari persuasi. Tidak saja pada akan mendorong meningkatkan frekuensi interaksi sumber, pesan, atau penerima, masing-masing dari antara anggota kelompok.” Makin bertambah komponen tersebut seimbang dan perlu bekerja keeratan itu, makin besar pula perubahan perilaku sama dalam proses persuasi. Persuasi adalah upaya individu yang dapat ditimbulkan para anggota kombinasi usaha dari sumber dan penerima.
kelompok. Menurut Bettinghaus (dalam Rakhmat, Kondisi psikologis anggota dalam kelompok 1989:186), kelompok yang kohesif lebih mungkin juga mempengaruhi efektivitas komunikasi. dipersuasi, ada tekanan ke arah kesamaan dalam Kondisi psikologis yang ada pada diri penerima pendapat, keyakinan dan tindakan. secara individual dapat menyebabkan sikap dan
Berdasarkan uraian di atas, garis besar teori perilaku mereka berbeda dalam merespons pesan yang menjadi landasan berpikir dalam penelitian yang diterimanya. Kondisi psikologis mahasiswa, ini dilukiskan dalam gambar berikut:
362 M EDIA T OR, Vol. 3 No.2 2002
Gambar 4 Kerangka Pikiran Penelitian
Psiko Kognitif/Aliran Gestalt Wolfgang Kohler (1910)
Jiwa menafsirkan pengalaman inderawi secara aktif, mencipta, mengorganisasikan,
menafsirkan, mendistorsi dan mencari makna Field Theory/Teori Medan
Kurt Lewin (1940)
Memaksimalkan kondisi yang berbeda dari individu dalam kelompok untuk mencapai tujuan kelompok melalui komunikasi, dengan rumus B =F (P,E)
Person (diri seseorang)
Environment (Lingkungan)
- Kepribadian
- Komunikasi - Kohesivitas
Behaviour/Perilaku Dinamika Kelompok Stogdill (1959)
Konsep tentang sistem kelompok yang berkeyakinan bahwa tujuan kelompok dapat dicapai melalui urutan input-proses-output
Individual Member Caracteristic
Changes in Group Personalities
members
Integrative processes
Cohessiveness
Verbal & non
Task
verbal, Message
Achievement Environmental
Environement
exchange,
and development Constraints
Achievement through
Communication
Variabel Komunikasi persuasif:
Variabel Apresiasi seni gamelan
- Kredibilitas sumber (pelatih gamelan)
sunda- dikalangan mahasiswa:
-Daya tarik pesan mengenai gamelan -Kepribadian anggota
Pengetahuan tentang seni gamelan sunda Menyukai seni
Variabel Kohesivitas Kelompok: gamelan sunda - Ketertarikan anggota secara interpersonal
Keterlibatan memainkan dan pada satu sama lain
menikmati gamelan sunda - Ketertarikan anggota pada kegiatan dan
fungsi kelompok
Anne Maryani. Komunikasi Persuasif, Kohesi Kelompok, dan Apresiasi Gamelan Sunda ...
Jiwa menafsirkan pengalaman inderawi secara Sunda terhadap seni gamelan Sunda. aktif, mencipta, mengorganisasikan, menafsirkan, (2) Terdapat hubungan yang berarti antara daya Berdasarkan kerangka pikiran yang telah
tarik pesan mengenai seni gamelan Sunda diuraikan, dibuat skema penelitian yang
dengan apresiasi mahasiswa anggota memperlihatkan hubungan antara variabel bebas
Lingkung Seni Sunda terhadap seni gamelan (komunikasi persuasif pelatih seni gamelan Sunda
Sunda.
dan kohesi kelompok) dengan variabel terikat (3) Terdapat hubungan yang berarti antara (apresiasi seni gamelan Sunda di kalangan
kepribadian (tingkat kepercayaan diri) mahasiswa) sebagai berikut:
mahasiswa anggota Lingkung Seni Sunda dengan apresiasinya
Gambar 5
terhadap seni gamelan
Hubungan Antara variabel bebas (X) dengan variabel takbebas (Y)
Sunda. (4)Terdapat hubungan
Variabel X:
Variabel Y:
yang berarti antara ketertarikan anggota
secara interpersonal pada
Variabel Komunikasi persuasif pelatih:
VariabelApresiasi seni Gamelan
satu sama lain dengan
Sunda dikalangan mahasiswa:
- Kredibilitas pelatih seni gamelan Sunda
apresiasi mahasiswa
- Daya tarik pesan mengenai gamelan Sunda
- Pengetahuan tentang seni
anggota Lingkung Seni Sunda terhadap seni
- Kepribadian anggota
gamelan Sunda
gamelan Sunda.
Variabel Kohesi Kelompok:
- Menyukai seni gamelan
Sunda
(5)Terdapat hubungan
- Ketertarikan anggota secara
interpersonal pada satu sama lain
- Keterlibatan memainkan dan
yang berarti antara
menikmati seni gamelan
ketertarikan mahasiswa
- Ketertarikan anggota pada kegiatan dan
Sunda
anggota Lingkung Seni
fungsi kelompok
Sunda pada kegiatan dan fungsi kelompok dengan
apresiasinya mahasiswa anggota Lingkung Seni Sunda terhadap seni gamelan Sunda.
2.6 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pikiran yang telah
3 Metodologi Penelitian
dikemukakan, peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut:
3.1 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode survai,
Hipotesis Utama: yang berarti mengumpulkan informasi dari sekian